View
15
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SUPLEMENTASI ZINC PADA BALITA
TERKENA DIARE DI INSTALASI RAWAT INAP DI PUSKESMAS
KARANGJATI NGAWI
Oleh :
AFIFAH NURMALA SAWITRI
NIM : 201605001
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
i
KARYA TULIS ILMIAH
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SUPLEMENTASI ZINC PADA BALITA
TERKENA DIARE DI INSTALASI RAWAT INAP DI PUSKESMAS
KARANGJATI NGAWI
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Ahli Madya Farmasi (A.Md.Farm)
Oleh :
AFIFAH NURMALA SAWITRI
NIM : 201605001
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan
layak untuk mengikuti Ujian Sidang
KARYA TULIS ILMIAH
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SUPLEMENTASI ZINC PADA BALITA
TERKENA DIARE DI INSTALASI RAWAT INAP DI PUSKESMAS
KARANGJATI NGAWI
Menyetujui,
Pembimbing II
Hendri Harianto, dr., M.Kes
NIP. 19701209 200701 1 012
Menyetujui,
Pembimbing I
Rahmawati Raising, M.Farm Klin., Apt
NIS. 20180150
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Farmasi
Novi Ayuwardani, M.Sc., Apt
NIS. 20150128
iii
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (KTI) Program Studi
Diploma III Farmasi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan dinyatakan telah
memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Diploma III Farmasi (A.Md., Farm)
Pada Tanggal 10 September 2019
Dewan Penguji
1. Vevi Maritha M.Farm., Apt : .....................................
Dewan Penguji
2. Rahmawati Raising M.Farm.Klin., Apt : .....................................
Penguji I
3. Hendri Harianto, dr., M.Kes : .....................................
Penguji II
Mengesahkan
Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid)
NIS. 20160230
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia nikmat serta hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini yang berjudul EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SUPLEMENTASI
ZINC PADA BALITA TERKENA DIARE DI INSTALASI RAWAT INAP DI
PUSKESMAS KARANGJATI NGAWI dengan lancar dan tepat waktu. Tujuan
dari penyusunan karya tulis ilmiah ini sebagai persyaratan tugas akhir dalam
memperoleh gelar A.Md.Farm (Ahli Madya Farmasi) di Program Studi Farmasi
STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun.
Selesainya penyusunan penelitian ini tidak lepas dari bantuan, support,
arahan dan bimbingan banyak pihak. Oleh sebab itu saya sampaikan terima kasih
kepada :
1. Orang tua dan keluarga atas segala doa dan dukungan serta nasehat-
nasehatnya.
2. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKes Bhakti
Husada Mulia Madiun, yang telah memberikan kesempatan untuk
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Novi Ayuwardani, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi DIII
Farmasi STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun, yang juga telah
memberikan kesempatan untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Vevi Maritha, M. Farm., Apt selaku Dewan Penguji pada Karya Tulis
Ilmiah saya, dan memberi masukan untuk menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
v
5. Ibu Rahmawati Raising, M. Farm.Klin., Apt selaku Dosen Pembimbing 1
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah banyak meluangkan waktu
untuk memberikan arahan, petunjuk, serta bimbingan bagi penulis selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak Hendri Harianto, dr., M.Kes selaku Dosen Pembimbing 2 penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini yang juga telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan arahan, petunjuk, serta bimbingan bagi penulis selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Y.ts Warta Indelphihero Alamsyah Putra yang setia menemani,
mensupport dan selalu memberi semangat saya selama penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini.
8. Teman-teman Farmasi angkatan 2016 yang telah memotivasi dan
mendengarkan keluh kesah saya.
Meski demikian, saya sadar bahwa saya masih banyak kesalahan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh sebab ini saya sangat terbuka menerima
kritik dan saran untuk membantu dalam memperbaiki kekurangan dari proposal
Karya Tulis Ilmiah ini. Dan saya mohon maaf atas kekurangan tersebut.
Madiun, 03 September 2019
Penyusun
NIM.
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Afifah Nurmala Sawitri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Ngawi, 29 Maret 1998
Agama : Islam
Alamat : Rt/Rw. 07/02, Dsn. Bangon, Ds/Kec. Karangjati,
Kab. Ngawi
Email : afifahnurmala98@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1) 2003-2004 : TK Islam Terpadu ASY-
SYAFA’AH
2) 2004-2010 : SDN Karangjati 1
2) 2010-2013 : SMPN 1 Karangjati
3) 2013-2016 : SMAN 1 Karangjati
viii
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SUPLEMENTASI ZINC PADA BALITA TERKENA
DIARE DI INSTALASI RAWAT INAP DI PUSKESMAS KARANGJATI NGAWI
Afifah Nurmala Sawitri
Program Studi Diploma III Farmasi, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun
Email : afifahnurmala98@gmail.com
ABSTRAK
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kemadian dan kesakitan tertinggi pada anak kurang
dari 5 tahun. Saat terjadi diare tidak disadari bahwa terjadi pengeuaran zinc yang cukup bermakna.
Sehingga jumlah zinc di dalam tubuh menurun. Kita ketahui zinc dapat mempercepat repitelisasi
jaringan yang mengalami kerusakan, meningkatkan imunitas dan mempercepat penyembuhan
diare, sehingga pemberian zinc akan mempercepat lama rawat inap di Rumah Sakit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian terapi
suplementasi zinc pada balita terkena diare di Puskesmas Karangjati Ngawi.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non-eksperimental obsevasional dengan rancangan
penelitian yang dilakukan secara retrospektif karena data yang digunakan tidak diambil pada saat
penderita menjalani rawat inap malainkan dari data rekam medis pasien periode tertentu.
Dari perhitungan Lama Rawat Inap diperoleh hasil rata-rata hari rawat inap selama 3-4 hari
dengan pemberian terapi suplementasi zinc, dan yang tidak diberikan terapi suplementasi zinc
diperoleh hari rawat inap selama 5 hari. Jadi, antara yang diberikan terapi suplementasi zinc lama
rawat inapnya lebih cepat daripada yang tidak diberikan terapi suplementasi zinc.
