View
220
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KATA PENGANTAR
Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2008 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian programprogram kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain dimunculkan trend dalam kurun 2004 2008 untuk setiap indikator dan perbandingan peta dari tahun sebelumnya, juga ditampilkan interpretasi setiap gambar yang ditampilkan. Dengan bentuk penyajian ini para pengguna diharapkan dapat memperoleh informasi secara cepat dan tepat.
Dalam peta ini digambarkan keadaan kependudukan, situasi lingkungan, derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan menurut provinsi serta perbandingan beberapa indikator kesehatan antara Indonesia dengan negara negara di kawasan ASEAN dan SEARO .
Data dan informasi ini merupakan data tahun 2008 yang dikumpulkan dari unit utama di lingkungan Departemen Kesehatan dan instansi lainnya baik di pusat (seperti Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, dan WHO) maupun di daerah, yang telah dimuat di dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007.
Kami menyadari bahwa data yang tersedia dan bentuk penyajian dalam peta kesehatan ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan masukan dari para pengguna untuk perbaikan buku ini di masa mendatang. Semoga Peta Kesehatan Indonesia tahun 2008 ini bermanfaat.
Jakarta, Maret 2010 Kepala Pusat Data dan Surveilans Eidemiologi
dr. Jane Soepardi NIP. 195809231983112001
.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................................................ii
PETA INDONESIA..............................................................................................................................................................................v
PENENTUAN BATAS PENGELOMPOKKAN.....................................................................................................................................vi
CARA MEMBACA GAMBAR..............................................................................................................................................................vii
PETA INDONESIA MENURUT PROVINSI........................................................................................................................................viii PETA NEGARANEGARA DI KAWASAN ASEAN ...........................................................................................................................ix PETA NEGARANEGARA DI KAWASAN SEARO..............................................................................................................................x
GAMBARAN UMUM
A. Jumlah Penduduk per km 2 Tahun 2008 1 B. Persentase Penduduk Berumur ≥ 10 Tahun yang Melek Huruf Tahun 2007 2 C. Persentase Penduduk Berumur ≥ 10 Tahun yang Menamatkan Pendidikan SLTP keAtas Tahun 2007 3 D. Pesentase Anak Usia 24 tahun yang disusui Selama 2 tahun atau Lebih Tahun 2008 4
SITUASI LINGKUNGAN
A. Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Terlindung Tahun 2008 5 B. Persentase Rumah Tangga dengan Jarak Sumber Air Minum ke Tempat Penampungan Akhir Tinja terdekat > 10 meter Tahun 2008 6
C. Persentase Rumah Tangga dengan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Sendiri Tahun 2008 7
ii
DERAJAT KESEHATAN
A. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2007 8 B. Angka Harapan Hidup (e 0 ) tahun 2007 9 C. Estimasi Angka Kematian Bayi (per 1000 Kelahiran Hidup) Tahun 2007 10 D. Annual Parasite Incident (API)/Annual Malaria Incidence (AMI) per 1000 Penduduk Tahun 2008 11 E. Angka Insidens Penyakit DBD/DHF (per 100.000 Penduduk) Tahun 2008 12 F. Case Fatality Rate Penyakit DBD/DHF Tahun 2008 13 G. Angka Prevalensi Kusta (per 10.000 Penduduk) Tahun 2008 14 H. Jumlah Kasus Penyakit Kusta Tahun 2008 15 I. Jumlah Kasus AFP Polio dengan Klasifikasi Virus Polio Liar Tahun 2008 16 J. Wilayah Terinfeksi Flu Burung pada Manusia Tahun 2008 17
UPAYA KESEHATAN
A. Persentase Kunjungan Ibu Hamil (K4) Tahun 2008 18 B. Persentase Ibu Bersalin ditolong Tenaga Kesehatan Tahun 2008 19 C. Cakupan Kunjungan Neonatus (KN2) Tahun 2008 20 D. Persentase Balita mendapat Vitamin A (2 kali) Tahun 2008 21 E. Persentase Ibu Nifas mendapat Vitamin A Tahun 2008 22 F. Persentase Ibu Hamil mendapat 90 Tablet Besi Tahun 2008 23 G. Proporsi Wanita Berumur 1549 Berstatus Kawin yang sedang Menggunakan/Memakai Alat KB Tahun 2008 24 H. Pencapaian Desa UCI Tahun 2008 25 I. Cakupan Imunisasi Campak Tahun 2008 26 J. Cakupan Imunisasi TT2 pada Ibu Hamil Tahun 2008 27 K. Cakupan Penemuan Penderita Baru TBC BTA+ terhadap Angka Perkiraan BTA+ Tahun 2008 28 L. Case Detection Rate Penyakit TB Paru Tahun 2008 29 M. Angka Keberhasilan Pengobatan TB Paru tahun 2007 30 N. Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Tahun 2008 31
iii
N. Persentase Penduduk yang Memanfaatkan Puskesmas untuk Berobat Jalan Tahun 2008 32 O. Persentase Rumah Tangga yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Gratis
(6 Bulan Referensi) Tahun 2007 33
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. Rasio Puskesmas per 100.000 Penduduk Tahun 2008 34 B. Rasio Puskesmas Keliling/Puskesmas Tahun 2008 35 C. Rasio Dokter per 100.000 Penduduk Tahun 2008 36 D. Rasio Bidan per 100.000 Penduduk Tahun 2008 37 E. Rasio Tempat Tidur Rumah Sakit Umum per 100.000 Penduduk Tahun 2008 38
PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASEAN DAN SEARO
A. Umur Harapan Hidup di Negara ASEAN, 2007 39 B. Umur Harapan Hidup di Negara SEARO, 2007 40 C. Cakupan Penemuan Penderita Baru TBC BTA+ terhadap Angka Perkiraan BTA+
di Negara ASEAN, 2007 41 D. Cakupan Penemuan Penderita Baru TBC BTA+ terhadap Angka Perkiraan BTA+
di Negara SEARO, 2007 42 E. Cakupan Imunisasi Campak di Negara ASEAN, 2007 43 F. Cakupan imunisasi Campak di Negara SEARO, 2007 44 G. Angka Kesembuhan Penderita TB BTA+ di Negara ASEAN, 2006 45 H. Angka Kesembuhan Penderita TB BTA+ di Negara SEARO, 2006 46 I. Angka Kematian Bayi (per 1000 Kelahiran Hidup) di Negara – Negara ASEAN, 2007 47 J. Angka Kematian Bayi (per 1000 Kelahiran Hidup) di Negara – Negara SEARO, 2007 48
iv
PENENTUAN BATAS PENGELOMPOKAN
Pencapaian nilai indikator kesehatan antar provinsi sangat bervariasi sehingga dalam pemetaannya diperlukan adanya pengelompokan nilai untuk memudahkan dalam penginterpretasian. Pengelompokan atau “cut of point” dalam peta ini didasarkan atas kebijakan programprogram kesehatan atau nilai tertentu yang mengacu pada metode statistik.
1. NILAI PENGELOMPOKAN Penentuan nilai pengelompokan ada 2 cara yaitu : a .Berdasarkan kebijakan program kesehatan (target SPM Bidang Kesehatan, Indikator Indonesia Sehat 2010, atau program kesehatan lainnya)
b. Mengacu pada metode statistik.
Dalam peta ini, pengelompokan nilai terbagi menjadi empat yaitu : sangat baik, baik, kurang dan buruk. Contoh:
Pengelompokan indikator pencapaian imunisasi campak. Berdasarkan kebijakan program imunisasi telah ditetapkan bahwa cakupan imunisasi campak dalam suatu wilayah adalah
>90%,8090%, 5080%, <50% . Dalam hal ini klasifikasi pada pemetaan dibagi sebagai berikut.:
• Kelompok sangat baik bila cakupan imunisasi campak >90 % • Kelompok baik bila cakupan imunisasi campak 8090% • Kelompok kurang bila cakupan imunisasi campak 5080% • Kelompok buruk bila cakupan imunisasi campak <50%
2. PEWARNAAN DALAM PEMETAAN Pewarnaan di dalam Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2006 ini adalah sebagai berikut :
§ Kelompok sangat baik : berwarna hijau tua • Kelompok baik : berwarna hijau muda • Kelompok kurang : berwarna kuning • Kelompok buruk : berwarna merah
Namun, aturan tersebut tidak berlaku untuk beberapa indikator, yaitu ratarata tingkat pemanfaatan tempat tidur (BOR) dan ratarata lama hari perawatan (LOS). vi
CARA MEMBACA GAMBAR
Trend Angka nasional
Peta yang menggambarkan keadaan tahun sebelumnya sebagai perbandingan
Peta utama menggambarkan keadaan terakhir indikator sesuai aturan perbedaan warna
Tabel data numerik yang merupakan asal data peta utama
Sumber data
Interpretasi gambar
Peringkat, menunjukkan keadaan yang diasumsikan terbaik sampai terburuk
vii
JUMLAH PENDUDUK PER KM 2 TAHUN 2008
115 117.6 119.4 118 120
0
50
100
150
200
2004 2005 2006 2007 2008
Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2008
1
JUMLAH PENDUDUK (per km 2 ) TAHUN 20042008
JUMLAH PENDUDUK (per km 2 ) TAHUN 2007
1 Papua 6 7 Maluku Utara 30 14 NAD 74 20 Sumatera Barat 113 27 Bali 608 2 Papua Barat 8 8 Sulaw esi Tengah 39 15 Sumatera Selatan 78 21 Sulaw esi Utara 159 28 Jaw a Timur 776 3 Kalimantan Tengah 13 9 Sulaw esi Tenggara 55 16 Bengkulu 82 22 Sulaw esi Selatan 167 29 Banten 994 4 Kalimantan Timur 15 10 Jambi 56 17 Gorontalo 86 23 Kepulauan Riau 177 30 Jaw a Tengah 995 5 Maluku 28 11 Riau 60 18 Kalimantan Selatan 89 24 Sumatera Utara 179 31 DI Yogyakarta 1,107 6 Kalimantan Barat 29 12 Sulaw esi Barat 61 19 Nusa Tenggara Timur 93 25 Lampung 213 32 Jaw a Barat 1,157
13 Kep. Babel 68 26 Nusa Tenggara Barat 235 33 DKI Jakarta 13,774
< 30 Jiw a/km 2 30100 Jiw a/km 2 100500 Jiw a/km 2 > 500 Jiw a/km 2
Pada tahun 2008 sebagian besar provinsi memiliki kepadatan 30100 jiwa per km 2 (13 provinsi). Wilayah dengan kepadatan di atas 500 jiwa per km 2 didominasi oleh provinsi di Jawa dan Bali. Pada tahun 2008, DKI Jakarta masih merupakan provinsi dengan kepadatan tertinggi (13.774 jiwa per km 2 ), sedangkan Papua merupakan provinsi dengan kepadatan terendah (6 jiwa per km 2 ). Secara nasional pada tahun 2008 tingkat kepadatan menunjukkan angka 120 jiwa per km 2 .
