View
296
Download
13
Category
Preview:
Citation preview
i
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kata Pengantar
Kata Pengantar
Ir. Imam Santoso, MSc.Direktur Jenderal Sumber Daya Air
Dengan mengucap puji dan syukur
kepada Tuhan yang Maha Esa, kami telah
menyelesaikan Laporan Kinerja Ditjen Sumber
Daya Air Tahun 2016. Laporan ini merupakan
wujud dari transparansi dan akuntabilitas
kinerja Ditjen Sumber Daya Air sebagai salah
satu Unit Organisasi di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
yang berdasarkan Peraturan Menteri PUPR
Nomor : 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, mengemban tugas
untuk menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dibidang pengelolaan
sumber daya air sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Laporan Ditjen Sumber Daya Air Tahun
2016 dapat dijadikan sebagai salah satu media
komunikasi kepada publik dan pemangku
kepentingan lainnya untuk menyampaikan
informasi kinerja Ditjen Sumber Daya Air
aaaaa
dalam memenuhi harapan akan terwujudnya
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur
PUPR bidang sumber daya air untuk
mendukung ketahanan air, kedaulatan
pangan, dan kedaulatan energi guna
menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik dalam rangka kemandirian
ekonomi.
Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen
Sumber Daya Air mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah, dan Peraturan Presiden Nomor
29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Dengan demikian
dokumen Laporan Kinerja Ditjen Sumber Daya
Air Tahun 2016 ini merupakan cerminan
kinerja Ditjen Sumber Daya Air dalam tahun
2016 dalam rangka pencapaian sasaran
strategis yang dilaksanakan dalam bentuk
sasaran program dan sasaran kegiatan.
ii
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kata Pengantar
Selama tahun 2016 Ditjen Sumber Daya
Air telah melaksanakan berbagai program dan
kegiatan sebagaimana tertuang dalam Rencana
Strategis 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air dan
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016
yang terdiri dari 7 (tujuh) Sasaran Program dan
14 (empat belas) Indikator Kinerja. Dalam
Laporan Kinerja ini telah dijabarkan antara
realisasi pencapaian indikator kinerja tahun
2016 dengan target indikator kinerja yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja 2016 Ditjen
Sumber Daya Air, serta perbandingan capaian
target yang ditetapkan dalam Renstra 2015-2019
Ditjen Sumber Daya Air.
Dari hasil pengukuran kinerja, kami
menyadari bahwa selain berbagai keberhasilan
yang telah dicapai hingga tahun 2016, masih
terdapat beberapa sasaran program yang
belum tercapai sesuai dengan target yang
ditetapkan dalam Renstra 2015-2019 Ditjen
Sumber Daya Air. Berbagai permasalahan,
kendala, dan hambatan yang perlu diselesaikan
dan diantisipasi di tahun-tahun mendatang.
Permasalahan, kendala, dan hambatan
dimaksud diantaranya penyelesaian
pembebasan tanah aaaaaaaaaaa
pada proyek strategis nasional, peningkatan
kemampuan manajemen proyek BBWS/BWS
dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan, peningkatan kapasitas sumber
daya manusia, serta peningkatan tata kelola
pengelolaan SDA terpadu.
Pencapaian yang telah diperoleh sampai
dengan tahun 2016 adalah merupakan hasil
kerja keras seluruh jajaran Ditjen Sumber Daya
Air, mulai dari tingkat Pusat sampai daerah.
Dengan dukungan dari instansi/lembaga terkait,
masyarakat, maupun dukungan dari penyedia
barang dan jasa juga merupakan salah satu
faktor keberhasilan capaian kinerja tahun 2016.
Akhir kata, semoga laporan kinerja ini
dapat memberikan gambaran objektif tentang
kinerja yang telah dihasilkan Ditjen Sumber
Daya Air selama tahun 2016, dapat
dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi
perencanaan program dan anggaran, serta
dapat memenuhi harapan sebagai
pertanggungjawaban kami atas mandat yang
diemban dan kinerja yang telah ditetapkan, dan
sebagai pendorong peningkatan kinerja
organisasi Ditjen Sumber Daya Air.
Rawa Simpang Puding, Jambi
Pengaman Pantai Kailolo Provinsi Maluku
iii
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Daftar Isi
Daftar IsiKATA PENGANTAR ………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………... vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. ix
RINGKASAN EKSEKUTIF …………………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………... Bab I-1
1.2 Kondisi Umum ………………………………………………………… Bab I-4
1.2.1. Peningkatan Dukungan Ketahanan Air …………………….. Bab I-5
1.2.2. Peningkatan Dukungan Kedaulatan Pangan ………………. Bab I-7
1.2.3. Peningkatan Dukungan Ketahanan Energi ………………… Bab I-8
1.2.4. Peningkatan Keberlanjutan Fungsi Infrastruktur SDA …….. Bab I-8
1.3 Potensi dan Permasalahan …………………………………………… Bab I-9
1.3.1. Potensi ………………………………………………………. Bab I-9
1.3.2. Permasalahan ……………………………………………….. Bab I-10
1.4 Kedudukan, Tugas dan Fungsi ……………………………………….. Bab I-14
1.5 Susunan Organisasi …………………………………………………... Bab I-15
1.6 Struktur Organisasi …………………………………………………... Bab I-16
1.4.1. Sekretariat Direktorat Jenderal …………………………….. Bab I-20
1.4.2. Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air ….. .. Bab I-21
1.4.3. Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air ………….. Bab I-22
1.4.4. Direktorat Sungai dan Pantai ……………………………….. Bab I-23
1.4.5. Direktorat Irigasi dan Rawa ………………………………… Bab I-24
1.4.6. Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan ………………... Bab I-24
1.4.7. Pusat Bendungan …………………………………………… Bab I-26
iv
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Daftar Isi
1.4.8. Pusat Air Tanah dan Air Baku ………………………………. Bab I-26
1.4.9. Balai Bendungan ……………………………………………. Bab I-27
1.4.10. Balai Besar Wilayah Sungai …………………………………. Bab I-28
1.4.11. Balai Wilayah Sungai ………………………………………... Bab I-30
1.4.12. Kelompok Jabatan Fungsional ……………………………... Bab I-32
1.7. Gambaran Wilayah Kerja ……………………………………………... Bab I-33
1.8. Isu Strategis …………………………………………………………... Bab I-37
BAB II PERENCANAAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis 2015-2019 …………………………………………. Bab II-1
2.1.1. Visi dan Misi Kementerian PUPR …………………………… Bab II-1
2.1.2. Tujuan Direktorat Jenderal SDA ……………………………. Bab II-3
2.1.3. Sasaran Strategis dan Sasaran Program …………………… Bab II-5
2.1.4. Arah Kebijakan Umum Direktorat Jenderal SDA …………... Bab II-9
2.1.5. Strategi Operasional ………………………………………... Bab II-11
2.2 Rencana Kerja Tahunan ………………………………………………. Bab II-19
2.3 Target Tahun ini Menurut Renstra 2015-2019 ……………………….. Bab II-20
2.4 Target Kinerja ………………………………………………………… Bab II-23
2.4.1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 ………………………………. Bab II-23
2.4.2. Sasaran Program dan Indikator Kinerja ……………………. Bab II-26
2.5 Metode Pengukuran ………………………………………………….. Bab II-29
2.5.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Program Bab II-29
2.5.2. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Strategis Bab II-30
BAB III KAPASITAS ORGANISASI
3.1. Sumber Daya Manusia …………………………………………….….. Bab III-1
3.1.1. Berdasarkan Status Kepegawaian …………………………. Bab III-1
3.1.2. Berdasarkan Golongan ……………………………………... Bab III-4
3.1.3. Berdasarkan Latar Belakang dan Tingkat Pendidikan …….. Bab III-7
3.1.4. Berdasarkan Jenis Kelamin …………………………………. Bab III-9
3.1.5. Upaya Peningkatan Kompetensi SDM ……………………... Bab III-9
v
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Daftar Isi
3.2. Sarana dan Prasarana ………………………………………………… Bab III-11
3.3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2016 ……………………. Bab III-14
3.3.1. Triwulan I ……………………………………………………. Bab III-14
3.3.2. Triwulan II …………………………………………………… Bab III-18
3.3.3. Triwulan III …………………………………………………... Bab III-21
3.3.4. Triwulan IV …………………………………………………... Bab III-24
BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA
4.1. Capaian Kinerja Organisasi …………………………………………... Bab IV-1
4.1.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Capaian Sasaran Program ….. Bab IV-1
4.1.2. Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan I …………. Bab IV-1
4.1.3. Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan II ………… Bab IV-11
4.1.4. Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan III ………... Bab IV-22
4.1.5. Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan IV ………... Bab IV-33
4.1.6. Realisasi Pencapaian Kinerja TA 2016 ………………………. Bab IV-43
4.1.7. Realisasi Pencapaian Kinerja Sasaran Program ……………. Bab IV-46
4.1.8. Realisasi Pencapaian Kinerja Sasaran Strategis ……………. Bab IV-47
4.2. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja ……….. Bab IV-49
4.2.1. Realisasi Capaian Kinerja TA 2016 dan Target TA 2015 …….. Bab IV-49
4.2.2. Perbandingan Antara Realisasi Capaian Perjanjian KinerjaTA 2016 dengan TA 2015 …………………………………….. Bab IV-53
4.2.3. Perbandingan Antara Realisasi Capaian Kinerja TA 2016Terhadap Renstra 2015-2019 ………………………………... Bab IV-56
4.2.4. Perbandingan Antara Realisasi Capaian Kinerja TA 2016,Renstra 2016 dan RPJMN 2016 ……………………………... Bab IV-61
4.3. Analsisi Kinerja ………………………………………………………... Bab IV-64
4.3.1. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Program dan SasaranStrategis ……………………………………………………... Bab IV-64
4.3.2. Analisis Masalah dan Penyebab Kegagalan/Keberhasilan … Bab IV-66
4.3.3. Analisis Efektifitas dan Efisiensi Penggunaan Sumber Daya. Bab IV-68
4.3.4. Analisis Kegiatan yang Menunjang Keberhasilan/KegagalanPencapaian Target Kinerja ………………………………….. Bab IV-73
vi
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Daftar Isi
4.4. Realisasi Anggaran Tahun 2016 ……………………………………… Bab IV-76
4.5. Dampak dan Manfaat ………………………………………………… Bab IV-78
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Atas Hasil Evaluasi Kinerja ……………………………... Bab V-1
5.2. Permasalahan, Kendala dan Hambatan ……………………………... Bab V-4
5.3. Langkah-Langkah Antisipatif Pada Tahun Mendatang ……………... Bab V-5
LAMPIRAN
i. Capaian Ditjen SDA Tahun 2016, Renstra Ditjen. SDA
ii. Perjanjian Kinerja dan Monitoring Rencana Aksi
iii. Dokumentasi Kegiatan Tahun 2016
iv. Sertifikasi ISO 9001:2008
v. Data Pendukung
vii
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Daftar Tabel
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Gambaran Wilayah Kerja BBWS/BWS di Lingkungan Ditjen SDA ………… Bab I-35
Tabel 2.1. Matriks Rencana Kerja Tahun 2016 ………………………………………... Bab II-20
Tabel 2.2. Target Renstra 2015-2019 dan Kebutuhan Pendanaan Ditjen SDA ………. Bab II-22
Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja Ditjen SDA Tahun 2016 (Awal) …………………………. Bab II-24
Tabel 2.4. Perjanjian Kinerja Ditjen SDA Tahun 2016 (Akhir) ………………………… Bab II-25
Tabel 2.5. Indikator RBO Performance Benchmarking ………………………………... Bab II-28
Tabel 2.6. Tabel Kriteria Penilaian …………………………………………………….. Bab II-30
Tabel 2.7. Tabel Sasaran Strategis dan Sasaran Program 2015 – 2019 ………………. Bab II-31
Tabel 2.8. Pengukuran Target Capaian Sasaran Strategis 2016 ……………………… Bab II-32
Tabel 3.1. Sebaran Jumlah Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian ……………. Bab III-1
Tabel 3.2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan ………………………………. Bab III-5
Tabel 3.3. Komposisi Pegawai PNS berdasarkan tingkat pendidikan ……………….. Bab III-7
Tabel 3.4. Bidang Diklat di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air ……………………... Bab III-10
Tabel 3.5. Realisasi Diklat Pegawai Ditjen Sumber Daya Air 2016 …………………… Bab III-11
Tabel 3.6. Sebaran Peralatan Berat …………………………………………………… Bab III-13
Tabel 4.1. Progres Paket Kontraktual Triwulan I ……………………………………... Bab IV-3
Tabel 4.2. Capaian Indikator Triwulan I ……………………………………………….. Bab IV-4
Tabel 4.3. Progres Paket Kontraktual Triwulan II …………………………………….. Bab IV-12
Tabel 4.4. Capaian Indikator Triwulan II ………………………………………………. Bab IV-14
Tabel 4.5. Progres Paket Kontraktual Triwulan III ……………………………………. Bab IV-23
Tabel 4.6. Capaian Indikator Triwulan III …………………………………………..…. Bab IV-25
Tabel 4.7. Progres Paket Kontraktual Triwulan IV ……………………………………. Bab IV-34
Tabel 4.8. Capaian Indikator Triwulan IV ……………………………………………... Bab IV-36
Tabel 4.9. Perhitungan Pengukuran Capaian Sasaran Strategis …………………….. Bab IV-48
Tabel 4.10. Capaian Perjanjian Kinerja Tahun 2016 ……………………………………. Bab IV-49
Tabel 4.11. Perbandingan Antara Capaian Kinerja TA 2016 dengan TA 2015 …………. Bab IV-54
viii
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Daftar Tabel
Tabel 4.12. Sandingan Capaian Tahun 2015-2016 dengan Target Renstra 2015-2016Ditjen Sumber Daya Air ……..……………………………………………... Bab IV-57
Tabel 4.13. Perbandingan capaian kinerja target Sasaran Strategis Ditjen SumberDaya Air Tahun 2015-2016 ………………………………………………….. Bab IV-60
Tabel 4.14. Progres Pelaksanaan Anggaran Tahun 2010 – 2016 ………………………. Bab IV-70
ix
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Daftar Gambar
Daftar GambarGambar 1.1. Program Strategis Ditjen SDA 2015-2019 dalam Mendukung Nawacita …. Bab I-3
Gambar 1.2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ……………….. Bab I-16
Gambar 1.3. Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe A …………………... Bab I-17
Gambar 1.4. Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe B …………………... Bab I-18
Gambar 1.5. Struktur Organisasi Balai Wilayah Sungai Tipe A dan B …………………... Bab I-19
Gambar 1.6. Struktur Organisasi Balai Bendungan ……………………………………... Bab I-20
Gambar 1.7. Wilayah Kerja Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ……………………... Bab I-34
Gambar 1.8. Peta Strategi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ……………………… Bab I-40
Gambar 3.1. Sebaran Pegawai berdasarkan Status Kepegawaian …………………….. Bab III-3
Gambar 3.2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan ………………………………. Bab III-4
Gambar 3.3. Sebaran Pegawai Teknik berdasarkan Tingkat Pendidikan ………………. Bab III-8
Gambar 3.4. Sebaran Pegawai Non-Teknik berdasarkan Tingkat Pendidikan …………. Bab III-8
Gambar 3.5. Komposisi Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin ………………………….. Bab III-9
Gambar 3.6. Grafik Perbandingan Realisasi Keikutsertaan dengan SPRIN DIKLAT …… Bab III-10
Gambar 3.7. Sarana dan Prasarana ……………………………………………………… Bab III-12
Gambar 3.8. Inventarisasi Peralatan Berat ……………………………………………… Bab III-13
Gambar 3.9. Kronologi Pagu Direktorat Jenderal SDA TA 2016 ………………………... Bab III-14
Gambar 3.10. Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan I ………. Bab III-15
Gambar 3.11. Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan I ……………….……… Bab III-16
Gambar 3.12. Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan I ………………….. Bab III-17
Gambar 3.13. Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan II ……… Bab III-18
Gambar 3.14. Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan II ……………………… Bab III-19
Gambar 3.15. Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan II …………………. Bab III-20
Gambar 3.16. Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan III ……... Bab III-21
Gambar 3.17. Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan III …………………….. Bab III-22
Gambar 3.18. Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan III ………….……... Bab III-23
Gambar 3.19. Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan IV ……... Bab III-24
x
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Daftar Gambar
Gambar 3.20. Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan IV …………………….. Bab III-25
Gambar 3.21. Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan IV ………….……... Bab III-26
Gambar 4.1. Kurva S Progres Fisik Triwulan I …………………………………………… Bab IV-2
Gambar 4.2. Status Paket Kontraktual s.d Triwulan I …………………………………... Bab IV-2
Gambar 4.3. Kurva S Progres Fisik Triwulan II …………………………………………... Bab IV-11
Gambar 4.4. Status Paket Kontraktual s.d Triwulan II ………………………………….. Bab IV-13
Gambar 4.5. Kurva S Progres Fisik Triwulan III ………………………………………….. Bab IV-22
Gambar 4.6. Paket Kontraktual s.d Triwulan III …………………………………………. Bab IV-23
Gambar 4.7. Kurva S Progres Fisik Triwulan IV ………………………………………….. Bab IV-34
Gambar 4.8. Status Paket Kontraktual s.d Triwulan IV …………………………………. Bab IV-35
Gambar 4.9. Diagram Progres Keuangan dan Fisik Periode Tahun 2011-2016 …………. Bab IV-70
Gambar 4.10. Kurva S Rencana dan Realisasi Keuangan Tahun 2016 …………………… Bab IV-77
Gambar 4.11. Kurva S Rencana dan Realisasi Fisik Tahun 2016 ………………………….. Bab IV-77
Rawa Simpang Puding, Jambi
D.I Selinsing (Bendung Pice)Kepulauan Bangka Belitung
xi
Ringkasan Eksekutif
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Ringkasan Eksekutif
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LaKIP) Ditjen Sumber Daya Air Tahun
2016 disusun dalam rangka pemenuhan kewajiban atas mandat yang diamanatkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang
Sistem akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LaKIP Ditjen Sumber Daya Air Tahun
2016 ini merupakan laporan kinerja Tahun kedua atas pelaksanaan rencana strategis
Tahun 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor : 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat, Ditjen Sumber Daya Air, sebagai salah satu unit Eselon
I didalamnya, merupakan pengelola sumber daya air yang bertugas dalam
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan
sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta
menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan dibidang konservasi sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada sumber air permukaan,
dan pendayagunaan air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan
berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang pengelolaan sumber
daya air.
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pengelolaan sumber daya air.
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan sumber daya air.
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Laporan Kinerja Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2016, merupakan perwujudan
transparansi dan akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen Sumber Daya
Air serta penggunaan anggarannya. Selain itu, Laporan Kinerja ini merupakan wujud
xii
Ringkasan Eksekutif
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
dari kinerja dalam mendukung pencapaian visi dan misi Kementerian PUPR 2015-2019 ,
yaitu :
“Terwujudnya infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang handal
dalam mendukung Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan gotong-royong”.
Untuk mewujudkan visi kementerian PUPR Tahun 2015-2019, Ditjen Sumber
Daya Air menjabarkan visi Kementerian PUPR tersebut ke dalam tujuan dan sasaran-
sasaran program dan kegiatan sesuai dengan peran, tugas, dan fungsinya. Dalam
mencapai visi Kementerian PUPR Tahun 2015-2019, Ditjen Sumber Daya Air
menetapkan 3 (tiga) tujuan yang akan dicapai dalam Tahun 2015-2019, yaitu :
1. Tujuan 1 : Menyelenggarakan pembangunan infrastruktur PUPR bidang
sumber daya air untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan
pangan dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor
strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi.
2. Tujuan 2 : Menyelenggarakan keterpaduan tatakelola pengelolaan SDA untuk
mengurangi disparitas pembanguan wilayah guna menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka
kemandirian ekonomi.
3. Tujuan 3 : Menyelenggarakan tata kelola sumber daya organisasi Ditjen
Sumber Daya Air yang meliputi sumber daya manusia sarana
prasarana pendukung pengendalian dan pengawasan serta sumber
daya yang lainnya untuk meningkatkan kehandalan infrastruktur
pekerjaaan umum dan perumahan rakyat bidang sumber daya air
yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
Untuk menunjang pencapaian tujuan strategis periode 2015-2019 tersebut
disusunlah Peta Strategi Ditjen Sumber Daya Air yaitu 2 (dua) Sasaran Strategis, yaitu :
1. Meningkatnya dukungan untuk ketahanan air nasional, dengan indikator sasaran
strategis “Tingkat dukungan untuk ketahanan air nasional”; dan
2. Meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi, dengan indikator
sasaran strategis “Tingkat dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi”.
Untuk mewujudkan Sasaran Strategis tersebut, Ditjen Sumber Daya Air
menetapkan 7 (tujuh) sasaran program yang menggambarkan kinerja Ditjen Sumber
Daya Air yang akan dicapai dalam rangka pencapaian sasaran strategis.
xiii
Ringkasan Eksekutif
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air
ditetapkan 7 (tujuh) sasaran program dengan 14 (empat belas) indikator kinerja
beserta target outcome yang diharapkan, sebagai berikut :
1. Meningkatnya Layanan Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku, dengan
indikator kinerja :
a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan
target 6,27 m3/detik.
b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku seperti semula, dengan target 0,92 m3/detik.
c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku,
dengan target 60,92 m3/detik.
2. Meningkatnya Kapasitas Tampung Sumber-Sumber Air, dengan indikator kinerja :
a. Peningkatan kapasitas tampung sumber daya air, dengan target 52,87 juta m3.
b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan target 6,23
juta m3.
c. Terjaganya kapasitas tampung sumber air, dengan target 3.432 juta m3.
3. Meningkatnya Kapasitas Pengendalian daya rusak Air, dengan indikator kinerja :
a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak, dengan target
16.918,85 hektar.
4. Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA, dengan indikator kinerja :
a. Peningkatan indeks RBO, dengan target 2,48 Indeks.
5. Meningkatnya Upaya Konservasi Sumber Daya Air, dengan indikator kinerja :
a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan
prioritas, dengan target 20%.
6. Meningkatnya Kinerja Layanan Irigasi, dengan indikator kinerja :
a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan target 52.519 hektar.
b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target 288.496
hektar.
c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target 3.265.230,01
hektar.
xiv
Ringkasan Eksekutif
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan, dengan target 12%.
7. Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air, dengan indikator kinerja :
Peningkatan potensi energi sumber air, dengan target 0,0 MW (tidak ada target
outcome, baik dalam Renstra 2015-2019 maupun dalam Perjanjian Kinerja Tahun
2016 Ditjen Sumber Daya Air.
Berdasarkan pengukuran capaian kinerja terhadap target yang ditetapkan
dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016, dari 7 (tujuh) sasaran program dengan 14
indikator kinerja didapati 4 (empat) indikator kinerja tidak tercapai, 9 (sembilan)
indikator kinerja tercapai, dan 1 (satu) indikator kinerja tidak mempunyai target
outcome, baik dalam Renstra 2015-2019 maupun dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016
Ditjen Sumber Daya Air.
Indikator kinerja yang tercapai, yaitu : 1) Pengembalian fungsi dan debit layanan
sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula (100%); 2) Terjaganya fungsi
dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku (100%); 3) Terjaganya
fungsi dan kapasitas tampung sumber air (136,15%); 4) Peningkatan RBO Indeks
(103,62%); 5) Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonversi pada kawasan
prioritas (100%); 6) Peningkatan layanan jaringan irigasi (100%); 7) Pengembalian
fungsi dan layanan jaringan irigasi (100,90%); 8) Terjaganya fungsi dan layanan
jaringan irigasi (100%); dan 9) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan
(100%).
Indikator kinerja tidak tercapai : 1) Peningkatan debit layanan sarana dan
prasarana penyediaan air baku (83,65%); 2) Peningkatan kapasitas tampung sumber
air (31,64%); 3) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air (69%); dan 4)
Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air (95,06%).
Capaian kinerja Tahun 2015-2016 dibandingkan dengan target kinerja
berdasarkan Renstra periode 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air, secara umum, tidak
memuaskan atau kurang berhasil. Dari 14 (empat belas) indikator kinerja, hanya 5
(lima) indikator kinerja berhasil, dan 9 (sembilan) indikator lainnya tidak berhasil.
Indikator kinerja yang berhasil, yaitu : 1) Terjaganya fungsi dan debit layanan
sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan capaian 69,64 m3/detik lebih besar
dari target Renstra 2015-2016 sebesar 57,88 m3/detik; 2) Peningkatan kapasitas
tampung sumber air, dengan capaian 1.028,73 juta m3, lebih besar dari target Renstra
2015-2019 sebesar 1.021,47 juta m3; 3) Peningkatan persentase kawasan lokasi yang
xv
Ringkasan Eksekutif
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
dikonservasi pada kawasan prioritas, dengan capaian 40%, sesuai dengan target
Renstra 2015-2016; 4) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi dengan capaian
3.581.530 hektar, lebih besar dari target Renstra 2015-2016 sebesar 3.345.174,05
hektar; dan 5) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan dengan capaian
12% sesuai dengan target Renstra 2015 – 2016.
Indikator kinerja yang tidak berhasil, yaitu : 1) Peningkatan debit layanan sarana
dan prasarana penyediaan air baku, dengan capaian 14,89 m3/detik, lebih kecil dari
target Renstra 2015-2016 sebesar 20,65 m3/detik; 2) Pengembalian fungsi dan debit
layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula, dengan capaian
9,12 m3/detik, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 9,90 m3/detik; 3)
Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan capaian 381,30 juta
m3, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 1.143,20 juta m3; 4) Terjaganya
fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan capaian 12.679 juta m3, lebih kecil
dari target Renstra 2015-2016 sebesar 13.699,63 juta m3; 5) Peningkatan luas kawasan
yang terlindungi dari daya rusak air, dengan capaian 36.426,61 hektar, lebih kecil dari
target Renstra 2015-2016 sebesar 63.217,33 hektar; 6) Peningkatan indeks RBO,
dengan capaian 2,57 Indeks, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 2,59
Indeks ; 7) Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan capaian 234.536 hektar, lebih
kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 426.245,16 hektar; 8) Pengembalian fungsi
dan layanan jaringan irigasi, dengan capaian 771.704,57 hektar, lebih kecil dari target
Renstra 2015-2016 sebesar 1.169.450,84 hektar; 9) Peningkatan potensi energi sumber
air, dengan capaian Tahun lalu 111,84 MW, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016
sebesar 113,19 MW.
Dari hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran strategis, didapati
bahwa capaian kinerja untuk indikator sasaran strategis “Tingkat dukungan untuk
ketahanan air nasional” mencapai 42,90%, lebih tinggi dari target Sasaran Strategis
dalam Renstra 2015-2019 sebesar 40,85%. Sedangkan capaian sasaran strategis untuk
indikator “Tingkat dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi” mencapai 53,14%
lebih rendah dari target capaian Renstra 2015-2019 sebesar 53,93%.
Prestasi capaian kinerja sasaran strategis Ditjen Sumber Daya Air dalam Tahun
2016 tidak terlepas dari dukungan dari komponen-kompenen input sebagai
pendukung proses penyelenggaraan pelaksanaan anggaran Tahun 2016. Komponen
input dimaksud meliputi :
xvi
Ringkasan Eksekutif
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
1. Sumber dana yang tersedia cukup memadai untuk menyelesaikan seluruh target
output yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya
Air. Pada Tahun anggaran 2016 Ditjen Sumber Daya Air, pada awal Januari 2016,
mengelola APBN sebesar Rp. 30.427.440.685.000,- namun atas kebijakan
pemerintah yang melakukan penghematan anggaran sehingga terjadi
pemotongan/penghematan serta selfblocking terhadap alokasi DIPA Tahun 2016
yang mengalami penghematan sebesar Rp. 3,96 triliun, menjadi DIPA TA 2016
akhir menjadi Rp. 28.294.304.251.000,-. Realisasi penyerapan sampai dengan
akhir Tahun 2016 mencapai 87,14% atau Rp. 24,656 T, lebih rendah dari rencana
penyerapan sebesar 88,27%. Sehingga terdapat sisa anggaran yang tidak terserap
sebesar Rp. 1,639 T atau 5,79 %.
2. Sumber daya manusia yang menjadi penangungjawab kegiatan-kegiatan baik di
tingkat Pusat maupun di tingkat BBWS/BWS cukup memadai dari sisi
kemampuan dan keterampilan dalam mengelola anggaran dan kegiatan. Namun
dalam hal ini dirasakan jumlah personil di tingkat BBWS/BWS yang memiliki latar
belakang teknis lebih rendah sebanyak 2.279 orang atau 24,83% dibandingkan
dengan personil dengan latar belakang pendidikan non-teknis sebanyak 6.899
orang (75,17%) dari total PNS 9.179 orang.
3. Adanya dukungan fasilitas berupa sarana kantor termasuk kelengkapan
perkantoran, dan peralatan berat serta kendaraan operasional yang memadai
yang mendukung kegiatan-kegiatan operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang
terbangun.
Secara umum, capaian kinerja pembangunan bidang sumber daya air pada
Tahun 2016 dalam beberapa hal belum seperti yang diharapkan. Masih ditemui
kendala, hambatan, dan permasalahan, baik dari lingkungan internal maupun dari
lingkungan eksternal.
Disamping berbagai keberhasilan yang telah dicapai, pembangunan sumber
daya air dalam Tahun 2016 masih mengalami permasalahan, kendala dan hambatan
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan fisik infrastruktur di lapangan. Kendala dan
hambatan utama dalam pelaksanaan kegiatan antara lain :
1. Kesiapan dokumen detail desain yang masih belum matang sehingga perlu
dilakukan revisi, yang menyebabkan beberapa paket kegiatan tertunda
pelelangan dan pelaksanaannya, antara lain : pembangunan Bendungan Rukoh
xvii
Ringkasan Eksekutif
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
(Prov. Aceh), Pembangunan Jaringan irigasi DI Batang Asai (Prov. Sumatera
Barat), Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Batang Bayang (Prov. Sumatera Barat).
2. Keterlambatan pembebasan tanah untuk beberapa lokasi proyek, yang
menyebabkan pelaksanaan fisik di lapangan tidak berjalan dengan baik dan tidak
dapat mencapai target yang ditetapkan (antara lain : Bendungan Gongseng,
Bendungan Pidekso, Bendungan Gondang, Bendungan Tugu, Bendungan Tukul,
Bendungan Tapin dan Bendungan Lolak).
3. Proses pembebasan tanah yang memerlukan waktu cukup lama yang melibatkan
instansi yang cukup banyak menyebabkan dana yang telah disediakan dalam
DIPA Tahun 2016 tidak dapat terserap 100%.
4. Adanya kebijakan Pemerintah melalui Inpres No 4 Tahun 2016 dan Inpres No 8
Tahun 2016 berkaitan dengan penghematan anggaran pembangunan dan
pemotongan pagu anggaran Ditjen Sumber Daya Air melalui selfblocking (sebesar
Rp. 2,0 T), yang menyebabkan beberapa output terpaksa dikurangi sehingga
tidak tercapainya outcome yang ditetapkan dalan Perjanjian Kinerja Tahun 2016.
5. Permasalahan pada kegiatan-kegiatan yang bersumber dari dana loan, antara lain
: perubahan kebijakan World Bank pada Program WISMP 2 yang berkaitan
dengan pemaketan dan lamanya persetujuan NOL pada BBWS Citarum
menyebabkan 4 (empat) paket kegiatan tidak dapat dilaksanakan; Lender ADB,
JICA, World Bank masih berkeberatan terkait penggunaan SPSE untuk
pelaksanaan International Competitive Bidding (ICB).
Dalam upaya meminimalisir kendala dan hambatan yang menjadi faktor
penyebab kegagalan dalam upaya pencapaian target output/outcome yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air, beberapa
upaya dan tindaklanjut yang perlu dilakukan kedepan, antara lain :
1. Perlu dilakukan reviu Rencana Strategis Ditjen Sumber Daya Air 2015-2019.
2. Penyiapan dokumen perencanaan teknis (Studi Kelayakan, AMDAL, DED, LARAP)
secara lebih matang untuk pelaksanaan Tahun berikutnya.
3. Penyiapan lokasi lahan proyek lebih awal atau sebelum dilakukannya
pelaksanaan kegiatan di lokasi yang direncanakan.
4. Penelitian lebih awal terhadap usulan-usulan kegiatan yang akan dikerjakan pada
Tahun berikutnya, bukan saja terhadap alokasi dana yang akan diusulkan tetapi
juga penelitian terhadap kesiapan proyek yang akan dibangun.
xviii
Ringkasan Eksekutif
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
5. Membangun sistem informasi kinerja yang dilakukan melalui sistem aplikasi e-
performance, dalam upaya pemantauan dan evaluasi capaian kinerja yang
dihasilkan tiap unit kerja di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air.
6. Peningkatan kompetensi engineer/sarjana teknik sipil muda dalam pengelolaan
proyek (project management).
7. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan pemangku kepentingan dan
unsur keamanan serta penegak hukum dalam perencanaan maupun pelaksanaan
proyek.
8. Perlu adanya ketentuan yang tegas dalam pelaksanaan pelelangan dengan
menggunakan aplikasi SPSE baik yang bersumber dari dana APBN maupun yang
bersumber sebagian atau seluruhnya dari dana loan.
Segala upaya perbaikan terus dilakukan untuk meningkatkan kinerja Ditjen
Sumber Daya Air lebih meningkat lagi pada Tahun-Tahun mendatang. Capaian IKU
yang masih dibawah target terus dilakukan evaluasi dan action plan yang relevan.
Diharapkan dengan menggunakan sistem manajemen perencanaan atau e-
programming dapat meningkatkan kualitas manajemen perencanaan penganggaran
berbasis kinerja.
Diharapkan output dan outcome yang dihasilkan akan dapat meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dari pemanfaatan suplai air untuk
pertanian lahan beririgasi dan meningkatkan akses yang lebih banyak untuk
memperoleh air baku bagi pelanggan, serta keamanan lingkungan dari terjadinya
bencana banjir. Secara nasional, output yang dihasilkan akan menambah dukungan
terhadap meningkatnya dukungan untuk ketahanan air nasional dan meningkatnya
dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi, dimana muaranya adalah
mendukung Program NAWACITA, terutama Agenda Prioritas “Mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik”.
Rawa Simpang Puding, Jambi
Peningkatan Penyediaan Air Baku KolongSei Bati – Dang Merdu – Kodim
Kabupaten Karimun
I-1
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Bab IPendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor : 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat mempunyai tugas yang sangat
strategis dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur khususnya
dalam bidang sumber daya air. Ditjen Sumber Daya Air, sebagai salah satu unit
Eselon I didalamnya merupakan pengelola sumber daya air yang bertugas
dalam menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Peran infrastruktur bidang sumber daya air sangat penting dalam
mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan,
rasa aman, pendidikan dan kesehatan. Selain itu, infrastruktur bidang sumber
daya air juga memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi nasional dan daya saing global.
Pelaksanaan program pengelolaan sumber daya air tahun 2016
merupakan pelaksanaan tahun kedua Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Strategis Ditjen Sumber
Daya Air 2015-2019. Dalam upaya meningkatkan peran strategis bidang
sumber daya air, Rencana Strategis Ditjen Sumber Daya Air tahun 2015-2019
telah menetapkan sasaran program dalam mendukung sasaran strategis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun anggaran 2016
untuk sektor sumber daya air, yang meliputi : 1) Meningkatnya layanan sarana
dan prasarana penyediaan air baku, 2) Meningkatkan kapasitas tampung
sumber-sumber air, 3) Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air,
4) Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air, 5) Meningkatnya Kinerja
BAB IVAkuntabilitas Kinerja
I-2
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
layanan irigasi, 6) Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air, 7)
Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air.
Dalam rangka mendukung 9 (sembilan) agenda prioritas nasional atau
NAWACITA, yakni butir 7 dari NAWACITA : “Mewujudkan kemandirian
ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”,
Ditjen Sumber Daya Air menyiapkan program strategis dalam periode 2015-
2019 (secara skematik disajikan dalam Gambar 1.1) yang meliputi:
a. Pembangunan 65 bendungan.
b. Pembangunan Irigasi Baru 1 juta hektar.
c. Rehabilitasi irigasi 3 juta hektar.
d. Penyediaan air baku 67,52 m3/detik.
e. Pengendali banjir 3.000 km.
f. Pengamanan abrasi pantai 500 km.
g. Pengendali lahar 300 buah.
Pencapaian sasaran prioritas nasional dan strategis tentunya tidak
mudah, karena kebijakan, program dan kegiatan yang disusun harus mampu
menjawab permasalahan mendasar dan isu strategis pembangunan sektor
sumber daya air saat ini, meliputi : 1) Meningkatnya dukungan untuk
kedaulatan pangan dan ketahanan energi; dan 2) Meningkatnya ketahanan
air nasional.
Dalam melaksanakan tugas pengelolaan keuangan negara dalam
pembangunan dan pengelolaan sektor sumber daya air tersebut, Ditjen
Sumber Daya Air dituntut untuk dapat melaksanakannya dengan prudent,
transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good
governance sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme.
I-3
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Gambar 1.1 Program Strategis Ditjen SDA 2015-2019 dalam Mendukung Nawacita
I-4
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Salah satu azas penyelenggaraan good governance yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas yang
menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan
Laporan Kinerja.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 Ditjen Sumber
Daya Air disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam
melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2016 dalam mendukung
pencapaian sasaran strategis Kementerian PUPR. LaKIP ini sekaligus sebagai
alat kendali dan pemacu peningkatan Kinerja setiap unit organisasi di
lingkungan Ditjen Sumber Daya Air, serta sebagai salah satu alat untuk
mendapatkan masukan bagi stakeholders demi perbaikan Kinerja Ditjen
Sumber Daya Air. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, dokumen
LAKIP tersebut juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
1.2 Kondisi Umum
Pembangunan infrastruktur mempunyai peran vital dalam mewujudkan
pemenuhan Hak Dasar Rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman,
pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Infrastruktur merupakan modal sosial
masyarakat yang memegang peranan penting dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional, memperkuat kedaulatan pangan, ketahanan
air dan kedaulatan energi serta peningkatan daya saing di dunia internasional.
Pembangunan infrastruktur mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan
taraf hidup masyarakat, kualitas lingkungan dan pengembangan wilayah.
Ke depan, tuntutan dan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang
terjadi begitu cepat, menjadi tantangan pembangunan infrastruktur, antara
lain :
a. Adanya tuntutan peningkatan daya saing global, kualitas hidup manusia,
dan kemandirian ekonomi, disparitas antar wilayah.
I-5
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
b. Perubahan dasar hukum pelaksanaan pengelolaan SDA sebagai tindak
lanjut Keputusan Mahkamah Konstitusi terkait UU No 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air.
c. Target kinerja yang diamanatkan kepada Direktorat Jenderal SDA
meningkat 3 kali lipat.
d. Perubahan struktur organisasi, baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat maupun di lngkungan Direktorat Jenderal
SDA.
e. Restrukturisasi program dan kegiatan mengacu pada anggaran berbasis
kinerja yang sasaran kinerjanya disusun berdasarkan Arsitektur dan
Informasi Kinerja (ADIK) yang diselaraskan dengan perubahan struktur
organisasi dalam rangka pencapaian target kinerja oleh seluruh unit kerja
di lingkungan Direktorat Jenderal SDA.
Hingga tahun 2014, telah dilaksanakan berbagai langkah kebijakan,
dengan capaian sasaran-sasaran strategis meliputi :
1. Peningkatan dukungan terhadap ketahanan air melalui peningkatan
kapasitas tampung; peningkatan layanan air baku; dan peningkatan
pengendalian daya rusak air;
2. Peningkatan dukungan kedaulatan pangan melalui peningkatan layanan
irigasi.
3. Peningkatan dukungan kedaulatan energi melalui pembangunan
bendungan yang berpotensi sebagai sumber energi.
4. Peningkatan keberlanjutan fungsi infrastruktur SDA melalui kegiatan
operasi dan pemeliharaan infrastruktur SDA.
1.2.1 Peningkatan Dukungan Ketahanan Air
Hingga tahun 2014, peningkatan dukungan untuk ketahanan air
nasional diperkirakan baru mencapai 28,95%, dan sampai dengan tahun 2015
mencapai 39,74%, melalui pencapaian 3 (tiga) indikator, yaitu :
A. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Kebutuhan Sehari-hari.
Dalam upaya meningkatkan layanan air baku bagi kebutuhan rumah
tangga, industri, dan perkotaan, sampai dengan 2014 telah dibangun
jaringan air baku dengan kapasitas layanan 51,44 m3/detik atau 66,35% dari
I-6
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari. Angka diatas belum
memenuhi target kapasitas yang direncanakan yakni sebesar 56,00
m3/detik, sehingga terdapat defisit sebesar 4,56 m3/detik.
Sedangkan sampai dengan tahun 2015, telah dibangun jaringan air baku
dengan kapasitas layanan 60,18 m3/detik atau 70,70% dari pemenuhan
kebutuhan air baku untuk sehari-hari, dimana terdapat penambahan
sebesar 8,74 m3/detik pada tahun 2015.
B. Peningkatan Kapasitas tampung Per Kapita
Indonesia memiliki total potensi air sebesar ± 3,9 trilyun m3 per tahun,
namun hingga tahun 2014 baru ± 12,68 milyar m3 atau 50 m3 per kapita per
tahun yang dapat dikelola melalui tampungan bendungan sebanyak 208
bendungan (178 bendungan diantaranya dikelola oleh Kementerian
PUPR), dimana angka ini hanya 2,5% dari angka ideal tampungan per
kapita di suatu negara (1.975 m3 per kapita per tahun).
Pembangunan tampungan lainnya adalah berupa embung /situ/bangunan
penampung air lainnya. Hingga tahun 2014 telah terbangun 1.332 buah
embung/situ/bangunan penampung air lainnya.
Pada tahun 2015, Direktorat Jenderal SDA melanjutkan pembangunan
bendungan sebanyak 16 bendungan dan 13 bendungan baru. Dari total 29
bendungan 5 bendungan diantaranya selesai dibangun dan beroperasi
dengan total tambahan tampungan sebanyak 1,012 milyar m3 sehingga
diperoleh ±54 m3 per kapita per tahun atau 2,67% dari ideal tampungan
per kapita di suatu negara (1.975 m3 per kapita per tahun).
Dengan demikian, hingga tahun 2015, total bendungan di Indonesia
adalah 213 bendungan (183 bendungan diantaranya dikelola Kementerian
PUPR) dengan total kapasitas tampung adalah 13,704 milyar m3, yang
dimanfaatkan untuk air baku, irigasi, pengendalian banjir, serta sebagian
untuk PLTA. Selain bendungan, tahun 2015 juga dibangun sebanyak 364
embung.
