View
250
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi yang semakin hari semakin pesat perkembangannya sehingga
menuntut perubahan yang mendasar dalam berbagai bidang baik politik,
ekonomi, budaya dan termasuk pendidikan. Ihwal globalisasi di bidang
pendidikan ini sebenarnya telah dirintis badan dunia PBB semenjak dua
dasawarsa yang lalu. Lewat “trilogi pendidikan global” misalnya, badan
dunia PBB di bidang pengembangan ( UNDP ) telah mencanangkan tiga
kebutuhan mendesak bagi pendidikan global, terutama bagi Negara
berkembang, yaitu :1
1. Demokratisasi pendidikan;
2. Modernisasi pendidikan dengan menghormati identitas budaya, serta
3. Adaptasi pendidikan dengan tuntutan pekerjaan produktif searah
dengan kebutuhan lapangan kerja.
Globalisasi menjadi tantangan utama bagi pendidikan Islam di Indonesia.
Pengaruh globalilasi berimplikasi pada pergeseran arah dan posisi pendidikan
Islam Nusantara. Oleh karena itu, menurut Abuddin Nata, Guru Besar Sejarah
dan Filsafat Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta,
program pendidikan harus memadukan penguatan karakter dan moral anak
1Dinn Wahyudin, Supriadi, Ishak Abdulhak, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hal.2.28
1
didik. Namun demikian dikatakan Abuddin, tantangan ini menjadi titik tolak
riset dan pengembangan di setiap lembaga pendidikan Islam. Tujuannya
memperbaiki semua komponen pendidikan Islam antara lain visi, misi, tujuan,
target, kurikulum, kompetensi guru, proses belajar mengajar, manajemen,
fasilitas, keuangan, lingkungan, dan lainnya agar sesuai mampu menjawab
tantangan tersebut. Selain itu, membuat nilai-nilai budaya institusi
berdasarkan nilai-nilai Islam, berdasarkan Alquran, Sunnah, dan khazanah dan
tradisi Islam.2
Dalam pendidikan perubahan tersebut menuntut berbagai tugas yang harus
dikerjakan secara ekstra oleh para tenaga kependidikan sesuai dengan peran
dan fungsinya masing-masing, mulai dari tingkat yang atas sampai ketingkat
yang rendah.
Demikian pula dampak perubahan yang terjadi di masyarakat secara
otomatis akan terefleksi dalam kehidupan sekolah, karena sekolah merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Hal yang perlu diingat adalah
bahwa semua persoalan dan perubahan yang terjadi di masyarakat itu berada
di “depan pintu” sekolah, karena sekolah berada di titik sentral suatu
masyarakat.
Sama halnya dengan keadaan Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau
Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur yang berada di tengah-
2Globalisasi Tantangan Utama Pendidikan Islam di Indonesia, ( http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/09/29/137201, diakses 06 Januari 2011 )
2
tengah masyarakat dan menjadi tumpuan masyarakat sekitarnya dalam
menghadapi berbagai fenomena perubahan yang terjadi.
Secara garis besar, Pendidikan mempunyai fungsi sosial dan individual.
Fungsi sosialnya adalah untuk membantu setiap individu menjadi anggota
masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif masa
lampau dan kini. Fungsi individualnya adalah untuk memungkinkan seorang
menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan
menyiapkannya untuk menghadapi masa depan (pengalaman baru). Proses
pendidikan dapat berlangsung secara formal seperti yang terjadi di berbagai
lembaga pendidikan. Ia juga berlangsung secara informal lewat berbagai
kontak dengan media komunikasi seperti buku, surat kabar, majalah, TV,
radio dan sebagainya atau non formal seperti interaksi peserta didik dengan
masyarakat sekitar.3
Dalam hal ini masyarakat hanya bisa menggantungkan diri pada
sekolah/madrasah sebagai tempat untuk membelajarkan anak-anaknya yang
kemudian makin mempertinggi harapan masyarakat atas peran
sekolah/madrasah. Sehingga wajar apabila semakin lama semakin besar
tuntutan masyarakat akan pendidikan yang berharap semakin mampu
melayani kebutuhan mereka.
Apabila di atas disebutkan bahwa titik sentral masyarakat adalah sekolah,
maka Kepala Sekolah berada di titik paling sentral dalam kehidupan sekolah.
Keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan kinerjanya
3Syafii, Imam. “Lembaga Pendidikan sebagai Agen Perubahan”, ( http://kangsaviking.wordpress.com, diakses 06 Januari 2011 )
3
secara memuaskan banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan kepala
sekolah.
Pada tingkat paling operasional, kepala sekolah adalah orang yang berada
di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran
yang bermutu. Kepala sekolah diangkat untuk menduduki jabatan yang
bertanggunggugat (accountability) mengkoordinasikan upaya bersama
mencapai tujuan pendidikan pada level sekolah masing-masing. Dalam
praktek di Indonesia, kepala sekolah adalah guru senior yang dipandang
memiliki kualifikasi menduduki jabatan itu.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010,
tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah / Madrasah pada Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 yang dimaksud Kepala Sekolah/Madrasah adalah
guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman
kanak-kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa
(TKLB ), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa
( SDLB ), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs),
sekolah menengah pertama luar biasa ( SMPLB), sekolah menengah
atas/madrasah aliyah ( SMA/MA), sekolah menengah kejuruan / madrasah
aliyah kejuruan ( SMK/MAK), atau sekolah menengah atas luar biasa
( SMALB ) yang bukan sekolah bertaraf international ( SBI ) atau yang tidak
dikembangkan menjadi sekolah bertaraf international ( SBI ).
Kemudian untuk diangkat sebagai Kepala Sekolah / Madrasah menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 untuk diangkat
4
sebagai Kepala Sekolah / Madrasah seseorang wajib memenuhi standar kepala
sekolah / madrasah yang berlaku nasional, yaitu standar kualifikasi dan
standar kompetensi. Adapun standar kualifikasi memuat kualifikasi umum
terdiri atas kualifikasi akademik, usia, pengalaman dan pangkat serta
kualifikasi khusus yang memuat ketentuan berstatus sebagai guru dan
memiliki sertifikat sebagai pendidik dan sertifikat sebagai kepala sekolah.
Sedangkan standar kompetensi memuat 5 dimensi kompetensi, yaitu :
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial.
Hingga proposal penelitian ini disusun, Kepala Madrasah Ibtidaiyah
Negeri ( MIN ) Tuyau belum memiliki memiliki sertifikat Pendidik sebagai
guru SD/MI dan belum memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan
oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah bahkan sebelum menjabat sebagai
Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau, yang bersangkutan
berstatus sebagai guru pada MTs Miftahul Anwar Tuyau. Padahal dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah Pasal 1 butir 1 bahwa “Untuk diangkat
sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala
sekolah/madrasah yang berlaku nasional”. Dapat ditegaskan bahwa Kepala
MIN Tuyau yang diangkat melalui surat keputusan Kepala kantor
Kementerian Agama Kabupaten Barito Timur Nomor :
Kw.15.1/1_b/Kp.07.6/0034/2009 tanggal 21 Desember 2009 tidak memenuhi
standar sebagai kepala sekolah / madrasah sebagaimana diwajibkan dalam
peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007.
5
Menurut Prof.Dr.Ir.Moedjiarto,MSc, pemimpin sekolah yang efektif
senantiasa menekankan prestasi, menetapkan strategi pengajaran, dan
meyakinkan akan adanya situasi yang teratur. Evaluasi terhadap kemajuan
siswa, koordinasi program – program pengajaran, dan memberikan dorongan
kepada guru juga dilakukan aktif. Dukungan atas dorongan terhadap guru
akan menciptakan iklim sekolah yang positif, dan memberikan semangat dan
motivasi bagi guru untuk meningkatkan prestasinya.4
Dalam penelitian pendahuluan penulis, kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri
( MIN ) Tuyau telah memberikan rekomendasi izin belajar bagi guru PNS
dalam rangka meningkatkan prestasi kompetensi akademik guru yang
diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, hal ini
sejalan dengan poin dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah pada point
(d ), yaitu mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju
organisasi pembelajar yang efektif dan pada point (f), yaitu mengelola guru
dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
Dalam pengamatan Penulis para guru pun bersemangat dengan adanya
dorongan motivasi untuk meningkatkan prestasinya dengan ditandai adanya
iklim kondusif diantara para guru berupa terpeliharanya hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial yang ditunjukkan dengan
kebersamaan dana transportasi kuliah Dual Mode System ke STAIN Palangka
Raya. Adanya dana pengganti yang diberikan kepada guru non PNS mengisi
mata pelajaran selama para guru PNS mengikuti perkuliahan yang secara
4Prof.Dr.Ir.Moedjiarto,MSc, Sekolah Unggul Metodologi untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Anggota IKAPI: Duta Graha Pustaka, 2002), hal.82
6
sukarela diberikan dari gaji guru atau biaya Lauk Pauk. Dalam hal ini guru
Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau telah menunjukkan sikap yang
disebutkan dalam ayat 7 Kode Etik Guru bahwa “Guru memelihara hubungan
seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial”, ini berarti
bahwa motivasi yang diberikan oleh kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri
( MIN ) Tuyau telah membangun motivasi sikap profesional kerja guru pada
Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau.
