View
266
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
MAKALAH
Citation preview
PEMBERDAYAAN KELAS HAMIL DAN OPTIMALISASI
PUSKESMAS PONED
(PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENCY DASAR)
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU
DI KOTA SURAKARTA
DINAS KESEHATAN KOTA SURAKATAJl. Jend.
1
PROPOSAL
PEMBERDAYAAN KELAS HAMIL DAN OPTIMALISASI
PUSKESMAS PONED
(PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENCY DASAR)
DALAM UPAYA
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU
DI KOTA SURAKARTA
DINAS KESEHATAN KOTA SURAKATAJl. Jend. Sudirman No. 2 Solo 57111
Telp/Fax (0271) 632202
PEMBERDAYAAN KELAS HAMIL DAN OPTIMALISASI
(PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENCY DASAR)
2IKHTISAR
AKI di Kota Surakarta masih cukup tinggi, yaitu sebesar 91,36 per 100.000
(2010). Angka ini belum memenuhi target dari Propinsi Jawa Tengah yaitu sebesar
30 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah Kota Surakarta telah melakukan
berbagai upaya dalam penurunan AKI, namun dalam pelaksanaanya masih dijumpai
kendala dan permasalahan. Sehingga diperlukan upaya-upaya secara komprehensif
dengan melibatkan berbagai stake holder.
Tujuan yang ingin dicapai adalah menurunkan angka kematian ibu kurang
dari 30 per 100.000 kelahiran hidup , meningkatnya pengetahuan ibu hamil, suami
dan keluarganya tentang semua resiko kehamilan, bahaya kehamilan dan persalinan,
meningkatnya peran aktif masyarakat melakukan perencanaan persalinan yang
sehat dan aman, meningkatnya peran RB/BPM dalam jejaring pelayanan persalinan
yang aman, meningkatnya fungsi Puskesmas PONED dalam pertolongan
kegawatdaruratan obstetri neonatal emergensi dasar.
Metode yang akan dilakukan dengan pemberdayaan kelas hamil yaitu
kegiatan pembelajaran bersama antara ibu hamil, suami, keluarga dan kader
sebagai pendamping selama kehamilan sampai persalinan. Optimalisasi Puskesmas
PONED dengan meningkatkan kompetensi tenaga yang ada di Puskesmas PONED,
pendampingan oleh dokter ahli, melengkapi sarana-prasarana sesuai standart,
pemanfaatan ambulan rakyat dengan sistem jemput bola, menjalin jejaring
kemitraan dengan RB, BPM, dan melibatkan organisasi profesi.
Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan ini sebesar sebesar Rp.
12.349.675.000,-. Pengorganisasian dalam pelaksanaan kegiatan ini melibatkan
bidang Binkesmas, bidang pelayanan kesehatan dan bidang promosi kesehatan,
subag perencanaan dan Puskesmas PONED, Bidan Koordinator Puskesmas dan
kader kesehatan.
3DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
IKHTISAR .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .............................................................. 1B. TUJUAN.............................................................................. 3C. METODOLOGI .................................................................... 3D. MONITORING DAN EVALUASI .............................................. 4E. PENGORGANISASIAN ......................................................... 4F. KEBERLANGSUNGAN PROGRAM .......................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. BATASAN KEMATIAN MATERNAL.......................................... 6B. EPIDEMIOLOGI KEMATIAN MATERNAL................................. 7C. FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN
MATERNAL ......................................................................... 9D. UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN MATERNAL............ 11E. KERANGKA TEORI ............................................................... 14F. KERANGKA KONSEP ............................................................ 16
BAB III ANALISA KESENJANGAN DAN STRATEGI
A. ANALISA KESENJANGAN ...................................................... 17B. STRATEGI........................................................................... 18
BAB IV RENCANA INTERVENSI DAN RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN
(ROK)
A. RENCANA INTERVENSI ....................................................... 20B. RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN .................................... 21
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ..................................................................... 26B. SARAN ............................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 27
4BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu indikator yang ingin dicapai dalam pencapaian MDGs adalah
menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 110.000 per kelahiran hidup.
Angka kematian Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu dewasa ini
masih tinggi di Indonesia, bila dibandingkan dengan AKI di negara ASEAN lainnya.
Menurut data dari survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, AKI di
Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa lebih dari
18.000 ibu meninggal per tahun atau 2 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Sebagian besar penyebab
kematian ibu secara langsung menurut survei kesehatan rumah tangga (2001)
sebesar 90% adalah komplikasi yang terjadi pada saat persalinan dan segera setelah
bersalin, penyebab tersebut dikenal dengan trias klasik yaitu perdarahan (28%),
eklamsia (24%) dan infeksi (11%).
Berdasarkan laporan Puskesmas dan rumah sakit, maka di Kota Surakarta
masih ditemukan kematian ibu melahirkan. Angka kematian ibu dikota Surakarta
selama lima tahun berturut-turut mengalami naik turun. Angka kematian ibu
meningkat dari 49,61 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2006 menjadi 157
pada tahun 2009, dan menurun kembali menjadi 91,36 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2010. Dan sampai dengan bulan Oktober 2011 telah ditemukan
kematian ibu sebanyak 4 ibu (57 per 100.000 kelahiran hidup). Angka ini sudah
melebihi dari angka yang ditargetkan Provinsi Jawa tengah yaitu sebesar 30 per
100.000 kelahiran hidup.
