View
168
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
[
Citation preview
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2013 ISSN 2087-9016
Jurnal SSAANNTTIIAAJJII PPEENNDDIIDDIIKKAANN
Diterbitkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mahasaraswati Denpasar
JJSSPP
ISSN 2087 - 9016
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2013 ISSN 2087-9016
2
JURNAL SANTIAJI PENDIDIKAN
(JSP) Volume 3, Nomor 1, Januari 2013, hlm. 1 - 118
JSP terbit dua kali setahun pada bulan Januari, dan Juli. JSP berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian pustaka dalam bidang pendidikan.
Susunan Organisasi Pengelola
Ketua Penyunting Prof. Dr. Sang Putu Kaler Surata, MS
Wakil Ketua Penyunting
I Nyoman Adi Susrawan, S.Pd., M.Pd.
Penyunting Pelaksana Ida Bagus Ari Arjaya, S.Pd., M.Pd.
I Gde Putu Agus Pramerta, S.Pd., M.Pd. Ni Luh Putu Dian Sawitri, S.Pd., M.Pd.
I Made Darma Atmaja, S.Pd.
Pelaksana Administrasi, Distribusi & Keuangan Dra. Dewa Ayu Puspawati, M.Si. Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum.
Kadek Rahayu Puspadewi, S.Pd., M.Pd.
Alamat Penyunting, dan Administrasi : Kantor Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mahasaraswati Denpasar, Jalan Kamboja 11A Denpasar-Bali. Kode Pos 80000, Telp/Faks: 0361-240985; email: santiajipendidikan@hotmail.com
JURNAL SANTIAJI PENDIDIKAN, diterbitkan sejak Januari 2011 oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Penulisan Naskah JSP. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik sesuai dengan format yang tercantum pada halaman belakang. Naskah yang masuk dievaluasi, dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara lainnya.
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2013 ISSN 2087-9016
3
PRAKATA
Rendahnya mutu pendidikan menyebabkan pemerintah harus merevolusi
sistem pendidikan di negara kita untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang
lebih berkualitas. Indikator yang menunjukkan rendahnya mutu pendidikan
dikemukakan oleh United Nation Education Scientific and Culture Organization
(UNESCO) yang menyatakan bahwa pada tahun 2007 peringkat Indonesia dalam
bidang pendidikan adalah ke-62 diantara 130 negara di dunia. Salah satu penyebab
rendahnya mutu pendidikan tersebut disebabkan kurangnya pemahan guru dalam
mengaplikasikan berbagai metode pembalajaran inovatif.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, sangatlah penting bagi para pendidik
khususnya guru memahami karakteristik materi, peserta didik dan berbagai metode
pembelajaran inovatif. Melihat kecenderungan itu, maka kami berupaya
mengumpulkan artikel hasil penelitian dan kajian pustaka, baik yang menyakut
dalam pembelajaran bahasa, matematika, biologi, maupun dalam bidang ilmu
lainnya. Adapun substansi yang terdapat dalam JSP ini adalah pengembangan
kurikulum dan proses pembelajaran, demokrasi pendidikan menuju keadilan
pendidikan serta berbagai metode pembelajaran inovatif. Kami berharap semoga
kumpulan artikel dalam JSP edisi ini dapat menginspirasi para pendidik dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
Semoga JSP ini bermanfaat bagi pembinaan dan pengembangan dalam
memahami dan meningkatkan ilmu pengetahuan.
