View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KAJIANKAJIANKAJIANKAJIAN
KANTOR
AN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIOJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
TRIWULAN III - 2013
R PERWAKILAN BANK INDWILAYAH IV
IONALIONALIONALIONAL
NDONESIA
Penerbit :Penerbit :Penerbit :Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email : kke_sby@bi.go.id Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)
Kantor Kantor Kantor Kantor PerwakiPerwakiPerwakiPerwaki
Misi Kantor Misi Kantor Misi Kantor Misi Kantor KantoKantoKantoKanto
“Mendukung pen
perbankan dan
memberikan saran
rangka mendukung
Visi Visi Visi Visi Kantor PerwakKantor PerwakKantor PerwakKantor Perwak
“Menjadi kantor
peningkatan peran
diberikan.”
MisiMisiMisiMisi Bank IndonesiaBank IndonesiaBank IndonesiaBank Indonesia
“ Mencapai dan m
kestabilan moneter
nasional yang berkes
Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia
“Menjadi bank sent
melalui penguatan n
stabil.“
Nilai Nilai Nilai Nilai –––– Nilai StrategiNilai StrategiNilai StrategiNilai Strategi
Kompetensi – Intergr
Visi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai Strategis
Bank IndonesiaBank IndonesiaBank IndonesiaBank Indonesia
Visi dan MisiVisi dan MisiVisi dan MisiVisi dan Misi
kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV
tor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
ncapaian kebijakan Bank Indonesia di
sistem pembayaran secara efisien da
n kepada Pemda dan lembaga terkait lainn
ng pembangunan ekonomi daerah.”
akilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IV::::
Bank Indonesia yang dapat dipercaya
ran dalam menjalankan tugas-tugas Ban
ia :ia :ia :ia :
memelihara kestabilan nilai rupiah melal
r dan sistem keuangan untuk mendukun
esinambungan.“
ia :ia :ia :ia :
ntral yang kredibel secara nasional maup
nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi
gis :gis :gis :gis :
gritas – Transparansi – Akuntabilitas – Keber
V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)
IVIVIVIV::::
i bidang moneter,
dan optimal serta
nya di daerah dalam
di daerah melalui
ank Indonesia yang
lalui pemeliharaan
ng pembangunan
upun internasional
si yang rendah dan
ersamaan.
i
KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III - 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan
ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun
internal yang terkait dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem
pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan.
Secara garis besar, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan ini
mencapai kinerja yang membanggakan sebesar 6,49% (yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi nasional (5,62%) maupun provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Sementara laju inflasi Jawa Timur di triwulan III-2013 tercatat sebesar 7,78% (yoy), lebih
rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,40%. Di sisi lain, kinerja
kredit perbankan sebagai salah satu penopang sumber pendanaan perekonomian Jawa
Timur mencatat pertumbuhan sebesar 21,27% (yoy).
Kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan IV-2013 diperkirakan
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya di kisaran 6,65% s.d 6,75% (yoy), didukung
dengan peningkatan kredit perbankan di kisaran 23%, meskipun dibayangi laju inflasi
yang tinggi dengan proyeksi di kisaran 7,62% s/d 7,85%.
Analisa kajian ini didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari
berbagai pihak seperti perbankan, instansi pemerintah daerah, BUMN maupun swasta.
Atas kerjasama tersebut kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di
masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih
meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan
kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi
masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Surabaya, 8 November 2013
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
WILAYAH IV (JAWA TIMUR)
Dwi Pranoto Direktur Eksekutif
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GRAFIK iv
RINGKASAN EKSEKUTIF ix
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xiii
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xiv
DAFTAR ISTILAH xv
DAFTAR SINGKATAN xviii
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1
1.1 KONDISI UMUM 1
1.2 SISI PERMINTAAN 2
a. Konsumsi 3
b. Investasi 5
c. Ekspor - Impor 7
1.3 SISI PENAWARAN 9
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 12
b. Sektor Industri Pengolahan 14
c. Pertanian 15
d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 17
e. Bangunan 19
f. Pengangkutan dan Komunikasi 20
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 22
2.1 KONDISI UMUM 22
2.2 INFLASI BULANAN (mtm) 23
2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq) 27
2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy) 31
2.5 INFLASI MENURUT KOTA 33
2.6 DISAGREGASI INFLASI 35
BOKS 1 KELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGA TERHADAP
BOKS 2 ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMUR
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 45
3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 46
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 48
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 51
3.1.3. KREDIT 55
3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) 61
3.1.5 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) 63
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 64
DAFTAR ISI
PERUBAHAN HARGA DI JATIM
3.2.1. RISIKO KREDIT 64
3.3 PERBANKAN SYARIAH 66
3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 69
3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 71
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 73
3.6.1 TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI 74
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (inflow/Outflow) 74
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar 76
3.6.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 77
a. Transaksi RTGS (Real Time Gross settlement) 78
b. Transaksi Kliring 79
3.6.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 81
BOKS 3 EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT PERBANKAN DI JAWA TIMUR
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 85
4.1 UMUM 85
4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 86
4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah 86
4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah 88
4.2.3 Anggaran Belanja Daerah 89
4.2.4 Realisasi Belanja Daerah 91
BOKS 3
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 93
5.1 UMUM 93
5.2 KETENAGAKERJAAN 93
5.2.1 Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 93
5.2.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 96
5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 98
5.3.1 Kesejahteraan Petani 98
5.3.2 Kesejahteraan Nelayan 99
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 101
BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 106
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 106
6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM 108
6.3 PERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMUR 110
6.4 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2013 110
6.5 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013 111
PERAN BELANJA MODAL DAERAH DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur 10
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian 16
Tabel 2.1 Inflasi Triwulan II Tahun 2013 & Triwulan III 2013 di Jawa Timur (mtm) 23
Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) 28
Tabel 2.3 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 31
Tabel 2.4 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur 33
Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III - 2013 (%yoy) 34
Tabel 2.6Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-2013
(%yoy)35
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 45
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 46
Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 64
Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur 69
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 71
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) Kantor Bank Indonesia 75
Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.I - 2013 80
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Prop. Jatim Triwulan I - 2013 (Juta Rupiah) 86
Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah 88
Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Prov.Jatim Triwulan III - 2013 (Rp juta) 90
Tabel 4.4 Realisasi Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Triwulan III - 2013 92
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 - 2012) (dalam ribuan) 94
Tabel 5.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU Jawa Timur 97
Tabel 5.3 Garis Kemiskinan, Jumlah & Presentase Penduduk Miskin Menurut Daerah 102
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Resiko 108
Tabel 6.2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Resiko 112
DAFTAR TABEL
Grafik 1.1 Kontribusi PDRB Sektoral Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 3
Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 3
Grafik 1.7 Survei Konsumen-Keyakinan Konsumen 4
Grafik 1.8 Survei Konsumen-Kondisi Ekonomi Saat Ini 4
Grafik 1.9 Indeks Penjualan Eceran 4
Grafik 1.10 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 4
Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Konsumsi 5
Grafik 1.12 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 5
Grafik 1.13 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi 6
Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Proyek Investasi 6
Grafik 1.15 Perkembangan PMTB 6
Grafik 1.16 Perkembangan Kredit Investasi 6
Grafik 1.17 Perkembangan Volume Penjualan semen 7
Grafik 1.18 Perkembangan Impor Barang Modal 7
Grafik 1.19 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim 8
Grafik 1.20 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar negeri Jatim 8
Grafik 1.21 Perkembangan Nilai Ekspor per Jenis Barang 8
Grafik 1.22 Pertumbuhan Ekspor per jenis barang 8
Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Ekspor 8
Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Impor 8
Grafik 1.25 Nilai Impor per Jenis Barang 9
Grafik 1.26 Pertumbuhan Impor per jenis Barang 9
Grafik 1.27 Pertumbuhan tiga sektor utama 10
Grafik 1.28 Pertumbuhan Sektor pendukung 10
Grafik 1.29 Pertumbuhan Sektor pendukung 10
Grafik 1.30 Utilisasi kapasitas produksi 11
Grafik 1.31 Utilisasi kapasitas produksi sektoral 11
Grafik 1.32 Indeks realisasi Usaha 12
Grafik 1.33 Indeks realisasi Usaha Sektoral 12
Grafik 1.34 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 13
Grafik 1.35 Lama Tinggal tamu di Hotel Berbintang di Jatim 13
Grafik 1.36 Jumlah Wisatawan Asing Melalui bandara Juanda 13
Grafik 1.37 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis 13
Grafik 1.38 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 14
Grafik 1.39 Perkembangan Pertumbuhan Impor barang Bahan Baku 15
Grafik 1.40 Konsumsi Listrik Golongan industri 15
Grafik 1.41 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 17
Grafik 1.42 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jatim 17
Grafik 1.43 Luas Lahan Puso di Jatim 17
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.44 Pertumbuhan Kredit & DPK Perbankan Jatim 18
Grafik 1.45 Perkembngan NIM Perbankan Jatim 18
Grafik 1.46 Perkembangan Fee Based Incame 18
Grafik 1.47 Perkembangan Interest Based Income 18
Grafik 1.48 Perkembangan Pendapatan Biaya Operasional Bank Umum 18
Grafik 1.49 Volume Penjualan semen di jatim 20
Grafik 1.50 Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial 20
Grafik 1.51 Rata-Rata Penjualan Properti Residensial 20
Grafik 1.52 Arus Penumpang di Tanjung Perak 21
Grafik 1.53 Arus Barang di tanjung Perak 21
Grafik 1.54 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 21
Grafik 1.55 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 21
Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 22
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 22
Grafik 2.3 Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy) 22
Grafik 2.4 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) 22
Grafik 2.5 Inflasi per Kelompok Barang Tw III-2013 (mtm) 24
Grafik 2.6 Inflasi Juli 2013 per Kelompok Barang 9mtm) 24
Grafik 2.7 Inflasi Agustus 2013 per Kelompok Barang (mtm) 24
Grafik 2.8 Inflasi September 2013 per Kelompok Barang (mtm) 24
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi per Kelompok Barang 25
Grafik 2.10 Inflasi Terkait Kenaikan Harga BBM (mtm) 25
Grafik 2.11 Inflasi Harga Sub Kelompok Daging dan Telur (mtm) 26
Grafik 2.12 Perkembangan Kurs dan Harga Emas 26
Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi Sub Kelompok Pendidikan 26
Grafik 2.14 Inflasi (mtm) Kedelai dan Hasilnya 27
Grafik 2.15 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan 28
Grafik 2.16 Perbandingan Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan 28
Grafik 2.17 Harga Beras Internasional dan Lokal 29
Grafik 2.18 Inflasi Beras Jatim 29
Grafik 2.19 Inflasi Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan 30
Grafik 2.20 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim 30
Grafik 2.21 Inflasi Sub Kelompok Daging, Telur dan Hasil-Hasilnya (qtq) 31
Grafik 2.22 Inflasi Tahunan Sub Kelompok 2012-2013 32
Grafik 2.23 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang 32
Grafik 2.24 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Tahun 2012-2013 33
Grafik 2.25 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (yoy) 33
Grafik 2.26 Perbandingan Inflasi Tahunan 34
Grafik 2.27 Inflasi Jatim per Komponen 35
Grafik 2.28 Perbandingan Inflasi Jatim dan Rata-Ratanya 35
Grafik 2.29 Perbandingan - Disagregasi Inflasi (mtm) 36
Grafik 2.30 Disagregasi Inflasi (mtm) 36
Grafik 2.31 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 38
Grafik 2.32 Inflasi Inti - Manufacturing & Services 38
Grafik 2.33 Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price 38
Grafik 2.34 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable - Food & Non Food 38
Grafik 2.35 Inflasi Inti tanpa Emas 38
Grafik 2.36 Inflasi Traded - Properti & Nilai Tukar 39
Grafik 2.37 Inflasi Non Traded - Properti & Nilai Tukar 39
Grafik 2.38 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen 39
Grafik 2.39 Eksktasi Harga yang Akan Datang 39
Grafik 3.1 Perkembangan LDR 47
Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 47
Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 48
Grafik 3.4 Perkembangan Total Aset Bank Umum 49
Grafik 3.5 Proporsi Aset Bank Umum 49
Grafik 3.6 Proporsi Aset Bank Umum per Kab./Kot 49
Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 49
Grafik 3.8 Jumlah Aset Bank Umum Per Kab./Kot 50
Grafik 3.9 Pertumbuhan Aset Bank Umum Per Kab./Kot 50
Grafik 3.10 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 51
Grafik 3.11 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 52
Grafik 3.12 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 52
Grafik 3.13 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 52
Grafik 3.14 Komposisi DPK Bank Umum (%) 52
Grafik 3.15 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 53
Grafik 3.16 Proporsi DPK per Kab./Kot 54
Grafik 3.17 Jumlah DPK per Kab./Kot 54
Grafik 3.18 Pertumbuhan DPK Bank Umum Per Kab./Kot 55
Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit (yoy) 56
Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit (qtq) 56
Grafik 3.21 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 57
Grafik 3.22 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 57
Grafik 3.23 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y) 58
Grafik 3.24 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q) 58
Grafik 3.25 Proporsi Kredit Sektoral 58
Grafik 3.26 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) 59
Grafik 3.27 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 59
Grafik 3.28 Proporsi Penyaluran Kredit per Kab./Kot 60
Grafik 3.29 Pertumbuhan Kredit per Kab./Kot 60
Grafik 3.30 Perkembangan Kredit UMKM 61
Grafik 3.31 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 62
Grafik 3.32 5 Besar Provinsi Penyalur KUR 63
Grafik 3.33 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 63
Grafik 3.34 Perkembangan NPL Bank Umum 65
Grafik 3.35 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 65
Grafik 3.36 NPL per Sektor Ekonomi 66
Grafik 3.37 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (qtq) 66
Grafik 3.38 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (yoy) 66
Grafik 3.39 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jatim 67
Grafik 3.40 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 67
Grafik 3.41 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 68
Grafik 3.42 Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 68
Grafik 3.43Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)
Perbankan Syariah di Jawa Timur 68
Grafik 3.44 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-yoy) 70
Grafik 3.45 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) 70
Grafik 3.46 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy) 70
Grafik 3.47 Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan 70
Grafik 3.48 Perkembangan LDR & NPL BPR 70
Grafik 3.49 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 71
Grafik 3.50 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 71
Grafik 3.51 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 72
Grafik 3.52Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 72
Grafik 3.53Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya
(qtq) 73
Grafik 3.54 Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 73
Grafik 3.55 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 73
Grafik 3.56 Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow - out flow) dalam juta rupia 75
Grafik 3.57 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 75
Grafik 3.58 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 76
Grafik 3.59 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 77
Grafik 3.60 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 78
Grafik 3.61 Pertumbuhan Transaksi RTGS (yoy) 78
Grafik 3.62 Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq) 78
Grafik 3.63 6 Kota dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar 79
Grafik 3.64 6 Kota dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar 79
Grafik 3.65 Perkembangan Transaksi Kliring di Jatim 80
Grafik 3.66 Tolakan Transaksi Kliring di Jatim 80
Grafik 3.67 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan 81
Grafik 3.68 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan 81
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jatim 86
Grafik 4.2 Proporsi APBD Jatim 87
Grafik 4.3 Realisasi PAD Jatim 89
Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jatim 90
Grafik 4.5 Proporsi Belanja Langsung Prov. Jatim 91
Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung 92
Grafik 4.7 Realisasi Anggaran Belanja Langsung 92
Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral 94
Grafik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 95
Grafik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 95
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 95
Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 97
Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 97
Grafik 5.7 NTP Nasional & Jawa Timur 99
Grafik 5.8 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 99
Grafik 5.9 lt Serta Pertumbuhan Nasional & Jatim 99
Grafik 5.10 lb dan Pertumbuhanan Nasional & Jatim 99
Grafik 5.11 NTN Nasional & Jawa Timur 100
Grafik 5.12 NTN Serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 100
Grafik 5.13 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 101
Grafik 5.14 Pertumbuhan Pengeluaran RT dan Inflasi Jatim 103
Grafik 5.15 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan 104
Grafik 6.1 Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) 106
Grafik 6.2 Indeks Ekspetasi Penghasilan 106
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan III-2013
x
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
RINGKASAN RINGKASAN RINGKASAN RINGKASAN EKSEKUTIFEKSEKUTIFEKSEKUTIFEKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)
TRIWULAN ITRIWULAN ITRIWULAN ITRIWULAN IIIIIIIII –––– 2012012012013333
Assesmen Assesmen Assesmen Assesmen Perkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro Ekonomi
Ekonomi Jatim periode ini tumbuh melambat (6,49% - yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya pada level 6,89% (direvisi dari sebelumnya 6,97%).
Angka ini pun lebih rendah dari perkiraan KPwBI Wil.IV pada level 7,09%
(yoy). Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III 2013
mencapai 6,68% (ctc), lebih rendah dibandingkan Januari–September
2012 pada level 7,33% (ctc). Pertumbuhan ekonomi Jatim masih di atas
angka pertumbuhan ekonomi nasional (5,62%) maupun provinsi lainnya
di Kawasan Jawa. Perlambatan kinerja ekonomi juga dialami seluruh
daerah di pulau Jawa
Dari sisi permintaan, perlambatan ini disebabkan masih rendahnya
pertumbuhan transaksi ekspor khususnya ke kawasan ASEAN.
Sumbangan pertumbuhan ekspor Jatim sebesar 2,81%, lebih rendah dari
triwulan II 2013 di kisaran 3,50%. Di sisi lain, sumbangan impor sedikit
melambat dari 2,48% menjadi 2,32%. Selain itu, masih rendahnya
serapan belanja modal pemerintah mengakibatkan penurunan kontribusi
komponen ini pada perekonomian. Dari sisi investasi hingga triwulan III
2013 tercatat pertumbuhan investasi swasta tidak beranjak dari kisaran
6% (yoy). Hal tersebut terkonfirmasi oleh hasil liaison, dimana perusahaan
cenderung melakukan aksi wait and see di tengah ketidakpastian faktor
eksternal dan peningkatan biaya produksi dalam negeri.
Ditinjau dari sisi penawaran sektor Industri Pengolahan, sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta sektor Perdagangan Hotel dan
Restoran (PHR) menjadi sektor utama pendorong perlambatan
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Ketiga sektor tersebut, secara
berurutan menyumbang perlambatan pertumbuhan ekonomi masing-
masing sebesar 1,26%, 0,45%, dan 0,41%.
Assesmen InflasiAssesmen InflasiAssesmen InflasiAssesmen Inflasi
Laju inflasi pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 7,78% (yoy) dan lebih
rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 8,40%. Rendahnya
Kinerja ekonomi Jatim melambat sebesar 6,49% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional (5,62%).
Laju inflasi pada triwulan III-2013, secara tahunan, mencapai sebesar 7,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional (8,40%).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan III-2013
xi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
tekanan inflasi Jatim menyebabkan inflasi sampai dengan September
2013 mencapai 6,81% (ytd) lebih rendah dibandingkan nasional yang
telah mencapai 7,57%. Sedangkan secara triwulanan, inflasi Jatim justru
meningkat dari 0,11% (qtq) pada triwulan II-2013 menjadi 3,72%.
Peningkatan konsumsi masyarakat karena adanya Hari Raya Idul Fitri
menjadi indikator peningkatan inflasi kelompok volatile food dari 12,39%
(yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 14,43% (yoy), serta kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyebabkan lonjakan inflasi kelompok
administered price dari 6,58% (yoy) menjadi 13,89%. Kelompok inflasi
inti (core inflation) juga menyumbang kenaikan inflasi sebagai dampak
kenaikan harga emas dan pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga pada
triwulan ini meningkat menjadi 4,25% (yoy) dari triwulan sebelumnya
yang hanya sebesar 3,90%.
Berbeda dibandingkan periode sebelumnya dimana Jatim berada di
urutan ketiga tertinggi di kawasan Jawa. Pada periode kali ini Jatim
berada pada posisi kelima atau kedua dari bawah. Realisasi inflasi di
kawasan Jawa, terendah ditempati Yogyakarta (7,60%), Jawa Timur
(7,79%), Semarang (7,89%), Jakarta (6,54%) dan tertinggi terjadi pada
Provinsi Banten (10,13%).
Assesmen PerbankanAssesmen PerbankanAssesmen PerbankanAssesmen Perbankan
Sampai dengan Triwulan III tahun 2013 kinerja perbankan di Jawa Timur
baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus
menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari indikator
total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan baik serta didukung oleh
tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan stabil. Aset Bank
Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar 15,76% (yoy) hingga
mencapai Rp 416,27 triliun pada Triwulan III 2013. Kredit tumbuh sebesar
21,27% (yoy) menjadi sebesar Rp 291,26 triliun pada Triwulan III 2013.
Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di
Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 12,73% (yoy) menjadi
sebesar Rp 318,99 triliun.
Sementara itu, perkembangan transaksi sistem pembayaran di wilayah
Kantor Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia di Jawa Timur yang meliputi KPw
BI Wilayah IV, Malang, Jember dan Kediri pada Triwulan III-2013 secara
kumulatif kembali menunjukkan posisi net inflow setelah mencatat net
outflow pada periode sebelumnya. Tercatat net inflow Jawa Timur pada
periode laporan adalah sebesar Rp 729,32 miliar. Kondisi tersebut
berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Triwulan II 2013
Kinerja perbankan di Jawa Timur masih terus menunjukkan perkembangan positif dengan pertumbuhan kredit mencapai 21,27% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan III-2013
xii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
yang mencatat net outflow sebesar Rp 411,54 miliar. Hal serupa juga
ditunjukkan oleh transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS yang tumbuh
mencapai 1% (qtq) dari sisi volume transaksi dan Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia (SKNBI) yang meningkat sebesar 4,59% dibandingkan
triwulan sebelumnya. Peningkatan kedua transaksi non tunai tersebut
turut mengkonfirmasi peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
pada triwulan ini.
Prospek EkonoProspek EkonoProspek EkonoProspek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw IVmi, Inflasi dan Perbankan Tw IVmi, Inflasi dan Perbankan Tw IVmi, Inflasi dan Perbankan Tw IV 2013201320132013
Pada triwulan IV 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan
tumbuh pada rentang pertumbuhan 6,65% s.d 6,75% (yoy).
Perekonomian Jawa Timur triwulan ini diperkirakan mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat
pertumbuhan pada level 6,49% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih
ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada
hasil survei konsumen. Namun, pertumbuhannya masih lebih rendah
dibandingkan triwulan III 2013, mengingat telah berlalunya puncak
pengeluaran belanja masyarakat di saat Hari Raya Idul Fitri. Komponen
terbesar selanjutnya, yaitu investasi swasta (PMTB) diproyeksikan tumbuh
lebih rendah mengingat masih belum membaiknya kondisi ekonomi
domestik dan permintaan global.
Di sisi penawaran, diharapkan kinerja sektor industri pengolahan
mengalami perbaikan pasca terjaganya nilai tukar rupiah. Meskipun
perdagangan luar negeri Jatim mengalami tekanan cukup dalam akibat
pelemahan ekonomi Eropa, namun masih cukup kuatnya kinerja
perdagangan dalam negeri Jatim diprediksi masih cukup baik untuk
menyokong kinerja sub sektor perdagangan besar Jatim.
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator
harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw IV-2013 diperkirakan secara
tahunan (yoy) berada di kisaran 7,62% s/d 7,85%.
Adanya beberapa potensi risiko seperti berakhirnya musim panen dan
baru dimulainya musim tanam petani yang diiringi dengan tibanya musim
penghujan berpotensi menyebabkan gangguan pasokan di masyarakat,
disisi lain justru di akhir tahun permintaan masyarakat mengalami
kenaikan karena Hari Natal dan Tahun Baru. Walaupun masih terdapat
kecukupan stok dari masa panen periode sebelumnya, namun tata niaga
atau distribusi barang yang ada saat ini tidak mampu mencukupi
kebutuhan/pasokan semua daerah juga menjadi potensi peningkatan
Ekonomi Jatim pada Tw IV-2013 diperkirakan tumbuh pada rentang 6,65% s.d 6,75% (yoy).
Inflasi IHK pada triwulan IV-2013, diperkirakan berada di kisaran 7,62% s/d 7,85% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan III-2013
xiii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
inflasi. Masih berlanjutnya kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) di
pertengahan Triwulan IV-2013 serta adanya potensi kenaikan cukai rokok
menjadi pendorong utama meningkatnya inflasi di kelompok
administered price meskipun pada tingkat yang relatif lebih rendah
dibandingkan akhir Tw III-2013 dengan adanya kenaikan harga BBM. Dari
sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari
kelompok tradeable seiring dengan meningkatnya permintaan di akhir
tahun yang akan mendorong pula para pelaku usaha untuk
meningkatkan utilisasinya sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.
Sedangkan dari sisi kelompok non tradable, potensi kenaikan UMK juga
akan mendorong peningkatan inflasi kelompok ini walaupun pada tingkat
yang relatif lebih rendah dibandingkan kelompok tradable. Berlanjutnya
peningkatan TTL pada Tw IV-2013 berpotensi direspon masyarakat
dengan peningkatan tarif sewa rumah serta kenaikan harga barang
seiring dengan peningkatan biaya produksi. Faktor penahan inflasi
kelompok ini adalah rendahnya tekanan inflasi dari komoditas emas
seiring dengan masih lesunya perdagangan di dunia internasional serta
telah berlalunya tahun ajaran baru.
Diperkirakan pada triwulan IV 2013 kinerja industri perbankan di Jawa
Timur akan terus meningkat. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang
cukup baik diyakini masih dapat terjaga terutama ditopang oleh
peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Adanya kenaikan BI
Rate secara bertahap dari sebesar 6% pada Triwulan II 2013 menjadi
7,25% pada Triwulan III 2013 diperkirakan akan mendorong peningkatan
suku bunga kredit dan DPK secara bertahap sampai dengan akhir tahun.
Namun demikian, dengan penerapan strategi pengembangan usaha yang
tepat serta efisiensi biaya perbankan di Jawa Timur diharapkan mampu
terus meningkatkan kinerjanya.
Pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan IV 2013 diperkirakan
tetap mengalami peningkatan. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan
adanya momen periode libur natal dan akhir tahun yang pada akhirnya
akan meningkatkan kredit konsumsi. Sektor ekonomi andalan Jatim
seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi
serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor
unggulan bagi perbankan untuk dibiayai.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013
Di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan
tumbuh pada rentang 6,50% s.d 6,70% (yoy), ), lebih rendah dari angka
Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan IV 2013 diperkirakan tetap mengalami peningkatan
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang 6,50% s.d 6,70% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan III-2013
xiv
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
perkiraan sebelumnya di kisaran 6,70% s.d 6,90%. Perkiraan
pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2013 ini masih lebih rendah
dibandingkan tahun 2012 (7,27% - yoy), namun pertumbuhan ini
diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Dari sisi permintaan, penopang utama pertumbuhan ekonomi masih
berasal dari konsumsi masyarakat seiring dominannya proporsi usia
produktif di Jawa Timur. Sementara itu, kenaikan tarif komponen
pembentuk biaya produksi di tahun 2013 terindikasi berdampak pada
kinerja sektor riil Jawa Timur di triwulan III 2013. Hal ini terlihat dari
melemahnya kinerja investasi dan konsumsi swasta nirlaba. Di sisi lain,
masih belum pulihnya ekonomi global dan tertekannya nilai rupiah pada
Juli 2013 turut mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri Jawa
Timur. Meskipun, transaksi perdagangan dalam negeri masih terjaga
stabil, namun secara keseluruhan neraca perdagangan Jawa Timur
menunjukkan pelemahan dibandingkan tahun 2012. Tingginya upaya
pemerintah untuk menyelesaikan proyek infrastruktur di daerah turut
mendorong level pertumbuhan belanja pemerintah.
Di sisi penawaran, meningkatnya komponen biaya produksi baru
terindikasi dampaknya pada triwulan III 2013. Hampir seluruh sektor
ekonomi mengalami perlambatan pertumbuhan meskipun pelaku usaha
telah berusaha meningkatkan efisiensi produksinya, namun daya saing
produknya masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Tingginya arus
impor negara tetangga pun turut berdampak pada kinerja sektor industri
pengolahan, khususnya yang memiliki pasar utama tujuan dalam negeri.
Masih belum terurainya permasalahan di Tanjung Perak menjadi bottle
neck tersendiri bagi pelaku usaha di sub sektor perdagangan besar.
Sementara itu, meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam kegiatan
wisata turut mendorong kinerja subsektor hotel dan restoran, ditambah
dengan meningkatnya peranan Kota Surabaya sebagai sub hub ke
Indonesia Timur yang terindikasi dari bertambahnya jumlah hotel kelas
bisnis di Surabaya. Adanya pergeseran musim tahun ini berdampak
signifikan pada tingkat produksi sub sektor tanaman bahan makanan.
Berdasarkan rilis data Angka Ramalan II (ARAM II), terindikasi adanya
perlambatan produksi meskipun angkanya masih sama dengan tahun
2012. Meningkatnya suku bunga konsumsi sejak Agustus 2013 turut
menekan kinerja sektor konstruksi dan sub sektor real estate, sehingga
kedua sektor ini mengalami perlambatan sejak triwulan III 2013. Hal
serupa terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
akibat meningkatnya faktor risiko sektor keuangan pasca kenaikan suku
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan III-2013
xv
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
bunga perbankan dan melemahnya kinerja sektor riil pada triwulan III
2013. Namun demikian, sektor pendukung lainnya diharapkan mampu
lebih tinggi seiring meningkatnya demand masyarakat (pasca kenaikan
UMK 2013), seperti sektor transportasi dan komunikasi.
Secara tahunan, tekanan inflasi sampai dengan akhir tahun 2013,
diproyeksi bersumber dari kelompok administered price sebagai dampak
kenaikan harga BBM, tarif listrik serta cukai rokok yang terjadi di
sepanjang tahun 2013 serta kembali meningkatkan inflasi kelompok
volatile food di akhir tahun. Dengan demikian inflasi Jatim pada tahun
2013 diperkirakan secara tahunan berada di kisaran 7% + 1.
Masih terbatasnya proses produksi pangan karena berbagai kendala
seperti ketersediaan bibit, pengairan, pencegahan hama serta kerentanan
terhadap cuaca menajdi penyebab utama keterbatasan pasokan di
musim-musim tertentu sehingga belum dapat mendorong terjadinya
penurunan harga yang lebih dalam.
Dari sisi fundamental potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal
dari kelompok tradeable yang berasal dari kelompok perumahan dan
pendidikan, meskipun di sisi lain tren pelemahan harga emas dunia (pada
tingkat yang semakin kecil) dapat menahan laju inflasi di kelompok ini.
Cukup baiknya eskpektasi para pelaku usaha akan kondisi perekonomian
Jawa Timur, diimbangi dengan peningkatan kapasitas utilisasi produksi
sehingga dapat meminimalkan terjadinya output gap dan mendukung
stabilnya inflasi kelompok ini sampai dengan akhir tahun 2013.
Inflasi IHK di akhir tahun 2013, diperkirakan berada di kisaran 7% + 1 (yoy).
