View
16
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
KEKUATAN SAMBUNGAN GESER TUNGGAL KAYU
KERUING (Dipterocarpus spp.) DAN MERANTI (Shorea spp.)
MENURUT DIAMETER DAN JENIS PAKU
KENNY SETIASIH
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kekuatan
Sambungan Geser Tunggal Kayu Keruing (Dipterocarpus spp.) dan Meranti
(Shorea spp.) menurut Diameter dan Jenis Paku adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2018
Kenny Setiasih
NIM E24140052
ABSTRAK
KENNY SETIASIH. Kekuatan Sambungan Geser Tunggal Kayu Keruing
(Dipterocarpus spp.) dan Meranti (Shorea spp.) menurut Diameter dan Jenis
Paku. Dibimbing oleh FENGKY SATRIA YORESTA dan SUCAHYO
SADIYO.
Sambungan kayu pada konstruksi merupakan jenis sambungan titik buhul,
yaitu merangkai buhul atau simpul struktur dan faktor kritis dalam menentukan
kinerja struktur kayu, sehingga diperlukan desain perencanaan sambungan. Salah
satu parameter sifat mekanis yang digunakan dalam perencanaan sambungan yaitu
kuat tekan, kuat leleh lentur (bending yield strength/Fyb), kuat tumpu paku.
Tujuan penelitian ini menentukan nilai kuat leleh lentur (Fyb) paku beton dan
paku kayu, kuat tumpu paku beton dan paku kayu, dan kekuatan sambungan
geser tunggal menggunakan paku beton dan paku kayu. Metode pengujian
berdasarkan ASTM F1575-03, ASTM D 5764, BS-373-1957, dan SNI 7973:
2013. Hasil penelitian menunjukkan kayu keruing memiliki kekuatan mekanis
lebih tinggi dibandingkan kayu meranti. Kuat tumpu paku meningkat seiring
dengan peningkatan berat jenis kayu dan dipengaruhi diameter dan jenis paku.
Berdasarkan nilai desain sambungan secara teoritis-empiris (hybrid)
menghasilkan nilai tertinggi dibandingkan secara empiris. Penentuan nilai
desain sambungan kayu berdasarkan metode pengujian (empiris) dapat
menghasilkan nilai desain sambungan kayu yang mendekati metode hybrid
sehingga penentuan nilai desain sambungan secara hybrid dapat memprediksi
kekuatan sambungan secara aktual.
Kata kunci: kuat lentur, kuat tumpu, nilai desain, sambungan geser tunggal
ABSTRACT
KENNY SETIASIH. Single Shear Strength of Wood Connection on Keruing
(Dipterocarpus spp.) and Meranti (Shorea spp.) Woods according to Diameter
and Type Nails. Supervised by FENGKY SATRIA YORESTA and
SUCAHYO SADIYO.
Wood connection in the construction is a knot point connection type, is
assembling a knot structure and a critical point in determining of the wooden
structure, so the design of connection planning is required. The aim of this
study was to determine the value of the nail yield bending strength (Fyb), the
value of nail bearing strength, and the single shear strength of wood connection
using concrete nails and wood nails. Testing method based on ASTM F1575-
03, ASTM D 5764, BS-373-1957, and SNI 7973: 2013. The results of this study
showed nails yield bending strength (Fyb) decrease affected of the larger
diameter and type nail. Value of nail bearing strength increase along with
spesific gravity and affected of diameter and type nails. Design value of
theoretically difference and highest value compared design value with an
empirical. The determination method of hybrid connection design value can
predict actual connection strength, Keyword: nail yield bending strength, nail bearing strength, design value
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
KEKUATAN SAMBUNGAN GESER TUNGGAL KAYU
KERUING (Dipterocarpus spp.) DAN MERANTI (Shorea spp.)
MENURUT DIAMETER DAN JENIS PAKU
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
KENNY SETIASIH
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini
yang berjudul Kekuatan Sambungan Geser Tunggal Kayu Keruing
(Dipterocarpus spp.) dan Meranti (Shorea spp.) Menurut Diameter dan Jenis
Paku. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fengky Satria Yoresta ST,
MT dan Prof Dr Ir Sucahyo Sadiyo, MS selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan
lancar. Ungkapan terima kasih tak lupa pula penulis sampaikan kepada Ali
Akbar dan Emi Kulsum selaku kedua orang tua, Sinta Ekawati selaku kakak,
dan kedua adik saya, serta seluruh keluarga besar atas segala dukungan, do’a,
dan kasih sayangnya.
Di samping itu, penulis sampaikan terimakasih kepada Suhada dan
Muhamad Irfan selaku laboran di Laboratorium Rekayasa Desain Bangunan
Kayu (RDBK) dan Teknologi Peningkatan Mutu Kayu (TPMK) Departemen Hasil
Hutan yang telah membantu selama pengumpulan data dan membuat sambungan
kayu. Terima kasih penulis sampaikan kepada program bantuan beasiswa Bidik
Misi yang telah banyak membantu secara materiil dalam pembiayaan kuliah.
Ungkapan terima kasih selanjutnya penulis sampaikan kepada Faishal Fakhri,
Siti Azizah Yahya, Puji Lestari, Laila Shoimatussa’diah, Aldiani Lina Fauziah,
Umi Nikmatul Rohmah, Salsabila Husna, Maratun Chasanah, teman-teman
kostan, teman-teman di DHH 51, dan Fahutan 51, serta semua pihak yang telah
memberikan bantuan, doa, dan semangat dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Agustus 2018
Kenny Setiasih
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Tempat dan Waktu Pelaksanaan 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Penelitian 2
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Sifat Fisis 9
Sifat Mekanis 11
Kuat Tumpu Paku 13
Kuat Lentur Paku 15
Nilai Desain Sambungan Kayu 17
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 30
DAFTAR TABEL
1 Nilai rataan pengujian sifat fisis 9 2 Nilai rataan dan hasil analisis keragaman sifat fisis 10 3 Nilai rataan pengujian sifat mekanis 12
4 Nilai rataan dan hasil analisis keragaman pengujian sifat mekanis 13 5 Uji duncan kuat tumpu paku 15 6 Nilai kuat lentur paku 16 7 Rasio dimensi paku 16 8 Nilai rataan dan hasil analisis keragaman kekuatan sambungan 18
DAFTAR GAMBAR
1 Skema pengujian kuat lentur paku 5 2 Skema pengujian kuat tumpu paku 6 3 Skema desain sambungan kayu 7 4 Ilustrasi aksesoris pengujian tarik sambungan 7 5 Pengujian sambungan kayu 8
6 Nilai kerapatan dan berat jenis kayu 11
7 Nilai kuat tekan sejajar serat berdasarkan jenis kayu 13
8 Nilai kuat tumpu berdasarkan jenis dan diameter paku 14
9 Nilai kuat tumpu berdasarkan jenis kayu 15
10 Nilai rata-rata kuat lentur paku berdasarkan jenis paku 17
11 Desain acuan teoritis empiris (Z) paku berdiameter 0,34 cm 19
12 Desain acuan teoritis empiris (Z) paku berdiameter 0,42 cm 19
13 Perbandingan nilai kekuatan sambungan 20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil rata-rata pengujian sifat fisis 23 2 Hasil analisis ragam kadar air kayu 23
3 Hasil analisis ragam kerapatan kayu 24 4 Hasil analisis ragam berat jenis kayu 24
5 Hasil rata-rata pengujian mekanis tekan 25
6 Hasil rata-rata pengujian kuat lentur paku 25 7 Hasil rata-rata pengujian kuat tumpu paku 25
8 Hasil analisis ragam kuat tekan 26
9 Hasil analisis ragam kuat lentur paku 27
10 Hasil analisis ragam kuat tumpu paku 27 11 Hasil rata-rata nilai desain acuan teoritis empiris (Z) 28 12 Hasil analisis ragam desain acuan teoritis empiris (Z) 29
13 Hasil analisis ragam desain empiris (Z) 29
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Paku adalah logam keras berujung runcing, umumnya terbuat dari
baja yang digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus kedua
bahan yang akan disambung. Sambungan kayu menggunakan paku terjadi
gaya aksial dan gaya lateral. Ujung paku terkadang harus ditekuk untuk
mencegah paku keluar (Tanubrata 2015). Paku merupakan salah satu jenis
alat sambung mekanis yang banyak digunakan dalam sambungan kayu dan
beton. Alat sambung paku masih sering kita jumpai pada struktur atap,
dinding, atau pada struktur rangka rumah. Paku tersedia di pasaran dalam
berbagai macam baik dari segi ukuran, dimensi, dan bahan penyusun namun
belum tersedia sepenuhnya informasi mengenai nilai kekuatannya yang
diperlukan jika digunakan untuk keperluan konstruksi kayu-beton.