Namun pada dimensi kompetensi sosial terdapat ketidaksesuaian yaitu
pada point (a), yaitu bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah. Pada dimensi ini, berdasarkan wawancara pendahuluan
penulis dengan Kepala UPT.DISDIKMUDORA Kecamatan Pematang Karau
Dinyatakan bahwa kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau tidak
aktif dalam pertemuan – pertemuan rutin yang diadakan oleh pihak
UPT.DISDIKMUDORA. Sikap kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN )
Tuyau berlanjut pada sikap guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau
yang kurang memberikan sebagian waktunya untuk kepentingan pembinaan
profesi guru padahal pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia
disebutkan bahwa “Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan”. Kebijaksanaan pendidikan Negara dipegang oleh
pemerintah, dalam hal ini oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Bahkan
tidak ada satupun guru termasuk kepala madrasah secara kreatif yang
merupakan tanggung jawab moral dan antusiasme yang tinggi membuat dan
7
memuat tulisan pada majalah ilmiah yang diterbitkan dibawah naungan
Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama.
Dalam pengelolaan madrasah, guru – guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri
( MIN ) Tuyau yang menjabat sebagai Wakil Kepala Madrasah mendapat
insentif. Menurut Prof.Dr.Ir.Moedjiarto,MSc , Insentif diberikan karena suatu
prestasi yang baik, pada akhir suatu kegiatan, dengan tujuan untuk
memberikan dorongan dan semangat kerja bagi penerimanya.5
Berkaitan dengan ganjaran tersebut, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri
( MIN ) Tuyau menetapkan insentif untuk mendorong keberhasilan dalam
pekerjaan,prestasi, dan perilaku dalam organisasi dibidang kurikulum,
kesiswaan serta sarana dan prasarana. Akan tetapi adanya suatu gejala yang
ditunjukkan bahwa peran – peran yang dijabat guru sebagai wakil kepala
madrasah tidak berjalan ideal sebaliknya kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri
( MIN ) Tuyau secara aktif dan tanpa mengkomunikasikan dalam rapat dewan
guru serta tanpa memberikan intruksi terlebih dahulu telah mengadakan
pembelian sarana prasarana menurut kepentingan yang diyakini dipandang
perlu. Meskipun demikian, insentif dimaksud tetap dibayarkan sepenuhnya.
Tentu saja kepala sekolah bukan satu-satunya determinan bagi efektif
tidaknya suatu sekolah karena masih banyak faktor lain yang perlu
diperhitungkan. Ada guru yang dipandang sebagai faktor kunci yang
berhadapan langsung dengan para peserta didik. Adapun pengertian guru
sebagaimana pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Undang – Undang
5 Ibid, hal.115
8
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam
undang – undang ini yang dimaksud dengan guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pasal 52 menyebutkan bahwa guru
memiliki beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan
sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka per minggu.
Hingga saat ini di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau, semua
guru tidak dapat melaksanakan tugas ideal sesuai dengan peraturan
pemerintah, yaitu dengan beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu. Hal tersebut terjadi karena kondisi madrasah yang
kekurangan guru PNS namun kelebihan guru non PNS. Wajib mengajar paling
sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu dapat dipenuhi dengan
mengajar di sekolah/madrasah lain baik negeri maupun swasta sesuai dengan
mata pelajaran yang diampu pada kabupaten/kota tempat sekolah/madrasah
tersebut berada atau kabupaten/kota lain. Akan tetapi tidak ada satupun guru
PNS di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau untuk memenuhi
kewajiban mengajar dengan mengajar disekolah/madrasah lain baik negeri
maupun swasta. Sehubungan dengan hal ini Kepala Madrasah Ibtidaiyah
Negeri ( MIN ) Tuyau menjawab dalam komunikasi pendahuluan penulis
tanggal 10 Januari 2011 bahwa : “untuk PNS belum sertifikasi hanya 18 jam
tatap muka.
9
Selain hal-hal tersebut diatas, apa yang bisa dilihat pada Madrasah
Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau, adalah bahwa guru secara aktif memberikan
PR pada siswa, mengoreksi,dan mengembalikannya pada siswa disertai
petunjuk – petunjuk yang penting untuk perbaikan dan peningkatan prestasi
belajar siswa, merupakan suatu pertanda,bahwa terdapat kefektifan guru.
Tetapi terhadap siswa yang tertinggal, guru belum mengadakan program
remedy, dan untuk siswa lainnya belum pernah diadakan program pengayaan.
Berdasarkan keadaan antara aturan dengan pelaksanaan terdapat
kesenjangan yang menimbulkan ketidakpuasan peneliti terhadap
kepemimpinan kepala sekolah. Maka disinilah perlu untuk melakukan suatu
penelitian dan penggalian informasi lebih mendalam untuk mengetahui
Kepemimpinan Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN )
Tuyau Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur.
Dengan penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti bermaksud untuk
dapat menjaring informasi masalah yang betul-betul masalah mengenai
kepemimpinan kepala sekolah yang sesungguhnya di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri ( MIN ) Tuyau Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur.
Jika memang dari penelitian diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah
Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau belum efektif dan belum dikerjakan secara
ekstra dalam menghadapi tuntutan perubahan dunia pendidikan maka peneliti
menawarkan saran untuk perbaikan disertai dengan bukti- bukti atau alasan –
alasan yang berdasar.
10
B. Fokus Penelitian
Dari pra penelitian dan permasalahan yang terkait dengan Peraturan-
peraturan maupun teori-teori yang telah ada diketahui bahwa ada masalah
tentang kepemimpinan Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
( MIN ) Tuyau Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur. Sebagai
lembaga pendidikan Islam sekaligus tumpuan tuntutan masyarakat sekitarnya
akan pendidikan, Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau kurang bekerja
ekstra dalam menjawab tantangan globalisasi dan berbagai fenomena
perubahan dengan berbagai tugas yang harus dikerjakan baik pada tingkat
paling operasional , yaitu Kepala Sekolah / Madrasah maupun Guru yang
dipandang sebagai faktor kunci yang berhadapan langsung dengan para
peserta didik.
Gejala – gejalanya yaitu sebagai berikut :
1. Ditetapkannya Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau oleh
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Barito Timur tanpa
didasarkan telah terpenuhinya kewajiban oleh yang bersangkutan
sebagaimana kualifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, yaitu pada point 2,
dimana Kepala Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah ( SD/MI ) adalah
sebagai berikut :
1) Berstatus sebagai guru SD/MI;
2) Memiliki Sertifikat Pendidik sebagai guru SD/MI;dan
11
3) Memiliki sertifikat Kepala SD/MI yang diterbitkan oleh
Lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
2. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau berdasarkan
wawancara pendahuluan peneliti Kepala UPT. DISDIKMUDORA
Kecamatan Pematang Karau dinyatakan bahwa Kepala Madrasah
Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau tidak aktif dalam pertemuan –
pertemuan rutin yang diadakan Kantor UPT. DISDIKMUDORA
berbeda dengan Kepala Madrasah sebelumnya yang diakui senantiasa
menghadiri pertemuan-pertemuan dimaksud.
3. Sikap guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau kurang
memberikan sebagian waktunya untuk kepentingan pembinaan profesi
guru ditandai dengan tidak adanya guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri
( MIN ) Tuyau yang secara kreatif membuat dan memuat tulisan pada
majalah ilmiah yang diterbitkan dibawah naungan Kementerian
Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama.
4. Adanya Insentif yang diberikan kepada guru-guru yang ditunjuk
sebagai Wakamad Kurikulum, Wakamad Kesiswaan, dan Wakamad
Sarana Prasarana akan tetapi ada gejala yang menunjukkan bahwa
peran – peran Wakamad tidak berjalan ideal namun insentif tetap
dipenuhi pembayaran sepenuhnya.