2012
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)
JAWA TIMUR 130.58 131.75 134.29 135.50 139.39 139.55 144.74
- Kota Surabaya 130.32 131.39 133.80 135.02 138.95 139.09 144.18
- Kota Malang 130.51 131.63 134.34 135.89 139.65 140.14 145.31
- Kota Kediri 129.34 130.90 134.04 134.62 138.00 138.82 144.47
- Kota Jember 131.12 132.22 134.39 135.86 139.66 139.33 144.83
- Kota Probolinggo 133.59 135.90 139.28 140.56 144.54 137.07 150.44
- Kota Madiun 134.42 135.20 137.51 138.20 142.52 144.58 147.45
- Kota Sumenep 128.26 129.81 132.63 133.44 137.77 142.10 141.63
LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)
JAWA TIMUR 3.97 4.63 4.50 4.50 6.75 5.93 7.78
- Kota Surabaya 4.19 4.69 4.29 4.37 6.63 5.86 7.75
- Kota Malang 3.80 4.44 4.58 4.60 7.01 6.46 8.17
- Kota Kediri 4.34 5.06 5.26 4.63 6.70 6.05 7.78
- Kota Jember 2.46 4.12 4.40 4.49 6.51 5.38 7.77
- Kota Probolinggo 3.19 4.66 5.55 5.88 8.20 5.59 8.02
- Kota Madiun 3.36 3.93 3.91 3.51 6.04 6.39 7.23
- Kota Sumenep 5.10 5.46 6.06 5.06 7.42 5.10 6.78
PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 95,330,557 98,085,149 100,427,099 99,823,633 101,637,322 104,923,561 106,946,358
- Pertanian 15,982,668 14,177,715 13,591,281 10,712,279 16,295,361 14,596,007 13,831,915
- Pertambangan dan Penggalian 1,893,917 2,120,466 2,160,927 2,225,952 1,944,490 2,169,220 2,267,291
- Industri Pengolahan 23,409,626 23,871,800 24,936,426 25,799,205 24,587,026 25,398,705 26,272,724
- Listrik, gas, dan air bersih 1,257,835 1,320,473 1,310,535 1,349,589 1,324,308 1,381,232 1,370,689
- Bangunan 2,893,702 3,224,522 3,314,209 3,408,133 3,132,579 3,564,182 3,594,584
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 30,081,571 31,799,848 32,958,742 33,535,338 32,903,774 34,637,806 35,764,742
- Pengangkutan dan komunikasi 6,945,037 7,627,427 7,949,406 8,119,044 7,707,809 8,393,503 8,800,228
- Keuangan, persewaan, dan jasa 5,156,525 5,439,472 5,544,158 5,662,313 5,594,390 5,857,555 5,954,027
- Jasa 2,145,164 8,503,427 8,661,415 2,996,662 2,239,473 8,925,351 9,090,159
Pertumbuhan (yoy)
- Pertanian 2.76 4.68 4.36 1.95 1.96 2.95 1.77
- Pertambangan dan Penggalian 5.09 1.66 1.01 1.11 2.67 2.30 4.92
- Industri Pengolahan 6.23 5.74 7.21 6.17 5.03 6.40 5.36
- Listrik, gas, dan air bersih 7.07 6.69 5.25 5.90 5.28 4.60 4.59
- Bangunan 10.18 5.58 6.84 6.10 8.26 10.53 8.46
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.69 10.61 9.79 10.13 9.38 8.92 8.51
- Pengangkutan dan komunikasi 13.17 8.05 8.79 9.10 10.98 10.04 10.70
- Keuangan, persewaan, dan jasa 7.76 8.92 8.18 7.20 8.49 7.69 7.39
- Jasa 4.75 4.96 4.63 4.97 4.40 4.96 4.95
Pertumbuhan PDRB (yoy ) 7.27 7.31 7.41 7.09 6.62 6.97 6.49
2013INDIKATOR
LAMPIRAN
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
xviii
A. PerbankanA. PerbankanA. PerbankanA. Perbankan
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III
Bank Umum :Bank Umum :Bank Umum :Bank Umum :
Total Asset (Rp. Triliun) 304.22 322.89 342.66 353.60 362.32 379.47 406.88
DPK (Rp. Triliun) 252.81 262.25 273.66 289.09 287.82 293.80 313.69
- Tabungan (Rp. Triliun) 109.95 116.20 122.89 134.22 130.08 133.15 140.54
- Giro (Rp. Triliun) 42.85 43.54 46.07 47.67 46.57 45.98 51.85
- Deposito (Rp. Triliun) 100.00 102.50 104.70 107.20 111.16 114.67 121.31
Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 192.75 210.06 223.51 239.48 245.21 265.35 284.35
- Modal Kerja 112.31 123.45 129.66 139.52 142.72 153.43 165.97
- Investasi 26.13 28.75 31.21 33.72 33.43 38.62 41.56
- Konsumsi 54.32 57.86 62.64 66.25 69.06 73.31 76.82
Non Performing Loan (NPL-Gross) 2.96 2.73 2.64 2.60 2.26 2.12 2.02
Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 76.25% 80.10% 85.07% 82.84% 85.20% 90.32% 90.64%
Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 63.21 68.87 63.65 68.53 70.40 78.65 79.16
NPL UMKM Gross (%) 4.22 3.82 3.68 3.63 3.89 3.56 3.59
BPR :BPR :BPR :BPR :
Total Asset (Rp. Triliun) 6.98 7.35 8.01 8.33 8.57 8.97 9.39
DPK (Rp. Triliun) 4.18 4.39 4.74 4.89 4.98 5.09 5.30
- Tabungan (Rp. Triliun) 1.33 1.35 1.47 1.57 1.61 1.60 1.65
- Deposito (Rp. Triliun) 2.85 3.03 3.27 3.32 3.38 3.50 3.65
Kredit (Rp. Triliun) 5.15 5.57 5.81 5.94 6.19 6.70 6.92
- Modal Kerja 3.36 3.63 3.78 3.80 4.11 4.48 4.62
- Investasi 0.16 0.17 0.20 0.28 0.20 0.23 0.26
- Konsumsi 1.64 1.77 1.83 1.85 1.88 1.99 2.05
Non Performing Loan (NPL-Gross) 4.29% 4.14% 4.24% 3.39% 3.84% 3.88% 3.88%
Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 123.38% 127.08% 123% 121% 124% 131% 131%
-
SYARIAH :SYARIAH :SYARIAH :SYARIAH : -
Total Asset (Rp. Triliun) 12.01 13.14 14.08 16.57 17.27 18.74 19.23
DPK (Rp. Triliun) 9.32 9.88 10.59 12.39 13.13 13.83 13.90
- Giro (Rp. Triliun) 0.84 0.88 0.88 1.39 1.22 1.27 0.75
- Tabungan (Rp. Triliun) 4.90 5.08 5.43 4.83 4.95 7.29 7.36
- Deposito (Rp. Triliun) 3.58 3.92 4.28 6.18 6.97 5.27 5.78
Pembiayaan (Rp. Triliun) 8.93 10.03 10.68 11.99 12.46 13.53 13.84
- Modal Kerja 3.60 4.16 4.54 5.08 5.24 5.74 6.04
- Investasi 1.51 1.75 1.89 2.29 2.30 2.57 2.50
- Konsumsi 3.83 4.12 4.25 4.61 4.92 5.22 5.30
Non Performance Financing (NPF) % 1.36 1.43 1.63 1.43 1.91 1.97 2.54
Financing to Deposit Ratio (FDR) % 95.77 101.59 100.80 96.72 94.84 97.84 99.57
B. SISTEM PEMBAYARANB. SISTEM PEMBAYARANB. SISTEM PEMBAYARANB. SISTEM PEMBAYARAN
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III
Inflow (Rp. Triliun) 12.70 20.08 14.91 9.99 15.99 11.35 18.78
Outflow (Rp. Triliun) 6.52 12.08 14.30 11.53 8.16 11.77 18.05
Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 4.76 5.10 0.29 0.88 0.93 0.25 5.02
Nominal Transaksi RTGS 122.21 182.77 185.10 197.88 126.58 220.10 210.82
Volume Transaksi RTGS 141,322 172,750 146,738 189,920 79,223 170,050 171,756
Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 44.05 46.32 38.59 46.11 36.69 49.46 51.73
Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.40 1.40 1.28 1.29 1.12 1.38 1.35
Tolakan Kliring (Rp. Juta) 632,814 638,541 637,615 979,293 964,720 774,711 964,847
Tolakan Kliring (lembar) 20,065 19,361 23,280 21,770 25,418 21,488 25,638
2013201320132013
2013201320132013
2012201220122012
2012201220122012INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMURINDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMURINDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMURINDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR
�
Bab 1Bab 1Bab 1Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONAL
�
1
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
1111 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1.1.1.1.1.1.1. KONDISI UMUMKONDISI UMUMKONDISI UMUMKONDISI UMUM
Ekonomi Jatim periode ini tumbuh melambat (6,49% - yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya pada level 6,89% (direvisi dari sebelumnya 6,97%). Angka ini pun lebih rendah
dari perkiraan KPwBI Wil.IV pada level 7,09% (yoy). Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi
hingga triwulan III 2013 mencapai 6,68% (ctc), lebih rendah dibandingkan Januari –September
2012 pada level 7,33% (ctc).
Dari sisi permintaan, perlambatan ini disebabkan masih rendahnya pertumbuhan
transaksi ekspor khususnya ke kawasan ASEAN. Hingga September 2013, ekspor komoditas
utama tumbuh lebih rendah meliputi komoditas tembaga, bahan kimia organik dan
perhiasan/permata. Sumbangan pertumbuhan ekspor Jatim sebesar 2,81%, lebih rendah dari
triwulan II 2013 di kisaran 3,50%. Di sisi lain, sumbangan impor sedikit melambat dari 2,48%
menjadi 2,32%. Selain itu, masih rendahnya serapan belanja modal pemerintah mengakibatkan
penurunan kontribusi komponen ini pada perekonomian. Dari sisi investasi hingga triwulan III
2013 tercatat pertumbuhan investasi swasta tidak beranjak dari kisaran 6% (yoy), dimama
realisasi investasi lebih banyak berupa investasi non bangunan dan bersifat
penggantian/peremajaan mesin. Hal tersebut terkonfirmasi oleh hasil liaison, dimana
perusahaan cenderung melakukan aksi wait and see di tengah ketidakpastian faktor eksternal
dan peningkatan biaya produksi dalam negeri. Tercatat hanya konsumsi rumah tangga dan
lembaga swasta nirlaba yang meningkat sebagai respon atas momentum Hari Raya Idul Fitri
pada bulan Agustus 2013. Indikator konsumsi ini searah dengan hasil Survei Konsumen (SK)
dan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan BI KPw Jatim.
Dari sisi penawaran, perlambatan terbesar disumbang dari menurunnya kinerja sektor
industri pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Namun, sektor
pertanian, pertambangan serta sektor pengangkutan dan komunikasi masih mampu tumbuh
lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Kenaikan biaya produksi akibat faktor dalam
negeri (kenaikan upah buruh, biaya energi dan beban bunga pinjaman) dan faktor luar negeri
(depresiasi nilai tukar), turut menjadi beban sektor usaha, yang mengakibatkan penurunan
pendapatan sektor korporasi. Hal ini turut dikonfirmasi dari hasil liaison yang menyatakan
2
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
Grafik 1.1Grafik 1.1Grafik 1.1Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral
Prov.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa Timur
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi PermintaanKontribusi PDRB Sisi PermintaanKontribusi PDRB Sisi PermintaanKontribusi PDRB Sisi Permintaan
Prov.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa Timur
tergerusnya marjin usaha sejak bulan Agustus 2013 pasca depresiasi nilai tukar sehingga
mengakibatkan kenaikan biaya bahan baku. Di sisi lain, derasnya impor kelompok tekstil
mengakibatkan pelaku usaha terpaksa menurunkan kapasitas produksinya karena kalah
bersaing dengan produk Cina. Di pasar dalam negeri, transaksi perdagangan antar pulau
mengalami perlambatan akibat menurunnya kinerja ekspor antar pulau. Hal ini berujung
pada melemahnya pertumbuhan sub sektor perdagangan besar Jawa Timur. Disisi lain,
sebagaimana diperoleh dari hasil Survei Pemantauan Harga Properti (SHPR) BI KPw
Jatim, kenaikan suku bunga konsumsi dan biaya material konstruksi turut mempengaruhi
tingkat pembangunan properti residensial dan komersial, khususnya kelompok menengah.
Hal ini berdampak pada melambatnya pertumbuhan sektor jasa (sub sektor real estate) dan
sektor konstruksi.
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
71.36
0.64
7.40
20.58
2.22
21.97
-24.17
70.59
0.64
7.14
20.86
1.76
21.98
-22.97
70.81
0.66
7.63
21.36
1.14
23.55
-25.14
-40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Perubahan Stok
Ekspor
Impor q3-2012
q2-2013
q3-2013
5.79 5.89
6.32
6.44
5.97
6.11
5.61
4.33
5.01
5.28 5.42
5.81
6.53
7.14 7.20
7.17
7.29 7.29
7.11
7.27 7.31 7.41
7.09
6.65
6.89
6.49 6.03
6.64 6.58
5.85
6.30 6.25
5.28
4.52
4.14
4.27
5.60
5.99
6.29
5.81
6.45 6.52 6.29 6.36
6.16
6.11 6.03
5.81
5.60
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur
%
y
o
y
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II III IV I II III
2007 2008 2009* 2010 2011 2012 2013
JASA-JASA
KEUANGAN, PERSEWAAN, &
JS. PRSH.
PENGANGKUTAN &
KOMUNIKASI
PERDAGANGAN, HOTEL &
RESTORAN
BANGUNAN
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
INDUSTRI PENGOLAHAN
PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN
PERTANIAN
15.12
2.07
27.13
1.33
4.60
30.58
5.71
5.04
8.41
14.63
2.04
26.48
1.23
4.76
31.58
6.13
5.07
8.08
0 5 10 15 20 25 30 35
PERTANIAN
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
JASA-JASATw III 2013
Tw III 2012
Tw II 2013
(%, yoy)
3
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, masih tingginya konsumsi rumah tangga turut menahan
perlambatan ekonomi, dengan sumbangan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,21% (yoy).
Selanjutnya, meskipun investasi swasta belum bergerak dari level pertumbuhan 6% (yoy),
namun besarannya merupakan kedua yang tertinggi sebagai pendorong kerja mesin ekonomi
di angka 1,17%. Sumber perlambatan ekonomi periode laporan masih berasal dari belum
pulihnya kinerja transaksi ekspor-impor luar negeri Jawa Timur. Sedangkan, kinerja
perdagangan dalam negeri relatif stagnan, berbeda arah dengan pola sebelumnya, khususnya
mengingat pada triwulan ini terdapat momentum bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri.
a. Konsumsia. Konsumsia. Konsumsia. Konsumsi
Pada triwulan III 2013, kinerja konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Tercatat pertumbuhannya mencapai 7,54% (yoy),
meningkat dari triwulan II 2013 pada level 6,94%. Tren ini turut dikonfirmasi oleh perbaikan
level pertumbuhan/indeks beberapa indikator konsumsi, seperti hasil survei konsumen,
konsumsi listrik rumah tangga dan sumber pembiayaan konsumsi masyarakat. Sedangkan
indikator indeks omset riil relatif stabil di atas level 115.
Meningkatnya kinerja konsumsi masyarakat turut dikonfirmasi oleh hasil survei konsumsi,
dengan bertahannya indeks di atas level 120. Membaiknya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
(IKE) mencerminkan kenaikan level konsumsi masyarakat periode laporan. Perbaikan indeks ini
utamanya didorong oleh Indeks Penghasilan Saat Ini, sebagai efek lanjut dari kenaikan upah
buruh sebesar 30% di tahun 2013. Namun, di sisi lain, adanya kekhawatiran atas
perekonomian Jatim dan Indonesia dalam 6 (enam) bulan mendatang mengakibatkan
melemahnya capaian Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Meningkatnya tekanan domestik pasca
kenaikan komponen biaya produksi serta masih berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Grafik 1.6Grafik 1.6Grafik 1.6Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim Sumber: BPS Jatim
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Kons. RT Kons. Pemerintah
g_Kons. RT (rhs) g_Kons. Pemerintah (rhs)T
r
i
l
i
u
n
R
p
%
Y
O
Y
-3,500
-3,000
-2,500
-2,000
-1,500
-1,000
-500
0
500
1,000
-6
-4
-2
0
2
4
6
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Net Ekspor Luar Negeri Net Ekspor Antar Pulau
g_Net Ekspor Luar Negeri (rhs) g_Net Ekspor Antar Pulau (rhs)
T
r
i
l
i
u
n
R
p
%
Y
O
Y
4
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik 1.9Grafik 1.9Grafik 1.9Grafik 1.9 Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran
Sumber: PLN Distribusi Jatim
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.8888 Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Kondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.7777 Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Keyakinan KonsumenKeyakinan KonsumenKeyakinan KonsumenKeyakinan Konsumen
diterjemahkan oleh para responden dengan menurunnya keyakinan kondisi ekonomi dan
penghasilan pada 6 (enam) bulan mendatang.
Meningkatnya konsumsi rumah tangga turut dikonfirmasi oleh hasil Survei Penjualan
Eceran yang bertahan di atas indeks 115. Transaksi pembelian eceran masyarakat didominasi
oleh kelompok barang barang budaya dan rekreasi, barang bahan kimia, barang konstruksi,
suku cadang dan alat tulis. Momentum bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri menjadi pemicu
meningkatnya pembelian kelompok pakaian serta kelompok makanan, minuman dan
tembakau. Secara keseluruhan, indeks omset riil dari Hasil Survei Penjualan Eceran yang
dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV bertahan pada indeks 116.
Sementara itu, indikator konsumsi listrik rumah tangga mengindikasikan terjadinya
peningkatan konsumsi, yaitu dari 886 juta Kwh menjadi 910 juta Kwh atau meningkat dari
108,79 menjadi 110,09 Kwh per pelanggan. Kenaikan ini dipicu dari banyaknya
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.10101010 Konsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah Tangga
-
100
200
300
400
500
600
-
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Omset Riil Peralatan Rumah Tangga
Pakaian & Perlengkapannya Makanan, Minuman, Tembakau
Alat Tulis Konstruksi
Barang Budaya dan Rekreasi
Indeks Indeks
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Indeks
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
70
80
90
100
110
120
130
140
150
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Kwh/pelangganKwhKwh/
pelanggan
5
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11111111 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit Konsumsi
penyelenggaraan kegiatan masyarakat dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri pada bulan
Agustus 2013.
Sementara itu, konsumsi BBM jenis premium pun meningkat sebagai konsekwensi dari
rutinitas mudik masyarakat Jawa Timur di saat Hari Raya Idul Fitri. Kenaikan harga pada
pertengahan Juni belum direspon negatif, mengingat tingginya kebutuhan konsumsi BBM
untuk kegiatan mudik Hari Raya. Dalam mengantisipasi lonjakan konsumsi ini, KPwBI Wil.IV
telah berkoordinasi dengan instansi terkait guna memastikan terjaganya stok BBM premium
hingga akhir tahun di seluruh wilayah kab/kota Jawa Timur.
Pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi
masyarakat menunjukkan terjaga pada level 15%. Komponen jenis simpanan yang tumbuh
meningkat adalah jenis giro (dari 7,15% menjadi 7,77%) dan deposito (dari 11,11% menjadi
12,76%). Sedangkan jenis tabungan mengalami penurunan dari 19,34% (yoy) menjadi
18,29%. Penggunaan dana tabungan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi
masyarakat mengakibatkan penurunan pertumbuhan pada periode laporan. Sedangkan
meningkatnya suku bunga simpanan perbankan dan faktor masih tingginya ketidakpastian
ekonomi domestik dan global menjadi pendorong meningkatnya pertumbuhan dana simpanan
masyarakat jenis deposito. Sebagai sumber pembiayaan lainnya, kenaikan suku bunga
konsumsi pada bulan Agustus 2013 mengakibatkan perlambatan kredit konsumsi Bank Umum,
yaitu dari 26,69% (yoy) menjadi 22,63%.
b. Investasib. Investasib. Investasib. Investasi
Kinerja investasi Jawa Timur yang tercermin pada tingkat pertumbuhan investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto – PMTB) pada triwulan III 2013 meningkat dari 6,34% (yoy)
menjadi sebesar 6,50% pada periode laporan. Namun, jika dinilai dari sumbangannya, realisasi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11112222 Dana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan Perorangan
-5,00
10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
%y
oy
Modal Kerja Investasi Konsumsi
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
gDPK Perorangan
gGiro Perorangan (rhs)
gTab Perorangan (rhs)
gDep Perorangan (rhs)
%yoy% yoy
6
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.16161616 Perkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit Investasi
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.11.11.11.15555 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PMTBPMTBPMTBPMTB
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11113333 Perkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek Investasi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11114444 Perkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek Investasi
PMTB periode ini masih lebih rendah yaitu dari 1,23% menjadi 1,17%. Pertumbuhan investasi
di sepanjang tahun 2013 tercatat cenderung stagnan di level 6% (yoy).
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh
informasi bahwa kinerja penanaman modal pada periode laporan mengindikasikan hal serupa
pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Dapat dilaporkan, bahwa realisasi investasi jenis PMA mencapai USD 609,9 juta (109 proyek)
sedangkan PMDN sebesar Rp. 8,807.8 milyar (78 proyek).
Berdasarkan informasi dari kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Wilayah IV, realisasi investasi lebih banyak berupa investasi non bangunan dan
bersifat penggantian/peremajaan mesin. Perusahaan cenderung melakukan aksi wait and see di
tengah ketidakpastian faktor eksternal dan peningkatan biaya produksi dalam negeri.
Sumber: BKPM
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah
Sumber: BKPM
-100%
0%
100%
200%
300%
-
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN
Perubahan Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMDN
-400%
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Nilai Proyek PMA (USD million) Nilai Proyek PMDN (Rp miliar)
g Nilai Proyek PMA g Nilai Proyek PMDN
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pembentukan Modal Tetap Bruto
gPMTB (rhs)
T
r
i
l
i
u
n
R
p
%
Y
O
Y -5,00
10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
%y
oy
Modal Kerja Investasi Konsumsi
Jumlah
USD Miliar
7
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.11.11.11.17777 Perkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan Semen
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.11.11.11.18888 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Impor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang Modal
Indikator lainnya juga mengindikasikan hal yang sama, sebagaimana tercermin dari
terjaganya level pertumbuhan kredit investasi yang merupakan salah satu sumber pembiayaan
investasi dari Bank Umum. Pada periode laporan tercatat pertumbuhan kredit jenis ini terjaga
di atas level 33%. Mayoritas investasi dalam bentuk non bangunan/mesin turut dikonfirmasi
oleh indikator volume penjualan semen di Jawa Timur, yang mengalami perlambatan dari
5,40% (yoy) menjadi 1,09%. Searah dengan indikator volume penjualan semen, indikator
kinerja impor barang modal mengindikasikan adanya peningkatan transaksi dibandingkan
periode sebelumnya. Tracking atas perkembangan impor barang modal pada triwulan III 2013
menginformasikan masih stabilnya transaksi kelompok barang ini, yang didominasi impor mesin
dari Cina.
c.c.c.c. EksporEksporEksporEkspor----ImporImporImporImpor
Pada triwulan III 2013, neraca perdagangan Jawa Timur masih belum stabil dengan
menurunnya angka net ekspor dari Rp. 4,22 triliun menjadi Rp. 3,86 triliun. Meningkatnya nilai
net ekspor perdagangan dalam negeri dari Rp. 3,47 triliun menjadi Rp. 3,70 triliun menjadi
penahan turunnya nilai net ekspor luar negeri dari Rp. 0,75 triliun menjadi Rp. 0,16 triliun.
Informasi pendukung lainnya menginformasikan kondisi serupa, yaitu laporan aplikasi
Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan Permohonan Impor Barang (PIB) kembali mencatatkan
net impor sebesar USD 1.176,83 juta dengan faktor pendorong dari peningkatan net impor
barang modal (dari sebelumnya kondisi net impor sebesar USD 446,20 juta menjadi net impor
USD 619,90 juta) dan masih berlanjutnya net impor barang bahan baku dari (dari sebelumnya
kondisi net impor sebesar USD 1,187.67 juta menjadi net impor USD 1.064,35 juta). Sedangkan
kelompok barang konsumsi mencatatkan kondisi net ekspor pada besaran yang lebih rendah,
yaitu dari USD 874,72 juta menjadi USD 507,43 juta. Berdasarkan data ini, kinerja perdagangan
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penjualan Semen g_Penjualan Semen (Juta Sak) (%, yoy)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
140
160
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Capital Goods g_Capital Goods(FOB, juta
usd)
(%,
yoy)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah
8
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.19191919 Perkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Jatim
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.21.21.21.20000 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim
luar negeri Jatim melemah cukup dalam dibandingkan periode sebelumnya. Depresiasi nilai
tukar sejak Juli 2013 berpengaruh pada peningkatan nilai ekspor barang Jawa Timur. Namun,
di sisi lain, masih tingginya ketergantungan impor bahan baku mengakibatkan defisit neraca
perdagangan Jawa Timur makin melebar. Rendahnya pertumbuhan transaksi ekspor khususnya
terjadi untuk negara tujuan kawasan ASEAN. Hingga September 2013, ekspor komoditas
utama tumbuh lebih rendah meliputi komoditas tembaga, bahan kimia organik dan
perhiasan/permata.
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.24444 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NilaiNilaiNilaiNilai ImporImporImporImpor
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.22222 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.21111 Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai EksporEksporEksporEkspor Per Jenis BarangPer Jenis BarangPer Jenis BarangPer Jenis Barang
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.23333 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NilaiNilaiNilaiNilai EksporEksporEksporEkspor
-6
-4
-2
0
2
4
6
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Net Ekspor Luar Negeri Net Ekspor Antar Pulau Net Ekspor
T
r
i
l
i
u
n
R
p
Sumber: BPS Jatim(800)
(600)
(400)
(200)
-
200
400
600
800
1,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
NET EKSPOR (USD Juta) Net Capital Goods
Net Intermediate Goods Net Consumption Goods(juta usd)(juta usd)
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
g_Total Ekspor
g_Capital Goods (rhs)
g_Intermediate Goods (rhs)
g_Consumption Goods (rhs)
(%,
yoy)
(juta usd)
Juta USD
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Total Ekspor g_Total Ekspor (%,
yoy)
(juta usd)
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Total Impor g_Total Impor(FOB, juta
usd)
(%,
yoy)
9
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.22225555 Nilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis Barang
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.21.21.21.26666 Pertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis Barang
1.2.1.2.1.2.1.2. SISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2013 secara
keseluruhan masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (PHR), Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian, dengan rincian kontribusi
31,58% (PHR), 26,48% (Industri Pengolahan), dan 14,63% (Pertanian). Secara umum, jumlah
kontribusi ketiga sektor utama tersebut mencapai 72,68%, sedikit lebih rendah apabila
dibandingkan dengan proporsi ketiganya pada Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 72,77%.
Penurunan proporsi ini didorong oleh kontribusi sektor pertanian yang menurun 0,74%
dibandingkan triwulan II-2013.
Sektor Pertanian, Pertambangan serta Pengangkutan dan Komunikasi mencatat
pertumbuhan positif pada triwulan III-2013, sementara enam sektor lainnya mengalami
perlambatan. Pertumbuhan tertinggi dinikmati oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi,
yaitu sebesar 10,70% (yoy) pada triwulan III-2013 dengan pertumbuhan tertinggi di sub sektor
Komunikasi, yaitu sebesar 12,61%. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan jasa komunikasi dan angkutan selama hari raya Idul Fitri. Sektor pertanian dan
pertambangan juga mengalami pertumbuhan positif, yaitu masing-masing tumbuh dari 1,46%
menjadi 1,77%, dan dari 2,6% menjadi 4,9% pada triwulan laporan.
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
5,500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Consumption Goods Intermediate Goods Capital GoodsJ
U
T
A
U
S
D
(
C
I
F)
(juta usd)
-60.0
-40.0
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
g_Total Impor g_Capital Goods
g_Intermediate Goods g_Consumption Goods
%
y
o
y
(juta usd)
10
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Tabel.1.3 Tabel.1.3 Tabel.1.3 Tabel.1.3 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (%, yoy)
Berbeda dengan triwulan sebelumnya, sektor Industri Pengolahan mengalami
perlambatan yang cukup dalam, yaitu dari 6,62% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 5,36%
pada triwulan III-2013. Perlambatan paling besar dialami oleh sub sektor Barang Kayu dan Hasil
Hutan Lainnya yang melambat 11,91%, dari 15,35% menjadi 3,44%. Sementara itu,
perlambatan pada sektor bangunan juga cukup signifikan, yaitu tumbuh menurun dari 10,53%
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.29292929 Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Tiga Sektor UtamaTiga Sektor UtamaTiga Sektor UtamaTiga Sektor Utama
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.30000 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.31111 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
I II III IV I II III IV I II III
Pertanian 2.82 6.15 2.06 1.64 2.76 4.68 4.36 1.95 1.96 1.46 1.77
Pertambangan 10.3 1.9 4.5 4.9 5.1 1.7 1.0 1.1 2.7 2.6 4.9
Industri Pengolahan 6.66 2.50 5.60 5.96 6.23 5.74 7.21 6.17 5.16 6.62 5.36
Listrik, Gas & Air Bersih 7.22 4.54 5.17 5.65 7.07 6.69 5.25 5.90 5.28 4.60 4.59
Bangunan 7.42 7.23 8.90 8.99 10.18 5.58 6.84 6.10 8.26 10.53 8.46
Perdagangan, Hotel & Restora 9.60 5.76 10.44 9.69 9.69 10.61 9.79 10.13 9.38 8.92 8.51
Pengangkutan & Komunikasi 12.41 7.82 11.61 9.85 13.17 8.05 8.79 9.10 10.98 10.04 10.70
Keuangan, Persewaan & Jasa P 8.21 5.40 8.17 7.87 7.76 8.92 8.18 7.20 8.49 7.84 7.39
Jasa-jasa 3.89 3.70 2.55 5.82 5.18 4.96 4.63 5.50 5.68 5.70 4.95
PDRB 7.17 7.29 7.29 7.11 7.27 7.31 7.41 7.09 6.65 6.89 6.49
20132011 2012Lapangan Usaha
0
2
4
6
8
10
12
14
16
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
Pertanian
Industri Pengolahan
Perdagangan, Hotel&Restoran
0
2
4
6
8
10
12
14
16
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
Listrik, Gas & Air Bersih
Pertambangan & Penggalian
Bangunan
(%, yoy)
(%, yoy)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
Jasa-Jasa
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
(%, yoy)
11
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.32222 Utilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas Produksi
menjadi 8,46%. Sektor lainnya yang turut melambat antara lain sektor Perdagangan, Hotel &
Restoran (PHR) yang tumbuh di level 8,51%, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
(7,39%) dan sektor Jasa-Jasa (4,95%), seluruhnya secara yoy. Berbeda dengan triwulan
sebelumnya, pertumbuhan sektor primer cenderung positif, sektor sekunder cenderung
melambat, sedangkan sektor tersier cenderung stabil.
Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha di Jawa Timur, yaitu hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
menunjukkan adanya penurunan tingkat utilisasi kapasitas produksi dari 79,28% menjadi
76,55%. Penurunan ini didorong oleh menurunnya utilisasi sektor utama, yakni Pertanian
sebesar 8,16%, Industri Pengolahan (1,16%), dan Listrik, Gas dan Air (3,56%). Sementara
apabila dilihat dari rincian sub sektor, maka sub sektor listrik mengalami penurunan utilisasi
terbesar, disusul oleh sub sektor semen dan barang galian bukan logam, serta sub sektor
perikanan. Secara keseluruhan tingkat utilisasi kapasitas produksi sektor utama Jawa Timur
masih berada di atas 70%.
Penurunan kinerja ekonomi pada triwulan III 2013 turut dikonfirmasi oleh indeks
realisasi usaha pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengalami penurunan signifikan
dari 37,72 menjadi 9,03. Secara sektoral, perlambatan sektor utama pun searah dengan indeks
realisasi usaha di sektor tersebut yang menurun. Indeks realisasi usaha sektor Pertanian
menurun sebesar 7,86, sementara sektor industri pengolahan menurun 4,17 dan sektor PHR
menurun 6,95. Ke depan, di perkirakan indeks realisasi usaha sektor utama tersebut mampu
stabil kembali di angka total 15,72 pada triwulan IV-2013 seiring dengan harapan perbaikan
perekonomian nasional dan Jawa Timur.
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.33333 Utilisasi Kapasitas Produksi Utilisasi Kapasitas Produksi Utilisasi Kapasitas Produksi Utilisasi Kapasitas Produksi SektoralSektoralSektoralSektoral
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
I I I III IV I II II I IV I II I II IV I II III IV I II II I
2009 2010 2011 2012 2013
Total Pertanian
Pertambangan Industri Pengolahan
Listrik Gas Air Bersih%, SBT
-4.00
1.00
6.00
11.00
16.00
21.00
26.00
31.00
36.00
41.00
64.00
66.00
68.00
70.00
72.00
74.00
76.00
78.00
80.00
82.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011 2012 2013
% SBT
Kapasitas Produksi Terpakai (Persen)
Perkembangan Kegiatan Usaha (left axis)
12
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
a.a.a.a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)
Masih sama dengan pola historisnya, pertumbuhan sektor PHR termasuk dalam 2 (dua)
besar sektor dengan pertumbuhan tertinggi dalam struktur ekonomi Jatim. Pada
triwulan III 2013, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran tercatat mengalami pertumbuhan
kedua tertinggi yaitu mencapai 8,51% (yoy), namun melemah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,92%(yoy). Perlambatan ini dipicu oleh
melemahnya pertumbuhan di seluruh sub sektor PHR, terutama hotel yang menurun dari
9,04% (yoy) menjadi 8,27% (yoy). Sedangkan kedua sub sektor lainnya yaitu restoran dan
perdagangan besar dan eceran masing-masing juga menurun menjadi 9,04% (yoy) dan
8,27% (yoy). Kenaikan harga BBM yang mendorong tingginya harga barang dan jasa turut
berpengaruh pada penurunan kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub
sektor restoran. Sementara itu, tingginya impor, terutama kelompok tekstil dan persaingan
produk lokal dengan China menyebabkan sektor usaha menurunkan kapasitas produksinya,
sehingga memperlambat pertumbuhan perdagangan besar.
Perlambatan kinerja sub sektor hotel di Jawa Timur dikonfirmasi oleh perlambatan
pertumbuhan beberapa indikator seperti Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan lama tinggal
tamu di Hotel Berbintang. Tercatat, TPK Hotel Berbintang mengalami penurunan dari
sebelumnya mencapai 52,69% pada triwulan II-2013 menjadi 50,73% pada triwulan III-2013.
Indikator rata–rata lama menginap tamu di hotel berbintang turut mengindikasikan adanya
penurunan, baik tamu asing maupun domestik. Tercatat rata-rata lama menginap tamu asing
pada triwulan II adalah selama 4,08 hari, sementara pada pada triwulan III-2013 berkurang
menjadi selama 2,22 hari. Begitu pula dengan rata-rata menginap tamu domestik yang
berkurang dari 1,88 hari pada triwulan III-2012, menjadi 1,73 hari pada periode laporan.
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.34444 Indeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi Usaha
Grafik Grafik Grafik Grafik 1.31.31.31.35555 Indeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha Sektoral
-27.23
7.05
22.1
-0.45
-18.91
11.35
22.32
25.86
-1.85
21.623.29
4.15
1.1
19.5518.54
6.47
-1.46
20.88
11.6
15.81
6.43
26.35
8.49
35.87
12.65
31.82
16.30
12.71
2.60
37.72
9.03
15.72
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Realisasi Usaha
S
B
T
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
S
B
T
13
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.36666
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.37373737
Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
Penurunan kinerja PHR tersebut juga ditunjukkan dengan jumlah wisatawan mancanegara
(wisman) yang datang melalui bandara Juanda mengalami penurunan signifikan, yaitu 13,31%
(qtq), dari 19.898 orang menjadi 17.250 orang.
