View
216
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN AKHIR TAHUN
KAJIAN PENGEMBANGAN SAPI ACEH SPESIFIKLOKASI PADANG PENGEMBALAAN
DI PROVINSI ACEH
PENELITI UTAMA
BBAARRDDII AALLII,, SS..PPttIIRR.. SSYYAARRIIFFAAHH RRAAIIHHAANNAAHH
IIRR.. NNAANNII YYUUNNIIZZAARRIIRR.. EELLVVIIWWIIRRDDAA
MMAASSYYKKUURRAA,, SS.. SSTTJJUUAAIIRRIIAAHH,, SSMMHHKK
EERRNNAAWWAATTII
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2012
1
KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadihirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
Kemajuan Tahun 2012.
Program Kajian pengembangan sapi aceh spesifik lokasipadang pengembalaan di
Provinsi Aceh bertujuan terciptanya model usaha tani dengan teknologi tepat guna
dalam meningkatkan produktivitas sapi AcehdanPerbaikan penghijauan wilayah padang
pengembalaanuntuk kebutuhan kecukupan sumber protein hewani untuk konsumsi lokal.
Oleh karena itu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh selaku
lembaga yang berwenang melakukan teknologi mendukung swasembada daging sapi
mencoba melalui kegiatan Kajian pengembalaan sapi aceh spesifik lokasi
padangpengembalaan di Provinsi Acehuntuk memfasilitasi ketersediaan daging sekaligus
membina petani peternak sapi yang ada di Provinsi Aceh dengan harapan dapat
menyediakan daging sapi khususnya sapi Aceh yang bermutu di tingkat petani peternak.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Kepala Balai dan teman-teman yang terlibat
dalam tim kegiatan ini yang telah banyak membantu dalam melaksanakan kegiatan ini
dilapangan sejak dari awal sehingga kegiatan Kajian pengembalaan sapi aceh spesifik
lokasi padang pengembalaan di Provinsi Aceh, terlaksana dengan baik hingga siapnya
laporan akhir ini.
Demikian laporan ini kami buat dan kami sampaikan, segala kritikan dan saran
yang membangun sangat kami harapkan agar laporan ini menjadi lebih baik dan kami
ucapkan terima kasih.
Banda Aceh, Desember 2012Penanggung Jawab Kegiatan,
Bardi Ali, S.Pt. Erizal DrNIP. 196008231985031001
2
RINGKASAN
Mulai tahun 2010 dan 2011 BPTP Aceh telah melakukan program pendampinganteknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1)Aceh Besar (2) Bireun dan (3) Aceh Utara.Kegiatan yang telah dilakukan antara lain (1) Identifikasi kebutuhan pendampingan dandiseminasi, (2)pembinaan petani dan (3) implementasi teknologi sesuai kebutuhan teknologidimasing-masing kabupaten.Pada tahun 2012 kegiatan pendampingan dilaksanakan di kabupatenAceh Timur. Tiga Kabupaten terdahulu yaitu Aceh Besar, Biruen dan Aceh Utara tetap akan didampingi walaupun tidak kontinyu, dengan implementasi teknologi yang lebih diintensifkanterhadap pengaruh implementasi teknologi yang diterapkan pada tahun 2010 dan 2011.Tujuan2012 meliputi yaitu: (1)Melakukan diseminasi dan pendampingan teknologi dalam pelaksanaanPSDSK pada dua kelompok di satu kabupaten (2) Meningkatkan keterampilan para peternak danpenyuluh/petugas lapang sapi Aceh dalam teknologi pakan(feeding), reproduksi (breeding),manajemen (carapemeliharaan,veteriner dan sanitasi lingkungan),dan limbah kotoran sapidan (3)Memperbaiki angka Servis per Conception (S/C), Conception Rate (C/R), Calving Internal (CI) danestrus post Partus (Epp) sapi menjadi lebih baik.
