View
241
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pada tahun 2017 Deputi Bidang Investigasi melaksanakan satu
program dengan lima sasaran program dengan sepuluh Indikator Kinerja
Program (Outcome). Rata-rata capaian kinerja outcome adalah sebesar
132,79% yang dihitung berdasarkan indikator :
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di
persidangan sebesar 41,61% atau mencapai 104,03% dari target 40%.
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh
APH sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari target 70%.
3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K sebesar 69,23% atau mencapai 115,38% dari target sebesar 60%.
4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari target sebesar 70%.
5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K sebesar
100% atau mencapai 142,86% dari target sebesar 70%.
6. Persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan sebesar
100% atau mencapai 142,86% dari target sebesar 70%.
7. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk FRA)
sebesar 80,77% atau mencapai 161,54% dari target sebesar 50%.
8. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard & soft competency) di
bidang pencegahan sebesar 63,32% atau mencapai 105,53% dari target
sebesar 60%.
9. Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK)
yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat sebesar
94,12% atau mencapai 156,87% dari target sebesar 60%.
10. Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian sebesar
67,88% atau mencapai 113,13% dari target sebesar 60%.
ii
Capaian kinerja outcome menunjukkan rata-rata sebesar132,79%. Dana
yang digunakan untuk melaksanakan seluruh kegiatan adalah sebesar
Rp4.453.331.031,00 atau 80,60% dari anggaran sebelum revisi sebesar
Rp5.525.000.000,00. Sedang dibandingkan dengan anggaran setelah revisi
mencapai 97,44%.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Ringkasan Eksekutif ii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Tugas dan Fungsi 1
B. Aspek Strategis Organisasi 2
C. Kegiatan dan Produk Organisasi 4
D. Struktur Organisasi 5
E. Sistematika Penyajian 10
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Rencana Strategis 2015-2019
1. Pernyataan Visi
2. Pernyataan Misi
3. Tujuan dan Sasaran Strategis
4. Program dan Kegiatan
5. Sasaran Program
6. Indikator Kinerja Utama (IKU)
11
12
13
18
23
23
24
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 25
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja 29
B. Analisis Capaian Kinerja 33
C. Penugasan/Kegiatan Lain 78
D. Realisasi Keuangan 99
E. Perbaikan Rencana Kinerja 101
BAB IV PENUTUP 102
Lampiran
1
A. Tugas dan Fungsi Organisasi
esuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Deputi
Bidang Investigasi melaksanakan tugas membantu Kepala di
bidang pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan
termasuk program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas
penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit
penghitungan kerugian keuangan Negara, dan pemberian keterangan
ahli. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Investigasi
menyelenggarakan fungsi:
1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis di
bidang investigasi;
2. penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi;
3. penyusunan pedoman dan pemberian bimbingan teknis
investigasi dan pencegahan kolusi, korupsi dan nepotisme;
4. pengoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat
menghambat kelancaran pembangunan termasuk program lintas
sektoral;
5. pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim dan audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi
merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian
keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli pada instansi
pusat dan daerah, dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau
sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara
S
BAB I PENDAHULUAN
2
dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang
didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan
lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, serta
upaya pencegahan korupsi;
6. pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis program anti korupsi
kepada masyarakat, dunia usaha, aparat pemerintahan dan
badan-badan lainnya;
7. pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan
bidang penugasan investigasi; dan
8. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan
pemerintah di bidang keinvestigasian sesuai peraturan
perundang-undangan.
B. Aspek Strategis Organisasi
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP yang
memberikan mandat kepada BPKP sebagai pengawas intern
akuntabilitas keuangan negara dan pembina penyelenggaraan
SPIP. Dengan terbitnya PP ini, cakupan penugasan BPKP semakin
luas dan terjadi perubahan paradigma yang lebih
mengedepankan pencegahan melalui pembangunan suatu
sistem yang mampu mencegah dan mendeteksi
kecurangan/penyimpangan.
2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP,
menjelaskan bahwa BPKP memiliki delegasi untuk melakukan
lingkup penugasan yang bersifat makro dan strategis. BPKP
diharapkan berkontribusi pada pencapaian tujuan pemerintah
dan pembangunan yaitu peningkatan kesejahteraan
masyarakat, dengan memberikan rekomendasi untuk
peningkatan kinerja program pembangunan pusat, daerah, dan
korporasi.