Sambungan kayu adalah jenis sambungan titik buhul, yaitu
merangkai buhul atau simpul struktur. Efisiensi kekakuan sambungan cukup
besar sekitar 50% dibandingkan dengan pasak 60%, baut 30%. Serta
perlemahan relatif kecil sekitar 10% dan dapat diabaikan (Yap 1999). Salah
satu parameter sifat mekanis yang digunakan dalam perencanaan
sambungan yaitu kuat tekan kayu, kuat leleh lentur paku (bending yield
strength/Fyb), dan kuat tumpupaku (Fe). Analisis sambungan telah
berkembang di Eropa pada tahun 1940-an dikenal dengan nama European
Yield Model (EYM) yang didasarkan pada teori batas leleh dalam
menganalisis alat sambung tipe dowel dalam sambungan kayu (Breyer et al.
2007). Kekuatan geser sambungan paku yang dihitung dari kuat leleh lentur
menunjukkan kesuaian yang ditentukan berdasarkan metode offset 5%
diameter (0.05D) dari kurva beban-deformasi yang diperoleh pada
pengujian lentur (SNI 7973:2013). Pengujian kuat lentur paku dilakukan
dengan metode three-point bending test seperti pada ASTM F1575-03
(Standard Test Method for Determining Bending Yield Moment of Nails)
dalam mengestimasi nilai Fyb. Kuat lentur paku menurun dengan semakin
meningkatnya diameter sehingga tekuk pada paku disebabkan oleh
tingginya nilai banding antara panjang dan diameter paku (angka
kelangsingan) sebagai ciri dari alat sambung paku sendiri.
Peraturan kayu Amerika Serikat NDS 2012 telah tersedia persamaan
untuk memperkirakan besarnya kuat leleh lentur namun dalam draft
peraturan kayu Indonesia terbaru belum tersedia panduan untuk menentukan
besarnya nilai Fyb. Penelitian kuat leleh lentur paku, khususnya untuk paku
yang berada di pasaran Indonesia untuk penggunaan konstruksi kayu-beton
masih terbatas dan belum tersedia informasi mengenai paku beton sebagai
alat sambung pada kayu yang berpengaruh pada sifat kekuatan paku
tersebut.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan nilai kuat leleh lentur (Fyb)
paku beton dan paku kayu, kuat tumpu (Fe) paku beton dan paku kayu, dan
kekuatan sambungan geser tunggal menggunakan paku beton dan paku
kayu.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
tambahan informasi bagi pengembangan ilmu konstruksi terutama
aplikasinya pada sambungan kayu dengan alat sambung paku kayu dan paku
beton serta nilai desain sambungan kayu yang umum digunakan di
Indonesia.
METODE
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan selama enam bulan dari bulan Februari
sampai Agustus 2018 di Laboratorium kekuatan bahan pada divisi Rekayasa
dan Desain Bangunan Kayu (RDBK) dan Workshop pengerjaan kayu pada
divisi Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
. Bahan penelitian yang digunakan adalah dua jenis kayu Indonesia
yaitu kayu meranti (Shorea spp.) dan kayu keruing (Dipterocarpus spp.)
dalam bentuk balok berukuran (6 x 12 x 400) cm3 yang diperoleh dari toko
bangunan di Bogor. Jenis paku yang digunakan adalah paku kayu dan paku
beton dengan variasi ukuran yaitu : paku diameter 0.34 cm dengan panjang
7 cm dan paku diameter 0.42 cm dengan panjang 10 cm.
Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : circular
saw untuk membelah dan memotong kayu, planner untuk meratakan sisi
tebal dan lebar balok kayu, mesin bor untuk melubangi contoh uji sebelum
dilakukan pemakuan, kaliper, oven untuk pengujian sifat fisis contoh uji,
timbangan elektrik, palu untuk membantu penetrasi paku kedalam kayu,
klem penjepit untuk menjepit contoh uji pada saat dilakukan pemakuan,
gergaji besi, dan Universal Testing Machine (UTM) merk Chung Yen.
Prosedur Penelitian
Persiapan Bahan
Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan yaitu persiapan bahan
uji yang meliputi contoh uji sifat fisis dan mekanis serta penyambungan
3
kayu dengan paku, pengujian contoh uji meliputi pengujian sifat fisis antara
lain: kadar air, kerapatan dan berat jenis dan pengujian sifat mekanis antara
lain: kuat tekan sejajar serat, kuat lentur paku, kuat tumpu paku, sambungan
kayu, dan nilai desain sambungan kayu, serta analisis data.
Pengujian Bahan Sifat Fisis
Sifat fisis yang diuji dilakukan berdasarkan BS-373 (1957) dengan
ukuran sampel (2 x 2 x 6) cm3. Contoh uji dalam keadaan kering udara (BKU)
ditimbang beratnya dan diukur dimensinya (VKU) kemudian dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu (103±2) oC selama 2 × 24 jam atau sampai
mencapai berat konstan (BKT). Selanjutnya contoh uji dimasukkan kedalam
desikator sampai mencapai suhu ruangan dan kemudian ditimbang beratnya
(𝐵𝐾𝑇) dan diukur dimensinya. Kadar air, kerapatan, dan berat jenis
ditentukan berdasarkan rumus berikut:
KA (%) = BKU - BKT
BKT x 100 ρ (g/cm3) =
BKU
VKU BJ =
BKT
VKU / ρair
Keterangan :
BKU : berat kering udara (g)
BKT : berat kering tanur (g)
VKU : volume kering udara (cm3)
ρair : 1 g/cm3
Pengujian Sifat Mekanis
Pengujian kekuatan tekan sejajar dilakukan dengan menggunakan
mesin Universal Testing Machine (UTM) merk Chung Yen kapasitas 3 ton
dengan contoh uji yang digunakan berukuran (2 x 2 x 6) cm3 yang mengacu
pada British Standard (BS-373-1957). Pengujian dilakukan masing-masing
contoh uji kayu dengan memberikan beban vertikal secara perlahan-lahan
sampai kayu mengalami kerusakan. Nilai tekan sejajar serat dihitung
berdasarkan rumus berikut:
MCS (Maximum Crushing Strength) = P maks
A
Keterangan :
MCS : Kekuatan tekan maksimum sejajar serat kayu (kg/cm2)
P maks : Beban maksimum sampai terjadi kerusakan (kg)
A : Luas penampang (cm2)
Pengujian Kuat Lentur Paku
Pengujian kuat lentur paku dilakukan dengan mengacu pada ASTM
F1575-03 (2003). Pengujian dilakukan dengan cara paku ditempatkan pada
dua titik penyangga, kemudian diberi beban tepat ditengah bentang (Gambar
1). Pembebanan dilakukan hingga paku mulai rusak yang mencapai beban
tertinggi.
4
(a) (b)
Gambar 1 Skema pengujian kuat lentur paku (a) sketsa
pengujian (b) contoh pengujian
Fyb = My
S=
P X Sbp
4
d3
6
Keterangan :
Fyb : Kekuatan leleh lentur paku (kg/cm2)
My : Momen yang dihitung berdasarkan beban yang diperoleh pada
pengujian (My=PxSbp/4, P=beban yang ditentukan dari kurva
beban-perpindahan, Sbp=jarak titik tumpu)
S : Modulus penampang plastis efektif untuk sendi plastis penuh (S=D3/6,
D=diameter paku)
Pengujian Kuat Tumpu Paku
Pengujian kuat tumpu dilakukan dengan memberikan beban merata
disepanjang sumbu batang paku hingga paku terbenam kedalam kayu
berdasarkan ASTM D5764-10 (2010) dengan modifikasi.
(a) (b)
Gambar 2 Skema pengujian kuat tumpu paku (a) kurva
pengujian (b) contoh pengujian
Contoh uji berukuran (4 x 7,5 x 10) cm3 dibuat menggunakan dua
jenis kayu yaitu keruing dan meranti. Selanjutnya contoh uji ditempatkan
pada mesin sedemikian rupa sehingga beban dapat diaplikasikan secara
merata di sepanjang paku. Pengujan dilakukan pada masing-masing dua
5
diameter paku dengan jenis paku beton (putih dan hitam) dan paku kayu
sehingga total pengujian sebanyak 36 kali (2 jenis kayu, 6 batang paku, dan
3 ulangan). Nilai kuat tumpu paku dihitung berdasarkan rumus berikut:
Fe = Py
d x t
Keterangan :
Fe : Kuat tumpu paku (kg/cm2)
Py : Beban leleh pada offset 5% diameter paku (kg)
d : Diameter paku (cm)
t : Tebal kayu penumpu (cm)
Pengujian Sambungan Kayu Pengujian sambungan kayu dilakukan dengan membuat contoh uji
sambungan berukuran (5 x 5 x 30) cm3 yang diuji menggunakan Universal
Testing Machine (UTM). Penyambungan kayu dengan paku beton (putih
dan hitam) dan paku kayu berukuran masing-masing berdiameter 0,34 cm
dan 0,42 cm.
Gambar 3 Skema desain sambungan kayu bibir lurus arah memanjang
Pembuatan sambungan yang dilakukan menggunakan teknik
sambungan arah memanjang tipe bibir lurus yang disajikan pada Gambar 3.