Metodelogi pelaksanaan Lingkup kegiatan tahun 2012 yang akan dilaksanakan di duakelompok di satu kabupaten binaan yaitu Aceh Timur. Didampingi oleh koordinator wilayah yangdibantu oleh penyuluh pendamping ditingkat kabupaten.Pelaksanaan kegiatan dimulai bulanJanuari sampai dengan bulan Desember 2012. Kegiatan ini meliputi : a)Temu Teknis teknologiPKP (Penunjang Keberhasilan Pembibitan),b) Bimbingan penerapan teknologi PKP, c) Pelatihanpetani dan petugas, dan d) Penyiapan materi penyuluhan dalam bentuk juknis untuk menunjangpeningkatan kinerja reproduksi induk melalui teknologi reproduksi, dan manejemen pemeliharaanuntuk mencapai S/C > 1,55 ,CR>70%, estrus post partus partus < 90 hari, dan PBBH anak prasapih > 0,4 kg.Persiapan awal kegiatan dilakukan melalui survey dengan metode pemahamanpedesaan dalam waktu singkat secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal).Pengumpulandata dilakukan melalui studi kepustakaan/desk study/review dan survey di lapangan serta teknikwawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan.Data yangdikumpulkan terdiri dari biofisik wilayah pengkajian, sosial ekonomi, dan budaya setempat.Bimbingan penerapan teknologi PKP terhadap sapi Aceh yang dilakukan oleh peneliti BPTP Aceh,bersama-sama dengan petugas dinas setempat yang dilakukan secara partisipatif. Bimbingantersebut dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan terhadap peternak dalam halmanajemen pemeliharaan induk bunting, penggunaan pakan, serta teknologi reproduksi untukmenunjang peningkatan angka kebuntingan (S/C < 1,55, CR > 70%, estrus post partus < 90hari, dan PBBH anak pra sapih > 0,4 kg). Bimbingan penerapan teknologi dilakukan baik secarateori di dalam kelas maupun praktek di lapangan.Teknologi introduksi yang diterapkan adalahsebagai berikut: (1) Pemberian Urea Molases Block (UMB) menggunakan sebagai sumber protein,vitamin dan mineral, (2) Pemberian konsentrat 1 % dari berat badan (dedak dan sagu), (3)Pembuatan dan pemberian jerami padi fermentasi untuk penyediaan pakan serat, (4) Treatmentflushing pada induk bunting dua bulan sebelum dan dua bulan sesudah melahirkan,(5)Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) dari bahan lokal, dan (6) Pembuatan kompos darikotoran sapi dengan menggunakan EM 4 sebagai decomposer.
Hasil dari kegiatan-kegiatan bimbingan penerapan PKP, pelatihan petani dan petugas,serta bimbingan manajemen pemeliharaan di lokasi pendampingan, ternyata dapat meningkatkanketerampilan peternak dan produktivitas ternak. Hal ini terlihat dari adanya perubahan nilaiService Per Conception (S/C), Conception Rate (C/R), Calving Internal (CI) dan Estrus Post Partus(Epp) menjadi lebih baik yaitu 1.8, 60%, 12 bulan dan 40 hari. Selain itu PBBH anak prasapihmencapai 0.38 kg/hari, untuk jenis sapi aceh dan untuk jenis sapi peranakan bali 0.42 kg/hari
Key Word : Pendampingan, Daging Sapi
3
DAFTAR ISI
HalamanLEMBAR PENGESAHAN..................................................................... iKATA PENGANTAR ........................................................................... iiRINGKASAN ..................................................................................... iiiDAFTAR ISI...................................................................................... ivDAFTAR TABEL ................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN.......................................................................... 11.1. Dasar Pertimbangan ................................................................ 3
1.2. Tujuan ........................................................................................... 31.3. Keluaran ................................................................................. 41.4. Hasil yang diharapkan .............................................................. 41.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
III. METODE PENELITIAN ............................................................... 11
IV. HASIL PEMBAHASAN ................................................................. 164.1. Gambaran Umum Lokasi............................................................ 16
4.1.1. Karakteristik Biofisik....................................................... 164.1.2. Karakteristik Sosial Ekonomi ........................................... 164.1.3. Keragaan Usaha Tanaman dan Usaha Ternak .................. 17
4.2. Koordinasi Kegiatan dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten .. 18
V. KESIMPULAN ............................................................................. 20VI. KINERJA HASIL KEGIATAN ........................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 22LAMPIRAN ....................................................................................... 23
4
1.2. TUJUAN
- Terciptanya model usaha tani dengan teknologi tepat guna dalam
meningkatkan produktivitas sapi Aceh untuk kebutuhan kecukupan sumber
protein hewani untuk konsumsi lokal.
- Perbaikan penghijauan wilayah padang pengembalaan dalam satu
kawasan dengan model penanaman rumput unggul pada sentral-sentral
budidaya pemeliharaan sapi potong dalam kelompok peternak.
- Mendorong pemberdayaan petani peternak yang mampu berkembang biak
maju dengan menggunakan IPTEK yang sesuai dengan kebutuhan,
terutama dalam hal breeding sehingga terciptanya bibit unggul sapi
potong Aceh.
- Mengubah pola pikir peternak dari sistem tradisional ke agrobisnis.
- Adanya model kelembagaan yang jelas dari hulu sampai ke hilir.
1.3. KELUARAN YANG DIHARAPKAN
Tersedianya teknologi tepat guna dalam meningkatkan produktivitas sapi
Aceh untuk kebutuhan konsumsi daging masyarakat di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam dengan manajemen pemeliharaan dan perbaikan padang
penggembalaan.