Hasil audit maternal yang sudah dilakukan oleh Tim audit di Kota Surakarta,
menemukan penyebab kematian ibu melahirkan karena perdarahan, pre-eklamsia
ringan/berat, infeksi, sebab lain-lain. Terjadinya kematian ibu biasanya terkait
dengan kurangnya akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama
pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat
mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, kurangnya kompetensi
5pelayanan di tingkat dasar dan kurang cepatnya pelayanan kegawatdaruratan di
pelayanan rujukan.
Apabilla dilihat dari wilayah, maka Kota Surakarta terdiri dari 5(lima)
Kecamatan dan 51 Kalurahan. Sedangkan untuk sarana pelayanan kesehatan, maka
terdapat 13 rumah sakit, 3 Rumah sakit khusus, 10 rumah sakit umum, 17
Puskesmas, 4 diantaranya adalah Puskesmas rawat inap mampu PONED yang
dilengkapi dengan fasiltas 4 ambulan rakyat yang siap jemput bola, 25 Puskesmas
Pembantu, dan 17 unit Puskesmas Keliling. Disamping fasilitas tersebut terdapat 34
Balai Pengobatan, 30 Rumah Bersalin, 73 Bidan Praktek Mandiri. Tempat pelayanan
kesehatan lainnya adalah praktek dokter baik praktek perorangan maupun praktek
bersama.
Upaya - upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam
rangka penurunan angka kematian ibu yaitu :
1. Kegiatan Kelas Hamil adalah kegiatan pembelajaran bersama dalam upaya
upaya meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami dan keluarganya tentang
semua resiko kehamilan, bahaya kehamilan dan persalinan, serta mengajak ibu
hamil, suami, dan masyarakat sekitarnya untuk melakukan perencanaan
persalinan yang sehat dan aman.
2. GSI (Gerakan Sayang Ibu), yaitu suatu gerakan bersama yang dilakukan
masyarakat dan pemerintah dalam rangka memenuhi hak reproduksi
perempuan dan hidup ibu dan bayi. Dengan gerakan ini diharapkan akan
muncul kepedulian masyarakat terhadap pemenuhan hak hak tersebut.
3. Kunjungan dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di puskesmas
untuk melakukan pemeriksaan terhadap ibu hamil resiko tinggi dan transfer of
knowledge kepada petugas puskesmas.
Meskipun upaya-upaya telah dilakukan, namun pada kenyataanya masih
ditemukan kematian ibu di Kota Surakarta. Oleh karena itu masih diperlukan
optimalisasi upaya-upaya dari berbagai pihak terkait agar kematian ibu di Kota
Surakarta bisa di tekan.
6B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi kurang dari 30
per 100.000 kelahiran hidup.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan ibu hamil, suami dan keluarganya tentang
semua resiko kehamilan, bahaya kehamilan dan persalinan.
b. Meningkatnya peran aktif masyarakat melakukan perencanaan persalinan
yang sehat dan aman.
c. Meningkatnya peran RB/BPM dalam jejaring pelayanan persalinan yang
aman
d. Meningkatnya fungsi Puskesmas PONED dalam pertolongan
kegawatdaruratan obstetri neonatal emergensi dasar.
C. METODOLOGI
Kegiatan optimasi pemberdayaan kelas hamil dimulai dengan sosialisasi, mulai
dari tingkat kota, tingkat kecamatan sampai tingkat kelurahan, dengan mengundang
unsur eksekutif ( Bappeda, Bappermas, Camat, Lurah ), unsur masyarakat ( TP-PKK
Kota, TP-PKK Kecamatan, TP-PKK Kelurahan dan Kader ) dan unsur kesehatan
(Dinas Kesehatan, Ka. UPT Puskesmas dan bidan koordinator).Setelah sosialisasi,
dilakukan konsolidasi Tim Teknis ( DKK dan Puskesmas ) untuk persiapan pelatihan
Kader Pendamping dan penyiapan alat pembelajaran.
Setelah semua siap, maka dilakukan pembelajaran kelas hamil ( Ibu hamil,
Suami, Keluarga, Kader Pendamping ) selama 14 kali pertemuan, meliputi diskusi,
senam hamil, pemberian PMT, diakhiri wisuda dan pemberian paket persalinan.
Optimalisasi Puskesmas Poned dilakukan dengan menambah tim Poned dari 1
(satu) tim menjadi 4 (empat) tim sesuai dengan shif Puskesmas melalui Pelatihan
PONED, pendampingan dokter ahli, memenuhi sarana prasarana Puskesmas PONED
sesuai standar. Untuk mendekatkan pelayanan, maka memanfaatkan ambulan
rakyat untuk menjemput ibu bersalin yang tidak mampu menjangkau pelayanan
kesehatan.
7Pengembangan jejaring kemitraan dengan RB, BPM, RS, dilakukan dengan
pertemuan setiap 4 (empat) bulan sekali dan menghadirkan organisasi profesi, serta
melakukan supervisi sebanyak 3 (tiga) kali dalam setahun.
D. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui :
1. Pertemuan setiap dua bulan sekali
2. Supervisi yang dilakukan setiap tiga bulan sekali, baik ke Puskesmas, BP, RB,
Klinik
3. Analisa laporan secara berkala.
E. PENGORGANISASIAN
SUSUNAN TIM PEMBERDAYAAN KELAS HAMIL DAN OPTIMALISASI PUSKESMAS
PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENCY DASAR (PONED) DALAM UPAYA
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU KOTA SURAKARTA TAHUN 2012
1. Penanggungjawab : dr. Siti Wahyuningsih, M.Kes (Ka. Dinas Kesehatan Kota Surakarta)
2. Ketua : dr. Dwi Martyastuti (Ka. Bidang Binkesmas)
Wakil Ketua : Purwanti SKM, M.Kes (Ka. Bidang Promkes)
3. Sekretaris : Agus Subagyo, SSiT (Ka. Sie. Perbaikan Gizi Masyarakat)
Wakil Sekretaris : Dimar Siswi (Staff PEP)
4. Koordinator Pelaksana : Dwi Winarni, SSiT (Ka. Sie. Kesehatan Ibu dan Anak)
5. Staff Sekretariat : 1. Desita Hadi ( Staff Sie. Kesehatan Ibu dan Anak)2. Maryunanto Jati / Wulan Ayu (Staff Sie. Perbaikan Gizi
Masyarakat)6. Anggota : Dra. Setyowati, Apt (Ka. Bidang UPKES)
Kepala UPT Puskesmas (17)
7. Fasilitator : Bidan Koordinator KIA Puskesmas
Koordinator Gizi Puskesmas
Kader Pendamping (dari 540 Posyandu)
8F. KEBERLANGSUNGAN PROGRAM
Keberlangsungan program bisa dijamin dengan adanya dukungan dari
Bappeda (memasukkan program dalam Rencana Kerja Perangkat Daerah) dan
dukungan Kalurahan (memasukkan program dalam Alokasi Dana pembangunan
Kalurahan) serta peran aktif masyarakat, baik dari PKK maupun kader kesehatan,
dengan fasilitator aktif dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
9BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BATASAN KEMATIAN MATERNAL
Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The
International Classification of Diseases (ICD 10) adalah kematian wanita yang
terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,
tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang
berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut atau
penanganannya, tetapi bukan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau
kebetulan.
Untuk memudahkan identifikasi kematian maternal pada keadaan
keadaan dimana sebab sebab yang dihubungkan dengan kematian tersebut tidak
adekuat, maka ICD 10 memperkenalkan kategori baru yang disebut pregnancy
related death (kematian yang dihubungkan dengan kehamilan) yaitu kematian
wanita selama hamil atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak
tergantung dari penyebab kematian.
Kematian maternal dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Kematian obstetri langsung (direct obstetric death) yaitu kematian yang timbul
sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, yang disebabkan oleh
tindakan, kelalaian, ketidaktepatan penanganan, atau dari rangkaian peristiwa
yang timbul dari keadaan keadaan tersebut di atas. Komplikasi komplikasi
tersebut meliputi perdarahan, baik perdarahan antepartum maupun postpartum,
preeklamsia / eklamsia, infeksi, persalinan macet dan kematian pada kehamilan
muda.
2. Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death) yaitu kematian yang
diakibatkan oleh penyakit yang sudah diderita sebelum kehamilan atau
persalinan atau penyakit yang timbul selama kehamilan yang tidak berkaitan
dengan penyebab obstetri langsung, akan tetapi diperburuk oleh pengaruh
10
fisiologik akibat kehamilan, sehingga keadaan penderita menjadi semakin buruk.
Kematian obstetri tidak langsung ini disebabkan misalnya oleh karena hipertensi,
penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, tuberkulosis, HIV / AIDS,
dan lain lain.
B. EPIDEMIOLOGI KEMATIAN MATERNAL
Menurut WHO, setiap tahun kurang lebih terdapat 210 juta wanita hamil di
seluruh dunia. Lebih dari 20 juta wanita mengalami kesakitan akibat dari
kehamilannya, beberapa diantaranya bersifat menetap. Kehidupan 8 juta wanita di
seluruh dunia menjadi terancam dan setiap tahun diperkirakan terdapat 529.000
wanita meninggal sebagai akibat komplikasi yang timbul karena kehamilan dan
persalinan, dimana sebagian besar dari kematian ini sebenarnya dapat dicegah.1,6)
Angka kematian maternal di seluruh dunia diperkirakan sebesar 400 per 100.000 KH
dan 98% terjadi di negara Negara berkembang.
Angka kematian maternal di negara berkembang 20 kali lebih tinggi yaitu 440
per 100.000 KH dan di beberapa tempat dapat mencapai 1000 per 100.000 KH. Di
wilayah Asia Tenggara diperkirakan terdapat 240.000 kematian maternal setiap
tahunnya, sehingga diperoleh angka kematian maternal sebesar 210 per 100.000
KH.
Angka kematian maternal ini merupakan ukuran yang mencerminkan risiko
obstetric yang dihadapi oleh seorang wanita setiap kali wanita tersebut menjadi
hamil. Risiko ini semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah kehamilan
yang dialami. Tingginya angka kematian maternal di negara berkembang sebagian
besar berkaitan dengan masalah politik dan sosial, khususnya masalah kemiskinan
dan status wanita.
