View
221
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
1
KEPIMPINAN KEPALA DESA TOAPAYA
KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN
TAHUN 2013
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
CANDRA LOPIKA NIM. 090565201071
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015
2
KEPIMPINAN KEPALA DESA TOAPAYA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN TAHUN 2013
CANDRA LOPIKA Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
ABSTRAK
Keberhasilan pelayanan publik di tingkat Desa sangat ditentukan oleh kemampuan aparat dalam merumuskan program/ kebijakan untuk dilaksanakan oleh aparat pemerintah dan kelompok-kelompok masyarakat yang ikut serta bersama-sama melaksanakan program/ kebijakan yang telah diputuskan, yang didukung oleh sarana dan prasarana yang ada. Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai dalam mewujudkan tujuan organisasi. Skripsi ini membahas mengenai kepimpinan kepala desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan Tahun 2013. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gaya dan pencapaian dari kepemimpinan yang telah diterapkan oleh Kepala Desa Toapaya, dan kegunaanya untuk memberikan kontribusi, acuan serta masukan bagi penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Toapaya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang disajikan dalam bentuk data angka-angka, data yang terkumpul selanjutnya diolah secara persentase dengan lokasi penelitian di Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan. Kemudian menetapkan 25 sampel sebagai responden dengan alat pengumpul data wawancara, angket dan dokumentasi. Kesimpulan dalam penelitian bahwa Gaya kepemimpinan Kepala Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan jika dihubungkan dengan gaya kepemimpinan transaksional yang merupakan gaya kepemimpinan dengan ditandai adanya transaksi antara pemimpin dengan pegawai tidak sesuai. Hal in dibukatikan dari hasil penelitian menunjukan bahwa, Kepala Desa Toapaya kurang memahami bagaimana implementasi yang baik pada transaksi antara pemimpin dengan pegawai. Sehingga hal ini juga berdampak pada pelayanan dan peningkatan kesejahteraan serta tata kelola pemerintahan Desa yang tidak sesuai pada tugas dan fungsi serta tujuan dari pemerintahan desa tersebut. Kepala Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan lebih cenderung kepada gaya kepemimpinan transformasional yang diterapkan dalam memimpin dimasa jabatanya. Dimana gaya kepemimpinan transformasional meliputi; (i) Memberikan contoh yang baik; (ii) Mengutamakan kepentingan pegawai dibandingkan kepentingan pribadi; (iii) Menunjukkan sikap keteladanan dengan bertutur kata yang baik serta menjunjung tinggi etika dan moral; (iv) Memberikan apresiasi terhadap setiap gagasan pegawai; (v) Mengajak pegawai dalam berolah pikir dalam memecahkan suatu permasalahan kerja; (vi) Menunjukkan rasa simpati; (vii) Memberikan apresiasi ketika telah melakukan tugas dengan baik; dan (viii) Memberikan motivasi kepada pegawai agar mencapai hasil kerja yang maksimal sertamenginspirasi pegawai agar mampu mencapai tujuan bersama untuk masa yang akan datang. Kata Kunci : Kepemimpinan, Kepala Desa
3
ABSTRACT
Public ministering success at Silvan zoom so prescribed by agency ability in formulate program / policy for executed by government agency and society group that go along jointly perform program / policy already being decided, one that backed up by medium and prasarana whatever available. Leadership ( leadership ) can be said as trick of a boss( leader ) in leads, push and managing all elements in agglomerate or its organization to reach a desirable organisational aim so results maximal clerk performance. At the height clerk performance means to be reached its yielding someone or clerk job in render organization aim. This paper works through to hit to chairman of Toapaya's village head Toapaya's district Bintan's Regency Year 2013. To the effect this research which is to know style and attainment of leadership already being applied by Toapaya's Village head, and kegunaanya to give contribution, basis and entry for silvan governance management at Silvan Toapaya. This research constitute quantitative research which is research which is presented deep shaped number datas, collected data succeeding at o percentage ala with observational location at Silvan Toapaya Toapaya's district Bintan's Regency. Then establishing 25 samples as respondent as with interview data collector, questionnaire and documentation. K esimpulan in observational that leadership Style carries the wind Toapaya's Village Toapaya's district Bintan's Regency if is linked in style leadership transaksional who constitutes to inspire leadership by marked marks sense transactions among chief with