Tersedianya model kelembagaan sistem dan usaha agribisnis sapi Aceh
dalam manajemen pemeliharaan dan perbaikan padang penggembalaan
Tersedianya model pengembangan agribisnis dan manajemen
pemeliharaan, perbaikan padang penggembalaan dan sistem perbaikan
breeding.
Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan peternak sapi dalam
managemen pemeliharaan dan perbaikan padang penggembalaan
1.4. HASIL YANG DIHARAPKAN
Melalui pelaksanaan pengkajian ini diharapkan peternak dapat mengadopsi
dan mengembangkan teknologi pakan, breeding dan manajemen pemeliharaan
pada padang pengembalaan untuk dapat meningkatkan produktivitas sapi Aceh.
5
1.5. PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK
Dengan adanya perbaikan manajemen system pemeliharaan ditingkat
petani baik dalam hal budidaya ternak maupun dalam hal pemberian
pakan berupa rumput unggul yang diikuti oleh pengenalan leguminosa
sebagai pakan yang mengandung nilai nutrisi yang tinggi diharapkan untuk
di masa yang akan datang akan terjadi pengembangan atau sentra-sentra
pengembangan sapi Aceh dalam satu kawasan di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Dengan tersedianya introduksi penanaman pakan hijauan unggul pada
satu sentra pengembangan ternak sapi potong dan perbiakan manajemen
pemeliharaan peningkatan produktivitas sapi Aceh untuk lima tahun
mendatang dapat meningkat sampai 50 % untuk menjawab kenutuhan
akan daging untuk konsumsi masyarakat di provinsi NAD.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan di mana tumbuh
tanamanmakanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya
menurutkebutuhannya dalam waktu singkat (Anonimus, 1990).Padang
penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atauleguminosa. Tetapi suatu
padang rumput yang baik dan ekonomis adalah yang terdiri dari campuran
rumput danleguminosa (Anonimus, 1995). Padang pengembalaan dapat
digolongkan menjadi beberapa bagian, antara lain:
Padang Penggembalaan Alam
Padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput
perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada
pohon, seringdisebut padang penggembalaan permanen, tidak ada campur
tangan manusia terhadap sususan floranya, manusia hanya mengawasi ternak
yang digembalakan(Reksohadiprodjo, 1985).
Padang Penggembalaan Alam yang Sudah Ditingkatkan
Spesies-spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam
olehmanusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga
didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan
mengatur pemotongan (defoliasi) (Reksohadiprodjo, 1985).
Padang Penggembalaan Buatan (temporer)
Tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar
dandikembangkan oleh manusia.Padangan dapat menjadi padangan permanen
ataudiseling dengan tanaman pertanian (Reksohadiprodjo, 1985).
Fungsi Padang Penggembalaan
Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan
bagihewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja
sedikit,sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang
penggembalaan.Rumput yang ada di dalamnya dapat memperbaiki kesuburan
tanah. Hal inidisebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang
dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran
7
yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitas dari tanah itu sendiri
(Anonimus, 1990).
Syarat padang penggembalan yang baik adalah produksi hijauan tinggi
dankualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang
mudahdikembangbiakkan (Reksohadiprojo, 1985). Pastura yang baik nilai
cernanya adalah pastura yang tinggicanopi nya yaitu 25 sampai 30 cm setelah
dipotong. Padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50%
rumput dan 50%legum.
Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu
padanganadalah 70 sampai 80% untuk kadar air dan bahan keringnya 20 sampai
30%. Hijauan pastura membutuhkan periode istirahat untuk tumbuh kembali 16
sampai 36 harisetelah dipotong.Oleh sebab itu, pastura digembalai secara rotasi
untuk memberikesempatan bagi hijauan untuk tumbuh kembali, dan juga untuk
mencegah infeksicacing. Untuk pastura alam sebaiknya dibakar secara periodik,
karena hal ini dapatmemusnahkan rumput yang tidak palatabel dan kering, serta
untuk merang sang pertumbuhan tanaman muda yang lebih tinggi nilai gizinya
dan lebih disukai ternak (Reksohadiprodjo dan Utomo, 1983).
Persiapan dan Perbaikan Padang Penggembalaan
Menurut Anonimus (1990), ada beberapa tahapan dalam pembuatan
padang penggembalaan, yaitu meliputi:
a. Pemilihan Lokasi
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dari segi kultur teknis dalam pemilihan
lokasi untuk padang penggembalaan adalah sumber air, kesuburan tanah,
topografi,dan komunikasi.
b. Bahan Penanaman
Mempergunakan bahan penanaman yaitu bibit atau benih yang baik, sehingga
efisien waktu, tenaga dan biaya.