Denpasar, Januari 2013
Ketua Penyunting
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2013 ISSN 2087-9016
4
JURNAL SANTIAJI PENDIDIKAN (JSP) Volume 3, Nomor 1, Januari 2013, hlm. 182-307
DAFTAR ISI
halaman
Classroom interaction in english language learning I Gde Putu Agus Pramerta
1-9
The effect of Information and Communication Technology (ICT) assisted Project Based Learning (PBL) and learners self-direction on writing competency Ni LuhPutu Dian Sawitri
10-23
The efficacy of Think-Pair-Share in improving genre- based paragraph writing ability of the third semester students of English Department in academic year 2011/2012 I Komang Budiarta
24-35
Pembelajaran Dengan Pendekatan 5W + 1H Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Menyimak Siswa Kelas VIIB SMP N 1 Sawan I Nyoman Adi Susrawan
36-49
Implementasi Asesmen Portofolio Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas V SD Negeri 17 Kesiman Ida Ayu Made Wedasuwari dan Dra. Ni Luh Sukanadi
50-60
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif TGT (Team Games Tournament) dan LKS Pada Siswa Kelas XD SMA N Tembuku Tahun Pelajaran 2010/2011 I Wayan Sutirta dan Yohanes Subali
61-70
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Modifikasi Melalui Lesson Study Terhadap Keterampilan Perilaku Kelompok Siswa SMA Dharma Praja Tahun 2011/2012 Ni Luh Kardiasari, Dewa Ayu Puspawati, I Made Diarta
71-90
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran Wayan Maba
91-102
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran
97
PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PROSES
PEMBELAJARAN : KAJIAN PUSTAKA
Wayan Maba
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTRAK
Pengembangan kurikulum dilaksanakan seiap lima tahun sekali, agar produk kurikulum sesuai tuntutan jaman. Pengembangan kurikulum menentukan proses pembelajaran di kelas dan di laboratorium. Kurikulum pertama yang dilaksanakan adalah Kurikulum Warisan Penjajah yang dikembangkan menjadi Kurikulum Tahun 1975 yang dikembangkan menjadi Kurikulum Tahun 1986 selanjutnya menjadi Kurikulum Tahun 1994 dengan proses pembelajaran berdasarkan garis-garis besar program pembelajaran (GBPP). Pada tahun 2001 dirancang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang evaluasi akhirnya pada tahun 2003 berbentuk Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Akhir Sekolah (UAS) dengan proses pembelajaran di sekolah bersifat homogen. Pada tahun 2006 KBK dikembangkan lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan evaluasi akhirnya berbentuk Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US) dan proses pembelajaran relatif homogen, tetapi guru diberikan ruang berkreatifitas. Pada tahun 2012 KTSP dikembangkan menjadi Kurikulum Tahun 2013 yang akan dilaksanakan Bulan Juli 2013 dan proses pembelajaran diarahkan untuk mengantisipasi perkembangan di masa depan.
Kata Kunci : Pengembangan kurikulum menentukan proses pembelajaran
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran
98
ABSTRACT
Improvement in curriculum has been done once in five years to meet the demand of recent era. The development of the curriculum affects the learning process both in the class and laboratory. The first implemented curriculum was inherited from the colonialization which was then developed into curriculum years of 1975. This curriculum later was enhanced tobe curriculum 1987 then became curriculum 1994 with learning process based on the benchmark set by the government known as Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP). In the year of 2001 a curriculum known as Competency Based Curriculum (CBC) was being designed in which the final evaluation in 2003 was inform of National Examination and School Examination and the learning process in the school was homogeny. In 2006 CBC was being improved again to be Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) where the final evaluation was inform of National Examination, School Examination and the learning process was relatively homogeny, but the teachers were given space for their creativity. Then in 2012 KTSP was developed to be curriculum 2013 which will be put into practice in July 2013 and the learning process is directed to anticipate the future advancement.
Key words: curriculum development, learning process
PENDAHULUAN
Kurikulum pendidikan dasar dan
menengah harus dikembangkan setiap
lima tahun sekali, pengembangan
dimaksudkan agar output pendidikan
relevan dengan tuntutan jaman.
