View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KOMUNIKASI PERSUASIF DR. K.H. KHAITAMI M. NUH, M.A
DALAM MENARIK MINAT PARA DONATUR
MELALUI DARUL AITAM YAYASAN AQSHAL GHAYAT
JAKARTA BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)
oleh:
Ahmad Nurul Macky
1112051000086
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
iv
ABSTRAK
Ahmad Nurul Macky
Komunikasi Persuasif DR. Khaitami M. Nuh, MA Dalam Menarik Minat
Para Donatur Melalui Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat Jakarta Barat
Lembaga yang dipercaya sebagai pedoman dalam bertindak dan
kegiatannya berkaitan dengan kebutuhan pokok manusia di dalam kehidupan
bermasyarakat haruslah memiliki tujuan. Banyaknya lembaga yang berada dalam
masyarakat menandakan bahwa semakin besar kepercayaan masyarakat terhadap
sebuah lembaga. Berhasilnya suatu lembaga dapat diukur dari besar kecilnya
pengaruh lembaga terhadap masyarakat begitu pula sebaliknya. KH. Khaitami
sebagai ketua Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat mempunyai peran penting
dalam mengelola lembaga amanah umat. Sebagai lembaga sosial pengelola
amanah umat yaitu bertanggung jawab dalam mengelola dana yang berasal dari
masyarakat, KH. Khaitami menggunakan komunikasi persuasif, untuk menarik
minat para donatur karena merupakan sarana dalam penyampaian pesan yang
dilakukan dengan suatu ajakan atau seruan tanpa merasa adanya paksaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, timbul beberapa pertanyaan yaitu:
Bagaimana bentuk komunikasi persuasif yang diterapkan oleh DR. KH. Khaitami
M. Nuh, MA dalam menarik minat para donator melalui Darul Aitam Yayasan
Aqshal Ghayat Jakarta Barat? Bagaimana analisis dan evaluasi dalam komunikasi
persuasif DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA dalam menarik minat para donatur
melalui Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan masuk ke dalam
jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran
mengenai suatu fenomena secara detil.
Teori yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah teori komunikasi
persuasif dari Jalaludin Rahmat, yaitu Komunikasi Persuasif didefinisikan sebagai
proses mempengaruhi dan mengendalikan pendapat, perilaku, dan tindakan orang
lain melalui pendekatan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak
seperti atas kehendaknya sendiri. Proses itu sendiri adalah setiap gejala atau
fenomena yang menunjukan suatu perubahan yang terus menerus dalam konteks
waktu, setiap pelaksanaa atau perlakuan secara terus-menerus. Dengan
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil Penelitian ini menampilkan bentuk komunikasi persuasif yang di
lakukan oleh KH. Khaitami dalam menarik minat para donatur serta teknik-teknik
komunikasi persuasif KH. Khaitami. Dalam proses komunikasinya terhadap para
donatur atau ceramah/pesan KH. Khaitami ini menggunakan bentuk komunikasi
persuasif dengan cara dakwah, dengan dakwah bil lisan dan bil hal. Adapun
analisis dan evaluasi komunikasi persuasif KH. Khaitami dengan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, Threats)
Kata kunci: Komunikasi Persuasif, DR. Khaitami, Donatur, Darul Aitam,
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmirrahim
Alhamdulillah wa Syukurillah, puji syukur penulis panjatkan atas semua
ni‟mat dan karunia yang Allah SWT berikan selama ini, yang tak henti-hentinya
memberikan kekuatan yang luar biasa disaat penulis merasakan lelah, jenuh
menghadapi semua kesulitan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi yang
berjudul “Komunikasi Persuasif DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA Dalam Menarik
Minat Para Donatur Melalui Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat Jakarta Barat”
telah selesai disusun.
Sholawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada Rasulullah
Nabi Besar Muhammad SAW yang dengan limpahan syafa‟atnya menuntun
umatnya kejalan kebaikan, yaitu jalan yang diridhoi Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
semata, karena sesungguhnya tanpa kehendak-Nya segala sesuatu tidak mungkin
terjadi. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Betapapun hebatnya manusia, tak ada yang bisa melakukan segala
sesuatunya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Untuk itu perkenankanlah
penulis secara khusus dengan rasa hormat dan bangga menyampaikan ucapan
terima kasih yang mendalam kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I
BidangAkademik, Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II Bidang
vi
Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Ibu Kalsum Minangsih MA, selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, dan juga
meluangkan waktu, fikiran dan tenaga, dalam memberikan arahan dan
bimbingan di sela-sela kesibukan beliau. Serta telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini. Dan dalam pengurusan
nilai-nilai kuliah. Terima kasih ibu.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu, pengalaman dan wawasan serta kontribusi yang tak
ternilai harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tak akan terputus.
5. Dan tak lupa kepada seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, juga para staf Perpustakaan Fakultas yang
telah memberikan pelayanan buku-buku serta literatur kepada penulis
selama menjalani penelitian dan studi di kampus ini.
6. Bapak. DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA selaku objek yang penulis teliti,
penulis mengucapkan banyak terima kasih telah diizinkan untuk meneliti
serta waktu, fikiran, pengalaman, tenaga, ilmu yang beliau luangkan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga
beliau selalu diberi kekuatan sehingga ilmu beliau terus menerus dapat di
syiarkan.
vii
7. Untuk kedua orang tua H. Ahmad Syahwandi (Alm), Ayahanda tercinta
yang telah berpulang ke rahmatullah semoga beliau diterima disisi-Nya,
dan di ampunkan segala dosanya serta dijadikan kuburnya taman dari
taman-taman surga Aamiin…Serta Ibunda Hj.Nuryati Usman yang
dengan pengorbanan beliau seorang diri dengan kasih sayangnya tak kenal
lelah dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya sehingga kami
menjadi orang yang berpendidikan, motivasi, do‟a dan seluruh
pengorbanan beliau yang tidak terhingga baik berupa moril maupun
materil. Jasa kalian tak dapat dibalas dengan apapun. Terima kasih ya
Ayah….. Terima kasih ya Ummi….
8. Untuk semua saudara-saudariku tercinta, Hj. Syahlianur beserta suami
Subekti Ilham, Evie Fauzaniah beserta suami Nandang Supena S. IP,
Nurkomala beserta suami Iwan Setiawan S.Pd M. Pd, abangku satu-
satunya H. Nursyawaludin S. Kom beserta istri Hj. Nurjannah M. Pd,
Nurfikria beserta suami Nurkholis, Fhitrotunnisa beserta suami Andri
Priyanto, adeku yang paling bontot Emi Multazamiah, (semoga skripsinya
segera selesai) semoga kalian terus menerus diberkahi rezeki dan diridhoi
Allah SWT didunia maupun akhirat. Aamiiiinnn….
9. Teman-temanku seperjuangan semua yang kucinta khususnya Keluarga
besar KPI angkatan 2012 serta kakak-kakak senior dan adik-adik junior
yang sudah memberikan insipirasi kepada peneliti.
10. Teman-teman KPI C, Falahul Muallim Yusuf, Abitu Rahmansyah,
Sukmana Galih Maulana, Mohammad Miqdad, Ardiansyah Fadli, Abdul
Haris Maulana, Rifqi Masruri, Hamzah Hasbi, Muhammad Syahid
viii
Ramdhani, Zoupi Dwi Raka, Ahmad Zein, Kemal Aqwam Maulana, Haris
Mauludin dan semua rekan yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini. Semoga jalan hidup yang kita jalani selalu diberi petunjuk oleh
Allah SWT dan semoga tali silaturrahim kita semua tetap terjaga dengan
baik.
11. Keluarga KKN Bravo 2015 serta Keluarga Besar jajaran Perangkat Desa
Tenjo, Kabupaten Bogor, semoga tali silahturahmi tetap tersambung di
antara kita.
Penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi
para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan, akhir kata mohon
maaf jika dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan dan kekurangan, hanya
do‟a dan harapan yang dapat penulis panjatkan, semoga semua kebaikan kalian,
senantiasa Allah SWT balas dengan limpahan yang berlipat ganda disertai
keberkahan oleh-Nya. Amin, Amin yaa Rabbal „Alamin
Jakarta, 9 November 2017
Ahmad Nurul Macky
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ........................................................... 5
C. Rumusan Masalah ............................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka ................................................................. 6
G. Metodologi Penelitian ......................................................... 7
H. Sistematika Penulisan .......................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Ruang Lingkup Komunikasi................................................ 12
B. Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif ................................ 24
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA............................... 36
1. Riwayat hidup ................................................................ 36
2. Pendidikan ..................................................................... 37
3. Karya-karya DR. Khaitami M. Nuh, MA ...................... 39
B. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Pesantren Darul Aitam
Yayasan Aqshal Ghayat Jakarta Barat ................................ 40
C. Visi dan Misi Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat ........... 44
D. Struktur Organisasi .............................................................. 45
E. Kegiatan Darul Aitam yayasan Aqshal ghayat .................... 46
x
BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS DATA
A. Temuan Penelitian ............................................................... 48
B. Komunikasi Persuasif DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA. .... 49
C. Evaluasi dan Analisis Bentuk Komunikasi Persuasif
DR. KH. Khaitami ............................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 71
B. Saran .................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 77
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah kebutuhan dalam kehidupan yang isinya terdapat unsur
bahasa, gerak tubuh, dan ekspresi dalam menyampaikan pemikiran yang
disebut sebagai pesan. Dengan mengutarakan sebuah pesan maka terjadi suatu
aktifitas antara komunikator yakni diri sendiri dengan komunikan yaitu orang
lain yang disebut dengan aktifitas makhluk sosial yang sifatnya dasariah,
sehingga pada akhirnya komunikasi menjadi sebuah kebutuhan permanen
manusia yang membentuk keberlangsungan kehidupan makhluk sosial.1
Sebuah strategi diperlukan dalam komunikasi, hal ini didasarkan karena
untuk mencapai tujuan diperlukan langkah-langkah yang sistematis dan
terarah agar tujuan yang telah direncanakan dapat diterima dan dipahami oleh
masyarakat. Strategi yang spesifik menjadi kesatuan dalam komunikasi
organisasi terutama pada lembaga yang ingin mencapai tujuan dengan cara
cepat. Salah satu aspek utama pendukungnya yakni penguasaan terhadap
informasi yang disampaikan dengan baik akan membuat hubungan
komunikasi organisasi dengan masyarakat memberikan hasil yang sama-sama
menguntungkan.
Oleh karena itu keterampilan berkomunikasi dan penguasaan terhadap
informasi harus diutamakan, karena isinya mencakup gambaran besar
mengenai program yang direncanakan seperti pengetahuan, visi dan misi, serta
tujuan yang ingin dicapai. Evert M. Rogers mengatakan dalam bukunya
komunikasi organisasi “sebuah lembaga yang teroganisasi dengan baik serta
cepat dalam mencapai tujuannya adalah lembaga yang anggotanya memiliki
pengetahuan tentang informasi dan penguasaan baik terhadap tehnik
penyampaian”.
1Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), cet ke-21, h. 9.
2
Banyaknya lembaga yang berada dalam masyarakat menandakan bahwa
semakin besar kepercayaan masyarakat terhadap sebuah lembaga.Lembaga
yang dipercaya sebagai pedoman dalam bertindak dan kegiatannya berkaitan
dengan kebutuhan pokok manusia di dalam kehidupan
bermasyarakat.Lembaga yang berada dalam masyarakat dan pelaksanaan
kegiatannya memiliki tujuan untuk masyarakat, sehingga berhasilnya suatu
lembaga dapat diukur dari besar kecilnya pengaruh lembaga terhadap
masyarakat begitu pula sebaiknya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
“lembaga adalah badan atau organisasi yang tujuannya melakukan suatu
penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.2
Dalam hal ini berkaitan dengan lembaga sosial dalam masyarakat yang di
dalamnya terdapat sistem norma-norma sosial dan hubungan-hubungan yang
menyatukan nilai-nilai dan prosedur-prosedur tertentu dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Tujuan lembaga sosial sama halnya
dengan tujuan sebuah lembaga yaitu untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat, akan tetapi dalam sebuah lembaga sosial berdasarkan dengan
sistem norma-norma sosial yang penting diterapkan dan dilaksanakan untuk
kepedulian sosial.
Dalam masyarakat terdapat lembaga sosial yang tidak hanya bergerak
dalam sosial masyarakat dengan menganut sistem norma-norma sosial saja,
tetapi terdapat juga lembaga sosial yang bertujuan sebagai pengelola amanah
umat yang berada dalam masyarakat.Dengan adanya lembaga sosial pengelola
amanah umat diharapkan dapat menjadi kepercayaan masyarakat kepada
lembaga untuk mengelolanya, lembaga mana yang dipilih dan dipercayai
harus dapat bertanggungjawab untuk mengelolanya.
Dengan adanya kepercayaan masyarakat yang begitu besar terhadap
pengelola amanah umat, maka tidak sedikit lembaga-lembaga sosial yang
didirikan dengan tujuan mengelola amanah umat, serta lembaga-lembaga
berlomba dalam mencapai tujuan yaitu masyarakat sebagai sasaran dalam
2 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet ke-4, h.
655.
3
tercapainya tujuan yang dicita-citakan oleh lembaganya. Lembaga-lembaga
sosial yang bertujuan mengelola amanah umat seperti lembaga Dompet
Dhuafa, Darul Aitam, Mizan Amanah dan lembaga-lembaga lainnya. Semua
lembaga-lembaga tersebut bertujuan mengelola amanah umat, dengan
berbagai macam strategi yang dilakukan setiap lembaga agar dapat menjalin
kerjasama dengan masyarakat dan berupaya agar dipercayai untuk mengelola
dana terutama dari para donatur, karena masyarakat yang menjadi sasaran
utama dalam pencapaian tujuan sebuah lembaga dan masyarakat memiliki
peran penting dalam melaksanakan tujuan kegiatan.
Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat sebagai lembaga pengelola amanah
umat memiliki tujuan yang sama dengan lembaga sosial pengelola amanah
umat yang lain yaitu bertanggung jawab dalam mengelola dana yang berasal
dari masyarakat, akan tetapi setiap lembaga memiliki proses yang berbeda
dalam mencapai tujuan karena lembaga juga harus bekerja keras untuk
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat agar tujuan yang diinginkan oleh
lembaga dapat tercapai dan sesuai dengan yang dicita-citakan.
Dalam mencapai tujuan yang diinginkan dan dicita-citakan, Darul Aitam
Yayasan Aqshal Ghayat harus berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan
masyarakat, karena masyarakat sebagai penentu tercapainya tujuan sebuah
lembaga. Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat berupaya untuk bekerjasama
dengan para donatur dan mitra perusahaan, karena para donatur dan mitra
perusahaan sebagai bagian pendukung terlaksananya tujuan lembaga.
Tumbuhnya minat para donatur dan mitra perusahaan, tidak terlepas dari
sosok ketua umum Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat yaitu DR. KH.
Khaitami M. Nuh, MA yang dalam kepemimpinannya telah berhasil
menumbuhkan minat para donatur dan mitra perusahaan sehingga Darul
Aitam Yayasan Aqshal Ghayat tumbuh berkembang menjadi 17 cabang yang
di antaranya berada di daerah Jakarta, Bogor hingga Banten.
DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA selaku ketua Darul Aitam Yayasan
Aqshal Ghayat, juga aktif di organisasi FKMM (Forum Komunikasi Masjid
dan Mushalla) se-Jakarta Barat dan Jakarta Selatan KH. Khaitami adalah
4
sosok kiai yang sangat disegani juga sangat memperhatikan masyarakatnya
yang berada di lingkungan darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat.
Dalam kesibukan sehari-hari sebagai ketua Darul Aitam Yayasan Aqshal
Ghayat atau sebagai ketua FKMM dan di majlis taklim di wilayah Jakarta,
KH. Khaitami masih menyempatkan waktunya untuk menumbuhkan minat
para donatur dan mitra perusahaan dalam setiap majlis taklim yang KH.
Khaitami pimpin. Banyak masyarakat yang secara tidak sadar tergugah untuk
mendonasikan dana untuk kelangsungan Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat
tersebut. Dalam penyampaian dakwahnya, pesan yang disampaikan KH.
Khaitami sebagai komunikator menggunakan bahasa yang lugas dan mudah
dipahami kepada orang lain (komunikan) namun tidak melukai atau
menyinggung secara verbal maupun nonverbal, sehingga pesan yang
disampaikan mudah diterima oleh jama’ah (komunikan).
Di dalam Al-qur’an surat Muhammad ayat ke- 7 Allah berfirman:
ينصركم ويثبت أقدامكم يا أيها الذين آمنىا إن تنصروا للا
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”
(QS: Muhammad : 7).
Ayat ini merupakan perintah Allah kepada mukminin agar mereka
menolong agama-Nya, berdakwah kepada-Nya, dan berjihad melawan musuh-
musuh-Nya dengan mengharapkan keridhaan-Nya. Jika mereka melakukan hal
itu, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan menolong mereka dan
meneguhkan mereka, yakni menguatkan mereka dengan kesabaran,
ketenangan, dan keteguhan serta membuat badan mereka dapat bersabar di
atasnya serta menolong mereka terhadap musuh mereka. Ini adalah janji dari
Allah Yang Maha Pemurah yang benar janji-Nya, bahwa barang siapa yang
menolong agama-Nya baik dengan ucapan maupun perbuatan, maka Dia akan
menolongnya, dan memudahkan sebab-sebab pertolongan terhadap dirinya.3
3 http://www.piss-ktb.com/2015/12/4595tafsir-qs-muhammad-ayat-7-maksud.html,
diakses pada 25 Oktober 2017.
5
Sehubungan dengan konteks dakwah dan sosial inilah, DR. KH. Khaitami
M. Nuh, MA sebagai kiai sekaligus ketua Darul Aitam Yayasan Aqshal
Ghayat yang berada di Jakarta Barat adalah sosok kiai yang mempunyai ciri-
ciri seperti yang telah disebutkan diatas. Beliau sebagai seorang figur kiai
menekankan kepada masyarakat agar menjalankan amar ma’ruf nahi munkar
serta berlomba-lomba dalam kebaikan dalam membantu anak yatim dan kaum
dhuafa.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
dan mengungkap penelitian komunikasi yang digunakan oleh kiai pada
lembaga sosial Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat dalam meningkatkan
minat para donatur kepada lembaga tersebut dan penelitian ini diberi judul
“Komunikasi Persuasif DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA Dalam Menarik
Minat Para Donatur Melalui Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat
Jakarta Barat”.
B. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka dalam penelitian ini
penulis membatasi masalah yang ingin diteliti mengenai strategi komunikasi
dan bentuk komunikasi DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA melalui Yayasan
Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat Jakarta Barat.
C. Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk komunikasi persuasif yang dilakukan oleh DR. KH.
Khaitami M. Nuh, MA dalam menarik minat para donatur melalui
Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat Jakarta Barat?
2. Bagaimana evaluasi dan analisis terhadap bentuk komunikasi persuasif
yang dilakukan oleh DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA dalam menarik
minat para donatur melalui Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
6
1. Untuk mengetahui apa saja bentuk komunikasi persuasif yang
dilakukan oleh DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA dalam menarik minat
para donatur melalui Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat Jakarta
Barat.
2. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi dan menganalisis strategi
komunikasi persuasif yang dilakukan oleh DR. KH. Khaitami M. Nuh,
MA dalam menarik minat para donatur melalui Darul Aitam Yayasan
Aqshal Ghayat Jakarta Barat.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua:
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan wacana keilmuan komunikasi, terutama tentang strategi
komunikasi persuasif seorang kiai yang sukses dan membawa peningkatan
multiguna bagi umat Islam. Sekaligus dapat menambah khazanah
keilmuan dakwah Islam DR. K.H. Khaitami M. Nuh, M.A dengan
pengalaman, pengetahuan, dan motivasinya terhadap dakwah Islam.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tindakan praktis untuk
memberikan pengetahuan kepada penulis tentang strategi komunikasi
persuasif DR. K.H. Khaitami M. Nuh, M. A dan dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperkaya khazanah intelektual, wawasan dan
gambaran secara utuh mengenai strategi komunikasi.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan karya ilmiah ini, sebelum penulis mengadakan
penelitian lebih jauh dan kemudian menyusunnya menjadi sebuah skripsi,
maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu
skripsi yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis
7
teliti. Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada dalam suatu penelitian
skripsi yang meneliti dan mengkaji secara spesifik tentang Komunikasi
Persuasif DR. KH. Khaitami M. Nuh, M. A, dalam menarik minat para
donatur melalui Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat Jakarta Barat.
Namun masih ada beberapa skripsi yang ada kaitannya dengan judul
penulis diantaranya:
1. Strategi Komunikasi Costumer Relationship Management Lembaga
Amil Zakat Dompet Dhuafa Dalam Menjaga Loyalitas Donatur oleh
Penulis Danang Budi Utomo (Skripsi: UIN 2014). Pembahasan
masalah skripsinya adalah tentang bagaimana strategi komunikasi dan
implementasi CRM LAZ Dompet Dhuafa dalam menjaga loyalitas
donatur.
2. Strategi Komunikasi Public Relations Mizan Amanah dalam
meningkatkan minat para donatur oleh Adam Noor (Skripsi: UIN
2014). Dalam penelitiannya pembahasan masalah skripsinya adalah
tentang bagaimana perumusan, implementasi dan evaluasi strategi
yang dilaksanakan oleh public relations Mizan Amanah.
3. Komunikasi Instruksional KH. Ahmad Ihsan (Kyai Cepot) Dalam
Mengembangkan Potensi Dakwah Para Santri Di Pondok Pesantren
Ibadurrahman Cipondoh Kota Tangerang oleh Wahyudi (Skripsi: UIN
2012). Penelitiannya mengenai komunikasi instruksional faktor
penghambat dan pendukungnya serta penerapannya terhadap
pengembangan potensi dakwah para santri.
Oleh karena itu, apa yang penulis lakukan ini pada dasarnya tidak
mengambil adanya tulisan yang penulis jadikan suatu perbandingan
terhadap skripsi ini, sehingga skripsi yang penulis angkat benar-benar hasil
karya penulis sendiri.
G. Metodologi Penelitian
Pada penyusunan skripsi ini, penulis membagi metodologi ke dalam
beberapa bagian, yaitu:
8
1. Metode Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka metode yang penulis
gunakan untuk penelitian ini adalah kualitatif yaitu suatu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.4 Metode
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memberikan gambaran
secara objektif suatu masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini
pendekatan yang digunakan bersifat deskriptif analisis yaitu
melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu, sebagai prosedur
pemecahan yang di selidiki dengan menggambarkan/melukiskan
keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan
lain-lain) padasaat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan
penelitian non hipotesa.5
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah DR. K.H. Khaitami M. Nuh,
M. A. Sedangkan objek penelitiannya adalah Strategi Komunikasi
Persuasif yang digunakan DR. K. H. Khaitami M. Nuh, M.A melalui
Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat dalam menarik minat para
donatur.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik mengumpulkan data dalam penelitian ini penulis
menggunakan tiga metode pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan
oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-
4Lexy, J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007),
h. 3. 5Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985), Cet. Ke 2, h.
139.
9
orang yang akan diobservasi.6Observasi ini secara umum melalui
pengamatan langsung dengan bertatap muka antara penulis dan
responden (DR. K.H. Khaitami M. Nuh, M. A) di kediaman beliau
serta pengajian yang diadakan di yayasan darul aitam aqshal ghayat
jakarta barat.
2. Wawancara
Interview atau wawancara yang dimaksud adalah teknis dalam
upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan
proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai data. Data yang
diperoleh dengan teknis ini adalaha dengan cara tanya jawab secara
lisan dan bertatap muka langsung antara seorang atau beberapa orang
interviewer (pewawancara) dengan seorang atau beberapa orang
interview (yang diwawancarai).7Sedangkan jenis pedoman interview
yang digunakan oleh penulis adalah jenis pedoman interview tidak
terstruktur, yakni pedoman wawancara yang hanya memuat garis-garis
besar pertanyaan yang akandiajukan.8Adapun komunikan yang
penulis wawancarai, DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, dan satu
donatur.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data melalui
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,
agenda, atau juga gambar-gambar.9
Metode dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh data,
baik data yang sifatnya primer maupun sekunder yang nantinya dapat
memperkuat dan melengkapi data yang terkait dengan masalah
penelitian.
6 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 165.
7Wardi, Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah,(Jakarta: Logos, 1997), h. 72.
8Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), h. 231. 9Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, h. 231.
10
4. Teknik Analisis Data
Berdasarkan pada spesifikasi penelitian maka dalam
melakukan analisis terhadap data-data yang telah telah tersaji secara
kualitatif juga menggunakan metode data kualitatif deskriftif yaitu
proses analisis data dengan maksud menggambarkan analisis secara
keseluruhan dari data yang disajikan tanpa menggunakan rumusan-
rumusan statistik atau pengukuran. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan pola berfikir induktif. Berfikir induktif merupakan
suatu jenis pola berfikir yang bertolak dari fakta empiris yang didapat
dari lapangan (berupa data penelitian) yang kemudian dianalisis,
ditafsirkan dan berakhir dengan penyimpulan terhadap permasalahan
berdasar pada data lapangan tersebut.
H. Sistematika Penulisan
Pembahasan dan penelitian dibagi ke dalam V BAB. Dalam setiap babnya
akan dibagi ke dalam sub bab, adapun sistematika penulisannya adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Penulis mulai dengan pendahuluan yang merupakan Bab I, yaitu
terdiri atas; Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi
Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Selanjutnya penulis menempatkan tinjauan teori pada bab berikut
ini, yakni meliputi; Pengertian dan Tahapan-tahapan Strategi,
Pengertian Komunikasi, Pengertian Komunikasi Persuasif,
Komponen dan Teknik-teknik Komunikasi Persuasif.
11
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ke-tiga, penulis menggambarkan tentang Sejarah dan
Latar Belakang Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat Jakarta Barat,
Profil DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, Visi dan Misi Darul Aitam
Yayasan Aqshal Ghayat Jakarta Barat.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
Pada bab ke-empat ini, mencakup tentang Analisis Komunikasi
Persuasif Yang Digunakan DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA
Dalam Menarik Minat Para Donatur Melalui Darul Aitam Yayasan
Aqshal Ghayat Jakarta Barat, Faktor Pendukung, Hambatan, dan
Solusinya.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
12
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Ruang Lingkup Komunikasi
1. Definisi Komunikasi
Pengertian Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa latin,
yaitu communicatio. Istilah tersebut bersumber dari perkataan communis
yang artinya sama makna atau sama arti.1
Everet M. Rogers (1985) mengemukakan bahwa komunikasi adalah
proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.2
Secara terminologi, istilah komunikasi adalah suatu tingkah laku,
perbuatan, atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang,
yang mengandung arti atau makna, atau lebih jelasnya, suatu pemindahan
atau penyampaian informasi, mengenai pikiran, dan perasaan-perasaan.3
Menurut Hovlan, komunikasi dapat didefinisikan “as the process by
which an individuals the communicator-transmitastimuli (ussualy verbal
symbols) to modify the behavior of other individuals communicateest.”
Dengan mengkomunikasikan rangsangan dalam bentuk kata-kata terltulis
atau lisan, komunikaor mampu mengubah perilaku individu atau
komunikan lainnya.4
1 Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 14.
2 H. Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013), h. 33. 3 James G. Robbins dan Barbara S. Jones, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: CV. Pedoman
Ilmu Jaya, 1995), h. 1. 4 Dr. M. Budayatna, MA, Dra. Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2002), h. 23.
13
Menurut Onong Uchayana, komunikasi berarti suatu proses
penyampaian suatu pesan seseorang kepada orang lain.5
Adapun pengertian komunikasi terdapat banyak pendapat para ahli
komunikasi, diantaranya:
a. Menurut Everett M. Rogers, mengemukakan bahwa komunikasi
adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih, dengan maksud mengubah tingkah laku
mereka.6
b. Laswell, mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan
suatu proses yang menjelaskan siapa (who), mengatakan apa (says
what), dengan saluran apa (in which channel), kepada siapa (to
whom), dan dengan akibat atau hasil apa (with what effect).7
c. Carl I Hovland, mengatakan bahwa komunikasi adalah the procces by
which an individuals (the communicator) transmits stimuli (usually
verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (the
audience) yang berarti proses dimana seseorang (komunikator)
menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang
dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain
(komunikan).8
d. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, mengatakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan,
5 Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 4
6 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013) CetKe-1, h. 164.
7 Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998) h.18.
8 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT: Remaja Rosdakarya, 1985)
h.3.
14
emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol
seperti kata-kata, gambar, angka dan lain-lain.9
Dari beberapa pengertian diatas, penulis berkesimpulan bahwa
komunikasi merupakan proses transformasi pesan antara dua individu atau
lebih yang memiliki makna berupa simbol dalam bentuk kata(verbal),
gerakan (non-verbal) dengan efektif sehingga bisa dipahami dengan
mudah untuk tujuan tertentu.
2. Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi pada hakikatnya berlangsung atas proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Pikiran berupa
gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Dalam
prosesnya komunikasi dibangun dengan beberapa unsur, yaitu:
a. Komunikator (Sender)
Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan.
Encoder adalah istilah lain yang mempunyai pengertian yang sama
dengan komunikator. Encoder dalam menyampaikan pesan sifatnya
encoding, yaitu suatu usaha komunikator dalam menafsirkan pesan
yang akan disampaikan kepada komunikan, agar komunikan dapat
memahaminya.10
Dalam hal ini yang menjadi Komunikator adalah DR.
KH. Khaitami M. Nuh, M. A.
b. Pesan (Message)
Pesan adalah keseluruhan dari pendapat yang disampaikan oleh
komunikator, pesan seharusnya mempunyai inti sebagai pengarah di
9 Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009) Edisi Ke-1, h. 2.
10Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 44.
