View
95
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
jmj
Citation preview
LAPORAN KIMIA MEDIK (PROTEIN)
PRINSIP PERCOBAAN
1. Uji Susunan Elementer Protein
Semua jenis protein tersusun atas unsur-usur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O),
dan nitrogen (N). Adapula protein yang mengandung sedikit belerang (S) dan fosfor (P).
Dengan metode pembakaran atau pengabuan, akan diperoleh unsur-unsur penyusun
protein, yaitu C, H, O, dan N.
2. Uji Kelarutan Protein
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa.
Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut
dan ada pula yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak
seperti eter atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah dengan etanol
absolute, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol
menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein.
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda,
tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi
konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan
protein. Peristiwa pemisahan atau pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi
tinggi disebut salting out.
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
Sebagian besar protein dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam organik
seperti asam pikrat, asam trikloroasetat, dan asam sulfosalisilat. Penambahan asam-
asam menyebabkan terbentuknya garam proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein
dapat pula mengalami denaturasi irrevesibel dengan adanya logam-logam berat seperti
Cu2+, Hg2+, atau Pb2+ sehingga mudah mengendap.
5. Uji Biuret
Ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida
atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptida atau
lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif
terhadap senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus: -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2,
dan –CONH2.
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan
dua molekul urea.
6. Uji Ninhidrin
Semua asam amino-α bebas akan bereaksi dengan ninhidrin (triketohidrinden
hidrat) membentuk aldehid dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan NH3 dan
CO2. Di samping itu terbentuk senyawa kompleks berwarna biru, namun prolin dan
hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning yang diduga disebabkan oleh 2
molekul ninhidrin yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi.
7. Uji Xantroprotein
Reaksi pada uji Xantoprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena yang terdapat
pada molekul protein. Jika protein yang mengandung cincin benzena (tirosin, triptofan,
dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih
yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk
dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga.
8. Uji Titik Isoelekrik
Pada asam-asam amino bebas, protein pun mempunyai titik isoelektrik yang
berbeda yang berbeda-beda. Titik isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu di mana
protein tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah mutan positif dan muatan
negatifnya sama, sehingga tidak bergerak bila diletakkan dalam medan listrik. Pada pH
isoelektrik (pI), daya kelarutan protein minimal, sehingga menyebabkan protein
mengendap.
UJI ELEMENTER
Struktur protein
dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder
(tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat):[4][5]
struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang
dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Frederick Sanger merupakan
ilmuwan yang berjasa dengan temuan metode penentuan deret asam amino
pada protein, dengan penggunaan beberapa enzim protease yang mengiris
ikatan antara asam amino tertentu, menjadi fragmen peptida yang lebih pendek
untuk dipisahkan lebih lanjut dengan bantuan kertas kromatografik. Urutan
asam amino menentukan fungsi protein, pada tahun 1957, Vernon Ingram
menemukan bahwa translokasi asam amino akan mengubah fungsi protein, dan
lebih lanjut memicu mutasi genetik.
struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai
rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen.
Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:
o alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam
amino berbentuk seperti spiral;
o beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar
yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat
melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
o beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
o gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").[4]
struktur tersier yang merupakan gabungan dari aneka ragam dari struktur
sekunder. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein
dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang
stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur
kuartener.
contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis protein
dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino ditentukan
dengan instrumen amino acid analyzer, (2) analisis sekuens dari ujung-N dengan
menggunakan degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti dengan tripsin dan
spektrometri massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular dichroism
(CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR).[6] Spektrum CD dari puntiran-alfa
menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta
menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur
sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita
amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari lempeng-
beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari spektrum
inframerah.
Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri dari 40-350
asam amino. Protein sederhana umumnya hanya memiliki satu domain. Pada protein
yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya. Hubungan rantai
polipeptida yang berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah fungsi baru berbeda
dengan komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur kompleks ini
berpisah, maka fungsi biologis masing-masing komponen domain penyusunnya tidak
hilang. Inilah yang membedakan struktur domain dengan struktur kuartener. Pada
struktur kuartener, setelah struktur kompleksnya berpisah, protein tersebut tidak
fungsional.