5. Guru – guru PNS di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau tidak
dapat melaksanakan tugas sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 tentang Guru pasal 52 yang menyebutkan bahwa guru
12
memiliki beban kerja paling sedikit 24 ( dua puluh empat ) jam tatap
muka dan sebanyak-banyaknya 40 ( empat puluh ) jam tatap muka
perminggu.
6. Terhadap siswa yang tertinggal, guru – guru Madrasah Ibtidaiyah
Negeri ( MIN ) Tuyau belum pernah mengadakan program Remedy
dan untuk siswa lainnya belum pernah diadakan program pengayaan.
7. Dalam keadaan sebagaimana disebutkan diatas, calon peneliti masih
akan mencoba menganalisis gejala – gejala negatif yang ada,
misalnya : banyaknya guru melanggar aturan, tidak disiplin, kurang
bertanggung jawab, dan lain – lain.
Disamping melihat “hal yang tidak beres”, calon peneliti juga melihat
hal-hal lain yang sifatnya positif, baik, pantas dijadikan contoh yang
merangsang calon peneliti untuk mengajukan pertanyaan – pertanyaan
penelitian untuk dicari jawabannya, yaitu sebagai berikut :
1. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau telah
memberikan rekomendasi izin belajar untuk semua guru PNS
dalam rangka meningkatkan prestasi kompetensi akademik guru
sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008.
2. Guru secara aktif memberikan PR pada siswa, mengoreksi,dan
mengembalikannya pada siswa disertai petunjuk – petunjuk yang
penting untuk perbaikan dan peningkatan prestasi belajar siswa.
13
Dengan berbagai permasalahan yang dikemukakan diatas berdasarkan
studi pendahuluan maupun wawancara keberbagai sumber maka
kedudukan masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana seseorang tanpa memiliki sertifikat sebagai Pendidik
SD/MI, tanpa memiliki sertifikat sebagai Kepala SD/MI, bukan
berstatus sebagai guru SD/MI dapat menjadi Kepala Madrasah
Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau.
2. Bagaimana Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau
berperilaku.
3. Apa yang dilakukan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN )
Tuyau dalam memajukan mutu tenaga kependidikan di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau.
Berdasarkan penjelajahan umum calon peneliti, diperolah gambaran
umum pada tahap permukaan sebagaimana domain atau gejala yang terkait
diatas serta sebagai upaya untuk memahami secara luas dan mendalam
tentang situasi kepemimpinan Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri ( MIN ) Tuyau Kecamatan Pematang Karau maka fokus penelitian,
yaitu Kepemimpinan Kepala Sekolah.
C. Rumusan Masalah
Supaya masalah diatas dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang
akan diteliti dirumuskan calon peneliti dalam kalimat pertanyaan, yaitu
14
sebagai berikut rumusan masalah deskriftif. Rumusan masalah deskriftip
adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi
dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan
mendalam.6
Adapun rumusan masalah deskriftif dalam permasalah penelitian disini
adalah sebagai berikut : Bagaimanakah kesiapan dan kompetensi Sumber
Daya Manusia ( SDM ) Kepala Sekolah dalam proses pelaksanaan tugas
kepemimpinan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk melihat kesiapan dan kompetensi Sumber Daya Manusia
( SDM ) Kepala Sekolah dalam proses pelaksanaan tugas
kepemimpinan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau.
2. Untuk dapat menawarkan saran kepada Kepala Sekolah agar makin
menyadari bahwa jabatan Kepala Sekolah bukan merupakan jabatan
yang bersifat teknis pengajaran, melainkan merupakan jabatan atau
tugas- tugas yang bersifat administratif dan pengawasan, yaitu tugas –
tugas yang melibatkan kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, pengendalian, komunikasi, pengarahan secara strategis
dan taktis. Tugas – tugas yang memerlukan kemampuan profesional
dalam manajerial dan administratif.
6Prof.Dr.Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ( Bandung : CV. Alfabeta, 2008 ), hal. 209
15
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan penelitian.
Kalau tujuan penelitian dapat tercapai, dan rumusan masalah dapat terjawab
secara akurat maka manfaat penelitian adalah :
1. Manfaat untuk mengembangkan ilmu / kegunaan teoritis.
2. Manfaat praktis, yaitu diperoleh informasi mengenai kepemimpinan
Kepala Sekolah . Atas dasar informasi tersebut dapat disarankan untuk
mempertahankan ( kalau sudah baik ) atau meningkatkan
( kalau belum baik ) sehingga didapatkan strategi membantu
memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada Kepala
Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau Kecamatan
Pematang Karau.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
16
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah / Madrasah
Perubahan yang serba cepat dalam kehidupan masyarakat, akibat
perkembangan ilmu dan teknologi, serta macam-macam tuntutan kebutuhan
dari berbagai sektor sangat berpengaruh terhadap kehidupan sekolah /
madrasah.
Sekolah / madrasah sebagai sistem terbuka, sebagai sistem sosial, dan
sekolah sebagai agen perubahan, bukan hanya peka penyesuaian diri,
melainkan seharusnya pula dapat mengantisipasikan perkembangan –
perkembangan yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Salah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah/madrasah yang
berperan bertanggungjawab menghadapi perubahan adalah Kepemimpinan
Kepala Sekolah/Madrasah.
Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang
sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi.7 Keberhasilan organisasi
sekolah banyak ditentukan keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan
peranan dan tugasnya.8 Lebih lanjut tugas pokok Kepala Sekolah/madrasah
adalah mengelola (memanaj) penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.9
Jadi, kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber daya yang
dimiliki lembaga. Oleh karena itu kepemimpinan disebut sebagai fungsi
7Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.15
8Direktur Tenaga Kependidikan, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar (Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hal.7
9Rokhmaniyah, Perilaku Kepemimpinan Entrepreneurship Kepala Sekolah, (Jurnal Tenaga Kependidikan Vol. 4, No. 1, April 2009), hal.75.
17
organik dalam proses manajemen. Adapun fungsi organic dalam proses
manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengerahan (leading),dan pengawasan (controlling).10 Menurut
Wahjosumidjo, proses manajemen kepala sekolah adalah pada kegiatan
berikut : 11
1. Merencanakan, dalam arti kepala sekolah harus benar-benar
memikirkan dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan
tindakan yang harus dilakukan;
2. Mengorganisasikan, berarti bahwa kepala sekolah harus mampu
menghimpun dan mnegkoordinasikan sumber daya manusia dan
sumber – sumber material sekolah, sebab keberhasilan sekolah sangat
bergantung pada kecakapan dalam mengatur dan mendayagunakan
berbagai sumber dalam mencapai tujuan;
3. Memimpin, dalam arti kepala sekolah mampu mengarahkan dan
mempengaruhi seluruh sumber daya manusia untuk melakukan tugas-
tugasnya yang esensial. Dengan menciptakan suasana yang tepat
kepala sekolah membantu sumber daya manusia untuk melakukan hal-
hal yang paling baik;
4. Mengendalikan, dalam arti kepala sekolah memperoleh jaminan,
bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan. Apabila terdapat kesalahan
10Direktur Tenaga Kependidikan, Manajemen Sekolah Dasar (Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hal.16.
11Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.94.
18
diantara bagian-bagian yang ada dari sekolah tersebut, kepala sekolah
harus memberikan petunjuk dan meluruskan.
Sekolah/madrasah merupakan salah satu bentuk organisasi pendidikan.
Kepala sekolah/madrasah merupakan pemimpin pendidikan di
sekolah/madrasah. Jika pengertian kepemimpinan tersebut diterapkan dalam
organisasi pendidikan, maka kepemimpinan pendidikan bisa diartikan sebagai
suatu usaha untuk menggerakkan orang-orang yang ada dalam organisasi
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.12 Tetapi sebelum menguraikan
kepemimpinan kepala sekolah ada dua buah kata kunci yang dapat dipakai
sebagai landasan untuk memahami lebih jauh tugas dan fungsi kepemimpinan
kepala sekolah/madrasah.