c. Waktu Pengolahan Tanah dan Penanaman
Pada keadaan irigasi saat penanaman ditentukan sedemikian rupa
sehingga penanaman dapat dilakukan pada saat musim hujan.Jarak yang
terlampau lamaantara akhir pengolahan dengan penanaman dapat memadat
8
kembali.Saat pengolahan tanah pada umumnya dilakukan pada akhir musim
kemarau sehingga dapat segera ditanami pada saat awal musim hujan.
d. Pengolahan Tanah dan Penanaman
Pengolahan tanah bertujuan untuk mempersiapkan media tumbuh optimum
bagitanaman. Pengolahan tanah secara baik menyangkut pengertian yaitu
membersihkantanah dari tumbuh-tumbuhan pengganggu, menjamin
perkembangan sistem perakaranyang sempurna, menjamin peningkatan
aviabilitas zat-zat, memperbaiki aerasi dankelembaban tanah, memeperbaiki
kelestarian serta kesuburan tanah dan persediaan air.
Penggembalaan
Dapat mulai dilakukan saat tanaman telah menutup tanah dengan baik dan
cukuptahan terhadap injakan dan senggutan. Lama penggembalaan tergantung
pada jenistanaman yang ditanam, tetapi sebagai pegangan umum bagi hijauan
yaitu kuranglebih 5 sampai 6 bulan.
Pemeliharaan
Pastura dibiarkan selama 12 bulan agar spesiesnya betul-betulestablish.
Padawaktu ini, pembersihan terhadap weed mungkin perlu dilakukan untuk
spesies-spesiesyang lambat establishnya. Jika pertumbuhan tidak merata, maka
dapat dilakukan“slashing atau memapasi ternak dalam waktu singkat untuk
meratakan pertumbuhan. Pada bulan pertama setelah penanaman mungkin perlu
dilakukan penyulaman terhadap spesies yang tidak mau tumbuh, sehingga
keseimbangan rumput denganlegum sesuai dengan yang
dikehendaki.Pemeliharaan yang baik, pastura mamputahan berproduksi 5 sampai
6 tahun.
Pengukuran Produktivitas
Ada beberapa macam cara/metode pengukuran produksi padang rumput
antaralain:
A. Metode Berdasarkan Komposisi Botani.
9
Metode analisis botani dan penggunaannya untuk menilai padang
penggembalaanyang umum dipakai ialah analisis titik (point analysis). Alat
yang digunakan dalammetode ini adalah alat kuadrat titik (point quadrat)
yaitu terdiri dari sebuah rak yang berlubang-lubang sebagai tempat untuk
memasukkan ruji-ruji besi yang berujungruncing.Terdapat dua bentuk, yaitu
kuadrat dengan ruji-ruji tegak lurus dan kuadrattitik dengan ruji-ruji miring
45%.Sambil mendorong ruji-ruji ke bawah maka dicatatsentuhan-sentuhan
yang terjadi setiap ruji tersebut. Dalam praktek telah terbukti, bahwa hasil
yang diperoleh dengan menggunakan ruji-ruji tegak lurus kurangmemuaskan
bila dibandingkan dengan hasil dari ruji-ruji miring (Reksohadiprodjo,1985).
B. Metode Pengukuran Dalam Jumlah Dari Merumput
Pengukuran dengan cara ini berharga karena ternak-ternak itu sendiri
merupakanukuran dalam melakukan evaluasi padang penggembalaan.
Pengukuran ini umumnyadinyatakan sebagai hasil perkalian antara jumlah
ternak yang digembalakan denganlamanya waktu merumput setiap unit
luasan padang rumput (Reksohadiprodjo, 1985).
C. Metode Pengukuran Kuantitas Hijauan
Sebagian tertentu dari rumput yang disediakan untuk ternak potong,
diguntingatau disabit kemudian dianalisis untuk mendapatkan berapa banyak
tersedia bahan kering, lemak kasar, dan nutien-nutrien lainnya yang disajikan
dalam penggembalaanyang bersangkutan.Sisa-sisa hijauan yang tidak
dimakan yang tertinggal pada petak- petak tersebut setelah penggembalaan
berakhir ditentukan menurut prosedur yangsama. Perbedaan terdapat
anatara data sebelum dan sesudah penggembalaan memberigambaran
tentang kuanti tas dan kualitas hijauan yang dimakan.Hasil yang me
muaskan diperoleh bila ternak merumput luasan-luasan tanah kecil untuk
waktu yang singkat tetapi walaupun demi kian terdapat kesalahan sekitar
20% (Reksoha di prodjo dan Suhartanto, 1983).
10
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas dan Nilai Gizi Tanaman
Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhihasil pastura adalah tanah dan spesies.
1. Tanah
Setyati (1983) mengemukakan bahwa ada 3 fungsi primer tanah
dalammendukung pertumbuhan tanaman yaitu, memberikan unsur mineral,
sebagai tempatcadangan makanan dan sebagai tempat bertumpu untuk tegak.