3
3. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Presiden menginstruksikan Kepala BPKP untuk:
a. Meningkatkan pengawasan atas tata kelola (governance)
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
b. Melakukan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap
kasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pelanggaran
administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional.
c. Menghitung jumlah (besaran) kerugian keuangan negara
dalam hal ditemukan adanya kerugian negara dalam
pelaksanaan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap
penyalahgunaan wewenang (pelanggaran administrasi)
dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
d. Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil
audit yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah pada kementerian/lembaga dalam hal
ditemukan adanya kerugian keuangan negara.
e. Melakukan pendampingan dalam rangka pengadaan
barang/jasa tertentu dalam pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional berdasarkan permintaan menteri/kepala lembaga
atau Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
(KPPIP).
4. Perhatian pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Terhadap peran pengawasan,
membuka peluang bagi BPKP untuk secara efektif
menyelenggarakan pembangunan pengawasan nasional dan
pengawasan pembangunan nasional untuk terwujudnya tata
kelola pemerintah yang baik dan bersih. Perhatian pemerintah
tersebut adalah gambaran utama peluang besar bagi BPKP untuk
menyelenggarakan tugas dan fungsi dalam memberikan
4
assurance tentang pencapaian keberhasilan pemerintah dalam
memberikan rekomendasi perbaikan untuk memitigasi risiko, dan
memastikan tujuan program pemerintah, dalam hal ini sasaran
pembangunan nasional, dapat tercapai. BPKP juga berfungsi
sebagai mitra strategis Kementerian/Lembaga /Pemerintah
Daerah/Korporasi (K/L/P/K) dalam hal pemberian jasa
consultancy.
5. Dalam kondisi masih banyaknya kasus korupsi, masih besar pula
harapan Aparat Penegak Hukum (APH) meminta BPKP untuk
melakukan audit atas kasus TPK.
6. Adanya produk-produk unggulan yang dibutuhkan oleh
stakeholders (Fraud Control Plan/FCP dan Pengumpulan dan
Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE) atau Digital
Forensics) yang memungkinkan BPKP melakukan penugasan
sesuai dengan kebutuhan stakeholders.
C. Kegiatan dan Produk Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Peraturan
Kepala BPKP Nomor: PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012
tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI), Deputi Bidang
Investigasi melaksanakan kegiatan/penugasan bidang investigasi untuk
memenuhi akuntabilitas yang menjadi perhatian para stakeholders.
Kegiatan/penugasan tersebut meliputi:
1. Pengawasan dalam rangka mendukung Proyek Strategis Nasional
(PSN).
2. Penanganan pangaduan/ temuan-temuan audit agar
penyelesaian proyek tidak terhambat sesuai dengan kebijakan
pengutamaan upaya pencegahan korupsi.
3. Penanganan kasus yang ditangani Aparat Penegak Hukum (Audit
Investigatif, Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian
Keuangan Negara, Pemberian Keterangan Ahli, dan
5
Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik
(PPBDE)).
4. Penanganan kasus K/L/P/K (Audit Investigatif, Pengumpulan dan
Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE)).
5. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan.
6. Audit Penyesuaian Harga.
7. Audit Klaim.
8. Fraud Control Plan (FCP).
9. Sosialisasi Program Anti Korupsi.
10. Pengkajian peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak
pidana korupsi.
11. Penugasan investigasi lainnya yang berkaitan dengan upaya
pencegahan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Penugasan bidang investigasi harus didasarkan pada alasan yang cukup,
yaitu:
1. Adanya indikasi penyimpangan yang menimbulkan kerugian
keuangan negara dari pengembangan hasil audit operasional.
2. Pengembangan informasi laporan/pengaduan masyarakat yang
layak untuk ditindaklanjuti.
3. Permintaan instansi penyidik atau penetapan pengadilan.
4. Permintaan dari pimpinan/atasan pimpinan Objek Penugasan.
D. Struktur Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-
080/K/2001 tanggal 20 Pebruari 2001, struktur organisasi Deputi Bidang
Investigasi terdiri dari 3 (tiga) Direktorat. Masing-masing Direktorat
mempunyai Sub Direktorat dan Kelompok Pejabat Fungsional. Untuk
urusan Tata Usaha, Deputi Bidang Investigasi memperoleh staf
perbantuan dari Sekretariat Utama.