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR ≥10 TAHUN YANG MELEK HURUF TAHUN 2007
1 Sulaw esi Utara 98.94 7 Sumatera Selatan 96.97 13 Banten 95.76 19 Kalimantan Selatan 94.67 25 Jaw a Tengah 89.91 32 NTB 82.44 2 DKI Jakar ta 98.83 8 Sumatera Barat 96.49 14 Jambi 95.39 20 Bengkulu 94.56 26 DI Yogyakarta 88.86 33 Papua 76.85 3 Riau 97.53 9 Kalimantan Timur 96.13 15 Sulaw esi Tengah 95.29 21 Lampung 93.90 27 Jaw a Timur 88.66 4 Maluku 97.16 10 Kepulauan Riau 96.03 16 Kep Bangka Belitung 95.24 22 Sulaw esi Tenggara 91.64 28 NTT 88.53 5 Sumatera Utara 97.04 11 Jaw a Barat 95.85 17 Maluku Utara 95.22 23 Papua Barat 90.62 29 Sulaw esi Barat 87.86 6 Kalimantan Tengah 96.98 12 Gorontalo 95.81 18 NAD 95.13 24 Kalimantan Barat 90.61 30 Sulaw esi Selatan 87.72
31 Bali 87.32
85%90% > 95% 90%95% < 85%
Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2008
2
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR ≥10 TAHUN YANG MELEK HURUF
TAHUN 2006
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR ≥10 TAHUN YANG MELEK HURUF TAHUN 20032007
91.47 91.91 92.99 92.74
0
50
100
150
2004 2005 2006 2007 2008
Sebagian besar provinsi di Indonesia memiliki tingkat melek huruf dengan persentase di atas 95% pada tahun 2007. Terdapat 2 provinsi dengan tingkat melek huruf < 85%. Tingkat melek huruf tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Utara sebesar 98,94%, sedangkan Papua memiliki tingkat melek huruf terendah sebesar 76,85%. Secara nasional, tingkat melek huruf pada tahun 2007 sebesar 92,74%. Angka ini sedikit menurun dibandingkan tahun 2006 yang sebesar 92,99%.
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR ≥10 TAHUN YANG MENAMATKAN PENDIDIKAN SLTP KE ATAS TAHUN 2007
1 DKI Jakarta 66.95 7 NAD 48.14 14 Banten 41.93 20 Sumatera Selatan 39.79 27 Papua 36.08 32 Sulaw esi Barat 29.55 2 Kepulauan Riau 57.17 8 Maluku 47.79 15 Maluku Utara 41.76 21 Sulaw esi Selatan 39.73 28 NTB 35.29 33 NTT 27.17 3 DI Yogyakarta 54.15 9 Riau 46.50 16 Jambi 41.29 22 Kalimantan Selatan 39.27 29 Jaw a Tengah 34.89 4 Sulaw esi Utara 53.86 10 Sumatera Barat 45.39 17 Sulaw esi Tengah 41.13 23 Lampung 38.68 30 Kalimantan Barat 34.80 5 Kalimantan Timur 52.73 11 Bali 44.47 18 Papua Barat 40.85 24 Jaw a Barat 38.13 31 Gorontalo 30.54 6 Sumatera Utara 50.01 12 Bengkulu 44.23 19 Kalimantan Tengah 40.82 25 Jaw a Timur 37.42
13 Sulaw esi Tenggara 43.01 26 Kep Bangka Belitung 36.74
<30% 3040% 4050% ≥50%
Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2008
3
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR ≥10 TAHUN YANG MENAMATKAN SLTP KE ATAS
TAHUN 20032007
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR ≥10 TAHUN YANG MENAMATKAN SLTP KEATAS
TAHUN 2006
36.21 38.33 38.38 40.12 40.86
0
1 0
2 0
3 0
4 0
5 0
6 0
2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7
Persentase penduduk berumur ≥10 tahun yang menamatkan pendidikan hingga SLTP ke atas pada tahun 2007 sebesar 40,86%. Angka ini meningkat dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Sebagian besar provinsi pada tahun 2007 memiliki persentase melebihi 35%. DKI Jakarta merupakan provinsi dengan persentase penduduk berumur ≥10 tahun yang menamatkan pendidikan SLTP ke atas yang tertinggi (66,95%). Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah NTT (27,17%).
PERSENTASE ANAK USIA 24 TAHUN YANG DISUSUI SELAMA 2 TAHUN ATAU LEBIH
TAHUN 2008
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2008
4
PERSENTASE ANAK USIA 24 TAHUN YANG DISUSUI SELAMA 2 TAHUN ATAU LEBIH
TAHUN 20042008
PERSENTASE ANAK USIA 24 TAHUN YANG DISUSUI SELAMA 2 TAHUN ATAU LEBIH
TAHUN 2007
41.36 42.8 48.73 47.81 43.46
0
20
40
60
80
2004 2005 2006 2007 2008
1 Kalimantan Barat 63.20 8 Nusa Tenggara Barat 54.22 13 Jaw a Timur 46.52 20 Kep. Riau 42.52 23 Nusa Tenggara Timur 38.87 30 Papua Barat 31.21 32 Maluku Utara 27.25 2 Jaw a Tengah 59.92 9 Sulaw esi Tengah 52.56 14 Bengkulu 46.38 21 Banten 40.82 24 DKI Jakarta 38.68 31 Sumatera Utara 30.93 33 Maluku 22.12 3 DI Y ogyakarta 57.77 10 Kalimantan Selatan 51.71 15 Sumatera Barat 45.11 22 Kep. Babel 40.52 25 Papua 38.15 4 Kalimantan Tengah 57.59 11 Jambi 51.69 16 Sulaw esi Selatan 44.85 26 NAD 37.72 5 Kalimantan Timur 57.39 12 Gorontalo 50.47 17 Riau 44.43 27 Sulaw es i Tenggara 37.14 6 Sumatera Selatan 54.80 18 Lampung 44.17 28 Sulaw es i Utara 35.56 7 Jaw a Barat 54.65 19 Sulaw esi Barat 43.73 29 Bali 32.96
> 50% 40 50% 3040% < 30%
Persentase anak usia 24 tahun yang disusui selama 2 tahun atau lebih pada tahun 2008 sebesar 47,81% meningkat dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 48,73%. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah Kalimantan Barat (63,20%). Terdapat 2 provinsi dengan persentase yang kurang dari 30% yaitu Maluku dan Maluku Utara.
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM TERLINDUNG TAHUN 2008
Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2009
5
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM TERLINDUNG
TAHUN 2007
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM TERLINDUNG
TAHUN 20042008
81 .46 82.67 82.29 81 .48 94 .2
0
20
40
60
80
100
2004 2005 2006 2007 2008
1 DKI Jakarta 99.62 8 DI Yogyakarta 95.86 15 Jaw a Tengah 93.96 22 Sumatera Barat 92.67 28 Nusa Tenggara Barat 89.05 33 Bengkulu 69.56 2 Sulaw esi Tengah 98.17 9 Kalimantan Barat 95.10 16 Kep. Riau 93.80 23 Sumatera Utara 91.77 29 Kep. Babel 88.24 3 Maluku Utara 97.78 10 Kalimantan Timur 95.06 17 Sulaw esi Utara 93.65 24 Jambi 91.15 30 Sumatera Selatan 88.08 4 Banten 97.64 11 Riau 95.01 18 Sulaw esi Barat 93.29 25 Maluku 90.90 31 Kalimantan Tengah 83.62 5 Bali 97.48 12 Papua Barat 94.95 19 NAD 92.87 26 Papua 90.55 32 Lampung 82.33 6 Jaw a Timur 96.92 13 Sulaw esi Selatan 94.67 20 Jaw a Barat 92.86 27 Kalimantan Selatan 90.29 7 Gorontalo 96.52 14 Sulaw esi Tenggara 94.55 21 Nusa Tenggara Timur 92.80
> 90% 75 90% 60 75% < 60%
Pada tahun 2008 tidak ada lagi provinsi yang berwarna merah artinya tidak ada lagi daerah yang rumah tangga dengan sumber air minum terlindung < 80%. Provinsi yang berwarna kuning hanya 1 provinsi yakni Provinsi Bengkulu dan yang berwarna hijau hanya 5 provinsi. Jadi sebagian besar provinsi di Indonesia telah memiliki > 80% rumah tangga dengan sumber air minum terlindungi. Kemajuan yang signifikant pada tahun 2008 dibanding tahun 2007, dimana tahun 2007 terdapat 4 provinsi berwarna merah yang cakupan rumah tangga dengan sumber air minum terlindungi <80%.
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN JARAK SUMBER AIR MINUM KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR TINJA TERDEKAT >10 METER
TAHUN 2008
Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2008
6
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN JARAK SUMBER AIR MINUM KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR TINJA
TERDEKAT >10 METER TAHUN 20062008
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN JARAK SUMBER AIR MINUM KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR TINJA
TERDEKAT >10 METER TAHUN 2007
46 .57 52.72 51 .88
0
20
40
60
80
100
2006 2007 2008
1 DI Y ogyakarta 71.73 8 Kalimantan Tengah 57.57 13 Kep. Babel 54.61 20 Sumatera Utara 48.50 27 Jaw a Barat 42.86 30 Kep. Riau 38.39 32 Banten 34.35 2 Kalimantan Selatan 66.00 9 Kalimantan Timur 56.75 14 DKI Jakarta 54.17 21 Sulaw esi Barat 48.48 28 Sulaw es i Tengah 42.11 31 NAD 35.82 33 Gorontalo 33.39 3 Jambi 63.66 10 Jaw a Tengah 56.38 15 Sulaw esi Selatan 51.46 22 Sumatera Barat 48.43 29 Nusa Tenggara Barat 41.62 4 Lampung 62.29 11 Sumatera Selatan 55.58 16 Papua Barat 51.15 23 Bengkulu 46.30 5 Jaw a Timur 60.44 12 Nusa Tenggara Timur 55.11 17 Kalimantan Barat 51.01 24 Papua 44.49 6 Bali 59.76 18 Riau 50.73 25 Sulaw esi Utara 43.58 7 Sulaw es i Tenggara 59.74 19 Maluku 49.18 26 Maluku Utara 43.52
> 55% 4055% 3540% ≤ 35%
Berbeda dengan rumah tangga dengan sumber air minum terlindungi yang mengalami kemajuan pada tahun 2008 , rumah tangga dengan jarak sumber air minum ke tempat penampungan akhir tinja terdekat > 10 meter mengalami kemunduran. Provinsi berwarna merah menjadi 2 provinsi (provinsi yang cakupannya <= 36%)
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR MILIK SENDIRI
TAHUN 2008
Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2008
7
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN FASILITAS BUANG AIR BESAR SENDIRI
TAHUN 2007
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN FASILITAS BUANG AIR BESAR SENDIRI
TAHUN 20062008
60.38 59.86 61.68
0
20
40
60
80
100
2006 2007 2008
1 Kep. Riau 82.54 8 Kep. Babel 66.11 15 Bengkulu 61.16 17 Kalimantan Barat 58.67 24 Kalimantan Tengah 53.29 27 Maluku 47.15 32 Nusa Tenggara Barat 37.76 2 Riau 81.88 9 DI Yogyakarta 65.67 16 Jaw a Tengah 60.53 18 Banten 58.66 25 Sumatera Barat 51.18 28 Papua 46.27 33 Gorontalo 31.82 3 Kalimantan Timur 77.03 10 Sumatera Selatan 63.31 19 Kalimantan Selatan 58.56 26 Sulaw esi Tengah 50.58 29 Sulaw esi Barat 46.14 4 DKI Jakarta 74.03 11 Bali 63.17 20 Jaw a Timur 58.42 30 Papua Barat 44.32 5 Sumatera Utara 72.76 12 Jaw a Barat 62.92 21 Sulaw esi Selatan 58.20 31 Maluku Utara 44.21 6 Lampung 70.19 13 Sulaw esi Utara 62.49 22 Sulaw esi Tenggara 58.15 7 Jambi 66.24 14 Nusa Tenggara Timur 62.23 23 NAD 56.05
> 60% 5060% 4050% < 40%
Peta ini menunjukkan sebagian besar provinsi wilayah di timur belum memiliki tempat buang air besar milik sendiri, dimana 5 provinsi dengan cakupan persentase rumah tangga dengan fasilitastempat buang air besar milik sendiri tahun 2008 < 60% dan 2 provinsi <40%. Akan tetapi provinsi Maluku mengalami perbaikan dari warna merah tahun 2007 menjadi warna kuning pada tahun 2008.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2007
8
Sumber: Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia 2005 2006, Jakarta 2008
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 19992007
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
TAHUN 2006
64.3 65.8 69.6 70.1 70.59
0
25
50
75
100
1999 2002 2005 2006 2007
1 DKI Jakarta 0.766 2 Sulaw esi Utara 0.747 10 Kep. Babel 0.716 18 Maluku 0.700 26 Kalimantan Selatan 0.680 32 Nusa Tenggara Barat 0.637 3 Riau 0.746 11 Bengkulu 0.716 19 Lampung 0.698 27 Maluku Utara 0.678 33 Papua 0.634 4 DI Yogyakarta 0.742 12 Jambi 0.715 20 Jaw a Timur 0.698 28 Sulaw esi Barat 0.677 5 Kalimantan Timur 0.738 13 Sumatera Selatan 0.714 21 Sulaw esi Selatan 0.696 29 Kalimantan Barat 0.675 6 Kep. Riau 0.737 14 Jaw a Tengah 0.709 22 Sulaw esi Tengah 0.693 30 Papua Barat 0.673 7 Kalimantan Tengah 0.735 15 Jaw a Barat 0.707 23 Banten 0.693 31 Nusa Tenggara Timur 0.654 8 Sumatera Utara 0.728 16 Bali 0.705 24 Gorontalo 0.688 9 Sumatera Barat 0.722 17 NAD 0.704 25 Sulaw esi Tenggara 0.683
≥ 0,750 0,700 0,750 0,650 0,700 ≤ 0,650
IPM pada tahun 2007 terdapat provinsi yang naik dan turun IPM nya. Provinsi Aceh IPM mengalami kenaikan,yang tadinya berkisar 0,8600,700 tahun 2006 meningkat menjadi 0,704, demikian juga NTT dari IPM <0,860 menjadi 0,654. dan provinsi lainnya masih sama belum mengalami perobahan status IPM.
