View
15
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
Karakteristik dan Kerusakan Terumbu Karang dengan Metode Lyzenga pada Perairan Sekitar Ujunggenteng, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Krisna Darma Putra Wangsa1, Supriatna2, Revi Hernina3
Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424
E-mail: 1krisna.darma@ui.ac.id, 2ysupris@yahoo.com,revie12@yahoo.com
Abstrak
Ujunggenteng adalah lokasi yang banyak terdapat terumbu karang dan sebagai kampung nelayan, banyak aktivitas manusia yang terjadi diatas terumbu karang yang menyebabkan rusaknya terumbu karang, tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik lokasi terumbu karang pada perairan sekitar Ujunggenteng, serta mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan kerusakan terumbu karang dari faktor fisik dan faktor manusia menggunakan metode Lyzenga. Faktor fisik terumbu karang, suhu permukaan laut, salinitas dan arus permukaan laut diperoleh melalui hasil pengolahan citra Landsat 5-TM dan Landsat 8-OLI yang di padukan dengan survei lapangan. Faktor manusia merupakan faktor utama pada kerusakan terumbu karang dengan perubahan yang besar berada pada wilayah dekat dengan tubir yang menghadap langsung ke arah laut lepas.
Characteristics and Damage to Coral Reefs with Lyzenga Method on Water Around Ujunggenteng, Sukabumi District, West Java
Abstract
Ujunggenteng is the location that there are many coral reefs and as a fishing village, many human activities that occur on coral reefs which cause the destruction of coral reefs, the purpose of this study was to investigate the characteristics of the location of the coral reefs in the waters around Ujunggenteng, and to know what are the factors that cause damage to reefs corals of physical factors and human factors using methods Lyzenga. Physical factors coral reefs, sea surface temperature, salinity and sea surface currents obtained through the processing of Landsat 5 TM and Landsat-8-OLI is in the mix with field surveys. The human factor is a major factor in the destruction of coral reefs with large changes that are in the area close to the edge facing directly toward the open sea.
Keywords: Methods Lyzenga, coral reefs, extensive changes, temperature sea level, sea surface currents, salinity, Human Activity.
Wahyu Indra Saputra1, M.H Dewi Susilowati2, Hafid Setiadi3
Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424
E-mail: 1Krisna.darma@ui.ac.id, 2ysupris@yahoo.com,3revie12@yahoo.com
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
2
PENDAHULUAN
Di dunia terdapat dua kelompok karang yaitu karang hermatifik dan karang
ahermatifik. Perbedaannya terletak pada kemampuan karang hermatifik dalam menghasilkan
terumbu. Kemampuan ini disebabkan adanya sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis dalam
jaringan karang hermatifik. Sel tumbuhan ini dinamakan zooxanthellae. Karang hermatifik
hanya ditemukan di daerah tropis, sedangkan karang ahermatifik tersebar di seluruh dunia
(Guilcher, 1988). Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki kedua jenis kelompok ini.
Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena
menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut.
Potensi sumberdaya alam kelautan tersebar di seluruh Indonesia dengan beragam
nilai dan fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai produksi (sumber bahan
pangan dan ornamental) dan nilai konservasi (sebagai pendukung proses ekologis dan
penyangga kehidupan di daerah pesisir, sumber sedimen pantai dan melindungi pantai dari
ancaman abrasi) (Fossa dan Nilsen, 1996). Ditinjau dari aspek ekonomi, ekosistem terumbu
karang menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat pesisir di sekitarnya (Suharsono, 1998).
Kerusakan terumbu karang juga terjadi karena aktivitas pelayaran, penangkapan ikan
dan diinjak-injak oleh manusia yang melakukan aktivitas diatas terumbu karang. Perahu
motor nelayan yang sering melabuh jangkar di daerah terumbu karang, karena ada musim-
musim tertentu yang membuat para pemilik perahu motor menjadikan areal terumbu karang
sebagai pelabuhan sementara.
Ujunggenteng adalah lokasi pantai yang banyak terdapat terumbu karang. Daerah ini
selain dikenal sebagai kampung nelayan juga dikenal sebagai objek wisata bahari. Dengan
terumbu karangnya yang sampai saat ini jarang sekali dilakukan penelitian terhadap kondisi
fisik karangnya. Sehingga diperlukan suatu penelitian tentang identifikasi karakteristik
dankondisi fisik terumbu karang agar mengetahui wilayah terumbu karang yang rusak di
perairan sekitar Ujunggenteng.
Salah satu usaha pemantauan sebaran karang dapat dilakukan dengan melakukan
interpretasi citra dan pengolahan data menggunakan metode False Colour Composite dan
formula Lyzenga. Metode Lyzenga digunakan untuk memetakan objek perairan dangkal
dengan tingkat kejernihan yang homogen secara horizontal dan cahaya matahari mampu
menembus kedalaman hingga 15-20 m (Purwadhi, 2001;62)
Ujunggenteng merupakan wilayah yang terdapat banyak terumbu karang.
Ujunggenteng juga sebagai kampung nelayan yang sering menancapkan jangkar pada
terumbu karang sehingga menyebabkan kerusakan pada terumbu karang tersebut, dari latar
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
3
belakang ini bahwa perlu diidentifikasi dengan metode Lyzenga, yang dapat menghasilkan
identifikasi terumbu karang, lamun dan pasir. Metode lain juga dapat dilakukan dengan
metode konvensional, namun dengan penginderaan jauh dapat mengehemat waktu dan tenaga
lebih efisien dalam mengindetifikasi terumbu karang dengan metode Lyzenga.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori dan Konsep Karakteristik Terumbu Karang
karakteristik terumbu karang dengan metode Lyzenga ini banyak dibangun atas teori
dan konsep mulai dari konsep spasial tentang terumbu karang, teori tentang terumbu karang,
biologi terumbu karang, syarat hidup terumbu karang, persebaran terumbu karang,
pemantauan kondisi terumbu karang dan penginderaan jauh terumbu karang.