KASEIN
Kasein yang dikenal sebagai protein padat dalam susu berasal dari bahasa Latin
caseus yang berarti keju. Kasein merupakan fosfoprotein paling dominan yang terdapat
pada susu dan keju. Dalam susu, sekitar 80% dari proteinnya adalah kasein yang
biasanya berupa garam dari kalsium.
Kasein tidak dapat dikoagulasi oleh panas. Kasein akan diendapkan oleh asam dan
enzim rennet. Enzim rennet adalah enzim proteolitik yang biasanya berasal dari perut
sapi. Ketika dikoagulasi oleh rennet, kasein disebut parakasein. Istilah kaseinogen
digunakan untuk protein yang tidak terkoagulasi, sedangkan kasein merupakan protein
yang terkoagulasi.
Kasein tidak mempunyai jembatan disulfida. Sebagian kecil memiliki struktur sekunder
dan sisanya merupakan struktur tersier. Karena strukturnya itu, kasein tidak
terdenaturasi seperti protein lain pada umumnya.
Kasein merupakan senyawa amfoter yang dapat bereaksi dengan asam maupun
basa. Hal ini disebabkan karena molekulnya mempunyai muatan positif dan negatif.
Pada saat titik isoelektrik dicapai, muatan positif dan negatifnya adalah sama. Bila pH di
atas titik isoelektrik, protein akan bermuatan negatif. Sebaliknya apabila pH berada di
bawah titik isoelekterik, protein akan bermuatan positif. Kasein dapat secara mudah
mengendap pada titik isoelektriknya karena kasein mengalami dehidrasi. Protein-
protein lainnya tidak mengendap pada titik isoelektriknya, karena protein lainnya tidak
mengalami dehidrasi seperti pada kasein.
UJI BIURET
GELATIN
Gelatin adalah zat kimia padat, tembus cahaya, tak berwarna, rapuh (jika kering), dan
tak berasa, yang didapatkan dari kolagen yang berasal dari berbagai produk
sampingan hewan. Gelatin umumnya digunakan sebagai zat pembuat gel pada
makanan, farmasi, fotografi, dan pabrik kosmetik.
Gelatin merupakan campuran antara peptida dengan protein yang diperoleh dari
hidrolisis kolagen yang secara alami terdapat pada tulang atau kulit binatang .
Gelatin komersial biasanya diperoleh dari ikan, sapi, dan babi. Dalam industri pangan,
gelatin luas dipakai sebagai salah satu bahan baku dari permen lunak, jeli, dan es krim.
Larutan Biuret
Larutan Biuret dipakai untuk menguji adanya kandungan protein dalam suatu bahan
(makanan).
Cara membuat larutan Biuret yaitu:
(1) Larutan perusi/terusi atau CuSO4 (kupri sulfat) seberat 1 gram ke dalam air suling 99
gram. Wadahilah dalam botol tersendiri.
(2) Larutkan 20 gram NaOH dalam air suling 80 gram. Wadahi dalam botol terpisah.
Cara Penggunaan: Zat yang akan diuji ditetesi dulu dengan larutan NaOH, baru setelah
beberapa saat ditetesi dengan larutan perusi. Adanya protein ditandai dengan
perubahan warna bahan menjadi ungu.
Uji Negatif biuret
Uji biuret akan memberikan hasil yang negatif apabila suatu zat tidak memiliki ikatan
peptida (ex: Glisin). Ditunjukkan dengan warna biru setelah reaksi.
