View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KEBIJAKAN PT. BANK BNI SYARIAH DALAM
PEMBIAYAAN SINDIKASI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy)
Oleh:
AFRIZAL FATHONI AMNAN
NIM: 1111046100045
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Afrizal Fathoni Amnan
NIM : 1111046100045
Fakultas : Syariah dan Hukum
Konsentrasi : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam skripsi ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dipertanggungjawabkan, maka saya siap dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juli 2016
Afrizal Fathoni Amnan
v
ABSTRAK
Afrizal Fathoni Amnan. 1111046100045. Kebijakan PT. Bank BNI Syariah
dalam Pembiayaan Sindikasi. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi
Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 1437 H/ 2016 M.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/13/PBI/2006
tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, bank tidak dapat
memberikan kredit melebihi batas maksimum yang telat ditentukan. Namun
terkadang nasabah membutuhkan pembiayaan dengan dengan dana yang cukup besar
melebihi batas maksimum yang telah diberikan. Oleh karena itu bank melakukan
Pembiayaan Sindikasi untuk mengatasi hal tersebut.
Dari latar belakang masalah tersebut maka tujuan dari skripsi ini adalah untuk
mengetahui dan menjelaskan bagaimana ketentuan kebijakan pembiayaan sindikasi
pada Bank BNI Syariah, serta untuk mengetahui dan menjelaskan kesesuaian
pengambilan kebijakan pembiayaan sindikasi pada Bank BNI Syariah dengan Fatwa
DSN 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang Pembiayaan Sindikasi. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan melakukan penelitian lapangan
(field research) untuk mendapatkan data primer, dengan melakukan observasi dan
wawancara dengan pihak Bank BNI Syariah yang menangani pembiayaan sindikasi.
Selain itu penulis juga melakukan penelitian kepustakaan (library research) untuk
mendapatkan data sekunder.
BNI iB Pembiayaan Sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan secara
bersama-sama oleh dua atau lebih lembaga keuangan untuk membiayai suatu
proyek/usaha, dalam pembentukannya diawali dengan permohonan pembiayaan dari
nasabah sampai dengan penandatanganan perjanjian pembiayaan sindikasi dan
pengawasan pelaksanaan perjanjian serta pelunasan. Sedangkan dalam penentuan
akad dapat terlebih dahulu dilihat dari tujuan penggunaan dana tersebut, apakah
digunakan untuk pembiayaan modal kerja atau pembiayaan investasi. Akad-akad
yang dapat digunakan dalam BNI iB Pembiayaan Sindikasi diantaranya adalah
Murabahah, Wakalah, Mudharabah, Musyarakah, Ijarah Muntahiya Bittamlik,
Ijarah Paralel, Istishna Paralel. Kepesertaan BNI iB Pembiayaan Sindikasi tidak
hanya terbatas dengan Lembaga Keuangan Syariah saja, namun dapat pula dilakukan
dengan Bank konvensional. Dengan merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional
dan Majlis Ulama Indonesia Nomor 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang Pembiayaan
Sindikasi, kebijakan PT Bank BNI Syariah mengenai pembiayaan sindikasi dapat
dikatakan sudah sesuai dengan prinsip syariah
Kata Kunci : Pembiayaan, Pembiayaan Sindikasi, Kebijakan
Pembimbing : Dr. H. Hasanuddin, M. Ag
Daftar Pustaka : tahun 1995 sampai dengan 2015
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Kebijakan PT. Bank BNI Syariah dalam Pembiayaan Sindikasi”. Shalawat serta
salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh
keberkahan dan cahaya Islam.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar S.E,Sy di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas
kelancaran dan kemudahan yang telah Allah SWT berikan. Selain itu, penulis juga
ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D, selaku dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M Hasan Ali, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat, dan
Bapak Abdurrauf, LC, MA selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Hasanuddin, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang telah
berperan banyak dalam memberikan bimbingan, arahan, koreksi, saran dan
selalu sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi. Terimakasih
atas ilmu dan kesabarannya yang telah bapak berikan selama ini.
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang penuh dengan kesabaran dan
keikhlasan untuk memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku
kuliah.
vii
5. Bapak Bambang Sutrisno selaku Division Head Human Capital Division PT
Bank BNI Syariah, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk bisa
melaksanakan magang dan riset di PT Bank BNI Syariah.
6. Bapak Doli Ahdar Furqoni Matondang selaku Account Officer Commercial &
Small Division Kantor Pusat BNI Syariah, yang telah menjadi tempat sharing
penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan terima kasih atas waktu dan segala
informasi yang bapak berikan.
7. Rasa ta’zim dan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Shokhib
Affandi dan Ibunda Amanah, yang tak kenal lelah berjuang dan berkorban
untuk memberikan yang terbaik, perhatian, serta rasa cinta kasih yang tak
pernah habis. Adindaku Sania Qurotta A’yun, yang selalu memberikan
motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
8. Thanks for your help, for your kindness, for your support. Hopefully what
you’ve given to me will be paid by the best reward from God. Thanks miss
Indriyani Agustina.
9. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman seperjuangan, Bayu Prasetyo,
Nimas Rani Purbasari, Rizal Kurniawan, Syamsul Bahri, Sherty Junita,
Ahmad Rosyadi, Abunidal alKahfi, Jalu, Sam’ul, Abie, Aska, Heru Nugroho,
Tanto, Dimas, Handuta, Puguh dan teman-teman lain yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, canda tawa, dan
pengalaman serta proses yang telah kita lalui bersama.
10. Thanks for her (AR), I really felt a sincere kindness. Thanks for fond
memories~
11. Kakak-kakak senior, Abdurachman Zuhad, Endra Rukmana, Andhika Febrya
Dharma, Bang Rahman yang telah banyak membantu dan memberikan
motivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Teman hidup satu atap, Abdul Karim Muzakky, Sugeng Sulistio, mas Fadhil,
mas Dodi, Hasnan Aji, Deden Eka, terimakasih untuk dukungan yang telah
kalian berikan dan suka duka yang pernah kita lalui bersama.
viii
13. Keluarga Besar The Djakarta Vespa UIN (The Djavu), Zaki Mubarok, Adi
Taruna, dan seluruh anggota keluarga The Djavu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, suatu kebanggaan besar bisa menjadi bagian dari
keluarga The Djavu. Salam Scooterist.
14. Teman-teman KKN PRIMA Desa Banyuasih-Tangerang, Rizal, Bayu,
Abunidal, Anggita, Andhita, Hanifah, Azwin, Aep, Mufti, Try, Wahyu,
Fatma, Putri, Wisnu. kalian adalah pengalaman terbaik bagi penulis yang
tidak bisa dilupakan, semoga silaturahmi kita tetap terjaga.
15. Keluarga Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
KOMFAKSYAHUM, yang telah menanamkan nilai persahabatan dan nilai-
nilai pergerakan yang berlandaskan ahlus sunnah wal jama’ah.
16. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2011 khususnya kelas PS B,
semoga silaturahmi kita tetap terjaga.
17. Kepada semua pihak yang terkait yang telah membantu namun tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT
membalas kebaikan yang telah kalian berikan, Amin.
Jakarta, Juli 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
BAB I KEBIJAKAN PT. BANK BNI SYARIAH DALAM
PEMBIAYAAN SINDIKASI
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7
D. Kajian Pustaka .................................................................................. 8
E. Metode Penelitian ........................................................................... 15
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 18
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PEMBIAYAAN SINDIKASI
DAN FATWA PEMBIAYAAN SINDIKASI
A. Pembiayaan..................................................................................... 20
1. Pengertian Pembiayaan ............................................................ 20
2. Jenis-Jenis Pembiayaan ............................................................ 21
3. Akad-Akad Pembiayaan ........................................................... 22
B. Pembiayaan Sindikasi ..................................................................... 30
1. Pengertian Pembiayaan Sindikasi ........................................... 30
2. Ciri-Ciri Pembiayaan Sindikasi ............................................... 32
3. Tujuan dan Alasan Melakukan Pembiayaan Sindikasi ........... 35
4. Bentuk Pembiayaan Sindikasi ................................................. 40
5. Akad-Akad Pembiayaan Sindikasi .......................................... 41
6. Pihak-Pihak dalam Pembiayaan Sindikasi .............................. 43
7. Jenis-Jenis Pasar Sindikasi ...................................................... 49
8. Dokumen-Dokumen dalam Pembiayaan Sindikasi ................. 50
9. Landasan Syariah Pembiayaan Sindikasi ................................ 53
x
C. Fatwa DSN-MUI No. 91/DSN-MUI/IV/2014 Tentang
Pembiayaan Sindikasi (Al-Tamwil Al-Mashrifi Al-Mujamma’) ... 55
1. Ketentuan Umum .................................................................... 55
2. Ketentuan Hukum .................................................................... 58
3. Ketentuan Akad antara Sesama Peserta Sindikasi .................. 58
4. Ketentuan Akad antara Entitas Sindikasi dengan Nasabah ..... 58
5. Ketentuan terkait Rekening dan Dokumen Akad .................... 59
BAB III PEMBIAYAAN SINDIKASI PADA PT BANK BNI SYARIAH
A. Profil PT Bank BNI Syariah ........................................................... 61
1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya Bank BNI Syariah ............... 61
2. Segmen Usaha ...................................................................... 64
3. Produk dan Jasa Bank BNI Syariah ...................................... 66
4. Struktur Organisasi Bank BNI Syariah ................................. 75
B. Pembiayaan Sindikasi pada Bank BNI Syariah .............................. 77
1. Tujuan Pembiayaan Sindikasi oleh Bank BNI Syariah ............ 78
2. Ciri-Ciri Pembiayaan Sindikasi pada Bank BNI Syariah ........ 78
3. Pihak-Pihak dalam Pembiayaan Sindikasi Bank BNI Syariah 79
4. Segmentasi ............................................................................... 80
5. Perhitungan Margin/Bagi Hasil dalam Pembiayaan Sindikasi
Bank BNI Syariah .................................................................... 80
BAB IV ANALISA TERHADAP KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
SINDIKASI PADA PT BANK BNI SYARIAH
A. Ketentuan Kebijakan Pembiayaan Sindikasi pada PT Bank BNI
Syariah ............................................................................................ 82
B. Kesesuaian Kebijakan Pembiayaan Sindikasi pada PT Bank BNI
Syariah dengan Prinsip Syariah ...................................................... 91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 96
B. Saran ............................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 100
LAMPIRAN
1
BAB I
KEBIJAKAN PT. BANK BNI SYARIAH DALAM PEMBIAYAAN
SINDIKASI
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Banyak
perusahaan lokal dan internasional mencari berbagai kegiatan dalam rangka
menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari
pemerintah, masyarakat dan lembaga keuangan. Proses kegiatan perusahaan
tersebut dapat terhambat karena kurangnya modal atau dana untuk membiayai
pelaksanaan usahanya. Di negara yang berkembang ini dan ditopang oleh semakin
tingginya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak semakin
tingginya kebutuhan yang harus dipenuhi.1
Pembangunan ekonomi suatu negara memerlukan program yang terencana
dan terarah serta membutuhkan modal atau dana pembangunan yang tidak sedikit.
Tidaklah mengherankan apabila pemerintah dalam suatu negara terus menerus
melakukan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan dan
peningkatan kinerja bank sebagai lembaga keuangan dan lokomotif pembangunan
ekonomi. Lembaga keuangan bank yang mempunyai peranan yang strategis dalam
membangun suatu perekonomian negara.2
1 Fachruddin Razi, Pemberian Kredit Sindikasi dan Permasalahannya pada Lembaga
Perbankan. (Jambi: Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari, 2009) h. 1. 2 Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Cetakan
Pertama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h.1.
2
Dalam pembangunan ekonomi negara harus memperhatikan beberapa
sektor, diantaranya sektor industri, pertanian, infrastruktur, pertambangan, dll.
Pembangunan infrastruktur memiliki peran penting untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa infrastruktur yang memadai dan ditunjang oleh kualitas yang
baik akan memberikan dampak positif terhadap output dan kualitas pertumbuhan
ekonomi.3 Namun salah satu yang menjadi masalah dan hambatan pembangunan
ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia adalah keterbatasan terhadap
modal, tidak lah sedikit modal yang diperlukan dalam pembangunan suatu negara.
Disinilah bank dapat menempatkan fungsi sebagai financial intermediary.
Sektor perbankan merupakan salah satu sektor keuangan Indonesia yang
mempunyai kedudukan khusus dalam skala ekonomi nasional. Fungsi utama bank
adalah mempertemukan dua pihak atau lebih yaitu pihak yang membutuhkan dana
(borrower) di satu sisi, dan pihak yang mempunyai kelebihan dana (saver) pada
sisi lain.4 Core bisnis perbankan adalah menjadi financial intermediary antara
surplus unit dengan deficit unit, yaitu pihak-pihak yang memerlukan dana berupa
kredit atau nasabah kredit.5
Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh sektor perbankan dalam upaya
untuk membantu peningkatan perekonomian negara adalah pemberian
kredit/pembiayaan. Kegiatan pemberian kredit merupakan salah satu fungsi dari
lembaga perbankan yang termuat dalam ketentuan Undang – Undang No. 10
3 Hapsari Tanjung, “Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negri UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 7. 4 Ibid, h. 2.
5 Krisna Wijaya, Reformasi Perbankan Nasional, (Jakarta: Harian Kompas, 2000), h. 46
3
tahun 1998 atas perubahan Undang – Undang No. 7 tahun 1992 tentang
Perbankan. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.6 Akan tetapi
konsentrasi kredit yang berlebihan dapat membahayakan bank.
Untuk itu Bank Indonesia (BI) mewajibkan bank menerapkan prinsip
kehati-hatian penyaluran kredit dan melakukan penyebaran portofolio penyediaan
dana terutama dengan pembatasan penyediaan dana dengan persentase tertentu
terhadap pihak terkait maupun pihak yang tidak terkait dengan memperhatikan
keadaan modal bank. Hal inilah yang lebih dikenal dengan Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK) yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No. 7/3/PBI/ 2005 yang telah diubah dengan PBI No. 8/13/PBI/2006 tentang
Batas Umum Pemberian Kredit Bank Umum. Ketentuan ini diatur lebih lanjut
pada Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 7/14/PBI/DPNP tertanggal 18
April 2005.7
Semakin meningkatnya perkembangan perekonomian seperti sekarang ini
serta dengan meningkatnya permohonan fasilitas kredit dari kalangan masyarakat
maupun pengusaha, tidak dapat mengizinkan bank untuk bebas dalam
memberikan fasilitas kredit mengingat adanya ketentuan pembatasan pemberian
6 A.A. Mirah Endraswati dan I Ketut Sudantra, Kredit Sindikasi Sebagai Alternatif
Pembiayaan Kredit dalam Skala Besar. (Bali: Hukum Bisnis Fakultas Universitas Udayana) h. 1. 7 Mulia Pandapotan Harahap, “Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Kredit Sindikasi
Berdasarkan Hukum Kontrak (Studi Kasus PT. Bank Sumut)”, (Tesis S2 Fakultas Hukum,
Universitas Sumatera Utara, Medan: 2012), h. 6.
4
kredit yang disebut Batas Maksimum Pemberian Kredit ( BPMK ) atau legal
lending limit yang membatasi suatu bank dalam menyalurkan kreditnya.8
Oleh karena adanya aturan BMPK atau legal linding limit, bank tidak
dapat memberikan kredit melebihi batas maksimum yang telah ditentukan,
meskipun pada kenyataannya ada kalanya suatu nasabah, pada umumnya
perusahaan besar, membutuhkan dana yang sangat besar yang melebihi batas
maksimum kredit yang dapat diberikan oleh suatu bank untuk pembiayaan suatu
proyek atau kegiatan lainnya. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan
pembangunan di Indonesia dan semakin meningkatnya permintaan dana dari para
pelaku usaha dan masyarakat pada umumnya, adanya penetapan batas maksimum
pemberian kredit (BMPK) menjadi penghalang bagi para pelaku usaha untuk
memperoleh dana dalam jumlah yang besar.
Dalam hal menyikapi penetapan batas maksimum pemberian kredit
(BMPK) lembaga keuangan syariah melakukan inovasi produk dalam hal
pembiayaan melalui pembiayaan sindikasi. Pembiayaan sindikasi merupakan
bentuk kerjasama dalam hal pembiayaan atau pendanaan terhadap suatu objek
tertentu. Lebih spesifiknya, kredit sindikasi merupakan pembiayaan yang
diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan untuk satu objek pembiayaan
tertentu. Jadi dalam kredit sindikasi ini pihak yang memberikan pembiayaan lebih
dari satu lembaga keuangan, sedangkan pihak yang diberi pembiayaan hanya satu
lembaga atau perorangan.9
8 A.A. Mirah Endraswati dan I Ketut Sudantra, Kredit Sindikasi Sebagai Alternatif
Pembiayaan Kredit dalam Skala Besar. (Bali: Hukum Bisnis Fakultas Universitas Udayana) h. 1. 9 Sutan Remi Sjahdeini, Kredit Sindikasi Proses, Teknik Pemberian, dan Aspek
Hukumnyai, (Jakarta: Grafiti, 2010) h. 2
5
Perbankan Syari’ah akan dapat berkembang dengan baik apabila selalu
berorientasi pada keadaan masyarakat. Untuk itu perlu diciptakan daya inovasi
baru untuk mendapatkan produk baru sebagai variasi dari produk yang telah ada
dan akhirnya mampu menciptakan fragmentasi pasar baru di antara pasar yang
telah ada.10
Beberapa bank syariah yang sudah berpartisipasi dalam pembiayaan
sindikasi, antara lain:
1. Bank BNI Syariah, BNI Syariah dan International Leasing and Investment
Company (ILIC) telah menandatangani akad pembiayaan sindikasi senilai Rp.
150 milyar dengan PT. Trigana Air Service pada tahun 2008.11
2. Bank Bukopin Syariah memberikan pembiayaan sindikasi sebesar Rp. 120
milyar untuk proyek sambungan pipa gas PT. Triguna pada tahun 2009.12
3. Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BRI Syariah dan Unit Usaha Syariah
Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur memfasilitasi sindikasi pembiayaan
bagi tiga anak perusahaan PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLT) pada tahun
2010. Nilai total sindikasi untuk pembelian tiga buah kapal tanker tersebut
adalah sebesar Rp 180 miliar.13
10
Prof. Abdul Kadir Muhammad, S.H. dkk, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan,
(Bandung: PT. Citra Bakti, 2004) h. 60. 11
Fadhil Al Bira, “Fasilitas Kredit Rp150 Miliar untuk Trigana Air” artikel diakses pada
20 Maret 2015 dari
http://news.kompas.com/read/2008/01/28/1850204/fasilitas.kredit.rp150.miliar.untuk.trigana.air.