15
dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku
komunikan.11
Pesan yang disampaikan oleh Bapak Khaitami berupa,
ceramah agama yang di sampaikan kepada para donatur.
c. Komunikan (Receiver)
Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Decoder,
adalah istilah lain yang mempunyai pengertian sama dengan
komunikan. Dalam menerima pesan decoder mempunyai sifat
decoding, yaitu suatu usaha komunikan dalam menafsirkan pesan
yang disampaikan oleh komunikator.12
Komunikan disini yaitu para
donatur dan para siswa-siswi Darul Aitam.
d. Media (Channel)
Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan.13
Media yang dipakai oleh Bapak
Khaitami berupa Ceramah melalui setiap kegiatan yang dilakukan
oleh Darul Aitam.
e. Efek (Effect)
Efek adalah perubahan yang terjadi di pihak komunikan
sebagai akibat diterimanya pesan melalui komunikasi.14
Efek dari
pesan yang disampaikan oleh Bapak Khaitami berdampak kepada
tingkah laku para donatur.
11
H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (jakarta: Bumi Askara, 2008)
Edisi 1, CetKe-5, h. 6-7. 12
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 44. 13
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi, Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011) h. 18. 14
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 45.
16
f. Umpan Balik (Feedback)
Feedback dapat diartikan sebagai respon, umpan balik dan
peneguhan adalah pesan dikirim kembali dari penerima sumber,
memberi tahu sumber tentang reaksi penerima dan
memberikan landasan kepada sumber untuk menentukan perilaku
selanjutnya.15
Menurut uraian di atas, dapat dismpulkan bahwa proses terjadinya
komunikasi terdiri dari beberapa unsur, seperti komunikator (sender),
pesan (message), komunikan (receiver), media (channel), efek (effect), dan
umpan balik (feedback) demi tercapainya tujuan komunikasi.
3. Fungsi dan Tujuan Komunikasi
Komunikasi tidak hanya berkutat pada persoalan pertukaran berita
dan pesan, tetapi juga melingkupi kegiatan individu dan kelompok berkaitan
dengan tukar menukar data, fakta, dan ide. Menurut Onong Uchyana (1996),
ada beberapa fungsi yang melekat dalam proses komunikasi, yaitu sebagai
berikut:
a. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan,
penyebaran berita, data, gambar, pesan, opini, dan komentar
yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas
terhadap kondisi lingkungan dan orang lainsehingga mengambil
keputusan yang tepat.
b. Sosialisasi (pemasyarakatan), penyediaan sumber ilmu
pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak
15
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. h. 180.
17
sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga sadar akan
fungsi sosialnya dan dapat aktif dalam masyarakat.
c. Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek
ataupun jangka panjang, mendorong orang untuk menentukan
pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan
kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.
d. Debat dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang
diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyeleaikan
perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan
bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum
agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang
menyangkut kepentingan bersama.
e. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong
perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta
pembentukan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan
dalam semua bidang kehidupan.
f. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan
seni dengan tujuan melestarikan warisan masa lalu,
mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon
seseorang serta membangun imajinasi dan mendorong
kreativitas dan kebutuhan estetikanya.
g. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan imaji dari
tari, drama, kesenian, kesusastraan, musik, olahraga,
kesenangan, kelompok, dan individu.
18
h. Integrasi menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu
kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang diperlukan
agar saling mengenal, mengerti, serta menghargai kondisi
pandangan dan keinginan orang lain.16
Pendapat lain mengatakan, bahwa komunikasi mempunyai tiga
fungsi sosial, yaitu:
a. Fungsi pengawasan, menunjukan pada upaya pengumpulan,
pengolahan, produksi dan penyebarluasan informasi mengenai
peristiwa-peristiwa yang terjadi baik di dalam maupun di luar
lingkungan suatu masyarakat. Upaya ini selanjutnya diarahkan
pada tujuan untuk mengendalikan apa yang terjadi di
lingkungan masyarakat. Misalnya, mencegah kekerasan,
memlihara ketrtiban dan keamanan.
b. Fungsi korelasi, menunjukan pada upaya memberitakan
interpretasi atau penafsiran informasi mengenai peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Atas dasar interpretasi informasi ini
diharapkan berbagai kalangan atau sebagian masyarakat
mempunyai pemahaman, tindakan atau reaksi yang sama atas
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dengan kata lain, melalui
fungsi korelasi ini komunikasi diarahkan pada upaya
pencapaian konsesus (kesepakatan). Kegiatan yang demikian,
lazim disebut sebagai kegiatan propaganda.
16
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 28-29.
19
c. Fungsi sosialisasi merujuk pada upaya pendidikan dan warisan
nilai-nilai, norma-norma, dan prinsip-prinsip dari satu generasi
ke genarasi lainnya atau dari anggota/ kelompok
masyarakat.17
Dari berbagai penjelasan fungsi diatas, penulis menyimpulkan
bahwa komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-
tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun jangka
panjang. Tujuan jabgka pendek, misalnya memperoleh pujian,
menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati dan sebagainya.
Adapun jangka panjang dapat diraih melalui keahlian komunikasi, misalnya
keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing, ataupun keahlian menulis.
Kedua tujuan tersebut berkaitan dalam arti bahwa berbagai pengelolaan
kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka
panjang berupa keberhasilan dalam karir, misalnya memperoleh jabatan,
kekuasaan, penghormatan sosial dan kekayaan.
R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnent, dalam
buku beliau yang berjudul “Teaching for Effective Communication”
bahwa tujuan sentral komunikasi terdiri atas tiga tujuan, yaitu:
a. To secure understanding (untuk menyamakan pemahaman).
b. To estasblish acceptance (membangun penerimaan).
c. To motivate action (memotivasi tindakan).18
Tujuan pertama dari komunikasi adalah to secure understanding
17
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.
44-45 18
H. A. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Bandung: Bumi Aksara , 1997),
cet ke-3, h. 10.
20
yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya.
Setelah komunikan mengerti dan menerima maka penerimanya itu harus
dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to
motive action). Jadi, tujuan komunikasi bagimana suatu pesan dapat sampai
dan diterima oleh komunikan sehingga menimbulkan efek tertentu.
Secara singkat dapat ditegaskan bahwa komunikasi bertujuan
mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan. Setiap akan
mengadakan komunikasi, komunikator perlu mempertanyakan
tujuannya.19
4. Jenis-Jenis Komunikasi
Pengelempokan jenis-jenis komunikasi bertujuan untuk
membedakan antara bentuk satu komunikasi dan komunikasi yang lainnya
dengan tujuan efektifitas pesan komunikasi, terutama pada sasaran dan
media yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan agar sesuai dengan
tujuan komunikasi.
Jenis komunikasi dapat dibedakan menjadi:
1. Komunikasi personal terdiri atas:
a. Komunikasi intrapersonal;
b. Komunikasi interpersonal;
2. Komunikasi publik
3. Komunikasi massa
19
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 27.
21
a. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapribadi atau komunikasi intrapersonal adalah
proses penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi dalam diri
komunikator, antara diri sendiri. Jenis komunikasi ini merupakan
keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan
simbolis dari pesan-pesan yang diproduksi melalui proses pemikiran
internal individu.20
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang dilakukan sehari-
hari dalam upaya memahami diri pribadi, diantaranya berdoa,
bersyukur, intropeksi diri dengan meninjau perbuatan, seperti
melamun, merencanakan aktivitas yang akan dilakukan, dan
berimajinasi secara kreatif.
b. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah
komunikasi antar individu yang lain atau kurang lebih secara tatap
muka (face to face). Sebagaimana dinyatakan oleh R. Wayne Pace
yang dikutip oleh Hafied Changara, “international communication
involving to more people in face to face setting.”21
Menurut sifatnya komunikasi antar pribadi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu komunikasi diadik dan komunikasi triadik.
Adapaun yang dimaksud dengan komunikasi diadik adalah
komunikasi yang berlangsung dua orang secara tatap muka. Oleh
karena perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi
20
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 102. 21
Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2000), cet ke-2, h. 31.
22
secara intens. Komuniktor memusatkan perhatiannya hanya kepada
diri komunikan seorang itu.
Sedangkan komunikasi triadik adalah komunikasi yang
berlangsung anatara tiga orang atau lebih secara tatap muka yang
anggotanya antara satu sama lain saling berinteraksi.22
Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka
komunikasi diadik lebih efektif karena komunikator memusatkan
perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai
frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang
berlangsung, kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap
efektif tidaknya proses komunikasi.23
c. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah prsoes komunikasi yang terjadi antara satu
individu dengan khalayak yang banyak secara tatap muka seperti acara pidato
presiden, ceramah agama, khutbah jumat, dan pengajian majelis ta’lim.
Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara
kontinu dengan pembicara dan yang dapat diidentifikasi. Interaksi antara
narasumber dengan penerima pesaan sangat terbata. Hal ini karena waktu
yang digunakan sangat terbatas.24
d. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah jenis komunikasi dimana pesan yang
disampaikan secara langsung oleh komunikan, tapi melalui sebuah media
massa, seperti, radio, televisi, media cetak, dan internet.
22
Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 32. 23
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpersonal, (Jakarta: Kencana, 2015) h.16 24
Hafied Changara, Pengantar Imu komunikasi, h. 33
23
Perbedaan komunikasi massa dengan komunikasi lain intinya adalah
sifat pesan dan komunikasi massa yang terbuka dengan khalayak yang
variatif baik dilihat dari segi agama, suku, pekerjaan, dan sebagainya.25
5. Hambatan Komunikasi
Dalam proses komunikasi, tentunya ditemukan beberapa hambatan
yang dapat menghambat kelancaran komunikasi tersebut. Menurut
Effendy, hambatan-hambatan komunikasi sebagai berikut:
a. Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang
menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik
dan gangguan semantik.Pertama, gangguan mekanik merupakan
gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang
bersifat fisik. Kedua, gangguan semantik merupakan pesan yang
pengertiannya menjadi rusak, terjadi perubahan pengertian kata-kata
atau pengertian kata-kata yang sebenarnya.
b. Kepentingan
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau menghayati pesan. Seseorang juga akan
memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan
kepentingannya.26
c. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang benar
sesuai keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Karena seseorang
25
Hafied Changara, Pengantar Imu Komunikasi, h. 35-37. 26
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti: 2003) h. 45-48.
24
memiliki keinginan, kebutuhan dan kekurangan yang berbeda-beda
dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat karenanya motivasi itu
berbeda dengan intesitasnya.
d. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat
bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai
prasangka selalu bersikap curiga dan menentang komunikator yang
hendak melancarkan komunikasi.karena biasanya komunikasi dengan
timbulnya kecurigaan akan menimbulkan emosi yang memaksa
menarik kesimpulan atas prasangka tanpa menggunakan pikiran yang
rasional bukian pikiran yang subjektif.27
Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa
hal yang menjadi hambatan proses terjadinya komunikasi adalah
gangguan, kepentingan, motivasi, terpendam dan prasangka.
B. Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif
1. Definisi Komunikasi Persuasif
Secara etimologi, istilah komunikasi persuasif terdiri dari dua kata,
yaitu komunikasi dan persuasi. Kata komunikasi sendiri berasal dari
bahasa Latin yaitu communis yang artinya sama, communico,
communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (to make
common). Secara bahasa komunikasi mengharapkan suatu pikiran, makna,
atau pesan dianut secara sama.28
Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat
27
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 45-48. 28
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), h. 41.
25
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan. Jika tidak ada kesamaan
makna, maka komunikasi yang terjadi berada dalam situasi yang tidak
komunikatif, misalnya pidato, ceramah, khutbah, dan lain-lain, baik secara
lisan maupun tulisan.29
Sedangkan kata persuasi (persuasion) juga berasal
dari bahasa Latin, yaitu persuasio. Kata kerjanya adalah persuadere, yang
berarti mengajak, membujuk, atau merayu.30
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa komunikasi adalah suatu
proses penyampaian pesan dengan tujuan adanya kesamaan makna dan
pengertian.
Adapun jika diartikan secara terminologi, maka akan ditemukan
beragam pengertian komunikasi persuasif yang dikemukakan oleh para
ahli di bidang komunikasi. Menurut Ronald L. Applebaum dan Karl W.E.
Atanol (1974) dalam Malik dan Irianta, komunikasi persuasif adalah:
“Complex process of communication by which one individual or
group elicits (intentionally or unintentionally) by nonverbal or verbal
means a specific response from another individual or group (proses
komunikasi yang kompleks ketika individu atau kelompok
mengungkapkan pesan (baik dengan sengaja atau tidak sengaja) melalui
cara-cara verbal dan nonverbal untuk memperoleh respon tertentu dari
individu atau kelompok lain).”31
Kata persuasi atau persuasion dalam bahasa inggris bersumber dari
kata Latin persuasio.Kata kerjanya adalah persuadere yang berarti
membujuk, mengajak, atau merayu.32
Dalam kamus besar Bahasa
29
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Cet. ke-18 (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 30. 30
Effendy, Dinamika Komunikasi, Cet. 2 (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 1992), h.
21. 31
Ronald L. Applebaum dan Karl W.E. Anatol dalam Deddy Djamaluddin Malik dan Yosal
Iriantara, Komunikasi Persuasif (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994) h. 5. 32
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004) h. 21.
26
Indonesia, diartikan persuasif adalah ajakan kepada sesorang dengan cara
memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya: bujukan halus.
Persuasif bersifat membujuk secara halus supaya menjadi yakin.33
Dalam proses komunikasi, ada lima elemen dasar yang
dikemukakan oleh Harold de Lasswell dengan istilah “Who Says What in
Which Channel to Whom with What Effect”. Kelima elemen dasar tersebut
adalah Who (sumber atau komunikator), Says what (pesan), to whom
(penerima), with what effect (efek atau dampak). Lima elemen dasar dari
komunikasi yang dikemukakan Haroled de Lasswell di atas akan bisa
membantu komunikator dalam menjalankan tugas mulianya.
Selain itu, banyak pula pakar komunikasi yang lebih menekankan
bahwa persuasif adalah kegiatan psikologis. Di antara yang berpendapat
seperti ini adalah yang dikemukakan oleh Jalaluddin Rakhmat.
Menurutnya, komunikasi persuasif diartikan sebagai suatu proses
mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang dengan menggunakan
manipulasi psikologis sehingga orang bisa bertindak seperti atas
kehendaknya sendiri.34
Hanya saja terdapat perbedaan pada teknik
penyampaian pesan antara keduanya. Pada komunikasi persuasif
penyampaian pesan dilakukan dengan cara membujuk, merayu,
meyakinkan, mengiming-iming dan sebagainya sehingga terjadi kesadaran
untuk berubah pada diri komunikan yang terjadi secara suka rela tanpa
adanya paksaan. Sedangkan pada komunikasi koersif perubahan opini,
33
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002) Cet. Ke-2. Edisi Ke-3, h. 864. 34
Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1988), h. 14.
27
sikap, dan perilaku terjadi dengan perasaan terpaksa dan tidak senang
karena adanya ancaman dari komunikator. Efek dari teknik koersif ini bisa
berdampak timbulnya rasa tidak senang, rasa benci, bahkan mungkin rasa
dendam. Sedangkan efek dari komunikasi persuasif adalah kesadaran,
kerelaan dan perasaan senang.