inappropriate clerk. in dibukatikan's thing of menunjukan's research result that, Toapaya's Silvan head insufficiently understands how good implementation on transactions among chief with clerk. So it also impacted on service and welfare and manner step-up brings off Village governance unsuitably on task and function and to the effect of that village governance. Toapaya's Silvan head Toapaya's district Bintan's Regency more tend to inspire transformasional's leadership that is applied in captains at jabatanya's term. Where is transformasional's leadership style covers; (i. ) Give good example; (ii.) Accentuating clerk behalf than person behalf; (iii.) Pointing out a figure of speech attitude with converse word which well and menjunjung is manner high and moral; (iv.) Giving appreciation to each clerk idea; (v ) Ask Out clerks in berolah thoughts in solves an about problem job; (vi) Pointing out fellow feeling; (vii) Giving appreciation while have done task with every consideration; and (viii) Giving motivation to that clerk up to maximal job result and menginspirasi is clerk to be able to reach aim with for proximately. Key word: Leadership, Silvan head
4
KEPIMPINAN KEPALA DESA TOAPAYA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN TAHUN 2013
A. Latar Belakang
Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan
tugas pelayanan publik, dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan didukung
oleh kapasitas organisasi pemerintahan yang memadai, maka penyelenggaraan tata
pemerintahan yang baik (Good Governance) akan terwujud, sebaliknya kelemahan
kepemimpinan merupakan salah satu sebab keruntuhan kinerja birokrasi di Indonesia. (Istianto,
2009: 2)
Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin
(leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur-unsur di dalam
kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga
menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya kinerja pegawai berarti
tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Menemukan gaya kepemimpinan yang tepat, disegani dan mempunyai visi yang jelas
dalam membawa organisasi menuju pelayanan publik yang baik sangat dibutuhkan pola
kepemimpinan yang dapat mengubah cara pandang bawahan terhadap pentingnyasuatu
tugas/pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, kepemimpinan yang dapat memberi contoh
atau suri teladan bagi bawahan, kepemimpinan yang dapat membangkitkan semangat kerja dan
tanggung jawab pegawai.
Kondisi organisasi yang demikian itu tentunya diperlukan adanya semangat pimpinan
yang memiliki sikap dan prilaku, serta kinerja yang tinggi, karena dengan semangat itu segala
sesuatu yang dilaksanakan benar-benar mengacu pada efektifitas dan efisensi birokrasi,
5
sehingga masyarakat dapat memperoleh dampak yang positif dari penyediaan pelayanan umum
bagi masyarakat.
Dengan demikian output dari kepimpinan seorang kepala desa, dapat dikatakan efektif
apabila aktifitas birokrasi di kantor desa berhasil secara menyeluruh, dengankata lain
keberhasilan tugas pemerintah di tingkat desa dalam membangun desa banyak tergantung pada
keunggulan kemampuan pimpinan dalam menata birokrasi di yang di pimpinnya kemudian
melakukan upaya-upaya pengelolaan tata pemerintahan yang mengarah pada pembangunan
Desa yang berbasisi Pertanian. Dari penjelasan tersebut kita dapat melihat bahwa kedudukan
kepimpinan dalam praktek birokasi pemerintahan di tingkat desa sangat menentukan
keberhasilan pembangunan desa itu sendiri.
Segala bentuk praktik pelayanan publik tersebut tidak lepas dari adanya kontrol seorang
pemimpin yang dalam kondisi ini dipimpin oleh kepala desa yang memiliki kuasa penuh atas
jalannya birokrasi desa. Gaya kepemimpinan kepala desa memiliki peran penting dalam
meningkatan kualitas kinerja aparatur desa. Penempatan posisi dan jabatan aparatur juga harus
sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Agar mampu menggerakan pegawai dalam mencapai
tujuan pemimpin.
Menurut Bass (Anchok D.,2012:17), kepemimpinan terbagi kedalam dua gaya yaitu
gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional. Gaya
kepemimpinan transaksional bercirikan tentang adanya transaksi diantara yang dipimpin
dengan yang memimpin. Sedangkan gaya kepemimpinan transformaslional bercirikan
memanusiakan pegawainya yang dimana gaya kepemimpinan ini mampu memunculkan
potensi insani bagi para pegawainya. Kedua gaya kepemimpinan tersebut sangat
mengambarkan adanya perpaduan antara keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari
6
perilaku seorang pemimpin terhadap kemampuan pegawainya. Oleh karena itu, gaya
kepemimpinan seorang kepala desa sangatlah berpengaruh terhadap kinerja pegawai yang
dapat dinilai dari mobilitas pelaksanaan praktik birokrasi pelayanan publik yang dilakukannya
terhadap masyarakat.