Kedua kata tersebut adalah “Kepala Sekolah” dan “Sekolah Dasar” atau
“Madrasah”. Kata “Kepala Sekolah” dalam Kamus Bahasa Indonesia dapat
diartikan orang (guru) yang memimpin suatu sekolah.13 Menurut
Wahjosumidjo kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai : “seorang tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.14
Kemudian dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional ( Peraturan Menteri
12Direktur Tenaga Kependidikan, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar (Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hal.11
13 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.,Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,2008), hal. 73714Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.83
19
Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007), kepala sekolah adalah guru yang
diberi tugas tambahan untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhotul athfal
(TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar
biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah
menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau sekolah
menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf internasional
(SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional
(SBI).
Adapun kata “Sekolah ” berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti
secara harfiah dan istilah. Secara harfiah skhole berarti waktu luang atau waktu
senggang, sedangkan secara istilah kata skhole berarti waktu luang yang
digunakan secara secara khusus untuk belajar (leisure devoted to learning).15
Adalah seorang John Amos Comenius, melalui mahakaryanya yang kemudian
dianggap sebagai fons et erigo nya ilmu pendidikan (tepatnya: teori
pengajaran), yakni kitab Didactica Magma, melontarkan gagasan pelembagaan
pola proses pengasuhan anak-anak itu secara sistematis dan metodis, terutama
karena kenyataan memang adanya keragaman latar belakang dan proses
perkembangan anak-anak asuhan tersebut yang memerlukan penanganan
khusus. Melanjutkan tradisi Comenius, adalah seorang berkebangsaan Swiss,
Johann Heinrich Pestalozzi, pada abad-18, tampil dengan gagasan yang lebih
15 Asal Mula Kata Sekolah, ( http://simpatizone.telkomsel.com/web/funzone/Education/Asal_Mula_Kata_Sekolah)
20
terinci. Orang ini melangkah lebih jauh dengan mengatur pengelompokan
anak-anak asuhannya secara berjenjang, termasuk perjenjangan urutan kegiatan
(kemudian disebut “pelajaran”) yang harus mereka lalui secara betahap. Juga
pengaturan tentang cara-cara mereka harus melalui pelajaran tersebut pada
setiap tahapan menurut batasan-batasan khas dan terbaku. Upaya yang
kemudian dikenal dengan nama “Sistem Klasikal Pestalozzi” ini, akhirnya
menjadi cikal-bakal pola pengajaran sekolah-sekolah modern yang kita kenal
sekarang dengan perjenjangan kelas dan tingkatannya.16
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “Sekolah” artinya bangunan atau
lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi
pelajaran (menurut tingkatannya, ada) -- dasar, -- lanjutan.17. Sedangkan
Sekolah Dasar adalah Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar
pendidikan adalah sekolah dasar. Di Indonesia Sekolah dasar (disingkat SD ;
Inggris : Elementary School) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari
kelas 1 sampai kelas 6.18 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
2010 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010
tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada Pasal 1 ayat 8 yang
dimaksud dengan Sekolah Dasar, yang selanjutnya disingkat SD,adalah salah
satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
umum pada jenjang pendidikan dasar.
16Sekolah : dari Athena ke Cuernavaca(http://arahbalik.blogspot.com/2008/01/sekolah-dari-athena-ke-cuernavaca.html)17Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.,Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,2008), hal. 138418 Sekolah Dasar ( http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar )
21
Kemudian kata “Madrasah” dalam bahasa Arab adalah bentuk kata
"keterangan tempat" (zharaf makan) dari akar kata "darasa". Secara harfiah
"madrasah" diartikan sebagai "tempat belajar para pelajar", atau "tempat untuk
memberikan pelajaran". Dari akar kata "darasa" juga bisa diturunkan kata
"midras" yang mempunyai arti "buku yang dipelajari" atau "tempat belajar";
kata "al-midras" juga diartikan sebagai "rumah untuk mempelajari
kitabTaurat". Kata "madrasah" juga ditemukan dalam bahasa Hebrew atau
Aramy, dari akar kata yang sama yaitu "darasa", yang berarti "membaca dan
belajar" atau "tempat duduk untuk belajar". Dari kedua bahasa tersebut, kata
"madrasah" mempunyai arti yang sama: "tempat belajar". Jika diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia, kata "madrasah" memiliki arti "sekolah" kendati
pada mulanya kata "sekolah" itu sendiri bukan berasal dari bahasa Indonesia,
melainkan dari bahasa asing, yaitu school atau scola. Sungguhpun secara
teknis, yakni dalam proses belajar-mengajarnya secara formal, madrasah tidak
berbeda dengan sekolah, namun di Indonesia madrasah tidak lantas dipahami
sebagai sekolah, melainkan diberi konotasi yang lebih spesifik lagi, yakni
"sekolah agama", tempat di mana anak-anak didik memperoleh pembelajaran
hal-ihwal atau seluk-beluk agama dan keagamaan (dalam hal ini agama
Islam).19
Di dunia pendidikan di Tanah air, pemerintah menyetarakan pendidikan
dasar dengan Madrasah Ibtidaiyah, pendidikan menengah pertama dengan
Madrasah Tsanawiyah,dan pendidikan menengah atas dengan Madrasah
Aliyah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 pada pasal 1 ayat
19 www.pendis.kemenag.go.id/madrasah/ebook/00001/Bab_I.pdf
22
9 yang dimaksud dengan Madrasah Ibtidaiyah, yang selanjutnya disingkat MI,
adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri
Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama
Islam pada jenjang pendidikan dasar.
Menteri Agama Surya Dharma Ali menyebutkan, jumlah madrasah di
Indonesia saat ini 40.848 unit, terdiri atas 23.519 unit madrasah ibtidaiyah
(MI), 12.054 unit madrasah tsanawiyah (MTs) dan 4.687 madrasah aliyah
(MA). Dari jumlah tersebut, 91,5 persen di antaranya berstatus swasta.20
Jadi pengertian Kepala Madrasah disini adalah Guru yang diberi tugas
tambahan untuk memimpin Madrasah Ibtidaiyah.
Berkenaan dengan kepemimpinan ini, kepala madrasah memiliki tanggung
jawab moral keagamaan disamping sebagai pemimpin dibidang pengajaran dan
pengembangan kurikulum, administrasi kesiswaan, administrasi personalia
staf, hubungan masyarakat, administrasi school plant, perlengkapan dan
organisasi madrasah. Cara kerja kepala madrasah dan cara ia memandang
peranannya dipengaruhi oleh kepribadiannya. Dalam Al-Qur’an Surat An-
Nisaa ayat 83 Allah berfirman: 21
و�ف� و� ال�خ�ر� م�ن� األ�م�ن� أ� م�
اءه�م� أ� �ذ�ا ج� إ و�
�ل�ى إ ول� و� س� ��ل�ى الر د�وه� إ ل�و� ر� � ب�ه� و� �ذ�اع�وا أ20 Menag: Madrasah Bukan Lembaga Kelas Dua. ( http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/03/29/108605-menag-madrasah-bukan-lembaga-kelas-dua). Online : Senin, 29 Maret 2010, 14:45 WIB21Prof.Dr.Veitzal Rivai,M.B.A, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada, 2006). hal.112
23
ت�نب�ط�ون�ه� ه� ال�ذ�ين� ي�س� م� ل�ع�ل�م� ن�ه� ر� م� ل�ي األ�م� و� أ�
ت�ه� م� ح� ل� الل5ه� ع�ل�ي�ك�م� و�ر� ل�و�ال� ف�ض� م� و� ن�ه� م�
ل�يال: ي�ط�ان� إ�ال� ق� �ال�ت�ب�ع�ت�م� الش
Artinya : (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka
di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar;
dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Upaya kepemimpinan kepala madrasah adalah upaya kepemimpinan yang
diselenggarakan oleh kepala madrasah melalui kemampuan dan kesiapan yang
dimilikinya untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun dan
menggerakkan, dan kalau perlu memaksa orang lain untuk berbuat sesuatu
yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.
Wahjosumidjo menggambarkan fungsi pemimpin menurut pendapat James
A.F.Stoner adalah sebagai berikut : 22
22Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.42
24
Fungsi Pemimpin
Kemudian empat macam tugas penting seorang pemimpin yang dikutip
Wahjosumidjo dari pendapat Selznik adalah sebagai berikut : 23
1. Mendefinisikan misi dan peranan organisasi ( involves the definition of
the institutional organizational mission and role ).
2. Fungsi kedua seorang pemimpin adalah merupakan pengejewantahan
tujuan organisasi ( the institutional embodiment or purpose).
3. Mempertahankan keutuhan organisasi ( to defend the organization’s
integration) .