Uji Biuret
No. Zat Uji Hasil Uji Biuret Polipetida (+/-)
1 Albumin 2 % Berwarna Ungu +
2 Gelatin 2% Berwarna Violet +
3 Kasein 0.5% Berwarna Ungu +
4 Glisin 2% Berwarna Biru -
Polipeptida mempuyai perbedaan dengan protein. Polipeptida mempunyai residu asam
amino ≤ 100 dan dan bobot mulekul ≤ 6.000. Sedangkan, pada protein residu asam
amnionya ≥ 100 dan bobot mulekulnya ≥ 6.000. Pada praktikum ini, zat uji Glisin
menunjukkan hasil negatif dengan indikasi terbentuknya warna biru adalah karena tidak
adanya ikatan peptida. Glisin adalah salah satu asam amino esenial dengan rumus
bangun NH2—CH2CO2H. Sedangkan pada Albumin, Gelatin dan Kasein rumus bangunya
lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih asam amino esensial , sehingga terbentuk
ikatan peptida.
UJI NIHINDRIN
HASIL
No. Zat Uji Hasil Uji Ninhidrit Asam Amino Bebas (+/-)
1. Albumin 2% Ungu +
2. Gelatin 2% Bening -
3. Kasein 0,5% Bening -
4. Pepton 0,5% Ungu Kehitaman +
Uji Heller
Protein akan terkoagulasi dengan adanya asam kuat atau akibat panas.
UJI SULFUR PADA PROTEIN
(prinsip belum ada)
Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati
seperti otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan
kedelai.Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana
cara memperolehnya.
Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk ke segala jenis protein monomer
yang larut dalam air dan larutan garam, dan mengalami
koagulasi saat terpapar panas. Substansi yang mengandung
albumin, seperti putih telur, disebut albuminoid. Pada
manusia, albumin diproduksi oleh retikulum endoplasma di
dalam hati dalam bentuk proalbumin, kemudian diiris oleh badan Golgi untuk disekresi
memenuhi sekitar 60% jumlah serum darah dengan konsentrasi antara 30 hingga 50 g/L
Berat molekul gelatin rata-rata berkisar
antara 15.000 – 250.000. MenurutChaplin
(2005), berat molekul gelatin sekitar
90.000 sedangkan rata-rata beratmolekul
gelatin komersial berkisar antara 20.000 – 70.000Gelatin terbagi menjadi dua tipe
berdasarkan perbedaan prosespengolahannya, yaitu tipe A dan tipe B. Dalam
pembuatan gelatin tipe A, bahan bakudiberi perlakuan perendaman dalam larutan asam
sehingga proses ini dikenal dengansebutan proses asam. Sedangkan dalam pembuatan
gelatin tipe B, perlakuan yangdiaplikasikan adalah perlakuan basa. Proses ini disebut
proses alkali (Utama, 1997).
Kasein yang dikenal sebagai protein padat dalam susu
berasal dari bahasa Latin caseus yang berarti keju. Kasein
merupakan fosfoprotein paling dominan yang terdapat pada
susu dan keju. Dalam susu, sekitar 80% dari proteinnya
adalah kasein yang biasanya berupa garam dari kalsium.
Kasein tidak dapat dikoagulasi oleh panas. Kasein akan diendapkan oleh asam dan enzim
rennet. Enzim rennet adalah enzim proteolitik yang biasanya berasal dari perut sapi.
Ketika dikoagulasi oleh rennet, kasein disebut parakasein. Istilah kaseinogen digunakan
untuk protein yang tidak terkoagulasi, sedangkan kasein merupakan protein yang
terkoagulasi.
UJI NEUMAN
Penatapan Kadar Fosfat
Prinsip :
Fosfor dapat diperiksa sebagai ion fosfat. Ion fosfat ini dikomplekskan dengan
Ammonium vanadat 0,25% dan Ammonium molibdat 0,5% lebih dulu sehingga
menghasilkan warna kuning. Warna ini dapat diperiksa intensitasnya secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 460 nm.
Reaksi :
PO43- + (NH4)6.Mo7O24.24H2O + NH4VO3 (NH4)3PO4.NH4VO3.16MoO3
(Asal endapan kuning??)
