View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)
SATKER 03
DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2019
Lakip SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2019 i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............. ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. . ii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................... 4
BAB II : GAMBARAN STRUKTUR ORGANISASI BIDANG KESEHATAN
MASYARAKAT ............................................................................................ 5
2.1. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................................... 5
2.2. Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat .......................... 7
BAB III : PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN ANGGARAN 2019 ........................................................................... 8
BAB IV : AKUNTABILITAS KINERJA ....................................................................... 16
4.1 Kinerja Organisasi ............................................................................. 16
4.2 Capaian Perjanjian Kinerja . ............................................................... 16
1. Pembinaan Gizi Masyarakat .............................................................. 19
2. Pembinaan Kesehatan Keluarga ........................................................ 29
3. Pembinaan Upaya Kesjaor ................................................................. 39
4. Penyehatan Lingkungan ..................................................................... 42
5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ........................ 49
6. Dukungan Manajemen ....................................................................... 55
BAB V : PENUTUP.................................................................................................... 56
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 56
5.2. Saran-Saran ...................................................................................... 59
Lakip SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2019 ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana
dengan izinNya telah dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat yang didukung melalui anggaran Satker 03 Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat.
LAKIP ini dibuat berdsarkan Perjanjian Kinerja (PK) antara Dirjen Kesehatan
Masyarakat dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Tahun 2019. Terdapat 6
(enam) Program/Sasaran dengan 28 (dua puluh delapan) indikator kinerja sesuai dengan
target yang telah disepakati seperti yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja.
Pencapaian indikator PK pada hakekatnya ditujukan untuk menunjang
pencapaian Renstra Kementerian Kesehatan khususnya indikator yang menjadi
tanggung jawab Ditjen Kesehatan Masyarakat, secara umum ditujukan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat di Indonesia pada umumnya dan Sumatera Barat pada
khususnya.
Keberhasilan pembangunan kesehatan di Sumatera Barat dapat diukur melalui
pencapaian Umur Harapan Hidup (UHH) yang merupakan indikator RPJMD. Pencapain
UHH ditunjang dengan pencapaian indicator lainnya dibidang kesehatan seperti
penurunan angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan, penurunan gizi
kurang/buruk, pencapaian imunisasi dasar lengkap dan lain-lain. Disamping itu
pencapaian UHH juga didukung dengan tersedianya akses dan pelayanan kesehatan
yang berkualitas, ketersediaan sumberdaya manusia kesehatan yang kompeten.
Lakip SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2019 iii
Untuk mencapai PK yang telah disepakati, maka Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat mendapat alokasi anggaean APBN dari Satker 03 sebesar Rp.
9.169.951.000,-. .Realisasi keuangan untuk anggaran ini mencapai 92,79 % dan
realisasi Fisik 99,25%.
Untuk pencapaian PK sesuai dengan indikator masing-masing program, maka
dari 28 indikator yang ada, maka pada tahun 2019 terdapat 20 (dua puluh) indikator
yang telah berhasil dicapai.
Secara garis besar LAKIP Satker 03 Dinas Kesehatan Sumatera Barat
Kesehatan Masyarakat ini menggambarkan keberhasilan dalam pencapaian target
kinerja, baik kinerja program, kinerja kegiatan, capaian hasil kegiatan dan indikator
kinerja dan juga menampilkan beberapa permasalahan dan hambatan yang didapatkan
dalam mencapai hasil-hasil program dan kegiatan serta beberapa keberhasilan,
inovasi-inovasi yang dicapai pada Tahun 2019 yang didukung melalui sumber
anggaran APBN Dekosentrasi Satker 03 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
Peningkatan kualitas laporan tentunya masih perlu ditingkatkan, masukan dan kritikan
sangat diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhirnya pada kesempatan kali ini izinkan kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Kepala Dinas Kesehatan yang telah memberikan bimbingan/masukan dalam
melaksanakan program / kegiatan kesehatan masyarakat.
Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dirjen
Kesehatan Masyarakat Kemeterian Kesehatan RI, Ibu Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat atas dukungan yang diberikan. Selanjutnya terima kasih juga
disampaikan kepada seluruh Kepala Seksi dan Seluruh Staf di Bidang Kesehatan
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2016 - 2021 telah ditegaskan bahwa Pembangunan Kesehatan di
Sumatera Barat merupakan bagian dari Misi 3 yaitu : Meningkatan Sumber Daya Manusia
yang cerdas, sehat, beriman, berkarakter dan berkualitas tinggi dengan tujuan
Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat dengan sasaran yaitu meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat secara merata.
Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan dengan terjadinya penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang akan berdampak terjadinya
peningkatan Umur harapan Hidup. Tahun 2015, pemerintah telah menetapkan target
penurunan AKI & AKB pada Millenium Development Goals (MDGs 2015) yaitu AKI sebesar
102/100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan AKB sebesar 23/1000 Kelahiran Hidup (KH).
Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat juga dilihat dari peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang diukur dengan pencapaian Umum Harapan Hidup (UHH), untuk
Provinsi Sumatera Barat, kondisi ini menunjukkan hasil yang cukup mengembirakan, dimana
pencapai an UHH di Provinsi Sumatera Barat menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Hasil yang dicapai untuk 3 (tiga) Tahun belakangan adalah 68,66 (2016), 68,78 (2017) dan
69,01 (2018).
Walaupun dalam pencapaian derajat kesehatan masyarakat di Sumatera Barat yang
ditunjukkan dengan pencapaian UHH, menunjukkan peningkatan setiap tahun, dalam program
kesehatan masyarakat masih terdapat beberapa isue atau permasalahan yang perlu menjadi
perhatian seperti masih tingginya kematian ibu melahirkan, kematian bayi atau neonates, masih
tingginya permaslahan gizi seperti gizi buruk dan kurang , gizi kurus dan sangat kurus , gizi
pendek dan sangat pendek (stunting), masih belum maksimalnya akses sanitasi (jamban dan air
bersih), masih belum mekasimalnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dimasyarakat,
belum maksmimalnya pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 2
Gambaran permasalahan Program Kesehatan Masyarakat di Provinsi Sumatera Barat
secara umum dapat dilihat dari masih adanya kematian Ibu melahirkan untuk 3 (tiga) tahun
berjalan masih berfluktuatif sebesar 108 orang (2016), 113 orang (2017), 111 orang (2018)
dan 116 (2019). Untuk jumlah kematian bayi juga masih berfluktuatif yaitu 908bayi (2016),
752 bayi (2017), 771 bayi (2018) dan 800 bayi (2019). Penyebab kematian bayi masih
didominasi oleh sebanyak 20,63% Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan asfikisia sebanyak
18,12 %. Kondisi ini mengambarkan bahwa masalah kualitas pelayanan Ibu dan Anak perlu
menjadi perhatian yang serius. Faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat
menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar
benar-benar siap untuk hamil dan melahirkan serta menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan
yang mampu melindungi bayi dari infeksi.
Permasalahan gizi juga masih merupakan permasalahan yang masih perlu perhatian
dan penangganan yang serius untuk masa yang akan datang. Masalah gizi yang menjadi isue
nasional dan juga menjadi isue di Provinsi Sumatera Barat yang berdampak terhadap kualitas
Sumber Daya Manusia, yaitu masih tingginya prevalensi anak balita pendek (Stunting).
Stunting adalah sebuah kondisi berdasarkan pengukuran Tinggi Badan menurut Umur
seseorang ternyata lebih pendek dibanding tinggi badan yang seusia. Proses terjadinya
stunting merupakan manivestasi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) dimulai dalam
kandungan, hingga anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam
kandungan dan pada masa awal anak lahir, tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2
tahun.
Data Propinsi Sumatera Barat berdasarkan hasil Riskesdas dan Survei Status Gizi
Balita Indonesia (SSGBI) menunjukan prevalensi stunting 36,5 % (Riskesdas 2007), 39,2
% (Riskesdas 2013), 29,9 % (Riskesdas 2018) dan 27,47% (SSGBI 2019). Walaupun
sudah terjadi penurunan, akan tetapi prevalensi stunting di Sumatera Barat masih berada
diatas satndar yang ditetapkan WHO yaitu <20 %.
Disamping permasalahan lain yang juga perlu menjadi perhatian dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal adalah menyangkut masalah program kesehatan lingkungan
dan kesjaor, serta program promosi dan pemberdayaan masyarakat.
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat termasuk salah satu
program strategis yang juga memberikan kontribusi dalam mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai keberhasilan
dalam pelaksanaan program ini adalah terkait dengan adanya kebijakan yang dibuat oleh
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 3
Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sampai
dengan tahun 2019 pencapaian indikator ini telah diwujudkan pada 19 Kab/Kota (100%)
yang memiliki kebijakan tentang PHBS. Namun demikian terkait dengan 10 (sepuluh)
indikator PHBS yang ada masih upaya peningkatan dalam implementasi PHBS. Indikator-
indikator PHBS pada tahun 2019 yang perlu mendapat perhatoian adalah Tidak Merokok
(38,2%), Maka Buah dan Sayur (54,76%) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (56,39%). Untuk
mewujudkan PHBS yang maksimal ditengah-tengah masyarakat salah satu upaya atau
program yang dilakukan adalah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Pelaksanaan GERMAS sudah dilakukan pada seluruh Kab/Kota di Sumatera Barat, akan
tetapi agar program ini betul-betul memberikan daya ungkit yang besar dalam mewujudkan
PHBS maka implemntasi kegiatan ini perlu lebih dimasifkan pada tingkat nagari atau desa di
seluru Provinsi Sumatera Barat.
Gambaran pencapaian program kesehatan lingkungan dapat dilihat dari pencapaian
akses jamban yang sehat di Sumatera Barat adalah 73,64 % (2017), 74,38 % (2018) dan
79,75 % (2019). Disamping itu dalam pencapaian akses air bersih menunjukkan peningkatan
yang cukup sigifican, dimana pencapaiannya adalah 78,78 % (2017), 80,85 % (2018) dan
80,90 % (2019). Dalam mencapai akses jamban dan air bersih salah satu upaya yang
dilakukan adalah melalui 5 (lima) pilar STBM dengan tujuan untuk mewujudkan universal
acses sanitasi pada tahun 2020 yang merupakan wujud dari pencapaian akses jamban yang
sehat sehingga masyarakat tidak ada lagi yang buang air besar sembarangan atau Open
Defication Free (ODF).
Disamping 2 (dua) indikator kesehatan lingkungan diatas yang ditunjang melalui
pilar STBM, juga terdapat program unggulan lain yaitu Program Kabupaten Kota Sehat
(KKS). Pada Tahun 2019 ini Provinsi Sumatera Barat mendapat prestasi dalam pelaksanaan
program ini dimana Provinsi Sumatera Barat ditetapkan sebagai Provinsi Pembina KKS.
Disamping itu terdapat 13 (tiga belas) Kab/Kota yang mendapatkan penghargaan KKS
dengan beberapa kriteria.
Upaya Kesehatan Kerja dengan sasaran seluruh pekerja baik di sektor formal
maupun informal.Secara umum pekerja sektor informal lebih banyak dari pekerja formal
dimana pekerja sektor informal meliputi pekerja usaha mandiri, skala kecil dan mikro.Selain
itu, pada pasal 80 disebutkan bahwa upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk meningkatkan
kesehatan dan kebugaran masyarakat melalui aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga.
Gambaran pelaksanaan program kesehatan kerja dan olah raga telah mengalami
perkembangan.Kondisi ini terlihat dengan semakin tingginya komitmen dari Dinas Kesehatan
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 4
Kab/Kota yang melaksanakan Program Kesjaor di Provinsi Sumatera Barat.Saat ini
pelaksanaan program ini telah mencakup pada seluruh Kab/Kota di Sumatera Barat.Ditingkat
Puskesmas jumlah yang telag melaksanakan program kesehatan kerja dasar pada Tahun 2019
sudah mencapai 82,50 %, dan untuk program kesehatan olah masyarakat mencapai 86 %.
Untuk mencapai target-target kinerja yang menjadi tugas dan fungsi Bidang
Kesehatan Masyarakat dengan seksi-seksi yang ada, maka pada tahun 2019 Bidang
Kesehatan Masyarakat didukung melalui angaran APBD Provinsi Sumatera Barat dan
anggaran Dekonsentrasi Satker 03 melalui APBN.
Gambaran kondisi umum pelaksanaan program kegiatan Bidang Kesehatan
Masyarakat di Provinsi Sumatera Barat dapat terlihat berdasarkan hasil pencapaian program.
Laporan pertanggungjawaban kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat tahun 2019 ini akan
memberikan gambaran tentang pelaksanaan kegiatan, pencapaian indikator kinerja program,
hambatan dan pemecahan masalah.