Dikatakan lebih lanjuk bahwa faktor lain yang berpengaruh terhadap
kesuburan tanah adalah tingkatan bentuk hara yang tersedia bagi tanaman.
Tingkatan tersebut tergantung banyak faktor diantaranya adalah kelarutan zat
hara, PH, kapasitas pertukaran kalori (KPK), tekstur tanah dan jumlah zat
organiknya.
2. Spesies
Kemampuan suatu tanaman untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya
darifaktor genetik berpengaruh pada proses pertumbuhan dan produksi suatu
tanaman. Disini dapat dikemukakan suatu contoh bahwa familiaGramineae
(Rumput-rumputan) mempunyai pembawaan yang berbeda dibandingkan
dengan tanaman daifamilia leguminoceae (Whiteman, 1980).
11
III. METODOLOGI
Prosedur Pelaksanaan
1. Tempat dan Waktu
Pengkajian ini merupakan kegiatan lapangan (on-farm Research) yang
dilaksanakan di Ulee Nyie, Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Aceh utara yang
merupakan sentrapengembangan kawasan sapi potong.Pelaksanaan pengkajian
mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2012.
2. Tahapan Kegiatan.
Tabel 1. Tahapan kegiatan Kajian Pengembangan Sapi Aceh Spesifik PadangPengembalaan di Prov. Aceh
No. Komponen Teknologi Uraian Kegiatan
1. Survey lokasi Gambaran umum tentang keadaankarakteristik.
2. Pemilihan komponen teknologidan perakitan
Model paket teknologi yang siapditawarkan kepada petani.
3. Pembentukan tim pelaksanaanuntuk penentuan petanikooperator
- Tim pelaksana- Lokasi kegiatan- Petani Kooperator- Model paket teknologi yang
diterapkan4. Penyusunan petunjuk teknis dan
pelaksanaan di lapanganBuku petunjuk teknis pelaksanaan dilapangan
5. Pelatihan petani kooperator Petani terlatih dan siap melaksa-nakan di lapangan
6. Melaksanakan kegiatan dilapangan dengan pendekatanpartisipatif- Demonstrasi, monitoring,
evaluasi- Diskusi
Data agronomi dan ekonomi sertadata yang mendukung tujuanpengkajian
7. Pelaporan Bahan masukan untuk penetapan danproses transfer ekonomi- Laporan bulanan- Laporan triwulan- Laporan tengah tahunan- Laporan akhir (draf)- Laboran final (final)
12
Adapun komponen teknologi yang diterapkan pada pengkajian
pengembangan sapi Aceh spesifik padang penggembalaan adalah sebagai berikut
:
Tabel 2. Komponen Teknologi pada pengkajian pengembangan Sapi Aceh SpesifikPadang Pengembalaan di prov. Aceh
No. Komponen Teknologi Uraian Kegiatan
1. Ekosistem Padang Pengembalaan
2. Jenis Ternak Sapi Lokal Aceh
3. Umur Bibit 2 – 2,5 tahun
4. Asal Bibit Sapi petani kooperator
5. Jenis Rumput - Brachiaria decumben
- Centrosoma
- Gamal
6. Formula Kosentrat - Dedak
- Sagu
- Bungkil Kelapa
7. Lama Pemeliharaan 60 hari
8. Banyaknya pemberian ransum Ad libitum
3. Parameter Pengamatan.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data biofisik dan data
sosial ekonomi masyarakat lokasi pengkajian yang meliputi data primer dengan
menggunakan metoda Participatory Rural Appriasial(PRA), Rapid Rural Appriasial
(RRA) dan data sekunder dari instansi terkait serta sumber lainnya.
Parameter yang di ukur dalam pengkajian ini meliputi :
a. Pertambahan berat badan
b. Produksi rumput
c. Konversi pakan
d. Siklus berahi dari masing ternak
e. Analisis nutrisi dan rumput dan leguminosa
f. Perhitungan analisa ekonomi.
13
4. Metodologi Penelitian
Tahapan-tahapan kegiatan pengkajian ini diawali dengan identifikasi dan
karakteristik lokasi dengan penggunaan metode PRA, pilihan komponen teknologi
dan Perakitan serta penentuan petani kooperatif.
Jumlah petani kooperatif yang dilibatkan sebanyak 17 orang yang
tergabung dalam satu kelompok kawasan.Petani kooperator yang dipilih adalah
hasil dari koordinasi dengan dinas peternakan Aceh utara. Pengkajian ini
menggunakan sapi local Aceh sebanyak 30 ekor milik dari petani kooperator,
berumur 2 – 2,5 tahun dengan berat badan relatif seragam.