Banyak pengertian tentang terumbu karang diberikan oleh para ahli, pertama dengan
(Darwin, 1842), selanjutnya dijelaskan lagi oleh (UNESCO,1978), (Ditlev,1980)
(IUCN,1980), (Myer dan Randall, 1983), (Nybakken, 1993), (Scott, 1994) dan (Suharsono,
1996) yang telah disahkan terumbu karang sebagai sistem khas yang dilindungi. Terumbu
Karang adalah suatu sistem ekosistem yang terdiri dari hewan, tumbuhan, ikan, kerang dan
biota lainnya yang terdapat di daerah tropis yang membutuhkan cahaya matahari untuk hidup.
Kondisi yang baik untuk karang adalah mempunyai kedalaman 15-20 meter, dan dapat hidup
di kedalaman 60-70 meter dengan perkembangan yang tidak sempurna (Damanhuri,2003).
Tahapan proses pembentukan lokasi tempat terbentuknya terumbu karang dan proses
geologi serta perubahan permukaan laut dapat menyebabkan terjadinya bentuk-bentuk
terumbu karang. Morfologi terumbu karang ini akan menentukan pola sebaran dari terumbu
karang (Nybakken, 1992).
Terumbu karang menjadi tiga morfologi yaitu (Nybakken, 1992) :
1. Terumbu Karang Tepi (fringing reefs) Tipe ini umumnya berkembang di sepanjang
pantai dengan kedalaman kurang dari 40 meter. Terumbu karang ini tumbuh ke
permukaan dan ke arah laut terbuka. Pertumbuhan yang terbaik biasanya terdapat
dibagian yang cukup arus.
2. Terumbu Karang Penghalang (Barrier reefs) Terumbu karang ini berada pada jarak
yang jauh dari pantai dan dipisahkan oleh suatu laguna dengan kedalaman sekitar 40 –
75 meter dan lebar yang dapat mencapai puluhan kilometer. Terumbu karang ini
terlihat seperti membentuk sebuah penghalang.
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
4
3. Terumbu Karang cincin (atoll) Atoll merupakan terumbu karang yang membentuk
suatu cincin yang muncul dari daratan dan melingkari suatu laguna. Atoll termasuk
kedalam kategori oceanic reef dan merupakan tipe yang dijumpai di perairan terbuka.
Biologi Terumbu Karang
Terumbu karang tersusun oleh karang kelas Anthozoa, filum Cnidaria (cnide =
sengat)/Coelenterata, dan ordo Madreporaria termasuk karang hermatifik (hermatypic coral)
yaitu jenis-jenis karang yang menghasilkan kerangka karang berasal dari kalsium karbonat
(CaCO3). Selain itu filum-filum yang diatas terdapat pula alga yang menghasilkan kapur
(Kordi, 2010).
Menurut Dahuri (2003) hewan karang juga termasuk kelas Anthozoa, yang berarti
hewan berbentuk bunga (Antho artinya bunga; zoa artinya hewan). Lebih lanjut dikatakan
bahwa Aristoteles mengklasifikasikan hewan karang sebagai hewan-tumbuhan (animal
plant). Baru pada tahun 1723, hewan karang diklasifikasikan sebagai binatang. Kemampuan
menghasilkan terumbu ini disebabkan oleh adanya sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis di
dalam jaringan karang hermatifikyang dinamakan zooxanthellae. Sel-sel yang merupakan
sejenis algae tersebut hidup di jaringan-jaringan polyp karang, serta melaksanakan
fotosintesa. Hasil dari aktivitas tersebut adalah 7 endapan kalsium karbonat (CaCO3), yang
struktur dan bentuk bangunannya khas.
Syarat Hidup dan Faktor-faktor Pertumbuhan Karang
Faktor-faktor lingkungan yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup
hewan karang antara lain :
a. Cahaya Matahari
Cahaya matahari merupakan faktor paling penting dalam pertumbuhan
terumbu karang, karena cahaya matahari digunakan oleh Zooaxanthellae dalam proses
fotosintesis (Suharsono, 1998).
b. Suhu
Suhu dapat membatasi sebaran terumbu karang secara geografis. Suhu optimal
untuk kehidupan karang antara 25OC-28OC, dengan pertumbuhan optimal merata
tahunan berkisar 23OC-30OC. Pada temperatur di bawah 19OC pertumbuhan karang
terhambat bahkan dapat mengakibatkan kematian dan pada suhu diatas 33OC
menyebabkan pemutihan karang atau lebih dikenal dengan sebutan bleaching.
Bleaching yaitu proses keluarnya Zooaxanthellae dari hewan karang, sehingga dapat
menyebabkan kematian karang (Putranto, 1997).
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
5
c. Salinitas
Secara fisiologis salinitas (kadar garam) sangat mempengaruhi kehidupan
hewan karang yang memerlukan salinitas optimum bagi kehidupan karang yang
berkisar 27 ppm – 40 ppm. Karang jarang sekali ditemukan di daerah bercurah hujan
yang tinggi, perairan dengan kadar garam tinggi, dan muara sungai (Nybakken, 1998).
d. Kekeruhan dan Sedimentasi
Kekeruhan perairan dapat menghambat penetrasi cahaya yang masuk ke
perairan dan akan mempengaruhi kehidupan karang karena karang tidak dapat
melakukan fotosintesis dengan baik. Sedimentasi mempunyai pengaruh yang negatif
yaitu sedimen yang berat dapat menutup dan menyumbat bagian struktur organ
karang untuk mengambil makanan, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan
karang secara tidak langsung (Suharsono, 1998).
e. Arus (Pergerakan Air Laut)
Pergerakan air berupa ombak dan arus berperan dalam pertumbuhan karang,
karena membawa O2 dan bahan makanan serta terhindarnya karang dari timbunan
endapan dan kotoran yang akan menghambat karang dalam menangkap mangsa.
