View
365
Download
32
Category
Preview:
Citation preview
A. Pendahuluan
Ekstraksi pada gigi sulung memiliki perbedaan dan pertimbangan
menyangkut masalah pertumbuhan tulang rahang. Oleh karena itu, sebelum
melakukan ekstraksi pada gigi sulung perlu dipertimbangkan beberapa hal,
seperti usia, oklusi, perkembangan lekung rahang, ukuran gigi, resorpsi akar,
tingkat perkembangan benih gigi permanen dibawahnya, gigi bersebelahan, gigi
antagonis, gigi kontralateral dan ada atau tidaknya infeksi. Semua faktor ini harus
dipertimbangkan dalam menentukan apakah gigi sulung tersebut harus di
ekstraksi atau kapankah gigi sulung tersebut harus di ekstraksi.
Prinsip ekstraksi gigi sulung tidak berbeda dengan dengan gigi permanen,
tidak memerlukan tenaga besar. Namun harus diingat bahwa dibawah gigi sulung
terdapat benih gigi permanen yang mahkotanya sangat dekat akar gigi, terutama
gigi molar 2 sulung atau penggantinya yaitu premolar 2 terjepit di antara akar
gigi sulung molar 2 tersebut. Sehingga pada waktu pencabutan gigi molar 2
sulung, premolar 2 dapat terganggu atau ikut tercabut, sehingga diperlukan
perhatian khusus dalam melakukan tindakan ekstraksi.
Rongga mulut anak lebih kecil dari rongga mulut dewasa sehingga dapat
menyebabkan sedikit kesukaran dalam melakukan tindakan ekstraksi. Pada anak-
anak tulang rahang masih dalam masa pertumbuhan dan tulang pada anak
mengandung bahan organiklebih tinggi di banding orang dewasa sehingga tidak
mudah fraktur.
B. Tinjauan Pustaka
a. Indikasi Pencabutan Gigi Sulung
Oklusi perkembangan lengkung rahang, ukuran gigi, jumlah akar, termasuk
resorpsi akar pada gigi sulung, serta ada atau tidaknya infeksi merupakan
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan waktu gigi
sulung harus di ekstraksi.
1
Indikasi ekstraksi untuk gigi sulung adalah sebagai berikut :
1) Jika gigi sulung bertabrakan dengan erupsi normal gigi permanen
suksesornya
2) Gigi sulung yang sudah waktu tanggal
3) Pada kasus supernumerary
4) Gigi sudah luksasi derajat 2
b. Kontraindiksi Pencabutan Gigi Sulung
Kontraindikasi pencabutan gigi sulung adalah sebagai berikut :
1) Infeksi akut stomatitis atau herpatic stomatitis, serta lesi lain yang hamper
sama dengan lesi-lesi tersebut harus dihilangkan sebelum ekstraksi
dilakukan
2) Untuk keperluan orthodonti
3) Diabetes mellitus
4) Keganasan, trauma pada ekstraksi cenderung mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan dan penyebaran tumor.
c. Persiapan Sebelum Pencabutan Gigi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan pra-ekstraksi ada 4 yaitu :
1) Persiapan operator
2) Persiapan alat dan bahan
3) Persiapan daerah kerja
4) Persipan pasien
d. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan pencabutan gigi sulung anterior rahang atas:
1) Alat
a) Diagnostik set
b) Bengkok
c) Tang radix
d) Tang anterior atas
2
2) Bahan
a) Cotoon pellet
b) Chlor ethyl
c) Topical gel
d) Alkohol
e) Betadine
f) kapas
e. Prosedur Pencabutan Gigi Sulung
Prosedur pencabutan gigi sulung anterior rahang atas yaitu :
1) Asepsis
2) Dioleskan topical gel
3) Aplikasikan chlor ethyl dengan disemprotkan pada kapas sampai
menimbulkan salju dibagian labial palatal
4) Dilakukan pencabutan gigi dengan tang radix
5) Pasien di instruksikan menggit kapas selama kurang lebih 30 menit
f. Komplikasi Pencabutan Gigi Sulung
1) Fraktur Akar
Untuk menghindari terjadinya fraktur akar gigi sulung, diperlukan teknik
yang baik dan hati-hati sewaktu melakukan pencabutan. Tindakan yang
dilakukan apabila terjadi fraktur akar dengan pengambilan langsung.