Pakan ternak yang digunakan pada pengkajian ini berupa rumput alam,
rumput brachiaria decambens dan leguminosa dengan luas lahan 10 Ha/plot, sapi
betina berjumlah 8 ekor dan jantan 2 ekor
Dalam pengkajian diuji 3 (tiga) perlakuan :
Perlakuan T1 : (100% rumput alam/ perlakuan petani)
T2 : (50% rumput alam dan 50% rumput Brachiaria decambens)
T3 : (25% rumput alam, 50% rumput Brachiaria decambens dan 25 %
laguminosa).
Setiap pelaksanaan terdiri dari 3 ulangan, masing-masing perlakuan
diberikan makanan tambahan berupa kosentrat yang terdiri dari :
- 3 bagian dedak
- 2 bagian sagu
- 1 bagian bungkil kelapa
Kosentrat yang diberikan 10 % dari berat badan, pemberian air minum dilakukan
secara adlibitum.
Sebelum dilakukan perlakuan, semua sapi ditimbang berat badan. Data
yang diperoleh ini merupakan data berat badan awal, selanjutnya penimbangan
berat badan dilakukan dengan interval 14 hari. Berat badan akhir di lakukan
dengan berat badan awal dibagi dengan lamanya perlakuan merupakan
pertambahan berat badan harian.
14
- Produksi rumput dilakukan dengan cara membuat ubinan dan plot-plot yang
dibagi dari 4 bagian sudut dan 1 plot di bagian tengah, lakukan pemotongan
dan ditimbang sehingga nantinya dapat dihitung produksi rumput, kemudian
rumput tersebut di analisa untuk melihat nilai nutrisi.
- Data konversi pakan (Feed intake) diperoleh setelah diketahui data
pertumbuhan berat badan harian dan data konsumsi bahan kering, konversi
pakan adalah gram konsumsi bahan kering di bagi dengan gram pertambahan
berat badan harian.
- Pengukuran daya cerna dilakukan selama pengkajian terhadap semua hewan
coba sebanyak 100 gram faeces dikumpulkan setiap pagi hari selama
pengkajian dari masing-masing hewan coba. Selanjutnya dikeringkan di
bawah sinar matahari. Sample faeses dari sapi yang sama dihomogenkan dan
dikumpulkan dalam tempat yang sama. Setelah pengkajian selesai semua
sample faeces yang dikeringkan ditimbang kembali, masing-masing sub
sample faeces (10% dari masing-masing sampel) di analisa terhadap daya
cerna.
- Perlakuan terhadap breading dimana ternak-ternak yang telah terlihat tanda-
tanda berahi dideteksi guna melihat siklus dan berupa ternak betina yang
bunting dengan melakukan perkawinan alam, sebagai sumber bibit nantinya.
- Analisi ekonomi dengan melihat perhitungan B/C ratio yaitu dengan
membandingkan antara keuntungan yang dihasilkan dengan besarnya lipat
digunakan.
- Sebelum hewan coba diadaptasikan terlebih dahulu diberikan obat cacing
(Verm-Or) dengan dosis sesuai dengan anjuran. Pemberian Antheementue ini
bertujuan untuk menghilangkan pengaruh parasit Gastrointestinal terhadap
pertambahan berat badan dan siklus berahi guna memperbaiki produksivitas
sapi Aceh. Adaptasi terhadap lingkungan padangan pengembala yang akan
diuji dilaksanakan selama 14 hari. Adaptasi ini bertujuan untuk menghilangkan
sisa-sisa makanan sebelumnya di dalam saluran pencernaan.
5. Analisis Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini telah digunakan rancangan
percobaan pola acak lengkap dengan perlakuan dan 5 ulangan. Data yang
15
dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) yaitu
untuk melihat perbedaan pengaruh antara perlakuan dan apabila terdapat
perbedaan yang signifikan Difference (LSD) untuk melihat kelayakan usaha dari
penerapan teknologi dan dilakukan analisa ekonomi usaha tani dengan
menggunakan perhitungan B/C ratio.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum Lokasi
Program Kajian pengembalaan sapi aceh spesifik lokasipadang pengembalaan di
Provinsi Acehmelalui kegiatan Kajian pengembalaan sapi aceh spesifik lokasipadang
pengembalaan di Provinsi Acehuntuk mendukung swasembada daging sapi
2014.Adapun lokasi yang terpilih yaitu kabupaten Aceh Utara. Desa Ulee Nyeue
Kecamatan Banda BaroKabupaten Aceh Utara merupakan salah satu desa yang
terpilih untuk dijadikan tempat kegiatan Kajian pengembalaan sapi aceh spesifik
lokasipadang pengembalaan di Provinsi Aceh.