Sebagian besar kematian maternal terjadi di rumah, yang jauh dari jangkauan
fasilitas kesehatan. Menurut data SKRT 2001, proporsi kematian maternal terhadap
kematian usia reproduksi (15 49 tahun) di pedesaan hampir tiga kali lebih besar
daripada di perkotaan.9) Angka kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi.
11
Menurut hasil SKRT tahun 1992 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 425 per
100.000 KH dan menurun menjadi 373 per 100.000 KH pada SKRT tahun 1995,
sedangkan pada SKRT yang dilakukan pada tahun 2001, angka kematian maternal
kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 396 per 100.000 KH.8) Dari SDKI
2002 / 2003 angka kematian maternal menunjukkan angka sebesar 307 per 100.000
KH. Sedangkan hasil SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan negara negara anggota Asean seperti
Brunei Darussalam (angka kematian maternal menurut estimasi WHO tahun 2000 :
37 per 100.000 KH dan Malaysia : 41 per 100.000 KH) maka angka kematian
maternal di Indonesia masih sangat tinggi.
Menurut WHO, kurang lebih 80% kematian maternal merupakan akibat
langsung dari komplikasi langsung selama kehamilan, persalinan dan masa nifas dan
20% kematian maternal terjadi akibat penyebab tidak langsung. Perdarahan,
terutama perdarahan post partum, dengan onset yang tiba tiba dan tidak dapat
diprediksi sebelumnya, akan membahayakan nyawa ibu, terutama bila ibu tersebut
menderita anemia.
Penyebab tidak langsung dari kematian maternal memberikan kontribusi
sebesar 20% terhadap kematian maternal. Penyebab tidak langsung dari kematian
maternal ini terjadi akibat penyakit ibu yang telah diderita sebelumnya atau
diperberat dengan keadaan kehamilan atau penanganannya. Contoh penyebab
kematian maternal tidak langsung adalah anemia, infeksi hepatitis, malaria,
tuberkulosis, penyakit jantung dan infeksi HIV/AIDS.
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya dengan negara
lain adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia. Ke dalam perdarahan dan infeksi
sebagai penyebab kematian, tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan
partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang
memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi kronis.
12
C. FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN
MATERNAL
Depkes RI membagi faktor faktor yang mempengaruhi kematian maternal
sebagai berikut :
1. Faktor medic
a. Faktor empat terlalu, yaitu :
- Usia ibu pada waktu hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun)
- Usia ibu pada waktu hamil terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
- Jumlah anak terlalu banyak (lebih dari 4 orang)
- Jarak antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)
b. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang merupakan penyebab
langsung kematian maternal, yaitu :
- Perdarahan pervaginam, khususnya pada kehamilan trimester ketiga,
persalinan dan pasca persalinan.
- Infeksi.
- Keracunan kehamilan.
- Komplikasi akibat partus lama.
- Trauma persalinan.
c. Beberapa keadaan dan gangguan yang memperburuk derajat kesehatan ibu
selama hamil, antara lain :
- Kekurangan gizi dan anemia.
- Bekerja (fisik) berat selama kehamilan.
2. Faktor non medic
Faktor non medik yang berkaitan dengan ibu, dan menghambat upaya
penurunan kesakitan dan kematian maternal adalah :
- Kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
- Terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan risiko tinggi.
- Ketidak berdayaan sebagian besar ibu hamil di pedesaan dalam
pengambilan keputusan untuk dirujuk.
13
- Ketidakmampuan sebagian ibu hamil untuk membayar biaya transport dan
perawatan di rumah sakit.
3. Faktor pelayanan kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan yang belum mendukung upaya penurunan
kesakitan dan kematian maternal antara lain berkaitan dengan cakupan
pelayanan KIA, yaitu :
- Belum mantapnya jangkauan pelayanan KIA dan penanganan kelompok
berisiko.
- Masih rendahnya (kurang lebih 30%) cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan.
- Masih seringnya (70 80%) pertolongan persalinan yang dilakukan di rumah,
oleh dukun bayi yang tidak mengetahui tanda tanda bahaya.
Berbagai aspek manajemen yang belum menunjang antara lain adalah :
- Belum semua kabupaten memberikan prioritas yang memadai untuk program
KIA
- Kurangnya komunikasi dan koordinasi antara Dinkes Kabupaten, Rumah Sakit
Kabupaten dan Puskesmas dalam upaya kesehatan ibu.
- Belum mantapnya mekanisme rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit
Kabupaten atau sebaliknya.
Berbagai keadaan yang berkaitan dengan ketrampilan pemberi pelayanan KIA
juga masih merupakan faktor penghambat, antara lain :
- Belum diterapkannya prosedur tetap penanganan kasus gawat darurat
kebidanan secara konsisten.
- Kurangnya pengalaman bidan di desa yang baru ditempatkan di Puskesmas
dan bidan praktik swasta untuk ikut aktif dalam jaringan sistem rujukan saat
ini.
- Terbatasnya ketrampilan dokter puskesmas dalam menangani
kegawatdaruratan kebidanan.
14
- Kurangnya upaya alih teknologi tepat (yang sesuai dengan permasalahan
setempat) dari dokter spesialis RS Kabupaten kepada dokter / bidan
Puskesmas.
Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada seorang ibu hamil, maka
semakin tinggi risiko kehamilannya. Tingginya angka kematian maternal di Indonesia
sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih mampu. Faktor waktu dan
transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko
tinggi.
McCarthy dan Maine (1992) mengemukakan adanya 3 faktor yang
berpengaruh terhadap proses terjadinya kematian maternal. Proses yang paling
dekat terhadap kejadian kematian maternal (determinan dekat) yaitu kehamilan itu
sendiri dan komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas (komplikasi
obstetri). Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara
yaitu status kesehatan ibu, status reproduksi, akses ke pelayanan kesehatan,
perilaku perawatan kesehatan / penggunaan pelayanan kesehatan dan faktor
faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga. Di lain pihak, terdapat juga
determinan jauh yang akan mempengaruhi kejadian kematian maternal melalui
pengaruhnya terhadap determinan antara, yang meliputi faktor sosio kultural dan
faktor ekonomi, seperti status wanita dalam keluarga dan masyarakat, status
keluarga dalam masyarakat dan status masyarakat.
D. UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN MATERNAL
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka kematian maternal.
Pada tahun 1987, untuk pertama kalinya di tingkat internasional diadakan Konferensi
tentang Kematian Ibu di Nairobi, Kenya.
Konferensi yang terakhir, yaitu The Millenium Summit in 2000, dimana semua
anggota PBB berkomitmen pada Millenium Development Goals (MDGs) untuk
menurunkan tiga perempat angka kematian maternal pada tahun 2015.5,30)
15
Keinginan untuk mencapai target untuk menurunkan angka kematian maternal
menjadi tiga perempat (75%) pada tahun 2015 dilakukan karena kesakitan maternal
memberikan kontribusi terbesar bagi kesakitan yang menimpa wanita, terutama di
negara negara berkembang, dan karena intervensi yang dibutuhkan tidak
membutuhkan biaya besar (kurang lebih 3 230 dolar untuk setiap kematian
maternal). WHO pada tahun 1999 memprakarsai program Making Pregnancy Safer
(MPS), untuk mendukung negara negara anggota dalam usaha untuk menurunkan
angka kematian dan kesakitan maternal akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas. MPS merupakan komponen dari prakarsa Safe Motherhood yang dicanangkan
pada tahun 1987 oleh WHO untuk menurunkan kematian maternal. Pada dasarnya,
MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat di setiap negara untuk
menempatkan safe motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana
pembangunan nasional dan internasional; menyusun acuan nasional dan standar
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal; mengembangkan sistem yang
menjamin pelaksanaan standar yang telah disusun; memperbaiki akses pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal, keluarga berencana, aborsi legal; meningkatkan
upaya kesehatan promotif dalam kesehatan maternal dan neonatal serta
pengendalian fertilitas pada tingkat keluarga dan lingkungannya; memperbaiki
sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
a. Intervensi strategis dalam upaya safe motherhood dinyatakan sebagai empat
pilar safe motherhood, yaitu : Keluarga berencana, yang memastikan bahwa
setiap orang / pasangan memiliki akses ke informasi dan pelayanan KB agar
dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan
jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak
diinginkan, yaitu kehamilan yang masuk dalam kategori 4 terlalu (terlalu muda
atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu banyak anak).
b. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin,
dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani
secara memadai.
16
c. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman
dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.
d. Pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko
tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam upaya mempercepat penurunan
angka kematian maternal pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis
empat pilar safe motherhood. Mengingat 90% kematian maternal terjadi di sekitar
persalinan dan 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering
tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan Depkes untuk
mempercepat penurunan angka kematian maternal adalah mengupayakan agar : 1)
setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan, dan 2) pelayanan
obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu hamil.
Dalam pelaksanaan operasional, sejak tahun 1994 diterapkan strategi sebagai
berikut :
a. Penggerakan tim di tingkat Kabupaten (dinas kesehatan dan seluruh jajarannya
sampai ke tingkat kecamatan dan desa, RS Kabupaten dan pihak terkait) dalam
upaya mempercepat penurunan angka kematian maternal sesuai dengan peran
masing masing.
b. Pembinaan daerah yang intensif di setiap kabupaten, sehingga diharapkan :
- Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 90% atau lebih.
- Cakupan penanganan kasus obstetri (risiko tinggi dan komplikasi obstetri
meliputi 10% seluruh persalinan minimal
- Bidan mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratam
obstetri neonatal dan puskesmas sanggup memberikan pelayanan obstetri
neonatal emergensi dasar (PONED), yang didukung RS Kabupaten sebagai
fasilitas rujukan utama yang mampu menyediakan pelayanan obstetri
neonatal emergensi komprehensif (PONEK) 24 jam; sehingga tercipta
17
jaringan pelayanan obstetri yang mantap dengan bidan desa sebagai ujung
tombaknya.
c. Penerapan kendali mutu layanan kesehatan ibu, antara lain melalui penetapan
standar pelayanan, prosedur tetap, penilaian kinerja, pelatiahan klinis dan
kegiatan audit maternal perinatal.
d. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mendukung upaya
percepatan penurunan angka kematian maternal.
e. Pemantapan keikutsertaan masyarakat dalam berbagai kegiatan pendukung
untuk mempercepat penurunan angka kematian maternal.