Kata Kunci : Terapi suplementasi Zinc, Balita, Diare.
ix
THE EFFECTIVENESS OF THE USE OF ZINC SUPLEMENTATION ON THE
TODDLER EXPOSED DIARRHEA IN INSTALLS HOSPITALIZATION IN HEALTH
CENTERS KARANGJATI NGAWI
Afifah Nurmala Sawitri
Diploma III Pharmacy Study Program, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun
Email : afifahnurmala98@gmail.com
ABSTRACT
Diarrhea is still a public health problem in developing countries, including Indonesia.
Diarrhea is one of the highest cause of mortality and morbidity in under five years children. When
diarrhea occurs, some of zinc release from the body. It make zinc in your body decreases. As we
know, zinc can accelerate repithelization on injured tissue, increase the immunity and speed up the
healing of diarrhea, thus zinc supplementasion in child with diarrhea would be accelerate the
duration of hospitalization.
The purpose of this study was to determine the effectiveness of zinc supplementation
therapy in infants affected by diarrhea in Karangjati Ngawi Health Center.
This study is a non-experimental observational study with a retrospective study design
because the data used are not taken when the patiens is hospitalized but from the medical record
data of patiens in a certain period.
From the calculation of Length Of Stay, the average day of hospitalization for three to four
days were given zinc supplementation therapy, and those not given zinc supplementation therapy
were obtained for five days inpantient. So, among those given zinc supplementation therapy the
duration of hospitalization was faster than those not given zinc supplementation therapy.
Keywords : Zinc supplementation therapy, toddler, diarrhea.
x
DAFTAR ISI
Sampul Depan
Sampul Dalam ...................................................................................................... i
Lembar Persetujuan ............................................................................................. ii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................... iv
Lembar Pernyataan............................................................................................. vi
Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................. viii
Abstract .............................................................................................................. ix
Daftar Isi.............................................................................................................. x
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiii
Daftar Gambar .................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Diare Pada Balita ................................................................. 5
xi
2.1.1 Definisi ................................................................................... 5
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Anak ....... 6
2.1.3 Prinsip Penanganan Diare ....................................................... 7
2.1.4 Penatalaksanaan Diare ............................................................ 8
2.1.5 Pencegahan Diare ................................................................... 8
2.1.6 Faktor Resiko Diare .............................................................. 10
2.1.7 Cara Mengatasi Diare ........................................................... 11
2.2 Suplemen Zinc .................................................................................. 12
2.3 Puskesmas ......................................................................................... 14
2.4 Profi Puskesmas Karangjati .............................................................. 15
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA
3.1 Kerangka Konseptual ....................................................................... 16
3.2 Hipotesa ............................................................................................ 16
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 17
4.2 Populasi Dan Sampel ........................................................................ 17
4.2.1 Populasi ................................................................................. 17
4.2.2 Sampel .................................................................................. 18
4.3 Teknik Sampling .............................................................................. 18
4.4 Bahan Penelitian ............................................................................... 18
4.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................... 18
4.4.1 Lokasi Penelitian .................................................................. 18
4.4.2 Waktu Penelitian ................................................................... 18
xii
4.6 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 19
4.6 Analisis Data .................................................................................... 19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 20
5.1.1 Subjek Penelitian ................................................................. 20
5.1.2 Karakteristik Umur Pasien Balita Terkena Diare ................ 20
5.1.3 Tabel Efektivitas Terapi Obat dan Pemberian Terapi
Suplementasi Zinc Berdasarkan Lama Rawat Inap ............. 21
5.2 Pembahasan Penelitian ..................................................................... 22
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 26
6.2 Saran ................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27
LAMPIRAN ...................................................................................................... 29
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1.2 Tabel Karakteristik Umur Pasien Balita Terkena Diare di
Puskesmas Karangjati Ngawi ................................................... 20
Tabel 5.1.3 Tabel Efektivitas Terapi Obat dan Pemberian Terapi
Suplementasi Zinc Berdasarkan Lama Rawat Inap .................. 21
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Gambar Kerangka Konseptual ..................................................... 16
Gambar 5.1.3 Gambar Efektivitas Terapi Obat dan Pemberian Terapi
Suplementasi Zinc Berdasarkan Lama Rawat Inap ...................... 21
xv
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Surat Izin Penelitian Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Ngawi
Lampiran 2 Lembar Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi
Lampiran 3 Lembar Surat Disposisi UPT Puskesmas Karangjati
Lampiran 4 Lembar Data Rekam Medis Diare Balita Rawat Inap Puskesmas
Karangjati Ngawi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mendefinisikan diare
adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam sehari, dan
biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Diare merupakan peningkatan
secara bertahap atau akut pada jumlah dan volume tinja yang cair atau berair.
Menurut Rahmanti (2010), diare di Indonesia masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka
kesakitan dan menimbulkan banyak kematian pada bayi dan balita, serta sering
menimbulkan kejadian luar biasa (Sasongko, dkk, 2012; Hockenberry, dkk, 2016).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2013, provinsi
Jawa Timur merupakan provinsi yang memberikan kontribusi besar terhadap
jumlah kasus diare pada balita di Indonesia. Hal ini dikarenakan Jawa Timur
merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia
dengan presentase diare pada balita cukup tinggi sebesar 66%. Insiden diare balita
di Indonesia adalah 67%, karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok
umur 12-23 bulan (7,6%). Dalam berbagai hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyakit kematian bayi di
Indonesia (Veni, 2009; Riskesdas, 2013; Ayuningrum dan Salamah, 2015).
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF mendatangani kebijakan bersama
dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan suplemen zinc selama 10-
2
14 hari. Pemerintah mengeluarkan keputusan untuk digunakannya suplemen zinc
sebagai salah satu penatalaksanaan diare sesuai dengan protap “ Lima Dasar
Tuntaskan Diare” (Depkes RI, 2011).