2) Terjadinya Trauma Pada Benih Gigi Tetap
Apabila benih gigi permanen ikut tercabut atau berubah tempat/posisi.
Untuk menghindari kemungkinan ini perlu teknik pencabutan yang baik
dan hati-hati dan harus diingat posisi benih gigi tetapnya. Apabila terjadi
trauma maka tindakan yang dilakukan benih gigi permanen yang ikut
tercabut dapat dikembalikan ke tempatnya, kemudian mukosa (gingiva)
dilakukan penjahitan sehingga soket tempat gigi sulung tertutup. Benih
gigi yang berubah posisi dilakukan observasi atau dilakukan reposisi.
3
3) Dry Soket
Komplikasi ini jarang terjadi sebab vaskularisasi pada anak cukup baik,
bila terjadi di bawah umur 10 tahun kemungkinan terdapat gangguan
sistemik seperti pada penderita anemia, defisiensi vitamin, gangguan
nutrisi atau terdapat infeksi.
4) Pendarahan
Hal ini kemungkinan terjadi apabila anak menderita penyakit darah atau
ada sisa akar atau tulang yang menyebabkan iritasi terhadap jaringan.
g. Manajemen Perilaku Anak
1) Permasalahan Manajemen Perilaku anak
Permasalahan manajamen perilaku adalah yang diamati dokter gigi,
sedangkan ketakutan dan kecemasan gigi adalah yang biasa dirasakan
pasien dan dua hal tersebut tidak selalu berkorelasi.
Beberapa anak hadir dengan perilaku manajemen tanpa ketakutan dan
kecemasan, beberapa menangkap ketakutan dan kecemasan, tapi mampu
mengatasi situasi dan beberapa mengalami ketakutan dan kecemasan
serta masalah manajemen perilaku.Faktor etiologi dari kecemasan dan
masalah manajemen perilaku dibagi menjadi tiga kelompok utama:
a) Faktor pribadi
(1) Usia
(2) Ketakutan dan kecemasan
b) Faktor eksternal
(1) Gigi orang tua
(2) Situasi sosial keluarga
(3) Latar belakang etnis keluarga
c) Dental faktor
(1) Nyeri
(2) Dental operator
4
2) Strategi Pencegahan
Hal ini berkaitan dengan bagaimana mencegah masalah manajemen
perilaku serta rasa takut dan kecemasan dengan menggunakan teknik
perilaku. Ada dua kelompok faktor etiologi dan salah satu strategi
mengatasi perilaku anak adalah dengan komunikasi. Komunikasi yang
baik adalah :
a) Disesuaikan dengan usia anak
b) Verbal dan non verbal (komunikasi non verbal setidaknya sama
pentingnya dengan kata-kata yang digunakan untuk berbicara dengan
pasien cemas)
c) Menggunakan teknik tell-show-do (TSD)
3) Prinsip – Prinsip Teknik Pencegahan
Hal ini berkaitan dengan metode yang digunakan ketika anak
membutuhkan invasive dental treatment, misalnya restorasi dan
pembedahan. Anak memerlukan rasa aman dalam klinik gigi.
Pengalaman positif pada anak saat perawatan gigi sebelumnya
mempengaruhi dalam perawatan selanjutnya. Sedangkan yang membuat
anak takut untuk kembali lagi adalah pengalaman negative. Oleh sebab
itu, dokter gigi harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan
sehingga anak tidak takut kembali lagi dalam memenuhi perawatan.