C. Peningkatan Layanan Infrastruktur Pengendali Daya Rusak Air
Hingga tahun 2014 sudah dibangun ± 1.447 km prasarana pengendali
banjir atau melindungi sekitar 36.199 hektar (LAKIP 2014) atau sekitar 18%
dari 200 ribu hektar yang harus dilindungi melalui pembangunan :
I-7
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
1) Pengendalian banjir yang terdiri dari pembangunan 1.450 km dan
rehabilitasi bangunan pengendali banjir 1.100 km.
2) Pengendalian sedimen dan lahar yang terdiri dari pembangunan
pengendali lahar 150 buah dan rehabilitasi bangunan pengendali lahar
140 buah.
3) Pengaman pantai yang terdiri dari pembangunan 270 km dan
rehabilitasi bangunan pengaman pantai 20 km.
Pada tahun 2015, Ditjen Sumber Daya Air telah membangun 304,36 km
bangunan pengendali banjir, melakukan rehabilitasi terhadap 135,78 km
bangunan pengendali banjir, membangun 52 buah pengendali lahar,
rehabilitasi 21 buah pengendali lahar, membangun 66,88 km bangunan
pengaman pantai dan rehabilitasi 0,92 km bangunan pengaman pantai.
Infrastruktur pengendali banjir yang dibangun tersebut mampu melindungi
kawasan seluas 20.344 hektar atau sekitar 26,12% dari 200 ribu hektar kawasan
yang harus dilindungi.
1.2.2 Peningkatan Dukungan Kedaulatan Pangan
Hingga tahun 2014, peningkatan dukungan kedaulatan pangan
diperkirakan baru mencapai 45,83% (Renstra 2015-2015 Direktorat Jenderal
SDA) melalui pencapaian indikator peningkatan layanan air baku untuk irigasi.
Hingga tahun 2014, sasaran strategis kegiatan irigasi dan rawa yang telah
dicapai meliputi :
a. Pembangunan jaringan irigasi permukaan dengan target mengairi 425.000
ha daerah irigasi, telah tercapai bahkan melebihi target, yakni 429.739 ha.
b. Pembangunan jaringan irigasi rawa dan jaringan irigasi air tanah dengan
target 237.000 hektar, berhasil mencapai 216.406 hektar.
c. Rehabilitasi jaringan irigasi permukaan dengan target mengairi 1.700.000
hektar daerah irigasi telah berhasil mencapai 2.021.439 hektar.
d. Rehabilitasi jaringan irigasi rawa dan jaringan irigasi air tanah dengan
target 663.000 hektar, dan berhasil melebihi target, yakni mencapai
697.568 hektar.
Pada tahun 2015, pembangunan jaringan irigasi permukaan tercapai
mengairi 135.900 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi permukaan mencapai
I-8
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
luas 330.778 hektar. Sedangkan pembangunan jaringan irigasi rawa tercapai
seluas 41.314 hektar dan Rehabilitasi jaringan irigasi rawa mencapai 133.291
hektar. Pembangunan jaringan irigasi tambak mencapai 9.216 hektar dan
rehabilitasi jaringan irigasi tambak mencapai 32.575 hektar. Secara total
tambahan dukungan layanan kebutuhan air baku untuk irigasi adalah
pembangunan jaringan irigasi seluas 182.017 hektar dan rehabilitasi jaringan
irigasi mencapai 480.534 hektar.
1.2.3 Peningkatan Dukungan Kedaulatan Energi
Hingga tahun 2014, dari 208 bendungan yang ada di Indonesia, terdapat
potensi sumber energi sekitar 8.653 MW. Sedangkan pada tahun 2015,
dengan terselesaikannya 5 (lima) bendungan baru terdapat tambahan
sumber energi sebesar 111,84 MW, sehingga sampai dengan tahun 2015
tersedia potensi sumber energi sebesar 8.764,84 MW.
1.2.4 Peningkatan Keberlanjutan Fungsi Infrastruktur SDA
Guna menjaga keberlanjutan fungsi infrastruktur SDA, dilaksanakan
kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP) seluruh infrastruktur SDA yang telah
dibangun. Hingga tahun 2015, pelaksanaan kegiatan op meliputi :
a. OP jaringan irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi tambak, dan irigasi air
tanah seluas 3.581.760 hektar.
b. OP waduk/embung/situ/bangunan penampung air lainnya sebanyak 1.298
buah, terdiri dari 211 bendungan dan 1.087 embung/situ/bangunan
penampung air lainnya, dengan total tampungan 12,679 milyar m3.
c. OP sarana dan prasarana air baku dengan kapasitas 69,64 m3/detik.
d. OP sarana dan prasarana pengendali banjir sepanjang 2.490 km, OP
sarana dan prasarana pengendali sedimen/lahar gunung berapi sebanyak
267 buah, serta OP sarana dan prasarana pengaman pantai sepanjang
116,22 km.
I-9
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
1.3 Potensi dan Permasalahan
1.3.1 Potensi
Ketersediaan air di Indonesia mencapai 3,90 trilyun m3/tahun, namun
yang dapat dimanfaatkan baru sekitar 691,30 juta m3/tahun (sekitar 17,69%).
Dari air yang dapat dimanfaatkan tersebut hanya sekitar 25,30% yang sudah
termanfaatkan, utamanya sekitar 80,50% untuk memenuhi kebutuhan irigasi,
sedangkan sisanya untuk kebutuhan domestik, perkotaan, dan industri. Hal ini
menunjukkan bahwa masih ada air cukup besar yang belum termanfaatkan.
Namun di sisi lain, ketersediaan air tersebut juga tidak merata. Pulau
Kalimantan merupakan pulau dengan ketersediaan air terbesar (33,60%),
sedangkan Pulau Jawa (4,20%) dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia
memiliki ketersediaan air terkecil setelah Bali dan Nusa Tenggara (7,70%).
Selain untuk pemanfaatan domestik, perkotaan, dan industri, air juga
dimanfaatkan sebagai sumber energi. Berdasarkan Rencana Umum
Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2015-2034, pada tahun 2019 diperkirakan
kebutuhan tenaga listrik di Indonesia mencapai 347 TWh dengan konsumsi
mencapai 1.293 kWh per kapita. Sementara, hingga 2014, total kapasitas
terpasang pembangkit nasional adalah sebesar 53.065 MW, diantaranya
adalah sumber energi terbarukan dari sumber daya air, yang meliputi :
Pembangkit Listrik Tenaga Air/PLTA (5.059 MW); Pembangkit Listrik Tenaga
Minihidro/PLTM (140 MW), dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (30
MW).
Pengembangan bendungan di Indonesia yang dilaksanakan saat ini
berpotensi untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Beberapa waduk yang berpotensi dikembangkan PLTA yaitu Waduk Karian
(Kab Lebak), Jatigede (Kab Sumedang), Jatibarang (Kota Semarang),
Bajulmati (Kab Banyuwangi), Bendo (Kab Ponorogo), Lolak (Kab Bolaang
Mongondouw), Kuwil (kab Minahasa Utara), Karalloe (Kab Gowa), Tugu (Kab
Trenggalek), Titab (Kab Buleleng) dan Marangkayu (Kab Kukar).
Potensi sumber energi lainnya dalam bentuk kecil adalah
pengembangan PLTMH yang sesuai untuk kawasan pelosok di Indonesia.
Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Energi Terbarukan (RIPEBAT)
2010 – 2025 (Kementerian ESDM), terdapat 6 provinsi yang potensi tenaga
I-10
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
airnya besar untuk dimanfaatkan menjadi PLTMH, diantaranya Papua,
meliputi sungai Mamberamo, Derewo, Ballem, Tuuga, Wiriagar/Sun,
Kamundan, dan Kladuk dengan total potensi mencapai 12.725 MW. Potensi
terbesar lainnya yaitu Kalimantan Timur, meliputi Sungai Kerayan, Mentarang,
tugu, Mahakam, Boh, Sembakung, dan Kelai dengan total potensi mencapai
6.743 MW. Empat provinsi lain yang memiliki potensi adalah Sulawesi Selatan,
Kalimantan Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.
Biaya operasional PLTMH relatif lebih murah dibandingkan sumber
energi lainnya. Hingga tahun 2034, pengembangan tenaga listrik diperkirakan
membutuhkan pendanaan sekitar Rp. 325.464 juta USD untuk pembangkit.
1.3.2 Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pengelolaan SDA ke depan,
antara lain :
a. Kerusakan Jaringan Irigasi
Dari 7,15 juta hektar areal irigasi yang telah dibangun, hanya sekitar 11%
(±760 hektar) yang ketersediaan airnya dapat dijamin melalui bendungan,
sedangkan sisanya masih mengandalkan debit sungai atau mata air (free
intake). Sebagian jaringan irigasi tidak berfungsi optimal akibat bencana
alam serta belum lengkapnya sistem jaringan irigasi. Selain itu, alih fungsi
lahan pertanian produktif semakin tinggi, pada kurun waktu 2006-2013
mencapai 100-110 ribu hektar per tahun. Pengembangan lahan rawa
sebagai alternatif lahan irigasi baru masih terbatas. Di sisi lain,
penggunaan air irigasi cenderung boros karena rendahnya efisiensi.
Keterbatasan pendanaan serta masih rendahnya kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia menyebabkan rendahnya kinerja operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi. Selain itu, partisipasi masyarakat petani dan
kinerja kelembagaan pengelolaan irigasi belum optimal.
Luas daerah irigasi di Indonesia sekitar 7,15 juta hektar, dengan 46%
diantaranya dalam kondisi rusak. Kerusakan terbesar pada jaringan irigasi
kewenangan Pemerintah Daerah. Lebih dari 50% jaringan irigasi
kewenangan Pemerintah Daerah mengalami kerusakan. Di sisi lain,
pembangunan jaringan irigasi baru relatif sulit dilakukan, karena
keterbatasan ketersediaan lahan dan petani.
I-11
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
b. Layanan air baku yang belum optimal
Suplai air baku semakin terbatas akibat menurunnya debit pada sumber-
sumber air dan tingginya laju sedimentasi pada tampungan-tampungan
air, seperti bendungan, embung, danau, dan situ. Selain itu kualitas air
semakin rendah akibat tingginya tingkat pencemaran pada sungai dan
sumber-sumber air lainnya. Di sisi lain, kebutuhan air baku smeakin
meningkat akibat pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan
industri, berkembangnya aktifitas manusia, dan tidak efisiennya pola
pemanfaatan air. Rendahnya ketersediaan prasarana air baku, terutama di
pedesaan, daerah terpencil, kawasan perbatasan, kawasan pariwisata,
dan pulau-pulau terdepan meneybabkan tingginya eksploitasi air tanah
yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air minum dan kebutuhan
pokok sehari-hari, sehingga menyebabkan land subsidence dan intrusi air
laut.
c. Banjir dan Kekeringan
Frekuensi dan intensitas bencana banjir, kekeringan dan abrasi pantai
meningkat, akibat kerusakan daerah tangkapan air dan perubahan iklim
seperti terjadi pada DAS Ciliwung, Citarum, dan Bengawan Solo. Tahun
2006 bencana banjir terjadi sebanyak 319 dan meningkat menjadi 1.015
pada tahun 2012. Angka ini terus mengalami penurunan hingga tahun 2015
kejadian banjir sebanyak 290.
Penanganan banjir di kota-kota besar juga masih perlu dioptimalkan,
seperti : Jakarta, bandung, Surabaya, Solo, Medan, Padang, Pekanbaru,
Jambi, Bandar Lampung, Pontianak, dll. Banjir di kawasan perkotaan
tersebut disebabkan oleh buruknya sistem drainase mikro dan
pembuangan sampah di badan sungai. Penambangan bahan mineral yang
tidak terkendali di beberapa sungai memicu terjadinya degradasi dasar
sungai serta erosi tebing sungai.
Di sisi lain, tidak meratanya distribusi dan pola hujan di Indonesia
menyebabkan beberapa wilayah mengalami kekeringan, seperti di
Provinsi NTT dan NTB. Pada daerah-daerah tersebut perlu dibangun
tampungan-tampungan air skala kecil sehingga air tetap ada pada saat
musim kemarau.
I-12
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Alih fungsi lahan, khususnya pada kawasan tangkapan air (hulu) yang
menyebabkan kerusakan DAS juga berkontribusi pada kondisi kuantitas
(debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan yang
mengakibatkan banjir dan musim kemarau yang mengakibatkan
kekeringan. Hal lain yang menjadi penyebab bencana ini adalah
perubahan iklim yang mengakibatkan perubahan pola hujan di Indonesia,
perubahan suhu permukaan wilayah daratan, kenaikan suhu permukaan
laut, kenaikan tinggi muka air laut dan trend kejadian cuaca dan iklim
ekstrim. Peningkatan erosi pada daerah hulu yang mengakibatkan
sedimentasi di hilir juga menjadi penyebab banjir karena kapasitas sungai
di hilir menjadi berkurang.
d. Pelaksanaan Operasi Pemeliharaan yang belum optimal
Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan
infrastruktur SDA antara lain disebabkan oleh manual OP yang belum
seluruhnya tersedia, kurangnya fasilitas OP, kurangnya kesiapan
kelembagaan dan personil pelaksana OP, belum seluruhnya pedoman dan
Angka Kebutuhan Nyata OP (AKNOP) tersedia, dan keterbatasan
penganggaran kegiatan OP sesuai dengan AKNOP. Hal ini mengakibatkan
belum semua infrastruktur SDA di-OP secara mantap, menyebabkan umur
fungsional infrastruktur tersebut tidak sesuai dengan umur rencana.
Kerusakan yang terjadi pun, jika tidak cepat tertangani menyebabkan
kebutuhan akan rehabilitasi meningkat dan hal ini membutuhkan dana
yang lebih besar dari pelaksanaan OP itu sendiri.
e. Keterpaduan Pengelolaan SDA
Pelaksanaan pengelolaan SDA secara terpadu sebagaimana prinsip
Integrated Water Resources Management (IWRM), belum terlaksana
secara optimal. Beberapa isu yang masih harus dihadapi terkait
pengelolaan SDA secara terpadu dan menyeluruh, antara lain :
1) Koordinasi antar instansi, antar pemerintah (pusat, provinsi,
kabupaten/kota), dan antar pemilik kepentingan belum optimal akibat
pendekatan yang bersifat sektoral dan pembagian urusan/tanggung
jawab masih tumpang tindih dan kurang jelas.
I-13
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
2) Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber
daya air masih rendah, karena kurangnya pemahaman atas fungsi
sosial, ekonomi dan lingkungan dari air.
3) Kelembagaan pengelolaan SDA baik ditingkat pusat (Direktorat
Jenderal SDA, BBWS/BWS), ditingkat daerah (Dinas, Balai Provinsi,
Balai Kabupaten), hingga ditingkat unit khusus (PJT, pengelola irigasi,
pengelola bendungan) perlu ditata dan diperkuat untuk mencapai
pemisahan fungsi yang jelas dengan tetap saling bersinergi
antarfungsi.
4) Pendanaan yang tidak konsisten dan berkelanjutan menyebabkan
ketidakpastian akan pelaksanaan pengelolaan SDA yang
berkelanjutan. Keterbatasan pendanaan menuntut adanya penetapan
skala prioritas berdasarkan urgensi dan kesiapan pelaksanaan serta
terbatasnya pendanaan dari APBN yang memerlukan pembiayaan dari
pemegang izin (Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air/BJPSDA).
5) Pengelolaan data dan informasi SDA perlu ditingkatkan
keakuratannya sehingga dapat menjadi dasar bagi penyusunan
rencana pengelolaan yang efisien dan tepat sasaran.
6) Pasca pembatalan UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air oleh
Mahkamah Konstitusi , pengelolaan SDA kembali mengacu pada UU
No 11 tahun 1974 tentang pengairan. Praktek pengelolaan SDA yang
selama ini mengacu pada UU no 7 tahun 2004 perlu segera direview
dan diberikan payung hukumnya sementara Rancangan UU pengganti
akan disusun, dengan pertimbangan bahwa pelayanan kepada
masyarakat harus tetap berjalan, lembaga pengelolaan yang sudah
ada saat ini harus tetap ada, dan kesepakatan/kontrak dengan pihak
ketiga harus tetap berjalan sampai akhir kontrak.
7) Penyusunan pola dan rencana pengelolaan SDA pada masing-masing
WS masih perlu percepatan. Hingga tahun 2015, dari 64 WS
kewenangan Pusat sudah ada 44 pola Pengelolaan SDA WS
Kewenangan pusat yang ditetapkan oleh Menteri PUPR, sedangkan
sisanya 5 Pola masih dalam proses penetapan dan 12 Pola masih dalam
proses perbaikan. Adapun 3 pola untuk WS yang baru menjadi
I-14
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
kewenangan pusat berdasarkan Permen PUPR No. 4/PRT/M/2015
tentang Kriteria dan Penetapan WS masih belum disusun. Sementara
Rencana Pengelolaan SDA WS yang sudah ditetapkan 1 (satu) buah
yaitu Rencana PSDA WS Bengawan Solo, sedangkan 6 Rencana masih
dalam proses penetapan, 48 Rencana masih dalam proses perbaikan,
dan sisanya 9 Rencana masih dalam proses penyusunan termasuk 3
Rencana untuk WS baru.
8) Adanya keterpaduan dengan Wilayah Pengembangan Strategis
(WPS). Berdasarkan Menteri PUPR No. 13.1/PRT/M/2015 telah
ditetapkan 35 WPS yang menjadi panduan keterpaduan
pembangunan infrastruktur PUPR, baik antar eselon I di Lingkungan
Kementerian PUPR maupun antar K/L terkait. Dengan adanya
keterpaduan pembangunan infrastruktur di dalam 1 WPS dapat
menjadi pengungkit ekonomi yang bersinergi dengan potensi dan
kekurangan wilayah tersebut serta selaras dengan kelestarian
lingkungan.
1.4 Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang ditindaklanjuti
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, telah ditetapkan Tugas dan Fungsi unit-unit
kerja di lingkup Ditjen Sumber Daya Air yang merupakan unsur pelaksana
pemerintahan, dipimpin oleh Menteri PUPR yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
Ditjen Sumber Daya Air mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta
menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan dibidang konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada
I-15
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
sumber air permukaan, dan pendayagunaan air tanah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air yang
terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang pengelolaan
sumber daya air.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pengelolaan sumber
daya air.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan sumber daya
air.
f. Pelaksanaan administrasi Ditjen Sumber Daya Air.
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
1.5 Susunan Organisasi
Susunan Organisasi Ditjen Sumber Daya Air tersebut terdiri dari unit-
unit sebagai berikut :
a. Sekretariat Direktorat Jenderal.
b. Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air.
c. Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air.
d. Direktorat Sungai, dan Pantai.
e. Direktorat Irigasi dan Rawa.
f. Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan.
Serta Pusat-pusat yang berada di bawah koordinasi Ditjen Sumber Daya
Air, yaitu :
g. Pusat Bendungan.
h. Pusat Air Tanah dan Air Baku.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No : 20/PRT/M/2016 tanggal 23 Mei 2016 tentang Organisasi dan Tata
kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, untuk mendukung tugas dan fungsi Ditjen Sumber Daya Air dalam
pengelolaan wilayah sungai telah dibentuk 12 (dua belas) Balai Besar Wilayah
I-16
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Sungai (BBWS Tipe A dan B), 21 (dua puluh satu) Balai Wilayah Sungai (BWS
Tipe A dan B), Balai Bendungan, dan Kelompok Jabatan Fungsional.
1.6 Struktur Organisasi
Bagan struktur organisasi dari Ditjen Sumber Daya Air dan struktur
organisasi Balai Besar/Balai Wilayah Sungai serta Balai Bendungan dapat
dilihat pada Gambar 1.2 sampai Gambar 1.6 dibawah ini :
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Ditjen Sumber Daya Air
I-17
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Gambar 1.3 Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe A
I-18
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Gambar 1.4 Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe B
I-19
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Struktur Organisasi BWS Tipe A
Struktur Organisasi BWS Tipe B
Gambar 1.5 Struktur Organisasi Balai Wilayah Sungai Tipe A dan B
I-20
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Gambar 1.6 Struktur Organisasi Balai Bendungan
1.6.1 Sekretariat Direktorat Jenderal
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan
pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur organisasi di
lingkungan Ditjen Sumber Daya Air.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut, Sekretariat
Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan urusan kepegawaian, organisasi, dan tata laksana.
b. Pelaksanaan urusan administrasi keuangan, tata usaha, dan rumah
tangga Direktorat Jenderal.
c. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dalam penyusunan laporan
akuntansi dan laporan barang milik negara.
d. Pelaksanaan kebijakan pengendalian internal dan administrasi
perbendaharaan dan pengelolaan penerimaan negara bukan pajak.
e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan, fasilitasi
advokasi hukum serta penyelenggaraan komunikasi publik Direktorat
Jenderal.
f. Pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal.
g. Pelaksanaan fasilitasi lahan.
I-21
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari :
a. Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tatalaksana.
b. Bagian Keuangan dan Umum.
c. Bagian Hukum dan Komunikasi Publik.
d. Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara dan Fasilitasi Lahan.
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.6.2 Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air
Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pengembangan
jaringan sumber daya air.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pengembangan
Jaringan Sumber Daya Air menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan
sumber daya air, keterpaduan pemrograman, evaluasi dan manajemen
mutu, sistem informasi dan data sumber daya air, dan kerjasama.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan sumber daya
air, keterpaduan pemrograman, evaluasi dan manajemen mutu, sistem
informasi dan data sumber daya air, dan kerjasama.
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pembinaan perencanaan sumber daya air, keterpaduan pemrograman,
evaluasi dan manajemen mutu, sistem informasi dan data sumber daya
air, dan kerjasama.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan
perencanaan sumber daya air, keterpaduan pemrograman, evaluasi dan
manajemen mutu, sistem informasi dan data sumber daya air, dan
kerjasama.
e. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan
perencanaan sumber daya air, keterpaduan pemrograman, evaluasi dan
manajemen mutu, sistem informasi dan data sumber daya air, dan
kerjasama.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha di lingkungan Direktorat.
I-22
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Struktur Organisasi Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya
Air terdiri dari :
a. Subdirektorat Perencanaan Sumber Daya Air.
b. Subdirektorat Keterpaduan Pemrograman.
c. Subdirektorat Evaluasi dan Manajemen Mutu.
d. Subdirektorat Sistem Informasi dan Data Sumber Daya Air.
e. Subdirektorat Kerja Sama.
f. Subbagian Tata Usaha.
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.6.3 Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air
Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pembinaan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Bina Penatagunaan
Sumber Daya Air melaksanakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan
wilayah sungai, pengaturan, kelembagaan, pemanfaatan hidrologi, dan
lingkungan sumber daya air.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan wilayah sungai,
pengaturan, kelembagaan, pemanfaatan hidrologi, dan lingkungan SDA.
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pembinaan perencanaan wilayah sungai, pengaturan, kelembagaan,
pemanfaatan hidrologi, dan lingkungan sumber daya air.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan
perencanaan wilayah sungai, pengaturan, kelembagaan, pemanfaatan
hidrologi, dan lingkungan sumber daya air.
e. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan
perencanaan wilayah sungai, pengaturan, kelembagaan, pemanfaatan
hidrologi, dan lingkungan sumber daya air.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha di lingkungan Direktorat.
Struktur Organisasi Direktorat Bina Pengelolaan Sumber Daya Air terdiri dari :
a. Subdirektorat Perencanaan Wilayah Sungai.
I-23
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
b. Subdirektorat Pengaturan Dan Pemantauan.
c. Subdirektorat Kelembagaan.
d. Subdirektorat Pemanfaatan Sumber Daya Air.
e. Subdirektorat Hidrologi dan Lingkungan Sumber Daya Air.
f. Subbagian Tata Usaha.
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.6.4 Direktorat Sungai dan Pantai
Direktorat Sungai Dan Pantai mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, perencanaan, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sungai dan
pantai serta pengelolaan drainase utama perkotaan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Sungai Dan Pantai
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan
kriteria sungai dan pantai serta pengelolaan drainase utama perkotaan.
b. Penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan pada sungai dan pantai serta
pengelolaan drainase utama perkotaan.
c. Penyusunan perencanaan sungai dan pantai serta pengelolaan drainase
utama perkotaan.
d. Pembinaan pengelolaan sungai dan pantai serta pengelolaan drainase
utama perkotaan.
e. Pembinaan persiapan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pada sungai dan pantai serta pengelolaan drainase utama
perkotaan.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha di lingkungan Direktorat.
Direktorat Sungai dan Pantai terdiri dari :
a. Subdirektorat Perencanaan.
b. Subdirektorat Sungai Wilayah Barat.
c. Subdirektorat Sungai Wilayah Timur.
d. Subdirektorat Pantai.
e. Subdirektorat Bimbingan Teknik.
f. Subbagian Tata Usaha.
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
I-24
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
1.6.5 Direktorat Irigasi dan Rawa
Direktorat Irigasi dan Rawa mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, perencanaan, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan irigasi dan rawa.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Irigasi dan Rawa
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan
kriteria irigasi dan rawa.
b. Penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan pada irigasi dan rawa.
c. Penyusunan perencanaan irigasi dan rawa.
d. Pembinaan pengelolaan irigasi dan rawa.
e. Pembinaan persiapan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pada irigasi dan rawa.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha di lingkungan Direktorat.
Direktorat Irigasi dan Rawa terdiri dari :
a. Subdirektorat Perencanaan.
b. Subdirektorat Irigasi Wilayah Barat.
c. Subdirektorat Irigasi Wilayah Timur.
d. Subdirektorat Rawa.
e. Subdirektorat Bimbingan Teknik.
f. Subbagian Tata Usaha.
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.6.6 Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan
Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan operasi dan
pemeliharaan, penanggulangan darurat akibat bencana, dan fasilitasi jaringan
sumber daya air daerah.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Operasi dan
Pemeliharaan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan,
penanggulangan darurat akibat bencana, pelaksanaan operasi dan
I-25
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
pemeliharaan sungai dan pantai, irigasi dan rawa, bendungan dan danau,
serta fasilitasi jaringan sumber daya air daerah.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan,
penanggulangan darurat akibat bencana, pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan sungai dan pantai, irigasi dan rawa, bendungan dan danau,
serta fasilitasi jaringan sumber daya air daerah.
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pembinaan perencanaan, penanggulangan darurat akibat bencana,
pelaksanaan op sungai dan pantai, irigasi dan rawa, bendungan dan
danau, serta fasilitasi jaringan sumber daya air daerah.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan
perencanaan, penanggulangan darurat akibat bencana, pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan sungai dan pantai, irigasi dan rawa, bendungan
dan danau, serta fasilitasi jaringan sumber daya air daerah.
e. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan
perencanaan, penanggulangan darurat akibat bencana, pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan sungai dan pantai, irigasi dan rawa, bendungan
dan danau, serta fasilitasi jaringan sumber daya air daerah.
f. Pembinaan pelaksanaan penyusunan rencana penyediaan air tahunan
prediktif, penilaian kesiapan operasi dan pemeliharaan, pelaksanaan
verifikasi alokasi air, pengelolaan peralatan, dan fasilitasi pendukung
penanggulangan darurat akibat bencana serta penyiapan fasilitas
pendukung operasi dan pemeliharaan sumber daya air.
g. Pembinaan pemberdayaan masyarakat dalam bidang pelaksanaan op.
h. Pembinaan teknis pengelolaan sumber daya air kepada badan usaha.
i. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan terdiri dari :
a. Subdirektorat Perencanaan Operasi dan Pemeliharaan.
b. Subdirektorat Operasi dan Pemeliharaan Sungai dan Pantai.
c. Subdirektorat Operasi dan Pemeliharaan Irigasi dan Rawa.
d. Subdirektorat Operasi dan Pemeliharaan Bendungan dan Danau.
e. Subdirektorat Fasilitasi Jaringan Sumber Daya Air Daerah.
f. Subbagian Tata Usaha.
I-26
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.6.7 Pusat Bendungan
Pusat Bendungan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pembinaan pelakasanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
perencanaan, danau, situ, dan embung, serta konservasi fisik sumber daya air.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1363,
Pusat Bendungan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan dan pembinaan pelaksanan norma, standar, prosedur, dan
kriteria bendungan, danau, situ, dan embung, serta konservasi fisik
sumber daya air.
b. Penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan pada bendungan, danau, situ,
dan embung, serta konservasi fisik sumber daya air.
c. Penyusunan perencanaan bendungan, danau, situ, dan embung, serta
konservasi fisik sumber daya air.
d. Pembinaan pengelolaan bendungan, danau, situ, dan embung, serta
konservasi fisik sumber daya air.
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Pusat.
Pusat Bendungan terdiri atas :
a. Bagian Perencanaan dan Tata Usaha.
b. Bidang Bendungan Wilayah Barat.
c. Bidang Bendungan Wilayah Timur.
d. Bidang Danau, Situ, Embung.
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.6.8 Pusat Air Tanah dan Air Baku
Pusat Air Tanah Dan Air Baku mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, perencanaan dan konservasi air tanah dan air baku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 1382,
Pusat Air Tanah Dan Air Baku menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur dan
kriteria air tanah dan air baku, serta konservasi air tanah dan air baku.
I-27
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
b. Penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan pada air tanah dan air baku,
serta konservasi air tanah dan air baku.
c. Penyusunan perencanaan air tanah dan air baku, serta konservasi air
tanah dan air baku.
d. Pembinaan pengelolaan air tanah dan air baku, serta konservasi ATAB.
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Pusat.
Pusat Air Tanah dan Air Baku terdiri atas :
a. Bagian Perencanaan dan Tata Usaha.
b. Bidang Air Tanah Dan Air Baku Wilayah Barat.
c. Bidang Air Tanah Dan Air Baku Wilayah Timur.
d. Bidang Konservasi Air Tanah Dan Air Baku.
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.6.9 Balai Bendungan
Balai Bendungan adalah Unit Pelaksanaan Teknis di bidang Keamanan
Bendungan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Jenderal Sumber Daya Air. Balai Bendungan dibentuk dengan
persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam surat
Nomor: B/2427/M.Pan/10/2006 tanggal 13 Oktober 2006.
Menurut Permen PUPR No. 20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis, Balai Bendungan mempunyai tugas
melaksanakan pengkajian dan penyiapan bimbingan teknis bendungan serta
pemantauan perilaku bendungan kepada Komisi Keamanan Bendungan
dimana Direktur Jenderal Sumber Daya Air sebagai ketua Komisi (Peraturan
Menteri PU No. 72/PRT/M/1997 tentang Keamanan Bendungan). Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Balai Bendungan
menyelenggarakan fungsi :
a. Pengumpulan dan pengolahan data serta penyusunan program.
b. Pengkajian bendungan untuk mendapatkan persetujuan.
c. Inspeksi berkala dan luar biasa.
d. Pelaksanaan analisa perilaku bendungan.
e. Penyiapan bimbingan teknis bendungan.
I-28
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
f. Pelaksanaan kerjasama dengan instansi terkait dan pihak pemilik
bendungan.
g. Penyebarluasan dan pemberian bimbingan bendungan.
h. Penyusunan peraturan, pedoman, petunjuk teknis bendungan.
i. Inventarisasi, registrasi dan klarifikasi bahaya bendungan.
j. Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi
barang milik negara, dan
k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Struktur Organisasi Balai Bendungan terdiri dari :
a. Subbagian Tata Usaha.
b. Seksi Program dan Evaluasi.
c. Seksi Pemantauan Bendungan.
d. Seksi Kajian Bendungan, Data dan Informasi.
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.6.10 Balai Besar Wilayah Sungai
Balai Besar Wilayah Sungai adalah unit pelaksana teknis dibidang
konservasi sumber daya air, pembangunan sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air dan pengembalian daya rusak air pada wilayah sungai, yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Ditjen SDA.
Tugas dan fungsi Balai Besar Wilayah Sungai ditetapkan melalui Permen
PUPR No 20/PRT/M/2016. Dalam menjalankan tugasnya Balai Besar Wilayah
Sungai mempunyai tanggung jawab dalam bidang pengelolaan drainase
utama perkotaan, serta pendetailan fungsi BBWS terkait pengelolaan
drainase utama perkotaan, penyelenggaraan sistem manajemen mutu dan
SMK3, penyusunan dan penyiapan rekomendasi teknis, penyusunan perjanjian
kinerja dan laporan kinerja balai.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Balai Besar
Wilayah Sungai menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dan rencana
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai.
b. Penyusunan program pengelolaan sumber daya air dan rencana kegiatan
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai.
I-29
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
c. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan/penerapan pola pengelolaan
sumber daya air dan rencana pengelolaan sumber daya air.
d. Penyusunan studi kelayakan dan perencanaan teknis/ desain/
pengembangan sumber daya air.
e. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa serta penetapan pemenang
selaku Unit Layanan Pengadaan (ULP).
f. Penyelenggaraan sistem manajemen mutu dan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
g. Pengelolaan SDA yang meliputi konservasi SDA, pendayagunaan sumber
daya air, dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai.
h. Pengelolaan drainase utama perkotaan.
i. Pengelolaan sistem hidrologi.
j. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air.
k. Pelaksanaan OP sumber daya air pada wilayah sungai.
l. Pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber daya air yang menjadi
kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
m. Penyusunan dan penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian izin
penggunaan sumber daya air dan izin pengusahaan sumber daya air pada
wilayah sungai.
n. Fasilitasi kegiatan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada
wilayah sungai.
o. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.
p. Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi
barang milik negara selaku Unit Akuntansi Wilayah.
q. Pelaksanaan pemungutan, penerimaan dan penggunaan biaya jasa
pengelolaan sumber daya air (BJP Sumber Daya Air) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
r. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai serta komunikasi
publik.
s. Penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja Balai, dan
t. Menyelenggarakan pemantauan dan pengawasan penggunaan sumber
daya air dan penyidikan tindak pidana bidang sumber daya air.
I-30
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Balai Besar Wilayah Sungai terdiri dari 2 (dua) tipe :
a. Balai Besar Wilayah Sungai Tipe A.
b. Balai Besar Wilayah Sungai Tipe B.
Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe A, terdiri dari :
a. Bagian Tata Usaha.
b. Bidang Program dan Perencanaan Umum.
c. Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air.
d. Bidang Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air.
e. Bidang Operasi dan Pemeliharaan.
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe B terdiri dari :
a. Bagian Tata Usaha.
b. Bidang Program dan Perencanaan Umum.
c. Bidang Pelaksanaan.
d. Bidang Operasi dan Pemeliharaan.
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.6.11 Balai Wilayah Sungai
Balai Wilayah Sungai adalah unit pelaksana teknis dibidang konservasi
sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai, yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air.
Tugas dan fungsi Balai Wilayah Sungai ditetapkan melalui Permen PUPR
No. 20/PRT/M/2016. Dalam menjalankan tugasnya Balai Wilayah Sungai
mempunyai tanggung jawab dalam bidang pengelolaan drainase utama
perkotaan, serta pendetailan fungsi BWS terkait pengelolaan drainase utama
perkotaan, penyelenggaraan sistem manajemen mutu dan SMK3, penyusunan
dan penyiapan rekomendasi teknis, penyusunan perjanjian kinerja dan laporan
kinerja balai.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Balai
Wilayah Sungai menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dan rencana pengelolaan
sumber daya air pada wilayah sungai.
I-31
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
b. Penyusunan program pengelolaan sumber daya air dan rencana kegiatan
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai.
c. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan/penerapan pola pengelolaan
sumber daya air dan rencana pengelolaan sumber daya air.
d. Penyusunan studi kelayakan dan perencanaan teknis/ desain/
pengembangan sumber daya air.
e. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa serta penetapan pemenang
selaku Unit Layanan Pengadaan (ULP).
f. Penyelenggaraan sistem manajemen mutu dan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
g. Pengelolaan sumber daya air yang meliputi konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air
pada wilayah sungai.
h. Pengelolaan drainase utama perkotaan.
i. Pengelolaan sistem hidrologi.
j. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air.
k. Pelaksanaan OP sumber daya air pada wilayah sungai.
l. Pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber daya air yang
menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
m. Penyusunan dan penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian izin
penggunaan sumber daya air dan izin pengusahaan sumber daya air
pada wilayah sungai.
n. Fasilitasi kegiatan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada
wilayah sungai.
o. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.
p. Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi
barang milik negara selaku Unit Akuntansi Wilayah.
q. Pelaksanaan pemungutan, penerimaan dan penggunaan biaya jasa
pengelolaan sumber daya air (BJP Sumber Daya Air) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
r. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai serta
komunikasi publik.
s. Penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja Balai, dan
I-32
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
t. Menyelenggarakan pemantauan dan pengawasan penggunaan
sumber daya air dan penyidikan tindak pidana bidang sumber daya air.
Balai Wilayah Sungai terdiri dari 2 (dua) Tipe :
a. Balai Wilayah Sungai Tipe A.
b. Balai Wilayah Sungai Tipe B.
Struktur Organisasi Balai Wilayah Sungai Tipe A terdiri dari :
a. Subbagian Tata Usaha.
b. Seksi Program dan Perencanaan Umum.
c. Seksi Pelaksanaan.
d. Seksi Operasi dan Pemeliharaan.
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Struktur Organisasi Balai Wilayah Sungai Tipe B terdiri dari :
a. Subbagian Tata Usaha.
b. Seksi Program, Operasi dan Pemeliharaan.
c. Seksi Pelaksanaan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.6.12 Kelompok Jabatan Fungsional
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dalam
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994 Tentang Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu
satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian
dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Kelompok Jabatan
Fungsional, mempunyai tugas malakukan kegiatan sesuai dengan jabatan
fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan.
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional
yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan
bidang keahliannya.
b. Masing-masing Kelompok Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh
seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal.
I-33
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
c. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja.
d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
1.7 Gambaran Wilayah Kerja
Wilayah kerja Ditjen Sumber Daya Air meliputi 34 Provinsi seluruh
wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015
tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, wilayah sungai di Indonesia
dibagi atas :
a. Wilayah sungai kewenangan Pemerintah Pusat, terdiri atas :
1. 5 (lima) Wilayah Sungai Lintas Negara.
2. 31 Wilayah Sungai Lintas Provinsi.
3. 28 Wilayah Sungai Strategis Nasional .
b. Wilayah sungai kewenangan Pemerintah Provinsi terdiri atas 64 wilayah
sungai lintas kabupaten/kota.
c. 12 (dua belas) wilayah sungai kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Ditjen Sumber Daya Air memiliki kewenangan pengelolaan atas wilayah
sungai lintas negara, lintas provinsi, dan strategis nasional.
I-34
BAB I Pendahuluan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Gambar 1.7 Wilayah Kerja Ditjen Sumber Daya Air
I-35
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Tabel 1.1 Gambaran Wilayah Kerja BBWS/BWS di Lingkungan Ditjen Sumber Daya Air
No BBWS/BWSWilayah Kerja
Lokasi/Provinsi(Wilayah Sungai)
1 BWS Sumatera I
WS Strategis Nasional :
AcehWS Aceh-Meureudu, WS Woyla-Bateue, WS Jambo-AyeWS Lintas Provinsi :WS Alas-Singkil
2 BWS Sumatera II
WS Strategis Nasional :
Sumatera UtaraWS Belawan-Ular Padang, WS Toba-AsahanWS Lintas Provinsi :Batang Natal-Batang Batahan
3 BWS Sumatera III
WS Strategis Nasional :
RiauWS SiakWS Lintas Provinsi :WS Rokan, WS Kampar
4 BWS Sumatera IVWS Strategis Nasional :
Kepulauan RiauWs. Kep. Riau
5 BWS Sumatera VWS Lintas Provinsi :
Sumatera BaratWS Indragiri-Akuaman
6 BWS Sumatera VIWS Lintas Provinsi :
JambiWS Batanghari
7 BWS Sumatera VIIWS Lintas Provinsi :
BengkuluWS Teramang-Muar, WS Nasal-Padang Guci
8 BBWS Sumatera VIII
WS Strategis Nasional : Sumatera SelatanWS BangkaWS Lintas Provinsi : Bangka BelitungWS Musi-Sugihan-Banyuasin-Lemau
9 BBWS Mesuji Sekampung
WS Strategis Nasional :
LampungWS Seputih-SekampungWS Lintas Provinsi :WS Mesuji-Tulang Bawang
10 BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian
WS Lintas Provinsi :Banten
WS Cidanau-Ciujung- Cidurian
11 BBWS Ciliwung-CisadaneWS Lintas Provinsi :
DKI JakartaWS Ciliwung-Cisadane
12 BBWS Cimanuk-CisanggarungWS Lintas Provinsi :
Cirebon, Jawa BaratWS Cimanuk-Cisanggarung
13 BBWS CitanduyWS Lintas Provinsi :
Banjar, Jawa BaratWS Citanduy
14 BBWS CitarumWS Strategis Nasional : Bandung, Jawa
BaratWS Citarum
15 BBWS Bengawan SoloWS Lintas Provinsi : Surakarta, Jawa
TengahWS Bengawan Solo
16 BBWS Pemali-JuanaWS Strategis Nasional : Semarang, Jawa
TengahWS Jratunseluna
I-36
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
No BBWS/BWSWilayah Kerja
Lokasi/Provinsi(Wilayah Sungai)
17 BBWS Serayu Opak
WS Strategis Nasional :
DI YogyakartaWS Serayu-BogowontoWS Lintas Provinsi :WS Progo-Opak-Serang
18 BBWS BrantasWS Strategis Nasional :
Jawa TimurWS Brantas
19 BWS Bali-PenidaWS Strategis Nasional :
BaliWS Bali-Penida
20 BWS Nusa Tenggara IWS Strategis Nasional : Nusa Tenggara
BaratWS Lombok, WS Sumbawa
21 BWS Nusa Tenggara II
WS Lintas Negara :Nusa TenggaraTimur
WS Benanain, WS NoelminaWS Strategis Nasional :WS Flores
22 BWS Kalimantan I
WS Strategis Nasional :
Kalimantan BaratWS KapuasWS Lintas Provinsi :WS Jelai Kendawangan
23 BWS Kalimantan II
WS Strategis Nasional : Kalimantan TengahWS Mentaya-KatinganWS Lintas Provinsi : Kalimantan SelatanWS Barito
24 BWS Kalimantan III
WS Lintas Negara : Kalimantan UtaraWS SesayapWS Lintas Provinsi : Kalimantan TimurWS Mahakam, WS Berau-Kelai
25 BBWS Pompengan-Jeneberang
WS Lintas Provinsi : Sulawesi BaratWS Pompengan-Larona, WS SaddangWS Strategis Nasional : Sulawesi Selatan
WS Walanae-Cenranae, WS Jeneberang
26 BWS Sulawesi I
WS Strategis Nasional :
Sulawesi UtaraWS Tondano-Sangihe-Talaud-MiangasWS Lintas Provinsi :WS Dumoga-Sangkup
27 BWS Sulawesi II
WS Strategis Nasional :
GorontaloWS PaguyamanWS Lintas Provinsi :WS Limboto-Bulango-Bone, WSRandangan
28 BWS Sulawesi IIIWS Lintas Provinsi :
Sulawesi TengahWS Palu-Lariang, WS Kalukku-Karama,WSParigi-Poso
29 BWS Sulawesi IV
WS Lintas Provinsi :
Sulawesi TenggaraWS Lasolo-Konaweha, WS Towari-Lasusua
WS Memberamo-Tami-ApauvarWS Einlanden-Digul-Bikuma
I-37
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
No BBWS/BWSWilayah Kerja
Lokasi/Provinsi(Wilayah Sungai)
30 BWS MalukuWS Strategis Nasional :
MalukuWS Ambon-Seram, WS Kep. Yamdena-Wetar
31 BWS Maluku UtaraWS Strategis Nasional :
Maluku UtaraWS Halmahera Utara, WS HalmaheraSelatan
32 BWS Papua Barat
WS Strategis Nasional :
BWS Papua BaratWS Kamundan SebyarWS Lintas Provinsi :WS Omba
33 BWS PapuaWS Lintas Negara :
PapuaWS Memberamo-Tami-ApauvarWS Einlanden-Digul-Bikuma
1.8 Isu Strategis
Permasalahan yang berkembang menjadi isu strategis di lingkungan
Ditjen Sumber Daya Air, sebagai berikut :
a. Sekitar 3.288.993 hektar (46%) dari total luas daerah irigasi 7.145.168
hektar dalam kondisi rusak. Sekitar 83,70% dari yang kondisinya rusak
tersebut, merupakan irigasi kewenangan provinsi dan Kabupaten.
b. Tampungan per kapita 50 m3/kapita (jauh lebih rendah dari Thailand -
1.277 m3 / kapita dan satu tingkat di atas Ethiopia-38 m3/kapita).
c. Kapasitas air baku hingga 2015 (60,09 m3/detik) baru menjangkau
layanan + 70,66% penduduk.
d. Frekuensi dan intensitas kejadian banjir dan kekeringan meningkat,
akibat :
1) Perubahan pola hujan dan iklim.