ANGKA HARAPAN HIDUP (e0) TAHUN 2007
9
1 DI Yogyakarta 73.10 9 Kepulauan Riau 69.60 17 Jambi 68.60 25 Nusa Tenggara Timur 66.70 31 Banten 64.50 2 DKI Jakarta 72.80 10 Sulaw esi Selatan 69.40 18 Bangka Belitung 68.50 26 Maluku 66.60 32 Kalimantan Selatan 62.6 3 Sulaw esi Utara 72.00 11 Bengkulu 69.20 19 NAD 68.40 27 Kalimantan Barat 66.10 33 NTB 61.2 4 Riau 71.00 12 Sumatera Utara 69.10 20 Papua 67.90 28 Gorontalo 65.90 5 KalimantanTengah 70.90 13 Sumatera Selatan 69.00 21 Jaw a Barat 67.60 29 Sulaw esi Tengah 65.90 6 Jaw a Tengah 70.90 14 Jaw a Timur 68.90 22 Irian Jaya Barat 67.60 30 Maluku Utara 65.10 7 Bali 70.60 15 Sumatera Barat 68.80 23 Sulaw esi Tenggara 67.20 8 Kalimantan Timur 70.60 16 Lampung 68.60 24 Sulaw esi Barat 67.20
< 65 tahun < 60 tahun 65 70 tahun > 70 tahun
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
UMUR HARAPAN HIDUP
TAHUN 20052007
UMUR HARAPAN HIDUP
TAHUN 2006
68.10 68.50 69.09
0.0 0
25.0 0
50.0 0
75.0 0
100.0 0
200 5 200 6 200 7
Umur harapan hidup secara nasional pada tahun 2007 adalah 69,09 tahun. Bila dilihat menurut provinsi, umur harapah hidupbervariasi. Ada 8 provinsi yang umur harapan hidupnya lebih dari 69,09, artinya umur harapan hidup di provinsi ini lebih tinggidari umur harapan hidup nasional.
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI (per 1000 kelahiran hidup) TAHUN 2007
Sumber : BPS (2008), Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), 2007
10
Estimasi Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup (KH) meningkat dibanding tahun 2005 yang sebesar 28 per 1000 KH. AKB terendah terjadi di DI Yogyakarta (19 per 1000 KH) dan tertinggi di Sulawesi Barat (74 per 1000 KH).
ANGKA KEMATIAN BAYI (IMR) TAHUN 20022003
ANGKA KEMATIAN BAYI (IMR) TAHUN 20002007
1 DI Yogyakarta 19 6 Kalimantan Tengah 30 11 Riau 37 15 Sulaw esi Selatan 41 21 Sumatera Utara 46 26 Maluku Utara 51 2 NAD 25 7 Bali 34 12 Jambi 39 16 Sulaw esi Tenggara 41 22 Bengkulu 46 27 Gorontalo 52 3 Jaw a Tengah 26 8 Jaw a Timur 35 13 Kep Bangka Belitung 39 17 Papua 41 23 Banten 46 28 Nusa Tenggara Timur 57 4 Kalimantan Timur 26 9 Sulaw esi Utara 35 14 Jaw a Barat 39 18 Sumatera Selatan 42 24 Kalimantan Barat 46 29 Kalimantan Selatan 58 5 DKI Jakarta 28 10 Papua Barat 36 19 Lampung 43 25 Sumatera Barat 47 30 Maluku 59
20 Kepulauan Riau 43 31 Sulaw esi Tengah 60 32 Nusa Tenggara Barat 72 33 Sulaw esi Barat 74
> 49 < 30 30 39 40 49
50 35 34
47
0
15
3 0
4 5
6 0
2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3
2 0 0 7
0.15 0.15 0.19 0.16
2 1.2 2 4 .75 2 3 .9 8
16 .4 4 18 .6 2
0.17
0
10
20
30
2004 2005 2006 2007 2008
ANNUAL PARASITE INCIDENCE (API)/ ANNUAL MALARIA INCIDENCE (AMI) (per 1000 Penduduk)
TAHUN 2008
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2008
11
ANNUAL PARASITE INSIDENCE/ANNUAL MALARIA INSIDENCE (per 1000 Penduduk)
TAHUN 2006
ANNUAL PARASITE INCIDENCE/ ANNUAL MALARIA INCIDENCE (per 1000 Penduduk) TAHUN 20042008
API (Jawa Bali) AMI 17 Sulawesi Tenggara 10.26 25 NTB 21.85 27 Maluku 39.65 29 Maluku Utara 51.42 33 DKI Jakarta 1 Banten 0.03 8 NAD 2.03 15 Sumatera Utara 8.15 18 Kalimantan Tengah 11.21 26 Bengkulu 22.96 28 Kep.Babel 40.58 30 Papua 84.74
2 DIYogyakarta 0.03 9 Sumatera Barat 2.58 16 Kalimantan Timur 8.59 19 Sulawesi Barat 11.98 31 NTT 104.10 3 Jawa Tengah 0.07 10 Lampung 2.79 20 Kepulauan Riau 13.32 32 Papua Barat 167.47
4 Bali 0.17 11 Riau 3.06 21 Gorontalo 13.94 5 Jawa Barat 0.58 12 Kalimantan Barat 3.23 22 Sulawesi Utara 16.48 6 Jawa Timur 0.71 13 Kalimantan Selatan 4.20 23 Sulawesi Tengah 17.81 7 Sulawesi Selatan 1.51 14 Sumatera Selatan 5.46 24 Jambi 18.08
> 50 Tidak ada data <10 10 25' 2550
API secara nasional sejak tahun 2004 tidak begitu banyak mengalami perobahan, sedangkan AMI mengalami sedikit penurunan bila diukur dari tahun 2005. API untuk Provinsi Banten, DI Yogyakarta dan Jawa Tengah sudah dibawah 0,01 akan tetapi Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur masih tinggi yaitu sebesar 0,58 dan 0,71. Untuk AMI angkanya menurut provinsi masih sangat bervariasi, provinsi yang AMInya dibawah 5 ada 7 provinsi dan yang AMInya lebih 25 masih 7 provinsi. Angka API dan AMI masih sangat jauh perbedaanya.
ANGKA INSIDENS PENYAKIT DBD/DHF (per 100.000 penduduk)
TAHUN 2008
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2008
12
ANGKA INSIDENS PENYAKIT DBD/DHF (per 100.000 penduduk)
TAHUN 2007
ANGKA INSIDENS PENYAKIT DBD/DHF (per 100.000 penduduk) TAHUN 20042008
37.11 43.42 52.48
71.78 60.06
0
20
40
60
80
100
2004 2005 2006 2007 2008
1 Maluku 0.00 8 Riau 15.96 12 Kalimantan Barat 22.29 17 Sumatera Barat 42.67 24 Sulaw esi Tengah 55.25 29 Papua Barat 90.41
2 Kep. Babel 3.07 9 Nusa Tenggara Barat 18.10 13 Maluku Utara 25.25 18 Jaw a Timur 44.68 25 Jaw a Tengah 58.45 30 Kep. Riau 133.07
3 Sulaw esi Barat 3.65 10 Gorontalo 18.74 14 Kalimantan Tengah 27.11 19 Banten 46.16 26 DI Yogyakarta 61.72 31 Bali 181.31
4 Nusa Tenggara Timur 7.07 11 Bengkulu 19.39 15 Sumatera Utara 34.49 20 Sulaw es i Tenggara 46.21 27 Sulaw esi Utara 63.58 32 Kalimantan Timur 220.03
5 Jambi 8.64 16 Sumatera Selatan 34.75 21 Sulaw es i Selatan 46.46 28 Lampung 68.83 33 DKI Jakarta 317.09
6 Papua 13.47 22 Jaw a Barat 54.23
7 Kalimantan Selatan 15.69 23 NAD 54.76
< 20 20 40 40 80 > 80
Insidens DBD menunjukkan tanda penurunan tahun 2008. Penurunan ini suatu yang sangat menggembirakan dimana sejak tahun 2002 terjadi peningkatan kasus yang terus menerus, dan tahun 2008 mengalami penurunan. Akan tetapi penurunan tidak serta merta terjadi pada setiap provinsi, seperti Bali yang dari tahun 2006, 2007 dan 2008 angka insidens nya selalu > 80 dan yang lebih menghawatirkarka provinsi Papua Barat insidensnya meningkat dari 4080 menjadi >80, demikin juda Sulawesi Selatan yang tadinya berkisar 36,79 menjadi 46,21.
CASE FATALITY RATE PENYAKIT DBD/DHF TAHUN 2008
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2008
1 Kep. Babel 0.00 8 Papua Barat 0.39 15 Jaw a Barat 0.99 18 Sumatera Utara 1.10 25 Kalimantan Tengah 1.32 29 Gorontalo 2.33 32 Kalimantan Barat 3.38 2 Sulaw esi Barat 0.00 9 Papua 0.44 16 DI Yogyakarta 0.99 19 Sulaw esi Utara 1.12 26 Banten 1.34 30 Maluku Utara 2.80 33 Jambi 3.67
3 Maluku 0.00 10 Nusa Tenggara Barat 0.51 17 Jaw a Timur 0.99 20 Jaw a Tengah 1.19 27 Kalimantan Timur 1.82 31 Nusa Tenggara Timur 2.87 4 DKI Jakarta 0.09 11 Sumatera Barat 0.58 21 Riau 1.21 28 Kalimantan Selatan 1.91 5 Sumatera Selatan 0.13 12 Sulaw esi Selatan 0.76 22 Sulaw esi Tengah 1.22
6 Bengkulu 0.29 13 Lampung 0.83 23 Kep. Riau 1.28 7 Bali 0.30 14 Sulaw esi Tenggara 0.89 24 NAD 1.31
< 1.00% 1.00 2.00% 2.00 3.00% > 3.00%
1.20 1.36 1.04 1.01 0.86
0.00
1.00
2.00
3.00
2004 2005 2006 2007 2008
CASE FATALITY RATE PENYAKIT DBD/DHF TAHUN 20042008
CASE FATALITY RATE PENYAKIT DBD/DHF TAHUN 2007
13
Secara Nasional CFR DBD dari tahun 2005 ke tahun 2008 mengalami penurunan dengan range CFR sebesar 1,360,89%. Untuk provinsi pada tahun 2008 CFR ada yang berada jauh dibawah angka nasional seperti Provinsi Babel, Sulbar, dan Maluku (CFR 0%) dan yang jauh lebih tinggi yaitu Provinsi Kalbar dan Jambi (CFR >3%).