Faktor penyebab melambatnya kinerja sub sektor hotel yakni perlambatan ekonomi
internasional, terutama negara sedang berkembang (emerging market) dan Amerika Serikat
(AS). Seperti diketahui, sebagian besar wisatawan asing Jawa Timur berasal dari wilayah Asia.
Depresiasi mata uang di sebagian besar negara sedang berkembang terhadap USD
menyebabkan menurunnya daya beli dan minat berwisata wisman. Selain itu, instabilitas
perekonomian Indonesia pada triwulan III-2013, seperti inflasi yang tinggi turut memberikan
sentimen negatif wisatawan asing terhadap Indonesia.
Meskipun kinerja sektor ini mengalami perlambatan, namun potensi pemulihan
kinerjanya diperkirakan masih tinggi. Hal ini seiring dengan stabilnya indikator konsumsi listrik
golongan usaha atau bisnis di Jawa Timur. Konsumsi listrik golongan usaha/bisnis tumbuh
2,27% (qtq), yaitu dari 260,87 KwH menjadi 266,8 KwH pada triwulan laporan atau 14,78%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
TPK Hotel Berbintang Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
%
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.38383838
Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.39393939
Konsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan Bisnis
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Asing Indonesia Total
H
A
R
I
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan
Sumber : PLN (diolah)
Kwh%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
TPK Hotel Berbintang Jatim
gJumlah Wisman Melalui Juanda
%
Sumber : BPS, diolah
14
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
secara year on year. Ke depan, sektor ini diperkirakan dapat kembali stabil seiring dengan
masih tingginya pasar usaha restoran dan perdagangan di Jawa Timur.
b. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 5,36% (yoy), tumbuh
lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya yang mencatat
pertumbuhan sebesar 6,62% (yoy). Perlambatan sektor ini dipicu oleh menurunnya sub sektor
barang kayu dan hasil hutan lainnya yang menurun menjadi 3,44% (yoy), pupuk, kimia dan
barang dari karet (4,37%), serta tekstil, barang kulit dan alas kaki (2,91%).
Berdasarkan rilis data industri manufaktur, diperoleh informasi bahwa produksi industri
manufaktur besar dan sedang pada triwulan III-2013 mengalami kenaikan 3,03% (yoy), namun
lebih rendah dibanding angka nasional yang mencapai 6,83%. Pertumbuhan produksi industri
manufaktur besar dan sedang disumbang oleh pertumbuhan industri alat angkut lainnya. Di sisi
lain, Industri mikro dan kecil Jawa Timur pun mengalami peningkatan pertumbuhan produksi
sebesar 5,35% (yoy) dan lebih tinggi dari level nasional yang tumbuh 4,86%. Kenaikan
tersebut terutama disebabkan karena peningkatan kinerja sub sektor industri komputer, barang
elektronik dan optik serta industri kertas dan barang dari kertas.
Perlambatan kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh penurunan impor
bahan baku dan modal. Kenaikan biaya produksi akibat faktor dalam negeri ( biaya energi dan
beban bunga pinjaman) dan faktor luar negeri (depresiasi nilai tukar), turut menjadi beban
sektor usaha, yang mengakibatkan penurunan pendapatan sektor korporasi. Hal ini turut
dikonfirmasi dari hasil liaison yang menyatakan tergerusnya marjin usaha sejak bulan Agustus
2013 pasca depresiasi nilai tukar sehingga mengakibatkan kenaikan biaya bahan baku.
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.41.41.41.40000 Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Sektor Indusri PengolahanSektor Indusri PengolahanSektor Indusri PengolahanSektor Indusri Pengolahan
Sumber: BPS Jatim , diolah
-8
-3
2
7
12
17
22
27
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2010 2011 2012 2013
Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Kertas dan Barang Cetakan
Logam Dasar Besi & Baja Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya
%, yoy
15
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Apabila dilihat dari indikator jumlah konsumsi listrik golongan industri, pada triwulan III-
2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu tumbuh 29,95% (yoy) atau 36,44%
(qtq). Hampir serupa dengan pola golongan usaha atau bisnis, peningkatan kinerja golongan
industri terutama disebabkan karena tingginya permintaan barang dan jasa masyarakat pada
momen ramadhan dan lebaran. Oleh karena itu, produksi yang dilakukan oleh industri
pengolahan di Jawa Timur meningkat sebagaimana direpresentasikan dengan jumlah konsumsi
listrik yang dikonsumsi golongan tersebut.
c. Pertanianc. Pertanianc. Pertanianc. Pertanian
Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Jawa Timur sedikit meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,77% (yoy), yang didorong oleh meningkatnya produksi
sub sektor perikanan (4,33% - yoy) dan perikanan (4,33%). Seluruh sub sektor mengalami
pertumbuhan positif kecuali sektor peternakan yang melambat menjadi -0,59%. Perlambatan
sektor ini disebabkan karena penurunan jumlah ternak, sebagaimana hasil survei pertanian
pada September 2013 yang menyatakan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi dengan
penurunan jumlah ternak sapi terbesar yang mencapai 1,22 juta ekor jika dibandingkan dengan
tahun 2011.
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.42222 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PertumbuhanPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Impor Impor Impor Impor
Impor Impor Impor Impor Barang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan Baku
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.43333
Konsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan Industri
Sumber: BPS Jatim , diolah
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
80
180
280
380
480
580
680
780
880
980
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan
Sumber : PLN (diolah)
Kwh%
-60.0
-40.0
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
g_Total Impor g_Capital Goods
g_Intermediate Goods g_Consumption Goods
%
y
o
y
(juta usd)
Sumber: KPwBI Wil.IV (Jatim)
16
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian
Berdasarkan rilis data ARAM II Tahun 2013 diperoleh informasi adanya penurunan
produksi padi pada bulan Mei-Agustus 2013 yaitu dari 6,12 juta ton (Januari-April 2013)
menjadi 3,89 juta ton. Penyebab utama penurunan produktivitas padi adalah musim kering di
beberapa wilayah di Jawa Timur, seperti Jombang dan Madura. Sementara itu, pada bulan
September-Desember diramalkan akan terjadi penurunan produksi padi menjadi 2,14 juta ton.
Sebagaimana terkonfirmasi pada grafik di bawah ini, luas panen padi menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya seiring dengan semakin meningkatnya luas puso padi, sementara itu
pertumbuhannya mengalami peningkatan yakni tumbuh sebesar 10,39% (yoy). Luas panen
jagung mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya seiring dengan semakin
menurunnya luas puso jagung baik secara qtq maupun yoy, namun pertumbuhannya menurun
menjadi -1,24% (yoy).
Untuk mengatasi dampak akibat anomali cuaca, Dinas Pertanian wilayah Jawa Timur telah
menganggarkan pemberian bantuan sarana dan prasarana pertanian berupa jaringan irigasi,
lampu pembasmi hama dan mengoptimalkan program system of rice intensification (SRI) yang
telah berjalan sejak tahun 2011. Permasalahan makin berkurangnya luas lahan tanam di
daerah selain diatasi melalui penerbitan RTRW tingkat kab/kota juga dengan mengkoodinasikan
gerakan pemanfaatan lahan tadah hujan dan bantaran sungai oleh seluruh Dinas Pertanian di
Jawa Timur.
Pada tanaman hortikultura dan bumbu-bumbuan menunjukkan pasokan yang stabil,
seperti peningkatan produksi kedelai di Jember dan Nganjuk, produksi bawang merah yang
stabil. Namun, pasokan bawang putih cenderung langka, sehingga meningkatkan permintaan
impor, terutama dari China. Dari sisi harga, terdapat potensi kenaikan harga terutama pada
komoditas cabai dan bawang putih akibat kelangkaan pasokan.
I II III IV I II III IV I II III
PERTANIAN 2.82 3.35 2.06 1.64 2.76 4.68 4.36 1.95 1.96 1.46 1.77
1.1. Tanaman Bahan Makanan 1.88 2.18 2.43 0.90 1.91 5.09 4.94 (1.49) 0.94 0.79 1.58
1.2. Tanaman Perkebunan 3.76 3.97 (1.53) 9.36 3.94 2.82 1.02 2.81 3.52 1.71 2.46
1.3. Peternakan 5.91 6.40 4.42 0.61 3.34 3.42 3.24 4.68 3.39 1.18 (0.59)
1.4. Kehutanan 4.60 4.83 7.62 8.04 35.70 16.52 40.51 26.89 (0.43) 4.27 3.44
1.5. Perikanan 3.92 4.28 3.00 (2.78) 4.02 4.55 5.10 4.12 4.08 4.24 4.33
201320122011LAPANGAN USAHA
Sumber: BPS Jatim , diolah
17
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.44444444 Luas Lahan Tanam dan Panen PadiLuas Lahan Tanam dan Panen PadiLuas Lahan Tanam dan Panen PadiLuas Lahan Tanam dan Panen Padi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.45454545 Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa Timur
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.46464646
Luas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa Timur
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Pada periode laporan, kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sedikit
melambat dari 7,84% (yoy) menjadi 7,39%. Perlambatan ini disebabkan oleh perlambatan
hampir seluruh sub sektornya, kecuali sub sektor bank. Sub sektor yang mengalami
perlambatan terbesar adalah Jasa Perusahaan yang pertumbuhannya menurun dari 5,40%
menjadi 3,70%. Selanjutnya subsektor yang mengalami perlambatan adalah Lembaga
Keuangan Bukan Bank dan Sewa Bangunan yang mampu tumbuh masing-masing sebesar
8,47% dan 6,84%.
(100)
(50)
-
50
100
150
200
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha)
gLuas Panen Padi (%) gLuas Tanam Padi (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
%
Ha
(80)
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha)
gLuas Panen Jagung (%) gLuas Tanam Jagung (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
Ha
%
(2,000)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha)
gLuas Puso Padi (%) gLuas Puso Jagung (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
Ha
%
18
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.48484848
Perkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.49494949
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan FeeFeeFeeFee----Based IncomeBased IncomeBased IncomeBased Income
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.50000
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan InterestInterestInterestInterest----Based IncomeBased IncomeBased IncomeBased Income
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.47474747
Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.51111 Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan –––– Biaya Biaya Biaya Biaya Operasional Bank UmumOperasional Bank UmumOperasional Bank UmumOperasional Bank Umum
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011 2012 2013
Fee Based Income
g.Fee Based Income (Skala Kanan)
juta Rp
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011 2012 2013
Interest Based Income
g.Interest Based Income (Skala Kanan)
juta Rp
0.60
20.60
40.60
60.60
80.60
100.60
120.60
140.60
(2,000,000)
(1,000,000)
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
I2009
II III IV I2010
II III IV I2011
II III IV I2012
II III IV I2013
II III
Pendapatan Operasional - Biaya Operasional
BO/PO (Skala Kanan)
juta Rp
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
140.00%
160.00%
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
2010 2011 2012 2013
Nilai Net Interest Margin (NIM) g NIM (Skala Kanan)
%,
yoy
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2010 2011 2012 2013
gDana Pihak Ketiga gKredit (Skala Kanan)%, yoy
19
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Kinerja sub sektor bank yang cukup tinggi tercermin dari penghimpunan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang pertumbuhannya meningkat dari 12,03% menjadi 14,63% pada triwulan III-
2013. Tingginya sumber dana tersebut diimbangi dengan penyaluran kredit yang cukup tinggi,
yaitu tumbuh 27,22%. Terjaganya kredit penyaluran perbankan pada level tinggi dengan
tingkat risiko yang terjaga rendah mendorong terjadinya pertumbuhan sub sektor ini pada
periode laporan. Demikian pula dengan indikator perbankan lainnya, seperti pertumbuhan laba
net interest margin yang meningkat dari 17,92% menjadi 23,08%. Di sisi lain, fee based
income perbankan pada periode laporan mengalami penurunan dari 21,77% menjadi 17,18%.
Sementara intereset based income yang diperoleh subsektor bank mengalami peningkatan dari
16,15% menjadi 22,78%. Peningkatan interest based income tersebut salah satunya dipicu
oleh kenaikan suku bunga bank sebagai akibat dari peningkatan BI Rate. Suku bunga yang
cukup tinggi tidak menjadi hambatan berarti bagi sebagian besar kreditur, sebagaimana
tercermin dari pertumbuhan kredit yang semakin meningkat. Hal ini justru meningkatkan
efisiensi sub sektor bank yang ditunjukkan dengan penurunan Rasio Biaya Operasional
dibandingkan dengan Pendapatan Operasional.
e. Bangunane. Bangunane. Bangunane. Bangunan
Kinerja sektor bangunan di triwulan III-2013 mengalami perlambatan dari sebelumnya
10,53% (yoy) menjadi 8,46% (yoy). Beberapa indikator yang mengkonfirmasi perlambatan
kinerja sektor bangunan antara lain data penjualan semen, serta pembangunan dan penjualan
properti residensial di Jawa Timur. Pertumbuhan volume penjualan semen pada triwulan IV-
2012 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2012, yaitu dari sebesar 5,40% (yoy) menjadi
1,09% (yoy). Sementara itu, rata-rata pembangunan prperti residensial di Jawa Timur
cenderung stabil dengan penjualan yang meningkat, khususnya pada properti residensial tipe
kecil.
Selain itu, walaupun secara umum pertumbuhan rata-rata pembangunan dan penjualan
properti residensial di Jawa Timur menunjukkan tren meningkat, namun pada triwulan III-2013
terjadi perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Beberapa faktor yang
diperkirakan menahan pertumbuhan kinerja sektor bangunan antara lain kenaikan harga bahan
bangunan dan kenaikan upah pekerja. Selain itu, kenaikan harga BBM pada tiwulan laporan
juga turut meningkatkan biaya produksi dan pembangunan properti residensial. Dari sisi
konsumen, adanya peraturan Loan to Value (LTV) pada rumah kedua dan seterusnya pun
menjadi penghambat pertumbuhan penjualan properti residensial.
20
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik 1.52Grafik 1.52Grafik 1.52Grafik 1.52 Volume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen diiii Jawa TimurJawa TimurJawa TimurJawa Timur
Grafik 1.53Grafik 1.53Grafik 1.53Grafik 1.53 RataRataRataRata----Rata Pembangunan Properti ResidensialRata Pembangunan Properti ResidensialRata Pembangunan Properti ResidensialRata Pembangunan Properti Residensial
Grafik 1.54Grafik 1.54Grafik 1.54Grafik 1.54 RataRataRataRata----Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial
f. f. f. f. Pengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada periode laporan mengalami
pertumbuhan positif yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor ini tumbuh
dari 10,04% menjadi 10,70% pada triwulan III-2013. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya
kinerja seluruh kelompok sub sektornya, kecuali jasa penunjang angkutan dan angkutan jalan
raya. Kelompok yang tumbuh paling tinggi adalah angkutan udara yang tumbuh sebesar
12,13%, diikuti dengan angkutan rel (2,67%). Tingginya kinerja sektor pengangkutan tersebut
sejalan dengan tingginya arus mudik menjelang dan arus balik pasca hari raya dengan
menggunakan kereta api dan pesawat terbang. Tingginya harga tiket pesawat terbang maupun
kereta api mampu meningkatkan kinerja sektor ini mengingat pola konsumsi masyarakat pada
43
26 24
16
21
30
1412
15.9 23
30 27
42
31
39
15
7 9 8 9 10
6 9
9.8 17 17 18
23 23 23
5 3 4 4 4 3 4 3
5.8 9 8 7
9 11 10
17
9 10 89 12
7 6 10.0
14 17 16
24 21 22
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
KECIL MENENGAH
BESAR Grand Total41
25 23
21
35
27
13 12
14
10
25
21
31
25
34
14
6 9 7 7 8 7 9
9 9 9
10
16
12 13
4 2 3 4 3 2 3 3
5
5 5 5 6 6 6
16
8 9 8 10
10
7 7 9 8
12 11
16
1214
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2010 2011 2012 2013
KECIL MENENGAH
BESAR Grand Total
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penjualan Semen g_Penjualan Semen (Skala Kanan)
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
unit unit
21
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
Grafik Grafik Grafik Grafik 1.1.1.1.55557777
Penumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara Juanda
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.55558888
Penumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara Juanda
Grafik Grafik Grafik Grafik 1.1.1.1.55556666
Arus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung Perak
jasa angkutan di peak season cenderung bersifat inelastis dan tidak memperhatikan kenaikan
harga. Di samping itu, waktu tempuh yang pendek juga menyebabkan pertumbuhan pada
kedua jenis angkutan ini lebih tinggi dibanding dengan angkutan laut maupun angkutan darat
lainnya.
Indikator sektor komunikasi dan angkutan pada triwulan III-2013 seperti tercermin pada
gambar di bawah ini menunjukkan arus penumpang di Jawa Timur yang melalui pelabuhan
Tanjung Perak tercatat mengalami peningkatan, sementara arus barang di pelabuhan tersebut
mengalami penurunan. Di sisi lain, arus penumpang domestik di bandara Juanda mengalami
penurunan, sementara arus penumpang internasional meningkat signifikan.
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.51.51.51.55555
Arus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung Perak
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-20
30
80
130
180
230
280
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang g Jml Penumpang (rhs)
Ribu Orang % yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Vol Barang g Jml Barang (rhs)
Ribu Ton % yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang Domestik g Jml Penumpang Domestik (rhs)
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
% yoyRibu Orang
Ribu Ton % yoy
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang Intl gPenumpang Intl (rhs)
Ribu Orang% yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
�
Bab 2Bab 2Bab 2Bab 2
�
PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI
JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
�
22
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
2222 PERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASI
2.12.12.12.1 KONDISI KONDISI KONDISI KONDISI UMUUMUUMUUMUMMMM
Tekanan inflasi mereda pada akhir triwulan III-2013. Setelah mengalami lonjakan inflasi
yang tinggi pada triwulan I-2013 dan awal triwulan III-2013, laju inflasi pada triwulan III-2013
tercatat sebesar 7,78% (yoy) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar
8,40%. Rendahnya tekanan inflasi Jatim menyebabkan inflasi sampai dengan September
2013 mencapai 6,81% (ytd) lebih rendah dibandingkan nasional yang telah mencapai
7,57%. Sedangkan secara triwulanan, inflasi Jatim justru meningkat dari 0,11% (qtq) pada
triwulan II-2013 menjadi 3,72%. Hal ini khususnya dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi
masyarakat karena adanya Hari Raya Idul Fitri yang terindikasi dari peningkatan inflasi
kelompok volatile food dari 12,39% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 14,43% (yoy), serta
tingginya tekanan inflasi kelompok administered price sebagai dampak kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyebabkan lonjakan inflasi kelompok ini dari 6,58%
(yoy) menjadi 13,89%. Kelompok inflasi inti (core inflation) juga menyumbang kenaikan
inflasi sebagai dampak kenaikan harga emas dan pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga
pada triwulan ini meningkat menjadi 4,25% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang hanya
sebesar 3,90%.
Grafik 2.3. Grafik 2.3. Grafik 2.3. Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy)
Grafik 2.4. Grafik 2.4. Grafik 2.4. Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
Grafik 2.1. Grafik 2.1. Grafik 2.1. Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2.... Perkembangan Inflasi Jawa Timur
% yoy
23
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional dengan tingkat inflasi yang
relatif lebih tinggi. Namun pada tahun 2013, inflasi Jatim berada pada level di bawah inflasi
nasional dan di urutan ketiga tertinggi untuk kawasan Jawa. Realisasi inflasi di kawasan Jawa
terendah ditempati DIY (7,60%), Jawa Tengah (7,72%), Jawa Timur (7,78%), Jawa Barat
(9,24%) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,78%). Walaupun tekanan inflasi pada
akhir triwulan III-2013 relatif melambat, namun potensi inflasi sampai dengan akhir tahun
2013 diperkirakan akan meningkat seiring dengan masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar,
penerapan kebijakan terkait dengan administered price (listrik, cukai rokok) serta minimnya
musim panen di beberapa sentra produksi Jatim.
2.22.22.22.2 INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)
Sepanjang triwulan III-2013, pergerakan harga di Jatim diwarnai dengan dua bulan
inflasi dan satu bulan deflasi. Tekanan inflasi terjadi pada bulan Juli dan Agustus masing-
masing sebesar 2,96% dan 0,97% (mtm), sedangkan deflasi terjadi di bulan September (-
0,23%). Terjadinya deflasi pada September 2013 utamanya didorong oleh kecukupan
pasokan bahan makanan serta kembali normalnya konsumsi masyarakat setelah mengalami
masa puncaknya pada Agustus 2013 seiring dengan tibanya Hari Raya Idul Fitri. Hal ini
diindikasikan melalui terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan khususnya sub
kelompok bumbu-bumbuan, sayur-sayuran serta telur, susu dan hasil-hasilnya yang
merupakan komoditas yang banyak diminta masyarakat ketika momen bulan Ramadhan dan
Lebaran. Selain kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi terbesar yaitu -2,25%
(mtm) dan memberikan sumbangan -0,53%, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa
keuangan juga mengalami deflasi sebesar -0,45% (menyumbang -0,08%) yang utamanya
karena telah meredanya dampak BBM yang mengalami kenaikan harga sebesar 44,44%
pada Juni 2013.
TabeTabeTabeTabel 2.l 2.l 2.l 2.1111 Inflasi Triwulan I Tahun 2013 & Triwulan II Tahun 2013 di Jawa Timur (mtm)
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
AprAprAprApr MeiMeiMeiMei JunJunJunJun JulJulJulJul AugAugAugAug SepSepSepSep
Umum -0.36 -0.20 0.68 0.04 2.96 0.97 -0.23 1.23
1 Bahan Makanan -1.38 -1.39 0.40 -0.79 5.76 0.93 -2.25 1.48
2 Mamin, Rokok & Tembakau 0.35 0.19 0.34 0.30 1.25 0.51 0.54 0.77
3 perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.09 0.78 0.10 0.32 0.50 0.65 0.40 0.52
4 Sandang -1.69 -1.83 -0.91 -1.48 -0.95 3.31 3.29 1.88
5 Kesehatan 0.34 0.47 0.30 0.37 0.41 0.19 0.36 0.32
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.09 0.07 0.02 0.06 0.20 1.72 0.15 0.69
7 Transpor, Komunikasi -0.07 0.20 3.18 1.11 8.06 0.27 -0.45 2.63
NoNoNoNoTw II-2013Tw II-2013Tw II-2013Tw II-2013
Rata-RataRata-RataRata-RataRata-RataTw III-2013Tw III-2013Tw III-2013Tw III-2013
Rata-RataRata-RataRata-RataRata-RataKelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang
24
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Namun demikian, deflasi pada kelompok bahan makanan dan transportasi tertahan
oleh peningkatan harga kelompok sandang dan makanan minuman yang masing-masing
mengalami inflasi sebesar 3,29% (mtm) dan 0,54%. Berdasarkan kelompok barang sesuai
tabel di atas, rata-rata laju inflasi bulanan sepanjang Tw III-2013 ditandai dengan inflasi yang
berada di atas seluruh rata-rata bulanan dari triwulan sebelumnya kecuali untuk kelompok
kesehatan. Hal ini selaras dengan pola inflasi pada periode yang sama pada tahun-tahun
sebelumnya dimana selalu terjadi kenaikan harga di moment Hari Raya Idul Fitri (seasonal)
yang disebabkan peningkatan permintaan masyarakat secara signifikan dan direspon oleh
para pelaku pasar dengan kenaikan harga. Pola seasonal ini dicirikan dengan akan turunnya
inflasi setelah periode seasonal berlalu.
Berdasarkan grafik inflasi bulanan di atas (untuk bulan Juli, Agustus dan September 2013),
tampak bahwa pendorong utama inflasi bulanan untuk triwulan III-2013 adalah administered
price yang berdampak pada peningkatan harga secara signifikan pada kelompok transportasi
dan kelompok makanan minuman, rokok dan tembakau. Sedangkan kelompok bahan
makanan karena telah melampaui masa seasonal-nya mulai mengalami penurunan harga di
akhir triwulan III-2013.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.5555. . . . Inflasi per Kelompok Barang Tw III-2013 (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.6666.... Inflasi Juli 2013 per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.7777.... Inflasi Agustus 2013 per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.8888.... Inflasi September 2013 per Kelompok Barang (mtm)
25
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Tw III-2013 tersaji sebagai berikut :
1.1.1.1. Bulan Bulan Bulan Bulan JuliJuliJuliJuli 2013201320132013
- Pada bulan ini, Jatim mencatat inflasi bulanan tertinggi sepanjang tahun 2013 yaitu
2,96% (mtm). Hal ini sudah diprediksi pada periode sebelumnya dimana kenaikan BBM
yang terjadi pada bulan Juni 2013 dampaknya baru akan terlihat pada Juli 2013.
- Lonjakan harga BBM tersebut diikuti dengan kenaikan harga komoditas lainnya
(second round effect) yang diantaranya meliputi peningkatan tarif angkutan dalam
kota sebesar 21,34% (mtm) dan angkutan antar kota sebesar 13,21% (mtm). Hal
tersebut menyebabkan kelompok transportasi mengalami inflasi yang sangat besar
pada bulan Juli 2013 yaitu sebesar 8,06% (mtm).
- Berdasarkan grafik 2.10 di atas tampak bahwa penyesuaian harga oleh sub kelompok
transportasi atas kenaikan harga BBM baru dilaksanakan secara penuh pada Juli 2013
yang meliputi antara lain penyesuaian tarif taxi, tarif angkutan dan sewa kendaraan.
Tingkat harga angkutan antar kota dan kendaraan carter menyesuaikan dengan
kondisi pasar sehingga masih berfluktuatif, sedangkan untuk angkutan dalam kota
mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur
dengan mengacu kepada ketentuan dari Dinas Perhubungan. Dengan demikian,
penyesuaian harga yang dilakukan pada bulan yang bersamaan tersebut menjadi
pendorong utama tingginya inflasi pada kelompok transportasi.
- Kelompok bahan makanan juga mulai mengalami peningkatan harga sehubungan
dengan tibanya bulan Ramadhan. Tercatat beberapa komoditas yang mengalami
kenaikan harga yaitu bawang merah (61,36%-mtm), daging ayam ras (20,30%), cabe
rawit (86,01%) dan beras (3,64%). Tingginya inflasi pada kelompok bahan makanan
selain disebabkan oleh tingginya permintaan juga karena permasalahan pada
kecukupan pasokan dimana terdapat gangguan salah satunya pada produksi bawang
merah di kota Nganjuk karena faktor angin dan bibit.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.9999.... Perkembangan Inflasi per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.10101010.... Inflasi terkait Kenaikan Harga BBM (mtm)
% mtm
26
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
2.2.2.2. Bulan Bulan Bulan Bulan Agustus Agustus Agustus Agustus 2013201320132013
- Inflasi sedikit mereda pada Agustus 2013 dimana secara bulanan sebesar 0,97% lebih
rendah dibandingkan Juli 2013 yang mencapai 2,96% (mtm). Penyebab utama masih
tingginya inflasi tersebut selain karena masih dalam momen Hari Raya Idul Fitri juga
karena pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, dimana salah satu
dampaknya adalah peningkatan harga emas perhiasan lokal.
- Tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan relatif turun, terlihat dari inflasi
kelompok ini yang sebesar 0,93% (mtm) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya
(5,76%). Penyumbang penurunan tersebut adalah terjadinya deflasi pada komoditas
bawang putih (-13,88%), telur ayam ras (-4,03%) dan wortel (-14,24%).
- Meredanya inflasi pada kelompok volatile food tidak diikuti oleh kelompok core
inflation dimana pada bulan Agustus 2013 justru menjadi penyumbang utama inflasi.
Pada grafik 2.12 di atas tampak bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi sejak
awal triwulan III-2013 diikuti dengan kenaikan harga emas perhiasan sebesar 9,62%
(mtm) atau menyumbang 0,19% dari total inflasi di bulan Agustus 2013. Kondisi
tersebut diperburuk dengan tibanya tahun ajaran baru yang secara seasonal
meningkatkan inflasi di sub kelompok pendidikan (grafik 2.13) dimana Sekolah Dasar
mengalami inflasi terbesar (6,16%) dengan sumbangan 0,07%.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.11111111.... Perkembangan Harga Sub Kelompok Daging dan Telur (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.12121212.... Perkembangan Kurs dan Harga Emas (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.13131313.... Perkembangan Inflasi sub Kelompok Pendidikan (mtm)
% mtm % mtm
% mtm
27
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
3.3.3.3. Bulan Bulan Bulan Bulan SeptemberSeptemberSeptemberSeptember 2013201320132013
- Setelah mengalami puncak inflasi pada Agustus 2013, laju inflasi Jatim pada
September 2013 mengalami penurunan. Perubahan harga pada periode ini tercatat
mengalami deflasi sebesar 0,23% (mtm). Berdasarkan disagregasinya, penurunan
inflasi kelompok volatile food dan administered price menjadi faktor utama terjadinya
deflasi pada September 2013. Redanya kenaikan tarif angkutan serta tidak adanya
kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada periode laporan menyebabkan minimnya
tekanan inflasi kelompok administered price. Kembali normalnya tingkat konsumsi
masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri yang didukung pula dengan kecukupan pasokan
beberapa komoditas utama menjadi faktor penahan inflasi kelompok volatile food.
- Masih sejalan dengan bulan sebelumnya, tekanan inflasi pada bulan ini utamanya
berasal dari kelompok core inflation yang memberikan sumbangan inflasi sebesar
0,32% sebagai dampak kenaikan harga emas perhiasan akibat pelemahan nilai tukar
Rupiah serta masih belum stabilnya harga komoditas internasional. Dampak tersebut
terlihat dari peningkatan harga komoditas kedelai impor yang mempengaruhi pula
harga komoditas tahu mentah dan tempe, serta daging ayam ras yang komponen
pakannya sebagian besar menggunakan kedelai.
- Beberapa sentra produksi di Jawa Timur antara lain Probolinggo (bawang merah),
Kediri dan Banyuwangi (cabe merah), masih mengalami masa panen sehingga
mendorong deflasi komoditas tersebut masing-masing sebesar -33,11% (bawang
merah), -23,20% (cabe rawit) dan -17,23% (cabe merah).
2.3.2.3.2.3.2.3. INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN (qtq)(qtq)(qtq)(qtq)
Pada Tw III-2013, laju inflasi Jatim secara triwulanan mencapai 3,72% (qtq),
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,11% (qtq). Seluruh kelompok
barang mengalami peningkatan inflasi, khususnya kelompok transport, komunikasi dan jasa
keuangan yang mengalami kenaikan terbesar dari 3,32% (Tw II-2013) menjadi 7,87% (Tw III-
2013). Sumbangan utama kenaikan inflasi kelompok ini adalah peningkatan harga sub
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.14141414 Inflasi (mtm) Kedelai dan Hasilnya
% mtm
28
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
kelompok transpor dari 5,16% (qtq) menjadi 11,85% karena peningkatan bahan bakar
minyak (BBM) yaitu bensin. Kelompok lain yang juga mengalami inflasi cukup tinggi adalah
kelompok sandang (5,69%-qtq) khususnya karena peningkatan harga sub kelompok barang
pribadi dan sandang lain dari -10,31% menjadi 12,29% karena naiknya harga emas
perhiasan. Kelompok lain juga mengalami inflasi namun pada tingkat yang lebih rendah.
Berdasarkan sumbangannya, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
memberikan sumbangan inflasi terbesar pada Tw III-2013 sebesar 1,42% sehubungan
dengan kenaikan BBM (bensin dan solar) serta tarif angkutan dalam dan luar kota (second
round effect). Penyumbang inflasi tertinggi kedua adalah kelompok bahan makanan (1,03%)
karena tingginya permintaan akan daging dan ikan segar serta kacang-kacangan.
Pola sumbangan inflasi pada tahun 2013 ini sedikit berbeda dengan pola inflasi
triwulanan pada umumnya. Sebagaimana tabel di atas, tampak bahwa seharusnya inflasi
merangkak naik sejak awal tahun dengan puncak pada Tw III (sehubungan dengan adanya
perayaan hari keagamaan Idul Fitri) dan melambat pada Tw IV. Namun adanya permasalahan
hortikultura di awal tahun menyebabkan inflasi Jawa Timur melambung pada Tw I-2013,
kemudian sedikit mereda pada Tw II dan masih meningkat pada Tw III-2013 seiring dengan
adanya hari keagamaan dan tahun ajaran baru.