2) Kerusakan DAS akibat alih fungsi lahan.
3) Inkonsistensi kebijakan di daerah (RTRW dan alih fungsi lahan).
4) Keterbatasan pendanaan.
e. Umur fungsional infrastruktur tidak sesuai dengan umur rencana karena
pelaksanaan OP yang belum optimal.
f. Pelaksanaan pengelolaan SDA secara terpadu dan menyeluruh belum
terlaksana secara optimal baik dalam bentuk koordinasi, partisipasi
masyarakat, kelembagaan pengelolaan SDA, pendanaan yang tidak
I-38
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
konsisten maupun penyusunan pola dan rencana yang masih perlu
percepatan.
Berangkat dari isu strategis yang ada, maka arah kebijakan umum Ditjen
Sumber Daya Air 2015-2019 adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan
keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir,
antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan
demand dan pengelolaan supply yang berkeadilan serta antara
pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka
panjang.
2. Pengelolaan sumber daya air secara terpadu dilaksanakan berbasis
wilayah sungai dan didasarkan pada rencana tata pengaturan air dan tata
pengairan (pola pengelolaan Sumber Daya Air) dan rencana teknis tata
pengaturan air dan tata pengairan (rencana pengelolaan Sumber Daya
Air), yang diselaraskan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
yang bersangkutan.
3. Konservasi akan lebih diutamakan sehingga akan terjadi keseimbangan
antara upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan upaya
untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.
4. Pengendalian pemanfaatan air tanah seiring dengan peningkatan
penyediaan air baku dari air permukaan, pengembangan dan penerapan
sistem conjuctive use antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah
akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan menjaga
keberlanjutan ketersediaan air tanah.
5. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi
difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah
dibangun, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami
kerusakan dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan.
6. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku
diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga
terutama di wilayah rawan/defisit air, wilayah tertinggal dan wilayah
strategis.
I-39
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
7. Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir
dilaksanakan selaras antara pendekatan struktural dan pendekatan non
struktural melalui konservasi sumberdaya air dan pengelolaan daerah
aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang
wilayah, diutamakan pada daerah berpenduduk padat, konektivitas
antar pusat ekonomi dan kawasan strategis.
8. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama dilakukan pada daerah
perbatasan, pulau-pulau kecil, kawasan permukiman serta pusat kegiatan
ekonomi untuk mengurangi disparitas pembangunan wilayah.
9. Mitigasi dan adaptasi bidang Sumber Daya Air dalam menghadapi
dampak negatif perubahan iklim global, khususnya banjir, kekeringan dan
kenaikan muka air laut.
10. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara pemangku
kepentingan terus diupayakan pada kegiatan konservasi,
pendayagunaan, serta pengendalian daya rusak, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga operasi dan pemeliharaan.
11. Penataan kelembagaan Ditjen Sumber Daya Air, melalui pengaturan
kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku
kepentingan serta kemungkinan berbagi peran atau role sharing dalam
pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu.
12. Penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan
tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan serta
kemungkinan berbagi peran atau role sharing.
13. Penataan dan penguatan sistem pengelolaan data dan informasi sumber
daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara
berkesinambungan dalam rangka pelayanan data dan informasi, baik ke
dalam maupun ke luar Ditjen Sumber Daya Air.
Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran program dan tujuan
pembangunan dan pengelolaan sumber daya air maka disusun Road Map
Pengelolaan Sumber Daya Air 2015-2019 seperti pada Gambar 1.8 dibawah ini :
I-40
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB I Pendahuluan
Road Map Pengelolaan Sumber Dayar Air 2015-2019
Gambar 1.8 Peta Strategi Ditjen Sumber Daya Air
Rawa Simpang Puding, Jambi
Waduk Jatibarang
Bendungan PayaseunaraProvinsi NAD
II-1
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
Bab IIPerencanaan Kinerja
2.1 Rencana Strategis 2015-2019
Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Sumber Daya Air dilaksanakan dengan
didasarkan kepada Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat 2015-2019 sesuai Peraturan Menteri PUPR No. 13.1/PRT/M/2015 yang
mengacu kepada undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Substansi Renstra Ditjen Sumber Daya
Air merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019, serta disesuikan dengan program NAWACITA (visi dan misi Presiden dan
wakil Presiden) sebagai agenda prioritas nasional.
Renstra Ditjen Sumber Daya Air merupakan dokumen perencanaan yang berisi
visi dan misi Kementerian PUPR, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, program
dan kegiatan pembangunan sumber daya air yang akan dilaksanakan oleh
Ditjen Sumber Daya Air selama lima Tahun (2015-2019).Dokumen ini disusun
berdasarkan analisis strategis atas kondisi, potensi, peluang, tantangan dan
permasalahan termasuk isu strategis yang dihadapi dalam pembangunan dan
pengelolaan sumber daya air. Dokumen Renstra isi selanjutnya digunakan
sebagai acuan dan arahan seluruh Unit Kerja dan Unit Satuan Kerja di
lingkungan Ditjen Sumber Daya Air dalam menyusun perencanaan dan
pemograman dan penganggaran serta penyusunan rencana kinerja Tahunan
secara menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis baik di dalam maupun antar
sektor/subsektor terkait.
2.1.1 Visi dan Misi Kementerian PUPR
Visi
Visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015 – 2019
sebagaimana tercantum pada Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 adalah :
BAB IVAkuntabilitas Kinerja
II-2
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
“ Terwujudnya infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyatyang handal dalam mendukung Indonesia yang berdaulat, mandiri danberkepribadian berlandaskan gotong-royong ”
Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang handal diartikan
sebagai tingkat dan kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan
cakupan pelayanan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang
produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat,
menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta
berkelanjutan yang berasaskan gotong-royong guna mencapai masyarakat
yang lebih sejahtera.
Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang handal secara lebih
rinci diperlukan untuk mendukung agenda prioritas nasional antara lain untuk
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik; membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan; mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;
serta untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga Negara.
Misi
Guna mencapai visi tersebut, dirumuskan misi sebagai rumusan umum
mengenai upaya yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi, yang harus dapat
menjembatani penjabaran visi ke dalam tujuan. Misi Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat 2015 – 2019 adalah :
a. Mempercepat pembangunan infrastruktur sumber daya air termasuk
sumber daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan,
dan kedaulatan energi, guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik dalam rangka kemandirian ekonomi.
II-3
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
“ Mempercepat pembangunan infrastruktur sumber daya air termasuksumber daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangandan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor-sektor strategisekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi”
b. Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung
konektivitas guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan
sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global
yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan maritim.
c. Mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan
rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam
rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan
prinsip ‘Infrastruktur Untuk Semua’.
d. Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan
rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung industri konstruksi yang
berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di
kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam
kerangka NKRI.
e. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat yang meliputi sumber daya manusia, pengendalian
dan pengawasan, kesekertariatan serta penelitian dan pengembangan
untuk mendukung fungsi manajemen meliputi perencanaan yang terpadu,
pengorganisasian yang efisien, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan
yang ketat.
2.1.2 Tujuan Ditjen Sumber Daya Air
Ditjen Sumber Daya Air, sebagai bagian Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat mendukung pencapaian visi Kementerian PUPR melalui
pencapaian misi ke-1, yaitu :
Untuk mewujudkan visi Kementerian PUPR Tahun 2015-2019, Ditjen Sumber
Daya Air menjabarkan visi Kementerian PUPR tersebut ke dalam tujuan dan
sasaran program dan kegiatan sesuai dengan peran, tugas dan fungsinya.
Penjabaran visi dan misi tersebut juga mempertimbangkan pencapaian
pembangunan terkait bidang Sumber Daya Air 2010-2014, potensi dan
II-4
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
permasalahan, tantangan utama pembangunan yang dihadapi lima Tahun ke
depan serta sasaran utama dan arah kebijakan pembangunan nasional dalam
RPJMN Tahun 2015-2019.
Dari visi dan misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat
dirumuskan tujuan-tujuan yang akan dilaksanakan selama periode Renstra
Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2015 – 2019 yang merupakan rumusan kondisi
yang hendak dituju di akhir periode perencanaan. Tujuan ini merupakan
penjabaran dari visi dan misi Kementerian PUPR untuk mencapai sasaran dan
tujuan Kementerian PUPR serta sasaran-sasaran Nasional yang tertuang dalam
RPJMN Tahun 2015-2019. Tujuan Ditjen Sumber Daya Air 2015-2019 meliputi :
a. Tujuan 1 : Menyelenggarakan pembangunan infrastruktur PUPR bidang
sumber daya air untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan
pangan dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor
strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian
ekonomi.
b. Tujuan 2 : Menyelenggarakan keterpaduan tatakelola pengelolaan
Sumber Daya Air untuk mengurangi disparitas pembanguan
wilayah guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik dalam rangka kemandirian ekonomi.
c. Tujuan 3 : Menyelenggarakan tata kelola sumber daya organisasi Ditjen
Sumber Daya Air yang meliputi sumber daya manusia sarana
prasarana pendukung pengendalian dan pengawasan serta
sumber daya yang lainnya untuk meningkatkan kehandalan
infrastruktur Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat bidang
sumber daya air yang efektif efisien transparan dan akuntabel.
2.1.3 Sasaran Strategis dan Sasaran Program
Kementerian PUPR memiliki 4 (empat) sasaran strategis, yaitu:
a. Meningkatnya keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR antar daerah,
antar sektor, dan antar tingkat pemerintahan.
b. Meningkatnya dukungan kedaulatan pangan dan ketahanan energi.
c. Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing.
II-5
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
d. Meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman dan
perumahan.
Ditjen Sumber Daya Air mendukung perwujudan sasaran strategis ke-2, yaitu:
“Meningkatnya dukungan kedaulatan pangan dan ketahanan energi.” Untuk
mewujudkan sasaran strategis tersebut, Ditjen Sumber Daya Air menetapkan
sasaran program yang menggambarkan kinerja Ditjen Sumber Daya Air yang
akan dicapai dalam rangka pencapaian sasaran strategis, meliputi:
a. Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, yang
dicapai melalui :
1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku dari
51,44 m3/detik menjadi 118,96 m3/detik atau peningkatan sebesar 67,52
m3/detik.
2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku dengan kapasitas sebesar 21,76 m3/detik.
3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku dengan kapasitas sebesar 47,28 m3/detik.
b. Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air, yang dicapai melalui :
1) Peningkatan kapasitas tampung sumber air sebesar 1.794,85 juta m3,
dengan membangun 65 bendungan (16 bendungan on-going, 49
bendungan baru, 29 bendungan selesai) dan 1.088 embung/bangunan
penampungan air lainnya.
2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air sebesar 3.410
juta m3, dengan rehabilitasi 45 bendungan dan 625 embung/bangunan
penampungan air lainnya.
3) Terjaganya kapasitas tampung sumber air sebesar 13.949,95 juta m3,
dengan operasi dan pemeliharaan 229 bendungan dan 1.899
embung/bangunan penampungan air lainnya.
c. Meningkatnya kinerja layanan irigasi, yang dicapai melalui :
1) Peningkatan layanan jaringan irigasi seluas 1 juta hektar, yang terdiri dari :
a) Jaringan irigasi kewenangan Pusat yang dibangun sepanjang 4.160
Km, jaringan irigasi rawa yang dibangun 2.282 Km, jaringan irigasi
II-6
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
tambak sepanjang 158,28 km, jaringan irigasi air tanah 1.967 Km. Total
daerah irigasi yang dilayani adalah 471.791 hektar.
b) Jaringan irigasi kewenangan Daerah yang dibangun sepanjang 13.323
km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 616.157 hektar.
2) Pengembalian fungsi dan layanan (rehabilitasi) jaringan irigasi seluas 3
juta hektar, yang terdiri dari :
a) Rehabilitasi jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat sepanjang
20.162 Km, jaringan irigasi rawa sepanjang 8.093 Km, jaringan irigasi
tambak sepanjang 837 Km, jaringan irigasi air tanah sepanjang 3.428
Km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 1,9 juta hektar.
b) Rehabilitasi jaringan irigasi permukaan kewenangan Daerah sepanjang
21.289 Km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 1,1 juta hektar.
3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi melalui kegiatan operasi
dan pemeliharaan, meliputi: jaringan irigasi 3,6 juta hektar (OP Jaringan
Irigasi Permukaan 51.312 Km, OP Jaringan Irigasi Air Tanah 5.325 Km, OP
Jaringan Irigasi Rawa 8.872 Km, OP Jaringan Irigasi Tambak 9,88 Km).
4) Peningkatan persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan (irigasi
permukaan) dari 11% menjadi 12,6%.
d. Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak, untuk melindungi
kawasan seluas 200 ribu hektar, yang dicapai melalui :
1) Normalisasi sungai dan pembangunan/peningkatan tanggul serta
perkuatan tebing sepanjang 3.080 Km.
2) Pembangunan sarana dan prasarana pengendali lahar gunung berapi
sebanyak 306 buah.
3) Pembangunan dan peningkatan fungsi dan kondisi sarana dan prasarana
pengamanan pantai sepanjang 530 Km.
4) Penanganan drainase perkotaan sepanjang 4 Km.
e. Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air, sebesar 20% per Tahun
yang dicapai melalui :
1) Revitalisasi 25 danau dan mata air 20 kawasan.
2) Perlindungan 34 kawasan rawa.
3) Restorasi 42 sungai.
II-7
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
f. Meningkatnya keterpaduan tata kelola sumber daya air, yang ditandai oleh
peningkatan indeks RBO dari 2,24 menjadi 4, melalui pelaksanaan :
1) Penyusunan dan penerapan pola rencana pengelolaan SDA terpadu yang
berbasis wilayah sungai.
2) Pengelolaan data dan informasi hidrologi wilayah sungai dan pengelolaan
kualitas air pada sumber air.
3) Penyusunan dan penerapan pola dan sistem investasi kerjasama
pengelolaan SDA.
4) Penataan kelembagaan dan benchmarking antar lembaga PSDA.
5) Pemberian bimbingan/bantuan teknis peningkatan kapasitas
kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat dalam PSDA.
6) Penerbitan rekomendasi teknis terkait perijinan pemanfaatan SDA.
g. Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air, yang dicapai melalui
penambahan potensi energi dari 8.706 MW menjadi 8.848 MW dengan
selesainya 29 bendungan hingga Tahun 2019.
Dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran program tersebut dibutuhkan
dukungan upaya-upaya internal, seperti :
a. Meningkatkan SDM yang berkompeten dan berintegritas.
b. Meningkatkan budaya kerja berkinerja tinggi berintegritas.
c. Meningkatkan pengelolaan regulasi.
d. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi (IT).
e. Meningkatkan layanan dukungan manajemen.
Tujuan, sasaran strategis, dan sasaran program Ditjen Sumber Daya Air
sebagaimana diatas memiliki hubungan hirarki yang terkait satu dengan lainnya
sebagai berikut :
a. Tujuan 1 : Menyelenggarakan pembangunan infrastruktur PUPR bidang
sumber daya air untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan
pangan dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor
strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian
ekonomi.
Tujuan 1 ini akan dicapai melalui sasaran strategis program
sebagai berikut :
II-8
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
1) Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku, melalui :
a) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku.
b) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan
prasarana penyediaan air baku seperti semula.
c) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan
prasarana penyediaan air baku.
2) Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air,
melalui :
a) Peningkatan kapasitas tampung sumber air.
b) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air.
c) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air.
3) Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air,
melalui : peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari
daya rusak air.
4) Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air, melalui :
peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi
pada kawasan prioritas.
5) Meningkatnya kinerja layanan irigasi, melalui :
a) Peningkatan layanan jaringan irigasi.
b) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi.
c) Terjaganya fungs dan layanan jaringan irigasi.
6) Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air,
melalui : peningkatan potensi energi sumber air.
b. Tujuan 2 : Menyelenggarakan keterpaduan tatakelola pengelolaan
Sumber Daya Air untuk mengurangi disparitas pembanguan
wilayah guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik dalam rangka kemandirian ekonomi.
Tujuan 2 ini akan dicapai melalui sasaran program
meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA
melalui peningkatan indeks RBO (indeks).
II-9
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
c. Tujuan 3 : Menyelenggarakan tata kelola sumber daya organisasi Ditjen
Sumber Daya Air yang meliputi sumber daya manusia sarana
prasarana pendukung pengendalian dan pengawasan serta
sumber daya yang lainnya untuk meningkatkan kehandalan
infrastruktur Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat bidang
sumber daya air yang efektif efisien transparan dan akuntabel.
Tujuan 3 ini akan dicapai melalui upaya-upaya internal
organisasi Ditjen Sumber Daya Air.
2.1.4 Arah Kebijakan Umum Ditjen Sumber Daya Air
Arah kebijakan umum Ditjen Sumber Daya Air adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan
keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir,
antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan
demand dan pengelolaan supply yang berkeadilan serta antara pemenuhan
kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang.
b. Pengelolaan sumber daya air secara terpadu dilaksanakan berbasis wilayah
sungai dan didasarkan pada rencana tata pengaturan air dan tata pengairan
(pola pengelolaan SDA) dan rencana teknis tata pengaturan air dan tata
pengairan (rencana pengelolaan SDA), yang diselaraskan dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang bersangkutan.
c. Konservasi sumber air dilaksanakan dalam rangka mencapai keseimbangan
antara upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan upaya untuk
memenuhi kebutuhan jangka panjang.
d. Pengendalian pemanfaatan air tanah seiring dengan peningkatan
penyediaan air baku dari air permukaan, pengembangan dan penerapan
sistem conjuctive use antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah akan
digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan menjaga keberlanjutan
ketersediaan air tanah.
e. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi
difokuskan pada optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun,
rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan dan
peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan.
II-10
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
f. Pendayagunaan SDA untuk pemenuhan kebutuhan air baku untuk air bersih
diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama
di wilayah rawan/defisit air, wilayah tertinggal dan wilayah strategis.
g. Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir
dilaksanakan selaras antara pendekatan struktural dan pendekatan non-
struktural melalui konservasi sumber daya air dan pengelolaan daerah aliran
sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah,
diutamakan pada daerah berpenduduk padat, konektivitas antar pusat
ekonomi dan kawasan strategis.
h. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama dilakukan pada daerah
perbatasan, pulau-pulau kecil, kawasan permukiman, serta pusat kegiatan
ekonomi untuk mengurangi disparitas pembangunan wilayah.
i. Mitigasi dan adaptasi bidang SDA dalam menghadapi dampak negative
perubahan iklim global, khususnya banjir, kekeringan dan kenaikan muka air
laut.
j. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan diantara pemangku
kepentingan terus diupayakan pada kegiatan konservasi, pendayagunaan,
serta pengendalian daya rusak, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga operasi dan pemeliharaan infrastruktur SDA.
k. Penataan kelembagaan Ditjen Sumber Daya Air melalui pengaturan kembali
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan
serta kemungkinan berbagi peran atau role sharing dalam pengelolaan SDA
secara terpadu.
l. Penataan dan penguatan sistem pengelolaan data dan informasi sumber
daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan
dalam rangka pelayanan data dan informasi, baik ke dalam maupun ke luar
Ditjen Sumber Daya Air.
2.1.5 Strategi Operasional
Dalam rangka mencapai arah kebijakan sebagaimana disebutkan diatas,
strategi Operasional Ditjen Sumber Daya Air 2015 – 2019 dibagi atas strategi
operasional :
II-11
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
a. Strategi Operasional Konservasi SDA
Konservasi sumber air ditujukan agar terjaganya fungsi dan kapasitas
tampung sumber-sumber air alami dan buatan serta peningkatan kapasitas
sumber-sumber air buatan. Strategi pelaksanaan konservasi meliputi
konservasi fisk dan non-fisik.
Strategi pelaksanaan konservasi fisik dicapai melalui :
1) Pembangunan 65 bendungan, terdiri dari penyelesaian/lanj utan 16
bendungan, 49 bendungan baru dengan target 29 bendungan dapat
diselesaikan pada periode 2015 – 2019. Disamping itu juga dibangun ±
1.186 embung/bangunan penampung air lainnya.
2) Rehabilitasi/peningkatan 45 bendungan serta 651 embung dan bangunan
penampung air lainnya.
3) Restorasi 42 sungai, revitalisasi 25 danau, dan konservasi 34 kawasan
rawa.
4) Pembangunan 180 pengendali sedimen (check dam).
5) Operasi dan pemeliharaan 229 bendungan dan 1.899
embung/situ/bangunan penampung air lainnya.
6) Pemeliharaan sungai, danau, mata air, dan sumber-sumber air alami
lainnya.
7) Konservasi air tanah difokuskan pada kawasan yang memanfaatkan air
tanah sebagai sumber air baku.
8) Mendukung revitalisasi Program Gerakan Nasional Kemitraan
Penyelamatan Air (GNKPA) sebagai tindak lanjut Kesepakatan Bersama 8
Menteri pada 9 Mei 2015, baik dengan kegiatan fisik maupun non-fisik.
Sementara, strategi pelaksanaan konservasi non fisik dicapai melalui :
1) Sosialisasi terkait perlunya konservasi kepada masyarakat disekitar
sumber air.
2) Peningkatan peran serta masyarakat pada kegiatan konservasi sumber-
sumber air.
3) Pembinaan Pemerintah Daerah dan dunia usaha terkait kegiatan
konservasi sumber-sumber air.
II-12
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
4) Peningkatan peran wadah koordinasi (Dewan SDA, TKPSDA, Komisi
Irigasi, dll) dalam perumusan kebijakan maupun strategi dan pelaksanaan
operasionalnya.
b. Strategi Operasional Pendayagunaan SDA
Pendayagunaan sumber daya air ditujukan agar terpenuhinya kebutuhan air
untuk kehidupan sehari-hari masyarakat serta untuk kebutuhan sosial dan
ekonomi produktif. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat dicapai
melalui strategi :
1) Pembangunan dan peningkatan fungsi dan kondisi sarana prasarana
pengelolaan air baku dari kapasitas 51,44 m3/detik menjadi 118,17 m3/detik
atau peningkatan sebesar 67,52 m3/detik.
2) Rehabilitasi fungsi dan kondisi sarana prasarana pengelolaan air baku
kapasitas sebesar 21,76 m3/detik.
3) Operasi dan pemeliharaan sarana prasarana pengelolaan air baku
kapasitas sebesar 94,75 m3/detik.
4) Penyediaan air baku diutamakan bersifat regional dengan
mempertimbangkan aspek keterpaduan dengan RTRW serta pola dan
rencana pengelolaan SDA dan didasarkan atas desain yang menyeluruh
mulai dari unit air baku, unit produksi, hingga unit distribusi.
5) Sinkronisasi lokus penyediaan air baku dengan Direktorat Jenderal Cipta
Karya, mencakup : i) kawasan Strategis Nasional (KSN), ii) Kawasan yang
rawan air bersih, iii) kawasan perbatasan, pulau terluar, dan pesisir, iv)
kawasan perkotaan, v) kawasan pariwisata prioritas, serta kawasan
strategis lainnya.
Untuk pemenuhan kebutuhan sosial dan ekonomi produktif, dicapai melalui
strategi :
1) Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, irigasi rawa, irigasi
tambak, dan irigasi air tanah untuk mendukung kedaulatan pangan, yang
dilaksanakan melalui :
a) Peningkatan suplai irigasi yang dialayani dari bendungan dari 11% (760
ribu hektar) menjadi 12,60% (929 ribu hektar).
II-13
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
b) Peningkatan layanan jaringan irigasi seluas 1 juta hektar, yang terdiri
dari :
1. Jaringan irigasi kewenangan pusat yang dibangun sepanjang 4.160
km, jaringan irigasi rawa yang dibangun 2.282 km, jaringan irigasi
tambak sepanjang 158,28 km, jaringan irigasi air tanah 1.967 km.
Total daerah irigasi yang dilayani adalah 471.791 hektar.
2. Jaringan irigasi kewenangan daerah yang dibangun sepanjang
12.323 km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 616.157 hektar.
c) Pengembalian fungsi dan layanan (rehabilitasi) jaringan irigasi seluas 3
juta hektar, yang terdiri dari :
1. Rehabilitasi jaringan irigasi permukaan kewenangan pusat
sepanjang 20.162,76 km, jaringan irigasi rawa sepanjang 8.093 km,
jaringan irigasi tambak sepanjang 837 km, jaringan irigasi air tanah
sepanjang 3.428 km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 1,9
juta hektar.
2. Rehabiltasi jaringan irigasi permukaan kewenangan daerah
sepanjang 21.289,44 km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 1,1
juta hektar.
d) Pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan daerah
dilaksanakan melalui pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK).
e) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi melalui kegiatan operasi
dan pemeliharaan, meliputi : jaringan irigasi 3,6 juta hektar (OP
Jaringan irigasi permukaan 51.312 km, OP Jaringan irigasi air tanah
5.325 km, OP Jaringan irigasi rawa 8.872 km, OP Jaringan irigasi
tambak 988 km).
f) Pengembangan irigasi dilakukan dengan berkoordinasi dengan
Kementerian Pertanian. Pengembangan irigasi pada masing-masing
pulau dibedakan sebagai berikut :
1. Pengembangan irigasi di Pulau Sumatera diarahkan pada
peningkatan sawah tadah hujan menjadi sawah beririgasi.
2. Pengembangan irigasi di Pulau Jawa diarahkan pada rehabilitasi
dan modernisasi daerah irigasi yang telah habis umur ekonomisnya.
II-14
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
Pada kurun 2015 – 2019 modernisasi difokuskan pada DI Jatiluhur,
DI Rentang, dan DI Wadas Lintang.
3. Pengembangan irigasi di Pulau Bali diarahkan apda rehabilitasi dan
peningkatan jaringan irigasi, didukung oleh sistem pengembangan
padi SRI.
4. Pengembangan irigasi di Pulau Nusa Tenggara diarahkan pada
irigasi air tanah, didukung oleh pengembangan sumber-sumber air
(embung/bendungan).
5. Pengembangan irigasi di Pulau Maluku diarahkan pada
pengembangan irigasi permukaan.
6. Pengembangan irigasi di Pulau Papua diarahkan pada
pengembangan irigasi rawa terutama untuk food estate.
g) Pengembangan irigasi rawa, termasuk untuk food estate harus
mempertimbangkan tata air rawa dalam rangka pencegahan emisi gas
rumah kaca serta mempertimbangkan rencana tata ruang.
h) Pengembangan irigasi tambak dilakukan dengan bersinkronisasi
dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
i) Pengembangan irigasi air tanah difokuskan pada daerah-daerah minim
sumber air permukaan didukung oleh konservasi air tanah sebagai
upaya menjaga keberlanjutan air tanah.
j) Pengelolaan dan pengembangan irigasi difokuskan pada 13 lumbung
pangan : Aceh, Sumut, Sumsel, Sumbar, Lampung, Jabar, Jateng,
Jatim, NTB, Klasel, Kalbar, Sulsel, dan Sulteng.
k) Pengembangan irigasi didukung oleh pemantapan pengelolaan irigasi,
antara lain melalui : penerapan SRI, penyelenggaraan O&P yang
didukung oleh anggaran yang memadai (AKNOP) dll.
l) Penataan dan peningkatan kapasitas kelembagaan irigasi, antara lain
melalui : pemberdayaan petani (P3A), peningkatan kemampuan
personil O&P, pembentukan dan operasionalisasi Unit Pengelola
Irigasi, peningkatan koordinasi dengan instansi terkait (Kementerian
Pertanian, Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah).
2) Peningkatan kapasitas sumber energi untuk mendukung kedaulatan
energi, yang dilaksanakan melalui :
II-15
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
a) Inventarisasi bendungan eksisting yang memiliki potensi PLTA dan
identidikasi potensi-potensi PLTM dan PLTMH.
b) Pemanfaatan potensi tersebut dengan melakukan koordinasi dengan
Kementerian ESDM dan PT. PLN (Persero).
c) Pelibatan swasta dan badan usaha lainnya dalam pemanfaatan air
sebagai sumber energi dilaksanakan melalui mekanisme perijinan
sesuai peraturan perundang-undangan dan tidak bertentangan
dengan 6 (enam) prinsip dasar batasan pengelolaan SDA sesuai
putusan MK No. 58/PUU-XI/2013.
c. Strategi Operasional Pengendalian Daya Rusak Air
Pengendalian daya rusak air ditujukan untuk peningkatan ketangguhan
masyarakat dalam mengurasi resiko daya rusak air termasuk perubahan
iklim, melalui penanganan kawasan yang terkena dampak banjir,
sedimen/lahar gunung berapi, abrasi pantai, dan pencemaran air yang akan
dicapai, baik melalui strategi dengan pendekatan struktural, maupun non-
struktural. Strategi dengan pendekatan struktural meliputi :
1) Normalisasi sungai dan pembangunan/peningkatan tanggul sepanjang
3.080 km.
2) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air seluas 200
ribu hektar.
3) Penanganan banjir dilaksanakan secara menyeluruh berdasarkan studi
penanganan banjir pada masing-masing wilayah sungai.
4) Pembangunan sarana dan prasarana pengendali sedimen sebanyak 306
buah.
5) Pembangunan dan peningkatan fungsi dan kondisi sarana dan prasarana
pengamanan pantai sepanjang 530 km.
6) Penanganan drainase perkotaan sepanjang 4 km.
Sementara strategi dengan pendekatan non-struktural meliputi :
1) Penyusunan master plan penanganan banjir pada sungai-sungai prioritas,
sehingga nantinya penanganan banjir akan menyeluruh tidak hanya spot-
spot tertentu.
II-16
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
2) Pelaksanaan monitoring kualitas air pada sungai-sungai utama di masing-
masing wilayah kerja BBWS/BWS.
3) Pelibatan/pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan banjir
dan upaya pengurangan pencemaran air, terutama masyarakat yang
tinggal disepanjang sungai.
4) Pelibatan pemerintah daerah dalam penanganan banjir, drainase
perkotaan, dan pencemaran air.
5) Penetapan sempadan sungai dan sumber-sumber air lainnya.
6) Pembuatan atau updating (pembaruan) peta rawan bencana (flood risk
map).
7) Pengoperasian flood forecasting warning system (FFWS) di sungai-sungai
utama sebagai upaya peringatan dini.
d. Strategi Operasional Peningkatan Keterpaduan Tata Kelola SDA
Peningkatan keterpaduan tata kelola SDA ditujukan untuk mewujudkan tata
kelola SDA yang lebih accountable, didukung oleh decision making process
yang lebih partisipatif dan demokratif dalam rangka terwujudnya
kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan, yangdicapai melalui
strategi :
1) Perencanaan pengelolan SDA pada masing-masing wilayah sungai yang
menjadi kewenangan Pemerintah Daerah, meliputi:
a) Penyelesaian penyusunan, pembahasan dan penetapan dokumen pola
dan rencana pengelolaan SDA pada masing-masing WS di wilayah
kerja BBWS/BWS.
b) Penyusunan rencana alokasi air pada masing-masing wilayah sungai
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
c) Operasionalisasi unit perencanaan pada masing-masing BBWS/BWS
untuk memperkuat kapasitas desain infrastruktur SDA.
d) Pemberian rekomendasi teknis sebagai dasar pemanfaatan SDA.
2) Peningkatan peran serta stakeholders, melalui :
a) Optimalisasi peran stakeholder pada Tim Koordinasi Pengelolaan SDA
(TKPSDA) pada masing-masing WS untuk meminimalkan konflik
kepentingan dalam pengelolaan air di WS yang bersangkutan,
II-17
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
terutama pada penyusunan pola dan rencana pengelolaan SDA,
rencana prioritas dan alokasi penggunaan air, kesepakatan mengenai
program, rencana kegiatan dan alokasi pembiayaan pengelolaan SDA
antar instansi, serta hal-hal lain yang bersifat taktis operasional di
tingkat WS.
b) Pembinaan masyarakat, Pemerintah Daerah dan dunia usaha dalam
penyelenggaraan pengelolaan SDA pada WS yang menjadi
kewenangannya.
c) Pembatasan pelibatan swasta hanya pada pemberian ijin
pemanfaatan sumber daya air bukan pada bentuk kerjasama.
3) Peningkatan Sistem Informasi dan Data Sumber Daya Air (SISDA) yang
ditujukan untuk meningkatkan kualitas data dan informasi sebagai dasar
pengambilan keputusan, melalui :
a) Pemantapan website Direktoat Jenderal SDA yang dapat menyediakan
data dan informasi yang lengkap, akurat dan akuntabel. Website ini
didukung di masing-masing BBWS/BWS yang menampilkan data dan
informasi lebih detil terkait pengelolaan WS dan infrastruktur SDA di
wilayah kerjanya masing-masing
b) Pengembangan jejaring SISDA, yang mencakup informasi terkait
kondisi hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan SDA,
prasarana SDA, teknologi SDA, lingkungan SDA, dan sekitarnya serta
kegiatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang terkait dengan
SDA.
c) Penerapan one map policy pada penyelenggaraan pengelolaan SDA.
d) Pengembangan sistem e-government yang mendukung
penyelenggaraan pengelolaan SDA di lingkungan Ditjen Sumber Daya
Air, meliputi :
1. Pengembangan dan penerapan e-programming untuk perencanaan
pemrograman kegiatan.
2. Penerapan e-budgeting dengan memanfaatkan RKA-K/L yang
dikembangkan oleh Kementerian Keuangan.
3. Penerapan e-procurement dan e-monitoring yang dikembangkan di
lingkungan Kementerian PUPR.
II-18
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
4. Pengembangan dan penerapan e-kinerja untuk pengukuran kinerja
unit organisasi dan kinerja individu (pegawai).
e) Pemantapan sistem komunikasi publik Ditjen Sumber Daya Air yang
didasarkan pada data dan informasi yang lengkap, akurat dan
akuntabel yang terintegrasi dengan e-programming.
f) Peningkatan kapasitas SDM dibidang komunikasi publik dan teknologi
informasi melalui pelatihan, studi banding, dll.
4) Pengusahaan atau penggunaan oleh perseorangan atau badan usaha
dilakukan berdasarkan ijin pengusahaan atau ijin penggunaan Sumber
Daya Air, yang ditetapkan berdasarkan ketersediaan air dan peruntukan
air sebagaimana tercantum dalam rencana pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai yang bersangkutan perijinan diberikan berdasarkan
urutan prioritas sebagai berikut :
a) Pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari bagi kelompok
yang memerlukan air dalam jumlah besar.
b) Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari yang mengubah kondisi
alami sumber air.
c) Pertanian rakyat diluar sistem irigasi yang sudah ada.
d) Pengusahaan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari melalui sistem penyediaan air minum.
e) Kegiatan bukan usaha untuk kepentingan publik.
f) Pengusahaan sumber daya air oleh BUMN atau BUMD.
g) Pengusahaan sumber daya air oleh badan usaha swasta.
e. Strategi Operasional Operasi dan Pemeliharaan
Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan ditujukan untuk menjaga
keberlanjutan fungsi infrastruktur sumber daya air, yang dicapai melalui
strategi :
1) Seluruh prasarana SDA yang berupa aset harus dioperasi dan dipelihara.
2) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan pada seluruh objek O&P yang
terdiri atas :
a) Seluruh infrastruktur SDA yang meliputi jaringan irigasi, bendungan,
sarana dan prasarana air baku, dan sarana pengendali banjir.
II-19
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
b) Wadah (alami) yang strategis meliputi sungai perkotaan dan
danau/situ.
3) Pengalokasian anggaran untuk kegiatan O&P sesuai dengan AKNOP
secara bertahap.
4) Pengembangan dan pembinaan kelembagaan pelaksana O&P dibagi atas:
a) Untuk sistem makro (sungai dan bendungan) dilakukan oleh
BBWS/BWS dan perum Jasa Tirta.
b) Untuk sistem mikro (jaringan irigasi, situ, air baku) dapat diserahkan
ke Pemerintah Daerah melalui mekanisme Tugas Pembantuan (TP).
5) Pengembangan kelembagaan O&P dilaksanakan dengan
mempertimbangkan kesiapan SDM dan regulasi.
2.2 Rencana Kerja Tahunan
Rencana Kerja Tahunan merupakan penjabaran dari Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang memuat arah kebijakan nasional untuk periode satu
Tahun sebagai komitmen Pemerintah untuk memberikan kepastian kebijakan
dalam pembangunan nasional yang berkesinambungan. Tabel 2.1 berikut
merupakan matriks rencana kerja Tahun 2016 program pengelolaan sumber
daya air.
II-20
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
Tabel 2.1 Matriks Rencana Kerja Tahun 2016
SASARAN STRATEGIS/SASARAN PROGRAM/INDIKATORKINERJA
SATUANTARGET
2016 ALOKASI(Rp. MILYAR)
1. Meningkatnya Dukungan Ketahanan Air1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
1 Peningkatan debit layanan sarana dan prasaranapenyediaan air baku
9,33 M3/detik 3.512,64
2Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana danprasarana penyediaan air baku seperti semula
66 titik105,53
24 buah
3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana danprasarana penyediaan air baku - - -
2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air
1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air22 Bend on going
7.048,065 Bend baru
124 embung 964,09
2Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumberair
7 bendungan514,40
65 embung3 Terjaganya kapasitas tampung sumber air - - -
3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air
1 Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari dayarusak air 202,48 km 3.097,58
4 Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air
1Peningkatan persentase kawasan / lokasi yangdikonservasi pada kawasan prioritas 7 buah 89.84
5 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA1 Peningkatan indeks RBO (indeks) - - -
2. Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Air6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi
1 Peningkatan layanan jaringan irigasi 103.630 Hektar3.477,25
2 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan 11 %3 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi 200.514 Hektar 3.320,444 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi - - -
7 Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air1 Peningkatan potensi energi sumber air - - -
2.3 Target Tahun Ini Menurut Renstra 2015-2019
Target rencana kinerja Tahun 2016 menurut Renstra 2015 – 2019 Ditjen
Sumber Daya Air dijabarkan lebih lanjut ke dalam 7 (tujuh) Sasaran Program dan
13 (tiga belas) Indikator Kinerja sebagai berikut :
a. Meningkatnya Layanan Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku
1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku,
dengan target outcome 12 m3/detik.
2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku seperti semula, dengan target outcome 1,7
m3/detik.
3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku, dengan target outcome 57,88 m3/detik.
II-21
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
b. Meningkatnya Kapasitas Tampung Sumber-sumber Air
1) Peningkatan kapasitas tampung sumber daya air, dengan target
outcome 1,09 juta m3.
2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan target
outcome 766,40 juta m3.
3) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan target
outcome 13.700 juta m3.
c. Meningkatnya Kapasitas Pengendalian Daya Rusak Air
1) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak, dengan
target outcome 44.267 hektar.
d. Meningkatnya Keterpaduan Tata Kelola Pengelolaan Sumber Daya Air
1) Peningkatan indeks RBO, dengan target outcome 2,59 indeks.
e. Meningkatnya Upaya Konservasi Sumber Daya Air
1) Peningkatan persentase kawasan lokasi yang prioritas dikonservasi,
dengan target outcome 20 %.
f. Meningkatnya Kinerja Layanan Irigasi
1) Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan target outcome 244.962,37
hektar.
2) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target outcome
691.490,27 hektar.
3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target outcome
3.345.174,05 hektar.
4) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan, dengan target
outcome 12%.
g. Meningkatnya Potensi Energi dari Sumber-Sumber Air
1) Peningkatan potensi energi sumber air, dengan target outcome 0 Mw.