Setelah itu kayu sambungan diperkuat menggunakan satu paku dengan
masing-masing diameter dan jenis paku. Alat yang digunakan untuk
pengujian tarik sambungan kayu menggunakan UTM Chung Yen kapasitas
3 ton. Alat tersebut tidak memiliki aksesoris grip yang dapat digunakan
untuk menarik sambungan kayu yang dibuat, karenanya dilakukan
modifikasi dalam pembuatan grip tersebut (Gambar 4).
20
6
Gambar 4 Ilustrasi aksesoris pengujian tarik sambungan
Aksesoris grip dibuat dalam jumlah dua buah yang akan diletakkan
pada bagian atas dan bagian bawah yang kemudian dilakukan pengujian
tarik sambungan. Aksesoris grip dibuat dari plat besi setebal 0,5 cm dengan
ukuran panjang plat sisi 9 cm, lebar 5 cm, dan tebal 5 cm. Pada bagian sisi
dibuat lubang untuk baut dengan ukuran ¼ inch sebanyak 3 buah agar kayu
terhubung erat dengan grip sehingga tidak ada pergerakan lain pada saat
dilakukan pengujian tarik dari mesin UTM dan sambungan kayu tersebut.
Pada bagian atas grip ditambahkan drat/ulir yang kompatibel dengan UTM
Chun Yen.
Pengujian sambungan yaitu uji tarik pada kayu utama dan kayu
pendukung diam dan hasil nilai pengujian sambungan kayu dihitung dengan
melakukan perpotongan grafik beban-pergeseran dengan garis linier offset
5% diameter alat sambung. Selanjutnya ditentukan besarnya nilai desain
sambungan kayu secara empiris (Z) yang berdasarkan format ASD
(Allowable Stress Design) menggunakan metode statistik sesuai standar
ASTM D2915-10 (2010) kemudian nilai tersebut disusun distribusinya
sebagai distribusi normal dan dicari nilai kekuatan karakteristiknya (5%
Exclusion Limit). Besarnya nilai desain lateral acuan (Z) dihitung dengan
rumus:
Z = 5% EL
Cd x Cm x Ct
Keterangan:
Z’ : Nilai desain lateral acuan secara empiris (kg)
5%EL : Persentil kelima dari hasil pengujian
EL : Exclusion limit
Cd : Faktor durasi beban normal 10 tahun (1,9)
Cm : Faktor kadar air (1,0)
Ct : Faktor suhu (1,0)
7
Gambar 5 Pengujian sambungan kayu
Nilai Desain Teoritis Empiris (Hybrid)
Hasil dari nilai kekuatan sambungan kayu (Z empiris) kemudian
dibandingkan dengan berdasarkan pendekatan teoritis dan empiris (hybrid).
Penentuan nilai desain teoritis empiris atau disebut nilai desain hybrid
adalah penentuan nilai desain yang menggabungkan formula teoritis dengan
pengujian secara empiris. Penentuan nilai desain hybrid berdasarkan SNI
7973 (2013) menggunakan enam formula perhitungan yang telah tersedia
dan nilai terendah dari ke-enamnya digunakan sebagai nilai desain, namun
variabel kunci yang digunakan di dalamnya diperoleh secara empiris
meliputi nilai kuat lentur paku (Fyb) dan nilai kuat tumpu paku (Fe). Berikut
rumus dalam menghitung Z hybrid dari sambungan kayu geser tunggal
dengan alat sambung paku:
Im : Z = D Lm Fem
Rd IIIm : Z =
k2 D Ls Fem
( 1+2Re )Rd
Is : Z = D Ls Fes
Rd IIIs : Z =
k2 D Ls Fem
(2+2Re) Rd
II : Z = k1 D Ls Fem
Rd IV : Z =
D2
Rd √
2 Fem Fyb
3( 1+ Re )
Catatan :
k1 = Re + 2Re2 (1+Rt+ Rt2)+ Rt2 Re2-Re(1+Rt)
(1+Re)
8
k2 = -1 + √2(1 + 𝑅𝑒) + 2Fyb(1+2Re)D2
3FemLm2
k3 = -1 + √2(1+Re)
Re+
2Fyb (2+Re)D2
3FemLs2
Keterangan :
Z : Nilai desain lateral rujukan per alat sambung per bidang geser
(kgf)
Fyb : Kekuatan lentur paku (kg.cm2)
Fem : Kekuatan tumpu paku terhadap balok kayu utama (kg/cm2)
Fes : Kekuatan tumpu paku terhadap balok kayu sisi (kg/cm2)
D : Diameter alat sambung paku (cm)
Re : Fem/Fes
Rd : Faktor Pereduksi
Lm : Penetrasi (panjang) paku dalam balok utama (cm)
Ls : Penetrasi (panjang) paku dalam balok sisi (cm)
KD : 2.2 untuk diameter paku < 0.43 cm dan 10.D+0.5 untuk diameter
paku 0.43-0.63 cm
Rd : KD1
k1 : Koefisien kekakuan geser acuan dan terkoreksi untuk balok kayu
mode II
k2 : Koefisien kekakuan geser acuan dan terkoreksi untuk balok kayu
mode IIIm
k3 : Koefisien kekakuan geser acuan dan terkoreksi untuk balok kayu
mode IIIs
Analisis Data
Data diolah dengan statistika deskriptif dan analisis keragaman
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan faktorial. Faktor A
adalah diameter paku yang terdiri dari dua taraf. Faktor B adalah jenis paku
yang terdiri dari tiga taraf. Faktor C adalah jenis kayu (keruing dan meranti)
terdiri dari dua kelompok. Apabila uji analisis keragaman pada taraf 5%
menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut
Duncan. Aplikasi pengolah data yang digunakan yaitu software Microsoft
Excel 2013 dan SPSS 22.0.
Yijk = μ + Ai + Bj + Ck + ABij + εijk
Dimana:
Yijk : Beban pada diameter paku (faktor A) ke-i, jenis paku
(faktor B) ke-j pada ulangan ke-k
μ : Rataan umum
Ai : Pengaruh diameter paku ke-i
Bj : Pengaruh jenis paku ke-j
Ck : Pengaruh kelompok (jenis kayu) ke-k
ABij : Interaksi diameter paku ke-i dan jenis paku ke-j
εijk : Pengaruh acak dari diameter paku ke-i, jenis paku ke-j, serta
kelompok jenis kayu ke-k
9
Analisis data untuk kekuatan lentur paku menggunakan metode
satistika Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data hasil penelitian diolah
dengan menggunakan program SPSS 22.0 dan Microsoft Excel 2013.
Apabila uji analisis keragaman pada taraf 5% menunjukkan hasil yang
berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan. Berikut model
matematika yang digunakan untuk rancangan ini adalah:
Yij = μ + Ai + Bj + ABij + εij
Dimana:
Yij : Beban pada diameter paku (faktor A) ke-i, jenis paku
(faktor B) ke-j
μ : Rataan umum
Ai : Pengaruh diameter paku ke-i
Bj : Pengaruh jenis paku ke-j
ABij : Interaksi diameter paku ke-i dan jenis paku ke-j
εij : Pengaruh acak dari diameter paku ke-i, jenis paku
ke-j
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisis
Hasil rataan pengujian sifat fisis kayu meliputi kadar air, kerapatan,
dan berat jenis menurut diameter dan jenis paku kayu keruing dan meranti
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai rataan pengujian sifat fisis kayu
Jenis Kayu Jenis Paku Ø (cm) Sifat Fisis
KA (%) ρ (g/cm3) BJ
Keruing
Paku beton putih 0,34 12,96 0,88 0,78
0,42 12,25 0,90 0,79
Paku beton hitam 0,34 14,66 0,89 0,76
0,42 14,63 0,85 0,75
Paku Kayu 0,34 15,29 0,83 0,71
0,42 15,01 0,79 0,70
Meranti
Paku beton putih 0,34 17,06 0,70 0,62
0,42 19,12 0,68 0,59
Paku beton hitam 0,34 16,30 0,68 0,59
0,42 17,23 0,66 0,57
Paku Kayu 0,34 14,95 0,68 0,59
0,42 14,06 0,60 0,63
10
Tabel 1 menyajikan hasil rataan kadar air terendah pada kayu
keruing dibandingkan pada kayu meranti, sedangkan kerapatan dan berat
jenis kayu keruing memiliki rataan tertinggi. Berdasarkan rekapitulasi
rataan dan hasil keragaman sifat fisis (kadar air, kerapatan, dan berat jenis)
pada kayu keruing dan meranti menurut diameter dan jenis paku disajikan
pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa dari seluruh faktor diameter
paku (A), jenis paku (B), interaksi diameter paku dan jenis paku (AB), dan
kelompok jenis kayu (C) tidak berpengaruh nyata terhadap KA. Sebaliknya
hanya faktor kelompok jenis kayu (C) yang berpengaruh nyata terhadap
kerapatan dan BJ kayu pada selang kepercayaan 95%.