12 Widi Agustian, “Syariah Bukopin Incar Sindikasi Proyek Hotel” artikel diakses pada
20 Maret 2015 dari http://economy.okezone.com/read/2009/08/13/320/247816/320/syariah-
bukopin-incar-sindikasi-proyek-hotel 13
Yogie Respati, “Empat Bank Syariah Biayai Tanker” artikel diakses pada 20 Maret
2015 dari http://www.bankmuamalat.co.id/berita/detail/empat-bank-syariah-biayai-tanker
6
4. Bank BNI Syariah, Bank Muamalat dan Bank BPD Jateng unit usaha Syariah
memberikan pembiayaan sindikasi untuk pengembangan Rumah Sakit Islam
Sultan Agung (RSISA) bernilai sekitar Rp. 117 milyar pada tahun 2013.14
Bank BNI Syariah, sebagai pelaku kegiatan ekonomi berbasis syariah
semakin berkembang dan merambah hampir di semua sektor usaha, salah satunya
peran aktifnya dalam keikutsertaan pembiayaan sindikasi. Oleh karena itu, penulis
memilih Bank BNI Syariah sebagai objek penelitian.
Sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang menjembatani
antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan
dana melalui produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. Seluruh transaksi yang terjadi dalam kegiatan keuangan syariah harus
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip
yang didasarkan pada ajaran Al-Quran dan Sunnah. Dalam konteks Indonesia,
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan
keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.15
Untuk pembiayaan
sindikasi telah diatur dalam Fatwa DSN-MUI No. 91/DSN-MUI/IV/2014.
Dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, penulis ingin
mengkaji lebih dalam mengenai ketentuan kebijakan pembiayaan sindikasi pada
Bank BNI Syariah dengan merujuk pada dasar hukum yang berlaku yaitu Fatwa
DSN 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang pembiayaan sindikasi. Oleh karena itu
14
Idris Rusadi Putra, “ BNI Syariah Pimpin Sindikasi Pembiayaan Rumah Sakit Rp 117
M” artikel diakses pada 20 Maret 2015 dari http://www.merdeka.com/uang/bni-syariah-pimpin-
sindikasi-pembiayaan-rumah-sakit-rp-117-m.html 15
Andri Soemitra, Bank&Lembaga Keuangan Syariah, Cet. Ke-1 (Jakarta: Kencana,
2009) h. 19
7
dalam skripsi ini penulis memilih judul: “KEBIJAKAN PT. BANK BNI
SYARIAH DALAM PEMBIAYAAN SINDIKASI”
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Dari judul “KEBIJAKAN PT. BANK BNI SYARIAH DALAM
PEMBIAYAAN SINDIKASI” dapat diambil fokus pembahasan pada
pembiayaan sindikasi mengenai ketentuan kebijakan pembiayaan sindikasi
pada PT. Bank BNI Syariah dan penerapan prinsip syariah dalam kebijakan
pembiayaan sindikasi PT. Bank BNI Syariah dengan merujuk pada Fatwa
DSN-MUI No. 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang pembiayaan sindikasi.
2. Perumusan
Dari uraian latar belakang, penulis merumuskan masalah penelitian
dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana ketentuan kebijakan pembiyaan sindikasi pada Bank BNI
Syariah?
b. Dalam penentuan kebijakan pembiayaan sindikasi di Bank BNI
Syariah apakah telah sesuai dengan Fatwa DSN 91/DSN-MUI/IV/2014
Tentang Pembiayaan Sindikasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan diangkatnya judul penilitian “KEBIJAKAN PT. BANK BNI
SYARIAH DALAM PEMBIAYAAN SINDIKASI”, berdasarkan uraian
8
permasalahan di atas akan memberikan beberapa hal penjelasan untuk menjawab
permasalahan tersebut, dengan tujuan diantaranya:
a. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana ketentuan kebijakan
pembiayaan sindikasi pada Bank BNI Syariah.
b. Untuk mengetahui dan menjelaskan kesesuaian pengambilan kebijakan
pembiayaan sindikasi pada Bank BNI Syariah dengan Fatwa DSN
91/DSN-MUI/IV/2014 Tentang Pembiayaan Sindikasi.
Berdasarkan uraian tujuan penelitian di atas maka dapat memunculkan
manfaat dari penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
a. Dalam lembaga kepustakaan, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan ilmu dalam memperkaya cakrawala khazanah pemikiran
hukum Islam.
b. Dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai pembiayaan,
khususnya pembiayaan sindikasi.
c. Dapat mengetahui implementasi Fatwa DSN pada Lembaga Keuangan
Syariah.
d. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih dalam
mengenai produk pembiayaan sindikasi pada praktek bank syariah.
D. Kajian Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan peninjauan pustaka
melalui penelitian studi terdahulu melalui beberapa skripsi untuk mengetahui apa
saja yang sudah diteliti dan mengetahui kekurangan serta kelebihan yang terdapat
9
dalam skripsi terdahulu guna penentuan fokus penelitian. Adapun beberapa
penelitian terdahulu yang berhasil penulis temukan terkait pembahasan
pembiayaan sindikasi pada perbankan syariah diantaranya adalah:
1. Penelitian Risqika Yunita Harlan, Mahasiswi IAIN Walisongo,
Fakultas Syariah, Semarang, 2012.
“Sindikasi Pembiayaan Di PT. Bank Pembiayaan
Rakyat Syari’ah (BPRS) Suriyah Kantor Cabang
Semarang”
Isi Penelitian
Terdahulu
Dari hari hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa pembiayaan sindikasi di PT. BPRS Suriyah
sudah sesuai dengan akad yang digunakan yaitu
musyarakah dan sudah sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) PT. BPRS Suriyah.
Sindikasi pembiayaan yang dilakukan oleh PT.
BPRS Suriyah sudah sesuai dengan hukum syari’ah
Islam dengan penggunaan akad musyarakah yang
diterapkan dalam pembiayaan tersebut, begitu juga
sesuai dengan Faatwa DSN 08/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan musyarakah.
Perbedaan Dengan
Penulis
Pembahasan pada skripsi tersebut terfokus pada
kesesuain kebijakan pembiayaan sindikasi terhadap
Fatwa DSN 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan musyarakah. Sedangkan dalam
10
penelitian ini penulis memfokuskan permasalahan
pada analisis ketentuan pengambilan kebijakan
pembiayaan sindikasi dan keseusaian penerapan
terhadap Fatwa DSN 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang
pembiayaan sindikasi, yang didalamnya tidak
terfokuskan pada satu akad saja, melainkan terdapat
beberapa akad yang terdapat pada Fatwa DSN
91/DSN-MUI/IV/2014. Begitupun objek dalam
penelitian berbeda, penulis akan mengambil objek
penelitian pada PT. Bank BNI Syariah.
2. Penelitian Eka Puspasari, Mahasiswi Universitas Jember,
Fakultas Hukum, 2008.
“Pembebanan Jaminan Dalam Perjanjian Kredit
Sindikasi Dan Akibat Hukumnya Jika Terjadi
Kredit Macet”
Isi Penelitian
Terdahulu
Pelaksanaan perjanjian kredit sindikasi berkaitan
dengan hak dan kewajiban para pihak. Proses
pembebanan jaminan berupa hak kebendaan dilakukan
degan tahap pembuatan akta, baik akta notaris dan
akta PPAT. Akibat hukum pembebanan jaminan
yaitu kreditur memiliki hak eksekutorial atas benda
jaminan. Jika di kemudian hari terjadi kredit macet,
kreditur dapat langsung melakukan eksekusi
11
terhadap benda jaminan milik debitur.
Perbedaan dengan
Penulis
Dalam penelitian tersebut pembahasan terfokus pada
pelaksanaan perjanjian kredit sindikasi, dimana
selanjutnya terdapat proses pembebanan jaminan
dalam perjanjian sindikasi guna menghindari resiko
debitor tidak membayar hutangnya, dan akibat
hukum pembebanan jaminan serta penyelesaian
apabila terjadi kredit macet. Sedangkan dalam
penelitian ini penulis memfokuskan pembahasan
pada ketentuan kebijakan dan penerapan dasar
hukum (Fatwa DSN 91/DSN-MUI/IV/2014)
terhadap pembiayaan sindikasi, dan dalam
penelitian ini pun penulis menganalisa penerapan
hukum dalam perspektif Islam (Syariah).
3. Penelitian Jeanyna Mige Rostanti, Mahasiswi Universitas
Jember, Fakultas Hukum, 2012
“Tanggung Jawab Pemimpin Kreditu Terhadap
Bank Peserta Sindikasi Dalam Perjanjian Kredit
Sindikasi”
Isi Penelitian
Terdahulu
Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa
tanggung jawab lead creditor terhadap debitur dan
bank peserta sindikasi adalah membentuk kredit
sindikasi sesuai dengan mandate yang diberikan
12
debitur sampai ditandatangani perjanjian kredit
sindikasi, menghubungkan bank peserta sindikasi
dengan debitu karena lead creditor merupakan wakil
dari bank peserta sindikasi, mengadministrasikan
segala bentuk transaksi yang terjadi antara bank
peserta sindikasi dengan debitur.
Perbedaan Dengan
Penulis
Dalam penelitian tersebut pembahasan tefokus pada
bentuk hubungan hukum antara pemimpin kreditur
(lead creditur) dan bank peserta sindikasi serta
mengetahui dan memahami tanggung jawab lead
creditur terhadap bank peserta sindikasi. Sedangkan
dalam penelitian ini penulis memfokuskasn pada
hubungan antara kebijakan pembiayaan sindikasi
dengan dasar hukumnya, dimana dalam hal ini
adalah Fatwa DSN 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang
pembiayaan sindikasi.
4. Penelitian Said Umar Subarkah, Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum,
2013.
“Manajemen Risiko Pada Pembiayaan Sindikasi
(Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk.)”
13
Isi Penelitian
Terdahulu
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa
pembiayaan sindikasi merupakan pembiayaan yang
diberikan dalam jumlah yang sangat besar. Oleh
karena itu, bank perlu memperhatikan dengan serius
potensi risiko yang akan dihadapinya dan
mengembangkan sistem untuk mengidentifikasi,
mengontrol, dan mengelola risiko-risiko tersebut.
Untuk mengantisipasi berbagai macam risiko
tersebut, maka diperlukan adanya suatu pengelolaan
risiko atau sering disebut sebagai manajemen risiko.
Perbedaan Dengan
Penulis
Dalam penelitian tersebut pembahasan terfokus pada
jenis jenis risiko yang dihadapi Bank Muamalat
pada pembiayaan sindikasi dan dampak apa yang
diakibatkan dari risiko-risiko yang terjadi serta
mengetahui penerapan dan proses manajemen
risikonya. Sedangkan dalam penelitian ini penulis
memfokuskasn pada hubungan antara ketentuan
pembiayaan sindikasi dengan dasar hukumnya,
dimana dalam hal ini adalah Fatwa DSN 91/DSN-
MUI/IV/2014 tentang pembiayaan sindikasi.
5. Penelitian Leli Yuhyiyanti, Mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum,
2010.
14
“Pembiayaan Sindikasi Pada PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk.”
Isi penelitian
Terdahulu
Dalam penelitian tersebut mengemukakan mengenai
prosedur dan efektivitas pembentukan pembiayaan
sindikasi pada Bank Muamalat serta menganalisa
akad pada pembiayaan sindikasi.
Perbedaan dengan
penulis
Dalam penelitian kali ini penulis akan
memfokuskasn pada hubungan antara kebijakan
pembiayaan sindikasi pada PT. Bank BNI Syariah
terhadap kesesuaian syariahnya, dengan merujuk
pada dasar hukumnya yaitu Fatwa DSN 91/DSN-
MUI/IV/2014 tentang pembiayaan sindikasi.
Yang menjadi pembeda dengan penelitian
sebelumnya adalah dalam penelitian ini penulis
memfokuskan pada penyesuaian akad-akad yang
terbentuk dengan ketetapan yang ada dalam Fatwa
DSN 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang pembiayaan
sindikasi.
15
E. Metode Penelitian
Dalam upaya mendapatkan data yang akurat, lengkap, dan objektif, untuk
penyusunan skripsi ini penulis menggunakan penelitian melalui:
1. Jenis penelitian
Sebagai sebuah karya ilmiah, skripsi ini didasarkan pada informasi dan
data yang akurat. Untuk memperoleh data tersebut, penulis melakukan
penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field
research).
o Penelitian Kepustakaan (Library research)
Penelitian ini dikatakan juga sebagai penelitian yang membahas data-
data sekunder.16
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
metode Library research (penelitian kepustakaan), yaitu suatu teknik
penelitian untuk memperoleh data dari buku, jurnal, artikel, ataupun
majalah serta lain sebagainya yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas.
o Penelitian Lapangan (Field research)
Field research (penelitian lapangan) ini dimaksudkan untuk
memperoleh data primer. Dalam penelitian ini dilakukan dengan
melakukan studi kasus pada objek penelitian dan melakukan
wawancara terstruktur guna mendapatkan data pendukung.
16
Mardalis, Metode Penelitian - Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara,
2007) h. 28.
16
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan
melakukan analisis Fatwa DSN No. 91/DSN/MUI/IV/2014 tentang
Pembiayaan Sindikasi dengan cara mengurai dan mendiskripsikan putusan
fatwa, kemudian dihubungkan dengan masalah yang diajukan sehingga di
temukan kesimpulan yang objektif, logis, konsisten, dan sistematis.17
3. Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer: yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
misalnya hasil interview langsung dengan pihak perusahaan dan lain
sebagainya.
b. Data Sekunder: yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari
sumbernya, misalnya dari buku-buku, majalah atau literature-literatur
yang berkaitan dengan tema skripsi.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara, adalah proses pengumpulan data dan memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan
menggunakan alat yang dinamakan pedoman wawancara.18
Proses
wawancara ini akan ditujukan kepada Divisi Pembiayaan Sindikasi PT.
Bank BNI Syariah.
17
Amiruddin. Zainal Asikin., Pengantar Metode Penelitian Hukum. (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2003). 18
Nazir, Muh. Ph.D. Metode Penelitian. cetakan ketiga (Jakata : Ghalia Indonesia, 1988)
h. 234.
17
b. Dokumentasi: yaitu teknik yang digunakan untuk melengkapi data
yang diperlukan oleh penulis, antara lain dengan cara melihat dokumen
dan arsip-arsip pada instansi-instansi yang ada kaitannya dengan objek
penelitian.
5. Analisis Data
Seluruh data yang penulis peroleh dari hasil wawancara dan kepustakaan
diseleksi dan disusun, setelah itu penulis melakukan klasifiksi data.
Setelah diklarifikasi lalu di analisis, dalam hal ini data yang di kumpulkan
penulis adalah kualitatif, maka teknik analisa data yang digunakan adalah
content análisis (analisa isi), artinya penulis menggambarkan sesuatu yang
menjadi objek penelitian secara kritis melalui analisa isi yang bersifat
kualitattif. Deskriptif dimaksudkan memberikan data yang seteliti mungkin
keadaan dan gejalanya.19
Data-data yang telah terkumpul diperiksa
kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya,
konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut editing.
6. Pedoman Penulisan
Adapun pedoman penulisan laporan penelitian ini didasarkan pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang diterbitan oleh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum.( Jakarta : UI Press, 1984) h.10.
18
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar
belakang, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kajian pustaka (review studi terdahulu), kerangka teori,
kerangka konsep dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS. Pada bab ini, penulis menjelaskan
tentang pembiayaan sindikasi secara teori, diantaranya: Pengertian
pembiayaan sindikasi, ciri-ciri pembiayaan sindikasi, tujuan dan
alasan mengadakan pembiayaan sindikasi, bentuk pembiayaan
sindikasi, akad-akad pembiayaan sindikasi, pihak-pihak yang
terlibat pada pembiayaan sindikasi, jenis-jenis pasar sindikasi, dan
dokumen-dokumen dalam pembiayaan sindikasi. Pada bab ini juga
akan dibahas tentang deskripsi umum mengenai Fatwa DSN-MUI
No. 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang pembiayaan sindikasi,
diantaranya: ketentuan umum, ketentuan hukum, ketentuan akad
antara sesama peserta sindikasi, ketentuan akad antara entitas
sindikasi, dan ketentuan terkait rekening dan dokumen akad.
BAB III : PEMBIAYAAN SINDIKASI PADA PT BANK BNI SYARIAH.
Dalam bab ini membahas mengenai profil PT Bank BNI Syariah
dan pembiayaan sindikasi pada Bank BNI Syariah.
BAB IV : ANALISA TERHADAP KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
SINDIKASI PADA PT BANK BNI SYARIAH. Dalam bab ini
membahas mengenai ketentuan kebijakan pembiayaan sindikasi
19
pada PT. Bank BNI Syariah dan kesesuaian kebijakan pembiayaan
sindikasi di PT. Bank BNI Syariah dengan Fatwa DSN-MUI No.
91/DSN-MUI/IV/2014 tentang pembiayaan sindikasi.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini merupakan bab
penutup dari skripsi yang menyajikan kesimpulan, yang berisi
penjelasan secara singkat dari hasil pembahasan dan analisa, dan
penulis juga mencoba mengemukakan saran yang dianggap perlu
untuk dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para pembaca.
20
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PEMBIAYAAN SINDIKASI
DAN FATWA DSN-MUI NO. 91/DSN-MUI/IV/2014
A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan (financing) merupakan istilah yang digunakan oleh
bank syariah sebagai pengganti istilah kredit yang digunakan pada bank
konvensional.
Istilah kredit menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1992
tentang Perbankan, yang berarti: “penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga”.1
Pembiayaan berasal dari kata biaya, yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti uang yang dikeluarkan untuk menggunakan
(mendirikan, melakukan, dan sebagainya) sesuatu.2 Sedangkan kata
pembiayaan berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya.3
1 M. Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan
Lainnya di Negara Hukum Indonesia, cet. II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 1414.
2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 146.
3 Ibid., h. 147.
21
Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, dalam pasal 1 ayat (2) menjelaskan pengertian
pembiayaan sebagai berikut:
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan
istishna‟;
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau
Unit Usaha Syariah (UUS) dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau
bagi hasil.4
2. Jenis-Jenis Pembiayaan
Sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan pihak yang
surplus dana dengan pihak yang defisit dana, maka bank syariah
melakukan kegiatan pembiayaan. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21
4 M. Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan
Lainnya di Negara Hukum Indonesia, h. 1458.