Selengkapnya target Renstra 2015-2019 dan kebutuhan pendanaan tiap
Tahunnya disajikan pada Tabel 2.2 berikut :
III-22
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
Tabel 2.2 Target Renstra 2015 – 2019 dan Kebutuhan Pendanaan Ditjen SDA
SASARAN STRATEGIS/SASARAN PROGRAM/INDIKATORKINERJA SATUAN
TARGET KEBUTUHAN PENDANAAN (TRILYUN)
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019
1. Meningkatnya Dukungan Ketahanan Air
30,812 62,715 70,522 76,265 76,245
1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
1 Peningkatan debit layanan sarana dan prasaranapenyediaan air baku m3/detik 8,65 12,00 11,87 13,00 22,00 67,52
2 Pengembalian fungsi dan debit layanan saranadan prasarana penyediaan air baku seperti semula m3/detik 8,20 1,70 2,29 2,96 6,84 22,00
3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana danprasarana penyediaan air baku m3/detik 49,23 57,88 69,88 81,75 94,75 94,75
2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air juta m3 1020,38 1,09 102,61 146,62 524,15 1.794,85
2Pengembalian fungsi dan kapasitas tampungsumber air juta m3 376,80 766,40 752,80 756,00 758,00 3.410,00
3 Terjaganya kapasitas tampung sumber air juta m3 12.679 13.700 13.701 13.803 13.950 13.949,953 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air
1 Peningkatan luas kawasan yang terlindungi daridaya rusak air hektar 18.951 44.267 45.667 47.067 49.383 200.000
4 Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air
1Peningkatan persentase kawasan / lokasi yangdikonservasi pada kawasan prioritas % 20 20 20 20 20 100,00
5 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA1 Peningkatan indeks RBO (indeks) indeks 2,24 2,59 2,94 3,29 4,00 4,00
2. Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Air6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi
1 Peningkatan layanan jaringan irigasi hektar 181.282,79 244.962,37 208.149,70 236.847,95 216.705,03 1.087.947,842 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi hektar 477.960,57 691.490,27 676.102,61 644.548,04 509.898,51 3.000.0003 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi hektar 3.142.532,18 3.345.174,05 3.424.361,90 3.519.694,19 3.604.791,23 3.604.791,23
4 Persentase daerah irigasi yang diairi olehbendungan
% 11 12 12 12,6 12,6 12,6
7 Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air1 Peningkatan potensi energi sumber air MW 113,19 0,00 1,14 5,92 22,27 142,52
II-23
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
2.4 Target Kinerja
Target kinerja dalam hal ini diartikan sebagai target kinerja sasaran, baik
sasaran strategis, sasaran program maupun sasaran kegiatan yang dilengkapi
dengan indikatornya. Target kinerja sasaran menunjukkan tingkat sasaran
kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Ditjen Sumber Daya Air yang meliputi
program dan kegiatan dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Dalam
penyusunan target kinerja baik tingkat kegiatan, program maupun kementerian
didasarkan pada kriteria-kriteria diantarnya :
a. Target menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai dari
setiap indikator kinerja sasaran.
b. Penetapan target relevan dengan indikator kinerjanya, logis dan
berdasarkan baseline data yang jelas.
Target sasaran Ditjen Sumber Daya Air 2015-2019 (Sasaran Strategis,
Sasaran Program, dan Sasaran Kegiatan), Rencana Pencapaian Sasaran
Strategis dan Sasaran Program Ditjen SDA 2015 – 2019, dan Matriks Kinerja dan
Pendanaan Ditjen SDA 2015 – 2019 disajikan dalam Lampiran.
2.4.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2016
Menurut Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, pengertian Perjanjian Kinerja adalah
lembar atau dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang
lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program atau kegiatan disertai dengan Indikator Kinerja.
Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air merupakan bagian
dari dokumen yang ditetapkan oleh Menteri PUPR guna mewujudkan capaian
sasaran strategis. Perjanjian Kinerja Awal Tahun 2016 dan Revisi Perjanjian
Kinerja Ditjen Sumber Daya Air diuraikan pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 dibawah
ini.
II-24
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2016 (Awal)
II-25
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2016 (Akhir)
II-26
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
2.4.2 Sasaran Program dan Indikator Kinerja
Perjanjian Kinerja 2016 Ditjen Sumber Daya Air dijabarkan lebih lanjut ke
dalam 7 (tujuh) Sasaran Program dan 14 (empat belas) Indikator Kinerja sebagai
acuan penilaian kinerja masing-masing program dengan rincian sebagai berikut:
a. Meningkatnya Layanan Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku
1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku,
dengan target semula output 973,98 km jaringan perpipaan, 123 buah
embung/intake, dan 245 titik sumur bor dengan outcome 6,27 m3/detik
menjadi output 973,98 km jaringan perpipaan, 123 buah embung/intake,
dan 245 titik sumur bor dengan outcome 6,27 m3/detik.
2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku seperti semula, dengan target semula output sebesar 177,84 km
rehabilitasi jaringan perpipaan, rehab 29 buah embung dan 237 titik
sumur bor dengan outcome 0,92 m3/detik menjadi output sebesar 177,84
km rehabilitasi jaringan perpipaan, rehab 29 buah embung dan 237 titik
sumur bor dengan tetap mempertahankan target outcome 0,92 m3/detik.
3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku, dengan target output maupun outcome awal tetap dipertahankan
berupa kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap 484 buah embung
dengan outcome 60,92 m3/detik.
b. Meningkatnya Kapasitas Tampung Sumber-Sumber Air
1) Peningkatan kapasitas tampung sumber daya air, dengan target semula
output berupa 8 bendungan baru, 22 bendungan on going dan 387
embung dengan total outcome 52,87 juta m3 menjadi output revisi berupa
pembangunan 8 bendungan baru, 24 bendungan on going dan 387
embung dengan outcome 52,87 juta m3.
2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, tetap
mempertahankan target output awal berupa rehabilitasi 5 bendungan, 71
buah embung dan 7 buah danau, namun target outcome terjadi
peningkatan dari target awal 3,73 juta m3 menjadi 6,23 juta m3.
3) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan target
output awal kegiatan operasi dan pemeliharaan sebesar 167 bendungan,
II-27
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
1.207 buah embung dan 42 danau menjadi 167 bendungan, 860 buah
embung, dan 47 danau. Pada indikator ini terjadi penurunan target
outcome dari semula 4.745,56 juta m3 menjadi 3.432 juta m3.
c. Meningkatnya Kapasitas Pengendalian daya rusak Air
1) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak, dengan
target semula output berupa panjang tanggul/pengendali
banjir/pengamanan pantai sepanjang 326,82 km dan 29 buah bangunan
pengendali banjir/lahar dengan outcome perlindungan terhadap kawasan
seluas 18.281,89 hektar menjadi output berupa panjang
tanggul/pengendali banjir/pengamanan pantai sepanjang 253,77 km dan
38 buah bangunan pengendali banjir/lahar dengan outcome perlindungan
terhadap kawasan seluas 16.918,85 hektar.
d. Meningkatnya Keterpaduan Tata Kelola Pengelolaan Sumber Daya Air.
1) Peningkatan indeks RBO, dengan target output dan outcome mengalami
peningkatan dari target awal. Target output awal berupa skor self
assessment sebesar 56,25% dengan target outcome berupa peningkatan
indeks RBO sebesar 2,25, menjadi target output 62,12% dan target
outcome 2,48.
e. Meningkatnya Upaya Konservasi Sumber Daya Air
1) Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan
prioritas, dengan target output tetap 20% dan target outcome 20%.
f. Meningkatnya Kinerja Layanan Irigasi
1) Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan target semula output
berupa pembangunan jaringan irigasi sepanjang 1.619 km dan 19 buah
bendung dengan outcome 51.676 hektar menjadi output berupa
pembangunan jaringan irigasi sepanjang 918 km dan 16 buah bendung
dengan target outcome 52.519 hektar.
2) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target semula
output berupa rehabilitasi jaringan irigasi sepanjang 3.100 km dan 4 buah
bendung dengan outcome 347.607 hektar menjadi output berupa
rehabilitasi jaringan irigasi sepanjang 2.430 km dan 3 buah bendung
dengan outcome 288.496 hektar.
II-28
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target semula
output berupa kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap 751.710 km
jaringan irigasi dan 554 buah bendung dengan outcome 3.559.749 hektar
menjadi output berupa kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap
40.804 km jaringan irigasi dan 575 buah bendung dengan outcome
3.265.230,01 hektar.
4) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan dengan target
output dan outcome sebesar 12%.
g. Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air
1) Peningkatan potensi energi sumber air, dengan target semula output dan
outcome sebesar 1,35 MW menjadi target output dan target outcome
sebesar 0 MW.
Pengukuran capaian indikator kinerja pada sasaran program 1,2,3,5 dan 6
dalam Tabel 2.2 dilakukan melalui sistem emonitoring, sedangkan capaian
kinerja pada sasaran program 4 dan 7 dilakukan secara manual karena data
yang diperoleh belum online.
Sasaran program 4 yaitu meningkatnya keterpaduan pengelolaan SDA,
perhitungan capaian melalui pengukuran indikator kinerja peningkatan indeks
RBO. Penilaian RBO Indeks berdasarkan pada pedoman pengukuran kinerja
atas 5 key performance indicator dan 15 indikator. Dimana untuk setiap indikator
memiliki skor antara 0 – 4 dengan kenaikan skor 0,5. Adapun indikator yang
digunakan ditunjukkan pada tabel 2.5 berikut :
Tabel 2.5 Indikator RBO Performance Benchmarking
Kode Bidang Kinerja Kritis Indikator SkorMaksimum
A Misi 1 Status Badan Pengelola SDA 4
2 Tata Kelola Sumber Daya Air 4
B Pemilik Kepentingan
3 Keterlibatan Pemakai Air 4
4 Umpan Balik Pemakai Air 4
5 Kondisi Lingkungan 4
6 Konservasi SDA 4
II-29
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
Kode Bidang Kinerja Kritis Indikator SkorMaksimum
C Pembelajaran danPertumbuhan
7 Pengembangan Sumber DayaManusia 4
8 Pengembangan Teknik 4
9 Pengembangan RBO(BBWS/BWS/BPSDA/PJT) 4
D Tata Kelola InternalOrganisasi
10 Perencanaan tata kelola di dalamRBO (BBWS/BWS/BPSDA/PJT) 4
11 Pendayagunaan SDA, Alokasi Air,Perijinan dan Kekeringan 4
12 Pengendalian Daya Rusak Air 4
13 Pengelolaan Data 4
E Keuangan14 Efisiensi Keuangan 4
15 Pemulihan Biaya 4
TOTAL SKOR 60
RBO Indeks menunjukkan rata-rata kenaikan skor RBO-PB untuk seluruh
BBWS/BWS di Indonesia. Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata
kenaikan dari RBO Indeks ini adalah :
Sedangkan capaian indikator kinerja pada sasaran program 7 merupakan
outcome yang berkaitan dengan sasaran program ke-3 “Meningkatnya
Kapasitas Tampung Sumber-Sumber Air”.
2.5 Metode Pengukuran
2.5.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Program
Penilaian Kinerja yang diberikan pada rencana aksi Tahun 2016
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada Permen PAN&RB Nomor 20
Tahun 2013. Penilaian dibagi menjadi 6 kategori dan dibedakan berdasarkan
range nilai dan warna seperti dalam Tabel 2.6 dibawah ini.
II-30
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
Tabel 2.6 Tabel Kriteria Penilaian
No Kategori NilaiAngka Interpretasi Kategori
Warna
1 AA > 85 - 100 Memuaskan
2 A > 75 - 85 Sangat Baik
3 B > 65 - 75 Baik, perlu sedikit perbaikan
4 CC > 50 - 65 Cukup (memadai), perlu perbaikan yangtidak mendasar
5 C > 30 - 50 Kurang, perlu banyak perbaikan,termasuk perubahan yang mendasar
6 D 0 - 30Sangat kurang, perlu banyak sekali
perbaikan, termasuk perubahan yangsangat mendasar
sumber :Permen PAN & RB No. 20 Tahun 2013
Pengukuran Kinerja Tahun 2016 merupakan langkah untuk
membandingkan realisasi Kinerja dengan sasaran (target) Kinerja yang
dicantumkan dalam lembar/dokumen perjanjian Kinerja 2016 dalam rangka
pelaksanaan DIPA APBN TA 2016 Ditjen Sumber Daya Air.
Nilai Kinerja dari masing-masing output merupakan perbandingan nilai
Kinerja dari realisasi terhadap target capaian kinerja yang telah ditetapkan dari
masing masing sub-output dalam sistem emonitoring.
2.5.2 Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Strategis
Berdasarkan dokumen Renstra 2015-2019, ukuran keberhasilan Sasaran
Strategis ditinjau dari Indikator Sasaran Strategis. Target Sasaran Strategis dan
Sasaran Program Ditjen Sumber Daya Air 2015-2019 sebagaimana pada Tabel 2.7
dan Pengukuran Target Capain Sasaran Strategis sebagaimana tersaji pada
Tabel 2.8 dibawah ini :
II-31
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
SasaranStrategis
Baseline TargetSasaran Program Satuan
Baseline Target
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Total
Tingkat dukunganuntuk ketahanan
air nasional (%)28,95 32,97 40,85 48,91 57,34 67,60
PemenuhanKebutuhan Air Baku
untuk Kehidupansehari-hari
Penambahan M3/dt 51,44 8,65 12 11,87 13 22 67,52
Menjadi M3/dt 60,09 72,09 83,96 96,96 118,96
Prosentase % 66,35 70,66 76,64 82,56 89,04 100
PeningkatanKapasitasTampung
Per Kapita
Penambahan Juta m3 12.679 1.020 1 103 147 524 1.795
Menjadi Juta m3 13.700 13.701 13.803 13.950 14.474
Prosentase % 2,5 2,67 2,67 2,69 2,71 2,8
PeningkatanLayanan
InfrastrukturPengendali Daya
Rusak Air
Penambahan Ha 36.199 18.951 44.267 45.667 47.067 49.383 205.333
Menjadi Ha 55.150 99.416 145.083 192.150 241.532
Prosentase % 18 25,57 43,25 61,48 80,28 100
Tingkat dukunganuntuk kedaulatan
pangan danenergi (%)
45,83 52,66 53,93 55,15 56,33 57,28
PemenuhanKebutuhan Air Bakuuntuk layanan Irigasi
Penambahan Ha 181.283 244.962 208.150 236.848 216.705 1.087.948
Menjadi Ha 1.844.066 2.025.349 2.270.311 2.478.461 2.715.309 2.932.014
Prosentase % 83 85,16 85,42 85,64 85,89 86,12
Penambahan Ha 5.141.407 477.961 691.490 676.103 644.548 509.899 3.000.000
Menjadi Ha 2.802.067 3.280.028 3.971.518 4.647.620 5.292.168 5.802.067
Prosentase % 54,50 71,24 74,77 78,22 81,51 84,11
Peningkatan PotensiSumber Energi
Penambahan MW 113,19 0 1,14 5,92 22,27 142,52
Menjadi MW 8.706 8.819,19 8.819,19 8.820,33 8.826,25 8.848,52
Prosentase % 0 1,59 1,59 1,59 1,6 1,6
Tabel 2.7 Target Sasaran Strategis dan Sasaran Program 2015 - 2019
II-32
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
Tabel 2.8 Pengukuran Target Capaian Sasaran Strategis 2016
Cara pengukuran capaian sasaran strategis dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016
Ditjen Sumber Daya Air adalah sebagai berikut :
a. Indikator Sasaran Strategis terdiri dari 2, yaitu :
1) Tingkat dukungan untuk ketahanan air nasional, dengan target 40,85%.
2) Tingkat dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi, dengan target
53,93%.
b. Baseline merupakan capaian kinerja sampai dengan Tahun 2014 berdasarkan
Renstra 2010 – 2014 ditambah capaian kinerja Tahun 2015 berdasarkan
Renstra 2015 – 2019. Baseline berdasarkan masing masing sasaran program
2016 adalah sebagai berikut :
1) Pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari : 60,09
m3/detik.
2) Peningkatan kapasitas tampung per kapita : 13.700 juta m3.
SasaranStrategis
Baseline2014
2015 2016
Sasaran Program Satuan
Baseline2014
Target
Target Target 2015 2016
Tingkatdukungan
untukketahananair nasional
(%)
28,95 32,97 40,85
Pemenuhankebutuhan air baku
untuk kehidupan
Penambahan M3/det 51,44 8,65 12Menjadi M3/det 60,09 72,09
Prosentase % 66,35 70,66 76,64
Peningkatan kapasitastampung per kapita
Penambahan Juta m3 12.679 1.020 1
Menjadi Juta m3 13.700 13.701
Prosentase % 2,5 2,67 2,67
Peningkatan layananinfrastruktur
pengendali daya rusakair
Penambahan Ha 36.199 18.951 44.267
Menjadi Ha 55.150 99.416
Prosentase % 18 25,57 43,25
Tingkatdukungan
untukkedaulatan
pangandan energi
45,83 52,66 53,93
Pemenuhankebutuhan air baku
untuk layanan irigasi
Penambahan Ha 181.283 244.962
Menjadi Ha 1.844.066 2.025.349 2.270.311
Prosentase % 83 85,16 85,42Penambahan Ha 5.141.407 477.961 691.490
Menjadi Ha 2.802.067 3.280.028 3.971.518
Prosentase % 54,50 71,24 74,77
Peningkatan potensisumber energi
Penambahan MW 113,19 0Menjadi MW 8.706 8.819,19 8.819,19
Prosentase % 0 1,59 1,59
II-33
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
3) Peningkatan layanan infrastruktur pengendali daya rusak air : 55.150
hektar.
4) Pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan irigasi : 2.025.349 hektar
5) Peningkatan potensi sumber energi : 8.819,19 MW.
c. Persentase capaian sasaran program dihitung berdasarkan capaian pada
masing-masing indikator Kinerja yang mendukung langsung capaian sasaran
program tersebut dengan tertimbang terhadap total target Renstra yakni :
1) Untuk sasaran program pemenuhan kebutuhan air baku untuk
kehidupan sehari-hari dihitung berdasarkan perbandingan capaian
kapasitas air baku Tahun eksisting terhadap total kebutuhan air baku
(2015-2019) ditambah akses air baku Tahun sebelumnya.
2) Untuk sasaran program peningkatan kapasitas tampung per kapita
dihitung berdasarkan perbandingan capaian kapasitas tampung Tahun
eksisting terhadap total kebutuhan kapasitas tampung ditambah
capaian Tahun sebelumnya.
3) Untuk sasaran program peningkatan layanan infrastruktur pengendali
daya rusak air dihitung berdasarkan perhitungan penambahan luas
kawasan yang terlindungi Tahun eksisting terhadap target perlindungan
kawasan seluas 200 ribu hektar.
4) Untuk sasaran program pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan
irigasi dihitung berdasarkan perbandingan penambahan luas irigasi
eksisting terhadap total target luas irigasi ditambah capaian Tahun
sebelumnya.
II-34
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB II Perencanaan Kinerja
5) Untuk sasaran program peningkatan potensi sumber energi dihitung
berdasarkan perbandingan capaian potensi energi Tahun eksisting
terhadap total target potensi selama 2015-2019.
d. Pengukuran persentase Capaian Indikator kinerja Sasaran Strategis
merupakan rata-rata total capaian dari sasaran program yang
mendukungnya.
e. Capaian Sasaran Strategis :
1) Untuk Sasaran Strategis “Meningkatnya dukungan untuk ketahanan air”
merupakan rata-rata capaian sasaran program :
a) Pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari : 76,64%.
b) Peningkatan kapasitas tampung sumber air per kapita : 2,67%.
c) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air layanan
infrastruktur pengendali daya rusak : 43,25%.
2) Untuk indikator Sasaran Strategis “Meningkatnya dukungan untuk
kedaulatan pangan dan energi” merupakan rata-rata capaian sasaran
program :
a) Pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan irigasi : 85,42% dan
74,77%.
b) Peningkatan potensi sumber air (karena tidak ada target penambahan
potensi Tahun berjalan, maka capaian untuk indikatornya sama
dengan capaian Tahun sebelumnya) : 1,59%.
Bendungan TeritipProvinsi Kalimantan Timur
Bab III Kapasitas Organisasi
III-1
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab IIIKapasitas Organisasi
3.1 Sumber Daya Manusia
3.1.1 Berdasarkan Status Kepegawaian
Berdasarkan data kepegawaian status 31 Desember 2016 Sumber Daya
Manusia pada Ditjen Sumber Daya Air adalah sebanyak 9.178 orang Pegawai
Negeri Sipil (PNS), dengan sebaran jumlah pegawai sebagaimana pada Tabel 3.1
dan Gambar 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian
No Unit Kerja PNSPusat
PNSDaerah Jumlah PNS Status
DPKPegawaiNON PNS Total
1 2 3 4 5 = 3+4 6 7 8 =5+6+7
1 Sekretariat Ditjen Sumber Daya Air 119 0 119 6 59 184
2 Direktorat PengembanganJaringan Sumber Daya Air 79 0 79 0 30 109
3 Direktorat Bina Penatagunaan SDA 62 0 62 0 40 1024 Direktorat Sungai dan Pantai 59 0 59 1 33 935 Direktorat Irigasi dan Rawa 74 0 74 0 16 906 Direktorat Bina OP 75 0 75 1 18 947 Sekretariat Dewan SDA Nasional 16 0 16 0 6 228 Pusat Air Tanah Air Baku 37 0 37 0 19 569 Pusat Bendungan 34 0 34 0 16 5010 BBWS Brantas 505 73 578 2 6 58611 BBWS Bengawan Solo 493 5 498 0 254 75212 BBWS Pemali-Juana 226 0 226 17 255 49813 BBWS Cimanuk-Cisanggarung 302 0 302 0 95 39714 BBWS Citarum 270 2 272 1 27 30015 BBWS Pompengan-Jeneberang 531 12 543 328 120 99116 BBWS Sumatera VIII 278 199 477 0 164 64117 BBWS Citanduy 200 0 200 0 75 27518 BBWS Ciliwung-Cisadane 118 0 118 0 374 49219 BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian 194 0 194 0 185 37920 BBWS Serayu-Opak 355 0 355 21 127 50321 BBWS Mesuji-Sekampung 329 86 415 31 159 60522 BWS Sumatera I 399 66 465 19 211 69523 BWS Sumatera II 342 61 403 0 299 70224 BWS Sumatera III 91 17 108 0 169 27725 BWS Sumatera IV 30 1 31 0 395 42626 BWS Sumatera V 134 38 172 0 335 50727 BWS Sumatera VI 69 28 97 0 184 281
BAB IVAkuntabilitas Kinerja
Bab III Kapasitas Organisasi
III-2
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
No Unit Kerja PNSPusat
PNSDaerah Jumlah PNS Status
DPKPegawaiNON PNS Total
1 2 3 4 5 = 3+4 6 7 8 =5+6+728 BWS Sumatera VII 191 48 239 0 572 81129 BWS Kalimantan I 83 7 90 1 80 17130 BWS Kalimantan II 140 22 162 0 162 32431 BWS Kalimantan III 142 23 165 0 212 37732 BWS Bali Penida 182 38 220 0 182 40233 BWS Nusa Tenggara I 584 0 584 0 113 69734 BWS Nusa Tenggara II 307 91 398 1 23 42235 BWS Sulawesi I 182 1 183 14 105 30236 BWS Sulawesi II 101 4 105 0 95 20037 BWS Sulawesi III 197 17 214 18 209 44138 BWS Sulawesi IV 350 16 366 0 39 40539 BWS Maluku 172 1 173 0 150 32340 BWS Maluku Utara 50 12 62 0 115 17741 BWS Papua 54 86 140 0 0 14042 BWS Papua Barat 23 10 33 0 37 7043 BWS Papua Merauke 7 0 7 0 11 1844 Balai Bendungan 28 0 28 0 26 54
Jumlah Total 8.214 964 9.178 461 5.802 15.441
Catatan :1. Dalam perhitungan formasi, PNS status DPK tidak dihitung sebagai kekuatan
SDM organisasi.2. Status DPK adalah status yang diberikan kepada PNS Pusat yang
dipekerjakan di Daerah berdasarkan SK Kepala Biro.
Berdasarkan Tabel 3.1 diatas, jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
Lingkungan Ditjen Sumber Daya Air berjumlah 9.178 orang, yang terdiri dari
8.214 PNS Pusat (89,50%) dan 964 PNS Daerah (10,50%). Bila dibandingkan
proporsi PNS Pusat lebih banyak dari PNS Daerah, BWS Nusa Tenggara I
merupakan Balai yang memiliki PNS Pusat terbanyak yaitu 584 orang. Secara
rata-rata sebaran pegawai pada Unit Kerja Pusat dan BBWS/BWS, jumlah
pegawai dengan status PNS Pusat lebih banyak dibandingkan dengan PNS
Daerah kecuali di BWS Papua jumlah PNS dengan status Pusat sebanyak 54
orang sedangkan PNS berstatus daerah 86 orang.
Adapun jumlah pegawai yang tercatat di lingkungan Ditjen Sumber Daya
Air secara keseluruhan berjumlah 15.441 orang dengan adanya tambahan SDM
yang berasal dari PNS status DPK (461 orang) dan Pegawai Non PNS (5.802
orang). Apabila kita bandingkan jumlahnya, terlihat bahwa jumlah Non PNS
separuh dari jumlah PNS yang ada dan dilihat dari sebaran per Unit Kerja, ada
beberapa BBWS/BWS yang jumlah pegawai Non PNS nya lebih besar dari
jumlah pegawai PNS yang ada, antara lain : BBWS Pemali Juana, BWS Sumatera
Bab III Kapasitas Organisasi
III-3
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
III, BWS Sumatera IV, BWS Sumatera V, BWS Sumatera VI, BWS Sumatera VII,
BWS Kalimantan III, BWS Maluku Utara, BWS Papua Barat, dan BWS Papua
Merauke. Keterbatasan jumlah pegawai PNS disetiap wilayah menyebabkan
Unit Kerja membutuhkan tambahan SDM dari Non PNS untuk membantu
menyelesaikan tugas-tugas yang ada.
Tabel diatas menunjukkan adanya ketidakseimbangan sebaran PNS
Pusat, dimana ada beberapa Unit Kerja yang memiliki jumlah PNS Pusat lebih
dari 300 orang, yaitu : BBWS Brantas sebanyak 505 orang, BBWS Bengawan
Solo sebanyak 493 orang, BBWS Cimanuk Cisanggarungsebanyak 302 orang,
BBWS Pompengan Jeneberang sebanyak 531 orang, BBWS Serayu Opak
sebanyak 355 orang, BBWS Mesuji Sekampung sebanyak 329 orang, BWS
Sumatera I sebanyak 399 orang, BWS Sumatera II sebanyak 342 orang, BWS
Nusa Tenggara I sebanyak 584 orang, BWS Nusa Tenggara II sebanyak 307
orang, dan BWS Sulawesi IV sebanyak 350 orang, namun disisi lain ada Balai
yang hanya memiliki PNS kurang dari 100 orang.
Perbedaan jumlah SDM tersebut (kemungkinan) disesuaikan dengan luas
wilayah kerja, namun ada baiknya jumlah tersebut dapat dievaluasi sehingga
Unit Kerja yang kekurangan SDM mendapat tambahan SDM, terutama untuk
wilayah timur dengan jumlah PNS kurang dari 100 orang seperti BWS
Kalimantan I sebanyak 83 orang, BWS Maluku Utara sebanyak 50 orang, BWS
Papua sebanyak 54 orang, BWS Papua Barat sebanyak 23 orang, dan BWS
Papua Merauke sebanyak 7 orang. Sebaran pegawai berdasarkan Status
kepegawaian disajikan dalam Gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Sebaran Pegawai berdasarkan Status Kepegawaian
PNS Pusat8.214 orangPNS Daerah
964
PNS DPK461 orang
Non PNS5.802 orang
SEBARAN PEGAWAI BERDASARKAN STATUS KEPEGAWAIAN
Bab III Kapasitas Organisasi
III-4
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
3.1.2 Berdasarkan Golongan
Sebaran SDM berdasarkan Golongan disajikan pada Tabel 3.2 dibawah ini.
Dari total jumlah SDM berstatus PNS sebanyak 9.178 orang (Pusat dan daerah),
PNS yang masuk Golongan I berjumlah 791 orang (8,62%), Golongan II
berjumlah 3.996 orang (43,54%), Golongan III berjumlah 4.018 orang (43,78%)
dan Golongan IV berjumlah 373 orang (4,06%). Jika dilihat secara keseluruhan
bahwa komposisi pegawai lebih didominasi oleh PNS Golongan III sebesar
43,78% diikuti oleh Golongan II sebesar 43,54%. Hal ini berkaitan dengan adanya
recruitment CPNS yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat sejak Tahun 2005 yang mensyaratkan pendidikan minimal S1
(baik Teknik maupun Non Teknik) dan CPNS dengan latar belakang Sarjana ini
secara otomatis akan diangkat menjadi PNS dengan golongan III/a untuk
lulusan S1 dan III/b untuk lulusan S2. Selain itu, jumlah PNS golongan III juga
disumbang oleh PNS yang tadinya berasal dari Golongan II/d naik golongan
menjadi III/a baik karena melanjutkan pendidikan S1 (penyesuaian ijasah)
maupun telah memenuhi masa pengabdian selama 20 Tahun (golongan naik
setiap 4 Tahun sekali).
Selain pengangkatan CPNS yang berasal dari umum, Kementerian PUPR
juga melakukan pengangkatan pegawai Non PNS/tenaga honorer yang sudah
mengabdi beberapa Tahun baik di unit kerja Pusat maupun BBWS/BWS. Pada
umumnya tenaga honorer tersebut memiliki latar belakang pendidikan SMA
(sederajat) ke bawah sehingga jumlah PNS golongan II menduduki peringkat
kedua dengan jumlah terbanyak setelah golongan III. Komposisi pegawai
berstatus PNS per golongan dapat dilihat pada gambar 3.2 dan Tabel 3.2
berikut.
Gambar 3.2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan
Golongan I8,62%
Golongan II43,54%
Golongan III43,78%
Golongan IV4,06%
KOMPOSISI PEGAWAI BERDASARKANGOLONGAN
III-5
Bab III Kapasitas Organisasi
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Tabel 3.2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan
No Unit Kerja RIILPNS
Komposisi Golongan Pegawai
I/a I/b I/c I/d Total II/a II/b II/c II/d Total III/a III/b III/c III/d Total IV/a IV/b IV/c IV/d IV/e Total
1 Sekditjen Sumber Daya Air 119 1 0 2 0 3 18 4 5 2 29 5 53 17 6 81 1 3 0 1 1 62 Direktorat PJSDA 79 0 0 0 0 0 6 5 4 3 18 10 22 18 5 55 3 2 1 0 0 63 Direktorat BPSDA 62 0 0 1 1 2 1 5 3 1 10 6 21 11 2 40 6 3 1 0 0 104 Direktorat Sungai dan Pantai 59 1 0 0 0 1 4 3 3 1 11 5 20 9 3 37 5 4 0 1 0 105 Direktorat Irigasi dan Rawa 74 0 0 1 0 1 8 3 6 3 20 6 18 10 4 38 8 5 1 1 0 15
6 Direktorat Bina Operasi danPemeliharaan 75 1 0 0 2 3 3 1 5 3 12 7 25 10 3 45 10 3 1 1 0 15
7 Sekretariat Dewan SDA Nasional 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 2 1 9 3 3 1 0 0 78 Pusat Bendungan 37 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 2 15 4 5 26 5 2 0 1 0 89 Pusat Air Tanah dan Air Baku 34 0 0 0 0 0 1 2 0 3 6 4 7 8 3 22 3 2 1 0 0 610 BBWS Brantas 578 13 1 36 8 58 127 51 82 18 278 65 94 30 29 218 20 3 1 0 0 2411 BBWS Bengawan Solo 498 41 3 42 7 93 96 30 91 8 225 45 75 27 12 159 20 1 0 0 0 2112 BBWS Pemali-Juana 226 3 1 9 2 15 23 17 11 3 54 28 78 22 17 145 12 0 0 0 0 1213 BBWS Cimanuk-Cisanggarung 302 30 1 33 4 68 55 30 46 5 136 21 45 16 8 90 7 1 0 0 0 814 BBWS Citarum 272 12 1 7 7 27 29 49 25 7 110 36 53 22 12 123 12 0 0 0 0 1215 BBWS Citanduy 200 35 0 10 3 48 20 28 18 5 71 25 31 13 5 74 6 1 0 0 0 716 BBWS Ciliwung-Cisadane 118 0 2 6 4 12 5 10 18 9 42 9 24 13 6 52 11 1 0 0 0 12
17 BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian 194 4 2 2 4 12 22 22 25 11 80 21 48 21 3 93 8 1 0 0 0 9
18 BBWS Serayu-Opak 355 21 1 11 9 42 50 51 55 7 163 20 76 25 7 128 21 1 0 0 0 22
19 BBWS Mesuji-Sekampung 415 4 1 7 2 14 30 108 59 10 207 51 84 28 18 181 10 3 0 0 0 13
20 BBWS Sumatera VIII 477 8 9 13 13 43 86 139 39 9 273 47 57 27 14 145 14 1 1 0 0 16
21 BWS Sumatera I 465 18 5 8 2 33 36 80 65 14 195 65 111 29 23 228 6 3 0 0 0 9
22 BWS Sumatera II 403 2 2 8 6 18 41 77 73 16 207 46 88 23 11 168 9 1 0 0 0 10
23 BWS Sumatera III 108 1 0 1 0 2 4 32 11 1 48 11 31 9 3 54 4 0 0 0 0 4
24 BWS Sumatera IV 31 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 5 10 10 3 28 1 1 0 0 0 2
25 BWS Sumatera V 172 0 0 8 3 11 17 34 17 7 75 16 40 16 9 81 5 0 0 0 0 5
26 BWS Sumatera VI 97 2 0 0 0 2 16 15 3 3 37 17 33 3 2 55 2 1 0 0 0 3
III-6
Bab III Kapasitas Organisasi
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
No Unit Kerja RIILPNS
Komposisi Golongan Pegawai
I/a I/b I/c I/d Total II/a II/b II/c II/d Total III/a III/b III/c III/d Total IV/a IV/b IV/c IV/d IV/e Total
27 BWS Sumatera VII 239 0 1 2 1 4 43 38 11 3 95 33 64 23 16 136 3 1 0 0 0 4
28 BWS Kalimantan I 90 0 0 2 1 3 4 19 8 3 34 12 23 8 6 49 3 1 0 0 0 4
29 BWS Kalimantan II 162 0 3 2 2 7 8 40 11 10 69 30 27 18 5 80 5 1 0 0 0 6
30 BWS Kalimantan III 165 2 1 4 0 7 33 11 3 1 48 46 43 11 6 106 4 0 0 0 0 4
31 BWS Bali-Penida 220 1 1 3 3 8 15 52 19 4 90 29 54 24 5 112 9 1 0 0 0 10
32 BWS Nusa Tenggara I 584 26 4 25 16 71 63 98 68 23 252 67 120 36 20 243 17 1 0 0 0 18
33 BWS Nusa Tenggara II 398 9 4 10 4 27 58 136 41 16 251 29 48 26 11 114 5 1 0 0 0 6
34 BBWS Pompengan-Jeneberang 543 26 11 27 11 75 72 91 38 3 204 76 110 31 29 246 16 1 1 0 0 18
35 BWS Sulawesi I 183 0 2 1 0 3 6 39 14 6 65 29 37 26 12 104 8 3 0 0 0 11
36 BWS Sulawesi II 105 1 0 1 1 3 19 16 8 4 47 20 21 7 4 52 2 1 0 0 0 3
37 BWS Sulawesi III 214 4 2 12 2 20 16 55 30 10 111 17 33 19 10 79 3 1 0 0 0 4
38 BWS Sulawesi IV 366 25 0 9 1 35 43 81 60 14 198 43 64 8 14 129 4 0 0 0 0 4
39 BWS Maluku 173 5 0 1 0 6 60 14 22 7 103 26 16 18 2 62 2 0 0 0 0 2
40 BWS Maluku Utara 62 0 0 1 0 1 6 11 7 3 27 9 17 5 3 34 0 0 0 0 0 0
41 BWS Papua 140 5 1 3 1 10 22 21 16 15 74 26 18 9 2 55 1 0 0 0 0 1
42 BWS Papua Barat 33 0 0 2 0 2 1 6 2 1 10 6 5 2 5 18 3 0 0 0 0 3
43 BWS Papua Merauke 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 0 2 7 0 0 0 0 0 0
44 Balai Bendungan 28 1 0 0 0 1 2 3 0 2 7 4 8 2 3 17 3 0 0 0 0 3
JUMLAH 9.178 302 59 310 120 791 1.170 1.528 1.023 275 3.996 1.078 1.875 696 369 4.018 300 58 9 5 1 373
III-7
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
3.1.3 Berdasarkan Latar Belakang dan Tingkat Pendidikan
Dari total jumlah pegawai (9.178 orang) berstatus PNS baik pusat
maupun daerah, pegawai yang mempunyai latar pendidikan teknik sebanyak
2.279 orang (24,83%) dan non teknik sebanyak 6.899 orang (75,17%). Jika
melihat komposisi ini tentu saja memprihatinkan mengingat Ditjen Sumber
Daya Air sebagai unit organisasi dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang merupakan kementerian teknis yang bertanggung
jawab terhadap penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat mempunyai kapasitas sumber daya manusia bidang teknis
yang sangat terbatas bahkan bisa dikatakan sangat kurang. Ditjen Sumber Daya
Air sebagai unit organisasi yang memikul tanggung jawab terhadap
penyelenggaraan infrastruktur bidang sumber daya air memerlukan lebih
banyak tenaga teknik (terutama Teknik Sipil) baik sebagai pelaksana teknik,
pengawas, maupun perencana.
Meskipun recruitment yang dilakukan mulai Tahun 2005 memberikan
persyaratan minimal pendidikan S1 (Teknik dan Non Teknik), dan porsi untuk
lulusan S1 dan S2 dengan latar belakang pendidikan Teknik selalu lebih besar
namun karena recruitment pada Tahun-Tahun sebelumnya (terutama
pengangkatan yang berasal dari jalur Non PNS) lebih banyak dari SMA
(sederajat) kebawah berpendidikan non Teknik sehingga berpengaruh pada
jumlah secara keseluruhan. Komposisi jumlah pegawai PNS berdasarkan tingkat
pendidikan disajikan dalam Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Komposisi Pegawai PNS berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 S2 S3 Jumlah1 2 3 4 5 6 7 8 9
TEKNIK - - - 255 1.384 634 6 2.279NON TEKNIK 384 369 3.923 220 1.621 378 4 6.899
Jumlah 384 369 3.923 475 3.005 1.012 10 9.178Prosentase (%) 4,18 4,02 42,74 5,18 32,74 11,03 0,11 100
PNS yang mempunyai latar pendidikan teknik sejumlah 2.279 orang atau
sebesar 24,83% dari total PNS, mempunyai tingkat pendidikan bervariasi dengan
klasifikasi tingkat pendidikan meliputi D3 Teknik Sipil (255 orang atau 11,19%), S1
Teknik Sipil (1.325 orang atau 58,14%), S1 Teknik Geologi/Teknik Geodesi (59
III-8
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
orang atau 2,59%), S2 Teknik Sipil (634 orang atau 27,82%), dan S3 Teknik (6
orang atau 0,26%). Sebaran pegawai berdasarkan tingkat pendidikan disajikan
dalam Gambar 3.3 dan 3.4 berikut.
Gambar 3.3 Sebaran Pegawai Teknik berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sementara itu pegawai yang mempunyai latar belakang Non Teknik
sebanyak 6.899 orang (75,17% dari total pegawai) mempunyai komposisi tingkat
pendidikan bervariasi dari SD (Sekolah Dasar) hingga S3, yaitu dengan latar
belakang pendidikan SD sebanyak 384 orang (5,57%), SMP sebanyak 369 orang
(5,35%), SMA sebanyak 3.923 orang (56,86%), D3 sebanyak 220 orang (3,19%), S1
sebanyak 1.621 orang (23,50%), S2 sebanyak 378 orang (5,48%), dan S3 sebanyak
4 orang (0,06%).
Gambar 3.4 Sebaran Pegawai Non-Teknik berdasarkan Tingkat Pendidikan
D3 Teknik Sipil255 orang(11,19%)
S1 TeknikGeologi/Geodesi59 orang (2,59%)
S1 Teknik Sipil1.325 orang
(58,14%)
S2 Teknik Sipil634 orang(27,82%)
S3 Teknik6 orang (0,26%)
SEBARAN PEGAWAI (TEKNIK) BERDASARKAN TINGKATPENDIDIKAN
III-9
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
3.1.4 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jika dilihat berdasarkan Jenis Kelamin (Gambar 3.5), komposisi pegawai
PNS di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air (total 9.178 orang) adalah pegawai
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 7.301 orang (79,55%) dan pegawai
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 1.877 orang (20,45%). Hal ini
menunjukkan bahwa pegawai di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air didominasi
oleh laki-laki, dan keadaan ini sangat mendukung tugas dan fungsi Ditjen
Sumber Daya Air dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang sumber daya air
terutama untuk tenaga-tenaga yang berada di lapangan.
Gambar 3.5 Komposisi Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin
3.1.5 Upaya Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia
Dalam rangka peningkatan kompetensi sumber daya manusia di
lingkungan Ditjen Sumber Daya Air, penugasan untuk keikutsertaan maupun
usulan penyelenggaraan pendidikan dan latihan (diklat) telah diupayakan.
Bidang diklat yang diikuti mencakup beberapa bidang sebagaimana Tabel 3.4
berikut :
Laki-laki7.301 orang
79,55%
Perempuan1.877 orang
(20,45%)
III-10
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Tabel 3.4 Bidang Diklat di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air
BIDANG DIKLAT
TEKNIS SUMBER DAYAAIR (Perencanaan dan
Pengawasan)
JABATANFUNGSIONAL MANAJEMEN KONSTRUKSI
Bendungan Teknik Pengairan PIM II Sistem ManajemenMutu
Sungai Arsiparis PIM III Sistem ManajemenK3
Pantai Pranata Humas PIM IV Hukum Kontrak
Irigasi Pranata Komputer BendaharaPengeluaran
Pengadaan Barangjasa
Rawa PISK
Air Tanah
Air Baku
Alokasi Air
OP Sungai
Realisasi keikutsertaan pegawai atas keempat bidang pendidikan dan
latihan yang diselenggarakan sebagaimana disajikan pada grafik dan Tabel 3.5
berikut.
Gambar 3.6 Grafik Perbandingan Realisasi Keikutsertaan dengan SPRIN DIKLAT
REALISASI DIKLAT PEGAWAI
III-11
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Tabel 3.5 Realisasi Diklat Pegawai Ditjen Sumber Daya Air 2016
Berdasarkan tabel diatas jumlah realisasi keikutsertaan peserta diklat jika
dibandingkan dengan surat perintah diklat sebesar 76,59%.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan
bahwa Kinerja Organisasi Ditjen Sumber Daya Air sangat dipengaruhi oleh
dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di dalamnya. Adapun hal-hal
yang harus menjadi perhatian bersama antara lain :
1. Sebaran jumlah PNS Pusat yang tidak merata di setiap wilayah kerja
2. Latar belakang pendidikan yang tidak seimbang antara yang pendidikan
Teknik dan Non Teknik.