Pengembangan kurikulum menentukan
proses pembelajaran baik di kelas atau di
laboratorium. Kurikulum yang pertama
dilaksanakan di Indonesia adalah
Kurikulum Peninggalan Penjajah yang
evaluasi akhirnya berbentuk Ujian
Negara; kemudian dikembangkan
menjadi Kurikulum Tahun 1975 yang juga
evaluasi akhirnya berbentuk Ujian
Negara. Proses pembelajaran kedua
kurikulum tersebut menggunakan
infrastruktur seadanya. Pada tahun 1978
evaluasi akhir Kurikulum Tahun 1975
berbentuk Ujian Sekolah, proses
pembelajaran disetiap sekolah bersifat
hetrogen. Selanjutnya Kurikulum Tahun
1975 dikembangkan menjadi Kurikulum
Tahun 1986 yang evaluasi akhirnya tetap
berbentuk Ujian Sekolah, sehingga
kondisi pembelajaran disetiap sekolah
tetap hitrogen. Selanjunya Kurikulum
Tahun 1986 dikembangkan menjadi
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran
99
Kurikulum Tahun 1994 yang evaluasi
akhirnya berbentuk Evaluasi Belajar
Tingkat Nasional (Ebtanas) dan Evaluasi
Belajar Tingkat Daerah (Ebtada) dengan
standar nilai yang sangat rendah serta
penerapan rumus PQ sebagai kriteria
kelulusan siswa, proses pembelajaran
mengacu pada garis-garis besar program
pembelajaran (GBPP). Pada tahun 2001
dirancang KBK yang evaluasi akhirnya
berbentuk Ujian Akhir Nasional (UAN)
dan Ujian Akhir Sekolah (UAS)
dilaksanakan pertama kali tahun 2003,
proses pembelajaran di sekolah bersifat
homogen. Pada tahun 2006 KBK
dikembangkan menjadi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
evaluasi akhirnya berbentuk Ujian
Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US)
proses pembelajaran di sekolah lebih
homogen, tetapi guru diberikan
berkreatifitas. Pada tahun 2012 KTSP
dikembangkan menjadi Kurikulum Tahun
2013 yang dilaksanakan pada Bulan Juli
2013 dan proses pembelajaran diarahkan
untuk mengantisipasi perkembangan era
globalisasi dan modernisasi.
PEMBAHASAN
Jaman Orde Lama masih
melaksanakan kurikulum warisan
penjajah, pengembangan kurikulum
belum sempat dilaksanakan karena
kondisi Bangsa Indonesia sedang
mempertahankan Kemerdekaan Negara
RI dari tangan penjajah yang ingin
menjajah kembali. Pelaksanaan proses
pembelajaran seadanya dengan
infrastruktur seadanya pula. Proses
pembelajaran tidak optimal, kualitas dan
kuantitas guru seadanya, sarana dan
prasarana pendidikan belum optimal
valuasi akhir berbentuk Ujian Negara
yang selanjutnya menjadi persyaratan
untuk melanjutkan kejenjang pendidikan
yang lebih tinggi
Kurikulum warisan penjajah,
dikembangkan menjadi Kurikulum Tahun
1975. Proses pembelajaran dilaksanakan
dengan infrastruktur sedanya, kualitas
dan kuantitas guru juga seadanya, biaya
pendidikan belum optimal, evaluasi akhir
juga berbentuk ujian Negara yang
digunakan yang digunakan sebagai syarat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Pada tahun 1980
pemerintah mulai memperhatikan dunia
pendidikan dengan menaikkan anggaran
bidang pendidikan, salah satu
programnya adalah Sekolah Dasar
Instruksi Presiden (SD Inpres) yakni
mendirikan SD Inpres di setiap
Desa/Kelurahan satu atau beberapa SD
Inpres. Untuk menjaga proses
pembelajaran yang lebih optimal