UJI PRESIPITASI
Factor- factor yang mempengaruhi presipitasi
1. kelembaban udara
massa uap yang terdapat dalam 1 m3 udara (g) atau kerapatan uap disebut
kelembaban mutlak ( absolute). Kemampuan udara untuk menampung uap adalah
berbeda – beda menurut suhu. Mengingat makin tinggi suhu, makin banyak uap yang
dapat di tampung, maka kekeringan dan kebasahan udara tidak dapat ditentukan oleh
kelembaban mutlak saja. Kelembaban relative adalah perbandingan antara massa uap
dalam suatu satuan volume dan massa uap yang jenuh dalam satuan volume itu pada
suhu yang sama. Kelembaban relative ini biasanya disebut kelembaban. Salah satu
fungsi utama kelembaban udara adalah sebagai lapisan pelindung permukaan bumi.
Kelembaban udara dapat menurunkan suhu dengan cara menyerap atau memantulkan
sekurang-kurangnya setengah radiasi matahari gelombang panjang dari permukaan
bumi pada waktu siang dan malam hari. Sejalan dengan meningkatnya suhu udara,
meningkat pula kapasitas udara dalam menampung uap air. Sebaliknya, ketika udara
bertambah dingin, gumpalan awan menjadi bertambah besar dan pada gilirannya akan
jatuh sebagai air hujan.
Pengukuran kelembaban biasanya di ukur dengan thermometer bola kering dan
thermometer bola basah. Bola yang mengandung air raksa daritermometer bola basah
di bungkus dengan selapis kain tipis yang dibasahi terus – menerus dengan air yang
didistalisasi melalui benang – benang yang tercelup pada sebuah mangkok air yang kecil.
Tekanan udara di wujudkan dalam satuan barometer (b) atau milibarometer (mb) 1 b =
1000 mb = 0,98 kali tekanan atmosfer pada prmukaan laut. Tekanan uap air udara jenuh
adalah tekanan uap air di udara pada keadaan udara jenuh. Pada suhu normal, nilai es di
pengaruhi oleh besar kecilnya suhu udara :
Suhu udara ( o C ) Tekanan uap air jenuh (mb)
10 9.21
20 17,54
30 31,82
Tampak bahwa daya tampung uap air di udara meningkat dengan meningkatnya
suhu udara.
2. Energi Matahari
Seperti telah di sebutkan dimuka bahwa energi matahari adalah “ mesin “ yang
mempertahankan berlangsungnya daur hidrologi. Ia juga bersifat mempengaruhi
terjadinya perubaha iklim. Pada umunya, besarnya energi matahari yang mencapai
permukaan bumi adalah 0,5 langley/menit. Namun demikian. Besarnya energi matahari
bersih yang diterima permukaan bumi bervariasi tergatung pada letak geografis dan
kondisi permukaan bumi. Pemukaan bumi bersalju, sebagai contoh, mampu
merefleksikan 80% dari radiasi matahari yang datang. Sementara, permukaan bumi
dengan jenis tanah berwarna gelap dapat menyerap 90% ( wanielista, 1990). Adanya
perbedaan keadaan geografis tersebut. Mendorong terjadinya gerakan udara di
atmosfer, dan demikian juga berfungsi dalam penyebaran ener gi matahari. Energi
matahari bersifat memproduksi gerakan masaudara di atmosfer dan diatas lautan.
Energi ini merupakan sumber tenaga untuk terjadinya proses evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi berlangsung pada permukaan badan perairan sedangkan transpirasi adalah
kehilangan air dalam vegetasi. Energi matahari mendorong terjadinya daur hidrologi
melalui proses radiasi. Sementara penyebaran kembali energi matahari dilakukan
melalui proses konduksi dari daratan dan konveksi yang berlangsung di dalam badan air
dan atmosfer.
Konduksi adalah suatu proses transportasi udara antara dua lapisan ( udara ) yang
berdekatan apabila suhu kedua lapisan tersebut berbeda.
Konveksi adalah pindah panas yang timbul oleh adanya gerakan massa udara atau air
dengan arah gerakan vertical. Dapat juga dikatakan bahwa konveksi merupakan hasil
ketidakmantapan masa udara atau air. Seringkali dikarenakan oleh energi potensial
dalam panas tak tampak ( latent heat ) yang sedang dikonversikan kedalam gulungan
massa udara. Besarnya laju konversi ketika energi terlepaskan akan menentukan
keadaan meteorology (hujan dan angina). Umumnya gulungan massa udara yang lebih
besar akan menghasilkan curah hujan yang lebih singkat.
