View
71
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KEMATIAN ANAK DI JAWA TENGAH TINGGI KARENA RENDAHNYA PENDIDIKAN DAN KEKAYAAN
POLICY BRIEF
Kematian bayi (dan anak) secara
langsung disebabkan oleh kesakitan bayi
(dan anak) dalam pengertian luas, yang
pada gilirannya dipengaruhi berbagai
faktor penyebab tidak langsung. Untuk
membahas penyebab kematian bayi (dan
anak) kita harus merujuk balik hasil
kajian serius dari Mosley dan Chen
(1984) yang memvisualisasikan
determinan proksimat (acap
diterjemahkan ke dalam faktor penyebab
yang tidak langsung) yang
mempengaruhi kelangsungan hidup anak
(dengan cara pandang terbalik: kematian
anak), sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar 1.
Gambar 1
Aksi 5 Kelompok Determinan Proksimat terhadap
Dinamika Kependudukan dalam Masyarakat
Sumber: Satoto 2000, dalam Fathurrohman & Dwiyanto (2000)
Determinan Sosek
Faktor Materna
Kontaminasi
Kurang Gizi
Trauma
SehatSakit
pencegahan
pengobatan
Gangguan Pertumbuhan
Kema-tian
Penanggulangan Penyakit Perorangan
Model Mosley dan Chen
tersebut, ternyata sampai saat ini masih
digunakan sebagai strategi dasar
memahami kesakitan (dan kematian)
bayi (dan anak). Jonsson (1955)
meletakkan determinan kelangsungan
hidup anak sebagaimana disajikan dalam
Gambar 2. Mula-mula gambar tersebut
difokuskan untuk variabel keluaran gizi
dan pertumbuhan anak. Namun
kemudian terbukti pula untuk dipakai lagi
aspek lain kesejahteraan anak, termasuk
perkembangan anak (Satoto, 1997), dan
untuk kelangsungnan hidup anak.
Gambar 2
Determinan Kelangsungan Hidup Anak
Struktur Pol-Sos-Bud & Ek
Sumber: Satoto (2000) dalam Fatrhurrohman & Dwiyanto (2000)
TINGKAT KEMATIAN ANAK
Asuhan Ibu dan Anak
Asuhan Ibu dan Anak
Keluaran
Kelangsungan Hidup Anak
Kecukupan Makan Status Kesehatan
Sebab
langsung
Keamanan Pangan
Keamanan Pangan
Lingkungan dan Pelayanan
Lingkungan dan Pelayanan
Sebab
tak
langsung
Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Sumber daya dan Kontrol :
Sebab
mendasar
Bagaimana kecenderungan
tingkat kematian anak di Jawa Tengah,
ditunjukkan oleh Gambar 3 berikut.
Berdasarkan Gambar 3 tersebut,
terjadi penurunan tingkat kematian anak
di beberapa provinsi di Pulau Jawa. Untuk
Jawa Tengah terjadi penurunan yang
berarti dari 15,7 per 100 kelahiran (1997),
turun menjadi 8 (2002) dan kemudian
turun lagi menjadi 6 (2007). Untuk Jawa
Timur pada priode 2002 dan 2007
kondisinya tidak berubah, yakni 10. Akan
tetapi justeru di Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, terjadi kenaikan tingkat kematian
anak, yakni dari 6 (2002) menjadi 9
(2007), demikian juga hal yang sama
terjadi di Jawa Barat, yakni terjadi
kenaikan dari 6 (2002) naik menjadi 10
per 100 kelahiran (2007).
Faktor-faktor apakah yang menjadi
menarik untuk kita simak dalam kaitannya
dengan tinggi rendahnya tingkat kematian anak tersebut,
ditunjukkan oleh uraian berikut.
Tabel 1: Angka kematian Anak menurut Tingkat Sosial Ekonomi Indonesia & Jawa Tengah SDKI 2007
Karakteristik Sosek Indonesia Jawa Tengah
1. Tempat Tinggal
Desa 38 28
Kota 60 34
2. Pendidikan Ibu
Tidak TamaT SD 94 48
Tamat SD 69 41
Tidak Tamat SMTA 56 30
Smta + 45 9
3. Indeks Kekayaan Kuantil
Terbawah 77 58
Menengah Bawah 59 45
Menengah 44 22
Menengah Atas 36 24
Teratas 32 16
Sumber: SDKI 2007
Berdasarkan Tabel 1 dari hasil SDKI 2007,
menunjukkan kondisi yang menarik, yakni terjadi
hubungan yang terbalik antara tingkat pendidikan ibu
dengan tingkat kematian anak, ibu yang dengan tingkat
pendidikan rendah mempunyai tingkat kematian anak
yang lebih tinggi, dan sebaliknya ibu dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi mempunyai tingkat
kematian anak yang lebih rendah. Data Tabel 1 juga
menunjukkan kecenderungan hubungan yang terbalik
antara status kekayaan rumah tangga dengan tingkat
kematian anak; anak yang tinggal dalam
rumah tangga yang lebih mempunyai
kecenderungan mengalami tingkat
kematian anak yang lebih tinggi, demikian
juga sebaliknya anak yang tinggal dalam
rumah tangga kuantil teratas mempunyai
kecenderungan mengalami tingkat
kematian yang lebih rendah. Kondisi
hubungan dan kecenderungan yang
terbalik antara karakteristik atau latar
belakang sosial ekonomi ibu yang
melahirkan dengan tingkat kematian anak
tersebut terjadi baik pada tingkat Jawa
Tengah maupun pada tingkat nasional.