Desa Toapaya merupakan desa yang berada di Kecamatan Topaya Kabupaten
Bintan.Pada tahun 2013 jumlah penduduknya mencapai mencapai 1.411 jiwa. Dengan melihat
potensi yang ada, Desa Toapaya ke depannya bila dikelola dengan baik akan menjadi desa
yang berkembang khusnya di bidang pertanian maupun industri kecil dan menengah. Salah
satu yang menjadi produk unggulan yaitu perkebunan karet dan tanaman buah-buahan dan
syaur-sayuran.
Desa Toapaya merupakan desa dengan Tipe Desa pertanian, yaitu tipe desa yang
sebagian besar kehidupan penduduknya bergantung pada potensi pertanian, oleh karenanya
mata pencarian penduduknya didominasi pada sektor petani dan buruh tani. Hal tersebut
menjadi relevan terhadap penelitian pengaruh kepemimpinan kepala desa. Berdasarkan pada
hasil pengamatan Penulis dan beberapa data, dapat dikatakan bahwa aspek pembangunan dan
pengembangan pada sektor pertanian yang menjadi penunjang perekonomian masyarakat
setempat belum terlihat. Kelemahan ini dapat didasarkan pada aspek tata kelola pemerintahan
desa baik dari pelayanan terhadap masyarakat dan pola-pola pembangunan di Desa Toapaya
oleh Kepala Desa yang cenderung tidak aktif dalam menetapkan program peningkatan
perekonomian.
7
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka Penulis tertarik untuk menjadikan
penelitian dan penulisan usulan penelitian yang berjudul :
KEPIMPINAN KEPALA DESA TOAPAYA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN
BINTAN TAHUN 2013
B. Landasan Teoritis
Perilaku birokrasi merupakan pencerminan sebagian budaya politik suatu negara,
bahkan mungkin merupakan aspek budaya politik terpenting, karena perilaku birokrasi sangat
mempengaruhi seluruh dimensi kehidupan politik lainnya dalam masyarakat. Secara umum
birorasi menurut kamus umum Bahasa Indonesia “biro” diartikan kantor dan istilah birokrasi
diartikan sebagai Pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih oleh
rakyat. Cara kerja atau susunan pekerjaan yang serba lambat, serba menurut aturan, kebiasaan,
dan banyak liku-likunya. Negara Indonesia sebagai bentuk organisasi pemerintahan, birokrasi
bisa didefinisikan sebagai keseluruhan organisasi pemerintah, yang menjalankan tugas-tugas
negara dalam berbagai unit organisasi pemerintah dibawah Departemen dan Lembaga-lembaga
Non Departemen, baik di tingkat pusat maupun di daerah seperti di tingkat Propinsi,
Kabupaten, dan Kecamatan, bahkan pada tingkat Kelurahan dan Desa.Yahya Muhaimin
(Martini,2012:7), mengartikan birokrasi sebagai “Keseluruhan aparat pemerintah, sipil maupun
militer yang melakukan tugas membantu pemerintah dan menerima gaji dari pemerintah karena
statusnya itu”. Sedangkan menurut pandangan Karl Marx (Martini,2012:8), Birokrasi adalah
“Alat kelas yang berkuasa, yaitu kaum borjuis dan kapitalis untuk mengeksploitasi kaum
proletar. Birokrasi adalah parasit yang eksistensinya menempel pada kelas yang berkuasa dan
dipergunakan untuk menhisap kelas proletar”.
8
Pemikiran Weber tahun 1948 (Martini (2012:8), tentang birokrasi, diawali dengan
pemahaman Weber tentang sifat-sifat manusia dan pengaruhnya bagi kehidupan manusia itu
sendiri. Pemikiran pertama Weber (1948) dikenal dengan “ Social Action ”. Social action
menyatakan bahwa semua aktifitas manusia digerakkan oleh maksud-maksud tertentu, oleh
karena itu maksud dan motivasi di belakang ak tifitas itu harus dimengerti. Pemikiran kedua
Weber tentang birokrasi adalah adanya anggapan bahwa semua aktifitas dalam kehidupan
manusia adalah berkelompok (membentuk sebuah organisasi).