22
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, jenis pembiayaan yang diberikan
oleh bank syariah yaitu:
a. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau
musyarakah;
b. Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam dan istishna‟;
c. Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;
d. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik; dan
e. Pengembalian utang berdasarkan Akad hawalah.5
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
industri.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.6
3. Akad-Akad Pembiayaan
Dalam bank syariah terdapat dua jenis akad yaitu akad tabarru‟
dan akad tijarah. Akad tabarru‟ (gratuitous contact) adalah segala macam
5 Ibid., h. 1416.
6 M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, cet. I (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h. 160.
23
perjanjian yang menyangkut not-for profit transaction (transaksi nirlaba).
Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari
keuntungan.7 Yang kedalam akad tabarru‟ adalah qard, rahn, hiwalah,
wakalah, kafalah, wadiah, hibah, waqf dan lain-lain.
Sedangkan yang dimaksud akad tijarah (compensation contract)
adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction.
Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan.8 Contoh
akad tijarah ini adalah murabahah, salam, istishna‟, ijarah, musyarakah,
mudharabah, muzara‟ah, musaqah, mukhabarah dan lain-lain.
Dalam kegiatan pembiayaan akad yang digunakan adalah akad
tijarah, karena pembiayaan merupakan bisnis bank untuk dapat
menghasilkan keuntungan. Adapun akad yang digunakan dalam
pembiayaan antara lain, musyarakah, mudharabah, murabahah, salam,
istishna‟, ijarah dan IMBT.
a. Musyarakah
Musyarakah atau disebut juga syirkah menurut bahasa berarti
percampuran (ikhtilah).9 Yang dimaksud dengan musyarakah adalah
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
dimana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
7 Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, h. 66.
8 Ibid., h. 70.
9 Sayyid Syabiq, Fiqh Sunnah Jilid 13, Penerjemah Kamaluddin A. Marzuki (Bandung:
PT Alma‟arif, 1996), h. 174.
24
sesuai dengan kesepakatan.10
Kebolehan pembiayaan dengan
menggunakan akad musyarakah diperkuat dengan Fatwa DSN-MUI
Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah.
Landasan syariah diperbolehkannya musyarakah antara lain:
1) Al-Qur‟an
... / (21: 4) النسآءArtinya: Maka mereka bersekutu dalam sepertiga (QS. Al-
Nisa‟/4:12)
4
4
/(38:24) ص
Artinya: Daud berkata: “Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim
kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan
kepada kambingnya. dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-
orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang shaleh; dan amat sedikitkah mereka ini;
dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; maka ia meminta
ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat”.
(QS. Shad/38:24)11
10 Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah bagi Bangsa Konsep Sistem
Ekonomi Syariah (Jakarta:Masyarakat Ekonomi Syariah, 2007), h. 61.
11
Sayyid Syabiq, Fiqh Sunnah Jilid 13, h. 174
25
2) Hadits
ريكي مال ين احدها صاحبو عن اب ىري رة قال رسول الله ص قال الله تعالى أنا ثالث الش (فإذا خانو خرجت من ب ينهما )رواه ابوداود
Artinya: Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda “sesungguhnya
Allah berfirman “Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat
selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya. Apabila salah
seorang telah berkhianat terhadap temannya Aku keluar dari
mereka. (HR. Abu Daud)
b. Mudharabah
Secara terminologi, para ulama fiqh mendefinisikan
mudharabah atau qiradh dengan pemilik modal menyertakan
modalnya kepada pekerja (pengusaha) untuk diinvestasikan,
sedangkan keuntungan yang diperoleh menjadi milik bersama dan
dibagi menurut kesepakatan.12
Pembiayaan berdasarkan akad
mudharabah ini dikuatkan dengan Fatwa DSN-MUI Nomor 07/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (qiradh).
Landasan syariah dari mudharabah antara lain:
1) Al-Qur‟an
... ... / (12: 37)المزمل
Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
kebahagiaan karena karunia Allah”. (QS. Al-Muzzammil/73:20)
12 Ah. Azharudin Lathif, Fiqh Muamalah, h. 134.
26
4
/الجمعة (2 :01)
Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bersebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah”. (QS. Al-
Jumu‟ah/62:10)
2 2 (/البقرة :)
Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki
hasil perniagaan) dari Tuhanmu”. (QS. Al-Baqarah/2:198)
2) Hadits
هما انو قال كان سيدنا ابن عبد المطلب روي ابن عباس رضي الله عن زل اذا دفع الما ل مضاربة اشت رط على صاحبو ان لا يسلك بو برا ولا ي ن
بو واديا ولا يشتي بو دابة ذات عبد رطبة فإن ف عل ذلك ضمن ف ب لغ )رواه الطبراني( شرطو رسول الله صل الله عليو وسلم فأجازة
Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas
Bin Abdul Muthalib jika memberikan dana kemitra usahanya
secara mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, mengarungi lembah yang berbahaya atau
membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut maka yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.
27
Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan
Rasulullah pun membolehkannya. (HR. Thabrani)13
c. Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang seharga barang modal
pembelian kulakan ditambah keuntungan yang disepakati.14
Dalam
murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah ini dikuatkan
dengan Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah.
Landasan hukum dari murabahah antara lain:
1) Al-Qur‟an
4 .../(275: 2) البقرة
Artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah/2:275)
2
( :)النسآء/
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian
memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan
13 Al-Hafiz Abi Qasim Sulaiman bin Ahmad Thabrani, Al-Mu‟jam Al-Ausat, (Kairo: Dar
al-Hadits, 1996), h. 314.
14
Ah. Azharuddin, Fiqh Muamalah, h. 180.
28
jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantara kamu”.
(QS. An-Nisa‟/4:29)
d. Salam
Salam secara terminologis, para ulama fiqh mendefinisikan
dengan “menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau
menjual suatu barang yang ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal
lebih awal, sedangkan barang-barangnya diserahkan dikemudian
hari”.15
Pembiayaan dengan akad salam ini dikuatkan dengan Fatwa
DSN-MUI Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham.
Landasan hukum dari salam antara lain:
1) Al-Qur‟an
.../(282: 2)البقرة
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan
hendaklah kamu menuliskannya”. (QS. Al-Baqarah/2:282)
2) Hadits
من اسلف ف شيء ففي كيل معلوم ووزن معلوم الى اجل معلوم )رواه البخارى(
Artinya: Barang siapa yang melakukan salam, hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas
pula untuk jangka waktu yang diketahui. (H.R. Al-Bukhari)16
e. Istishna‟
15 Ah. Azharuddin, Fiqh Muamalah, h. 118.
16
Bukhari, Shahih Bukhari jilid 2 (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), h. 36.
29
Istishna‟ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesanan (pembeli, mustashni‟) dan penjual
(pembuat, shani‟).17
Landasan hukum dari istishna‟ antara lain:
1) Al-Qur‟an
/الكهف (01 :) Artinya: “Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, Sesungguhnya Ya‟juj
dan Ma‟juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka
bumi, Maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran
kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan
mereka?”. (QS. Al-Kahfi/18:94)
2) Hadits
وف المزن ان رسول الله ص قال : الصلح جائز ب ي المسلمي الا صلحا عن عمر وبن ع اما حرم حلالا او احل حراما والمسلمي على شروطهم إلا شرطا حرم حلالا او احل حر
)رواه التميذي(
Artinya: Dari „Amr bin „Auf al-Muzani, bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda: Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum
muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
17 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional (Jakarta: Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2006), h. 35.
30
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram. (HR. Tirmizi).18
f. Ijarah
Menurut Fatwa DSN-MUI Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan ijarah, didefinisikan ijarah adalah akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.19
Landasan hukum ijarah, antara lain:
1) Al-Qur‟an
.../(6: 65) الطلاق Artinya: “Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya”. (QS. al-
Thalaaq/65:6)
2) Hadits
ر اجره ف عرقو )رواه ابن عن ابن عمر قال : قال رسول الله ص اعطوا الاجي ق بل أن ي ماجو(
Artinya: Dari Ibnu Umar ia berkata: Telah bersabda Rasulullah
SAW: Berikanlah olehku upah orang sewaan (pekerja) sebelum
keringatnya mengering. (HR. Ibnu Majah)20
B. PEMBIAYAAN SINDIKASI
18 Ibnu Hajar Al-„Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, h. 387.
19
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional, h. 66.
20
Ibnu Hajar Al-„Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, h. 407.
31
1. Pengertian Pembiayaan Sindikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembiayaan yang berasal
dari kata dasar biaya berarti uang yang dikeluarkan untuk menggunakan
(mendirikan, melakukan dan sebagainya) sesuatu.21
Sedangkan sindikasi
mempunyai arti persekutuan, gabungan (para pengusaha).22
Secara
definitif, yang dimaksud dengan pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan
yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk suatu
objek pembiayaan tertentu. Pada umumnya, pembiayaan ini diberikan
bank kepada nasabah korporasi yang memiliki nilai transaksi yang sangat
besar.23
Pembiayaan (financing) merupakan istilah yang digunakan oleh
bank syariah sebagai pengganti istilah kredit yang digunakan pada bank
konvensional.
Kredit sindikasi menurut Stanley Hurn dalam buku Kredit
Sindikasi Proses Pembentukan dan Aspek Hukum karangan Sutan Remy
Sjahdeini, mendifinisikan pembiayaan sindikasi sebagai berikut: “a
syndicated loan is a loan made by two or more lending institution on
similar terms and conditions, using common documentation and
administered by a common agent".24
21 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 146. 22
Ibid., h. 1069. 23
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 245. 24
Sutan Remy Sjahdeini, Kredit Sindikasi: Proses Pembentukan dan Aspek Hukum,
(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997), h. 2.
32
Dari definisi di atas terdapat unsur-unsur penting dari suatu kredit
sindikasi, antara lain: 25
a. Kredit sindikasi melibatkan lebih dari satu lembaga pembiayaan
dalam satu fasilitas sindikasi.
b. Kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan berdasarkan syarat-
syarat dan ketentuan-ketentuan yang sama bagi masing-masing
peserta sindikasi. Hal ini diwujudkan dalam bentuk hanya ada satu
perjanjian pembiayaan antara nasabah dan semua bank peserta
sindikasi.
c. Definisi tersebut menegaskan hanya ada satu dokumentasi
pembiayaan, karena dokumentasi inilah yang menjadi pegangan
bagi semua bank peserta.
d. Sindikasi tersebut diadministrasikam oleh satu agen yang sama
bagi semua bank peserta.
Secara sederhana kredit sindikasi dapat diartikan sebagai kredit
yang diberikan oleh beberapa kreditor kepada seorang debitur dengan
menggunakan satu perjanjian yang sama.
Sedangkan yang dimaksud dengan pembiayaan sindikasi adalah
pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari suatu lembaga keuangan bank
untuk suatu objek pembiayaan tertentu.26
2. Ciri-ciri Kredit Sindikasi
25
Ibid., h. 2-3. 26
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, h. 245.
33
Ada beberapa ciri utama dari suatu kredit sindikasi yang perlu
diketahui. Ciri-ciri tersebut adalah:
a. Terdiri dari lebih dari satu pemberi kredit
Kredit sindikasi selalu diberikan oleh lebih dari satu pemberi
kredit.
b. Besarnya jumlah kredit
Kredit sindikasi adalah suatu teknik bagi suatu bank untuk dapat
menyebar resiko dalam pemberian kredit. Karena melihat jumlah
kredit yang disalurkan cukup besar. Oleh karena itu, apabila kredit
sindikasi ini diberikan untuk kredit yang jumlahnya kecil, biasanya
tidak cocok, karena tidak ada alasan bagi bank tersebut untuk tidak
membiayai sendiri seluruh jumlah kredit yang kecil itu. Selain itu
secara internal bank, kredit sindikasi juga menjadi jalan keluar bagi
bank yang memiliki keterbatasan legal lending limit (BMPK) dan
likuiditas.27
c. Jangka waktu
Pada umumnya jangka waktu kredit sindikasi adalah berjangka
waktu menengah (medium-term) atau berjangka waktu panjang
(long-term), sekalipun tidak ada alasan mengapa tidak mungkin
kredit sindikasi diberikan juga jangka waktu pendek (short-term).
28
d. Bunga
27
Arinto Wiryoto, “Pembiayaan Sindikasi”, Seminar Project Finance & Loan
Syndication, 25-27 November 2009, h, 15. 28
Sutan Remy Sjahdeini, Kredit Sindikasi: Proses Pembentukan dan Aspek Hukum, h. 8
34
Pada umumnya bunga dari kredit sindikasi bersifat mengambang
(floating-rate), yang disesuaikan setiap jangka waktu tertentu
misalnya setiap 3 bulan sekali. Untuk kredit yang diberikan dalam
mata uang asing (foreign currency), bunga ditetapkan dengan
mengambil patokan LIBOR (London Interbank Offered Rate) atau
SIBOR (Singapore Interbank Offered Rate) atau bunga antar bank
lainnya ditambah tingkat bunga tertentu yang tetap. Sekalipun pada
umumnya bunga kredit sindikasi bersifat mengambang (floating
rate), namun dimungkinkan pula menggunakan bunga yang
ditetapkan secara tetap sepanjang tahun.29
e. Setiap kali hanya ada suatu tingkat bunga bagi nasabah
Ketika beberapa bank memberikan kredit sindikasi kepada seorang
nasabah, tidak semua bank memberikan pricing yang sama kepada
nasabah tersebut. Oleh karena itu nasabah hanya membayar satu
nilai tingkat suku bunga dari bunga tersebut lalu dialokasikan
berdasarkan porsi pricing masing-masing bank.30
f. Tanggung jawab berbagi
Sekalipun suatu fasilitas kredit sindikasi adalah suatu totalitas dan
bukannya kombinasi dari sejumlah fasilitas bilateral, namin
tanggung jawab dari masing-masing bank peserta dalam sindikasi
29
Arinto Wiryoto, “Pembiayaan Sindikasi”, Seminar Project Finance & Loan
Syndication, 25-27 November 2009, h, 17. 30
Sutan Remy Sjahdeini, Kredit Sindikasi: Proses Pembentukan dan Aspek Hukum, h. 6-
10.
35
itu tidak bersifat tanggung renteng. Artinya, bahwa masing-masing
bank peserta hanya bertanggung jawab untuk bagian jumlah kredit
yang menjadi komitmennya. Tanggung jawab dari masing-masing
bank di dalam sindikasi tidak merupakan tanggung jawab dimana
suatu bank menjamin bank lainnya.31
g. Dokumentasi kredit
Dokumentasi kredit (loan documentation) yang sama bagi semua
peserta sindikasi merupakan ciri yang penting dari suatu kredit
sindikasi. Dokumentasi tersebut adalah dasar bagi administrasi
kredit sindikasi tersebut selama jangka waktunya. Untuk mencapai
keseragaman dalam pelaksanaannya di antara bank-bank peserta
sindikasi, maka ditunjuklah satu bank diantara bank-bank peserta
itu sebagai agen (agent bank) untuk bertindak sebagai kuasa dari
bank-bank peserta sindikasi dengan tugas mengadministrasikan
kredit tersebut setelah perjanjian kreditnya ditandatangani.32
h. Publisitas
Ciri lain yang membedakan antara pinjaman bilateral dengan kredit
sindikasi adalah keharusan bagi kredit sindikasi itu untuk
dipublikasikan (diketahui oleh umum).33
3. Tujuan dan Alasan Mengadakan Pembiayaan Sindikasi
31
Ibid., h.12. 32
Ibid., h.12. 33
Ibid., h.12.
36
Dalam melaksanakan pembiayaan sindikasi, bank dan nasabah
memiliki alasan tersendiri dalam melaksanakannya, yaitu:
a. Bagi Pihak Bank (Kreditur)
1) Keterbatasan karena peraturan
Dalam peraturan perbankan terdapat peraturan tentang batas
maksimum pemberian kredit (BMPK) yang ditentukan dalam
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Dengan
peraturan ini maka bank tidak boleh memberikan kredit melebihi
batas yang telah ditentukan, yaitu untuk pihak yang terkait dengan
bank hanya diperbolehkan 10% dari modal bank sedangkan pihak
yang tidak terkait dengan bank diperbolehkan sampai 20% dari
modal bank.34
2) Penyebaran Resiko
Karena bersam-sama dengan bank lainnya dalam membiayai suatu
proyek tertentu, maka apabila proyek-proyek tersebut gagal, maka
timbulnya resiko berarti ditanggung bersama sesuai dengan porsi
dari bank-bank tersebut yang ikut membiayai.35
3) Mencari Pengalaman
34
Irma Hardjasumantri, “Bentuk-Bentuk Perjanjian Kredit Sindikasi, Tugas dan
Wewenang Pihak-Pihak dalam Sindikasi serta Kewenangan Mengajukan Gugatan dalam Kredit
Sindikasi.” Dalam Lokakarya Terbatas Masalah-masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis
Lainnya, 3-5 Agustus 2004 (Jakarta: Pusat Pengkasjian Hukum, 2004), h. 63. 35
Herlina Suryati Bachtiar, Aspek Legal Kredit Sindikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 11-12.
37
Bagi bank yang baru pertama kali ikut seta di dalam kredit sindikasi
dapat menimba pengalaman dari bank-bank yang sudah sering
melakukan sindikasi, baik pengalaman dari sudut penganalisaan
kredit yang jumlahnya besar, dari sudut hukum/penyiapan
dokumentasi untuk mengikat kredit sindikasi tersebut, maupun dari
sudut me-manage setelah dana dari hasil kredit sindikasi cair dan
memonitor secara keseluruhan pembiayaan yang harus dilakukan
oleh nasabah.36
4) Fee Income
Dengan berpartisipasi sebagai peserta sindikasi tentu saja bank
tersebut mendapat fee dari nasabah. Begitu juga bila menjadi lead
arranger, dan agent bank (facility agent, escrow agent, security
agent), karena atas usahanya menjalankan fungsinya tersebut, maka
akan ada fee yang mereka terima. Sehingga dengan berpartisipasi
dalam kredit sindikasi dapat meningkatkan fee-based income
bank.37
5) Cross Selling
Dengan kredit sindikasi ini maka masing-masing peserta sindikasi
dapat menawarkan kepada bank-bank lain untuk membiayai proyek
lain yang sedang ditangani oleh salah satu bank peserta. Maka
36
Ibid., h. 12. 37
Wawancara pribadi dengan Doli Ahdar Furqoni Matondang, Account Officer
Commercial & Small Division Kantor Pusat BNI Syariah. Jakarta, 9 Juni 2016.
