View
233
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
LAPORAN AKHIR Penerapan Ipteks
PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI KADER
KESEHATAN REMAJA SMP DI KECAMATAN KUBUTAMBAHAN
Oleh:
dr. I Made Kusuma Wijaya, S.Ked.,M.Kes/NIP. 197512152008121001
dr. Ni Made Sri Dewi Lestari, S.Ked.,M.Kes/NIP. 198207022008122002
dr. Ni Nyoman Mestri Agustini, S.Ked.,M.Kes/NIP. 198508252009122007
Dibiayai dari:
Dana DIPA BLU
Universitas Pendidikan Ganesha
Nomor SP DIPA/042.01.2.400987/2017 tanggal 7 Desember 2016
Sesuai dengan kontrak Pengabdian Kepada Masyarakat
Nomor. 798/UN48.15/PM/2017
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017
2
3
PRAKATA
Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya laporan akhir kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang
dilaksanakan di SMP se-Kecamatan Kubutambahan dapat terlaksana dengan baik. Laporan
ini dibuat dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan dan memberikan
informasi tentang proses perencanaan dan pelaksanaan dari awal hingga akhir kegiatan
serta hasil yang didapat dari pelaksanaan kegiatan ini.
Penulis menyadari bahwa isi dari laporan akhir ini jauh dari kesempurnaan,
sehingga perlu sumbangsih dari para pembaca terutama hal yang terkait tentang tata tulis
dan substansi laporan. Terlaksananya kegiatan ini dari awal hingga pembuatan laporan
akhir ini berkat bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum., selaku ketua LPPM Undiksha Singaraja atas
segala bantuannya untuk pelaksanaan kegiatan.
2. I Ketut Budaya Astra, S.Pd.,M.Or., selaku dekan FOK Undiksha Singaraja yang telah
memberikan bantuan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan.
3. Kepala UPP Kecamatan Kubutambahan yang telah bersedia bekerjasama dalam
kegiatan P2M ini
4. Kepala SMP Negeri 1 Kubutambahan yang telah bersedia bekerjasama dan
memberikan bantuan sarana dan prasarana dalam kegiatan P2M ini
5. Para peserta, atas kerjasamanya dalam mengikuti pelatihan sehingga pelaksanaan P2M
dapat berjalan sesuai rencana
6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya
baik pemikiran maupun material pada kegiatan ini
Demikian laporan pengabdian pada masyarakat ini, semoga atas segala bantuan yang
diberikan mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan yang Maha Esa.
Singaraja, 30 Oktober 2017
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii
Prakata .......................................................................................................... iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
BAB I. Pendahuluan
a. Analisis Situasi ........................................................................................... 1
b. Identifikasi dan Perumusan Masalah ......................................................... 2
c. Tujuan Kegiatan ................................................................................. 2
d. Manfaat Kegiatan ................................................................................. 3
BAB II. Kajian Pustaka
a. Kader Kesehatan Remaja (KKR) ................................................................ 4
b. Pertolongan Pertama ................................................................................... 6
BAB III. Metode Pelaksanaan
a. Kerangka Pemecahan Masalah ................................................................. 14
b. Metote Kegiatan ........................................................................................ 14
c. Khalayak Sasaran ....................................................................................... 14
d. Rancangan Evaluasi ................................................................................... 15
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil Kegiatan .......................................................................................... 16
b. Pembahasan ............................................................................................... 18
BAB V. Penutup
a. Simpulan ............................................................................................. 21
b. Saran ......................................................................................................... 21
Daftra Pustaka
Lampiran-Lampiran
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. ANALISIS SITUASI
Anak sekolah tingkat SMP memasuki usia remaja di mana periode ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Di
samping itu, masa ini juga mengandung resiko akibat suatu masa transisi yang selalu
membawa ciri-ciri tertentu, yaitu kebimbangan, kebingungan dan gejolak remaja seperti
masalah seks, kejiwaan dan tingkah laku eksprimental.
Berbagai kejadian cedera dan penyakit infeksi menular maupun penyakit tidak
menular masih menjadi masalah kesehatan utama di Bali dan juga di Kabupaten Buleleng
yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius. Berbagai penyakit tersebut
diantaranya penyakit demam berdarah, infeksi saluran pernafasan atas, diare, epilepsi,
asma, penyakit jantung, dll dengan berbagai gejala seperti muntah-muntah, demam tinggi,
sesak nafas, kejang, dll Berbagai kecelakaan juga dapat menimbulkan cedera yang sering
terjadi pada remaja antara lain cedera akibat benda tumpul ataupun benda tajam seperti
luka terbuka, luka lecet, memar, cedera kepala, fraktur, dll. Berbagai keadaan tersebut
memerlukan penanganan segera/lebih awal sehingga tidak menimbulkan gangguan yang
membahayakan penderita. Kecamatan Kubutambahan merupakan salah satu kecamatan
yang ada di kabupaten Buleleng yang memiliki akses pelayanan kesehatan yang cukup
jauh sehingga sering menyebabkan penanganan korban kejadian kegawatdaruratan seperti
kecelakaan, bencana ataupun penyakit menjadi lambat. Hal ini menyebabkan angka
kematian dan kecacatan pada korban akan meningkat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru pembina dan siswa SMP
yang ada di kecamatan Kubutambahan, dapat diketahui bahwa sekolah telah memiliki
program usaha kesehatan sekolah (UKS) yaitu suatu usaha yang dilakukan sekolah untuk
menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah.
Namun belum terdapat kader kesehatan remaja terlatih yang memiliki kemampuan untuk
melaksanakan pertolongan pertama, sehingga penanganan terhadap beberapa cedera dan
penyakit tidak bisa dilaksanakan secara maksimal. Dengan demikian perlu dilaksanakan
pelatihan pertolongan pertama bagi kader kesehatan remaja SMP di Kecamatan
Kubutambahan dengan tujuan untuk meningkatkan status kesehatan disekolah masing-
masing pada khususnya dan status kesehatan masyarakat pada umumnya, serta selalu sigap
jika menemukan kejadian gawat darurat, yang membutuhkan penanganan medis segera.
6
B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Berbagai kejadian kecelakaan yang dapat menimbulkan berbagai macam cedera sering
terjadi pada siswa pada saat mengikuti kegiatan kurikuler ataupun ekstrakurikuler.
Disamping itu pula banyak penyakit menular ataupun penyakit tidak menular yang terjadi
pada usia remaja yang tidak mendapatkan penanganan dini secara maksimal.
Pada beberapa sekolah SMP yang ada di kecamatan Kubutambahan telah memiliki
program UKS yang didalamnya telah terdapat kader kesehatan remaja (KKR). Namun
kader kesehatan remaja tersebut belum terlatih atau belum terampil untuk melakukan
pertolongan pertama. Hal tersebut tentunya akan dapat menyebabkan tidak maksimalnya
penanganan pada siswa yang mengalami suatu cedera ataupun penyakit yang
membutuhkan pertolongan segera, sehingga dapat mengganggu proses pembelajaran, yang
akhirnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Beberapa permasalahan yang akan ditindaklanjuti dalam pengabdian pada masyarakat
ini adalah:
a. Kurangnya pengetahuan kader kesehatan remaja tentang beberapa jenis cedera dan
penyakit yang membutuhkan pertolongan segera.
b. Kurangnya keterampilan kader kesehatan remaja dalam memberikan pertolongan
pertama.