Oleh karena itu harus berdasar pada aturan-aturan yang jelas, sebab sebuah Negara pasti
berdasar atas hukum.Dan setiap anggota organisasi itu harus mematuhi hukum yang
diberlakukan (otoritas legal).tahapan ketiga pemikiran Webertahun 1948 (Martini (2012:8-10),
adalah pemikiran bahwa dalam sebuah organisasi terdapat dalil-dalil (aturan-aturan) yang harus
dipatuhi oleh orang-orang (sebagai anggota organisasi) tersebut, yaitu :
a. Pertama, para staf administrasi secara pribadi adalah bebas, mereka hanya menjalankan
tugas apabila diberikan tanggung jawab dan wewenang oleh peraturan.
b. Kedua, terdapat hirarki jabatan yang jelas
c. Ketiga, fungsi-fungsi dalam masing-masing jabatan itu diperinci dengan jelas (job
description).
d. Keempat, para pejabat birokrasi diangkat atas dasar kontrak (ada periodesasi dan evaluasi
masa jabatan)
e. Kelima, para pegawai/pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesional (merit sistem)
f. Keenam, para pejabat digaji dengan uang dan diberi pensiun sesuai kedudukan mereka
dalam hirarki.
g. Ketujuh, pekerjaan pejabat adalah pekerjaan utama dan satu-satunya
9
h. Kedelapan, ada struktur karir yang memungkinkan kenaikan pangkat baik melalui
senioritas, prestasi, atau penilaian lain sesuai kebutuhan atasan.
i. Kesembilan, pejabat tidak dapat mengambil kedudukannya sebagai milik pribadi
(begitupun sumber-sumber yang melekat pada jabatannya itu, yaitu fasilitas,anggaran, dan
wewenang).
j. Kesepuluh, pejabat tunduk pada suatu pengendalian yang dipersatukan oleh sistem yang
disipliner.
Dalam kaitannya dengan pemerintahan, birokrasi sangat berperan dalam menentukan
maju mundurnya kehidupan masyarakat dan sebuah negara.Hal ini disebabkan karena birokrasi
merupakan mesin dari sebuah negara.Gambar 1.1 dapat kita ketahui hubungan antara negara
dan birokrasi:
Gambar 1.1
Hubungan Antara Negara dan Birokrasi Rakyat
(Martini (2012:8-10)
Negara
Masyarakat
Kontrak Sosial
Pejabat Rule of The Game
(Aturan main)
Birokrasi
Norma dan Tradisi Penyelenggara Adm
Kenegaraan
10
Berikut merupakan fungsi-fungsi negara yang dilaksanakan oleh birokrasi di Indonesia,
yaitu:
a. Fungsi pertahanan-keamanan dilaksanakan oleh Departemen Pertahanan dan Keamanan,
ABRI, dan Intelijen
b. Fungsi ketertiban dilaksanakan oleh Kepolisian
c. Fungsi Keadilan dilaksanakan oleh Departemen Kehakiman, dan Kejaksanaan
d. Fungsi Pekerjaan Umum dilaksanakan oleh Departemen Pemukiman dan Perhubungan
e. Fungsi kesejahteraan dilaksanakan oleh Departemen Sosial, Koperasi, Kesehatan,
Pendidikan, dan Perdagangan.
f. Fungsi Pemeliharaan SDA dan lingkungan dilaksanakan oleh Departemen Pertanian,
Kehutanan, Pertambangan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, setiap aparatur birokrasi memiliki peran yang penting dalam
menentukan seluruh kehidupan warga negara sejak dilahirkan (akte kelahiran), ketika menikah
(permohonan Kartu Keluarga), hingga kematian (Permohonan surat kematian). Dapat kita tarik
kesimpulan bahwa birokrasi merupakan segala bentuk Pemerintahan yang dijalankan oleh
pegawai yang dipilih berdasarkan kemampuan dan keahlian di bidangnya, yang terstruktur,
dalam sistem hirarki yang jelas, dan dilakukan secara tertulis sesuai dengan aturan-aturan yang
harus dipatuhi oleh anggota organisasi.birokrasi tidak terlepas dari adanya peran masyarakat
dan negara.