ANGKA PREVALENSI KUSTA (per 10.000 penduduk)
TAHUN 2008
ANGKA PREVALENSI KUSTA (per 10.000 penduduk) TAHUN 20042008
14
1 Sumatera Utara 0.16 9 Sumatera Selatan 0.43 17 NTB 0.63 22 NAD 1.18 28 Gorontalo 2.43 30 Maluku 3.63 2 Bengkulu 0.16 10 Bangka Belitung 0.44 18 Kalimantan Selatan 0.77 23 Sulaw esi Tengah 1.31 29 Sulaw esi Barat 2.22 31 Papua 4.20 3 DI Yogyakarta 0.20 11 Kalimantan Barat 0.48 19 Kalimantan Timur 0.90 24 Sulaw esi Selatan 1.42 32 Papua Barat 6.56 4 Kepulauan Riau 0.24 12 Kalimantan Tengah 0.50 20 DKI Jakarta 0.94 25 Sulaw esi Tenggara 1.42 33 Maluku Utara 7.13 5 Sumatera Barat 0.29 13 Jaw a Barat 0.55 21 Banten 0.92 26 Jaw a Timur 1.85 6 Lampung 0.32 14 NTT 0.56 27 Sulaw esi Utara 1.76 7 Bali 0.34 15 Jaw a Tengah 0.65 8 Jambi 0.39 16 Riau 0.66
< 1 2 3 > 3 1 2
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2008
0.93 0.98 1.03 1.05 0.94
0
0.4
0.8
1.2
1.6
2
2004 2005 2006 2007 2008
ANGKA PREVALENSI KUSTA (per 10.000 penduduk) TAHUN 2007
Prevalensi penyakit Kusta secara nasional menurun kembali pada tahun 2008, meskipun sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 mengalami kenaikan. Prevalensi kusta pada provinsi di Indonesia ada yang dibawah angka nasional yaitu 18 provinsi dan selebihnya diatas angka nasional.
JUMLAH KASUS PENYAKIT KUSTA TAHUN 2008
JUMLAH KASUS PENYAKIT KUSTA TAHUN 20042008
15
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2008
1 Bengkulu 26 5 Kalimantan Tengah 103 13 Sulaw esi Barat 229 21 Riau 341 26 Maluku Utara 684 29 Sulaw esi Selatan 1,107 2 Kepulauan Riau 35 6 Bali 119 14 NTT 255 22 Sulaw esi Utara 388 27 DKI Jakarta 860 31 Jaw a Tengah 2,260 3 Bangka Belitung 49 7 Jambi 108 15 Kalimantan Selatan 265 23 NAD 476 29 Papua 863 32 Jaw a Barat 6,863 4 DI Yogyakarta 71 8 Sumatera Barat 140 16 NTB 274 24 Papua Barat 479 28 Banten 880 33 Jaw a Timur 6,037
9 Kalimantan Barat 202 17 Kalimantan Timur 277 25 Maluku 480 10 Sumatera Utara 205 18 Sulaw esi Tenggara 294 11 Lampung 234 19 Sumatera Selatan 307 12 Gorontalo 236 20 Sulaw esi Tengah 320
>1000 <100 5001000 100500
21,537 22,763 23,652 21,538
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
2005 2006 2007 2008
JUMLAH KASUS PENYAKIT KUSTA TAHUN 2007
Jumlah kasus kusta juga mengalami penurunan, hal ini tentunya berbading lurus dengan penurunan prevalensi. Dari peta diatas dapat dilihat bahwa semua provinsi di Indoensia masih ada kasus penyakit kusta, meskipun dari segi jumlah sangat bervariasi.
JUMLAH KASUS AFP POLIO DENGAN KLASIFIKASI VIRUS POLIO LIAR
TAHUN 2008
Sumber : PP&PL, Depkes RI, 2006
16
JUMLAH KASUS AFP POLIO DENGAN KLASIFIKASI VIRUS POLIO LIAR
TAHUN 2006
JUMLAH KASUS AFP POLIO DENGAN KLASIFIKASI VIRUS POLIO LIAR
TAHUN 2007
Terinfeksi NAD Lampung Jawa Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Sumatera Utara Kep. Babel Banten Kalimantan Timur Maluku Sumatera Barat Kep. Riau Bali Sulawesi Utara Maluku Utara Riau DKI Jakarta Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Papua Jambi Jawa Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Papua Barat Sumatera Selatan Jawa Tengah Kalimantan Barat Sulawesi Tenggara Bengkulu DI Yogyakarta Kalimantan Tengah Gorontalo
Tidak Terinfeksi
Peta diatas menunjukkan pada tahun 2008 Indonesia 100% bebas dari virus polio liar.
WILAYAH TERINFEKSI FLU BURUNG PADA MANUSIA TAHUN 2008
20
55 45
20 0
2 5
50
75
200 5 20 06 20 07 20 08
17
JUMLAH KASUS FLU BURUNG PADA MANUSIA TAHUN 20052008
WILAYAH TERINFEKSI FLU BURUNG PADA MANUSIA TAHUN 2007
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2008
NAD Lampung Nusa Tenggara Barat Sulaw esi Utara Maluku Banten 7 Sumatera Utara Kep. Babel Nusa Tenggara Timur Sulaw esi Tengah Maluku Utara DKI Jakarta 6 Riau Kep. Riau Kalimantan Barat Sulaw esi Selatan Papua Barat Jaw a Barat 4 Jambi DI Yogyakarta Kalimantan Tengah Sulaw esi Tenggara Papua Jaw a Tengah 2 Sumatera Selatan Jaw a Timur Kalimantan Selatan Gorontalo Sumatera Barat 1 Bengkulu Bali Kalimantan Timur Sulaw esi Barat
T idak te rinfeks i Terinfe ks i
Pada tahun 2008 flu burung menjakiti 5 provinsi di Indonesia yang semuanya berada di wilayah Indonesia bagian Barat, yaitu 1 provinsi di Pulau Sumatera dan 4 provinsi lainnya di Pulau Jawa.
PERSENTASE KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) TAHUN 2008
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
18
77 77.11 79.63 86.04 80.26
0
20
40
60
80
100
2004 2005 2006 2007 2008
PERSENTASE KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) TAHUN 20042008
PERSENTASE KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) TAHUN 2007
1 DKI Jakar ta 95.78 3 Sumatera Utara 94.53 10 Riau 85.52 17 Gorontalo 82.55 22 Kalimantan Selatan 77.91 29 Papua 68.17 33 Papua Barat 38.46
2 Jaw a Barat 95.78 4 DI Yogyakarta 93.79 11 Sumatera Barat 85.52 18 Jaw a Timur 82.54 23 Kalimantan Timur 77.91 30 Kalimantan Barat 67.79
5 Bali 93.78 12 Lampung 84.50 19 Bengkulu 80.39 24 Banten 75.71 31 Maluku 64.02
6 Nusa Tenggara Barat 93.78 13 Kalimantan Tengah 84.24 20 Kep. Riau 79.25 25 Sulaw esi Utara 75.25 32 Sulaw esi Barat 64.02
7 Nusa Tenggara Timur 89.50 14 Sumatera Selatan 83.61 21 NAD 78.57 26 Sulaw esi Tenggara 75.23
8 Kep. Babel 86.75 15 Jambi 83.61 27 Sulaw esi Tengah 73.44
9 Jaw a Tengah 86.67 16 Sulaw esi Selatan 83.22 28 Maluku Utara 68.17
> 95% 78 95% 61 78% < 61%
Secara nasional pada periode tahun 2004 – 2008 persentase kunjungan ibu hamil (K4) terus meningkat meningkat. Pada tahun 2007 tidak ada provinsi dengan persentase K4 >95%, sedangkan pada tahun 2008 DKI Jakarta dan Jawa Barat mempunyai persentase K4 >95%. Untuk persentase K4 <61% pada tahun 2007 adalah Provinsi Papua Barat dan Papua,, pada tahun 2008 Provinsi Papua Barat.
PERSENTASE IBU BERSALIN DITOLONG TENAGA KESEHATAN TAHUN 2008
19
PERSENTASE IBU BERSALIN DITOLONG TENAGA KESEHATAN TAHUN 2007
74.27 72.37 76.4 77.21 80.08
0
20
40
60
80
100
2004 2005 2006 2007 2008
PERSENTASE IBU BERSALIN DITOLONG TENAGA KESEHATAN TAHUN 20042008
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
1 Bali 97.72 4 Jaw a Timur 89.96 12 Jaw a Tengah 84.53 19 Riau 76.97 27 Banten 71.69 31 Papua 60.10 2 DI Yogyakarta 94.45 5 DKI Jakarta 87.24 13 Nusa Tenggara Barat 84.17 20 Bengkulu 76.61 28 Jaw a Barat 71.08 32 Maluku Utara 58.66 3 Kep. Riau 92.67 6 Gorontalo 87.03 14 Sumatera Barat 83.55 21 Sulaw esi Tenggara 76.19 29 Maluku 69.15 33 Papua Barat 45.47
7 Sumatera Selatan 86.91 15 Kalimantan Selatan 82.13 22 Sulaw esi Selatan 75.62 30 Sulaw esi Barat 65.57
8 Jambi 85.91 16 Sulaw esi Tengah 79.33 23 Kalimantan Barat 75.49
9 Sumatera Utara 85.12 17 Lampung 78.64 24 Kalimantan Timur 75.22
10 Kep. Babel 84.89 18 Nusa Tenggara Timur 77.59 25 Kalimantan Tengah 74.37
11 NAD 84.66 26 Sulaw esi Utara 73.53
> 90% 77 90% 64 77% < 64%
Persentase ibu bersalin ditolong tenaga kesehatan secara nasional pada tahun 20042008 cenderung meningkat. Pada tahun 2008 angka nasional adalah 80,88 % dengan cakupan tertinggi adalah provinsi Bali (97,72%) dan terendah adalah Provinsi Papua Barat (45,47%). Bila dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi peningkatan dimana persentase >90% hanya 2 provinsi (Bali dan Bangka Belitung) sedangkan pada tahun 2008 ada 3 provinsi (Bali, DI Yogyakarta dan Kepulauan Riau).