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.2222 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
Sumber : BPS, data diolah
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.15151515 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III
Umum 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72
1 Bahan Makanan 0.90 2.55 1.62 9.34 -2.36 4.34 0.06 0.87 0.24 2.28 -0.56 1.03
2 Mamin, Rokok & Tembakau 1.90 2.59 0.79 1.73 0.89 2.31 0.25 0.56 0.17 0.31 0.16 0.42
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.18 0.68 0.97 1.84 0.97 1.57 0.18 0.23 0.19 0.38 0.20 0.32
4 Sandang -0.48 3.61 0.31 -1.66 -4.37 5.69 -0.06 0.16 0.13 -0.10 -0.27 0.36
5 Kesehatan 0.54 0.86 0.68 0.98 1.11 0.97 0.02 0.04 0.04 0.04 0.05 0.04
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.27 3.56 0.32 0.32 0.18 2.08 0.00 0.34 0.03 0.03 0.02 0.18
7 Transpor, Komunikasi 0.40 0.80 0.79 0.25 3.32 7.87 0.06 0.20 0.09 0.04 0.58 1.42
Sumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQ
NoNoNoNo Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang
Inflasi QTQInflasi QTQInflasi QTQInflasi QTQ
2012201220122012 2013201320132013 2012201220122012 2013201320132013
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
Padi
-pad
ian,
um
bi-u
mbi
an
Dag
ing
dan
Has
il-ha
siln
ya
Ikan
Seg
ar
Ikan
Dia
wet
kan
Telu
r, S
usu
dan
Has
il2ny
a
Sayu
r-sa
yura
n
Kaca
ng -
kaca
ngan
Bua
h -b
uaha
n
Bum
bu -
bum
buan
Lem
ak d
an M
inya
k
Bah
an M
akan
an L
ainn
ya
4.96
10.538.86
1.92
-1.41 -2.69
7.11
3.07 2.96 3.54
1.16
% (qtq)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.16161616 Perbandingan Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
29
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Analisis lebih lanjut dilakukan terhadap kelompok bahan makanan mengingat
kelompok ini memiliki volatilitas besar dan pada musim-musim tertentu menjadi penyumbang
utama inflasi Jawa Timur. Sebagaimana terlihat pada grafik 2.16, sub kelompok bumbu-
bumbuan yang pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi cukup dalam, pada triwulan ini
meningkat signifikan karena kenaikan harga bawang merah dan cabe rawit masing-masing
sebesar 19,05% (qtq) dan 35,21%. Demikian pula dengan sub kelompok daging dan hasil-
hasilnya yang meningkat dari 1,55% (Tw II-2013) menjadi 10,53% (Tw III-2013) sebagai
dampak peningkatan harga daging ayam ras dan daging sapi sebesar 23,36% dan 1,63%
(qtq) karena tingginya konsumsi pada Hari Raya Idul Fitri dan peningkatan harga pakan
ternak. Peningkatan ini diproyeksi masih akan berlanjut mengingat pada awal triwulan IV
terdapat Hari Raya Idul Adha akan yang mendorong tingginya permintaan akan daging sapi
serta trend pelemahan nilai tukar Rupiah yang akan meningkatkan harga komoditas impor
diantaranya bawang putih.
Perkembangan inflasi beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi Jatim adalah
sebagai berikut :
BerasBerasBerasBeras
Pada Tw III-2013 ini, komoditas beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Jawa
Timur mulai mengalami sedikit kenaikan harga (5,34% - qtq) khususnya pada jenis beras
premium sebagai dampak tingginya permintaan akan beras disamping kapasitas Jawa Timur
untuk memenuhi pula kebutuhan di luar Provinsi Jawa Timur. Meskipun demikian,
berdasarkan informasi dari Bulog Provinsi Jawa Timur, penyerapan Bulog relatif baik dan
terdapat kecukupan stok untuk memastikan tidak terjadi shortage akibat kekurangan
pasokan.
Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa dibandingkan dengan harga beras lokal,
harga komoditas beras internasional relatif stabil bahkan mengalami penurunan. Kondisi
tersebut tidak berpengaruh pada harga beras domestik karena minimnya penggunaan beras
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.17171717 Harga Beras Internasional dan Lokal s.d. Sep 2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.18181818 Inflasi Beras Jawa Timur (qtq)
Sumber : BPS Jatim dan Bloomberg (diolah)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
% qtq
30
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
impor seiring dengan kecukupan stok Bulog dan posisi Jawa Timur lumbung padi nasional,
sehingga diharapkan mampu menstabilkan kembali harga komoditas beras di triwulan
selanjutnya.
Untuk memitigasi dan menjaga kecukupan beras di masyarakat, Bulog telah
melakukan antisipasi dengan pengadaan yang sampai dengan akhir September 2013
mencapai 923.452 ton atau setara dengan pasokan sampai dengan 19 bulan ke depan serta
melakukan penyaluran raskin yang mencapai 489.894 ton.
BumbuBumbuBumbuBumbu----BumbuanBumbuanBumbuanBumbuan
Berdasarkan grafik berikut, terlihat setelah mengalami lonjakan signifikan pada Tw I-
2013, terdapat penurunan inflasi untuk sub kelompok bumbu-bumbuan yang terus berlanjut
sampai dengan Tw II-2013 dan meningkat kembali pada Tw III-2013.
Produksi beberapa komoditas sub kelompok bumbu-bumbuan antara lain bawang
merah, cabe merah dan cabe rawit memiliki pola tanam dan panen tertentu. Sebagai contoh
untuk komoditas bawang merah, masa panen tertinggi adalah di pertengahan tahun (Tw II
dan Tw III) kemudian melambat di akhir dan awal tahun, demikian pula dengan cabe merah
yang memiliki masa panen raya di Tw II dan awal Tw III. Dengan demikian, pola inflasi
komoditas ini juga dapat diperkirakan yaitu meningkat di masa-masa dimana petani memulai
musim tanam (mendekati akhir tahun dan awal tahun). Karena bumbu-bumbuan merupakan
komoditas yang tidak tahan lama sehingga kelebihan pasokan pada saat panen tidak dapat
disimpan untuk memenuhi masa shortage.
PeternakanPeternakanPeternakanPeternakan
Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya pada Tw III-2013 meningkat signifikan
dibandingan Tw II-2013 yaitu dari 1,55% (qtq) menjadi 10,53%. Peningkatan terbesar terjadi
pada komoditas daging ayam ras yaitu dari 1,46% (qtq) menjadi 23,36%. Daging sapi
meningkat sedikit dari 1,30% (qtq0 menjadi 1,63% sedangkan telur ayam ras justru
mengalami penurunan dari 14,11% (qtq) menjadi -6,05%.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.19191919 Inflasi Sub Kel. Bumbu-Bumbuan (qtq)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.20202020 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Sumber : Dinas Pertanian Jatim (diolah)
31
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Tingginya inflasi pada sub kelompok ini karena adanya momen Hari Raya Idul Fitri di
Triwulan III-2013 sehingga meningkatkan permintaan akan komoditas tersebut. Dari sisi
supply, ketersediaan daging sapi relatif terbatas karena tidak semua populasi sapi di Jawa
Timur siap untuk dipotong. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Jawa Timur, beberapa
sentra daging sapi di Jawa Timur antara lain Tuban, Lumajang, Magetan, Madura dan
Malang mengkonfirmasi tidak meratanya produksi daging sapi yang tercermin dari rata-rata
pertumbuhan 5 (lima) tahun terakhir konsumsi daging sapi (kisaran 2,5%) yang lebih tinggi
dari produksinya (kisaran 2,4%). Sedangkan peningkatan harga daging ayam ras lebih
disebabkan kenaikan harga biaya produksi akibat harga pakan ternak yang meningkat.
2.4.2.4.2.4.2.4. INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN (yoy)(yoy)(yoy)(yoy)
Meningkatnya inflasi Jawa Timur sejak awal tahun 2013, secara langsung juga
mempengaruhi pencapaian inflasi tahunan yang pada Tw III-2013 mencapai 7,78%.
Kebijakan Pemerintah antara lain kenaikan harga BBM, kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL),
tarif Upah Minimum Kota (UMK) dan cukai rokok secara keseluruhan memberikan
sumbangan peningkatan inflasi pada tahun 2013 ini.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.21212121 Inflasi Sub Kel. Daging, Telur dan Hasil-Hasilnya (qtq)
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.3333 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Sumber: BPS, data diolah
Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III
Umum 4.63 4.50 4.50 6.75 5.93 7.78 3.97 4.63 4.50 6.75 5.93 7.78
1 Bahan Makanan 6.14 6.65 5.74 14.98 11.27 13.20 1.37 1.48 1.29 2.71 2.65 3.13
2 Mamin, Rokok & Tembakau 6.32 6.69 6.71 7.18 6.12 5.83 1.16 1.24 1.25 1.12 1.13 1.06
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 3.29 3.18 3.54 4.75 4.53 5.46 0.70 0.68 0.75 0.95 0.96 1.12
4 Sandang 6.27 3.99 4.53 1.72 -2.25 -0.29 0.42 0.27 0.31 -0.14 -0.14 -0.02
5 Kesehatan 1.83 2.43 2.60 3.10 3.69 3.80 0.09 0.11 0.12 0.17 0.17 0.17
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 6.26 4.51 4.43 4.50 4.40 2.91 0.56 0.40 0.40 0.39 0.39 0.25
7 Transpor, Komunikasi 1.86 1.87 2.43 2.26 5.23 12.61 0.33 0.33 0.42 0.88 0.91 2.28
2012201220122012 2013201320132013NoNoNoNo Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang
Inflasi YOYInflasi YOYInflasi YOYInflasi YOY Sumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOY
2012201220122012 2013201320132013
% qtq
32
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Dibandingkan tahun sebelumnya, inflasi Tw III-2013 mengalami peningkatan dan lebih
tinggi dibandingkan rata-rata 5 (lima) tahun terakhir sebagai akibat kenaikan harga
kelompok bahan makanan, transportasi, listrik maupun rokok dan tembakau.
Pendorong inflasi pada triwulan ini adalah masih tingginya kenaikan harga kelompok
bahan makanan (13,20% - yoy) dengan sumbangan sebesar 3,13% dan kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (12,61%) yang menyumbang inflasi sebesar
2,28%. Penahan inflasi pada periode ini adalah adalah kelompok sandang yang mengalami
deflasi sebesar -0,29% karena masih berlanjutnya penurunan harga emas perhiasan.
Berdasarkan grafik 2.23 di atas tampak bahwa terdapat peningkatan signifikan untuk
inflasi kelompok bahan makanan di Tw I-2013 dan transport di Tw II-2013 yang dampaknya
masih berpengaruh sampai dengan Tw III-2013. Selain itu, perlu juga diwaspadai trend inflasi
kelompok sandang yang di Tw III-2013 juga mulai meningkat walaupun masih dalam posisi
deflasi. Sedangkan kelompok makanan jadi tidak terlalu terpengaruh kenaikan inflasi
kelompok bahan makanan.
Masih berlanjutnya inflasi kelompok bahan makanan disebabkan oleh peningkatan
harga sub kelompok bumbu-bumbuan (35,25%-yoy), daging dan hasil-hasilnya (21,48%),
buah-buahan (18,21%) dan sayur-sayuran (18,01%). Sedangkan berdasarkan komoditasnya,
bawang merah, cabe rawit, tomat sayur dan cabe merah merupakan penyumbang utama
tingginya inflasi kelompok ini masing-masing sebesar 194,15%, 82,08%, 66,40% dan
41,31% (yoy). Walaupun tekanan inflasi pada Tw III-2013 sudah mulai mereda namun pada
triwulan selanjutnya diperkirakan kelompok ini akan kembali mengalami kenaikan harga
seiring dengan minimnya musim panen dan dimulainya musim penghujan.
Selain kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa
keuangan juga mengalami kenaikan signifikan khususnya untuk sub kelompok transport
yang meningkat dari 7,89%-yoy (Tw II-2013) menjadi 16,93% (Tw III-2013). Kenaikan bensin
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.23232323 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang
dan Tranpor (yoy) 2010-2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22222222 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2012 - 2013
33
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
sebesar 44,44% direspon dengan kenaikan inflasi bensin sebesar 41,84% (first round effect)
serta kenaikan tarif angkutan dalam kota sebesar 31,12% (second round effect).
2.5.2.5.2.5.2.5. INFLASI INFLASI INFLASI INFLASI MENURUT KOTAMENURUT KOTAMENURUT KOTAMENURUT KOTA
Pada Tw III-2013, 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan inflasi
nasional secara umum menunjukkan peningkatan laju inflasi triwulanan. Tercatat, inflasi
tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Kediri dengan inflasi sebesar 4,07% (qtq)
sedangkan terendah terjadi di kota Sumenep (3,33%-qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi
pada triwulan sebelumnya dimana seluruh kota mengalami inflasi kurang dari 1%, pada
triwulan ini 7 (tujuh) kota tersebut mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Terjadinya inflasi (qtq) di beberapa kota di Jawa Timur tersebut terutama didorong
oleh peningkatan harga BBM yang mempengaruhi kenaikan harga sub kelompok transport.
Selain BBM, kenaikan juga dipicu oleh inflasi pada kelompok bahan makanan khususnya sub
kelompok bumbu-bumbuan, daging dan hasil-hasilnya serta sayur-sayuran.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.24242424 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun
2012 - 2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.25252525 Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.4444 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
Sumber: BPS, Data diolah.
Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III
Jatim 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72 4.63 4.50 4.50 6.75 5.93 7.78
Surabaya 0.82 1.83 0.91 2.90 0.11 3.66 4.69 4.29 4.37 6.61 5.86 7.75
Malang 0.86 2.05 1.15 2.78 0.35 3.69 4.44 4.58 4.60 7.01 6.46 8.17
Kediri 1.20 2.40 0.43 2.51 0.60 4.07 5.06 5.26 4.63 6.69 6.05 7.78
Jember 0.84 1.65 1.09 2.81 -0.25 3.95 4.12 4.40 4.49 6.53 5.38 7.77
Sumenep 1.21 2.17 0.61 3.26 -0.53 3.33 5.46 6.06 5.06 7.44 5.59 6.78
Probolinggo 1.73 2.49 0.92 2.83 0.03 4.05 4.66 5.55 5.88 8.19 6.39 8.02
Madiun 0.58 1.71 0.50 3.14 -0.31 3.77 3.93 3.91 3.51 6.04 5.10 7.23
2012201220122012 2013201320132013WilayahWilayahWilayahWilayah
Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)
2012201220122012 2013201320132013
34
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Secara tahunan (yoy), inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang (8,17%), disusul kemudian
di Probolinggo (8,02%), Kediri (7,78%), Jember (7,77%), Surabaya (7,75%), Madiun
(7,23%) dan Sumenep (6,78%).Tingginya inflasi kota Malang antara lain karena kenaikan
inflasi kelompok bahan makanan dan transport yang lebih tinggi diantara kabupaten/kota
lainnya yaitu mencapai 14,35% dan 15,66% (yoy) dan relatif persisten sehingga memerlukan
waktu yang lebih lama untuk kembali normal.
Berbeda dibandingkan periode sebelumnya, inflasi tahunan terendah periode ini
terjadi di kabupaten Sumenep yaitu sebesar 6,78% (yoy). Penyumbang utama rendahnya
inflasi tersebut selain penurunan harga komoditas bawang merah yang cukup tinggi (-
43,75%) juga karena penurunan harga sub kelompok ikan segar yang pada periode ini
mengalami deflasi sebesar -3,62% (yoy). Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten yang
sebagian masyarakatnya mendapatkan penghasilan sebagai nelayan sehingga pasokan ikan
segar merupakan hal yang umum terjadi ketika cuaca sedang baik. Sebagai dampak
banyaknya hasil tangkapan tersebut, sub kelompok ikan segar menyumbangkan deflasi yang
cukup besar dibandingkan 6 kabupaten/kota lainnya yang justru mengalami inflasi pada sub
kelompok ini. Selain sub kelompok ikan segar, komoditas daging sapi juga mengalami deflasi
sebesar -3,46% karena kabupaten ini merupakan salah satu pemasok daging sapi di Jawa
Timur.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.26262626 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)
7 Kota di Jawa Timur
Tabel 2.5Tabel 2.5Tabel 2.5Tabel 2.5 Inflasi 7 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan III-2013 (% yoy)
Sumber : BPS (diolah)
Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang JatimJatimJatimJatim SurabayaSurabayaSurabayaSurabaya MalangMalangMalangMalang KediriKediriKediriKediri JemberJemberJemberJember SumenepSumenepSumenepSumenep ProbolinggoProbolinggoProbolinggoProbolinggo MadiunMadiunMadiunMadiun
Umum 7.78 7.75 8.17 7.78 7.77 6.78 8.02 7.23
Bahan Makanan 13.20 13.92 14.35 9.19 11.68 8.02 12.46 11.11
Mamin, Rokok & Tembakau 5.83 5.94 4.55 6.51 4.24 6.34 10.09 6.17
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 5.46 5.90 3.82 5.28 6.74 6.03 3.84 5.06
Sandang -0.29 -1.47 2.65 1.53 0.52 1.33 -1.85 3.05
Kesehatan 3.80 4.38 1.51 4.58 2.67 6.07 4.42 2.90
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2.91 2.36 3.02 5.71 2.80 3.85 3.58 4.80
Transpor, Komunikasi 12.61 11.96 15.66 14.06 13.23 9.91 11.72 10.05
35
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan inflasi di ketujuh
kota pada Tw III-2013 ini relatif sama yaitu pada kelompok bahan makanan. Hal ini karena
tingginya permintaan masyarakat akan bahan makanan untuk Hari Raya Idul Fitri sedangkan
supply yang ada relatif terbatas karena belum optimalnya hasil produksi lokal yang
diakibatkan faktor cuaca dan pola produksi yang belum mampu mendukung produksi
massal.
2.6.2.6.2.6.2.6. DISAGREGASIDISAGREGASIDISAGREGASIDISAGREGASI INFLASIINFLASIINFLASIINFLASI
Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim terutama didorong oleh
peningkatan harga kelompok volatile food dan administered price yaitu pada level 14,43%
dan 13,89%, sedangkan kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,25% (yoy).
Sumbangan inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok volatile food (2,63%), disusul
kemudian oleh core inflation (2,60%) dan kelompok administered price (2,50%). Tingginya
permintaan akan komoditas pangan dan penerapan berbagai kebijakan pemerintah yang
berdampak pada pergerakan harga menjadi pemicu utama peningkatan inflasi pada 2 (dua)
kelompok tersebut.
Sumber : BPS, data diolah
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.6666 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan III-2013 (% yoy)
Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang JatimJatimJatimJatim SurabayaSurabayaSurabayaSurabaya MalangMalangMalangMalang KediriKediriKediriKediri JemberJemberJemberJember SumenepSumenepSumenepSumenep ProbolinggoProbolinggoProbolinggoProbolinggo MadiunMadiunMadiunMadiun
Umum 7.78 7.75 8.17 7.78 7.77 6.78 8.02 7.23
Bahan Makanan 3.13 3.12 3.73 2.34 3.26 2.63 3.43 2.67
Mamin, Rokok & Tembakau 1.06 1.08 0.87 1.18 0.68 0.97 1.87 1.17
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.12 1.22 0.75 1.12 1.43 1.16 0.82 1.11
Sandang -0.02 -0.10 0.14 0.08 0.04 0.10 -0.12 0.16
Kesehatan 0.17 0.20 0.06 0.21 0.12 0.26 0.19 0.16
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.25 0.21 0.28 0.44 0.19 0.21 0.24 0.38
Transpor, Komunikasi 2.28 2.24 2.62 2.51 2.22 1.50 1.77 1.64
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22227777 Inflasi Jatim per Komponen (yoy)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.28282828 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya(yoy)
36
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Pada grafik 2.27 di atas, tampak bahwa tingginya inflasi pada tahun 2013 utamanya
disebabkan oleh lonjakan inflasi volatile food pada awal tahun dan administered price pada
Tw II-2013. Sedangkan kelompok core inflation masih stabil di kisaran 4,5%.
Sedangkan berdasarkan disagregasi bulanan, inflasi Jatim terutama didorong oleh
penurunan inflasi kelompok volatile food yaitu pada level -2,59% (mtm), sedangkan
kelompok administered price relatif stabil sebesar 0,14% (mtm) dan kelompok core inflation
mulai meningkat menjadi sebesar 0,51% (mtm). Masih berlanjutnya penurunan harga
komoditas hortikultura khususnya sub kelompok bumbu-bumbuan, sayur-sayuran serta telur,
susu dan hasil-hasilnya sebagai dampak panen periode sebelumnya dan kembali normalnya
konsumsi masyarakat menjadi pendorong utama penurunan inflasi kelompok volatile food.
Tekanan inflasi kelompok administered price dari peningkatan bahan bakar minyak (BBM)
telah mencapai puncaknya pada Agustus 2013 dan mereda pada September 2013, demikian
pula dengan kenaikan TTL tahap ke-4 yang akan dilaksanakan pada pertengahan triwulan IV
sehingga memberikan tekanan yang rendah pada inflasi kelompok ini. Sedangkan kelompok
core inflation mengalami tekanan yang cukup besar sebagai dampak pelemahan nilai tukar
Rupiah yang berujung pada peningkatan harga emas perhiasan, harga komoditas
internasional yang cenderung meningkat serta adanya trend kenaikan properti.
Volatile Food
Fluktuasi harga pada kelompok volatile food menyumbang deflasi sebesar -0,52%
(mtm) terhadap inflasi bulanan Jawa Timur yang sebesar -0,23% (mtm). Pada periode ini, sub
kelompok bumbu-bumbuan, sayur-sayuran serta telur dan hasil-hasilnya, merupakan
komponen terbesar penyumbang deflasi kelompok bahan makanan dengan sumbangan
masing-masing sebesar -0,36%, -0,14% dan -0,05% (mtm). Sedangkan sub kelompok
kacang-kacangan dan buah-buahan mengalami inflasi masing-masing sebesar 4,39% dan
1,67% (mtm) dengan sumbangan mencapai 0,08% dan 0,04% (mtm).
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.29292929 Perbandingan – Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm)
GrafGrafGrafGrafik 2.ik 2.ik 2.ik 2.30303030 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur
% mtm
37
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Berdasarkan pemetaan komoditas utama penyumbang inflasi di Jawa Timur diketahui
bahwa komoditas beras, bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit, daging
sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras merupakan komoditas-komoditas yang paling besar
pengaruhnya terhadap kenaikan harga karena merupakan kebutuhan sehari-hari mayoritas
penduduk di Jawa Timur. Pemetaan terhadap produksi komoditas utama tersebut
menunjukkan bahwa terdapat kendala di lapangan yaitu :
- Proses produksi pertanian yang sepenuhnya bergantung kepada faktor cuaca
menyebabkan hasil pertanian menjadi berfluktuatif dan tidak mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat (contoh : bawang merah, cabe, sayur-sayuran dan beras).
- Infrastruktur yang belum memadai menyebabkan jalur distribusi barang menjadi
terhambat sehingga terdapat potensi kelangkaan di suatu daerah pada waktu tertentu.
- Belum adanya perlindungan harga kepada petani dan produsen sehingga petani lebih
memilih untuk memproduksi tanaman pertanian yang menguntungkan bagi mereka.
- Arus produksi bahan makanan seringkali diperdagangkan ke luar daerah tanpa
mempertimbangkan potensi shortage di Jawa Timur.
Berdasarkan kendala-kendala tersebut tampak bahwa sumber potensi inflasi kelompok ini
berada pada aspek hulu, yaitu proses produksi komoditas-komoditas pangan utama
penyumbang inflasi Jawa Timur sehingga potensi timbulnya permasalahan yang sama di
kemudian hari masih tetap ada.
Core Inflation
Secara bulanan inflasi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain (7,55%-
mtm) menjadi pendorong tingginya inflasi kelompok inti. Beberapa penyebab eksternal dan
internal ditengarai menjadi penyebab tingginya inflasi. Secara eksternal, perekonomian global
yang tak kunjung membaik serta pelemahan nilai tukar Rupiah menjadi hal yang harus
diantisipasi dampaknya terhadap perekonomian domestik. Sedangkan secara internal,
ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga menjadi suatu potensi inflasi yang harus
diminimalkan.
Berdasarkan pembentuknya secara bulanan baik inflasi untuk kelompok inti tradeable
maupun nontradeable lebih banyak disebabkan oleh aspek konstruksi. Hal ini tercermin pada
peningkatan harga kontrak rumah (0,58%-mtm), tukang bukan mandor (0,96%) serta
bahan bangunan seperti batu bata/batu tela (2,40%), genteng (0,61%), pasir (0,37%) dan
semen (0,57%). Tidak terdapat peningkatan signifikan untuk inflasi kelompok tradable food
karena rendahnya tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan sehingga dapat menjaga
inflasi relatif stabil. Tekanan inflasi kelompok inti utamanya berasal dari komoditas non-food
khususnya emas dan biaya tempat tinggal. Pada awal September 2013, harga emas
beberapa kali mengalami kenaikan dan mencatatkan titik tertinggi sebesar Rp 441.375 di
38
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
pasar. Namun kenaikan tersebut tidak bertahan lama seiring dengan tidak berlangsungnya
tapering quantitative easing sehingga mendorong emas turun menjadi Rp 429.500 di akhir
September 2013 dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,19% (8,97%-mtm).
Walaupun terdapat peningkatan inflasi komoditas emas perhiasan pada Tw III-2013,
namun secara tahunan harga emas justru cenderung turun. Pada grafik 2.35 tampak bahwa
inflasi inti tanpa komoditas emas justru lebih tinggi dibandingkan tanpa emas. Hal ini
menunjukkan besarnya pengaruh emas perhiasan terhadap tingkat inflasi di Jawa Timur.
Selanjutnya, perlu dianalisis pula
tentang pengaruh penurunan nilai tukar
Rupiah terhadap inflasi kelompok core
inflation. Analisis dilakukan dengan melihat
pengaruh nilai tukar terhadap inflasi core
traded dan core non traded non properti.
Secara bulanan pengaruh terbesar terjadi
pada bulan Agustus 2013 dan telah mereda
pada September 2013. Hal ini karena
tingginya permintaan akan barang-barang
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.31313131 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.32323232 Inflasi Inti – Manufacturing & Services (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33333333 Perkembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.34343434 Inflasi Inti Tradeable – Food & Non Food (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.35353535 Inflasi Inti tanpa Emas (yoy)
% mtm % mtm
% mtm % mtm
% yoy
39
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
impor baik untuk bahan baku industri maupun konsumsi untuk memenuhi tingginya
permintaan masyarakat pada saat Hari Raya Idul Fitri.
Jika dilihat secara tahunan, tampak bahwa terdapat peningkatan secara konsisten
untuk inflasi di core tradable sektor properti sedangkan untuk core tradable non properti
tetapi terpengaruh oleh nilai tukar peningkatan terjadi pada triwulan II-2013 dimana kondisi
Rupiah melemah sedangkan permintaan barang impor masih relatif tinggi.
Ekspektasi inflasi masyarakat (yang tercermin dari hasil survei konsumen) juga menjadi
faktor pendorong inflasi inti, baik pada ekspektasi harga 3 (tiga) dan 6 (enam) bulan yang
akan datang (grafik 2.45). Masyarakat menilai bahwa harga akan meningkat pada jangka
pendek sampai dengan awal tahun 2014 dan menurun mendekati akhir Triwulan I-2014.
Disisi lain keyakinan konsumen kota Surabaya pada bulan September 2013
menunjukkan penurunan yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen pada Tw III-2013
sebesar 121,8 lebih rendah dibandingkan Tw II-2013 yang mencapai 122,07. Penurunan
tersebut disebabkan indeks pembentuknya yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen yang turun
dari 135,2 menjadi 133,9 sedangkan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini masih meningkat dari
108,8 menjadi 109,8. Hal ini mencerminkan keraguan konsumen menyikapi kondisi ekonomi
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.36363636
Inflasi Traded – Properti & Nilai Tukar (yoy)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.37373737
Inflasi Non Traded – Properti & Nilai Tukar (yoy)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.38383838 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.39393939 Ekspektasi Harga yang Akan Datang
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 91011121 2 3 4 5 6 7 891011121 2 3 4
2010 2011 2012 2013 2014
Perubahan harga umum 3 bulan yad
Perubahan harga umum 6 bulan yad
Indeks
Indeks
40
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
yang akan datang, salah satunya disebabkan adanya kenaikan harga BBM dan pelemahan
nilai tukar Rupiah.
Administered Price
Secara bulanan inflasi kelompok administered price mengalami penurunan dari 0,74%
(Agustus 2013-mtm) menjadi 0,14% (September 2013). Sumbangan utama peningkatan
inflasi periode ini utamanya berasal dari peningkatan harga BBM (Pertamax) sebagai
dampak peningkatan harga minyak dunia dan rokok kretek filter. Walaupun meningkat
namun tidak berpengaruh signifikan karena masyarakat pengguna Pertamax relatif sedikit.
Sedangkan faktor penahan laju inflasi adalah kembali normalnya harga tarif angkutan setelah
Hari Raya Idul Fitri seperti tarip kereta api dan angkutan lainnya.
41
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
KELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGAKELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGAKELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGAKELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGA TERHADAP TERHADAP TERHADAP TERHADAP
PERUBAHAN HARGA DI JAWA TIMURPERUBAHAN HARGA DI JAWA TIMURPERUBAHAN HARGA DI JAWA TIMURPERUBAHAN HARGA DI JAWA TIMUR
Inflasi merupakan salah satu variabel makro yang penting dalam menentukan
kinerja ekonomi suatu daerah. Tingginya inflasi tanpa diikuti dengan penyesuaian
tingkat upah dapat berimplikasi pada penurunan daya beli masyarakat sebagai
dampak dari kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Pengeluaran rumah
tangga di Jawa Timur sebesar 54% didominasi oleh konsumsi makanan, baik berupa
bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Sedangkan sisanya
(46%) digunakan untuk konsumsi non makanan yang terdiri dari perumahan,
sandang, pendidikan, transportasi, kesehatan, jasa keuangan dan lainnya. Oleh
karena itu, guncangan inflasi akan mempengaruhi daya beli rumah tangga yang
tercermin dari kinerja pengeluarannya.
Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1 Inflasi dan Konsumsi Makanan & Non Makanan di Jawa Timur
Secara historis, terdapat lag satu periode perubahan konsumsi masyarakat
dalam merespon pergerakan inflasi di Jawa Timur. Gambar di atas menunjukkan
perkembangan inflasi (qtq) dan pengeluaran konsumsi masyarakat baik untuk
komoditas makanan maupun non makanan di Jawa Timur. Pada triwulan II-2011
terjadi deflasi pada komoditas makanan sebesar -0,21% dengan pertumbuhan
konsumsi makanan yang cenderung stabil di kisaran 3,66%. Penurunan harga
(deflasi) tersebut baru direspon oleh masyarakat dengan meningkatkan pengeluaran
makanan pada satu triwulan berikutnya (triwulan III-2011), yang tumbuh dari 3,66%
menjadi 4%. Pola serupa juga terlihat pada triwulan III-2011, dimana inflasi makanan
meningkat menjadi 2,15% direspon dengan penurunan konsumsi makanan di
42
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
triwulan IV-2011 yang hanya tumbuh sebesar 1,73%. Sementara itu, pada triwulan I-
2013, tingginya inflasi makanan (bahan makanan: 9,34%, makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau: 1,73%) mampu menurunkan pertumbuhan pengeluaran
konsumsi makanan di triwulan II-2013 dari 4,36% menjadi 0,95% atau menjadi
Rp100,37 T. Hal serupa juga terjadi pada pengeluaran non makanan yang
pertumbuhannya meningkat menjadi Rp85,33 T sebagai akibat dari penurunan
inflasi non makanan di satu triwulan sebelumnya.
Kelambanan (lag) dalam merespon kenaikan harga tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor. Pertama, rencana pengeluaran masyarakat yang tidak dapat
diubah dengan mudah, sehingga baru dapat disesuaikan pada periode selanjutnya.
Kedua, terdapat kekakuan upah (wage rigidity). Pada saat inflasi tinggi, upah
pekerja tidak dapat disesuaikan dalam waktu yang dekat, sehingga daya beli di
periode tersebut tidak berubah. Oleh karena itu, masyarakat berekspektasi untuk
menurunkan daya beli yang dimiliki terhadap barang dan jasa di periode yang akan
datang. Di sisi lain, pola konsumsi komoditas makanan dan non makanan memiliki
sifat yang berbeda. Konsumsi makanan cenderung memiliki elastisitas yang lebih
rendah mengingat makanan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi
pada level harga berapapun. Sementara konsumsi non makanan merupakan
kebutuhan sekunder dan tersier yang sensitif terhadap perubahan harga. Oleh
karena itu, perkembangan konsumsi non makanan cenderung bergerak tajam.
Ke depan, pada triwulan III-2013, diperkirakan konsumsi rumah tangga pada
komoditas makanan akan meningkat signifikan seiring dengan adanya deflasi (-
0,73%) pada komoditas makanan di triwulan II-2013. Hal tersebut juga didukung
dengan tingginya keyakinan masyarakat yang tercermin pada IKK (Indeks Keyakinan
Konsumen) di triwulan III-2013 yang meningkat 1,1% dari 120,7% mencapai 121,8%.
Oleh karena itu, pengeluaran konsumsi rumah tangga masih akan menjadi faktor
pendorong tingginya Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Timur.
43
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
ANALISIS INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMURANALISIS INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMURANALISIS INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMURANALISIS INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMUR
Rendahnya inflasi pada kuartal II-2013 di Jawa Timur meningkatkan daya
saing ekspor antardaerah Jawa Timur sebesar 7,4%.
Jawa Timur memiliki daya saing produk yang cukup tinggi, baik di dalam
maupun luar negeri. Gambar di bawah ini menunjukkan perkembangan ekspor Jawa
Timur serta inflasi dan kurs tengah. Kinerja ekspor Jawa Timur ke wilayah lain di
Indonesia (ekspor antar daerah) terutama ditentukan oleh tinggi-rendahnya inflasi.