38
secara tidak langsung kredit sindikasi ini dapat memperluas jaringan
industri masing-masing bank.38
6) Image
Bagi bank-bank yang sudah sering ikut serta di dalam kredit
sindikasi tentu saja image-semakin baik, dalam arti lebih dikenal,
baik oleh nasabah maupun oleh kalangan perbankan sendiri.39
7) Batas Kemampuan Bank
Tidak semua bank memiliki kemampuan yang sam dalam
menyalurkan kredit, ada beberapa bank yang memiliki keterbatasan
dibeberapa hal, antara lain:
a) Ketersediaan likuiditas
b) Keterbatasan kapasitas sumber daya pengelolaan kredit yang
dimiliki oleh bank
c) Keterbatasan jaringan yang dimiliki oleh bank40
8) Syiar
Khusus bagi Bank Syariah, pembiayaan sindikasi menjadi syiar bagi
pelaku industri terutama dan kalangan perbankan serta masyarakat
luas pada umumnya bahwa diantara perbankan syariah terdapat
sinergi, kekompakan dan kerjasama konkrit untuk membesarkan
38
Herlina Suryati Bachtiar, Aspek Legal Kredit Sindikasi, h. 12. 39
Ibid., h. 12. 40
Budi Wicaksono, “Kredit Sindikasi”, Basic Training Syndication, 11-13 Desember
2009. h. 8.
39
usaha nasabah di sektor riil yang halal dan bersifat capital intensive
(padat modal). 41
b. Bagi Pihak Nasabah (Debitur)
1) Untuk Mendapatkan Pembiayaan Dalam Jumlah Besar
Bagi suatu bank, sekalipun mampu untu memberikan kredit yang
berjumlah besar, tetapi belum tentu bersedia untuk memberikan
dananya kepada nasabah untuk 1 proyek saja. Kalau hanya 1
proyek saja, maka bank tersebut pun tidak akan bisa, karena
mengingat bank tersebut juga harus membiayai proyek-proyek lain
yang juga baik untuk dibiayai. Untuk itulah beberapa bank
berpatungan membiayai suatu proyek. Dengan demikian bagi
nasabah yang membutuhkan dana yang cukup besar dapat
memperoleh pembiayaan dengan cara kredit sindikasi.42
2) Lebih Mudah, Sederhana dan Relatif Lebih Murah
Dengan hanya menghubungi Lead Manager dari 1 bank, maka
nasabah akan mendapatkan kemudahan, dalam arti nasabah tidak
perlu lagi pergi ke beberapa bank untuk menjelaskan maksud dari
peminjaman kredit dengan kredit yang jumlahnya sangat besar dan
tidak perlu membuat beberapa proposal kredit. Cukup membuat 1
proposal kredit saja kepada lead bank, dimana nantinya lead bank
yang akan mendistribusikan kepada para anggota peserta sindikasi,
dengan demikian maka lebih sederhana cara kerja yang harus
41
Wawancara pribadi dengan Doli Ahdar Furqoni Matondang, Account Officer
Commercial & Small Division Kantor Pusat BNI Syariah. Jakarta, 9 Juni 2016. 42
Herlina Suryati Bachtiar, Aspek Legal Kredit Sindikasi, h. 10.
40
ditemouh oleh nasabah tersebut, dan biaya yang dikeluarkan pun
tidak terlalu besar, karena terjadi penghematan secara tidak
langsung.43
3) Image
Dengan diberikannya dana/fasilitas kredit dari beberapa bank,
berarti bank-bank yang ikut memberikan fasilitas kredit tersebut
percaya akan kredibilitas dan kemampuan nasabah untuk
mengembalikan kredit yang diberikan bersama oleh beberapa bank
tepat pada waktunya. Hal ini berarti nasabah mempunyai image
yang baik di mata kalangan bank-bank yang memberikan kredit
sindikasi dan tidak termasuk dalam daftar black list dari Bank
Indonesia, karena pernah macet atau menunggak pembayaran
sehingga dieksekusi oleh bank pemberi pinjaman.44
4) Memupuk record dengan bank lain
Kredit sindikasi memungkinkan bagi suatu nasabah untuk
memupuk record dengan banyak bank melalui pengaturan oleh
banknya sendiri yang bertindak sebagai arrenger untuk kredit
sindikasi itu.45
4. Bentuk Pembiayaan Sindikasi
43
Ibid., h. 10. 44
Ibid., h 10-11 45
Sutan Remy Sjahdeini, Kredit Sindikasi: Proses Pembentukan dan Aspek Hukum, h. 1.
41
Pada umumnya pembiayaan sindikasi diberikan bank kepada
nasabah korporasi yang memiliki nilai transaksi yang sangat besar.
Sindikasi ini mempunyai tiga (3) bentuk, yakni:46
1) Lead Syndication, yakni sekelompok bank yang secara bersama-
sama membiayai suatu proyek dan dipimpin oleh satu bank yang
bertindak sebagai leader. Modal yang diberikan oleh masing-
masing bank dilebur menjadi satu kesatuan, sehingga keuntungan
dan kerugian menjadi hak dan tanggungan bersama, sesuai dengan
proporsi modal masing-masing.
2) Club Deal, yakni sekelompok bank yang secara bersama-sama
membiayai suatu proyek, tapi antara bank satu dengan yang lain
tidak mempunyai hubungan kerjasama bisnis dalam arti penyatuan
modal. Masing-masing bank membiayai suatu bidang yang berbeda
dalam proyek tersebut. Dengan demikian, masing-masing bank
akan memperoleh keuntungan sesuai dengan bidang yang
dibiayainya dalam proyek tersebut. Jelasnya, hubungan antara
peserta sindikasi ini hanya sebatas hubungan koordinatif.
3) Sub Syndication, yakni bentuk sindikasi yang terjadi antara suatu
bank dengan salah satu bank peserta sindikasi lain dan kerjasama
bisnis yang dilakukan keduanya tidak berhubungan secara
langsung dengan peserta sindikasi lainnya.
5. Akad-Akad Pembiayaan Sindikasi
46
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, h. 245.
42
Untuk menetapkan akad pembiayaan syariah yang tepat dalam hal
sindikasi korporasi, faktor pertama yang perlu diidentifikasi oleh bank
syariah adalah apakah bentuk pembiayaan tersebut dilakukan melalui dua
tahapan (two steps) atau secara langsung.
Jika pembiayaan tersebut berbentuk two steps, faktor berikutnya
yang harus dilihat bank adalah apakah bentuk sindikasi tersebut lead
syndication, club deal, atau sub syndication. Jika sindikasi tersebut
berbentuk lead syndication, bank syariah melakukan desain akad
musyarakah. Setelah itu, bank syariah mengidentifikasi apakah
pembiayaan tersebut digunakan untuk modal kerja, investasi, atau
konsumtif. Namun, jika bentuk sindikasi tersebut adalah club deal atau sub
syndication, langkah berikutnya yang dilakukan bank adalah langsung
melakukan identifikasi apakah pembiayaan tersebut digunakan untuk
modal kerja, investasi, atau konsumtif.
Jika pembiayaan tersebut dilakukan secara langsung, maka faktor
berikutnya yang harus dilihat bank adalah apakah bentuk sindikasi tersebut
lead syndication, club deal, atau sub syndication. Jika sindikasi tersebut
berbentuk lead syndication, maka bank syariah melakukan desain akad
musyarakah. Setelah itu, bank syariah mengidentifikasi apakah
pembiayaan tersebut digunakan untuk modal kerja atau investasi (dalam
hal pembiayaan yang dilakukan secara langsung ini, pembiayaan
konsumtif tidak diperkenankan karena bentuk pembiayaan adalah
pembiayaan korporasi). Namun, jika bentuk sindikasi tersebut adalah club
43
deal atau sub syndication, langkah berikutnya yang dilakukan bank adalah
langsung mengidentifikasi apakah pembiayaan tersebut digunakan untuk
modal kerja atau investasi.47
Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan
syariah, jenis pembiayaan untuk modal kerja dapat dibagi menjadi 5
macam, yakni:
1) Pembiayaan modal kerja mudharabah
2) Pembiayaan modal kerja istishna‟
3) Pembiayaan modal kerja salam
4) Pembiayaan modal kerja murabahah
5) Pembiayaan modal kerja ijarah
Sedangkan akad untuk pembiayaan investasi dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
1) Pembiayaan investasi murabahah
2) Pembiayaan investasi IMBT
3) Pembiayaan investasi salam
4) Pembiayaan investasi istishna‟
Dan akad untuk pembiayaan konsumtif dapat menjadi 5 bagian, yaitu:
1) Pembiayaan konsumen akad murabahah
2) Pembiayaan konsumen akad IMBT
3) Pembiayaan konsumen akad ijarah
4) Pembiayaan konsumen akad istishna‟
5) Pembiayaan konsumen akad qard+ijarah48
47 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, h. 246-248.
44
6. Pihak-Pihak dalam Kredit Sindikasi
Dalam kredit sindikasi terdapat pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya, antara lain:
a. Debitor
Debitur atau dapat disebut juga borrower adalah nasabah
peminjam kredit sindikasi.49
b. Arranger
Arranger adalah bank yang mengatur segala sesuatunya
yang berkenaan dengan kredit sindikasi, dari mulai kredit diproses,
menawarkan keikutsertaan kepada bank-bank lain, memonitor
sampai dengan penandatanganan kredit sindikasi.50
Apabila di
dalam pengumuman tercantum lead bank, biasanya lead bank
tersebut sekaligus menjadi arranger dalam proses kredit sindikasi.
Arranger bisa terdiri dari satu bank atau lebih dari satu.
Dalam hal arranger terdiri lebih dari satu bank, maka mereka
biasanya akan membentuk struktur arrenger yang terdiri dari Lead
Arranger, Co- arranger, dan Arranger.51
Bagi bank yang bertindak
sebagai arranger, maka akan mendapat praecipium atau
arrangement fee sebagai imbalan dari tugasnya membentuk
sindikasi.52
c. Kreditor
48 Ibid., h. 244
49 Herlina Suryati Bachtiar, Aspek Legal Kredit Sindikasi, h. 15.
50 Ibid., h. 17.
51 Budi Wicakseno, “Kredit Sindikasi”, h. 29.
52 Sutan Remy Sjahdeini, Kredit Sindikasi: Proses Pembentukan dan Aspek Hukum, h. 75
45
Kreditor adalah pihak penyedia dana atau yang akan
memberikan pinjaman kepada pihak peminjam.53
Dalam sistem
kredit sindikasi pihak kreditor ini terdir dari:
1) Lead Manager, adalah bank yang memimpin sindikasi atau
mengumpulkan bank-bank calon peserta sindikasi.
Umumnya kreditor biasa yang tidak terlibat dalam fungsi
apapun tapi mrmpunyai jumlah pemberian kredit yang besar
seperti membiayai 30% ke atas dari total kredit termasuk ke
dalam kategori lead manager sebagaimana biasa
dicantumkan (tertera) dalam undangan.54
Sebagai lead
manager bank akan mendapatkan management fee sebesar
5/8 % flat dari nilai transaksi.55
2) Manager, yang termasuk kategori ini biasanya mendanai
pembiayaan proyek sebesar 10% hingga 25%.56
Bagi bank
yang bertindak sebagai manager maka akan mendapatkan
management fee sebesar 1/2% flat dari nilai transaksi.57
53
M. Nuzul Wibawa, “Co- Financing Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah
Dalam Perspektif Hukum Kontrak (Perbenturan Antara Sistem Pembiayaan Konvensional dan
Sistem Pembiayaan Syariah dalam Perjanjian Kredit Sindikasi),” (Tesis S2 Program Magister Ilmu
Hukum, Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2006), h. 172. 54
Ibid., h. 172. 55
Herlina Suryati Bachtiar, Aspek Legal Kredit Sindikasi, h. 76. 56
M. Nuzul Wibawa, “Co- Financing Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah
Dalam Perspektif Hukum Kontrak (Perbenturan Antara Sistem Pembiayaan Konvensional dan
Sistem Pembiayaan Syariah dalam Perjanjian Kredit Sindikasi),” h. 172. 57
Herlina Suryati Bachtiar, Aspek Legal Kredit Sindikasi, h. 77.
46
3) Participant, istilah ini dalam praktek bisa bermacam-
macam untuk semua kreditor.58
d. Agen
Dalam kredit sindikasi terdapat tiga jenis agen, yaitu:
1) Facility Agent
Facility Agent adalah agen yang mengadministrasikan
penggunaan kredit sindikasi setelah perjanjian sindikasi
ditandatangani oleh nasabah dan bank-bank para peserta
sindikasi.59
Adapun tugas dari facility agent antara lain:
a) Mengawasi pelaksanaan pemberian kredit sindikasi, hal
ini meliputi memperhatikan pemenuhan persyaratan atau
ketentuan pencairan dana dan mengkordinasikan
penarikan kredit.
b) Mengawasi administrasi kredit sindikasi, antara lain:
a. Pemenuhan persyaratan perjanjian kredit, contohnya
pembayaran bunga, grace period, angsuran, dan lain-
lain.
b. Menentukan/review suku bunga yang berlaku.
c. Menghitung, memungut, mendistribusikan fee,
bunga, angsuran, denda.
58
M. Nuzul Wibawa, “Co- Financing Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah
Dalam Perspektif Hukum Kontrak (Perbenturan Antara Sistem Pembiayaan Konvensional dan
Sistem Pembiayaan Syariah dalam Perjanjian Kredit Sindikasi),” h. 173. 59
Sutan Remy Sjahdeini, Kredit Sindikasi: Proses Pembentukan dan Aspek Hukum, h. 70
47
d. Monitoring kredit dan jaminan.
e. Meminta dan mendistribusikan laporan dari nasabah.
f. Mengkordinasikan site visit.60
2) Security Agent
Security agent adalah pihak yang oleh para kreditur sindikasi
diberi kewenangan dan tanggung jawab untuk mengelola
agunan-agunan yang diserahkan oleh nasabah sindikasi. Yang
dimaksud dengan mengelola disini difokuskan pada aspek
perikatan (hukum) atas agunan-agunan yang diserahkan.
Security agent umumnya adalah salah satu kreditur sindikasi,
namun tidak menutup kemungkinan berasal dari non kreditur
sindikasi.61
3) Escrow Agent
Escrow agent adalah agen yang bertanggung jawab atas
pengelolaan escrow account.62
Escrow account adalah
rekening untuk menampung hasil dari proyek, diman lead
bank nantinya akan memotong angsuran yang harus dibayar
oleh nasabah dari escrow account ini. Rekening ini yang
nantinya akan diaktifkan sebagai tempat pemasukan maupun
pengeluaran dana dari nasabah. Tujuannya adalah untuk
60
Budhiyono Budoyo, “Kredit Sindikasi & Sindikasi Utang Melalui Pasar Modal” Dalam
Emmy Yuhassarie dan Tri Harnowo, ed., Kredit Sindikasi dan Restruksurisasi: Prosiding
Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah-masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis
Lainnya, 3-5 Agustus 2004 (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004), h. 44-45. 61
Budi Wicakseno, “Kredit Sindikasi”, h. 33. 62
Budhiyono Budoyo, “Kredit Sindikasi & Sindikasi Utang Melalui Pasar Modal”, h. 45.
48
mengontrol pengeluaran dan pemasukan dana serta untuk
kepentingan apa dana itu digunakan. Begitu juga dengan hasil
yang akan diperoleh nasabah dari proyeknya, maka hasil
tersebut akan diblokir oleh bank penyimpan dana untuk
kepentingan pemotongan cicilan yang harus dibayar oleh
nasabah bila telah tiba waktunya.63
e. Independent Parties
Independent parties adalah pihak-pihak yang dibutuhkan
pendapatnya sebagai pihak independen oleh para kreditur sindikasi.
Biasanya terdiri dari:
1) Lawyer, lawyer dibutuhkan pendapatnya atas aspek-aspek
hukum terkait dengan kredit sindikasi. Aspek hukum tersebut
meliputi:
a) Aspek hukum terkait nasabah yaitu mengenai ada/tidaknya
masalah hukum yang bertentangan dengan kredit sindikasi.
b) Aspek hukum terkait dengan agunan yang diserahkan.
c) Perjanjian kredit beserta asesorisnya.
d) Jika terjadi permsalahan di dalam pelaksanaan kredit
sindikasi.
2) Konsultan keuangan, adalah pihak yang dibutuhkan
pendapatnya atas aspek-aspek keuangan dari proyek yang
dibiayai oleh kredit sindikasi. Yang dimaksud aspek keuangan
63
Herlina Suryati Bachtiar, Aspek Legal Kredit Sindikasi, h. 26.
49
proyek umumnya adalah kelayakan keuangan dari proyek yang
dibiayai.
3) Apprasial, adalah pihak yang dibutuhkan pendapatnya atas nilai
dari proyek maupun agunan yang diserahkan sebagai jaminan
kredit sindikasi. Yang dimaksud dengan nilai dari proyek
biasanya terkait dengan pencairan fasilitas kredit sindikasi yang
dikaitkan dengan progress pembangunan proyek. Sedangkan
nilai agunan akan terkait sengan security coverage dari jaminan
yang diserahkan untuk mengcover kredit sindikasi.
4) Konsultan manajemen, adalah pihak yang dibutuhkan
pendapatnya untuk menyusun manajemen pengelolaan
pembangunan proyek yang dibiayai oleh kredit sindikasi.
Biasanya dibutuhkan pada sindikasi yang membiayai kredit
investasi atau project financing skala besar dan rumit.64
7. Jenis-jenis Pasar Sindikasi
Pasar sindikasi adalah fase bertemunya para calon pihak yang akan
berpartisipasi dalam kredit sindikasi, baik dalam bentuk menjual atau
membeli, dalam kredit sindikasi terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Sindikasi Primer
Sindikasi primer adalah sindikasi yang dibentuk oleh bank-
bank yang sejak awal terpilih sebagai anggota sindikasi. Proses
64
Budi Wicakseno, “Kredit Sindikasi”, h. 34.
50
sindikasi primer ini terjadi pada periode awal sampai dengan
penandatanganan perjanjian kredit sindikasi dimana semua anggota
sindikasi tercatat dalam bank yang melaksanakan kegiatan
“running the books”.65
b. Sindikasi Sekunder
Sindikasi sekunder adalah sindikasi yang terjadi setelah
fasilitas itu ditandatangani.66
Ada tiga metode untuk menciptakan
sindikasi sekunder, yaitu sebagai berikut:
1) Risk Participation, adalah pihak dalam kredit sindikasi menjual
resikonya kepada pihak lain misalnya facility agent menjual
resikonya kepada pihak lain tetapi kewajiban untuk mencari
dana atau raising fund tetap berada pada facility agent. Jadi
tidak ada transfer loan asset.
2) Assignment. Di dalam perjanjian sindikasi dibuat assignment
clause yaitu bahwa bank setiap saat bisa mentransfer porsi yang
dimilikinya ke bank atau lembaga keuangan lainnya dengan
syarat harus memberikan sertifikat transfer yang ditandatangani
oleh transferee maupun transferor dimana perjanjian awal tidak
diubah.