diberdayakan Sekolah Pendidikan Guru
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran
100
(SPG), Sekolah Guru Olah Raga (SGO) dan
Pendidikan Guru Agama (PGA) untuk
mencukupi kebutuhan guruguru SD
Inpres. Untuk mengantisipasi proses
pembelajaran di SMP didirikan
Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan
Pertama (PGSLP), untuk guru SMA dan
SMK didirikan program Diploma 1, 2 dan
3, tetapi program Bachelor of Art
(Sarjana Muda dengan gelar BA) tetap
dilaksanakan. Untuk menjadi dosen di
Pendidikan Tinggi pada dioptimalkan
program Doktoral dengan gelar Sarjana
Pada tahun 1980 di jenjang
pendidikan dasar dan menengah masih
mengakhiri dengan Ujian Negara, tetapi
proses pembelajaran berdasarkan Garis-
Garis Besar Program Pembelajaran
(GBPP) yang selanjutnya guru harus
menjabarkan menjadi Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI) dengan dengan cirri khas guru
harus menyusun Tujuan Instruksional
Umum (TIU) yang dijabarkan menjadi
Tujuan Instruksional Khusus (TIK); sistem
Ujian Negara diganti dengan sistem Ujian
Sekolah. Selanjutnya Kurikulum Tahun
1975 dikembangkan menjadi Kurikulum
Tahun 1986 dengan infrastruktur, kualitas
dan kuantitas guru yang lebih baik, biaya
pendidikan semakin memadai dan sistem
ujian Negara diganti menjadi Evaluasi
Belajar Tingkat Nasional (Ebtanas) dan
Evaluasi Belajar Tingkat Daerah (Ebtada)
dengan menerapkan rumus PQ sebagai
kriteria penentuan kelulusan.
Pada tahun 1996, dikembangkan
program perampingan Kurikulum Tahun
1986 menjadi Kurikulum Tahun 1996,
sehingga proses pembelajaran di jenjang
SD dipersyaratkan guru-guru lulusan S1
PGSD, oleh karena SPG, SGO, PGA
dilebur menjadi program PGSD yang
berpusat di PTN LPTK terdekat. Proses
pembelajaran di jenjang SMP, SMA dan
SMK dipersyaratkan guru-guru lulusan S1
bidang studi tertentu, dengan demikian
lulusan diploma dan sarjana muda harus
melanjutkan ke program S1 untuk
mendukung proses pembelajaran
menjadi lebih optimal dan professional.
Reformasi terjadi tanggal 21 Mei
1998 ketika pergantian Presiden Soeharto
ke Presiden BJ Habibi yang berdampak
pada pengembanan Kurikulum Tahun
1996 menjadi KBKyang mulai
diimplementasikan tahun 2001 di
beberapa sekolah, termasuk di Provinsi
Bali. Implementasi KBK mulai optimal
tahun 2004, KBK dilaksanakan secara
serentak diseluruh Indonesia termasuk di
Provinsi Bali, sehingga Kurikulum Tahun
2004 adalah KBK.
Ciri khas KBK adalah adanya
pembagian tugas dan tanggung jawab
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran
101
antara Jakarta dengan Daerah, di Jakarta
bertugas untuk mengembangkan
Kurikulum Nasional (Kurnas) dengan
silabus disetiap mata pelajaran; Silabus
memuat Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD), sedangkan di
Daerah khususnya guru-guru di
pendidikan dasar dan menengah
bertugas mengembangkan secara kreatif
SK-KD menjadi indikator-indikator untuk
selanjutnya dikemas menjadi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), akan
tetapi SK-KD sangat sulit dilaksanakan
oleh guru, kebanyakan guru mengalami
kebingungan, sehingga KBK diplesetkan
menjadi Kurikulum Bikin Kebingungan.