h. Periode Pergantian Gigi
1) Periode Gigi
a) Gigi susu : umur 6 bulan sampai 6 tahun
b) Gigi bercampur : 2 tahun sampai 13 tahun
c) Gigi permanen : 13 tahun ke atas
5
2) Periode erupsi gigi decidui
Gigi
(maksila)
Waktu erupsi
(bulan)
Gigi
(mandibula)
Waktu Erupsi
(bulan)
Incisivus
sentral
8-12 Incisivus
sentral
6-10
Incisivus
Lateral
9-13 Incisivus
Lateral
10-16
Caninus 16-22 Caninus 17-23
Molar pertama 13-19 Molar
pertama
14-18
Molar kedua 25-33 Molar kedua 23-31
3) Periode erupsi gigi permanen
Gigi
(maksila)
Waktu erupsi
(tahun)
Gigi
(mandibula
)
Waktu Erupsi
(tahun)
Incisivus
sentral
7-8 Incisivus
sentral
6-7
Incisivus
Lateral
8-9 Incisivus
Lateral
7-8
Caninus 11-12 Caninus 6-7
Premolar
pertama
10-11 Premolat
pertama
10-12
Premolar
kedua
10-12 Premolar
kedua
11-12
Molar
pertama
6-7 Molar
pertama
6-7
Molar kedua 12-13 Molar
kedua
11-13
6
Molar
ketiga
17-21 Molar
ketiga
17-21
C. Gambaran Kasus
D. Rekam Medis
1. Identifikasi Pasien :
Nama Pasien : Nn. Restu Astuti
Umur : 8 th
Alamat : Banyuanyar
Pekerjaan : Siswi
2. Anamnesis
a. Pemeriksaan Subjektif
Motivasi : pasien diantar ibunya datang ke MMC atas keinginan
sendiri untuk mencabutkan gigi
CC : Pasien datang dihantarkan oleh ibunya ingin
mencabutkan gigi atas bagian depan
PI : Pasien merasakan giginya goyah sejak satu bulan yang
lalu
PMH : Menurut keterangan ibu pasien anaknya belum pernah
dirawat inap rumah sakit dan tidak memiliki riwayat
penyakit serius
7
PDH : Menurut keterangan ibu pasien satu tahun yang lalu ke
dokter gigi mencabutkan gigi depan atas
FH : Umum :
Ayah : tidak mempunyai riwayat penyakit
Sistemik
Ibu : mempunyai riwayat penyakit sistemik
darah rendah
Gigi :
Ayah : pernah mengalami sakit gigi
Ibu : sering merasakan giginya ngilu
SH : Menurut keterangan pasien menggosok gigi dua kali
sehari
b. Pemeriksaan Objektif
1) Kesan umum kesehatan penderita :
Jasmani : Sehat
Mental : Sehat
2) Vital Sign :
Nadi : 116 x/ menit
Pernafasan : 32 x/ menit
Suhu : 36 ºC
Berat Badan : 25 kg
Tinggi badan : 120 cm
c. Pemeriksaan Ekstra oral
d. Pemeriksaan Intra Oral
Mukosa Bibir : tidak ada kelainan
Mukosa Pipi : tidak ada kelainan
Dasar mulut : tidak ada kelainan
8
Lidah : tidak ada kelainan
Gingiva : tidak ada kelainan
Orofaring : tidak ada kelainan
Oklusi : Normal bite/ Cross bite/ Steep bite
Torus palatinus : Tidak ada/ Kecil/ Sedang/ Besar/ Multiple
Torus Mandibula : Tidak ada/ Sisi Kiri/ Sisi kanan/ Kedua sisi
Palatum : Dalam/ Sedang/ Rendah
Supernumerary Teeth : Tidak ada/ Ada
Diastema : Tidak ada/ ada : terdapat diastema antara gigi
(11 12) (11 21)
Gigi Anomali : Tidak ada/ ada
Gigi Tiruan : Tidak ada/ ada
Oral Hygiene : 0,6 Baik/ Sedang/ Buruk
Lain-lain : Tidak dilakukan
e. Pemeriksaaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
E. Diagnosis dan Rencana Perawatan
ELEMEN RINGKASAN HASIL
PEMERIKSAAN
DIAGNOSIS/
DIFFERENTIAL
DIAGNOSIS
RENCANA
PERAWATAN
22
52
51
61
62
72
mising
mising
mising
mising
luksasi
mising
D/ luksasi derajat 2 Eksodonsia
menggunakan CE
9
71
81
82
mising
mising
mising
dan topical anestesi
F. Instruksi Pasca Ektraksi Gigi
1. Gigit tampon selama ½ sampai 1 jam
2. Jangan sering berkumur
3. Jangan sering meludah
4. Jangan makan dan minum jangan panas
5. Makan pada sisi yang berlawanan
G. Kesimpulan
Pada anak-anak akan dilakukan pencabutan apabila terjadi karies, untuk
keperluan orthodonsi, adanya gigi supernumerary. Berbeda hal dengan
pencabutan gigi sulung dengan chlor ethyl dilakukan pada gigi yang mengalami
kegoyahan atau luksasi.
10
11
Recommended