Pada triwulan I-2013, saat inflasi umum meningkat dari 0,91% menjadi 2,87% (qtq),
ekspor dalam negeri Jawa Timur terpengaruh signifikan, yaitu tumbuh menurun -
4,76% dari Rp82,65T menjadi Rp78,72T. Hal ini disebabkan karena tingginya inflasi
meningkatkan harga bahan baku maupun barang modal yang digunakan dalam
proses produksi. Oleh karena itu, harga jual barang dan jasa tersebut akan
meningkat dan menurunkan daya saing produk, sehingga ekspor dalam negeri pun
menurun. Selain itu, inflasi yang tinggi di Jawa Timur akan meningkatkan harga
relatif Jawa Timur terhadap provinsi lain. Eksportir dalam negeri akan memilih untuk
membeli barang dari provinsi selain Jawa Timur yang menawarkan harga lebih
rendah. Kondisi sebaliknya terjadi pada triwulan IV-2012, dimana inflasi yang rendah
(0,91%) diikuti dengan peningkatan ekspor dalam negeri di triwulan tersebut,
meningkat 6,2% dari Rp77,83T menjadi 82,66T.
Grafik Grafik Grafik Grafik 1111 Perkembangan Inflasi, Nilai Tukar dan Perkembangan Ekspor Jawa Timur (%)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
g Ekspor LN g Ekspor DN g Kurs Tengah Inflasi (qtq)
44
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Berdasarkan data IRIO (Inter Regional Input-Output) 2005, Jawa Timur paling
banyak mengekspor hasil produksinya terutama dari sektor industri ke provinsi-
provinsi di Jawa. Sebagian besar jenis komoditas berupa: industri makanan-
minuman, pulp dan kertas, jasa-jasa lainnya, serta pengilangan minyak bumi. DKI
Jakarta merupakan provinsi yang paling banyak menggunakan output Jawa Timur
untuk digunakan sebagai input industrinya, yakni sebesar 22,33% dari total output
Jawa Timur. Komoditas Jawa Timur yang paling banyak diekspor ke DKI Jakarta
tersebut antara lain: industri petrokimia, industri makanan dan minuman, serta
industri pengolahan hasil laut. Sementara itu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sumatera
Utara masing-masing menggunakan 21,88%, 10,01% dan 5,62% dari total output
yang dihasilkan Jawa Timur, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah
Grafik Grafik Grafik Grafik 2222 Distribusi Output Jawa Timur ke Daerah Lain (IRIO 2005)
Sementara itu, dari sisi daya saing eksternal, faktor yang paling berpengaruh
pada ekspor luar negeri Jawa Timur adalah kinerja nilai tukar rupiah. Depresiasi
Rupiah terhadap US $ akan menurunkan harga relatif dalam negeri terhadap luar
negeri, sehingga ekspor luar negeri akan meningkat. Hal ini dapat dilihat pada
triwulan II-2013, dimana Rupiah terdepresiasi 2,14% yang diikuti dengan
peningkatan volume ekspor sebesar 1,58% dari Rp56,92T menjadi Rp57,82T.
Perlambatan ekonomi global di Eropa dan Amerika Serikat sebagai tujuan ekspor
turut berpengaruh signifikan pada penurunan ekspor Jawa Timur ke luar negeri.
�
Bab 3Bab 3Bab 3Bab 3
�
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN
PERBANKANPERBANKANPERBANKANPERBANKAN DAN DAN DAN DAN
SISTEMSISTEMSISTEMSISTEM PEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARAN
�
45
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
3333 PERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN& SISTEM PEMBAYARAN& SISTEM PEMBAYARAN& SISTEM PEMBAYARAN
Sampai dengan Triwulan III tahun 2013Sampai dengan Triwulan III tahun 2013Sampai dengan Triwulan III tahun 2013Sampai dengan Triwulan III tahun 2013 kkkkinerja perbankaninerja perbankaninerja perbankaninerja perbankan di Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timur baik baik baik baik
BBBBank ank ank ank UUUUmum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus masih terus masih terus masih terus menunjukkan menunjukkan menunjukkan menunjukkan
perkembangan perkembangan perkembangan perkembangan positifpositifpositifpositif. Hal tersebut. Hal tersebut. Hal tersebut. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK
yang tumbuh dengan baik yang tumbuh dengan baik yang tumbuh dengan baik yang tumbuh dengan baik serta serta serta serta didukung olehdidukung olehdidukung olehdidukung oleh tingkat risiko kredit yangtingkat risiko kredit yangtingkat risiko kredit yangtingkat risiko kredit yang rendah rendah rendah rendah (kurang (kurang (kurang (kurang
dari 5%) dari 5%) dari 5%) dari 5%) dan stabil.dan stabil.dan stabil.dan stabil. Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar 15,76%
(yoy) hingga mencapai Rp 416,27 triliun pada Triwulan III 2013. Kredit tumbuh sebesar 21,27%
(yoy) dari sebesar Rp 272,26 triliun pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar Rp 291,26 triliun
pada Triwulan III 2013. Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di
Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 12,73% (yoy) menjadi sebesar Rp 318,99
triliun pada periode laporan.
Peningkatan kinerja Bank Umum dan BPR di Jawa Timur terutama didorong oleh
terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren
pertumbuhan kredit yang terus meningkat hingga mencapai 21,27% (yoy) pada Triwulan III
2013, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi
Jawa Timur diperkirakan masih akan terus meningkat.
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan transaksi transaksi transaksi transaksi sistem pesistem pesistem pesistem pembayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank mbayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank mbayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank mbayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Surabaya, MalangSurabaya, MalangSurabaya, MalangSurabaya, Malang, Jember dan Kediri, Jember dan Kediri, Jember dan Kediri, Jember dan Kediri pada pada pada pada
TTTTriwulan riwulan riwulan riwulan IIIIIIIIIIII---- 2013201320132013 secara umum secara umum secara umum secara umum menunjukkan menunjukkan menunjukkan menunjukkan peningkatanpeningkatanpeningkatanpeningkatan, baik untuk transaksi tunai, baik untuk transaksi tunai, baik untuk transaksi tunai, baik untuk transaksi tunai
Tabel 3.1Tabel 3.1Tabel 3.1Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur
I II III IV I II III
Total Aset (Miliar Rupiah) 311.206,26 330.235,29 350.677,74 361.922,83 370.892,76 388.441,32 416.268,97
Pertumbuhan (%yoy) 18,65 19,47 22,13 20,79 19,18 17,63 15,76
Pertumbuhan (%qtq) 2,71 5,38 3,88 4,36 3,86 6,11 7,16
Dana Pihak Ketiga (Miliar Rupiah) 256.985,03 266.634,97 278.400,34 293.979,22 292.804,92 298.892,15 318.994,08
Pertumbuhan (%yoy) 17,60 16,77 18,03 16,46 13,94 12,10 12,73
Pertumbuhan (%qtq) 5,82 5,75 0,46 1,55 8,52 1,61 6,73
Kredit (Miliar Rupiah) 197.908,02 215.635,55 229.312,65 245.419,66 251.401,19 272.050,57 291.265,74
Pertumbuhan (%yoy) 19,65 22,26 24,38 26,18 27,03 26,16 21,27
Pertumbuhan (%qtq) 3,81 6,63 4,53 5,49 1,75 8,96 7,06
2012INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR
2013
46
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
maupunmaupunmaupunmaupun transaksi nontransaksi nontransaksi nontransaksi non----tunai. tunai. tunai. tunai. Transaksi tunai mengalami net-inflow sebesar Rp 729,32 miliar.
Kondisi tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Triwulan II 2013
yang mencatat net outflow sebesar Rp 411,54 triliun. Hal serupa juga ditunjukkan oleh
transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
yang peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Peningkatan jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia pada periode laporan
merupakan dampak dari tingginya penggunaan uang kartal di masyarakat. Momen bulan
puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Bulan Agustus 2013 menyebabkan transaksi
ekonomi masyarakat yang menggunakan uang kartal meningkat.
3.1.3.1.3.1.3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM
Kinerja Bank Umum di Jawa Timur sampai dengan Triwulan III 2013 masih terus
menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut merupakan indikasi terlaksananya fungsi
intermediasi dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timurtersebut tercermin
dari pertumbuhan indikator kinerja utama yaitu total aset sebesar 18,74% (yoy),Dana Pihak
Ketiga (DPK) sebesar 14,63% (yoy) dan kredit dengan pertumbuhan sebesar 27,22% (yoy).
Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK mendorong
kenaikan rasio Loan to Deposit Radio (LDR) Bank Umum dari sebesar 90,32% pada Triwulan II
2013, menjadi sebesar 90,64% pada Triwulan III 2013.
Peningkatan penyaluran kredit antara lain didorong oleh adanya peningkatan konsumsi
masyarakat saat bulan puasa dan Hari raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Juli - Agustus 2013.
Peningkatan LDR dimaksud diikuti dengan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL) yang
tetap terjaga di level 2,02%, lebih rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan II 2013 yang
tercatat sebesar 2,12%.
Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III
Total Aset (Jt Rp) 322.889.656,00 342.663.960,00 353.595.712,00 362.320.071,28 379.474.342,11 406.877.274,32
Pertumbuhan (yoy %) 19,48 22,05 20,75 19,10 17,52 18,74
Pertumbuhan (qtq %) 6,14 6,12 3,19 2,47 4,73 7,22
Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) 262.249.932,00 273.662.910,00 289.087.210,00 287.820.030,32 293.799.081,36 313.692.848,13
Pertumbuhan (yoy %) 16,75 17,94 16,39 13,85 12,03 14,63
Pertumbuhan (qtq) 3,73 4,35 5,64 (0,44) 2,08 6,77
Kredit (Jt Rp) 210.063.135,00 223.506.097,00 239.483.201,00 245.211.529,00 265.353.368,89 284.345.325,30
Pertumbuhan (yoy %) 22,30 24,49 26,28 27,21 26,32 27,22
Pertumbuhan (qtq) 8,98 6,40 7,15 2,39 8,21 7,16
LDR (%) 80,10% 81,67% 82,84% 85,20% 90,32% 90,64%
NPL (%) 2,73 2,64 2,60 2,26 2,12 2,02
2013INDIKATOR BANK UMUM
2012
47
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Secara umum, kinerja bank umum di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan
selama beberapa waktu terakhir. Hal tersebut terlihat dari peningkatan rasio penyaluran kredit
terhadap dana pihak ketiga atau Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh tren
penurunan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL).
Fungsi Intermediasi perbankan untuk Bank Umum di Jawa Timur terus menunjukkan
peningkatan. Tercatat sampai dengan Triwulan IIIt 2013, LDR Bank Umum di Jawa Timur
cukup tinggi mencapai 90,64%. sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan dengan LDR periode
sebelumnya (Triwulan II 2013) yang tercatat sebesar 90,64%, atau periode yang sama tahun
sebelumnya (Triwulan III 2012) yang tercatat sebesar 81,67%(grafik 3.1). Peningkatan ini
terutama didorong oleh pertumbuhan kredit triwulanan (7,16% qtq) yang lebih tinggi daripada
pertumbuhan DPK (6,77% qtq). Hal tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya
konsumsi masyarakat pada periode bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri (Agustus 2013) dengan
sumber dana dari penarikan simpanan maupun pinjaman bank. Indikasi adanya penarikan dana
simpanan masyarakat di Bank tercermin dari penurunan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
dalam bentuk tabungan dari sebesar 14,58% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar
14,36% (yoy) pada Triwulan II 2013. Sementara itu, pertumbuhan total kredit menunjukkan
peningkatan dari sebesar 26,3% (yoy) menjadi sebesar 27,22% (yoy).
Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar masih didominasi oleh kelompok Bank
Pemerintah dengan LDR sebesar 109,38%, diikuti oleh kelompok Bank Asing sebesar 101,78%
dan Bank Swasta sebesar 73,43% (grafik 3.2).
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Grafik Grafik Grafik Grafik 3.13.13.13.1Perkembangan LDR
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
65,00
70,00
75,00
80,00
85,00
90,00
95,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
LDR (%) NPL (%) rhs
%
0
20
40
60
80
100
120
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
%
LDR (%) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
48
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Berdasarkan nominal, proporsi penyaluran kredit masing-masing kelompok bank
terhadap total kredit perbankan di Jawa Timurmasih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar
Rp 148,7 triliun atau 52,3% dari total kredit. Proporsi terbesar selanjutnya adalah Bank Swasta
dengan penyaluran kredit sebesar Rp 117,2 triliun atau 41,22%. Sementara Bank Asing
memiliki porsi penyaluran kredit terkecil dengan nominal sebesar Rp 18,43 triliun atau 6,48%
dari total kredit.
3.1.1.3.1.1.3.1.1.3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
Total aset bank umum pada Triwulan III - 2013, menunjukkan pertumbuhan
sebesar18,74%(yoy) dan 7,22% (qtq). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya (Triwulan II 2013) yang hanya tercatat sebesar
17,52% (yoy) dan 4,73% (qtq).
Peningkatan jumlah aset bank umum di Jawa Timur antara lain didorong oleh adanya
peningkatan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sebesar 12,03% (yoy) pada
Triwulan II 2013 menjadi sebesar 14,63% (yoy) pada Triwulan III 2013. Peningkatan Dana Pihak
Ketiga (DPK) pada periode laporan diperkirakan didorong oleh berangsur normalnya kegiatan
penarikan dana oleh masyarakat yang sempat cukup tinggi pada periode tahun ajaran baru dan
liburan sekolah (Triwulan II 2013). Selain itu, mulai kembali normalnya harga pasca kenaikan
BBM turut mendorong peningkatan DPK dan aset pada periode laporan (Triwulan III 2013).
Grafik 3.3 Grafik 3.3 Grafik 3.3 Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan(yoy) Grafik 3.4 Grafik 3.4 Grafik 3.4 Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)
0
5
10
15
20
25
30
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
350.000.000
400.000.000
450.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset Kredit Dana
G Aset (yoy) G Kredit (yoy) G DPK (yoy)
%
y
o
y
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
%
Aset Kredit DPK
49
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Searah dengan kapasitas ekonomi masing-masing Kabupaten / Kota, aset perbankan
masih didominasi oleh Bank Umum yang berlokasi di wilayah Surabaya dengan prosentase
sebesar 58,7% dari total aset Bank Umum di Jawa Timur. Tercatat jumlah aset bank umum
yang berlokasi di wilayah Kota Surabaya pada Triwulan III 2013 adalah sebesar Rp 238,3 triliun.
Proporsi terbesar selanjutnya secara berurutan adalah Kota Malang dengan nilai aset sebesar Rp
32,92 triliun (8,09%), Kediri sebesar Rp 24,94 triliun (6,13%), Jember sebesar Rp 17,1 triliun
(4,2%) dan Sidoarjo dengan nilai aset sebesar Rp 10,84 triliun (2,67%).
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.5555Perkembangan Total Aset Bank Umum
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.6666ProporsiAset Bank Umum
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.7 7 7 7 Proporsi Aset Bank Umum Per Kabupaten Kota
0
5
10
15
20
25
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
350.000.000
400.000.000
450.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset G Aset (yoy) rhs
%
y
o
y
%
y
o
y
47%
47%
6%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
59%
8%
6%
4%
3%3%
2%
1% 1% 1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%1%
1%1%
0%
0%0%
0%
0%0%
0%
0%0%
0%
0%
0% 0%0%
0%
Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember Kab. Sidoarjo Kab. Gresik
Kota Madiun Kab. Banyuwangi Kab. Mojokerto Kota Probolinggo Kab. Tulungagung Kota Pasuruan
Kab. Bojonegoro Kota Blitar Kab. Pamekasan Kab. Jombang Kab. Tuban Kab. Ponorogo
Kab. Lamongan Kab. Ngawi Kab. Nganjuk Kab. Situbondo Kab. Magetan Kab. Lumajang
Kab. Bangkalan Kab. Bondowoso Kab. Trenggalek Kab. Pacitan Kab. Malang Kab. Sumenep
Kab. Sampang Kota Mojokerto Kab. Kediri Kab. Madiun
50
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Berdasarkan perkembangan kinerja pertumbuhan aset pada periode laporan, bank
umum yang berhasil mencatat pertumbuhan jumlah aset tertinggi adalah yang berlokasi di
Kota Mojokerto, yaitu sebesar 29,42% (yoy). Disusul kemudian dengan bank umum yang
berlokasi di Kota Kediri, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bondowoso dengan
pertumbuhan masing-masing sebesar 28,9% (yoy), 28,44% (yoy) dan 28,14% (yoy). Sementara
itu, pertumbuhan jumlah aset terkecil adalah pada Bank Umum yang berlokasi di wilayah
Kabupaten Tuban dengan prosentase pertumbuhan sebesar 6,8% (yoy).
Grafik 3.8Grafik 3.8Grafik 3.8Grafik 3.8 Jumlah Aset Bank Umum Per Kab / Kota
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.9999 Pertumbuhan Aset Bank Umum Per Kab / Kota (% yoy)
0,00
50.000,00
100.000,00
150.000,00
200.000,00
250.000,00
300.000,00
Miliar Rp
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
% y
oy
Kota Mojokerto Kota Kediri Kab. Lamongan Kab. Bondowoso
Kab. Malang Kab. Madiun Kab. Ngawi Kab. Bojonegoro
Kab. Lumajang Kab. Gresik Kab. Mojokerto Kab. Nganjuk
Kota Pasuruan Kab. Banyuwangi Kab. Sumenep Kab. Ponorogo
Kab. Sidoarjo Kota Surabaya Kota Probolinggo Kab. Trenggalek
Kota Malang Kab. Pamekasan Kab. Jombang Kab. Pacitan
51
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Sampai dengan Triwulan III Tahun 2013, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil
dihimpun bank umum di Jawa Timur terus menunjukkan pertumbuhan positif. Tercatat jumlah
DPK pada periode laporan adalah sebesar Rp 313,69 triliun, atau tumbuh sebesar14,63% (yoy)
dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan
pertumbuhan pada periode sebelumnya yaitu Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 12,03%
(yoy).
Kembali meningkatnya pertumbuhan tahunan DPK pada periode laporan searah
dengan tren pertumbuhan tahun sebelumnya. Selain itu, mulai kembali normalnya aktifitas
ekonomi masyarakat pasca libur tahun ajaran baru (Juni 2013) dan lebaran (awal Agustus
2013) turut mendorong kembali pertumbuhan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan III 2013 (September). Demikian pula apabila ditinjau
secara triwulanan, penghimpunan DPK mencatat peningkatan cukup signifikan dari sebesar
2,08% (qtq) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar 6,77% (qtq) pada Triwulan III 2013.
Dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi Jawa Timur yang stabil dan kepercayaan
masyarakat kepada perbankan yang terjaga, diperkirakan DPK yang dihimpun bank umum di
Jawa Timur akan tetap tumbuh cukup tinggi sampai dengan akhir tahun 2013. Namun
demikian, pertumbuhan DPK tersebut diperkirakan mengalami sedikit penurunan pada akhir
tahun seiring dengan tingginya konsumsi masyakarat pada momen libur natal dan tahun ajaran
baru.
Sebagaimana periode sebelumnya, struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur pada
Triwulan III 2013 masih didominasi olehtabungan dengan nominal mencapai Rp 140,54triliun
denganproporsi sebesar 44,8% dari total DPK.Menyusulkemudian deposito dengan prosentase
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.7777 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)
-5
0
5
10
15
20
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
350.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Rp
Ju
ta
Dana G DPK (yoy) G DPK (qtq)
%
y
o
y
52
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
sebesar38,67% dan nominal Rp 121,31 triliun. Sementara itu penghimpunan DPK dalam
bentuk giroadalah sebesar Rp 51,85 triliun, atau 16,53% dari total DPK.
Ditinjau dari sisi pertumbuhan, pada periode ini depositomemberikan kontribusi
terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 15,86% (yoy). Disusul kemudian dengan
tabungan dan giro dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 14,36% (yoy) dan 12,53%
(yoy).Penurunan pertumbuhan tabungan dari sebesar 14,58% (yoy) pada triwulan II 2013
menjadi sebesar 14,36% (yoy) pada triwulan III 2013 diyakini disebabkan oleh penarikan dana
tabungan oleh masyarakat untuk kegiatan bulan puasa dan lebaran yang jatuh pada bulan
Agustus 2013.
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.11111Komposisi DPK Bank Umum (%)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.10101010Perkembangan DPK PerJenisSimpanan (Rp. Milyar)
Grafik 3.8 Grafik 3.8 Grafik 3.8 Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy))))
Grafik 3.9 Grafik 3.9 Grafik 3.9 Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)
Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan – BI Rate
16%
39%
45%
Giro Deposito Tabungan
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
% y
oy
Giro Deposito Tabungan
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
I II III IV I II III
2012 2013
%q
tqGiro Deposito Tabungan
-
20.000.000
40.000.000
60.000.000
80.000.000
100.000.000
120.000.000
140.000.000
160.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
Rp
Juta
Tabungan Giro Deposito
%
y
o
y
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2011 2012 2013
%
DPK Giro Tabungan Deposito BI Rate
53
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Pasca adanya kenaikan kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 6% pada
Triwulan II 2013 menjadi 7,25%pada Triwulan III 2013, tren suku bunga DPK bank umum di
Jawa Timur mulai menunjukkan peningkatan. Tercatat suku bunga rata-rata tertimbang bank
umum di wialyah Jawa Timur meningkat dari sebesar 3,22%pada Triwulan II 2013 menjadi
sebesar 3,5%pada Triwulan III 2013. Peningkatan tersebut terutama didorong oelh
peningkatan suku bunga Deposito, dari sebesar 5,32% pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar
6,08% pada Triwulan III 2013.
Sementara itu tren suku bunga tabungan dan giro justru menunjukkan sedikit
penurunan. Tercatat suku bunga tabungan turun dari sebesar 1,79% pada Triwulan II 2013
menjadi sebesar 1,74% pada Triwulan III 2013. Suku bunga giro tercatat sebesar 1,72% pada
triwulan III 2013, lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar
1,74% (yoy).
Kondisi tersebut mengindikasikan kebijakan bank umum yang lebih memilih untuk
meningkatkan suku bunga Dana Pihak Ketiga dengan jangka waktu panjang, yaitu deposito.
Hal tersebut terkait dengan kepastian penyimpanan dana di bank sehingga mempermudah
perencanaan likuiditas bank jangka panjang. Sementara tabungan dan giro belum
menunjukkan peningkatan dikarenakan sifat simpanan yang likuid, sehingga kurang optimal
untuk digunakan dalam perencanaan likuiditas jangka panjang.
Apabila ditinjau berdasarkan lokasinya, bank umum di wilayah Kota Surabaya mencatat
jumlah penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten /
Kota lain di Jawa Timur. Tercatat DPK Bank Umum di wilayah Kota Surabaya mencapai sebesar
Rp 180,58 triliun atau 56,9% dari total DPK bank umum di Jawa Timur. Wilayah dengan DPK
terbesar selanjutnya adalah Kota Malang sebesar Rp 28,9 triliun (9,11%), Kota Kediri sebesar
Rp 16 triliun (5,04%), dan Kabupaten Jember sebesar Rp 13,68 triliun ( 4,31%).
Grafik 3.13 Proporsi DPK per Kabupaten Kota
57%
9%5%
4%3%
2%
2%1%
1%
1%
1% 1%
1% 1%
1%1% 1%1%
1%1% 1%0%0%
0%0%0%0% 0%0% 0% 0% 0% 0% 0%
Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember Kab. Sidoarjo Kab. Gresik
Kota Madiun Kab. Mojokerto Kab. Banyuwangi Kab. Tulungagung Kota Pasuruan Kota Blitar
Kota Probolinggo Kab. Bojonegoro Kab. Pamekasan Kab. Jombang Kab. Tuban Kab. Ponorogo
Kab. Lamongan Kab. Nganjuk Kab. Ngawi Kab. Magetan Kab. Bangkalan Kab. Lumajang
Kab. Trenggalek Kab. Situbondo Kab. Pacitan Kab. Sumenep Kab. Sampang Kab. Bondowoso
Kab. Malang Kota Mojokerto Kab. Kediri Kab. Madiun
54
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Berdasarkan perkembangan pertumbuhan DPK, Kabupaten Madiun mencatat
pertumbuhan tahunan tertinggi dengan prosentase pertumbuhan sebesar 76,09% (yoy).
Wilayah dengan pertumbuhan kinerja penghimpunan DPK terbesar selanjutnya adalah
Kabupaten Kediri, Kota Mojokerto dan Kabupaten Sidoarjo dengan pertumbuhan masing-
masing sebesar 31,36% (yoy), 30,93% (yoy) dan 30,81% (yoy). Kabupaten Pacitan mencatat
pertumbuhan DPK terendah sebesar 3,72% (yoy).
3.1.3.3.1.3.3.1.3.3.1.3. KREDIT KREDIT KREDIT KREDIT
Sampai dengan Triwulan III 2013, fungsi intermediasi bank yang tercermin dari besar
penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timur masih terus menunjukkan peningkatan.
Tercatat pada bulan September 2013 (Triwulan III), adalah sebesar Rp 284,34 triliun atau
tumbuh27,22% (yoy) dan 7,16% (qtq).
Grafik 3.14 Jumlah DPK per Kabupaten Kota
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.15 15 15 15 Pertumbuhan DPK Bank Umum Per Kab / Kota (% yoy)
0,00
20.000,00
40.000,00
60.000,00
80.000,00
100.000,00
120.000,00
140.000,00
160.000,00
180.000,00
200.000,00
Milia
r Rp
-40,00
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
% y
oy
Kab. Madiun Kab. Kediri Kota MojokertoKab. Sidoarjo Kab. Ngawi Kab. NganjukKab. Lumajang Kab. Lamongan Kab. MalangKab. Ponorogo Kab. Banyuwangi Kab. MagetanKab. Mojokerto Kab. Trenggalek Kota PasuruanKab. Bojonegoro Kab. Sumenep Kab. SampangKota Probolinggo Kota Malang Kab. TulungagungKab. Bangkalan PROVINSI JAWA TIMUR Kota BlitarKota Madiun Kab. Jombang Kab. PamekasanKota Kediri
55
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Secara tahunan, pertumbuhan kredit bank umum di wilayah Jawa Timur sebesar
27,22% (yoy) dimaksud lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada Triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 26,32% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh
peningkatan kredit modal kerja dari 24,29% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar
28,01% (yoy) pada Triwulan III 2013. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan
pengajuan kredit modal kerja dalam rangka menyambut bulan puasa dan hari raya Idul Fitri
1434.Seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat, pada periode tersebut banyak
bermunculan usaha musiman seperti catering, penjualan kue kering, baju dan perlengkapan
lebaran.
Berbeda dengan pertumbuhan tahunannya, secara triwulanan jumlah kredit yang
disalurkan oleh bank umum di wilayah Jawa Timur menunjukkan perlambatan dibandingkan
dengan periode sebelumnya (Triwulan II 2013). Tercatat pada Triwulan III kredit tumbuh 7,16%
(qtq), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan Triwulan II yang tercatat sebesar 8,21%
(qtq). Hal tersebut dikarenakan kredit tumbuh sangat tinggi pada triwulan II 2013 sehubungan
dengan adanya periode tahun ajaran baru, libur sekolah dan kenaikan harga karena ekspektasi
kenaikan BBM. Pada Triwulan III 2013 kredit tetap tumbuh tinggi walaupun sedikit melambat
dibandingkan periode sebelumnya karena terdapat momen puasa dan Hari Raya Idul Fitri.
Tingginya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh rendahnya risiko kredit atau
Non Performance Loan (NPL) pada periode laporan mencerminkan baiknya fungsi intermediasi
perbankan di Jawa Timur. Tercatat LDR pada periode laporan adalah sebesar 90,64%,
meningkat apabila dibandingkan dengan LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
90,32%. Tingginya rasio LDR dimaksud masih didukung oleh NPL yang rendah dan stabil di
kisaran 2,02%.
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.13333Pertumbuhan Kredit (yoy)
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.14444Pertumbuhan Kredit (qtq)
0
5
10
15
20
25
30
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
Rp
Ju
ta
Kredit G Kredit (yoy)
%
y
o
y
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
Rp
Ju
ta
Kredit G Kredit (qtq)
%
y
o
y
56
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Pada Triwulan III 2013 kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur masih
didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja yaitu sebesar 58% dari total kredit
dengan nominal sebesar Rp 165,97 triliun. Proporsi kredit terbesar selanjutnya adalah kredit
konsumsi dengan prosentase sebesar 27% dari total kredit (Rp 76,82 triliun).Sementara itu
kredit investasi memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 15% dari total kredit
dengan nominal mencapai Rp 41,56 triliun.
Ditinjau dari sisi pertumbuhan tahunan, kredit modal kerja mengalami peningkatan
pertumbuhan dari sebesar 24,29% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi 28,01% (yoy) pada
periode laporan. Sementara kredit investasi dan konsumsi menunjukkan sedikit perlambatan
dibandingkan periode sebelumnya dengan prosentase pertumbuhan masing-masing sebesar
33,16% dan 22,63%.
Senada dengan pertumbuhan tahunan, pertumbuhan kredit modal kerja secara
triwulanan juga menunjukkan peningkatan dari sebesar 7,5% (qtq) pada triwulan II 2013
menjadi sebesar 8,17% (qtq) pada triwulan III 2013. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh
tingginya aktifitas ekonomi masyarakat pada saat puasa dan lebaran. Sementara kredit investasi
dan konsumsi mencatat pertumbuhan yang lebih rendah pada level masing-masing sebesar
7,62% (yoy) dan 4,79% (yoy).
Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar
dengan proporsi 52,3% dari total kredit, disusul oleh Bank Swasta sebesar 41,22% dan Bank
Asing sebesar 6,48%. Ditinjau dari kinerja pertumbuhan kredit, pada periode ini bank asing
masih mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu mencapai 40,06% (yoy), sementara bank
pemerintah dan bank swasta masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 28,01% (yoy) dan
24,46% (yoy).
Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit tersebut menunjukkan baiknya kinerja bank
umum di Jawa Timur dalam meningkatkan fungsi intermediasinya. Tingkat persaingan yang
semakin kondusif antara kelompok bank diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas
penyaluran kredit kepada masyarakat.
57
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
3%0%
1%
29%
0%
3%
26%
1%
3%
0%
4%
0%
0%
0%
2%
0% 0%
0%
27%
0%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. LISTRIK, GAS DAN AIR 6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 10. PERANTARA KEUANGAN
12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
14. JASA PENDIDIKAN 14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA 18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 20. Lain-lain
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.16666Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.15555Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.17 7 7 7 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.18888Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan (qtq)
GrafikGrafikGrafikGrafik3.3.3.3.19191919 Proporsi Kredit Sektoral
47%
47%
6%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
58%15%
27%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
-5,00
10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
%y
oy
Modal Kerja Investasi Konsumsi
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
I II III IV I II III
2012 2013
% q
tq
Modal Kerja Investasi Konsumsi
58
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur pada periode
laporan sebagian besar masih kepada Sektor Industri Pengolahan (29% dari total kredit), dan
kepada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (26%). Tingginya peyaluran kredit kepada kedua
sektor tersebut searah dengan peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi daerah.
Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan
kehutanan memperoleh proporsi kredit yang masih relatif kecil yaitu sebesar 2,63%. Proporsi
tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan prosentase periode sebelumnya yang tercatat
sebesar 3,08%. Hal tersebut dapat dijadikan indikasi kurangnya akses perbankan kepada sektor
pertanian yang merupakan salah satu sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi di
Jawa Timur. Selain itu, terdapat adanya peningkatan penyaluran kredit pada sektor lain seperti
sektor pengolahan dan sektor perdagangan seiring dengan datangnya bulan puasadan Hari
Raya Idul Fitri 2013.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.20202020 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy)
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.21111 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate
-
5.000,00
10.000,00
15.000,00
20.000,00
25.000,00
30.000,00
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
% y
oy
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4. INDUSTRI PENGOLAHAN
6. KONSTRUKSI 7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
10. PERANTARA KEUANGAN 19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
20. Lain-lain (rhs)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2011 2012 2013
%
Kredit Modal kerja Investasi Konsumsi BI Rate
59
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Ditinjau dari wilayah lokasi bank pelapor, penyaluran kredit terbesar masih didominasi
oleh bank umum di Kota Surabaya dengan nominal sebesar Rp 161,26 triliun dan prosentase
sebesar 56,41% dari total kredit yang disalurkan. Proporsi terbesar selanjutnya adalah bank
umum di wilayah Kota Malang, Kota Kediri dan Kabupaten Jember dengan prosentase masing-
masing sebesar 7,92%, 6,74% dan 4,27% dari total kredit yang disalurkan Jawa Timur.
Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi bank pelapor tertinggi pada periode laporan
adalah di Kabupaten Madiun dengan pertumbuhan tahunan mencapai 56,92% (yoy).
Pertumbunan tertinggi selanjutnya adalah pada Kota Batu dan Kabupaten Kediri dengan
prosentase masing-masing sebesar 54,88% dan 49,53% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit
terbesar pada Kota Madiun dengan prosentase pertumbuhan negatif sebesar -9,46% (yoy).