C. TUJUAN KEGIATAN
Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul
“Pelatihan Pertolongan Pertama Bagi Kader Kesehatan Remaja SMP di Kecamatan
Kubutambahan ” adalah:
a. Memberikan pengetahuan tentang beberapa penyakit menular ataupun tidak
menular serta beberapa cedera yang membutuhkan penanganan dini kepada kader
kesehatan remaja SMP di Kecamatan Kubutambahan
b. Memberikan keterampilan kepada kader kesehatan remaja (KKR) SMP di
kecamatan Kubutambahan dalam hal pertolongan pertama.
c. Mempersiapkan kader-kader kesehatan remaja di setiap sekolah SMP di Kecamatan
Kubutambahan untuk melakukan pertolongan pertama
7
D. MANFAAT KEGIATAN
Adapun manfaat yang akan diperoleh setelah melakukan “Pelatihan Pertolongan
Pertama Bagi Kader Kesehatan Remaja SMP di Kecamatan Kubutambahan” adalah:
a. Dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan kader kesehatan
remaja SMP dalam melakukan pertolongan pertama di Kecamatan Kubutambahan.
b. Terwujudnya Kader Kesehatan Remaja (KKR) terlatih SMP di Kecamatan
Kubutambahan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kader Kesehatan Remaja (KKR)
Kader Kesehatan Remaja adalah peserta didik yang dipilih guru guna ikut
melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan terhadap diri sendiri, kelurga, teman
peserta didik pada khususnya dan sekolah pada umumnya. Kader Kesehatan Remaja atau
Kader UKS (pada jenjang SLTP dan SLTA) dapat juga didefinisikan sebagai berikut yaitu
siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan
lingkungannya.
Kader kesehatan Remaja biasanya berasal dari murid kelas 1 dan 2 SLTP dan sederajat,
murid kelas 1 dan 2 SMU/SMK atau sederajat yang telah mendapatkan pelatihan Kader
Kesehatan Remaja. Kader Kesehatan Remaja juga diartikan kader yang memiliki
pengetahuan tentang kesehatan remaja yang mau membantu bersama-sama memecahkan
permasalah kesehatan khususnya pada remaja.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
pasal 17, dinyatakan bahwa kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan
pertumbuhan dan perkembangan anak dan kesehatan anak dilakukan melalui peningkatan
kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia pra sekolah dan usia
sekolah. Selanjutnya dalam pasal 45 dinyatakan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat
sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Di samping itu kesehatan sekolah juga
diarahkan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat aktif berpartisipasi dalam usaha
peningkatan kesehatan, baik di sekolah, rumah tangga maupun dalam lingkungan
masyarakat. Konsep hidup sehat yang tercermin pada perilaku sehat dalam lingkungan
sehat perlu diperkenalkan seawal mungkin kepada generasi penerus dan selanjutnya
dihayati dan diamalkan. Peserta didik bukanlah lagi semata-mata sebagai obyek
pembangunan kesehatan melainkan sebagai subyek dan dengan demikian diharapkan
mereka dapat berperan secara sadar dan bertanggung jawab dalam pembangunan
kesehatan.
9
Anak sekolah tingkat SMP dan SMA atau sederajat memasuki usia remaja di mana
periode ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologis
maupun intelektual. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari kanak-kanak ke
masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th. Namun jika pada
usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Sebaliknya
jika usia remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka ia masih
digolongkan dalam kelompok remaja. Mengingat permasalahan yang ada pada remaja
khususnya anak sekolah usia SMP dan SMA ataupun sederajat sangatlah komplek maka
sangat perlu adanya program untuk melakukan pencegahan maupun penanggulangan
secara dini yang melibatkan pihak sekolah dan kesehatan serta masayarakat. Oleh sebab itu
masa remaja merupakan tahap penting dalam siklus kehidupan manusia. Dikatakan penting
karena merupakan peralihan dari masa anak yang sangat tergantung kepada orang lain ke
masa dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab.
Di samping itu, masa ini juga mengandung resiko akibat suatu masa transisi yang
selalu membawa ciri-ciri tertentu, yaitu kebimbangan, kebingungan dan gejolak remaja
seperti masalah seks, kejiwaan dan tingkah laku eksprimental (selalu ingin mencoba).
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu program yang mendukung tingkat
perkembangan masa remaja yang baik. Bentuk programnya adalah Usaha Kesehatan
Sekolah dengan membentuk Kader Kesehatan Remaja untuk tingkat SLTP/Mts dan
SLTA/MA. Tujuan diadakannya pembentukan Kader Kesehatan Remaja adalah :
1. Agar peserta didik dapat menolong dirinya sendiri dan orang lain untuk hidup sehat
2. Agar peserta didik dapat membina teman-temannya dan berperan sebagai promotor
dan motivator dalam menjalankan usaha kesehatan terhadap diri masing-masing.
3. Agar peserta didik dapat membantu guru, keluarga dan masyarakat di sekolah dan
di luar sekolah.
Peran KKR dalam memelihara, membina, meningkatkan dan melestarikan kesehatan
lingkungan sekolah sangat menentukan. Untuk itu pihak sekolah dalam menunjuk dan
menetapkan siswa yang akan jadi KKR haruslah siswa yang berprestasi disekolah,
memiliki watak pemimpin, berperilaku sehat (PHBS), bertanggung jawab dan telah
mendapat pelatihan dari petugas kesehatan(puskesmas). Karena nantinya KKR tersebut
akan bertindak,berbuat dan berperilaku sehat tampa menunggu perintah dari guru atau
pihak sekolah dan juga akan menjadi contoh bagi peserta didik lainnya.
Kriteria kader kesehatan remaja sebagai berikut :
1. Telah menduduki kelas 1 dan kelas 2 SLTP/SLTA sederajat
10
2. Berprestasi baik di sekolah/kelas.
3. Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab.
4. Bersih dan berprilaku sehat
5. Bermoral baik dan suka menolong.
6. Bertempat tinggal di rumah sehat.
7. Di ijinkan orang tua.
B. Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang
mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan
dari tenaga medis (Haryanto, 2013). Hal ini dapat dilakukan oleh orang yang bukan ahli
dalam menangani kejadian sakit atau cedera, Ini berarti :
• Pertolongan pertama harus diberikan secara cepat.
• Pertolongan pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan
menambah sakit korban
Tujuan utama pertolongan pertama adalah untuk mempertahankan penderita tetap
hidup atau terhindar dari maut, membuat keadaan penderita tetap stabil, mengurangi rasa
nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas, dan menghindarkan kecacatan yang lebih parah.
Dalam melakukan pertolongan pertama ada prinsip-prinsip dasar yang perlu
diperhatikan sebagai berikut:
• Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang
berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong
korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya
• Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Pergunakanlah
sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila
Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh
anggota.
• Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan,
identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita
mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain
Peran KKR dalam memelihara, membina, meningkatkan dan melestarikan kesehatan
lingkungan sekolah sangat menentukan. Untuk itu pihak sekolah dalam menunjuk dan
menetapkan siswa yang akan jadi KKR haruslah siswa yang berprestasi disekolah,
11
memiliki watak pemimpin, berperilaku sehat (PHBS), bertanggung jawab dan telah
mendapat pelatihan di bidang kesehatan. Melalui pelatihan tersebut diharapkan KKR
memahami tentang pertolongan pertama dengan baik.
Beberapa kasus cedera dan penyakit yang perlu dipahami KKR, yang sering dialami
siswa dan perlu segera mendapatkan penanganan yaitu luka, luka bakar, memar, keseleo,
patah tulang, Diare, Demam Berdarah (demam tinggi/kejang), mimisan dan asma.
a. Luka.
Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena
kekerasan atau injuri.
Gejala: terbukanya kulit, pendarahan, rasa nyeri
Penanganan
1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol atau boorwater)
2. Tutup luka dengan kasa steril / plester
3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka
b. Luka Bakar
Luka Bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)
Tujuan pertolongan pertama pada korban luka bakar adalah :
• Untuk mengurangi rasa sakit
• Mencegah terjadinya infeksi
• Mencegah dan mengatasi peristiwa shyok yang mungkin dialami korban
a. Luka Bakar Tingkat I .
Luka bakar tingkat satu adalah luka bakar dengan tingkat kerusakan jaringan hanya di
bagian luar lapisan kulit, misalnya, kulit terkena sengatan sinar matahari, kontak langsung
dengan objek panas seperti air panas atau uap panas.
Penanganan:
1. Siram dengan air mengalir bagian luka yang terbakar atau kompres dengan air dingin.
Pakailah handuk kecil atau sapu tangan yang dicelup air dingin).
2. Lakukan sampai rasa sakit menghilang.
3. Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah infeksi.
4. Jangan memberi mentega atau minyak pada luka bakar
12
5. Jangan memberikan obat – obatan lain atau ramuan tanpa persetujuan dokter.
b. Luka Bakar Tingkat II
Luka bakar tingkat dua adalah luka yang disebabkan oleh kerusakan lapisan bawah
kulit misalnya, sengatan matahari yang berlebihan, cairan panas, dan percikan api dari
bensin atau substansi lain.
Penanganan
1. Siram dengan air dingin / air es bagian luka yang terbakar atau kompres handuk kecil
atau sapu tangan yang dicelup air dingin.
2. Keringkan luka dengan handuk bersih atau bahan lain yang lembut
3. Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi
4. Angkat bagian tangan ataua kaki yang terluka lebih tinggi dari organ jantung
5. Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar bibir atau
kesulitan bernapas.
c. Luka Bakar Tingkat III
Luka bakar yang menghancurkan semua lapisan kulit dikategorikan sebagai luka bakar
tingkat III misalnya kontak terlalu lama dengan sumber panas dan sengatan listrik
Penanganan
1. Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api dengan menggunakan
selimut, karpet, jaket dan bahan lain.
2. Kesulitan bernapas dapat terjadi pada korban khususnya bila luka terdapat pada wajah,
leher dan di sekitar mulut karena korban menghirup asap yang menyertai pembakaran.
Lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bernapas.
3. Tempelkan kain basah atau air ingin, tetapi jangan menggunakan air es untuk luka di
bagian wajah, tangan dan kaki. Tujuannya untuk menurunkan suhu daerah luka
4. Tutup luka bakar dengan perban steril dan tebal, kain bersih, sarung bantal, atau bahan
lain yang anda temukan. Tetapi jangan bahan yang mudah rontok seperti kapas / kapuk.
5. Segera telepon ambulan, penting bagi korban untuk mendapatkan perawatan meski
lukanya tidak terlalu besar.
13
c. Memar
Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.
Penanganan:
1. Kompres dingin
2. Balut tekan
3. Tinggikan bagian luka
d. Keseleo
Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.
Penanganan
1. Korban diposisikan nyaman
2. Kompres es/dingin
3. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
4. Tinggikan bagian tubuh yang luka
e. Patah Tulang Tertutup
Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak
melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya.
Langkah – langkah penanganan:
1. Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
2. Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah
baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll
yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau
balutan di bagian yang patah.
f. Patah Tulang Terbuka
Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya membuat
daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek terluka. Patah tulang ini
harus benar-benar diwaspadai karena selain mudah infeksi karena luka menganga juga kita
bisa tertular penyakit orang yang berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.
Langkah – langkah penanganan:
1. Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
2. Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat
bagian yang terluka dengan kain bersih.
14
3. Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah
baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll
yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau
balutan di bagian yang patah atau terluka.
g. Diare
Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekwensinya lebih sering dari biasanya ( 3 kali atau lebih )
Gejala klinis: Berak lembek / cair lebih dari 3 kali, Lemas akibat kekurangan cairan,
Mual, muntah, Mulas dan sakit perut, Demam, Tinja seperti air beras kadang tinja
bercampur darah.
Pertolongan pertama :
1. Memberikan minum yang banyak ( misalnya air matang, air tajin, kuah sayur, air
sup dll )
2. Memberikan oralit atau LGG ( larutan galu garam )
Cara membuat LGG : 100 cc (segelas) air matang / air teh
1 sendok teh munjung gula
¼ sendok teh garam
3. Memberikan makanan yang mudah dicerna
4. Bila tambah parah cepet bawa ke Puskesmas /RSU terdeka
h. Demam Berdarah (DB)
Disebut juga DHF ( dengue haemoragie fever ), yaitu penyakit yang di sebabkan oleh
virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegyti melalui gigitan yang dapat
menimbulkan demam disertai dengan perdarahan. Tanda dan gejala yaitu Demam tinggi
mendadak yang terus menerus 2 – 7 hari, Perdarahan yang menyertai pada awal nya hanya
perdarahan kulit (petekie) dan perdarahan hidung (epitaksis). Dapat juga terjadi perdarahan
gusi, perdarahan lambung, perdarahan saluran kencing (hematuri) dan perdarahan lainnya,
Gejala klinis yang menyertai biasanya nyeri otot, nyeri kepala berat, tidak nafsu makan,
lemah, mual muntah, sakit perut,mulut dan bibir pucat, diare dan kejang akibat panas yang
tinggi. Pertolongan pertama :
✓ Tirah baring selama demam
✓ Pemberian obat penurun panas
✓ Beri minum hangat 1 -2 liter sehari / yang banyak, jangan susu coklat,sirup merah
15
✓ Kompres hangat
✓ Bila kejang :
a. Jaga lidah agar tidak tergigit
b. Kosongkan mulut
c. Longgorkan pakaian
d. Tidak memberikan apapun selama kejang
i. Asma
Pertolongan pertama pada penderita asma:
Apa sebenarnya yang harus dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama kepada
seseorang yang tiba-tiba terserang asma tanpa membawa bekal persiapan obat-obatan yang
biasa dia konsumsi, berikut ini kukumpulkan beberapa cara, tips untuk membantunya :
• Carilah tempat yang nyaman dengan udara yang bersih, terbuka lagi menyegarkan,
bisa dibawa ke tempat tidur atau ruangan yang memungkinkan penderita dapat
beristirahat dengan tenang, atau bawa penderita ke tempat yang lapang dan bebas
dari kerumunan orang agar tersedia banyak oksigen.