6
BAGAN 1.1
STRUKTUR ORGANISASI
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
Deputi Bidang Investigasi
Iswan Elmi
Direktur Investigasi Instansi Pemerintah
Arief Tri Hardiyanto
Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah
Pusat I
Ide Juang Humantito
Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah
Pusat II
Sutrisno
Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah
Daerah
Piping Effrianto
Kelompok Jabatan Fungsional
Direktur Investigasi BUMN dan BUMD
Agustina Arumsari
Kasubdit Investigasi BUMN
Mohamad Risbiyantoro
Kasubdit Investigasi BUMD
Iwan Agung Prasetyo
Kelompok Jabatan Fungsional
Direktur Investigasi Hambatan Kelancaran
Pembangunan
Wasis Prabowo
Kasubdit Investigasi HKP Instansi Pemerintah
Gumbira Budi Purnama
Kasubdit Investigasi HKP BUMN dan BUMD
Hardono
Kelompok Jabatan Fungsional
Kasubbag Tata Usaha
Sutisna
7
a. Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah
‘‘Tugas pokok dan fungsi:
b. Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah
‘‘Tugas pokok dan fungsi:
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan
teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan
investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian
pelaksanaan pemberian bantuan investigasi, pemantauan
tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan,
analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi
pada instansi pemerintah pusat dan daerah
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan
teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan
investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian
pelaksanaan pemberian bantuan investigasi,
pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan
laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan
laporan hasil investigasi terhadap kasus penyimpangan
yang berindikasi merugikan keuangan negara pada
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat
kepentingan pemerintah
8
c. Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan
‘‘Tugas pokok dan fungsi:
d. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perbantuan VI
‘‘Tugas pokok dan fungsi:
Jumlah pegawai Deputi Bidang Investigasi per 31 Desember 2017
sebanyak 95 orang. Jika dibandingkan dengan posisi per 1 Januari 2017
sebanyak 96 orang, maka secara total terjadi pengurangan jumlah
pegawai sebanyak 1 orang. Jumlah pegawai tersebut dapat
diklasifikasikan berdasarkan golongan, terdapat pada Tabel 1.1 dan
berdasarkan jabatan, terdapat pada Tabel 1.2.
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan
teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan
investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian
pelaksanaan pemberian bantuan investigasi,
pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan
laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan
laporan hasil investigasi terhadap hambatan kelancaran
pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan
daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, dan badan-badan lain yang di dalamnya
terdapat kepentingan pemerintah
Melakukan urusan tata usaha pengawasan,
kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan administrasi
Jabatan Fungsional di Deputi Bidang Investigasi
9
TABEL 1.1
JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI PER 31 DESEMBER 2017
BERDASARKAN GOLONGAN
GOLONGAN RUANG
TOTAL a b c d e
IV 10 5 9 - 1 25
III 14 22 7 20 - 63
II - - 1 6 - 7
I - - - - - -
TABEL 1.2
JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2017
BERDASARKAN JABATAN
Uraian Posisi
01-01-2017
Mutasi Posisi
31-12-2017 Tambah Kurang
Struktural
a. Eselon I 1 - - 1
b. Eselon II 2 1 - 3
c. Eselon III 7 - - 7
d. Eselon IV - - - -
Fungsional Auditor
a. Auditor Madya 16 1 2 15
b. Auditor Muda 19 5 3 20
c. Auditor Pratama 22 - 1 21
d. Auditor Penyelia 2 - - 2
e. Auditor Pelaksana
Lanjutan
1 - 1 -
f. Auditor Pelaksana 4 1 - 5
Fungsional Lainnya 22 - 1 21
Jumlah 96 8 8 95
10
E. Sistematika Penyajian
Laporan Kinerja menginformasikan pencapaian kinerja Deputi Bidang
Investigasi selama Tahun 2017 dibandingkan dengan Perjanjian Kinerja
(PK) Tahun 2017 yang merupakan komitmen Deputi Bidang Investigasi
untuk mencapai kinerja sebagai upaya memenuhi misi organisasi. Melalui
pembandingan tersebut akan diperoleh celah kinerja (Performance
Gap) untuk disempurnakan kembali dalam rencana kinerja berikutnya.
Sistematika penyajian Laporan Kinerja Tahun 2017, adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi uraian umum mengenai tugas, fungsi dan wewenang
Deputi Bidang Investigasi, aspek strategis, kegiatan dan
produk, struktur organisasi serta sistematika penyajian.