Oralit atau cairan harus diberikan sampai diare berhenti (dapat memakan
waktu beberapa hari). Minum oralit atau cairan pengganti cairan tubuh jangan
dipaksakan harus sekaligus banyak. Hal ini akan menyebabkan balita muntah atau
terangsang buang air lagi (Kemenkes, 2014).
Suplemen zinc yaitu mikronotulen yang dapat mempercepat regenerasi sel-
sel yang rusak sehingga dapat mempercepat penyakit diare. Pemberian suplemen
zinc selama diare mampu manggantikan kandungan zinc yang hilang saat diare
dan mempercepat penyembuhan diare. Suplemen zinc juga meningkatkan sistem
kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3
bulan setelah anak sembuh dari diare. Suplermen zinc berperan penting dalam
perlawanan host untuk agen infeksi, sehingga mengurangi resiko episode penyakit
diare (Kemenkes RI, 2011; Esteves, 2012).
Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat suplemen
zinc sebagai pengobatan diare adalah mengurangi prevalensi diare sebesar 34%.
Terdapat juga insidens pneumonia sebesar 26%. Durasi diare akut sebesar 20%,
durasi diare persisten sebesar 24%, hingga kegagalan terapi atau kematian akibat
diare persisten sebesar 42%. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa zinc
mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11% dan menurut hasil pilot
study menunjukkan bahwa zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67%
(Depkes RI, 2011; Kemenkes RI, 2011).
3
Terkait dengan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Pemberian Terapi Suplementasi Zinc Pada Balita
Terkena Diare Dengan Lama Rawat Inap Di Puskesmas Karangjati Ngawi”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran karakteristik umur pada balita terkena diare di
Puskesmas Karangjati?
2. Bagaimana efektivitas terapi obat dan pemberian terapi suplementasi
zinc berdasarkan lama rawat inap pada balita terkena diare di
Puskesmas Karangjati?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik umur pada balita terkena
diare di Puskesmas Karangjati.
2. Untuk mengetahui efektivitas terapi obat dan pemberian terapi
suplementasi zinc berdasarkan lama rawat inap pada balita terkena
diare di Puskesmas Karangjati.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun praktis.
1.4.1 Bagi Peneliti/Pembaca
1. Mengetahui hubungan pemberian terapi suplementasi zinc pada balita
terkena diare dengan lama rawat inap di Puskesmas Karangjati Ngawi.
4
2. Memberikan informasi tambahan mengenai hubungan pemberian terapi
suplementasi zinc pada balita terkena diare dengan lama rawat inap di
Puskesmas Karangjati Ngawi.
3. Membuka peluang dan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Secara Praktis
Memberikan masukan bagi keluarga dan masyarakat untuk lebih
memahami dan mengetahui hubungan pemberian terapi suplementasi zinc pada
balita terkena diare.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Diare Pada Balita
2.1.1 Definisi
Diare merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortilitas anak
di negara yang berkembang. Diare adalah kondisi buang air besar dengan
konsistensi cair lebih dari tiga kali per hari. Diare merupakan peningkatan secara
bertahap atau akut pada jumlah dan volume tinja yang cair atau berair (Veni,
2009; Silbert-Flagg, 2010; Hockenberry dkk, 2016).
Diare merupakan salah satu penyakit menular yang angka kesakitan dan
kematian relatif tinggi. Diare adalah buang air besar lembek sampai cair
(mencret), bahkan dapat berupa cair saja, yang lebih sering dari biasanya (3 kali
atau lebih dalam sehari) yang ditandai dengan gejala dehidrasi, demam, mual dan
muntah, anoreksia, lemah, pucat, keratin abdominal, mata cekung, membran
mukosa kering, pengeluaran urin menurun, dan lain sebagainya (Nazek, 2007;
Chang, 2008).
Penyebab utama kematian diare adalah tatalaksana yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan sehingga masih ditemukannya kasus kematian
pada anak-anak yang disebabkan oleh diare. Meskipun mortalitas dari diare dapat
diturunkan dengan program rehidrasi atau terapi cairan namun angka kesakitannya
masih tetap tinggi. Penatalaksanaan diare pada balita menurut rekomendasi WHO
meliputi : rehidrasi menggunakan oralit, suplemen zinc selama 10 hari berturut-
turut, meneruskan pemberian ASI dan makanan, antibiotika, memberikan nasehat
pada orang tua atau pengasuh serta terapi tambahan dengan probiotik (Depkes,
2011; Kemenkes, 2012).
Anak usia di bawah 5 tahun sangat rentan terkena penyakit khususnya
pada kelompok umur 12-23 bulan. Banyak faktor penyebab dan resiko yang
berkontribusi terhadap kejadian diare pada anak, terutama pada balita dimana
daya tahan tubuh balita masih rendah sehingga rentan untuk terkena penyakit
infeksi seperti diare. Salah satu penyebab diare pada balita adalah kebersihan
makanan yang dikonsumsi kurang hygienis (Iswari, 2011; Rosidy, 2015).
2.1.2 Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Anak
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi
faktor pendorong terjadinya diare. Penyebab tidak langsung atau faktor yang
mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti : status gizi, pemberian
ASI eksklusif, lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kebiasaan
mencuci tangan, perilaku makan, imunisasi dan sosial ekonomi. Penyebab
langsung antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, melabsorbsi, alergi,
keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad
renik, ikan, buah dan sayur-sayuran (Zaitun, 2011).
Faktor penyebab diare akut pada balita ini adalah faktor lingkungan,
tingkat pengetahuan ibu, sosial ekonomi masyarakat, dan makanan atau minuman
yang di konsumsi (Rusepno, 2008).