• Sebisa mungkin hindari penderita dari sumber alergi (alergen) yang mungkin
memicu asma, misalnya debu, asap rokok, asap kendaraan, serbuk sari bunga, kutu
hewan peliharaan, dll.
• Rileks dan Tenangkan penderita. Duduk, rileks, dan ambil nafas dalam-dalam.
Sikap panik malah memperburuk serangan asma. Selain itu, tenangkan juga diri
anda, aturlah irama pernafasan penderita semaksimal mungkin.
• Tenangkan dan hibur penderita. Hal itu dapat sangat membantu kepulihan penderita
walaupun hanya sementara. Jangan banyak bertanya dan mengajak ngobrol
penderita, karena biasanya ia sulit berbicara.
• Bantu penderita untuk duduk dan istirahat, karena penderita lebih nyaman dalam
keadaan duduk. Dengan duduk, membuat rongga paru-paru lebih luas, sehingga
bisa membantu pernafasan si penderita, atau usahakan posisi penderita dalam
keadaan setengah duduk dengan pundak bersandar pada bantal atau tembok atau
apa saja. Jangan sekali-kali diposisikan dalam posisi tidur! Itu dapat memperparah
penyakit yang diderita, sebab saluran pernafasannya dapat tersumbat karena posisi
tidur yang salah.
16
• Longgarkan baju penderita hingga dapat bernafas dengan lancar apalagi jika
menggunakan pakaian ketat, segera longgarkan karena penderita membutuhkan
pakaian yang nyaman.
• Pijit pada daerah syaraf paru-paru yang terletak di atas jempol kaki (sekitar 3-5
cm), tepat di daerah ruas antara jempol dan jari telunjuk kaki. Teknik pijitnya harus
secara perlahan-lahan.
• Minum air hangat, Walaupun sedikit, ini berfungsi agar penderita tenang.
• Penderita dikipas-kipas atau dekatkan ke kipas angin.
• Tetaplah setenang mungkin. Mintalah penderita untuk menggunakan inhaler
peleganya dan bantulah dia jika perlu. Anda mungkin perlu memasangkan spacer
ke inhaler. Ingatlah, bahwa meskipun asma bisa menakutkan, efek inhaler pelega
biasanya muncul dalam beberapa menit.
• Jika serangannya ringan dan berhenti dalam waktu lima atau 10 menit, mintalah
penderita untuk menghirup lagi satu dosis inhaler pelega. Bantuan medis seketika
tidaklah vital, namun ia harus memberi tahu dokternya mengenai serangan itu.
• Jika ini adalah serangan pertama yang dialami penderita atau jika serangan tersebut
parah dan inhaler tidak juga berefek dalam waktu lima sampai 10 menit, penderita
semakin payah dan sulit berbicara karena sulit bernafas, hubungi ambulans.
Bantulah ia menggunakan inhaler setiap lima sampai 10 menit, dan awasi serta
catat pernafasan dan denyut jantungnya secara teratur.
• Jika penderita berhenti bernafas atau kehilangan kesadaran, buka saluran nafasnya
dan periksa pernafasan serta peredaran darahnya. bersiap-siaplah meresusitasi
(memberikan nafas bantuan) jika perlu.
• Hubungi ambulans.
j. Mimisan
Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu
ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
Penanganan
1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
2. Tenangkan korban
3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
4. Diminta bernafas lewat mulut
5. Bersihkan hidung luar dari darah
17
6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama
18
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Kerangka Pemecahan Masalah
a. Melakukan observasi dan wawancara ke lapangan untuk mengumpulkan
permasalahan yang dihadapi sekolah di bidang kesehatan
b. Mengadakan penjajagan untuk melakukan kerjasama dengan UPP Kecamatan
Kubutambahan dalam pelatihan kader kesehatan remaja (KKR).
c. Melaksanakan kegiatan dalam bentuk “Pelatihan Pertolongan Pertama Bagi Kader
Kesehatan Remaja SMP di Kecamatan Kubutambahan”
d. Malakukan pembinaan dan pendampingan kepada kader-kader kesehatan remaja di
sekolah.
e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
f. Membuat laporan penyelenggaraan kegiatan pengabdian masyarakat.
B. Metode Kegiatan
Metode yang dipergunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
a. Ceramah yaitu untuk menyampaikan materi-materi tentang beberapa kasus cedera dan
penyakit menular atau penyakit tidak menular yang sering terjadi yang membutuhkan
penanganan dini
b. Praktek atau demonstrasi yaitu untuk mendemonstrasikan teknik-teknik pertolongan
pertama.
c. Diskusi yaitu untuk mendiskusikan kembali materi yang telah disampaikan sehingga
terjadi interaksi timbal balik antara para peserta dengan peserta dan antara peserta
dengan pelatih.
d. Partisipatif yaitu melakukan pendampingan dan pembinaan kader kesehatan dengan
langsung di sekolah masing-masing.
C. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran strategis dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat
ini adalah kader kesehatan remaja (KKR) yang ada di sekolah SMP di Kecamatan
Kubutambahan berjumlah 20 orang.
19
D. Rancangan Evaluasi
Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dilihat dari
hasil evaluasi sepanjang pelaksanaan kegiatan yaitu :
a. Ketekunan dan keterlibatan para peserta dalam kegiatan pelatihan.
b. Terjadinya peningkatan pengetahuan/pemahaman dan keterampilan kader kesehatan
remaja tentang pertolongan pertama melalui tugas, tanya jawab serta demonstrasi.
c. Kader kesehatan remaja dapat melaksanakan pertolongan pertama baik di sekolah
maupun di masyarakat.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Yang dicapai
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh kader kesehatan remaja SMP di
Kecamatan Kubutambahan maka program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dalam
bentuk pelatihan pertolongan pertama bagi kader kesehatan remaja SMP di Kecamatan
Kubutambahan dengan pesertanya adalah kader kesehatan remaja (KKR) yang merupakan
siswa siswi SMP di Kecamatan Kubutambahan yang berjumlah 20 orang. Pelatihan ini
dilaksanakan pada hari kamis, 24 Agustus 2017 yang bertempat di SMP Negeri 1
Kubutambahan. Adapun mekanisme dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian pada
masyarakat tersebut adalah sebagai berikut:
a). Tahap perencanaan kegiatan
1. Melaksanakan pertemuan dengan kepala UPP Kecamatan Kubutambahan untuk
membahas permohonan ijin pelaksanaan P2M
2. Melaksanakan penjajagan/pendampingan ke sekolah-sekolah SMP di kecamatan
kubutambahan
3. Melaksanakan pertemuan dan koordinasi dengan kepala sekolah SMP Negeri 1
Kubutambahan perihal:
a. Koordinasi teknis pelaksanaan kegiatan pelatihan
b. Penetapan peserta pelatihan
c. Penetapan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan
4. Mengumpulkan dokumen dan arsip.
5. Mempersiapkan bahan-bahan serta peralatan dalam pelatihan
6. Melaksanakan kegiatan pelatihan pertolongan pertama
7. Merumuskan hasil P2M untuk dijadikan dasar meningkatkan mutu pengabdian
masyarakat
b). Tahap pelaksanaan kegiatan
Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan ini adalah
sebagai berikut :
1. Registrasi Peserta
2. Pembukaan yang didahului dengan doa kemudian laporan Ketua Panitia dan
kemudian kegiatan dibuka oleh kepala SMP Negeri 1 Kubutambahan
3. Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan kudapan
21
4. Penyajian Materi
Dibagi dalam 4 sesi, yaitu:
a. Sesi I : Pendahuluan. Dalam sesi ini dilakukan perkenalan tim p2m
Undiksha
b. Sesi II : Pemaparan materi dan praktek
c. Sesi III : Diskusi
d. Sesi IV : Simulasi dari peserta pelatihan dibantu tim p2m Undiksha
5. Pemaparan materi: pendahuluan tentang pertolongan pertama, persyaratan menjadi
penolong pertama, pertolongan pertama pada beberapa kasus cedera dan gejala
penyakit yang membutuhkan pertolongan pertama. Mempraktekkan
6. Kemudian peserta diberikan kesempatan untuk melakukan diskusi. Pada sesi ini
banyak muncul pertanyaan pertanyaan dari peserta pelatihan, a.l pertanyaan dari
valentina dari SMPN 2 Kubutambahan yang menanyakan tentang adanya
kejang/kram perut pada saat seseorang menstruasi, pemeriksaan apa yang perlu
dilakukan? Kemudian dari lindayani yang menanyakan pada suhu berapa seorang
dianggap demam? Kemudian dari ketut yasa yang menanyakan bagaimana cara
penanganan apabila orang yang mengalami patah tulang lebih besar dari badan kita
sehingga kita akan mengalami kesulitan untuk mengangkat/menolong? Pertanyaan-
pertanyaan tersebut kemudian dapat ditanggapi/dijelaskan dengan baik oleh
narasumber.
7. Materi terakhir dari pelatihan ini adalah pelaksanaan simulasi oleh peserta pelatihan
dipandu oleh tim p2m Undiksha. Dalam simulasi ini peserta pelatihan dibagi
menjadi beberapa kelompok dan diberikan kasus yang berbeda pada masing-
masing kelompok
8. Setelah menyelesaikan seluruh sesi pelatihan kemudian acara ditutup oleh ketua
panitia P2M
Selama kegiatan, peserta terlihat sangat antusias mengikuti acara P2M. Hal ini terbukti
dari tidak ada peserta yang izin selama kegiatan berlangsung. Beberapa dokumen penting
sebagai bukti terselenggaranya kegiatan P2M “Pelatihan Pertolongan Pertama bagi Kader
Kesehatan Remaja SMP di Kecamatan Kubutambahan” antara lain: daftar hadir peserta
dan foto-foto kegiatan. Semua dokumen tersebut disajikan pada lampiran.
c). Tahap evaluasi
Dalam pelatihan pertolongan pertama ini, evaluasi dilaksanakan terhadap peserta
pelatihan yang dilaksanakan dengan memberikan pre-test pada awal kegiatan dan post-test
22
pada akhir kegiatan pelatihan. Disamping itu, evaluasi juga dilaksanakan melalui
pemberian tugas dan demonstrasi pada peserta pelatihan yang dilaksanakan selama
kegiatan pelatihan tersebut berlangsung. Dari hasil evaluasi tersebut didapatkan terjadinya
peningkatan pengetahuan dan pemahaman kader kesehatan terhadap berbagai cedera dan
penyakit serta cara pertolongan pertamanya.
Setelah dilaksanakannya pelatihan tersebut, diharapkan seluruh kader kesehatan dapat
melaksanakan pertolongan pertama terhadap berbagai kasus/kejadian yang ditemukan di
sekolahnya masing-masing. Dalam pelaksanaan kegiatan pertolongan pertama di lapangan,
tentu kader-kader kesehatan yang telah dilatih tersebut akan dapat mengalami berbagai
kendala/masalah yang belum diketahui sebelumnya atau belum ditemukan pada saat
mereka mendapatkan pelatihan. Untuk mengetahui keberlangsungan kegiatan tersebut
maka sebagai tindak lanjut kegiatan pelatihan kader kesehatan remaja ini akan
dilaksanakan pula pendampingan kader kesehatan yang berupa evaluasi dan pembinaan
terhadap kader kesehatan yang telah dilatih tersebut. Kegiatan pendampingan tersebut
dilaksanakan dengan mengunjungi masing-masing sekolah dimana kader tersebut
melaksanakan kegiatannya.
B. Pembahasan
Pada kegiatan pelatihan pertolongan pertama bagi kader kesehatan remaja SMP di
Kecamatan Kubutambahan, siswa yang dipilih sebagai kader kesehatan remaja terlebih
dahulu diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pertolongan pertama dan seorang
penolong pertama. Berbagai syarat dan kemampuan harus dimiliki untuk dapat sebagai
penolong pertama.
Pada kegiatan tersebut peserta juga diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang
berbagai penyakit yang sering diderita/dialami oleh siswa di sekolah ataupun di lingkungan
mereka. Penyakit-penyakit tersebut apabila mendapatkan pertolongan lebih dini akan
memberikan hasil yang baik/maksimal dan tidak membutuhkan penanganan yang lebih
lanjut baik di rumah sakit ataupun fasilitas kesehatan lainnya. Siswa yang menjadi kader
kesehatan remaja juga diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai cedera
yang sering terjadi yang membutuhkan pertolongan pertama.
Berbagai penyakit tersebut seperti penyakit diare, dimana gejala yang muncul adalah
buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari 3 kali dalam satu hari. Maka pertolongan
pertama yang dapat diberikan adalah dengan mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit
dengan memberikan cairan garam oralit pada si penderita. Apabila tidak mendapatkan
23
pertolongan pertama akan dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi akibat kehilangan
cairan yang berlebihan sehingga dapat membahayakan si penderita. Begitu pula dengan
berbagai penyakit yang memiliki gejala demam. Maka pertolongan pertama yang dapat
diberikan adalah dengan kompres hangat, memberikan minum yang banyak serta
memberikan obat penurun panas (parasetamol) sehingga gejala demam tidak bertambah
tinggi karena demam tinggi yang akan dapat mengakibatkan terjadinya kejang yang lebih
membahayakan bagi si penderita.
Beberapa kasus cedera yang membutuhkan pertolongan pertama yang dibahas dalam
pelatihan tersebut antara lain luka, patah tulang, kesleo, memar. Berbagai kasus cedera
tersebut membutuhkan keterampilan untuk melakukan pertolongan pertama. Pada kasus
luka, kader dilatih untuk membersihkan luka dengan tepat (satu arah) sehingga tidak
menimbulkan infeksi serta memberikan desinfektan dengan betadin pada luka yang telah
dibersihkan. Pada kasus patah tulang kader dilatih untuk memasang bidai untuk imobilisasi
patah tulang sehingga saat pemindahan penderita untuk dirujuk, cedera tidak bertambah
berat. Pada kasus kesleo dan memar kader dilatih untuk melaksanakan metode RICE (Rest,
Ice, Compresion, Elevation). Penanganan cedera dengan metode RICE akan sangat
berguna dalam memberikan pertolongan pertama, diamana dengan penanganan tersebut
akan dapat mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pertolongan pertama sangatlah penting
agar tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk. Untuk dapat memberikan pertolongan
pertama tentu membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap cedera
ataupun penyakit tersebut sehingga pada saat melakukan pertolongan pertama, kader
kesehatan dapat melakukannya dengan baik. Dengan jumlah tenaga medis yang terbatas
tentunya keberadaan kader kesehatan remaja ini akan sangat membantu dalam memberikan
pertolongan pertama karena kader kesehatan ini akan selalu berada dekat dengan
masyarakat. Kader kesehatan inilah yang akan pertama kali menemukan penderita sebelum
mendapatkan tindakan di fasiltas kesehatan. Sehingga peran kader kesehatan ini sangatlah
strategis dalam mengatasi beberapa kasus cedera ataupun penyakit yang membutuhkan
pertolongan pertama.