Tabel 2 Rekapitulasi rataan dan hasil analisis keragaman pengujian sifat
fisis kayu
Faktor Sifat Fisis
KA (%) ρ (g/cm3) BJ
A (diameter paku) tn tn tn
0,34 cm 15,20 0,76 0,68
0,42 cm 15,38 0,76 0,67
B (jenis paku) tn tn tn
Paku beton putih 15,35 0,79 0,69
Paku beton hitam 15,71 0,77 0,67
Paku kayu 14,83 0,75 0,65
AB tn tn tn
0,34 cm & paku beton putih 15,01 0,79 0,70
0,34 cm & paku beton hitam 15,48 0,79 0,68
0,34 cm & paku kayu 15,12 0,76 0,65
0,42 cm & paku beton putih 15,68 0,79 0,69
0,42 cm & paku beton hitam 15,93 0,76 0,66
0,42 cm & paku kayu 14,54 0,74 0,65
C (jenis kayu) tn * *
Keruing 14,13 0,86 0,75
Meranti 16,45 0,68 0,59
Keterangan : *) berpengaruh nyata pada taraf uji 5% (P-value <0,05); tn)
tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5% (P-value >0,05)
Kadar Air
Sifat fisis kayu salah satu sifat dasar kayu yang berguna sebagai
pertimbangan dalam penggunaan suatu jenis kayu. Di antara sifat fisis yang
cukup penting untuk diketahui adalah kadar air, kerapatan, berat jenis, dan
kembang susut kayu (Mahdie 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keseluruhan faktor tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air. Tidak
terdapatnya perbedaan nilai kadar air pada faktor diameter (A), jenis paku
(B), interaksi antara diameter dan jenis paku (AB), serta kelompok jenis
kayu (C) menurut analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95%. Nilai
kadar air kering udara seluruh contoh uji yang dikondisikan bertempat di
Bogor <18% dan berada di bawah KA TJS (<30%). Kadar air
kesetimbangan di wilayah Bogor berkisar 12-18% sesuai dengan kondisi
11
lingkungan yang bergantung pada suhu (T) dan kelembaban udara relatif
(RH) pada saat itu (Sucahyo 2012). Mardikanto et al. (2011) menyatakan
bahwa sifat mekanis kayu banyak dipengaruhi oleh perubahan kadar air
kayu di bawah titik jenuh serat.
Kerapatan dan Berat Jenis
Kerapatan kayu adalah berat kayu per unit volume kayu. Menurut
Hapid (2016) berat jenis dinyatakan sebagai perbandingan antara kerapatan
suatu kayu dengan kerapatan benda standar (air) pada volume yang sama.
Gambar 6 Nilai kerapatan dan berat jenis kayu keruing dan meranti
Kerapatan dan berat jenis merupakan salah satu faktor penting
untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis kayu untuk mengetahui seberapa
jauh kekuatan dan ketahanan kayu dalam menerima beban dari luar. Hasil
uji lanjut Duncan terhadap kerapatan dan berat jenis (Gambar 6)
menunjukkan bahwa nilai rata-rata kerapatan dan berat jenis kayu keruing
(0,86 g/cm3 dan 0,75) lebih tinggi dibandingkan kayu meranti (0,68 g/cm3
dan 0,75). Perbedaan kerapatan dan berat jenis dapat dipengaruhi oleh umur
pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang, kecepatan tumbuh, iklim,
letak geografis. Keseluruhan faktor tersebut dapat mempengaruhi ukuran
dan ketebalan dinding sel kayu sehingga semakin tebal dinding sel maka
kerapatan akan semakin besar.
Martawijaya et al. (2005) menyebutkan berat jenis kayu keruing
berkisar antara 0,67-0,87 dan termasuk kelas kuat I, serta berat jenis kayu
meranti berkisar antara 0,50-0,67 dan termasuk kelas kuat II-III.
Berdasarkan identifikasi berat jenis, kayu keruing dan meranti termasuk
dalam kelas kuat I dan III. Kayu dalam golongan kelas kuat I dan III dapat
digunakan sebagai bahan konstruksi ringan hingga berat, meubel, kayu
lapis, dan sebagainya. Kedua jenis kayu yang digunakan dapat menentukan
kekuatan sambungan pada berbagai diameter dan variasi jenis paku.
Keruing Meranti
ρ (g/cm3) 0,86 0,68
BJ 0,75 0,59
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
Ker
apat
an (
g/c
m3)
dan
Ber
at J
enis
Kay
u
12
Sifat Mekanis
Hasil rataan pengujian sifat mekanis kayu meliputi kuat tekan sejajar
serat (maximum crushing strength) dan kuat tumpu paku menurut diameter
dan jenis paku kayu keruing dan meranti disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai rataan pengujian sifat mekanis kayu
Jenis Kayu Jenis Paku Ø (cm)
Sifat Mekanis
Kuat Tekan
// Serat Kayu
(kg/cm2)
Kuat Tumpu
Paku
(kg/cm2)
Keruing
Paku beton putih 0,34 674 470
0,42 558 370
Paku beton hitam 0,34 522 519
0,42 594 335
Paku Kayu 0,34 643 504
0,42 429 405
Meranti
Paku beton putih 0,34 369 427
0,42 462 287
Paku beton hitam 0,34 508 346
0,42 440 290
Paku Kayu 0,34 436 442
0,42 435 345
Tabel 3 menyajikan hasil rataan kuat tekan sejajar serat kayu (MCS)
berkisar 369-674 kg/cm2. Hasil pengujian pada Tabel 3 memperlihatkan
bahwa kuat tekan sejajar serat kayu dan kuat tumpu paku baik dari jenis
kayu, jenis paku, dan diameter paku berbeda secara signifikan dimana
semakin besarnya diameter menurunkan nilai kuat tumpu paku.
Berdasarkan rekapitulasi rataan dan hasil keragaman sifat mekanis kayu
keruing dan meranti menurut diameter dan jenis paku disajikan pada Tabel
4. Tabel 4 menunjukkan bahwa dari seluruh faktor diameter paku (A), jenis
paku (B), interaksi diameter paku dan jenis paku (AB) tidak berpengaruh
nyata terhadap kuat tekan sejajar serat kayu hanya pada faktor kelompok
jenis kayu (C). Faktor interaksi antara diameter dan jenis paku (AB) dan
faktor kelompok jenis kayu (C) yang berpengaruh nyata terhadap kuat
tumpu paku pada selang kepercayaan 95%.
Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu
Kekuatan tekan maksimum sejajar serat atau maximum crushing
strength (MCS) merupakan kemampuan kayu untuk menerima tekanan yang
diberikan sejajar dengan serat kayu persatuan luas bidang tekan (Pranata dan
Suryoatmono 2013). Menurut Martawijaya (2005) menyatakan bahwa kayu
keruing memiliki kekuatan tekan // serat kurang dari 663 kg/cm2 sedangkan
untuk kayu meranti memiliki kuat tekan // serat kurang dari 460 kg/cm2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu keruing dan meranti terdapat
perbedaan nilai kuat tekan pada faktor kelompok jenis kayu (C) menurut
analisis sidik ragam.
13
Gambar 7 Nilai kuat tekan // serat berdasarkan jenis kayu
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan terhadap kuat tekan sejajar serat
kayu (Gambar 7) menunjukkan bahwa kayu keruing tertinggi sebesar 570
kg/cm2 dan berbeda nyata dengan kayu meranti sebesar 442 kg/cm2. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antar kayu sebanding dengan
kerapatan serta berat jenis kayu dimana kekuatan dalam menahan beban
tekan sejajar serat akan semakin besar pula. Menurut Sadiyo (2010) nilai
kuat tekan maksimum sejajar serat digunakan dalam menduga kemampuan
paku sebagai alat sambung dalam menekan/membenam pada kayu.
Tabel 4 Rekapitulasi rataan dan hasil analisis keragaman pengujian sifat
mekanis kayu
Faktor
Sifat Mekanis
Kuat Tekan
// Serat Kayu
(kg/cm2)
Kuat Tumpu
Paku
(kg/cm2)
A (diameter paku) tn tn
0,34 cm 553 451
0,42 cm 514 339
B (jenis paku) tn tn
Paku beton putih 537 388
Paku beton hitam 550 373
Paku kayu 515 424
AB tn *
0,34 cm & paku beton putih 563 449
0,34 cm & paku beton hitam 583 433
0,34 cm & paku kayu 514 473
0,42 cm & paku beton putih 510 398
0,42 cm & paku beton hitam 517 313
0,42 cm & paku kayu 515 375
C (jenis kayu) * *
Keruing 570 434
Meranti 442 356
Kuat Tumpu Paku
Kuat tumpu paku (Fe) dilakukan untuk menentukan besarnya
kekuatan kayu di sekitar paku dalam menahan beban paku. Berdasarkan
570
442
0
100
200
300
400
500
600
700
Keruing MerantiKek
uat
an m
aks.
tek
an /
/
sera
t kay
u (
kg/c
m2)
Jenis Kayu
Keruing
Meranti
14
standar ASTM D 5764 (2010) yang dimodifikasi, pengujian kuat tumpu
paku dilakukan dengan memberikan tekanan disepanjang batang paku yang
diletakkan di permukaan bidang kayu pada arah sejajar serat kayu sampai
paku terbenam minimal setengah dari diameter paku. Berdasarkan hasil uji
lanjut Duncan terhadap kuat tumpu paku menunjukkan bahwa kayu keruing
dan meranti berbeda nyata dimana kayu keruing tertinggi (434 kg/cm2) dan
terendah kayu meranti (356 kg/cm2). Glisovic et al. (2012) menyatakan
bahwa nilai kuat tumpu paku dipengaruhi oleh berat jenis kayu dimana berat
jenis kayu berbanding lurus dengan nilai kuat tumpu paku yaitu semakin
besar berat jenis kayu maka nilai kuat tumpu paku juga semakin besar sesuai
dengan hasil penelitian kayu keruing memiliki rata-rata nilai kuat tumpu
tertinggi.