3) Novation adalah existing loan agreement dibatalkan diganti
dengan agreement yang baru. Hal yang perlu diperhatikan
65
Budhiyono Budoyo, “Kredit Sindikasi & Sindikasi Utang Melalui Pasar Modal”, h. 32. 66
Sutan Remy Sjahdeini, Kredit Sindikasi: Proses Pembentukan dan Aspek Hukum, h.
79.
51
adalah jaminan yang telah diikat harus diroya terlebih dahulu.
Selain itu, dalam novation diperlukan persetujuan bukan saja
dari penerima kredit, tetapi juga dari seluruh bank yang terkait
dengan perjanjian kredit.67
8. Dokumen-dokumen Dalam Kredit Sindikasi
a. Offer
Bank biasanya dapat bersifat pasif ataupun aktif untuk memperoleh
proyek yang berpotensi baik untuk dibiayai. Dalam pembiayaan
sindikasi inisiatif pembentukan sindikasi dapat hadir dari permintaan
nasabah atau juga dengan inisiatif bank yang menawarkan pembiayaan
kepada nasabah.
Dalam prakteknya langkah awal yang harus dilakukan dalam
pembentukan pembiayaan sindikasi secara resmi dimulai dengan
pengajuan offer (penawaran).68
Offer adalah penawaran oleh suatu
bank yang bertindak sebagai lead manager kepada calon penerima
pembiayaan atau nasabah untuk memperoleh pembiayaan sindikasi,
atau sebaliknya calon penerima kredit atau nasabah mencari offer dari
beberapa bank untuk keperluannya.69
b. Mandate
67
Budhiyono Budoyo, “Kredit Sindikasi & Sindikasi Utang Melalui Pasar Modal”, h. 32-
33. 68
M. Nuzul Wibawa, “Co- Financing Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah
Dalam Perspektif Hukum Kontrak (Perbenturan Antara Sistem Pembiayaan Konvensional dan
Sistem Pembiayaan Syariah dalam Perjanjian Kredit Sindikasi),” h. 176. 69
Sutan Remy Sjahdeini, Kredit Sindikasi: Proses Pembentukan dan Aspek Hukum, h.
33.
52
Mandate adalah kewenangan yang diberikan oleh calon nasabah
kepada bank atau sekelompok bank (bidding group of banks) untuk
meng-arrange transaksi kredit sindikasi.70
Isi suatu mandate pada
hakikatnya merupakan pernyataan ulang dari isi offer document karena
mandate merupakan offer yang telah diaksep, disetujui dan
ditandatangani oleh pihak calon penerima kredit yang kemudian
dikirim ke pihak arranger. Mandate juga bekerja sebagaimana
lazimnya suatu perjanjian dimana terhadap kesepakatan tersebut tidak
dapat dirubah secara sepihak.
Apabila lead manager diberi mandate dengan didalamnya terdapat
pembatasan-pembatasan tertentu maka mandate tersebut merupakan
restricted mandate atau conditional mandate.71
Suatu mandate dapat
dikategorikan sebagai unrestricted mandate jika pihak calon nasabah
tidak mempersyaratkan kriteria-kriteria tertentu atau memberikan
kewenangan sepenuhnya untuk mengatur berbagai aspek yang
berkaitan dengan kredit sindikasi, seperti struktur management group;
bank-bank yang harus diundang; strategi distribusi perihal fee dan
sebagainya.72
c. Info Memo
Dalam proses sindikasi, lead manager harus menyiapkan dokumen
yang disebutkan information memorandum atau yang lebih dikenal
70
Ibid., 36-37. 71
Ibid., 46-47. 72
M. Nuzul Wibawa, “Co- Financing Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah
Dalam Perspektif Hukum Kontrak (Perbenturan Antara Sistem Pembiayaan Konvensional dan
Sistem Pembiayaan Syariah dalam Perjanjian Kredit Sindikasi),” h. 181.
53
dengan info memo. Info memo adalah dokumen yang berisi data dan
informasi tentang nasabah dan proyek yang akan dibiayai.73
Info memo
dibentuk berupa buku yang cukup tebal dan dikemas sedemikian rupa
agar menarik. Karena dengan info memo inilah lead manager menjual
proyeknya kepada bank-bank lain untuk ikut serta membiayai proyek
tersebut.
d. Perjanjian Kredit Sindikasi
Perjanjian kredit sindikasi merupakan dokumen yang paling penting
diantara dokumen-dokumen lain yang menyangkut pemberian kredit
sindikasi. Dokumen ini akan menjadi rujukan utama dalam
pelaksanaan sindikasi, yang berisikan antara hak dan kewajiban dari
masing-masing pihak, baik pihak pemberi kredit maupun penerima
kredit. Juga ditentukan kewenangan dan kewajiban dari agent-agent
bank yang ditunjuk. Perjanjian sindikasi juga merupakan dasar dan
rujukan bagi para pihak untuk menyelesaikan perbedaan pendapat atau
sengketa yang mungkin terjadi di antara mereka.74
9. Landasan Syariah Pembiayaan Sindikasi
a. Firman Allah SWT.
1) QS. Shad [38]: 24:
4
/(42: 83...)ص
73
Herlina Suryati Bachtiar, Aspek Legal Kredit Sindikasi, h. 37. 74
Ibid., h. 119.
54
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat
itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain,
kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; dan
amat sedikitlah mereka ini..(QS. Shad/38:24)”75
b. Hadis Nabi SAW.
1) Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW.
berkata:
ريكي ما ل احدها صاحبو، فإذا خان احدها إن الله ت عالى ي قول : أنا ثالث الش
)رواه ابوا داود( خرجت من ب ينهما.صاحبو
“Allah SWT berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang
yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak
yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari
mereka.” (HR. Abu Daud)76
c. Pendapat „Atha‟, Thawus, dan Mujahid
ث نا وكيع، عن السن بن صالح، عن ليث، قال : كان عطاء وطاؤس وماىد : حد راء والب يع.يكرىون شركة الي هودي ، والنصراني، إلا إذا كان المسلم ىو الذي ي رى الش
“Waki‟ menjelaskan (haddatsna) kepada kami, dari al-Hasan bin
Shalih, dari Laits. Dia berkata, “„Atha‟, Thawus, dan Mujahid
melarang kerjasama/syirkah (antara muslim) dengan orang Yahudi dan
orang Nasrani, kecuali jika pihak muslim (syarik) yang mengawasi
75 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional
NO: 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang Pembiayaan Sindikasi, h. 1.
76
Ibid., h. 2.
55
(transaksi) beli dan jualnya.” (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, Jilid IV,
hlm. 269).77
d. Ketentuan Ma‟ayir Syari „iyah (Sharia Standards AAOIFI)
سات ع ب ي المؤس المالية الإسلامية الأصل أن يتم التمويل المصرف المجم
“Pada prinsipnya pembiayaan sindikasi (hanya) boleh dilakukan antar
lembaga Keuangan Syariah.” (al-Ma‟ayir asy-Syar‟iyyah, 24:5-1)
سات ف التمويل لامانع شرعا من اشتاك الب ن وك الت قليدية مع المؤسان وفق الصيغ الاسلامية ع مادامت المشاركة والتمويل يتم المصرف المجم
المشروعية
“Tidak ada larangan secara syariah untuk mengikutsertakan bank
konvensional dalam kerjasama pembiayaan sindikasi, dengan syarat
kerjasama dan pembiayaan sindikasi dilakukan sesuai dengan prinsip
dan ketentuan syariah.” (al-Ma‟ayir asy-Syar „iyyah, 24:5-2)
سات مالية إسلامية ع من مؤس لا مانع من ت قديش التمويل المصرف المجمة أخرى ة الأخرى مولة من جه ة من مشروع واحد ف حي أن الص لصبطرق ت قليدية بشرط الفصل ب ي حسابات التموي لي وطري قة قيادة وإدارة كل
هما، علما بأن الإ راض والإقتاض الربوي حرام شرعا ومسئ وليتو على من من ق قام بو.
“Tidak ada larangan (secara syariah) mengenai pemberian pembiayaan
perbankan secara sindikasi oleh Lembaga-lembaga Keuangan Syariah
untuk sebagian porsi dari satu proyek sementara porsi yang lain
77 Ibid., h. 2.
56
dibiayai oleh pihak lain dengan cara-cara yang konvensional dengan
syarat rekening dan lead manager antara kedua tipe pembiayaan
tersebut dipisahkan mengingat bahwa transaksi ribawi (sistem bunga)
diharamkan/dilarang secara syariah; dan tanggungjawab perbuatan
ribawi tersebut menjadi beban pihak yang melakukannya.” (al-Ma‟ayir
asy-Syar „iyyah, 24:5-5)78
C. Fatwa DSN-MUI No. 91/DSN-MUI/IV/2014 Tentang Pembiayaan
Sindikasi (Al-Tamwil Al-Mashrifi Al-Mujamma’)79
1. Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
1) Pembiayaan Sindikasi (al-tamwil al-mashrifi al-mujamma‟) adalah
akad antara Lembaga Keuangan, baik antar sesama Lembaga
Keuangan Syariah maupun antar Lembaga Keuangan Syariah dengan
Lembaga Keuangan Konvensional, dalam rangka membiayai proyek
tertentu secara bersama-sama;
2) Entitas Sindikasi adalah kumpulan beberapa Lembaga Keuangan
Syariah, atau Lembaga Keuangan Syariah dengan Lembaga Keuangan
Konvensional, yang memberikan pembiayaan secara bersama kepada
nasabah;
3) Akad Jual-beli (al-bai‟) adalah sebagaimana dimaksud dalam Fatwa
DSN-MUI Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah; Fatwa
78 Ibid., h. 3.
79
www.dsnmui.or.id, diakses pada 16 September 2015
57
DSN-MUI Nomor: 05/DSN-MUI/IV2000 tentang Jual-Beli Salam; dan
Fatwa DSN-MUI Nomor: 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual-Beli
Istishna‟;
4) Akad Ijarah adalah sebagaimana dimaksud dalam Fatwa DSN-MUI
Nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah;
5) Akad Ijarah Muntahiyyah bi al-Tamlik adalah sebagaimana dimaksud
dalam Fatwa DSN-MUI Nomor: 27/DSN-MUI/III/2002 tentang al-
Ijarah al-Muntahiyyah bi al-Tamlik;
6) Akad Musyarakah adalah sebagaimana dimaksud dalam Fatwa DSN-
MUI Nomor: 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah;
7) Akad Musyarakah Mutanaqishah adalah sebagaimana dimaksud dalam
Fatwa DSN-MUI Nomor: 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang Musyarakah
Mutanaqishah;
8) Akad Mudharabah adalah sebagaimana dimaksud dalam Fatwa DSN-
MUI Nomor: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah
(Qiradh);
9) Akad Muzara‟ah adalah akad kerjasama usaha pertanian antara
pemilik lahan dan pengelola (penggarap), dimana benih tanaman
berasal dari pemilik lahan; hasil pertanian dibagi antara pemilik dan
penggarap sesuai nisbah yang disepakati;
10) Akad Mukharabah adalah akad kerjasama usaha pertanian antara
pemilik lahan dan pengelola (penggarap), dimana benih tanaman
58
berasal dari penggarap lahan; hasil pertanian dibagi antara pemilik dan
penggarap sesuai nisbah yang disepakati;
11) Akad Musaqah adalah akad kerjasama antara pemilik lahan dan
penggarap dalam rangka pemeliharaan tanaman agar tumbuh dan
berbuah secara baik yang hasilnya dibagi antara pemilik dengan
penggarap sesuai nisbah yang disepakati;
12) Akad Mugharasah adalah akad kerjasama antara pemilik lahan dan
penggarap dalam rangka penanaman pohon keras dimana yang dipanen
adalah pohonnya (bukan buahnya), yang hasilnya dibagi antara pemilik
lahan dengan penggarap sesuai nisbah yang disepakati.
2. Ketentuan Hukum
Pembiayaan Sindikasi antara sesama Lembaga Keuangan Syariah atau
antara satu dan/atau sejumlah Lembaga Keuangan Syariah dengan satu
dan/atau sejumlah Lembaga Keuangan Konvensional boleh dilakukan
dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Fatwa ini.
3. Ketentuan Akad antara Sesama Peserta Sindikasi
Akad anatara sesama peserta sindikasi dapat berupa:
1) Akad Mudharabah; para peserta sebagai pihak yang menyertakan
modal (shahibul mal); dan pihak Leader (Mudharib) hanya
menyertakan modal dalam bentuk keahlian/keterampilan usaha, tidak
ikut berpartisipasi dalam penyertaan modal (ra‟sul mal);
59
2) Akad Musyarakah; peserta dan Leader ikut berpartisipasi dalam
pengumpulan modal (ra‟sul mal), dan di antara syarik ditunjuk
(melalui kesepakatan) sebagai leader; leader berhak memperoleh
pendapatan/ penghasilan tambahan dengan akad tersendiri karena
kedudukannya sebagai pengelola;
3) Akad Wakalah; peserta sebagai muwakkil dan leader berkedudukan
sebagai wakil. Dalam hal akad yang dilakukan akad Wakalah bil
Ujrah, maka wakil berhak mendapatkan ujrah.
4. Ketentuan Akad antara Entitas Sindikasi dengan Nasabah
Akad antara Entitas Sindikasi dengan Nasabah dapat berupa:
1) Akad jual-beli (al-bai‟), baik jual-beli musawamah (bai‟ al-
musawamah); dimana harga ditentukan berdasarkan proses tawar-
menawar, jual-beli murabahah (bai‟ al-murabahah), jual-beli salam
(bai‟ al-salam) atau jual-beli salam paralel (bai‟ al-salam al-muwazi),
jual-beli Istishna‟ (bai‟ al-istishna‟) atau jual-beli istishna‟ paralel
(bai‟ al-istishna‟ al-muwazi);
2) Akad sewa menyewa (Ijarah) atau akad sewa-menyewa yang diakhiri
dengan pengalihan kepemilikan obyek sewa (al-ijarah al-Muntahiyyah
bi al-Tamlik);
3) Akad kerjasama usaha dimana semua pihak menyertakan modal usaha
(musyarakah tsabitah) atau akad kerjasama usaha dimana semua pihak
60
menyertakan modal usaha dan modal Entitas Sindikasi dialihkan
secara berangsur kepada nasabah lain (musyarakah mutanaqishah);
4) Akad kerjasama usaha pertanian: a) muzara‟ah, b) mukhabarah, c)
mugharasah, dan d) musaqah.
5. Ketentuan terkait Rekening dan Dokumen Akad
1) Dalam hal sindikasi dilakukan sesama Lembaga Keuangan Syariah,
maka rekening, dokumen kontrak serta dokumen-dokumen pendukung
lainnya boleh diadministrasikan/disusun dalam satu dokumen;
2) Dalam hal sindikasi dilakukan antara Lembaga Keuangan Syariah
dengan Lembaga Keuangan Konvensional, maka harus menggunakan
rekening yang terpisah dan dibuatkan dokumen induk (perjanjian
bersama) yang kemudian dibuat dokumen untuk Lembaga Keuangan
Syariah tersendiri; dan dibuat pula dokumen khusus untuk Lembaga
Keuangan Konvensional secara tersendiri.
6. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
lembaga penyelesaian sengketa berdasarkan syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
61
BAB III
PEMBIAYAAN SINDIKASI PADA PT BANK BNI SYARIAH
A. Profil Bank BNI Syariah1
1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya Bank BNI Syariah
Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis
moneter 1997, meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan
mampu menjawab kebutuhan perbankan yang transparan. Berdasarkan hal
itu dan mengacu pada UU No. 10 Tahun 1998, mulailah PT Bank Negara
Indonesia (Persero) merintis Divisi Usaha Syariah.
Selain adanya demand dari masyarakat terhadap perbankan
syariah, untuk mewujudkan visinya menjadi “universal banking”, BNI
membuka layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah dengan
konsep dual banking system, yakni menyediakan layanan perbankan
umum dan syariah sekaligus. Hal ini sesuai dengan UU No. 10 Tahun
1998 yang memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan
syariah.
Diawali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di tahun 1999,
Bank Indonesia kemudian mengeluarkan ijin prinsip usaha untuk
beroperasinya unit usaha syariah BNI. Setelah itu BNI Syariah
menerapkan strategi pengembangan jaringan cabang syariah sebagai
berikut:
1
PT. Bank BNI Syariah. “Laporan Tahunan Bank BNI Syariah 2014 Annual Report”.
(Jakarta: PT. Bank BNI Syariah, 2014) h. 40-69.
62
a. Tepatnya pada tanggal 29 April 2000 BNI Syariah membuka 5
kantor cabang syariah sekaligus di kota-kota potensial, yakni:
Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara, dan Banjarmasin.
b. Tahun 2001 BNI Syariah kembali membuka 5 kantor cabang
syariah, yang difokuskan di kota-kota besar di Indonesia, yakni:
Jakarta (dua cabang), Bandung, Makassar dan Padang.
c. Seiring dengan perkembangan bisnis dan banyaknya permintaan
masyarakat untuk layanan perbankan syariah, Tahun 2002 BNI
Syariah membuka dua kantor cabang syariah baru di Medan dan
Palembang.
d. Di awal Tahun 2003, dengan pertimbangan load bisnis yang
semakin meningkat sehingga untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, BNI Syariah melakukan relokasi kantor
cabang syariah di Jepara ke Semarang. Sedangkan untuk melayani
masyarakat Kota Jepara, BNI Syariah membuka Kantor Cabang
Pembantu Syariah Jepara.
e. Pada bulan Agustus dan September 2004, BNI Syariah membuka
layanan BNI Syariah Prima di Jakarta dan Surabaya. Layanan ini
diperuntukan untuk individu yang membutuhkan layanan
perbankan yang lebih personal dalam suasana yang nyaman.
Corporate Plan UUS BNI Tahun 2000 menetapkan bahwa status
UUS hanya bersifat temporer dan oleh karena itu akan dilakukan spin off
pada Tahun 2009. Rencana spin off terlaksana pada 19 Juni 2010 dengan
63
didirikannya PT Bank BNI Syariah (“BNI Syariah atau Bank”) sebagai
Bank Umum Syariah (BUS) berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank
Indonesia No. 12/41/KEP. GBI/2010. Realisasi ini tidak terlepas dari
faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan
diterbitkannya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Selain
itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah
semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan
syariah juga semakin meningkat. Dan sampai saat ini sudah terdapat 49
kantor cabang utama reguler dan 18 kantor cabang mikro serta 95 kantor
cabang pembantu reguler dan 70 kantor cabang pembantu mikro.