Sehingga karang dapat tumbuh baik (Putranto, 1997).
f. Angin
Angin adalah salah satu unsur meteorologi yang sangat penting diperhatikan dalam masalah
kelautan. Pola angin yang sangat berpengaruh di Indonesia adalah angin musim (monsoon).
Angin musim bergerak kearah tertentu pada suatu periode sedangkan pada periode lainnya
angin bergerak dengan arah yang berlainan. Posisi Indonesia yang diantara benua Asia dan
Australia menyebabkan angin musim sangat mempengaruhi perairan Indonesia. Angin musim
juga mempengaruhi curah hujan di Indonesia. Pada musim Barat biasanya membawa hujan
sedangkan pada musim timur sedikit membawa hujan (Nontji 1987).
Suhu Permukaan Air Laut
Suhu merupakan faktor fisika yang sangat penting bagi suatu habitat. Kenaikan suhu
akan mempercepat reaksi-reaksi kimiawi, menurut hukum Van’t Hoff kenaikan suhu 10OC
melipat duakan kecepatan reaksi (Nybakken, 1992). Sedangkan suhu permukaan laut adalah
suatu besaran panas dari permukaan laut yang dinyatakan dalam satuan OC. Suhu merupakan
indikator fisik laut yang penting karena terkait dengan proses fisiologi, reproduksi, dan
kelangsungan hidup terumbu karang (Nybakken, 1992).
Suhu permukaan sangat dipengaruhi dari energi sinar matahari dan diserap air laut
(Hastenrath, 1988). Wilayah yang paling banyak terkena sinar matahari daerah-daerah yang
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
6
memiliki intensitas sinar yang tinggi dan umumnya pada lintarng rendah atau ekuator, salah
satunya di Indonesia (Weyl,1967). Sedangkan suhu di permukaan laut di wilayah sekitar
ekuator relatif stabil karena cahaya matahari menyinari ekuator sepanjang tahun (Hutabarat
dan Evans,1984).
Persebaran Terumbu Karang
Jumlah terumbu karang terbesar ada di Coral Triangle Center, dimana kepulauan
Indonesia, Filipina, Papua termasuk di dalamnya. Semakin menjauh dari kawasan ini
perkembangan terumbu karangnya menjadi kurang baik. Menurut catatan Wells (1954) dan
Crossland (1952), terdapat 50 jenis dan ratusan spesies di Coral Triangle Center. Berbeda
dengan kawasan di lautan atlantik, hanya tercatat 36 jenis dan 62 spesies. Terumbu karang
berkembang dengan pesat di kawasan Indo-Pasifik dibandingkan dengan kawasan atlantik.
Kawasan Hawaii, Polynesia, Samoa, Indonesia hingga Indonesia menjadi pusat pertumbuhan
karang.
Pemantauan kondisi terumbu karang
Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa
kontak langsung dengan objek daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer
1997;1).
Penginderaan jauh merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data sebaran
terumbu karang dan suhu permukaan laut, metode ini dipilih karena dapat membantu
mendapatkan data-data secara luas dengan waktu yang relatif lebih cepat jika dibandingkan
dengan metode survei sehingga hanya diperlukan sampling atau validasi lapang untuk
mengetahui keakuratan data.
Citra Landsat dapat mengidentifikasi sebaran terumbu karang dengan menggunakan
algoritma Lyzenga (1978). Model yang diadaptasi dengan menggunakan citra landsat 5-TM
dan citra landsat 8-OLI. Metode ini hampir serupa dengan interpretasi namun ditambahkan
dengan koreksi badan air yang akan dihasilkan sebuah citra baru dengan histogram yang
memiliki frekuensi bervariasi dari tiap-tiap nilai dijital yang terdapar di citra tersebut.
Penginderaan Jauh Terumbu Karang
Memanfaatkan penginderaan jauh memang sangat baik dan akurasi luasannya cukup
tinggi. Tetapi pantulan dasar perairan tidak dapat diamati secara langsung pada citra satelit
karena dipengaruhi oleh serapan dan hamburan pada lapisan permukaan air. Pengaruh ini
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
7
dapat dihitung, jika setiap titik di suatu wilayah diketahui kedalaman dan karakateristik optis
airnya, maka pada lautan yang luas, sifat optis air ini dianggap seragam akibat pencampuran
horizontal,sedangkan kedalama air sangat bervariasi dan secara umum tidak dapat diketahui
pada tempat tersebut.
Prinsip ini mendasari Lyzenga (1978) untuk mengembangkan teknik penggabungan
infromasi dari beberapa saluran spektral untuk menghasilkan indeks pemisah kedalaman
(depth-invariant index) dari material penutup dasar perairan. Parameter yang dimasukkan
dalam algoritma ini adalah perbandingan antara koefisien pelemahan air (water attenuation
coefficient) pada beberapa spektral. Algoritma ini menyadap informasi material penutup
dasar perairan berdasakan kenyataan bahwa sinyal pantulan dasar mendekati fungsi linier dari
pantulan dasar perairan dan merupakan fungsi eksponesial dari kedalaman.