Yang sering menjadi permasalahan pada kader kesehatan remaja dalam memberikan
pertolongan pertama adalah keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kader kesehatan
tentang berbagai kasus cedera ataupun penyakit yang membutuhkan pertolongan pertama
yang belum pernah mereka ketahui. Sehingga kader kesehatan mengalami kesulitan untuk
melakukan tindakan. Disamping itu kader kesehatan juga kurang terampil dalam
24
melakukan pertolongan pertama pada penyakit ataupun cedera yang jarang mereka
temukan sehingga pelatihan pertolongan pertama ini sangatlah bermanfaat untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan dalam melaksanakan
pertolongan pertama serta menambah wawasan mereka tentang berbagai hal baru yang
belum mereka ketahu/pahami. Pelatihan ini diharapkan dapat berkelanjutan sehingga akan
dapat membentuk lebih banyak kader kesehatan remaja di masyarakat dan dapat pula
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan remaja.
Salah satu tantangan yang dihadapi kader kesehatan remaja dalam melaksanakan
pertolongan pertama adalah usia mereka yang masih muda sehingga seringkali mereka
diabaikan ataupun kurang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, sehingga diperlukan
peran dari kader kesehatan itu sendiri untuk dapat meyakinkan masyarakat.
Setelah diberikan pelatihan, kader kesehatan yang hadir sebagai peserta dapat
mengetahui serta memahami tentang berbagai kasus cedera serta berbagai penyakit yang
membutuhkan pertolongan pertama. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil test yang telah
dikerjakan oleh kader kesehatan, dimana telah terjadi terjadinya peningkatan pengetahuan
kader kesehatan tentang berbagai penyakit setelah diberikannya pelatihan. Disamping itu
kader kesehatan juga menjadi lebih terampil dalam melakukan pertolongan pertama pada
penyakit yang dapat diketahui dari simulasi yang dilakukan oleh kader kesehatan.
Sehingga dengan mengikuti pelatihan ini kader kesehatan mendapatkan beberapa manfaat
yaitu mereka mendapatkan informasi yang jelas tentang beberapa kasus cedera ataupun
penyakit yang membutuhkan pertolongan pertama karena selama ini mereka kurang
memahami berbagai gejala dari cedera ataupun penyakit tersebut sehingga mengalami
kesulitan untuk memahami pertolongan yang harus diberikan pada penderita.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan tersebut adalah melaksanakan pendampingan
pada kader kesehatan remaja yang ada di sekolah masing-masing. Kegiatan tersebut
dilaksanakan untuk membimbing kader kesehatan remaja yang telah melaksanakan
tugasnya di sekolah mereka masing-masing. Dari kegiatan tersebut didapatkan bahwa
secara umum kader kesehatan di beberapa sekolah sudah dapat melaksanakan pertolongan
pertama terhadap beberapa cedera ataupun gejala penyakit yang dialami siswa, walaupun
dalam pelaksanaan kegiatan tersebut ada beberapa kader kesehatan yang masih mengalami
kendala. Namun melalui kegiatan pendampingan ini hal tersebut dapat diatasi dengan
beberapa solusi yang telah diberikan.
25
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berupa
pelatihan pertolongan pertama bagi kader kesehatan remaja SMP di Kecamatan
Kubutambahan dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
a. Terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman kader kesehatan remaja tentang
berbagai gejala penyakit dan cedera serta pertolongan pertamanya.
b. Terbentuknya keterampilan kader kesehatan remaja SMP dalam melaksanakan
pertolongan pertama.
B. Saran
Berdasarkan pelatihan yang telah dilaksanakan pada kader kesehatan remaja di
Kecamatan Kubutambahan dalam memberikan pertolongan pertama, ada beberapa saran
yang dapat dipertimbangkan:
1. Bagi kader kesehatan kesehatan remaja SMP, hendaknya dapat mengetahui dan
memahami pentingnya pertolongan pertama karena akan sangat membantu dalam
memberikan rasa nyaman dan mengurangi bertambah beratnya kasus penyakit
ataupun cedera
2. Bagi dinas kesehatan, dapat melaksanakan pelatihan kader kesehatan secara
berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan peran kader kesehatan dalam
melaksanakan pertolongan pertama.
26
DAFTAR PUSTAKA
Agustini M & Arsani A. 2013. Remaja Sehat Melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
di Tingkat Puskesmas. Jurnal Kesehatan Masyarakat KEMAS 9 (1) (2013) 66-73
Aprilianti IK. 2008. Kader Kesehatan Remaja. Forum Pembelajaran Kesehatan Masyarakat
Depkes RI 2008. Laporan riskesdas 2007 Provinsi Bali. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta
Direktorat Kesehatan Keluarga, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Depkes RI. 2005.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas. Jakarta
Eka H. 2010. Epilepsi. Pertolongan Pertama dan Penanganannya
Haryanto R. 2013. Pertolongan Pertama
Imelda. 2011. Program Pembinaan Kader Kesehatan Sekolah MTs Negeri Pamulang.
Kemenkes RI. 2010. Buku Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Direktorat Bina
Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI
Rahaju B. 2005. Kader masyarakat. Jakarta: Depkes RI
Suputra A. 2014. Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Pada Guru-guru
Pembina dan Anggota PMR Madya Se-Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng
Tahun 2014
Widowati U. 2015. 10 Penyakit Paling Mematikan di Indonesia. CNN Indonesia
Wijaya K. 2015. Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Penyakit (P3P) pada Kader
Kesehatan Remaja SMP Se-Kecamatan Kubutambahan
Zainal M. 2013. Pertolongan pertama pada saat penderita diserang asma.
27
Lampiran 1. Daftar Hadir Peserta
28
Lampiran 2. Foto-Foto Kegiatan P2M
Gambar 1. Pembukaan P2M
Gambar 2. Pre-test
Gambar 3. Pemaparan materi
29
Gambar 4. Simulasi peserta pelatihan
Gambar 6. Simulasi peserta pelatihan
30
Gambar 7. Simulasi
31
Gambar 8 Post-test
32
Lampiran 3. Peta Lokasi
Lokasi Kegiatan
33
Lampiran 4. Artikel
PERTOLONGAN PERTAMA
I Made Kusuma Wijaya, Ni Made Sri Dewi Lestari, Ni Nyoman Mestri Agustini
Universitas Pendidikan Ganesha Jln Udayana no 11 Singaraja
E-mail: imadekusumawijaya@yahoo.co.id
Ringkasan
Penanggulangan secara dini pada berbagai penyakit dan cedera dapat memberikan rasa
nyaman dan menunjang proses penyembuhan, mencegah cacat, dan bahkan dapat
menyelamatkan jiwa penderita. Kader kesehatan dapat menjadi kunci keberhasilan dalam
penanggulangan secara dini pada berbagai kasus cedera dan penyakit tersebut, karena
keberadaan kader yang dekat dengan masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan dan
keterampilan kader kesehatan remaja dalam melakukan pertolongan pertama sangat
penting, untuk itu diperlukan pelatihan Pertolongan Pertama bagi kader kesehatan remaja.