3. Minimnya pengadaan pendidikan dan pelatihan, dan/atau kursus-kursus
yang diperoleh PNS/Non-PNS sesuai dengan bidang tugasnya.
3.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan
pembangunan yang berkualitas. Ditjen Sumber Daya Air memiliki sejumlah
sarana dan prasarana sebagai berikut :
a. Komputer dan peralatan komunikasi : 23.769 Unit.
b. Kendaraan Dinas Operasional (KDO) : 7.605 Unit.
c. Peralatan berat (Truck/dumptruck, excavator) : 1.477 unit.
d. Mesin pompa air : 4.179 unit.
e. Kapal Keruk (Dredger) : 22 unit.
f. Gedung Kantor, baik di Pusat maupun yang dimiliki masing-masing
BBWS/BWS dengan jumlah 6.852 Unit.
BIDANG DIKLATREALISASI PESERTA
SPRIN REALISASI
Teknis SDA 1.300 1.120
Manajemen 130 18
Jafung 120 90
Konstruksi 210 120
JUMLAH 1.760 1.348
III-12
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Gambar 3.7 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana diatas telah memberikan dukungan yang tinggi
terhadap pelaksanaan anggaran Tahun 2016. Peralatan berat, peralatan
komunikasi dan komputer serta kendaraan dinas operasional misalnya, telah
memberikan andil yang besar untuk mendukung kegiatan-kegiatan operasi dan
pemeliharaan dalam upaya terjaganya fungsi infrastruktur sumber daya air
yang telah terbangun.
Inventarisasi peralatan berat yang ada di seluruh BBWS/BWS tersaji pada
gambar 3.8 sebagai berikut :
a. Amphibious Excavator, sejumlah 31 unit
b. Excavator, sejumlah 90 unit
c. Dump Truck, 93 unit
d. Dredger, sejumlah 14 unit
e. Pompa Air 6”, sejumlah 15 unit
f. Pompa Air 4”, sejumlah 136 unit
g. Perahu Karet, sejumlah 195 unit
h. Mobil pick Up, sejumlah 75 unit
i. Wheel Loader, sejumlah 10 unit
j. Mobil Pump, sejumlah 46 unit
k. Trailer Truck, sejumlah 22 unit
l. Ponton, sejumlah 6 unit.
KOMPUTER &ALAT
KOMUNIKASI
KDO ALAT BERAT MESIN POMPAAIR
KAPAL KERUK GEDUNGKANTOR
23769
7605
14774179
22
6852
Sarana dan Prasarana
III-13
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Gambar 3.8 Inventarisasi Peralatan Berat
Sebaran peralatan berat diatas selanjutnya lebih detail disajikan dalam
tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Sebaran Peralatan Berat
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 BWS SUMATERA I 1 1 1 12 BWS SUMATERA II 1 13 BWS SUMATERA III 2 1 24 BWSSUMATERA IV 1 15 BWSSUMATERA V 1 3 46 BWS SUMATERA VI 1 27 BWS SUMATERA VII 1 18 BBWS SUMATERA VIII 1 2 3 1 29 BWS MESUJISEKAMPUNG 2 1 1 2 110 BBWS CIDANAU CIUJUNG CIDURIAN 4 1 1 111 BBWS CILIWUNG CISADANE 3 6 10 11 9 112 BBWS CITARUM 2 8 11 1 2 5 113 BBWS CIMANUK CISANGGARUNG 5 5 4 4 114 BBWS CITANDUY 2 3 6 1 115 BBWS PEMALI JUANA 1 8 5 1 3 116 BBWS SERAYU OPAK 1 417 BBWS BENGAWAN SOLO 1 4 7 4 14 118 BBWS BRANTAS 1 8 9 2 1 219 BWS KALIMANTAN I 1 1 120 BWS KALIMANTAN II 2 121 BWS KALIMANTAN III 1 1 122 BWS SULAWESI I 1 1 1 123 BWS SULAWESI II 1 2 1 1 124 BWS SULAWESI III 7 2 125 BWS SULAWESI IV 1 1 1 126 BBWS POMPENGAN JENEBERANG 1 7 1 127 BWS BALI PENIDA 2 4 1 1 228 BWS NUSA TENGGARA I 1 2 7 2 429 BWS NUSA TENGGARA II 2 1 230 BWS MALUKU 131 BWS MALUKU UTARA 4 232 BWS PAPUA 133 BWS PAPUA BARAT 1
31 90 93 14 10 46 22 6
WheelLoader
MobilPump
TrailerTruck
Ponton
T O T A L
NO BBWS/BWSAmphibious
ExcavatorExcavator
DumpTruck
Dredger
III-14
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
3.3 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2016
Pada awal Tahun Anggaran 2016, Ditjen Sumber Daya Air mendapat
alokasi dana sebesar Rp. 30,427 Trilyun. Namun terjadi Penghematan Belanja
Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Perubahan (APBN-P), sehingga pagu akhir Ditjen Sumber Daya
Air menjadi Rp. 28,294 T, dan terdapat self blocking sebesar Rp. 2 T. Berikut
disajikan perjalanan pagu awal – akhir Ditjen Sumber Daya Air pada gambar 3.9
berikut.
Gambar 3.9 Kronologi Pagu Ditjen Sumber Daya Air TA 2016
3.3.1 Triwulan I
Pada awal Tahun anggaran 2016, Ditjen Sumber Daya Air mendapat
alokasi anggaran sebesar Rp. 30,427 Trilyun untuk melaksanakan
kegiatan sebanyak 13.394 paket, yang terdiri dari :
a. Administrasi umum, 2.304 paket dengan total pagu Rp. 2,686 Trilyun
b. Swakelola, 6.863 paket dengan total pagu Rp. 3,860 Trilyun
c. Kontraktual, 4.227 paket dengan total pagu Rp. 23,883 Trilyun.
III-15
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Distribusi pagu anggaran berdasarkan kategori pengadaan,
berdasarkan kegiatan, dan berdasarkan jenis belanja Triwulan I Tahun
anggaran 2016 secara detil disajikan pada Gambar 3.10, Gambar 3.11, dan
Gambar 3.12.
Gambar 3.10 Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori PengadaanTriwulan I
III-16
Bab III Kapasitas Organisasi
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Gambar 3.11 Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan I
III-17
Bab III Kapasitas Organisasi
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Gambar 3.12 Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan I
III-18
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Menurut Permen PUPR No : 20/PRT/M/2016 tanggal 23 Mei 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pelaksanaan anggaran pada
Ditjen Sumber Daya Air dibagi kepada total 184 Satker yang terdiri dari : i)
10 Satker Pusat; ii) 33 Satker Balai; ii) 25 Satker OP; iii) 40 SNVT PJPA; iv)
39 SNVT PJSA; v) 28 SKPD TP-OP; vi) 8 Satker Pembangunan Bendungan;
dan vii) 1 Satker Air Tanah dan Air Baku.
3.3.2 Triwulan II
Selanjutnya pada triwulan II Ditjen Sumber Daya Air mendapat
alokasi anggaran sebesar Rp. 30,427 Trilyun untuk melaksanakan
kegiatan sebanyak 13.555 paket, yang terdiri dari :
a. Administrasi umum, 2.304 paket dengan total pagu Rp. 2,467 Trilyun.
b. Swakelola, 6.863 paket dengan total pagu Rp. 4,413 Trilyun.
c. Kontraktual, 4.388 paket dengan total pagu Rp. 23,546 Trilyun.
Distribusi pagu anggaran berdasarkan kategori pengadaan,
berdasarkan kegiatan, dan berdasarkan jenis belanja Triwulan II Tahun
anggaran 2016 secara detil disajikan pada Gambar 3.13, Gambar 3.14, dan
Gambar 3.15.
Gambar 3.13 Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan
Triwulan II
III-19
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Gambar 3.11 Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan II
III-20
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Gambar 3.12 Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan II
III-21
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
3.3.3 Triwulan III
Pada Triwulan III Tahun Anggaran 2016 melalui INPRES No. 8 Tahun
2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja
Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2016, terjadi
penghematan anggaran sebesar 2 Trilyun yang dilakukan melalui
pemblokiran mandiri terhadap program/kegiatan yang tidak prioritas dan
anggaran tersebut tidak dicairkan (self blocking). Alokasi anggaran Ditjen
Sumber Daya Air pada Triwulan III ini sebesar Rp. 28,693 Trilyun
(Termasuk didalamnya Rp. 2 Trilyun yang tidak bisa dicairkan dan dana
blokir sebesar RP. 778 Milyar untuk beberapa paket yang loannya belum
efektif/belum ada Loan Agreement antara lain paket Engineering Service
Project (ESP) yang ada di Pusatab, FMSRB di BWS Maluku, IPDMIP di BWS
Sumatera I, dan Jatigede di BBWS Cimanuk Cisanggarung).
Distribusi anggaran Ditjen Sumber Daya Air pada Triwulan III
berdasarkan kategori pengadaan, postur anggaran berdasarkan jenis
kegiatan dan postur anggaran per jenis belanja disajikan dalam gambar
3.16, gambar 3.17 dan gambar 3.18 berikut.
Gambar 3.16 Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan
Triwulan III
III-22
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Gambar 3.17 Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan III
III-23
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Gambar 3.18 Postur Anggaran Bedasarkan Jenis Belanja Triwulan III
III-24
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
3.3.4 Triwulan IV
Pada Triwulan IV terjadi lagi perubahan DIPA Ditjen Sumber Daya
Air akibat adanya drop loan pada paket Pembangunan Waduk Jatigede
(new additional loan) sebesar Rp. 527 Milyar dan percepatan loan sebesar
Rp. 7 Milyar, sehingga pagu akhir Ditjen Sumber Daya Air menjadi Rp.
28,294 Trilyun.
Distribusi anggaran Ditjen Sumber Daya Air pada Triwulan IV
berdasarkan kategori pengadaan, postur anggaran berdasarkan jenis
kegiatan dan postur anggaran per jenis belanja disajikan dalam gambar
3.19, gambar 3.20 dan gambar 3.21 berikut.
Gambar 3.19 Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori PengadaanTriwulan IV
III-25
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Gambar 3.20 Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan IV
III-26
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab III Kapasitas Organisasi
Gambar 3.21 Postur Anggaran Bedasarkan Jenis Belanja Triwulan IV
Daerah Irigasi KarauProvinsi Kalimantan Tengah
IV-1
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Bab IV
Akuntabilitas Kinerja
4.1. Capaian Kinerja Organisasi
4.1.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan Capaian Sasaran Program
Penilaian Kinerja yang diberikan pada rencana aksi Tahun 2016
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada Permen PAN&RB Nomor 20
Tahun 2013. Penilaian dibagi menjadi 6 kategori dan dibedakan berdasarkan
range nilai dan warna seperti dalam Tabel 2.6 di atas.
Pengukuran Kinerja Tahun 2016 merupakan langkah untuk
membandingkan realisasi Kinerja dengan sasaran (target) Kinerja yang
dicantumkan dalam lembar/dokumen Perjanjian Kinerja 2016 dalam rangka
pelaksanaan DIPA APBN TA 2016 Ditjen Sumber Daya Air serta diukur pada
setiap Triwulan.
Nilai Kinerja dari masing-masing output merupakan perbandingan nilai
Kinerja dari realisasi terhadap target capaian kinerja yang telah ditetapkan dari
masing masing sub-output dalam sistem emonitoring.
4.1.2 Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan I
Sampai dengan akhir Triwulan I, realisasi fisik Ditjen Sumber Daya Air
sebesar 9,07%, sementara target capaian fisik 10,33%. Sehingga terdapat deviasi
progres fisik sebesar -1,26%. Capaian indikator kinerja Ditjen Sumber Daya Air
pada triwulan I sebesar 28,97%, secara umum capaian per indikator kinerja
Ditjen Sumber Daya Air masih baik karena deviasi yang terjadi masih dibawah
10%.
Gambar 4.1 memperlihatkan grafik perbandingan target dengan realisasi
fisik/output Ditjen Sumber Daya Air pada Triwulan I 2016.
Pagu paket Kontraktual pada akhir Triwulan I adalah senilai Rp. 23,883 T
dengan total paket kontraktual 4.227 paket, dengan progres pelaksanaan
pelelangan sebagaimana disajikan dalam Gambar 4.2 dan Tabel 4.1. Secara
BAB IV
Akuntabilitas Kinerja
IV-2
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
umum progres pelaksanaan kontraktual sudah baik, disebabkan karena adanya
kebijakan Pemerintah mengenai pelaksanaan lelang dini kegiatan TA 2016 dapat
dimulai pada bulan Agustus 2015.
Gambar 4.1 Kurva-S Progres Fisik Triwulan I
Namun deviasi progres fisik terjadi karena beberapa paket pekerjaan
mengalami penundaan proses lelang disebabkan antara lain DED/review desain
belum selesai, beberapa paket Tahun jamak (MYC) baru masih proses RPB
dan/atau proses pengajuan usulan kegiatan Tahun Jamak (MYC), serta masih
adanya kendala pembebasan tanah khususnya pada kegiatan pembangunan
Bendungan baik Bendungan lanjutan (Bendungan Pidekso, Tukul, Gondang,
Bendo, Gongseng, di JawaTengah dan Jawa Timur) maupun Bendungan baru.
Gambar 4.2 Status Paket Kontraktual s.d Triwulan I
2.08
5.15
10.33
1.76
4.78
9.07
0
4
8
12
Jan Feb Mar
Target Fisik Ditjen. SDA
Real Fisik Ditjen. SDA
IV-3
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Tabel 4.1 Progres Paket Kontraktual Triwulan I
Kontraktual Paket Pagu Realisasi Keuangan %
Total Kontraktual 4.227 23.883.439.046 2.105.981.527 11,85
a. Tahunan 3.929 13.701.433.245 1.407.777.833
b. MYC Baru 86 1.721.615.481 36.482.237
c. MYC Lanjutan 212 8.460.390.320 661.721.457
Tahunan 3.929 13.701.433.245 1.407.777.833 16,08
a.Terkontrak 1.914 8.755.588.694 1.407.777.833
b.Proses Lelang 953 2.670.612.945
c. Belum Lelang 1.062 2.275.231.606
d. Sisa Lelang 1.097.915.010
MYC Baru 86 1.721.615.481 36.482.237 6,50
a.Terkontrak 6 561.316.610 36.482.237
b.Proses Lelang 17 79.188.390
c. Belum Lelang 63 1.081.110.481
d. Sisa Lelang - -
MYC Lanjutan 212 8.460.390.320 661.721.457 7,82
a.Terkontrak 212 8.460.390.320 661.721.457
b.Proses Lelang - -
c. Belum Lelang - -
Selanjutnya capaian masing-masing indikator kinerja pada 7 (tujuh) pada
sasaran program sampai dengan Triwulan I dievaluasi dengan membandingkan
antara realisasi dengan target/rencana capaian. Tabel 4.2 menyajikan capaian
kinerja masing-masing indikator kinerja.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
IV-4
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Tabel 4.2 Capaian Indikator Kinerja Triwulan I
No Sasaran Program Indikator Kinerja Target Output Target Outcome Triwulan I
RN RL Kinerja
1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku
1 Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
973,98 Km 123 Buah 245 Titik
6,27 m3/detik 6,79 5,08 74,80
2 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
177,84 Km 29 Buah 237 Titik
0,92 m3/detik 22,43 16,60 73,99
3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
484 Buah 60,92 m3/detik 8,43 1,42 16,83
2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber
air
1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air 22 Waduk on going ;
8 Baru 387 Buah
52,87 juta m3 13,56 1,73 12,77
2 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air 5 Bendungan
71 Buah 7 Danau
3,73 juta m3 7,71 3,08 39,91
3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air 167 Bendungan
1.207 Buah 42 Danau
4.745,56 juta m3 10,34 2,05 19,84
3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya
rusak air 1
Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air
326,82 Km 29 Buah
18.281,89 Ha 7,46 2,26 30,33
4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola
pengelolaan Sumber Daya Air 1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 Indeks 20,00 15,00 75,00
5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air 1 Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di konservasi pada kawasan prioritas
20% 20 % 15,00 10,00 66,67
6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi
1 Peningkatan layanan jaringan irigasi 1.619 Km
19 Bendung 51.676 Ha 11,60 2,62 22,55
2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi 3.100 Km
4 Bendung 347.607 Ha 9,29 3,32 35,72
3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi 751.710 Km
554 Bendung 3.559.749 Ha 14,10 3,46 24,55
4 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan 12% 12 % - - -
7 Meningkatnya potensi energi dari sumber
daya air 1 Peningkatan potensi energi sumber air 1,35 Mw 1,35 Mw - - 0,00
Total Kinerja 10,47 3,03 28,97
Deviasi -7,44
IV-5
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Berikut adalah rincian penjelasan capaian Kinerja pada masing-masing
sasaran program berdasarkan Rencana Aksi pada Triwulan I :
1. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya layanan sarana dan
prasarana penyediaan air baku” meliputi 3 indikator Kinerja yaitu :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan I
RN RL Kinerja
1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
1 Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
973,98 Km 123 Buah 245 Titik
6,27 m3/detik
6,79 5,08 74,80
2 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
177,84 Km 29 Buah 237 Titik
0,92 m3/detik
22,43 16,60 73,99
3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
484 Buah
60,92 m3/detik
8,43 1,42 16,83
a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku,
dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 74,80% (hijau) termasuk dalam
kategori sangat baik. Capaian ini disebabkan karena beberapa paket
kegiatan sudah terkontrak sejak awal Januari 2016 karena adanya lelang
dini, dan dalam tahap pelaksanaan meskipun progres masih rendah.
Target output pada indikator kinerja ini adalah 973,98 jaringan pipa
transmisi, 123 buah prasarana intake dan embung untuk air baku dan
pengeboran 245 titik sumur air tanah. Sampai dengan Triwulan I belum
ada output maupun outcome yang tercapai karena sebagian paket dalam
tahap pelaksanaan dan sebagian dalam proses lelang dan belum lelang.
b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 73,99% (hijau) masuk
dalam kategori baik. Kegiatan rehabilitasi sarana/prasarana air baku
sebagian sudah ada yang terkontrak pada periode Januari – Maret 2016,
dan dalam tahap pelaksanaan.
c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 16,83% termasuk kategori
sangat kurang (merah), perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan
yang sangat mendasar. Hal ini disebabkan karena kegiatan operasi dan
pemeliharaan belum berjalan dan masih dalam tahap persiapan, dimana
IV-6
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
kegiatan-kegiatan operasi dan pemeliharaan sebagian besar dilakukan
dengan cara swakelola.
2. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas tampung
sumber air”, meliputi 3 indikator Kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output Target Outcome Triwulan I
RN RL Kinerja
2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air
1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air
22 Wdk On going; 8 baru, 387 buah 52,87 juta m3 13,56 1,73 12,77
2 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air
5 Bendungan; 71 buah, 7 danau 3,73 juta m3 7,71 3,08 39,91
3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air
167 Bendungan; 1.207 buah, 42
danau 4.745,56 juta m3 10,34 2,05 19,84
a. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian
kinerja sangat kurang, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang
sangat mendasar, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 12,77%
(merah). Progres kegiatan pembangunan 22 Bendungan on-going masih
dalam tahap konstruksi karena paket pekerjaan Tahun jamak. Progres
fisik pembangunan on-going yang masih rendah disebabkan adanya
kendala pembebasan lahan dan sebagian terkontrak pada periode
Triwulan IV Tahun 2015. Capaian target akan dapat diperhitungkan pada
saat konstruksi Bendungan sudah selesai. Sedangkan untuk
pembangunan 8 Bendungan baru masih ada kendala pada proses
pembebasan lahan dan beberapa masih dalam proses RPB. Capaian
target pembangunan 387 embung juga baru akan dapat diperhitungkan
pada saat konstruksi sudah selesai dibangun.
b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai
realisasi capaian kinerja fisik 39,91% (kuning). Kinerja kegiatan rehabilitasi
termasuk dalam kategori kurang, perlu perbaikan dan perubahan yang
mendasar. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa kegiatan
rehabilitasi yang masih belum berjalan atau terkontrak.
c. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai
realisasi capaian kinerja fisik 19,84% (merah) dan masuk dalam kategori
sangat kurang, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat
IV-7
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
mendasar, dikarenakan kegiatan operasi dan pemeliharaan pada
umumnya dikerjakan secara swakelola, dan sebagian belum berjalan
disebabkan masih dalam proses lelang dan persiapan DED.
3. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas
pengendalian daya rusak air”, meliputi 1 indikator Kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan I
RN RL Kinerja
3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air
1 Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air
326,82 km; 29 buah 18.281,89 Ha 7,46 2,26 30,33
a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dengan
nilai realisasi capaian Kinerja fisik 30,33% (kuning), termasuk dalam
kategori kurang, perlu perbaikan, termasuk perubahan yang mendasar.
Hal ini disebabkan karena kegiatan pengendalian daya rusak air
(pembangunan tanggul dan kanal banjir, perkuatan tebing, normalisasi
sungai, pembangunan pengendali lahar, pembangunan infrastruktur
pemecah gelombang dan tembok penahan gelombang) banyak yang
belum terkontrak atau masih dalam proses lelang atau belum lelang.
Beberapa pekerjaan Tahun jamak yang menjadi program prioritas sudah
berjalan konstruksinya namun progres masih rendah, diantaranya
normalisasi Kali Ciliwung dan Kali Cisadane, pembangunan pengamanan
Pantai di Jakarta, pengendalian Banjir Sungai Asahan (Sumatera Utara),
pengendalian banjir dan sedimen Batang Kuranji (Sumatera Barat).
4. Capaian Kinerja pada sasaran program “Meningkatkan keterpaduan tata
kelola pengelolaan sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan I
RN RL Kinerja
4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air
1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 indeks 20,00 15,00 75,00
a. Peningkatan presentase RBO Indeks, dengan nilai realisasi capaian kinerja
fisik 75,00% (hijau) masuk dalam kategori baik. Hal ini disebabkan karena
indikator kinerja yang berkaitan dengan kegiatan tata kelola internal
organisasi, keuangan, pembelajaran dan pertumbuhan organisasi, serta
IV-8
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
koordinasi dan hubungan dengan stakeholder sudah berjalan di
lingkungan Balai Besar/Balai Wilayah Sungai.
5. Capaian Kinerja pada sasaran program “Meningkatnya upaya konservasi
sumber air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan I
RN RL Kinerja
5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air
1 Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di konservasi pada kawasan prioritas
20% 20% 15,00 10,00 66,67
a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada
kawasan prioritas, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 66,67%
(hijau) termasuk dalam kategori baik, hal ini disebabkan sebagian paket
kegiatan kawasan/lokasi yang dilindungi sudah dalam tahap pelaksanaan,
diantaranya melalui kegiatan upaya perlindungan sungai dan sempadan
sungai, perlindungan terhadap mata air, serta revitalisasi danau.
6. Capaian Kinerja pada sasaran program “Meningkatnya kinerja layanan
irigasi” terdiri dari 4 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan I
RN RL Kinerja
6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi
1 Peningkatan layanan jaringan irigasi
1.619 Km 19 Bendung 51.676 Ha 11,60 2,62 22,55
2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi
3.100 Km 4 Bendung 347.607 Ha 9,29 3,32 35,72
3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi
751.710 Km 554 Bendung 3.559.749 Ha 14,10 3,46 24,55
4
Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan
12% 12% - - -
a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja
fisik 22,55% (merah) masih dalam kategori sangat kurang, perlu banyak
sekali perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar. Hal ini
disebabkan karena kegiatan pembangunan/peningkatan irigasi
permukaan, tambak dan jaringan irigasi air tanah baru 69 paket
terkontrak (antara lain DI Wadaslintang, DI Karangtalun, DI Lhok Guci, DI
IV-9
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Aek Sigeaon, DI Sitakkurak, DI Osaka, DI Kelarik, DI Siulak Deras, DI
Batang Sangkir, DI Lempuing, DI Lematang), dan sisanya dalam proses
lelang (DI Komering Paket I dan II), belum lelang (DI Kahoho, Jaringan
irigasi Tambak, DR Pulau Palas, DR Kuala Sebatu, DR Segedong, DR
Semelagi, Jaringan tata air tambak Kamanre, Jaringan tambak Luwu),
beberapa masih di blokir (Bendung Batang Asai-MYC, DI Sidey, DI
Bomberay), proses MYC (DI Air Lakitan), menunggu persetujuan RPB (DI
Baliase).
b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, mempunyai kinerja
kurang, perlu perbaikan dan perubahan mendasar dengan nilai realisasi
capaian kinerja fisik 35,72% (kuning). Paket-paket kegiatan rehabilitasi
jaringan irigasi sebagian besar sudah terkontrak namun progres
pelaksanaannya masih rendah, beberapa paket pekerjaan belum
terkontrak, beberapa masih di blokir (DI Siulak Deras, DI Limun Singkut,
DI Lempur), dan menunggu persetujuan lender dari Bank Dunia (paket
pekerjaan yang didanai WISMP II pada BBWS Citarum).
c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi
capaian kinerja fisik 24,55% (merah) termasuk dalam kategori sangat
kurang. Hal ini disebabkan karena proses lelang baru akan dilaksanakan
setelah akhir musim tanam atau pada masa pengeringan.
d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, dimana
dimaksudkan sebagai potensi daerah irigasi yang dapat diairi oleh
Bendungan yang selesai dibangun. Pada Tahun 2015 sebanyak 5
Bendungan selesai dibangun yang masing-masing mempunyai potensi
suplai air untuk daerah irigasi sebagai berikut : i) Bendungan Rajui
mempunyai potensi mengairi DI Rajui seluas 1.000 hektar; ii) Bendungan
Jatigede mempunyai potensi mengairi DI Rentang seluas 90.000 hektar
(eksisting); iii) Bendungan Bajul Mati mempunyai potensi mengairi DI
Bajul mati seluas 1.800 hektar (pengembangan); iv) Bendungan Nipah
potensi mengairi daerah irigasi seluas 1.150 hektar (pengembangan); v)
Bendungan Titab potensi untuk mengairi DI Puluran dan DI Saba seluas
1.795 hektar (eksisting). Total potensi DI yang diairi dari 5 (lima)
Bendungan tersebut seluas 95.744,82 hektar (DI eksisting kurang lebih
IV-10
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
90.000 hektar, sisanya DI pengembangan). Sehingga total daerah irigasi
yang berpotensi diairi dari Bendungan pada Tahun 2016 bertambah dari
761.542 hektar menjadi 857.286,82 hektar dari total daerah irigasi yang
ada 7.145.168 hektar (12%).
7. Capaian Kinerja pada sasaran program “Meningkatnya potensi energi dari
sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan I
RN RL Kinerja
7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air
1 Peningkatan potensi energi sumber air
1.35 MW 1,35 MW - - 0
a. Peningkatan potensi energi sumber air, dengan nilai realisasi capaian
kinerja fisik 0,00% (Merah), sangat kurang. Pengukuran kinerja pada
sasaran program ini sejalan dengan sasaran program ke-2 yaitu
meningkatnya kapasitas tampung sumber air dengan indikator kinerja
peningkatan kapasitas tampung air berupa pembangunan Bendungan
baru. Capaian target baru dapat diperhitungkan pada saat konstruksi
selesai dibangun. Hingga akhir Triwulan I TA 2016 ini pembangunan
infrastruktur Bendungan, terutama Bendungan on-going belum ada yang
selesai dan dapat beroperasi. Outcome dari indikator kinerja ini
bergantung pada outcome tampungan air waduk yang dapat
dioperasikan untuk menghasilkan energi listrik.
Faktor Penyebab Kegagalan dan Keberhasilan selama pelaksanaan
kegiatan pada Triwulan I dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Penyebab Kegagalan
Secara umum, faktor penyebab rendahnya capaian Kinerja beberapa
indikator Kinerja pada Triwulan I disebabkan antara lain :
a. Terkendala pembebasan lahan yang berkaitan dengan proses negosisasi
nilai kompensasi, proses TMKH dan PPKH yang memakan waktu cukup
lama, a.l : Bendungan Gongseng di Provinsi Jawa Tengah, Bendungan
Tugu di Provinsi Jawa Timur, Bendungan Leuwikeris di jawa Barat.
IV-11
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
b. Keterlambatan Pelelangan
1) Dana Blokir
Terdapat 6 (enam) paket pembangunan Bendungan (Rukoh/Aceh;
Sukoharjo/Lampung; Ladongi/Sulut; Ciawi/Bogor; Sukamahi/Bogor;
Cipanas/Jawa Barat) belum lelang terkendala dana masih diblokir dan
persiapan dokumen RPB untuk pengajuan ijin MYC.
2) Paket-paket MYC Baru (86 paket) belum lelang, masih melengkapi
dokumen pengusulan ijin MYC dan masalah pembebasan tanah.
3) Paket-paket kegiatan kontraktual fisik Tahunan dengan pagu < Rp.
200 juta, terutama kegiatan operasi dan pemeliharaan pada umumnya
belum dilelangkan karena masih menunggu akhir musim tanam.
c. Masalah Sosial dan Pembebasan Tanah
Pada beberapa pelaksanaan konstruksi, ditemui permasalahan sosial,
contohnya : Pembangunan Bendungan Jatigede, Sudetan Ciliwung,
Bendungan-Bendungan dan Pengendali Banjir Jabung Ring Dike (BBWS
Bengawan Solo), Bendungan Sembayat di Bengawan Solo (dikaitkan
dengan isu HAM).
2. Faktor Penyebab Keberhasilan
a. Adanya kebijakan lelang dini kegiatan Tahun 2016 yang dilaksanakan
mulai Agustus 2015.
b. DIPA 2016 sudah diterima pada Januari 2016 oleh masing-masing unit
satuan kerja.
c. Kesiapan organisasi penanggungjawab pelaksanaan, termasuk ULP dan
POKJA pada masing-masing unit satuan kerja yang dibentuk sejak awal
Tahun 2016.
d. Kesiapan atau readiness criteria (FS, AMDAL, DED) yang lebih
baik/mantap.
4.1.3 Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan II
Sampai dengan akhir Triwulan II, realisasi fisik Ditjen Sumber Daya Air
sebesar 35,61 %; realisasi keuangan 32,61 %, sementara target capaian fisik 35,74
% dan rencana penyerapan keuangan sebesar 36,98 %, sehingga terdapat
deviasi progres fisik sebesar -0,13% dan deviasi progres keuangan sebesar -
4,37%. Dibandingkan dengan progres keuangan bulan Juni Tahun 2015 sebesar
IV-12
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
26,68% dari target/rencana penyerapan sebesar 17,15%, dan realisasi progres
fisik 17,08% dari target fisik sebesar 22,88%. Secara umum capaian per indikator
kinerja Ditjen Sumber Daya Air masih baik karena deviasi yang terjadi masih
dibawah 10%.
Gambar 4.3 memperlihatkan grafik perbandingan target dan realisasi fisik
Ditjen Sumber Daya Air pada Triwulan II TA 2016.
Gambar 4.3 Kurva S Progres Fisik Triwulan II
Total paket Kontraktual sampai dengan akhir Triwulan II adalah 4.388
paket senilai 23,546 T, yang terdiri dari 3.484 Paket senilai Rp. 20,331 T (86,34%)
sudah terkontrak, 549 Paket senilai Rp. 2,172 T (9,22%) masih proses lelang dan
355 Paket senilai Rp. 1,043 T (4,42%) belum lelang. Secara umum progres
pelaksanaan kontraktual sudah baik, disebabkan karena lelang dini sudah
dimulai pada bulan September 2015. Namun deviasi progres fisik terjadi karena
adanya kendala, antara lain : belum selesainya DED/review desain kegiatan
pembangunan jaringan irigasi pada DI Batang Bayang, DI. Batang Asai, DI.
Kalukku (Sulawesi Barat), kegiatan pembangunan 8 Bendungan baru dalam
proses penyelesaian proses RPB, menunggu proses persetujuan NOL dokumen
lelang kegiatan WISMP II, penyelesaian detail desain paket-paket serta masih
adanya kendala pembebasan tanah. Sementara untuk paket-paket kegiatan
Operasi dan Pemeliharaan masih belum ada realisasi yang berarti.
Progres pelaksanaan paket-paket kontraktual hingga akhir Triwulan II
disajikan dalam Tabel 4.3 dan Gambar 4.4 sebagai berikut.
2.08
5.15
10.33
16.97
25.26
35.74
1.76
4.78
9.07
15.83
24.74
35.61
0
10
20
30
40
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Target Fisik Ditjen. SDA
Real Fisik Ditjen. SDA
IV-13
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Tabel 4.3 Progres Paket Kontraktual Triwulan II
Kontraktual Paket Pagu Realisasi Keuangan %
Total Kontraktual 4.388 23.546.621.349 6.836.352.327 33,62
a. Tahunan 4.062 13.206.058.664 4.699.861.229
b. MYC Baru 107 1.542.857.339 15.476.687
c. MYC Lanjutan 219 8.797.705.346 2.121.014.411
Tahunan 4.062 14.115.874.999 4.699.861.229 41.37
a. Terkontrak 3.260 11.359.819.418 4.699.861.229
b. Proses Lelang 479 1.380.832.140
c. Belum Lelang 323 465.407.106
d. Sisa Lelang 909.816.335
MYC Baru 107 1.542.857.339 15.476.687 8,89
a.Terkontrak 5 174.053.412 15.476.687
b.Proses Lelang 70 791.189.234
c. Belum Lelang 32 577.614.693
d. Sisa Lelang - -
MYC Lanjutan 219 8.797.705.346 2.121.014.411 24,11
a.Terkontrak 219 8.797.705.346 2.121.014.411
b.Proses Lelang - -
c. Belum Lelang - -
Gambar 4.4 Status Paket Kontraktual s.d Triwulan II
Selanjutnya capaian masing-masing indikator kinerja pada 7 (tujuh)
sasaran program pada Triwulan II dievaluasi dengan membandingkan antara
realisasi dengan target/rencana capaian. Nilai capaian yang diperoleh
IV-14
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
dikorelasikan dengan range nilai dan kategori warna pada kriteria penilaian
menurut Permen PAN & RB No. 20 Tahun 2013.
Tabel 4.4 menunjukkan realisasi kinerja masing-masing indikator kinerja
sasaran program. Sampai dengan Triwulan II, total capaian kinerja sasaran
program sebesar 90,96% (Memuaskan), dimana realisasi capaian indikator
kinerja sebesar 33,50% dari rencana 36,83%.
IV-15
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Tabel 4.4 Capaian Indikator Kinerja Triwulan II
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET OUTPUT
TARGET OUTCOME TRIWULAN II
RN RL KINERJA
1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku
1 Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
973,98 Km 123 Buah 245 Titik
6,27 m3/detik 38,84 44,70 115,08
2 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
177,84 Km 29 Buah 237 Titik
0,92 m3/detik 61,91 67,88 109,64
3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
484 Buah 60,92 m3/detik 39,52 33,20 84,01
2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air
1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air 22 Wdk on
going ; 8 Baru 387 Buah
52,87 juta m3 38,85 25,39 65,36
2 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air 5 Bendungan
71 Buah 7 Danau
3,73 juta m3 37,36 34,41 92,11
3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air 167 Bendungan
1.207 Buah 42 Danau
4.745,56 juta m3 42,90 29,55 68,88
3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak
air 1
Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air
326,82 Km 29 Buah
18.281,89 Ha 31,01 31,99 103,15
4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola
pengelolaan Sumber Daya Air 1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 Indeks 40,00 35,00 87,50
5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air 1 Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di konservasi pada kawasan prioritas
20% 20 % 35,00 30,00 85,71
6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi
1 Peningkatan layanan jaringan irigasi 1.619 Km
19 Bendung 51.676 Ha 34,19 28,78 84,18
2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi 3.100 Km
4 Bendung 347.607 Ha 36,06 40,70 112,85
3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi 751.710 Km
554 Bendung 3.559.749 Ha 45,82 36,64 79,96
4 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan 12% 12 % - - -
7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air 1 Peningkatan potensi energi sumber air 1,35 Mw 1,35 Mw 0,00 0,00 0,00
Total Kinerja 36,83 33,50 90,96
Deviasi (3,33)
IV-16
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Berikut adalah rincian penjelasan capaian Kinerja Ditjen Sumber Daya Air
berdasarkan uraian Rencana Aksi pada Triwulan II :
1. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya layanan sarana dan
prasarana penyediaan air baku” meliputi 3 indikator Kinerja yaitu :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan II
RN RL Kinerja 1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
1 Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
973,98 Km 123 Buah 245 Titik
6,27 m3/detik 38,84 44,70 115,08
2 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
177,84 Km 29 Buah 237 Titik
0,92 m3/detik 61,91 67,88 109,64
3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
484 Buah
60,92 m3/detik 39,52 33,20 84,01
a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku,
dengan nilai capaian kinerja 115,08% (biru) masuk dalam kategori
memuaskan. Capaian kinerja pada indikator ini dapat melampaui target
yang telah ditetapkan. Hal ini dicapai karena pelaksanaan kegiatan yang
meliputi pembangunan air baku perpipaan, pembuatan sumur bor untuk
air baku sudah berjalan. Paket-paket kegiatan penyediaan sasarana dan
prasarana air baku pada umumnya berkisar Rp. 1,0 m – Rp. 3,0 m.
b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku, dengan nilai capaian kinerja 109,64% (biru), masuk dalam
kategori memuaskan. Kegiatan rehabilitasi sarana dan prasarana air baku
sudah berjalan bahkan melampaui target yang telah ditetapkan. Kegiatan
rehabilitasi prasarana dan sarana air baku pada umumnya berskala kecil.
c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku, berkinerja sangat baik dengan nilai capaian 84,01% (biru muda).
Indikator kinerja ini merupakan realisasi kegiatan operasi pemeliharaan
sudah dalam tahap pelaksanaan.
2. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas tampung
sumber air”, meliputi 3 indikator Kinerja :
IV-17
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output Target Outcome Triwulan II
RN RL Kinerja
2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air
1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air
22 Wdk On going; 8 baru,
387 buah 52,87 juta m3 38,85 25,39 65,36
2 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air
5 Bendungan; 71 buah, 7
danau 3,73 juta m3 37,36 34,41 92,11
3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air
167 Bendungan;
1.207 buah, 42 danau
4.745,56 juta m3 42,90 29,55 68,88
a. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dengan kinerja baik, dan
perlu perbaikan, dengan nilai realisasi capaian 65,36% (hijau). Untuk
pekerjaan pembangunan 22 (dua puluh dua) Bendungan on going dalam
tahap konstruksi dan sebagian besar menunjukkan progres yang
signifikan di atas 50% baik fisik maupun keuangan. Beberapa Bendungan
yang progresnya masih rendah terkendala pada proses pembebasan
lahan (antara lain Bendungan Kuningan, Bendungan Muara Sei Gong,
Bendungan Karalloe, Bendungan Sindang Heula, Waduk Gongseng).
Sementara untuk 8 Bendungan baru, 2 Bendungan yaitu Bendungan
Kuwil dan Bendungan Leuwikeris masih dalam tahap proses lelang,
sedangkan 6 Bendungan lainnya (Bendungan Rukoh, Bendungan Ciawi,
Bendungan Sukamahi, Bendungan Cipanas, Bendungan Ladongi, dan
Bendungan Sukoharjo) dalam proses RPB. Progres pembangunan 387
buah embung dalam tahap pelaksanaan.
b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai
realisasi capaian Kinerja 92,11% (biru). Kinerja kegiatan rehabilitasi
termasuk dalam kategori memuaskan. Capaian kinerja pada indikator ini
sangat baik karena kegiatan rehabilitasi Bendungan, embung dan
bangunan penampung air lainnya dalam tahap pelaksanaan dan dapat
melampaui target yang telah ditetapkan.
c. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai
realisasi capaian kinerja 68,88% (hijau) dan masuk dalam kategori baik,
dan perlu peningkatan Kegiatan operasi dan pemeliharaan pada
IV-18
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
beberapa bangunan penampung sumber air sudah mulai berjalan dalam
tahap pelaksanaan.
3. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas
pengendalian daya rusak air”, meliputi 1 indikator Kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan II
RN RL Kinerja
3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air
1 Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air
326,82 km; 29 buah 18.281,89 Ha 31,01 31,99 103,15
a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dengan
nilai capaian Kinerja 103,15% (biru) termasuk dalam kategori memuaskan
dapat melampaui target yang telah ditetapkan, dikarenakan sebagian
besar (70% dari total paket) kegiatan pengendalian daya rusak air sudah
dalam tahap pelaksanaan.
4. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan keterpaduan tata
kelola pengelolaan sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan II
RN RL Kinerja
4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air
1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 indeks 40,00 35,00 87,50
a. Peningkatan presentase RBO Indeks, dengan nilai realisasi capaian kinerja
87,50% (biru) masuk dalam kategori memuaskan. Hal ini disebabkan
karena indikator kinerja yang berkaitan dengan kegiatan wajib balai
meliputi tata kelola internal organisasi, keuangan, penyusunan pola dan
rencana PSDA, koordinasi terkait alokasi air (RAAT-Rencana Alokasi Air
Tahunan), hidrologi dan kualitas air, Sistem Informasi dan Data SDA
(SISDA) serta koordinasi dan hubungan dengan stakeholder melalui
TKPSDA sudah berjalan dengan baik di masing-masing BBWS/BWS.
5. Capaian kinerja pada sasaran strategis “Meningkatnya upaya konservasi
sumber air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan II
RN RL Kinerja 5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air
1 Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di konservasi pada kawasan prioritas
20% 20% 35,00 30,00 85,71
IV-19
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan
prioritas, dengan nilai capaian kinerja 85,71% (biru) termasuk dalam
kategori memuaskan, hal ini disebabkan sebagian paket kegiatan
perlindungan sungai dan sempadan sungai, perlindungan terhadap mata
air, serta revitalisasi danau sudah dalam tahap pelaksanaan.
6. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya kinerja layanan
irigasi” terdiri dari 4 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan II
RN RL Kinerja 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi
1 Peningkatan layanan jaringan irigasi
1.619 Km 19 Bendung
51.676 Ha 34,19 28,78 84,18
2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi
3.100 Km 4 Bendung
347.607 Ha 36,06 40,70 112,85
3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi
751.710 Km 554 Bendung 3.559.749 Ha 45,82 36,64 79,96
4
Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan
12% 12% - - -
a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja
84,18% (biru muda) termasuk dalam kategori memuaskan. Hal ini
disebabkan karena 75% dari kegiatan pembangunan/peningkatan irigasi
permukaan, irigasi rawa, tambak dan jaringan irigasi air tanah sudah
dalam tahap pelaksanaan, sebagian sisanya dalam proses lelang.
b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, mempunyai kinerja
memuaskan, melampaui target yang telah ditetapkan, dengan nilai
capaian kinerja 112,85% dikarenakan pekerjaan rehabilitasi
bendung/jaringan irigasi sudah dalam tahap pelaksanaan konstruksi.
c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai kinerja 79,96%
(biru muda) termasuk dalam kategori sangat baik. Kegiatan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi sudah dalam tahap pelaksanaan dan
sebagian sisanya dalam proses lelang.
d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, dimana
dimaksudkan sebagai potensi daerah irigasi yang dapat diairi oleh
Bendungan yang selesai dibangun. Pada Tahun 2015 sebanyak 5
Bendungan selesai dibangun (Rajui, Jatigede, Bajul Mati, Nipah, dan
Titab) yang masing-masing mempunyai potensi suplai air untuk daerah
IV-20
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
irigasi total seluas 95.744,82 hektar. Sehingga potensi daerah irigasi yang
diairi dari Bendungan bertambah dari 761.542 hektar menjadi 857.286,82
hektar dari total daerah irigasi yang ada 7.145.168 hektar.
7. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya potensi energi dari
sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan II
RN RL Kinerja 7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air
1 Peningkatan potensi energi sumber air 1.35 MW 1,35 MW - - 0
a. Peningkatan potensi energi sumber air, dengan nilai capaian kinerja 0%
(merah) termasuk dalam kategori sangat kurang. Pengukuran kinerja
pada sasaran program ini sejalan dengan sasaran program ke-2 yaitu
meningkatnya kapasitas tampung sumber air dengan indikator kinerja
peningkatan kapasitas tampung air berupa pembangunan Bendungan
baru. Capaian target baru dapat diperhitungkan pada saat konstruksi
selesai dibangun. Hingga akhir Triwulan II TA 2016 ini pembangunan
infrastruktur Bendungan on-going belum ada yang selesai sedangkan
sebanyak 8 Bendungan baru dalam Tahun 2016 belum ada yang
terkontrak, masih ada kendala pada proses pembebasan lahan dan
beberapa masih dalam proses RPB dan pengusulan persetujuan Kontrak
Tahun Jamak.
Faktor Penyebab Kegagalan dan Keberhasilan selama pelaksanaan
kegiatan pada Triwulan II dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Penyebab Kegagalan
Secara umum, faktor penyebab rendahnya capaian Kinerja beberapa
indikator Kinerja pada Triwulan II disebabkan antara lain :
a. Terkendala pembebasan lahan, beberapa proses tukar menukar
kawasan hutan (TMKH) belum selesai, (TMKH dan PPKH) a.l :
Bendungan Gongseng di Provinsi Jawa Tengah, Bendungan Tugu di
Provinsi Jawa Timur, Bendungan Tanju di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
IV-21
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
b. Keterlambatan Pelelangan
1) Dana Blokir
Terdapat 6 (enam) paket pembangunan Bendungan (Rukoh/Aceh;
Leuwikeris/Jawa Barat; Ladongi/Sulut; Ciawi/Bogor; Sukamahi/
Bogor; Cipanas/Jawa Barat) belum lelang terkendala dana masih
diblokir dan persiapan dokumen RPB untuk pengajuan ijin MYC.
2) Paket-paket MYC Baru (56 paket) belum lelang, masih melengkapi
dokumen pengusulan ijin MYC dan masalah pembebasan tanah.
3) Paket-paket kegiatan kontraktual fisik Tahunan dengan pagu < Rp.
200 juta, terutama kegiatan operasi dan pemeliharaan pada
umumnya belum dilelangkan karena masih menunggu akhir musim
tanam.
4) Dokumen SID yang sudah tidak relevan dengan kondisi lapangan
sehingga mengakibatkan terjadi permasalahan dalam proses
pengadaannya, dan diperlukan tindak lanjut review desain pada
kegiatan pembangunan tanggul banjir di Kab. Tangerang dan
kegiatan modernisasi jaringan irigasi Rentang di Kab. Majalengka
dan Kab. Indramayu.
c. Masalah Sosial dan Pembebasan Tanah
1) Pada beberapa pelaksanaan kegiatan konstruksi ditemui
permasalahan sosial, diantaranya masih ada masyarakat yang
menuntut pembayaran bangunan baru (bangunan hantu) pada
pembangunan Bendungan Jatigede, sengketa tanah antar warga
pada pembangunan Daerah Irigasi Jabung.
2) Belum adanya kesepakatan besarnya nilai kompensasi pembebasan
tanah dengan masyarakat pada lokasi-lokasi pembangunan
Bendungan antara lain Bendungan Tukul, Bendungan Pidekso,
Bendungan Gondang di Jawa Tengah, dan Bendungan Karalloe di
Prov. Sulawesi Selatan.
d. Penyelesaian review desain
Masih terdapat kegiatan-kegiatan yang memerlukan penyesuain desain
di lapangan, antara lain : Pembangunan Jaringan irigasi Batang Asai,
IV-22
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Pembangunan Jaringan Irigasi Batang Bayang, Pembangunan Jaringan
Irigasi Kalukku (Pompengan Jeneberang), Bendungan Rukoh (Aceh).
e. Kebijakan Pemerintah (Penghematan)
Pada Bulan Mei 2016 pemerintah menerapkan kebijakan melalui
Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah
Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
Tahun Anggaran 2016. Kebijakan penghematan diantaranya dilakukan
terhadap anggaran dari kegiatan yang belum dikontrakkan atau yang
tidak akan dilaksanakan hingga akhir Tahun serta kegiatan yang tidak
mendesak atau dapat dilanjutkan (carry over) ke Tahun anggaran
berikutnya. Dengan adanya kebijakan tersebut alokasi DIPA TA 2016
Ditjen Sumber Daya Air dipotong sebesar Rp. 1,960 T, hal ini tentu akan
berdampak pada proses revisi DIPA BBWS/BWS, menghambat proses
pelaksanaan kegiatan lapangan, berkurangnya capaian output,
terutama untuk paket-paket pekerjaan yang belum dikontrakkan.
2. Faktor Penyebab Keberhasilan
a. Pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus untuk mengantisipasi kendala dan hambatan
pelaksanaan.
b. Menyelenggarakan pelaksanaan sistem manajemen mutu dalam
melakukan audit internal terhadap proses pelaksanaan kegiatan di
lingkungan unit Satuan Kerja BBWS/BWS.
c. Memberdayakan seluruh sumber daya peralatan untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan, dan pekerjaan-
pekerjaan lainnya.
d. Mengaktifkan seluruh personil Direksi dan Pengawas dalam melakukan
kegiatan pemantauan.
e. Adanya dukungan dari pimpinan baik di tingkat Pusat maupun Daerah
untuk turut memantau seluruh proses pelaksanaan program dan
kegiatan di masing-masing BBWS/BWS.
IV-23
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Upaya tindak lanjut yang dilakukan adalah :
a. Percepatan persiapan pelaksanaan dan persiapan lelang untuk beberapa
paket Bendungan dan paket-paket pada kegiatan tata air tambak yang
dibangun/ditingkatkan (supervisi dan SID).
b. Percepatan proses pembebasan tanah dengan pembentukan satgas tanah
yang bertujuan membantu pelaksanaan pembebasan tanah di wilayah yang
mengalami masalah pembebasan lahan.
c. Percepatan pelaksanaan audit BPKP terkait paket eskalasi yang belum
dibayarkan.
d. Penyiapan data dukung yang diperlukan dalam rangka pembukaan blokir di
12 Satker yang berada di Lingkungan Ditjen Sumber Daya Air.
4.1.4 Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan III
Sampai dengan akhir Triwulan III, realisasi pelaksanaan fisik Ditjen
Sumber Daya Air sebesar 60,29%; realisasi keuangan 52,25 % (Rp. 15,07 T),
sementara target capaian fisik 71,66% dan rencana penyerapan keuangan
sebesar 71,84 % sehingga terdapat deviasi progres fisik sebesar -11,37%. Deviasi
capaian per indikator kinerja Ditjen Sumber Daya Air sangat tinggi mencapai
>10% baik untuk target fisik maupun keuangan. Gambar 4.5 memperlihatkan
grafik perbandingan target dengan realisasi fisik Ditjen Sumber Daya Air pada
Triwulan III 2016.
Gambar 4.5 Kurva S Progres Fisik Triwulan III
2,08 5,15
10,33
16,97
25,26
35,74
46,71
59,01
71,66
1,76 4,78
9,07
15,83
24,74
35,61
42,51
53,32
60,29
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
Target Fisik Ditjen. SDA
Real Fisik Ditjen. SDA
IV-24
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Total paket Kontraktual pada akhir triwulan III adalah sebanyak 4.382
paket dengan nilai pagu Rp. 22,079 T, dengan status progres kontraktual: sudah
terkontrak 4.186 Paket senilai Rp. 21,107 T (95,60%); 123 Paket senilai Rp. 689,49
T (3,12%) dalam proses lelang; dan 73 Paket senilai Rp. 282,16 M (1,28%) belum
lelang. Secara umum progres pelaksanaan kontraktual sudah baik, disebabkan
karena lelang dini sudah dimulai pada bulan September 2015 juga beberapa
paket MYC sudah dalam proses lelang karena ijin MYC sudah keluar. Deviasi
progres fisik terjadi karena beberapa paket pekerjaan mengalami penundaan
proses lelang disebabkan antara lain DED/review desain belum selesai,
beberapa paket masih proses RPB, menunggu proses persetujuan NOL
dokumen lelang, serta masih adanya kendala pembebasan tanah.
Progres pelaksanaan paket-paket kontraktual hingga akhir Triwulan III
disajikan dalam Tabel 4.5 dan Gambar 4.6 sebagai berikut.
Tabel 4.5 Progres Paket Kontraktual Triwulan III
Kontraktual Paket Pagu Realisasi Keuangan %
Total Kontraktual 4.382 22.079.341.530 11.791.712.250 55,86
a. Tahunan 4.039 12.643.955.924 7.781.972.937
b. MYC Baru 118 1.659.677.308 527.042.162
c. MYC Lanjutan 225 7.775.708.298 3.482.697.151
Tahunan 4.039 13.555.779.006 7.781.972.937 62,71
a. Terkontrak 3.890 12.409.935.737 7.781.972.937
b. Proses Lelang 91 115.800.985
c. Belum Lelang 58 118.219.202
d. Sisa Lelang 911.823.082
MYC Baru 118 1.729.191.768 527.042.162 57,16
a.Terkontrak 71 922.045.005 527.042.162
b.Proses Lelang 32 573.694.385
c. Belum Lelang 15 163.937.918
d. Sisa Lelang - 69.514.460
MYC Lanjutan 225 7.775.708.298 3.482.697.151 44,79
a.Terkontrak 225 7.775.708.298 3.482.697.151
b.Proses Lelang - -
c. Belum Lelang - -
IV-25
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Gambar 4.6 Status Paket Kontraktual s.d Triwulan III
Selanjutnya capaian masing-masing indikator kinerja pada 7 (tujuh)
sasaran program pada Triwulan III dievaluasi dengan membandingkan antara
realisasi dengan target/rencana capaian.
Sampai dengan Triwulan III, total capaian kinerja sasaran program
mencapai 47,84% (kuning), dimana realisasi kinerja 34,30% dari rencana 71,69%.
Capaian kinerja masuk dalam katagori kurang, dan masih perlu banyak
perbaikan.
IV-26
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Tabel 4.6 Capaian Indikator Kinerja Triwulan III
8 SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET OUTPUT
TARGET OUTCOME TRIWULAN III
RN RL KINERJA
1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku
1 Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
973,98 Km 123 Buah 245 Titik
6,27 m3/detik 80,90 49,68 61,40
2 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
177,84 Km 29 Buah 237 Titik
0,92 m3/detik 89,30 68,85 77,10
3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
484 Buah 60,92 m3/detik 74,20 32,70 44,07
2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air
1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air 22 Wdk on
going ; 8 Baru 387 Buah
52,87 juta m3 73,74 19,78 26,82
2 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air 5 Bendungan
71 Buah 7 Danau
3,73 juta m3 68,88 34,44 50,00
3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air 167 Bendungan
1.207 Buah 42 Danau
4.745,56 juta m3 80,75 29,59 36,64
3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak
air 1
Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air
326,82 Km 29 Buah
18.281,89 Ha 65,54 33,83 51,61
4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola
pengelolaan Sumber Daya Air 1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 Indeks 71,41 52,48 73,49
5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air 1 Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di konservasi pada kawasan prioritas
0,2 20 % 78,60 37,37 47,55
6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi
1 Peningkatan layanan jaringan irigasi 1.619 Km
19 Bendung 51.676 Ha 61,70 25,35 41,08
2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi 3.100 Km
4 Bendung 347.607 Ha 74,76 47,59 63,65
3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi 751.710 Km
554 Bendung 3.559.749 Ha 75,15 31,34 41,71
4 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan 12% 12 % - - -
7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air 1 Peningkatan potensi energi sumber air 1,35 Mw 1,35 Mw 0,00 0,00 0,00
Total Kinerja 71,69 34,30 47,84
Deviasi (37,39)
IV-27
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Berikut adalah rincian penjelasan capaian Kinerja Ditjen Sumber Daya Air
berdasarkan uraian Rencana Aksi pada Triwulan III :
1. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya layanan sarana dan
prasarana penyediaan air baku” meliputi 3 indikator Kinerja yaitu :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan III
RN RL Kinerja
1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
1 Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
973,98 Km 123 Buah 245 Titik
6,27 m3/detik 80,90 49,69 61,40
2 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
177,84 Km 29 Buah 237 Titik
0,92 m3/detik 89,30 68,85 77,10
3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
484 Buah
60,92 m3/detik 74,20 32,70 44,07
a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku,
dengan nilai realisasi capaian kinerja 61,40% (ungu), masuk dalam
kategori cukup (memadai). Kemajuan pelaksanaan kegiatan
pembangunan sasarana dan prasarana penyediaan air baku masih rendah
yaitu 49,68%, sedangkan progres fisik Ditjen Sumber Daya Air sudah
mencapai 60,29%. Progres pelaksanaan fisik yang masih rendah antara
lain terkendala dalam hal sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah
setempat, masalah sosial berupa pipa yang dibakar oleh masyarakat yang
terjadi di NTB dan Kalimantan, masalah sosial yang timbul akibat
penolakan masyarakat.
b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku, dengan nilai realisasi capaian kinerja 77,10% (biru muda), masuk
dalam kategori baik. Progres pelaksanaan fisik untuk rehabilitasi sarana
dan prasarana penyediaan air baku sebesar 68,85%. Kegiatan rehabilitasi
sarana dan prasarana air baku sudah dalam tahap pelaksanaan.
c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku, berkinerja kurang dengan nilai capaian 44,07%. Indikator kinerja ini
merupakan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang sebagian
dilaksanakan melalui swakelola.
2. Pengukuran capaian pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas
tampung sumber air”, meliputi 3 indikator Kinerja :
IV-28
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output Target Outcome Triwulan III
RN RL Kinerja 2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air
1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air
22 Wdk On going; 8 baru,
387 buah 52,87 juta m3 73,74 19,78 26,82
2 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air
5 Bendungan; 71 buah, 7
danau 3,73 juta m3 68,88 34,44 50,00
3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air
167 Bendungan;
1.207 buah, 42 danau
4.745,56 juta m3 80,75 29,59 36,64
a. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian
kinerja 26,82% (merah), dengan kinerja sangat kurang. Hal ini disebabkan
karena permasalahan pembebasan lahan, terutama masalah penetapan
nilai kompensasi yang belum selesai pada pembangunan Bendungan-
Bendungan on-going (antara lain : Bendungan Tukul, Bendungan Pidekso,
Bendungan Gondang di Jawa Tengah, dan Bendungan Karalloe di Prov.
Sulawesi Selatan), terkendala dengan proses penggantian lahan hutan
lindung (Bendungan Gongseng dan Bendungan Tukul), dan dari 8
(delapan) Bendungan baru sampai dengan akhir triwulan III hanya 2 (dua)
Bendungan yaitu Kuwil Kawangkoan dan Way Sekampung yang telah
terkontrak, sedangkan 6 (enam) Bendungan baru lainnya masih dalam
tahap proses lelang.
b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai
realisasi capaian kinerja 50% (kuning). Kinerja kegiatan rehabilitasi
termasuk dalam kategori kurang. Capaian kinerja pada indikator ini
kurang dikarenakan keterlambatan proses pelelangan. Beberapa
kegiatan juga mengalami keterlambatan karena harus menunggu
persetujuan NOL dari lender.
c. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisai
capaian kinerja 36,64% (kuning) dan masuk dalam kategori kurang.
Beberapa kegiatan operasi dan pemeliharaan di lapangan terlambat
dilaksanakan karena cuaca ekstrim disebabkan oleh hujan yang lebat.
3. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas
pengendalian daya rusak air”, meliputi 1 indikator Kinerja :
IV-29
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan III
RN RL Kinerja
3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air
1 Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air
326,82 km; 29 buah 18.281,89 Ha 65,54 33,83 51,61
a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dengan
nilai realisasi capaian kinerja 51,61% (ungu), termasuk dalam kategori
cukup, dan perlu penikatan yang mendasar. Beberapa paket sudah dalam
tahap pelaksanaan, namun terdapat kegiatan yang membutuhkan review
desain karena dokumen SID sudah tidak relevan lagi dengan kondisi di
lapangan, antara lain kegiatan-kegiatan yang masuk dalam program
Upper Citarum Basin Flood Management Sector Loan (JICA IP-559) yang
meliputi peningkatan kapasitas Sungai Cimande, Sungai Cikijing dan
Sungai Cikeuruh Hilir, dan terkendala pembebasan lahan pada kegiatan
perbaikan sungai Kota Manado (River Improvement of Lower Reaches of
Tondano River Segment II dan II) yang didanai Loan JICA IP-551.
4. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan keterpaduan tata
kelola pengelolaan sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan III
RN RL Kinerja
4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air
1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 indeks 71,41 52,48 73,49
a. Peningkatan Presentase RBO Indeks, dengan nilai realisasi capaian kinerja
73,49% (hijau), masuk dalam kategori baik. Hal ini disebabkan karena
indikator kinerja yang berkaitan dengan kegiatan tata kelola internal
organisasi, keuangan, pembelajaran dan pertumbuhan organisasi , serta
koordinasi dan hubungan dengan stakeholder sudah berjalan di masing-
masing 34 BBWS/BWS. Kegiatan wajib balai untuk mendukung sasaran
program meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber
Daya Air berupa layanan teknis tata kelola pegelolaan SDA terpadu,
komunikasi dan layanan publik, sistem data dan informasi SDA, rencana
pengelolaan SDA WS kewenangan pusat, hidrologi dan kualitas air,
IV-30
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
rekomendasi teknis, alokasi air, pengelolaan BMN, serta kelembagaan
pengelolaan SDA.
5. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya upaya konservasi
sumber air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan III
RN RL Kinerja 5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air
1 Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di konservasi pada kawasan prioritas
20% 20% 78,60 37,37 47,55
a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan
prioritas, dengan nilai realisasi capaian kinerja 47,55% (kuning), termasuk
dalam kategori kurang. Terlambatnya kegiatan di lapangan karena
adanya cuaca ekstrim atau hujan pada lokasi yang dikerjakan berupa
paket kegiatan kawasan/lokasi yang dilindungi berupa kegiatan
perlindungan sungai dan sempadan sungai, perlindungan terhadap mata
air, serta revitalisasi danau dalam tahap pelaksanaan.
6. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya kinerja layanan
irigasi” terdiri dari 4 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan III
RN RL Kinerja 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi
1 Peningkatan layanan jaringan irigasi
1.619 Km 19 Bendung
51.676 Ha 61,70 25,35 41,08
2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi
3.100 Km 4 Bendung
347.607 Ha 74,76 47,59 63,65
3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi
751.710 Km 554 Bendung 3.559.749 Ha 75,15 31,34 71,71
4
Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan
12% 12 % - - -
a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja
41,08% (kuning) termasuk dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan
karena beberapa paket kegiatan pembangunan jaringan irigasi berskala
besar yang masih mengalami kendala, yaitu :
1) Paket terlambat lelang :
a) Pemantapan desain (DI Jambo Aye, DI Sausu, DI Gumbasa).
b) Menunggu NOL dari Bank Dunia (Di Jatiluhur – 4 Paket).
c) Loan belum efektif (DI Jabung Kanan).
IV-31
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
d) Desain belum ada (DI Batang Bayang, DI Kaluku).
e) Lahan belum bebas (Di Batng Asai, Di Batang Bayang).
2) Pembebasan Lahan :
a) Dana kurang (DI Osaka, DI Sei Wampu)
b) Penolakan masyarakat (DI Batang Sinamar, DI Amandit, DI Batang
Alai).
c) LARAP belum selesai (DI Jabung, DI Leuwigoong, DI Rengrang, DI
Randangan).
3) Jadwal pengeringan (Di Progomanggis, DI Boro, DI Wadaslintang, DI
Komering, DI Belitang).
4) Kinerja kontraktor (DI Lhok Guci).
5) Perubahan desain :
a) Pemindahan lokasi/trase (DI Lempuing).
b) Perubahan item pekerjaan (DI Klambu kiri, DI Klambu kanan).
6) Pengeringan dan tinggi muka air sungai (DI Pemali/Talang Poncol).
7) Dana blokir (48 paket, antara lain DI Siulak Deras, DI Limun Singkut, DI
Jamut, DR Segedong dll).
b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi
capaian kinerja 63,65% (ungu), masuk dalam katagori kinerja cukup.
Sebagian besar paket-paket kegiatan kontraktual sudah berjalan, antara
lain rehabilitasi jaringan irigasi dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak di
BBWS Pemali Juana (Prov. Jawa Tengah), rehabilitasi jaringan irigasi
Rawa Percut dan Pematang Cermai di BWS Sumatera II (Sumatera Utara).
c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi
capaian kinerja 41,71% (kuning) termasuk dalam kategori kurang.
Terlambatnya kegiatan di lapangan karena adanya cuaca ekstrim atau
hujan pada lokasi daerah irigasi yang dikerjakan. Paket-paket kegiatan ini
merupakan kegiatan swakelola yang pada umumnya mulai dilaksanakan
pada akhir Triwulan III.
d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, dimana
dimaksudkan sebagai potensi daerah irigasi yang dapat diairi oleh
Bendungan yang selesai dibangun. Pada Tahun 2015 sebanyak 5
Bendungan selesai dibangun (Rajui, Jatigede, Bajul Mati, Nipah, dan
IV-32
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Titab) yang masing-masing mempunyai potensi suplai air untuk daerah
irigasi total seluas 95.744,82 Ha. Sehingga potensi daerah irigasi yang
diairi dari Bendungan bertambah dari 761.542 Ha menjadi 857.286,82 Ha
dari total daerah irigasi yang ada 7.145.168 Ha.
7. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya potensi energi dari
sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan III
RN RL Kinerja 7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air
1 Peningkatan potensi energi sumber air 1.35 MW 1,35 MW - - 0
a. Peningkatan potensi energi sumber air, dengan nilai realisasi capaian
kinerja 0% (merah), termasuk dalam kategori sangat kurang, perlu banyak
sekali perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar. Hal ini
disebabkan karena pembangunan infrastruktur Bendungan masih
mengalami beberapa kendala pembebasan lahan yang terkait dengan
masalah pembayaran kompensasi yang terhambat.
Faktor Penyebab Kegagalan dan Keberhasilan selama pelaksanaan
kegiatan pada Triwulan III dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Penyebab Kegagalan
a. Masih terkendala permasalahan pembebasan lahan (TMKH, PPKH, ganti
rugi, alokasi dana) untuk beberapa pembangunan Bendungan on-going
antara lain Bendungan Gongseng, Bendungan Pidekso, Bendungan
Gondang di Provinsi Jawa Tengah, Bendungan Tugu, Bendungan Tukul di
Provinsi Jawa Timur, Bendungan Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan,
Bendungan Lolak di Provinsi Sulawesi Utara.
b. Belum adanya kesepakatan nilai kompensasi untuk pembayaran ganti
rugi dengan masyarakat pemilik tanah antara lain Bendungan Tukul,
Bendungan Pidekso, Bendungan Gondang di Jawa Tengah, dan
Bendungan Karalloe di Prov. Sulawesi Selatan.
c. Keterlambatan Pelelangan
1) Keterlambatan pelelangan terjadi karena terkendala dana yang
diblokir. Hingga akhir triwulan III, masih ada 4 (empat) paket
pembangunan Bendungan sedang dalam tahap proses lelang
IV-33
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
(Bendungan Ciawi, Bendungan Cipanas, Bendungan Leuwikeris dan
Bendungan Ladongi). Sedangkan 2 (dua) Bendungan belum proses
lelang (Bendungan Sukamahi dan Bendungan Napun Gete). Begitu
juga halnya dengan kegiatan irigasi dan rawa, dimana masih terdapat
48 paket yang dananya masih diblokir (diantaranya DI Siulak Deras, Di
Limun Singkut, DI Jamut).
2) Paket-paket MYC Baru (15 paket) belum lelang, sebagian paket proses
review desainnya belum selesai (DI Batang Bayang, DI Kalukku),
keterlambatan penyelesaian DED oleh konsultan dari Lender (JICA IP-
559 BBWS Citarum – 3 paket), keterlambatan persetujuan/NOL Bank
Dunia untuk paket-paket WISMP II (BBWS Citarum – 4 paket) dan
Loan belum efektif (IPDMIP, URSIS, ESP, URIP).
3) Paket-paket kegiatan kontraktual fisik kegiatan operasi dan
pemeliharaan (17 paket) belum dilelangkan diantaranya akibat
permasalahan hak ulayat (BWS Papua), kehati-hatian dalam
pelaksanaan pekerjaan (BBWS Pompengan Jeneberang), penyesuaian
output dan akun dalam pelaksanaan WISMP II dan P3TGAI (BBWS
Serayu Opak) serta realisasi keuangan menunggu hasil verifikasi BPKP
(BWS Sumatera I).
d. Masalah Sosial
Pada beberapa pelaksanaan kegiatan konstruksi ditemui permasalahan
sosial, diantaranya masih ada masyarakat yang menuntut pembayaran
bangunan baru (bangunan hantu) pada pembangunan Bendungan
Jatigede, sengketa tanah antar warga pada pembangunan Daerah irigasi
Jabung, penolakan masyarakat terhadap proses ganti rugi lahan oleh
pemilik tanah (Sudetan Kali Ciliwung, inlet/outlet Kali Ciliwung).
e. Kebijakan Pemerintah (selfblocking)
Pada Bulan Agustus 2016 pemerintah menerapkan kebijakan melalui
Instruksi Presiden RI No. 8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah
Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran
2016. Kebijakan penghematan dilakukan terhadap anggaran dari kegiatan
yang belum dikontrakkan atau yang tidak akan dilaksanakan hingga akhir
IV-34
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Tahun serta kegiatan yang tidak mendesak atau dapat dilanjutkan (carry
over) ke Tahun anggaran berikutnya dan memastikan anggarannya tidak
dicairkan melalui blokir mandiri (selfblocking). Dengan adanya kebijakan
tersebut akan berdampak pada berkurangnya capaian output terutama
pada beberapa paket pekerjaan yang belum dikontrakkan.
2. Faktor Penyebab Keberhasilan
Sampai dengan Triwulan III, progres atau kemajuan pekerjaan sangat rendah
dibandingkan dengan Triwulan II. Secara kumulatif, kenaikan progres
semakin kecil yang bekisar antara 0,25% – 0,35% perhari. Beberapa indikator
kinerja memiliki progres yang cukup memadai yang dipengaruhi oleh :
a. Skala paket dengan nilai pagu berkisar Rp. 1,0 m – Rp. 2,0 m pada paket
kegiatan-kegiatan rehabilitasi.
b. Persiapan perencanaan atau desain rehabilitasi yang sudah ada.
c. Tidak ada masalah sosial dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Upaya tindak lanjut yang dilakukan adalah :
1. Terhadap paket-paket yang belum/proses lelang :
a. Mempercepat pelaksanaan pelelangang paket-paket kegiatan.
b. Melakukan pemotongan mandiri (selfblocking) terhadap paket-paket
yang dapat ditunda untuk dilaksanakan TA 2017.
c. Mempercepat proses RPB bagi proyek-proyek MYC untuk segera
dilelangkan dan mempercepat ijin MYC dari Kementerian Keuangan.
2. Terhadap paket pada tahap pelaksanaan :
a. Mempercepat pelaksanaan fisik di lapangan dengan menginstruksikan
untuk menambah jam kerja (2 shift), menambah tenaga kerja, dan
menambah alat di lapangan.
b. Memerintahkan para Satker/SNVT untuk melakukan penyerapan
keuangan khususnya bagi Satker/SNVT yang deviasi antara progres fisik
dan keuangan > 5%.
c. Melakukan pemotongan/pembatalan alokasi dana yang bersumber dari
pinjaman luar negeri yang belum ada Loan Agreementnya.
IV-35
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
3. Meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dengan proses
pembebasan tanah, antara lain Kementerian LHK, Perhutani, Pemda
setempat, Kementerian ATR untuk mempercepat proses PPKH dan TMKH.
4. Memberikan tambahan alokasi dana untuk pembebasan tanah pada paket-
paket kegiatan yang membutuhkan (antara lain Pengendali banjir Sungai
Asahan, Pembangunan Jaringan Irigasi Jabung).
4.1.5 Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan IV
Pada Triwulan IV, realisasi pelaksanaan fisik Ditjen Sumber Daya Air
adalah 94,20% dan target capaian fisiknya adalah 100% (Gambar 4.7).
Gambar 4.7 Kurva S Progres Fisik Triwulan IV
Total paket kontraktual hingga akhir Triwulan IV sebanyak 4.426 paket
senilai Rp. 21,048 T. Sudah terkontrak 4.373 paket senilai Rp. 20,779 T, Proses
lelang 14 Paket senilai Rp. 103 M dan belum lelang 39 senilai 165 M. Secara
umum paket yang belum dan proses lelang tidak akan terserap dikarenakan
adanya selfblocking dan blokir.
2,08 5,15 10,33
16,97
25,26
35,74
46,71
59,01
71,66 78,12
88,95
100
1,76 4,78 9,07
15,83
24,74
35,61 42,51
53,32 60,29
70,55
80,57
94,20
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Target Fisik Ditjen. SDA
Real Fisik Ditjen. SDA
IV-36
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Tabel 4.7 Progres Paket Kontraktual Triwulan IV
Kontraktual Paket Pagu Realisasi Keuangan %
Total Kontraktual 4.426 21.048.795.787 18.419.204.736 87,51
a. Tahunan 4.072 11.901.077.046 11.558.271.566
b. MYC Baru 129 1.785.492.978 962.113.841
c. MYC Lanjutan 225 7.362.225.763 5.898.819.329
Tahunan 4.072 11.901.077.046 11.558.271.566 97,12
a. Terkontrak 4.035 11.864.591.212 11.558.271.566
b. Proses Lelang 11 13.282.116
c. Belum Lelang 26 23.203.718
d. Sisa Lelang 288.336.338
MYC Baru 129 1.785.492.978 962.113.841 53,88
a.Terkontrak 113 1.552.449.735 962.113.841
b.Proses Lelang 3 90.292.860
c. Belum Lelang 13 142.750.383
d. Sisa Lelang - 212.290
MYC Lanjutan 225 7.362.225.763 5.898.819.329 80,12
a.Terkontrak 225 7.362.225.763 5.898.819.329
b.Proses Lelang - -
c. Belum Lelang - -
Gambar 4.8 Status Paket Kontraktual s.d Triwulan IV
Hingga Triwulan IV terdapat 39 paket kontraktual yang tidak terkontrak,
yang terdiri dari 26 paket Tahunan atau Single Years Contract (SYC) dengan nilai
pagu Rp. 23,20 Milyar dan sebanyak 13 paket Tahun Jamak atau Multy Years
Contract Baru (MYC Baru) dengan pagu Rp. 142,75 Milyar.
IV-37
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Selanjutnya capaian masing-masing indikator kinerja pada 7 (tujuh)
sasaran program pada Triwulan IV dievaluasi dengan membandingkan antara
realisasi dengan target/rencana capaian disajikan pada Tabel 4.8.
Sehubungan dengan adanya revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen
Sumber Daya Air, yang berkaitan dengan pergantian Pejabat Ditjen Sumber
daya Air, dan adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan
penghematan/pemotongan serta selfblocking pada DIPA TA 2016 menyebabkan
adanya perubahan target output dan outcome. Sehingga sejak Triwulan IV
evaluasi dan analisis pencapaian kinerja dilakukan terhadap Perjanjian Kinerja
TA 2016 yang telah direvisi, sebagaimana dijelaskan dalam Bab II.
IV-38
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Tabel 4.8 Capaian Indikator Kinerja Triwulan IV
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET OUTPUT TARGET OUTCOME TRIWULAN IV
RN RL KINERJA
1 2 3 4 5 6 8 9 10=(9/8)*100
1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku
1 Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
973,98 Km 123 Buah 245 Titik
6,27 m3/detik 100,00 98,98 98,98
2 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
177,84 Km 29 Buah 237 Titik
0,92 m3/detik 100,00 99,51 99,51
3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
484 Buah
60,92 m3/detik 100,00 97,37 97,37
2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air
1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air 24 Wdk on going
8 Baru 387 Buah
52,87 juta m3 100,00 87,90 87,90
2 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air
5 Bendungan 71 Buah 7 Danau
6,23 juta m3 100,00 99,14 99,14
3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air 167 Bendungan
860 Buah 47 Danau
3.432 juta m3 100,00 92,67 92,67
3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air 1 Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air
253,77 Km 38 Buah
16.918,85 Ha 100,00 92,92 92,92
4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan
Sumber Daya Air 1 Peningkatan RBO Indeks 62,12% 2,48 Indeks 100,00 92,14 92,14
5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air 1 Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di konservasi pada kawasan prioritas
20 20 % 100,00 95,69 95,69
6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi
1 Peningkatan layanan jaringan irigasi 1.038,04 Km 16 Bendung
52.519 Ha 100,00 94,35 94,35
2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi 2.496,90 Km
3 Bendung 288.496 Ha 100,00 96,53 96,53
3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi 40.804 Km
575 Bendung 3.265.230,01 Ha 100,00 97,37 97,37
4 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan 12% 12 % - - -
7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air 1 Peningkatan potensi energi sumber air 0 Mw 0 Mw - - 0,00
Total Kinerja 100,00 93,64 93,64
Deviasi (6,36)
IV-39
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Berikut adalah rincian penjelasan capaian Kinerja Ditjen Sumber Daya Air
berdasarkan uraian Rencana Aksi pada Triwulan IV :
1. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya layanan sarana dan
prasarana penyediaan air baku” meliputi 3 indikator Kinerja yaitu :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan IV
RN RL Kinerja
1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
1 Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
973,98 Km 123 Buah 245 Titik
6,27 m3/detik 100 98,98 98,98
2 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
177,84 Km 29 Buah 237 Titik
0,92 m3/detik 100 99,51 99,51
3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
484 Buah
60,92 m3/detik 100 97,37 97,37
a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku,
dengan nilai realisasi capaian kinerja 98,98% (biru), masuk dalam kategori
memuaskan, kegiatan pembangunan sarana dan prasarana air baku
selesai dilaksanakan. Pada indikator kinerja ini, realisasi capaian output
pembangunan jaringan air baku sebesar 899,28 km dari target capaian
output sebesar 973,98 km, dan pembangunan embung air baku dan
intake sebanyak 87 buah dari target 123 buah, serta pembuatan sumur
bor 54 titik dari target 245 titik. Tidak tercapainya target output yang
ditetapkan antara lain disebabkan adanya pemotongan/penghematan
dan selfblocking pada pagu DIPA TA 2016 Ditjen Sumber Daya Air
berdasarkan kebijakan Pemerintah. Lokasi kegiatan yang dibangun
antara lain : Pengeboran/explorasi Air Tanah Kab. Yahukimo (Prov.
Papua), Pembangunan Intake dan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku SA
Sungai Maro Kota Merauke Tahap IV (Prov. Papua).
b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku, dengan nilai realisasi capaian kinerja 99,51% (biru), masuk dalam
kategori memuaskan. Pelaksanaan fisik untuk rehabilitasi sarana dan
prasarana penyediaan air baku selesai dilaksanakan. Realisasi capaian
output pada indikator kinerja untuk rehabilitasi jaringan air baku tercapai
77,55 km, rehabilitasi sumur bor terealisasi 52 titik, sedangkan rehabilitasi
embung air baku dan intake terealisasi dengan capaian 13 buah.
IV-40
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku, berkinerja memuaskan dengan nilai capaian 97,37% (biru). Indikator
kinerja ini merupakan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang sebagian
dilaksanakan melalui pemeliharaan berkala/rutin dan operasi jaringan
perpipaan air bersih, sumur-sumur bor dan embung air baku beserta
intake air baku sebanyak 484 buah.
2. Pengukuran capaian pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas
tampung sumber air”, meliputi 3 indikator Kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output Target Outcome Triwulan IV
RN RL Kinerja
2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air
1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air
24 Wdk On going; 8 baru,
387 buah 52,87 juta m3 100 87,90 87,90
2 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air
5 Bendungan; 71 buah, 7 danau
6,23 juta m3 100 99,14 99,14
3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air
167 Bendungan;
860 buah, 47 danau
3.432 juta m3 100 92,67 92,67
a. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian
kinerja 87,90% (biru), dengan kinerja memuaskan. Sampai dengan
Desember 2016, 8 (delapan) Bendungan baru sudah terkontrak, yang
terdiri dari Bendungan : Kuwil, Ladongi, Lolak, Ciawi, Cipanas, Leuwikeris,
Napunggete, dan Sukamahi. Selain 8 pembangunan Bendungan baru,
terdapat 24 (dua puluh empat) Bendungan on-going dalam pelaksanaan
dengan 2 (dua) Bendungan selesai. Selain Bendungan, terdapat
pembangunan 387 embung tersebar terutama pada wilayah rawan
kekeringan.
b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai
realisasi capaian kinerja 99,14% (biru). Kinerja kegiatan rehabilitasi
termasuk dalam kategori memuaskan. Pelaksanaan fisik paket-paket
kegiatan rehabilitasi tampungan air yang tidak mengalami kendala blokir
maupun selfblocking dapat diselesaikan pada akhir Tahun anggaran.
IV-41
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Realisasi capaian output pada indikator ini semua tercapai, dimana dapat
dilaksanakan rehabilitasi 5 (lima) Bendungan, rehabilitasi 71 embung/situ,
dan revitalisasi Danau termasuk Revitalisasi Danau tempe.
c. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisai
capaian kinerja 92,67% (biru) dan masuk dalam kategori memuaskan.
Kegiatan operasi dan pemeliharaan dilapangan dapat mencapai target
yang telah ditentukan. Pada indikator ini dilaksanakan kegiatan operasi
dan pemeliharaan pada 167 Bendungan, 1.171 embung/situ (lebih besar
dari target 860 embung/situ yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja).
3. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas
pengendalian daya rusak air”, meliputi 1 indikator Kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan IV
RN RL Kinerja
3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air
1 Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air
253,77 km; 38 buah 16.918,85 Ha 100 92,92 92,92
a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dengan
nilai realisasi capaian kinerja 92,92% (biru), termasuk dalam kategori
memuaskan. Paket-paket kegiatan yang tidak mengalami kendala blokir
maupun selfblocking dapat diselesaikan pada akhir Tahun anggaran.
Realisasi capaian output pada indikator kinerja ini adalah 209,04 km
(lebih kecil dari target output 253,77 Km yang ditetapkan dalam Perjanjian
Kinerja) dan 26 bangunan untuk kegiatan pembangunan pengendalian
lahar, checkdam.
4. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan keterpaduan tata
kelola pengelolaan sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan IV
RN RL Kinerja
4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air
1 Peningkatan RBO Indeks 62,12% 2,48 indeks 100 92,14 92,14
a. Peningkatan Presentase RBO Indeks, dengan nilai realisasi capaian kinerja
92,14% (biru), masuk dalam kategori memuaskan. Hal ini disebabkan
karena indikator kinerja yang berkaitan dengan kegiatan wajib balai baik
tata kelola internal organisasi, keuangan, pembelajaran dan
IV-42
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
pertumbuhan organisasi, maupun koordinasi dan hubungan dengan
stakeholder sudah berjalan dengan baik di masing-masing 34 BBWS/BWS.
Kegiatan wajib balai untuk mendukung sasaran program meningkatnya
keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air berupa layanan
teknis tata kelola pegelolaan SDA terpadu, komunikasi dan layanan
publik, sistem data dan informasi SDA, rencana pengelolaan SDA WS
kewenangan pusat, hidrologi dan kualitas air, rekomendasi teknis, alokasi
air, pengelolaan BMN, serta kelembagaan pengelolaan SDA.
5. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya upaya konservasi
sumber air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan IV
RN RL Kinerja
5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air
1 Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di konservasi pada kawasan prioritas
20% 20% 100 99,97 99,97
a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan
prioritas, dengan nilai realisasi capaian kinerja 99,97% (biru), termasuk
dalam kategori memuaskan. Hal ini disebabkan paket kegiatan
kawasan/lokasi yang dilindungi dapat dilaksanakan terutama pada 15 DAS
prioritas, meliputi pelaksanaan kegiatan GNKPA, kegiatan perlindungan
sungai dan sempadan sungai, restorasi sungai, perlindungan terhadap
mata air, perlindungan danau dan sempadannya serta revitalisasi danau.
6. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya kinerja layanan
irigasi” terdiri dari 4 indikator kinerja :
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan IV
RN RL Kinerja 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi
1 Peningkatan layanan jaringan irigasi
1.038,04 Km 16 Bendung
52.519 Ha 100 94,35 94,35
2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi
2.496,9 Km 6 Bendung
288.496 Ha 100 96,53 96,53
3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi
40.804 Km 575 Bendung
3.265.230,01 Ha 100 97,37 97,37
4
Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan
12% 12% - - -
a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian
kinerja 94,35% (biru) termasuk dalam kategori memuaskan. Paket
IV-43
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
kegiatan pembangunan jaringan irigasi yang tidak mengalami kendala
dalam desain maupun pembebasan lahan dapat diselesaikan dengan
baik. Capaian output pembangunan jaringan irigasi baru terealisasi
sepanjang 1.038,04 km, pembangunan 16 bendung. Kegiatan-kegiatan
pembangunan jaringan irigasi baru yang dikerjakan anatara lain :
Pembangunan Jaringan irigasi Randangan Kiri Kab. Pohuwato (Prov.