4. Tugas terakhir seorang pemimpin adalah mengendalikan konflik
internal yang terjadi didalam organisasi ( the ordering of internal
conflict ).
Selanjutnya, konsep keberhasilan kepemimpinan. Menurut
Wahjosumidjo, keberhasilan kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan
tingkat kepedulian seorang pemimpin terlibat terhadap kedua orientasi, yaitu
apa yang telah dicapai oleh organisasi (organizational achievement) dan
pembinaan terhadap organisasi (organizational maintenance). Organizational
achievement mencakup : produksi, pendanaan, kemampuan adaptasi dengan
program – program inovatif dan sebagainya. Sedangkan organizational
23 Ibid, hal.42
25
Pemecahan Masalah*
Pembinaan Kelompok
maintenance, berkaitan dengan variabel kepuasan bawahan, motivasi, dan
semangat kerja.24
Didalam organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu :
kepemimpinan formal ( formal leadership) dan kepemimpinan informal
( informal leadership). Kepemimpinan formal terjadi apabila dilingkungan
organisasi jabatan otoritas formal dalam oganisasi tersebut diisi oleh orang-
orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan
kepemimpinan informal terjadi, dimana kedudukan pemimpin dalam suatu
organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang
lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan
mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari
anggota organisasi yang bersangkutan. kerja.25
Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang
– orang tanpa didasarkan atas pertimbangan – pertimbangan. Siapapun yang
akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta
persyaratan - persyaratan tertentu seperti : latar belakang pendidikan,
pengalaman, usia, pangkat dan integritas. Oleh sebab itu kepala sekolah pada
hakikatnya adalah pejabat formal, sebab pengangkatannya melalui suatu proses
dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku.26 Di Indonesia,
proses dan prosedur pengangkatan kepala sekolah mengacu pada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala
Sekolah / Madrasah; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun
24 Ibid, hal.4925 Ibid, hal.8426 Ibid, hal.85
26
2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah; dan untuk
penyiapan, pengembangan, pemberdayaan kepala sekolah sesuai dengan
standar nasional pendidikan, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 6 Tahun 2009 menetapkan Lembaga Pengembangan dan
Pemberdayaan Kepala Sekolah yang selanjutnya dalam Peraturan Menteri ini
disebut LPPKS sebagai pelaksana teknis di lingkungan Departemen
Pendidikan Nasional di bidang pengembangan dan pemberdayaan kepala
sekolah, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional.
Adapun variabel penelitian kepemimpinan meliputi :
1. Gaya kepemimpinan
Menurut Wahjosumidjo, masing – masing dimensi ditandai dengan
berbagai ciri sebagai berikut : 27
a. Kepemimpina struktural
1) Cepat mengambil tindakan dalam keputusan yang mendesak;
2) Melaksanakan pendelegasian yang jelas dan menentukan
kepada para anggota staf;
3) Menekankan kepada hasil dan tujuan organisasi;
4) Mengembangkan suatu pandangan organisasi yang kohesif
sebagai dasar pengambilan keputusan;
5) Memantau penerapan keputusan;dan
27 Ibid, hal.27
27
6) Memperkuat relasi yang positif dengan pemerintah ataupun
masyarakat setempat.
b. Kepemimpinan fasilitatif, dengan indikasi :
1) Mengusahakan dan menyediakan sumber-sumber yang
diperlukan;
2) Menetapkan dan memperkuat kembali kebijakan organisasi;
3) Menekan atau memperkecil kertas kerja yang birokratis;
4) Memberikan saran atas masalah kerja yang terkait;
5) Membuat jadwal kegiatan; dan
6) Membantu pekerjaan agar dilaksanakan.
c. Kepemimpinan Suportif, yang mencakup :
1) Memberikan dorongan dan penghargaan atas usaha orang
lain;
2) Menunjukkan keramahan dan kemampuan untuk melakukan
pendekatan;
3) Mempercayai orang lain dengan pendelegasian dan tanggung
jawab;
4) Memberikan ganjaran atas usaha perseorangan; dan
5) Meningkatkan moral/semangat staf.
d. Kepemimpinan Partisipatif, ialah perilaku kepemimpinan yang
menunjukkan tanda – tanda :
1) Pendekatan akan berbagai persoalan dengan pikiran terbuka;
28
2) Mau atau bersedia memperbaiki posisi yang telah terbentuk;
3) Mencari masukan dan nasihat yang menentukan;
4) Membantu perkembangan kepemimpinan yang posisional dan
kepemimpinan yang sedang tumbuh;
5) Bekerja secara aktif dengan perseorangan atau kelompok; dan
6) Melibatkan orang lain secara tepat dalam pegambilan
keputusan.
2. Situasi kepemimpinan
Wahjosumidjo menyimpulkan dari hasil penelaahan para pakar,
bahwa model kepemimpinan - situasi mengandung pokok-pokok
pikiran : 28
a. Dimana pemimpin itu berada melaksanakan tugasnya dipengaruhi
oleh faktor – faktor situasional, yaitu : jenis pekerjaan,
lingkungan organisasi, karakteristik individu yang terlibat dalam
organisasi;
b. Perilaku kepemimpinan yang paling efektif, ialah perilaku
kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kematangan
bawahan;
c. Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang selalu membantu
bawahan dalam pengembangan dirinya dari tidak matang menjadi
matang.
28 Ibid, hal.30
29
Ada tujuh tingkat proses pematangan yaitu :
- Pasif aktif;
- Tergantung tidak tergantung;
- Mampu melakukan sedikit cara
Mampu melakukan banyak cara;
- Minat yang dangkal minat yang dalam;
- Pandangan jangka pendek pandangan luas;
- Jabatan bawahan jabatan atas;
- Kurang percaya diri sadar diri dan terkontrol.
d. Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari satu
situasi ke situasi lain. Oleh sebab itu dalam kepemimpinan situasi
penting bagi setiap pemimpin untuk mengadakan diagnose
dengan baik terhadap situasi. Pemimpin yang baik menurut teori
ini adalah pemimpin yang mampu :
1) Mengubah – ubah perilakunya sesuai dengan situasi; dan
2) Memperlakukan bawahan sesuai dengan tingkat
kematangannya yang berbeda-beda.
3) Pola perilaku kepemimpinan yang cenderung mengarahkan
( direktif ) selalu member petunjuk kepada bawahan;dan ada
pula pemimpin yang cenderung memberikan dukungan
( suportif ).
30
3. Iklim kerja organisasi.
Dalam perspektif pendidikan, Wahjosumidjo menggambarkan iklim
sekolah sebagai berikut :29
a. Suasana terbuka ( the open climate )
1) Melukiskan suasana sekolah yang penuh semangat kerja
( energetic);
2) Organisasi hidup dan bergerak kea rah tujuan;
3) Organisasi mampu memberikan kepuasan kebutuhan daripada
anggota kelompok;
4) Kepemimpinan tumbuh dengan mudah dan tepat dari
kelompok maupun dari pemimpin;
5) Ciri utama suasana terbuka adalah keaslian ( authenticity )
perilaku yang terjadi diantara seluruh anggota.
b. Suasana otonom ( the autonomouns climate )
Suasana atau iklim yang melukiskan :
1) Kepemimpinan muncul terutama dari bawah;
2) Pemimpin menggunakan sedikit pengaruh terhadap anggota –
anggota kelompok;
3) Rasa kesatuan yang tinggi ( esprit ) terutama hasil dan
kepuasan kebutuhan sosial;
4) Kepuasan dan keberhasilan pekerjaan juga muncul, tetapi ke
tingkat yang lebih sedikit.
29Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.163 - 165
31
c. Suasana yang terkendali ( the controlled climate )
Ditandai dengan ciri – ciri :
1) Berorientasi kepada impersonal ( tidak ditujukan kepada dan
orang tertentu ) orientasi tinggi kepada tugas;
2) Perilaku kelompok diarahkan kepada pencapaian penyelesaian
tugas;
3) Sebaliknya secara relatif perhatian sedikit diberikan kepada
kepuasan kebutuhan sosial;
4) Semangat agak tinggi, tetapi ini merupakan refleksi
keberhasilan dengan mengorbankan ( at some expense ) pada
kepuasan kebutuhan sosial;
5) Suasana kurang terbuka, atau kurang menunjukkan kesetiaan
perilaku.
d. Suasana akrab ( the familiar climate )
Ditandai dengan :
1) Hubungan pribadi tinggi, tetapi dibawah pengawasan;
2) Anggota organisasi puas terhadap kebutuhan sosialnya, tetapi
relatif mereka harus sedikit menaruh perhatian terhadap
kontrol sosial berkaitan dengan ( in respect to )
pencapaian/penyelesaian tugas;
3) Semangat bukan merupakan suatu yang luar biasa ( tinggi ),
karena kelompok yakin sedikit mendapat kepuasan dari
keberhasilan tugas;
32
4) Banyak perilaku dalam suasana akrab ini diartikan
( construe ) sebagai yang tidak otentik.
e. Suasana kebapakan ( the paternal climate )
Dalam suasana kebapakan hubungan antara kepala sekolah dengan
kelompok-kelompok dibawahnya dapat digambarkan sebagai
hubungan antara bapak dengan anak. Oleh sebab itu dalam iklim
kebapakan ini, kepala sekolah tidak menggunakan kepemimpinannya
untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan yang dimilikinya.