Sejalan dengan pelaksanaan
Undang_Undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tanggal 8 Juli 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional, maka ciri lain dari
KBK adalah mulai tahun 2003 telah
diselenggarakan Ujian Akhir Nasional
(UAN) dengan standar minimal lulus
adalah 3,00 dan Ujian Akhir Sekolah
(UAS) dengan standar minimal lulus
adalah 6,00 sehingga proses
pembelajaran di sekolah relatip homogen
karena acuannya SK-KD-Indikator
Pada tahun 2004 standar minimal
lulus UAN adalah 4,01 dan Standar lulus
UAS adalah 6,0 untuk SMP dan SMA
sedangkan untuk SMK 7,0. Sejalan
dengan implementasi PP. Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, maka pada tahun 2005-2006
standar minimal lulus UAN adalah 4,25
dan UAS masih sama dengan tahun
sebelumnya. Mulai tahun 2007 istilah
UAN diganti menjadi UN dan UAS diganti
menjadi US, selanjutnya UN dan US tahun
2007 2011 standar minimal lulus Ujian
Nasional (UN) adalah 5,50 dan Ujian
Sekolah (US) sama dengan tahun
sebelumnya. Hasil UN tahun 2009
Provinsi Bali melalui prestasi siswa
Dikpora Kota Denpasar memperoleh
peringkat pertama nasional, pada tahun
2010 kembali siswa Dikpora Kota
Denasar memperoleh peringkat nasional
sehingga Bapak Wapres Budiono,
Mendinas Bambang Sudibyo, Menteri
Agama, Gubernur Bali dan Wali Kota
Denpasar bertemu muka di SMAN 1
Denpasar untuk memberi reword kepada
siswa yang sukses. Pada tahun 2011 dan
2012 nilai minimal lulus UN adalah 5,50
dan UN menentukan lulus sebanyak 60%
sedangkan UN menentukan sebanyak
40% dan kembali siswa di Kota Denpasar
dapat meraih peringkat pertama tingkat
nasional, sehingga Kepala sekolah dan
siswa yang sukses dipanggil ke Istana
Negara di Jakarta untuk diberi hadiah.
Perangkat KBK disiapkan oleh oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah masing-
masing di Jakarta, sedangkan di
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran
102
daerah/sekolah hanya melaksanakan
proses pembelajaran. Setelah
diberlakukannya Permendiknas RI Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, maka
KBK dikembangkan menjadi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Struktur KTSP terdiri dari : Mata
pelajaran yang ditetapkan oleh Jakarta
dan muatan lokal (Mulok) ditetapkan
oleh daerah serta pengembangan diri
ditetapkan oleh sekolah
Sebagai acuan dari proses
pembelajarann di sekolah Permendiknas
RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang SKL.
Permendiknas tersebut dilengkapi
dengan SKL satuan pendidikan (SKL SP),
SKL kelompok mata pelajaran (SKL Mapel)
dan SKL mata pelajaran (SKL Mapel); SKL
mapel dijabarkan menjadi Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD). Sedangkan daerah dan sekolah
menyusun dan memfinalisasi KTSP
masing-masing lengkap dengan silabus
dan disahkan oleh Dikpora setempat.
Untuk menjabarkan SK-KD ke Indikator-
Indikator dilakukan oleh guru-guru yang
akan mengajar di kelas atau di
laboratorium sebagai dasar menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
integrasi karakter yang memfokuskan
Pengembangan Nilai Karakter (PNK) dan
Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK)
secara intervensi dalam pembelajaran di
kelas atau laboratorium dan secara
habituasi melalui suri tauladan di kelas, di
halaman sekolah dan di luar sekolah,
criteria penilaiannya: sudah berkarakter,
mulai berkarakter dan belum
berkarakter.
Proses pembelajaran dibagi
menjadi tiga tahap yakni pendahuluan
yang ditandai dengan pengembangan
bahan apersepsi agar siswa sispa untuk
belajar, pelaksanaan pembelajaran yang
ditandai dengan kegiatan
ekplosrasi,elaborasi dan konfirmasi (EEK)
sehingga proses pembelajaran menuju
Student Central Learning (SCL),
Contektual Teaching Learning (CTL),
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dan
Kooperatif Learning dengan beberapa
tipe seperti Jigsaw.