2.1.3 Prinsip Penanganan Diare
Menurut Depkes RI Tahun 2011, terdapat 5 prinsip penanganan diare :
1. Prinsip yang pertama yaitu berikan oralit. Oralit bermanfaat untuk
menggantikan cairan dan elektrolit tubuh yang hilang akibat diare. Cara
pemberiannya yaitu masukkan satu bungkus oralit ke dalam satu gelas air
matang (200cc). Anak dengan usia kurang dari satu tahun diberikan50-100cc
cairan oralit setiap setelah buang air besar dan anak dengan usia lebih dari satu
tahun diberikan 100-200cc cairan oralit setiap setelah buang air besar.
2. Prinsip yang kedua yaitu berikan suplemen zinc selama 10 hari berturut-turut.
Pemberian suplemen zinc dapat mempercepat penyembuhan diare dengan cara
meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada anak. Suplemen zinc diberikan
satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut dengan dosis untuk balita umur
<6 bulan yaitu ½ tablet (10 mg) per hari dan untuk balita ≥ 6 bulan diberikan
dosis 1 tablet (20 mg) per hari.
3. Prinsip yang ketiga yaitu teruskan ASI dan pemberian makan. Berikan ASI
apabila anak masih mendapatkan ASI dan sebanyak yang anak mau, serta
berikan makanan dengan frekuensi lebih sering sampai anak berhenti diare.
4. Prinsip yang keempat yaitu berikan antibiotik secara selektif.Antibiotik hanya
boleh diresepkan oleh dokter.
5. Prinsip yang kelima yaitu member nasihat pada ibu atau pengasuh. Berikan
nasihat tentang cara pemberian oralit, suplemen zinc, ASI, dan makanan.
Berikan informasi mengenai tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke
petugas kesehatan apabila ditemukan buang air besar cair berlebih, makan atau
minum sedikit, demam, tinja berdarah, dan tidak membaik dalam waktu 3 hari.
2.1.4 Penatalaksanaan Diare
Penatalaksanaan diare yang utama adalah pemberian cairan rehidrasi
sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang sampai diare berhenti. Dengan
demikian, sebagian besar diare pada anak tidak memerlukan antibiotika.
Antibiotika hanya diperlukan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare
karena kolera yang menandakan adanya infeksi. Selain tidak efektif, tindakan ini
berbahaya apabila antibiotika tidak dihabiskan sesuai dosis akan menimbulkan
resistensi kuman terhadap antibiotika (Depkes RI, 2011).
2.1.5 Pencegahan Diare
Menurut Depkes RI tahun 2011, penyakit diare dapat dicegah melalui
promosi kesehatan, antara lain :
1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun.
2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur.
3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang
cukup.
4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar.
5. Buang air besar di jamban.
6. Membuang tinja balita dengan benar.
7. Memberikan imunisasi campak, memberikan imunisasi campak karena
pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare yang lebih berat
(Depkes, 2010).
Dehidrasi adalah suatu kondisi kehilangan cairan dan elektrolit tubuh.
Pada diare sering kali disertai muntah-muntah, tubuh kehilangan banyak air dan
garam-garamnya, terutama natrium dan kalium .Hal ini mengakibatkan tubuh
kekeringan (dehidrasi), kekurangan kalium (hipokalemia) dan adakalanya
acidosis (darah menjadi asam).Dan tidak jarang berakhir dengan shock kematian
(Tjay dan Rahardja, 2007).
Manifestasi klinis dari diare yaitu mula-mula anak balita menjadi cengeng,
gelisah, demam, dan tidak nafsu makan. Tinja akan menjadi cair dan dapat disertai
dengan lender ataupun darah. Warna tinja dapat berubah menjadi kehijau-hijauan
karena tercampur dengan empedu. Frekuensi defekasi yang meningkat
menyebabkan anus dan daerah sekitarnya menjadi lecet. Tinja semakin lama
semakin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa
yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat
ditemukan sebelum atau sesudah diare. Muntah dapat disebabkan oleh lambung
yang meradang atau gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Anak-anak
adalah kelompok usia rentan terhadap diare. Insiden tertinggi pada kelompok usia
dibawah 2 tahun dan menurun dengan bertambahnya usia anak (Widoyono, 2011).
2.1.6 Faktor Resiko Diare
Faktor resiko diare, menurut Agtini 2011 dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Faktor Gizi
Berat dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi penderita dan
diare yang diderita oleh anak dengan kekurangan gizi lebih berat jika
dibandingkan dengan anak yang status gizinya baik karena anak dengan status gizi
kurang keluaran cairan dan tinja lebih banyak sehingga anak akan menderita
dehidrasi berat. Bayi dan balita yang kekurangan gizi, sebagian besarnya
meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi.
2. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung terhadap
faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare
berasal dari keluarga yang besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah
yang buruk, tidak mempunyai sediaan air bersih yang memenuhi persyaratan
kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang
tidak menguntungkan.Karena itu edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan diare.
3. Faktor Umur Balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Hasil analisa
lanjut SDKI (1995) didapatkan bahwa umur balita 12-24 bulan mempunyai resiko
terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan.
4. Faktor ASI
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu bayi baru lahir sampai usia 6
bulan, tanpa diberikan makanan tambahan lainnya. Insiden diare meningkat pada
saat anak untuk pertama kali mengenal makanan tambahan dan makin lama makin
meningkat. Pemberian ASI penuh akan memberikan perlindungan diare 4 kali dari
pada bayi dengan ASI disertai susu botol. Bayi dengan susu botol saja akan
mempunyai resiko diare lebih besar dan bahkan 30 kali lebih banyak daripada
bayi dengan ASI penuh.
2.1.7 Cara Mengatasi Diare
Ketika terkena diare, tubuh akan memberikan reaksi berupa peningkatan
motilitas atau pergerakan usus untuk mengeluarkan kotoran atau racun. Perut akan
terasa banyak gerakan dan berbunyi. Anti diare akan menghambat gerakan itu
sehingga kotoran yang seharusnya dikeluarkan, justru dihambat keluar (Depkes,
2011).
Cara mengatasi diare menurut Kemenkes 2011 :
1. Pemberian Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang
hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera dibawa ke sarana kesehatan
untuk mendapatkan pertolongan cairan melalui infus.