E. KERANGKA TEORI
Berdasarkan uraian dalam tinjauan pustaka, maka disusun kerangka teori
mengenai faktor faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal yang
bersumber dari kerangka analisis faktor faktor risiko kematian maternal dari James
McCarthy dan Deborah Maine, sebagai berikut :
Faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal dibagi menjadi faktor -
faktor determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Faktor yang
terjadi selama kehamilan, merupakan determinan dekat yang meliputi kejadian
kehamilan, dimana wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi pada
masa kehamilan, persalinan dan nifas, seperti komplikasi perdarahan, preeklamsia /
eklamsia, infeksi, partus lama, dan ruptura uterus akan berpengaruh terhadap
terjadinya kematian maternal.
Determinan antara yang meliputi status kesehatan ibu (status gizi, riwayat
penyakit, riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya, riwayat persalinan
sebelumnya), status reproduksi (usia, paritas, jarak kehamilan, status perkawinan),
akses ke pelayanan kesehatan (lokasi pelayanan kesehatan : KB, pelayanan
antenatal, pelayanan obstetri emergensi, jangkauan pelayanan yang tersedia,
kualitas pelayanan, akses informasi tentang pelayanan kesehatan), perilaku
18
kesehatan (perilaku KB, pemeriksaan antenatal, penolong persalinan, tempat
persalinan, pelaksanaan aborsi yang tidak aman, penggunaan fasilitas kesehatan
ketika terjadi masalah kesehatan) secara langsung mempengaruhi kehamilan,
dimana wanita hamil memiliki risiko untuk terjadinya komplikasi kehamilan dan
persalinan yang akhirnya akan berpengaruh terhadap terjadinya kematian maternal.
Determinan jauh yang meliputi status wanita dalam keluarga dan masyarakat
(pendidikan, pekerjaan, pendapatan), status keluarga dalam masyarakat
(pendapatan keluarga, tempat tinggal, pendidikan anggota keluarga, pekerjaan
anggota keluarga) dan status masyarakat (kesejahteraan, sumber daya di
masyarakat) secara langsung mempengaruhi determinan antara dan secara tidak
langsung mempengaruhi determinan dekat.
19
F. KERANGKA KONSEP
Berdasarkan kerangka teori, maka dibuat kerangka konsep sebagai berikut :
Kematian Ibu
Komplikasi saat
persalinan
Status kesehatan
Penyebab langsungPenyebab tidak
langsung
PerlindungaKepatuhan
Akses
Pengetahuan
Sosial
Ekonomi
Perda
rahan
Infek
si
Tok
semia
Tingkat
Pendidikan
Sosio Cultural
20
BAB III
ANALISA KESENJANGAN DAN STRATEGI
A. ANALISA KESENJANGAN
Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Surakarta bisa dilihat dari
aspek:
1. Masyarakat
a. Masih adanya kesenjangan peran aktif masyarakat/bumil dari kunjungan
pertama (K1) sampai kunjungan akhir (K4).
b. Belum optimalnya pemanfaatan Buku KIA di masyarakat.
c. Hasil pelacakan kematian ibu, salah satu penyebab kematian ibu karena
keterlambatan mengambil keputusan oleh keluarga saat harus dirujuk ke
Rumah Sakit.
2. Pelayanan Kesehatan
a. Belum optimalnya Pemanfaatan Puskesmas PONED oleh masyarakat.
b. Keempat Puskesmas dikondisikan sebagai Puskesmas PONED untuk
mendekatkan akses masyarakat, namun ada beberapa kendala di
antaranya:
1) Sarana prasarana belum memadai sebagai Puskesmas PONED.
2) Masih dirasa kurangnya tim PONED (baru ada 1 tim pada masing-
masing Puskesmas).
3) Belum meratanya keompetensi tenaga kesehatan Puskesmas PONED
4) Tim PONED yang dilatih masih memerlukan pendampingan konsultan
ahli.
Kesemua hal tersebut akan mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan PONED.
21
c. Dari 13 Rumah Sakit yang ada hanya RSUD dr. Moewardi yang mampu
PONEK, sementara RSUD dr. Moewardi harus melayani pula Rujukan dari
wilayah sekitar.
3. Jejaring Mitra Kerja Fasilitas Kesehatan
a. Kurang lebih 73 BPM dan 30 RB tercatat secara resmi mengantongi Ijin
praktek di wilayah Surakarta. Banyaknya fasilitas kesehatan ini di samping
menguntungkan dalam arti kemudahan ketersediaan sarana pelayanan, di
sisi lain perlu perhatian dalam hal jangkauan pemantauan dan
pembinaannya.
b. Sesuai pelacakan kasus kematian maternal, 25% kematian bermula di
fasilitas kesehatan dasar, yaitu keterlambatan merujuk.
c. Belum optimalnya puskesmas sebagai penanggung jawab wilayah dalam
menjalin kerjasama dengan fasilitas kesehatan dasar sebagai mitra kerja
pelayanan kebidanan.
d. Belum optimalnya jejaring pelayanan rujukan dari fasilitas kesehatan dasar.