Sejalan dengan pendapat di atas, A.W. Widjaja mendefinisikan
komunikasi persuasif tidak lain daripada suatu usaha untuk meyakinkan
orang agar komunikannya berbuat dan bertingkah laku seperti yang
diharapkan komunikator dengan cara membujuk tanpa memaksanya dan
tanpa menggunakan kekerasan.35
Demikian pula yang diungkapkan oleh
T.A. Lathief Roesydiy, bahwa persuasif adalah suatu teknik
mempengaruhi manusia dengan jalan memanfaatkan atau menggunakan
data dan fakta psikologis dan sosiologis dari komunikan yang hendak
dipengaruhi.36
Definisi yang lain tentang komunikasi persuasif dikemukakan oleh
Brembeck dan William Howwel yang mengungkapkan bahwa persuasi
adalah usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan
memanipulasikan motif-motif orang kearah tujuan yang sudah ditetapkan.
Kemudian mereka merubah pendapatnya dengan merumuskan persuasi
sebagai : “Communication intended to influence choise” (komunikasi yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi pilihan orang).37
35
A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h.
66. 2 36
T. A. Lathief Rousydiy, Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi (Medan:
Rimbow, 1995), h. 95. 37
Wiston Brembeck dan William Howell, Persuasion : A means of Social Change, ed.
Deddy Djamaluddin Malik dan Yosal Iriantara (Bandung : PT.Remaja R osda Karya , 1994), h. v.
28
Burke sebagaimana dikutip Larson bahwa persuasi dipandang
sebagai : “The cocreation of a state of identification or alignment between
a source and a receiver that result from the use of symbols.” Persuasi
adalah penciptaan bersama dari suatu pernyataan identifikasi atau kerja
sama diantara sumber pesan dengan penerima pesan yang diakibatkan oleh
penggunaan simbol-simbol. Dari definisi yang dikemukakan oleh Burke di
atas, terlihat kecenderungan persuasi sebagai hasil dinamika aktif dari
sumber pesan dan penerima pesan. Komunikasi tidak dipandang sebagai
yang linier, melainkan circular, yang sangat memperhatikan umpan balik,
konteks dan aktivitas si penerima pesan. Antara pemberi pesan dengan
penerima pesan terjadi proses saling mempengaruhi melalui interaksi dan
interrelasi antara keduanya. Menarik benang merah dari beberapa pendapat
yang dikemukakan ahli di atas dapat dipahami bahwa komunikasi
persuasif (persuasive commmunication) adalah komunikasi yang bertujuan
untuk merubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku
seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
komunikator dengan cara membujuk atau tanpa kekerasan, meyakinkan
agar orang tersebut dapat dengan mudah menerima isi pesan yang
disampaikan kepadanya.
Selanjutnya, dari berbagai pendapat yang telah dikemukan juga
dapat dipahami bahwa pada dasarnya komunikasi persuasif dibangun oleh
tiga unsur yang fundamental, yakni orang yang berbicara, materi
pembicaraan yang dihasilkannya, dan orang yang mendengarkannya.
Aspek yang pertama disebut komunikator atau persuader, yang merupakan
29
sumber komunikasi, aspek yang kedua adalah pesan, dan aspek yang
ketiga disebut komunikan atau persuadee, yang merupakan penerima
komunikasi.
Ada beberapa ahli dalam komunikasi, mendefiniskan komunikasi
persuasif sebagai berikut, yaitu:
a. K. Andeerson mendefinisikan, komunikasi persuasif merupakan
perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan,
sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi
berbagai pesan.
b. Menurut H. A. W Widjaja, Komunikasi persuasif adalah suatu usaha
untuk meyakinkan seseorang atau kelompok seolah-olah keyakinan itu
timbul atas dasar keyakinannya sendiri tanpa menggunakan sanksi-
sanksi atau paksaan, baik yang tampak maupun tidak tampak.38
c. Menururt Suranto A. W, Komunikasi persuasif adalah seseorang atau
sekelompok orang yang dibujuk dan diharapkan sikapnya berubah
secara sukarela dengan senang hati dan sesuai dengan pesan-pesan
yang diterimanya.39
d. Menurut Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar, Komunikasi
persuasif adalah suatu proses , yakni proses memengaruhi sikap,
pendapat, perilaku orang lain, baik secara verbal maupun non verbal.40
38
H. A. W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Askara, 1997)
h. 67. 39
Suranto A. W, Komunikasi Perkantoran: Prinsip Komunikasi Untuk Meningkatkan
Kinerja Perkantoran, (Yogyakarta: Media Wacana, 2005), h. 116. 40
Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan Persuasi, (Jakarta:
Akademia Permata, 2013), h. 12
30
e. Menurut Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi persuasif adalah salah satu
teknik komunikasi yang menekankan pada proses mempengaruhi
pendapat, sikap dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi
psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti kehendaknya
sendiri.41
f. Menurut Phill Astrid, Komunikasi Persuasif adalah suatu tekhnik
mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan atau menggunakan
data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikasi yang
hendak dipengaruhi.42
Dari definisi di atas, dapat mengambil kesimpulan bahwa
komunikasi persuasif adalah bentuk komunikasi yang mempunyai tujuan
khusus dan terarah untuk mengubah perilaku komunikan, baik secara
verbal maupun non verbal dengan menggunakan data-data dan fakta
psikologis manusia seperti, emosi, identifikasi, imitasi, sugesti dan lain-
lain. Sehingga orang dapat melakukan sesuatu dengan komunikator tanpa
adanya paksaan atau sukarela.
2. Bentuk Komunikasi Persuasif
Di dalam komunikasi persuasif terdapat bentuk-bentuk komunikasi
persuasif, yang perlu kita ketahui yaitu :
1) Iklan, Di dalam iklan, komunikasi persuasif sering kali komunikasi jenis
ini dimanfaatkan sebagai bentuk kegiatan pemasran. Karena, iklan sendiri
merupakan bagian dari jenis promosi. Sehingga, iklan merupakan bagian
41
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 102. 42
Phill Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Binacipta, 1977),
h. 17.
31
kecil dari aktivitas promosi yang lebih luas. Iklan inilah yang
menggunakan komunikasi persuasif sebagai bahasa mengajak para calon
pelanggan untuk menggunakan produknya.
2) Dakwah, Dakwah merupakan aktivitas yang bersifat menyerukan seperti
layaknya orasi namun sifatnya mengajak orang-orang untuk berjalan ke
jalan yang benar. Sehingga, aktivitas ini memerlukan bahasa persuasif
yang dapat membuat orang yang mendengar pesan tersebut menjadi ikut
pengaruh dalam bahasa dan kata-kata yang disampaikan. Aktivtas inilah
yang kerap kali dilupakan kalau menggunakan persuasif tapi bukan
dogmatis.
3) Pamflet, Pamflet merupakan bentuk komunikasi persuasif secara verbal
yang berbentuk tulisan. Bentuk ini sebenarnya masuk ke dalam kategori
iklan. Namun, pada umumnya di jaman sekarang menjadi paradigma
dalam bentuk audio visual. Di dalam pamflet pastinya berunsur iklan yang
bersifat mengajak, sehingga pamflet merupakan salah satu bentuk
komunikasi persuasif.
4) Komunikasi Antarpribadi, merupakan pengiriman pesan-pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelopmpok orang dengan
efek dan umpan balik yang langsung. Dalam setiap kegiatan komunikasi
antarpribadi selalu melibatkan orang sebagai organ pelaksana dalam
penyampaian pesan, karenanya agar pesan yang disampaikan oleh
komunikator dapat memberikan hasil yang lebih baik, dapat digunakan
dengan teknik persuasif. Adapun teknik ypersuasif yang dimaksud dalam
32
hal ini adalah suatu kegiatan dalam upaya membujuk komunikan agar
melakukan atau berbuat sesuai dengan maksud dan tujuaan komunikator.43
3. Teknik Komunikasi Persuasif
Menurut Onong Uchjana Effendy, persuasif merupakan kegiatan
psikologis yang bertujuan untuk merubah sikap, perbuatan dan tingkah
laku dengan kesadaran yang disertai dengan perasaan senang agar
komunikasi tersebut mencapai sasaran dan tujuan, perlu dilakukan
perencanaan yang matang. Perencanaan dilakukan berdasarkan komponen-
komponen proses komunikasi yang mencakup: pesan, media, dan
komunikan.44
Adapun yang perlu diperhatikan komunikator yaitu sesuatu
yang berkaitan dengan pengelolaan pesan.Untuk itu diperlukan teknik-
teknik tertentu dalam melakukan komunikasi persuasif.
Menurut Effendy, teknik yang dapat dilakukan dalam proses
komunikasi persuasif, yaitu:
1) Teknik Asosiasi
Teknik Asosiasi adalah penyajian proses komunikasi dengan
cara menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang
menarik perhatian khalayak.
2) Teknik Integrasi
Teknik Integrasi adalah kemampuan seseorang untuk
menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. Hal ini
menyatakan bahwa melalui kata-kata verbal maupun non verbal,
komunikator menggambarkan bahwa ia senasib dan menjadi satu
43
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti 1991) h. 13 44
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 21.
33
dengan komunikan. Kata-kata yang digunakan komunikator dalam
menyatukan diri dengan kata “kita”, bukan saya atau kami.
“Yang utama adalah takut, takut dengan Allah. Kalau takut,
maka kita akan takut kehilangan cinta dan kasih dari Allah, karena
kita tidak membantu dan membina anak yatim. Kalau kita ingin
dicintai dan mendapat kasih dari Allah kita harus mencintai anak
yatim, dengan begitu insya Allah di akhirat nanti kita dapat
berkumpul kembali seperti hadits yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad SAW”.45
Uraian di atas merupakan salah satu komunikasi persuasif dengan
teknik integrasi dimana Bpk Khaitami menyampaikan materi dengan kata
“kita” dengan tujuan menyatukan diri dengan para donatur baik yang
sifatnya berdasarkan pengalaman atau sebaliknya.
3) Teknik Pay Off and Fear Arousing
Teknik Pay Off adalah mengiming-iming dengan hal yang
menguntungkan atau memberi harapan-harapan yang baik. Sedangkan
fear arousing adalah menakut-nakuti atau menggambarkan
konsekuensi yang buruk.
“Berbahagialah orang-orang yang di rumahnya terdapat
anak Yatim, karena apa? Karena Rasulullah memberikan jaminan
bagi siapa saja yang di dalam rumahnya memelihara anak
Yatim.Pertama, dapat pahala yang setaraf dengan jihad.Kedua,
mendapat perlindungan di hari kiamat.Ketiga masuk surga dengan
mudah.Para bapak dan ibu-ibu donatur begitu dahsyatnya janji
Allah dan Rasulnya terhadap yatim, semoga menjadi jalan tol yang
dapat mengantarkan kita semakin dekat memasuki ke gerbang
pintu surga Allah SWT”.46
Menurut uraian di atas, Bapak Khaitami menyampaikan hal
tersebut dengan tujuan memberikan iming-iming kepada para donatur
45
DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, Wawancara Pribadi, 19 Maret 2017 46
DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, Wawancara Pribadi, 19 Maret 2017
34
dengan memaparkan tentang bagaimana memuliakan anak yatim,
siapa saja yang didalam rumahnya terdapat anak yatim dan
memuliakannya serta mengurusnya, Allah dan Rasulnya telah
menjamin pahala yang berlipat di akhirat nanti. Adapun dalam bentuk
penyampaian yang lain sebagai berikut:
“Islam memotivasi setiap mukmin untuk memberikan
kontribusi maksimal kepada umat dan orang lain. Islam sangat
mencela orang yang hanya berfikiran sempit dengan
mementingkan kebutuhan pribadi dan tidak peduli dengan
kebutuhan orang lain, seperti yang diriwayatkan Abu
Nua’im,”Barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum
muslimin, maka ia bukanlah dari golongan mereka”. Bapak ibu
para donatur, teguran tersbut tertuju kepada orang-orang yang
bersikap individualistis dan tidak peduli terhadap kebutuhan orang
lain khususnya anak yatim. Semoga Allah menjauhkan kita dari
sifat tersebut”.47
Menurut uraian di atas, Bapak Khaitami mencoba menjelaskan
materi/ceramah dengan teknik pay off dan fear arousing dengan tujuan
para donatur dapat melakukan hal-hal tersebut dengan sukarela dan
tanpa paksaan terutama dalam menjalankan apa yang diperintah oleh
Allah dan Rasulnya dan menjauhi larangan-Nya.
4) Teknik Icing
Teknik Icing adalah seni penataan pesan dengan himbauan
emosional (emotional appeal) sedemikian rupa sehingga komunikan
menjadi lebih tertarik. Hal tersebut disampaikan seperti:
“Setiap orang yang melangkahkan aktivitasnya untuk
kepentingan Agama Allah, bertujuan li’laa’i kalimatillah, bukan
untuk kekayaan dunia tetapi untuk kekayaan akhirat”.48
47
DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, Wawancara Pribadi, 19 Maret 2017 48
DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, Wawancara Pribadi, 19 Maret 2017
35
Uraian di atas menunjukkan komunikasi persuasif dalam
penataan pesan yang mengandung makna emosional seseorang khusus
bagi para donatur, mengenai membantu mengurus anak yatim.
5) Teknik Red Herring
Teknik Red Hering adalah seni seorang komunikator untuk
meraih kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan
argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit
demi sedikit ke aspek yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh
dalam menyerang lawan.Jadi teknik ini digunakan dalam keadaan
komunikan di posisi terdesak.49
Menurut uraian di atas teknik-teknik dalam komunikasi
persuasif terdiri dari teknik asosiasi, teknik integrasi, teknik pay off
and fear arousing, teknik icing, dan teknik red herring.
49
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 22-24
36
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA
1. Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Muhammad Khaitami, Orang tua, teman,
saudara memanggil beliau Khaitami. Beliau dilahirkan di Ciruas, Serang, Banten
pada tanggal 7 Juni 1954, ia lahir dari keluarga ulama. Khaitami di lahirkan dari
keluarga ulama Ayahnya bernama Muhammad Nuh seorang ulama dari daerah
Ciruas, Serang, Banten. Dan Ibunya bernama Hj. Nawiyah, merupakan sosok
perempuan asli Serang.
Muhammad Khaitami di kenal dengan akhlaknya yang tinggi, gemar
menuntut ilmu, serta ramah, baik terhadap kawan maupun terhadap orang yang
tidak suka padanya. Semuanya di hadapi dengan ramah tamah dan sopan santun
yang tinggi terlebih lagi kebaktian beliau terhadap orang tuanya yang sangat luar
biasa. Dalam berdakwah, KH. Khaitami selalu bersikap santun, penuh dengan
candaan yang intelek, serta tidak menggebu-gebu dalam menyampaikan
pesan/ceramah, sehingga dari sikapnya itu semua Muhammad Khaitami mendapat
respon yang baik dari masyarakat.
Di usianya yang ke 36 tahun Khaitami menikahi seorang wanita yang
bernama Dra. Hj. Rosyadah Thaha pada tahun 1990, hingga saat ini dikaruniai 5
orang anak, 2 orang putra bernama Ahmad Nur Amali (Al-Azhar Kairo) dan
Ahmad Nu’man Faritsi (Al-Azhar Kairo) dan 3 orang putri bernama Fitri Amaliah
37
(UIN Jakarta), Mawaddah Rahmi (UIN Jakarta) dan Wafa Fauziah (PonPes Al-
Qur’aniyah Tangerang Banten).1
2. Pendidikan
Muhammad Khaitami muda memulai pendidikan dengan sekolah di
SD/Ibtidaiyah Al-Khairiyah Pipitan, Serang, Banten lulus tahun 1968, kemudian
beliau melanjutkan ke tingkat SMP/Tsanawiyah Al-Khairiyah lulus tahun 1971,
dan lanjut ke tingkat SMA/Aliyah pada sekolah yang sama yaitu Al-Khairiyah
Pipitan, Serang, Banten lulus tahun 1974.