Ciri – ciri yang lain dalam suasana ini :
1) Terdapat sedikit kepuasan;
2) Semangat kerja diantara para anggota rendah.
f. Suasana tertutup ( the closed climate )
Ciri – ciri menonjol iklim ini :
1) Tingkat yang tinggi tentang kelesuan ( aphaty );
2) Organisasi tidak hidup;
3) Jiwa semangat rendah, karena anggota kelompok yakin tak
satu pun kepuasan kebutuhan sosial datang dari keberhasilan
kerja;
4) Perilaku anggota dapat ditafsirkan tidak otentik;
5) Organisasi terasa menjadi membosankan (stagnant).
33
Mengingat pentingnya peranan kepemimpinan, Allah Subhanahu
wata’ala berfirman dalam surat An-Nisa ayat 58, yaitu : 30
ان�ات� إ�ل�ى � األ�م� ك�م� أ�ن ت�ؤد�وا م�ر� إ�ن� الل5ه� ي�أ�
� ك�م�وا ت�م ب�ي�ن� الن�اس� أ�ن ت�ح� ك�م� �ذ�ا ح� إ ا و� ل�ه� أ�ه�ا ي�ع�ظ�ك�م ب�ه� إ�ن� الل5ه� ك�ان� � ب�ال�ع�د�ل� إ�ن� الل5ه� ن�ع�م
ا ير: يع:ا ب�ص� م� س�
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan ( menyuruh kamu ) apabila
menetapkan hukum, diantara manusia supaya kamu meneapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah member pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
B. Tantangan Pendidikan dan Kepemimpinan Kepala Sekolah /
Madrasah
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab
kepala sekolah/ madrasah serta guru pada masa mendatang akan semakin
kompleks, sehingga menuntut kepala sekolah/madrasah dan guru untuk
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan
kompetensinya. Globalisasi menjadi tantangan utama bagi pendidikan di
Indonesia dan melatar belakangi pergantian Undang-undang Nomor 2 Tahun
30Prof.Dr.Veitzal Rivai,M.B.A, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006). hal.48
34
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dinilai tidak memadai lagi
dengan tuntutan perubahan. Dalam Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003
dinyatakan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh globalilasi berimplikasi pada
pergeseran arah dan posisi pendidikan. Untuk menghadapi tuntutan perubahan
dunia pendidikan, diperlukan kepemimpinan yang efektif dan dikerjakan
secara ekstra serta adanya sistem yang melandasi posisi pendidikan nasional.
Melalui Undang – undang Nomor 14 Tahun 2005 memposisikan fungsi,
peran, dan kedudukan yang sangat strategis guru dalam pembangunan
nasional dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai
profesi yang bermartabat. Agar berkembang, sebagai sebuah profesi, guru
wajib memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi dengan anggaran yang
merupakan kewajiban pemerintah maupun pemerintah daerah untuk
menyediakannya. Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang –
undang Nomor 14 Tahun 2005, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008. Dalam peraturan tersebut diantaranya
pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
35
dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam
1 (satu) minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai Guru Tetap,
standar kompetensi dan kualifikasi serta tunjangan. Selanjutnya sebagai
pengembangan keprofesian berkelanjutan dari profesi guru pemerintah
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010
tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah meliputi syarat –
syarat umum dan khusus yang wajib dipenuhi. Sebelumnya melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, dimana untuk menjadi
kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala
sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional. Salah satu kualifikasi wajib
dalam peraturan tesebut bahwa kepala sekolah/madrasah adalah Berstatus
sebagai guru SD/MI; Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan
Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah. Kemudian untuk menjamin mutu pendidikan,
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah. Atas dasar pokok pikiran
tersebut maka kepala sekolah/madrasah harus mempunyai ketrampilan dalam
bidang kepemimpinan.
Disamping untuk menjamin mutu pendidikan, keberhasilannya banyak
ditentukan keberhasilan kepala sekolah/madrasah dalam menjalankan
peranan dan tugas kepemimpinan. Menurut Wahjosumidjo, studi keberhasilan
kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seorang yang
menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Bahkan lebih jauh studi
36
tersebut menyimpulkan bahwa keberhasilan sekolah adalah keberhasilan
kepala sekolah. 31
Betapa banyak variabel arti yang terkandung dalam standar kompetensi
dan kualifikasi kepala sekolah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2007 memberikan indikasi betapa luas tugas dan peranan kepala sekolah,
sebagai seorang pemimpin suatu organisasi yang bersifat kompleks dan unik.
Diantara empat macam tugas penting seorang pemimpin yang disebutkan
Wahjosumidjo dalam bukunya Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan
Teoritik dan Permasalahannya, yaitu mendefinisikan misi dan peranan
organisasi ( involves the definition of the institutional organizational mission
and role ) 32. Adapun misi dan peranan organisasi sekolah adalah
melaksanakan fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada pasal 3
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Permasalahan yang muncul adalah sebagaimana disampaikan Miftah
Thoha dalam bukunya Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya,
31Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.82
32Ibid, hal.82
37
yaitu : “Jika terjadi kesenjangan antara tujuan dan individu dengan tujuan
organisasi maka akan tercipta ketidakharmonisan kerja”.33
Untuk itu, kepala sekolah harus mampu mengintegrasikan kedua
komponen tersebut, yakni peranan, tuntutan dan harapan lembaga, dengan
kepribadian, dan kebutuhan yang menjadi motivasi guru, agar bisa mencapai
tujuan organisasi secara optimal. Parahnya, bagaimana jika kepala sekolah
sendiri tidak memenuhi ketentuan dan harapan yang menjadi atribut melekat
kepemimpinannya yaitu ketentuan standar kualifikasi dan kompetensi untuk
diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah. Meskipun demikian, seberapa jauh
kepala sekolah dapat mengoptimalkan segenap peran yang diembannya, secara
langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan motivasi guru, dan pada gilirannya dapat membawa efek
terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode, dan alasan menggunakan metode
33Miftah Thoha. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008 ). Hal. 208.
38
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 34 Kemudian,
menurut Prof.Dr.Suharsimi Arikunto, dengan penyajian metodologi
penelitian ini peneliti memberikan pertanggungjawaban tentang cara – cara
yang dipilih untuk memperoleh jawaban atas problematika yang diajukan. 35
Untuk mengetahui kepemimpinan Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri ( MIN ) Tuyau, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan
sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
maka digunakan metode penelitian kualitatif.
Menurut Prof.Dr.Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah,
(sebagai lawanya adalah eksperimen ) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
( gabungan ), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi. 36 Dalam penelitian ini yang akan
diamati adalah orang, yaitu Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri
( MIN ) Tuyau Kecamatan Pematang Karau dengan berbagai latarbelakang
tugas maupun peranan dengan kegiatan-kegiatan (activity ) dan tempat
(place) akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu.
Penggunaan metode kualitatif ini bukan karena metode ini baru, tetapi
memang permasalahan lebih tepat dicarikan datanya dengan metode kualitatif. 34Prof.Dr.Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ( Bandung : CV.
Alfabeta, 2008 ). Hal. 235Prof.Dr.Suharsimi Arikunto.Manajemen Penelitian. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005).
Hal. 47436Prof.Dr.Sugiyono.Memahami Penelitian Kualitatif . ( Bandung : CV. Alfabeta, 2008 ).
hal. 1
39
Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variable saja, sehingga
seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan
metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif tidak dapat ditemukan data
yang bersifat proses kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas
dan mendalam, perasaan, norma, keyakinan, sikap mental, etos kerja dan
budaya yang dianut seseorang maupun sekelompok orang dalam lingkungan
kerjanya. Dengan metode kuantitatif hanya dapat dugali fakta-fakta yang
bersifat empirik dan terukur. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera akan
sulit diungkapkan. Dengan metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data
yang lebih tuntas, pasti, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi.