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Berisi uraian singkat mengenai Rencana Strategis (Renstra)
2015-2019 yang menggambarkan visi, misi, tujuan, Indikator
Kinerja Utama (IKU), serta program dan kegiatan Deputi
Bidang Investigasi.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Berisi uraian mengenai capaian kinerja yang meliputi
sasaran strategis dan sasaran program Deputi Bidang
Investigasi, serta realisasi keuangan tahun 2017.
BAB IV PENUTUP
Berisi uraian singkat mengenai keberhasilan dan
kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang
berkaitan dengan kinerja kedeputian, serta langkah-
langkah perbaikan kinerja yang akan dilaksanakan pada
tahun mendatang.
11
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Rencana Strategis 2015-2019
encana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen
perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok
dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi.
Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015-2019 tidak terlepas dari
Renstra Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang disusun
dengan memperhatikan:
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015-2019.
b. Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tanggal 16
Agustus 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tanggal 21
November 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tanggal 18 April 2006
tentang Pengesahan United Nations Convention Against
Corruption 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti
Korupsi 2003).
d. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28
Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP). Sesuai dengan peraturan ini, delegasi yang diemban BPKP
adalah sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan
pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan
sebagai pembina SPIP untuk seluruh Instansi Pemerintah.
Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara
dilaksanakan atas kegiatan tertentu meliputi kegiatan yang
bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara,
R
12
Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi Pemerintahan yang Baik dan
Bersih, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi melakukan
pengawasan intern melalui audit dengan tujuan tertentu.
e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tanggal 30 September
2014 tentang Pemerintahan Daerah.
f. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014
tentang Administrasi Pemerintahan.
g. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tanggal 31 Desember
2014 tentang BPKP. Sesuai dengan pasal 27, Deputi Bidang
Investigasi melaksanakan tugas membantu Kepala di bidang
pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan termasuk
program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas
penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-
kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan
negara, audit penghitungan kerugian keuangan negara, dan
pemberian keterangan ahli.
h. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014
tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan
Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam
rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
i. Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001
tanggal 20 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP.
j. Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16
Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi.
1. Pernyataan Visi
BPKP sebagai pengawas internal pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada Presiden diharapkan mampu meningkatkan
efektivitas sistem pengawasan nasional dalam memberantas KKN
dan mendorong terwujudnya good governance baik dalam sektor
pemerintahan maupun sektor publik. Deputi Bidang Investigasi
13
sebagai bagian integral dari BPKP, harus ikut mereposisi dan
meredefinisi perannya untuk mendukung visi BPKP demi terwujudnya
pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta tercapainya
kelancaran pembangunan yang berkesinambungan. Dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi
telah menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan organisasi
di masa mendatang.
‘‘Visi Deputi Bidang Investigasi:
2. Pernyataan Misi
Visi yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus
dilaksanakan oleh seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk
mencapai visi tersebut Deputi Bidang Investigasi menetapkan misi
sebagai berikut:
‘‘Misi 1:
Misi ini dilatarbelakangi adanya Peraturan Presiden Nomor 192 tahun
2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan. Salah satu tugas pemerintah yang
dilaksanakan oleh BPKP, khususnya Deputi Bidang Investigasi adalah
melaksanakan audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan
yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan
kerugian keuangan negara, pemberian keterangan ahli, serta
penugasan investigasi lainnya yang berkaitan dengan upaya
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
PUSAT UNGGULAN SOLUSI KECURANGAN
Menyelenggarakan pengawasan keinvestigasian
14
Penyelenggaraan pengawasan keinvestigasian bertujuan untuk
mendeteksi, mengungkap, dan menindaklanjuti kejadian KKN sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dalam upaya penegakan
hukum. Pelaksanaan penugasan bekerjasama dengan Aparat
Penegak Hukum (APH) dan Instansi Lain.
‘‘Misi 2:
Misi ini dilatarbelakangi pelaksanaan pembangunan sering
terkendala dan tidak mencapai hasil dan manfaat seperti yang
diharapkan. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antar instansi
pemerintah dan korporasi yang mengakibatkan adanya hambatan
pelaksanaan pembangunan yang berdampak pada lambatnya
pencapaian tujuan nasional. Sejalan dengan fungsi BPKP melakukan
pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat
kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral, maka
BPKP melakukan mediasi dan memberikan solusi kepada instansi
pemerintah dan korporasi untuk menyelesaikan permasalahan yang
menghambat pembangunan, sehingga pelaksanaan pembangunan
dapat berjalan dengan lancar.