Tujuan Pendirian Bank BNI Syariah
Tujuan pendirian Bank BNI Syariah tercermin dalam visi dan misi
Bank BNI Syariah. Adapun visi dan misi Bank BNI Syariah adalah
sebagai berikut:
1) Visi: Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam
layanan dan kinerja.
2) Misi:
Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli
pada kelestarian lingkungan.
Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa
perbankan syariah.
Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
64
Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan beradaptasi bagi pegawai sebagai perwujudan
ibadah.
Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
2. Segmen Usaha
a. Bisnis Komersial
BNI Syariah memberikan layanan bagi nasabah yang memiliki
usaha produktif pada segmen menengah/komersial yang dikelola oleh
Commercial & Small Division. Layanan kepada nasabah komersial
dengan memberikan solusi pembiayaan, berupa pembiayaan investasi
dan modal kerja dan fasilitas perbankan lain yang diperlukan, seperti
bank garansi dan Standby Letter of Credit. Segmen ini merupakan
salah satu elemen penting yang mendukung performa BNI Syariah
secara keseluruhan.
b. Bisnis Ritel & Konsumer
Segmen bisnis konsumer dan ritel terdiri dari bisnis konsumer,
ritel produktif, kartu pembiayaan dan dana. Produk pada segmen bisnis
konsumer dan ritel ini antara lain pembiayaan kepemilikan rumah,
pembiayaan usaha yang diberikan kepada individu dengan skala usaha
kecil dan menengah, kartu pembiayaan dan produk simpanan serta
layanan perbankan lainnya bagi kebutuhan masing-masing nasabah.
65
c. Bisnis Mikro
Sektor Usaha Mikro, merupakan sektor penting dalam
menggerakkan perekonomian nasional. Terlihat dari sumbangannya
terhadap PDB nasioanal yang cukup besar. Keunggulan sektor usaha
mikro sebagai sektor domestik yang mampu menggerakan
perekonomian nasional terutama karena keterhantungannya yang kuat
terhadap muatan lokal. Unit usaha mikro menggunakan sumber daya
dalam negeri baik sumber daya manusia, bahan baku dan peralatan
sehingga sektor mikro tidak tergantung pada ekspor. Selain itu, hasil
produksi sektor mikro lebih ditujukan untuk memenuhi pangsa pasar
dalam negeri, sehingga tidak tergantung kepada kondisi perekonomian
negara lain. Oleh karena itu, sektor inilah yang paling tahan terhadap
ancaman krisis global eberapa waktu yang lalu, dan Perbankan Syariah
memiliki peran penting sebagai lembaga keuangan yang sangat peduli
terhadap pengembangan sektor riil.
d. Bisnis Tresuri & Internasional
Melalui segmen bisnis tresuri dan internasional, BNI Syariah
turut mengaktifkan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) dengan
sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (SIMA) dan bertransaksi
melalui Sertifikat Perdagangan Komoditi berdasarkan Prinsip Syariah
Antarbank (SIKA). Selain itu BNI Syariah juga aktif melakukan
transaksi sukuk baik melalui lelang yang dilakukan oleh Pemerintah
66
(sebagai salah satu bank syariah peserta lelang) maupun di pasar
sekunder.
3. Produk dan Jasa BNI Syariah
a. Produk Simpanan
1) Tabungan IB THI Hasanah
Tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang
dipergunakan sebagai sarana untuk mendapatkan kepastian porsi
berangkat menunaikan ibadah haji sesuai keinginan penabung
dalam mata uang Rupiah.
2) Tabungan IB Hasanah
Tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang memberikan
berabagai fasilitas serta kemudahan bagi nasabah perorangan
maupun non perorangan dalam mata uang Rupiah.
3) Tabungan IB Hasanah (Mahasiswa)
Tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah dari para
mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri/Perguruan Tinggi Swasta
(PTN/PTS) yang bekerjasama dengan BNI Syariah yang berfungsi
untuk menampung keperluan pembayaran SPP dan/atau keperluan
lainnya.
4) Tabungan IB Hasanah (Pegawai/Anggota)
Tabungan dengan akad wadiah atau mudharabah dari para
pegawai/anggota perusahaan/lembaga/asosiasi/organisasi profesi
yang bekerja sama dengan BNI Syariah.
67
5) Tabungan IB Hasanah (Classic)
Tabungan dengan akad mudharabah untuk menampung setoran
cash collateral/goodwill nasabah pada setiap penerbitan Hasanah
Card Classic.
6) Tabungan Tunas IB Hasanah
Tabungan dengan akad wadiah yang diperuntukan bagi anak-anak
dan pelajar yang berusia di bawah 17 tahun.
7) Tabungan IB Prima Hasanah
Tabungan dengan akad mudharabah yang memberikan berbagai
fasilitas serta kemudahan bagi nasabah segmen high networth
individuals secara perorangan dan bagi hasil yang lebih kompetitif.
8) Tabungan IB Tapenas Hasanah
Tabungan berjangka dengan akad mudharabah untuk perencanaan
masa depan yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan
sistem setoran bulanan. Bermanfaat untuk membantu menyiapkan
rencana masa depan seperti rencana liburan, ibadah umrah,
pendidikan ataupun rencana masa depan lainnya.
9) Tabungan IB Bisnis Hasanah
Tabungan dengan akad mudharabah yang dilengkapi dengan detail
mutasi debet dan kredit pada buku tabungan dan bagi hasil yang
lebih kompetitif bagi nasabah perorangan maupun non perorangan.
68
10) Tabunganku IB
Tabungan nasional dengan akad wadiah dan setoran awal ringan
untuk meningkatkan kesadaran menabung masyarakat.
11) Giro IB Hasanah
Titipan dana dari pihak ketiga yang dikelola dengan akad wadiah
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan pemindahbukuan untuk menunjang bisnis usaha
perorangan maupun non perorangan.
12) Deposito IB Hasanah
Investasi berjangka yang dikelola dengan akad mudharabah yang
ditujukan bagi nasabah perorangan dan perusahaan.
b. Produk Pembiayaan Konsumer
1) Pembiayaan Griya IB Hasanah
Dengan prinsip murabahah (jual beli) merupakan fasilitas
pembiayaan yang diberikan kepada individu untuk membeli,
membangun, merenovasi, rumah (termasuk ruko, rusun, rukan,
apartemen dan sejenisnya) dan membeli tanah kavling serta rumah
indent, dengan sistem angsuran tetap hingga akhir masa
pembiayaan sehingga memudahkan nasabah mengelola
keuangannya.
69
2) Pembiayaan Griya Musyarakah Mutanaqisah (Griya-MMQ) IB
Hasanah
Pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada anggota masyarakat
untuk membeli properti atau rumah tinggal dengan menggunakan
konsep kongsi kepemilikan rumah antara Nasabah dan Bank yang
secara bersama-sama menyerahkan modalnya untuk membeli
properti tersebut dengan menggunakan Akad Musyaraqah
Mutanaqisah yang selanjutnya nasabah sepakat untuk menyewa
manfaat atas properti tersebut dengan menggunakan Akad Ijarah.
3) Pembiayaan Oto IB Hasanah
Dengan prinsip murabahah merupakan fasilitas pembiayaan yang
diberikan kepada individu untuk pembelian kendaraan bermotor.
4) Pembiayaan Haji IB Hasanah
Fasilitas pembiayaan untuk kebutuhan setoran awal untuk
mendapatkan porsi keberangkatan haji sesuai Biaya
Penyelenggaraan Haji (BPIH) yang diatur Kementerian Agama
dengan menggunakan akad qardh.
5) Pembiayaan Rahn Emas IB Hasanah
Merupakan solusi bagi nasabah yang membutuhkan dana cepat
dengan sistem penjamin berupa emas baik batangan maupun
70
perhiasan didukung administrasi dan proses persetujuan yang cepat
dan mudah.
6) Pembiayaan Emas IB Hasanah
Fasilitas pembiayaan untuk kepemilikan emas logam mulia secara
angsuran tetap setiap bulannya dengan menggunakan akad
murabahah.
7) Pembiayaan Multijasa IB Hasanah
Fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada masyarakat
untuk kebutuhan jada dengan agunan berupa fix asset atau
kendaraan bermotor sesuai dengan prinsip syariah.
8) Pembiayaan Multiguna IB Hasanah
Fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada masyarakat
untuk membeli kebutuhan konsumtif dengan agunan berupa fix
asset sesuai dengan prinsip syariah.
9) Pembiayaan Fleksi IB Hasanah
Pembiayaan konsumtif bagi pegawai atau karyawan suatu
perusahaan/instansi untuk pembelian barang dan jasa sesuai
dengan prinsip syariah.
10) Pembiayaan CCF IB Hasanah
Pembiayaan dengan jaminan dana nasabah yang disimpan dalam
bentuk deposito, tabungan dan giro yang diterbitkan oleh BNI
Syariah.
11) Mikro 2 IB Hasanah
71
Pembiayaan yang ditujakan untuk pengusaha mikro dengan limit
mulai dari Rp 5 juta hingga Rp 50 juta untuk tujuan pembiayaan
pembelian barang modal kerja, investasi produktif, serta pembelian
barang atau keperluan lainnya yang bersifat konsumtif.
12) Rahn Mikro
Pembiayaan rahn yang ditujukan untuk modal usaha/produktif,
biaya pendidikan, kesehatan, serta keperluan konsumtif lainnya.
13) Mikro 3 IB Hasanah
Pembiayaan yang ditujukan untuk pengusaha mikro dengan limit
mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 500 juta untuk tujuan pembiayaan
pembelian barang modal kerja, investasi produktif, serta pembelian
barang atau keperluan lainnya yang bersifat konsumtif.
c. Pembiayaan Komersial
1) Pembiayaan Wirausaha IB Hasanah
Fasilitas pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaan usaha produktif (modal kerja dan investasi) sesuai
prinsip syariah.
2) Pembiayaan Tunas Usaha IB Hasanah
Pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang diberikan untuk
usaha produktif yang feasible namun belum bankable dengan
prinsip syariah.
3) Pembiayaan Linkage Program IB Hasanah
72
Fasilitas pembiayaan dimana BNI Syariah sebagai pemilik dana
menyalurkan pembiayaan dengan pola executing kepada Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) seperti BMT, BPRS, KJKS, dan lainnya
kemudian disalurkan kepada end user (pengusaha mikro kecil, dan
menengah syariah). Kerjasama dengan LKS dapat dilakukan secara
langsung ataupun melalui lembaga pendamping.
4) Pembiayaan Kopkar/Kopeg IB Hasanah
Fasilitas pembiayaan mudharabah dimana BNI Syariah sebagai
pemilik dana menyalurkan pembiayaan dengan pola executing
kepada Koperasi Karyawan (Kopkar)/ Koperasi Pegawai (Kopeg)
kemudian disalurkan secara prinsip syariah kepada end
user/karyawan.
5) Pembiayaan Usaha Kecil IB Hasanah
Pembiayaan syariah yang digunakan untuk tujuan produktif (modal
kerja maupun investasi) kepada pengusaha kecil berdasarkan
prinsip-prinsip pembiayaan syariah.
6) Pembiayaan Usaha Besar IB Hasanah
Pembiayaan syariah yang digunakan untuk tujuan produktif (modal
kerja maupun investasi) kepada pengusaha berbadan hukum skala
menengah dan besar dalam mata uang Rupiah maupun valas.
7) Pembiayaan Sindikasi IB Hasanah
Pembiayaan yang duberikan oleh BNI Syariah bersama dengan
perbankan lainnya untuk membiayai suatu proyek/ usaha yang
73
berskala sangat besar dengan syarat-syarat dan ketentuan yang
sama, menggunakan dokumen yang sama dan diadministrasikan
oleh agen yang sama pula.
8) Pembiayaan Multifinance IB Hasanah
Penyaluran pembiayaan langsung dengan pola executing, kepada
multifinance untuk usahanya di bidang perusahaan pembiayaan
sesuai dengan prinsip syariah.
9) Pembiayaan Griya Konstruksi IB Hasanah
Pembiayaan produktif yang diberikan kepada developer untuk
membangun perumahan dan/atau fasilitas umum/sosial serta
dilarang digunakan untuk pengadaan dan/atau pengolahan tanah
secara langsung/tidak langsung sesuai dengan prinsip syariah.
10) Anjak Piutang
Jasa pengalihan penyelesaian piutang baik L/C maupun non L/C
dari Korporat/Seller kepada BNI Syariah yang kemudian menagih
piutang tersebut kepada issuing bank atau pihak yang berhutang
(mitra korporat/buyer). Dapat disertai dengan fasilitas pembiayaan
jangka pendek kepada Korporat (Nasabah) yang diperuntukan
sebagai talangan atas kebutuhan likuiditas korporat senilai tagihan
piutang dengan berlandaskan prinsip syariah.
11) Penjaminan IB Hasanah
Pembiayaan talangan yang diberikan kepada mitra korporat
sehubungan dengan penjaminan yang diberikan oleh bank kepada
74
mitra korporat tersebut untuk memenuhi kewajibannya kepada
korporat. Pada saat mitra korporat tidak dapat memenuhi
kewajibannya kepada korporat, maka bank memberikan
pembiayaan talangan kepada mitra korporat yang dibayarkan
langsung kepada korporasi sesuai dengan prinsip syariah.
12) Pembiayaan Kepada Penyelenggara Haji Khusus IB Hasanah
Pembiayaan modal kerja yang ditujakan kepada Penyelenggara
Ibadah Haji Khusus (PIHK) atau Travel Agent untuk modal kerja.
d. Jasa
1) Jasa Bisnis: Garansi Bank, Kliring, Surat Keterangan Bank
Dukungan Keuangan (SKB-DK), Surat Kredit Berdokumen Dalam
Negeri (SKBDN), Surat Keterangan Bank (SKB).
2) Jasa Keuangan: Penerimaan Setoran, Transaksi Online, Transfer
dan LLG, Payment Center.
3) Jasa Kelembagaan: SPP Online, Cash Management BNIS, Payroll
Gaji.
4) Jasa E-Banking: ATM BNI/BNI Syariah, Mobile Banking, Phone
Banking, Internet Banking.
5) Jasa Bisnis Internasional: Letter of Credit (L/C) Impor-Ekspor.
6) Layanan Tresuri: Transaksi Forex Value Today maupun Spot,
Transaksi Banknotes.
75
4. Struktur Organisasi Bank BNI Syariah
BNI Syariah secara struktur tidak terpisah dengan unit-unit
organisasi Bank BNI lainnya. Adapun struktur tersebut adalah sebagai
pimpinan tertinggi yaitu: Rapat Umum Pemegang Saham, kemudian
Dewan Pengawas Syariah (DPS) terdiri aras KH. Ma’ruf Amin dan Drs.
Hasanuddin, M. Ag. Yang bertugas untuk memastikan dan menjamin
operasonal bisnis BNI sesuai dengan prinsip-prinsip sistem ekonomi
Islam. Fungsi pokok Dewan Pengawas Syariah BNI Syariah adalah:
a. Memberikan advisi kepada manajemen perihal pengolahan dan
pengembangan bisnis BNI Syariah dari sisi aspek syariah.
b. Bertindak sebagai perantara BNI Syariah dengan Dewan Syariah
Nasional (DSN) untuk kajian dan fatwa yang berkaitan dengan
pengelolaan atau penerapan fatwa dan pengembangan bisnis
syariah BNI (produk, jasa, sistem penunjang dan sebagainya).
c. Melaporkan kegiatan usaha dan pengembangan bisnis perbankan
syariah bank BNI kepada DSN dan atau lembaga-lembaga
eksternal lainnya yang terkait.
Sementara itu, Dewan Komisaris membawahi Direktur Utama.
Sedangkan Divisi Usaha Syariah merupakan bagian dari Strategi Bisnis
Unit (SBU) Ritel, yang berada dibawah penyajian langsung Direktur Ritel
Bank BNI. Adapun fungsi pokok Divisi Usaha Syariah Bank BNI Syariah
adalah:
a. Melakukan aktivitas-aktivitas antara divisi.
76
b. Menunjang penyediaan logistik dan materi Cabang Syariah bekerja
sama dengan unit atau Divisi terkait.
c. Mengelola kebijakan manajemen sumber daya manusia cabang
syariah bekerjasama dengan unit atau divisi terkait.
d. Mengkoordinasi pengelolaan anggaran syariah.
e. Menyusun laporan keuangan usaha syariah dan mengkoordinasi
dengan pengendalian (PKU).
f. Menunjang pengelolaan sistem teknologi usaha syariah bekerja
sama dengan teknologi. Sedangkan fungsi Divisi Syariah sebagai
kantor cabang-cabang syariah.
Di bawah Divisi Syariah terdapat kelompok perbankan syariah
yang langsung membawahi pengelolaan pengembangan bisnis syariah .
pengelolaan treasury, investment, dan pengelolaan penunjang bisnis
syariah. Sedangkan divisi syariah juga langsung membawahi pengelolaan
penyediaan bisnis syariah dan bisnis umum cabang syariah berada di
bawah pengelolaan penyediaan bisnis syariah. Cabang syariah membawahi
bisnis operasional dan bertanggung jawab terhadap control intern dan unit
pemasaran bisnis. Bisnis operasional bertanggung jawab terhadap unit
operasional dan unit umum dan akuntansi. Adapun fungsi pokok unit-unit
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan treasury dana internasional
1) Melaksanakan fungsi treasury dalam rangka penempatan dan
usaha syariah.
77
2) Mengelola bisnis internasional usaha syariah.
b. Pengelolan pengendalian keuangan dan teknologi
1) Mengoordinasi pengelolaan anggaran usaha syariah.
2) Mengelola sistem akuntansi pembukuan keuangan syariah.
3) Menyusun laporan keuangan usaha syariah dan
mengkoordinasikan dengan KPU.
c. Pengelolaan penunjang operasional
1) Menunjang penyediaan logistik dan material cabang syariah
dan bekerjasama dengan unit-unit terkait.
2) Mengelola sumber daya manusia cabang syariah.
3) Menunjang pengembangan sistem manajemen cabang syariah.
d. Pengelolaan penyedia bisnis usaha syariah
1) Memantau kualitas operasional sesuai dengan prinsip syariah
bekerjasama dengan bisnis usaha syariah.
2) Memantau sistem operasional sesuai dengan prinsip syariah
bekerjasama dengan Dewan Pengawas Syariah.
3) Menyediakan operasional bisnis cabang syariah bekerjasama
dengan Satuan Pengawas Intern (SPI).