Selepas dari SMA/Aliyah, Muhammad Khaitami melanjutkan pendidikan
ke tingkat strata 1, diantaranya beliau menuntut ilmu tidak hanya satu universitas
saja, melainkan beberapa universitas di antaranya: Sarjana Muda Syari’ah IAIN
SGD Serang lulus tahun 1978, S1 Fakultas Syari’ah IAIN SGD Serang lulus
tahun 1987, S1 Fakultas Tarbiyah Darul Qalam Tangerang lulus tahun 2003, Akta
IV Univesitas Terbuka (UT) Jakarta lulus tahun 1990, S2 Magister Manajemen
Al-Guroba Jakarta lulus tahun 1997, S2 Magister Agama Konsentrasi Pendidkan
Islam Universitas Muhamadiyah Jakarta lulus tahun 2003, dan Program Doktor
Manajemen Pendidikan Universitas Islam Attahiriyah Jakarta lulus tahun 2014.
Berkat kepiawainnya dalam membangun relasi serta pengalamannya
dalam menuntut ilmu, maka pada tahun 1974 sampai tahun 1980 beliau diangkat
dan mengabdi sebagai guru Diniyah Al-Khairiyah Kadikaran, Serang Banten,
tahun 1978 sampai tahun 1980 mengabdi sebagai guru di pesantren Al-Khairiyah
Pipitan, Serang, Banten, tahun 1980 sampai tahun 1983 sebagai Tenaga Kerja
1 DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, Ketua Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 19 Maret 2017
38
Suka Rela (TKS BUTSI) Departemen Tenaga Kerja 2 tahun di Jakarta 1 tahun di
palembang, tahun 1980 sampai tahun 1983 mengabdi sebagai guru di yayasan
Attaufieq Jakarta, tahun 1983 sampai tahun 2014 sebagai Guru Pendidikan Agama
Islam di SMP Negeri 189 Jakarta, tahun 1990 sampai tahun 1994 mengabdi
sebagai guru MTs Negeri 12 Jakarta, tahun 1994 sampai tahun 1998 pengelola
pendidikan yayasan Attaubah Jakarta, tahun 1996 sampai tahun 2003 Dosen di
STAI Darul Qalam Tangerang, tahun 2008 sampai tahun 2011 Kepala UPT/Dosen
di STAI Darul Qalam Jakarta, tahun 2012 sampai sekarang Kepala UPT/Dosen di
STAI Acprilisma kampus Darul Aitam Jakarta, tahun 2012 sampai sekarang
sebagai Kepala UPT/Dosen Pasca Sarjana Universitas Islam Attahiriyah (UNIAT)
Kampus Darul Aitam Jakarta.
Selain itu, Muhammad Khaitami aktif dalam organisasi beberapa
organisasi yang ia ikuti antara lain sampai sekarang: tahun 1974 sampai tahun
1977 menjadi pengurus HMI IAIN SGD Serang, tahun 1974 sampai tahun 1978
Ketua PII Kecamatan Ciruas Serang, tahun 1978 sampai 1981 Pengurus PII
Wilayah Banten, tahun 1994 sampai tahun 1997 sebagai Sekretaris MGMP PAI
SMP Jakarta Barat, tahun 2000 sampai 2014 sebagai ketua MGMP PAI SMP
Jakarta Barat, tahun 1997 sampai tahun 2014 sebagai Pelatih Qari/Qariah Pelajar
DKI Jakarta, tahun 2000 sampai 2013 sebagai Tim Pengembang Kurikulum DKI
Jakarta, tahun 1997 sampai sekarang pengurus MUI Kecamatan Kebon Jeruk,
tahun 2005 sampai tahun 2010 Ketua DMI Kecamatan Kebon Jeruk, tahun 2010
sampai sekarang sebagai Ketua I DMI Kota Administrasi Jakarta Barat, tahun
2011 sampai tahun 2014 sebagai Pembina Ittihadul Muballighin Jakarta, tahun
39
2000 sampai tahun 2014 sebagai Pembina Lembaga Pendidikan Al-Furqan, tahun
2011 sampai sekarang sebagai Pembina Darul Aitam Indonesia, tahun 2005
sampai sekarang sebagai Ketua Umum Forum Komunikasi Masjid dan Mushalla
(FKMM) Jakarta Barat dan Selatan.
3. Karya-karya DR. Khaitami M. Nuh, MA
Sebagai seorang Kiai, Muhammad Khaitami tidak hanya mampu
menyampaikan dakwahnya melalui lisan, tetapi juga dengan karya penanya dan
hasil bangunan pondok pesantren yang diperuntukkan untuk ummat. Meski karya
tulis KH. Khaitami tidak terlalu banyak, namun buku-buku yang di luncurkan
ditengah-tengah ummat banyak ditunggu penerbitannya. Dan beberapa macam
judul karya Pena, serta Pondok Pesantren yang telah diterbitkan dan dibangun
oleh KH. Khaitami adalah sebagai berikut :
a) Aqidah Akhlak Dalam Kisah.
b) The Golden Age Of Islam (Perkembangan Pendidikan Pengetahuan Islam
Klasik Era Al-Ma’mun.
c) Ahsanul Qashas.
Pondok Pesantren yang didirikan di antaranya:
a) Pondok Pesantren Darul Muttaqien, yang bertempat di Kadikaren, Serang,
Banten.
b) Pondok Pesantren Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat, yang bertempat
di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
c) Pondok Pesantren Darul Aitam Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
40
B. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Pesantren Darul Aitam Yayasan
Aqshal Ghayat Jakarta Barat
Berawal dari suatu kegiatan remaja Mushola al-Bayyinah yang disebut
dengan IRBANA (Ikatan Mushola Al-Bayyinah) yang berada di Kampung Baru,
Kelurahan Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat, sutau
organisasi Islam yang mewadai para remaja Kampung Baru yang bergerak dalam
bidang keagamaan dan sosial, dengan kegiatan rutin antara lain berupa Ta’lim
mingguan, yang diasuh oleh para ustadz secara bergantian.
Organisasi Remaja Mushola tersebut setiap saatnya mengalami pasang
surut, terkadang anggota pengajian banyak dan terkadang sedikit, bahkan terjadi
stak untuk beberapa bulan dan hampir tiada. Didasari dengan rasa tanggung jawab
dan amanah sebagai salah seorang pembina, KH. Khaitami M. Nuh yang melihat
masa depan umat dan keadaan lingkungan yang semakin mtidak menentu akibat
arus Globalisasi dan informasi yang semakin mencekam masa depan para remaja,
menganggap perlu adanya pembenahan manajemen dan pembinaan pengurus,
dengan harapan organisasi ini menjadi eksis prospektif dan dapat dirasakan
manfaatnya bagi pembinaan masa depan umat.
Sebagai langkah awal nama IRBANA ditambah dengan nama
ASSAKINAH, sehingga menjadi menjadi IRBANA ASSAKINAH, dengan nama
tersebut diharapkan anggota atau jamaahnya mantap kegiatannya eksis dan
syiarnya melangit.
Langkah berikutnya adalah pembinaan manajemen secara mendasar bagi
para pengurus inti, dan diadakannya studi banding, tour dakwah ke berbagai
41
daerah, tadabbur dan tafakkur alam. Langkah ini mengalami kemajuan yang
positif dan mendapat respon yang baik dari para remaja, bahkan dalam kegiatan
ta’limnya bukan hanya remaja terdekat, tetapi dari wilayah mushola dan masjid
lainnya.
Sebagai pembina, KH. Khaitami M. Nuh merasa tidak puas dengan
kegiatan IRBANA yang dianggap monoton, yang hanya dirasakan bagi para
pengurus dan anggota saja, tetapi ingin melangkah lebih jauh yang dirasakan
manfaatnya bagi masyarakat luas. Maka diadakan suatu kegiatan tabligh akbar
dalam rangka menyambut tahun baru Hijriyah setiap bulan Muharram dengan
memberikan santunan bagi anak-anak yatim dan mengundang muballigh terkenal.
Di saat itulah sebagai pembina, KH. Khaitami M.Nuh menyampaikan
tentang keadaan umat yang sesungguhnya, umat masa kini dan masa mendatang
serta di saat itu pula pembina menyampaikan program kedepan dan perlunya suatu
tempat pembinaan umat berupa Islamic Center, sebagaimana pada saat kejayaan
umat Islam Dinasti Abbasiyah saat Khalifah Al-Makmun putra Harun Al-Rasyid,
adanya suatu bangunan yang disebut Bait Al-Hikmah, suatu bangunan yang
berbentuk mercusuar, yang berfungsi sebagai perpustakaan, tempat berdiskusi,
tempat perkuliahan, tempat kumpulnya para ilmuan, bahkan tempat
observatorium, dan khalifah sendiri ikut di dalamnya.
Dengan diilhami sejarah kejayaan Islam tersebut, maka sebagai pembina,
KH. Khaitami M. Nuh merasa perlu adanya pembangunan gedung yang saat ini
disebut Darul Aitam (Rumah Berbagai Yatim), yang berfungsi sebagai Islamic
Center, tempat pembinaan anak-anak yatim, baik yatim yang ditinggalkan
42
bapaknya, lebih-lebih yatim yang ditinggalkan ilmu dan adabnya, yang
diharapkan berfungsi seperti Bait Al-Hikmah yang sesungguhnya.
Darul Aitam dibangun di atas tanah seluas 260 M², yang diawali dengan
pembebasan tanah seharga Rp. 600.000.000,- saat itu, dan penyandang dana
terbesar pada saat itu adalah H. Kemas Thaher, H. Hafani, H. Darmin dan H.
Ajmal, selainnya berupa amal jariyyah atau wakaf para warga, para dermawan,
kampung baru dan sekitarnya bahkan dari berbagai wilayah Jakarta. Darul Aitam
mulai dibangun pada 10 Muharram 1432 H, pada hari itu merupakan hari yang
yang bersejarah bagi masyarakat Kampung Baru khususnya, dibangun bangunan
setinggi empat lantai dengan total biaya sekitar Rp. 2.950.000.000,- (dua milyar
sembilan ratus lima puluh juta rupiah)2.
Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat dibangun empat lantai, terdiri dari:
Lantai Dasar, tempat koperasi, menjual alat-alat tulis, buku-buku, kitab bacaan
santri, Al-Qur’an, makanan, minuman, dan foto copy yang pelayannya ditugaskan
kepada santri secara bergiliran. (1) Lantai pertama berupa ruang Aula: difungsikan
sebagai mushola, tempat pertemuan, kuliah umum, ta’lim bulanan, khatmil
qur’an, tempat diskusi, perpustakaan, resepsionis dan tempat pesta pernikahan. (2)
Lantai Kedua, berupa ruang kelas: terdiri dari 3 ruang pokok yang difungsikan
sebagai tempat belajar santri tingkat SD, SMP, SMA, tempat pembinaan
mudabbir, perkuliahan mahasiswa S1, dan 1 ruang loby sekaligus sebagai ruang
sekretariat, dan satu ruang administrasi dan dokumentasi. (3) Lantai Tiga, ruang
asrama: terdiri dari 2 ruang besar, yang difungsikan sebagai tempat menginap
2 DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, Ketua Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 19 Maret 2017
43
santri putra dan putri, tempat perkuliahan mahasiswa S2, dan satu ruang loby
sebagai ruang sekretariat sekaligus sebagai ruang pengasuhan (mudabbir), dapur
umum dan dua buah kamar mandi. (4) Lantai Empat, ruang multi fungsi: terdiri
dari 2 ruang kamar yang berfungsi sebagai kamar pengasuh (mudabbir), 1 ruang
kuba tempat rapat pengurus, dan halaman lantai atas tempat bermain untuk para
santri dan mudabbir.
Gedung Darul Aitam berdiri dengan megah, memiliki arsitektur ala timur
tengah, telah memiliki kekuatan berupa badan hukum dibawah suatu Yayasan
yang bernama “Aqshal Ghayat”, Notaris Nilda, SH SK. Menteri Kehakiman dan
HAM RI No. C-862.HT.03.02-TH.2002 Tanggal 19 Juni 2002 SK. Kepala Badan
Pertanahan No. 3-X.A-2004 Tanggal 4 Maret 20043.
Aqshal Ghayat memiliki arti “puncaknya tujuan”, maksudnya yaitu
ibadah, nama tersebut terbentuk atas pemerakasa salah seorang pendiri yaitu KH.
Khaitami M. Nuh, yang telah disepakati dalam suatu rapat pengurus, dan
diharapkan dengan nama tersebut setiap orang yang berkiprah dalam yayasan itu
semuanya bernuansa ibadah, setiap orang yang melangkahkan aktifitasnya
bertujuan li’laa’i kalimatillah, bukan untuk kekayaan dunia tetapi untuk kekayaan
akhirat. Sehingga di depan bangunan Darul Aitam terpampang tuliasan ayat Al-
Qur’an
ينصركم ويثبت أقدامكم إن تنصروا للاه
Artinya: jika kalian menolong agama Allah, maka (Dia) Allah akan
menolongmu dan akan meneguhkan pendirian kalian). (QS. Muhammad :
7).
3DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, Ketua Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 19 Maret 2017
44
C. Visi dan Misi Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat
Sebelum organisasi menentukan tujuan-tujuan, terlebih dahulu harus
menetapkan visi dan misi organisasi. Visi dan misi organisasi menyajikan
kerangka kerja yang menuntun suatu nilai dan kepercayaan organisasi. Pernyataan
visi dan misi organisasi memainkan peranan penting dalam strategi
pengembangan sistem kualitas. Visi dan misi memberikan identitas organisasi dan
pemahaman terhadap arah yang ingin dituju4.
Visi (vision) adalah suatu gambaran ideal yang ingin dicapai oleh sebuah
organiasi di masa yang akan datang. Sedangkan misi (mission) adalah suatu
pernyataan sikap tentang aktivitas dari perusahaan atau organisasi.5
Adapun visi dari Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat adalah :
Membentuk generasi Qur’ani sebagai penghafal dan pengamal Al-Qur’an.
Adapun misi dari Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat adalah :
a. Menciptakan/Kaderisasi Qari-qari’ah yang fashih, mahir dan terampil.
b. Menciptakan hafidz-hafidzah yang alim.
c. Menciptakan generasi yang berkarakter Islami.
d. Menciptakan generasi yang menguasai IPTEK selaras dengan IMTAK
e. Pembiasaan ibadah harian dengan Istiqamah dan Istiqror
f. Menanamkan dan mengutamakan sifat keteladanan dan ketawaduan
4 DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, Ketua Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 19 Maret 2017 5 Vibcent Gasdpersz, Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1997), Cet Ke-1, h, 3.
45
D. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi pada Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat terdiri dari
Badan pendiri dan Badan pengurus.