‘‘Misi 3:
Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap
kasus yang menghambat kelancaran pembangunan
Mengembangkan sistem pencegahan kecurangan di
K/L/P/K
15
Misi ini dilatarbelakangi adanya perubahan paradigma yang lebih
mengedepankan pencegahan korupsi dengan membangun suatu
sistem yang mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian
adanya kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya Deputi
Bidang Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas pencegahan
korupsi.
Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama
adalah penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan
yang kedua adalah pengkajian risiko korupsi serta membangun sikap
yang konkrit guna meminimalkan risiko serta menghilangkan
kesempatan terjadinya korupsi. Organisasi dapat menghilangkan
atau mengurangi kesempatan terjadinya korupsi melalui langkah
berikut:
a. Mengidentifikasi sumber serta mengukur risiko korupsi.
b. Mengimplementasikan pengendalian pencegahan dan
pendeteksian.
c. Menciptakan pemantauan secara luas melalui peran serta
pegawai, pelanggan dan masyarakat.
d. Memfungsikan pengecekan independen, termasuk fungsi audit
dan standar investigasi.
Untuk mencegah korupsi seperti tersebut di atas dapat dilakukan
dengan mengimplementasikan Program Anti Korupsi atau Fraud
Control Plan (FCP) termasuk Fraud Risk Assesment (FRA). FCP yaitu
suatu pengendalian tersebut dirancang secara spesifik, teratur, dan
terukur oleh suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal, dan
memudahkan pendeteksian, jumlah, serta frekuensi kemungkinan
terjadinya korupsi/kecurangan yang ditandai dengan eksistensi dan
implementasi beberapa atribut dalam kerangka upaya mencapai
tujuan organisasi secara keseluruhan.
16
‘‘Misi 4:
Misi ini dilatarbelakangi Deputi Bidang Investigasi bermaksud
memperluas dan mempertajam strategi edukatif anti korupsi dengan
mengimplementasikan konsep masyarakat pembelajar (learning
society) yang selaras dengan strategi BPKP sebagaimana tertuang
dalam Perencanaan Strategis 2019- 2024 dan terintegrasi dengan
strategi pengembangan Deputi Bidang Investigasi sebagai Pusat
Keunggulan Solusi Kecurangan.
Konsep masyarakat pembelajar anti korupsi akan dilaksanakan
melalui:
a. Kegiatan pelatihan dalam bentuk: sosialisasi/ seminar/workshop
anti korupsi, iklan layanan masyarakat
b. Kegiatan fasilitatif dalan bentuk: bimbingan konsulasi
pengembangan perilaku dan sistem whistleblowing, dan
bimbingan konsultasi pengembangan partisipasi publik dalam
pengawasan pembangunan.
Secara konseptual, kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan
pemahaman dan kepedulian peserta belajar mengenai anti korupsi.
Secara operasional, outcome kegiatan tersebut tercermin dari dua
aspek yaitu:
a. Kepedulian pegawai untuk ber-whistleblowing, dan
b. Kepedulian masyarakat untuk melakukan pengaduan atas
indikasi korupsi
Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran anti
korupsi terhadap K/L/P/K dan masyarakat
17
Agar kepedulian pegawai tersebut terwujud dan terkelola maka
K/L/P/K memerlukan sistem yaitu sistem whistleblowing atau sistem
pengaduan masyarakat.
‘‘Misi 5:
Misi ini dilatarbelakangi tingginya kasus korupsi pada sektor
pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, menjadi bukti
bahwa fungsi aparatur pengawasan belum maksimal, SDM
pengawasan kurang profesional, serta lemahnya bisnis proses
pengawasan. Kondisi tersebut harus segera diperbaiki secara
mendasar dan komprehensif. Selain itu, pelaksanaan tugas pada
Deputi Bidang Investigasi di BPKP maupun auditor investigasi pada
APIP lainnya, memiliki beberapa risiko yang lebih tinggi dibandingkan
tugas-tugas auditor lainnya, hal ini terkait dengan risiko gugatan
hukum atas hasil audit investigasi maupun audit penghitungan
kerugian keuangan negara.