2. Pemberian Suplemen Zinc
Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),
dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang
mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
2.2 Suplementasi Zinc
Suplemen zinc merupakan mikronutrien yang berfungsi mengurangi
frekuensi buang air besar dan volume tinja. Terapi rutin zinc sebagai tambahan
untuk terapi rehidrasi oral berfungsi untuk mengurangi tingkat keparahan dan
lamanya diare pada anak-anak. Pemberian suplemen zinc dapat mengurangi
frekuensi buang air besar dan volume tinja, sehingga suplemen zinc yang
diberikan kepada balita yang menderita diare dinyatakan tepat pasien. Pemberian
suplementasi zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya
(Kemenkes, 2011; WHO, 2012).
Mekanisme kerja zinc pada diare akut yaitu zinc mempunyai efek terhadap
eritrosit dan sel-sel imun yang berinteraksi dengan agen infeksiuspada diare. Zinc
terutama bekerja pada kecepatan turnover yang tinggi seperti saluran cerna dan
sistem imun dimana zinc dibutuhkan untuk sintesa DNA dan protein (M hatta,
2011).
Penggunaan suplemen zinc yang dilakukan dari seluruh dunia melaporkan
bahwa suplemen zinc dapat berkontribusi untuk mempersingkat durasi diare.
Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa zinc mempunyai efek protektif
terhadap diare sebanyak 11% dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa
zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67%. Efek zinc terhadap pencegahan
diare menghasilkan penurunan sebesar 13% dari semua penyebab diare,
penurunan 12% dalam prevalensi semua penyebab diare, efek gabungan yang
signifikan terhadap kejadian diare berat, penurunan 27% dalam kejadian diare
persisten, dan penurunan 30% prevalensi diare persisten (Kemenkes RI, 2011;
Esteves, 2012; Patel, 2012).
Suplemen zinc adalah salah satu mineral yang penting bagi tubuh karena
merupakan unsur pokok dalam beberapa enzim yang mengkatalisis reaksi kimia
dalam tubuh. Suplemen zinc juga berperan dalam sintesis protein dan sel. Sumber
zinc dari makanan biasanya berhubungan dengan makanan yang mengandung
protein, misalnya kadar zinc tinggi dalam telur, daging unggas, daging sapi, tiram,
kepiting, dan kacang-kacangan. Absorbsi zinc sangat bervariasi dan tergantung
dari kandungan zinc dalam makanan dan bioavaibilitas zinc. Zinc yang berasal
dari hewan lebih mudah diserap, sedangkan dari nabati tergantung dari kandungan
zinc dari tanah, dan absorbsinya di usus dihambat oleh filtrate (Kemenkes, 2011).
Suatu meta-analisis mengemukakan suplementasi zinc secara bermakna
menurunkan frekuensi, berat serat morbiditas diare akut. Berdasarkan studi WHO
selama lebih dari 18 tahun, manfaat zinc sebagai pengobatan diare adalah
mengurangi prevalensi diare sebesar 34%. Terdapat juga insidens pneumonia
sebesar 26%. Durasi diare akut sebesar 20%, durasi diare persisten sebesar 24%,
hingga kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebesar 42% (Depkes
RI, 2011).
Lama hari rawat inap pasien diare adalah <5-≥5 hari. Batasan tersebut
ditentukan atas dasar rata-rata lama hari rawat inap yang dihubungkan dengan
batasan jangka waktu diare akut yaitu kurang dari 7 hari, dimana rata-rata onset
diare adalah 3 hari (Primayani, 2009; Yusuf, 2011).
2.3 Puskesmas
Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar,
menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah
kerjanya. Kunjungan masyarakat pada suatu unit pelayanan kesehatan tidak saja
dipengaruhi oleh kualitas pelayanan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain
diantaranya : sumber daya manusia, motivasi pasien, ketersediaan bahan dan alat,
tarif dan lokasi. Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerjanya yaitu meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal
di wilayah kerjanya agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Depkes, 2011).
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (Trihono, 2010).
2.4 Profil Puskesmas Karangjati
Puskesmas Karangjati adalah pusat pembangunan kesehatan yang
berfungsi sebagai pusat pergerakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat dan sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas Karangjati sebagai salah satu
Puskesmas di Kabupaten Ngawi mempunyai tugas untuk menyelenggarakan
pelayanan, pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan secara paripurna
kepada masyarakat di wilayah kerja kecamatan Karangjati.
Sebagai pusat pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat kepada
masyarakat, maka Puskesmas Karangjati mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Diantaranya
Puskesmas Karangjati harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu,
terjangkau dengan tetap membangun peran serta masyarakat secara aktif.
16
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA
3.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Ket :
: yang diteliti
: yang tidak diteliti
3.2 Hipotesa
Efektivitas penggunaan suplementasi zinc berpengaruh terhadap lamanya
diare pada balita di Puskesmas Karangjati.
Pengambilan
Data Rekam
Medis
Analisis Data
Hasil
Pasien Rawat Inap yang di Diagnosa Diare
Umur Balita
Terapi Suplementasi
Zinc
Terapi Tanpa
Suplementasi Zinc
17
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non-eksperimental observasional
dengan rancangan penelitian yang dilakukan secara retrospektif karena data yang
digunakan tidak diambil pada saat penderita menjalani rawat inap melainkan dari
data rekam medis pasien periode tertentu.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien balita umur 1-5 tahun yang
terkena diare di instalasi rawat inap di Puskesmas Karangjati periode bulan
Januari-Desember 2018 sebagai berikut :
1. Penderita diare adalah pasien yang dinyatakan menderita diare sesuai
diagnosis oleh dokter dan lama pasien tersebut di rawat.