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2) TAHUN 2008
Sumber : Ditjen Binakesmas Depkes RI, 2008
20
78.04 77.16 85.51
65.11 68.89
0
20
40
60
80
100
2004 2005 2006 2007 2008
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2) TAHUN 20042008
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2) TAHUN 2007
1 DIY Yogyakarta 111.47 7 Nusa Tenggara Barat 86.52 15 Jambi 80.59 23 Sumatera Utara 74.16 28 Sulaw esi Utara 58.64 32 Papua Barat 37.76 2 Bali 97.63 8 Kalimantan Selatan 86.44 16 Jaw a Barat 80.68 24 Sulaw esi Selatan 73.39 29 Sulaw esi Barat 53.23 33 Papua 33.79 3 Jaw a Tengah 94.45 9 Kepulauan Riau 85.46 17 Nusa Tenggara Timur 80.03 25 Kalimantan Barat 73.12 4 DKI Jakarta 92.75 10 Sumatera Selatan 83.61 18 Lampung 79.01 26 Maluku 68.33 5 Bangka Belitung 91.77 11 Sumatera Barat 83.60 19 Kalimantan Tengah 78.45 27 Maluku Utara 65.60 6 Jaw a Timur 90.13 12 Kalimantan Timur 82.43 20 Bengkulu 77.85
13 Banten 81.11 21 Kalimantan Barat 76.75 14 Riau 80.97 22 Gorontalo 75.40
> 90% 65% 90% 40% 65% < 40%
Pada tahun 2008 cakupan kunjungan neonatus (KN2) adalah 78,84% dengan cakupan tertinggi provinsi Bali (97,63%) dan terendah provinsi Papua (33,79%). Tahun 2008 pencapaian cakupan neonatus (KN2) cenderung sema dengan tahun 2007. Persentase KN2 dari tahun 20042008 berfluktuasi, dari tahun 20042005 menurun, naik pada tahun 2006 dan turun kembali pada tahun 2007, kemudian sedikit meningkat pada tahun 2008.
PERSENTASE BALITA MENDAPAT VITAMIN A BULAN AGUSTUS TAHUN 2008
Sumber : Ditjen Binakesmas Depkes RI, 2008
21
1 Sumatera Utara 128.13 5 Kep. Babel 92.74 12 Sulaw esi Selatan 86.03 19 Sulaw esi Tenggara 79.56 22 Bengkulu 74.05 29 Kep. Riau 55.77 2 DI Yogyakar ta 101.77 6 Jaw a Barat 91.75 13 NAD 85.91 20 Kalimantan Selatan 78.71 23 DKI Jakar ta 72.45 30 Papua 55.23 3 NTB 96.46 7 Jaw a Timur 90.82 14 Sumatera Barat 85.61 21 Riau 78.68 24 Lampung 71.43 31 Kalimantan Tengah 53.53 4 Jaw a Tengah 95.83 8 Bali 89.91 15 Banten 84.96 25 Sulaw esi Barat 68.09 32 Maluku 50.03
9 Sulaw es i Utara 89.84 16 NTT 84.36 26 Maluku Utara 67.11 33 Papua Barat 39.10 10 Jambi 89.52 17 Gorontalo 82.03 27 Kalimantan Barat 62.90 11 Sulaw es i Tengah 88.83 18 Sumatera Selatan 81.73 28 Kalimantan Timur 61.07
< 61% > 95% 78 95% 61 78%
82.93 81.29 87.08 87.44 75.66
0
30
60
90
120
20 04 2 005 200 6 20 07 2 00 8
PERSENTASE BALITA MENDAPAT VIT.A 2 KALI TAHUN 20042008
PERSENTASE BALITA MENDAPAT VIT.A 2 KALI
TAHUN 2007
Persentase balita mendapat vitamin A2 dari tahun 2004 – 2008 cenderung meningkat. Pada tahun 2008 persentase cakupan sedikit meningkat dibandingkan dengan cakupan tahun 2007 (87,08%) . Bila dibandingkan dengan tahun 2007, 7 provinsi mengalami penurunan cakupan yaitu Bengkulu, DKI Jakarta, Lampung, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
PERSENTASE IBU NIFAS DIBERI VITAMIN A TAHUN 2008
Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2009
22
1 Jaw a Tengah 87.85 9 Gorontalo 76.46 16 Sumatera Utara 58.37 24 Kalimantan Timur 44.51 31 Maluku 23.97 2 Kep. Babel 86.37 10 Riau 68.70 17 Lampung 57.26 25 Maluku Utara 40.71 32 Nusa Tenggara Barat 18.83 3 Sumatera Selatan 83.91 11 Jaw a Timur 64.35 18 Kalimantan Tengah 56.17 26 Kalimantan Barat 38.23 33 Papua 13.01 4 Bali 80.20 12 Banten 61.80 19 Sulaw es i Tenggara 55.18 27 Sulaw es i Barat 35.02 5 DI Yogyakarta 79.43 13 Papua Barat 61.76 20 Sulaw es i Selatan 54.70 28 Kep. Riau 34.85 6 Kalimantan Selatan 79.13 14 Bengkulu 61.75 21 Nusa Tenggara Timur 51.49 29 Jambi 33.05 7 Sulaw esi Tengah 78.41 15 Sumatera Barat 61.71 22 NAD 49.04 30 DKI Jakarta 30.26 8 Sulaw esi Utara 78.02 23 Jaw a Barat 48.19
> 60% 45 60% 30 45% < 30%
PERSENTASE IBU NIFAS DIBERI VITA
TAHUN 2007
Pencapaian pemberian vitamin A pada ibu nifas tahun 2008 > 60% terjadi di 15 provinsi di Indonesia. Sekitar 25% baru mencapai kisaran 45,01%60%. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah Jawa Tengah (87,85%), sementara 3 provinsi dengan persentase terendah (<30%) adalah Papua (13,01%) Nusa Tenggara Barat (18,83%) dan Maluku (23,97%).
PERSENTASE IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET BESI TAHUN 2008
Sumber : Ditjen Binakesmas Depkes RI, 2008
23
64.83 66.03 48.45
71.32 60.26
0
30
60
90
120
2004 2005 2006 2007 2008
PERSENTASE IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET BESI TAHUN 20042008
PERSENTASE IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET BESI TAHUN 2007
1 Kep. Babel 85.52 3 DI Yogyakarta 77.89 8 Bali 65.32 11 Jaw a Timur 58.25 18 NAD 53.47 25 Maluku Utara 43.05 32 Maluku 20.27 2 Jaw a Tengah 83.06 4 Sulaw esi Utara 77.89 9 Jaw a Barat 64.50 12 DKI Jakarta 56.95 19 Kalimantan Barat 52.51 26 Sulaw esi Barat 41.15 33 Kalimantan Tengah 22.04
5 Sulaw esi Tengah 77.28 10 Bengkulu 60.00 13 Sumatera Utara 54.78 20 Sumatera Barat 51.93 27 Jambi 39.31 6 Nusa Tenggara Barat 72.92 14 Banten 54.34 21 Sulaw esi Selatan 47.74 28 Riau 36.39 7 Gorontalo 71.57 15 Sumatera Selatan 54.04 22 Nusa Tenggara Timur 47.02 29 Kep. Riau 35.47
16 Kalimantan Selatan 53.67 23 Kalimantan Timur 45.14 30 Papua 28.44 17 Sulaw esi Tenggara 52.66 24 Papua Barat 43.14 31 Lampung 23.55
>80% 60%70% <60% 70%80%
Persentase ibu hamil mendapat 90 tablet besi pada tahun 2008 adalah 48,45% yang menurun cukup besar dari persentase tahun 2007 (66,03%) dengan cakupan tertinggi Bangka Belitung (85,52%) dan cakupan terendah adalah Kalimantan Tengah (22,04%). Bila dibandingkan dengan tahun 2007, persentase ibu hamil mendapat 90 tablet besi pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup signifikan (pada tahun 2007 cakupan >80% ada 7 provinsi sedangkan pada tahun 2008 cakupan >80% hanya ada 2 provinsi). Untuk angka nasional dari tahun 20042008 berfluktuasi.
PROPORSI WANITA BERUMUR 1549 BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN/MEMAKAI ALAT KB
TAHUN 2008
24
PROPORSI WANITA BERUMUR 1549 BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN/MEMAKAI ALAT KB
TAHUN 2007
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2008
57.43 56.62 56.71 57.89 57.91
0
20
40
60
80
2004 2005 2006 2007 2008
PROPORSI WANITA BERUMUR 1549 BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN/MEMAKAI ALAT KB
TAHUN 20042008
1 Kalimantan Tengah 68.40 8 Sumatera Selatan 62.92 12 Gorontalo 59.54 19 Nusa Tenggara Barat 53.07 23 Sumatera Barat 47.32 30 Nusa Tenggara Timur 35.91 2 Bengkulu 67.62 9 Jambi 62.16 13 Jaw a Timur 59.54 20 Kep. Riau 53.07 24 Sulaw esi Tenggara 46.34 31 Maluku 32.10 3 Sulaw esi Utara 65.19 10 Kalimantan Barat 60.73 14 Jaw a Tengah 59.19 21 DKI Jakarta 52.68 25 Sulaw esi Barat 45.23 32 Papua Barat 27.71 4 Bali 65.06 11 Jaw a Barat 60.51 15 Banten 58.00 22 Riau 52.41 26 Maluku Utara 43.33 33 Papua 26.69 5 Lampung 64.58 16 DI Yogyakarta 57.42 27 Sulaw esi Selatan 43.18 6 Kep. Babel 64.30 17 Sulaw esi Tengah 55.91 28 NAD 42.40 7 Kalimantan Selatan 64.25 18 Kalimantan Timur 55.29 29 Sumatera Utara 41.91
60 70% 50 60% < 50% > 70%
Pada periode 20042008 proporsi wanita berumur 1549 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan/memakai alat KB terus mengalami peningkatan. Cakupan tertinggi pada tahun 2008 adalah Kalimantan Tengah (68,40%) dan terendah adalah Papua (26,69%).
PERSENTASE PENCAPAIAN DESA UCI TAHUN 2008
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2008
25
73.77 74.02 69.43 76.23 76.14
0
30
60
90
120
2004 2005 2006 2007 2008
PERSENTASE PENCAPAIAN DESA UCI TAHUN 20042008
PERSENTASE PENCAPAIAN DESA UCI TAHUN 2007
100% 1 Nusa Tenggara Barat 89.60 4 DI Yogyakarta 84.70 11 Sumatera Utara 70.67 18 Sulaw esi Tenggara 52.35 NAD Kalimantan Selatan 2 Kep. Babel 87.91 5 DKI Jakarta 82.98 12 Kep. Riau 70.03 19 Maluku Utara 49.22 Jambi Kalimantan Timur 3 Jaw a Tengah 86.59 6 Sumatera Selatan 81.87 13 Kalimantan Barat 69.54 20 Sulaw esi Barat 36.10 Jaw a Barat Sulaw esi Utara
7 Sulaw es i Selatan 81.78 14 Sumatera Barat 67.96 Jaw a Timur Maluku 8 Bengkulu 78.95 15 Lampung 65.41 Bali Papua Barat 9 Riau 75.11 16 Gorontalo 61.73 NTT Papua
10 Sulaw es i Tengah 72.63 17 Banten 58.18 Kalimantan Tengah
86 99,99% 72 86% < 72% Tidak ada data
Pencapaian desa UCI (Universal Child Immunization, desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap) dari tahun 20042008 cenderung berfluktuasi. Tahun 2008 tidak ada 1 provinsi pun yang mempunyai desa UCI 100% dibandingkan dengan tahun 2007 desa UCI 100% adalah provinsi Bali. Pencapaian tertinggi tahun 2008 mempunyai cakupan 8699,99% ADALAH Nusa Tenggara Barat, Kepulauan Bangka Belitung dan Jawa Tengah.