Indikator yang disusun secara
kreatif oleh setiap guru merupakan
penanda dari ketercapaian kompetensi
dasar yang diukur dengan menggunakan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
berbeda untuk setiap mata pelajaran,
KKM ditetapkan berdasarkan keputusan
rapat dewan guru. KTSP diakhiri dengan
Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah
(US), kondisi ini juga menuntut agar
proses pembelajaran ralatif homogen
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran
103
Selama tiga tahun terakhir
persyaratan lulus UN dengan nilai
minimal 5,50 untuk setiap mapel UN dan
nilai minimal 7,00 untuk setiap mapel US.
Khusus UN dan US tahun 2012 dan 2013
di samping kriteria diatas, ada kriteria
lain yakni UN menentukan lulus sebanyak
60% dan US menentukan lulus sebanyak
40%
Berdasarkan Permendiknas Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi;
kurikulum wajib ditinjau setiap 5 tahun
sekali oleh satuan pendidikan bersama
stakeholder yang terkait, agar pola pikir
di sekolah (deduktif) dengan pola pikir
dilapangan terutama user (induktif)
dapat saling berkontribusi untuk
mewujudkan kualitas hasil pendidikan
yang semakin relevan dengan kebutuhan
lapangan sesuai dengan tuntutan jaman
Berdasarkan hasil kajian lapangan,
ternyata implementasi kurikulum tahun
2006 (KTSP) tidak signifikan untuk
mengejar ketertinggalan Bangsa
Indonesia dibandingkan dengan bangsa
lain di ASEAN. KTSP lebih difokuskan
kepada Hard Skill (pengembangan
belahan otak kiri) yang sifatnya logis,
lurus dan linier; sedangkan sangat kurang
mengembangkan Shop Skill (belahan otak
kanan) yang sifatnya kreatif, imajinatif,
inovatif dan kemandirian siswa. Ciri khas
KTSP pada Ujian Nasional sebanyak 60%
menentukan kelulusan yang fokusnya
teori dan US sebanyak 40% menentukan
kelulusan pada teori dan praktik; jadi
output lebih diwarnai dengan
kemampuan teori dibandingkan dengan
ketrampilan praktik, sehingga kompetisi
tingkat nasional dan internasional
dominan unggul ditatanan teori dan
ketinggalan ditatanan praktik
Semestinya KTSP (Kurikulum
Tahun 2006) sudah ditinjau ulang pada
tahun 2011, akan tetapi, karena alasan
tertentu, baru bisa ditinjau pada tahun
2012 ( Desember 2012 baru dilaksanakan
Uji Publik Kurikulum 2013) di beberapa
provinsi dan akan dilaksanakan pada
tahun pelajaran 2013/2014 yakni mulai
Bulan Juli 2013.