B. Tempat Penelitian
Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Madrasah Ibtidaiyah
Negeri ( MIN ) Tuyau. Terletak di Desa Tuyau Jalan Kecamatan Pematang
Karau Propinsi Kalimantan Tengah. Keadaan tenaga Kependidikan termasuk
Kepala Sekolah berjumlah 23 orang. Terdiri atas 8 orang guru PNS termasuk
Kepala Sekolah, 12 guru Non PNS. 1 orang tenaga Tata Usaha PNS, 1 orang
Tenaga Tata Usaha Non PNS, dan 1 orang Penjaga Sekolah Non PNS. Dengan
Jumlah siswa 311 orang siswa. Ada 2 gedung baru sekolah bercorak beton
yang baru selesai di bangun pada tahun 2009 dan 2 buah gedung sekolah lama
yang dibangun sejak tahun 1984. Berikut peta lokasi Kecamatan Pematang
Karau yang dikutip dari http://www.google.com :
40
C. Instrument Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. 37 Lebih lanjut menurut Prof.Dr.Sugiyono, peneliti
kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya. 38
Tabel. 1DATA KEADAAN GURU PADA MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI ( MIN )
TUYAU TAHUN AJARAN 2010/2011
No Nama / NIP Gol Tempat Jabatan TMT di Pend. Terakhir/
37Prof.Dr.Sugiyono.Memahami Penelitian Kualitatif . ( Bandung : CV. Alfabeta, 2008 ). hal. 59
38 Ibid, hal. 60
41
/Ruang Tanggal LahirMadrasah
iniJurusan/Thn
1 Ahmad Muna Suriyadi,S.Ag196703182000031001
III/d –Penata Tk.1
Babirik,18-03-1967
Kepala Madrasah
25-01-2010 S1 STITTahun 1994
2 Nurkhalidah,A.Ma197604251999032005
III/b –Penata Muda
Tk.1
Tuyau,25-04-1976
Walikelas V
01-04-2004 DII PAI 1997
3 Amberani,A.Ma150303522
II/d – Pengatur Tk.1
Tuyau,16-12-1971
Walikelas IIIb
01-01-2006 DII PAI 1997
4 Juharman150309088
II/d – Pengatur Tk.1
Tuyau,30-12-1969
Walikelas VI
01-03-2005 PGAN 1989
5 Rahmah,A.Ma197908282000122001
II/d – Pengatur Tk.1
Bahaur,28-08-1979
Walikelas I
01-04-2010 DII PGMI 2000
6 Janiansyah,A.Ma197311142003121002
II/c – Pengatur
Tuyau,14-11-1973
Walikelas IIIa
01-01-2009 DII PGSD 2003
7 Janiah,A.Ma1983070520062001
II/c – Pengatur
Tuyau,05-07-1983
Walikelas IV
01-05-2006 DII PGMI 2002
8 Rusmayadi 196602122006041023
II/a – Pengatur
Muda
Muara Plantau,
2-02-1966
Walikelas II
01-04-2006 PGAN 1988
9 Nurhasani,S.PdI Tuyau,25-12-1979
Guru 06-01-2007 S1 PAI 2006
10 Ahmad Gazali Tuyau,07-07-1971
Guru 01-07-2005 PGAN 1992
11 Normini,S.PdI Narahan,05-08-1985
Guru 18-07-2009 S1 PAI 2009
12 Nani Rusiati,A.Ma Tuyau,27-03-1983
Guru 01-07-2006 DII PGMI 2005
13 Wendey Hidayat,A.Ma Sei Sandung,16-11-1988
Guru 01-10-2009 DII PGKMI 2007
14 Mursyidah,S.PdI Tuyau,24-01-1984
Guru 18-07-2009 S1 Theologi Islam 2007
15 Sinariah,S.PdI Nagaleah,21-07-1983
Guru 26-01-2010 S1 PAI 2010
16 Ahmad,A.Ma Bangkuang07-05-1988
Guru 26-01-2010 DII PGSD 2009
17 Juriansyah,A.Ma Tuyau,06-09-1986
Guru 26-01-2010 DII PGKMI 2007
18 Ali Mirhan Tuyau,25-03-1990
Guru 18-07-2009 MAN
19 Karmila Tuyau,24-01-1989
Guru 18-07-2009 MAN
20 Norhani Tuyau,23-06-1988
Guru 26-01-2010 SMAN
D. Sampel Sumber Data
Berangkat dari permasalahan kepemimpinan Kepala Sekolah, peneliti
memasuki situasi Kependidikan dan Kepemimpinan di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri ( MIN ) Tuyau, melakukan observasi dan wawancara kepada Kepala
Sekolah dan Guru MIN Tuyau sebagai sampel sumber data dengan
42
pertimbangan bahwa Kepala Sekolah dan Guru MIN Tuyau dianggap paling
tahu tentang kepemimpinan Kepala Sekolah.
Penentuan sampel sumber data yang digunakan diatas disebut purposive
sampling, dan snowball sampling. Menurut Prof.Dr.Sugiyono, purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
obyek/situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit,
lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data
yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan,
maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. 39
E. Teknik Pengumpulan Data
Sumber dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan
dengan fokus penelitian dan tujuan penelitian. Sesuai dengan fokus penelitian,
maka yang dijadikan sampel sumber data dan teknik pengumpulan data
adalah Kepala Sekolah sebagai sumber primer dimana menurut
Prof.Dr.Sugiyono, sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
39 Ibid, hal. 53 - 54
43
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. 40
Teknik Pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta
( Observasi Partisipatif ), wawancara mendalam ( in depth interview ) dan
dokumentasi dan triangulasi.
Menurut Prof.Dr.Sugiyono dalam Observasi partisipatif, peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka
dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan
lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang nampak.41 Lebih lanjut obyek penelitian yang diobservasi
menurut Spradley yang dikutip oleh Prof.Dr.Sugiyono, dinamakan situasi
sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place ( tempat ), actor ( pelaku ),
dan activities ( aktivitas ). 42 Dalam penelitian ini obyek penelitian yang
diobservasi adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau sebagai
tempat, Kepala Sekolah sebagai pelaku, dan pengelolaan kependidikan
sebagai ativitasnya. Kemudian menurut Prof.Dr.Sugiyono, tiga elemen utama
tersebut, dapat diperluas, sehingga apa yang kita amati adalah : 43
1. Space : the physical place : ruang dalam aspek fisiknya.
40 Ibid, hal. 6241 Ibid, hal. 6442 Ibid, hal. 6843 Ibid, hal. 68-69
44
2. Actor : the people involve : yaitu semua orang yang terlibat dalam
situasi sosial.
3. Activity : a set of related acts people do : yaitu seperangkat kegiatan
yang dilakukan orang.
4. Object : the physical things that are present : yaitu benda-benda yang
terdapat di tempat itu.
5. Act : single actions that people do, yaitu perbuatan atau tindakan-
tindakan tertentu.
6. Event : a set of related activities that people carry out, yaitu rangkaian
aktivitas yang dikerjakan orang-orang.
7. Time : the sequencing that takes place over time, yaitu urutan kegiatan.
8. Goal : the things people are trying to accomplish, yaitu tujuan yang
ingin dicapai orang-orang.
9. Feeling : that emotion felt and expressed, emosi yang dirasakan dan
diekspresikan orang-orang.
Dalam melakukan pengamatan dengan pola di atas, maka place nya adalah
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Tuyau dan lingkungan fisiknya, actornya
nya adalah Kepala Sekolah beserta Tenaga Kependidikan dan penduduk desa
setempat dengan segala karakteristiknya, Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Barito Timur, Kepala UPT. DISDIKMUDORA, activity-nya
adalah kegiatan kepemimpinan maupun kegiatan pelaksanaan manajemen
administrasi pendidikan.
45
Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi
partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi,
peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang ada di dalamnya. 44
Berikut contoh jenis pertanyaan yang direncanakan peneliti untuk
wawancara :
1. Bagaimana pengalaman bapak selama menjabat Kepala Sekolah
disini ? ( pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman
yang telah dialami oleh informan atau subyek yang diteliti untuk
mengkontruksi profil kerja Kepala Sekolah ).