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.22 2 2 2 Proporsi Penyaluran Kredit per Kabupaten Kota
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.23 3 3 3 Pertumbuhan Kredit per Kabupaten Kota
56%
8%
7%
4%4%
2%2%
1%1%
1%
1%
1%
1% 1%1% 1%1%
1%1%1%1%1%1%
0%0% 0%0%0% 0%0% 0% 0% 0% 0%
Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember Kab. Gresik
Kab. Sidoarjo Kota Madiun Kab. Banyuwangi Kab. Bojonegoro Kota Probolinggo
Kab. Mojokerto Kota Pasuruan Kab. Pamekasan Kab. Jombang Kab. Tulungagung
Kota Blitar Kab. Tuban Kab. Lamongan Kab. Ponorogo Kab. Ngawi
Kab. Nganjuk Kab. Magetan Kab. Situbondo Kab. Lumajang Kab. Bondowoso
Kab. Pacitan Kab. Malang Kab. Trenggalek Kab. Bangkalan Kab. Sumenep
Kab. Sampang Kota Mojokerto Kab. Kediri Kab. Madiun
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
Mil
iar R
p
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
2012 2013
% y
oy
Kota Kediri Kab. Lumajang Kab. Gresik
Kab. Situbondo Kota Pasuruan Kab. Bondowoso
Kab. Malang Kab. Banyuwangi Kota Surabaya
60
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
3.1.4 3.1.4 3.1.4 3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH ((((UUUUMMMMKM)KM)KM)KM)
Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam
mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adaya peningkatan
penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM yang sangat banyak di Jawa Timur
menunjukkan bahwa peluang perbankan dalam penyaluran kredit di sektor ini masih sangat
luas.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim
hingga akhir 2012, jumlah UMKM di Jawa Timur mencapai lebih dari 6,8 juta UMKM dengan
konsentrasi jumlah terbesar di kabupaten Jember, Malang dan Banyuwangi. Berdasarkan sektor
usahanya, jumlah tersebut terdiri atas UMKM yang bergerak di sektor pertanian sebesar
60,25% dengan jumlah unit usaha sebanyak 4.112.443 usaha, dan sektor non pertanian
sebesar 39,75% dengan jumlah unit usaha sebanyak 2.713.488 usaha.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah
menyediakanberbagai fasilitas dan kebijakan sebagai upaya pengembangan UMKM, antara lain
dengan pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga Penjaminan Kredit Daerah), penyaluran kredit
linkage, pemberian bantuan teknis/pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk
memperoleh pembiayaan dari perbankan dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan
Mitra Bank (KKMB), pengembangan klaster komoditas potensial, serta Program Kerjasama
Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk
meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM. Upaya dimaksud diharapkan mampu menjadi
pendorong bagi industri perbankan di Jawa Timur untuk terus meningkatkan penyaluran kredit
kepada UMKM.
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.22222Perkembangan Kredit UMKM
0
5
10
15
20
25
30
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
80,000,000
90,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
Kredit UMKM Juta Rupiah Growth % (yoy)
R
p
J
u
t
a
%
y
o
y
3,20
3,40
3,60
3,80
4,00
4,20
4,40
-
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
60.000.000
70.000.000
80.000.000
90.000.000
Tw I
Tw I
I
Tw I
II
Tw I
V
Tw I
Tw I
I
Tw I
II
2012 2013
Juta
Rp
%Kredit UMKM Juta Rupiah NPL (%) Skala Kanan
61
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Perhatian perbankan di Jawa Timur terhadap perkembangan UMKM terus menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut tercermin dari perkembangan kredit UMKM
yang disalurkan terus mencatat peningkatan hingga mencapai Rp 79,16 triliun pada periode
laporan. Jumlah tersebut tumbuh 24,37% (yoy), lebbih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
periode sebelumnya (Triwulan II 2013) yang tercatat sebesar 14,2% (yoy). Secara triwulanan,
pertumbuhan penyaluran kredit UMKM adalah sebesar 0,65% (qtq), lebih rendah apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan cukup tinggi yaitu
sebesar 11,71% (qtq). Searah dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, pertumbuhan
penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di Jawa Timur diperkirakan akan terus tumbuh
positif.
Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh bank umum di Jawa Timur masih didominasi
oleh Bank Pemerintah sebesar 58% dengan jumlah nominal mencapai Rp 45,99 triliun. Bank
swasta menyumbang proporsi terbesar kedua dengan prosentase sebesar 41% dan nominal Rp
32,37 triliun.Proporsi penyaluran kredit UMKM terkecil adalah bank asing dengan nominal
sebesar Rp 794 miliar dan prosentase 1% dari total kredit. Semakin besarnya proporsi
penyaluran kredit oleh bank swasta dari 40% pada Triwulan II 2013 menjadi 41% pada
Triwulan III 2013 mengindikasikan peningkatan peran bank swasta dalam dalam mendukung
pengembangan UMKM di Jawa Timur.
Apabila ditinjau berdasarkan wilayahnya, beberapa kabupaten/kota dengan penyaluran
kredit UMKM terbesar adalah pada Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kabupaten
Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Kota Surabaya mencatat penyaluran kredit UMKM
terbesar dengan nominal mencapai Rp 33,45 triliun atau 41,62% dari total kredit UMKM Jawa
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.23333Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
59%
40%
1%
Triwulan II 2013
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
58%
41%
1%
Triwulan III 2013
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
62
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Timur. Kota Malang mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 7,54 triliun (9,38% dari
total kredit UMKM Jawa Timur. Kota Kediri menyalurkan kredit UMKM dengan prosentase
lebih kecil yaitu sebesar 5,88%, dengan nominal sebesar Rp 4,72 triliun. Kabupaten Jember
mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 4,26 triliun atau 5,3%, dan Kabupaten
Banyuwangi sebesar Rp 2,3 Triliun dengan prosentase sebesar 2,86%.
Sementara itu, penyaluran kredit UMKM terendah terdapat pada Kabupaten Madiun
dengan jumlah kredit UMKM sebesar Rp 1 miliar. Jumlah tersebut hanya menyumbang sebesar
0,12% dari keseluruhan kredit UMKM yang disalurkan oleh perbankan di Jawa Timur.
Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM tertinggi adalah di Kabupaten Lumajang
dengan pertumbuhan sebesar 59,51% (yoy). Pertumbuhan tertinggi selanjutnya adalah
Kabupaten Nganjuk sebesar 44,93% (yoy), Kabupaten Mojokerto sebesar 44,82% (yoy) dan
Malang sebesar 44% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM terkecil adalah di Kabupaten Madiun
yang mencatat penurunan pertumbuhan hingga -81,83% (yoy).
42%
9%6%
5%3%3%
2%
2%2%
2%
2%2% 2%2%
2%
1% 1% 1% 1% 1%
1%
1%1%1%1% 1%1% 1%
1%0% 0% 0%
0% 0%
Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember
Kab. Banyuwangi Kab. Sidoarjo Kota Madiun Kab. Gresik
Kota Probolinggo Kab. Jombang Kab. Bojonegoro Kab. Tulungagung
Kab. Mojokerto Kota Pasuruan Kota Blitar Kab. Lamongan
Kab. Pamekasan Kab. Ponorogo Kab. Tuban Kab. Nganjuk
Kab. Magetan Kab. Ngawi Kab. Situbondo Kab. Lumajang
Kab. Bondowoso Kab. Pacitan Kab. Trenggalek Kab. Bangkalan
Kab. Malang Kab. Sumenep Kab. Sampang Kota Mojokerto
Kab. Kediri Kab. Madiun
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.32 32 32 32 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33 33 33 33 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
2012 2013
%
Kab. Lumajang Kab. Nganjuk Kota Mojokerto Kab. Malang
Kota Pasuruan Kab. Sumenep Kab. Ngawi Kab. Situbondo
Kab. Pacitan Kab. Gresik
63
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
3.2.3.2.3.2.3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan selama Triwulan III 2013 relatif stabil dan terjaga yang
tercermin dari relatif rendahnya risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi. Peningkatan
kredit perbankan sebesar 27,22% (yoy) hingga mencapai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar
90,64% didukung oleh kecukupan likuiditas dan rendahnya risiko kredit. Peningkatan
penyaluran kredit yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL di kisaran 2,02%
mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh
kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur.
Namun demikian, perbankan tetap harus mewaspadai beberapa risiko lain seperti risiko
operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem dan atau kejadian–kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu, tetap
perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh
internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal
dalam hal ini Bank Indonesia sebagai regulator dan masyarakat sebagai pengguna jasa
perbankan.
Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan
nasabah dengan Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan
Edukasi Konsumen. hal tersebut dilakukan untuk mendorong terciptanya iklim perbankan yang
kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun
perlindungan konsumen.
3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total
kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum terus menunjukkan
perbaikan dari waktu ke waktu. NPL bank umum pada Triwulan II 2013 tercatat membaik
dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari sebesar 2,12% pada Triwulan II 2013 menjadi
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.4444 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NPL NPL NPL NPL perperperper----Kelompok BankKelompok BankKelompok BankKelompok Bank
Sumber: Bank Indonesia
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III
NPL Bank Umum (%)NPL Bank Umum (%)NPL Bank Umum (%)NPL Bank Umum (%) 3,033,033,033,03 2,732,732,732,73 2,642,642,642,64 2,602,602,602,60 2,262,262,262,26 2,122,122,122,12 2,022,022,022,02
a. Bank Pemerintah 3,90 3,62 3,37 3,46 2,74 2,56 2,42
b. Bank Swasta 1,66 1,51 1,69 1,64 1,70 1,66 1,63
c. Bank Asing 4,12 3,87 3,05 1,98 2,01 1,60 1,36
2013KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN 2012
64
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
2,02% pada Triwulan III 2013. Penurunan NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah dan mecerminkan kinerja bank
yang membaik dalam pengelolaan risiko kredit.
Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi adalah kelompok bank
pemerintah dengan NPL sebesar 2,02%. NPL bank asing dan bank swasta di Jawa Timur
memiliki NPL lebih rendah dengan prosentase masing-masing sebesar 1,36% dan 1,63%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi pada triwulan laporan terdapat
pada kredit investasi dengan prosentase sebesar 2,4%. Sementara kredit modal kerja dan kredit
konsumsi mencatat risiko kredit yang lebih rendah yaitu sebesar 2,25% dan 1,33%.
Secara individual debitur, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko
terbesar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian
kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif. Namun secara aggregat perbankan, kredit
konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan kredit lainnya karena risiko
kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan signifikansi default debitur
kredit konsumsi.
3.3.3.3.3.3.3.3. PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH
Secara tahunan, indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang terdiri atas aset,
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan pada triwulan III 2013 mencatat perlambatan
pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 36,56% (yoy) dan
2,63% (qtq) dari Rp 18,74 triliun pada Triwulan II-2013 menjadi Rp 19,23 triliun pada Triwulan
III-2013. Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.26 6 6 6 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.27777Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
%
Total Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
-5.000.000
10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000 40.000.000 45.000.000 50.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
Pemerintah (Jt Rp) Swasta (Jt Rp) Asing (Jt Rp)
NPL Pemerintah (%) NPL Swasta (%) NPL Asing (%)
Juta Rp
65
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
tumbuh 24,15% (yoy) dan 0,46% (qtq) dari sebesar Rp 13,53 triliun pada Triwulan II 2013
menjadi Rp 13,89 triliun pada Triwulan III 2013.
Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan Giro, Deposito maupun Tabungan menunjukkan
penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Giro mencatat penurunan tertinggi dengan
persentase sebesar -13,5% (yoy), dari sebelumnya 45,97% (yoy) pada Triwulan II 2013.
Pertumbuhan deposito melambat dari 34,98% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar
32,82% (yoy) pada Triwulan III 2013. Demikian pula dengan tabungan yang melambat dari
sebesar 43,18% (yoy) pada periode laporan menjadi 23,3% (yoy) pada Triwulan III 2013.
Perlambatan tersebut disebabkan oleh tingginya penggunaan dana untuk aktifitas ekonomi
masyarakat pada saat bulan puasa dan hari raya Idul Fitri 2013.
Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Jawa Timur selama Tw III 2013
tumbuh sebesar 2,23% (qtq) atau 29,61 % (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 13,83 triliun.
Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan modal kerja memperoleh porsi tertinggi dengan
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33333333Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq)
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.34 4 4 4 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.35555 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.36 6 6 6 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset Pembiayaan Dana
G DPK (qtq) G Aset (qtq) G Kredit (qtq)
%
q
t
q
0
20
40
60
80
100
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw IIIR
p Ju
ta
Aset Pembiayaan Dana
G DPK (yoy) G Aset (yoy) G Kredit (yoy)
%
y
o
y
5%
42%53%
GIRO DEPOSITO TABUNGAN
(40,00)
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
% y
oy
GIRO DEPOSITO TABUNGAN
66
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
prosentase sebesar 44% dari total pembiayaan. Sementara kredit konsumsi dan investasi
memperoleh prosentase yang lebih kecil yaitu masing-masing sebesar 38% dan 18%. Adanya
penambahan porsi kredit modal kerja dari sebesar 42% (Triwulan II 2013) menjadi 44%
(Triwulan III 2013) menjadi indikasi peningkatan peran Bank Syariah dalam mendukung
ekonomi daerah dengan penyaluran kredit produktif.
Tingginya proporsi pembiayaan modal kerja Bank Syariah di Jawa Timur menunjukkan
bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan
pembiayaan modal kerja dan investasi yang tumbuh tinggi masing-masing sebesar 33,05%
(yoy) dan 32,40% (yoy). Sementara pertumbuhan pembiayaan konsumsi mencatat angka yang
lebih kecil dengan prosentase sebesar 24,68% (yoy). Dengan demikian, perbankan syariah juga
secara bertahap mendukung pengembangan sektor produktif di Jawa Timur.
Kinerja penyaluran pembiayaan yang baik tersebut didukung dengan kualitas
pembiayaan yang terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF)
terjaga rendah dan stabil di kisaran 2,54%. Walaupun sedikit meningkat dibandingkan periode
sebelumnya, namun besar NPF tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah
dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik.
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran
pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun menunjukkan pertumbuhan yang stabil
dan terus meningkat. Tercatat FDR pada Triwulan III 2013 mencapai 99,57%, meningkat
dibandingkan dengan Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 97,84%.
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.37 7 7 7 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.38 8 8 8 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
% y
oy
Modal Kerja Konsumsi Investasi
44%
18%
38%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
67
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
3.4.3.4.3.4.3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan III - 2013 secara umum tetap
menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Tercatat total aset BPR pada periode laporan
tumbuh sebesar 17,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 17,07% (yoy). Penghimpunan dana tumbuh sebesar 11,9% (yoy) pada periode laporan,
lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 14,23%. Demikian pula
penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 19,18% (yoy), sedikit melambat dibandingkan
dengan Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 19,36%.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.39393939 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)
Perbankan Syariah Jawa Timur
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.5555 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur
90,00
92,00
94,00
96,00
98,00
100,00
102,00
104,00
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
%FDR (%) NPF (%)
I II III IV I II III
1111 Total AssetTotal AssetTotal AssetTotal Asset 6.982.253 7.345.638 8.013.778 8.327.121 8.572.689 8.966.980 9.391.693
2222 KreditKreditKreditKredit
Per Jenis PenggunaanPer Jenis PenggunaanPer Jenis PenggunaanPer Jenis Penggunaan 5.153.678 5.572.413 5.806.554 5.936.457 6.189.661 6.697.201 6.920.414
- Modal Kerja 3.355.165 3.631.661 3.781.188 3.801.754 4.105.148 4.481.920 4.617.058
- Investasi 156.005 171.126 195.048 284.088 202.962 225.223 258.083
- Konsumsi 1.642.508 1.769.626 1.830.319 1.850.615 1.881.551 1.990.057 2.045.274
3333 4,29% 4,14% 4,24% 3,39% 3,84% 3,88%
4444 4.177.128 4.385.038 4.737.430 4.892.009 4.984.885 5.093.066 5.301.227
- Deposito 2.850.360 3.032.046 3.271.589 3.319.944 3.377.435 3.497.001 3.651.184
- Tabungan 1.326.767,86 1.352.992,08 1.465.841,86 1.572.064 1.607.450 1.596.064 1.650.044
4444 123,38% 127,08% 122,57% 121,35% 124,17% 131,50% 130,54%
2012 2013
NPL (%)NPL (%)NPL (%)NPL (%)
Dana (dpk)Dana (dpk)Dana (dpk)Dana (dpk)
LDRLDRLDRLDR
BPR (Juta Rupiah)
68
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Sampai dengan Triwulan III 2013, total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di
Jawa Timur mencapai Rp 5,3 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh
deposito yang mencapai 68,87% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh
proporsi yang lebih kecil yaitu sebear 31,13% dari total DPK.
Namun demikian apabila ditinjau dari sisi pertumbuhannya, tabungan mampu tumbuh
sebesar 12,57% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang tercatat tumbuh
sebesar 11,6% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa BPR mulai meningkatkan penghimpunan
dana murah dari masyarakat yang berbentuk tabungan. Di sisi lain, stabilnya peningkatan dana
masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga Triwulan III -
2013, menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja BPR. Selain itu, adanya
fenomena peningkatan BI Rate dan LPS rate turut mendongkrak peningkatan suku bunga
simpanan di BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.40404040Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.41414141 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq)
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.42222 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
% y
oy
DEPOSITO TABUNGAN DPK
(2,00)
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2.013
% q
tq
DPK Deposito Tabungan
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
% y
oy
Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi
69
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase
mencapai 67% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan III 2013 kredit
investasi tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 32,32% (yoy). Kredit modal kerja juga mencatat
pertumbuhan yang cukup tinggi meski sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya
dengan persentase sebesar 22,11% (yoy). Sementara itu kredit konsumsi yang disalurkan BPR
tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 11,74%. Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal
kerja yang disalurkan mengindikasikan bahwa BPR mulai meningkatkan penyaluran kreditnya
pada sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di
sekitarnya.
Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK selama beberapa periode
terakhir menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR meningkat hingga mencapai 130,54%
pada periode laporan. Sementara itu, kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio Non
Performing Loan (NPL) maish berada di kisaran 3%. Hal ini mencerminkan perlunya
peningkatan kewaspadaan dan pengawasan BPR terhadap kredit yang disalurkan melalui
penyeleksian profil debitur secara efisien dengan memperhatikan konsep 5 C (Capital,
Collateral, Capacity, Character, dan Condition of Economy).
3.5.3.5.3.5.3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYAAAA
Kinerja 6 (enam)1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada Triwulan III 2013
secara umum menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat. Tercatat
1 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda),
Bank Anglomas Internasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima Mas,ter.
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.43333Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.44444Perkembangan LDR & NPL BPR
67%
4%
29%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
116,00%
118,00%
120,00%
122,00%
124,00%
126,00%
128,00%
130,00%
132,00%
134,00%
I II III IV I II III
2012 2013
%LDR NPL Skala Kanan
70
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat 9,13% (yoy) dan
6,27% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah
peningkatan dana pihak ketiga yang pada triwulan ini mencapai 16,81% (qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya. Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat relatif
merata antara giro, deposito dan tabungan dengan proporsi masing-masing sebesar 38,28%,
26,36% dan 35,36% dari total DPK.
I II III IV I II III
Total Aset (Jt Rp) 36.657.865,00 38.361.025,00 42.254.532,00 35.941.107,00 41.263.366,55 43.389.416,06 46.111.458,29
Pertumbuhan (yoy %) 36,85 29,30 35,28 17,61 12,56 13,11 9,13
Pertumbuhan (qtq %) 19,95 4,65 10,15 (14,94) 14,81 5,15 6,27
Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) 26.344.525,00 26.605.346,00 27.931.448,00 23.996.099,00 25.173.780,01 26.866.224,34 31.381.327,20
Pertumbuhan (yoy %) 29,74 15,66 16,60 10,30 (4,44) 0,98 12,35
Pertumbuhan (qtq) 21,09 0,99 4,98 (14,09) 4,91 6,72 16,81
Kredit (Jt Rp) 17.436.071,00 18.919.553,00 19.726.756,00 19.805.245,00 20.175.683,58 21.750.303,72 22.951.115,45
Pertumbuhan (yoy %) 22,19 21,83 18,26 16,79 15,71 14,96 16,35
Pertumbuhan (qtq) 2,82 8,51 4,27 0,40 1,87 7,80 5,52
LDR (%) 66,18% 71,11% 70,63% 82,54% 80,15% 0,81% 73,14%
NPL (%) 1,40% 1,89% 2,01% 2,06% 2,03% 2,27% 2,17%
2012Bank KP di Jatim
2013
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.6666 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.45555 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.46666 Perumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
% y
oy
Aset Kredit DPK
(20,00)
(15,00)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
%
Aset Kredit DPK
71
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar
16,35% (yoy) dan 5,52% (qtq), meningkat dari sebesar Rp 21,75 triliun pada Triwulan II 2013
menjadi Rp 22,95 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi
masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 59,59%, disusul kemudian oleh kredit modal
kerja dengan proporsi sebesar 34,99%. Sementara kredit konsumsi mencatat pertumbuhan
terkecil dengan prosentase sebesar 5,42%.
Tren pertumbuhan kredit modal kerja berfluktuasi dan membentuk pola tertentu yaitu
sedikit melambat pada akhir tahun dan meningkat kembali di pertengahan tahun. Sedangkan
kredit konsumsi walaupun secara komposisi mendominasi, namun tren pertumbuhannya terus
menurun dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian diharapkan perpaduan dua
kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat.
Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan III-2013
didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup rendah
dan stabil,yaitudi kisaran 2,17%, lebih rendah bila dibandingkan dengan NPL Triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,27%.
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.47777 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.48 8 8 8 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.49 49 49 49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.50 50 50 50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
38%
26%
36%
Giro Deposito Tabungan
(45,00)
(40,00)
(35,00)
(30,00)
(25,00)
(20,00)
(15,00)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
% q
tq
Giro Deposito Tabungan
(30,00)
(25,00)
(20,00)
(15,00)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
% q
tq
Modal Kerja Investasi Konsumsi
35%
5%
60%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
72
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor
Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari terjaganya
Loan to Deposit Ratio (LDR) di angka yang cukup tinggi yaitu 73,14%. Perlambatan LDR dari
sebesar 80,96% pada Triwulan II 2013 menjadi 73,14% pada Triwulan III 2013 dimaksud
disebabkan oleh lebih tingginya peningkatan Dana Pihak Ketiga yaitu 16,81% (qtq)
dibandingkan dengan pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar 5,52% (qtq).
3.63.63.63.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank
Indonesia lainnya yaitu moneter dan perbankan. Kebijakan dan pelaksanaan Sistem
Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan
pengawasan perbankan.
Sampai dengan Triwulan III 2013, kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai
maupun non tunai berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut tidak terlepas dari tingginya
komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan
kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang cukup.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem
Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang
terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan aliran uang
keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), transaksi keuangan non tunai (BI-Real
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.51 51 51 51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
LDR NPL ( rhs)
73
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta
jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur.
3.6.13.6.13.6.13.6.1 Transaksi Keuangan TunaiTransaksi Keuangan TunaiTransaksi Keuangan TunaiTransaksi Keuangan Tunai
Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara
lain: jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), jumlah aliran
uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), serta kegiatan pemusnahan Uang
Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).
a.a.a.a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Aliran Uang Masuk/Keluar (Aliran Uang Masuk/Keluar (Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/OutflowInflow/OutflowInflow/OutflowInflow/Outflow) ) ) )
Pada Triwulan III 2013, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di wilayah
Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan Jember secara
kumulatif kembali menunjukkan posisi net inflow setelah mencatat outflow pada periode
sebelumnya.Hal tersebut dapat diartikan bahwa jumlah aliran uang yang masuk ke Bank
Indonesia dari perbankan (inflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang dari
Bank Indonesia kepada perbankan (outflow).
Tabel 3.6 PerkembanganArusUangTunai (Inflow –Outflow)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
dalam miliar rupiah
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
OUTFLOW 6,080.74 6,803.54 6,192.91 4,728.70 7,026.66 10,069.52
INFLOW 5,078.72 8,120.04 4,776.87 7,502.76 4,975.73 9,058.45
NET FLOW (1,002.03) 1,316.50 (1,416.04) 2,774.06 (2,050.92) (1,011.07)
OUTFLOW 3,027.60 3,585.98 2,561.01 1,657.39 2,183.55 3,803.58
INFLOW 1,113.18 2,309.86 1,269.90 2,194.90 1,656.83 3,514.64
NET FLOW (1,914.42) (1,276.12) (1,291.11) 537.51 (526.72) (288.94)
OUTFLOW 1,359.03 1,996.30 1,417.27 826.44 1,105.54 2,139.94
INFLOW 2,181.97 2,823.32 2,792.64 4,205.10 3,069.28 4,160.30
NET FLOW 822.93 827.02 1,375.38 3,378.66 1,963.74 2,020.36
OUTFLOW 1,518.28 1,915.09 1,359.02 943.13 1,450.60 2,039.90
INFLOW 1,331.97 1,654.95 1,154.19 2,088.87 1,652.96 2,048.87
NET FLOW (186.30) (260.14) (204.83) 1,145.75 202.35 8.97
OUTFLOW 11,985.65 14,300.91 11,530.20 8,155.66 11,766.34 18,052.93
INFLOW 9,705.83 14,908.16 9,993.60 15,991.64 11,354.80 18,782.25
NET FLOW (2,279.82) 607.25 (1,536.60) 7,835.97 (411.54) 729.32
Keterangan :
Net Flow (+) : Net Inflow
Net Flow (-) : Net outf low
JEMBER
JAWA TIMUR
2012
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
Wilayah Keterangan2013
74
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Tercatat net inflow Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp 729,32 miliar.
Kondisi tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Triwulan II 2013
yang mencatat net outflow sebesar Rp 411,54 miliar. Net inflow yang terjadi disebabkan oleh
peningkatan jumlah aliran uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia pasca tingginya
peredaran uang (outflow) pada pertengahan tahun karena adanya momen tahun ajaran baru,
liburan sekolah, dan hari raya keagamaan serta ekspektasi kenaikan harga BBM.
Secara nominal, jumlah inflow dan outflow menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat outflow pada periode
laporan mencapai Rp 18,05 triliun, atau meningkat 53,43% (qtq) dan 26,24% (yoy)
dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 11,76 triliun. Demikian pula
dengan inflow yang juga menunjukkan peningkatan cukup signifikan dari sebesar Rp 11,35
triliun pada Triwulan II 2013, menjadi sebesar Rp 18,78 triliun pada Triwulan III 2013. Jumlah
tersebut meningkat 65,41% (qtq) dan 25,99% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.
b.b.b.b. Uang Kartal Tidak Layak EdarUang Kartal Tidak Layak EdarUang Kartal Tidak Layak EdarUang Kartal Tidak Layak Edar
Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia dalam memelihara kualitas uang kartal
yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy) adalah pelaksanaan kegiatan
pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
secara rutin.
Gambar 3.50 Perkembangan Arus UangTunai (Inflow –Outflow)
DalamJuta Rupiah
0.00
2,000,000.00
4,000,000.00
6,000,000.00
8,000,000.00
10,000,000.00
12,000,000.00
14,000,000.00
16,000,000.00
18,000,000.00
20,000,000.00
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2013
Juta
Ru
pia
h
OUTFLOW INFLOW
(4,000,000.00)
(2,000,000.00)
-
2,000,000.00
4,000,000.00
6,000,000.00
8,000,000.00
10,000,000.00
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2013
Juta
Ru
pia
h
NETFLOW
Gambar 3.51
Perkembangan Net Flow JawaTimur
75
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Selama Triwulan III 2013, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan
adalah sebesar Rp 5,02 triliun atau meningkat 53,16% (qtq) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh adanya kenaikan inflow yang lebih
tinggi dibandingkan dengan outflow pada periode laporan. Namun demikian, peningkatan
jumlah PTTB tersebut jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada
Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 95,81% (qtq).
Sementara itu, apabila ditinjau dari persentase jumlah uang kartal tidak layak edar
terhadap inflow (rasio PTTB terhadap inflow), pada periode laporan menunjukkan penurunan
dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat besar rasio PTTB terhadap inflow Jawa Timur
pada Triwulan III 2013 adalah sebesar 26,71%, lebih rendah bila dibandingkan dengan
Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 28,85%.
Tren penurunan jumlah uang kartal tidak layak edar tidak terlepas dari upaya Bank
Indonesia yang terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya
perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi
perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga
mengurangi besarnya volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang
baru.
Gambar 3.52 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
0,00
1.000.000,00
2.000.000,00
3.000.000,00
4.000.000,00
5.000.000,00
6.000.000,00
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2013
Juta
Ru
pia
h
PTTB Rasio PTTB thdp Inflow (%) rhs
76
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
3.6.23.6.23.6.23.6.2 Transaksi Keuangan Non TunaiTransaksi Keuangan Non TunaiTransaksi Keuangan Non TunaiTransaksi Keuangan Non Tunai
Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi
non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum
perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa Timurterus mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS.
a. Transaksi BIa. Transaksi BIa. Transaksi BIa. Transaksi BI----RTGS ( RTGS ( RTGS ( RTGS ( RRRReal eal eal eal Time Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross Settlement))))
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dikembangkan sebagai
upaya mitigasi risiko dalam sistem pembayaran antar bank bernilai besar (high-value payment
system).
Gambar 3.54
Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
Gambar 3.53
Perkembangan Transaksi Non Tunai Di JawaTimur
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun)
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
Share Kliring Share RTGS
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
110
1001.000
10.000
100.0001.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
Tra
nsa
ksi
Volume Nominal (Rp Triliun) rhs
77
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur secara umum
masih terus menunjukkan tren peningkatan. Pada Triwulan III 2013, jumlah volume transaksi
RTGS di Jawa Timur tercatat sebanyak 171.756 transaksi dengan nominal mencapai Rp
210,82 triliun. Jumlah transaksi tersebut meningkat 17,05% (yoy) atau 1% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat transaksi sebesar 170.050 transaksi.
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar
transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan terpusatnya kegiatan
perekonomian pada wilayah–wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi
outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas
perekonomian yang cukup menonjol, dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa
Timur masih mendominasi besarnya transaksi.
Gambar 3.55 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS
Terbesar Tw III -2013
Gambar 3.56 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming
RTGS Terbesar Tw III -2013
(50,00)
(40,00)
(30,00)
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
% q
tq
Nominal Volume
Gambar 3.55
Pertumbuhan Transaksi RTGS (yoy)
Gambar 3.56
Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq)
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013
% y
oy
Nominal Volume Linear (Nominal )
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK BATU SIDOARJO
(Miliar Rp) Volume
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK BATU SIDOARJO
(Miliar Rp) Volume
78
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Tercatat transaksi RTGS pada Triwulan III -2013 dari kota Surabaya ke kota lainnya
(outgoing) mencapai Rp 210,82 triliun dengan volume sebanyak 171.756 transaksi.
Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming)
tercatat sebanyak 175.431 transaksi dengan nilai mencapai Rp 216,162 triliun. Kota lain di
Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming
pada periode ini adalah Kediri, Malang, Gresik, Batu dan Sidoarjo.
b.b.b.b. Transaksi KliringTransaksi KliringTransaksi KliringTransaksi Kliring
Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui
transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur
diikuti oleh 473 kantor peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar
di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor
Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan
Jember.
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada
Triwulan III 2013 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat
jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 51,73 triliun, lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi
Tabel 3.7
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw III - 2013
Jumlah
Kota Kantor
Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal
(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%)
Surabaya 263263263263 1.093.711 42.355.535 52.081 696.939 20.960 806.201 998 38.391 2 6
Malang 70707070 111.782 4.444.605 5.323 71.073 1.883 77.019 90 3.668 2 5
Kediri 81818181 85.096 3.251.380 4.052 49.295 1.555 41.247 74 1.964 2 4
Jember 59595959 57.160 1.677.512 2.722 28.616 1.240 40.380 59 1.923 2 7
JatimJatimJatimJatim 473473473473 1.347.7491.347.7491.347.7491.347.749 51.729.03251.729.03251.729.03251.729.032 64.17964.17964.17964.179 2.463.2872.463.2872.463.2872.463.287 25.63825.63825.63825.638 964.847964.847964.847964.847 1.2211.2211.2211.221 45.94545.94545.94545.945 1,901,901,901,90 1,871,871,871,87
Persentase Rata-2 Penolakan
Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari
Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek
79
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
sebesar Rp 49,46 triliun. Jumlah tersebut meningkat 4,59 (qtq) dan 15,78% (yoy)
dibandingkan periode sebelumnya.
Dari sisi volume, tercatat sebanyak 1,35 juta warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota
kredit dan nota debet perbankan) ditransaksikan melalui kliring. Jumlah tersebut sedikit lebih
rendah dari jumlah warkat kliring pada Triwulan II 2013 yang tercatat sebanyak 1,38 juta
lembar. Selain mencerminkan tingginya aktifitas ekonomi dengan menggunakan sistem
pembayaran non tunai, hal tersebut juga mengindikasikan peningkatan kesadaran
masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non tunai.
5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR
Gambar 3.57
Perkembangan Transaksi Kliring di JawaTimur
Gambar 3.58
Tolakan Transaksi Kliring di JawaTimur
Gambar 3.59
Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar)
1,20
1,25
1,30
1,35
1,40
1,45
40,00
42,00
44,00
46,00
48,00
50,00
52,00
54,00
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
2012 2013
Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar)
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
2012 2013
Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II tw III
2011 2012 2013
Surabaya Malang Kediri Jember Jatim (rhs)
80
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
Pada Triwulan III -2013, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui perbankan
maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan penurunan dibandingkan periode
sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak 7.452 lembar
dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut menurun -8,64% (qtq) apabila dibandingkan dengan
temuan pada Triwulan II 2013 yang tercatat sebanyak 8.136 lembar
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur
pada Triwulan III 2013 didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi mencapai
69,17% (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan
dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota dengan penemuan uang palsu
tertinggi di wilayah Jawa Timur.
Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang
yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun
represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–upaya memasyarakatkan pengetahuan
mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta
peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu,
upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan
menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang -
undangan yang berlaku.