1.1.Maksud dan Tujuan
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat
merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2019 dalam mencapai target dan
sasaran program seperti yang tertuang dalam rencana strategis, dan ditetapkan dalam
dokumen penetapan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat oleh Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
Tujuan :
1. Mengetahui kegiatan program Bidang Kesehatan Masyarakat tahun 2019.
2. Mengetahui pelaksanaan program Bidang Kesehatan Masyarakat tahun 2019.
3. Mengetahui pencapaian program Bidang Kesehatan Masyarakat tahun 2019.
4. Mengetahui faktor penunjang dan faktor penghambat pelaksanaan program Bidang
Kesehatan Masyarakat tahun 2019.
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 5
BAB II
GAMBARAN STRUKTUR ORGANISASI
BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT
2.1 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 52 Tahun 2017 tentang
Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat maka Bidang
Kesehatan Masyarakat mempunyai :
Tugas pokok :
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga.
Fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan di bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat;
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan di bidang Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat; dan
c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan di bidang Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga.
Uraian Tugas:
1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olah raga;
2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pembinaan bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
3. Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi bidang kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olah raga;
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 6
4. Menyelenggarakan fasilitasi bidang kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi dan
pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
5. Menyelenggarakan koordinasi bidang kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi
dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
6. Menyelenggarakan fasilitasi dan pengembangan bidang kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olah raga;
7. Menyelenggarakan koordinasi pelatihan, workshop Bidang kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olah raga;
8. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat promosi dan pemberdayaan
masyarakat , kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
9. Menyelenggarakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);
10. Menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;
11. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait; dan
12. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 7
2.2. Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat
Secara garis besar strutur organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat dapat dilihat
seperti bagan dibawah ini.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Bidang Kesmas
BAB III
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
dr. Hj. Merry Yuliesday, MARS
Fungsional Teknis:
1. Formayoza, SKM, MKM 2. Ratna Juita, SKM 3. Wiwi Febriani, SKM, MSi
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat
Safwan, SKM M.Kes
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga & Gizi Masyarakat
dr. Hendrapala Wahid
Staf
1. Neneng Susanti, SKM MKM 2. Asfri Yenni, S.SiT 3. Nazli Nazir, SSiT 4. Refniati, Amd.Keb 5. Syuniarti, Amd.Keb 6. Sri Zilwardati, SKM 7. Mismaini Noor, SKM, MKM 8. Dewi Iswani, SKM 9. Nadya Sabrina, SGz 10. Eni Mautia, SKM, M.Biomed 11. Meridanengsih, S.ST 12. Yuharnizon, S.Sos 13. Firdaus. S.Sos 14. Candra Budiman, BSc 15. Desniarti
Kepala Seksi Promosi & Pemberdayaan Masyarakat
Desra Elena, SKM, MKM Staf
1. Liliyarni, SKM, MKM 2. Mega Wahyumi, SKM 3. Ade Prima, SKM 4. Hafrizal, SKM, M.Kes 5. Syamsurizal, S.ST, Mkes 6. Asnawati, SKM, MM 7. Elvia Hakim, SKM 8. Riri Krisnayanti 9. Nurlina
Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja
& Olah Raga
Resmanto, SKM, M.Biomed
Staf
1. Ratna Wilis, SKM 2. Danulmarta Aulia, SKM 3. Hanifa Anryani, A.Md.KL 4. Reni Elma, B,Sc 5. Sukatno
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 8
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN ANGGARAN 2019
Bidang Kesehatan Masyarakat melakukan upaya pemerintah dalam meningkatnya
ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh
masyarakat. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka Kementerian Kesehatan menyediakan
anggaran guna peningkatan Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat melalui Dana
Dekonsentrasi Provinsi Sumatera Barat. Dana dekonsentrasi APBN tahun anggaran 2019
yang dilaksanakan sebagai wakil Kementerian Kesehatan No DIPA.024.03.3.089015/2019
tanggal 05 Desember 2018 Satker Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat (03).
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat didukung dana
APBN tahun 2017 - 2019 sebagai berikut:
Tabel. 3.1 Anggaran Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat Dari Dana Dekonsentrasi Satker 03 APBN
Tahun 2017 – 2019
Program
2017 2018 2019
Anggaran
Realisasi
Anggaran
Realisasi
Anggaran
Realisasi
Keuangan
(Rp)
(%)
Fisik
(%)
Keuangan
(Rp)
(%)
Fisik
(%)
Keuangan
(Rp)
(%)
Fisik
(%)
Pembinaan
Gizi
Masyarakat
4.123.484.000
3.624.938.760 87,91 100 1.761.637.000
1.703.244.535 96,69 100 1.844.826.000
1.759.965.500 95,40 100
Dukungan
Manajemen &
Pelaksanaan
Tugas teknis
Lainnya pada
prog
Pembinaan
Kesmas
1.442.734.000
1.372.909.585 95,16 100 1.076.692.000
994.873.492 92,40 100 905.837.000 816.346.986 90,12 100
Pembinaan
Upaya
Kesehatan
kerja dan
Olahraga
856.168.000
814.380.300 95,12 100 860.170.000
830.520.550 96,55 100 568.729.000 549.837.400 96,68 100
Pembinaan
Kesehatan
Keluarga
1.245.487.000
1.136.891.180 91,28 100 1.368.178.000
1.324.744.835 96,83 100 1.183.500.000 1.134.057.020 95,82 100
Promosi
Kesehatan dan
1.655.883.000
1.606.911.535 97,04 100 8.091.125.000
5.219.591.021 64,51 76,78 4.016.285.000 3.645.576.926 90,77 100
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 9
Pemberdayaan
Masyarakat
Penyehatan
Lingkungan
1.590.059.000
1.331.945.700
83,77
100
1.013.292.000
876.069.200
86,46
94,49
650.738.000
603.421.600
92,73
100
Jumlah
10.913.815.000
9.887.977.060
90,60
100
14.171.094.000
10.949.043.633
77,26
86,35
9.169.951.000
8.509.205.432
92,79
99,25
Realisasi keuangan dana APBN Tahun Anggaran 2017 sebesar Rp. 9.887.977.060,-
atau mencapai 90,60 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp. 10.913.815.000,- dengan
realisasi fisik mencapai 100%. Realisasi keuangan dana APBN Tahun Anggaran 2018
sebesar Rp. 10.949.043.633,- atau mencapai 77,26 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp.
14.171.094.000,- dengan realisasi fisik mencapai 86,35%. Realisasi keuangan dana APBN
Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp. 8.509.205.432,- atau mencapai 92,79 persen dari alokasi
anggaran sebesar Rp. 9.169.951.000,- dengan realisasi fisik mencapai 99,25%.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Bidang Kesehatan Masyarakat tahun 2019
bersumber dana APBN adalah sebagai berikut :
Tabel. 3.2 Kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat dana APBN tahun 2019
No Dana APBN Anggaran Realisasi % Fisik
(%)
Pelaksanaan
APBN 2019 9.169.951.000 8.509.205.432 92,79 99,25
I Pembinaan Gizi Masyarakat
1.844.826.200
1.703.244.535 96,69 100
1 Penguatan intevensi paket gizi untuk 1000 hari pertama kehidupan
100.000.000 62.840.000 62,84 100 Pelaksanaan kegiatan dalam bentuk rapat dinas dan rapat koordinasi di provinsi dan 3 kab/kota,
dan nagari lokus stunting : Kab. Pasaman
Barat, Kab. Pasaman dan Kab. Solok
2 Pelatihan PMBA untuk Puskesmas di Kab/Kota Prioritas Stunting
169.410.000 161.444.800 95,3 100 Pelaksanaan kegiatan dalam bentuk pelatihan yang dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) Angkatan
dengan masing-masing peserta sebanyak
20 orang di Nagari Lokus Stunting. Tidak permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan
3 Orientasi Asuhan Gizi di Puskesmas 276.890.000 276.309.800 99,8 100 Kegiatan dalam bentuk orientasi yang
dilaksanakan
sebanyak 2 angkatan secara paralel di Kryad Bumi Minang Hotel dengan peserta masing-
masing sebanyak 50 orang terdiri dari
pengelola program gizi kab/kota dan petugas
gizi puskesmas.
4 Orientasi pemutakhiran data
surveilans gizi di Propinsi
204.101.000 201.856.100 98,9 100 Pertemuan yang dilaksanakan
sebanyak 2 kali. Peserta sebanyak 43 orang terdiri dari Kepala Seksi Kesga dan Gizi, dan
pengelola program gizi (1 orang peserta Kab.
Mentawai tidak hadir) dan peserta provinsi pengelola program gizi sebanyak 5 orang.
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 10
5 Orientasi pemutakhiran data
surveilans gizi di Kab/Kota
739.505.000 718.883.900 97,2 100 Kegiatan dalam bentuk orientasi yang
dilaksanakan
sebanyak 5 angkatan. Peserta sebanyak 59
orang terdiri dari pengelola program gizi
Kab/Kota dan petugas gizi puskesmas.
6 Desiminasi hasil pemutakhiran data
surveilans gizi
739.505.000 718.883.900 97,4 100 Pertemuan yang dilaksanakan di Pangeran
Beach Hotel dengan peserta sebanyak 67 orang
terdiri dari : 57 orang peserta kab/kota terdiri dari : Kepala Bidang Kesmas, Kepala Seksi
Kesga dan Gizi, dan kepala puskesmas
percontohan dan peserta provinsi pengelola program gizi sebanyak 10
orang.
7 Pelacakan dan konfirmasi masalah
gizi
166.800.000 166.355.000 99,7 100 Pelacakan kasus gizi buruk sekaligus
melakukan pernbinaan pada Kab/Kota dan
Puskesmas dalam hal pelaksanaan program gizi
8 Konsultasi Program dan Mengikuti
Pertemuan Kegiatan Program Gizi
100.092.000 86.471.900 86,4 100 Bentuk perjalanan dinas dan konsultasi ke
pusat adalah untuk mengikuti pertemuan yang
diadakan dipusat dan
konsultasi.
II
Dukungan Manajemen &
Pelaksanaan Tugas teknis
Lainnya pada prog Pembinaan
Kesmas
905.837.000 816.346.986 90,12 100
1 1. Pengelolaan Keuangan dan
BNM 2. 2. Penyusunan Rencana
3. Anggaran
4. 3. Bimtek Program 5. Kesehatan Masyarakat
6. 4. Rapat Koordinasi
7. Penyusunan Anggaran
595.522.000 528.978.886 88,83 100 - Kegiatan Rutin satker Kesmas
- Rapat Koordinasi Penyusunan Anggaran
tidak dilaksanakan pusat
- Konsultasi teknis ke pusat realisasi hanya 4
orang
2 Rapat Koordinasi Teknis Program Kesehatan Masyarakat
310.315.000 287.368.100 92,60 100 Rapat koordinasi teknis bidang kesmas di Pangeran Beach Hotel dengan
peserta sebanyak 153 orang terdiri dari Kepala
Dinas Kesehatan Kab/Kota, Kabid Kesmas, Kasi Kesga Gizi, Kasi promkes, Kasi
Kesling, Dokter puskesmas terpilih dan
peserta propinsi.
III Pembinaan Upaya Kesehatan
kerja dan Olahraga
568.729.000 549.837.400 96,68 100
1 Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran Jasmani bagi Jemaah Haji
143.010.000 131.651.400 92,06 100 Pelaksanaan pengukuran kebugaran jasmani dilaksanakan di 18 Kab/Kota di Provinsi
Sumatera Barat. Kab. Mentawai tidak ikut
melaksanakan pengukuran karena calon jemaah haji yang akan berangkat untuk tahun 2019
tidak ada. Kab. Agam dalam melaksanakan
kegiatan pengukuran tidak memakai dana APBN, tapi memakai dana APBD sendiri
2 Koordinasi Kesehatan Olahraga
bagi anak SD
69.976.000 69.115.000 98,77 100 Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan
dan berkoordinasi pentingnya olahraga dan
latihan fisik bagi Anak SD kepada Lintas Program dan Lintas Sektor terkait diantaranya
Dinas Kesehatan, Pemegang Program
Kesehatan Olahraga Puskesmas, Dinas Pendidikan, Guru Olahraga SD. Diharapkan
dengan adanya pertemuan ini kerjasama antara
pengelola program Puskesmas dengan Guru SD bisa lebih solid dalam upaya meningkatkan
indikator program.
.
3 Orientasi Kesehatan Kerja dan
Olahraga
138.030.000 137.520.000 99,63 100 Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas Kabid dan Kasie yang membawahi
Program Kesehatan Kerja dan Olahraga di Kab/Kota. Dengan adanya pertemuan ini
diharapkan peserta lebih peduli dengan
kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga di Kab/Kota masing-masing.