2. Bagaimana pendapat anda terhadap pernyataan Kepala UPT.
DISDIKMUDORA yang menyatakan bahwa anda kurang aktif dalam
pertemuan-pertemuan yang diadakan UPT. DISDIKMUDORA
Kecamatan Pematang Karau dalam memajukan kualitas pendidikan
dasar di kecamatan Pematang Karau ? ( pertanyaan ini dimana peneliti
ingin minta pendapat kepada Kepala Sekolah terhadap data yang
diperoleh dari Kepala UPT. DISDIKMUDORA ).
3. Sepertinya ada masalah, apa yang sedang anda rasakan? Bagaimana
rasanya kegiatan pembelajaran yang sering ditinggalkan guru PNS
untuk melaksanakan kegiatan perkuliahan Dual Mode System?
( pertanyaan ini untuk mendapatkan data tentang perasaan orang
yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan mendapatkan data yang
sifatnya kognitif atau psikhomotorik).
44 Ibid, hal. 72
46
4. Bagaimana proses pengawasan guru maupun tenaga Tata Usaha yang
melanjutkan pendidikan di luar dimana pada hari-hari tertentu dalam
satu bulan mereka meninggalkan tugas, apakah bapak benar-benar
mengetahui kalau mereka meninggalkan tugas karena sekolah ?
( pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan
informan suatu kasus atau peristiwa yang mungkin diketahui).
5. Pada saat anda melihat kegiatan pembelajaran banyak anak-anak yang
tidak menguasai pelajaran, bahkan di kelas yang lebih tinggi ada
beberapa murid yang masih belum bisa membaca Al-Qur’an dan
Tulisan Bahasa Indonesia, bagaimana peran Kepala Sekolah untuk
mengatasinya ? ( pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan
data atau informasi karena yang bersangkutan melihat,
mendengarkan, meraba, dan mencium suatu peristiwa ).
6. Sudah berapa lama ia bertempat tinggal di desa ini ? ( pertanyaan ini
digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subyek yang
dipelajari yang meliputi status sosial, ekonomi, latar belakang
pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan dan lain-lain ).
7. Jika ada guru yang mendapatkan sertifikasi pendidikan dari
Pemerintah, bagaimana dinamika pembelajaran di Madrasah nanti?
( pertanyaan hipotesis ).
8. Adakah alternatif lain cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Madrasah supaya lebih efektif ? ( Pertanyaan yang menantang
informan untuk merespon dengan memberikan hipotesis alternatif ).
47
Selain dengan observasi dan wawancara, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan dokumen. Dokumen bisa berbentuk tulisan atau
gambar seperti dokumen data keadaan siswa, data keadaan guru,data
pelatihan yang telah dilaksanakan oleh Kepala Sekolah maupun guru, gambar
kegiatan supervisi kepala sekolah terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah
berlalu dan lain-lain. Selanjutnya untuk menguji kredibilitas data, peneliti
menggunakan teknik Triangulasi. Menurut Prof.Dr.Sugiyono, triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. 45
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif, mengikuti konsep yang digunakan oleh Prof.Dr.Sugiyono
dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif.
Prof.Dr.Sugiyono mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan,
dan setelah selesai dilapangan. 46 Analisis data sebelum peneliti memasuki
lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder,
yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. 47 Kemudian,
analisis data selama dilapangan menggunakan model Miles and Huberman.
Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
45 Ibid, hal. 8346 Ibid, hal. 8947 Ibid, hal. 90
48
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. 48 Model interaktif
dalam analisis data ditunjukkan pada gambar 1 berikut :
Gambar 1. Komponen dalam analisis data49
Keterangan Gambar :
1. Data Reduction ( Reduksi Data )
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. 50
2. Data Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitaif penyajian data ini
48 Ibid, hal. 9049 Ibid, hal. 9250 Ibid, hal. 92
49
Data collection
Data reduction
Data
display
Conclusions : drawing/veriyfying
dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard, pictogram dan
sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
51 Lebih lanjut, yang peling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang naratif. Kemudian,
Prof.Dr.Sugiyono menyarankan, dalam melakukan display data, selain
dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, network
( jejaring kerja ) dan chart.
3. Conclusion Drawing/verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Mile and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. 52 Selanjutnya, analisis data selama
dilapangan model Spradley. Menurut Spradley terdapat tahapan analisis
data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu analisis domain,
taksonomi, dan komponensial, analisis tema kultural. 53 Tahapan analisis
data yang dimaksud oleh Spradley dapat dilihat pada gambar.2 berikut : 54
51 Ibid, hal. 9552 Ibid, hal. 9953 Ibid, hal. 9954 Ibid, hal. 102
50
Analisis domain ( Domain analysis ).Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial. Ditemukan berbagai domain atau kategori. Diperoleh dengan pertanyaan grand dan minitour. Peneliti menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya. Makin anyak domain yang dipilih, maka akan semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.
Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour
question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap
menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada
tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial.
Selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.
G. Rencana Pengujian Keabsahan Data
51
Analisis Taksonomi ( Taxonomic Analysis ).Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur internalnya. Dilakukan dengan observasi terfokus
Analisis Komponensial ( Componential analysis ).Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen. Dilakukan melalui observasi dan wawancara terseleksi dengan pertanyaan yang mengkontraskan ( contras question ).
Analisis Tema Kultural ( discovering cultural theme ).Mencari hubungan diantara domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan ke dalam tema/judul penelitian.
Analisis Data Kualitatif
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara :
1. Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data
yang pernah ditemui maupun yang baru. 55
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data
dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. 56
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. 57
4. Analisis Kasus Negatif
Melakukan analisis negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda
atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak
ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data
yang ditemukan sudah dapat dipercaya. 58
5. Menggunakan bahan referensi
55 Ibid, hal. 12256 Ibid, hal. 12457 Ibid, hal. 12558 Ibid, hal. 128
52
Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya
rekaman wawancara. 59
6. Mengadakan Member check
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti
datanya data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi
apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak
disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu diskusi dengan pemberi
data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah
temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data. 60
DAFTAR PUSTAKA
Supriadi, Dinn Wahyudim., Abdulhak, Ishak. 2007 Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Moedjiarto,MSc,Prof.Dr 2002. Sekolah Unggul Metodologi untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan. Anggota IKAPI: Duta Graha Pustaka.
Wahjosumidjo, 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
59 Ibid, hal. 12860 Ibid, hal. 129
53
Direktur Tenaga Kependidikan,2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
meningkatkan Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar Jakarta : Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional.
Direktur Tenaga Kependidikan,2007 Manajemen Sekolah Dasar. Jakarta:
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Veitzal Rivai,M.B.A, Prof.Dr.,2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
R.Terry, George., W.Rue,Leslie. Dasar – dasar Manajemen. Penerjemah
G.A.Ticoalu. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Thoha, Miftah, 2008. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada..
Suharsimi Arikunto.Prof.Dr, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Sugiyono, Prof.Dr, 2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : CV. Alfabeta.
Khadim al Haramain asy Syarifain, 1990. Al Qur’an dan Terjemahnya.
Madinah: Lembaga Pencetakan Al-Qur’an Raja Fahd.
54
Rokhmaniyah.April 2009. Perilaku Kepemimpinan Entrepreneurship Kepala
Sekolah. Jurnal Tenaga Kependidikan Vol. 4, No. 1 : 75.
Globalisasi Tantangan Utama Pendidikan Islam di Indonesia,
( http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/09/29/137201,
diakses 06 Januari 2011 )
Syafii, Imam. “Lembaga Pendidikan sebagai Agen Perubahan”,
( http://kangsaviking.wordpress.com, diakses 06 Januari 2011 )
Asal Mula Kata Sekolah,
(http://simpatizone.telkomsel.com/web/funzone/Education/
Asal_Mula_Kata_Sekolah)
Sekolah : dari Athena ke Cuernavaca,
(http://arahbalik.blogspot.com/2008/01/sekolah-dari-athena-ke-
cuernavaca.html)
Sekolah Dasar ( http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar )
www.pendis.kemenag.go.id/madrasah/ebook/00001/Bab_I.pdf
Menag: Madrasah Bukan Lembaga Kelas Dua.
( http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/03/29/108605-
menag-madrasah-bukan-lembaga-kelas-dua). Online : Senin, 29 Maret 2010,
14:45 WIB.
55
Depdiknas, 2009. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.Online ( http://www.depdiknas.go.id/ inlink,
diakses 06 Januari 2011).
56
Recommended