Pelatihan ini dilaksanakan dengan metode ceramah, praktek dan pendampingan. Sasaran
dalam pelatihan tersebut adalah kader kesehatan remaja SMP di Kecamatan
Kubutambahan yang berjumlah 20 orang. Melalui pelatihan tersebut dihasilkan
keterampilan kader kesehatan dalam melaksanakan pertolongan pertama.
Kata-kata kunci: Kader, Pertolongan Pertama
A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan
kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Target/sasaran pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
kelompok/populasi remaja sangat menentukan keberhasilan suatu program kesehatan. Hal
tersebut berdasarkan atas beberapa alasan yaitu:
1. Populasinya tergolong besar karena jumlah anak usia sekolah mencapai 30 % dari
jumlah penduduk (Depkes, 2008).
2. Mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik di institusi-institusi sekolah.
3. Pendidikan dan pelayanan kesehatan yang diberikan sejak dini jauh lebih baik
daripada diberikan pada usia yang sudah agak 'terlambat'.
4. Anak usia sekolah merupakan generasi penerus yang potensial.
5. Masalah kesehatan yang dialami anak usia sekolah sangat kompleks dan bervariasi.
6. Banyak kegiatan dapat diintegrasikan dengan program kesehatan di sekolah
7. Anak usia sekolah merupakan sumber daya manusia (SDM) yang sangat berharga
bagi negara
Remaja adalah mereka yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah
mereka yang berusia 10-19 tahun sedangkan menurut BKKBN kelompok umur 10-24
34
tahun. Anak sekolah tingkat SMP memasuki usia remaja di mana periode ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Di
samping itu, masa ini juga mengandung resiko akibat suatu masa transisi yang selalu
membawa ciri-ciri tertentu, yaitu kebimbangan, kebingungan dan gejolak remaja seperti
masalah seks, kejiwaan dan tingkah laku eksprimental.
Remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar sehingga sering melakukan tindakan
mencoba-coba dan memiliki keberanian untuk mengambil resiko sehingga sering
mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang dapat menimbulkan cedera. Cedera sering
terjadi pada anak-anak, biasanya berawal dari rasa keingintahuan anak untuk menelusuri
sesuatu dan bereksperimen yang tidak seimbang dengan kemampuan mereka dalam
memahami sesuatu atau bereaksi terhadap bahaya. Remaja biasanya lebih menyukai
aktivitas-aktivitas fisik seperti berolahraga, bersepeda, atau mengendarai sepeda motor.
Jika tidak diperhatikan secara serius, aktivitas ini sering menyebabkan kecelakaan yang
dapat menimbulkan terjadinya cedera.
Fenomena yang terjadi di Indonesia pada beberapa tahun ini menunjukan angka
kejadian cedera yang masih tinggi termasuk pada remaja awal di sekolah. Seperti luka,
luka bakar, patah tulang, contusio, dll. Disamping hal tersebut berbagai penyakit baik
penyakit menular ataupun penyakit tidak menular sangat banyak ditemukan di masyarakat,
seperti epilepsi, asma, penyakit jantung, demam, diare, dll. Pada penyakit-penyakit
tersebut, kita tidak akan dapat memprediksi kapan akan muncul (kambuh) pada seorang
anak, sehingga akan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.
Mengingat permasalahan yang ada pada remaja khususnya anak sekolah usia SMP
sangatlah komplek maka sangat perlu adanya program untuk melakukan penanggulangan
secara dini yang melibatkan pihak sekolah. Penanggulangan secara dini pada berbagai
cedera ataupun penyakit tersebut akan dapat memberikan rasa nyaman dan menunjang
proses penyembuhan, mencegah cacat, dan bahkan dapat menyelamatkan jiwa penderita.
Pertolongan pertama adalah penanganan atau perawatan awal dari terjadinya suatu
penyakit atau kecelakaan. Hal ini dapat dilakukan oleh orang yang bukan ahli dalam
menangani kejadian sakit atau cedera, sambil menunggu pengobatan definitif dapat
diakses. Penyakit yang dapat sembuh sendiri atau cedera yang minor tidak perlu
memerlukan perawatan medis yang lebih lanjut, setelah dilakukan pertolongan pertama.
Biasanya terdiri dari beberapa kasus yang sederhana, dimana teknik pertolongan pertama
dapat diberikan kepada individu untuk melakukan hal tersebut dengan peralatan yang
minimal. Hal ini dikarenakan tenaga medis seperti dokter dan perawat tidak akan selalu
ada apabila ada kejadian penyakit dan kecelakaan yang memerlukan pertolongan segera.
Sehingga diperlukan suatu anggota non medis yang mempunyai kemampuan dan
pengetahuan tentang metode penopang hidup dan pertolongan pertama. Dan yang lebih
penting lagi adalah diperlukan tindakan cepat dan efektif dalam mempertahankan hidup
dan dapat meminimalkan terjadinya kecacatan (Suputra, 2014).
Keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama perlu dimiliki oleh siswa sebagai
kader kesehatan remaja di sekolah, antara lain keterampilan dalam merawat luka sehingga
tidak menimbulkan infeksi yang dapat memperpanjang masa penyembuhan luka tersebut.
Keterampilan melakukan metode RICE (Rest, Ice, Compresion, Elevation) dalam
memberikan pertolongan pertama pada cedera disamping itu diperlukan juga keterampilan
siswa dalam menggunakan spalk/bidai apabila menemukan penderita patah tulang. Selain
menguasai keterampilan dalam mengatasi cedera siswa juga perlu mendapatkan
keterampilan dalam mengatasi berbagai penyakit yang sering terjadi, seperti keterampilan
dalam membuat larutan gula garam (oralit) untuk pertolongan pertama pada penderita
diare. Disamping itu diperlukan juga keterampilan siswa dalam mengukur suhu dan nadi
penderita, dll.
35
Kubutambahan merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten buleleng,
dimana berbagai kejadian kecelakaan yang menyebabkan terjadinya cedera dan berbagai
penyakit tersebut juga sangat banyak ditemukan pada anak usia sekolah, yang memerlukan
penanganan segera/secara dini di tempat kejadian sehingga dapat mencegah gangguan
permanen ataupun kematian pada penderita. Untuk itu dibutuhkan anak-anak yang
memiliki kemampuan untuk mangatasi permasalahan tersebut. Siswa yang melakukan
pertolongan pertama seharusnya adalah siswa yang telah memiliki keterampilan atau
terlatih untuk melakukan pertolongan pertama, namun saat ini masih banyak dilakukan
oleh siswa yang belum trampil/terlatih sehingga akan dapat membahayakan penderita
ataupun penolong itu sendiri.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka sangat perlu adanya bentuk pelatihan
Pertolongan Pertama bagi kader kesehatan remaja SMP di Kecamatan Kubutambahan
sehingga melalui pelatihan tersebut diharapkan kader kesehatan remaja dapat menolong
dirinya sendiri dan orang lain untuk hidup sehat dan dapat berperan sebagai promotor dan
motivator dalam menjalankan usaha kesehatan.