AGENDA KEBIJAKAN
Berdasarkan uraian tentang faktor
dominan kelangsungan hidup anak dan
temuan penting data SDKI 2007 tentang
tingkat kematian anak, maka dapat
diusulkan beberapa agenda kebijakan
penting dalam kaitannya dengan
peningkatan kelangsungan hidup anak,
sperti berikut: Pertama, perlu ditingkatkan
lagi dan dihidupkan lagi gerakan-gerakan
pos pelayanan terpadu (Pos Yandu)
dengan pengembangan yang berbasis
modal sosial; Kedua, pengembangan
pendidikan perempuan ditingkat perdesaan
lebih digalakkan; Ketiga, peningkatan
sinergitas lembaga pemerintah dan non
pemerintah yang menggarapkan
peningkatan kesejahteraan keluarga miskin (khususnya
wanita miskin)
DAFTAR PUSTAKA
BPS, BKKBN, Depkes. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan. Jakarta
Ananta, Aris. 1991. “Variabel Demografi Dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi”, Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ancok, Djamaludin. 1992. Peranan Pembangunan Sektoral Terhadap Peniingkatan Kualitas Penduduk. Konperensi Kependudukan Nasional I (Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan, Menyongsong Kebangkitan Nasional kedua). Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta.
Budi Soeradji. 1992. Kondisi dan Situasi Kependudukan di Indonesia. Konperensi Kependudukan Nasional I (Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan, Menyongsong Kebangkitan Nasional kedua). Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta.
Coale, Ansley J. dan Hoover, Edgar M. 1958. Population and Economic Development in Low Income Countries, Princeton : Princeton University Press.
Faturrohman dan Dwiyanto, 2001, Reorientasi Kebijakan Kependudukan, PPK UGM, Jogjakarta.
Herniwati RH, 1997. “Indikator Dinamis Keseimbangan Penduduk Dengan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan”. Makalah disampaikan dalam Temu Konsultasi ”Meningkatkan Peranan PSK Dalam Pembangunan Berwawasan Kependudukan dan Keluarga” Jakarta : Kantor Mengduk/BKKBN, 20 November.
Herniwati RH, 1999. Prespektif Kependudukan Dalam Kaitan Dengan Pembangunan Ekonomi, Sosial dan Budaya, Paper disampaikan Dalam Seminar Pembangunan Kependudukan dan Gerakan Keluarga Berencana Nasional Dalam Rangka Menyongsong Era Milenium Ketiga di Universitas Tidar Magelang.
Informasi Eksekutif Pola TFR Propinsi Jawa Tengah Berdasarkan Hasil Susenas 1998. Semarang : Agustus.
Kasto, 1988, Analisis Kependudukan, PAU-Studi Sosial UGM, Yogyakarta.
Mahbub ul Haq, 1995. Reflections on Human Development, Oxford University Press, New York.
Mantra, 2007, Demografi Umum, Pustaka Pelajar, Jogjakarta.
Suyono, Haryono, 2000. “Latar Belakang Kebutuhan Data Basis Untuk Paradigma Baru Pembangunan Berwawasan Kependudukan Dalam Abad Ke XXI”, Paper yang disajikan Dalam Lokakarya Nasional IPADI, Jakarta.
Tjiptoherianto, Priyono. 1999. “Biaya dan Manfaat Pembangunan Berwawasan Kependudukan Dalam Perencanaan Pembangunan Daeah Pada Millinium III”, Makalah disampaikan dalam “Seminar Sehari Urgensi Program-Program Kependudukan Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Pada Millinium III, Semarang : PPK – Lemlit – Universitas Diponegoro, 18 September.
Tukiran, et.al, 2002, Mobilitas Penduduk Indonesia: Tinjauan Lintas Disiplin, PSKK UGM, Jogjakarta.
Tukiran, et.al, 2007, Sumber Daya Manusia: Tantangan Masa Depan, PSKK UGM, Jogjakarta.
Recommended