2. Pasien balita terkena diare yang diberikan terapi suplementasi Zinc.
3. Data rekam medis meliputi :
a. Data demografi (umur)
b. Lama pasien dirawat inap
c. Terapi obat
Kriteria Inklusi :
1. Umur 1-5 tahun
2. Rawat inap yang terkena diare
3. Yang mendapatkan suplementasi zinc
Kriteria Eksklusi :
1. Menggunakan suplementasi lain
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi yang ditentukan dengan menggunakan kriteria inklusi, sedangkan bagian
populasi yang tidak dimasukkan ke dalam kriteria inklusi disebut dengan kriteria
eksklusi. Pada penelitian ini yang dijadikan sampel adalah pasien balita umur 1-5
tahun yang terkena diare di instalasi rawat inap di Puskesmas Karangjati periode
Januari - Desember 2018.
4.3 Teknik Sampling
Pada penelitian ini teknik pengambilan data pasien balita terkena diare
secara purposive sampling, data yang diambil merupakan data yang telah
memenuhi kriteria inklusi.
4.4 Bahan Peneltian
Bahan dalam penelitian ini adalah data rekam medis pasien balita rawat
inap yang terkena diare periode bulan Januari - Desember 2018.
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Karangjati Ngawi.
4.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus 2019.
4.6 Prosedur Pengumpulan Data
1. Penyusunan proposal menggunakan pustaka yang diperoleh.
2. Mengurus surat izin penelitian di Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik,
Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi dan Puskesmas Karangjati Ngawi.
3. Pengambilan data rekam medik pasien balita terkena diare rawat inap di
Puskesmas Karangjati Ngawi.
4. Penyelesaian yaitu meliputi pengolahan data yang di dapat dari hasil data
rekam medik sebagai data primer di Puskesmas Karangjati Ngawi,
kemudian data tersebut diolah, di analisis dalam hasil dan pembahasan
penelitian yang kemudian dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian
tersebut.
4.7 Analisis Data
Dalam penelitian ini, hasil yang dianalisa adalah untuk mengetahui
hubungan pemberian terapi suplementasi zinc pada balita terkena diare
berdasarkan lama rawat inap di Puskesmas Karangjati Ngawi. Untuk menganalisa
data yaitu menggunakan perhitungan lama rawat inap dengan rumus :
Rumus Lama Rawat Inap =
20
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien balita umur 1-5 tahun yang
terkena diare di instalasi rawat inap di Puskesmas Karangjati Ngawi periode bulan
Januari – Desember 2018 terdapat 39 pasien balita rawat inap yang didiagnosa
diare dan memenuhi kriteria inklusi.
5.1.2 Karakteristik Umur Pasien Balita Terkena Diare
Dibawah ini merupakan hasil penelitian mengenai karakteristik pasien
diare pada balita di Puskesmas Karangjati Ngawi pada tahun 2018 berdasarkan
umur.
Tabel 5.1.2 Karakteristik umur pasien balita terkena diare di Puskesmas
Karangjati Ngawi
Karakteristik
Pasien Diare Balita
Jumlah pasien (n) Persentase
(%)
Umur
12-23 bulan
24-35 bulan
36-47 bulan
48-59 bulan
17
12
6
4
43,6%
30,8%
15,4%
10,2%
Jumlah 39 100%
Sumber : Data Rekam Medis Puskesmas Karangjati Ngawi
Berdasarkan dari tabel 5.1.2 bahwa pada kelompok umur 12-59 bulan
penderita diare pada balita di Puskesmas Karangjati Ngawi sebanyak 39 pasien.
Jumlah pasien balita pada kelompok umur 12-23 bulan sebesar 43,6%, kelompok
umur 24-35 bulan sebesar 30,8%, kelompok umur 36-47 bulan sebesar 15,4%,
dan kelompok umur 48-59 bulan sebesar 10,2%.
5.1.3 Tabel Efektivitas Terapi Obat dan Pemberian Terapi Suplementasi
Zinc Berdasarkan Lama Rawat Inap
Tabel 5.1.3 Efektivitas Terapi Obat dan Pemberian Terapi Suplementasi Zinc
Berdasarkan Lama Rawat Inap
Obat dan Terapi
Suplementasi
Jumlah
pasien
(n=39)
Jumlah
keseluruhan
hari
Rata-rata
hari rawat
inap
Syrup
Paracetamol+Zinc 16 53 3,31
Oralit+Zinc 12 37 3,33
Syrup
Cotrimoxazole+Zinc 11 38 3,45
Gambar 5.1.3 Efektivitas Terapi Obat dan Pemberian Terapi Suplementasi
Zinc Berdasarkan Lama Rawat Inap
3,31 3,33 3,45
0
1
2
3
4
5
1 2 3
Har
i
Terapi Diare
Lama Rawat Inap
SyrupParacetamol+Zinc
Oralit+Zinc
SyrupCotrimoxazole+Zinc
Selama tahun 2018 dari bulan Januari - Desember terdapat 3 obat diare
pada balita yang dikonsumsi pasien selama rawat inap di Puskesmas Karangjati
Ngawi. Berdasarkan tabel 5.1.4 diatas jumlah pasien yang menggunakan terapi
obat Syrup Paracetamol dengan terapi Suplementasi Zinc sebanyak 16 pasien
(36,4%); pasien yang menggunakan terapi obat Oralit dengan terapi Suplementasi
Zinc sebanyak 12 pasien (27,3%); dan pasien yang menggunakan terapi obat
Syrup Cotrimoxazole dengan terapi Suplementasi Zinc sebanyak 11 pasien (25%).
Berdasarkan rata-rata lama rawat inap, pasien yang menggunakan terapi
obat Syrup Paracetamol dengan terapi Suplementasi Zinc memiliki hasil 3,31 hari,
pasien yang menggunakan terapi obat Oralit dengan terapi Suplementasi Zinc
memiliki hasil 3,33 hari; dan pasien yang menggunakan terapi obat Syrup
Cotrimoxazole dengan terapi Suplementasi Zinc memiliki hasil 3,45 hari.