3. Angin
Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara nisbi terhadap
permukaan bumi. Parameter tentang angin yang biasanya dikaji adalah arah dan
kecepatan angin. Kecepatan angin penting karena dapat menentukan besarnya
kehilangan air melalui proses evapotranspirasi dan mempengaruhi kejadian-kejadian
hujan. Untuk terjadinya hujan, diperlukan adanya gerakan udara lembab yang
berlangsung terus menerus. Peralatan yang digunakan untuk menentukan kecepatan
angin dinamakan anemometer.
Yang disebut arah angina adalah arah dari mana angina bertiup. Untuk penentuan arah
angin ini digunakan lingkaran arah angina dan pencatat angin. Untuk penunjuk angina
biasanya digunakan sebuah panah dengan pelat pengarah. Pengukuran angin diadakan
di puncak menara stasiun cuaca yang tingginya 10 m dan lain-lain.
Apabila dunia tidak berputar pada porosnya, pola angina yang terjadi semata-mata
ditentukan oleh sirkulasi termal. Angina akan bertiup kea rah khatulistiwa sebagai udara
hangat dan udara yang mempunyai berat lebih ringan kan naik ke atas di gantikan oleh
udara padat yang lebih dingin. Apabila ada dua massa udara dengan dua suhu yang
berbeda bertemu, maka akan terjadi hujan dibatas antara dua massa udara tersebut.
Dalam suatu hari, kecepatan dan arah angin dapat berubah-rubah. Perubahan ini sering
sekali disebabkan oleh adanya beda suhu antara daratan dan lautan. Adanyz beda suhu
tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan arah angin. Proses kehilangan
panas oleh adanya padang pasir, daerah beraspal, dan daerah dengan banyak bangunan
juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan arah angina. Antara dua tempat yang
tekanan etmosfernya berbeda, ada gaya yang arahnya dari tempat bertekanan tinggi
ketempat bertekanan rendah.
4. Suhu udara
Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi. Suhu juga di
anggap sebagai salah satu factor yang dapat memprakirakan dan menjelaskan kejadian
dan penyebaran air dimuka bumi. Dengan demikian, adalah penting untuk mengetahui
bagaimana cara untuk menentukan besarnya suhu udara.
Yang biasa disebut suhu udara adalah suhu yang di ukur dengan thermometer dalam
sangkar meteorology (1,20-1,50 m di atas permukaan tanah) makin tinggi elevasi
pengamatan di atas permukaan laut, maka suhu ydara makin rendah. Peristiwa ini
disebut pengurangan suhu bertahap yang besarnya disebut laju pengurangan suhu
bertahap.
Pengukuran besarnya suhu memerlukan pertimbangan-pertimbangan sirkulasi udara
dan bentuk-bentuk permukaan alat ukur suhu udara tersebut. Suhu udara yang banyak
dijumpai didalam laporan-laporan tentang meteorologi umumnya menunjukkan data
suhu musiman, suhu berdasarkan letak geografis, dan suhu untuk ketinggian tempat
yang berbeda. Oleh karnanya, besarnya suhu rata-rata harus ditentukan menurut waktu
dan tempat.
LOGAM BERAT
Jelasin prinsipnya aja yang ada diatas
UJI PELARUT ORGANIK
Pelarut organik
Penambahan pelarut organik dalam larutan encer akan mengurangi kelarutan protein
dengan mengurangi konstata dieletrika dalam medium. Pelarut organik yang dapat
digunakan untuk mengendapkan protein yaitu etanol, aseton, propan-2-ol. Protein
mudah didenaturasi oleh pelarut organik, maka dalam pengerjaannya dilakukan pada
temperatur 00C. Pelarut organik mudah terbakar, mahal dan memiliki selektifitas
rendah karenanya jarang digunakan untuk pemurnian enzim dalam skala besar (Walker
dkk., 1988).