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK TAHUN 2008
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009
26
86.7 88.4 89.82 90.5 91.78
0
20 40 60 80 100 120
2004 2005 2006 2007 2008
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK TAHUN 20042008
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK TAHUN 2007
1 DKI Jakarta 104.31 8 Nusa Tenggara Barat 93.78 15 Kalimantan Timur 88.88 22 Kep. Riau 87.26 28 Maluku Utara 78.10 2 DI Yogyakarta 99.53 9 Bali 92.96 16 Sulaw esi Tenggara 88.61 23 Lampung 85.53 29 Sulaw esi Barat 77.56 3 Jaw a Tengah 99.26 10 Sumatera Utara 90.72 17 Bengkulu 88.19 24 Papua Barat 83.91 30 Nusa Tenggara Timur 74.20 4 Jaw a Timur 96.51 11 Sumatera Selatan 90.54 18 Kalimantan Selatan 88.10 25 Sumatera Barat 82.73 31 NAD 70.08 5 Sulaw esi Tengah 96.12 12 Banten 90.52 19 Kep. Babel 87.93 26 Kalimantan Barat 82.60 32 Maluku 68.71 6 Jambi 94.59 13 Riau 90.10 20 Jaw a Barat 87.91 27 Kalimantan Tengah 80.75 33 Papua 58.61 7 Sulaw esi Selatan 94.16 14 Sulaw esi Utara 90.05 21 Gorontalo 87.84
> 90% 80 90% < 50% 50 80%
Pada periode 20052008 cakupan imunisasi campak cenderung meningkat. Tahun 2008 sebagian besar provinsi memiliki cakupan lebih dari 80%, serta tidak ada satu provinsi pun yang memiliki cakupan di bawah 50% .
CAKUPAN IMUNISASI TT2 PADA IBU HAMIL TAHUN 2007
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2008
27
68.4 66.12 63.9 49.4 51.8 59.2
0
20
40
60
80
100
2002 2003 2004 2005 2006 2007
CAKUPAN IMUNISASI TT2 PADA IBU HAMIL TAHUN 20022007
CAKUPAN IMUNISASI TT2 PADA IBU HAMIL TAHUN 2006
1 Bali 93.39 6 NTB 75.34 14 Sulawesi Barat 69.15 21 Kalimantan Barat 59.38 29 DI Yogyakarta 33.16 2 NTT 86.21 7 Jambi 73.84 15 Maluku 69.03 22 Banten 59.11 30 Sulawesi Tenggara 31.09 3 Sumatera Selatan 85.72 8 Kep. Bangka Belitung 73.24 16 Bengkulu 65.86 23 Kepulauan Riau 59.06 31 Jawa Timur 25.48 4 Sumatera Utara 83.66 9 Kalimantan Tengah 71.62 17 Riau 63.57 24 Sulawesi Utara 58.64 32 Papua Barat 20.80 5 Sulawesi Tengah 82.20 10 Jawa Barat 71.36 18 Gorontalo 63.48 25 NAD 53.51 33 Papua 17.66
11 Kalimantan Selatan 70.55 19 Sumatera Barat 63.00 26 DKI Jakarta 45.54 12 Sulawesi Selatan 70.17 20 Maluku Utara 60.49 27 Jawa Tengah 45.23 13 Lampung 69.63 28 Kalimantan Timur 43.58
> 80% 60% 80% 40% 60% < 40%
Cakupan imunisasi TT2 pada ibu hamil tahun 2007 cukup bervariasi. Dimulai dari Papua dengan cakupan terendah 17,66% hingga Bali dengan cakupan tertinggi 93,39%. Jika dibandingkan keadaan tahun 2006, tahun 2007 sedikit lebih baik ditunjukkan dengan jumlah provinsi dengan cakupan >80% pada tahun 2005 ada 3 provinsi menjadi 5 provinsi pada tahun 2007. Pada periode 20032007 cakupan Imunisasi TT2 pad ibu hamil cenderung meningkat.
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA BARU TBC BTA+ TERHADAP ANGKA PERKIRAAN BTA+
TAHUN 2008
1 Sulaw esi Utara 85.53 9 Kalimantan Barat 75.37 13 Sumatera Barat 68.50 21 Nusa Tenggara Barat 55.10 24 Jaw a Barat 48.85 32 Papua 36.76 2 Sulaw esi Tenggara 84.88 10 Jambi 75.24 14 Kalimantan Tengah 66.51 22 Kalimantan Timur 54.53 25 Maluku 48.66 33 DKI Jakarta 35.81 3 Sumatera Utara 82.64 11 Sulaw esi Selatan 74.31 15 Kalimantan Selatan 63.41 23 Maluku Utara 54.53 26 Jaw a Tengah 46.60 4 Sulaw esi Barat 81.66 12 NAD 73.96 16 Riau 63.40 27 DI Yogyakarta 46.36 5 Gorontalo 81.05 17 Sumatera Selatan 63.30 28 Kep.Riau 45.67 6 Bengkulu 79.85 18 NTT 63.22 29 Bali 45.39 7 Kep. Babel 79.17 19 Lampung 62.84 30 Banten 45.15 8 Sulaw esi Tengah 76.23 20 Jaw a Timur 60.48 31 Papua Barat 41.70
60% 70% > 70% <50 % 50% 60%
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2008
28
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA BARU TBC BTA+ TERHADAP ANGKA PERKIRAAN BTA+
TAHUN 2007
54 65.9
75.7 69.12 55.8
0
20
40
60
80
2004 2005 2006 2007 2008
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA BARU TBC BTA+ TERHADAP ANGKA PERKIRAAN BTA+
TAHUN 20042008
Pada gambar ini dapat dilihat perbedaan yang signifikan pada cakupan penemuan penderita baru TB BTA positif terhadap perkiraan TB BTA Positftahun 2007 dan tahun 2008. hal ini terlihat darimenambahnya area warna hijau dan berkuranggnya area merah. Dan terdapat peningkatan yang cukup signifikan juga pada beberpa provinsi yang dulunya merah menjadi hijau seprti provinsi NAD, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat.
CASE DETECTION RATE PENYAKIT TB PARU TAHUN 2008
51.8 53.53
75.68 69.12 72.82
0
20
40
60
80
2004 2005 2006 2007 2008
CASE DETECTION RATE PENYAKIT TB PARU TAHUN 20042008
CASE DETECTION RATE PENYAKIT TB PARU TAHUN 2007
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009
1 Sulawesi Utara 89.61 4 Jawa Barat 68.68 11 Sulawesi Tenggara 53.06 13 Jambi 49.92 20 Kalimantan Selatan 43.71 27 Papua Barat 34.25
2 DKI Jakarta 85.55 5 Sumatera Utara 67.85 12 DI Yogyakarta 51.40 14 Sulawesi Barat 48.90 21 Sulawesi Tengah 41.40 28 NTB 34.20
3 Banten 78.64 6 Bali 63.73 15 Bengkulu 48.57 22 NAD 41.21 29 Kalimantan Timur 32.13
7 Jawa Timur 59.60 16 Sumatera Barat 48.56 23 Lampung 40.34 30 Kep.Riau 29.46
8 Gorontalo 57.60 17 Jawa Tengah 47.99 24 Maluku 39.99 31 Kalimantan Tengah 28.96
9 Papua 56.99 18 Kalimantan Barat 46.95 25 Sulawesi Selatan 37.64 32 Maluku Utara 26.80
10 Kep.Babel 55.22 19 Sumatera Selatan 46.02 26 NTT 35.29 33 Riau 26.56
>70 50 70 < 50
Case Detection rate (CDR) atau angka penemuan kasus penyakit TB paru ditargetkan 70 % pada tahun 2008. Berdasarkan target tersebut baru 3 Provinsi yang memenuhi target yaitu provinsi: Sulawesi Utara, DKI Jakarta dan Banten sama dengan tahun 2007. provinsi yang mengalami peningakatan CDR pada tahun 2008 adalah provinsi Sulawesi tenggara, dan Papua.
29
ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU TAHUN 2007
30
Sumber: Dirjen P2PL Depkes, 2008
86.7 88.9 91 91.03 91.02
0
20
40
60
80
100
2003 2004 2005 2006 2007
TREN ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU TAHUN 20032007
ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU TAHUN 2006
1 Gorontalo 98.53 8 Sulawesi Tengah 94.78 16 NAD 90.63 24 Jawa Timur 88.61 28 DI Yogyakarta 82.97 33 Papua 59.94 2 Bengkulu 97.52 9 Lampung 94.30 17 Jawa Tengah 90.59 25 Maluku 88.13 29 Kalimantan Timur 82.21 3 Sulawesi Utara 97.02 10 Sumatera Selatan 94.09 18 Bangka Belitung 90.50 26 Sulawesi Barat 87.47 30 Maluku Utara 81.20 4 Kepulauan Riau 96.51 11 Jambi 93.82 19 Nusa Tenggara Timur 90.20 27 Bali 86.71 31 Riau 81.15 5 Banten 95.73 12 Kalimantan Barat 93.78 20 Nusa Tenggara Barat 89.67 32 Papua Barat 75.42 6 Sumatera Utara 95.41 13 Jawa Barat 91.87 21 Sumatera Barat 89.02 7 Sulawesi Tenggara 95.29 14 Kalimantan Tengah 91.62 22 Sulawesi Selatan 88.78
15 Kalimantan Selatan 90.69 23 DKI Jakarta 88.74
< 65% > 95% 85% 95% 65% 84,99%
Pada tahun 200232007 angka keberhasilan (SR) pengobatan TB paru terus meningkat. Pada tahun 2007 angka keberhasilan (SR) pengobatan TB paru adalah 91,02% dengan SR tertinggi Gorontalo (98,53%) dan terendah Papua (59,94%)
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA TAHUN 2008
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes, 2009
31
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA TAHUN 2007
Tidak ada data 1 Nusa Tenggara Barat 56.50 2 Jaw a Barat 41.63 3 Kep. Babel 21.71 11 Kalimantan Selatan 14.16 19 Bali 9.89 Bengkulu
4 Sumatera Selatan 21.38 12 Jaw a Timur 13.52 20 Kalimantan Barat 8.66 Nusa Tenggara Timur
5 Lampung 21.19 13 Kalimantan Timur 13.46 21 Kalimantan Tengah 7.73 Gorontalo
6 Sumatera Barat 20.64 14 DKI Jakarta 13.29 22 Banten 7.72 Sulaw es i Barat
7 Sulaw es i Utara 18.19 15 Riau 12.66 23 Maluku Utara 6.21 Maluku
8 Sulaw es i Tenggara 16.43 16 Jambi 11.82 24 NAD 4.56 Papua Barat
9 Sulaw es i Tengah 15.20 17 Jaw a Tengah 10.55 25 Kep. Riau 2.08 Papua
10 Sumatera Utara 14.95 18 Sulaw esi Selatan 10.18 26 DI Yogyakarta 1.81
> 75% 50 75% 25 50% < 25%
Tahun 2008 jumlah provinsi dengan pencapaian < 25% lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 dari 23 provinsi menjadi 24 provinsi. Begitu pula angka nasional menunjukkan penurunan cakupan penemuan penderita peneumonia balita dari 21,52% menjadi 19,19% pada tahun 2008. Pada tahun 2007 maupun tahun 2008 tidak ada provinsi yang mencapai cakupan >75% . Provinsi dengan cakupan tertinggi tahun 2008 adalah Nusa Tenggara Barat (56,50%) sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah DI Yogyakarta (1,81%).
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMANFAATKAN PUSKESMAS UNTUK BEROBAT JALAN
TAHUN 2007
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
32
33.11 35.16 40.45 40.45
37.26
0
15
30
45
60
2003 2004 2005 2006 2007
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMANFAATKAN PUSKESMAS UNTUK BEROBAT JALAN
TAHUN 20032007
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMANFAATKAN PUSKESMAS UNTUK BEROBAT JALAN
TAHUN 2006
Selama lima tahun terakhir (20032007), semakin banyak penduduk yang memanfaatkan puskesmas untuk berobat jalan. Provinsi yang sudah memanfaatkan puskesmas di atas 45% sebagian besar berada di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur, sementara di wilayah barat sebagian besar masih di bawah 45%. Pada tahun 2007 persentase tertinggi dicapai Papua Barat dengan 65,30% dan yang terendah dicapai Sumatera Utara dengan 21,93%.