Faktor interaksi diameter dan jenis paku (AB) berbeda nyata
terhadap kuat tumpu paku disajikan pada Gambar 8. Nilai rata-rata tertinggi
pada paku kayu berdiameter 0,34 cm (473 kg/cm2) dan terendah paku beton
hitam berdiameter 0,42 cm (313 kg/cm2) hal tersebut memperlihatkan
adanya korelasi yang signifikan antara nilai kuat tumpu paku dengan
interaksi diameter dan jenis paku (Gambar 8).
Gambar 8 Nilai kuat tumpu berdasarkan jenis dan diameter paku
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan terhadap kuat tumpu paku (Tabel
5) menunjukkan bahwa paku beton putih berdiameter 0,42 cm berbeda nyata
dengan paku beton hitam berdiameter 0,42 cm. Walaupun memiliki
diameter paku sama pada penelitian ini terdapat selisih nilai Fe yang
signifikan karena terdapatnya perbedaan unsur kadar karbon bahan
penyusun paku. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Agussalim (2010) dan Sutanto (2017) menyatakan bahwa semakin besarnya
diameter paku yang digunakan maka semakin besar dimensi paku yang
bersinggungan dengan kayu, sehingga dibutuhkan gaya yang lebih besar
Paku Beton Putih 0.34 cm 449
Paku Beton Putih 0.42 cm 328
Paku Beton Hitam 0.34 cm 433
Paku Beton Hitam 0.42 cm 313
Paku Kayu 0.34 cm 473
Paku Kayu 0.42 cm 375
0
100
200
300
400
500
600
Ku
at
Tu
mp
u P
ak
u (
kg
/cm
2)
15
untuk menekan paku ke dalam kayu. Namun belum terdapat informasi
berdasarkan bahan penyusun paku tersebut terhadap kuat tumpu paku.
Tabel 5 Uji duncan faktor interaksi diameter dan jenis paku terhadap kuat
tumpu paku
Faktor A dan Faktor B Kuat Tumpu Paku
(kg/cm2)
Uji Wilayah
Berganda
0,42 cm & Paku beton putih 328 A
0,34 cm & Paku beton hitam 433 A
0,42 cm & Paku kayu 375 AB
0,34 cm & Paku kayu 473 AB
0,34 cm & Paku beton putih 449 AB
0,42 cm & Paku beton hitam 313 B
Gambar 9 Nilai kuat tumpu berdasarkan jenis kayu
Berdasarkan hasi penelitian (Gambar 9) menunjukkan bahwa nilai
kuat tumpu sangat dipengaruhi oleh kekuatan kayu dan keteguhan alat
sambung seperti paku. Kayu keruing memiliki nilai kuat tumpu paku
tertinggi (434 kg/cm2) dan terendah kayu meranti (356 kg/cm2). Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa kuat tumpu paku meningkat seiring dengan
peningkatan berat jenis. Selain berat jenis kayu, faktor lain seperti nilai kuat
lentur paku mempengaruhi kuat tumpu paku dimana semakin tinggi nilai
kuat lentur paku maka nilai kuat tumpu akan semakin besar. Semakin besar
diameter paku dan tebal kayu yang digunakan maka akan semakin
menurunkan kuat tumpu paku. Hal ini karena bilangan volumetris untuk
pembagi nilai beban maksimum lebih besar sehingga kuat tumpu menurun.
Nilai kuat tumpu untuk alat sambung berdiameter kurang dari 6,35 mm pada
SNI 7973 (2013) dihitung menggunakan persamaan Fe = 100G1,84 dimana
G adalah berat jenis kayu.
Kuat Lentur Paku
Kuat lentur paku (Fyb) dilakukan dalam pengujian untuk
mengetahui keteguhan lentur sebuah paku yang ditentukan dengan metode
434
356
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Keruing Meranti
Ku
at T
um
pu
Pak
u (
kgcm
2)
Jenis Kayu
16
offset 5% diameter (0.05D) dari kurva beban-peralihan yang diperoleh dari
uji lentur paku (SNI 7973: 2013). Pengujian dilakukan dengan memberikan
beban tegak lurus dengan arah bentang paku hingga kapasitas beban
menurun atau paku rusak.
Tabel 6 Nilai Kuat Lentur Paku
Jenis Paku Diameter
(cm)
Nilai Kuat Lentur Paku (kg/cm2)
Pengujian SNI-2013
Paku Beton Putih 0,34 14716 9139
0,42 10941 8089
Paku Beton Hitam 0,34 14539 7038
0,42 8265 6324
Paku Kayu 0,34 10454 7038
0,42 7563 6324
Nilai Fyb pada ketiga jenis paku berdasarkan hasil rata-rata
pengujian berkisar antara 7563-14716 kg/cm2. Dari Tabel 6 nilai Fyb
berdasarkan pengujian cenderung lebih besar dibandingkan dengan nilai
Fyb menurut SNI 7973 (2013). Hasil pengujian Fyb terendah menunjukkan
pada jenis paku kayu dengan diameter 0,42 cm sebesar 7563 kg/cm2 dan
Fyb tertinggi pada jenis paku beton putih dengan diameter 0,34 cm sebesar
14716 kg/cm2. Hasil pada Tabel 6 menunjukkan kecenderungan bahwa
semakin besar diameter paku maka nilai Fyb semakin rendah seperti yang
tertera pada SNI 7973 (2013).
Herawati (2017) menyatakan keterkaitan perbedaan komposisi
unsur penyusun bahan paku dan baut terutama kadar unsur karbon (C) yang
berfungsi untuk meningkatkan sifat kekuatan dari bahan tersebut.
Berdasarkan kadar unsur karbon (C) maka paku beton putih dan paku beton
hitam termasuk dalam kategori paku baja yang diperkeras (baja karbon
sedang) dan paku kayu termasuk kategori baja karbon rendah sampai
sedang. Kulak et al. (2001) menyatakan bahwa paku dengan baja karbon
rendah memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan paku dengan
baja karbon sedang memiliki kekuatan yang lebih besar. Meskipun dibuat
dengan material penyusun berbeda, paku dengan diameter lebih kecil
memiliki kekerasan yang lebih baik dibandingkan paku dengan diameter
besar yang menghasilkan nilai Fyb rendah. Hal ini dapat terjadi karena
adanya pengerasan permukaan paku berdiameter lebih kecil pada saat proses
fabrikasi.
Tabel 7 Rasio Dimensi Paku
Diameter Paku (cm) Panjang Paku (cm) Rasio Dimensi Paku
0.34 7 20x
0.42 10 23x
Berdasarkan Tabel 7 dapat terlihat bahwa masing-masing diameter
paku yang diuji memiliki rasio dimensi yang berbeda. Rasio dimensi paku
merupakan faktor lain yang menentukan nilai Fyb paku. Menurut Sutanto
(2017) menyatakan bahwa rasio dimensi paku adalah perbandingan antara
panjang dengan diameter paku. Seiring meningkatnya diameter paku maka
17
rasio dimensi paku semakin tinggi sehingga menurunya nilai Fyb. Nilai kuat
lentur paku secara langsung menjadi salah satu parameter dalam
menentukan kualitas paku sebagai alat sambung sehingga dapat menahan
beban relatif besar.
Gambar 10 Nilai rata-rata kuat lentur paku berdasarkan jenis paku
Berdasarkan analisis keragaman pada selang kepercayaan 95%, nilai
rata-rata kuat lentur paku berbeda nyata terhadap jenis paku yang
ditunjukkan dari nilai sig < 0.05. Hasil uji lanjut Duncan pada Gambar 10
menunjukkan bahwa jenis paku beton putih berbeda nyata terhadap paku
beton hitam dan paku kayu, tetapi paku beton hitam dan paku kayu tidak
berbeda nyata. Menurut Arifin (2008) Baja karbon rendah dengan kadar
0,05%-0,20% C biasanya untuk bangunan, produksi paku keling, sekrup,
rantai dan paku komposisi karbon 0,20%-0,30% digunakan untuk baut,
jembatan, bangunan, sedangkan paku beton dikategorikan baja karbon
menengah >0,30% C dengan kekuatannya lebih tinggi dan sulit untuk
dibengkokkan atau dipotong. Melalui pengujian yang dilakukan dan nilai
Fyb yang diperoleh dapat diketahui bahwa jenis paku yang digunakan dalam
penelitian memiliki kekuatan lebih tinggi dari nilai Fyb yang disyaratkan
SNI 7973 (2013).