B. STRATEGI
1. Masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan pemahaman ibu hamil akan
pentingnya melaksanakan ANC berkualitas.
b. Mengefektifkan komunikasi antara nakes dengan masyarakat saat
konsultasi.
c. Mengupayakan Buku KIA menjadi suatu kebutuhan media pembelajaran
(Buku Saku sekaligus sebagai rekam medis ibu anak).
d. Mengoptimalkan peran kader sebagai kader pendamping ibu hamil sampai
persalinannya.
e. Melibatkan seluruh keluarga khususnya pasangan dalam perencanaan
persalinan.
22
2. Pelayanan Kesehatan
a. Peningkatan kompetensi tim PONED.
b. Pembentukan forum dalam rangka pemerataan alih pengetahuan melalui
kegiatan konsolidasi dan diskusi kasus secara rutin.
c. Peningkatan peran konsultan ahli
d. Peningkatan sarana penunjang untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
3. Jejaring Mitra Kerja Fasilitas Kesehatan
a. Pengembangan system jejaring Puskesmas dengan Bidan Praktek Mandiri
(BPM), Rumah Bersalin (RB), Klinik dan Rumah Sakit.
b. Pembinaan secara intensif kepada sarana pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan
23
BAB IV
RENCANA INTERVENSI DAN
RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN (ROK)
A. RENCANA INTERVENSI
1. Pemberdayaan Masyarakat
a. Kegiatan klas Ibu Hamil
b. Pendampingan ibu hamil oleh kader
2. Optimalisasi Puskesmas PONED
a. Pelatihan Tim PONED
b. Pertemuan pembahasan kasus
c. Pendampingan oleh konsultan ahli
d. Pemenuhan sarana dan prasarana Puskesmas PONED sesuai standard.
e. Membentuk Hotline pelayanan Puskesmas PONED.
f. Pemanfaatan Ambulance rakyat
3. Pemberdayaan Jejaring Mitra Informasi Pelayanan Kesehatan
a. Pembentukan sistem jejaring dengan organisasi Profesi (POGI, IDI, IDAI, IBI,
PPNI)
b. Pembentukan Jejaring dengan Pelayanan dasar dan rujukan.
c. Pembinaan dan monitoring pelayanan kesehatan dasar dan rujukan secara
berkala.
24
B. RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN
Besarnya biaya untuk program pemberdayaan kelas hamil, optimalisasi puskesmas poned dan pengembangan jejaring
kemitraan sebesar : Rp. 12.349.675.000,- ( dua belas milyar tiga ratus empat puluh sembilan juta enam ratus tujuh puluh lima ribu
rupiah ). Adapun rincian dan volume kegiatan adalah sebagai berikut :
1. Rencana Operasional Kelas hamil
NO KEGIATAN TAHAP KEGIATAN TUJUAN SASARAN VOLUMEUNIT COST
(Rp) JUMLAH (Rp) ket
1 Kelas HamilA PERSIAPAN
1 Koordinasi tk DKK Koordinasi internal, penyusunan tim, dan job discription
Tim Pelaksana Kelas Ibu Hamil
29 or 15,000 435,000 Tim kota : 29 orang
2 sosialisasi linsek TK Kota
Tersosialisasinya kelas hamil lintas sektoral di Tingkat Kota
Bappeda, Bapermas, PKK Kota, Kecamatan dan PKK Kecamatan, Puskesmas
59 or 15,000 885,000 30 Linsek tk. Kota + 29 Tim Kota
3 Sosialisasi Linsek tk kecamatan
Tersosialisasinya kelas hamil lintas sektoral di Tingkat Kecamatan
Kelurahan, PKK Kelurahan, UPT KB, Kader
202 or 15,000 3,030,000 51 lurah, 51 PKK dan 51 FKK, 17 Puskms X 2 org, 10 DKK (2X 5 kec),
4 konsolidasi tim teknis tk. Puskesmas
tersusunnya rencana kegiatan, jadwal, materi, job discription
Tim Teknis Kelas Ibu Hamil tk. Puskesmas
85 or 15,000 1,275,000 17 Puskm X 5 org
25
5 Pelatihan Kader Pendamping
terselenggaranya pelatihan kader pendamping kelas hamil
kader pendamping 1,273 or 15,000 19,095,000 594 klp X 2 org, 17 Puskm X 5 org
6 Alat pembelajaran ibu hamil (Paket materi pembelajaran)
tersedianya paket pembelajaran (poster, stiker, dan sertifikat)
Ibu Hamil 5,500 or 20,000 110,000,000 5500 ibu hamil
7 Pengadaan uniform bagi kader pendamping
meningkatkan motivasi bagi kader pendamping
kader pendamping 1,188 ok 100,000 118,800,000 2 kader x 594 kelompok
B PELAKSANAAN
1 Pertemuan Kelas Hamil
a Konsumsi ibu hamil
100% ibu hamil peserta mengikuti kelas ibu hamil
Ibu Hamil 99,000 ok 15,000 1,485,000,000 5500 ibu hamil x 18 kali keg
b konsumsi kader dan fasilitator
100% kader dan fasilitator mendampingi kegiatan kelas ibu hamil
bidan, ahli gizi, dan kader 32,076 ok 15,000 481,140,000 2 kader x 594 klp, 1 fasilitator x 594 klp x 18 kali keg
c transprt kader pendamping