5.2 Pembahasan Penelitian
Penelitian dengan judul Efektivitas Penggunaan Suplementasi Zinc Pada
Balita Terkena Diare Di Instalasi Rawat Inap Di Puskesmas Karangjati Ngawi
dari 39 pasien balita yang menderita diare didapatkan hasil untuk karakteristik
umur 12-23 bulan mempunyai jumlah pasien terbanyak yaitu 17 pasien. Hal ini
sesuai dengan pernyataan (Rikedas, 2013) yaitu insiden diare balita di Indonesia
adalah 67%, karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23
bulan (76%).
Anak usia dibawah 5 tahun sangat rentan terkena penyakit khususnya pada
kelompok umur 12-23 bulan. Banyak faktor penyebab dan resiko seperti, status
gizi, pemberian ASI eksklusif, dan lingkungan yang berkontribusi terhadap
kejadian diare pada anak, terutama pada balita dimana daya tahan tubuh balita
masih rendah sehingga rentan untuk terkena penyakit infeksi seperti diare (Iswari,
2011).
Pemberian terapi suplementasi zinc untuk pasien balita yang didiagnosa
diare mencapai persentase 100%. Hal ini sesuai dengan formularium di
Puskesmas Karangjati Ngawi. Pemberian suplementasi zinc selama diare mampu
menggantikan kandungan zinc yang hilang saat diare dan mempercepat
penyembuhan diare (Kemenkes RI, 2011).
Di Puskesmas Karangjati Ngawi pasien penderita diare tersebut
mendapatkan terapi obat dan diberikan terapi suplementasi zinc sejak awal mula
diberikan hingga selesai masa perawatan, yaitu saat pasien dinyatakan sembuh
dan pulang. Mekanisme kerja zinc pada diare akut yaitu zinc mempunyai efek
terhadap eritrosit dan sel-sel imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada
diare. Zinc terutama bekerja pada kecepatan turnover yang tinggi seperti saluran
cerna dan sistem imun dimana zinc dibutuhkan untuk sintesa DNA dan protein (M
hatta, 2011). WHO (2013) sangat menganjurkan pemberian zinc dalam
penatalaksanaan diare akut, karena zinc mampu mengurangi lamanya diare sekitar
25% dan dapat menurunkan frekuensi pengeluaran tinja.
Berdasarkan jenis atau gejala yang dialami pasien balita terkena diare,
obat yang sering dikonsumsi pada saat rawat inap di Puskesmas Karangjati Ngawi
adalah Syrup Paracetamol, Oralit, Syrup Cotrimoxazole, dan diberikan terapi
suplementasi Zinc.
Efektivitas terapi diare terhadap balita terdapat 16 pasien menggunakan
Syrup Paracetamol dengan Zinc. Paracetamol selain merupakan golongan
analgesik juga sebagai golongan antipiretik. Antipiretik merupakan obat yang
digunakan untuk menurunkan demam yang ditandai oleh peningkatan suhu tubuh
pasien. Gejala demam pada pasien diare akut balita umum terjadi dan biasa
disebabkan oleh aktivitas invasif patogen, oleh karena itu pemberian antipiretik
merupakan hal tepat dilakukan untuk menurunkan gejala demam pada pasien
diare akut anak (Siswidiasari, dkk, 2014).
Terdapat 12 pasien menggunakan Oralit dengan suplementasi Zinc.
Pemberian Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan yang hilang, karena oralit
mengandung NaCL, KCl, trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat. Oralit atau
cairan rehidrasi oral adalah larutan untuk mengatasi diare. Kemenkes RI
Menyebutkan bahwa dengan menggunakan oralit pada pasien diare dapat
mengurangi tinja 25%, mengurangi mual dan muntah 30% dan dapat mengurangi
pemberian cairan intravena sampai 33% (Kemenkes RI, 2011).
Terdapat 11 pasien menggunakan Syrup Cotrimoxazole dengan
suplementasi Zinc. Bakteri yang sering menimbulkan diare adalah Shigella,
Vibrio chorela, Salmonella (non thypoid), Campylobacter jejuni, serta
Escherichia coli. Virus yang paling banyak manimbulkan diare terutama pada
anak yaitu rhotavirus dan apabila menyerang tubuh manusia maka dapat sembuh
sendiri (self limiting). Terapi untuk diare akut infeksi ditambah dengan pemberian
antibiotik (Simadibrata, dkk, 2009).
Obat-obat tersebut bukan golongan obat antidiare melainkan obat untuk
mengatasi gejala-gejala yang timbul saat diare. Balita tidak diberikan obat
antidiare dikarenakan terdapat efek samping yang berbahaya untuk balita, seperti
konstipasi perut kembung, maag, mual, ruam kulit, nyeri perut dan sakit kepala.
Terapi rutin suplemen zinc sebagai tambahan untuk terapi rehidrasi oral berfungsi
untuk mengurangi tingkat keparahan dan lamanya diare pada balita, serta
mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 bulan berikutnya atau setelah anak
sembuh dari diare, sehingga suplemen zinc yang diberikan kepada balita yang
menderita diare dinyatakan tepat pasien (Kemenkes RI, 2011).
Dari ketiga terapi berdasarkan lama rawat inap didapatkan hasil Syrup
Paracetamol dengan suplementasi Zinc lama rawat inapnya lebih cepat yaitu 3,31
hari. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa untuk lama
rawat inap pasien diare yang dirawat adalah <5 - ≥5 hari. Batasan tersebut
ditentukan atas dasar rata-rata lama hari rawat inap yang dihubungkan dengan
batasan jangka waktu diare akut yaitu kurang dari 7 hari, dimana rata-rata onset
diare adalah 3 hari (Primayani, 2009; Yusuf, 2011).
26
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Berdasarkan karakteristik umur pasien balita diare rawat inap di
Puskesmas Karangjati Ngawi yang paling banyak terkena diare ialah
pada kelompok umur 12-23 bulan dengan persentase 43,6%.
2. Efektivitas pemberian terapi suplementasi zinc berdasarkan lama rawat
inap diperoleh Syrup Paracetamol dengan suplementasi Zinc 3,31 hari;
Oalit dengan suplementasi Zinc 3,33 hari; dan Syrup Cotrimoxazole
dengan suplementasi Zinc 3,45 hari.