Jika dasar perairan laut dangkal dapat terlihat, maka dapat dibentuk suatu hubungan
antara kedalaman perairan dengan sinyal pantul yang diterima oleh sensor. Rumus yang
dijadikan acuan adalah Ekponesial Attenuation Model :
Li (H) = Li∞ + (Ai-Li∞) – 2KiH
Keterangan :
Li (H) adalah pantulan pada band idengan kedalaman H (m)
Li&infin adalah pantulan dari laut dalam pada band I;
Ai adalah albedo dasar pada band i
H adalah kedalaman perairan (m)
Ki adalah koefisien atenuasi air pada band i (m-1)
UNESCO (2009) menyebutkan bahwa cara perhitungan rasio attenuation coefficient
adalah dengan rumus:
𝑘𝑖𝑘𝑗− 𝑎 + 𝑎! − 1
Nilai a dapat dihitung dengan rumus:
𝑎!"! !"#$"%& !!!"#$"%& !
! ! !"#$%&$'( !"
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
8
Aktivitas Masyarakat Dalam Ekosistem Terumbu Karang
Masyarakat Kepulauan Indonesia sudah tidak asing dengan terumbu karang, saat ini
terumbu karang masih menjadi bagian hidup masyarakat pesisir di kepulauan Indonesia.
Aktivitas budidaya rumput laut, pemijahan ikan, dan pariwisata menjadi daya tarik tersendiri
bagi masyarakat dalam memanfaatkan terumbu karang.
Perairan sekitar pantai Ujunggenteng, terumbu karang merupakan elemen kehidupan
masyarakat yang memiliki pengaruh penting terhadap kehidupan masyarakat sekitar.
Kawasan terumbu karang menjadi tempat yang terbaik untuk melakukan penangkapan ikan-
ikan karang yang memang selama ini menjadi potensi utama di desa Ujunggenteng dimana
mata pencaharian sebagian besar warga disana. Selain itu, wilayah ini mempunyai potensi
rumput laut di sekitar kawasan pesisir pantai Ujunggenteng yang di panen oleh masyarakat
pada kawasan terumbu karang. Potensi pariwisata juga memiliki nilai jual tersendiri karena
menjual keindahan terumbu karang dan pantai sekitar Ujunggenteng.
METODE PENELITIAN
Kerangka Penelitian
Sebaran Terumbu Karang
Perairan Ujunggenteng
Identifikasi Terumbu Karang
Karang Hidup Non-Terumbu Karang
Angin Timur Angin Barat
Suhu Permukaan Laut
Kecepatan arus Permukaan Laut
Karang mati
Karakteristik Terumbu Karang pada perairan sekitar Ujung Genteng
Oseanografi
Faktor fisik
Salinitas
Aktifitas Manusia
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
9
Gambar 1
Penelittian dilakukan dengan mengidentifikasi sebaran terumbu karang di perairan
sekitar Ujunggenteng. Dari sebaran tersebut kita dapat mengetahui keadaan karang yang mati
dan hidup, lamun dan pasir untuk di indentifikasi dan melihat karakteristik serta kondisi fisik
terumbu karang tersebut.
Pengumpulan Data Sekuder dan Primer
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
No Jenis Data Sumber Data
1 Sebaran Terumbu Karang
Pengolahan Citra Landsat 5-TM dan 8 OLI Tahun 2010 dan 2015
2 Suhu Permukaan Laut Pengolahan Citra Landsat 5-TM dan 8 OLI Tahun 2010 dan 2015
3 Penggunaan Tanah BIG 2013
4 Salinitas Survey Lapang
5 Arus Permukaan Laut Earth.nullschool.net
Sebaran Terumbu Karang Perairan Sekitar Ujung Genteng
Data ini diperoleh dengan mengolah data citra Landsat 5 dan Landsat 8. Pengolahan
ini menggunakan formula Lyzenga. Setelah dilakukan pengolahan akan didapatkan
identifikasi terumbu karang di sekitar perairan Ujung Genteng. Citra landsat yang digunakan
adalah:
JenisCitra Path/Row Waktuperekaman
Landsat5-TMdan8-OLI
122/65 29Juli2009
122/65 1Agustus2010
122/65 29-Sep-14
122/65 15Agustus2015
122/65 3-Nov-15
Data Primer
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
10
Data primer yang dibutuhkan yaitu kondisi karang eksisting di Ujung Genteng yang
dilakukan dengan cara survei lapang dan ploting dengan menggunakan GPS. Titik sampel
salinitas, suhu permukaan laut dari citra Landsat kemudian dilakukan verifikasi lapangan.
Survei lapangan dilakukan dua kali untuk melakukan pengecekan terhadap kondisi
fisik terumbu karang di sekitar perairan Ujung Genteng. Metode survey terumbu karang yang
digunakan adalah menggunakan metode ploting titik sampel dan Rapid Reef Resource
Inventory yaitu mengetahun sebaran terumbu karang dari hasil dijitasi dan survey lapangan.
Metode ini sangat bagus jika dipadukan dengan hasil pengolahan citra karena metodenya
sama dengan metode ground check atau verifikasi di lapangan. Metode ini sangat efektif jika
digunakan pada wilayah yang sangat luas.
Pengolahan Data
Pengolahan data Citra Landsat 8 menggunakan metode Lyzenga. Pengolahan ini
dilakukan untuk melihat persebaran dan kondisi terumbu karang pada tahun 2014 dan 2015.
Proses pengolahan citranya adalah sebagai berikut:
A. Menampilkan citra dalam format Red Green Blue (RGB) false colour band 532
pada Landsat 8 untuk melihat perseberan terumbu karang dan kondisi fisik
terumbu karang. Band 4 atau 5 digunakan untuk melihat materi biomasa dan
deliniasi terumbu karang. Band 2 atau 3 untuk tingkat kesuburan vegetasi dan
band 1 atau 2 untuk kecerahan air.
B. Koreksi radiometrik
Koreksi radiometrik dilakukan untuk memperbaiki citra akibat adanya
kesalahan radiometrik. Kesalahan ini akibat adanya kesalahan pada system ini
dikarenakan gangguan radiasi elektromagnetik dari atmosfer dan pengaruh sudut
elevasi matahari.