Nilai Desain Sambungan Kayu
Sambungan kayu geser tunggal merupakan sambungan yang
mengikat dua atau lebih papan kayu secara bersamaan dengan menggunakan
alat sambung mekanik (mechanical joint) seperti paku, baut, konektor, atau
menggunakan alat sambung berupa perekat struktural (glued joint).
Penyambungan kayu bertujuan memperpanjang batang kayu (overlapping
connection) atau membentuk suatu konstruksi rangka batang sesuai dengan
yang diinginkan. Berdasarkan rekapitulasi rataan dan hasil keragaman
kekuatan sambungan (Z hybrid dan Z empiris) kayu keruing dan meranti
menurut diameter dan jenis paku disajikan pada Tabel 8. Tabel 8
menunjukkan bahwa dari seluruh faktor hanya diameter paku (A)
berpengaruh nyata terhadap kekuatan sambungan teoritis empiris (hybrid)
dan terhadap kekuatan sambungan empiris pada selang kepercayaan 95%.
12829a
11402b
9009b
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
Paku beton putih Paku beton hitam Paku kayu
Kuat
Len
tur
Pak
u (
kg/c
m2)
Jenis Paku
18
Tabel 8 Rekapitulasi rataan dan hasil analisis keragaman kekuatan
sambungan kayu
Faktor Kekuatan Sambungan
Z hybrid (kg) Z empiris (kg)
A (diameter paku) * *
0,34 cm 71 51
0,42 cm 94 87
B (jenis paku) tn tn
Paku beton putih 92 64
Paku beton hitam 79 58
Paku kayu 77 55
AB tn tn
0,34 cm & paku beton putih 75 64
0,34 cm & paku beton hitam 73 48
0,34 cm & paku kayu 65 40
0,42 cm & paku beton putih 110 63
0,42 cm & paku beton hitam 85 68
0,42 cm & paku kayu 88 69
C (jenis kayu) tn tn
Keruing 88 68
Meranti 77 58
Nilai Desain Teoritis Empiris (Hybrid)
Penentuan nilai desain (Z) hybrid untuk sambungan kayu
menggunakan paku berdasarkan SNI 7973 (2013) terdapat enam jenis
formula dan variabel pendukung yang telah disediakan. Persamaan batas
leleh dari enam formula tersebut dibatasi kuat tumpu paku, kuat lentur paku,
dengan variabel pendukung menyesuaikan dengan dimensi kayu, berat jenis
kayu, dan diameter paku. Gambar 11 menunjukkan bahwa nilai desain
sambungan tertinggi pada kayu keruing sebesar 83 kg menggunakan
sambungan paku beton putih dan terendah pada sambungan paku kayu
sebesar 60 kg. Gambar 12 menunjukkan bahwa nilai desain sambungan
tertinggi pada kayu keruing sebesar 118 kg menggunakan sambungan paku
beton putih dan terendah kayu meranti pada sambungan paku beton hitam
sebesar 74 kg.
Penentuan nilai Z berdasarkan SNI 7973 (2013) menggunakan nilai
terendah (mode IV) yang diperoleh pada seluruh mode sebagai nilai yang
digunakan dalam perencanaan sebagai faktor keamanan karena pada mode
tersebut diprediksi akan terjadi kerusakan pada sambungan kayu terlebih
dahulu dibandingkan dengan mode lainnya. Menurut Ziannita (2009) Beban
pada mode IV merupakan model yang menggambarkan kerusakan yang
terjadi pada alat sambung serta kayu utama dan kayu pendukung rusak.
Berdasarkan hasil perhitungan (Gambar 10 dan Gambar 11) menunjukkan
bahwa desain teoritis empiris (hybrid) sambungan kayu keruing dan meranti
berbeda secara signifikan. Nilai desain sambungan meningkat seiring
dengan peningkatan kuat tumpu paku dan berat jenis kayu. Hasil uji lanjut
Duncan (Tabel 8) memperlihatkan bahwa diameter paku berpengaruh nyata
19
terhadap nilai desain hybrid sambungan kayu namun jenis paku dan jenis
kayu tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya nilai
desain hybrid sambungan kayu meningkat seiring dengan peningkatan kuat
tumpu paku dan kuat lentur paku.
Gambar 11 Desain acuan teoritis empiris (Z) sambungan kayu keruing dan
meranti paku berdiameter 0.34 cm
Gambar 12 Desain acuan teoritis empiris (Z) sambungan kayu keruing dan
meranti paku berdiameter 0.42 cm
35
1
32
7
25
7
229
22
7
35
6
35
1
32
7
25
7
22
9
22
7
35
6
14
5
13
5
106
95
94
14
7
15
5
145
11
3
10
5
10
4
15
3
12
7
118
92
86
85
12
5
83
79
60 67
66 70
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Sambungan
PBP
Sambungan
PBH
Sambungan
PK
Sambungan
PBP
Sambungan
PBH
Sambungan
PK
Keruing Meranti
Des
ain A
cuan
Teo
riti
s-E
mpir
is (
kg)
Im
Is
II
IIIm
IIIs
IV
85
0
74
5
74
1
61
9
44
8
62
3
85
0
74
5
74
1
61
9
44
8
62
3
35
2
30
9
30
7
25
6
18
6
25
8
35
6
31
1
30
9
26
2
19
0
26
129
1
25
4
25
3
21
4
15
6
21
3
11
8
96
92 10
1
74 84
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Sambungan
PBP
Sambungan
PBH
Sambungan
PK
Sambungan
PBP
Sambungan
PBH
Sambungan
PK
Keruing Meranti
Des
ain A
cuan
Teo
riti
s-E
mp
iris
(kg)
Im
Is
II
IIIm
IIIs
IV
20
Nilai Desain Empiris Sambungan Kayu
Nilai desain (Z) empiris sambungan kayu diperoleh dengan cara
melakukan pengujian langsung terhadap sambungan kayu yang telah dibuat.
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan (Tabel 8) memperlihatkan hasil
pengujian nilai Z empiris menunjukkan kecenderungan yang sama dengan
nilai desain teoritis empiris (hybrid) pada faktor diameter paku. Nilai
kekuatan sambungan kayu mengalami peningkatan dengan meningkatnya
ukuran diameter paku (Irawanti 2010). Namun jika semakin besar diameter
dan jumlah paku yang digunakan akan memperbesar perlemahan
sambungan. Hal ini dikarenakan lebih banyaknya luasan permukaan kayu
yang rusak dan menyebabkan terjadinya pemadatan kayu. Dapat dikatakan
bahwa rata-rata kekuatan per paku akan meningkat dengan meningkatnya
kerapatan kayu tetapi cenderung konstan dengan bertambahnya jumlah
paku.
(a) (b)
Gambar 13 Perbandingan nilai kekuatan sambungan kayu (Z) berdasarkan
(a) diameter paku (b) perbedaan desain sambungan
Perbandingan nilai desain hybrid dan empiris dilakukan untuk
mengetahui kehandalan nilai desain hybrid terhadap pengujian langsung
sambungan kayu. Pada penentuan nilai desain hybrid dilakukan pengujian
mekanis nilai kuat tumpu paku (Fe) dan kuat lentur paku (Fyb) yang
digunakan pada sambungan. Kemudian hasil pengujian tersebut
diaplikasikan ke dalam formula teoritis berdasarkan SNI 7973 (2013).
Penentuan nilai desain berdasarkan metode hybrid menghasilkan nilai
desain tertinggi dibandingkan metode empiris atau pengujian langsung.
Nilai desain empiris diharapkan memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan
secara teoritis empiris (hybrid) namun hasil penelitian menunjukkan
sebaliknya. Hal tersebut mengartikan bahwa dengan metode desain
sambungan secara hybrid memiliki nilai lebih tinggi dan tidak dapat
memprediksi kekuatan sambungan secara aktual dikarenakan ekspektasi
berlebih dalam penentuan kekuatan sambungan berbahaya bagi struktur
bangunan. Maka dari itu pentingnya melakukan pengujian destruktif untuk
dapat mengetahui kapasitas struktur sambungan kayu yang diharapkan
mampu menopang beban yang lebih besar dari yang sebenarnya.
82
59
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Z hybrid Z empiris
Kek
uat
an S
amb
un
gan
Kay
u
(kg)
0
20
40
60
80
100
0,34
cm
0,42
cm
Nil
ai D
esai
n K
ekuat
an
Sam
bu
ngan
(kg)
Diameter Paku
Z hybrid
Z empiris
21
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Nilai kuat lentur paku yang diuji dari berbagai jenis dan diameter
paku cenderung lebih besar dibandingkan dengan nilai Fyb yang
diisyaratkan SNI 7973:2013. Kuat tumpu paku meningkat seiring dengan
peningkatan berat jenis kayu dan dipengaruhi diameter dan jenis paku. Nilai
desain sambungan geser tunggal meningkat seiring meningkatnya diameter
dan berat jenis kayu berlaku pada metode secara hybrid maupun empiris.