6.2 Saran
Peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai efektivitas
suplementasi zinc pada balita terkena diare yang dirawat inap secara
langsung.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agtini, D. M. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan, Vol. 02, Triwulan II, No. 08, 2011, Bhakti Husada.
Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.
Bakri A. 2003. Peranan Mikronutrien Seng dalam Pencegahan dan
Penanggulangan Diare.Dalam: Kumpulan Makalah Kongres Nasional II
Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia (BKGAI). H: 132-39.
Chang, Ju Young. 2008. Decreased Diversity of the Fecal Microbiome in
Recurrent Clostridium difficile-Associated Diarrhea. J Infect Dis.,
197(3):435-438.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lima Langkah
Tuntaskan Diare.Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan;pp.288-390.
Depkes, R. I. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare.Jakarta:
Ditjen PPM dan PL.
Depkes RI. 2010. Hasil Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit
Diare.Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan. Jakarta.
Depkes RI. 2011. Lintas Diare. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Hatta M, Supriatmo AM, Sinuhaji AB, Hasibuan B, Nasution FL. Comparison of
zinc-probiotic combination therapy to zinc therapy alone in reducing the
severity of acute diarrhea. Paediatric Indonesian . 2011;51:1-6. doi:
10.14238/pi51.1.2011.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D., Rodgers, C. C. 2016. Study Guide for Wong’s
Essentials of pediatric Nursing Tenth Edition. United States of America:
Elsevier Inc.
Kemenkes RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Kementrian Kesehatan Indonesia
Republik Indonesia. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita.
Direktorat Jendral Pengadilan Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. 2011.
Nazek, Al-Gallas. 2007. Etiology of Acute Diarrhea in Children and Adults in
Tunis, Tunisia, with Emphasis on Diarrheagenic Escherichia coli:
Prevalence, Phenotyping, and Molecular Epidemiology. Am J Trop Med
Hyg, 77(3):571-582.
Sasongko dan Huriah. 2012. Hubungan Antara Pemberian MP-ASI dengan
Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Kecamatan Pedan
Kabupaten Klaten. Diakses pada tanggal 15 Januari 2017 pukul 11:40 am.
Simadibrata MK. 2006. Pendekatan Diagnostik Diare Kronik. Di dalam : Sudoyo
Aru w et al, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid I Edisi IV.Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Simatupang, M. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003.Tesis. Universitas
Sumatera Utara.
Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik dan Laboratorium. Jakarta. Rineka Cipta.
Tjay, T.H., Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan efek-
efek sampingnya. Jakarta: Gramedia. Edisi keenam.Hal. 289.
Walker C, Black RE. 2004. Zinc and the risk for infectious disease. Annual review
of nutrition ; 24; 255-75.
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal.195-200.
Zaitun, Amalia. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Diare
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Sigli Kabupaten
Pidie.STIKES Banda Aceh. 2011.
29
LAMPIRAN
REGISTER DIARE (RAWAT INAP)
NAMA JENIS KELAMIN UMUR Pengobatan Lama Rawat Inap
AR L 1 tahun 6 bulan Oralit+Zinc 3 hari
LA L 1 tahun 4 bulan Oralit+Zinc 3 hari
AD W 1 tahun 6 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 3 hari
DL W 2 tahun 9 bulan Oralit+Zinc 3 hari
AM L 2 tahun 1 bulan Syrup Cotrimoxazole+Zinc 3 hari
AT L 3 tahun 7 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 3 hari
RA L 2 tahun 1 bulan Oralit+Zinc 4 hari
MR W 1 tahun Syrup Paracetamol+Zinc 4 hari
AZ W 3 tahun 9 bulan Oralit+Zinc 4 hari
IF L 2 tahun 8 bulan Oralit+Zinc 3 hari
FR L 3 tahun 7 bulan Syrup Cotrimoxazole+Zinc 4 hari
JA W 2 tahun 2 bulan Syrup Cotrimoxazole+Zinc 3 hari
VT W 4 tahun 1 bulan Oralit+Zinc 3 hari
EA L 1 tahun 2 bulan Oralit+Zinc 3 hari
ER L 4 tahun 1 bulan Syrup Cotrimoxazole+Zinc 4 hari
JA W 2 tahun 4 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 3 hari
AS W 1 tahun 4 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 4 hari
AS W 1 tahun 3 b ulan Syrup Paracetamol+Zinc 4 hari
FA L 4 tahun 8 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 4 hari
IU L 3 tahun 7 bulan Syrup Cotrimoxazole+Zinc 3 hari
UR W 1 tahun 3 bulan Oralit+Zinc 4 hari
ND W 2 tahun 8 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 4 hari
RS L 2 tahun 9 bulan Oralit+Zinc 3 hari
KW L 1 tahun 3 bulan Oralit+Zinc 3 hari
LT W 3 tahun 4 bulan Syrup Cotrimoxazole+Zinc 4 hari
CA L 2 tahun 7 bulan Syrup Cotrimoxazole+Zinc 3 hari
FR L 1 tahun 7 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 3 hari
FB L 2 tahun 1 bulan Oralit+Zinc 4 hari
EA W 4 tahun 7 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 3 hari
DN W 1 tahun 4 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 3 hari
TF L 1 tahun 5 bulan Syrup Cotrimoxazole+Zinc 3 hari
MC W 1 tahun 7 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 3 hari
MM L 1 tahun 9 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 3 hari
NBA W 3 tahun 7 bulan Syrup Cotrimoxazole+Zinc 3 hari
PD L 1 tahun Syrup Cotrimoxazole+Zinc 4 hari
AA L 1 tahun Syrup Paracetamol+Zinc 3 hari
CR W 2 tahun 1 bulan Oralit+Zinc 3 hari
VZ L 1 tahun 7 bulan Syrup Cotrimoxazole+Zinc 4 hari
DS W 1 tahun 2 bulan Syrup Paracetamol+Zinc 3 hari
Recommended