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 11
4 Monitoring Penyelenggaraan
Kesehatan Kerja dan Olahraga
38.140.000 37.665.000 98,75 100 Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan
pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan
Program Kesehatan Kerja dan Olahraga ke
Kab/Kota dan Puskesmas.
5 Sosialisasi Pekerja Perempuan Sehat
Produktif (GP2SP)
86.057.000 81.610.000 94,83 100 Kegiatan ini bertujuan untuk mensosilisasikan
GP2SP ke Lintas Program dan Lintas Sektor terkait seperti Bappeda, Badan Pemberdayaan
Perempuan, Disnakertrans, BPJS
Ketenagakerjaan dan Perusahaan yang banyak mempekerjakan pekerja perempuan. Dengan
adanya pertemuan ini diharapkan indikator
perusahaan yang melaksanakan GP2SP bisa bertambah.
6 Pertemuan Koordinasi Kesehatan Kerja dan Olahraga Tingkat
Provinsi
93.516.000 92.276.000 98,67 100 Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan lebih meningkatkan koordinasi antara Provinsi,
Kab/Kota dan Puskesmas dalam pelaksanaan
Program Kesehatan Kerja dan Olahraga. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi baru
oleh narasumber dalam upaya untuk
meningkatkan capaian indikator program. Diharapkan indikator Puskesmas yang
melaksanakan kesehatan kerja dasar dan
Indikator Puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga di masyarakat bisa
meningkat.
IV Pembinaan Kesehatan Keluarga 1.368.178.000 1.324.744.835 96,83 100
1 Penguatan Audit Maternal Perinatal 160.524.000 155.857.820 97,09 100 Pertemuan dilaksanakan bulan Februari 2019.
Peserta pertemuan sebanyak 57 orang terdiri
dari Kasi Kesga Gizi Kab/Kota, Dokter
Spesialis Kebidanan dan Dokter Spesialis Anak
di 19 Kab/Kota. Kesepakatan pertemuan
Melakukan revisi SK TIM AMP yang ditanda
tangani Bupati/Walikota. Hasil kajian dan
rekomendasi dilaporkan kepada
Bupati/Walikota. Adanya MoU Dinkes dengan
RS untuk pelayanan kegawatdaruratan.
Pengentrian data kematian ke aplikasi MDN
2 Pelatihan Pelayanan Kesehatan
bagi Korban KTP/A dan TPPO
83.575.000 79.272.920 92,63 100 Pelatihan dilaksanakan pada bulan Juni 2019 di
BKOM & Pelkes Padang. Peserta sebanyak 32
orang terdiri dari penanggung jawab program
KTP/A di Kab/Kota dan Dokter puskesmas di
17 Kab/Kota. Pengenalan tatalaksana kasus
KtP/A termasuk TTPO
3 Monitoring dan Evaluasi Program
Kesehatan Keluarga
200.390.000 200.390.000 100 100 Monitoring dalam bentuk perjalanan dibas ke
Kab/kota
4
Konsultasi Pusat 26.616.000 25.074.200 94,20 100 Konsultasi program kesehatan keluarga ke
Kementerian Kesehatan RI Direktorat
Kesehatan Keluarga
5 Pelatihan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) dan SDIDTK
144.369.000 140.468.600 97,29 100 Peserta pelatihan sebanyak 27 orang terdiri
dokter dan bidan puskesmas terpilih di 11
Kab/Kota dan 1 orang dari Propinsi. Pertemuan
dilaksanakan pada bulan maret 2019 di BKOM
& Pelkes Padang. Pengenalan manajemen
terpadu balita sakit dan penggunaan KPSP
untuk mendeteksian kasus-kasus pada kelainan
pertumbuhan balita.
6 Pemeriksaan SHK 114.500.000 97.277.500 84,95 100 Jumlah sampel 2000 dialokasikan untuk 2
Kab/Kota yaitu Padang Pariaman dan Kota
Padang. Jumalah realisasi sampel sebanyak
1751.
7 Evaluasi Pembinaan Teknis UKS
dan PKPR
79.240..000 78.793.000 99,43 100 Pertemuan dihadiri sebanyak 38 orang terdiri
dari pengelola program PKPR dan pengelola
program UKS di 19 Kab/Kota. Kegiatan
dilaksanakan bulan Agustus 2019 di Hotel
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 12
Mariani. Pemantapan pelaksanaan pelayanan
kesehatan anak usia sekolah dan remaja
melalui PKPR. Pengenalan pembentukan
posyandu remaja
8 Orientasi Teknis Kesehatan
Keluarga
136.721.000 135.179.000 98,87 100 pertemuan yang dihadiri sebanyak 53 orang
terdiri dari Kasi Kesga Gizi, pengelola program dan dokter puskesmas terpilih di masing-
masing Kab/Kota. Pemantapan pelaksanaan
pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan lansia dan demonstrasi pelaksanaan
Cargiver Lansia.
9 Review Pelayanan Kesehatan
Lansia dan Geriatri bagi Petugas
Puskesmas
171.500.000 170.519.000 99,42 100 Pertemuan dihadiri peserta sebanyak 93 orang
terdiri dari Kasi Kesga Gizi, penglola lansia,
pengelola gizi Kab/Kota, Dokter dan pengelola
lansia puskesmas santun lansia di 19 Kab/Kota.
Pertemuan dilaksanakan pada bulan Agustus
2019 di Hotel Basko. Kesepakatan pertemuan
50% dari puskesmas yang ada di Kab/Kota
wajib menjadi puskesmas Santun Lansia.
Pengenalan instrumen geriatri dan paraktek
care giver dan pengisian kohort lansia.
10 Koordinasi Kesehatan Keluarga 149.640.000 130.497.900 87,20 100 Pertemuan dilaksanakan 2 (dua) kali dengan
masing-masing peserta 57 orang. Pertemuan
pertama peserta dihadiri Kasi Kesga Gizi, TP
PKK Kab/Kota dan Walinagari terpilih di 19
Kab/Kota. Pertemuan kedua peserta dihadiri
Kabid Kesmas, Bappeda dan BPM di 19
Kab/Kota. Pertemuan dilaksanakan pada bulan
September dan Oktober 2019 di Hotel Rocky.
Kesepakatan pertemuan advokasi dan
koordinasi program KIA pada LP/LS.
Advokasi penganggaran terkait percepatan
penurunan AKI dan AKN . Rancangan
peraturan Bupati/Walikota terkait upaya
penurunan AKI dan AKN.
V Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
4.016.285.000 3.645.576.926 90,77 100
1 Penguatan Kab/Kota dalam
Pelaksanaaan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
1.652.830.000 1.614.011.446
97,65
75
1. Penyusunan Rencana Operasional Germas
dengan LS. Kegiatan ini ilaksanakan untuk
membuat/menyusun Rencana Operasional Germas di Lokus Germas tahun 2019.
Dilaksanakan di 4 (empat) Kabupaten : Kab.
Tanah Datar, Kab. Padang Pariaman, Kab. Solok Selatan dan Kab. Limapuluh Kota.
Peserta berjumlah 35 orang yang berasal dari
lintas sektor terkait, puskesmas dan Dinkes Kabupaten.
1. 2. Forum Koordinasi dengan LS, output Adanya Forum Komunikasi Pelaksanaan
Germas yang dilakukan oleh LS. Kegiatan ini
untuk membentuk Forum Germas di kabupaten Lokus, dilaksanakan di Kab. Solok Selatan,
Kab. Tanah Datar, Kab. Padang Pariaman dan
Kab. Limapuluh Kota. 2.
3. 3. Pertemuan Forum Koordinasi Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat Tingkat Provinsi. Membentuk Forum Germas tingkat provinsi
beserta dengan tugas masing-masing bidang
yang dibentuk. Peserta berjumlah 35 orang yang berasal dari OPD terkait Germas,
Perguruan Tinggi, ormas, Organisasi profesi,
dll 4.
4.Pertemuan Koordinasi dalam Rangka
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 13
Penggerakan Masyarakat. Kegiatan
mengkoordinasikan pelaksanaan Implementasi
Penggerakan Masyarakat (Germas) sebelum ke
lapangan. Peserta berjumlah 30 orang yang
berasal dari lintas sektor, puskesmas, kecamatan yang ditunjuk sebagai lokasi, dan
ormas di kabupaten lokus. Kegiatan
dilaksanakan di Kab. Solok Selatan, Kab. Tanah Datar, Kab. Padang Pariaman dan Kab.
Limapuluh Kota
5.Penggerakan Masyarakat
Merupakan pelaksanaan implementasi germas
yang dilaksanakan di 3 kecamatan dari kabupaten lokus Germas ini. Kegiatan ini
mengumpulkan 500 orang yang berada di
wilayah nagari yang ditunjuk (masyarakat, kader, PKK, toma, dsbnya). Kegiatan dihadiri
oleh Bupati setempat atau yang mewakili.
Kegiatan dilaksanakan di Kab. Padang Pariaman, Kab. Solok Selatan, Kab. Limapuluh
Kota dan Kab. Tanah Datar.
6. Evaluasi Pelaksanaan Kampanye Germas.
Kegiatan ini untuk memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan Germas di Kabupaten lokus ini. Pertemuan dengan peserta
30 orang yang berasal dari lintas sektor, Dinas
Kesehatan, puskesmas, ormas dsbnya. Dilaksanakan di Kab. Limapuluh Kota, Kab.
Solok Selatan, Kab. Padang Pariaman dan
Kab. Tanah Datar.
7. Advokasi untuk Mendorong Kebijakan
Prioritas Pemanfaatan Dana Desa untuk Kesehatan di Kab tahun 2020
Kegiatan ini diikuti oleh 25 orang peserta yang
berasal dari Dinas Kesehatan, DPMD, puskesmas, perwakilan dan walinagari.
Dilaksanakan di 3 kabupaten lokus stunting,
Kab. Pasaman Barat, Kab. Pasaman dan Kab. Solok.
8.Sosialisasi Prioritas Pemanfaatan Dana Desa untuk Kesehatan tahun 2019. Pertemuan ini
untuk menginformasikan kepada kab./kota agar
lebih proaktif memanfaatkan dana desa untuk mendukung pelaksanaan program kesehatan di
masyarakat. Peserta berjumlah 35 orang yang
berasal dari 15 Kab./kota yang mendapat dana desa.
9. Model Intervensi Promosi Kesehatan.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk suatu
penelitian yang dilaksanakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAND
Padang di Kab. Dharmasraya. Indikator yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan indikator perilaku yang merupakan dari
Germas dan PIS-PK.
2 Kampanye Hidup Sehat melalui
Berbagai Media
1.300.025.000 977.619.080 75,20 100 1.Penyebarluasan Informasi Tema Prioritas
Nasional dan Spesifik Lokal Melalui Berbagai saluran Komunikasi
2. Kegiatannya berupa pameran yang
dilaksanakan di Kab. Tanah Datar dalam
rangka Jambore PKK Kab. Tanah Datar pada tanggal 17 Juni 2019
3.Pameran di Kab. Padang Pariaman pada tanggal 26 Agustus 2019
4. Pameran di Kab. Solok Selatan tanggal 28
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 14
Agustus 2019
5. Pameran di Kab. Limapuluh Kota tanggal 28
September 2019
6. Selain itu juga ada penyebarluasan informasi
(radio spot) di 12 radio di Kota Padang dengan
topik Germas 7. Ada juga outdoor interaktif yang bekerjasama dengan Classy FM yang
dimanfaatkan pada acara Car Free Day,
peringatan Hari-hari besar kesehatan dengan menghadirkan narasumber / pakar sebagai
pembicara.
7. Pembuatan space baliho yang dipasang di 2
lokasi yang berbeda.
8. Pembuatan video Promosi yang
dimanfaatkan pada acara HKN dan Pertida.
10. Penyebarluasan Informasi Melalui Media Luar Ruang berupa pojok promkes dan
Billboard di Dinkes Prov Sumbar dengan topik
Germas, Stunting dan Isi Piringku.
9. Forum Koordinasi Pelaksanaan Germas di
daerah Kab/Kota kegiatan dilakasanakan di 4 daerah
3 Pelaksanaan Strategis Promosi
Kesehatan dalam mendukung
Program Kesehatan
1.063.430.000 1.053.946.400 99,11 100 1. Melakukan Advokasi untuk Mendorong
Kebijakan PHBS di Kab./Kota. Memotivasi
kab./kota agar bisa mengeluarkan Kebijakan PHBS (SK, Edaran, Perbup, Perwako, ataupun
Perda). Pelaksanaan di 3 Kabupaten, Kab.
Pasaman, Kab. Pasaman Barat dan Kab. Solok. Peserta berjumlah 50 orang yaitu lintas sektor,
Dinas Kesehatan, PKK, dan Puskesmas.