ALBUMIN DAN GELATIN ITU HARUSNYA MENGENDAP
Pembentukan senyawa tak larut antara protein dengan ammonium sulfat. Apabila
terdapat garam-garam anorganik dalam konsentrasi tinggi dalam larutan
protein(albumin dan gelatin), maka kelarutan protein akan berkurang sehingga terjadi
pengendapan protein. Teori menyebutkan bahwa sifat tersebut terjadi karena ion
garam mampu mengikat air(terhidrasi) sehingga berkompetisi dengan molekul protein
dalam mengikat air.
SALTING OUT
LARUTAN JENUH
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata
lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila
hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat
larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila
bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang
mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan
jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat
terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila
hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
UJI DENATURASI PROTEIN
Kenapa gelatin, kasein, dan pepton tidak mengalami perubahan sedangkan putih telur
mengalami perubahan??
TITIK ISOELEKTRIK
Hasil Pengamatan
Tabel 1 Pengendapan Protein Oleh Logam
Logam Hasil Keterangan
HgCl2
Pb-Asetat
AgNO3
++
+
+++
Endapan putih susu
Endapan putih susu
Endapan putih susu
Keterangan :
+ : Endapan sedikit
++ : Endapan banyak
+++ : Endapan sangat banyak
Tabel 2 Pengendapan Oleh Garam
Uji Hasil Keterangan
Larut dengan air
Dengan pereaksi Millon
Dengan pereaksi Biuret
+
+
+
Endapan berbentuk butiran
Endapan berwarna kemerahan
Larutan berwarna violet atau ungu muda
Keterangan :
+ : Reaksi positif
- : Reaksi negatif
Tabel 3 Uji koagulasi terhadap protein
Uji endapan Hasil Keterangan
Larut dengan air
Dengan pereaksi Millon
-
+
Tidak larut
Endapan merah bata
Keterangan :
+ : Reaksi positif
- : Reaksi negatif
Tabel 4 Pengendapan Oleh Alkohol
Tabung Reaksi Keterangan
(HCl)
(NaOH)
Buffer asetat
+
++
+++
Endapan putih susu
Endapan putih susu
Endapan putih susu
Keterangan :
+ : Endapan sedikit
++ : Endapan banyak
+++ : Endapan sangat banyak
Tabel 5 Denaturasi protein
Tabung Reaksi Keterangan
(HCl)
(NaOH)
Buffer asetat
++
+
+++
Endapan putih susu
Endapan putih susu
Endapan putih susu
Keterangan :
+ : Endapan sedikit
++ : Endapan banyak
+++ : Endapan sangat banyak
Garam logam berat seperti Ag, Pb, dan Hg akan membentuk endapan logam
proteinat. Ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan memutuskan jembatan garam,
sehingga protein mengalami denaturasi. Secara bersama gugus –COOH dan gugus –NH2
yang terdapat dalam protein dapat bereaksi dengan ion logam berat dan membentuk
senyawa kelat. Ion-ion tersebut adalah Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++, Co++, Mn++ dan Pb+
+. Selain gugus –COOH dan gugus –NH2, gugus –R pada molekul asam amino tertentu
dapat pula mengadakan reaksi dengan ion atau senyawa lain. Gugus sulfihidril (-SH)
pada molekul sistein akan bereaksi dengan ion Ag+ atau Hg++ (Poedjiadi, 1994). Dari
hasil percobaan diketahiu bahwa reagsi antara logam berat dan albumin menghasilkan
endapan, endapan yang paling banyak dihasilkan oleh AgNO3 diikuti HgCl2 dan Pb-
asetat. Logam Ag dan Hg lebih reaktif daripada Pb kerena kedua logam tersebut
merupakn logam transisi pada sistem periodik unsur. Garam logam berat sangat
berbahaya bila sampai tertelan karena garam tersebut akan mendenaturasi sekaligus
mengendapkan protein sel-sel tubuh. Hal ini seperti denaturasi oleh raksa (Hg) untuk
pemurnian emas yang terjadi di Minamata, Jepang.