11
C. Hasil Penelitian
I. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Dari hasil wawancara Penulis dengan 14 responden yang terdiri dari 2 responden
Kepala Dusun, 2 responden Ketua Rukun Warga, 5 Ketua Rukun Tetangga dan 5 Tokoh
Masyarakat. Dalam hal ini Penulis mengajukan 3 pertanyaan wawancara kepada para responen
yang diantaranya yaitu:
1. Bagaimana pola kepemimpinan Kepala Desa dalam hal pelaksanaan tugas dalam
memberikan pelayanan terhadap masyarakat?
Berdasarkan hasil jawaban yang penulis rangkup dari 14 responden tersebut tidak
memiliki banyak perbedaan. Adapun jawabannya adalah dalam hal pola
kepemimpinan Kepala Desa Toapaya dalam hal pelaksanaan tugas dalam
memberikan pelayanan terhadap masyarakat dapat dikatakan kurang efektif, hal ini
dilihat dari bukti pelayanan terhadap urusan-urusan administrasi yang dilaksanakan
oleh para pegawai Kantor Desa Toapaya yang terkesan lamban dan menunda proses
administrasi.
2. Bagaimana pola kepemimpinan Kepala Desa Toapaya dalam merancang dan
menerapkan program pengembangan pertanian yang menjadi sektor penting bagi
masyarkat Desa?
Dari hasil jawaban para responden dirangkum bahwa, Kepala Desa dalam hal
pelaksanaan tugas dalam perancangan dan menerapkan program pengembangan
pertanian di Desa Toapaya Kecamatan Toapaya terkesan menunggu kebijakan
program dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini terlihat bahwa
lambatnya peningkatan dan pemanfaatan potensi pertanian di Desa Toapaya.
12
Kemudian Kepala Desa cenderung lebih kepada urusan pelayanan administrasi bagi
masyarkat. Dari hal ini jelas bahwa tugas dan peran serta fungsi kepala desa yang
tidak hanya menjalankan urusan administrasi namun juga bertugas melaksanakan dan
merancang program pembangunan di setiap desa berdasarkan pada ciri atau karakter
desa tersebut.
3. Apa saja program penembangan dan pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat Desa Toapaya?
Adapaun jawaban dari para responden, yang telah Penulis rangkum terlihat bahwa
program pengembangan dan pembangunan sangat sedikit sekali, segala aspek
pengembangan dan pembangunan pada peningkatan ekonomi atau kesejahteraan
masyarakat desa mengacu pada program yang telah disusun oleh pemerintah daerah.
Jika melihat pada aspek keunggulan Desa Toapaya banyak sekali aspek atau program
yang dapat dikembangkan dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat, hal ini
terlihat dari luasnya wilayah pertanian, daerah-daerah budi daya dan perternakan ikan
air tawar serta perternakan sapi di Desa Toapaya.
Gaya Kepemimpinan Transaksional, gaya kepemimpinan ini ditandai adanya transaksi
antara pemimpin dengan pegawai, yang dalam hal ini berdasarkan hasil penelitian penulis dapat
dikatakan bahwa dari gaya kempimpinan Kepala Desa Topaya kurang baik, dengan dibuktikan
bahwa masih ditemui kekurangan transaksi dari pemimpin dengan pegawai yang memuat lima
(5) aspek yaitu berkaitan dengan: (i) Penjelasan Kontrak Kerja Pegawai, (ii) Aturan dan Standar
Kerja, (iii) Kesepakatan Kontraktual, (iv) Pengawasan dan Evaluasi kerja dan (v) Motivasi
pegawai dengan pemberian hadiah (gaji) secara Adil. Berdasarkan hal ini jika dihubungkan
dengan konsep dari gaya kepemimpinan transaksional yang didefinisikan oleh Burn (1978)
13
kepimpinan yang melakukan transaksi motivasi para pengikut dengan menyerukan kepentingan
pribadi mereka (Yukl 2010:290).
Menurut Yukl kepemimpinan transaksional dapat melibatkan nilai-nilai, tetapi nilai
tersebut relevan dengan proses pertukaran seperti kejujuran, tanggung jawab, dan timbal balik.
Pemimpin transaksional membantu para pengikut mengidentifikasi apa yang harus dilakukan,
dalam identifikasi tersebut pemimpin harus mempertimbangkan konsep dari dan self esteem dari
bawahan (Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, 2006:213).