C. Cropping
Langkah selanjutnya adalah pemilihan wilayah yang akan dianalisis
(cropping). Tujuannya agar data yang diolah tidak terlalu besar, karena akan
memakan waktu yang lamadalam proses pengolahan citranya. Untuk penelitian ini
Area Of Interest (AOI) nya adalah perairan sekitar Ujung Genteng.
Informasi memasukkan rumus Lyzenga untuk mendapatkan kondisi kelautan.
Pada tahap ini pendekatan algoritma dilakukan dengan menggunakan koefisien
data dari Landsat 5 band 1 dan 2 serta landsat 8 band 2 dan band 3 untuk
dikombinasikan secara logaritma dan dihasilkan band baru. Tahap berikutnya
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
11
adalah melakukan masking area untuk memisahkan antara daratan dan laut.
Melakukan digitasi untuk menentukan terumbu karang yang kemudian kita akan
mendapatkan kawasan terumbu karang sehat, mati, lamun dan pasir.
Setelah data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data sebagai berikut ;
1. Melakukan pengolahan citra Landsat 8 OLI untuk mendapatkan data sebaran
terumbu karang menggunakan algoritma Lyzenga (1978) dengan persamaan
sebagai berikut (lihat gambar 3.4):
Sebaran Terumbu Karang = In(TM 1) + {!"!"
x In(TM 2)}
Keterangan:
OLI 1 = Band 2 (biru)
OLI 2 = Band 3 (hijau) !"!"
= Koefisien atenuasi
Keterangan:
Agoritma Lyzenga: In(B2) + 𝑘𝑖/𝑘𝑗* In(B3) B2: Gelombang 1 atau kanal biru B3: Gelombang 2 atau kanal hijau Ki/kj: 𝑎!+√(𝑎!+1)
𝑎! : (!"# !!!!"# !!)!∗(!"#$% !" !")
1.
Mulai
Landsat Band 2 dan 3
terkoreks
Menentukan batas Darat dan Laut
Pemrosesan citra dengan Algoritma Lyzenga
Histogram nilai piksel
Klasifikasi Terbimbing
Lyzenga
Selesai
Pengukuran nilai-nilai dijital kanal
1 dan 2 untuk mendaptkan ki
dan kj
Perhitungan nilai a
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
12
2. Melakukan Pengolahan Citra Landsat 8 untuk mendapatkan data suhu permukaan laut
(SPL) menggunakan persamaan sebagai berikut (lihat gambar 3.5)
a. Konservasi digital number menjadi radiance spectral
dengan rumus:
Lχ = 0,0370588 * Digital Number + 32
Keterangan:
Lχ = Radiance spectral
b. Konservasi radiance spectral ke temperatur dengan rumus:
T = (𝑘2 )/(𝐼𝑛(!!!"+ 1)
Keterangan:
T = Temperatur
Lχ = Radiance spectral
K2 = 1282,71
K1 = 666,09
c. Konservasi temperatur ke temperatur permukaan laut
dengan rumus (Trisakti dkk, 2004):
SST = 0,00684 𝑇! + 137,59 T – 1161,2
Keterangan:
T = Temperatur
SST = Suhu Permukaan Laut
Mulai
Landsat Band 10
terkoreksi
Cropping awan
Konversi Radiance Spectral
Konversi ke temperatur
Konversi ke suhu permukaan laut
Klasifikasi dengan density
slice
Selesai
Gambar 2 Prosedur Lyzenga (Syamsuddin,2014)
Gambar 3 Prosedur untuk mendapatkan Suhu Permukaan Laut
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
13
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode sebagai berikut:
Analisis Spasial
Analisis spasialnya dengan menggunakan gugusan luasan terumbu karang, serta
beberapa peta tematik digabungkan dan diidentifikasi keterkaitan diantaranya yang
berhubungan dengan keruangan, seperti luasan, dan lokasi objek Lyzenga. Cara
menggabungkan peta tersebut adalah dengan melakukan overlay, sehingga hubungan antara
setiap peta dapat terlihat dengan jelas.
Data perubahan luas terumbu karang yang digunakan didapat dari pengolahan data
citra Landsat 5-TM dan 8 OLI. Perubahan luasan terumbu karang berupa persentase dengan
rumus:
% perubahan luas = !"#$%$& !"#$ !"#$%&$ !"#"$%!"#$ !"!# !"#$%&$ !"#"$%
x 100%
Analalisi Deskriptif
Penggambaran deskriptif digunakan mengenai karakteristik lokasi terumbu karang
diperairan sekitar Ujunggenteng mulai dari tahun 2010 dan 2015. Analisis deskriptif ini
menggunakan data primer dan hasil survei terhadap pertumbuhan terumbu karang disekitar
perairan Ujunggenteng.
Kedua analisis ini digunakan untuk menjawab pertanyaan peneltian pada rumusan
masalah mengenai perubahan kondisi terumbu karang di Ujunggenteng dan apa yang
menyebabkan kerusakan tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Fisik Terumbu Karang
Kondisi fisik terumbu karang pada penelitian ini di Ujunggenteng merupakan terumbu
karang tepi (fringing reefs) yang dibagi menjadi 3 gugusan terumbu karang yaitu A,B dan C.
Luas terumbu karang A sebesar 59,07 Ha, sedangkan terumbu karang B mempunyai luas
53,11 Ha dan terumbu karang C memiliki luas 96.46 Ha. Karang tipe ini berkembang di
sepanjang pantai dengan kedalaman kurang dari 40 meter, dan terumbu karang di
Ujunggenteng tumbuh ke permukaan laut dan ke arah laut terbuka. Terdapat tutupan terumbu
karang yang tergantung pada keadaan fisik seperti angin musim barat dan timur. Pada
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
14
umumnya ada faktor yang mempengaruhi hidup terumbu karang meliputi tiga bagian yaitu
suhu permukaan laut, arus permukaan laut dan salinitas yang ditetapkan dengan metode
Lyzenga.