Hasil uji publik menunjukkan
bahwa Kurikulum Tahun 2013 harus
diimplementasikan untuk mengantisipasi
tantangan era globalisasi dan
perkembangan IPTEKS yang semakin
melanda dunia. Menurut Nara Sumber :
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Depdibud RI pada tanggal 18 Mei 2013
ketika Workshop Implementasi Kurikulum
2013 di FKIP Universitas Maharasawati
Denpasar menegaskan bahwa : Kurikulum
Tahun 2013 diimplementasikan melalui
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran
104
beberapa tahap yakni : Pemahaman,
Bimtek, Pelaksanaan dan Pendampingan
Pemahaman terhadap Kurikulum
Tahun 2013 dilakukan melalui uji publik,
seminar, workshop, pemaparan di media
elektronik, pers dll sehingga dapat
menjadi bahan kajian bagi masyarakat
utamanya yang berkepentingan agar
dapat membandingkan berdasarkan
analisis Streng Weaknes Opurtunite dan
Treat (SWOT) tentang keunggulan dan
kelemahan Kurikulum Tahun 2013
dengan Kurikulum 2006 (KTSP) untuk
dapat disikapi lebih lanjut
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang SPN, Pasal 3 tujuan
pendidikan nasional adalah
berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Maka Kompetensi
Kurikulum Tahun 2013 adalah
Kompetensi Inti/KI menjadi Kompetensi Lulusan/KL menjadi HKD kelas:
KI. 1:
Sikap Spiritual
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (hubungan dengan tuhan)
KI. 2:
Sikap Sosial
berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis serta bertanggung jawab (hubungan dengan manusia)
KI. 3: Pengetahuan Berilmu (pengetahuan)
KI. 4: Keterampilan cakap dan kreatif (ketrampilan)
Kompetensi inti (KI) 1- 2 : Tidak
diajarkan langsung, sbg akibat dr
Kompetensi inti (KI) 3-4 sebagai dasar
pembelajaran, Kompetensi inti dasarnya
kompetensi lulusan SD untuk SMP untuk
SMA dan SMK untuk PT yang semakin
komplek sedangkan kurikulum 2006
(KTSP) kompetensi dijabarkan dari
Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
menjadi Standar Kompetensi (SK)
menjadi Kompetensi Dasar (KD) dan
menjadi sejumlah indikator.
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2013 ISSN 2087-9016
105
Strategi Pengembangan Kurikulum Tahun 2004 (KBK) dan Kurikulum Tahun 2006
(KTSP) menjadi Kurikulum Tahun 2013 :
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan
2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran
3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai
5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)
Kurikulum Tahun 2013
memberikan kesempatan yang lebih
besar bagi guru dan satuan pendidikan
untuk meningkatkan efektivitas waktu
pembelajaran di kelas atau di
laboratorium
Perbandingan Elemen Tata Kelola Implementasi Kurikulum Tahun 2006 dengan
Kurikulum Tahun 2013:
Elemen Ukuran Tata kelola
KTSP 2006 Kurikulum 2013
Guru
Kewenangan Hampir mutlak Terbatas
Kompetensi Harus tinggi Sebaiknya tinggi. Bagi yang rendah masih terbantu dengan adanya buku
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran
106
Beban Berat Ringan
Efektivitas waktu untuk kegiatan pembelajaran
Rendah [banyak waktu untuk persiapan]
Tinggi
Buku Peran penerbit Besar Kecil
Variasi materi dan proses
Tinggi Rendah
Variasi harga/beban siswa
Tinggi Rendah
Perbandingan Proses dan Peran Tata Kelola Implementasi Kurikulum Tahun 2006 dengan Kurikulum Tahun 2013:
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran
107
Proses Peran KTSP 2006 Kurikulum 2013
Penyusunan Silabus
Guru Hampir mutlak [dibatasi hanya oleh SK-KD]
Pengembangan dari yang sudah disiapkan
Pemerintah Hanya sampai SK-KD Mutlak
Pemerintah Daerah
Supervisi penyusunan Supervisi pelaksanaan
Penyediaan Buku
Penerbit Kuat Lemah
Guru Hampir mutlak Kecil, untuk buku pengayaan
Pemerintah Kecil, untuk kelayakan penggunaan di sekolah
Mutlak untuk buku teks, kecil untuk buku pengayaan
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Guru Hampir mutlak Kecil, untuk pengembangan dari yang ada pada buku teks
Pemerintah Daerah
Supervisi penyusunan dan pemantauan
Supervisi pelaksanaan dan pemantauan
Pelaksanaan Pembelajaran
Guru Mutlak Hampir mutlak
Pemerintah Daerah
Pemantauan kesesuaian dengan rencana [variatif]
Pemantauan kesesuaian dengan buku teks [terkendali]
Penjaminan Mutu
Pemerintah Sulit, karena variasi terlalu besar
Mudah, karena mengarah pada pedoman yang sama
Pemantauan Titik Penyimpangan
Banyak Sedikit
Besar Penyimpangan
Tinggi Rendah
Pengawasan Sulit, hampir tidak mungkin Mudah
Siswa Hasil pembelajaran
Tergantung sepenuhnya pada guru
Tidak sepenuhnya tergantung guru, tetapi juga buku yang disediakan pemerintah
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2013 ISSN 2087-9016
108
Penguatan Tata Kelola Implementasi
Kurikulum Tahun 2013 adalah :
1. Menyiapkan buku pegangan
pembelajaran yang terdiri dari:
Buku pegangan siswa dan Buku
pegangan guru secara gratis
2. Menyiapkan guru supaya
memahami pemanfaatan sumber
belajar yang telah disiapkan dan
sumber lain yang dapat mereka
manfaatkan.