Menurut Burns (1978) pada kepemimpinan transaksional, hubungan antarapemimpin
dengan bawahan didasarkan pada serangkaian aktivitas tawar menawarantar keduanya.
Karakteristik kepemimpinan transaksional adalah contingentreward dan management by-
exception.
Pada contingent reward dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugastelah
dilaksanakan, berupa bonus atau bertambahnya penghasilan atau fasilitas.Hal ini dimaksudkan
untuk memberi penghargaan maupun pujian untuk bawahanterhadap upaya-upayanya.Selain itu,
pemimpin betransaksi dengan bawahan,dengan memfokuskan pada aspek kesalahan yang
dilakukan bawahan, menundakeputusan atau menghindari hal-hal yang kemungkinan
mempengaruhi terjadinyakesalahan.
Management by-exception menekankan fungsi managemen sebagai kontrol.Pimpinan
hanya melihat dan mengevaluasi apakah terjadi kesalahan untukdiadakan koreksi, pimpinan
memberikan intervensi pada bawahan apabila standartidak dipenuhi oleh bawahan. Praktik
management by-exception, pimpinanmendelegasikan tanggungjawab kepada bawahan dan
menindaklanjuti denganmemberikan apakah bawahan dapat berupa pujian untuk membesarkan
hatibawahan dan juga dengan hadiah apabila laporan yang dibuat bawahan memenuhi standar.
14
Menurut Bycio dkk. (1995) kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinandi
mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonalantara
pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran.Pertukaran tersebut
didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran,standar kerja, penugasan kerja, dan
penghargaan.
Hubungan pemimpin transaksional dengan bawahan tercermin dari tigal hal yakni: (i)
pemimpin mengetahui apa yang diinginkan bawahan dan menjelaskan apa yang akan mereka
dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan; (ii) pemimpin menukar usaha-usaha yang
dilakukan bawahan dengan impalan; (iii) pemimpin responsive terhadap kepentingan pribadi
bawahan selama kepentingan tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan
bawahan. Dari hal ini jelas bahwa secara teori gaya kepemimpinan transkasional oleh Kepala
Desa Toapaya tidak masuk dalam kriteria tersebut, dengan uraian diatas dapat dikatakan bahwa
masih banyak kelemahan dan kekurangan dari gaya kepemimpinan Kepala Desa yang cendrung
kurang melakukan transkasi kepada pegawainya, sehingga hal ini dapat menjadi penghambat
bagi penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Toapaya dan hal ini juga akan berdampak pada
pelayanan terhadap masyarakat.
II. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Dari hal ini Penulis mengajukan 3 pertanyaan wawancara kepada 14 responden yang akan
penulis uraiakan di bawah ini:
1. Bagaimana sikap keseharian Kepala Desa dalam menjalankan pemerintahan dan
pergaulan di dalam masyarakat Desa Toapaya?
15
Dari uraian rangkuman jawaban dari para responden maka dapat disimpulkan bahwa,
Kepala Desa Toapaya dapat dikatakan sebagai pengaruh yang diidealkan baik
menjalankan pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat. Kepala Desa mencerminkan
sikap dan perilaku yang dapat dijadikan sebagai contoh dan tauladan baik bagi para
pegawai dan masyarakat Desa. Kegiatan-kegiatan sosial, agama dan lain sebagainya yang
sering dilakukan oleh Kepala Desa sebagai bentuk peningkatan keakraban antara
masyarakat desa dan peningkatan keimanan pada kegiatan-kegiatan keagamaan. Selain
itu juga dalam menjalankan pemerintahan Kepala Desa lebih mencerminkan sikap
terbuka kepada masyarakat terhadap pelayanan dan peningkatan kesejahteraan melalui
program-program pembangunan. Serta selalu menerima masukan dengan baik dari
masyarakat desa.
2. Bagiamana tingkat kepedulian Kepala Desa kepada para pegawai dan khusunya bagi
masyarkaat desa?