Berdasarkan nilai desain sambungan secara teoritis-empiris (hybrid)
menghasilkan nilai tertinggi dibandingkan secara empiris. Penentuan nilai
desain sambungan kayu berdasarkan metode pengujian (empiris) dapat
menghasilkan nilai desain sambungan kayu yang mendekati metode hybrid
sehingga penentuan nilai desain sambungan secara hybrid dapat
memprediksi kekuatan sambungan secara aktual.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kualitas dari
paku beton dan paku kayu terhadap sambungan geser tunggal, penelitian
mengenai berbagai jenis kayu dengan rentang berat jenis kayu terendah
hingga tertinggi yang digunakan dalam sambungan dengan variasi jenis
paku dan penambahan diameter yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Agussalim. 2010. Desain kekuatan sambungan kayu geser ganda berpelat
baja dengan baut pada lima jenis kayu Indonesia [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Ahmad Yani. 2013. Keteguhan sambungan kayu resak (Vatica rassak BI)
berdasarkan bentuk sambungan dan jumlah paku. J ISSN 1693-9085.
9(1): 51-60.
Arifin dan Wijayanto. 2008. Pemanfaatan pegas daun bekas sebagai bahan
pengganti mata potong (Punch) pada alat bantu produksi massal (Press
Tools). Jurnal Media Mesin. 9(1): 20-27.
Asfarizal. 2008. Pengaruh temperatur yang ditinggikan terhadap kekuatan
tarik baja karbon rendah. J ISSN. vol 2: 0854 – 847.
[ASTM] American Society for Testing and Material. 2003. Annual Book of
ASTM Standard Volume 0301. Wood. F1575-03 (Reapproved 2002):
Standard Test Method for Determining Bending Yield Moment of
Nails. USA. [ASTM] American Society for Testing and Material. 2010. Annual Book of
ASTM Standars. Section Four: Construction. Volume 0410. Wood. D-
2915-10. Standard Practise for Evaluating Allowable Properties for
Grades of Structural Lumber. Philadelphia (PA) : ASTM.
22
[ASTM] American Society for Testing and Material. 2010. Annual Book of
ASTM Standars. Section Four: Construction. Volume 0410. Wood. D-
5764-10 (Reapproved 2010): Standard Test Methods for Evaluating
Dowel-Bearing Strength of Wood and Wood-Based Products.
Philadelphia (PA) : ASTM. [AWC] American Wood Council. 20012. National Design Specification for
Wood Construction ASD/LFRD 2005. Washington (US): American
Wood Council.
Breyer, D.E., Fridley, K.J., Cobeen, K.E., and Pollock, D.G. 2007. Design
of Wood Structures ASD/LRFD Sixth Edition. New York (US):
McGraw-Hill. [BS] British Standard. 1999. BS 373: 1957. Methods of Testing Small Clear
Specimens of Timber. GB.
Frick H, Maoediartianto. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu.
Yogyakarta(ID): Kanisius.
Glisovic I, Stevanovic B, Kocetov IS. 2012. Embedment test of wood for
dowel-type fasteners. J Wood Research. 57(4): 639-650.
Hapid A. 2016. Variasi sifat fisika kayu kemiri (Aleurites moluccana)
berdasarkan arah aksial. Jurnal Warta Rimba. 4(1): 16-20.
Herawati E, Sadiyo S, Nugroho N, Karlinasari L, Yoresta FS. 2017.
Karakteristik kekeuatan leleh lentur baut besi dengan variasi diameter
baut. Jurnal Teknik Sipil. 24(3): 217-222.
Irawanti S. 2011. Kekuatan sambungan kayu geser ganda dengan baut
tunggal berpelat baja pada empat jenis kayu tropis [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Kulak, G.L., Fisher J.W., and Struik, J.H.A. 2001. Published Guide to
Design Criteria for Bolted and Riveted Joints Second Edition.
Chicago (USA): American Institute of Steel Construction, Inc. Kurniady WR. 2007. Pemanfaatan material bambu sebagai material bangunan
sederhana didaerah rawan gempa [skripsi]. Bandung (ID): ITB Pr.
Mahdie, M.F. 2010. Sifat fisika dan mekanika kayu Bongin (Irvingia
malayana Oliv) dari Desa Karali III Kabupaten Murung Raya
Kalimantan Tengah. Jurnal Hutan Tropis. 11(30): 1-5. Mardikanto TR, Karlinasari L, Bahtiar ET. 2011. Sifat Mekanis Kayu. Bogor
(ID): IPB Pr. Martawijaya A, Kartasujana. 1977. Ciri Umum Sifat dan Kegunaan Jenis-jenis
Kayu Indonesia. Bogor (ID): Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Martawijaya A, Kartasujana, K Kadir, SA Prawira. 2005. Atlas Kayu
Indonesia. Jilid 1. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan.
Pranata, YA., Suryoatmono, B., 2013. Nonlinear finite element modeling of
red meranti compression at an angle to the grain. Journal of
Engineering and Technological Science. 21(1): 222-240.
Sadiyo S. 2010. Perilaku kekuatan sambungan geser ganda batang kayu
dengan paku majemuk berpelat sisi baja akibat beban uni-aksial
tekan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sadiyo S. 2012. Analisis sesaran batas proporsional dan maksimum
sambungan geser ganda batang kayu dengan paku majemuk berpelat
23
sisi baja akibat beban uni-aksial tekan. Jurnal Teknik Sipil. 18(2):1-
11.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2012. Spesifikasi desain untuk
konstruksi kayu (SNI 7973: 2013). Jakarta (ID): Badan Standardisasi
Nasional.
Soehendrajati, R.J.B. 1990. Kayu untuk Struktur Jilid 1. Yogyakarta (ID):
Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada.
Sutanto, R.R. 2017. Desain kekuatan sambugan geser tunggal menggunakan
paku pada lima jenis kayu Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Tanubrata M. 2015. Bahan-bahan konstruksi dalam konteks teknik sipil. J
Teknik Sipil. 11(2): 76-168.
Yap KHF. 1999. Kontruksi Kayu. Bandung (ID): Penerbit CV Trimatra
Mandiri.
Ziannita V. 2009. Nilai desain acuan sambungan double shear balok kayu
pelat baja empat jenis kayu pada tiga diameter paku menurut berbagai
analisis pendekatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil rata-rata pengujian sifat fisis kayu
Jenis kayu KA (%) ρ (g/cm3) BJ
Keruing 14,13 0,86 0,75
Meranti 16,45 0,68 0,59
Keterangan : 3 Ulangan
Lampiran 2 Hasil analisis ragam kadar air kayu
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
(db)
Kuadrat
tengah F Sig.
Terkoreksi Model 56,147a 6 9,358 0,740 0,622
Intercept 8419,4 1 8419,404 665,415 0,000
FaktorA 0,347 1 0,347 0,027 0,700
FaktorB 1,492 2 0,746 0,059 0,943
Kelompok 48,491 1 48,491 3,832 0,060
FaktorA*FaktorB 5,817 2 2,909 0,230 0,796
Eror 366,933 29 12,653
Total 8842,48 36
Total Terkoreksi 423,08 35
a. R Squared = ,133 (Adjusted R Squared = ,047)
24
Lampiran 3 Hasil analisis ragam kerapatan kayu
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
(db)
Kuadrat
tengah F Sig.
Terkoreksi Model 0,268a 6 0,045 7,583 0,000
Intercept 21,576 1 21,576 3.657,369 0,000
FaktorA 0,006 1 0,006 1,040 0,316
FaktorB 0,007 2 0,004 0,620 0,545
Kelompok 0,252 1 0,252 42,661 0,000
FaktorA*FaktorB 0,003 2 0,002 0,227 0,760
Eror 0,171 29 0,006
Total 22,016 36
Total Terkoreksi 0,439 35
a. R Squared = ,611 (Adjusted R Squared = ,530)
Lampiran 4 Hasil analisis ragam berat jenis kayu
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
(db)
Kuadrat
tengah F Sig.