Badan Pendiri
Ketua/Pembina : DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA
Anggota : Kemas H. Taher
Pengawas : Drs. Syamsu
Anggota : 1. H. Abdurrahim
2. H. Darmin
Badan Pengurus
Ketua Umum : Drs. H. Ahmad Seadie, MA
Ketua : Hanafi
Sekretaris Umum : Aminulloh, S.Pd.I
Sekretaris : Abdul Rahman, S.Kom
Bendahara Umum : Hamim Bin Janim
Bendahara : H. Hapani
46
ANGGOTA/ SEKSI-SEKSI :
1. H. Muksin
2. H. Mustopa H.M. Abd. Halim
3. H. Azmal
4. Khotib Bin Mursid
5. Muhammad
6. Hasbiallah H. Mustopa
7. Matsani
8. Sapi’ih
E. Kegiatan Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat
a) Kegiatan Harian
Pesantren Terbuka (PESBUK) Darul Aitam Aqshal Ghayat
b) Kegiatan Mingguan
1. Majelis Ta’lim orang tua (laki-laki) setiap malam Selasa ba’da Maghrib
di musholla Al-Bayyinah
2. Majelis Ta’lim kaum Ibu setiap Selasa ba’da ba’da Dzuhur di musholla
Al-Bayyinah
3. Majelis Ta’lim remaja setiap malam Rabu ba’da Isya di musholla Al-
Bayyinah
4. Dzikir dan do’a bersama setiap malam Jum’at di kediaman DR. KH.
Haitami M. Nuh, MA
47
c) Kegiatan Bulanan
Santunan Yatama setiap Minggu ketiga
d) Kegiatan Tahunan
1. Tour Dakwah dan Bakti Sosial
2. Tadabbur Alam
3. Pawai Obor Sambut Ramadhan
4. I’tikaf 10 hari terakhir Ramadhan
5. Nuzululqur’an
6. Peringatan 10 Muharram dan Santunan 1000 anak-anak yatim
48
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL ANALISIS DATA
A. Temuan Penelitian
Dalam menganalisis bentuk dan teknik komunikasi persuasif yang KH.
Khaitami, penulis menggunakan teori komunikasi persuasif dari Jalaludin
Rakhmat. Komunikasi persuasif yaitu didefinisikan sebagai proses mempengaruhi
dan mengendalikan pendapat, perilaku, dan tindakan orang lain melalui
pendekatan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas
kehendaknya sendiri. Proses itu sendiri adalah setiap gejala atau fenomena yang
menunjukan suatu perubahan yang terus menerus dalam konteks waktu, setiap
pelaksanaa atau perlakuan secara terus-menerus
Dengan demikian penulis akan menjelaskan dan menggambarkan hasil
temuan data dengan model dan teori yang penulis gunakan. Melalui teori dan
model yang penulis gunakan penulis dapat memahami bagaimana bentuk dan
teknik komunikasi persuasif KH. Khaitami dalam menarik minat para donatur
melalui darul aitam yayasan aqshal ghayat jakarta barat.
Dari data yang ditemukan, bentuk dan teknik komunikasi yang digunakan
KH. Khaitami dalam menarik minat para donatur melalui darul aitam yayasan
aqshal ghayat jakarta barat yaitu melalui bentuk komunikasi persuasif melalui
bentuk dakwah, yaitu merupakan bentuk aktivitas komunikasi persuasif yang
bersifat menyerukan seperti layaknya orasi namun sifatnya mengajak orang-orang
untuk berjalan ke jalan yang benar. Sehingga, aktivitas ini memerlukan bahasa
persuasif yang dapat membuat orang yang mendengar pesan tersebut menjadi ikut
49
pengaruh dalam bahasa dan kata-kata yang disampaikan. Dalam hal ini KH.
Khaitami memposisikan dirinya setara dengan komunikan (donatur) demi
terwujudnya komunikasi persuasif yang KH. Khaitami inginkan yaitu para
donatur menyumbangkan sebagian hartanya kepada darul aitam.
Penulis juga menemukan tidak sedikit hambatan dalam proses komunikasi
persuasif KH. Khaitami dalam menarik minat para donatur, beberapa respon
negatif dari para donatur mengingat dalam setiap kesempatan KH. Khaitami
memberikan dakwah berupa pesan/ceramah agama tersebut dinilai bernada
sindiran terhadap kejadian yang nyata terhadap kehidupan para donatur. Hal ini
menjadi hambatan dalam proses komunikasi KH. Khaitami terhadap para donatur
karena di dalam pikiran dan hati para donatur tidak sejalan dengan apa yang ada
dipikiran oleh KH. Khaitami. Kemudian dalam setiap dakwahnya terdapat
beberapa pesan-pesan agama mulai dari masalah fiqih, keutamaan sholat,
keutamaan seorang muslim yang di dalam rumahnya terdapat anak yatim, dan
kewajiban muslim menjaga dirinya dan keluarganya.
B. Analisis Data
1. Bentuk komunikasi persuasi DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA
a. Bentuk Komunikasi Persuasif
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, secara garis besar
dalam mengimplementasikan komunikasi persuasif KH. Khaitami
menggunakan bentuk komunikasi persuasif berupa dakwah.
Aktivitas komunikasi persuasif KH. Khaitami berupa dakwah
sebagai proses komunikasi penyampaian ajaran ideal Islam selama ini
50
tidak mempunyai kekuasaan untuk membawa masyarakat kepada
perubahan ke arah yang lebih baik. Ada banyak faktor yang menjadi
penyebabnya, salah satunya karena dakwah yang selama ini dilakukan
cenderung kering, impersonal, dan hanya bersifat informatif belaka,
belum menggunakan teknik-teknik komunikasi yang efektif. Fenomena
ini mengindikasikan masih teralienasinya dakwah dari realitas sosial
masyarakat di sekitarnya.
Salah satu cara paling tepat dalam penyampaian materi dakwah
agar terlihat menarik adalah dengan menggunakan komunikasi persuasif,
karena ia merupakan sarana dalam penyampaian pesan dapat dilakukan
dengan suatu ajakan atau seruan tanpa merasa dipaksa. Karena
sesunguhnya dakwah bukanlah propaganda yang memaksakan kehendak
orang lain. Dengan demikian, kegiatan dakwah pada dasarnya sebagai
suatu proses komunikasi antara seorang komunikator dan komunikan
dalam mengupayakan perubahan perilaku seseorang menjadi lebih baik
dari sebelumnya, karena dengan komunikasi seseorang dapat
menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya kepada
orang lain dan dapat memberikan hiburan, memberikan inspirasi,
meyakinkan atau mengajak untuk berbuat sesuatu.
Komunikasi persuasif selain sebagai sarana penyampaian pesan, ia
pun merupakan sarana penyampaian materi dakwah agar selalu menarik,
aktual, dan mempunyai efek pesan terhadap persuader maupun persuadee
nya. Sehingga cara penyampaian dakwah melalui komunikasi persuasif
dapat dilakukan dimanapun tanpa terkecuali yang dilakukan oleh KH.
51
Khaitami dalam menarik minat para donatur melalui darul aitam yayasan
aqshal ghayat, sehingga komunikasi persuasif tersebut mempunyai ciri
khas tersendiri.
Komunikasi persuasif dilakukan untuk mempengaruhi sikap,
pendapat, dan perilaku orang lain dalam upaya mewujudkan suatu
perubahan sikap dan biasanya persuasif akan tercapai karena karakteristik
pembicara, yang pada analisis penelitian ini dilakukan oleh KH. Khaitami
dengan menggunakan media dakwah sebagai daya tarik terhadap
persuadee, dan terbukti dakwah yang di sampaikan oleh KH. Khaitami
merupakan alat persuasif yang paling efektif yang dimilikinya.
Dari hasil pengamatan peneliti, KH. Khaitami menggunakan
pendekatan komunikasi persuasif metode icing, yaitu upaya menyusun
atau menata pesan komunikasi sedemikian rupa sehingga enak didengar,
dilihat, atau dibaca dan orang memiliki kecenderungan untuk mengikuti
apa yang disarankan oleh pesan tersebut. Pada prakteknya kegiatan
persuasif ini adalah seni menata pesan yang dilakukan secara terus
berulang hingga menarik minat persuadee untuk mengikuti imbauan-
imbauan persuader.
Melalui pendekatan persuasif inilah yang KH. Khaitami gunakan
untuk menarik minat para donatur melalui darul aitam yayasan aqshal
ghayat Jakarta Barat agar mendonasikan hartanya untuk kepentingan para
yatim dan kegiatan yang di adakan darul aitam yayasan aqshal ghayat.
Menurut KH. Khaitami mengajak orang untuk berbuat kebaikan dalam
hal ini sedekah bukanlah hal yang mudah, perlu pendekatan-pendekatan
52
yang dilakukan secara terus menerus dan membutuhkan waktu yang tidak
sebentar untuk mengajak mereka para donatur.
2. Teknik komunikasi persuasi DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA
a. Teknik Komunikasi Persuasif
Berdasarkan observasi dan hasil wawancara, secara garis besar
dalam mengimplementasikan komunikasi persuasif KH. Khaitami
menggunakan beberapa teknik-teknik komunikasi persuasif. Menurut
Effendy, teknik komunikasi ada 5, yang akan diuraikan sebagai berikut:
a) Teknik Asosiasi
Teknik Asosiasi adalah penyajian proses komunikasi dengan
cara menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang
sedang menarik perhatian khalayak. Dalam teknik ini Bapak
Khaitami menggambarkan peristiwa tentang anak yatim yang
ditinggalkan ilmu dan adabnya.
“Yatim itu anak yang ditinggal wafat oleh bapak ibunya
sejak masih kecil. Dapat kita bayangkan bagaimana
menderitanya anak-anak yang tidak lagi berkumpul dengan
orang tuanya. Oleh sebab itu maka di lingkungan ini perlu
dibinanya anak-anak yatim, karena yang paling menyedihkan
itu sudah yatim lalu yatimul adab wal fikr (ditinggalkan adab
dan ilmu). Maka perlu adanya pembangunan gedung yang
saat ini disebut Darul Aitam (Rumah Berbagai Yatim), yang
berfungsi sebagai Islamic Center, tempat pembinaan anak-
anak yatim, baik yatim yang ditinggalkan bapaknya, lebih-
lebih yatim yang ditinggalkan ilmu dan adabnya, yang
diharapkan berfungsi seperti Bait Al-Hikmah yang
sesungguhnya.
Menurut uraian di atas, KH. Khaitami saat ini generasi
muda bangsa indonesia semakin merosot nilai akhlak dan moralnya.
53
Trend dan figur artis barat serta kebudayaannya dijadikan kiblat
mode, akhirnya budaya bangsa Indonesia yang terkenal sopan dan
penuh tata krama semakin punah karena ditinggal oleh generasi
penerusnya.
Hal tersebutlah yang sangat membuat KH. Khaitami miris,
KH. Khaitami sangat menyayangkan semakin bobroknya akhlak
remaja masa kini, karena ada ungkapan yang berbunyi “maju bangsa
karena akhlak, akhlak rusak hancurlah bangsa”. Sukses tidaknya
suatu bangsa mencapai tujuan hidupnya tergantung atas
berkomitmen atau tidaknya bangsa itu terhadap nilai-nilai akhlak.
Jika bangsa tersebut sangat memperhatikan akhlak maka bangsa itu
akan sukses, dan sebaliknya jika ia mengabaikan maka bangsa itu
pun akan hancur.
Maka dari itu dengan mendirikan Darul Aitam Yayasan
Aqshal Ghayat, beliau mencoba mengajak para donatur untuk
memikirkan regenerasi anak bangsa yang penghafal dan pengamal
Al-Qur’an. Mendirikan Darul Aitam (rumah yatim) bukan hanya
untuk membuat para yatim singgah saja karena ditinggal oleh orang
tuanya, tetapi juga untuk menanamkan pendidikan akhlak di
dalamnya. Karena pada dasarnya banyak ajaran yang memiliki
unsur-unsur spiritual dan mengajarkan pada etika bermasyarakat.
KH. Khaitami mengatakan bahwa kita sebagai muslim harus
menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh kelembutan,
adab (tata krama), etika, dan moral kepada setiap sesama manusia,
54
karena pada intinya agama Islam turun ke dunia ini untuk
memperbaiki akhlak manusia pada masa itu (zaman jahiliyah).
Sesuai dengan ayat Al-quran yang berbunyi Innama bu'itstu
liutammima makarima al akhlaq, yang artinya sesungguhnya Islam
itu turun untuk memperbaiki akhlaq manusia. Inti dari ajaran Islam
sesungguhnya adalah kemuliaan akhlak, perbaikan akhlak, dan budi
pekerti. KH. Khaitami menungkapkan jika kita mau berprilaku
dengan akhlak yang mulia dan sempurna, maka berpeganglah
pada Alquran dan Hadits pahami makna yang terkandung di
dalamnnya.
Dalam dakwahnya KH. Khaitami berpesan bahwa kita
sebagai manusia memang tidak ada yang sempurna dan tidak akan
luput dari kesalahan. Namun, kita tidak boleh pasrah begitu saja,
Allah mengutus Nabi Muhammad SAW dengan tujuan sebagai
prototipe atau panutan umat manusia untuk berakhlak mulia. Maka
dari itu, kita sebagai umat Rasulullah SAW wajib menjadikan beliau
sebagai uswatun hasanah (teladan yang baik) dalam segala segi
kehidupan, karena dengan demikian aspek kehidupan kita sudah
berislam secara kaffah (total).
b) Teknik Integrasi
Teknik yang direalisasikan bapak Khaitami salah satunya
adalah teknik integrasi, dimana KH. Khaitami dalam menyampaikan
pesan/ceramah sering kali menggunakan kata “kita” dengan tujuan
menyatukan diri dengan para donatur, KH. Khaitami juga
55
mengaitkan pengalaman pribadinya, terutama dalam menyikapi
permasalahan yang ada yaitu pentingnya suatu bangunan yang
diperuntukkan dalam membangun generasi pengamal dan penghafal
qur’an terutama dengan keprihatinan dan mengurus anak yatim.
“Yang utama adalah takut, takut dengan Allah. Kalau takut,
maka kita akan takut kehilangan cinta dan kasih dari Allah,
karena kita tidak membantu dan membina anak yatim. Kalau
kita ingin dicintai dan mendapat kasih dari Allah kita harus
mencintai anak yatim, dengan begitu insya Allah di akhirat
nanti kita dapat berkumpul kembali seperti hadits yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW”1
ه وسههى: أوا و . عه صههى للاه زة قال قال رسىل للاه عه أب هز
ىهما كافم انتى ف انجىهت هكذا و بهابت وانىسطى وأشار ب أشار بانسه
Artinya: Dari Sahal Bin Sa’ad Radhiallahu’anhu dia berkata:
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Aku dan
orang yang menangggung anak yatim (kedudukannya) di surga
seperti ini”, kemudian beliau Shallaallahu’alaihi wa sallam
mengisyaratkan jari telunjuuk dan jari tengah beliau
shallallahu’alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan
keduanya. (HR Bukhari)
Hadits di atas memberikan motivasi kepada kita untuk mau
peduli terhadap anak yatim. Orang yang mau peduli terhadap anak
yatim dengan cara memeliharanya, akan memperoleh kedudukan
yang tinggi yaitu berada di surga bersama Nabi Muhammad Saw.