Adapun batasan desa adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Gp. Cot Lambideng
Sebelah Selatan berbatasan denganGp. Alue Keurinyai
Sebelah Barat berbatasan dengan desaGp. Paya Uleue
Sebelah Timur berbatasan dengan desa Gp. Cot Jabet
4.1.1 Karakteristik Biofisik
Desa Ulee Nyeue memiliki kemiringan lahan 45º pH tanah 5,5–5,9 dengan curah
hujan bulan basah 3–5 bulan dan bulan kering 3–5 bulan. Penggunaan lahan di Desa
tersebut hanya diperuntukkan untuk lahan perkebunan selebihnya padang
pengembalaan dan lahan pemukiman.
4.1.2 Karakteristik Sosial Ekonomi
Penduduk desa Ulee Nyeue kecamatan Banda BaroKabupaten Aceh Utara ber
jumlah 1.488 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 689 jiwa dan 799 jiwa berjenis
kelamin Perempuan.
Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Ulee Nyeue Kecamatan BandaBaro, Kabupaten Aceh Utara
No. Tingkat Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)
1. 0 – 5 162
2. 5 – 7 34
3. 7 – 15 156
4. 15 – 56 310
7. >56 27
Jumlah 689
17
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Ulee NyeueKecamatan Banda Baro, Kabupaten Aceh Utara
No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)
1. PetaniPertanian 675
2. Peternak -
2. Pekebunan 60
3. Nelayan 4
4. Pedagang 31
5. Lain-lain 63
Jumlah 833
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Ulee NyeueKecamatan Banda Baro, Kabupaten Aceh Utara
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)
1. Belum /tidak sekolah 90
2. SD/sederajat 240
3. SLTP/sederajat 170
4. SLTA/sederajat 80
5. Akademi/sederajat 31
6. Perguruan Tinggi/sederajat 10
Jumlah 621
4.1.3. KERAGAAN USAHA TANAMAN DAN USAHA TERNAK
Usaha tani yang dikelola oleh masyarakat di Desa Ulee NyeueKecamatan Banda
Baro Kabupaten Aceh Utara yang dominan untuk tanaman pangan adalah jagung seluas
64 Ha, sedangkanusaha perkebunan yang dominan adalah kelapa mencapai312
ha.Kemudian untuk jenis usaha ternak yang banyak diusahakan adalah;ternak ayam
kampung, diikuti dengan bebek, domba, sapi, ayam broiler dan kerbau, sedangkan
menurut kelompok ada 6 kelompok tanaman pangan dan 6 kelompok ternak.
18
Tabel 6. Populasi Ternak diDesa Ulee Nyeue Kecamatan Banda Baro, Kabupaten AcehUtara
No. Jenis Ternak Jumlah (ekor)
1. Sapi 362
2. Kerbau 123
3. Ayam Kampung 2.789
4. Ayam Broiler 280
5. Bebek 1.560
6. Domba 513
4.2 Koordinasi Kegiatan dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten
Koordinasi dilaksanakan dengan dinas/instansi terkait baik di tingkat provinsi
maupun kabupaten dengan tujuan untuk sinkronisasi program dan mengetahui sejauh
mana perkembangan pelaksanaan Kajian pengembalaan sapi aceh spesifik lokasipadang
pengembalaan di Provinsi Acehdi tingkat provinsi dan kabupaten, masalah/hambatan
yang dihadapi, serta kebutuhan teknologi untuk mempercepat tercapainya program
swasembada daging sapi.
Hasil koordinasi kegiatan dengan dinas/instansi terkait diantaranya adalah
pelaksanaan identifikasi induk produktif, pengembangan pakan dengan bahan baku
lokal, dan percepatan peningkatan populasi melalui flushing dan sinkronisasi estrus.
Identifikasi induk produktif dilaksanakan untuk mengetahui populasi induk produktif di
setiap lokasi pendampingan, termasuk status fisiologisnya yang terkait dengan
pelaksanaan program sinkronisasi estrus.
Produksi pakan berbasis bahan baku lokal potensial dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan pakan baik secara kualitas maupun kuantitas dengan harga
seefisien mungkin. Beberapa keunggulan dapat diperoleh apabila produksi pakan dengan
bahan baku lokal dapat dikembangkan, diantaranya adalah pendistribusian lebih mudah
karena jarak antara tempat pengolahan dengan lokasi peternak lebih dekat, harga lebih
murah dengan kualitas standar, memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan pakan
komersial buatan pabrik, nilai tambah dari kegiatan pengolahan dan diversifikasi
pemanfaatan limbah menjadi pakan dapat diperoleh langsung oleh para petani/peternak
di pedesaan, dan mendukung program agribisnis ternak pedesaan.
Percepatan peningkatan populasi dapat dilakukan melalui teknologi flushing dan
sinkronisasi estrus. Flushing merupakan pemberian ransum yang mengandung protein
19
dan energi tinggi (12 dan 65%) untuk mempercepat terjadinya birahi atau
memperpendek days open sapi induk. Pelaksanaan flushing dapat dikombinasikan
dengan tindakan sinkronisasi estrus yaitu induk dibuat mengalami estrus dalam waktu
yang bersamaan agar sapi indukan bunting bersama-sama sesuai jadwal.