Suhu Permukaan Laut
Gambar 4
Suhu permukaan laut Bulan Juli tahun 2009 dapat diketahui pada gambar 4 dibagi
menjadi 8 kelas, suhu rata-rata pada bulan Juli Tahun 2009 adalah 25,3OC. Gugusan terumbu
karang A mempunyai suhu permukaan laut sebesar 26-28OC dengan kelas warna kuning,
Pada gugusan terumbu karang B dan terumbu C terdapat 3 variasi kelas suhu permukaan laut
yang pertama yaitu 24-26 ͦ c, 26-28 ͦ c 28-30OC, semakin kearah daratan suhunya semakin
bertambah tinggi dengan nilai 28OC hingga 30OC. Hal ini dikarenakan mendekati
permukiman warga.
Suhu permukaan laut pada bulan agustus tahun 2010 mempunyai suhu rata-rata
dengan nilai suhu permukaan laut 23OC. Gugusan terumbu karang A-B-C suhu permukaan
laut bernilai 22-24OC dan semakin kearah lautan lepas suhu semakin bervariasi sekitar 22-
26OC. Keadaan ini dapat terjadi karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi kondisi fisik
perairan di sekitar Pantai Ujunggenteng. Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan
dari daerah pesisir menuju laut lepas.
Suhu permukaan laut pada bulan agustus tahun 2010 mempunyai suhu rata-rata
dengan nilai suhu permukaan laut 23OC. Gugusan terumbu karang A-B-C suhu permukaan
laut bernilai 22-24OC dan semakin kearah lautan lepas suhu semakin bervariasi sekitar 22-
26OC. Keadaan ini dapat terjadi karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi kondisi fisik
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
15
perairan di sekitar Pantai Ujunggenteng. Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan
dari daerah pesisir menuju laut lepas.
Gambar 5
Suhu permukaan laut Bulan September Tahun 2014, gugusan terumbu karang yaitu
terumbu karang A, terumbu karang B dan terumbu karang C mempunyai suhu rata-rata
24,3OC, pada gugusan terumbu karang A mulai dari lepas samudera menuju daratan memiliki
nilai suhu 22-32OC. Sedangkan gugusan karang kedua dan ketiga yaitu terumbu karang B
serta C suhu permukaan lautnya didominasi dengan nilai antara 28-30OC, suhu rata-rata pada
bulan september lebih rendah dari pada suhu bulan yang lain. Ujunggenteng yang merupakan
perairan terbuka yang banyak dipengaruhi oleh lautan lepas samudera yang berarus keras.
Adanya arus ini menimbulkan pergerakkan massa air menuju Samudera Hindia yang
bergerak kearah terumbu karang Ujunggenteng dapat menyebabkan upwelling dingin
sehingga suhu perairan sekitar pantai Ujunggenteng menjadi rendah. Upwelling adalah
penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Akibat penaikan ini
membawa air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi dan zat-zat hara yang naik ke
permukaan. Proses Upwelling ini terjadi penurunan suhu permukaan laut serta tingginya
kandungan zat hara dibandingkan daerah sekitarnya, Upwelling di perairan selatan jawa
daerah Ujunggenteng bersifat musiman terjadi pada musim timur (Mei-September).
Suhu permukaan laut pada Bulan Agustus Tahun 2015 mempunyai suhu permukaan
rata-rata 25,3OC, suhu permukaan laut pada perairan sekitar Ujunggenteng mempunyai
variasi suhu dengan nilai suhu 20 ͦ c hingga 30OC, pada gugusan karang A dan B suhu
permukaan laut di karang bernilai 22-32O C, dapat diketahui semakin kearah daratan
mendekati permukiman warga suhunya semakin naik, dan pada terumbu karang C suhu
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
16
antara 20-28OC. Umumnya kondisi suhu di pesisir lebih tinggi dari daerah laut yang suhunya
relatif lebih rendah dan stabil. Rendahnya kisaran suhu di perairan laut karena faktor
kedalaman sehingga sinar matahari tidak dapat menembus perairan, dibandingkan dengan di
perairan muara dan pesisir yang kedalamannya rendah sehingga sinar matahari dapat
menembus perairan dan membuat perairan menjadi hangat.
Gambar 6
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa suhu permukaan laut di tiap terumbu karang
mempunyai variasi nilai suhu di setiap tahunnya. Terjadi kenaikan dan penurunan nilai suhu
permukaan lautnya, pada tahun 2009,2010,2014,2015. Terumbu karang A nilai suhu
permukaan berkisar antara 24 sampai 27OC. Terumbu karang B suhu permukaan laut di
Ujunggenteng berkisar antara 24 sampai 25OC. Terumbu karang C mempunyai suhu
permukaan laut bernilai antara 22-25OC.
Arus Permukaan Laut
Gambar 7
Pada data grafik diatas di peroleh kecepatan arus pada Bulan juni kecepatan arus
permukaan laut 0.14 m/s setelah itu pada Bulan Juli arus permukaan laut di perairan sekitar
Ujunggenteng berkecepatan 0.13 m/s. Pada periode November-Desember lecepatan arus
permukaan laut di sekitar Pantai Ujunggenteng mulai naik dengan nilai 0.16 m/s dikarenakan
angin musim timur pada Tahun 2010.