B. SUMBER INSPIRASI
Beberapa SMP yang ada di kecamatan Kubutambahan telah memiliki program usaha
kesehatan sekolah (UKS) yaitu suatu usaha yang dilakukan sekolah untuk menolong siswa
dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah. Kader kesehatan
remaja yang merupakan tenaga kesehatan di tingkat SMP, semestinya memiliki
kemampuan untuk melaksanakan pertolongan pertama sehingga penanganan terhadap
siswa yang menderita penyakit atau cedera yang membutuhkan pertolongan pertama bisa
dilaksanakan secara maksimal.
Pertolongan pertama haruslah dilakukan oleh tenaga yang terlatih yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan PP sehingga penanganan terhadap kasus cedera ataupun
penyakit dapat berjalan dengan baik. Dengan banyaknya kegiatan di sekolah sehingga hal
tersebut sering terabaikan dan kader kesehatan remaja SMP di kecamatan Kubutambahan
belum terlatih. Beberapa permasalahan yang akan ditindaklanjuti dalam pengabdian pada
masyarakat ini adalah:
c. Kurangnya pengetahuan kader kesehatan remaja terhadap beberapa penyakit dan kasus
cedera yang membutuhkan pertolongan segera.
d. Kurangnya keterampilan kader kesehatan remaja dalam memberikan pertolongan
pertama.
C. METODE
Untuk mengatasi permasalahan yang telah disampaikan diatas maka perlu dilakukan
Pelatihan Pertolongan Pertama Bagi Kader Kesehatan Remaja SMP di Kecamatan
Kubutambahan. Dalam melaksanakan pelatihan tersebut ada beberapa metode yang
digunakan dalam program pengabdian kepada masyarakat ini, yaitu:
a. Metode ceramah yaitu untuk menyampaikan materi tentang berbagai penyakit dan
cedera yang sering ditemukan pada siswa di sekolah
b. Metode praktek atau demonstrasi yaitu untuk mendemonstrasikan teknik-teknik
pertolongan pertama dan juga dipraktekkan oleh siswa
c. Metode partisipatif yaitu melakukan pendampingan dan pembinaan kader kesehatan
dengan langsung berhadapan dengan penderita di lapangan (sekolah masing-masing)
36
D. KARYA UTAMA
Karya utama yang dihasilkan dari kegiatan pelatihan tersebut adalah keterampilan
kader kesehatan remaja SMP di Kecamatan Kubutambahan dalam melakukan pertolongan
pertama. Kader kesehatan remaja SMP memiliki pengetahuan/pemahaman dan
keterampilan pertolongan pertama.
E. ULASAN KARYA
Keterampilan kader kesehatan remaja dalam melaksanakan pertolongan pertama
merupakan karya dari kegiatan pengabdian pada masyarakat, tentunya memiliki beberapa
keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya antara lain: kader kesehatan remaja akan
mampu untuk melaksanakan pertolongan pertama di sekolah dan masyarakat karena kader
kesehatan tersebut berada di sekolah dan masyarakat dan lebih dekat dengan masyarakat
sehingga mereka akan menjadi orang pertama yang bertemu dengan penderita. Sedangkan
kelemahannya adalah kader kesehatan remaja yang masih berusia muda dan belum
berpengalaman sehingga belum mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
F. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari kegiatan pelatihan ini adalah:
c. Terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman .kader kesehatan remaja tentang
berbagai gejala penyakit dan cedera serta pertolongan pertamanya.
d. Terbentuknya keterampilan kader kesehatan remaja dalam melaksanakan
pertolongan pertama
G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN
Adapun dampak dan manfaat yang dapat diperoleh dari program pengabdian pada
masyarakat ini adalah:
a. Kader Kesehatan Remaja dapat memahami tentang pertolongan pertama
b. Kader kesehatan remaja memiliki keterampilan dalam melaksanakan pertolongan
pertama di sekolah dan juga di masyarakat
c. Terbentuknya kader kesehatan remaja SMP, sehingga akan dapat memberikan
pertolongan pertama di sekolah maupun di masyarakat.
H. DAFTAR PUSTAKA
Agustini M & Arsani A. 2013. Remaja Sehat Melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
di Tingkat Puskesmas. Jurnal Kesehatan Masyarakat KEMAS 9 (1) (2013) 66-73
Aprilianti IK. 2008. Kader Kesehatan Remaja. Forum Pembelajaran Kesehatan Masyarakat
Depkes RI 2008. Laporan riskesdas 2007 Provinsi Bali. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta
Direktorat Kesehatan Keluarga, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Depkes RI. 2005.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas. Jakarta
Eka H. 2010. Epilepsi. Pertolongan Pertama dan Penanganannya
Haryanto R. 2013. Pertolongan Pertama
37
Imelda. 2011. Program Pembinaan Kader Kesehatan Sekolah MTs Negeri Pamulang.
Kemenkes RI. 2010. Buku Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Direktorat Bina
Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI
Rahaju B. 2005. Kader masyarakat. Jakarta: Depkes RI
Suputra A. 2014. Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Pada Guru-guru
Pembina dan Anggota PMR Madya Se-Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng
Tahun 2014
Widowati U. 2015. 10 Penyakit Paling Mematikan di Indonesia. CNN Indonesia
Wijaya K. 2015. Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Penyakit (P3P) pada Kader
Kesehatan Remaja SMP Se-Kecamatan Sukasada
Zainal M. 2013. Pertolongan pertama pada saat penderita diserang asma.
J. PERSANTUNAN
Terlaksananya kegiatan ini dari awal hingga akhir berkat bantuan dari berbagai pihak,
melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Prof. Dr I Nengah Suwandi, M.Hum selaku ketua LPPM Undiksha Singaraja atas
bantuannya dalam hal memberikan fasilitas sehubungan dengan pengurusan dana untuk
pelaksanaan kegiatan.
2. I Ketut Budaya Astra, S.Pd.,M.Or selaku dekan FOK Undiksha Singaraja yang telah
memberikan kemudahan dalam pengurusan ijin peminjaman alat-alat yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan kegiatan.
3. Mitra dari UPP Kecamatan Kubutambahan yang telah menfasilitasi dan memberikan
ijin untuk terlaksananya kegiatan P2M ini.
4. Kepala sekolah SMP di Kecamatan Kubutambahan yang telah memfasiltasi kegiatan
P2M ini
5. Para peserta, atas kerjasamanya dalam mengikuti pelatihan sehingga pelaksanaan P2M
dapat berjalan sesuai rencana
6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya baik
pemikiran maupun material pada kegiatan ini
Demikian artikel pengabdian pada masyarakat ini, semoga atas segala bantuan yang
diberikan mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Recommended