Gambar 3.60 Statistik Uang Palsu yang ditemukan
(lembar)
43%
22%
19%
16%
Surabaya Malang Kediri Jember
81
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
EFEKTIFITAS PENYALURAN KREDIT EFEKTIFITAS PENYALURAN KREDIT EFEKTIFITAS PENYALURAN KREDIT EFEKTIFITAS PENYALURAN KREDIT PERBANKAN DIPERBANKAN DIPERBANKAN DIPERBANKAN DI JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
Salah satu syarat bagi keberhasilan pembangunan adalah terciptanya suatu sistem
keuangan yang berfungsi dengan baik dan memberi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
Dalam hal ini perbankan memiliki peran penting dalam menyalurkan dana kepada kegiatan
ekonomi yang produktif. Akses terhadap layanan keuangan merupakan syarat penting
keterlibatan masyarakat luas dalam sistem perekonomian, khususnya dalam upaya
pemberdayaan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan yang muaranya pada
pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Bank Indonesia, sebanyak 32% masyarakat
Indonesia belum memiliki tabungan, dan hanya sekitar 17% penduduk Indonesia yang
mendapatkan kredit perbankan serta baru sekitar 10% penduduk yang mendapatkan kredit
dari lembaga keuangan mikro. Beberapa penyebab tingginya unbanked people diantaranya
adalah adanya keterbatasan infrastruktur lembaga keuangan, rendahnya penghasilan
masyarakat, rendahnya pemahaman tentang keuangan, dan masih belum tersedianya jasa
keuangan/layanan yang sesuai. Namun hal ini bukan berarti tidak bisa diselesaikan satu demi
satu.
Fungsi intermediasi bank yang tercermin dari besar penyaluran kredit oleh bank umum
di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan hingga mencapai Rp 284,34 triliun pada bulan
September 2013. Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit mendorong peningkatan Loan to
Deposit Ratio (LDR) hingga sebesar 90,64%, namun tetap didukung oleh risiko kredit yang
stabil dan terjaga di kisaran 2,02%.
Kredit
BAB III–PERKEMBANGAN PERBA
Salah satu cara m
perkembangan ekonomi d
disalurkan dengan tingkat k
Berdasarkan hasil
Kabupaten Kota di Wilaya
masih terdapat beberapa K
dengan tingkat kemiskinan
Sedangkan kota dengan t
Kota Pasuruan, Mojokerto
Namun demikian, p
kabupaten mulai mempero
Pamekasan, Pacitan dan G
dengan penurunan rasio pe
Hal tersebut semak
dalam penyaluran kredit un
HubungHubungHubungHubung
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
Tah
ANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regi
melihat efektifitas penyaluran kredit perbank
daerah adalah dengan melihat hubungan ant
t kemiskinan daerah tersebut.
il observasi terhadap jumlah kredit, PDRB da
yah Jawa Timur (tahun 2006 dan 2011) diper
Kabupaten / Kota yang rasio kredit dan PDRB-n
an yang tinggi yaitu Kabupaten Sampang, Pam
tingkat penyaluran kredit tinggi dan kemiskin
o dan Surabaya.
, pada tahun 2011 terlihat mulai terjadi perges
roleh penyaluran kredit cukup tinggi, antara l
Gresik. Peningkatan rasio kredit terhadap P
penduduk miskin di beberapa kota dimaksud.
akin menekankan pentingnya fungsi intermedia
untuk perkembangan ekonomi masyarakat. De
gan Kredit dan Kemiskinan Kabupaten / Kota Jawgan Kredit dan Kemiskinan Kabupaten / Kota Jawgan Kredit dan Kemiskinan Kabupaten / Kota Jawgan Kredit dan Kemiskinan Kabupaten / Kota Jaw
11 Bondowoso 21 Ngawi 31 Kota B
12 Situbondo 22 Bojonegoro 32 Kota M
13 Probolinggo 23 Tuban 33 Kota P
14 Pasuruan 24 Lamongan 34 Kota P
15 Sidoarjo 25 Gresik 35 Kota M
16 Mojokerto 26 Bangkalan 36 Kota M
17 Jombang 27 Sampang 37 Kota S
18 Nganjuk 28 Pamekasan 38 Kota B
19 Madiun 29 Sumenep
20 Magetan 30 Kota Kediri
Tahun 2006 Tahun
82
gionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
kan dalam mendukung
ntara jumlah kredit yang
dan Tingkat Kemiskinan
eroleh gambaran bahwa
nya masih relatif rendah
mekasan dan Bangkalan.
inan rendah antara lain
eseran dimana beberapa
lain Kabupaten Tuban,
PDRB dimaksud seiring
iasi perbankan khusunya
engan demikian, sangat
awa Timurawa Timurawa Timurawa Timur
ta Blitar
ta Malang
ta Probolinggo
ta Pasuruan
ta Mojokerto
ta Madiun
ta Surabaya
ta Batu
ahun 2011
83
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
penting untuk menciptakan sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan
masyarakat dalam rangka mencapai kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan,
pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan.
Untuk itu, untuk meningkatkan akses masyarakat kepada perbankan Bank Indonesia
telah berupaya mengembangkan program keuangan inklusif seperti Gerakan Indonesia
Menabung (GIM), branchless banking (mobile payment system), program edukasi keuangan, e-
money, pendalaman keuangan untuk UMKM, dan program-program kampanye lainnya seperti
“Ayo ke Bank”dan “3P”( Pastikan Manfaatnya, Pahami Risikonya, Perhatikan Biayanya).
84
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.1. UMUM
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan
keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat daerah
(DPRD).
Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan
perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan
berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak
ukur pentingnya keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian
daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan berdampak positif terhadap peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak daerah.
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui
oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah (UU No.17 tahun 2003). APBD
memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi.
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi
perencanaan berarti bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan fungsi pengawasan
terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
Daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya
keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada
masyarakat. Oleh sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam
pelaksanaannya mengacu kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
85
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2013
adalah sebesar Rp 15,29 triliun, meningkat 1,27% dari total anggaran pendapatan daerah
setelah perubahan tahun 2012 yang dianggarkan sebesar Rp 15,09 triliun. Jumlah
anggaran belanja daerah juga meningkat sebesar 1,3%, dari Rp 16,01 triliun pada tahun
2012 menjadi Rp 16,21 triliun pada tahun 2013.
4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah
0.00
2,000,000.00
4,000,000.00
6,000,000.00
8,000,000.00
10,000,000.00
12,000,000.00
14,000,000.00
16,000,000.00
18,000,000.00
2010 2011 2012 2013
Pendapatan BelanjaJuta Rupiah
Grafik 4.1
Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur
Tabel 4.1
Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
APBD APBD Perubahan
Th. 2012 Tahun 2013 %
(Juta Rp) (Juta Rp)
PENDAPATAN DAERAH 15,094,257.88 15,286,013 1.27
PENDAPATAN ASLI DAERAH 9,385,804.03 9,523,901 1.47
PAJAK DAERAH 7,733,400.00 7,863,719 1.69
RETRIBUSI DAERAH 110,984.72 126,405 13.89
HASIL PENGELOLAAN
KEKAYAAN DAERAH YANG
DIPISAHKAN
352,883.86 328,891 -6.80
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI
DAERAH YANG SAH1,188,535.45 1,204,884 1.38
DANA PERIMBANGAN 2,832,022.38 2,895,842 2.25
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI
HASIL BUKAN PAJAK1,287,673.56 1,177,549 -8.55
DANA ALOKASI UMUM 1,491,561.14 1,632,648 9.46
DANA ALOKASI KHUSUS 52,787.68 85,644 62.24
LAIN-LAIN PENDAPATAN
DAERAH YANG SAH2,876,431.47 2,866,268 -0.35
PENDAPATAN HIBAH 25,380.13 10,615 -58.18
DANA PENYESUAIAN DAN
OTONOMI KHUSUS2,851,051.34 2,855,652 0.16
Uraian
86
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun
anggaran 2013 mencapai Rp 15,29 triliun atau meningkat 1,27% dibandingkan anggaran
tahun 2012. Peningkatan tertinggi adalah pada Dana Alokasi Khusus dengan prosentase
sebesar 62,24% dan Retribusi Daerah dengan prosentase sebesar 13,89%. Sementara itu,
anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase penurunan sebesar
-58,18% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa
Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan
pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Proporsi PAD yang dianggarkan pada
tahun 2013 adalah sebesar 62,3% dari total pendapatan. Sementara itu, Dana Perimbangan
dan Pendapatan Lain yang Sah memperoleh proporsi anggaran yang hampir sama, yaitu
masing-masing sebesar 18,94% dan 18,75% dari total pendapatan.
Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber
pendapatan terbesar dengan prosentase sebesar 83% dari total PAD yang direncanakan
diperoleh pada tahun 2013. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan
proporsi tahun sebelumnya (2012) yang tercatat sebesar 82%. Proporsi terbesar
selanjutnya adalah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (13%), Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (3%), dan Retribusi Daerah (1%).
Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur
87
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah
Realisasi total Pendapatan Daerah sampai dengan Triwulan III 2013 mencapai Rp
12,83 triliun, atau telah mencapai 83,93% dari total anggaran sebesar Rp 15,29 triliun.
Realisasi tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang
sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang hanya mencapai 74,65%. Peningkatan
realisasi anggaran pendapatan daerah dimaksud terutama didorong oleh realisasi
pendapatan asli daerah sebesar 90,51%.
Sumber Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagian besar
berasal dari Pajak Daerah dengan nominal rencana anggaran sebesar Rp 7,86 triliun, atau
82,57% dari total Pendapatan Asli Daerah. Realisasi pajak daerah sampai dengan Triwulan
III 2013 adalah sebesar Rp 6,9 triliun, atau telah mencapai 88,89% dari anggaran yang
direncanakan. Realisasi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan realisasi periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 72,87%. Sementara itu, penerimaan retribusi daerah
Tabel 4.2
Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
APBD APBD
Th. 2012 Tahun 2013
(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %
4 PENDAPATAN DAERAH 15.094.258 11.267.198 74,65 15.286.013 12.829.690 83,93
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 9.385.804 7.046.510 75,08 9.523.901 8.619.793 90,51
4.1.1 PAJAK DAERAH 7.733.400 5.635.454 72,87 7.863.719 6.997.023 88,98
4.1.2 RETRIBUSI DAERAH 110.985 74.384 67,02 126.405 71.420 56,50
4.1.3HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN
DAERAH YANG DIPISAHKAN352.884 349.466 99,03 328.891 329.020 100,04
4.1.4LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH
YANG SAH1.188.535 987.205 83,06 1.204.884 1.222.328 101,45
4.2 DANA PERIMBANGAN 2.832.022 2.146.854 75,81 2.895.842 2.188.558 75,58
4.2.1DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL
BUKAN PAJAK1.287.674 988.592 76,77 1.177.549 937.435 79,61
4.2.2 DANA ALOKASI UMUM 1.491.561 1.118.671 75,00 1.632.648 1.224.486 75,00
4.2.3 DANA ALOKASI KHUSUS 52.788 39.591 75,00 85.644 26.636 31,10
4.3LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH2.876.431 2.073.835 72,10 2.866.268 2.021.338 70,52
4.3.1 PENDAPATAN HIBAH 25.380 25.942 102,21 10.615 25.151 236,94
4.3.4DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI
KHUSUS2.851.051 2.047.893 71,83 2.855.652 1.996.187 69,90
Tw III 2013
Realisasi (Juta Rp)
Tw III 2012
Realisasi
No Uraian
88
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
pada Triwulan III 2013 mencatat realisasi yang lebih rendah yaitu sebesar 56,5% dari
anggaran, dengan nominal sebesar Rp 71,42 miliar.
Berbeda dengan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain,
Pendapatan Daerah yang Sah mencatat prosentase realisasi yang tidak jauh berbeda
apabila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. Realisasi Dana Perimbangan pada
Triwulan III 2013 telah mencapai 75,58% dengan nominal mencapai Rp 2,19 triliun, sedikit
lebih rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan III 2012 yang tercatat sebesar 75,81%.
Sementara itu, Pendapatan Hibah Provinsi Jawa Timur mencatat realisasi yang cukup tinggi
hingga mencapai Rp 25,15 miliar, lebih tinggi dibandingkan rencana anggaran semula yang
ditetapkan sebesar Rp 10,61 miliar.
4.2.3. Anggaran Belanja Daerah
Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013
direncanakan sebesar Rp 16,21 triliun atau meningkat 1,30% dibandingkan anggaran
belanja tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 16,01 triliun. Berdasarkan
kelompoknya, Belanja Langsung mencatat peningkatan tertinggi yaitu 1,81%, sementara
Belanja Tidak Langsung meningkat sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Belanja
Bantuan Sosial dicadangkan cukup tinggi yaitu sebesar Rp 77,19 miliar, meningkat 64,6%
dibandingkan tahun 2012. Hal tersebut terkait dengan perhatian Pemerintah Provinsi Jawa
Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
8000000
9000000
PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH HASIL
PENGELOLAAN
KEKAYAAN DAERAH
YANG DIPISAHKAN
LAIN-LAIN
PENDAPATAN ASLI
DAERAH YANG SAH
Jt R
p
APBD 2013 Realisasi Tw III
89
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Timur terhadap dampak kenaikan BBM, TDL dan UMK Provinsi Tahun 2013 terhadap
kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.
Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi
Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah dengan prosentase sebesar 49% dari total
anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Bagi
Hasil kepada Kabupaten / Kota dan Belanja Pegawai dengan prosentase masing-masing
sebesar 24% dan 17%. Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji
pegawai mencatat peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 15% dari total
Belanja Tidak Langsung Provinsi.
Tabel 4.3
Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
Grafik 4.3
Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur
APBD APBD Perubahan
Th. 2012 Tahun 2013 %
(Juta Rp) (Juta Rp)
BELANJA DAERAH 16,007,745.52 16,215,603 1.30
BELANJA TIDAK LANGSUNG 10,088,960.10 10,189,908 1.00
BELANJA PEGAWAI 1,557,539.37 1,725,859 10.81
BELANJA BUNGA 6,139.01 5,516 -10.15
BELANJA HIBAH 4,092,242.77 4,988,320 21.90
BELANJA BANTUAN SOSIAL 46,900.50 77,198 64.60
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA
DAN PEMERINTAHAN DESA
2,810,071.50 2,427,977 -13.60
BELANJA BANTUAN
KEUANGAN KEPADA PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
1,516,532.03 903,036 -40.45
BELANJA TIDAK TERDUGA 59,534.92 62,000 4.14
BELANJA LANGSUNG 5,918,785.42 6,025,695 1.81
BELANJA PEGAWAI 1,010,963.88 1,086,920 7.51
BELANJA BARANG DAN JASA 3,767,460.63 3,947,256 4.77
BELANJA MODAL 1,140,360.91 991,518 -13.05
Uraian
90
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa
masih mendominasi dengan prosentase sebesar 66%, disusul kemudian dengan Belanja
Pegawai dan Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 18% dan 16%.
Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 64% pada tahun 2012
menjadi sebesar 66% pada tahun 2013 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Demikian pula dengan peningkatan proporsi belanja
pegawai dari sebesar 17% pada tahun 2012 menjadi 18% pada tahun 2013 yang
mengindikasikan peningkatan kebutuhan tenaga kerja langsung untuk mendukung kegiatan
operasional. Sementara itu, alokasi Belanja Modal yang mencerminkan kegiatan investasi
menunjukkan penurunan proporsi dari sebesar 19% pada tahun 2012, menjadi sebesar
16% pada tahun 2013.
4.2.3. Realisasi Belanja Daerah
Sampai dengan Triwulan III 2013, realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur telah
mencapai Rp 11,24 triliun, atau telah terealisasi sebanyak 69,31% dari anggaran yang
direncanakan. Realisasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi anggaran
belanja daerah pada periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang
mencatat realisasi sebesar 63,51%. Apabila ditinjau berdasarkan sub kelompoknya,
realisasi tertinggi adalah Belanja Tidak Langsung yaitu mencapai 75,92% dari yang
dianggarkan. Sementara itu, Belanja Langsung terealisasi lebih rendah yaitu sebesar
58,15% dari yang telah dianggarkan.
Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur
91
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Realisasi belanja tertinggi adalah Belanja Tidak Terduga yaitu sebesar 93,73%.
Belanja Pegawai baik di Pos Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung pada
periode laporan menunjukkan prosentase realisasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 75,92%
untuk Belanja Pegawai Tidak Langsung, dan 71,56% untuk belanja pegawai langsung.
Tabel 4.4
Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Langsung
Grafik 4.5 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung
APBD APBD
Th. 2012 Tahun 2013
(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %
5 BELANJA DAERAH 16.007.746 10.165.927 63,51 16.215.603 11.239.679 69,31
5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 10.088.960 6.846.247 67,86 10.189.908 7.735.695 75,92
5.1.1 BELANJA PEGAWAI 1.557.539 1.134.675 72,85 1.725.859 1.170.993 67,85
5.1.2 BELANJA BUNGA 6.139 4.238 69,03 5.516 3.956 71,72
5.1.4 BELANJA HIBAH 4.092.243 2.679.458 65,48 4.988.320 3.784.239 75,86
5.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 46.901 25.605 54,59 77.198 39.039 50,57
5.1.6BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
2.810.071 1.691.009 60,18 2.427.977 1.873.117 77,15
5.1.7BELANJA BANTUAN KEUANGAN
KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA
DAN PEMERINTAHAN DESA
1.516.532 1.261.677 83,19 903.036 806.235 89,28
5.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 59.535 49.586 83,29 62.000 58.114 93,73
5.2 BELANJA LANGSUNG 5.918.785 3.319.680 56,09 6.025.695 3.503.983 58,15
5.2.1 BELANJA PEGAWAI 1.010.964 682.430 67,50 1.086.920 777.764 71,56
5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 3.767.461 2.099.336 55,72 3.947.256 2.254.484 57,12
5.2.3 BELANJA MODAL 1.140.361 537.914 47,17 991.518 471.735 47,58
Tw III 2013
Realisasi (Juta Rp)
Tw III 2012
Realisasi
No Uraian
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
4.500.000
BELANJA
PEGAWAI
BELANJA
BARANG DAN
JASA
BELANJA MODAL
Realisasi Belanja Langsung APBDJuta
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
Realisasi Tw III 2013 APBDJuta
�
Bab Bab Bab Bab 5555
�
KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKATMASYARAKATMASYARAKATMASYARAKAT
�
92
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555 KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555.1. UMUM .1. UMUM .1. UMUM .1. UMUM
Perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin
pada kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan menunjukkan
kondisi perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan indikator
ketenagakerjaan yang telah dirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim)
mengindikasikan adanya penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja. Hal ini juga
terkonfirmasi dengan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan III-2013 di Jawa
Timur yang terindikasi adanya penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja terutama di
sektor Industri Pengolahan, serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR).
Nilai Tukar Petani (NTP) yang menjadi salah satu indikator kesejahteraaan
masyarakat pedesaan di Jawa Timur menunjukkan sedikit peningkatan. Akhir panen gadu
dan peningkatan harga beberapa komoditas hortikultura di triwulan III-2013 mendorong
peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP). Sementara itu, Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa
Timur pada triwulan III-2013 menunjukkan penurunan akibat tingginya gelombang di
perairan laut Jawa sehingga menurunkan hasil tangkapan nelayan.
5.25.25.25.2. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN
Perlambatan perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2013 sebagai dampak
dari tekanan domestik maupun eksternal, memberikan dampak negatif pada kondisi
ketenagakerjaan.
5555.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur
Situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur menunjukkan adanya penurunan jika
dibandingkan denga triwulan sebelumnya. Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur per
Agustus 2013 sebanyak 20,137 juta orang, meningkat dibandingkan data
ketenagakerjaan di bulan Februari 2013 (20,095 juta). Namun demikian, peningkatan
angkatan kerja diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang menganggur dan
penurunan jumlah penduduk yang bekerja. Oleh karena itu, rasio penduduk yang
menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan sebesar 0,33%, dari 4,00%
93
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
menjadi 4,33%. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang menunjukkan
perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) juga
menurun menjadi 69,92% jika dibandingkan periode sebelumnya sebesra 70,12%
Kondisi perekonomian nasional maupun regional yang melemah merupakan
salah satu pendorong meningkatnya pengangguran di Jawa Timur. Inflasi yang tinggi
pada triwulan III-2013, yang diikuti dengan kenaikan harga BBM menurunkan daya beli
masyarakat. Selain itu, kondisi eksternal berupa depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US
$ hingga menembus level Rp 11.000 membuat harga bahan baku impor semakin mahal.
Oleh karena itu, dunia usaha mencoba melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah
tenaga kerja yang digunakan.
Tabel Tabel Tabel Tabel 5555.1.1.1.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 – 2013)
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
GrafikGrafikGrafikGrafik 5555.1 .1 .1 .1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral
Secara sektoral, pada triwulan III-2013 penyerapan tenaga kerja sedikit
mengalami pergeseran. Distribusi penyerapan tenaga kerja terbesar yang secara historis
didominasi oleh tiga sektor unggulan Jawa Timur (Pertanian, Perdagangan, dan Industri
Pengolahan), pada triwulan III-2013 didominasi oleh sektor Pertanian, Perdagangan, dan
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug
Total
Angkatan Kerja 20,316,773 20,338,568 20,623,490 19,527,051 20,251,672 19,761,885 19,831,685 19,901,558 20,095,752 20,137,000
Bekerja 19,123,221 19,305,056 19,611,540 19,698,108 19,406,025 18,940,340 19,012,225 19,081,995 19,291,374 19,266,000
Menganggur 1,193,552 1,033,512 1,011,950 828,943 845,647 821,546 819,460 819,563 804,378 871,000
TPAK (%) 69.36% 69.25% 69.77% 69.08% 71.39% 69.49% 69.55% 69.62% 70.12% 69,92%
TPT (%) 5.87% 5.08% 4.91% 4.25% 4.18% 4.16% 4.14% 4.12% 4.00% 4,33%
Kegiatan
2009 2010 2011 2012 2013
16,500
17,000
17,500
18,000
18,500
19,000
19,500
20,000
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jasa Kemasyarakatan Industri Perdagangan Pertanian TOTAL
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Ribu orang
94
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Jasa Kemasyarakatan. Perlambatan kinerja Industri pengolahan dinilai sebagai faktor
utama penurunan kontribusi penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur yaitu sebesar
14,40%, sementara itu penyerapan tenaga kerja di sektor Jasa Kemasyarakatan
meningkat dengan kontribusinya sebesar 15,63%. Sektor Jasa Kemasyarakatan
membutuhkan keahlian khusus dengan upah tertentu yang diberikan bagi
pekerjanyasehingga permintaan terhadap tenaga kerja sektor ini semakin meningkat. Di
sisi lain, sektor Pertanian dan Perdagangan masing-masing berkontribusi sebesar 37,44%
dan 21,01% dari total tenaga kerja Jawa Timur.
GGGGrafikrafikrafikrafik 5.2 5.2 5.2 5.2 GGGGrafikrafikrafikrafik 5555.3.3.3.3 Penyerapan Tenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal
Grafik Grafik Grafik Grafik 5555.4 .4 .4 .4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
Berdasarkan komposisinya, karakteristik tenaga kerja di Jawa Timur masih
didominasi oleh penyerapan tenaga kerja di sektor informal, yakni sebesar 12,76 juta
orang. Komposisi terbesar pada kelompok berusaha dibantu buruh (3,84 juta orang)
diikuti oleh kelompok pekerja tak dibayar (3,81 juta orang). Hal ini sejalan dengan
5.27 5.29 5.12 5.02 5.19 5.50 5.44 5.70 6.11 6.15 6.45 6.62 6.51
13.48 13.58 13.76 14.10 14.12 14.11 13.26 12.84 12.84 12.86 12.63 12.67 12.76
-12%
-8%
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
-
5
10
15
20
25
Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Informal Formal G Formal G Informal
Sumber : BPS Jatim (diolah)
0.59 0.57 0.59 0.48 0.58 0.49 0.55 0.51 0.56 0.60 0.62 0.65 0.65 0.70 0.62
4.37 4.30 4.68 4.80 4.54 4.53 4.64 4.99 4.88 5.10 5.49 5.50 5.81 5.92 5.88
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
1
2
3
4
5
6
7
Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Buruh/Karyawan Berusaha dibantu buruh tetap g berusaha dibantu buruh tetap g buruh/karyawan
Sumber : BPS Jatim (diolah)
3.01 2.92 3.19 3.33 3.45 3.40 3.42 3.29 3.02 2.89 2.89 2.67 2.76 2.83 2.69
3.75 4.13 4.18 4.26 4.25 4.34 4.46 4.36 4.10 3.85 3.85 3.99 3.61 3.82 3.84
1.78 1.71 1.54 1.48 1.50 1.57 1.51 1.46 1.47 1.43 1.43 1.41 1.39 1.17
2.41
0.93 0.84 0.91 0.86 1.00 0.94 1.04 1.01 0.91 1.05 1.05 1.13 1.19 1.21
-
3.24 3.60 3.66 3.65 3.56 3.85 3.69 3.99 3.77 3.62 3.62 3.67 3.69 3.64 3.81
-
2
4
6
8
10
12
14
16
Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pekerja Tak Dibayar Pekerja Bebas Non Pertanian Pekerja Bebas di Pertanian
Berusaha dibantu buruh tdk tetap Berusaha sendiri
Sumber : BPS Jatim (diolah)
R
I
B
U
R
I
B
U
R
I
B
U
95
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor Pertanian, dimana sektor primer ini
membutuhkan buruh dalam jumlah banyak dan seringkali melibatkan anggota
keluarga, sehingga jumlah pekerja tak dibayar juga tinggi. Kedua hal inilah yang
menjadi salah satu penyebab rendahnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kapasitas keterampilan tenaga kerja Jawa
Timur, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun informal. Pendidikan yang
memadai juga penting untuk didorong pemerintah, sehingga tenaga kerja memiliki
kualitas tinggi dan mampu bekerja di sektor sekunder maupun tersier yang
menawarkan pendapatan lebih tinggi.
Sementara itu, perkembangan tenaga kerja di sektor formal juga mengalami
penurunan secara qtq, namun secara yoy mengalami kenaikan. Tenaga kerja di sektor
formal didominasi oleh buruh atau karyawan sebesar 90,40%, sementara sisanya
merupakan berusaha dibantu buruh.
5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1111
Berbeda dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Provinsi Jawa Timur,
indikator ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank
Indonesia di wilayah kerja Jawa Timur menunjukkan penurunan, tercermin dari nilai
Saldo Bersih Terimbang (SBT)2 sebesar -4,81% pada triwulan II-2013 menjadi -6,31%
pada triwulan III-2013. Secara spesifik dari 9 (sembilan) sektor ekonomi yang melakukan
pengurangan tenaga kerja pada triwulan laporan, terutama sektor Industri Pengolahan
yang diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Listrik, Gas dan Air Bersih,
serta Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Perlambatan kinerja sektor-sektor ini
pada triwulan III-2013 menyebabkan menurunnya nilai SBT Penggunaan Tenaga Kerja.
Sementara itu, membaiknya kinerja sektor lainnya turut mempengaruhi
penggunaan tenaga kerja pada sektor terkait, yang ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sektor tersebut dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Peningkatan nilai SBT tertinggi terjadi pada sektor Jasa-Jasa serta
Pengangkutan dan Komunikasi. Hal ini seiring dengan tingginya arus jasa angkutan dan
komunikasi serta jasa lain pada hari raya Idul Fitri.
1 SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi
penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang. 2 Diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor
yang bersangkutan sebagai penimbangnya.
96
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Respon adanya kenaikan TDL dan harga BBM disertai dengan peningkatan harga
barang sangat berpengaruh terhadap dunia usaha karena biaya operasional perusahaan
akan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, pengusaha akan mengurangi beban
usaha salah satunya dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namun demikian,
ekspektasi pelaku usaha terhadap perkembangan perekonomian di Jawa Timur pada
triwulan yang akan datang pasca kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi, diperkirakan masih optimis akan terjadi peningkatan
penggunaan tenaga kerja. Hal ini sebagaimana tercermin dari SBT triwulan IV-2013
meningkat menjadi 2,12%.
Tabel 5.2Tabel 5.2Tabel 5.2Tabel 5.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur
Grafik 5.Grafik 5.Grafik 5.Grafik 5.5555 Grafik 5.Grafik 5.Grafik 5.Grafik 5.6666 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
5555....3333. . . . KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan III-2013
cenderung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari
IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IVIVIVIV IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IVIVIVIV IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IV*IV*IV*IV*
REALISASIREALISASIREALISASIREALISASI
PERTANIAN 2.89 -0.79 -0.82 -0.94 1.54 -0.62 -0.39 -0.15 0.68 -0.48 0.19 0.49
PERTAMBANGAN 0.00 0.04 -0.94 0.04 0.03 -0.21 -0.21 0.37 0.35 0.52 0.21 0.00
INDUSTRI PENGOLAHAN -3.18 -0.46 -1.66 0.28 -3.50 3.44 -1.69 -4.33 -8.16 -4.68 -5.46 0.65
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.07 0.61 -0.08 -0.05 -0.77 -0.82 -0.03 -0.02 0.01 -0.39 -0.84 -0.25
BANGUNAN 1.64 1.32 -0.37 0.35 0.26 0.49 0.00 0.24 0.00 0.59 0.00 0.52
PHR -0.58 1.65 0.63 -1.38 3.23 3.67 7.30 0.84 -1.86 0.44 -1.77 -0.27
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -0.60 -0.54 0.19 0.33 -1.52 0.46 -1.93 -0.64 -0.92 -0.27 0.71 -0.26
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 2.13 1.72 1.67 1.36 0.32 0.71 -0.21 0.34 -0.20 -0.53 -0.12 0.85
JASA - JASA 0.79 0.90 0.84 0.00 -0.42 0.42 -1.82 1.36 3.13 0.00 0.78 0.39
TOTALTOTALTOTALTOTAL 3.163.163.163.16 4.444.444.444.44 -0.54-0.54-0.54-0.54 -0.02-0.02-0.02-0.02 -0.83-0.83-0.83-0.83 7.547.547.547.54 2.702.702.702.70 -1.99-1.99-1.99-1.99 -6.95-6.95-6.95-6.95 -4.81-4.81-4.81-4.81 -6.31-6.31-6.31-6.31 2.122.122.122.12
SEKTORSEKTORSEKTORSEKTOR2011 2012 2013
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
2009 2010 2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
%, SBT
-10.00
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
PERTAMBANGAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN JASA - JASA
%, SBT
97
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
penurunan yang cukup signifikan pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan sedikit peningkatan
pada Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode laporan.
5555....3333.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani
Pada triwulan III-2013, indikator kesejahteraan petani di Jawa Timur yang
tercermin dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukan sedikit peningkatan, yaitu
tumbuh 0,25% (qtq) dari 102,95 menjadi 103,21. Pertumbuhan NTP Jawa Timur tersebut
menunjukkan tingkat kesejahteraan petani di Jawa Timur yang cukup baik di tengah
melambatnya NTP nasional yang menurun sebesar 0,68% (qtq). Namun demikian, NTP
Jawa Timur pada periode ini masih berada di bawah level nasional (104,56).
Peningkatan NTP Jawa Timur didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang
diterima petani (lt) yang lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan
oleh petani (lb). Pada triwulan laporan indeks harga yang diterima petani di Jawa Timur
sebesar 164,32 (meningkat 4,77% (qtq)). Angka indeks ini menunjukkan bahwa tingkat
harga produk pertanian pada tw.III-2013 mengalami kenaikan secara rata-rata 64,32%
dibandingkan dengan produk yang sama pada tahun dasar (2007). Di sisi lain, indeks
harga yang dibayar petani di Jawa Timur sebesar 159,22 (meningkat 4,52% (qtq)). Angka
indeks ini menunjukkan bahwa tingkat harga kebutuhan petani baik biaya produksi,
penambahan barang modal, maupun konsumsi petani meningkat secara rata-rata 59,22
kali lipat dibanding dengan produk yang sama pada tahun dasar (2007). Lebih besarnya
indeks harga terima dibanding indeks harga bayar petani menunjukkan bahwa
pendapatan petani di Jawa Timur lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan oleh petani.
Kondisi ini terjadi karena di triwulan III 2013 merupakan akhir dari masa panen
gadu padi, sehingga hasil produksi petani masih cukup relatif tinggi. Selain itu, curah
hujan yang rendah di Jawa Timur membuat panen tembakau di beberapa wilayah, seperti
Bojonegoro, Madura dan Probolinggo cukup tinggi. Sementara itu, Kabupaten Nganjuk
sebagai salah satu sentra produksi kedelai Jawa Timur, pada triwulan III-2013 mampu
memanen kedelai dengan peningkatan hampir 30% dibandingkan musim sebelumnya.
Harga kedelai yang melambung di pasar, membuat petani kedelai menikmati keuntungan
yang signifikan. Kondisi tersebut turut berkontribusi pada peningkatan pendapatan
petani di Jawa Timur.
98
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Ketersediaan pasokan hasil pertanian relatif terjaga. Selain itu, meningkatnya
kebutuhan masyarakat pada hari raya Idul Fitri mengakibatkan harga pangan cenderung
naik, turut berpengaruh pada peningkatan indeks harga yang diterima oleh petani.