Data diatas menunjukkan data arus dengan nilai kecepatan yang bervariasi selama
satu tahun selama tahun 2015 yang fluktuaktif, pada bulan Januari kecepatan arus permukaan
26 24 24 27 25 23 24 25 25 22 25 24
05
1015202530
A A A A B B B B C C C C
200920102014201520092010201420152009201020142015
Suhu
(oC)
NamaKarang/Tahun
00.10.20.30.4
Juni Juli November Desember
m/s
Bulan
00.5
m/s
Bulan
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
17
laut perairan sekitar Ujunggenteng 0.3 m/s. Pada bulan februari dan maret nilai kecepatan
arusnya sama sebesar 0.2 m/s juga disebabkan oleh angim musim barat yang menuju tenggara
biasanya terjadi musim hujan, sedangkan pada bulan juni, juli, agustus pada Tahun 2015 di
perairan sekitar Pantai Ujunggenteng kecepatan arus permukaan lautnya antara 0.15 m/s
sampai 0.8 m/s yang cenderung menurun kerena terjadi musim timur yang menyebabkan
angin berhembus dari tenggara menuju barat daya, faktor ini juga dapat mempengaruhi
kecepatan arus permukaan laut di perairan sekitar Pantai Ujunggenteng.
Salinitas
Gambar 8
Terdapat 15 titik sampel yang diambil pada survey penelitian pada bulan April tahun
2016, dengan nilai salinitas di terumbu karang Ujung Genteng ini mempunyai range nilai 29
sampai 31 PPT.
Sebaran Terumbu Karang Tahun 2010
Luasan Terumbu Karang Tahun 2010 Nama Objek Luas (m2) Persen(%)
Nilai Karang 552.975,35 33.88 Pasir 452.360,63 27.71 Lamun 627.061,14 38.41
Total 1.632.397,12 100.00 Hasil klasifikasi citra yang menggunakan Algoritma Lyzenga Tahun 2010
ditunjukkan pada peta 8. Hasil klasifikasi menjelaskan serta menggambarkan bahwa
Terumbu Karang di Ujunggenteng di dominasi oleh lamun dengan luasan persentase berkisar
38,41%. sedangkan 27,71% terdiri atas pasir dan terumbu karang memiliki luasan persentase
33,88% termasuk terumbu karang hidup dan mati.
Pada terumbu karang Ujunggenteng seluruh gugusan terumbu karang mempunyai luas
yang bervariasi. Secara umum, semakin luas rataan karang dan pasir yang ada, maka sebaran
terumbu karang akan semakin luas, karena terumbu karang akan mengikuti paparan benua
2829303132
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PPT
Sampel
NilaiSalinitasAprilTahun2016
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
18
dari pulau. Selain itu, luas yang bervariasi ini juga disebabkan kedalaman yang berbeda-beda.
Terumbu karang di Ujunggenteng memiliki wilayah rataan karang terdiri dari pasir lamun
maupun karang mati ataupun patahan-patahan karang dengan kedalaman bervariasi dari 50
cm, pada pasang terendah hingga 1 meter pada jarak sejauh 100 meter hingga 150 meter dari
garis pantai.
Sebaran Terumbu Karang Tahun 2015 Luasan Terumbu Karang Tahun 2015
Nama Objek Luas (m2) Persen(%) Terumbu Karang 617.389,86 36.98 Pasir 203.388,03 12.18 Lamun 848.776,46 50.84 Total 1.669.554,36 100.00
Hasil klasifikasi citra dengan Algoritma Lyzenga Tahun 2015 ditunjukkan pada peta
9. Hasil klasifikasi menjelaskan dan menggambarkan bahwa perairan sekitar Ujunggenteng di
dominasi oleh padang lamun dengan persentase luasan berkisar 50,84%. Sedangkan pasir
memiliki luas persentase 12,18% dan terumbu karang memiliki luasan persentase 36.98%
yang terdiri dari terumbu karang hidup dan mati.
Pola persebaran terumbu karang Tahun 2015 tidak memiliki perbedaan dengan pola
Tahun 2010. Terumbu karang umumnya terdapat di sekitar dan mengelilingi sepanjang garis
pantai hingga ke tubir. Polanya tergolong kepada pola linear yang sejajar dengan garis pantai.
Pola terumbu karang ini mengikuti morfologi dari gugusan pulau utamanya.
Klasifikasi Perubahan Luas Terumbu Karang
Perubahan Luasan Terumbu Karang 2010-2015 Nama Objek Luas (m2) Persen(%)
Nilai karang hidup 214156.99 11.53 Nilai karang mati 432977.27 23.31 Pasir dan lamun 1210335.51 65.16 Total 1857469.77 100
Pada tahun 2010 hingga 2015 karang hidup dan mati dan luasan lamun serta pasir
bertambah, namun terumbu karang mati luasannya lebih besar dari luasan terumbu karang
hidup, dan luasan terumbu karang mati bertambah dari tahun 2010 hingga 2015, dari luasan
terumbu karang yang mati bertambah menunjukkan kondisi fisik terumbu karang di sekitar
perairan Ujunggenteng mengalami kerusakan yang sangat tinggi. Terdapat terumbu karang
mati di bagian dekat tubir yang langsung menghadap ke arah samudera sehingga tergerus
oleh kecepatan arus permukaan laut serta faktor yang mempengaruhi seperti salinitas, suhu
permukaan laut dan faktor manusia yang sangat berpengaruh terhadap kerusakan terumbu
karang.
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
19
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Terumbu Karang di Perairan Sekitar
Ujunggenteng
Kehidupan masyarakat Kecamatan Ciracap, Desa Ujunggenteng bergantung dari
sumber daya lautnya dan sumber wisata penginapan, dimana disana banyak warga yang
pekerjaannya menajdi nelayan dan membuat penginapan sebagai tempat hunian bagi para
wisatawan. Sehingga banyak pengaruh langsung dari masyarakat terhadap kehidupan
terumbu karang di perairan sekitar Ujunggenteng. Faktor yang mempengaruhi terdiri dari
faktor fisik dan faktor aktivitas manusia, khususnya kegiatan perikanan dan budidaya rumput
laut. Faktor fisik terdiri dari suhu permukaan laut, salinitas, suhu permukaan laut yang tidak
terlalu berpengaruh banyak terhadap kerusakan dan kehidupa terumbu karang di perairan
sekitar Ujunggenteng. Faktor manusia yang sangat berpengaruh teradap rusaknya terumbu
karang di perairan sekitar Ujunggenteng karena aktivitas yang berlangsung di wilayah
terumbu karang perairan sekitar Ujunggenteng. Hasil overlay peta menunjukkan bahwa
perubahan luasan terumbu karang mati dari tahun 2010 hingga 2015 bertambah diakibatkan
faktor manusia.