Kelarutan protein akan berkurang bila ke dalam larutan protein ditambahkan
garam-garam anorganik, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa
pemisahan protein ini disebut salting out. Bila garam netral yang ditambahkan
berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Pengendapan terus terjadi
karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara
garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik
lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang
(Winarno, 2002). Larutan albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan
amoniumsulfat ((NH4)2SO4) hingga jenuh (Poedjiadi, 1994). Setelah larutan albumin
dijenuhkan dengan (NH4)2SO4, uji kelarutan endapan yang terjadi dengan air
menunjukkan hasil positif (endapan larut membentuk butiran). Kemudian butiran
direaksikan dengan pereaksi milon, dan bereaksi positif dengan ditandai endapan
berwarna kemerahan. Uji filtrat dengan pereaksi biuret juga menunjukkan hasil poisitif
yang ditandai larutan berwarna ungu violet. Pengujian endapan yang dihasilkan dengan
pereaksi milon bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan tirosin, sedangkan
pengujian filtrat dengan pereaksi biuret bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
gugus amida pada filtrat yang dihasilkan.
Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu 50oC atau lebih.
Koagulasi ini hanya terjadi bila larutan protein berada titik isolistriknya (Poedjiadi, 1994).
Pada pH iso-elektrik (pH larutan tertentu biasanya berkisar 4–4,5 di mana protein
mempunyai muatan positif dan negatif sama, sehingga saling menetralkan) kelarutan
protein sangat menurun atau mengendap, dalam hal ini pH isolistrik albumin adalah
4,55-4,90. Pada temperatur diatas 60oC kelarutan protein akan berkurang (koagulasi)
karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul protein meningkat sehingga
terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau struktur sekunder, tertier
dan kuartener yang menyebabkan koagulasi (Blogspot, 2007). Pada uji koagulasi,
penambahan asam asetat bertujuan agar larutan albumin mencapai pH isolistriknya
sehingga bisa terkoagulasi. Hasil uji kelarutan endapan dengan air menunjukkan hasil
negatif. Setelah endapan diuji dengan pereaksi millon, warna berubah menjadi merah
bata yang artinya terjadi reaksi positif. Pengujian endapan yang dihasilkan dengan
pereaksi milon bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan tirosin.
Protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut organik akan
mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein
berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air
(Blogspot, 2007). Pada uji pengendapan protein oleh alkohol endapan yang paling
banyak dihasilkan oleh buffer asetat, diikuti oleh NaOH dan HCl. Buffer asetat
menghasilkan endapan yang paling banyak karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan
pH isolistrik albumin (4,55-4,90). Sedangkan pada reaksi denaturasi albumin tanpa
penambahan alkohol, endapan yang paling banyak dihasilkan oleh buffer asetat, diikuti
oleh HCl dan NaOH ; penambahan bufer asetat bertujuan agar pH isolistrik tercapai,
sehingga albumin dapat terdenaturasi.
SUMBER
http://artikelteknikkimia.blogspot.com/2012/01/kasein.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Protein
http://id.wikipedia.org/wiki/Gelatinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gelatinhttp://
id.wikipedia.org/wiki/Gelatin
http://suhadinet.wordpress.com/2010/05/23/cara-membuat-larutan-larutan-
penting-dalam-percobaan-uji-kandungan-bahan-makanan/
http://aldhini.blogspot.com/2009/11/uji-biuret.html
http://www.scribd.com/doc/86409006/Laporan-Resmi-Praktikum-5-Analisa-
Protein
http://kim-azil.blogspot.com/2011/11/bab-i-pendahuluan-i.html
http://ajindo-mamaaji.blogspot.com/2011/01/kuliah-media.html
http://anitanurdianingrum.blogspot.com/2011/01/penatapan-kadar-fosfat.html
http://wwwbloggerpresipitasi-presipitasi.blogspot.com/
http://farmacyilikeit.blogspot.com/2011/03/uji-identifikasi-protein.html
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-dasar/
http://darmaqua.blogspot.com/2008/04/amino-dan-protein.html
Recommended