2. Penguatan Pelaksanaan Kebijakan PHBS
yang telah dikeluarkan. Kegiatan ini juga dilaksanakan di 3 Kabupaten : Kab. Pasaman
(10 April 2019), Kab. Pasaman Barat (11 April
2019) dan Kab. Solok (12 April 2019). Peserta berjumlah 50 orang yaitu lintas sektor, Dinas
Kesehatan, PKK, dan Puskesmas.
3. Penggalangan Organisasi Masyarakat dan
Dunia Usaha untuk Mendukung Kesehatan di Kab./Kota. Peserta berjumlah 30 orang terdiri
dari Ormas, Dunia usaha, dan swasta di 4 kabupaten lokus : Kab. Tanah Datar, Kab.
Solok Selatan, Kab. Limapuluh Kota, Kab.
Padang Pariaman. Kegiatan ini dilaksanakan 2 kali.
4. Rapat Koordinasi Pokjanal Posyandu Tingkat Provinsi
Kegiatan dilaksanakan di Basko Hotel Padang pada tanggal 9 – 10 April 2019. Peserta
berjumlah 30 orang yang berasal dari Lintas
sektor/OPD terkait sesuai yang tercantum dalam SK Pokjanal.
5. Rapat Koordinasi Pokjanal Posyandu tingkat
kab./kota
Kegiatan ini beertujuan untuk memperkuat Pokjanal Posyandu tingkat kabupaten agar bisa
meningkatkan kinerja Posyandu di kabupaten
lokus. Peserta berjumlah 30 orang yang berasal dari Lintas sektor/OPD terkait sesuai yang
tercantum dalam SK Pokjanal. Dilaksanakan di
Kab. Tanah Datar, Kab Solok Selatan, Kab. Limapuluh Kota dan Kab. Padang Pariaman.
6. Rapat Koordinasi SBH Tingkat Provinsi.
Kegiatan dilaksanakan di Rocky Hotel Padang
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 15
pada tanggal 8 – 9 April 2019. Peserta
berjumlah 30 orang berasal dari Pengurus SBH
tingkat provinsi (kwarda 03, dan Dinas
Kesehatan).
7. Rapat Koordinasi Tingkat Kab./Kota.
Kegiatan ini dilaksanakan di 4 kabupaten lokus terpilih, yakni : Kab. Solok Selatan, Kab.
Tanah Datar, Kab. Padang Pariaman, dan Kab.
Limapuluh Kota.
8. Orientasi Krida SBH bagi Anggota SBH Tingkat Kab./kota
Kegiatan ini dilaksanakan di 4 kabupaten lokus,
yakni : Kab. Solok Selatan (8 – 9 Mei 2019), Kab. Padang Pariaman (23 – 24 Mei 2019),
Kab. Tanah Datar (20 – 21 Mei 2019) dan Kab.
Limapuluh Kota (27 – 28 Mei 2019). Peserta berjumlah 30 orang yang berasal dari anggota
SBH di kabupaten (siswa sekolah).
VI Penyehatan Lingkungan 650.738.000 603.421.600 92,73 100
1 Praktek Implementasi Pasar Sehat 22.960.000 21.868.000 95,22 100 a. Pencairan transport berdasarkan daftar yang
dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan dan penginapan berdasarkan data ril di lapangan.
Sedangkan permasalahan pelaksanaan kegiatan
hampir tidak ada.
2 Orientasi Pengawas Internal
(Seluruh pelaku masyarakat sekolah SD, SMP/sederajat) Rapor TTU
Sehat Layanan Kesling
115.414.000 111.818.200 96,88 100 a. Pencairan transport dan uang saku kurang
karena ada peserta yang tidak datang
3 Bimbingan Teknis Pengawasan
TTU
36.580.000 36.040.000 98,52 100
4 Peningkatan Kualitas Pelaksanaan
Kesehatan Lingkungan dalam
rangka Pencapaian indikator Kesling
97.810.000 97.573.000 99,76 100
5 Penguatan Koordinasi Lintas Sektor
(PKK, MUI, Pramuka, TNI, Lintas
Program) dalam Implementasi 5 Pilar STBM
118.354.000 110.472.000 93,34 100 Pada kegiatan ini narasumber pusat tidak hadir
sehingga transport tidak dapat dicairkan
6 Honor Koordinator STBM Provinsi 25.740.000 0 0 Tidak direkrutnya tenaga Koordinator STBM
Provinsi karena sudah ada Tenaga Ahli STBM yang dikontrak oleh Kementerian Pekerjaan
Umum
7 Pendampingan Intervensi Kesling
Dalam Peningkatan Kualitas Kesling
49.120.000 48.675.000 99,11 100
8 Orientasi Limbah Medis Fasyankes 132.214.000 129.367.200 97,85 100 Pada Pertemuan ini ada peserta yang tidak
hadir
9 Penguatan Forum KKS Tingkat
Kab/Kota
43.396.000 38.464.200 92,73 100 Peserta pertemuan ada yang tidak hadir dan
narasumber pusat yang hadir hanya 1 orang
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 16
BAB IV
AKUNTABILITAS KINERJA
4.1 Kinerja Organisasi
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya
memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan
instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk memastikan bahwa
manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi
penerapan pemerintahan yang baik di Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan
laporan akuntabilitas kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja
sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan kinerja pada awal tahun anggaran dengan
realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun anggaran. Laporan kinerja merupakan
bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap
instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam
penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan
(disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja
4.2 Capaian Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat telah ditetapkan dalam dokumen
penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/perjanjian kinerja
untuk mewujudkan target kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang mengikat untuk
dilaksanakan dan di pertanggung jawabkan sebagai upaya mewujudkan pelayanan kesehatan
yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Perjanjian penetapan kinerja tahun 2019 yang
telah ditandatangani bersama oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dengan
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI tahun 2019 dalam rangka pencapaian
target.
Dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan
menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi, program kesehatan masyarakat
memiliki kegiatan-kegiatan yang diukur melalui Indikator kinerja sebagai berikut:
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 17
Indikator Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
Dengan Dirjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2019
No Sasaran
Prog/Keg
Indikator Kinerja Target Target
Provinsi
Capaian
1 Pembinaan Gizi
Masyarakat
1 Persentase Ibu Hamil Kurang
Energi Kronik (KEK) yang
mendapat makanan Tambahan
95% 95% 95.05%
2 Persentase ibu hamil yang
mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD)
98% 88% 96.93%
3 Persentase bayi usia kurang dari 6
bulan yang mendapat ASI
eksklusif
50% 50% 71.91%
4 Persentase bayi baru lahir
mendapat Inisiasi Menyusu Dini
(IMD)
50% 50% 83.38%
5 Persentase Balita Kurus yang
Mendapatkan Makanan
Tambahan
90% 90% 89.32%
6 Persentase remaja puteri yang
mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD
30% 30% 40.36%
2 Pembinaan
Kesehatan
Keluarga
1 Persentase kunjungan neonatal
pertama (KN1)
90% 90% 85.13%
2 Persentase ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan
antenatalke empat (K4)
80% 85% 78.42%
3 Persentase Puskesmas yang
melaksanakan penjaringan
kesehatan untuk peserta didik
kelas 1
70% 70% 98%
4 Persentase Puskesmas yang
melaksanakan penjaringan
kesehatan untuk peserta didik
kelas 7 dan 10
60% 60% 93.90%
5 Persentase Puskesmas yang
menyelenggarakan kegiatan
kesehatan remaja
45% 45% 90.54%
6 Persentase Puskesmas yang
melaksanakan kelas ibu hamil
90% 90% 98.19%
7 Persentase Puskesmas yang
melakukan Orientasi Program
Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K)
100% 100% 98.54%
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 18
3 Pembinaan
Upaya Kesjaor
1 Persentase Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan kerja
dasar
80% 80% 83.76%
2 Jumlah pos UKK yang terbentuk di
daerah PPI/TPI
730 50 31
3 Persentase fasilitas pemeriksaan
kesehatan TKI yang memenuhi
standar
100% 100% 100%
4 Persentase Puskesmas yang
melaksanakan kegiatan kesehatan
olah raga pada kelompok
masyarakat di wilayah kerjanya
60% 60% 91.51%
4 Penyehatan
Lingkungan
1 Jumlah Desa/Kelurahan yang
melaksanakan STBM (Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat
45,000 665 831
2 Persentase sarana air minum yang
dilakukan pengawasan
50% 50% 70.70%
3 Persentase Tempat-Tempat
Umum (TTU) yang memenuhi
syarat kesehatan
58% 58% 64.50%
4 Persentase RS yang melakukan
pengelolaan limbah medis sesuai
standar
36% 36% 8%
5 Persentase Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) yang memenuhi
syarat kesehatan
32% 32% 57.40%
6 Jumlah Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan tatanan
kawasan sehat
386 19 18
5 Promkes dan PM 1 Persentase Kabupaten/Kota yang
Memiliki Kebijakan PHBS
80% 80% 100%
2 Persentase Desa yang
Memanfaatkan Dana Desa 10%
untuk UKBM
50% 50% 60%
3 Jumlah Dunia Usaha yang
Memanfaatkan CSR-nya untuk
Program Kesehatan
20 10 10
4 Jumlah Organisasi
Kemasyarakatan yang
15 15 15
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 19
Memanfaatkan Sumber Dayanya
untuk Mendukung Kesehatan
6 Dukungan
Manajemen dan
Pelaks tugas
teknis lainnya
pada prog
Kesmas
Persentase realisasi kegiatan
administrasi dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya Program Kesehatan
Masyarakat
94% 94% 89.4%
Berikut ini dapat dilihat capaian Indikator Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera dengan Dirjen Kesehatan Masyarakat yang didukung melalui Anggaran APBN
Satker 03 Tahun 2019 sebagai berikut :
1. Pembinaan Gizi Masyarakat
1) Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat makanan
Tambahan
Persentase Ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan adalah proporsi ibu hamil
KEK yang mendapatkan makanan tambahan terhadap jumlah ibu hamil KEK yang ada di
suatu wilayah pada periode tertentu x 100%. Pada tahun 2019 target Persentase Ibu hamil
KEK mendapat makanan tambahan ditetapkan sebesar 95% dengan realisasi sebesar 95,02%
(sudah mencapai target). Ada 4
(empat) kabupaten/kota yang belum memenuhi target pencapaian yaitu Kab. Pasaman
(93.97%), kab Tanah Datar (92.63%), Kab. Pesisir Selatan (86.03%), Kota Solok (80.71%)
dan kota Sawahlunto (59.86%) seperti grafik berikut ini.
Grafik 4.1 : Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik Yang Mendapat Makanan
Tambahan Tahun 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 20
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 84.36% dan tahun 8sebesar
95.22%, maka realisasi tahun 2019 (95,05 %) mengalami sedikit penurunan kenaikan seperti
grafik berikut ini.
Grafik 4.2 : Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik Yang Mendapat Makanan
Tambahan Tahun 2017 - 2019
Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan asupan
gizi ibu hamil KEK.PMT diberikan pada awal trimester kedua kehamilan kepada ibu hamil
65 80
95
84,36
95,22 95,05
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2017 2018 2019
Target Realisasi
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) mendapat makanan tambahan Tahun 2017 - 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 21
dari keluarga miskin terutama di wilayah kabupaten/kota yang mengalami rawan gizi.PMT
dilakukan minimal selama 90 hari berturut-turut. Bentuk PMT dapat berupa PMT pabrikan
maupun PMT berbasis pangan lokal. PMT bentuk pabrikan seperti biskuit lapis, susu ibu
hamil.
Pengadaan berupa Makanan Tambahan dalam bentuk biscuit lapis dengan
penambahan 11 vitamin dan 7 mineral diberikan kepada Ibu Hamil KEK, pengadaan PMT
diperuntukkan untuk 3 Kab. Lokus Stunting (Kab. Pasaman, Kab. Pasaman Barat, dan Kab.
Solok). Pemberian PMT pada Ibu Hamil KEK bertujuan untuk memperbaiki gizi ibu Hamil
KEK menjadi tidak KEK sehingga anak yang dilahirkan tidak berisiko terjadinya stunting
2) Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Persentase ibu hamil mendapat 90 TTD adalah proporsi ibu hamil yang mendapat 90
TTD terhadap jumlah sasaranibu hamil yang ada di satu wilayah pada periode tertentu x
100%.Pada tahun 2019 target Persentase ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah
(TTD) minimal 90 tablet selama masa Kehamilanditetapkan sebesar 98% dengan realisasi
sebesar 96.93% (belum mencapai target). Hanya ada 6 (enam) kabupaten/kota yang
memenuhi target pencapaian yaitu Tanah Datar (100%), Kota Padang (100%), Kota Solok
(100%), Kota Pariaman (100%) , Kota Payakumbuh (99,75%) dan Sijunjung (98.61%),
seperti grafik berikut ini.