Jawaban dari para responden bahwa, dalam hal rasa kepedulian kepada para pegawai
yang dapat dilihat oleh para responden dapat dikatakan memiliki rasa kepedulian yang
tinggi, selalu memberikan bantuan kepada para pegawai agar dapat maju dan berkembang
seperti dirinya dengan memberikan apresiasi dan rasa hormat atas segala tugas-tugas yang
telah dikerjakan oleh para pegawai. Kemudian tingkat kepedulian Kepala Desa Toapaya
terhadap pelayanan masyarakat baik dalam hal pelayanan administrasi maupun dalam hal
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pengembangan dan
pembangunan baik pada sektor pertanian, perikanan dan lain sebagainya, ini terlihat
bahwa Kepala Desa senantiasa melakukan bantuan dan dukungan terhadap segala
kegiatan bagi pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
16
3. Apa bentuk motivasi yang diberikan Kepala Desa terhadap masyarakat di Desa Toapaya?
Dari jawaban para responden maka dapat dikatakan bahwa dari segala aspek
permasalahan yang dihadapai oleh masyarakat, Kepala Desa senantiasa memberikan
motivasi kepada para pegawai dalam hal memberikan pelayanan terhadap masyarakat dan
juga terhadap masyarkat. Bentuk motivasi dapat dilihat pada aspek permaslaahan
kesulitan ekonomi, rendahnya sarana dan prasarana desa, dan permasalahan sosial
lainnya.
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-
studi kepemimpinan. Konsep kepemimpinan transformasional menginterasikan ide-ide yang
dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya, dan kontingensi. Kebanyakan teori terbaru dari
kepemimpinan transformasional amat terpengaruh oleh Burns (1978), menurutnya
“Kepemimpinan transformasional menyerukan nilai-nilai moral dari pada mengikut dalam
upayanya untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang masalah etis dan untuk memobilisasi
energy dan sumber daya mereka untuk mereformasi institusi”.
Gary Yulk dalam Leadership in Organization (1989), amat gamblang
memperlihatkankarakter dari kepemimpinan transformatif itu.
Pertama, fokus kepemimpinan transformatif pertama-tama terarah pada
kepentinganbawahannya.Di sini animo utama dari pemimpin adalah perbaikan kondisi
bawahan.Jadi ia membawa bawahan keluar dari kondisi keterpurukannya menuju kondisi
yanglebih baik. Upaya itu diwujudkan dengan kebijakan-kebijakan yang
memungkinkanperbaikan itu.
Kedua, pemimpin transformatif berupaya untuk memberikan perhatian pada
nilainilaietis.Artinya, perhatian pemimpin transformatif juga terkait dengan perbaikankualitas
17
moralitas dan motivasi dari bawahan yang dipimpinnya. Dengan kata lain,pemimpin
transformasional menyuarakan cita-cita dan nilai-nilai moral sepertikemerdekaan, keadilan,
tanggung jawab sosial lewat empati. Landasannya ialahbahwa setiap orang berharga baik bagi
dirinya maupun bagi orang lain. Karena itulahia harus diangkat dan dihargai secara total.Jadi,
pemimpin membangkitkankesadaran dari pengikut dengan menyerukan cita-cita yang lebih
tinggi.
Ketiga, pemimpin transformatif tidak menggurui, melainkan mengaktifkan parapengikut
untuk melakukan inovasi-inovasi untuk bangkit dari keterpurukannya..Disini Yulk
memperlihatkan bahwa seorang pemimpin bukan sebagai penentusegalanya, melainkan
pendamping dan partner bagi bawahannya.
Keempat, kepemimpinan transformatif mengandung muatan stimulasi intelektual.Dalam
sistem seperti ini intensi penguasa adalah meningkatkan kesadaranpengikutnya akan masalah-
masalah konkret dan memandang masalah itu dariperspektif yang baru. Jadi, ada semacam
konsistensi.
Kelima, kepemimpinan transformatif menghidupkan dialog dalam strata sosial
lewatkomunikasi politik yang sehat. Dialog ini mengandaikan adanya keterbukaan dan visiyang
jelas dari seorang pemimpin.
Berdasarkan teori ini dapat dihubungkan dengan hasil penelitian penulis, dapat
dikatakan bahwa pola atau gaya kepemimpinan transformasional Kepala Desa Topaya sudah
sesuai hal ini ditandai dengan memberikan contoh yang baik dalam memperlakukan pegawai
ketika bekerja dan menjunjukan rasa simpati serta motivasi kepada pegawainya.