20
V. KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan Kajian pengembalaan sapi aceh spesifik lokasipadang
pengembalaan di Provinsi Aceh dapat disimpulkan bahwa produktivitas ternak sapi Aceh
ber peluang untuk ditingkatkan ini dikarenakan hal-hal berikut:
Peternak khususnya di lokasi pendampingan bersedia dan mampu mengadopsi
teknologi yang diintrooduksikan termasuk manajemen pemeliharaan ternak.
Adanya peran aktiftenaga penyuluh dan petugas teknis dilapangan serta dinas
terkait.
Tersedianya sarana pendukung dan sumber daya lokal.
21
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN
Pelaksanaan Kajian pengembalaan sapi aceh spesifik lokasipadang pengembalaan
di Provinsi Aceh pada umumnya berjalan mendekati baik, yang dimulai dari koordinasi
Dinas/Instansi terkait baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, terutama dalam
penentuan/penetapan lokasi.
Khusus dalam pendampingan/pengawalan teknologi dalam usahatani telah
dilakukan perakitan beberapa komponen teknologi budidaya melalui pendekatan
pemilihan teknologi Kajian pengembalaan sapi aceh spesifik lokasipadang pengembalaan
di Provinsi Acehbaik itu teknologi dasar maupun teknologi pilihan sesuai kebutuhan lokasi
dengan memperhatikan aspek lingkungan atau sumberdaya yang tersedia, sehingga
diperoleh teknik budidaya yang spesifik lokasi, upaya ini dilakukan untuk pencapaian
peningkatan produktivitas ternak sapi untuk memenuhi daging.
Selanjutnya lokasi Kajian pengembalaan sapi aceh spesifik lokasipadang
pengembalaan di Provinsi Acehadalah Kabupaten Aceh Utara dengan satu kelompok
mempunyai40 ekor ternak sapi.Diperlukan dukungan kebijakan infrastruktur yang
memadai terutama kebun rumput, perkandangan, induk sapi serta saprodi lainnya.
Keluaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah inovasi dalam mewujudkan Kajian
pengembalaan sapi aceh spesifik lokasipadang pengembalaan di Provinsi Aceh, sehingga
dapat dilakukan secara optimal.Manfaat dari kegiatan ini adalah terjadi sinkronisasi dan
inovasi teknologi Kajian pengembalaan sapi aceh spesifik lokasipadang pengembalaan di
Provinsi Acehdalam meningkatkan produktivitas ternak sapi, terutama dalam hal
pengadaan bakalan yang berkualitas baik. Namun demikian, dampak dari kegiatan
tersebut baru dapat dilihat pada dua tahun yang akan datang.
22
DAFTAR PUSTAKA
Diwyanto, K., A. Priyanti dan D. Zainuddin 1996. Pengembangan Ternak berwawasanAgribisnis di Pedesaan dengan Pemanfaatan Limbah Pertanian dan PemilihanBibit yang Tepat. J. Penelitian dan Pengembangan Pertanian. XV (1):6 – 15
Haryanto, B. 2001. Ragam Cara Gemukkan Sapi. Tribus No. 376
Nasrullah, B., TAPPA, S. SAID dan E. M. KAIIN 2004. Persediaan Pakan Ruminansia diKalimantan Selatan. Makalah disampaikan pada Seminar Sehari dalam RangkaBulan Bhakti Peternakan dan Kesehatan Hewan Banjar Baru, 16 September2004.
Nasir, M. 1985. Metode Penelitian Ghalia Indonesia Jakarta
Priyanti, A. Dan A. Djajanegara. 2004. Pengembangan Usaha Sapi Potong Pola Integrasi.Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong Menuju 2020. StrategiPengembangan Sapi Potong dengan Pendekatan Agribisnis dan Berkelan-jutan,Yogyakarta, 8-9 Oktober 2004. Badan Litbang Pertanian. Puslitbang PeternakanBogor, 77 – 83.
Pusat Penelitian Peternakan. 2000. Program Kegiatan Pengkajian Usaha Tani TanamanHewan (Crop – Animal Production System) Puslit Peternakan. Bogor.
Riady, M. 2004. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Sapi Potong Menuju 2020.Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong Menuju 2020. StrategiPengembangan Sapi Potong dengan Pendekatan Agribisnis dan Berkelanjutan,Yogyakarta 8 – 9 Oktober 2004. Badan Litbang Pertanian. PuslitbangPeternakan Bogor. 3 – 13
Sudaryanto, T. Dan E. Jamal 2000. Pengembangan Agribisnis Peternakan MelaluiPendekatan Corporate Farming untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional.Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat PenelitianPeternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 35 – 47
31
32
33
34
35
36
Recommended