Layaknya jari telunjuk dan jari tengah. Anak-anak yatim
membutuhkan bimbingan dan kasih sayang orang tua untuk
perkembangan kepribadiannya. Namun, mereka tidak mendapatkan
1 DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, Wawancara Pribadi, 19 Maret 2017
56
hal tersebut, karena ayah atau ibunya sudah meninggal. Maka,
diperlukan orang lain yang dapat menggantikan peran orang tua
untuk menuntun mereka ke jalan yang benar. Tanpa perhatian dan
kasih sayang, anak-anak yang kehilangan orang tua itu, tidak dapat
tumbuh secara seimbang antara jasmani dan rohaninya, sehingga
memungkinkan anak mengalami perkembangan yang timpang.
Oleh karena itu, Rasulullah Saw menganjurkan umat Islam agar
mau menggantikan peran ayah dan ibunya dengan jaminan surga
yang berdekatan dengan surga nabi. Selama ini, pengertian
menyantuni anak yatim cenderung pada kebutuhan fisiknya saja.
Sedang yang bersifat psikologis belum banyak dilakukan. Padahal
anak-anak yatim yang tinggal di panti maupun di rumahnya
sendiri, mereka merindukan figur ayah/ibu yang menjadi tempat
curhat dan bermanja. Oleh karena itu sebaiknya pemberian bantuan
untuk kebutuhan fisik, disertai pula dengan komunikasi pribadi
yang intens untuk memahami kebutuhan psikologis maupun
pengembangan bakat minat anak yang bermanfaat bagi masa
depannya.
Menurut uraian di atas KH. Khaitami mencoba
memposisikan dirinya sebagai donatur. Teknik yang dilakukan ini
setidaknya mampu membangkitkan rasa semangat para donatur
untuk mendonasikan hartanya ke darul aitam yayasan aqshal
ghayat. Sebagai umat islam, sudah sepatutunya kita memikirkan
generasi ummat yang baik dalam pikirannnya serta sehat jasmani
57
dan rohaninya. Oleh karena itu, KH. Khaitami memikirkan tentang
bagaimana jika kita ummat Islam harus mempunyai suatu
bangunan yang berfungsi sebagai Islamic Center yang di dalamnya
di peruntukkan untuk sebagaimana pada saat kejayaan umat Islam
Dinasti Abbasiyah saat Khalifah Al-Makmun putra Harun Al-
Rasyid, adanya suatu bangunan yang disebut Bait Al-Hikmah,
suatu bangunan yang berbentuk mercusuar, yang berfungsi sebagai
perpustakaan, tempat berdiskusi, tempat perkuliahan, tempat
kumpulnya para ilmuan, bahkan tempat observatorium, yang
khalifah ikut sendiri di dalamnya.
Dengan diilhami sejarah kejayaan Islam tersebut, maka
sebagai pembina, KH. Khaitami M. Nuh merasa perlu adanya
pembangunan gedung yang saat ini disebut Darul Aitam (Rumah
Berbagai Yatim), yang berfungsi sebagai Islamic Center, tempat
pembinaan anak-anak yatim, baik yatim yang ditinggalkan
bapaknya, lebih-lebih yatim yang ditinggalkan ilmu dan adabnya,
yang diharapkan berfungsi seperti Bait Al-Hikmah yang
sesungguhnya.
c) Teknik Icing
Teknik selanjutnya, KH. Khaitami menggunakan teknik
icing, yaitu dalam menimplementasikan kepada para donatur bapak
Khaitami sering kali menata pesan-pesan yang digunakan, tentunya
dengan kata-kata yang jelas, masuk akal dan mudah dipahami
58
sehingga menimbulkan emotional appeal pada diri masing-masing
donatur.
“Setiap orang yang melangkahkan aktivitasnya untuk
kepentingan Agama Allah, bertujuan li’laa’i kalimatillah,
bukan untuk kekayaan dunia tetapi untuk kekayaan akhirat”.2
Uraian di atas menunjukan teknik komunikasi persuasif
dalam penataan pesan yang mengandung makna emosional
seseorang khusus bagi donatur, mengenai bagi siapa saja yang
berjalan dijalan agama Allah SWT, maka sesungguhnya kekayaan
yang didapat bukan hanya sekedar di dunia melainkan sampai
akhirat.
d) Teknik Pay off dan Fear arrousing
Teknik selanjutnya yang dilakukan bapak Khaitami adalah
teknik pay off dengan mengadakan program usaha koperasi sebagai
salah satu program unggulan dan dijadikan penanganan profesi bagi
para yatim untuk berwirausaha dan menyikapi problematika
kehidupan sehari-hari khususnya dalam bidang ekonomi, dimana
dalam program tersebut membantu para yatim yang bermasalah
dalam segi finansial, menggunakan keterampilannya sebagai
antisipasi kekurangan biaya. Salah satu pelaksanaannya adalah
dengan membuat keterampilan tangan, menjual alat tulis sekolah,
dan lain sebagainya.
2 DR. KH. Khaitami M. Nuh, MA, Wawancara Pribadi, 19 Maret 2017
59
Kemudian KH. Khaitami juga menggunakan teknik fear
arrousing, yang dalam teknik ini bapak Khaitami memiliki beberapa
strategi, seperti menyampaikan hal-hal yang sifatnya kepada
kebaikan sebagai bentuk reward dan menerangkan akibat bagi
seseorang yang melakukan keburukan sebagai bentuk punishment.
“Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang
terdapat didalamnya anak yatim yang diperlakukan dengan
baik. Dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah
yang didalamnya terdapat anak yatim tetapi anak itu
diperlakukan dengan buruk”.3
ه ب باند ت انهذي كذ وال حض عهى طعاو ,فذنك انهذي دع انتى أرأ
ه انمسكه م نهمصه انهذه هى ,هىن انهذه هى عه صالتهى سا ,فى
ومىعىن انماعىن ,زاءون
Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-
orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat
riya' . Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
Dari uraian surat al-Ma’un tersebut, KH. Khaitami mencoba
menumbuhkan minat para donatur dengan secara jelas menerangkan
kandungan dari ayat tersebut bahwa untuk terhindar menjadi orang
yang celaka dalam sholat, maka hendaknya kita harus melihat
kondisi dan memperhatikan anak yatim.
Menurut uraian di atas, Bapak Khaitami mencoba
menjelaskan materi/ceramah dengan teknik pay off dan fear arousing
dengan tujuan para donatur dapat melakukan hal-hal tersebut dengan
3 DR. Khaitami M. Nuh, MA, Pengamatan Langsung, Safari Ramadhan, Buka Puasa
Bersama, Darul Aitam, Jakarta Barat, 9 Juni 2017.
60
sukarela dan tanpa paksaan terutama dalam menjalankan apa yang
diperintah oleh Allah dan Rasulnya dan menjauhi larangan-Nya.
e) Teknik Red Herring
Dan teknik yang terakhir adalah teknik red herring. Adalah
seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan dalam
perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang lemah untuk
kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang
dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan.
Dalam hal ini Bapak Khaitami menggunakan materi yang dikaji
secara teoritis, namun ada juga yang bersifat praktis.
“Aku (Muhammad SAW) dan pengasuh anak yatim kelak di
surga seperti dua jari ini (Rasulullah SAW menunjuk jari
telunjuk dan jari tengah dan merapatkan keduanya)”.(H.R
Bukhari). Kemudian dalam hadits yang selanjutnya,
“Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang
terdapat didalamnya anak yatim yang diperlakukan dengan
baik. Dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah
rumah yang didalamnya terdapat anak yatim tetapi anak
itu diperlakukan dengan buruk”.(H.R Ibnu Majah).4
C. Evaluasi dan Analisis Bentuk Komunikasi Persuasif DR. Khaitami
Dalam proses komunikasi yang dilakukan KH. Khaitami dalam
menarik minat para donatur melalui darul aitam yayasan aqshal ghayat,
tentunya ditemukan faktor pendukung serta faktor penghambat di dalamnya.
Hal ini menjadi point penting dalam perkembangan kemajuan darul aitam
kedepannya, sehingga darul aitam merasa walupun saat ini banyak lembaga
4 DR. KH. Khaitami M. Nuh, M. A, Pengamatan Langsung, Ceramah di Darul Aitam
Yayasan Aqshal Ghayat, Jakarta, 5 Agustus 2017.
61
pengemban amanah ummat di Jakarta Barat, khususnya di kecamatan Kebon
Jeruk darul aitam akan tetap eksis dibawah pengaruh fgur seorang KH.
Khaitami menjadi pilihan para donatur untuk menyumbangkan sebagian
hartanya. Berikut ini adalah rincian mengenai kekuatan, kelemahan, dan
ancaman yang penulis sudah rangkum melalui hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan penulis, antara KH. Khaitami dan donatur:
1. Kekuatan (Strenght)
a. Komunikator (KH. Khaitami)
Dalam proses komunikasi, seorang komunikator adalah salah
satu faktor pendukung yang sangat penting dengan berperan aktif
dalam menarik minat para donatur yang dalam hal ini adalah tugas
Bapak Khaitami sebagai komunikator yang diantaranya,
mempersiapkan ceramah atau pesan yang ingin disampaikan kepada
donatur, mengadakan pengajian, mengadakan kegiatan evaluasi
bersama para pengurus dan membantu para yatim yang tidak mampu
dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada.
Keinginan saya untuk menjadi donatur di darul aitam , karena
saya ingin sekali membantu ikut andil pada acara yang
diadakan darul aitam tersebut. Karena saya melihat darul aitam
mempunyai anak yatim yang banyak dan juga sering
mengundang anak yatim yang bukan bermukim di darul aitam,
sehingga saya yakin uang yang saya donasikan benar-benar
digunakan dengan baik.5
5 Wawancara Pribadi dengan donatur Arizal, 20 April 2017
62
b. Media
Media merupakan salah satu faktor pendukung komunikasi,
untuk itu Bapak Khaitami melakukan penyampaian ceramah/pesan
kepada para donatur dengan bantuan komputer dan di presentasikan
kepada para donatur. Menurut hasil observasi, Bapak Khaitami
dengan dibantu pengurus, mengunggah ceramah/pesan melalui blog
dan facebook untuk menarik minat donatur dengan lingkup yang lebih
luas.
“Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat sendiri, memiliki blog
untuk memudahkan akses dalam melihat perkembangan darul
aitam dan mempublikasi kegiatan-kegiatan yang telah, atau
yang akan dilaksanakan. Jadi lebih leluasa bagi para donatur
untuk kegiatan yang akan dilaksanakan dan memberi donasi
agar lebih mudah.”6
c. Umpan Balik
Untuk mengetahui tujuan komunikasi perlunya untuk
memperhatikan umpan balik para donatur atas KH. Khaitami,
ceramah/pesan yang disampaikan dan media yang digunakan untuk
menarik minat para donatur dari awal berdirinya darul aitam hingga
sampai saat ini. Menurut hasil wawancara, para donatur melakukan
beberapa perubahan sikap yang awalnya tidak percaya mendonasikan
hartanya, namun saat ini menjadi donatur tetap di darul aitam yayasan
aqshal ghayat. Tidak hanya itu para donatur juga mengambil bagian
dalam setiap acara yang diadakan darul aitam, dan berperan aktif
6 Wawancara Pribadi dengan donatur Arizal, 20 April 2017
63
dalam setiap pengajian diluar yang diadakan oleh darul aitam yayasan
aqshal ghayat.7
Setiap darul aitam yayasan aqshal ghayat mengadakan
kegiatan, kegiatan itu selalu berjalan seperti dengan apa yang
direncanakan di proposal kegiatan yang di ajukan ke para
donatur. Dan setiap kegiatan, acaranya selalu bagus,
menyantuni anak yatim dengan jumlah yang cukup banyak, dan
mengundang para penceramah yang terkenal juga, itulah yang
menarik bagi kami para donatur. Laporan keuangan dibacakan
dengan jelas dan secara transparan, sehingga kami tidak
khawatir uang yang saya donasikan di salah gunakan.8
Dari uraian diatas dapat kita ketahui, bahwa kekuatan
komunikasi persuasif KH. Khaitami dalam menarik minat para
donatur yaitu dari segi Komunikator itu sendiri yaitu KH. Khaitami,
Media yang digunakan oleh KH. Khaitami, dan Umpan balik
(feedback) dari para donatur dalam menyikapi pesan/ceramah yang
disampaikan oleh KH. Khaitami.
2. Kelemahan (Weakness)
a. Gangguan
Pesan/ceramah yang disampaikan oleh Bapak Khaitami sudah
seharusnya menjadi hal yang harus diterima oleh para donatur, namun
hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penghambat komunikasi
jika para donatur tidak menanggapi apa yang dimaksud oleh KH.
Khaitami. Gangguan yang biasanya terjadi dalam proses penyampaian
pesan/ceramah yang disampaikan Bapak Khaitami berupa, sound
7 Wawancara Pribadi dengan donatur Arizal, 20 April 2017
8 Wawancara Pribadi dengan donatur Arizal, 20 April 2017
64
system yang kurang memadai, para donatur yang mengobrol satu
sama lain sehingga tidak fokus dengan pesan/ceramah yang
disampaikan, dan pemilihan kata-kata Bapak Khaitami yang sulit
dipahami oleh para donatur.9
3. Peluang (Opportunity)
b. Kepentingan donatur
Mengikuti kegiatan-kegiatan rutinitas yang ada di Darul Aitam,
merupakan salah satu faktor penghambat yang mempengaruhi para
donatur dalam menerima pesan/ceramah yang disampaikan KH.
Khaitami. Hal ini berlandaskan karena setiap donatur memiliki
berbagai alasan dan kegiatan lainnya, seperti bekerja, mengurus
rumah, berwiraswasta dan lain-lain. Sedangkan Bapak Khaitami dan
pengurus darul aitam sudah menyesuaikan waktu masing-masing para
donatur, baik dalam kegiatan darul aitam maupun kegiatan luar
lainnya.
c. Motivasi donatur
Menurut hasil observasi dan wawancara, masing-masing donatur
memiliki keinginan, kebutuhan dan kekurangan yang berbeda-beda.
Namun hal tersebut dijadikan motivasi KH. Khaitami untuk terus
memberikan pesan/ceramah serta pendekatan melalui pengajian,
membuka diskusi dengan para donatur dan mencari tahu apa yang
belum diketahui para donatur tentang darul aitam melalui internet dan
media sosial.
9 Wawancara Pribadi dengan donatur Arizal, 20 April 2017
65
“Untuk masalah penghambat, hampir saya bisa katakan tidak
ada ya, karena anak-anak panitia darul aitam ini yang bertugas
menyebar proposal langsung door to door, dari rumah ke
rumah jadi bisa saya pastikan donasi yang saya berikan sampai
kepada yang berhak menerimanya yaitu anak yatim yang ada di
darul aitam.”10
4. Ancaman (Threats)
d. Prasangka donatur
Kegiatan-kegiatan yang diadakan di Darul Aitam oleh KH.