Grafik 4.3 : Persentase Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90 Tablet
Selama Masa Kehamilan Tahun 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 22
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 80.98% dan sedikit turun
pada tahun 2018 sebesar 79.93%, maka realisasi tahun 2019 (96.93) mengalami kenaikan
seperti grafik berikut ini.
Grafik 4.4 : Persentase Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90 Tablet
Selama Masa Kehamilan Tahun 2017 – 2019
Kegiatan penanggulangan anemia gizi pada ibu hamil dengan pendistribusian Tablet
Tambah Darah (TTD) atau tablet Fe. TTD merupakan suplementasi gizi mikro khususnya zat
besi folat yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah kejadian anemia gizi besi selama
hamil. Koordinasi dan kegiatan yang terintegrasi dengan lintas program masih perlu
ditingkatkan sebagai salah satu komponen stándar pelayanan antenatal.
Berdasarkan grafik diatas terlihat cakupan TTD ibu hamil dari tahun 2017 – 2019
belum mencapai target yang sudah ditetapkan. Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor
penghambat pencapaian antara lain : Pengetahuan ibu hamil pentingnya TTD masih rendah,
Penggunaan Buku KIA belum optimal, Program Kelas Bumil belum cukup baik.
Upaya yang dapat dilakukan adalah meliputi hal-hal sebagai berikut : Semua
Intervensi dikaitkan dengan PIS-PK, Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas,Pelayanan
dan konseling kesehatan termasuk gizi tentang pentingnya TTD ibu hamil agar kehamilan
berlangsung sehat ,Standar Pelayanan Antenatal “10 T” salah satunya Beri tablet tambah
darah (TTD, Pemberian TTD pada ibu hamil yang dilaksanakan di klinik bidan/dokter, rumah
sakit, dan lain-lain harus dicatat dan dilaporkan oleh puskesmas, Meningkatkan pengetahuan
ibu hamil dan kepedulian keluarga dan masyarakat , menggalang kemitraan yang intensif
dengan media massa dan kelompok potensial Tokoh agama, tokoh masyarakat, kader
kesehatan dan organisasi masyarakat
90 95 98
80,98 79,93
96,93
0102030405060708090
100
2017 2018 2019
Target Realisasi
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 23
3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
Persentase bayi umur 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah proporsi bayi mencapai
umur 5 bulan 29 hari mendapat ASI Eksklusif 6 bulan terhadap jumlah seluruh bayi mencapai
umur 5 bulan 29 hari yang datang dan tercatat dalam register pencatatan/Buku KIA/KMS di
suatu wilayah pada periode tertentu x 100%. Pada tahun 2019 target Persentase bayi umur 6
bulan mendapat ASI Eksklusif ditetapkan sebesar 50% dengan realisasi sebesar 71.91%
(mencapai target). Semua kabupaten/kota yang memenuhi target pencapaian kecuali Kota
Bukittinggi (46,38%) seperti grafik berikut ini.
Grafik 4.5 : Persentase Bayi Kurang Dari 6 Bulan Mendapat ASI Ekslusif
Tahun 2019
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 68.32% dan tahun 2018
sebesar 68,11%, maka realisasi tahun 2019 (71.91%) mengalami kenaikan seperti grafik
berikut ini.
Grafik 4.6 Persentase Bayi Kurang Dari 6 Bulan Mendapat ASI Ekslusif
Tahun 2017-2019
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
Tan
ah D
atar
Solo
k Se
lata
n
Solo
k
Saw
ahlu
nto
Siju
nju
ng
Pay
aku
mb
uh
Pe
sisi
r Se
lata
n
Aga
m
Pas
aman
Kab
. So
lok
Me
nta
wai
Par
iam
an
50
Ko
ta
Pad
ang
Dh
arm
asra
ya
Bu
kitt
ingg
i
Sumatera…
93,60 92,85 87,11 86,69
79,90 79,64 79,09 76,38 74,54 71,30 70,82 69,26 68,31 67,98 67,86 67,18 66,31 60,92
46,38
71,91
ASI Eksklusif tahun 2019 Target 50%
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 24
Upaya peningkatan cakupan pemberian ASI Ekslusif dilakukan dengan berbagai
strategi, mulai dari penyusunan kerangka regulasi, peningkatan kapasitas petugas dan
promosi ASI ekslusif. Pada tahun 2014 Peraturan Daerah (PERDA) ASI Provinsi Sumatera
Barat sudah terbit dengan No. 15 Tahun 2014 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Dalam Perda ASI tersebut diatur tanggungjawab pemerintah daerah dalam pengembangan
program ASI, menetapkan kebijakan daerah, melaksananakan advokasi dan sosialisasi serta
pengawasan terkait program pemberian ASI eksklusif.
4) Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD adalah proporsi bayi baru lahir yang
mendapat IMD terhadap jumlah bayi baru lahir di suatu wilayah pada periode tertentu x
100%. Pada tahun 2019 target Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD ditetapkan
sebesar 50% dengan realisasi sebesar 79,24% (sudah mencapai target). Seluruh
kabupaten/kota sudah memenuhi target pencapaian seperti grafik berikut ini :
Grafik 4.7 Persentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Tahun 2019
44 47 50
68,32 68,11 71,91
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2017 2018 2019
Target Realisasi
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif Tahun 2017 - 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 25
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 81.91% dan turun pada tahun
2018 menjadi sebesar 79.24%, maka realisasi tahun 2019 (83.38%) mengalami
kenaikan seperti grafik berikut ini.
Grafik 4.8 Persentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Tahun 2017 - 2019
Inisiasi Menyusu Dini, sebagai proses ketika bayi menyusu segera setelah dilahirkan,
di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu).
Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 26
eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui, sehingga diharapkan terpenuhinya kebutuhan gizi
bayi hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.
5) Persentase Balita Kurus yang Mendapatkan Makanan Tambahan
Persentase balita kurus mendapat makanan tambahan adalah proporsi balita kurus yang
mendapat makanan tambahan selama 90 HMA terhadap jumlah balita kurus di satu wilayah
pada periode tertentu x 100%. Pada tahun 2019 target Persentase balita kurus yang mendapat
makanan tambahan ditetapkan sebesar 90% dengan realisasi sebesar 89,32% (sudah
mencapai target). Masih ada 6 (enam) kabupaten/kota yang belum memenuhi target
pencapaian yaitu Pasaman Barat (69.39%), Sawahlunto (68.09%), Dharmasraya (64.17%),
Kab. Pesisir Selatan (59.81%) dan Padang Panjang (51.69%) seperti grafik berikut ini.
Grafik 4.9 Persentase Balita Kurus yang mendapatkan Makanan Tambahan
Tahun 2019
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 76.92 % dan tahun 2018
sebesar 89.95, maka realisasi tahun 2019 (89.32%) mengalami sedikit penurunan seperti
grafik berikut ini.
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 27
Grafik 4.10 Persentase Balita Kurus yang Mendapat Makanan Tambahan
Tahun 2017 - 2019
Penanggulangan kurang gizi pada balita kurus dilakukan dengan pemberian maknan
tambahan (MP-ASI) pada pada anak baduta ( 12 – 24 bln ) dalam bentuk pemberian biskuit
MP-ASI.
6) Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Persentase remaja puteri mendapat TTD adalah proporsi remaja putri yang mendapat
TTD 1 tablet setiap minggu terhadap jumlah remaja putri di suatu wilayah pada periode
tertentu x 100%.Pada tahun 2019 target Persentase remaja puteri mendapat TTD ditetapkan
sebesar 30% dengan realisasi sebesar 49.36% (sudah mencapai target). Masih ada 3 (tiga)
kabupaten/kota yang belum memenuhi target pencapaian yaitu Padang Panjang (29.50%),
Solok Selatan (22.80%), dan Pasaman (18.73%) seperti grafik berikut ini.
Grafik 4.11 : Persentase Remaja Putri Yang Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Tahun 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 28
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 39.68% dan tahun 2018 turun
menjadi sebesar 33.02%, maka realisasi tahun 2019 (49.36%) mengalami kenaikan seperti
grafik berikut ini.
Grafik 4.12 Persentase Remaja Putri Yang Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Tahun 2017 - 2019
Penanggulangan anemia pada remaja putri yaitu dengan pemberian tablet tambah darah
sebagai persiapan untuk menjadi ibu hamil, karena wanita yang menikah atau hamil lebih
banyak membutuhkan zat besi untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Akibat
kekurangan zat besi pada ibu hamil antara lain akan mengalami keguguran, BBLR dan
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
Solo
k
Par
iam
an
Kab
. So
lok
Siju
nju
ng
Pay
aku
mb
uh
Aga
m
Bu
kitt
ingg
i
50
Ko
ta
Pe
sisi
r Se
lata
n
Pad
ang
Dh
arm
asra
ya
Saw
ahlu
nto
Me
nta
wai
Tan
ah D
atar
Solo
k Se
lata
n
Pas
aman
Sumatera…
100,00
89,13 89,07
73,05 66,65 64,77
59,23 56,11 49,75 48,75
44,66 42,96 39,13 38,52 37,86
32,94 29,50
22,80 18,73
49,36
Remaja Puteri mendapat TTD tahun 2019 Target 30%
20 25 30
39,68 33,02
49,36
0102030405060708090
100
2017 2018 2019
Target Realisasi
Persentase remaja puteri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Tahun 2017 - 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 29
perdarahan, yang menjadi penyebab tertinggi kematian ibu melahirkan. Apabila tidak
diberikan Fe akan berdampak terhadap anemia. Anemia akan berdampak pada
1. Menurunnya kesehatan reproduksi.
2. Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan.
3. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar
4. Konsentrasi belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan
produktivitas kerja.
5. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
6. Menurunkan tingkat kebugaran.
2. Pembinaan Kesehatan Keluarga
1) Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)
Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) adalah Jumlah neonatus yang telah
mendapatkan 1 kali pelayanan Kunjungan Neonatus pada umur 6-48 jam sesuai standar /
seluruh kelahiran hidup disuatu wilayah kerja pada waktu tertentu x 100%. Pelayanan
kunjungan neonatus oleh petugas di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah.Indikator
inidigunakan untuk memantau keberhasilan program penurunan Angka Kematian Neonatus
dan juga bisa menunjukkan akses atau jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Pada tahun
2019 target KN1sebesar 90% dengan realisasi sebesar 85.13%. Ada 7 (tujuh) kabupaten/kota
yang memenuhi target pencapaian yaitu Pariaman (98.08%), Kota Solok (97.2%), Padang
Pariaman (96,19%), Padang (95.73%), Padang Panjang (95.61%), Pesisir Selatan (95.4%)
dan Payakumbuh (93.43%) seperti grafik berikut ini :
Grafik 4.13 Persentase Kunjungan Neonatus Pertama (KN1) Tahun 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 30
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 86% dan tahun 2018 turun
menjadi sebesar 85,96%, dan realisasi tahun 2019 sebesar 85,1% seperti grafik berikut ini.
Grafik 4.14 Persentase Kunjungan Neonatus Pertama (KN1)
Tahun 2017 – 2019
Kunjungan neonatus pertama (KN 1) dilakukan untuk memantau kesehatan bayi baru
lahir pada usia 6-48 jam sesuai dengan standar. Pada kunjungan neonatus pertama pelayanan
yang diberikan yaitu, pemeriksaan dilakukan dengan pendekatan MTBM, perawatan tali
pusat, konseling ASI dan tanda bahaya bayi baru lahir, dan pemberian imunisasi HB 0 dan
Injeksi Vit K1 jika belum diberikan saat lahir.
Jika dibandingkan dengan target Nasional, maka capaian Kunjungan Neonatal Pertama
(KN1), hasil yang didapatkan Provinsi Sumatera Barat lebih rendah dari target Nasional 90%.
Beberapa faktor yang menghambat tidak tercapainya target disebabkan oleh beberapa
faktor sebagai berikut :
99,08 97,2 96,19 95,73 95,61 95,4 93,43 88,51 87,41 84,82 82,71 80,89 78,3 77,36 75,21 72,97 72,44 69,66 63,45
85,13
0
20
40
60
80
100
120
Kunjungan Neonatal (KN 1)
81 85 90
86,0 85,96 85,1
0102030405060708090
100
2017 2018 2019
Target Realisasi
Kunjungan Neonatal (KN 1) Tahun 2017 - 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 31
1) Masih adanya Persalinan non tenaga kesehatan.
2) Akses Pelayanan Kesehatan akibat faktor geografis yang sulit
3) Tenaga kesehatan tidak berada ditempat
4) Kompetensi tenaga kesehatan yang belum maksimal
5) Pelayanan Neonatus belum sesuai standar
Sedangkan faktor-faktor pendukung pencapaian kinerja adalah sebagai berikut :
1) Adanya program Jampersal melalui dana DAK Non Fisik
2) Adanya kegiatan supervisi fasilitatif untuk peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.