B. PEMBIAYAAN SINDIKASI PT BANK BNI SYARIAH
Pembiayaan sindikasi yang dilakukan oleh Bank BNI Syariah
bukanlah spekulasi dari Bank BNI Syariah semata, melainkan dari dasar
78
pelaksanaannya Bank BNI Syariah juga memiliki maksud, tujuan dan berbagai
macam ketentuan dalam pembentukan pembiayaan sindikasi, yaitu:
1. Tujuan Pembiayaan Sindikasi oleh Bank BNI Syariah
Yang menjadi tujuan Bank BNI Syariah mengadakan pembiayaan
sindikasi adalah:
a. Untuk membantu nasabah pembiayaan yang membutuhkan fasilitas
pembiayaan dalam jumlah besar, yang sulit dibiayai oleh suatu Bank,
b. Untuk membagi risiko (spreading risk),
c. Untuk mengatasi masalah BMPK (Batas Maksimum Pemberian
Kredit/Pembiayaan) baik kepada nasabah pembiayaan group maupun
non group,
d. Untuk meningkatkan profit dan fee based income.
2. Ciri-Ciri Pembiayaan Sindikasi pada Bank BNI Syariah
Ciri-ciri umum BNI iB Pembiayaan Sindikasi adalah sebagai berikut:
a. Jumlah pembiayaan biasanya meliputi jumlah besar.
b. Jangka waktu pembiayaan biasanya berjangka menengah atau
berjangka panjang.
c. BNI iB Pembiayaan Sindikasi selalu diberikan oleh lebih dari satu
pemberi pembiayaan sebagai peserta sindikasi pembiayaan.
d. Tanggung jawab dari peserta sindikasi tidak bersifat tanggung rentang
dimana masing-masing peserta sindikasi hanya bertanggung jawab
untuk bagian jumlah pembiayaan yang menjadi komitmennya.
79
e. Kepada nasabah pembiayaan berlaku hanya satu tingkat margin/bagi
hasil, sedangkan tingkat margin/bagi hasil para partisipan sesuai
ketentuan masing-masing anggota partisipan.
f. Kepada nasabah pembiayaan berlaku hanya satu akad pembiayaan
dengan yang telah disetujui para partisipan.
g. Ditunjuk salah satu partisipan sebagai Agent (misalnya Facility Agent
dan/atau Security Agent) yang mengadministrasikan BNI iB
Pembiayaan Sindikasi.
3. Pihak-Pihak dalam Pembiayaan Sindikasi Bank BNI Syariah
Pihak-pihak yang terlibat dalam BNI iB Pembiayaan Sindikasi adalah
sebagai berikut:
a. Arranger yang bertindak mengatur syarat dan ketentuan-ketentuan
yang akan diberlakukan dan menawarkan kepada Lembaga Keuangan
untuk ikut berpartisipasi dalam pembiayaan sindikasi.
b. Facility Agent adalah pihak yang mengadministrasikan penggunaan
BNI iB Pembiayaan Sindikasi setelah akad pembiayaan sindikasi
ditandatangani oleh nasabah dan bank-bank peserta sindikasi.
c. Security Agent adalah pihak yang ditunjuk oleh bank-bank peserta
sindikasi untuk bertanggung jawab atas penyelesaian pengikatan
agunan pengadministrasian dan penyimpanan dokumen-dokumen
agunan BNI iB pembiayaan sindikasi.
80
d. Underwriter (jika diperlukan) yang menjamin pemberian pembiayaan
kepada nasabah pembiayaan sampai dengan jumlah tertentu
sebagaimana yang dijanjikan.
e. Lead Bank adalah Bank yang ditunjuk sebagai koordinator para
arranger.
4. Segmentasi
Segmentasi BNI iB Pembiayaan Sindikasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Primary Market Syndication, sindikasi yang terbentuk di pasar
perdana, yaitu pasar dimana proses sindikasi berlangsung sebelum
akad pembiayaan sindikasi ditandatangani oleh semua bank yang
menjadi peserta.
b. Secondary Market Syndication, sindikasi yang terjadi di pasar
sekunder, yaitu pasar dimana proses sindikasi telah berlangsung
setelah akad pembiayaan sindikasi ditandatangani.
5. Perhitungan Margin/Bagi Hasil dalam Pembiayaan Sindikasi Bank
BNI Syariah
Ada beberapa cara penetapan margin/bagi hasil BNI iB
Pembiayaan Sindikasi kepada nasabah dan antar bank peserta sindikasi,
antara lain:
a. Margin, Fixed rate atau flat proporsional sampai dengan jatuh tempo
pembiayaan.
b. Bagi Hasil, nisbah bagi hasil diperhitungkan berdasarkan projected
cash flow usaha/proyek dengan return yang diinginkan.
81
c. Diantara margin/bagi hasil partisipan ditetapkan margin yang tertinggi
atau dapat pula margin dari lead bank.
d. Rata-rata tertimbang dari berbagai margin partisipan.
Contoh:
Menggunakan metode weight average (rata-rata tertimbang)
Total Syndicated Loan US$ 100,000,000
Partisipasi:
Bank Jumlah Tingkat Margin
A US$ 20,000,000 9.0%
B US$ 10,000,000 8.5%
C US$ 30,000,000 7.0%
D US$ 40,000,000 7.5%
Periode Margin/bagi hasil: 1 bulan = 30 hari.
Perhitungan rata-rata tertimbang:
20/100 x 9.0% = 1.8%
10/100 x 8.5% = 0.85%
30/100 x 7.0% = 2.1%
40/100 x 7.5% = 3.0%
Tingkat margin/bagi hasil yang dikenakan kepada nasabah pembiayaan
:
= 1.8 % + 0.85% + 2.1% + 3.0% = 7.75%
Jumlah margin/bagi hasil yang dibebankan pada nasabah pembiayaan
rata-rata per bulan :
30 / 360 x 7.75% x US$ 100,000,000 = US$ 645,833.33
Distribusi margin/bagi hasil :
Bank A = 30/360 x 9.0% x US$ 20,000,000 = US$ 150,000.00
Bank B = 30/360 x 8.5% x US$ 10,000,000 = US$ 70,833.33
Bank C = 30/360 x 7.0% x US$ 30,000,000 = US$ 175,000.00
Bank D = 30/360 x 7.5% x US$ 40,000,000 = US$ 250,000.00
Total = US$ 645,833.33
82
BAB IV
ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMBIAYAAN SINDIKASI
PADA PT BANK BNI SYARIAH
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya,
maka hasil analisis mengenai “KEBIJAKAN PT. BANK BNI SYARIAH DALAM
PEMBIAYAAN SINDIKASI” adalah terbagi menjadi dua bagian yang dianalisis,
yaitu:
A. Ketentuan Kebijakan Pembiayaan Sindikasi pada Bank BNI Syariah
BNI iB Pembiayaan Sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh dua
atau lebih Lembaga Keuangan untuk membiayai suatu proyek/usaha dengan
syarat-syarat dan ketentuan yang sama, menggunakan dokumen yang sama dan
diadministrasikan oleh Agen yang sama pula.1
Secara sederhana mekanisme pembentukan BNI iB Pembiayaan Sindikasi
dapat dilihat dari skema berikut (Bank BNI Syariah sebagai Arrangger):
1 Wawancara pribadi dengan Doli Ahdar Furqoni Matondang, Account Officer Commercial
& Small Divison Kantor Pusat BNI Syariah. Jakarta, 9 Juni 2016.
83
Skema Pembentukan BNI iB Pembiayaan Sindikasi
(Arrangger)
Berdasarkan skema di atas mekanisme pembentukan BNI iB Pembiayaan
Sindikasi Bank BNI Syariah bertindak sebagai arranger dapat dibaca
sebagaimana keterangan berikut ini:
1) Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan kepada Bank BNI Syariah,
namun dalam prakteknya pihak bank juga dapat menjadi pihak yang
Nasabah Permohonan
Pembiayaan
Bank BNI
Syariah/Arranger
Mandate
Invitation
Letter
Bank-Bank
Analisis
Pembiayaan
Dokumentasi
Kredit
Tanda Tangan Perjanjian
Kredit & Publisitas
Pelaksanaan Pemberian
Pembiayaan
Offering Letter
84
menawarkan pembiayaan kepada calon nasabah. Pada umumnya Bank
yang melakukan inisiatif untuk pembiayaan yang menjadi Lead Arrangger
dalam pembiayaan sindikasi tersebut.
2) Unit Pengelola Portofolio/ Unit Usaha Syariah membuat Surat Penawaran
(offering letter) kepada nasabah pembiayaan.
3) Bank memperoleh mandate dari Nasabah Pembiayaan.
Jika nasabah pembiayaan menyetujui syarat-syarat yang tercantum dalam
surat penawaran dan telah menandatangani sebagai tanda persetujuan,
kepada nasabah pembiayaan diminta mandat berupa surat pernyataan
tertulis yang mengkonfirmasikan bahwa nasabah pembiayaan telah
menunjuk Arranger yaitu sebagai Bank yang mengatur pembiayaan BNI
iB Pembiayaan Sindikasi dengan bank lainnya. Mandat tersebut dapat pula
diminta sebelum proses pembiayaan dilakukan.
4) Unit Pengelola Sindikasi mengundang Bank-Bank lain (Invitation letter).
Unit Pengelola Sindikasi akan mengundang dan mengajak bank-bank lain
untuk ikut serta dalam pembiayaan secara sindikasi. Sebagai bahan
informasi disampaikan info memo oleh Kelompok Pemasaran Divisi
Usaha Syariah (USY) sebagai Unit Pengelola Sindikasi yang
menyampaikan informasi proyek yang diusulkan, sponsor proyek, tujuan
penggunaan pembiayaan, data keuangan nasabah serta informasi lain yang
dianggap perlu.
85
Info memo tersebut harus telah memperoleh persetujuan nasabah
pembiayaan dan menyatakan semua data yang disampaikan adalah benar
dan akurat serta merupakan tanggung jawab nasabah pembiayaan.
Atas dasar info memo tersebut, bank-bank yang diundang dapat
melakukan penilaian atau analisis lebih lanjut apakah proyek tersebut
layak untuk dibiayai.
5) Analisis Pembiayaan, dalam analisis pembiayaan arranger akan
menetapkan share masing-masing Bank Peserta. Dalam hal terjadi
komitmen dari bank-bank maka arranger berhak mengurangi share
penyediaan bank-bank tersebut.
6) Bila nasabah setuju dengan offer letter maka selanjutnya nasabah dan
arranger mengurus dokumentasi kredit yang nantinya akan
diadministrasikan oleh bank yang ditunjuk sebagai agent.
7) Setelah kelengkapan pembiayaan sudah terpenuhi kemudian diadakan
penandatanganan perjanjian pembiayaan sindikasi yang dilakukan oleh
nasabah dan wakil dari bank-bank pemberi pembiayaan sindikasi. Setelah
perjanjian pembiayaan ditandatangani kemudian mempublikasikan BNI iB
Pembiayaan Sindikasi.
Dalam BNI iB Pembiayaan Sindikasi, khususnya sindikasi internasional,
lazim dilakukan publikasi mengenai pemberian fasilitas sindikasi, baik
melalui surat kabar, majalah atau tombstone.
86
Dari segi Bank, keberhasilan arranger dalam melaksanakan pembiayaan
secara sindikasi merupakan suatu kebanggaan dan dapat meningkatkan
reputasi bank yang bersangkutan.
Dari segi nasabah, keberhasilan memperoleh pembiayaan secara sindikasi
dapat meningkatkan reputasi nasabah, memperoleh kepercayaan secara
sekaligus dari beberapa bank peserta sindikasi.
8) Facility agent merealisasikan pelaksanaan perjanjian pembiayaan
sindikasi dengan mengkoordinir pencairan pembiayaan. Selanjutnya
pihak agent yang akan mengadministrasikan pembiayaan sindikasi
tersebut dari setelah ditandatanganinya perjanjian sampai dengan
pelunasan.
Selain dapat berperan sebagai arranger dalam pembiayaan sindikasi
Bank BNI Syariah juga dapat berperan menjadi peserta atau partisipan dalam
entitas sindikasi, berikut mekanisme BNI Syariah menjadi peserta dalam entitas
sindikasi:
Arranger Bank BNI
Syariah
Analisis
Pejabat Pemutus
Pembiayaan
Invitation Letter
Response Letter
Loan Agreement
87
Berdasarkan skema mekanisme Bank BNI Syariah menjadi peserta
dalam entitas sindikasi di atas dapat dibaca sebagai berikut:
1) Bank BNI Syariah menerima invitation letter dari Bank Syariah
lain/arranger.
2) Unit Usaha Syariah (USY) menganalisis invitation letter tersebut,
apakah sesuai dengan kebijaksanaan pembiayaan Bank. Apabila
invitation tersebut tidak sesuai dengan kebijaksanaan pembiayaan
Bank atau ada hal-hal lain yang dianggap kurang layak untuk dapat
dibiayai, maka dibuatkan analisa dan rekomendasi agar offering
tersebut ditolak. Sebaliknya, apabila invitation tersebut menarik dan
sesuai dengan kebijaksanaan pembiayaan Bank, maka USY bila perlu
dapat meminta tambahan informasi mengenai borrower kepada yang
mengirim offering tersebut/arranger. Selanjutnya USY menganalisa
dan membuat PAP kepada Pejabat Pemutus Pembiayaan yang
berwenang disertai dengan rekomendasi untuk memperoleh keputusan.
3) Berdasarkan Keputusan Pejabat Pemutus Pembiayaan yang
bersangkutan, USY menjawab invitation (response letter) dan dalam
hal Bank memutuskan turut serta dalam sindikasi. Selanjutnya USY
akan menerima draft loan agreement dari arranger untuk diteliti.
Apabila isi Loan Agreement sudah sesuai dengan yang dikehendaki
dan sesuai dengan terms & conditions yang ditawarkan, USY
88
menyampaikan persetujuan kepada arranger untuk dibuatkan final
Loan Agreement untuk ditandatangani (loan signing).
Kepesertaan BNI iB Pembiayaan Sindikasi tidak hanya terbatas
dengan Lembaga Keuangan Syariah saja, namun dapat pula dilakukan dengan
Bank konvensional, dengan ketentuan akad dan perhitungan margin bagi hasil
didudukkan dalam akad pembiayaan tersendiri.
Dalam sindikasi tersebut akan terbagi dalam 2 skema, skema pertama
adalah dengan perjanjian/akad konvensional dan skema kedua adalah dengan
perjanjian/akad syariah yang masing-masing saling terpisah antara nasabah
dengan bank syariah serta antara nasabah dengan bank kovensional. Namun
terkait dengan perjanjian antar bank dibuat seperti biasa.2
BNI iB Pembiayaan Sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan
secara bersama-sama oleh dua atau lebih lembaga keuangan untuk membiayai
suatu proyek/usaha dengan dipimpin oleh satu bank yang bertindak sebagai
leader, dimana pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan
nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi
modal masing-masing, kerjasama tersebut dapat dikatakan sesuai dengan
desain akad Musyarakah dalam BNI iB Pembiayaan Sindikasi.
Dalam akad Musyarakah BNI iB Pembiayaan Sindikasi harus memuat
beberapa hal, diantaranya:
1) Para pihak yang berpartisipasi dalam pembiayaan sindikasi tersebut.
2 Ibid.
89
2) Jumlah dana yang akan ditempatkan oleh masing-masing peserta
sindikasi.
3) Objek pekerjaan sindikasi, yakni pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah.
4) Jangka waktu kerjasama.
5) Pedoman pembagian keuntungan maupun kerugian.
6) Penunjukkan/pembagian tugas masing-masing peserta sindikasi.
7) Hak dan tanggungjawab masing-masing peserta sindikasi.
Sedangkan dari sisi kerjasama antara Bank dengan nasabah dapat
menggunakan berbagai macam akad disesuaikan dengan tujuan penggunaan
dana tersebut, apakah diperuntukan untuk modal kerja atau investasi. Dari
kebutuhan sektor bisnis itulah baru dapat ditentukan akad apa yang tepat
untuk digunakan dalam pembiayaan sindikasi. Seluruh akad syariah dapat
digunakan dalam iB Pembiayaan Sindikasi, penentuan akad tergantung pada
kebutuhan pembiayaan.3
Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan akad yang akan
digunakan dalam pembiayaan sindikasi adalah memahami karakteristik
kebutuhan nasabah dari sisi kegunaan barang atau jasa yang dibutuhkan.
Dalam pembiayaan sindikasi pembiayaan yang dibutuhkan adalah untuk
kegiatan produktif. Selanjutnya adalah melihat tujuan pembiayaan tersebut
apakah untuk modal kerja atau investasi.
3 Ibid.
90
Akad yang dapat digunakan antara Bank dengan nasabah dalam iB
Pembiayaan Sindikasi diantaranya adalah akad Murabahah, Wakalah,
Mudharabah, Musyarakah, Ijarah Muntahiya Bittamlik, Ijarah Paralel,
Istishna Paralel. Dimana ketentuan penggunaan akad adalah sebagai berikut:
1) Murabahah, pembiayaan yang ditujukan untuk pembelian barang baik
untk tujuan investasi maupun modal kerja yang berdasarkan pada
prinsip Murabahah.
2) Murabahah dan Wakalah, jika pembelian barang diwakilkan pada
nasabah pembiayaan.
3) Mudharabah, pembiayaan yang diperuntukan untuk tujuan modal
kerja yang berdasarkan pada prinsip Mudharabah.
4) Musyarakah, pembiayaan yang ditujukan untuk modal kerja yang
berdasarkan pada prinsip Musyarakah.
5) Ijarah Muntahiya Bittamlik, untuk tujuan investasi atau dalam bentuk
pengadaan barang untuk modal kerja yang dapat diberikan dalam
bentuk sewa beli barang.
6) Ijarah Paralel, untuk tujuan manfaat sewa berdasarkan prinsip ijarah.
7) Istishna Paralel, untuk pembelian/pembuatan barang baik untuk
tujuan investasi maupun modal kerja dengan cara pemesanan yang
berdasarkan pada prinsip istishna.
Dalam BNI iB Pembiayaan Sindikasi terhadap nasabah pembiayaan
hanya ada satu Akad Pembiayaan yang telah disetujui oleh para Lembaga
91
Keuangan Partisipan dan diadministrasikan oleh Agen yang sama bagi semua
para Lembaga Keuangan Partisipan.
Jika terjadi perubahan syarat-syarat dan ketentuan yang akan
diberlakukan terhadap nasabah pembiayaan, maka harus terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari mayoritas/seluruh para Lembaga Keuangan
Partisipan.
B. Kesesuaian Kebijakan Pembiayaan Sindikasi pada PT Bank BNI Syariah
dengan Prinsip Syariah
Seluruh transaksi yang terjadi dalam kegiatan keuangan syariah harus
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah adalah
prinsip yang didasarkan pada ajaran Al-Quran dan Sunnah. Dalam konteks
Indonesia, Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan
perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.4 Untuk
pembiayaan sindikasi telah diatur dalam Fatwa DSN-MUI No. 91/DSN-
MUI/IV/2014.