3. Memperkuat peran
pendampingan dan pemantauan
oleh pusat dan daerah dalam
pelaksanaan pembelajaran secara
gratis.
Implementasi Kurikulum 2013
disetiap daerah dilakukan oleh Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
setempat bekerjasama dengan Dikpora
setempat untuk mengisi quota dari
satuan pendidikan dan guru- guru mapel
yang akan diberi bimtek berdasarkan
Pedoman Pemberian Bantuan
Implementasi Kurikulum Tahun 2013.
Bimtek akan dilaksanakan pada Bulan
Juni 2013, dengan sasaran :
Untuk Sekolah Dasar (SD) : Kepala
SD, Guru Kelas 1, Guru Kelas 4, Guru
Pendidikan Agama dan Guru Penjasorkes
Untuk Sekolah Menengah Pertama
(SMP) : Kepala SMP, Guru Pendidikan
Agama, Guru Pendidikan
Kewarganegaraan, Guru Bahasa
Indonesia, Guru Bahasa Inggris, Guru
Matematika, Guru Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), Guru Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), Guru Pendidikan Seni dan Budaya,
Guru Penjasorkes dan Guru Prakarya
Untuk Sekolah Menengah Atas
(SMA) : Kepala SMA, Guru Bahasa
Indonesia, Guru Sejarah Indonesia, Guru
Matematika, dan Guru Bimbingan
Konseling
Untuk Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) : Kepala SMK, Guru
Bahasa Indonesia, Guru Sejarah
Indonesia, Guru Matematika, dan Guru
Bimbingan Konseling
Sesudah Bimtek Kepala Sekolah
dan Guru dilaksanakan, maka sekolah dan
guru diharuskan untuk
mengimplementasikandi sekolah dan
kelas masing-masing dan didampingi oleh
tim implementasi kurikulum tahun 2013
yang telah ditentukan.
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2013 ISSN 2087-9016
109
PENUTUP
Pengembangan kurikulum dapat
mempengaruhi dan menentukan proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru di kelas atau di laboratorium, untuk
itu harus selalu disesuaikan dengan
tuntutan jaman sehingga dapat diyakini
mampu mendorong terwujudnya
manusia Indonesia yang bermartabat,
beradab, berbudaya, berkarakter,
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berakhal mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis,
bertanggung jawab, serta mampu
menghadapi berbagai tantangan yang
muncul di masa depan.
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2013 ISSN 2087-9016
103
Daftar Pustaka
1. UU. RI. Nomor 20 Tahun 2003, Tentang: Sistem Pendidikan Nasional 2. UU. RI. Nomor 14 Tahun 2005, tentang : Guru dan Dosen 3. PP. RI. Nomor 19 Tahun 2005 Junto PP. RI Nomor 32 Tahun 2013, Tentang : Standar
Nasional Pendidikan 4. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, Tentang : Standar Isi 5. Permendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006, Tentang : SKL 6. Pengembangan Kurikulum Tahun 2013, Kemendikbud RI 7. Pedoman Implementasi Kurikulum Tahun 2013, Kemendikbud RI
Recommended