3) Penguatan Pelayanan Neonatal Esensial
4) Kegiatan kelas ibu balita
5) Membudayakan pemanfaatan Buku KIA
6) Sistim rujukan neonatus komplikasi
2) Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)
Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4) adalah
proporsi ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar minimal
empat kali/ Sasaran ibu hamil x 100%. Pada tahun 2019 target K4sebesar 85% dengan
realisasi sebesar 78.42% (belum mencapai mencapai target). Hanya 8 (delapan)
kabupaten/kota yang memenuhi target pencapaian yaitu Kota Solok (96.83%), Payakumbuh
(93.13%), Padang (90.49%), Pariaman (89.22%), Pesisir Selatan (88.58%), Padang Panjang
(88.03%) dan Kab.50 Kota (82,91%) seperti grafik berikut ini :
Grafik 4.14 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4) Tahun 2019
96,83 93,13 90,49 89,22 88,64 88,58 88,03 86,43 82,91 79,12 77,41 71,84 71,47 71,25 70,58 64,6 62,32 60,12 44,37
78,42
0
20
40
60
80
100
120
Kunjungan Ibu Hamil (K4)
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 32
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 80.7% terjadi penurunan pada
tahun 2018 sebesar 79.53%, dan tahun 2019 (78.4%)seperti grafik berikut ini :
Grafik 4.15 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4) Tahun 2017-2019
Pemeriksaan pelayanan ibu hamil ke 4 (K4) menggambarkan tingkat perlindungan
pada ibu hamil, dengan mendapatkan minimal 4 kali pelayanan antenatal care diharapkan
ibu hamil mengetahui kondisi kesehatan ibu dan janin. Selain itu ibu dan keluarga juga
diharapkan telah memahami tanda – tanda bahaya kehamilan yang berkemungkinan juga
akan dialami ibu hamil. Pada saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan, tenaga
kesehatan memberikan pelayanan antenatal secara lengkap (10 T) yang terdiri dari: timbang
badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur LiLA), ukur tinggi
fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, skrining status imunisasi
TT dan bila perlu pemberian imunisasi TT, pemberian tablet besi (90 tablet selama
kehamilan), test lab sederhana (Golongan Darah, Hb, Glukoprotein Urin) dan skrining
terhadap Hepatitis B, Sifilis, HIV, Malaria, TBC, tata laksana kasus, dan temu wicara/
konseling termasuk P4K serta KB PP.
3) Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta
didik kelas 1
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta
didik kelas 1 adalah Jumlah puskesmas melaksanakan penjaringan siswa kls 1 SD/MI/
Jumlah seluruh puskesmas disuatu wilayah kerja pada waktu tertentu x 100%. Pada tahun
2019 target Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik
kelas 1 sebesar 55% dengan realisasi sebesar 92,36% (sudah mencapai target). Semua
Kabupaten dan Kota telah memenuhi target seperti grafik berikut ini :
79 82 85
80,7 79,53 78,4
0102030405060708090
100
2017 2018 2019
Target Realisasi
Kunjungan Ibu Hamil (K4) Tahun 2017 - 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 33
Grafik 4.16 Puskesmas yang Melakukan Penjaringan Kesehatan untuk
Peserta Didik Kelas 1 Tahun 2019
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 56,9% terjadi peningkatan
pada tahun 2018 sebesar 93,1%, dan realisasi tahun 2019 juga ada peningkatan sebesar 98%
seperti grafik berikut ini.
Grafik 4.17 Puskesmas yang Melakukan Penjaringan Kesehatan untuk
Peserta Didik Kelas 1 Tahun 2017 - 2019
Penjaringan kesehatan merupakan suatu prosedur pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan untuk memilah (skrining) anak yang sehat dan tidak sehat, serta dapat
dimanfaatkan untuk pemetaan kesehatan peserta didik. Penjaringan kesehatan dilakukan agar
terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik, sehingga bila terdapat masalah
dapat segera ditindaklanjuti.
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 34
4) Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta
didik kelas 7 dan 10
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta
didik kelas 7 dan 10 adalah Jumlah puskesmas melaksanakan penjaringan siswa kls 7
SMP/MTS dan kelas 10 SMA/SMK/MA/ Jumlah seluruh puskesmas disuatu wilayah kerja
pada waktu tertentu x 100%. Pada tahun 2019 target Puskesmas yang melaksanakan
penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 sebesar 55% dengan realisasi sebesar
87,64% (sudah mencapai target). Semua Kabupaten dan Kota telah memenuhi target seperti
grafik berikut ini :
Grafik 4.18 Puskesmas yang Melakukan Penjaringan Kesehatan untuk
Peserta Didik Kelas 7 dan 10 Tahun 2019
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2016 sebesar 95,17% mengalami
penurunan pada tahun 2017 sebesar 85,59%, dan realisasi tahun 2018 sebesar 87,64%
seperti grafik berikut ini.
Grafik 4.19 Puskesmas yang Melakukan Penjaringan Kesehatan untuk
Peserta Didik Kelas 7 dan 10 Tahun 2017 – 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 35
Penjaringan kesehatan merupakan suatu prosedur pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan untuk memilah (skrining) anak yang sehat dan tidak sehat yang dilakukan sebagai
upaya preventif melalui Upaya Kesehatan sekolah (UKS). Penjaringan kesehatan dilakukan
agar terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik, sehingga bila terdapat
masalah dapat segera ditindaklanjuti. Selain itu hasil penjaringan kesehatan dapat dijadikan
data atau bahan informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta didik, maupun
untuk dijadikan pertimbangan program pembinaan kesehatan sekolah.
5) Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
adalah Jumlah puskesmas menyelenggarakan kegiatan kesehatan peduli remaja/Jumlah
seluruh puskesmas disuatu wilayah kerja pada waktu tertentu x 100%. Pada tahun 2019
target Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan remaja sebesar 45% dengan
realisasi sebesar 90,54% (sudah mencapai target). Semua Kabupaten/Kota sudah memenuhi
target yang ditetapkan, ada 12 kabupaten/kota dengan pencapaian 100% dari target 45%.
Pencapaian masing-masing kabupaten/kota dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 4.20 Puskesmas yang Menyelenggarakan Kegiatan Kesehatan Remaja
Tahun 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 36
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 91,82% mengalami penurunan pada
tahun 2018 sebesar 90,54% dan realisasi tahun 2019 sebesar 90,54% seperti grafik berikut
ini.
Grafik 4.21 Puskesmas yang Melaksanakan Kesehatan Remaja
Tahun 2017 - 2019
Kegiatan pelayanan kesehatan remaja yang dilakukan di puskesmas tidak hanya
melayani permasalahan kesehatan remaja secara fisik saja, tetapi juga pemberian edukasi
terkait informasi kesehatan remaja seperti Napza, Gizi, Kesehatan Reproduksi, Gigi dan
penyakit menular.
6) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil adalah puskesmas
yang melaksanakan kelas ibu hamil /Jumlah seluruh puskesmas disuatu wilayah kerja pada
waktu tertentu x 100%. Pada tahun 2019 target Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 37
hamil sebesar 90% dengan realisasi sebesar 98,19% (sudah mencapai target). Semua
Kabupaten dan Kota telah memenuhi target, ada 15 (lima belas) kabupaten/kota dengan
pencapaian 100% dari target 90%. Pencapaian kabupaten/kota dapat dilihat pada grafik
berikut ini :
Grafik 4.22 Puskesmas yang Melaksanakan Kelas Ibu Hamil Tahun 2019
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 97% mengalami peningkatan
pada tahun 2018 sebesar 98,55% dan realisasi tahun 2019 sebesar 98,2% seperti grafik
berikut ini.
Grafik 4.23 Puskesmas yang Melaksanakan Kelas Ibu Hamil
Tahun 2017 - 2019
Pelaksanaan kelas ibu hamil merupakan kegiatan terencana sesuai kebutuhan untuk
membahas materi buku KIA secara berdiskusi dan berbagi pengalaman antara ibu hamil
dalam kelompok. Kegiatan kelas ibu hamil dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan,
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 38
dengan mengikuti kelas ibu diharapkan meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan
perilaku ibu tentang kesehatan ibu hamil, bersalin dan ibu nifas serta tumbuh kembang balita
yang optimal.
7) Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi adalah puskesmas yang melakukan orientasi
program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi /Jumlah seluruh puskesmas
disuatu wilayah kerja pada waktu tertentu x 100%. Pada tahun 2019 target Puskesmas yang
melakukan orientasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi sebesar
100% dengan realisasi sebesar 98,54% (belum mencapai target). Ada 3 Kabupaten dan Kota
yang belum memenuhi target yaitu Kab Solok (94,73%), Kab Dharmasraya (92,85%) dan
Kab Mentawai (85,71%) seperti grafik berikut ini :
Grafik 4.24 Puskesmas yang Melaksanakan Orientasi P4K Tahun 2019
Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 99,3% terjadi penurunan pada
tahun 2018 sebesar 98,54% dan realisasi tahun 2019 sebesar 98,54% seperti grafik berikut
ini.
Grafik 4.25 Puskesmas yang Melaksanakan Orientasi P4K
Tahun 2017 - 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 39
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi adalah kegiatan
peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan
yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil. Menggunakan stiker
sebagai media notifikasi sasaran dan diwujudkan dalam pembuatan Amanat Persalinan.
3. Pembinaan Upaya Kesjaor
1) Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar
Grafik 4.26 Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan
Kesehatan Kerja Dasar Tahun 2019
Dari grafik di atas dapat diketahui rata-rata capaian Provinsi Sumatera Barat Tahun
2019 adalah (82,5%) dan sudah melampui target nasional 80%. Ini dapat kita lihat dan
dirasakan bahwa kegiatan orientasi dan pertemuan koordinasi dengan LP dan LS yang
diadakan di Provinsi maupun di Kab/Kota sudah berjalan dengan baik. Hampir semua
Puskesmas Kab/Kota sudah menyelenggarakan kesehatan kerja dasar yang tingkat
pencapaiannya (100%) sedangkan Kab/Kota yang belum menyelenggarakan kesehatan kerja
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 40
dasar serta pencapain terendah terdapat pada Kabupaten Agam (34,78%) dan Kab. Mentawai
(20,0%).
Grafik 4.27 Trend Indikator Puskesmas yang Melaksanakan
Kesehatan Kerja Dasar Tahun 2017 – 2019
Dari grafik di atas dapat diketahui terjadi trend kenaikan rata-rata capaian indikator
Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja dasar Provinsi Sumatera Barat. Angka
capaian ini sudah melampui target nasional 80%. Ini dapat kita lihat dan dirasakan bahwa
kegiatan orientasi dan pertemuan koordinasi dengan LP dan LS yang diadakan di Provinsi
maupun di Kab/Kota sudah berjalan dengan baik. Hampir semua Puskesmas Kab/Kota sudah
menyelenggarakan kesehatan kerja dasar yang tingkat pencapaiannya (100%).
2) Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI
Grafik 4.28 Jumlah Pos UKK di Wilayah PPI/TPI Tahun 2019
45,86
77,7
82,5
30
50
70
90
2017 2018 2019
Trend Capaian Indikator Tahun 2017 s/d 2019 Puskesmas yang
Melaksanakan Kesehatan Kerja Dasar Provinsi Sumatera Barat
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 41
Dari grafik di atas dapat diketahui Puskesmas yang membentuk Pos UKK di wilayah
PPI/TPI di Provinsi Sumatera Barat 31 Pos UKK. Angka capaian ini masih kurang dari target
nasional 50%. Pembentukan Pos UKK tertinggi terdapat pada Kabupaten Pesisir Selatan 18
Pos. Sedangkan yang terendah terdapat pada Kota Padang Pariaman 2 Pos dan Kab. 50 Kota
2 Pos. Kab/Kota yang berada di wilayah Pesisir belum membentuk Pos UKK adalah Kab.
Mentawai. Faktor penyebab belum mebentuk Pos UKK karena kuantitas SDM yang akan
menangani kegiatan pebentukan Pos UKK ini kurang sehingga beban kerja terlalu tinggi.
Grafik 4.29 Trend Capaian Indikator Pos UKK yang Terbentuk di Wilayah PPI/TPI
Tahun 2017 - 2019
Dari grafik diatas dapat diketahui ada trend kenaikan capaian indikator jumlah Pos
UKK yang terbentuk di wilayah PPI/TPI. Tahun 2019 terbentuk 31 Pos. Walaupun terjadi
kenaikan namun angka capaian ini masih dibawah target nasional 50 Pos. Target tidak
tercapai kemungkinan disebabkan sosialisasi petugas puskesmas ke kelompok2 kerja nelayan
belum maksimal.
3) Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar
Grafik 4.30 Persentase Fasilitas Kesehatan TKI yang Memenuhi Standar Tahun 2019
11
18
31
0
5
10
15
20
25
30
35
2017 2018 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 42
Fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI sudah yang masih aktif (100%) sudah mencapai
target nasional 100%. Di Provinsi Sumatera Barat hanya terdapat di 2 Rumah Sakit yaitu
Rumah Sakit PT Semen Padang yang terletak di Kota Padang dan RSUD Pariaman yang
terletak di Kota Pariaman.
Grafik 4.31 Tren Capaian Fasilitas Pemeriksaan TKI yang Memenuhi Standar
Tahun 2017 - 2019
Trend capaian indikator fasilitas pemeriksaan TKI yang memenuhi standar tetap dalam
3 tahun terakhir. Fasilitas pemeriksaan TKI di Provinsi Sumatera Barat sudah ditetapkan
kemenkes sebanyak 2 fasilitas yaitu RS PT Semen Padang dan RSUD Pariaman.
4) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olah raga pada
kelompok masyarakat di wilayah kerjanya
100 100 100
0
20
40
60
80
100
120
2017 2018 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 43
Dari grafik di atas dapat diketahui rata2 capaian Provinsi Sumbar (90,2%) sudah
melebihi target nasional 60%. Puskesmas telah aktif melaksanakan pebinaan kesehatan
olahraga kepada kelompok-kelompok olahraga seperti kelompok lansia, kelompok ibu hamil,
kelompok prolanis, kelompok pekerja dll. Hampir semua Puskesmas sudah melaksanakan
kesehatan olahraga yang tingkat pencapainnya 100%. Sedangkan Kab/Kota yang pencapaian
pelaksanaan kesehatan olahraga yang masih di bawah 100% terdapat di Kab. Dharmasraya
(92,3%), Kab. Padang Pariaman (84%), Kab. Tanah Datar (73,9%), Kab. Pasaman (56,3%)
dan pencapaian terendah di Kab. Mentawai (50%). Rendahnya persentase Kab. Mentawai
mungkin disebabkan sulitnya Kab/Kota melakukan pembinaan ke Puskesmas yang berada
antar pulau.
4. Penyehatan Lingkungan
1) Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat
Grafik 4.32 Desa Yang Melaksanakan STBM Per Kab/Kota
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2019
Desa yang melaksanakan STBM adalah yang telah dilakukan pemicuan, telah ada
natural leader dan telah ada Rencana Kerja Masyarakat untuk meningkatkan akses sanitasi di
desa/nagari. Dari 1117 desa/nagari di Provinsi Sumatera Barat, 831 desa/nagari telah
melaksanakan STBM. Pada Kota yang telah ODF yaitu Kota Payakumbuh, Kota Solok dan
Kota padang panjang seluruh desa/nagarinya sudah melaksanakan STBM. Selain itu
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 44
Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai desa yang melaksanakan STBM terbanyak, 149 nagari
dari 182 nagari yang ada.
2) Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan
Grafik 4.33 Persentase Sarana Air Minum Yang Dilakukan Pengawasan
Tahun 2019
Presentase saran air minum yang dilakukan pengawasan paling tinggi terdapat di Kota
Payakumbuh, dimana semua sarana air minum telah dilakukan. Kota Sawahlunto, Kab.
Pesisir Selatan, Kabupaten Agam dan Kabupaten solok Selatan, presentase air minum yang
dilakukan pengawasan sudah lebih dari 90%. Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Sijunjung
belum mencapai target yang telah ditetapkan.
Grafik 4.34 Persentase Sarana air minum Yang dilakukan Pengawasan
Tahun 2017 - 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 45
Selama 3 tahun terakhir presentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan
berfluktuasi. Hal ini antara lain disebabkan alokasi anggaran untuk pemeriksaan kualitas air
juga berfluktuasi.
3) Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
Grafik 4.35 Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi
Syarat Kesehatan Tahun 2019
Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat Kesehatan merupakan target yang
tercapai pada tahun 2019, yaitu 64,5% dari target sebesar 58%. Indikator Tempat-tempat
umum yang memenuhi syarat ini adalah sekolah tingkat SD dan SMP serta puskesmas. Kota
Sawahlunto merupakan capaian tertinggi di provinsi Sumatera barat tahun 2019, yaitu sebesar
95,9%.
4) Rumah Sakit (RS) yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
Dari 74 Rumah Sakit di Provinsi Sumatera Barat , dengan perincian Rumah sakit
Pemerintah 31 RS dan swasta 46 Rumah Sakit, Dari hasil Pantauan dan verifikasi kelapangan
tahun 2018 sebanyak 8 Rumah sakit yang baru melakukan pengelolaan limbah sesuai standar
2 Rumah Sakit antara lain : Rumah sakit Daerah Lubuk Basung Dan Rumah Sakit PT.dengan
target 4 RS Semen Padang. Tahun 2016 target 1 RS yang memenuhi syarat 1 Rumah Sakit (
RS Achmad Muctar Bukittinggi) , tahun 2017 target 2 RS dan yang memenuhi syarat 2
rumah sakit (Rs. Achmad Muctar dan Rumah Sakit Kota Solok).
Grafik 4.36 Rumah Sakit Yang Melakukan Pengelolaan Limbah Medis
Tahun 2017 - 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 46
Jumlah rumah sakit yang melakukan pengelolaan limbah sesuai standar dalam 3 tahun
terkahir terjadi peningkatan. Tahun 2017 dan 2018 hanya 2 rumah sakit, yaitu RS Semen
Padang dan RSUD Lubuk Basung, sementara tahun ini RSUD Lubuk Basung dalam
penilaian Properda belum memenuhi syarat atau dapat warna merah. Permasalahannya antara
lain adalah izin pengelolaan limbah cair RSUD Lubuk dan beberapa pengukuran baku mutu
limbah masih melebihi standar yang telah ditetapkan.
5) Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
Tempat Pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan dilihat
melalui E Monev TPM. Per 31 Desember 2019 di Provinsi Sumatera Barat sebesar 35,21 %.
Hal ini sudah mencapai target nasional sebesar 32 %. Sedangkan capaian per Kabupaten/Kota
sebagai berikut:
Grafik 4.36 Capaian Tempat Pengelolaan Makanan/Minuman (TPM)
Tahun 2019
0
1
2
3
4
5
6
2017 2018 2019
2 2
6
2017
2018
2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 47
Kota Payakumbuh memiliki capaian TPM memenuhi syarat yang paling tinggi, yaitu
70,33%. Dari 19 Kabupaten/Kota, terdapat 10 kabupaten/kota yang belum mencapai target
TPM yang memenuhi syarat kesehatan. Berdasarkan pemantauan ke Kab/Kota hal ini
disebabkan karena belum dientrinya hasil hasil inspeksi kesehatan lingkungan ke TPM ke
dalam aplikasi e monev. Beberapa sanitarian ada yang sudah tidak memahami lagi cara
menginput. Untuk memaksimalkan pemantauan capaian ini, diperlukan workshop e monev
pada tahun berikutnya.
Grafik 4.37 Capaian Tempat Pengelolaan Makanan/Minuman (TPM)
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017-2019
0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00%
Kab. Mentawai
Kota Sawahlunto
Kab. Pasaman Barat
Kab. Tanah Datar
Kota Pariaman
Kota Padang Panjang
Kab. Pasaman
Kab. Agam
Kab. Dharmasraya
Kota Padang
Kab. Solok
Kab. Solok Selatan
Kota Solok
Kab. Lima Puluh Kota
Kab. Sijunjung
Kab. Padang Pariaman
Kota Bukittinggi
Kab. Pesisir Selatan
Kota Payakumbuh
SUMBAR
0,00%
4,54%
15,26%
17,46%
18,48%
21,05%
21,26%
22,64%
30,02%
30,72%
33,00%
35,66%
38,26%
40,99%
46,11%
57,14%
57,70%
65,82%
70,33%
35,63%
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 48
Tempat pengelolaan Makanan/minuman tahun 2019 meningkat dari tahun 2019, yaitu
dari 30,01% tahun 2018 menjadi 35,63 % pada tahun 2019. Mengalami penurunan dari tahun
2017, karena capaian pada tahun 2017 dilihat dari laporan manual, sementara tahun 2018 dan
tahun 2019 berdasarkan laporan melalui aplikasi e monev TPM. Dalam melakukan input
petugas puskesmas dan Kabupaten/Kota masih mengalami kendala, disamping pemahaman
yang kurang terhadap aplikasi, seringnya aplikasi tidak bisa di akses.
6) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
Grafik 4.38 Kab/Kota Yang Melaksanakan Tatanan Kab/Kota Sehat Tahun 2019
Hal ini mengalami peningkatan dari Tahun 2015 yang hanya 17 Kabupaten/Kota yang
melaksanakan tatanan Kab/Kota Sehat.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2017 2018 2019
39,19
30,01
35,63
2017
2018
2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 49
5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1) Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Kebijakan PHBS
Indikator ini dapat diukur dengan memantau jumlah kab/kota yang mengeluarkan
kebijakan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Target yang ditetapkan berdasarkan
Indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat untuk tahun 2019 adalah sebesar
80 % dan Kemenkes RI sebesar 80% dari jumlah kab/kota yang ada. Artinya sampai tahun
2019 sebanyak 16 kab/kota sudah harus mempunyai regulasi yang mengatur untuk
percepatan dan peningkatan perilaku hidup besih dan sehat. Capaian untuk indikator
kebijakan PHBS ini sudah terlaksana 100%. Walaupun capaian sudah 100%, eksekusi dari
peraturan yang sudah ditetapkan implementasinya masih sangat kurang. Oleh karena itu
diperlukan koordinasi yang kuat antar LP/LS terkait, sehingga kebijakan PHBS yang sudah
dikeluarkan bisa terlaksana sesuai yang diharapkan.
Grafik 4.39 Persentase Kab/Kota yang Memiliki Kebijakan PHBS
Tahun 2017 - 2019
Meskipun semua kabupaten/kota telah mengeluarkan kebijakan tentang PHBS, namun
tidak serta merta mengangkat pencpaian indikator PHBS tersebut. Jika dilihat dari 10
indikator PHBS di rumah tangga yang menjadi masalah adalah jamban sehat, aktifitas fisik,
cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, makan sayur dan buah dan tidak merokok.
78,95 80
100
0
20
40
60
80
100
120
2017 2018 2019
Persentase kab/kota yang memiliki kebijakan PHBS Tahun 2017-2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 50
Grafik 4.40 Tren Peningkatan PHBS di Rumah Tangga
Tahun 2017 - 2019
81,4 68,3
80,6 78,78 73,26
49,02
90,7
46,4 60,31
31,7
0
20
40
60
80
100
2017
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 51
Dari data 2017 -2019 didapatkan bahwa indikator yang pencampaiannya selalu
mendapatkan nilai terendah adalah cuci tangan pakai sabun dan air mengalir yakni 49,02%
pada tahun 2017 menjadi 51.75% tahun 2018 dan menjadi 56,39% di tahun 2019. Sementara
yang terendah kedua adalah makan sayur dan buah dari 46.4% tahun 2017 menjadi 53.82%
pada tahun 2018 serta meningkat menjadi 54.76% di tahun 2019. Dan indikator yang selalu
rendah dan paling bermasalah adalah tidak merokok dari 31,7% tahun 2017 menjadi 34,21
tahun 2018 serta menjadi 38,20% pada tahun 2019.
Melihat data-data ini tentu harus menjadi pertimbangan bagi kabupaten/kota tentang
kebijakan yang telah dikeluarkan. Dengan adanya kebijakan yang telah dikeluarkan akan
memberikan dampak terhadap pencapaian target PHBS di kabupaten/kota.
Terutama untuk indikator ini telah berbagai upaya yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat antara lain dengan membentuk klinik upaya berhenti
merokok (klinik UBM) pada puskesmas di kabupaten/kota.
81,18 71,91
81,47 80,9 79,42
56,39
95,5
54,76 67,53
38,2
0
20
40
60
80
100
120
2019
80,4 68,1
80,3 80,85 74,38
51,75
91,4
53,82 65,21
34,21
020406080
100
2018
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 52
Untuk mencapai target germas dan PHBS tersebut terutama untuk indikator merokok,
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat telah melakukan pelatihan Upaya Berhenti
Merokok (UBM) bagi tenaga kesehatan dan sekolah. Dimana sasaran adalah petugas
puskesmas yang mengelola porgram promkes dan guru sekolah yakni guru bimbingan
konseling/BK mulai dari tingkat SD sampai SMA. Adapun dari 275 puskesmas yang ada di
Sumatera Barat sebanyak 127 orang (46,18%) petugas puskesmas telah dilatih/TOT tentang
UBM. Diharapkan dengan telah dilatih petugas puskesmas akan terlaksana kegiatan upaya
berhenti merokok melalui pelayanan klinik berhenti merokok di puskesmas baik perokok
aktif yang ingin berhenti merokok atau bagi generasi muda yang telah mencoba-coba
merokok. Terutama bagi generasi muda atau anak usia sekolah diharapkan peran aktif guru
yang telah dilatih UBM melakukan konseling kepada anak didik dan melakukan rujukan ke
puskesmas bagi anak didik yang tidak bisa diatasi oleh guru atau sekolah.