Dari hasil penelitian mengenai kebijakan pembiayaan sindikasi di
Bank BNI Syariah terdapat beberapa ketentuan kebijakan yang telah dibahas
pada pembahasan sebelumnya, diantaranya adalah:
4 Andri Soemitra, Bank&Lembaga Keuangan Syariah, Cet. Ke-1 (Jakarta: Kencana, 2009) h.
19
92
1) PT Bank BNI Syariah dengan produk pembiayaan sindikasinya yaitu
BNI iB Pembiayaan Sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh
dua atau lebih lembaga keuangan untuk membiayai suatu
proyek/usaha dengan dipimpin oleh satu bank yang bertindak sebagai
leader, dimana pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian
berdasarkan proporsi modal masing-masing.
2) Desain akad yang digunakan antar peserta sindikasi adalah akad
Musyarakah.
3) Akad antara Bank dengan nasabah tergantung dengan bagaimana
objek pembiayaan, apakah diperuntukan untuk modal kerja atau
investasi. Akad yang dapat digunakan antara Bank dengan nasabah
dalam iB Pembiayaan Sindikasi diantaranya adalah akad Murabahah,
Wakalah, Mudharabah, Musyarakah, Ijarah Muntahiya Bittamlik,
Ijarah Paralel, Istishna Paralel.
4) BNI iB Pembiayaan Sindikasi merupakan pembiayaan yang diberikan
oleh dua atau lebih Lembaga Keuangan untuk membiayai suatu
proyek/usaha dengan syarat-syarat dan ketentuan yang sama,
menggunakan dokumen yang sama dan diadministrasikan oleh Agen
yang sama bagi semua para lembaga keuangan partisipan.
5) Kepesertaan BNI iB Pembiayaan Sindikasi tidak hanya terbatas
dengan Lembaga Keuangan Syariah saja, namun dapat pula dilakukan
93
dengan Bank konvensional, dengan ketentuan akad dan perhitungan
margin bagi hasil didudukkan dalam akad pembiayaan tersendiri.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Majlis Ulama
Indonesia menetapkan Fatwa DSN-MUI No. 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang
pembiayaan sindikasi. Dalam Fatwa DSN-MUI No. 91/DSN-MUI/IV/2014
tentang pembiayaan sindikasi terdapat beberapa ketetapan, diantaranya:
1) ketetapan pada ketentuan umum yang di dalamnya dijelaskan
mengenai pembiayaan sindikasi (al-tamwil al-mashrifi al-mujamma’)
adalah akad antara beberapa Lembaga Keuangan, baik antar sesama
Lembaga Keuangan Syariah maupun antar Lembaga Keuangan
Syariah dengan Lembaga Keuangan Konvensional dalam rangka
membiayai proyek tertentu secara bersama-sama.
Dalam ketentuan umum itu pula dijelaskan mengenai entitas sindikasi
adalah kumpulan beberapa Lembaga Keuangan Syariah, atau Lembaga
Keuangan Syariah dengan Lembaga Keuangan Konvensional, yang
memberikan pembiayaan secara bersama kepada nasabah.
2) Ketetapan pada ketentuan akad antara sesama peserta sindikasi. Dalam
ketetapan tersebut dijelaskan mengenai akad antara sesama peserta
sindikasi dapat berupa akad Mudharabah, akad Musyarakah dan akad
Wakalah.
3) Ketetapan pada ketentuan akad antara entitas sindikasi dengan
nasabah. Dalam ketetapan tersebut dijelaskan mengenai akad antara
94
entitas sindikasi dengan nasabah dapat berupa akad jual-beli (al-bai’),
baik bai’ al-musawamah, bai’ al-murabahah, bai’ al-salam, bai’ al-
salam al-muwazi (jual-beli salam paralel), bai’ al-istishna’, bai’ al-
istishna’ al-muwazi (jual-beli istishna’ paralel); akad sewa menyewa
(Ijarah) atau Ijarah Muntahiyyah bi Tamlik); akad kerjasama
(musyarakah), musyarakah tsabitah atau musyarakah mutanaqishah;
dan akad kerjasama usaha pertaniah, muzara’ah, mukhabarah,
mugharasah, dan musaqah.
4) Ketetapan pada ketentuan terkait rekening dan dokumen akad. Dalam
hal sindikasi dilakukan sesama Lembaga Keuangan Syariah, maka
rekening, dokumen kontrak serta dokumen-dokumen pendukung
lainnya boleh diadministrasikan/disusun dalam satu dokumen. Dalam
hal sindikasi dilakukan antara Lembaga Keuangan Syariah dengan
Lembaga Keuangan Konvensional, maka harus menggunakan
rekening yang terpisah dan dibuatkan dokumen induk (perjanjian
bersama) yang kemudian dibuat dokumen untuk Lembaga Keuangan
Syariah tersendiri dan dibuat pula dokumen khusus untuk Lembaga
Keuangan Konvensional secara tersendiri.
Dilihat dari kebijakan yang diterapkan PT Bank BNI Syariah dalam
produk iB Pembiayaan Sindikasinya telah sesuai dengan prinsip syariah, yaitu
Fatwa DSN-MUI No. 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang pembiayaan sindikasi
(al-tamwil al-mashrifi al-mujamma’), kesesuain dilihat dari maksud
95
pembiayaan sindikasi, akad-akad yang digunakan antara entitas sindikasi dan
akad antara entitas sindikasi dengan nasabah, ketentuan terkait rekening dan
dokumen akad dalam hal sindikasi antar sesama lembaga keuangan syariah
maupun sindikasi antara lembaga keuangan syariah dengan lembaga keuangan
konvensional.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di PT Bank BNI Syariah mengenai pembiayaan
sindikasi, penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. PT Bank BNI Syariah dengan produk pembiayaan sindikasinya yaitu BNI
iB Pembiayaan Sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan secara
bersama-sama oleh dua atau lebih lembaga keuangan untuk membiayai
suatu proyek/usaha. Proses BNI iB Pembiayaan Sindikasi diawali dengan
penyampaian surat penawaran (offering letter) kepada nasabah
pembiayaan. Setelah bank memperoleh mandate dari nasabah, bank yang
bertindak sebagai arranger mengajukan penawaran partisipasi kepada
bank-bank lain melalui invitation letter. Selanjutnya arranger melakukan
analisis pembiayaan dan menetapkan share masing-masing bank
partisipan. Sebagai tindak lanjut dari offer letter nasabah dan entitas
sindikasi mengurus dokumentasi kredit yang selanjutnya
diadministrasikan oleh agent. Setelah perjanjian sindikasi disepakati oleh
entitas dan nasabah selanjutnya dilakukan publikasi media, dan
selanjutnya agent dan facility agent menjalankan tugasnya dalam
merealisasikan pelaksanaan perjanjian pembiayaan. BNI iB Pembiayaan
Sindikasi dipimpin oleh satu bank yang bertindak sebagai leader, dimana
97
pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi modal
masing-masing, kerjasama tersebut dapat dikatakan sesuai dengan desain
akad Musyarakah dalam BNI iB Pembiayaan Sindikasi.
Kerjasama antara Bank dengan nasabah dapat menggunakan berbagai
macam akad disesuaikan dengan tujuan penggunaan dana tersebut, apakah
diperuntukan untuk modal kerja atau investasi. Akad yang dapat
digunakan antara Bank dengan nasabah dalam iB Pembiayaan Sindikasi
diantaranya adalah akad Murabahah, Wakalah, Mudharabah,
Musyarakah, Ijarah Muntahiya Bittamlik, Ijarah Paralel, Istishna Paralel.
Kepesertaan BNI iB Pembiayaan Sindikasi tidak hanya terbatas dengan
Lembaga Keuangan Syariah saja, namun dapat pula dilakukan dengan
Bank konvensional, dengan ketentuan akad dan perhitungan margin bagi
hasil didudukkan dalam akad pembiayaan tersendiri.
2. Dengan merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Majlis Ulama
Indonesia Nomor 91/DSN-MUI/IV/2014 tentang Pembiayaan Sindikasi,
kebijakan PT Bank BNI Syariah mengenai pembiayaan sindikasi dapat
dikatakan sudah sesuai dengan prinsip syariah, dilihat dari kesesuain
kebijakan pembiayaan sindikasi PT Bank BNI Syariah dengan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam Fatwa DSN-MUI No. 91/DSN-
MUI/IV/2014 tentang pembiayaan sindikasi, diantaranya dalam hal
98
maksud dari pembiayaan sindikasi yaitu pembiayaan yang dilakukan
secara bersama-sama dalam rangka membiayai suatu proyek tertentu;
dalam hal akad yang digunakan antara peserta sindikasi yaitu akad
musyarakah, dimana dalam sindikasi dipimpin oleh leader yang ditunjuk
melalui kesepakatan, pembagian hasil usaha antara peserta sindikasi
berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian
berdasarkan proporsi modal masing-masing; dalam hal ketentuan akad
antara entitas sindikasi dengan nasabah. Akad yang dapat digunakan
antara Bank dengan nasabah dalam iB Pembiayaan Sindikasi diantaranya
adalah akad Murabahah, Wakalah, Mudharabah, Musyarakah, Ijarah
Muntahiya Bittamlik, Ijarah Paralel, Istishna Paralel; dan dalam hal
ketentuan terkait rekening dan dokumen akad. BNI iB Pembiayaan
Sindikasi merupakan pembiayaan yang diberikan oleh dua atau lebih
Lembaga Keuangan untuk membiayai suatu proyek/usaha dengan syarat-
syarat dan ketentuan yang sama, menggunakan dokumen yang sama dan
diadministrasikan oleh Agen yang sama bagi semua para lembaga
keuangan partisipan. Kepesertaan BNI iB Pembiayaan Sindikasi tidak
hanya terbatas dengan Lembaga Keuangan Syariah saja, namun dapat pula
dilakukan dengan Bank konvensional, dengan ketentuan akad dan
perhitungan margin bagi hasil didudukkan dalam akad pembiayaan
tersendiri.
99
B. Saran
Sebagai akhir dari penulisan skripsi mengenai kebijakan pembiayaan
sindikasi Bank BNI Syariah, maka penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bank BNI Syariah harus mengembangkan pembiayaan sindikasi dan
merangkul lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya untuk
berpartisipaso dalam pembiayaan sindikasi. Karena dengan semakin
banyak bank syariah yang berpartisipasi dalam pembiayaan sindikasi
maka kredibilitas bank syariah makin diperhitungkan di Indonesia. Dan
untuk jangka panjang pembiayaan sindikasi ini diharapkan dapat
miningkatkan market share bank syariah. Selain melakukan pembiayaan
sindikasi dengan sesama lembaga keuangan syariah, BNI Syariah juga
harus melakukan pembiayaan sindikasi dengan bank konvensional, agar
dapat memperoleh pengalaman dari bank-bank konvensional yang
membidangi dalam hal kredit sindikasi dan untuk memperluas jaringan.
2. Bank BNI Syariah diharapkan dapat mengembangkan akad-akad yang
digunakan dalam pembiayaan sindikasi, sehingga dapat menangkap
peluang bisnis yang lebih luas lagi.
3. Bagi para peneliti lain yang ingin meneliti tentang pembiayaan sindikasi
dapat menggali informasi lebih dalam mengenai pembiayaan sindikasi ini
dari sisi hubungan bank syariah dengan bank konvensional dalam
mengadakan pembiayaan sindikasi, dari sisi pengaruh terhadap segi
ekonomi, dan dari aspek perjanjian-perjanjian dalam pembiayaan
sindikasi.
100
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Widi. Syariah Bukopin Incar Sindikasi Proyek Hotel. Artikel diakses
pada 20 Maret 2015 dari
http://economy.okezone.com/read/2009/08/13/320/247816/320/syariah-
bukopin-incar-sindikasi-proyek-hotel.
Al Bira, Fadhil. Fasilitas Kredit Rp150 Miliar untuk Trigana Air. Artikel diakses
pada 20 Maret 2015 dari
http://news.kompas.com/read/2008/01/28/1850204/fasilitas.kredit.rp150.m
iliar.untuk.trigana.air.
Al-„Asqalani, Ibnu Hajar. Terjemah Bulughul Maram, cet. XXVII. Penerjemah A.
Hasan. Bandung: Diponogoro. 2006.
Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Departemen Agama RI. Jakarta: Bumi Restu.
1976.
Amin, A. Riawan. Menata Perbakan Syariah di Indonesia, Cet. I. Jakarta: UIN
Press, 2009.
Amiruddin, Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2003.
Antonio, M. Syafi‟i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, cet. I. Jakarta: Gema
Insani Press. 2001.
Antonio, Syafi‟i. Bank Syariah: Dari teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Pers,
2001.
Bachtiar, Herlina Suryati. Aspek Legal Kredit Sindikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002.
Budoyo, Budhiyono. “Kredit Sindikasi & Sindikasi Utang Melalui Pasar Modal”
Dalam Emmy Yuhassarie dan Tri Harnowo. ed., Kredit Sindikasi dan
Restruksurisasi: Prosiding Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah-
masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya. Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum, 2004.
Bukhari. Shahih Bukhari jilid 2. Beirut: Dar al-Fikr. 1995.
Dewan Syariah Nasional. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta:
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2006.
101
__________ . “Fatwa DSN-MUI No. 91/DSN-MUI/IV/2014 Tentang
Pembiayaan Sindikasi (Al-Tamwil Al-Mashrifi Al-Mujamma’)”. Diakses
pada 16 September 2015 dari www.dsnmui.or.id.
Endraswati, A.A. Mirah, I Ketut Sudantra. Kredit Sindikasi Sebagai Alternatif
Pembiayaan Kredit dalam Skala Besar. Bali: Hukum Bisnis Fakultas
Universitas Udayana, 2010.
Fatwa Ekonomi Syari‟ah di Indonesia. Diakses pada tanggal 20 Maret 2015 dari
http//www.iaeipusat.org.
Harahap, Mulia Pandapotan. Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Kredit
Sindikasi Berdasarkan Hukum Kontrak (Studi Kasus PT. Bank Sumut).
Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan: 2012.
Hardjasumantri, Irma “Bentuk-Bentuk Perjanjian Kredit Sindikasi, Tugas dan
Wewenang Pihak-Pihak dalam Sindikasi serta Kewenangan Mengajukan
Gugatan dalam Kredit Sindikasi.” Dalam Lokakarya Terbatas Masalah-
masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya. Jakarta: Pusat
Pengkasjian Hukum, 2004.
K. Lewis, Mervyn. Financial Intermediaries. Vermont: Edward Elgar Publishing
Limited, 1995.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2005.
Kurniawan, Fanny. Penerapan Hak Jaminan Dalam Kepailitan. Yogyakarta,
2004.
Lathif, Ah. Azharuddin. Fiqh Muamalah. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2005.
Mardalis. Metode Penelitian - Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara,
2007.
Mufti, Aries dan Sula, Muhammad Syakir. Amanah bagi Bangsa Konsep Sistem
Ekonomi Syariah. Jakarta:Masyarakat Ekonomi Syariah. 2007.
Muhammad, Abdul Kadir, dkk. Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. Bandung:
PT. Citra Bakti, 2004.
Muhammad. Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia,
Cet. I. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
102
Nazir, Muh. Metode Penelitian, cetakan ketiga. Jakata: Ghalia Indonesia, 1988.
Pratiwi, Rianti. “Tantangan Pengembangan Pembiayaan Sindikasi Syariah”.
Artikel diakses pada tanggal 21 Maret 2015 dari
http://blog.mysharing.com/tantanganpengembangan-pembiayaan-
sindikasi-syariah/
PT. Bank BNI Syariah. “Laporan Tahunan Bank BNI Syariah 2014 Annual
Report”. Jakarta: PT. Bank BNI Syariah. 2014”
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
edisi III. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. 2005.
Putra, Idris Rusadi. BNI Syariah Pimpin Sindikasi Pembiayaan Rumah Sakit Rp
117 M. Artikel diakses pada 20 Maret 2015 dari
http://www.merdeka.com/uang/bni-syariah-pimpin-sindikasi-pembiayaan-
rumah-sakit-rp-117-m.html.
Rachmadi, Usman. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pusaka Utama, 2003.
Razi, Fachruddin. Pemberian Kredit Sindikasi dan Permasalahannya pada
Lembaga Perbankan. Jambi: Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari, 2009.
Respati, Yogie. Empat Bank Syariah Biayai Tanker. Artikel diakses pada 20
Maret 2015 dari http://www.bankmuamalat.co.id/berita/detail/empat-bank-
syariah-biayai-tanker.
Sjahdeini, Sutan Remi. Hak Jaminan Dan Kepailitan, Dalam Transaksi Berjamin
(Secured Transaction). Jakarta: PT. Kreatama, 2008.
Sjahdeini, Sutan Remi. Kredit Sindikasi Proses, Teknik Pemberian, dan Aspek
Hukumnya. Jakarta: Grafiti, 2010.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1984.
Soemitra, Andri. Bank&Lembaga Keuangan Syariah, Cet. Ke-1. Jakarta:
Kencana, 2009.
Subagyo. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke-2. Yogyakarta: STIE
YKPN, 2005.
103
Suma, Muhammad Amin. Himpunan Undang-Undang Perdata Islam &
Peraturan Pelaksanaan Lainnya di Negara Hukum Indonesia, cet. II.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004.
Syabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah Jilid 13. Penerjemah Kamaluddin A. Marzuki.
Bandung: PT Alma‟arif. 1996.
Tanjung, Hapsari. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Indonesia. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Thabrani, Al-Hafiz Abi Qasim Sulaiman bin Ahmad. Al-Mu’jam Al-Ausat. Kairo:
Dar al-Hadits. 1996.
Wawancara pribadi dengan Doli Ahdar Furqoni Matondang. Account Officer
Commercial & Small Division Kantor Pusat BNI Syariah. Jakarta. 9 Juni
2016.
Wibawa, M. Nuzul. “Co- Financing Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah
Dalam Perspektif Hukum Kontrak (Perbenturan Antara Sistem
Pembiayaan Konvensional dan Sistem Pembiayaan Syariah dalam
Perjanjian Kredit Sindikasi).” Tesis S2 Program Magister Ilmu Hukum,
Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2006.
Wicaksono, Budi. “Kredit Sindikasi”. Basic Training Syndication. Jakarta:
Desember 2009.
Wijaya, Krisna. Reformasi Perbankan Nasional. Jakarta: Harian Kompas, 2000.
Wiryoto, Arinto. “Pembiayaan Sindikasi”. Seminar Project Finance & Loan
Syndication. 25-27 November 2009.
Recommended