Hubungan Terumbu Karang dengan Aktivitas Manusia
Berdasarkan hasil sensus penduduk, jumlah penduduk di Kecamatan Ciracap tahun
2014 sebanyak 51.068 jiwa, terdiri dari laki-laki 25.333 jiwa dan perempuan 25.735 jiwa.
Desa Ujunggenteng mempunyai jumlah penduduk sebanyak 4.630 jiwa, terdiri dari laki-laki
2.357 jiwa dan perempuan 2.273 jiwa (BPS, 2014). Desa Ujunggenteng sebagian besar
masyaraktnya berprofesi sebagai nelayan atau 85% dari total jumlah penduduk di Desa
Ujunggenteng, aktivitas masyarakat di Desa Ujunggenteng sangat berpengaruh terhadap
kehidupan terumbu karang di sekitar perairan pantai Ujunggenteng.
Aktivitas nelayan dan warga yang berwisata sangat mengganggu kehidupan terumbu karang
karena terinjak-injak yang mengakibatkan terumbu karang patah, serta menghalangi cahaya
masuk ke dalam laut dan menghambat pertumbuhan terumbu karang
Jarak Terumbu Karang dari Permukiman
Karang Jarak (m) A 20 m B 50 m C 150 m
No Jenis Luasan Tahun 2010 m2
Luasan Tahun 2015 m2 Status
1 Karang Hidup 161,594.58 139.698,65 Berkurang 2 Karang Mati 348,245.86 477.691,21 Bertambah
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
20
3 Lamun 627,061.14 848.776,46 Bertambah 4 Pasir 452,360.63 203.388,03 Berkurang
Total 1589262.21 1.669.554,35 Dari tabel luasan terumbu karang tahun 2010 dan 2015 dapat ditunjukkan bahwa
luasan karang hidup dan mati bertambah namun, luasan terumbu karang mati tahun 2010
lebih besar dibandingkan dengan luasan terumbu karang hidup di tahun 2015. Faktor utama
yang menyebabkan terumbu karang perairan sekitar Ujunggenteng adalah aktivitas manusia
seperti wisatawan yang berlibur atau berenang dan nelayan yang menginjak-injak terumbu
karang tersebut untuk mencari ikan dan rumput laut..
Sehingga menyebabkan terumbu karang patah dan mati, selain itu juga sekitar pantai
Ujunggenteng banyak dibangun penginapan dan tempat kuliner sehingga banyak warga yang
melakukan aktivitas di sekitar perairan Ujunggenteng yang menjadi faktor utama dalam
kerusakan terumbu karang di Ujunggenteng dan bertambahnya terumbu karang mati dari
luasan 348.245,86 m2 menjadi 477.691,21m2 pada tahun 2015, sehingga terjadi penambahan
luasan terumbu karang mati sekitar 129.445,35 m2 .
KESIMPULAN
Lyzenga dapat menghasilkan identifikasi terumbu karang hidup dan mati pada
perairan sekitar Ujunggenteng. Karakteristik lokasi pada terumbu karang A pada perairan
Ujungenteng yang berjarak 20 meter dari area permukiman dengan suhu permukaan laut
yaitu 25,5OC dan salinitas sebesar 30ppt, mempunyai terumbu karang mati, lamun dan pasir.
Pada gugusan terumbu karang B yang berjarak 50 meter dari area permukiman, suhu
permukaan laut yaitu 24,25OC dan salinitas sebesar 30ppt, didominasi oleh lamun dan
terumbu karang mati yang lebih besar dari terumbu karang A, karena di terumbu karang B
adalah tempat aktivitas manusia untuk wisata bahari yang dekat dengan permukiman nelayan
dan perhotelan. Pada terumbu karang C dengan jarak 150 meter dari area permukiman, suhu
permukaan laut yaitu 24OC dan salinitas 30ppt, terdapat terumbu karang mati, terumbu
karang hidup dan lamun, namun disini terumbu karang mati lebih banyak dari terumbu
karang A dan B karena pada gugusan terumbu karang ini sebagai tempat para nelayan untuk
memanen hasil rumput laut yang menyebkan terumbu karang rusak akibat aktivitas diatas
terumbu karang.
Faktor yang mempengaruhi kerusakan terumbu karang di perairan sekitar
Ujunggenteng adalah faktor fisik dan faktor manusia. Faktor fisik yaitu suhu permukaan laut,
arus permukaan laut, dan salinitas. Faktor manusia adalah faktor yang paling berpengaruh
terhadap kerusakan terumbu karang di perairan sekitar Ujunggenteng, yang mengalami
kenaikan luasan terumbu karang mati sebesar 129.445,35 m2 dari luasan 348.245,86 m2
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
21
terumbu karang mati pada tahun 2010 menjadi 477.691,21 m2 pada tahun 2015. Sedangkan
terjadi penurunan pada terumbu karang hidup sebesar 21.895,93 m2 dari luasan 161.594,58
m2 terumbu karang hidup pada tahun 2010 menjadi 139.698,65 m2 pada tahun 2015.
Karakteristik dan ..., Krisna Darma Putra Wangsa, FH UI, 2016
Recommended