Gorontalo), Pembangunan Jaringan irigasi tetes DI. Kailolo Kab. Maluku
Tengah.
b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi
capaian kinerja 96,53% (biru), masuk dalam kategori kinerja memuaskan.
Paket-paket kegiatan kontraktual berjalan sesuai yang direncanakan,
antara lain rehabilitasi jaringan irigasi dan rehabilitasi jaringan irigasi
tambak di BBWS Pemali Juana (Prov. Jawa Tengah), rehabilitasi jaringan
irigasi rawa Percut dan Pematang Cermai di BWS Sumatera II (Sumatera
Utara).
c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi
capaian kinerja 97,37% (biru) termasuk dalam kategori memuaskan.
Paket-paket kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan berkala dan
rutin serta operasi. Realisasi capaian operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi sepanjang 40.804 km dan 575 bendung.
d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, dimana
dimaksudkan sebagai potensi daerah irigasi yang dapat diairi oleh
Bendungan yang selesai dibangun. Pada Tahun 2015 sebanyak 5
Bendungan selesai dibangun (Rajui, Jatigede, Bajul Mati, Nipah, dan
Titab) yang masing-masing mempunyai potensi suplai air untuk daerah
irigasi total seluas 95.744,82 hektar. Sehingga potensi daerah irigasi
yang diairi dari Bendungan bertambah dari 761.542 hektar menjadi
857.286,82 hektar dari total daerah irigasi yang ada 7.145.168 hektar.
7. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya potensi energi dari
sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :
IV-44
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output
Target Outcome
Triwulan IV
RN RL Kinerja
7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air
1 Peningkatan potensi energi sumber air
1.35 MW 1,35 MW - - 0
a. Peningkatan potensi energi sumber air, dengan nilai realisasi capaian
kinerja 0% (merah), termasuk dalam kategori sangat kurang, perlu
banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar. Hal ini
disebabkan karena meskipun terdapat 2 buah pembangunan
infrastruktur Bendungan yang selesai konstruksi pada Tahun 2016 yaitu
Bendungan Teritip (Kalimantan Timur) dan Bendungan Payaseunara
(Aceh), tetapi tidak terdapat potensi energi pada kedua Bendungan
tersebut, sehingga indikator potensi energi sumber air tidak tercapai.
Faktor Penyebab Kegagalan dan Keberhasilan selama pelaksanaan
kegiatan pada Triwulan IV dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Penyebab Kegagalan
a. Masih terkendala permasalahan pembebasan lahan (TMKH, PPKH, ganti
rugi, alokasi dana) untuk beberapa pembangunan Bendungan on-going
antara lain Bendungan Gongseng, Bendungan Pidekso, Bendungan
Gondang di Provinsi Jawa Tengah, Bendungan Tugu, Bendungan Tukul di
Provinsi Jawa Timur, Bendungan Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan,
Bendungan Lolak di Provinsi Sulawesi Utara.
b. Belum adanya kesepakatan nilai kompensasi untuk pembayaran ganti
rugi dengan masyarakat pemilik tanah.
c. Keterlambatan Pelelangan
Untuk paket-paket Tahunan (SYC) yang belum lelang pada umumnya
terkendala dalam hal keterlambatan pelelangan akibat proses revisi DIPA
sehingga batas waktu proses pelelangan tidak mencukupi.
d. Paket-paket MYC Baru yang tidak terkontrak, antara lain :
1) Pembangunan Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie Paket I dengan
pagu Rp. 55,68 milyar, Pembangunan Bendungan Rukoh Paket II
dengan pagu Rp. 18,5 Milyar, dan Supervisi dengan pagu Rp. 3,17
Milyar. Paket pembangunan Bendungan ini tidak dapat dilelangkan
karena belum terselesaikannya review DED.
IV-45
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
2) Pembangunan DI Kawasan Batang Bayang (6.500 hektar) di
Kabupaten Pasaman Barat dengan nilai pagu Rp. 4,44 Milyar,
disebabkan belum terselesaikannya review desain.
3) Pembangunan Bendung Batang Asai (6.210 hektar) di Kabupaten
Sarolangun dengan nilai pagu Rp. 19,37 Milyar, belum dapat
dilaksanakan konstruksinya karena masih terkendala pembebasan
lahan.
4) Beberapa paket pekerjaan yang berkaitan dengan Loan Bank Dunia –
WISMP 2 di BBWS Citarum tidak dapat dilelangkan karena menunggu
No Objection Letter (NOL) dari Bank Dunia. Paket kegiatan tersebut
meliputi Rehabilitasi SS. Kandanghaur Cs DI Jatiluhur di Kabupaten
Indramayu dengan pagu Rp. 11,25 Milyar, dan Normalisasi Saluran
Induk BT.UT 0-7 BT.UT 9-14 DI Jatiluhur.
e. Masalah Sosial
Pada beberapa pelaksanaan kegiatan konstruksi ditemui permasalahan
sosial, diantaranya belum adanya kesepakatan nilai ganti rugi tanah
dengan masyarakat, masih ada masyarakat yang menuntut pembayaran
bangunan baru, sengketa tanah antar warga, permasalahan hak ulayat,
dan penolakan masyarakat terhadap proses ganti rugi lahan oleh pemilik
tanah.
2. Faktor Penyebab Keberhasilan
Sampai dengan Triwulan IV, progres fisik mencapai 94,20% terjadi kenaikan
yang cukup signifikan sebesar 32,78% dari capaian fisik Triwulan III. Beberapa
hal yang mempengaruhi capaian tersebut antara lain :
a. Mempercepat pelaksanaan fisik di lapangan dengan menginstruksikan
untuk menambah jam kerja (2 shift), menambah tenaga kerja, dan
menambah alat di lapangan terhadap paket-paket yang sedang dalam
tahap pelaksanaan.
b. Melakukan pemotongan/pembatalan alokasi dana yang bersumber dari
pinjaman luar negeri yang belum ada Loan Agreement nya.
c. Meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dengan proses
pembebasan tanah, antara lain Kementerian LHK, Perhutani, Pemda
IV-46
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
setempat, Kementerian ATR untuk mempercepat proses PPKH dan
TMKH.
4.1.6 Realisasi Pencapaian Kinerja Tahun Anggaran 2016
Pada Tahun anggaran 2016 ini terjadi revisi Perjanjian Kinerja akibat
adanya pertimbangan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pergantian Pejabat Tinggi Madya (Eselon I) Ditjen Sumber Daya Air pada
Bulan September 2016.
2. Adanya kebijakan Pemerintah berkaitan dengan penghematan/pemotongan
pagu anggaran dan selfblocking yang menyebabkan berkurangnya pagu
DIPA TA 2016 sehingga mengakibatkan perubahan target output dan/atau
outcome.
Realisasi capaian kinerja TA 2016 untuk setiap Sasaran Program dengan
masing-masing indikator kinerja adalah sebagai berikut :
1. Sasaran Strategis : “Meningkatnya Dukungan Untuk Ketahanan Air Nasional”
a. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku”, Realisasi capaian kinerja pada masing-masing
indikator sebagai berikut :
1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku,
dengan realisasi capaian outcome sebesar 6,15 m3/detik dari target
outcome 6,27 m3/detik.
2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku seperti semula, dengan realisasi capaian outcome
sebesar 0,92 m3/detik dari target outcome 0,92 m3/detik.
3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku, dengan realisasi capaian outcome sebesar 60,92 m3/detik dari
target outcome 60,92 m3/detik.
b. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber
air”, Realisasi capaian kinerja pada masing-masing indikator sebagai
berikut :
IV-47
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
1) Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dengan realisasi capaian
outcome sebesar 16,73 juta m3 dari target outcome sebesar 52,87 juta
m3.
2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan
realisasi capaian outcome sebesar 4,3 juta m3 dari target outcome 6,23
juta m3.
3) Terjaganya kapasitas tampung sumber air, dengan realisasi capaian
outcome sebesar 4.673 juta m3 dari target outcome 3.432 juta m3.
c. Sasaran program : “Meningkatnya kapasita pengendalian daya rusak
air”, Realisasi capaian kinerja pada indikator kinerja :
1) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air,
dengan realisasi capaian outcome sebesar 16.083,11 hektar dari target
outcome 16.918,85 hektar.
d. Sasaran program : “Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan
SDA”, Realisasi capaian kinerja pada indikator kinerja :
1) Peningkatan RBO indeks, dengan realisasi capaian outcome sebesar
2,57 indeks dari target outcome sebesar 2,48 indeks.
e. Sasaran program : “Meningkatnya upaya konservasi sumber air”,
Realisasi capaian kinerja pada indikator kinerja ini :
1) Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada
kawasan prioritas, dengan realisasi capaian outcome sebesar 20% dari
target outcome 20%.
2. Sasaran strategis : “Meningkatnya Dukungan Untuk Kedaulatan Pangan dan
Ketahanan Energi
a. Sasaran program : “Meningkatnya kinerja layanan irigasi”
Realisasi capaian kinerja pada masing-masing indikator, sebagai berikut :
1) Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan realisasi capaian outcome
sebesar 52.519 hektar dari target outcome sebesar 52.519 hektar.
2) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan realisasi
capaian outcome sebesar 291.171 hektar dari target outcome sebesar
288.496 hektar.
IV-48
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan realisasi
capaian outcome sebesar 3.265.230,01 hektar dari target outcome
3.265.230,01 hektar.
4) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, dari capaian
pembangunan Bendungan selesai di Tahun 2015 sebanyak 5 (lima)
Bendungan yang mempunyai potensi untuk mengairi daerah irigasi
seluas 95.744,82 hektar sehingga realisasi capaian outcome untuk
indikator ini sebesar 12% dari target outcome 12%.
b. Sasaran program : “Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber
air”, Realisasi capaian kinerja pada indikator kinerja ini :
1) Peningkatan potensi sumber energi, dengan realisasi capaian outcome
sebesar 0 MW dari target outcome 0 MW.
4.1.7 Realisasi Pencapaian Kinerja Sasaran Program
Persentase capaian kinerja sasaran program dihitung berdasarkan
capaian pada masing-masing indikator kinerja yang mendukung langsung
capaian sasaran program dimaksud dengan tertimbang terhadap total capaian
target Rencana Strategis (Renstra), sebagai berikut :
1. Persentase Indikator kinerja dari sasaran program pemenuhan kebutuhan
air baku untuk kehidupan sehari-hari adalah 73,77% yang diperoleh
berdasarkan perhitungan capaian kapasitas air baku Tahun eksisting
terhadap total kebutuhan air baku (2015-2019) ditambah akses air baku
Tahun sebelumnya.
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒌𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂 = 𝟕𝟎, 𝟕𝟏% + {(𝟔,𝟏𝟓
𝟔𝟕,𝟓𝟐) 𝒙(𝟏𝟎𝟎 − 𝟔𝟔, 𝟑𝟓)%} = 𝟕𝟑, 𝟕𝟕%
2. Persentase Indikator kinerja dari sasaran program peningkatan kapasitas
tampung perkapita adalah 2,67% diperoleh berdasarkan perbandingan
capaian kapasitas tampung Tahun eksisting terhadap total kebutuhan
kapasitas tampung ditambah capaian Tahun sebelumnya.
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒌𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂 = 𝟐, 𝟔𝟕% + {(𝟏𝟔, 𝟕𝟑
𝟏. 𝟕𝟗𝟓) 𝒙(𝟐, 𝟖 − 𝟐, 𝟓)%} = 𝟐, 𝟔𝟕%
3. Persentase Indikator kinerja dari sasaran program peningkatan layanan
infrastruktur pengendali daya rusak air adalah 52,27% diperoleh berdasarkan
IV-49
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
perhitungan penambahan luas kawasan yang terlindungi Tahun eksisting
terhadap target perlindungan kawasan seluas 200 ribu hektar.
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒌𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂 = 𝟒𝟓, 𝟖𝟒% + {(𝟏𝟔. 𝟎𝟖𝟑, 𝟏𝟏
𝟐𝟎𝟓. 𝟑𝟑𝟑) 𝒙(𝟏𝟎𝟎 − 𝟏𝟖)%} = 𝟓𝟐, 𝟐𝟕%
4. Persentase Indikator kinerja dari sasaran program pemenuhan kebutuhan
air baku untuk layanan irigasi adalah 85,31% (pembangunan baru) diperoleh
berdasarkan perhitungan perbandingan capaian luas irigasi Tahun eksisting
terhadap total target luas irigasi ditambah capaian Tahun sebelumnya.
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒌𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂 = 𝟖𝟓, 𝟏𝟔% + {(𝟓𝟐. 𝟓𝟏𝟗
𝟏. 𝟎𝟖𝟕. 𝟗𝟒𝟖) 𝒙(𝟖𝟔, 𝟏𝟐 − 𝟖𝟑)%} = 𝟖𝟓, 𝟑𝟏%
Persentase Indikator kinerja dari sasaran program pemenuhan kebutuhan
air baku untuk layanan irigasi adalah 74,13% (rehabilitasi) diperoleh
berdasarkan perhitungan perbandingan capaian luas irigasi yang
direhabilitasi pada Tahun eksisting terhadap total target luas irigasi yang
direhabilitasi ditambah capaian Tahun sebelumnya.
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒌𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂 = 𝟕𝟏, 𝟐𝟓% + {(𝟐𝟗𝟏. 𝟏𝟕𝟏
𝟑. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎) 𝒙(𝟖𝟒, 𝟏𝟏 − 𝟓𝟒, 𝟓𝟎)%} = 𝟕𝟒, 𝟏𝟑%
5. Persentase Indikator kinerja dari sasaran program peningkatan potensi
sumber energi adalah 1,26% diperoleh berdasarkan perhitungan
perbandingan capaian potensi energi pada Tahun eksisting terhadap total
target potensi energi.
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒌𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂 = 𝟏, 𝟐𝟔% + {(𝟎
𝟏𝟒𝟐, 𝟓𝟐) 𝒙(𝟏, 𝟔 − 𝟎)%} = 𝟏, 𝟐𝟔%
4.1.8 Realisasi Pencapaian Kinerja Sasaran Strategis
Dari 7 (tujuh) Sasaran Program yang ditetapkan Ditjen Sumber Daya Air,
ada 5 (lima) sasaran program yang mendukung langsung terhadap Sasaran
strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pengukuran
Kinerja Sasaran Strategis merupakan rata-rata total capaian dari sasaran
program yang mendukungnya, dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Perhitungan kinerja Sasaran Strategis : “Tingkat dukungan ketahanan air
nasional”, merupakan rata-rata persentase capaian sasaran program yang
mendukungnya:
1. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari.
2. Peningkatan kapasitas tampung per kapita.
3. Peningkatan layanan infrastruktur pengendali daya rusak.
IV-50
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Target persentase Sasaran Strategis tingkat dukungan untuk ketahanan air
nasional Tahun 2016 adalah sebesar 40,85% sedangkan capaian sasaran
strategisnya adalah 42,90%, yang merupakan rata-rata dari total persentase
capaian masing-masing sasaran program yang mendukungnya.
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝒌𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂 𝑺𝑺 𝟏 = (𝟕𝟑, 𝟕𝟕 + 𝟐, 𝟔𝟕 + 𝟓𝟐, 𝟐𝟕𝟏
𝟑) = 𝟒𝟐, 𝟗𝟎%
b. Pengukuran kinerja Sasaran Strategis : “Tingkat dukungan untuk
kedaulatan pangan dan energi”, merupakan rata-rata total persentase
capaian sasaran program yang mendukungnya:
1. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan irigasi.
2. Peningkatan potensi sumber air.
Target persentase sasaran strategis tingkat dukungan untuk kedaulatan
pangan dan ketahanan energi Tahun 2016 adalah sebesar 53,93% sedangkan
capaian sasaran strategisnya adalah 53,14%, yang merupakan total capaian
sasaran program dibagi dengan jumlah indikator yang mendukungnya.
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝒌𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂 𝑺𝑺 𝟐 = (𝟖𝟓, 𝟑𝟏 + 𝟕𝟒, 𝟏𝟑 + 𝟏, 𝟐𝟔
𝟑) = 𝟓𝟑, 𝟏𝟒%
Hasil perhitungan pengukuran capaian sasaran strategis dirangkum
dalam Tabel 4.9 dibawah ini :
IV-51
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Tabel 4.9 Perhitungan Pengukuran Capaian Sasaran Strategis
Sasaran Strategis Baseline
2014
2015 2016 Sasaran Program Satuan
Baseline 2014
Capaian
Target Capaian Target Capaian 2015 2016
Tingkat dukungan untuk ketahanan air
nasional (%) 28,95 32,97 39,74 40,85 42,90
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan
Penambahan M3/det 51,44 8,74 6,15
Menjadi M3/det 60,18 66,33
Persentase % 66,35 70,71 73,77
Peningkatan kapasitas tampung per kapita
Penambahan Juta m3 12.679 1.025 16,73
Menjadi Juta m3 13.704 13.721
Persentase % 2,5 2,67 2,67
Peningkatan layanan infrastruktur pengendali
daya rusak air
Penambahan Ha 36.199 69.725 16.083,11
Menjadi Ha 105.924 122.007,11
Persentase % 18 45,84 52,27
Tingkat dukungan untuk kedaulatan
pangan dan energi (%) 45,83 52,66 52,67 53,93 53,14
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan irigasi
Penambahan Ha 182.018 52.519
Menjadi Ha 1.844.066 2.026.084 2.078.603
Persentase % 83 85,16 85,31
Penambahan Ha 480.534 291.171
Menjadi Ha 2.802.067 3.282.601 3.571.097
Persentase % 54,5 71,25 74,13
Peningkatan potensi sumber energi
Penambahan MW 111,84 0
Menjadi MW 8.706 8.817,84 8.817,84
Persentase % 0 1,26 1,26
IV-52
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
4.2. Perbandingan Antara Target Dan Realisasi Capaian Kinerja
4.2.1 Realisasi Capaian Kinerja TA 2016 dan Target TA 2016
Perbandingan capaian kinerja antara target capaian outcome yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 dan realisasi capaian outcome
disajikan pada Tabel 4.10 berikut.
Tabel. 4.10 Capaian Perjanjian Kinerja Tahun 2016
Dari Tabel 4.10 diatas, terdapat 4 (empat) indikator kinerja tidak tercapai,
dan 9 (sembilan) indikator kinerja tercapai, sedangkan 1 (satu) indikator kinerja
tidak memiliki target.
No SASARAN STRATEGIS/ SASARAN PROGRAM
INDIKATOR KINERJA Satuan 2016 Ket
TARGET PK CAPAIAN PK
Meningkatnya Dukungan Ketahanan Air
1 Meningkatnya layanan sarana
dan prasarana air baku
1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
M3/dtk 6,27 6,15 Tidak
tercapai
2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula
M3/dtk 0,92 0,92 Tercapai
3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
M3/dtk 60,92 60,92 Tercapai
2 Meningkatnya kapasitas
tampung sumber-sumber air
1) Peningkatan kapasitas tampung sumber air
Juta m3 52,87 16,73 Tidak
tercapai
2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air
Juta m3 6,23 4,30 Tidak
tercapai
3) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air
Juta m3 3.432 4.673 Tercapai
3 Meningkatnya kapasitas
penegndalian daya rusak air
1) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air
Ha 16.918,85 16.083,11 Tidak
tercapai
4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA
1) Peningkatan RBO Indeks Indeks 2,48 2,57 Tercapai
5 Meningkatnya upaya
konservasi sumber daya air
1) Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas
% 20 20 Tercapai
Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi
6 Meningkatnya kinerja
layanan irigasi
1) Peningkatan layanan jaringan irigasi
Ha 52.519 52.519 Tercapai
2) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi
Ha 288.496 291.171 Tercapai
3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi
Ha 3.265.230,01 3.265.230,01 Tercapai
4) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan
% 12 12 Tercapai
7 Meningkatnya potensi energi
dari sumber-sumber air 1) Peningkatan potensi energi
sumber air MW 0 0 -
IV-53
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Target capaian outcome tidak tercapai, adalah pada sasaran program
dengan indikator kinerja, sebagai berikut:
1. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku”, pada indikator kinerja:
a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku,
dari target outcome sebesar 6,27 m3/detik hanya tercapai 6,15 m3/detik,
terdapat deviasi outcome sebesar -0,12 m3/detik. Penyebab kegagalan
capaian pada indikator kinerja ini disebabkan adanya kebijakan
penghematan/ pemotongan anggaran TA 2016 dan selfblocking terhadap
pagu dana untuk kegiatan pembagunan jaringan air baku, jaringan air
tanah untuk air baku, dan jaringan air baku dari embung, sehingga target
panjang perpipaan dengan target 973,98 km hanya tercapai sepanjang
899,28 km yang mengakibatkan pengurangan outcome sebesar 0,12
m3/detik.
2. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air”,
pada indikator kinerja:
a. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dari target capaian outcome
sebesar 52,87 juta m3 terealisasi capaian outcome hanya sebesar 16,73
juta m3 yang diperoleh dari penyelesaian pembangunan 387 embung
dengan kapasitas total 13,21 juta m3 dan penyelesaian 2 buah Bendungan
yaitu Bendungan Teritip dan Bendungan Payaseunara dengan total
kapasitas tampung 3,53 juta m3. Pencapaian outcome yang rendah
dikarenakan ada 2 (dua) paket kegiatan yaitu Pembangunan Prasarana
Danau Picung Kabupaten Lebong (25,99 juta m3) dan Pembangunan
Prasarana Danau Hulu Kabupaten Bengkulu Selatan (10,4 juta m3)
sebenarnya tidak menambah outcome karena kegiatan pada Danau
Picung dan danau Hulu adalah pembangunan pengendali sedimen.
b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dari target
capaian outcome sebesar 6,23 juta m3 terealisasi capaian outcome hanya
sebesar 4,3 juta m3 yang diperoleh dari rehabilitasi 5 Bendungan
(Bendungan Cengklik, Bendungan Kedung Ulin, Bendungan Wonogiri,
Bendungan Notopuro, dan Bendungan Sangiran) dengan total volume
IV-54
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
0,55 juta m3, revitalisasi 7 buah danau dengan outcome 1,68 juta m3, dan
rehabilitasi 71 embung dengan kapasitas total 2,07 juta m3.
3. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air”,
pada indikator kinerja :
a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dimana
realisasi capaian outcome sebesar 16.083,11 hektar, lebih rendah dari
target outcome sebesar 16.918,85 hektar. Hal ini dikarenakan terjadi
pengurangan output pada kegiatan pembangunan tanggul,
pembangunan prasarana banjir dan abrasi, pembangunan pengaman
pantai, perkuatan tebing sungai, normalisasi sungai yang seharusnya
target output sebesar 253,77 km hanya tercapai 209,04 km.
Target capaian outcome tercapai, adalah pada sasaran program dengan
indikator kinerja, sebagai berikut:
1. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku”, pada indikator kinerja:
a. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku seperti semula, dapat mencapai target outcome sebesar 0,92
m3/detik dari target outcome 0,92 m3/det. Keberhasilan ini didukung
dengan adanya kebijakan lelang dini Tahun 2016 yang dimulai sejak
Agustus 2015. Dengan pelelangan dini kegiatan Tahun 2016 sebagian
besar paket dengan besaran pagu dibawah Rp. 10 M pelaksanaannya
dapat dimulai pada Januari 2016.
b. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku, realisasi capaian outcome sesuai dengan target yang telah
ditetapkan sebesar 60,92 m3/detik.
2. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air”,
pada indikator kinerja:
a. Terjaganya kapasitas tampung sumber air, dengan target outcome dari
kegiatan operasi dan pemeliharaan sebesar 3.432 juta m3, outcome yang
dicapai melebihi target sebesar 4.673 juta m3. Capaian outcome ini
disumbang oleh kegiatan operasi pemeliharaan pada 1.171 buah embung
IV-55
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
dan bangunan penampung lainnya dari yang ditargetkan sebanyak 860
buah.
3. Sasaran program : ”Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan
SDA”, padai indikator kinerja :
a. Peningkatan indeks RBO (River Basin Organization), realisasi capaian
outcome berupa indeks sebesar 2,57 melebihi target outcome indeks
sebesar 2,48. Hal ini dikarenakan pencapaian yang cukup signifikan pada
area tata usaha internal berupa peningkatan status pola dan rencana
yang ditetapkan sebanyak 5 pola dan 7 rencana PSDA. Begitu juga
dengan kegiatan alokasi air, pada Tahun 2016 ini telah difinalkan 5
Rencana Alokasi Air Tahunan (RAAT). Pencapaian juga diperoleh pada
area keuangan berupa finalisasi kajian tarif BJPSDA di 15 BB/BWS dan siap
disosialisasikan ke stakeholder. Seluruh 34 BBWS/BWS di lingkungan
Ditjen Sumber Daya Air telah melaksanakan kegiatan RBO.
4. Sasaran program : “Meningkatnya upaya konservasi sumber air”, pada
indikator kinerja :
a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan
prioritas, realisasi outcome dapat sesuai target outcome yang telah
ditetapkan sebesar 20%.
5. Sasaran program : “Meningkatnya kinerja layanan irigasi”, pada indikator
kinerja:
a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, realisasi capaian outcome sebesar
52.519 hektar sesuai dengan target outcome yang telah ditetapkan
sebesar 52.519 hektar.
b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, realisasi capaian
outcome sebesar 291.171 hektar sesuai dengan target outcome yang
ditetapkan sebesar 288.496 hektar.
c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, realisasi outcome melalui
kegiatan operasi dan pemeliharaan dapat mencapai target outcome yang
direncanakan sebesar 3.265.230,01 hektar.
d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, berdasarkan
Bendungan yang selesai dibangun pada Tahun 2015 sebanyak 5 (lima)
IV-56
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Bendungan memiliki potensi untuk mengairi daerah irigasi seluas
95.744,82 hektar sehingga realisasi outcome mencapai target outcome
yang direncanakan sebesar 12%.
Target capaian outcome tidak memiliki target, adalah pada sasaran
program dengan indikator kinerja, sebagai berikut:
6. Sasaran program : “Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air”,
indikator kinerja:
a. Peningkatan potensi sumber energi, realisasi outcome sesuai dengan
target yang direncanakan yaitu sebesar 0 MW, karena pada Tahun 2016
ini 2 Bendungan yang selesai dibangun dan dilakukan impounding
(Bendungan Teritip dan Payaseunara) tidak mempunyai potensi sumber
energi listrik.
4.2.2 Perbandingan Antara Realisasi Capaian Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran 2016 dengan Tahun Anggaran 2015
Sandingan antara capaian kinerja Tahun anggaran 2016 capaian kinerja
Tahun 2015 serta total target serta total realisasi 2015–2016 disajikan dalam
Tabel 4.11 berikut.
IV-57
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Tabel 4.11 Perbandingan Antara Capaian Kinerja TA 2016 dengan TA 2015
NO SASARAN STRATEGIS/ SASARAN
PROGRAM INDIKATOR KINERJA SATUAN
2015 2016 TOTAL 2015 - 2016
TARGET PK
CAPAIAN PK TARGET PK CAPAIAN
PK TARGET REALISASI
Meningkatnya Dukungan Ketahanan Air
1 Meningkatnya layanan sarana dan
prasarana air baku
1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
M3/detik 8,74 8,74 6,27 6,15 15,01 14,89
2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula
M3/detik 8,20 8,20 0,92 0,92 9,12 9,12
3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
M3/detik 69,64 69,64 60,92 60,92 130,56 130,56
2 Meningkatnya kapasitas tampung
sumber-sumber air
1) Peningkatan kapasi tas tampung sumber air Juta m3 1.024,59 1.012 52,87 16,73 1.077,46 1.028,73
2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air
Juta m3 377 377 6,23 4,3 383,23 381,3
3) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air
Juta m3 12.679 12.679 3.432 4.673 16.111 17.352
3 Meningkatnya kapasitas
penegndalian daya rusak air 1) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi
dari daya rusak air Ha 10.903 20.343,50 16.918,85 16.083,11 27.821,85 36.427,11
4 Meningkatnya keterpaduan tata
kelola pengelolaan SDA 1) Peningkatan RBO Indeks
Indeks 2,24 2,25 2,48 2,57 2,48 2,57
5 Meningkatnya upaya konservasi
sumber daya air 1) Peningkatan persentase kawasan/lokasi
yang dikonservasi pada kawasan prioritas % 20 20 20 20 40 40
Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi
6 Meningkatnya kinerja layanan
irigasi
1) Peningkatan layanan jaringan irigasi Ha 182.017 182.017 52.519 52.519 234.536 234.536
2) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi
Ha 480.534 480.533,57 288.496 291.171 769.030 771.705
3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi
Ha 3.581.530 3.581.530 3.265.230,01 3.265.230,01 6.846.760,01 6.846.760,01
4) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan
% 11 11 12 12 12 12
7 Meningkatnya potensi energi dari
sumber-sumber air 1) Peningkatan potensi energi sumber air
MW 113,19 111,84 0 0 113,19 111,84
IV-58
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Berikut capaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan dengan capaian
Tahun 2015 :
a. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana layanan
penyediaan air baku”, dengan indikator kinerja sebagai berikut :
1. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku,
capaian Tahun 2015 adalah 8,74 m3/detik. Nilai ini lebih besar bila
dibandingkan dengan capaian Tahun 2016 sebesar 6,15 m3/detik.
2. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku seperti semula capaian diTahun 2015 adalah 8,20 m3/detik. Nilai
ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan capaian Tahun 2016 sebesar
0,92 m3/detik.
3. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku, capaian diTahun 2015 adalah 69,64 m3/detik. Nilai ini lebih besar bila
dibandingkan dengan capaian Tahun 2016 sebesar 60,92 m3/detik.
b. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas tampung sumber air” , dengan
indikator kinerja sebagai berikut :
1. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, capaian diTahun 2015
sebesar 1.012 juta m3 jauh lebih besar dari capaian Tahun 2016 sebesar
16,73 juta m3. Hal ini disebabkan pada Tahun 2015 terdapat 6 (enam)
Bendungan yang di impounding sedangkan pada Tahun 2016 hanya ada 2
(dua) Bendungan.
2. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air capaian diTahun
2015 adalah 377 juta m3 jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
capaian Tahun 2016 sebesar 4,3 juta m3.
3. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air capaian diTahun
2015 adalah 12.679 juta m3 adalah lebih besar dibandingkan dengan
capaian diTahun 2016 sebesar 4.673 juta m3.
c. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air” ,
dengan indikator kinerja sebagai berikut :
1. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air capaian
diTahun 2015 adalah 20.344 hektar lebih besar dibandingkan dengan
capaian Tahun 2016 sebesar 16.083,11 hektar.
IV-59
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
d. Sasaran program : “Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan
SDA” , dengan indikator kinerja sebagai berikut :
1. Capaian peningkatan RBO indeks di Tahun 2015 sebesar 2,25 lebih kecil
jika dibandingkan dengan capaian diTahun 2016 sebesar 2,57.
e. Sasaran program : “Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air” ,
dengan indikator kinerja sebagai berikut :
1. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan
prioritas sebesar 20% diTahun 2015, capaian indikator ini tetap sama di
Tahun 2016 sebesar 20%.
f. Sasaran program : “Meningkatnya kinerja layanan irigasi” , dengan
indikator kinerja sebagai berikut :
1. Peningkatan layanan jaringan irigasi capaian diTahun 2015 adalah 182.017
hektar, nilai ini lebih besar dibandingkan dengan capaian diTahun 2016
sebesar 52.519 hektar.
2. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi diTahun 2015 adalah
480.534 hektar nilainya lebih besar dibandingkan dengan capaian
diTahun 2016 sebesar 291.171 hektar.
3. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi capaian diTahun 2015
adalah sebesar 3.581.530 hektar nilai ini lebih besar dibandingkan capaian
di Tahun 2016 sebesar 3.265.230,01 hektar.
4. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, capaian diTahun
2015 sebesar 11% sama dengan kondisi eksisting/baseline 2014 dengan luas
daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan sebesar 761.542 hektar (dari
total luas DI 7.145.168 hektar), sementara capaian di Tahun 2016 ada
penambahan potensi daerah irigasi yang diairi Bendungan seluas
95.744,82 hektar dari 5 Bendungan yang selesai dibangun Tahun 2015,
sehingga capaian outcome menjadi 12%.
g. Sasaran program “Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air” ,
dengan indikator kinerja sebagai berikut :
1. Peningkatan potensi energi sumber air capaian diTahun 2015 adalah
111.84 MW, capaian indikator kinerja ini di Tahun 2016 sebesar 0 MW
karena 2 Bendungan yang selesai di impounding tidak memiliki potensi
energi.
IV-60
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
4.2.3 Perbandingan Antara Realisasi Capaian Kinerja TA 2016 Terhadap Renstra 2015-
2019
a. Perbandingan antara capaian kinerja sampai dengan Tahun 2016 (2015-2016) dan target Renstra 2015-2019 sampai dengan Tahun 2016 (2015-2016)
Dari pengukuran capaian indikator Kinerja pada sasaran program yang telah
diuraikan diatas dihasilkan capaian kinerja sampai dengan Tahun 2016, dan
apabila dibandingkan dengan target Renstra 2015-2019 sampai dengan
Tahun 2016 dapat diuraikan pada tabel 4.12 di bawah ini :
IV-61
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Tabel 4.12 Sandingan Capaian Tahun 2015-2016 dengan Target Renstra 2015-2016 Ditjen Sumber Daya Air
NO SASARAN STRATEGIS/ SASARAN
PROGRAM INDIKATOR KINERJA SATUAN
2015 2016 TOTAL 2015 - 2016 BACKLOG RENSTRA
TARGET RENSTRA
REALISASI TARGET
RENSTRA REALISASI RENSTRA REALISASI
Meningkatnya Dukungan Ketahanan Air
1 Meningkatnya layanan sarana
dan prasarana air baku
1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
M3/detik 8,65 8,74 12 6,15 20,65 14,89 -5,76
2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula
M3/detik 8,20 8,20 1,70 0,92 9,90 9,12 -0,78
3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
M3/detik 49,23 69,64 57,88 60,92 57,88 69,64 11,76
2 Meningkatnya kapasitas
tampung sumber-sumber air
1) Peningkatan kapasitas tampung sumber air Juta m3 1.020,38 1.012 1,09 16,73 1.021,47 1.028,73 7,64
2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air
Juta m3 376,80 377 766,40 4,30 1.143,20 381,30 -761,90
3) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air
Juta m3 15.396 12.679 15.896 4.673 13.699,63 12.679 -1.020,63
3 Meningkatnya kapasitas
penegndalian daya rusak air 1)
Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air
Ha 18.950,67 20.343,50 44.267 16.083,11 63.217,33 36.426,61 -26.790,72
4 Meningkatnya keterpaduan tata
kelola pengelolaan SDA 1) Peningkatan RBO Indeks Indeks 2,24 2,25 2,59 2,57 2,59 2,57 -0,02
5 Meningkatnya upaya konservasi
sumber daya air 1)
Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas
% 20 20 20 20 40 40 0
Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi
6 Meningkatnya kinerja layanan
irigasi
1) Peningkatan layanan jaringan irigasi Ha 181.282,79 182.017 244.962,37 52.519 426.245,16 234.536 -191.709,15
2) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi
Ha 477.960,57 480.534 691.490,27 291.171 1.169.450,84 771.704,57 -397.746,26
3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi Ha 3.142.532 3.581.530 3.265.230,01 3.345.174,05 3.345.174,05 3.581.530 236.355,95
4) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan
% 11 11 12 12 12 12 0
7 Meningkatnya potensi energi dari
sumber-sumber air 1) Peningkatan potensi energi sumber air MW 113,19 111,84 0 0 113,19 111,84 -1,35
IV-62
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Perbandingan antara capaian kinerja Tahun 2015-2016 dengan target
Renstra sampai dengan Tahun 2016, diuraikan sebagai berikut :
1. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku”
a. Target Renstra untuk indikator kinerja “Peningkatan debit layanan sarana
dan prasarana penyediaan air baku” adalah 20,65 m3/detik sedangkan
realisasi capaian kinerja pada Tahun 2015--2016 adalah 14,89 m3/detik,
terjadi backlog terhadap target Renstra sebesar 5,76 m3/detik.
b. Target Renstra untuk indikator “Pengembalian fungsi dan debit layanan
sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula” pada Tahun
2015-2016 adalah 9,9 m3/detik dan capaian kinerja sampai dengan Tahun
2016 sebesar 9,12 m3/detik, dengan demikian terjadi backlog sebesar 0,78
m3/detik .
c. Target Renstra untuk indikator “Terjaganya fungsi dan debit layanan
sarana dan prasarana penyediaan air baku” untuk Tahun 2015-2016 adalah
sebesar 107,11 m3/detik dan realisasi capaian kinerja Tahun 2015-2016
adalah 130,56 m3/detik, dengan demikian target Renstra dapat tercapai.
2. Sasaran program : ‘Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air”
a. Target Renstra pada Tahun 2015-2016 untuk indikator “Peningkatan
kapasitas tampung sumber air” adalah 1.021,09 juta m3 dan realisasi
capaian kinerja Tahun 2015-2016 adalah 1.028,73 juta m3, dengan
demikian target Renstra tercapai.
b. Target Renstra untuk indikator “Pengembalian fungsi dan kapasitas
tampung sumber air” pada Tahun 2015-2016 sebesar 1.142,4 juta m3 dan
total realisasi capaian kinerja pada Tahun 2015-2016 adalah 381,3 juta m3,
dengan demikian target Renstra tidak tercapai dengan backlog sebesar
761,1 juta m3.
c. Target Renstra 2015-2016 untuk indikator “Terjaganya fungsi dan
kapasitas tampung sumber air” adalah 31.365 juta m3 sementara realisasi
capaian kinerja Tahun 2015-2016 sebesar 17.352 juta m3, dengan demikian
target Renstra pada indikator kinerja ini tidak tercapai dan terjadi backlog
sebesar 14.013 juta m3.
IV-63
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
3. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air”
a. Target Renstra pada Tahun 2015-2016 untuk indikator “Peningkatan luas
kawasan yang terlindungi dari daya rusak air” adalah 63.217,67 hektar dan
realisasi capaian kinerja pada Tahun 2015-2016 sebesar 36.427,11 hektar,
dengan demikian target Renstra tidak dapat tercapai dengan backlog
sebesar 26.790,56 hektar.
4. Sasaran program : ‘Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan
SDA”
a. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Peningkatan RBO Indeks”
sampai dengan 2016 adalah 2,59 indeks dan indeks capaian Tahun 2016
sebesar 2,57 indeks yang diperoleh dari rata rata peningkatan nilai/skor
30 BBWS/BWS, dengan demikian target Renstra Tahun 2016 tidak dapat
tercapai dan terjadi backlog indeks sebesar 0,02.
5. Sasaran program : “Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air”
a. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Peningkatan persentase
kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas” sampai
dengan Tahun 2016 adalah sebesar 40% dan capaian kinerja sebesar 40%,
dengan demikian target Renstra dapat tercapai.
6. Sasaran program : “Meningkatnya kinerja layanan jaringan irigasi”
a. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Peningkatan layanan jaringan
irigasi” sampai dengan Tahun 2016 adalah 426.245,16 hektar dan realisasi
capaian kinerja sebesar 234.536 hektar, dengan demikian target Renstra
tidak tercapai dan terjadi backlog sebesar 191.709,16 hektar.
b. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Pengembalian fungsi dan
layanan jaringan irigasi” sampai dengan Tahun 2016 adalah 1.169.451
hektar sementara realisasi capaian kinerja pada Tahun 2015-2016 sebesar
771.705 hektar, dengan demikian target Renstra tidak dapat tercapai dan
terjadi backlog sebesar 397.746,27 hektar.
c. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Terjaganya fungsi dan layanan
jaringan irigasi” sampai dengan Tahun 2016 adalah 6.487.706 hektar
dengan capaian kinerja sebesar 6.846.760,01 hektar, dengan demikian
target Renstra dapat tercapai.
IV-64
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
d. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Persentase daerah irigasi yang
diairi oleh Bendungan” sampai Tahun 2016 sebesar 12% dan capaian
kinerja sebesar 12%, dengan demikian target Renstra dapat tercapai.
7. Sasaran program : ‘Meningkatnya potensi energi dari sumber sumber air”
a. Target Renstra untuk indikator “Peningkatan potensi energi sumber air”
Tahun 2015-2016 adalah 113,19 Mw dan capaian kinerja adalah 111,84 MW,
dengan demikian target Renstra tidak dapat tercapai dan terjadi backlog
sebesar 1,35 MW.
b. Perbandingan antara capaian Sasaran Strategis sampai dengan Tahun 2016
(2015-2016) dan target capaian sasaran Strategis sampai dengan Tahun ini
(2015-2016)
Persentase capaian terhadap sasaran strategis dengan indikator kinerja
“Tingkat dukungan untuk ketahanan air nasional” sampai dengan Tahun
2016 sebesar 42,90%, dalam hal ini mencapai target yang direncanakan
sebesar 40,85%.
Sementara capaian terhadap sasaran strategis dengan indikator kinerja
“Tingkat dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi” pada Tahun 2016
sebesar 53,14% tidak dapat mencapai target yang direncanakan sebesar
53,93%.
Perbandingan capaian kinerja Sasaran Strategis Tahun 2015–2016
selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.13 berikut.
Tabel 4.13 Perbandingan Capaian Kinerja Target Sasaran Strategis Tahun 2015-2016
Sasaran Strategis Baseline
2014 2015 2016
Target Capaian Target Capaian Tingkat dukungan
untuk ketahanan air nasional (%)
28,95
32,97
39,74
40,85
42,90
Tingkat dukungan untuk kedaulatan
pangan dan ketahanan energi (%)
45,83
52,66
52,67
53,93
53,14
IV-65
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
4.2.4 Perbandingan Antara Realisasi Capaian Kinerja TA 2016, Renstra 2016 dan
RPJMN 2016
Perbandingan capaian kinerja Tahun 2016 terhadap target Renstra,
terdapat sembilan indikator kinerja yang tidak tercapai terhadap target Renstra
yaitu :
a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku.