18
D. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan anilisis data, diperoleh kesimpulan dalam penelitian ini yaitu:
2. Gaya kepemimpinan Kepala Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan
jika dihubungkan dengan gaya kepemimpinan transaksional yang merupakan gaya
kepemimpinan dengan ditandai adanya transaksi antara pemimpin dengan pegawai
tidak sesuai. Hal in dibukatikan dari hasil penelitian menunjukan bahwa, Kepala
Desa Toapaya kurang memahami bagaimana implementasi yang baik pada transaksi
antara pemimpin dengan pegawai. Sehingga hal ini juga berdampak pada pelayanan
dan peningkatan kesejahteraan serta tata kelola pemerintahan Desa yang tidak sesuai
pada tugas dan fungsi serta tujuan dari pemerintahan desa tersebut.
3. Kepala Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan lebih cenderung
kepada gaya kepemimpinan transformasional yang diterapkan dalam memimpin
dimasa jabatanya. Dimana gaya kepemimpinan transformasional meliputi :
1) Memberikan contoh yang baik;
2) Mengutamakan kepentingan pegawai dibandingkan kepentingan pribadi;
3) Menunjukkan sikap keteladanan dengan bertutur kata yang baik serta
menjunjung tinggi etika dan moral;
4) Memberikan apresiasi terhadap setiap gagasan pegawai;
5) Mengajak pegawai dalam berolah pikir dalam memecahkan suatu permasalahan
kerja;
6) Menunjukkan rasa simpati;
7) Memberikan apresiasi ketika telah melakukan tugas dengan baik; dan
19
8) Memberikan motivasi kepada pegawai agar mencapai hasil kerja yang maksimal
sertamenginspirasi pegawai agar mampu mencapai tujuan bersama untuk masa
yang akan datang.
2. Saran
1. Kepala desa harus meunjukkan sikap yang konsisten dan komitmen terhadap hasil dan
prestasi kerja demi untuk kepentingan masyarakat dan kemajuan desanya dimana beliau
harus memilik gaya kepemimpinan mana yang cocok yang selama ini yang dijalankan.
2. Gaya kepemimpinan apa yang cocok yang harus dilakukan oleh kepala desa tidaklah
merupakan suatu yang wajib, akan tetapi memaksimalkan pelayanan terhadap
kepentingan masyarakat itulah yang utama sehingga jika kaya transformasional yang
dirasakan cocok untuk kepentingan masyarakat dan desanya maka gaya tersebut harus
dipertahankan dan ditingkatkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anchok D. 2012. Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Jakarta [ID]. Penerbit Erlangga.
Arikunto, Suharsimi, Manajement Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta 2005
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Rineka
Cipta, Jakarta, 2002.
Brannen, Julia, Memadukan Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Pustaka Pelajar Offset,
Yogyakarta, 2002.
Dwiyanto, Agus, dkk., Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, diterbitkan Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan UGM, Galang Printika, Yogyakarta, 2002.
Flippo, Edwin, Manajemen Personal (terjemahan), Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta, 1993.
Frech, Wendell L, Human Recources Management, Third Edition, Boston Toronto, 1994.
French, Wendell L, and Bell, Cecil H, Organization Development, Behavioral Science
Intervention for Organization Improvement, Prentice Hall International, Inc.
Englewood Cliffs, New Jersey, 1995.
Robbins, Stephen P, Perilaku Organisasi, Jilid I dan II, Penerbit Jakarta, 1996.
Sayogyo,Pudjiwati, Sosiologi Pembangunan, BKKN, Jakarta 1983.
Siagian, Sondang P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.
Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, STIE YKPN, Yogyakarta,
1997.
Slamet, Margono, Kelompok Organisasi dan Kepimpinan, Pasca Sarjana IPB, Bogor,1989
Soedjadi, Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, CV. Gunung Agung,Jakarta, 1994
Soeprihanto, John, Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan, BPFE, Edisi I,
Yogyakarta, 1996.
Soetarto, Dasar-Dasar Organisasi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2002
Soetarto, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Remaja Rosdakarya, Cetakan ke lima, Jakarta 2002
21
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, CV. Alfabeta, Bandung, 2002.
Suradinata, Ermaya, Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintahan, PT Gramedia Pustaka,
Jakarta, 1997.
Thoha, Miftah, Birokrasi dan Politik di Indonesia, PT. Grafindo Persada Jakarta, 2003.
Thoha, Miftah, Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001.
Thoha, Miftah, Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi, PT. Grafindo Persada
Jakarta, 1997.
Warman, Joyce, Telaah Kontek Keorganisasian, Rajawali Press, Jakarta, 2002
Recommended