kelancaran operasional bagi kader pendamping
kader 21,384 ok 25,000 534,600,000 2 kader x 594 klp x 18 kali keg
d Peket PMT ibu hamil
100% ibu hamil peserta mendapat tambahan PMT
Ibu Hamil (5500 orang) 66,000 paket 100,000 6,600,000,000 5500 ibu hamil x 12 kali keg
2 Wisuda kelas ibu hamil 1 pkt 15,000,000 15,000,000
26
3 Pemberian bingkisan paket persalinan
peserta kelas ibu hamil mendapatkan bantuan paket persalinan
Ibu Hamil (5500 orang) 5,500 ok 100,000 550,000,000 5500 ibu hamil
C MOINITORING & EVALUASI
1 Monitoring pelaksaan Kelas Hamil
Memantau pelaksanaan kelas hamil
Kelas Hamil 153 ok 50,000 7,650,000
2 or x 3 kl x 17 Pusk
2 Pertemuan Evaluasi kelas hamil
Evaluasi kegiatan Kelas Hamil
Tim Pelaksana Kota dan Puskesmas
59 or 15,000 885,000 30 Linsek tk. Kota + 29 Tim Kota
TOTAL 9,927,795,000
27
2. Rencana Operasional Puskesmas PONED
NO KEGIATAN TAHAP KEGIATAN TUJUAN SASARAN VOLUMEUNIT COST
(Rp) JUMLAH (Rp) KET
2 Optimalisasi Puskesmas PONED
1 Pelatihan Tim PONED
Peningkatan kuallitas nakes
Tim PONED 36 org 6,500,000 234,000,000 3 kali pelatihan x 12 orang
2 Pendampingan kasus gawat darurat oleh Dokter Ahli
Penanganan kasus kegawatan
Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan
8 kali 1,750,000 14,000,000 8 kali / tahun
3 Konsultasi DSOG
Konsultasi kasus resti
Ibu hamil beresiko 48 kali 1,750,000 84,000,000 4 pusk x 12 kali
4 Penguatan dan Konsolidasi Tim PONED :- Pertemuan Konsolidasi Tim PONED
Peningkatan kuallitas nakes
Tim PONED 672 ok 15,000 10,080,000 4 pusk x 14 or x 12 kl
- Pertemuan AMP
Pemecahan kasus maternal dan perinatal
Petugas Puskesmas 3 kali 5,000,000 15,000,000 3 kali / tahun
5 Pemenuhan sarana dan prasarana yang sesuai standart
Peningkatan kualitas pelayanan
Puskesmas PONED 1 paket 2,000,000,000 2,000,000,000 terlampir
TOTAL 2,357,080,000
28
3. Rencana Operasional Puskesmas PONED
NO KEGIATAN TAHAP KEGIATAN TUJUAN SASARAN VOLUME UNIT COST (Rp)JUMLAH
(Rp) ket
3 Jejaring Mitra Informasi Fasilitas Kesehatan
1 Pertemuan jejaring Mitra Informasi Fasilitas Kesehatan dan Organisasi Profesi
Peningkatan kualitas pelayanan Swasta
Mitra informasi 2 15,000,000 30,000,000
2 Supervisi Fasilitatif bagi BPM dan RB
Peningkatan kualitas pelayanan Fasilitas Kesehatan
BPM dan RB di Kota Surakarta
618 ok 50,000 30,900,000 3 Kegiatan X 1 Tim (2 org) X (RB 30 + BPM 73)
3 SupervisiFasilitatif bagi RS Rujukan
Peningkatan kualitas pelayanan
RS di Kota Surakarta
78 ok 50,000 3,900,000 3 Keg x 1 Tim (2 org) x 13 RS
TOTAL 64,800,000
29
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendampingan kader dengan konsep ibu asuh kepada ibu hamil melalui
kegiatan kelas ibu hamil merupakan strategi upaya kedekatan dan salah satu
terobosan penggarapan percepatan penurunan angka kematian ibu di Surakarta
Optimalisasi Puskesmas Poned merupakan peningkatan kualitas pelayanan
obsetri neonatal emergensi dasar dan penangan pra rujukan ke PONEK
Jejaring Mitra Informasi Fasilitas Kesehatan merupakan strategi pendekatan
pembinaan dan kemitraan pelayanan sekaligus wadah koordinasi dan pengawasan
sesuai kewenangan dan sebagai alat komunikasi
B. SARAN
Untuk lembaga donor
Besar harapan kami atas dukungan dana untuk realisasi dan kelancaran
kegiatan upaya percepatan penurunan angka kematian ibu di Surakarta
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Buku 1 standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta. 2001
2. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan (hal 1-2)
3. Maternal and Child Health Facultay of Medicine, Gadjah Mada University. Module
Reproduktive Health I, Basic for Public Health (hal 50-54)
4. Maternal and Child Health Facultay of Medicine, Gadjah Mada University Module
4. Population and Family Halth Policy and program
5. Sarwono Prawirohardjo. Buku Acuan Nasional. Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Jakarta . 2000 (hal 3-9)
6. Syafrudin, Hamidah. Kebidanan Komunitas Penerbit Buku Kedokteran .2009 (30-
32)
7. World Health Organization, ICD-10. International Statistical Classification of
Diseases and related Helath Problems. Tenth Revision
Recommended