Khaitami, seperti santunan yatim piatu setiap bulan dan setiap tahun,
menghafal al-quran, pengajian rutin untuk kalangan ibu-ibu, bapak-
bapak, remaja dan anak-anak, pesantren terbuka, mengadakan wisuda
hafidz/hafidzah setiap tanggal 17 Ramadhan. Kegiatan tersebut
menjadi bukti kepada masyarakat bahwa dana yang mereka donasikan
adalah untuk kegiatan yang bermanfaat bagi para yatim, namun ada
saja donatur yang khawatir bahwa donasi yang mereka berikan akan
di salah gunakan. Faktor inilah yang sering menjadi penghambat
dalam kegiatan komunikasi persuasif Bapak Khaitami. Sehingga KH.
Khaitami meyakinkan donatur dengan melakukan kegiatan-kegiatan
yang sudah dijadwalkan oleh para pengurus serta menarik minat
masyarakat luas untuk ikut serta sebagai donatur di darul aitam.
“Untuk masalah menghambat yang tidak memiliki uang cash,
darul aitam sudah menyiapkan nomor rekening yang sudah
disiapkan, kalau-kalau ada yang ingin berdonasi memlalui
transfer.”11
10
Wawancara Pribadi dengan donatur Arizal, 20 April 2017 11
Wawancara Pribadi dengan donatur Arizal, 20 April 2017
66
KH. Khaitami dalam mengembangkan darul aitam tidak hanya
untuk menyantuni anak yatim saja tetapi berusaha untuk memberikan
pendidikan yang baik kepada anak-anak yatim yang memiliki kekurangan
ekonomi untuk menuntut ilmu.12
Berikut ini beberapa kegiatan yang telah diselenggarakan oleh
darul aitam dan KH. Khaitami selaku ketua darul aitam yayasan aqshal
ghayat, baik yang diadakan di gedung darul aitam yayasan aqshal ghayat,
maupun yang diadakan di luar.
Gambar 4.113
Ceramah Agama oleh Bapak Khaitami
12
Wawancara Pribadi dengan donatur Arizal, 20 April 2017 13
Dokumentasi Pribadi Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat, Safari Ramadhan Buka
Puasa Bersama, Jakarta 9 Juni 2017
67
Gambar 4.214
Santunan Kepada Para Yatim
Gambar 4.315
Santunan Perwakilan Bank Mandiri
Kepada Darul Aitam
14
Dokumentasi Pribadi Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat, Santunan Yatim Tahun Baru
Islam, Jakarta, 24 Desember 2016 15
Dokumentasi Pribadi Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat, Buka Bersama Dan Santunan
Bank Mandiri, Jakarta 4 Juli 2014
68
Gambar 4.416
Bapak Khaitami dalam mengisi acara
di salah satu Kediaman Donatu
Gambar 4.517
Bapak Khaitami Meresmikan Darul Aitam
ke- VII di Daerah Labuan, Serang, Banten
16
Dokumentasi Langsung Peneliti, Pada Acara Haul di salah satu kediaman Donatur,
Jakarta, 26 Agustus 2017 17
Dokumentasi Pribadi Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat, Peresmian Darul Aitam Ke-
VII, Banten, 19 Desember 2013
69
Gambar 4.618
Penampilan Musikalisasi Al-Qur’an
oleh Para Siswi Darul Aitam
Gambar 4.719
Pengukuhan Hafidz/Hafidzah Pada Acara
Haflah Nuzulul Qur’an
18
Dokumentasi Pribadi Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat, Santunan 1000 Yatim,
Jakarta, 24 November 2013 19
Dokumentasi Pribadi Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat, Pengukuhan
Hafidz/Hafidzah, Jakarta, 4 Agustus 2012
70
Gambar 4.820
Pengukuhan Hafidz/Hafidzah Pada Acara
Haflah Nuzulul Qur’an
Gambar 4.921
Pawai Obor Santriwati Darul Aitam dalam Menyambut Bulan
Suci Ramadhan 14
20
Dokumentasi Pribadi Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat, Pengukuhan
Hafidz/Hafidzah, Jakarta, 4 Agustus 2012 21
Dokumentasi Pribadi Darul Aitam yayasan Aqshal Ghayat, Pawai Obor Keliling
Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1438 H, Jakarta, 26 Mei 2017
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil identifikasi masalah dan hasil penelitian yang
telah peneliti lakukan didapatkan beberapa kesimpulan yang berkenaan
dengan komunikasi persuasif Bapak Khaitami dalam menarik minat para
donatur di darul aitam yayasan aqshal ghayat. Dari kesimpulan tersebut
peneliti dapat menemukan bentuk komunikasi persuasif seperti apa yang
digunakan Bapak DR. Khaitami dalam menarik minat para donatur melalui
darul aitam yayasan aqshal ghayat. Di antaranya sebagai berikut:
1. Dalam setiap dakwah ceramah/pesan agama yang diberikan oleh Bapak
Khaitami, Bapak menggunakan dakwah bil lisan dan bil hal, yaitu
dakwah dengan ucapan dan perbuatan nyata. Dakwah dengan ucapan
diantaranya berdoa pada setiap kegiatan yang dilakukan di darul aitam
baik yang dilakukan para santri maupun para donatur, pengajian rutin
minggu pagi, dan pemberian nasehat kepada para santri. Adapun dakwah
dengan menggunakan perbuatan nyata diantaranya mengadakan santunan
1000 yatim pada setiap bulan Ramadhan, peringatan hari besar Islam
seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Mi’raj, dan menggelar
proses wisuda bagi para santri yang telah hafidz Al-Qur’an.
2. Dalam melaksanakan upaya komunikasi persuasif agar lebih efisien dan
intensif Bapak Khaitami menggunakan strategi komunikasi antar pribadi
dengan teori komunikasi persuasif dan menggunakan metode icing, yaitu
72
upaya menyusun atau menata pesan sedemikian rupa agar enak didengar,
dilihat, atau dibaca dan orang memiliki kecendrungan untuk mengikuti
apa yang disarankan oleh pesan tersebut.
3. Dalam setiap penyampaian pesan/ceramah yang disampaikan Bapak
Khaitami selalu berpesan kepada para donatur dan para santri dengan
menggunakan teori komunikasi persuasif dengan metode Pay Off and
Fear arousing yang sifatnya mengajak kepada kebaikan dengan
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah akan dapat pahala
surga namun sebaliknya akan mendapatkan ganjaran berupa azab yang
sangat pedih sebagai fear arousing.
B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Donatur
Dalam proses komunikasi yang dilakukan Bapak Khaitami dalam
menarik minat para donatur, tentunya ditemukan faktor pendukung serta
faktor penghambat di dalamnya. Dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan penulis, anatara Bapak Khaitami dan donatur, sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
a. Komunikator (Bapak Khaitami)
Dalam proses komunikasi, seorang komunikator adalah salah
satu faktor pendukung yang sangat penting dengan berperan aktif
dalam menarik minat para donatur yang dalam hal ini adalah tugas
Bapak Khaitami sebagai komunikator yang diantaranya,
mempersiapkan ceramah atau pesan yang ingin disampaikan kepada
donatur, mengadakan pengajian, mengadakan kegiatan evaluasi
73
bersama para pengurus dan membantu para yatim yang tidak mampu
dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada.
b. Media
Media merupakan salah satu faktor pendukung komunikasi,
untuk itu Bapak Khaitami melakukan penyampaian ceramah/pesan
kepada para donatur dengan bantuan komputer. Menurut hasil
observasi, Bapak Khaitami dengan dibantu pengurus, mengunggah
ceramah/pesan melalui blog dan facebook untuk menarik minat
donatur dengan lingkup yang lebih luas.
c. Umpan Balik
Untuk mengetahui tujuan komunikasi perlunya untuk
memperhatikan umpan balik para donatur atas Bapak Khaitami,
ceramah/pesan yang disampaikan dan media yang digunakan untuk
menarik minat para donatur dari awal berdirinya darul aitam hingga
sampai saat ini. Menurut hasil wawancara, para donatur melakukan
beberapa perubahan sikap yang awalnya tidak percaya
mendonasikan hartanya, namun saat ini menjadi donatur tetap di
darul aitam yayasan aqshal ghayat. Tidak hanya itu para donatur juga
mengambil bagian dalam setiap acara yang diadakan darul aitam,
dan berperan aktif dalam setiap pengajian diluar yang diadakan oleh
darul aitam yayasan aqshal ghayat.
74
2. Faktor Penghambat
Dalam proses komunikasi, tentunya ditemukan beberapa
hambatan yang dapat menghambat kelanacaran komunikasi tersebut.
Menurut Effendy, hambatan-hambatan komunikasi sebagai berikut:
a. Gangguan
Pesan/ceramah yang disampaikan oleh Bapak Khaitami sudah
seharusnya menjadi hal yang harus diterima oleh para donatur,
namun hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penghambat
komunikasi jika para donatur tidak menanggapi apa yang dimaksud
oleh Bapak Khaitami. Gangguan yang biasanya terjadi dalam proses
penyampaian pesan/ceramah yang disampaikan Bapak Khaitami
berupa, sound system yang kurang memadai, para donatur yang
mengobrol satu sama lain sehingga tidak fokus dengan
pesan/ceramah yang disampaikan, dan pemilihan kata-kata Bapak
Khaitami yang sulit dipahami oleh para donatur, misal kata
“ekspektasi”diartikan oleh para donatur menjadi “ekstasi”.
b. Kepentingan donatur
Mengikuti kegiatan-kegiatan rutinitas yang ada di Darul
Aitam, merupakan salah satu faktor penghambat yang
mempengaruhi para donatur dalam menerima pesan/ceramah yang
disampaikan Bapak Khaitami. Hal ini berlandaskan karena setiap
donatur memiliki berbagai alasan dan kegiatan lainnya, seperti
bekerja, mengurus rumah, berwiraswasta dan lain-lain. Sedangkan
Bapak Khaitami dan pengurus darul aitam sudah menyesuaikan
75
waktu masing-masing para donatur, baik dalam kegiatan darul aitam
maupun kegiatan luar lainnya.
c. Motivasi donatur
Menurut hasil observasi dan wawancara, masing-masing
donatur memiliki keinginan, kebutuhan dan kekurangan yang
berbeda-beda. Namun hal tersebut dijadikan motivasi Bapak
Khaitami untuk terus memberikan pesan/ceramah serta pendekatan
melalui pengajian, membuka diskusi dengan para donatur dan
mencari tahu apa yang belum diketahui para donatur tentang darul
aitam melalui internet dan media sosial.
d. Prasangka donatur
Kegiatan-kegiatan yang diadakan di Darul Aitam oleh Bapak
Khaitami, seperti santunan yatim piatu setiap bulan dan setiap tahun,
menghafal al-quran, pengajian rutin untuk kalangan ibu-ibu, bapak-
bapak, remaja dan anak-anak, pesantren terbuka, mengadakan
wisuda hafidz/hafidzah setiap tanggal 17 Ramadhan. Kegiatan
tersebut menjadi bukti kepada masyarakat bahwa dana yang mereka
donasikan adalah untuk kegiatan yang bermanfaat bagi para yatim,
namun ada saja donatur yang khawatir bahwa donasi yang mereka
berikan akan di salah gunakan. Faktor inilah yang sering menjadi
penghambat dalam kegiatan komunikasi persuasif Bapak Khaitami.
Sehingga Bapak Khaitami meyakinkan donatur dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang sudah dijadwalkan oleh para pengurus serta
76
menarik minat masyarakat luas untuk ikut serta sebagai donatur di
darul aitam.
C. Saran
Secara keseluruhan komunikasi persuasif yang dilakukan oleh Bapak
Khaitami dalam menarik minat para donatur melalui darul aitam yayasan
aqshal ghayat sudah cukup baik, namun ada beberapa poin
kelemahan/kekurangan yang perlu diperbaiki, diantaranya:
1. Perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan dakwah Islam
menyangkut tehnik komunikasi yang digunakan oleh Bapak Khaitami,
materi yang disampaikan dan jadwal kegiatan dakwah agar lebih
diperhatikan.
2. Kepada umat muslim khususnya wilayah kampung baru jakarta barat,
hendaknya menyadari betapa pentingnya lembaga yang menangani para
yatim dan mengelola dana umat dalam kehidupan kita. Sebab tanpa kita
sadari peran dan sumbangsih kitalah yang mengahasilkan generasi
penerus dan penghafal al-qur’an.
3. Perlunya regenerasi kader untuk para calon praktisi atau para calon da’i
atau da’iyah hendaknya ikut berpastisipasi dalam menambah wawasan
keilmuan tentang bagaimana cara berdakwah dimasyarakat yang
disampaikan oleh Bapak Khaitami.
4. Pengurus darul aitam yayasan aqshal ghayat khususnya pada bidang
divisi IT harus memanfaatkan teknologi, seperti membuat blog, atau web
untuk promosi dan inovasi-inovasi yang diperlukan untuk meningkatkan
peran media sosial dan menarik minat para donatur.
77
DAFTAR PUSTAKA
Abdurarahman, Oemi. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2001.
Applebaum, Ronald L. dan Anatol, Karl dalam Deddy Djamaluddin Malik dan
Yosal Iriantara, Komunikasi Persuasif. Bandung : Remaja Rosda Karya,
1994.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.
Brembeck, Wiston dan Howell, William. Persuasion : A means of Social Change,
ed. Deddy Djamaluddin Malik dan Yosal Iriantara (Bandung : PT.Remaja
Rosda Karya , 1994.
Budayatna, dan Mutmainah. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2002
Changara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers, 1998.
Changara, Hafied. Perencanaan & Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013
Djuarsa, Sasa Sendjaja, Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.
Aditya Bakti, 2003.
Effendy, Onong Uchjana. Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
Gasdperz, Vincent. Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Griffin, Em. A First Look at Communication Theory. USA, 2003.
78
Hutagalung, Inge. Teori-Teori Komunikasi dalam Pengaruh Psikologi. Jakarta:
PT. Indeks, 2015.
Kasyaf, Ben Akrom. Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim. Jakarta: Al-Maghfiroh,
2012.
Liliweri, Alo. Komunikasi Antar Personal, Jakarta: Kencana 2015.
Liliweri, Alo. Komunikasi Antarpribadi, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti 1991.
Margono, S. Meteodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Maulana, Herdiyan, and Gumgum Gumelar. Psikologi komunikasi dan Persuasi.
Jakarta: Akademia Permata, 2013.
Moelong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007.
Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2004.
Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1985.
Rakhmat, Jalaludin. Retorika Modern Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004.
Riswandi. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Robbins, James dan Jones, Barbara. Komunikasi yang Efektif. Jakarta: CV.
Pedoman Ilmu Jaya, 1995
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013.
Rousydiy, T. A. Lathief. Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi.
Medan: Rimbow, 1995
Shadely, Hasan. Ensiklopedia Khusus. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Bina Aksara, 1985.
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 1998.
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia, 2015
79
Susanto, Phil Astrid. Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Binacipta,
1977.
Syamsyul, M. Arifin Abu dkk. Anak Yatim Kajian Fikih & Realitas Sosial,
Sidogiri: Pustaka Sidogiri, 2005.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Piatu”, Kamus Bahasa Indonesia
edisi revisi, Jakarta : Balai Pustaka, 1995.
W, Suranto A. Komunikasi Perkantoran: Prinsip Komunikasi Untuk
Meningkatkan Kinerja Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana, 2005.
Widjaja, H.A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
www.hukum-online.com
http://www.piss-ktb.com/2015/12/4595tafsir-qs-muhammad-ayat-7-maksud.html,
Recommended