1 Papua Barat 65.30 6 Maluku 53.86 13 Gorontalo 43.88 20 Sumatera Barat 37.20 27 Sumatera Selatan 29.53 2 Nusa Tenggara Timur 65.10 7 Maluku Utara 47.80 14 Kep. Bangka Belitung 42.52 21 Bengkulu 36.69 28 Lampung 28.59 3 Sulawesi Barat 62.75 8 Sulawesi Selatan 46.89 15 Jambi 40.33 22 Riau 36.23 29 DI Yogyakarta 28.11 4 Papua 62.52 9 Kalimantan Tengah 46.65 16 Kalimantan Barat 39.95 23 Jawa Barat 32.76 30 Banten 27.58 5 Sulawesi Tenggara 60.96 10 Sulawesi Tengah 46.63 17 Kalimantan Selatan 39.48 24 Sulawesi Utara 31.66 31 Bali 26.25
11 Kalimantan Timur 46.21 18 Nusa Tenggara Barat 39.10 25 DKI Jakarta 31.16 32 Jawa Timur 26.20 12 Nanggroe Aceh Darussalam 45.20 19 Kepulauan Riau 37.39 26 Jawa Tengah 30.25 33 Sumatera Utara 21.93
> 60% 45% 60% 30% 45% < 30%
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS (6 BULAN REFERENSI)
TAHUN 2007
Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
33
1 Papua Barat 41.37 8 Sulawesi Tenggara 22.76 10 Sulawesi Selatan 19.03 17 Nusa Tenggara Barat 16.17 21 Kepulauan Riau 14.49 28 Sumatera Selatan 11.68 31 Lampung 9.87 2 Nusa Tenggara Timur 39.86 9 Kep. Bangka Belitung 20.11 11 Kalimantan Selatan 18.52 18 Kalimantan Timur 15.80 22 Sulawesi Utara 14.17 29 Banten 10.44 32 Jambi 9.39 3 Papua 39.23 12 Maluku 18.51 19 DI Yogyakarta 15.38 23 Jawa Barat 13.59 30 Sumatera Utara 10.21 33 DKI Jakarta 7.95 4 NAD 38.47 13 Riau 18.14 20 Kalimantan Barat 15.28 24 Bengkulu 13.20 5 Sulawesi Barat 32.55 14 Sumatera Barat 17.41 25 Kalimantan Tengah 12.98 6 Maluku Utara 26.10 15 Jawa Tengah 17.02 26 Bali 12.76 7 Gorontalo 23.95 16 Sulawesi Tengah 16.98 27 Jawa Timur 12.33
> 20% 15% 20% 10% 15% < 10%
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS (6 BULAN REFERENSI)
TAHUN 2007
Pada tahun 2007 provinsi dengan persentase rumah tangga yang mendapat pelayanan gratis ( 6 bulan referensi) berada pada kisaran 1015% sebesar 30,3% Provinsi yang memiliki persentase > 20% pada tahun 2007 sebesar 27,27% sedikit meningkat dari tahun 2006 yaitu 15,15% . Tahun 2007 provinsi dengan persentase tertinggi adalah Papua Barat sebesar 41,37%, sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah DKI Jakarta 7,95%.
RASIO PUSKESMAS (per 100.000 penduduk) TAHUN 2008
RASIO PUSKESMAS (per 100.000 penduduk) TAHUN 2007
>7 <3 1 Irian Jaya Barat 13.15 10 Sulaw es i Barat 6.78 19 Sumatera Barat 4.77 28 Nusa Tenggara Barat 3.25 30 Jaw a Tengah 2.58 2 Maluku 11.58 11 Kalimantan Timur 6.62 20 Bangka Belitung 4.45 29 Bali 3.24 31 Jaw a Timur 2.53 3 Papua 11.48 12 Sulaw es i Utara 6.52 21 Kepulauan Riau 4.06 32 Jaw a Barat 2.44 4 Sulaw es i Tenggara 10.02 13 Kalimantan Selatan 6.21 22 Sumatera Selatan 3.90 33 Banten 2.02 5 Maluku Utara 9.48 14 Nusa Tenggara Timur 6.13 23 DKI Jakarta 3.84 6 Bengkulu 8.65 15 Sulaw es i Tengah 5.91 24 Sumatera Utara 3.80 7 Kalimantan Tengah 8.21 16 Jambi 5.67 25 Riau 3.53 8 Gorontalo 7.51 17 Kalimantan Barat 5.27 26 DI Yogyakarta 3.48 9 NAD 7.01 18 Sulaw es i Selatan 5.06 27 Lampung 3.42
35 57
Sumber: Ditjen Binkesmas, Dit. Komunitas 2008
3.42 3.5 3.61 3.65 3.74
0
1
2
3
4
2004 2005 2006 2007 2008
RASIO PUSKESMAS (per 100.000 penduduk) TAHUN 20042008
Jumlah puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2008 adalah 3,74. Provinsi dengan rasio terendah adalah Banten yaitu sebesar 2,02 per 100.000 penduduk dan tertinggi adalah Irian Jaya Barat yaitu sebesar 13,15 per 100.000 penduduk. Pada periode tahun 2007 – 2008 setiap 100.000 penduduk dilayani 34 unit puskesmas.
34
RASIO PUSKESMAS KELILING/PUSKESMAS TAHUN 2007
Sumber: Ditjen Binkesmas, Dit. Komunitas 2007
35
0.4
0.8 0.8 0.8 0.9
0
0.5
1
2003 2004 2005 2006 2007
RASIO PUSKESMAS KELILING/PUSKESMAS TAHUN 20032007
RASIO PUSKESMAS KELILING/PUSKESMAS TAHUN 2006
1 Sumatera Barat 1.60 9 Kalimantan Selatan 1.24 17 Gorontalo 1.00 74.89 25 NAD 0.84 31 Jaw a Barat 0.53 2 Kepulauan Riau 1.45 10 DI Yogyakarta 1.23 18 Nusa Tenggara Timur 0.97 73.28 26 Papua 0.83 32 Maluku 0.32 3 Nusa Tenggara Barat 1.39 11 Sulaw esi Tengah 1.11 19 Sulaw esi Utara 0.96 73.12 27 Jaw a Timur 0.79 33 DKI Jakarta 0.19 4 Jambi 1.37 12 Lampung 1.10 20 Riau 0.95 72.60 28 Banten 0.78 5 Kalimantan Tengah 1.33 13 Bangka Belitung 1.06 21 Jaw a Tengah 0.94 72.00 29 Irian Jaya Barat 0.72 6 Kalimantan Barat 1.32 14 Bali 1.05 22 Sulaw esi Selatan 0.94 68.33 30 Sulaw esi Barat 0.61 7 Kalimantan Timur 1.31 15 Sumatera Selatan 1.04 23 Sulaw esi Tenggara 0.93 65.62 8 Bengkulu 1.26 16 Maluku Utara 1.02 24 Sumatera Utara 0.90 65.01
<0,19 0,540,89 0,891,25 >1,25
Rasio puskesmas keliling/ puskesmas dari tahun 20032007 terus meningkat. Pada tahun 2007 rasio puskesmas keliling/puskesmas yang paling tinggi adalah Sumatera Barat (1,50) dan terendah adalah DKI Jakarta (0,19). Bila dibandingkan dengan tahun 2006 , pada tahun 2007 rasio puskesmas keliling/puskesmas >1,25 lebih banyak dari tahun 2006.
RASIO DOKTER PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008
<20 1 Papua Barat 76.58 3 DIYogyakarta 39.07 8 Kalimantan Timur 26.63 16 Riau 19.79 25 NTT 16.47 2 Sulaw esi Utara 53.89 4 DKI Jakarta 38.07 9 Maluku Utara 26.37 17 Kalimantan Tengah 19.69 26 Sulaw esi Tenggara 16.24
5 Bali 37.94 10 Nanggroe Aceh Darussalam 25.92 18 Papua 18.58 27 Banten 15.69 6 Bengkulu 34.11 11 Sumatera Barat 23.68 19 Sulaw esi Barat 18.50 28 Kalimantan Selatan 15.58 7 Kepulauan Riau 30.62 12 Gorontalo 23.66 20 Bangka Belitung 18.44 29 Jaw a Barat 14.79
13 Maluku 22.94 21 Jambi 18.43 30 Sumatera Selatan 14.39 14 Sumatera Utara 22.11 22 Sulaw esi Tengah 18.13 31 Kalimantan Barat 12.00 15 Sulaw esi Selatan 20.55 23 Jaw a Timur 18.12 32 NTB 11.53
24 Jaw a Tengah 17.22 33 Lampung 10.36
>40 3040 2030
Sumber : Pendataan Potensi Desa/Kelurahan 2008, BPS
36
Target Rasio Dokter per 100.000 penduduk berdasarkan Indonesia Sehat 2010 adalah 40 dokter per 100.000 penduduk. Pada tahun 2008 provinsi yang telah mencapai target Indonesia Sehat 2010 adalah Irian Jaya Barat (76,58 dokter per 100.000 penduduk ) dan Sulawesi Utara (53,89 dokter per 100.000 penduduk). Sedangkan rasio dokter per 100.000 penduduk yang paling kecil di Lampung yaitu 10,36 dokter per 100.000 penduduk.
RASIO BIDAN PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008
1 Papua 240.97 6 Sumatera Utara 78.14 14 Sumatera Selatan 57.06 23 Lampung 41.06 29 Banten 29.36 2 NAD 130.60 7 Sulaw es i Tengah 74.93 15 Kalimantan Selatan 52.63 24 Papua Barat 40.31 30 DI Yogyakarta 27.27 3 Bengkulu 99.70 8 NTT 73.20 16 Riau 46.19 25 Jaw a Tengah 36.75 31 NTB 26.33 4 Maluku 97.75 9 Sumatera Barat 69.18 17 Bali 45.42 26 BangkaBelitung 36.35 32 Jaw a Barat 25.43 5 Maluku Utara 92.64 10 Sulaw es i Tenggara 63.66 18 Gorontalo 44.54 27 Kalimantan Barat 34.50 33 Dki Jakarta 13.22
11 Sulaw es i Utara 63.13 19 Kepulauan Riau 44.04 28 Jaw a Timur 33.00 12 Kalimantan Tengah 61.05 20 Kalimantan Timur 43.69 13 Jambi 60.22 21 Sulaw esi Selatan 43.23
22 Sulaw esi Barat 42.33
>90 <30 6090 3060
Sumber : Pendataan Potensi Desa/Kelurahan 2008, BPS
37
Target Rasio Bidan per 100.000 penduduk berdasarkan Indonesia Sehat 2010 adalah 100 bidan per 100.000 penduduk. Pada tahun 2008 provinsi yang telah mencapai target Indonesia Sehat 2010 adalah Papua (240 bidan per 100.000 penduduk ) dan Nanggroe Aceh Darussalam (130,60 bidan per 100.000 penduduk). Sedangkan rasio bidan per 100.000 penduduk yang paling kecil di DKI Jakarta yaitu 13,22 bidan per 100.000 penduduk.