Target Renstra adalah 12 m3/detik dan capaian 2016 adalah 6,15 m3/detik. Hal
ini disebabkan karena dari usulan target Renstra untuk pembangunan
sarana dan prasarana air baku berupa saluran pembawa sepanjang 1.000
km, 120 buah embung/intake dan 164 titik sumur bor, anggaran yang
teralokasikan pada DIPA 2016 untuk kegiatan air tanah dan air baku dapat
direalisasikan untuk pembangunan saluran sepanjang 899.28 km, 87 buah
embung/intake dan 54 titik sumur bor. Sehingga target outcome Renstra
tidak tercapai.
b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku seperti semula. Target Renstra adalah 1,7 m3/detik sedangkan capaian
Tahun ini adalah 0,92 m3/detik. Hal ini disebabkan karena terjadinya
pengurangan target output dan outcome akibat pemotongan anggaran.
c. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air. Target Renstra
adalah 766,40 juta m3, capaian Tahun ini adalah 4,30 juta m3. Hal ini
disebabkan karena dari usulan target Renstra untuk kegiatan rehabilitasi
Bendungan sebanyak 10 buah dan embung sebanyak 182 untuk pelaksanaan
Tahun 2016, anggaran yang teralokasi hanya untuk rehabilitasi 5 Bendungan
dan 71 embung. Sehingga target outcome Renstra tidak tercapai.
d. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air. Target Renstra
sebesar 15.896 juta m3, capaian Tahun 2016 adalah 4.673 juta m3. Hal ini
disebabkan karena dari usulan target Renstra untuk kegiatan operasi dan
pemeliharaan Bendungan sebanyak 214 buah dan embung sebanyak 1.370
untuk pelaksanaan Tahun 2016, anggaran yang teralokasi hanya untuk
operasi dan pemeliharaan 167 Bendungan dan 1.171 embung, sehingga target
outcome Renstra tidak tercapai.
e. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air. Target
Renstra sebesar 44.267 hektar, capaian Tahun 2016 sebesar 16.083,11 hektar.
IV-66
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Hal ini disebabkan karena dari usulan target Renstra untuk kegiatan
pembangunan pengendali banjir sepanjang 750 km, dan pengendali lahar 55
buah, anggaran yang dialokasikan pada DIPA 2016 untuk kegiatan tersebut
diatas hanya mampu untuk melaksanakan pembangunan pengendali banjir
sepanjang 209,04 km, dan pengendali lahar sebanyak 26 buah, sehingga
target outcome Renstra tidak tercapai.
f. Peningkatan RBO Indeks. Target Renstra untuk indikator ini sebesar 2,59
indeks, capaian Tahun 2016 sebesar 2,57 indeks. Selisih antara capaian dan
target tidak terlalu besar, hal ini disebabkan usulan target Renstra untuk
jumlah pola dan rencana pengelolaan SDA yang disusun berjumlah 10 pola
dan 5 rencana, namun dengan alokasi anggaran yang tersedia hanya dapat
direalisasikan sejumlah 5 pola dan 7 rencana.
g. Peningkatan layanan jaringan irigasi. Target Renstra untuk indikator ini
sebesar 244.962,37 hektar, sementara capaian Tahun 2016 sebesar 52.519
hektar. Hal ini disebabkan dari usulan target Renstra berupa jaringan irigasi
dan bendung yang dilaksanakan konstruksinya masing-masing 4.572 km dan
14 bendung, anggaran yang teralokasi pada DIPA 2016 dapat direalisasikan
untuk pembangunan 1.038,04 km jaringan irigasi dan 16 bendung. Sehingga
target Renstra tidak tercapai.
h. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi. Target Renstra untuk
indikator ini sebesar 691.490,27 hektar dan capaian 2016 sebesar 291.171
hektar. Hal ini disebabkan dari usulan target Renstra untuk kegiatan
rehabilitasi jaringan irigasi dan bendung sebesar 11.481 km dan 11 bendung,
anggaran yang teralokasi pada DIPA 2016 direalisasikan untuk rehabilitasi
2.496,90 km dan 3 bendung. Sehingga target outcome Renstra tidak
tercapai.
i. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi. Target Renstra untuk
indikator ini sebesar 3.345.174,05 hektar dan capaian 2016 sebesar
3.265.230,01 hektar. Selisih capaian disebabkan dari usulan target Renstra
untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan sepanjang 62.112,20 km
dan 24 bendung, anggaran yang teralokasi pada DIPA 2016 direalisasikan
untuk OP jaringan sepanjang 40.804 km dan 567 bendung.
IV-67
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Realisasi capaian 2016 pada dasarnya tidak dapat mencapai target
pembangunan yang telah ditetapkan melalui dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN), sebagaimana rincian berikut :
a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku.
Realisasi 2016 adalah 6,15 m3/detik dan RPJMN 12 m3/detik.
b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan
air baku seperti semula. Realisasi 2016 adalah 0,92 m3/detik dan RPJMN 1
m3/detik.
c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air
baku. Realisasi 2016 adalah 60,92 m3/detik sementara target RPJMN 61
m3/detik.
d. Peningkatan kapasitas tampung sumber air. Realisasi capaian 2016 adalah 8
Bendungan baru, 24 Bendungan on going, 2 Bendungan selesai dan 387
embung, sementara target RPJMN adalah 8 Bendungan baru, 30 Bendungan
on going, 2 Bendungan selesai dan 124 embung.
e. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampungan sumber air. Realisasi capaian
2016 adalah 5 Bendungan, 71 buah embung, 7 danau dan target RPJMN
adalah 8 Bendungan, 144 buah embung, 5 danau.
f. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampungan sumber air. Realisasi capaian
2016 adalah 167 waduk, 1171 buah embung, 47 danau dan target RPJMN
adalah 176 waduk, dan 1.395 embung.
g. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air. Realisasi
capaian 2016 pengendali banjir sepanjang 242,94 km dan 38 buah
pengendali lahar, target RPJMN pengendali banjir sepanjang 675 km dan 55
buah pengendali lahar.
h. Peningkatan layanan jaringan irigasi. Realisasi capaian 2016 adalah 52.519
hektar dan RPJMN adalah 259.731 hektar.
i. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi. Realisasi capaian 2016
adalah 291.171 hektar dan target RPJMN 669.723 hektar.
j. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi. Realisasi capaian 2016 adalah
3.265.230,01 hektar dan target RPJMN 3.456.695 hektar.
IV-68
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
4.3 Analisis Kinerja
4.3.1 Analisis Capaian Kinerja Sasaran Program dan Strategis Strategis
A. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Program
1. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku”
Dari evaluasi capaian kinerja pada sasaran program ini, sebagaimana
dijelaskan pada subbab 4.2.1, terdapat “gap” atau “backlog” pada
indikator kinerja peningkatan debit layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku sebesar – 0,12 m3/detik pada Tahun 2016, dan
terhadap target Renstra 2015-2019 pada Tahun 2016 terdapat
“gap”sebesar 5,85 m3/detik (dimana target capaian outcome dalam
Renstra sebesar 12 m3/detik). Berdasarkan pegukuran capaian outcome
pada indikator kinerja peningkatan debit layanan sarana dan prasarana
penyediaan air baku diperoleh persentase penambahan sebesar 73,77%
lebih kecil dari target Renstra sebesar 76,64%.
2. Sasaran program : ‘Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber
air”
Berdasarkan Renstra 2015-2019, peningkatan kapasitas tampung
per kapita sebesar 1,0 juta m3, tetapi realisasi capaian outcome
pada indikator kinerja peningkatan kapasitas tampung sumber air
sebesar 16,73 juta m3 lebih kecil dari target outcome Perjanjian
Kinerja Tahun 2016 sebesar 52,87 juta m3. Sehingga berdasarkan
perhitungan persentase penambahan kapasitas tampung sumber
air, yang dihitung dalam Subbab 4.1.7, diperoleh persentase
penambahan sebesar 2,67% sama dengan persentase penambahan
dalam Renstra sebesar 2,67%.
3. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak
air”
Realisasi capaian outcome pada indikator kinerja peningkatan luas
kawasan yang terlindungi dari daya rusak air sebesar 16.083,11 Hektar
dimana lebih kecil dari target outcome yang ditetapkan dalam Perjanjian
IV-69
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Kinerja sebesar 16.918,85 hektar, sehingga terdapat “backlog” sebesar
835,74 hektar. Sedangkan dalam Renstra penambahan peningkatan luas
kawasan yang terlindungi dari daya rusak air ditargetkan sebesar 44.267
hektar. Meskipun demikian persentase capaian target outcome untuk
peningkatan layanan infrastruktur pengendali daya rusak air sebesar
52,27% melebihi target Renstra sebesar 43,25% dikarenakan perhitungan
persentase capaian merupakan kumulatif dari capaian Tahun sebelumnya
yang cukup signifikan.
4. Sasaran program : “Meningkatnya kinerja layanan jaringan irigasi”
Berdasarkan Perjanjian Kinerja, target capaian outcome pada indikator
peningkatan layanan jaringan irigasi sebesar 52.519 hektar. Realisasi
capaian kinerja outcome sebesar 52.519 hektar. Dalam Renstra 2015-2019,
target penambahan outcome 244.962 hektar, sehingga terdapat backlog
sebesar 192.443 hektar. Berdasarkan hasil pengukuran capaian kinerja,
persentase penambahan capaian untuk indikator kinerja peningkatan
layanan jaringan irigasi sebesar 85,31%, sedangkan persentase
penambahan peningkatan layanan jaringan irigasi dalam Renstra
ditetapkan sebesar 85,42%, sehingga terdapat backlog sebesar 0,21%.
Sementara untuk kegiatan rehabilitasi realisasi capaian outcome sebesar
291.171 hektar atau penambahan persentase menjadi 74,13%, tidak dapat
memenuhi target Renstra sebesar 691.490 hektar dengan target
persentase penambahan menjadi 74,77%.
5. Sasaran program : ‘Meningkatnya potensi energi dari sumber sumber
air”
Sasaran program ini dengan indikator kinerja peningkatan potensi energi
sumber air yang berkaitan dengan sasaran program “Meningkatnya
kapasitas tampung sumber-sumber air”, yakni kapasitas tampung
sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga
air (PLTA). Dalam Tahun 2016, terdapat 2 (dua) Bendungan yang selesai,
yaitu : Bendungan Payaseunara, dan Bendungan Teritip. Kedua
Bendungan tersebut tidak memberikan suplai air untuk pembangkit
listrik tenaga air, sehingga target outcome dalam Perjanjian Kinerja
IV-70
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
ditetapkan 0 MW. Dalam Renstra, penambahan target outcome sasaran
program ini sebesar 0 MW. Dengan demikian, sasaran program ini tidak
dapat dikatakan gagal atau tidak tercapai.
B. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis
Berdasarkan hasil pengukuran, persentase capaian sasaran strategis
Ditjen Sumber Daya Air pada Tahun 2016 sebagaimana yang disajikan pada
Tabel 4.9 diatas. Untuk Sasaran Strategis dengan indikator kinerja strategis
‘Tingkat dukungan untuk ketahanan air nasional” sebesar 42,90%, melebihi
persentase yang ditetapkan dalam Renstra sebesar 40,85%. Sedangkan
persentase capaian indikator kinerja strategis “Tingkat dukungan untuk
kedaulatan pangan dan energi” sebesar 53,14%, lebih kecil dari target
persentase dalam Renstra sebesar 53,93%.
Jika dibandingkan target sasaran strategis sebagaimana yang
dituangkan dalam Renstra Ditjen Sumber Daya Air 2015 – 2019 diatas dimana
persentase dukungan terhadap ketahanan air menjadi sebesar 40,85% dan
persentase dukungan terhadap kedaulatan pangan dan ketahanan energi
menjadi sebesar 53,93%, target penambahan persentase terhadap sasaran
Strategis yang ditetapkan dalam Renstra 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air
tidak tercapai. Salah sastu penyebab tidak tercapainya target dimaksud
karena adanya backlog kebutuhan pendanaan. Kebutuhan dana sesuai
Renstra 2015-2019 pada Tahun 2016 sebesar Rp. 62,715 Trilyun. Sementara
alokasi anggaran dalam DIPA Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2016 sebesar Rp.
28,294 Trilyun.
4.3.2 Analisis Masalah dan Penyebab Kegagalan/Keberhasilan
Dari evaluasi dan analisis kinerja pencapaian sasaran program dan
sasaran strategis diatas, didapati beberapa faktor keberhasilan dan faktor
kegagalan yang mempengaruhi pencapaian target sesuai Perjanjian Kinerja
Tahun 2016.
a. Faktor keberhasilan, antara lain :
1. Faktor Eksternal
a) Kerjasama dan koordinasi yang baik dengan pihak stakeholders
(Pemerintah Daerah setempat, masyarakat calon penerima manfaat,
IV-71
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang, Perhutani, lembaga/institusi terkait lainnya) sehingga
semua permasalahan, kendala dan hambatan dapat diselesaikan tepat
waktu, terutama berkaitan dengan pembebasan lahan dan/atau
proses perizinan Tukar Menukar Kawasan Hutan.
b) Dukungan sosialisasi dan pendekatan dengan masyarakat yang
terkena dampak proyek oleh Pemda setempat, baik sebelum dan
selama pelaksanaan kegiatan.
2. Faktor Internal
a) Penyiapan sejak dini dokumen perencanaan teknis Feasibility Study,
Amdal, DED, dan/atau LARAP) yang tersedia sejak awal Tahun
anggaran 2016.
b) Kebijakan Kementerian PUPR untuk melaksanakan lelang dini
kegiatan Tahun 2016 yang sudah dimulai sejak Agustus 2015.
c) Penyelesaian masalah sosial (pembebasan tanah) dan masalah
lingkungan dapat diselesaikan dengan lancar.
d) Sosialisasi yang berkesinambungan sebelum dan selama pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh BBWS/BWS.
e) Penekanan oleh Pimpinan Kementerian PUPR untuk melakukan
strategi percepatan pelaksanaan oleh masing-masing
BBWS/BWS/Satuan Kerja/SNVT.
f) Dukungan penggunaan sistem SPSE (Sistem Pengadaan Secara
Elektronik) yang membantu ULP dan POKJA dalam proses pelelangan.
g) Dukungan sistem e-monitoring online yang sangat membantu dalam
pemantauan progres pelaksanaan kegiatan di lapangan.
h) Penyelenggaraan sistim manajemen mutu di masing-masing Satuan
Kerja dan SNVT yang semakin meningkat melalui pelaksanaan audit
internal.
b. Faktor kegagalan pelaksanaan anggaran Tahun 2016, antara lain :
1. Penolakan masyarakat terhadap besarnya nilai ganti rugi tanah pada
beberapa proyek pembangunan Bendungan dan pembangunan jaringan
irigasi baru sehingga menghambat proses ganti rugi lahan.
IV-72
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
2. Keterlambatan persetujuan pelaksanaan atau No Objection Letter (NOL)
dari pihak Donor untuk kegiatan-kegiatan yang didanai pinjaman luar
negeri mengakibatkan terkendalanya proses lelang.
3. Adanya kendala/hambatan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
pembebasan lahan yang diakibatkan proses negosiasi dengan pemilik
tanah yang sangat alot dan penetapan nilai ganti rugi lahan dan aset
lainnya yang memakan waktu cukup lama.
4. Masalah tukar menukar kawasan hutan dan atau tukar guling lahan
dengan pihak Kementerian Kehutanan maupun Perhutani membutuhkan
waktu yang cukup lama yang akibatnya terlambatnya dimulai pekerjaan
fisik terutama Bendungan.
5. Hasil perencanaan teknis (detail desain) yang tidak matang dan akurat
menyebabkan beberapa paket kegiatan pembangunan jaringan irigasi
dan Bendungan tidak dapat dilaksankan pada Tahun 2016.
6. Permasalahan dengan Negara Donor untuk paket-paket yang didanai
pinjaman luar negeri, dimana sering terjadi penerbitan No Objection
Letter membutuhkan waktu lama, dan ada pihak Negara Donor yang
tidak berserdia menggunakan aplikasi SPSE untuk pengadaan kegiatan
yang didanai Loan.
7. Adanya kebijakan Pemerintah melalui Inpres Nomor 4 Tahun 2016 dan
Inpres Nomor 8 Tahun 2016 mengenai penghematan/pemotongan dan
selfblocking pagu DIPA TA 2016, dimana pagu DIPA Ditjen Sumber Daya
Air terpotong sebesar Rp. 3,96 triliun. Hal ini menyebabkan terjadinya
penguranganh output pada beberapa program dan kegiatan sehingga
target outcome tidak tercapai.
8. Lemahnya pengetahuan dan pemahaman personil pelaksana proyek
(Direksi, Pengawas, Konsultan, Kontraktor) berkaitan dengan
manajemen resiko, sehingga segala resiko yang mungkin terjadi lambat
diantisipasi.
4.3.3 Analisis Efektifitas dan Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Dari evaluasi kinerja yang diuraikan diatas, ketersediaan anggaran yang
ada telah dimanfaatkan sesuai dengan tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan
IV-73
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
misi Kementerian PUPR sesuai dengan peran, tugas dan fungsi Ditjen Sumber
Daya Air. Penggunaan sumber daya anggaran mendukung untuk visi dan misi
Kementerian PUPR yaitu: mempercepat pembangunan infrastruktur sumber
daya air termasuk sumber daya maritime untuk mendukung ketahanan air,
kedaulatan pangan, dan kedaulatan energi, guna menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi.
Pembangunan sumber daya air telah menekankan pada dukungan untuk
tercapainya program strategis nasional, melalui pembangunan Bendungan,
pembangunan jaringan irigasi, penyediaan air baku, dan pengendalian daya
rusak air.
Secara umum pengertian efisiensi adalah merupakan komponen-
komponen input yang digunakan seperti waktu, sumber daya manusia, biaya
dan sarana atau peralatan untuk menghasilkan satu satuan output dan yang
tidak berdampak pada pemborosan atau pengeluaran yang tidak berarti. Dari
hasil realisasi capaian kinerja Tahun 2016, pencapaian output dan outcome pada
sasaran program dan indikator kinerjanya menunjukkan hasil memuaskan.
Dalam hal ini terlihat dari capaian output dibandingkan dengan alokasi
anggaran yang tersedia. Sebagai contoh, indikator kinerja peningkatan
kapasitas tampung sumber air, berdasarkan Renstra target penambahan
kapasitas tampung sumber air sebesar 1 juta m3, tetapi dalam kenyataan
dengan anggaran yang tersedia realisasi penambahan kapasitas tampung
sumber air mengalami penambahan sebesar 16,73 juta m3. Namun demikian,
juga terdapat realisasi target capaian outcome yang tidak tercapai dengan uang
tersedia, antara lain indikator kinerja peningkatan debit layanan sarana dan
prasarana penyedian air baku dimana realisasi capaian outcome 6,15 m3/detik
lebih kecil dari target outcome 6,27 m3/detik.
Secara umum, sarana dan prasarana sumber daya air yang dibangun
Tahun 2016 telah sejalan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, yaitu
diarahkan untuk : mendukung pengembangan daerah tertinggal dan
perbatasan; dukungan untuk pengurangan disparitas antar wilayah (perkotaan,
perdesaan dan perbatasan); serta peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar,
serta peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui
penyediaan sarana dan prasarana sumber daya air yang handal.
IV-74
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Dalam mencapai hasil pelaksanaan pembangunan yang efektif dan
efisien, tidak terlepas dari dukungan anggaran, SDM, dan peralatan yang
tersedia.
a. Alokasi Dana DIPA TA 2016
Sebagaimana dijelaskan dalam Bab 3 diatas, pada awal TA 2016 alokasi
anggaran dalam DIPA Tahun 2016 sebesar Rp. 30,427 Trilyun. Terdapat
penghematan I dan selfblocking dalam DIPA Tahun 2016 pada Triwulan III
menjadi Rp. 28,693 Trilyun dan pada akhir Triwulan IV alokasi dana menjadi
Rp. 28,294 Trilyun. Berdasarkan Renstra 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air
kebutuhan alokasi anggaran TA 2016 sebesar Rp. 62,715 Trilyun, sehingga
dana yang dialokasikan untk Ditjen Sumber Daya Air mengalami kekurangan.
Berdasarkan data e-monitoring online, progres penyerapan akhir keuangan
TA 2016 sebesar 87,14% atau Rp. 24,656 Trilyun dengan capaian progres fisik
mencapai 94,20%, sehingga terdapat sisa anggaran sebesar Rp. 1,639 M
(5,79%) yang tidak terpakai/terserap.
Dari sisi alokasi anggaran dalam kurun waktu Tahun 2011-2016 setiap Tahun
pagu Ditjen Sumber Daya Air mengalami peningkatan dari Rp. 13 Trilyun
pada Tahun Anggaran 2011 meningkat menjadi Rp. 28,294 Trilyun pada
Tahun 2016 sebagaimana terlihat pada Gambar 4.9 dan Tabel 4.14 dibawah
ini.
Gambar 4.9 Diagram Progres Keuangan dan Fisik Periode Tahun 2011-2016
80
84
88
92
96
2011 2012 2013 2014 2015 2016
86,52 86,64
90,43
93,05 93,32
87,14
91,7991,21
92,31
94,4695,24
94,20
Sandingan Progres Keuangan dan Fisik Tahun 2011 - 2016
keuangan fisik
IV-75
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Tabel 4.14 Tabel Progres Pelaksanaan Anggaran Tahun 2010 – 2016
D
a
r
i
Gambar 4.9 dan Tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa pada Tahun 2016 ini
alokasi DIPA cenderung lebih kecil dari Tahun sebelumnya, realisasi
penyerapan dan capaian target fisik juga cenderung turun karena adanya
kebijakan pemblokiran mandiri (selfblocking) sebesar 2 trilyun dimana dana
selfblocking ini tetap membebani DIPA meskipun tidak dapat digunakan.
Namun demikian secara realisasi fisik capaian progres mencapai 94,20% hal
ini membuktikan bahwa kapasitas kemampuan sumber daya Ditjen Sumber
Daya Air semakin baik dalam melaksanakan kegiatan.
b. Sumber Daya Manusia
Sebagaimana diuraikan dalam Bab 3 (Kapasitas Organisasi) Ditjen Sumber
Daya Air memiliki total jumlah pegawai sebanyak 9.178 orang. Dalam
pelaksanaan proses kegiatan baik di tingkat Pusat mapun Daerah
(BBWS/BWS) telah diperlengkapi dengan personil-personil yang memadai
dari sisi kuantitas dan kualitas. Bila dilihat dari tingkat pendidikan maka SDM
yang ada pada Ditjen Sumber Daya Air didominasi oleh tingkat pendidikan
SLTA dengan jumlah 3.923 orang (42,74%), selanjutnya adalah S1 dengan
jumlah 3.005 orang (32,74%), S2 dengan jumlah 1.012 orang (11,03%), S3
berjumlah 10 orang (0,11%) sisanya SD dan SMP.
Pegawai-pegawai dengan tingkat pendidikan SLTA pada umumnya
dimanfaatkan sebagai staf penunjang baik dikantor, sebagai pembantu
administrasi teknik dan nonteknik, maupun di lapangan sebagai pembantu
pengawas dan petugas operasi dan pemeliharaan infrastruktur sumber daya
air yang sudah terbangun. Sedangkan pegawai dengan tingkat pendidikan S1
(teknik dan non teknik) pada umumnya ditempatkan pada posisi sebagai
Penanggungjawab kegiatan (Satker/SNVT/PPK), pengawas utama,
pelaksana administrasi dan pelaksana teknik.
Fisik
RPM PLN Total RPM PLN Total % %
2011 10.219.504.349 2.803.903.619 13.023.407.968 9.090.003.974 2.177.430.845 11.267.434.819 86,52% 91,79%
2012 16.455.000.530 2.634.339.345 19.089.339.875 14.828.390.555 1.709.716.980 16.538.107.535 86,64% 91,21%
2013 20.010.952.301 3.170.619.793 23.181.572.094 18.605.178.632 2.356.974.233 20.962.152.865 90,43% 92,32%
2014 15.789.942.807 2.332.988.253 18.122.931.060 14.874.304.644 1.988.197.056 16.862.501.700 93,05% 94,46%
2015 28.810.776.054 2.291.073.739 31.101.849.793 26.993.072.530 2.032.258.820 29.025.331.350 93,32% 93,24%
2016 26.634.282.425 1.660.021.826 28.294.304.251 23.462.566.569 1.193.575.392 24.656.141.961 87,14% 94,20%
TahunPagu (Rp. Ribu) Realisasi (Rp. Ribu)
IV-76
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Saat ini pelaksanaan pengawasan pekerjaan paket-paket kontraktual pada
umumnya menggunakan jasa konsultan, sehingga sebagian personil yang
terbatas dimasing-masing BBWS/BWS dapat berkonsentrasi untuk kegiatan
yang bersifat swakelola.
c. Sarana dan Prasarana
Dalam mendukung pelaksanaan anggaran Tahun 2016 diperlukan sarana dan
peralatan. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Ditjen Sumber Daya Air
baik di tingkat Pusat maupun Daerah (BBWS/BWS) sudah cukup memadai,
sebagaimana dijelaskan pada Bab 3 diatas, yang meliputi :
a. Komputer dan peralatan komunikasi 4.509 Unit.
b. Kendaraan Dinas Operasional (KDO) 6.593 Unit.
c. Peralatan berat (Truck/dumptruck, excavator) 582 unit.
d. Mesin pompa air 151 unit.
e. Kapal Keruk (Dredger) yang dimiliki beberapa BBWS/BWS.
f. Gedung Kantor, baik di Pusat maupun yang dimiliki masing-masing
BBWS/BWS dengan jumlah 28.951 Unit.
Sarana dan prasarana diatas telah memberikan dukungan yang tinggi
terhadap pelaksanaan anggaran Tahun 2016. Peralatan berat, peralatan
komunikasi dan komputer serta kendaraan dinas operasional misalnya, telah
memberikan andil yang besar untuk mendukung kegiatan-kegiatan operasi dan
pemeliharaan dalam upaya terjaganya fungsi infrastruktur sumber daya air
yang telah terbangun. Demikian juga dengan aplikasi sistem e-monitoring online
juga menjadi andalan bagi tingkat pimpinan tinggi di Pusat untuk melakukan
pengawasan, pemantauan dan evaluasi terhadap Kinerja penyelanggaraan
pelaksanaan program kegiatan di masing-masing Unit Satuan Kerja di
lingkungan Ditjen Sumber Daya Air. Melalui sistem e-monitoring online dapat
dilakukan pengendalian dan langkah-langkah tindak lanjut yang diperlukan bagi
pekerjaan-pekerjaan yang mengalami masalah dan kendala di lapangan.
Dengan memanfaatkan dukungan ketiga input diatas proses pelaksanaan
anggaran Tahun 2016 dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan
program kegiatan yang ditetapkan sejak awal pengusulan anggaran TA 2016.
IV-77
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Keberhasilan capaian output diatas tidak terlepas dari kemampuan
penanggungjawab kegiatan dan seluruh jajaran Ditjen Sumber Daya Air, di
tingkat Pusat maupun di BBWS/BWS, untuk menyelesaikan seluruh kegiatan
dengan benar sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Disamping
itu, dari hasil pemantaun dan evaluasi Kinerja pelaksanaan kegiatan Tahun 2016
bahwa semua kegiatan fisik yang memberikan output dapat dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan program strategis yang ditetapkan, antara lain sesuai
dengan direktif Presiden/Wakil Presiden RI, aspirasi DPR, arahan Menteri PUPR
dan Renstra 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan
pelaksanaan anggaran Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air dapat dikatakan
efisien dari sisi penggunaan input yang tersedia yaitu: dana, waktu, sarana dan
prasarana, dan sumber daya manusia, untuk menghasilkan output dan outcome
yang diinginkan. Disamping itu, dengan seleksi usulan kegiatan yang ketat
dengan memenuhi seluruh readiness criteria yang menjadi persyaratan sejak
awal penyusunan DIPA 2016 dari Satuan Kerja di lingkungan Ditjen Sumber
Daya Air dan pelaksanaan kegiatan yang mengacu kepada peraturan-peraturan
dan ketentuan yang berlaku, maka segala kendala dan hambatan di lapangan
dapat diselesaikan secepat mungkin. Dengan demikian dari hasil output yang
dicapai dengan efisien telah memberikan dampak atau efek yang diharapkan
telah tercapai sesuai tujuan dan sasaran.
4.3.4 Analisis Kegiatan Yang Menunjang Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Target
Kinerja
Dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran program yang telah
ditetapkan dalam perjanjian Kinerja Tahun 2016 tersebut juga dilakukan upaya-
upaya internal yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan pembangunan
dan pengelolaan sumber daya air. Upaya-upaya dimaksud, seperti :
a. Meningkatan pemahaman personil BBWS/BWS dalam penyelenggaraan
sistim manajemen mutu sebagai alat untuk melakukan pengendalian
terhadap pelaksanaan proyek di lapangan.
IV-78
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
b. Meningkatkan SDM yang berkompeten dan berintegritas, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan meliputi pendidikan dan pelatihan, dan kursus-kursus yang
bersifat teknis dan administratif.
c. Meningkatkan budaya kerja berkinerja tinggi dan berintegritas, kegiatan ini
dilakukan melalui pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas
Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Pada Tahun
2016 dilingkungan Ditjen Sumber Daya Air, sebagai pilot project telah
menetapkan BWS Sumatera V dan BBWS Pemali Juana sebagai unit satuan
kerja untuk melakukan Pembangunan Zona Integritas untuk Wilayah Bebas
Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).
d. Meningkatkan pengelolaan regulasi, dengan pembatalan UU Nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air oleh Mahkamah Konstitusi dan
memberlakukan kembali UU Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Pasca
pembatalan UU Nomor 7 Tahun 2004 tersebut, Ditjen Sumber Daya Air telah
berusaha untuk menyusun usulan peraturan-peraturan sebagai payung
hukum sementara, dengan pertimbangan bahwa pelayanan kepada
masyarakat harus tetap berjalan. Peraturan-peraturan yang telah
diselesaikan, terdiri dari :
1) Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan
Wialyah Sungai.
2) Permen PUPR No. 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Sumber Air dan Bangunan Pengairan.
3) Permen PUPR No. 07/PRT/M/2015 tentang Pengamanan Pantai.
4) Permen PUPR No. 08/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan
Jaringan Irigasi.
5) Permen PUPR No. 09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan SDA.
6) Permen PUPR No. 10/PRT/M/2015 tentang Rencana dan Rencana Teknis
Tata Pengaturan Air.
7) Permen PUPR No. 11/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Reklamasi Rawa Pasang Surut.
8) Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi.
IV-79
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
9) Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 tentang Penanggulangan Darurat
Bencana Akibat Daya Rusak Air.
10) Permen PUPR No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status
Daerah Irigasi.
11) Permen PUPR No. 16/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Rawa Lebak.
12) Permen PUPR No. 17/PRT/M/2015 tentang Komisi Irigasi.
13) Permen PUPR No. 18/PRT/M/2015 tentang Iuran Eksploitasi Dan
Pemeliharaan Bangunan Pengairan.
14) Permen PUPR No. 21/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Tambak.
15) Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi.
16) Permen PUPR No. 24/PRT/M/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kegiatan Pemberian Uang Tunai Untuk Rumah Pengganti dan Uang
Santunan Untuk Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan
Pembangunan Waduk Jatigede.
17) Permen PUPR No. 26/PRT/M/2015 tentang Pengalihan Alur Sungai
dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai.
18) Permen PUPR No. 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan.
19) Permen PUPR No. 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan
Sungai, dan Garis Sempadan Danau.
20) Permen PUPR No. 29/PRT/M/2015 tentang Rawa.
21) Permen PUPR No. 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Irigasi.
22) Permen PUPR No. 01/PRT/M/2016 Tentang Tata Cara Perizinan
Pengusahaan Sumber Daya Air Dan Penggunaan Sumber Daya Air.
23) Permen PUPR No. 09/PRT/M/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah Dan Badan Usaha Dalam Pemanfaatan
Infrastruktur Sumber Daya Air Untuk Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Air/Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro/Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro.
e. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi (IT), dalam upaya
pemantauan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan-kegiatan di lapangan
IV-80
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
Ditjen Sumber Daya Air telah memanfaatkan aplikasi system e-monitoring
0nline untuk melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di
lingkungan Ditjen Sumber Daya Air. Selain itu, Ditjen Sumber Daya Air juga
telah mengembangkan system manajemen perencanaan (e-programming).
E-progamming dibangun untuk mengintegrasikan proses perencanaan dan
pemrograman didukung oleh teknologi informasi.
f. Meningkatkan layanan dukungan manajemen, berupa penyusunan NSPK
(perencanaan dan pemograman SDA, tata kelola pengelolaan SDA Terpadu,
NSPK irigasi permukaan, irigasi rawa, dan irigasi tambak, OP sarana dan
prasarana SDA, pengendalian banjir, lahar gunung berapi, dan pengamanan
pantai, keamanan Bendungan, penyediaan dan pengelolaan air tanah dan air
baku).
4.4 Realisasi Anggaran Tahun 2016
Dalam melaksanakan pembangunan dan pengelolaan sumber daya air
Tahun 2016, Ditjen Sumber Daya Air pada awal Tahun anggaran 2016 (Januari
2016) mendapat anggaran dengan pagu sebesar Rp. 30.427.440.685.000.
Berdasarkan Inpres Nomor 4 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah
Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016,
dan Inpres Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan
Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2016,
yang menyebabkan adanya pemotongan/penghematan dan selfblocking
sebesar Rp. 3,96 triliun, yang terdiri dari : i) penghematan/ pemotongan
sebesar Rp. 1,96 triliun; dan ii) selfblocking sebesar Rp. 2,0 triliun. Sehingga
pagu DIPA TA 2016 mengalami revisi menjadi Rp. 28.294.304.251.000.
Penyerapan keuangan sampai dengan akhir TA 2016 adalah sebagai berikut :
a. Progres terhadap DIPA SPAN (Rp. 28.294.304.251.000)
1) Progres keuangan : 87,14%, dari rencana 100%, deviasi 12,86%.
2) Progres fisik : 94,20%, dari rencana 100%, deviasi 5,80%.
b. Progres terhadap DIPA Efektif Tanpa Selfblocking (Rp. 26.294. 304.251.000)
1) Progres keuangan : 93,76%, dari rencana 100%, deviasi 5,24%.
IV-81
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
2) Progres fisik : 100%, dari rencana 100%.
Pada Gambar 4.10 dan 4.11 disajikan Kurva-S Rencana dan Realisasi
Keuangan dan Fisik Tahun 2016.
Gambar 4.10 Kurva S Rencana dan Realisasi Keuangan Tahun 2016
Gambar 4.11 Kurva S Rencana dan Realisasi Fisik Tahun 2016
Sampai dengan akhir Tahun anggaran 2016, sisa anggaran yang tidak
terserap sebesar Rp. 3,640 Trilyun atau sebesar 12,86% dari pagu DIPA Rp.
28,294 Trilyun, yang terdiri dari :
a. Selfblocking : Rp. 2 Trilyun.
2,77 7,16
12,79 18,86
25,89
35,02
44,6
55,67
67,74
78,49
88,61 100
2,06 5,2
9,64 14,44
20,37
33,13 35,79
44,69
52,83 59,51
71,00
87,14
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
Renc. Keu
Real. Keu
IV-82
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
b. Blokir : Rp. 248,08 Milyar.
c. Sisa anggaran : Rp. 1,639 Trilyun.
Dana yang tidak terserap tersebut disebabkan :
a. Terdapat 22 paket kontraktual Tahunan dengan pagu Rp. 17,09 Milyar yang
tidak dapat dilelangkan dengan beberapa alasan antara lain masuk dalam
selfblocking (appraisal tanah Bendungan Way Sekampung dan Bendungan
Tapin), blokir (FMSRB P. Ambon, Urgent Rehabilitation Strategic Irrigation for
Western Region), belum ada loan agreement (IPDMIP), waktu lelang yang
tidak mencukupi akibat proses revisi DIPA (appraisal tanah floodway
Cisangkuy).
b. Terdapat 13 paket kontraktual Tahun jamak baru (MYC Baru) dengan pagu
Rp. 142,75 Milyar yang tidak dapat dilelangkan, beberapa karena selfblocking
(PIMS, Flood Risk Management and Engineering Services, DI Batang Bayang,
DI Batang Asai, DI Kalukku), menunggu persetujuan lender/NOL (3 paket di
DI Jatiluhur), dan batal lelang (Bendungan Rukoh).
c. Terdapat sisa kontraktual sebesar Rp. 678,02 milyar.
d. Terdapat sisa AU dan pekerjaan swakelola sebesar Rp. 801,81 milyar.
4.5 Dampak dan Manfaat
Salah satu tujuan Ditjen Sumber Daya Air, yaitu : “Menyelenggarakan
pembangunan infrastruktur PUPR bidang sumber daya air untuk mendukung
ketahanan air , kedaulatan pangan , dan kedaulatan energi guna menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian
ekonomi”.
Dari hasil output yang diperoleh dalam penyelenggaraan anggaran
Tahun 2016 yang diuraikan di atas akan memberikan manfaat yang besar bagi
stakeholders terutama masyarakat di wilayah proyek yang
dibangun/direhabilitasi antara lain berupa peningkatan ekonomi masyarakat di
wilayah sekitar proyek yang terbangun. Capaian output Tahun 2016 sebagai
Tahun kedua Renstra 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air mendukung pencapaian
target sasaran strategis yang ditetapkan sebagaimana diuraikan pada Butir 4.3.
Dampak dan manfaat dari hasil pembangunan dan pengelolaan sumber daya air
Tahun 2016, antara lain :
IV-83
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
a. Menambah dukungan ketersediaan suplai air irigasi pada areal pertanian
beririgasi seluas 52.519 ha, sehingga mampu meningkatkan produksi gabah
kering giling (GKG) sebesar ± 0,387 juta ton GKG per Tahun, dengan asumsi
produktivitas 5,16 ton GKG/ hektar, dengan IP 1,43.
b. Menambah dukungan akses kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari
sebesar 6,15 m3/detik atau setara dengan memenuhi air baku untuk 7,55 juta
jiwa, dengan asumsi kebutuhan air baku 100 liter/jiwa/hari.
c. Mendukung tambahan kapasitas tampung sumber air sebesar 16,73 juta m3,
sehingga total tampungan sampai dengan Tahun 2016 sebesar 13.721 milyar
m3 (tampungan sampai dengan Tahun 2014 sebesar 12,68 trilyun m3). Jika
jumlah penduduk Tahun 2016 sebanyak ± 256,17 juta jiwa maka dapat
meningkatkan tampungan per kapita menjadi 53,56 juta m3/kapita/Tahun. Air
tampungan dalam waduk dapat dimanfaatkan untuk air baku, irigasi, dll.
d. Bertambahnya luas kawasan yang terlindungi daya rusak air seluas ± 16.000
ha, melalui pembangunan infrastruktur pengendali banjir sepanjang 242,94
Km.
Berikut beberapa keberhasilan kegiatan-kegiatan yang memberikan
dampak dan manfaat yang besar yang diselesaikan dalam Tahun 2016 pada
Ditjen Sumber Daya Air :
1) Pembangunan Embung Babolit (Lanjutan)
Pembangunan Embung Babolit (Lanjutan) berlokasi di Kota Melawi,
Provinsi Kalimantan Barat dengan kapasitas tampung 129.000 m3 dan luas
genangan 10.990 m2. Manfaatnya adalah sebagai penyediaan prasarana
dan sarana Air Baku 18 liter/detik.
IV-84
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
2) Peningkatan Embung Aek Natonang
Kegiatan ini berlokasi di 55 km sebelah hulu Kota Pangururan dan berjarak
255 km dari kota Medan. Volume tampungan sebesar 661.954 m3, sumber
air berasal dari Sungai Binanga Bolon dan Sungai Halian. Manfaatnya
adalah untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di Kecamatan Simanindo dan
Kecamatan Palipi.
3) Rehabilitasi Embung Aibo
Kegiatan ini berlokasi di Desa Maibo, Kecamatan Aimas, Kabupaten Sorong
dengan volume tampung 43.158,47 m3 dan layanan air baku 0,28 liter/detik.
IV-85
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
4) Revitalisasi Danau Tondano
Kegiatan ini berlokasi di Provinsi Sulawesi Utara. Manfaat dari
pembangunan ini adalah 1) Meningkatkan tampungan air danar sebesar 46
juta m3, 2) Meningkatkan ketahan produksi listrik di PLTA Tonsea lama,
PLTA Tanggari I dan PLTA Tanggari II, 3) Mempertahankan suplai air bersih
untuk kota Manado, 4) Pengendalian sedimentasi pada danau, 5)
Pengendalian pencemaran limbah domestik yang masuk ke danau, 6)
Mendorong pertimbuhan pariwisata.
IV-86
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
5) Pengerukan dan Pengendalian Sedimen Danau Limboto (MYC)
Kegiatan ini berlokasi di Provinsi Gorontalo, panjang rencana pengerukan
10,527 M. Manfaatnya adalah 1) Pengendalian sedimentasi, 2) Pengendalian
banjir di Kota Gorontalo, Pengendalian perencanaan limbah domestik, 3)
Menopang mata pencaharian untuk nelayan di sekitar danau, 4)
Mendorong pertumbuhan pariwisata danau.
6) Revitalisasi Danau Tempe
Kegiatan ini terdiri dari 3 lokasi, yaitu : di Kab. Sidrap, Kab. Soppeng, Kab.
Wajo provinsi Sulawesi Selatan, merupakan danau paparan banjir Sungai
Walanae, dengan volume tampungan 145,6 juta m3. Manfaatnya adalah 1)
Meningkatkan tampungan air danau sebesar 31,3 juta m3, 2) Pengendalian
sedimen pada danau, 3) Pengendalian banjir di Kab. Wajo, kab. Soppeng
dan Kab. Sidrap, 4) Menopang mata pencaharian untuk nelayan, 5)
Mendorong pertumbuhan pariwisata danau.
IV-87
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
7) Lanjutan Peningkatan Jaringan Irigasi D.I Bena
Kegiatan ini berlokasi di Desa Bena, Kecamatan Amanuban Selatan.
Sumber air berasal dari Bendung Linamnutu, luas lahan 3.500 hektar
dengan panjang saluran irigasi 10.025,97 m, waktu pelaksanaan 240 hari
kalender.
8) Rehabilitasi Bangunan Utama D.I Klambu
Kegiatan ini berlokasi di kabupaten Grobogan, Demak, Kudus dan Pati,
Jawa Tengah dengan luas daerah irigasi 37.451 hektar, panjang saluran
primer 73.797 m, panjang saluran sekunder 216.440 m.
IV-88
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
BAB IV Akuntabilitas Kinerja
9) Pembangunan Intake dan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku
Kotanopan
Kegiatan ini berlokasi di Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi
Sumatera Utara, waktu pelaksanaan 180 hari kalender. Manfaatnya adalah
melayani kebutuhan air baku bagi masyarakat di Kotanopan.
10) Pembangunan Prasarana Pengambil Air Tanah untuk Air Baku 10
Titik Kabupaten Muaro Jambi
Kegiatan ini tersebar di 10 desa kabupaten Muaro Jambi, dengan waktu
pelaksanaan 240 hari kalender, tipe bangunan sumur dalam dan kapasitas
Recommended