2) Persentase Desa yang Memanfaatkan Dana Desa 10% untuk UKBM
Berdasarkan Permendes No.19 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Dana Desa untuk
kesehatan, disebutkan bahwa kesehatan termasuk kegiatan prioritas yang harus didukung
melalui dana desa. Untuk melihat pemanfaatan dana desa untuk bidang kesehatan termasuk
UKBM ada pada tabel berikut ini.
Grafik 4.41 Jumlah Desa Yang memanfaatkan Dana Desa 10% untuk UKBM
Tahun 2017 - 2019
Dari data diatas terlihat bahwa ada peningkatan pemanfaatan dana desa oleh desa/nagari
untuk bidang kesehatan/UKBM dari tahun ke tahun. Pemanfaatan dana desa untuk kesehatan
tahun 2019 mencapai 82%, hal ini telah melampui target dari yang diharapkan yakni sebesar
50%. Masih ada sekitar 18% desa/nagari yang belum maksimal memanfaatkan dana desa
30
40
50
0
10
20
30
40
50
60
2017 2018 2019
Pemanfaatan dana desa untuk UKBM
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 53
sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan masih kurangnya tenaga kesehatan melakukan
koordinasi dan pendampingan pengusulan anggaran di desa dan nagari. Oleh karena itu
diharapkan tenaga promosi kesehatan aktif melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan
di tingkat desa dan nagari dengan berpedoman pada Permendes yang sudah dikeluarkan
pemerintah.
3) Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSR-nya untuk Program Kesehatan
Dalam pelaksanaan program kesehatan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja
tetapi juga merupakan tanggungjawab semua pihak termasuk dari unsur dunia usaha. Pada
tabel dibawah ini akan terlihat peran serta dunia usaha dalam bidang kesehatan melalui dana
CSR-nya.
Grafik 4.41 Dunia Usaha Memanfaatkan CSR-nya untuk Bidang Kesehatan
Tahun 2017 - 2019
Grafik diatas memperlihatkan bahwa jumlah dunia usaha yang telah memanfaatkan
dana CSR-nya untuk bidang kesehatan mengalami peningkatan, pada tahun 2017 hanya 12
(dua belas) dunia usaha yang telah membantu bidang kesehatan melalui dana CSR-nya.
Kemudian pada tahun 2018 terjadi peningkatan dunia usaha yang ikut berkontribusi dalam
bidang kesehatan sebanyak 16 (enam belas) dan pada tahun meningkat lagi menjadi 20 dunia
usaha. Jika dibandingkan dengan target maka hasil yang dicapai telah melampui target baik
provinsi yang menargetkan 10% pada tahun 2019 dan pusat mempunyai target 20%.
12
16
20
0
5
10
15
20
25
2017 2018 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 54
4) Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk
Mendukung Kesehatan
Pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh peran dari berbagai unsur, baik
pemerintah dan non pemerintah seperti organisasi kemasyarakat/ormas. Dimana di Indonesia
memiliki banyak sekali ormas yang sangat memiliki kepedulian dan komitmen dalam
mendukung program kesehatan
untuk melihat peran serta dan dukungan ormas dalam bidang kesehatan dapat dilihat pada
tabel dibawah :
Grafik 4.42 Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumberdayanya
untuk Mendukung Kesehatan Tahun 2017 - 2019 .
Dari data diatas tergambar bahwa jumlah ormas yang memanfaatkan sumberdayanya
untuk mendukung kesehatan mengalami peningkatan. Pada tahun ada 9 (sembilan) ormas
yang mendukung program kesehatan dan meningkat menjadi 12 (dua belas) ormas pada tahun
2018 serta pada tahun 2019 meningkat lagi menjadi 15 (lima belas) ormas.
Dengan adanya dukungan dari ormas ini akan ikut membantu mempercepat pencapaian
program kesehatan. Misalnya dengan ormas memberikan bantuan jamban pada masyarakat
miskin akan membantu mengatasi permasalahan stunting, karena rata-rata daerah yang
memiliki angka stunting akibat buruknya sanitasi karena ketiadaan jamban sehat. Begitupun
juga dengan bantuan ormas pada posyandu dalam bentuk pemberian makanan
tambahan/PMT serta alat peraga edukatif/APE dan posyandu kit akan ikut mendongkrak
program di desa/nagari. Serta banyak lagi peran dan bantuan ormas ke sekolah dalam bentuk
alat peraga/role model, pembuatan jamban sehat, kantin sehat, tanaman obat keluarga/Toga
dan lain-lain.
9
12
15
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2017 2018 2019
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 55
6. Dukungan Manajemen
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Persentase realisasi kegiatan administrasi
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat
sebesar 89,40% dari target 94%, (Capaian 95,11%)
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasakan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, maka berikut dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, dalam
mencapai Perjanjian Kinerja (PK) yang ditetapkan oleh Dirjen Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI, memperoleh anggaran APBN ( Satker Dekon 03 ) sebesar
Rp. 9.169.951.000,-
2. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat melalui
anggaran APBN (Satker 03), dari jumlah alokasi anggaran Rp. 9.169.951.000, telah
dapat direalisasi Rp.8.509.205.432,- ( 92,79%), dengan Realisas Fisik: 99,25 %
3. Capaian Indikator PK untuk masing-masing Program/Kegiatan dapat digambarkan
sebagai berikut :
a. Pembinaan Gizi Masyarakat :
Dari 6 (enam) indikator PK, terdapat 5 (lima) indikator yang dapat mencapai target
yaitu :
- Persentase Ibu Hamil KEK Yang Mendapat Makanan Tambahan dengan
capaian 95,05 % dari target 95 %,
- Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) dengan
capaian 96,93 % dari target 88 %,
- Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Yang Mendapat ASI Ekslusif dengan
capaian 71,91 % dari target 50 %,
- Persentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan
capaian 83,32 % dari target 50 %,
- Persentase Remaja Putri Yang Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) dengan
capaian 40,36 % dari target 30 %.
- Sedangkan indikatir yang tidak tercaoai adalah Persentase Balita Kurus Yang
Mendapat Makanan Tambahan dengan capaian 89,32 % dari target 90 %
b. Pembinaan Kesehatan Keluarga :
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 57
Dari 7 (tujuh) indikator PK, terdapat 4 (empat) indikator yang dapat mencapai
target yaitu :
Persentase Puskesmas Yang Melaksanakan Penjaringan Kesehatan Untuk
Peserta Didik Kelas 1 dengan capaian 98 % dari target 70 %.
Persentase Puskesmas Yang Melaksanakan Penjaringan Kesehatan Untuk
Peserta Didik Kelas 7 dan 10 dengan capaian 93,90 % dari target 60 %.
Persentase Puskesmas Yang Melaksanakan Kesehatan Remaja dengan capaian
90,54 % dari target 45 %.
Persentase Puskesmas Yang Melaksanakan Kelas Ibu Hamil.
Sedangkan 3 (tiga) indikator yang tidak mencapai target adalah :
Persentase Kunjungan Neonatal (KN1) dengan capaian 85,13 % dari target 90
%.
Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Pelayanan Antenatal ke-4 (K4)
dengan capaian 78,42 % dari target 85 %.
Persentase Puskesmas Yang Melakukan Orientasi Program Perencanaan
Pesalinan dan Pencegahan Komlikasi (P4K) dengan capaian 98,54 % dari
target 100 %.
c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olah Raga :
Dari 4 (empat) PK yang ada di Program Kesjaor, terdapat 3 (tiga) indikator PK
yang sudah mencapai target yaitu :
Persentase Puskesmas Yang Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar dengan
capaian 83,76 % dari target 80 %,
Persentase Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan TKI Yang Memenuhi Standar
dengan capaian 100 % dari target 100 %,
Persentase Puskesmas Yang Melaksanakan Kegiatan Kesehatan Olah Raga
Pada Kelompok Masyarakat di Wilayah Kerjanya dengan capaian 91,51 % dari
target 60 %.
Sedangkan indikator PK yang tidak tercapai hanya indikator Jumlah Pos UKK
Yang Terbentuk di Derah PPI/TPI dengan capaian 31 buah dari target 50 buah.
d. Penyehatan Lingkungan :
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 58
Dari 6 (enam) PK yang ada di Program Kesjaor, terdapat 4 (empat) indikator PK
yang sudah mencapai target yaitu :
Jumlah Desa/Kelurahan/Nagari Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) dengan capaian 831 Nagari/Desa/Kel dari target 665
Nagari/Desa/Kelurahan.
Persentase Sarana Air Minum Yang Dlakukan Pengawasan dengan capaian
70,70 % dari target 50 %.
Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) Yang Memenuhi Syarat Kesehatan
dengan capaian 64,50 % dari target 58 %.
Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Yang Memenuhi Syarat
Kesehatan dengan capaian 57,40 % dari target 32 %
Sedangkan untuk indikator yang tidak mencapai target adalah :
Persentase RS Yang Melakukan Pengelolaan Limbah Medis Sesuai Standar
dengan capaian 8 % dari target 36 %.
Jumlah Kab/Kota Yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat dengan
capaian 18 Kab/Kota dari target 19 Kab/Kota.
e. Program Promosi Kesehatan dan PM.
Dari 4 (empat) PK yang ada di Program Promosi Kesehatan dan PM semuanya
dapat menncapai target PK yang telah ditetapkan yaitu :
Persentase Kab/Kota Yang Memiliki Kebijakan PHBS dengan capaian 100 %
dari target 80 %.
Persentase Desa Yang Memanfaatkan Dana Desa 10 % untuk UKBM dengan
capaian 60 % dari target 50 %
Jumlah Dunia Usaha Yang Memanfaatkan CSR-nya Untuk Program Kesehatan
dengan capaian 10 CSR, dengan target 10 CSR
Jumlah Organisasi Kemasyarakatan Yang Memanfaatkan Sumber Dayanya
Untuk Mendukung Kesehatan dengan capaian 15 Ormas, dari target 15 Ormas.
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program
Kesehatan Masyarakat.
Untuk Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada
Program Kesehatan Masyarakat indikator PK yang dtetapkan adalah Persentase
realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya Program Kesehatan Masyarakat dengan capaian 89,4 % dari target 94 %.
“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2019 59
4. Pada Tahun 2019 Bidang Kesehatan Masyarakat sesuai denga tugas dan fungsinya
memperoleh Penghargaan sebagai Tim Pembina Kabupaten Kota Sehat Tingkat
Nasional. Keberhasilan ini diikuiti dengan diperolehnya 13 (tiga belas) Kab/Kota
sebagai Penerima Penghargaan KKS Tahun 2019.
6.2. Saran-Saran
1. Perlu upaya maksimal dalam pencapaian target indikator program-program di
Bidang Kesehatan Masyarakat, melalui pembinaan, montoring, evaluasi program,
dengan fokus pada daerah-daerah dengan capaian indikator yang rendah.
2. Meningkatkan dan memaksimalkan harmonisasi, singkronisasi, koordinasi dan
komunikasi dengan Penanggung Jawab Program Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Kab/Kota dan seluruh pemegang program yang ada di bidang kesehatan
masyarakat Dinas Kesehatan Kab/Kota, terutama dalam memaksimalkan sistem
informasi / sistem pelaporan yang telah ditetapkan oleh masing-masing program
dari Kementerian Kesehatan RI melalui aplikasi seperti : e-PPBGM, Aplikasi
MPDN, Aplikasi STBM Smart, Aplikasi KOMDAT, serta aplikasi yang terkait
dengan proses pelaksanaan anggaran dari Satker 03 ( e-DJA, e-Bappenas dan e-
Monev ).
3. Meningkatkan dan memaksimalkan harmonisasi, singkronisasi, koordinasi dan
komunikasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektoral Provinsi dan Organisasi
Profesi tenaga kesehatan terkait dalam pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan
masyarakat.
4. Untuk pelaksanaan program dan kegiatan yang ada di Bidang Kesehatan
Masyarakat pada tahun mendatang agar lebih mengutamakan kualitas pelaksanaan
program dan kegiatan, sehingga betul-betul memberikan dampak dalam pencapaian
tujuan program dan pencapaian indikator program kesehatan masyarakat.
5. Pelaksanaan program dan kegiatan baik yang bersumber dari dana APBD dan
APBN betul-betul dilaksanakan sesuai rencana yang sudah dibuat atau sesuai aliran
kas yang telah ditetapkan.
.
Recommended