RASIO TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2008
1 DKI Jakarta 151.45 8 Sumatera Utara 85.66 13 NAD 58.64 22 Kalimantan Tengah 47.39 31 NTB 24.75 2 Sulaw esi Utara 119.43 9 DIYogyakarta 81.74 14 Kalimantan Selatan 58.61 23 Jambi 46.41 32 Banten 22.77 3 Maluku 110.92 10 Sumatera Barat 70.12 15 Jaw a Tengah 56.26 24 Bengkulu 45.98 33 Sulaw esi Barat 21.02 4 Kalimantan Timur 98.75 11 Papua 69.34 16 Sulaw esi Tengah 54.54 25 BangkaBelitung 45.52 5 Papua Barat 93.98 12 Sulaw esi Selatan 65.91 17 Kalimantan Barat 53.28 26 Sulaw esi Tenggara 41.78 6 Kepulauan Riau 91.46 18 Sumatera Selatan 52.18 27 Gorontalo 41.14 7 Bali 90.27 19 Maluku Utara 49.92 28 Riau 37.77
20 Jaw a Timur 49.80 29 Jaw a Barat 35.65 21 NTT 48.25 30 Lampung 33.26
>90 <30 6090 3060
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
38
Untuk menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan rujukan disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk. Rasio tempat tidur di Rumah Sakit Umum per 100.000 penduduk yang paling tinggi di DKI Jakarta yaitu 151 – 152 tempat tidur per 100.000 penduduk dan yang paling rendah adalah Sulawesi Barat yaitu 21 tempat tidur per 100.000 penduduk.
UMUR HARAPAN HIDUP DI NEGARANEGARA ASEAN, 2007
1 Singapura 81 2 Brunei Darussalam 75 3 Malaysia 74 4 Vietnam 73 5 Thailand 72
6 Indonesia 70 7 Filipina 69
8 Kamboja 62
9 Laos 61 10 Mynmar 61
> 70 tahun
66 70 tahun
61 65 tahun
≤ 60 tahun
Sumber: 2008World Population Data Sheet
UMUR HARAPAN HIDUP
DI NEGARA ANGGOTA ASEAN, 2006
Bila dibandingkan dengan tahun 2007, pada tahun 2008 terjadi peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) pada Myanmar dan Laos. Sedangkan negara ASEAN yang lain Umur Harapan Hiidupnya cenderung sama. Pada tahun 2008, UHH tertinggi adalah Singapura (81 tahun) sedangkan terendah Laos dan Myanmar (61 tahun). Indonesia menempati peringkat ke6 tertinggi dengan UHH 70 tahun.
39
UMUR HARAPAN HIDUP DI NEGARANEGARA SEARO, 2007
1 Maladew a 73 2 Thailand 72 3 Srilanka 71 4 Korea Utara 71
5 Indonesia 70 6 Bhutan 66
7 India 65 8 Bangladesh 63 9 Nepal 63 10 Myanmar 61
11 Timor Leste 60
> 70 tahun
66 70 tahun
61 65 tahun
≤ 60 tahun
UMUR HARAPAN HIDUP
DI NEGARA ANGGOTA SEARO, 2006
Maladewa
Maladewa
Sumber: 2008World Population Data Sheet
Pada tahun 2008, tidak ada lagi negara SEARO dengan Umur Harapan Hidup (UHH) <=60. Pada tahun 2008 UHH tertinggi adalah Maladewa yaitu 73 tahun. Sedangkan terendah adalah Timor Leste dengan UHH 60 tahun. Indonesia menempati peringkat ke5 UHH tertinggi di antara negara negara SEARO yaitu 70 tahun.
40
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA BARU TB BTA+ TERHADAP ANGKA PERKIRAAN BTA+ DI NEGARANEGARA ASEAN, 2007
1 Myanmar 116 2 Singapura 96 3 Brunei Darussalam 90
4 Vietnam 82 5 Malaysia 80 6 Laos 78 7 Filipina 77 8 Thailand 72
9 Indonesia 68 10 Kamboja 61
≥ 85%
70% 84%
55% 69%
< 55%
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA BARU TB BTA+ TERHADAP ANGKA PERKIRAAN BTA+ DI NEGARA ANGGOTA ASEAN, 2006
Sumber: World Health Statistic, 2009
Target yang ditetapkan WHO untuk cakupan penemuan TBC BTA+ adalah 70%. Pada tahun 2007, 80% negara di ASEAN telah mencapai target . Hanya Indonesia dan Kamboja yang belum mencapai target. Bila dibandingkan dengan tahun 2006 cakupan penemuan TBC BTA+ sedikit menurun (tahun 2006 ,90% negara sudah mencapai target). Indonesia pada tahun 2006 telah mencapai target sedangkan pada tahun 2007 belum mencapai target.
41
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA BARU TB BTA+ TERHADAP ANGKA PERKIRAAN BTA+
DI NEGARANEGARA SEARO, 2007
1 Myanmar 116 2 Maladew a 92 3 Srilanka 85
4 Thailand 72
5 India 68 6 Indonesia 68 7 Bangladesh 66 8 Nepal 66 9 Korea Utara 64 10 Timor Leste 61
11 Bhutan 45
55% 69%
< 55%
≥ 85%
70% 84%
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA BARU TB BTA+ TERHADAP ANGKA PERKIRAAN BTA+ DI NEGARA ANGGOTA SEARO, 2006
Maladewa
Maladewa
Maladewa
Sumber: World Health Statistics 2009
Pada tahun 2007, 36,36% yang mencapai target, menurun jika dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu 64%. Cakupan tertinggi dicapai Myanmar (116%) dan terendah adalah Bhutan (45%). Indonesia berada pada peringkat ke6 cakupan tertinggi dengan 68%.
42
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI NEGARANEGARA ASEAN, 2007
1 Brunei Darussalam 97 2 Thailand 96 3 Singapura 95 4 Filipina 92 5 Malaysia 90
6 Vietnam 83 7 Myanmar 81 8 Indonesia 80
9 Kamboja 79
10 Laos 40
90% 100%
80% 89%
50% 79%
< 50%
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN, 2006
Sumber: Immunization Summary, UNICEFWHO, 2008
Cakupan imunisasi campak di negara kawasan ASEAN pada tahun 2007 secara umum meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2006. Dari tahun 20062007 cakupan imunisasi campak Laos kecil (<50%) Pada tahun 2007 cakupan imunisasi campak tertinggi adalah Brunai Darussalam 97%), sedangkan terendah adalah Laos (40%). Indonesia menempati urutan ke8 tertinggi dengan cakupan imunisasi campak sebesar 80%
43
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI NEGARANEGARA SEARO, 2007
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI NEGARA ANGGOTA SEARO, 2006
Maladewa
Maladewa
Maladewa
Sumber: Immunization Summary, UNICEFWHO, 2008
1 Korea Utara 99 2 Srilanka 98 3 Maladew a 97 4 Thailand 96 5 Bhutan 95
6 Bangladesh 88 7 Nepal 81 8 Myanmar 81 9 Indonesia 80
10 India 67 11 Timor Leste 63
≥ 90%
80% 89%
50% 79%
< 50%
Cakupan imunisasi campak di negara kawasan SEARO pada tahun 2007 meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2006. Pada tahun 2007 cakupan imunisasi tertinggi adalah Korea Utara (99) dan terendah adalah Timor Leste (63). Di antara negaranegara di kawasan SEARO, Indonesia menempati urutan ke9 dengan cakupan imunisasi campak sebesar 80%
44
ANGKA KESEMBUHAN PENDERITA TB BTA+ DI NEGARANEGARA ASEAN, 2006
1 Kamboja 93 2 Vietnam 92 3 Laos 92 4 Indonesia 91 5 Filipina 88
6 Singapura 84 7 Brunei 84 8 Mynmar 84 9 Thailand 77
10 Malaysia 48
≥ 85%
70% 84%
55% 69%
< 55%
Sumber: World Health Statistics 2009
ANGKA KESEMBUHAN PENDERITA TB BTA+ DI NEGARA ANGGOTA ASEAN, 2005
Target yang ditetapkan WHO untuk angka kesembuhan penderita TBC BTA+ di tiap negara 85%. Pada tahun 2006, 50% negara telah mencapai target tersebut. Bila dibandingkan dengan tahun 2005 terjadi penurunan (60% negara. Angka kesembuhan TBC BTA+ pada tahun 2005 – 2006 sudah mencapai target. Angka kesembuhan tertinggi adalah Kamboja (93%) dan terendah adalah Malaysia (48%).
45
ANGKA KESEMBUHAN PENDERITA TB BTA+ DI NEGARANEGARA SEARO, 2006
1 Bangladesh 92 2 Indonesia 91 3 Maladew a 91 4 Bhutan 89 5 Nepal 88 6 Sri Lanka 87 7 Korea Utara 86
8 Myanmar 84 9 India 80 10 Timor Leste 79 11 Thailand 77
55% 69%
< 55%
≥ 85%
70% 84% maladewa
Maladewa
ANGKA KESEMBUHAN PENDERITA TB BTA+ DI NEGARA ANGGOTA ASEAN, 2005
Maladewa
Maladewa
Sumber: Immunization Summary, UNICEFWHO, 2009
Berdasrkan target angka kesembuhan yang ditetapkan WHO (85%), pada tahun 2006 terdapat 63,64% negara di SEARO telah mencapai target tersebut. Lebih rendah dibandingkan tahun 2005 yaitu 82% . Pada tahun 2006 angkakesembuhan penderita TBC BTA+ dicapai Banglades dengan 92% dan terendah Thailand dengan 77%. Di antara negaranegara di SEARO, Indonesia menempati urutan ke 2 tertinggi angka kesembuhan penderita TB BTA+.
46
ANGKA KEMATIAN BAYI (per 1000 kelahiran hidup) DI NEGARANEGARA ASEAN, 2007
Sumber: World Health Statistics 2008
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARANEGARA ASEAN, 1990
1 Singapura 2.4 2 Brunei Darussalam 7 3 Malaysia 9 4 Thailand 16 5 Vietnam 16
5 Filipina 25 6 Indonesia 34
8 Kamboja 67 9 Myanmar 75 10 Laos 70
< 20
2049
5099
≥ 100
Pada tahun 2007 Angka Kematian Bayi (AKB) terendah adalah Singapura yaitu 2,4 per 1000 Kelahiran Hidup dan terendah adalah Laos (70 per 1000 Kelahiran Hidup). Di antara negaranegara ASEAN, Indonesia menempati peringkat ke7 terendah dengan AKB sebesar 34 per 1000 Kelahiran Hidup. Jika dibandingkan dengan tahun 1990, pada tahun 2007 AKB di negaranegara ASEAN terjadi penurunan. Pada tahu 1990 masih ada negara dengan AKB tinggi (>=100) sedangkan pada tahun 2007 tidak ada lagi negara dengan AKB yang tinggi.
47
ANGKA KEMATIAN BAYI (per 1000 kelahiran hidup) DI NEGARANEGARA SEARO, 2007
1 Sri Lanka 15 2 Thailand 16
3 Korea Utara 20 4 Maladew a 21 5 Indonesia 34 6 Bhutan 40 7 Nepal 48
8 Bangladesh 52 9 India 57 10 Myanmar 70 11 Timor Leste 88
< 20
2049
5099
≥ 100
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA ANGGOTA SEARO, 1990
Maladewa
Maladewa
Sumber: World Health Statistics 2008
maladewa
Pada tahun 2007 negara dengan Angka Kematian Bayi (AKB) rendah (<20) adalah Sri Lanka dan Thailand. Indonesia berada pada peringkat terendah ke5 dengan AKB yaitu 34. Bila dibandingkan dengan tahun 1990, pada tahun 2007 terjadi penurunan AKB di negaranegara SEARO. Pada tahun 1990 ada 2 negara dengan AKB tinggi (>=100) sedangkan pada tahun 2007 tidak ada negara dengan AKB tinggi.
48
Recommended