Terkoreksi Model 0,226a 6 0,038 9,208 0,000
Intercept 16,201 1 16,201 3.953,127 0,000
FaktorA 0,001 1 0,001 0,245 0,625
FaktorB 0,011 2 0,006 1,381 0,267
Kelompok 0,213 1 0,213 52,008 0,000
FaktorA*FaktorB 0,001 2 0,000 0,119 0,889
Eror 0,119 29 0,004
Total 16,546 36
Total Terkoreksi 0,345 35
a. R Squared = ,656 (Adjusted R Squared = ,585)
25
Lampiran 5 Hasil rata-rata pengujian mekanis tekan sejajar serat kayu
Jenis
Kayu Jenis Paku
Ø Paku
(cm)
MCS
(kg/cm2)
Rata-
rata
Keruing
Paku Beton Putih 0,34 674
0,42 558
Paku Beton Hitam 0,34 522
0,42 594
Paku Kayu 0,34 643
0,42 429 570
Meranti
Paku Beton Putih 0,34 369
0,42 462
Paku Beton Hitam 0,34 508
0,42 440
Paku Kayu 0,34 436
0,42 435 442
Lampiran 6 Hasil rata-rata pengujian kuat lentur paku
Jenis Paku Diameter Jarak Sangga Fyb
cm in cm in kg/cm2 psi
Paku Beton Putih 0,34 0,13 4 1,57 14716,28 209314
0,42 0,17 5 1,97 10941,48 155624
Paku Beton Hitam 0,34 0,13 4 1,57 14539,41 206799
0,42 0,17 5 1,97 8264,496 107264
Paku Kayu 0,34 0,13 4 1,57 10454,12 148693
0,42 0,17 5 1,97 7562,966 37841
Keterangan : 7 Ulangan
Lampiran 7 Hasil rata-rata pengujian kuat tumpu paku (kg/cm2)
Jenis
Kayu
Jenis
Paku
Ø
Paku
(cm)
Ulangan
tebal
kayu
(cm)
Nilai P
5%
kg/cm2
Fe
kg/cm2
Rata-
rata
Keruing
Paku
Beton
Putih
0,34 1 4 639,49 470,21
0,34 2 4 734,07 539,76
0,34 3 4 545,53 401,13 470,37
0,42 1 4 694,39 413,33
0,42 2 4 514,27 306,11
0,42 3 4 654,11 389,35 369,60
Paku
Beton
Hitam
0,34 1 4 759,13 558,18
0,34 2 4 737,92 542,59
0,34 3 4 620,82 456,49 519,09
0,42 1 4 454 270,24
0,42 2 4 385,81 229,65
0,42 3 4 850,97 506,53 335,47
Paku
Kayu
0,34 1 4 511,74 376,28
0,34 2 4 542,48 398,88
0,34 3 4 1003,18 737,63 504,26
26
0,42 1 4 1009,56 600,93
0,42 2 4 520,52 309,83
0,42 3 4 510,38 303,80 404,85
Meranti
Paku
Beton
Putih
0,34 1 4 468,2 344,26
0,34 2 4 703,42 517,22
0,34 3 4 569,17 418,51 426,66
0,42 1 4 329,39 196,07
0,42 2 4 688,61 409,89
0,42 3 4 428,53 255,08 287,01
Paku
Beton
Hitam
0,34 1 4 553,54 407,01
0,34 2 4 552,02 405,90
0,34 3 4 307,37 226,01 346,31
0,42 1 4 594,34 353,77
0,42 2 4 445,88 265,40
0,42 3 4 423,56 252,12 290,43
Paku
Kayu
0,34 1 4 725,04 533,12
0,34 2 4 598,19 439,85
0,34 3 4 481,19 353,82 442,26
0,42 1 4 528,29 314,46
0,42 2 4 519,65 309,32
0,42 3 4 692,37 412,13 345,30
Lampiran 8 Hasil analisis ragam kuat tekan sejajar serat kayu
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
(db)
Kuadrat
tengah F Sig.
Terkoreksi Model 63722,739a 6 10620,456 1,507 0,335
Intercept 3071834,949 1 3071834,949 435,941 0,000
FaktorA 4595,427 1 4595,427 0,652 0,456
FaktorB 2405,028 2 1202,514 0,171 0,848
Kelompok 4535,465 1 49.535,465 7,030 0,040
FaktorA*FaktorB 7186,819 2 3.593,409 0,510 0,629
Eror 35232,216 5 7046,443
Total 3170789,904 12
Total Terkoreksi 98954,954 11
a. R Squared = ,644 (Adjusted R Squared = ,217)
27
Lampiran 9 Hasil analisis ragam kuat lentur paku
Sumber Jumlah kuadrat
Derajat
bebas
(db)
Kuadrat tengah F Sig.
Terkoreksi
Model 321282940,631a 6 64256588,126 3,061 0,021
Intercept 5155994901,823 1 5155994901,823 245,639 0,000
FaktorA 178393,751 1 178393,751 0,008 0,927
FaktorB 318619619,172 2 159309809,586 7,590 0,002
FaktorA*FaktorB 2484927,707 2 1242463,854 0,059 0,943
Eror 755646128,224 29 20990170,228
Total 6232923970,678 36
Total Terkoreksi 1076929068,855 35
a. R Squared = ,298 (Adjusted R Squared = ,201)
Duncana,b
Faktor B N Subset
1 2
Paku kayu 14 7913,7314
Paku beton hitam 14 10697,7979
Paku beton putih 14 14627,8457
Sig. 0,117 1
Lampiran 10 Hasil analisis ragam kuat tumpu paku
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
(db)
Kuadrat
tengah F Sig.
Terkoreksi
Model 186131,561a 6 31021,927 2,864 0,026
Intercept 5620740,056 1 5620740,056 518,887 0,000
FaktorA 2325,49 1 2325,490 0,215 0,647
FaktorB 3791,128 2 1895,564 0,175 0,840
Kelompok 54209,809 1 54209,809 5,004 0,033
FaktorA*FaktorB 125805,134 2 62902,567 5,807 0,008
Eror 314136,747 29 10832,302
Total 6121008,364 36
Total Terkoreksi 500268,307 35
a. R Squared = ,372 (Adjusted R Squared = ,242)
28
Lampiran 11 Hasil rata-rata nilai desain teoritis-empiris sambungan kayu
Jenis
Kayu
Ø
Paku
(cm)
Jenis
Sambungan Im Is II IIIm IIIs IV
Rata-
rata
Keruing 0,34
Sambungan
PBP 351 351 145 155 127 83
Sambungan
PBH 327 327 135 145 118 79
Sambungan
PK 257 257 106 113 92 60 179
Meranti 0,34
Sambungan
PBP 229 229 95 105 86 67
Sambungan
PBH 227 227 94 104 85 66
Sambungan
PK 356 356 147 153 125 70 157
Jenis
Kayu
Ø Paku
(cm)
Jenis
Sambungan Im Is II IIIm IIIs IV
Rata-
rata
Keruing 0,42
Sambungan
PBP 850 850 352 356 291 118
Sambungan
PBH 745 745 309 311 254 96
Sambungan
PK 741 741 307 309 253 92 429
Meranti 0,42
Sambungan
PBP 619 619 256 262 214 101
Sambungan
PBH 448 448 186 190 156 74
Sambungan
PK 623 623 258 261 213 84 313
29
Lampiran 12 Hasil analisis ragam desain acuan teoritis-empiris (Z)
sambungan kayu
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
(db)
Kuadrat
tengah F Sig.
Terkoreksi Model 2819,000a 6 469,833 7,387 0,022
Intercept 81675,000 1 81675,000 1284,198 0,000
FaktorA 1633,333 1 1633,333 25,681 0,004
FaktorB 580,500 2 290,250 4,564 0,075
Kelompok 363,000 1 363,000 5,708 0,062
FaktorA*FaktorB 242,167 2 121,083 1,904 0,243
Eror 318,000 5 63,600
Total 84812,000 12
Total Terkoreksi 3137,000 11
a. R Squared = ,899 (Adjusted R Squared = ,777)
Lampiran 13 Hasil analisis ragam desain empiris (Z) sambungan kayu
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
(db)
Kuadrat
tengah F Sig.
Terkoreksi Model 1403,000a 6 233,833 1,649 0,300
Intercept 41772,000 1 41772,000 294,584 0,000
FaktorA 768,000 1 768,000 5,416 0,007
FaktorB 163,500 2 81,750 0,577 0,595
Kelompok 27,000 1 27,000 0,190 0,681
FaktorA*FaktorB 444,500 2 222,250 1,567 0,296
Eror 709,000 5 141,800
Total 43884,000 12
Total Terkoreksi 2112,000 11
a. R Squared = ,664 (Adjusted R Squared = ,261)
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1996 sebagai anak
kedua dari empat bersaudara pasangan Ali Akbar dan Emi Kulsum. Tahun
2014 penulis lulus SMA Negeri 23 Jakarta dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima
di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.
Penulis telah mengikuti beberapa praktik lapang yaitu Praktik Umum
Kehutanan pada tahun 2016 di Sancang Barat-Papandayan Jawa Barat dan
di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat. Penulis juga
telah melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2017 di
Perusahaan Gondorukem dan Terpentin Sindangwangi (PGT
Sindangwangi) Bandung, Jawa Barat.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (BEM
Fahutan IPB) sebagai anggota divisi Sosial dan Lingkungan Kehutanan
pada tahun 2016-2017 dan anggota Himpunan profesi Mahasiswa Hasil
Hutan (HIMASILTAN) sebagai anggota keilmuan divisi Rekayasa Desain
Bangunan Kayu pada tahun 2016-2017. Selain itu penulis aktif diberbagai
kepanitian Forest Technology Expo 2016, Himasiltan Care 2016, Masa
Perkenalan Himpro 2016, Fortech Cup 2016, dan Kompas Khatulistiwa
2016. Penulis merupakan panitia dibidang Acara, Publikasi, Dekorasi, dan
Dokumentasi, serta Educator pada masing-masing acara. Untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi
dengan judul Kekuatan Sambungan Geser Tunggal Kayu Keruing
(Dipterocarpus spp.) dan Meranti (Shorea spp.) menurut Diameter dan Jenis
Paku dibimbing oleh Fengky Satria Yoresta, ST., MT dan Prof Dr Ir
Sucahyo Sadiyo, MS.
Recommended