GrafikGrafikGrafikGrafik 5.5.5.5.7777 GrafikGrafikGrafikGrafik 5.5.5.5.8888 NTP Nasional & Jawa Timur NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
Grafik Grafik Grafik Grafik 5555....9999 Grafik Grafik Grafik Grafik 5.5.5.5.10101010
It serta Pertumbuhan Nasional & Jatim Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim
5555....3333.2. .2. .2. .2. Kesejahteraan NelayanKesejahteraan NelayanKesejahteraan NelayanKesejahteraan Nelayan
Kondisi kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN)
Jawa Timur pada triwulan III-2013 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Tercatat Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan II-2013
tumbuh menurun sebesar 1,76% dari 158,07 menjadi 155,28. Penurunan tersebut
terutama disebabkan karena faktor cuaca dan tingginya ombak di sebagian besar
perairan Jawa, termasuk di perairan Jawa Timur. Oleh karena itu, nelayan cenderung
enggan melaut dan beralih ke pekerjaan di sektor lain, seperti pertanian dan
perdagangan, sehingga hasil tangkapan ikan cenderung menurun. Namun demikian,
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011 2012 2013
NTP Nasional NTP Jawa Timur
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-1
0
1
2
3
4
5
6
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011 2012 2013
NTP Nasional NTP Jawa Timur g It Nasional g It Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-1
0
1
2
3
4
5
6
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011 2012 2013
lt Nasional lt Jatim g lt Nasional g lt Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-1
0
1
2
3
4
5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011 2012 2013
Ib Nasional Ib Jatim g Ib Nasional g Ib Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Indeks Indeks
Indeks Indeks
%
%
99
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
kesejahteraan nelayan Jawa Timur lebih tinggi dari nasional yang tercermin dari NTN
Jawa Timur yang berada di atas level nasional (105,21).
Sepuluh komoditas yang mengalami penurunan indeks harga yang diterima
nelayan adalah ikan tongkol, ikan ekor kuning, ikan tenggiri, ikan
kembung, cumi-cumi, ikan pari, ikan layur, ikan selar dan ikan layur.
Sementara itu, hanya terdapat satu komoditas yang mengalami kenaikan indeks harga
yang diterima nelayan, yakni udang putih. Di sisi lain, sepuluh komoditas yang
mengalami kenaikan indeks harga yang dibayar nelayan adalah emas perhiasan, garam,
upah membersihkan kapal, biaya perbaikan, beras, bensin, umpan, jaring, minyak tanah
dan tahu mentah. Sedangkan, komoditas yang mengalami penurunan indeks harga yang
di bayar nelayan adalah cabai rawit, bawang merah, tomat sayur, cabai hijau dan bayam.
Dari enam kabupaten yang melakukan penghitungan nilai tukar nelayan pada
bulan september 2013, penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Situbondo sebesar
3,81%, diikuti kabupaten Lamongan sebesar 3,25%, Kabupaten Tuban sebesar 2,48%,
kabupaten Trenggalek 1,77% dan Kabupaten Pamekasan sebesar 1,33%. Sementara
kenaikan nilai tukar nelayan hanya terjadi di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,27%.
GrGrGrGrafikafikafikafik 5.5.5.5.11112222 Grafik Grafik Grafik Grafik 5.15.15.15.13333
NTN Nasional & Jawa Timur NTN serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR
Angka kemiskinan di Jawa Timur terus menurun secara gradual sejak tujuh tahun
terakhir. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), jumlah penduduk Jawa
Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin)3 pada Maret 2013 turun
sebesar 0,53%, yaitu dari 13,08% pada September 2012 menjadi 12,55% atau sebesar
3 Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
Garis Kemiskinan.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011 2012 2013
NTN Nasional NTN Jawa Timur
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011 2012 2013
Nasional Jatim g NTN Nasional g NTN Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Indeks
Indeks
%
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAK
4.771.260 jiwa (grafik 5.1
perekonomian, namun tin
kemiskinan menjadi faktor
Sumber : BP
Penurunan persent
oleh penurunan penduduk
persentase penduduk misk
tersebut, tidak terlepas d
pengentasan kemiskinan y
yang dilakukan di desa-des
kemiskinan tersebut ditua
(RPJMD) Provinsi Jawa
Penanggulangan Kemiskina
Program-program
dimaksudkan untuk meni
lembaga-lembaga Desa, u
nasibnya. Program-program
beban biaya bagi Rumah
kesehatan, infrastruktur s
pendapatan Rumah Tangg
ekonomi produktif, usaha
pemberdayaan ekonomi lo
Kajian Ekonomi Region
ASYARAKAT
.14). Meskipun secara makroekonomi, terdapat
tingginya upaya masyarakat dan pemerintah
r pendorong penurunan kemiskinan di Jawa Tim
Grafik 5.14Grafik 5.14Grafik 5.14Grafik 5.14
Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%
BPS Jatim (diolah)
ntase penduduk miskin pada Maret 2013 seba
uk miskin di pedesaan, yaitu sebesar 0,73%,
iskin di kota hanya sebesar 0,33%. Penurun
dari komitmen dan konsistensi melaksanaka
yang dilakukan pemerintah pusat dan pemerin
esa. Konsistensi Pemerintah Provinsi Jawa Timu
uangkan dalam Rencana Pembangunan Jangk
a Timur Tahun 2009-2014, dengan me
inan sebagai salah satu Program Prioritas di Jawa
Penanggulangan dan pengentasan kemisk
ningkatkan dan mengembangkan peran ma
untuk mendorong kesadaran kaum miskin
ram mengentas kemiskinan melalui dua cara,
h Tangga Sangat Miskin, seperti misalnya : bi
seperti air bersih, jalan desa dan sebagain
gga Miskin dan Hampir Miskin dengan jalan
a ekonomi, stimulan modal kerja/ usaha, pasa
lokal serta peningkatan produksi melalui tekno
0
5
10
15
20
2519.95
21.0919.98
18.5116.68
15.2613.8513.0812.55
%
100
mi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
at indikasi perlambatan
h dalam memberantas
imur.
(%)
agian besar disumbang
, sementara penurunan
nan angka kemiskinan
kan berbagai program
rintah daerah, terutama
ur dalam pengentasan
gka Menengah Daerah
emposisikan Program
wa Timur.
iskinan di Jawa Timur
asyarakat serta fungsi
in dalam memperbaiki
a, yaitu (i) mengurangi
biaya pendidikan, biaya
inya, (ii) meningkatkan
n antara lain pelatihan
sar desa, dan kegiatan
ologi tepat guna. Salah
101
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
satu contoh program yang dilaksanakan adalah Program Pemberdayaan Potensi
Desa/Kelurahan (P3D/K) yang telah dialokasikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
(Bapemas) Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2011 dan sekarang ini telah memasuki tahap
penguatan. Program tersebut memperkuat perekonomian masyarakat desa melalui
pengembangan potensi ekonomi unggulan Desa/Kelurahan.
Tabel 5.4 Tabel 5.4 Tabel 5.4 Tabel 5.4 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk
memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan
esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya. Garis
kemiskinan pada Maret 2013 meningkat sebesar 5,63 persen atau Rp.13.727 perkapita
perbulan, yaitu dari Rp. 243.783 perkapita perbulan pada September 2012 menjadi Rp.
257.510 perkapita perbulan pada Maret 2013. Peranan komoditi makanan terhadap garis
MakananBukan
MakananTotal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan
Maret 2008 131,487 51,921 183,408 2,438.76 13.15
Maret 2009 145,676 56,948 202,624 2,148.51 12.17 -0.98
Maret 2010 152,965 60,418 213,383 1,873.55 10.58 10.58
Maret 2011 169,242 65,303 234,546 1,768.23 9.87 -0.71
Sept 2011 174,210 68,193 242,403 1,734.31 9.66 -0.21
Maret 2012 175,806 69,499 245,305 1,630.63 9.06 -0.81
Sept 2012 182,073 71,874 253,947 1,605.96 8.90 -0.16
Maret 2013 187,350 77,853 265,209 1,550.46 8.57 -0.33
Pedesaan
Maret 2008 118,971 36,461 155,432 4,581.19 23.64
Maret 2009 131,522 43,106 174,628 3,874.07 21.00 -2.64
Maret 2010 139,806 46,073 185,879 3,655.76 19.74 19.74
Maret 2011 155,457 50,818 206,275 3,587.98 18.19 -1.55
Sept 2011 161,141 53,025 214,166 3,493.00 17.66 -0.53
Maret 2012 167,352 54,864 222,216 3,440.34 17.35 -0.84
Sept 2012 176,674 57,882 234,556 3,354.58 16.88 -0.47
Maret 2013 189,172 61,358 250,530 3,220.80 16.15 -0.73
Kota + Desa
Maret 2008 125,091 44,020 169,112 7,019.95 18.51 -1.47
Maret 2009 138,440 49,874 188,317 6,022.59 16.68 -1.83
Maret 2010 146,240 53,087 199,327 5,529.30 15.26 -1.42
Maret 2011 162,017 57,711 219,727 5,365.21 14.23 -1.03
Sept 2011 167,360 60,243 227,603 5,227.31 13.85 -0.38
Maret 2012 171,375 61,827 233,202 5,070.98 13.40 -0.83
Sept 2012 179,244 64,540 243,783 4,960.54 13.08 -0.32
Maret 2013 188,306 69,205 257,510 4,771.26 12.55 -0.53
Sumber : BPS Jatim
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah/ tahun
Jumlah
Penduduk Miskin
(Ribu)
Persentase
Penduduk Miskin
Perubahan
Persentase
Penduduk Miskin
(%)
102
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan (perumahan,
sandang, pendidikan dan kesehatan), yaitu sebesar 73,13 persen.
Inflasi yang tinggi akan diikuti dengan peningkatan harga barang dan jasa.
Pengeluaran rumah tangga terhadap komoditas tertentu akan terpengaruh sebagai dampak
dari peningkatan harga. Grafik 5.15 menunjukkan perkembangan pertumbuhan konsumsi
makanan dan non makanan rumah tangga serta rata-rata inflasi makanan dan non makanan
di Jawa Timur. Pada triwulan III-2013, rata-rata inflasi makanan meningkat dari -0,73%
menjadi 3,33% sebagai dampak dari tingginya permintaan bahan makanan pada bulan
Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Pola konsumsi makanan masyarakat bersifat inelastis,
sehingga tidak terpengaruh dengan adanya peningkatan harga yang cukup signifikan tersebut.
Pada triwulan III-2013, konsumsi makanan tetap tumbuh positif 4,8% dari Rp100,37 T
menjadi 105,27 T pada triwulan III-2013. Sementara itu, rata-rata inflasi non makanan juga
mengalami peningkatan dari 0,24% menjadi 3,64%. Hal ini juga direspon dengan
peningkatan konsumsi non makanan yang tumbuh positif 7,24% dari Rp85,33 T menjadi
Rp91,51 T. Inflasi yang meningkat akan diikuti oleh peningkatan batas kemiskinan sehingga
jumlah penduduk miskin akan bertambah jika tidak diikuti dengan peningkatan daya beli dan
pendapatan, terutama masyarakat kelompok berpenghasilan bawah.
Grafik 5.15Grafik 5.15Grafik 5.15Grafik 5.15 Pertumbuhan Pengeluaran Rumah Tangga dan Pertumbuhan Inflasi di Jawa Timur (%)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga
menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari (P1) dan (P2). Indeks Kedalaman
Kemiskinan/Poverty Gap Index (P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran
(0.10)
(0.05)
-
0.05
0.10
0.15
0.20
(2.00)
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
II-2
00
8
III-
20
08
IV-2
00
8
I-2
00
9
II-2
00
9
III-
20
09
IV-2
00
9
I-2
01
0
II-2
01
0
III-
20
10
IV-2
01
0
I-2
01
1
II-2
01
1
III-
20
11
IV-2
01
1
I-2
01
2
II-2
01
2
III-
20
12
IV-2
01
2
I-2
01
3
II-2
01
3
III-
20
13
Rata2 Inflasi Makanan Rata2 Inflasi Non Makanan
g Konsumsi Makanan g Konsumsi Non Makanan
%
103
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan
Kemiskinan/Poverty Severity Index (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran
diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin.
Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim)
digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami penurunan 0,09 poin atau
sebesar 1,93 pada September 2012 menjadi 1,84 pada Maret 2013. Penurunan nilai P1
tersebut terjadi di pedesaan (0,21 poin), sedangkan di perkotaan terjadi sedikit peningkatan
(0,03 poin). Sementara itu, nilai P2 juga mengalami penurunan 0,01 poin atau menjadi 0,43
pada Maret 2013. Penurunan nilai yaitu P1 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran
penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan sebagai akibat dari semakin tingginya
harga-harga komoditas yang harus dipenuhi masyarakat. Di sisi lain, penurunan P2
menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit.
Dari sisi wilayah, pola kemiskinan di desa menunjukkan semakin banyak penduduk yang
mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin yang
lebih tinggi daripada di kota sebagaimana ditunjukkan pada grafik 5.18.
Grafik 5.18 Grafik 5.18 Grafik 5.18 Grafik 5.18 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
di Jawa Timur Menurut Daerah
Sumber : BPS Jatim
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sept 11 Mar 12 Sept 12 Mar 13
P1 Kota P1 Desa P2 Kota P2 Desa
Indeks
�
Bab Bab Bab Bab 6666
�
PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN
HARGAHARGAHARGAHARGA
�
104
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II I– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.1111 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.2222 Indeks Indeks Indeks Indeks Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan
6666 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.16.16.16.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
Pada triwulan IV 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada
rentang pertumbuhan 6,65% s.d 6,75% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini
diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat
pertumbuhan pada level 6,49% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh
tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen. Namun,
pertumbuhannya masih lebih rendah dibandingkan triwulan III 2013, mengingat telah
berlalunya puncak pengeluaran belanja masyarakat di saat Hari Raya Idul Fitri. Komponen
terbesar selanjutnya, yaitu investasi swasta (PMTB) diproyeksikan tumbuh lebih rendah
mengingat masih belum membaiknya kondisi ekonomi domestik dan permintaan global.
Selanjutnya, masih belum membaiknya kinerja perekonomian global serta
perkembangan harga komoditas internasional diperkirakan masih menekan tingkat daya
saing produk ekspor Jawa Timur. Masih belum pulihnya kinerja ekspor komoditas utama
Jatim di tengah meningkatnya nilai impor bahan baku akibat depresiasi rupiah
mengakibatkan neraca perdagangan masih belum mampu mencapai nilai net ekspor. Di
sisi lain, perdagangan antar pulau diharapkan mengalami perbaikan seiring membaiknya
kinerja ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI). Sementara itu, belanja pemerintah
diperkirakan juga mengalami peningkatan, mengikuti pola belanja yang terus meningkat
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat IniIndeks
105
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II I– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
hingga akhir tahun, di samping faktor pendukung berupa membaiknya awareness
pemerintah daerah tingkat kab/kota terkait realisasi belanja APBD.
Di sisi penawaran, diharapkan kinerja sektor industri pengolahan mengalami
perbaikan pasca terjaganya nilai tukar rupiah. Meskipun perdagangan luar negeri Jatim
mengalami tekanan cukup dalam akibat pelemahan ekonomi Eropa, namun masih cukup
kuatnya kinerja perdagangan dalam negeri Jatim diprediksi masih cukup baik untuk
menyokong kinerja sub sektor perdagangan besar Jatim. Secara keseluruhan, kinerja sub
sektor perdagangan besar pada triwulan ini diperkirakan masih tumbuh lebih rendah
karena pemulihan kinerja perdagangan dalam negeri masih belum kembali pada level
sebelumnya. Perkiraan masih rendahnya curah hujan di awal triwulan IV 2013 diharapkan
mendorong kinerja sub sektor tanaman bahan makanan yang telah tiba waktunya untuk
musim panen. Sektor pendukung yang turut mengalami kenaikan diperkirakan adalah
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Masih
tingginya tingkat suku bunga sektor produktif diperkirakan turut mempengaruhi tingkat
marjin usaha sektor pendukung lainnya, terutama sektor konstruksi serta sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan. Kondisi sektoral pada triwulan II 2013 ini searah dengan
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Surabaya yang menunjukkan optimisme pelaku
usaha yang dituangkan dalam nilai indeks estimasi realisasi usaha dan penggunaan tenaga
kerja sektoral tiga sektor utama.
Ke depan, beberapa faktor risiko yang berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi
tetap perlu diwaspadai. Masih belum membaiknya perekonomian dunia dan dampak
lanjutannya di kawasan negara berkembang, berpotensi mendorong kenaikan harga
komoditas sehingga berpotensi menekan biaya bahan baku akibat masih tingginya
ketergantungan impor bahan baku. Selanjutnya, dampak ikutan dari kenaikan TDL di awal
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.3333 Estimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha Tw IIIIII II II II 2012012012013333
Grafik 6.4Grafik 6.4Grafik 6.4Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan TenagaEstimasi Penggunaan TenagaEstimasi Penggunaan TenagaEstimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Kerja Tw Kerja Tw Kerja Tw IIIIII II II II 2012012012013333
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
2009 2010 2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
2009 2010 2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
%, SBT
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)
106
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II I– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
triwulan IV-2013 berpotensi menekan marjin usaha lebih dalam hingga akhir tahun.
Kenaikan UMK di wilayah penyangga ekonomi utama Jatim perlu diimbangi dengan
insentif untuk dapat mempertahankan gairah dunia usaha. Beberapa hal yang menjadi
perhatian pelaku usaha adalah situasi politik dalam negeri menjelang Pemilu 2014 dan
potensi kenaikan biaya produksi. Disisi lain, adanya beberapa momentum perayaan hari
agama dan cuti bersama diharapkan mampu mendorong kinerja sub sektor Hotel dan
Restoran serta sektor Transportasi dan Komunikasi.
6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka
inflasi kota Jawa Timur pada Tw IV-2013 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran
7,62% s/d 7,85%.
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Menurun Meningkat Stabil
Tw III-2013 Tw IV-2013 Faktor Risiko
- Telah berlalunya masa panen untuk komoditas pangan utama
- Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat sampai
dengan 18 bulan ke depan
- Peningkatan harga komoditas kedelai yang akan mempengaruhi
harga produksi daging ayam ras
- Pasokan daging sapi berpotensi tidak memenuhi tingginya
permintaan masyarakat di akhir tahun
- Produksi cabe sebagian dikirim kepada Provinsi lain
- Lemahnya nilai tukar Rupiah berpotensi meningkatkan harga
komoditas pangan impor (contoh : bawang putih)
- Dimulainya musim penghujan sehingga berpotensi mengganggu
proses produksi komoditas pertanian
- Tarif angkutan dalam kota telah relatif stabil
- Masih adanya kenaikan tarif dasar listrik dan cukai rokok
- Potensi kenaikan Upah Minimum Kota/Kabupaten
- Adanya Hari Natal dan Tahun Baru 2014 sehingga berpotensi
menggiring kenaikan tarif transportasi
- Masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah berpotensi
meningkatkan harga barang impor dan biaya produksi
perusahaan
- Harga komoditas internasional yang masih berfluktuatif
- Trend kenaikan harga properti
Tw IV-2013
Core Inflation
Tw IV-2013
Volatile Food
Tw IV 2013
Administered
Price
107
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II I– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada Tw IV-2013 dari ketiga kelompok inflasi
mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan Tw III-2013 dengan ulasan sebagai
berikut :
1. Volatile Food
Kelompok ini diproyeksi akan memberikan sumbangan utama kenaikan inflasi di akhir
tahun 2013. Adanya beberapa potensi risiko seperti berakhirnya musim panen dan baru
dimulainya musim tanam petani yang diiringi dengan tibanya musim penghujan berpotensi
menyebabkan gangguan pasokan di masyarakat, disisi lain justru di akhir tahun
permintaan masyarakat mengalami kenaikan karena Hari Natal dan Tahun Baru. Walaupun
masih terdapat kecukupan stok dari masa panen periode sebelumnya, namun tata niaga
atau distribusi barang yang ada saat ini tidak mampu mencukupi kebutuhan/pasokan
semua daerah.
2. Administered Price
Masih berlanjutnya kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) di pertengahan Triwulan
IV-2013 serta adanya potensi kenaikan cukai rokok menjadi pendorong utama
meningkatnya inflasi kelompok ini, meskipun pada tingkat yang relatif lebih rendah
dibandingkan akhir Tw II-2013 dimana Pemerintah meningkatkan harga BBM. Namun
perlu dicermati pula potensi kenaikan Upah Minimum Kab/Kota (UMK) yang di satu sisi
dapat menaikkan inflasi dari sisi permintaan karena kenaikan daya beli, dan di sisi lain
meningkatkan inflasi pula dari sisi penawaran karena tingginya biaya produksi.
3. Core Inflation
Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari kelompok
tradeable seiring dengan meningkatnya permintaan di akhir tahun yang akan mendorong
pula para pelaku usaha untuk meningkatkan utilisasinya sehingga dapat memenuhi
permintaan pasar. Sedangkan dari sisi kelompok non tradable, potensi kenaikan UMK juga
akan mendorong peningkatan inflasi kelompok ini walaupun pada tingkat yang relatif
lebih rendah dibandingkan kelompok tradable. Berlanjutnya peningkatan TTL pada Tw IV-
2013 berpotensi direspon masyarakat dengan peningkatan tarif sewa rumah serta
kenaikan harga barang seiring dengan peningkatan biaya produksi. Faktor penahan inflasi
kelompok ini adalah rendahnya tekanan inflasi dari komoditas emas seiring dengan masih
lesunya perdagangan di dunia internasional serta telah berlalunya tahun ajaran baru.
108
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II I– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.36.36.36.3 PERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMURPERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMURPERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMURPERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMUR
Diperkirakan pada triwulan IV 2013 kinerja industri perbankan di Jawa Timur akan
terus meningkat. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik diyakini masih
dapat terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan.
Adanya kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 6% pada Triwulan II 2013 menjadi
7,25% pada Triwulan III 2013 diperkirakan akan mendorong peningkatan suku bunga
kredit dan DPK secara bertahap sampai dengan akhir tahun. Namun demikian, dengan
penerapan strategi pengembangan usaha yang tepat serta efisiensi biaya perbankan di
Jawa Timur diharapkan mampu terus meningkatkan kinerjanya.
Pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan IV 2013 diperkirakan tetap
mengalami peningkatan. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan adanya momen periode
libur natal dan akhir tahun yang pada akhirnya akan meningkatkan kredit konsumsi. Sektor
ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor
konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor
unggulan bagi perbankan untuk dibiayai.
6.6.6.6.4444 PROSPEK PROSPEK PROSPEK PROSPEK EKONOMIEKONOMIEKONOMIEKONOMI JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR TAHUN 2013TAHUN 2013TAHUN 2013TAHUN 2013
Di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh
pada rentang 6,50% s.d 6,70% (yoy), ), lebih rendah dari angka perkiraan sebelumnya di
kisaran 6,70% s.d 6,90%. Perkiraan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2013 ini masih
lebih rendah dibandingkan tahun 2012 (7,27% - yoy), namun pertumbuhan ini diyakini
masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Dari sisi permintaan, penopang utama pertumbuhan ekonomi masih berasal dari
konsumsi masyarakat seiring dominannya proporsi usia produktif di Jawa Timur.
Sementara itu, kenaikan tarif komponen pembentuk biaya produksi di tahun 2013
terindikasi berdampak pada kinerja sektor riil Jawa Timur di triwulan III 2013. Hal ini
terlihat dari melemahnya kinerja investasi dan konsumsi swasta nirlaba. Di sisi lain, masih
belum pulihnya ekonomi global dan tertekannya nilai rupiah pada Juli 2013 turut
mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri Jawa Timur. Meskipun, transaksi
perdagangan dalam negeri masih terjaga stabil, namun secara keseluruhan neraca
perdagangan Jawa Timur menunjukkan pelemahan dibandingkan tahun 2012. Tingginya
upaya pemerintah untuk menyelesaikan proyek infrastruktur di daerah turut mendorong
level pertumbuhan belanja pemerintah.
109
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II I– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Di sisi penawaran, meningkatnya komponen biaya produksi baru terindikasi
dampaknya pada triwulan III 2013. Hampir seluruh sektor ekonomi mengalami
perlambatan pertumbuhan meskipun pelaku usaha telah berusaha meningkatkan efisiensi
produksinya, namun daya saing produknya masih lebih rendah dibandingkan negara lain.
Tingginya arus impor negara tetangga pun turut berdampak pada kinerja sektor industri
pengolahan, khususnya yang memiliki pasar utama tujuan dalam negeri. Masih belum
terurainya permasalahan di Tanjung Perak menjadi bottle neck tersendiri bagi pelaku usaha
di sub sektor perdagangan besar. Sementara itu, meningkatnya kebutuhan masyarakat
dalam kegiatan wisata turut mendorong kinerja subsektor hotel dan restoran, ditambah
dengan meningkatnya peranan Kota Surabaya sebagai sub hub ke Indonesia Timur yang
terindikasi dari bertambahnya jumlah hotel kelas bisnis di Surabaya. Adanya pergeseran
musim tahun ini berdampak signifikan pada tingkat produksi sub sektor tanaman bahan
makanan. Berdasarkan rilis data Angka Ramalan II (ARAM II), terindikasi adanya
perlambatan produksi meskipun angkanya masih sama dengan tahun 2012. Meningkatnya
suku bunga konsumsi sejak Agustus 2013 turut menekan kinerja sektor konstruksi dan sub
sektor real estate, sehingga kedua sektor ini mengalami perlambatan sejak
triwulan III 2013. Hal serupa terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan akibat meningkatnya faktor risiko sektor keuangan pasca kenaikan suku bunga
perbankan dan melemahnya kinerja sektor riil pada triwulan III 2013. Namun demikian,
sektor pendukung lainnya diharapkan mampu lebih tinggi seiring meningkatnya demand
masyarakat (pasca kenaikan UMK 2013), seperti sektor transportasi dan komunikasi.
6.6.6.6.5 5 5 5 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013
Tingginya tekanan harga komoditas hortikultura pada Tw I-2013 telah dapat
kembali normal pada Tw II-2013 dan berlanjut di Tw III-2013. Meskipun terdapat tekanan
pada Tw III-2013, namun tekanan tersebut hanya merupakan dampak dari tingginya
permintaan masyarakat sehubungan dengan banyaknya hari raya keagamaan dan bukan
karena faktor produksi maupun permasalahan impor. Secara tahunan, tekanan inflasi
sampai dengan akhir tahun 2013, diproyeksi bersumber dari kelompok administered price
sebagai dampak kenaikan harga BBM, tarif listrik serta cukai rokok yang terjadi di
sepanjang tahun 2013 serta kembali meningkatkan inflasi kelompok volatile food di akhir
tahun. Dengan demikian inflasi Jatim pada tahun 2013 diperkirakan secara tahunan
berada di kisaran 7% + 1.
110
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II I– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Tabel 6.2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Dibandingkan tahun 2012, kenaikan harga terbesar diprediksi terjadi pada kelompok
administered price. Hal ini berbeda dibandingkan pola inflasi yang umumnya peningkatan
terbesar terjadi dari kelompok volatile food. Walaupun sempat meningkat signifikan di awal
tahun, mulai terdapat penurunan inflasi kelompok volatile food meskipun belum dapat kembali
pada tingkat wajarnya di kisaran 7% - 10% (yoy). Masih terbatasnya proses produksi pangan
karena berbagai kendala seperti ketersediaan bibit, pengairan, pencegahan hama serta
kerentanan terhadap cuaca menajdi penyebab utama keterbatasan pasokan di musim-musim
tertentu sehingga belum dapat mendorong terjadinya penurunan harga yang lebih dalam.
Sejalan dengan volatile food namun pada tingkat yang lebih besar, kelompok
administered price diproyeksi masih mengalami peningkatan seiring dengan berlanjutnya
Th. 2012 Th. 2013 Faktor Risiko
- Impor hortikultura lancar sehingga anomali kenaikan harga
seperti di awal tahun 2013 bisa dihindari
- Bulog mampu menjaga stok beras sehingga memastikan
kecukupan ketahanan pangan Jawa Timur
- Anomali cuaca (musim hujan) berkelanjutan
- Rendahnya produksi daging sapi dibandingkan dengan
pertumbuhan konsumsinya
- Tata niaga komoditas hortikultura yang belum baik
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan melalui pasokan
lokal
- Peningkatan harga komoditas pangan impor seiring dengan
pelemahan nilai tukar Rupiah
- Kenaikan harga BBM di tengah tahun masih mempengaruhi
proses pembentukan harga s.d. akhir tahun
- Masih adanya kenaikan tarif dasar listrik dan cuka i rokok yang
berkelanjutan
- Adanya Hari Natal dan Tahun Baru di akhir 2013 memicu
peningkatan tarif transportasi sehingga meningkatkan inflasi
kelompok ini
- Berlanjutnya penurunan harga emas walaupun semakin mengecil
karena depresiasi Rupiah
- Harga komoditas internasional walaupun berfluktuatif namun
masih pada koridor yang tidak signifikan
- Membaiknya ekspektasi masyarakat akan kondisi usaha Jawa
Timur
Core Inflation
Th. 2013
Volatile Food
Th. 2013
Administered
Price
Th. 2013
Menurun Meningkat Stabil
111
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II I– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
kenaikan TTL, cukai rokok dan transportasi di akhir tahun. Dibandingkan tahun 2012 dimana
kelompok ini mengalami tingkat inflasi di kisaran 2% - 4% (yoy), pada tahun 2013 tingkat
inflasi adminitered price diproyeksi belum dapat kembali pada tingkat normalnya sehingga
menjadi pendorong utama inflasi.
Sementara itu, dari sisi fundamental potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal
dari kelompok tradeable yang berasal dari kelompok perumahan dan pendidikan, meskipun di
sisi lain tren pelemahan harga emas dunia (pada tingkat yang semakin kecil) dapat menahan
laju inflasi di kelompok ini. Cukup baiknya eskpektasi para pelaku usaha akan kondisi
perekonomian Jawa Timur, diimbangi dengan peningkatan kapasitas utilisasi produksi sehingga
dapat meminimalkan terjadinya output gap dan mendukung stabilnya inflasi kelompok ini
sampai dengan akhir tahun 2013.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAH
Administered priceAdministered priceAdministered priceAdministered price
Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar
listrik
APBDAPBDAPBDAPBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah
yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan
perauran daerah
BI RateBI RateBI RateBI Rate
Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap
bulannya
BIBIBIBI----RTGSRTGSRTGSRTGS
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban
bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi
transfer dana
Bobot inflasiBobot inflasiBobot inflasiBobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap
komoditas tersebut
Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka
Ekspor dan ImporEkspor dan ImporEkspor dan ImporEkspor dan Impor
Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar
provinsi
Faktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor Fundamental
Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi
permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi masyarakat
Fakor Non FundamentalFakor Non FundamentalFakor Non FundamentalFakor Non Fundamental
Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi
maupun distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh
pemerintah (adminisered price)
Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to DepoFinancing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to DepoFinancing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to DepoFinancing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR)sit Ratio (LDR)sit Ratio (LDR)sit Ratio (LDR)
Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam
rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional
Imported inflationImported inflationImported inflationImported inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di
luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR ISTILAH
Indeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100
Indeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan Konsumen
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan
ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Inflasi IHKInflasi IHKInflasi IHKInflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan indeks
harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh masyarakat luas
Inflasi IntiInflasi IntiInflasi IntiInflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices
InflowInflowInflowInflow
Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia
InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi
KreditKreditKreditKredit
Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertenttu dengan pemberian bunga, termasuk
• Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement
(NPA)
• Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang
LiaisonLiaisonLiaisonLiaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang
dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai
perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan
dalam bentuk laporan
MtmMtmMtmMtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Net InflowNet InflowNet InflowNet Inflow
Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow
Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)
Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit oleh
bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah,
sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL adalah (1) kurang
lancar, (2) diragukan dan (3) macet
OmsetOmsetOmsetOmset
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
OutOutOutOutflowflowflowflow
Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia
Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,
restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR ISTILAH
QtqQtqQtqQtq
Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Sektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi Dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan
pada pembenttukan PDRB secara keseluruhan
Volatile FoodVolatile FoodVolatile FoodVolatile Food
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sanga
bergejolak karena faktor-faktor tertentu
YoyYoyYoyYoy
Year on year. Perbandingan antara daa sau tahun dengan tahun sebelumnya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR SINGKATANSINGKATANSINGKATANSINGKATAN
APBDAPBDAPBDAPBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BBMBBMBBMBBM
Bahan Bakar Minyak
BOPOBOPOBOPOBOPO
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BPSBPSBPSBPS
Badan Pusat Statistik
IHKIHKIHKIHK
Indeks Harga Konsumen
IKKIKKIKKIKK
Indeks Keyakinan Konsumen
KPRKPRKPRKPR
Kredit Pemilikan Rumah
LDRLDRLDRLDR
Loan to Deposit Ratio
LTVLTVLTVLTV
Loan to Value
NIMNIMNIMNIM
Net Interest Margin
NPFNPFNPFNPF
Non Performing Financing
NPLNPLNPLNPL
Non Performing Loan
PHRPHRPHRPHR
Perdagangan, Hotel dan Restoran
PLNPLNPLNPLN
Perusahaan Listrik Negara
PMAPMAPMAPMA
Penanaman Modal Asing
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR SINGKATAN
PMDNPMDNPMDNPMDN
Penanaman Modal Dalam Negeri
PMTBPMTBPMTBPMTB
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
QQQQ----tttt----QQQQ
Quarter to quarter
RBBRBBRBBRBB
Rencana Bisnis Bank
YoyYoyYoyYoy
Year on year
Recommended