Berdasarkan kenyataan tersebut dan tantangan besar yang akan
dihadapi di masa mendatang, maka APIP diharapkan mampu
mencegah, menangkal, mendeteksi tindakan pelanggaran terhadap
ketentuan, prosedur termasuk mendeteksi dan mencegah korupsi,
serta meningkatkan ketaatan pada peraturan, kebijakan, dan
prosedur. Selain itu perlu adanya peningkatan kompetensi bagi
auditor investigasi,dalam upaya meningkatkan profesionalitas dan
meminimalisir gugatan hukum.
Mengembangkan kapabilitas pengawasan intern
keinvestigasian yang profesional dan kompeten
18
3. Tujuan dan Sasaran Strategis
Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan
dicapai dalam jangka waktu satu sampai lima tahun dituangkan
dalam tujuan strategis Deputi Bidang Investigasi. Tujuan akan menjadi
arah perjalanan Deputi Bidang Investigasi dan perbaikan-perbaikan
yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi Bidang
Investigasi.
Dalam rangka mencapai misi yang telah ditetapkan, Deputi Bidang
Investigasi telah menetapkan tujuan sebagai berikut:
BAGAN 2.1
TUJUAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
3. Melakukan penanggulangan korupsi dengan Melakukan
pencegahan korupsi dengan membangun suatu sistem yang
mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian
adanya kecurangan/penyimpangan.
2. Meningkatkan manfaat hasil pengawasan dalam rangka
pemberantasan korupsi dan mewujudkan tata kelola
pemerintahan dan korporasi yang baik.
1. Meningkatkan manfaat hasil pengawasan dalam mengatasi
hambatan kelancaran pembangunan.
4. Meningkatkan tingkat kepedulian K/L/P/K dan masyarakat
terhadap korupsi.
5. Meningkatkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah di
bidang keinvestigasian.
19
Terkait dengan tujuan tersebut, Deputi Bidang Investigasi menetapkan
sasaran strategis sebagai berikut:
a. Meningkatnya efektivitas pemanfaatan hasil pengawasan
keinvestigasian.
Adanya ekspektasi stakeholders agar BPKP mendorong pengelolaan
kepemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance)
dan meningkatkan upaya pemberantasan korupsi, mendorong
Deputi Bidang Investigasi untuk terus melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara efisien dan efektif. Hasil pengawasan
keinvestigasian harus berkualitas agar dapat dimanfaatkan oleh
Aparat Penegak Hukum (APH) dalam mengungkap dan menindak
kejadian korupsi. Hasil pengawasan keinvestigasian juga diharapkan
dapat dimanfaatkan oleh K/L/P/K untuk dijadikan masukan oleh
pimpinan dalam pengambilan keputusan, antara lain untuk
menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidaktertiban;
mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidaktertiban
tersebut; mencari cara yang lebih baik atau membina yang telah
baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas
organisasi. Hasil pengawasan akan bermakna apabila dapat diikuti
langkah-langkah tindak lanjut yang nyata dan tepat.
b. Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan pembangunan
nasional.
Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP) adalah kondisi dimana
proses pembangunan tidak dapat mencapai hasil dan manfaat
yang telah ditetapkan karena adanya masalah yang tidak dapat
diselesaikan dengan menggunakan kewenangan para pihak terkait.
Untuk mengatasi hal ini BPKP memberikan kontribusinya melalui
pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan
20
termasuk program lintas sektoral melalui kegiatan evaluasi HKP. Hasil
evaluasi HKP diharapkan dapat digunakan oleh penanggungjawab
atau pelaksana program/kegiatan atau pihak yang terkait lainnya
untuk menyelesaikan masalah yang menghambat kelancaran
program/kegiatan pembangunan.
c. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi dalam
pencegahan korupsi.
Masalah pemberantasan korupsi tidak cukup hanya dilaksanakan
dengan pendekatan bersifat represif, tetapi juga bersifat preventif
dan rehabilitatif. Tanpa langkah preventif pemberantasan korupsi
hanya akan berhasil mengatasi gejalanya saja dan bukan
menghancurkan akar penyebab dan sumber penyakit korupsi. Selain
itu, adanya perubahan paradigma yang lebih mengedepankan
pencegahan korupsi dengan membangun suatu sistem yang mampu
mencegah atau memudahkan pendeteksian adanya
kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya Deputi Bidang
Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas pencegahan korupsi.
Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama
adalah penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan
yang kedua adalah pengkajian risiko korupsi serta membangun sikap
yang konkrit guna meminimalkan risiko serta menghilangkan
kesempatan terjadinya korupsi. Program yang diperlukan untuk
mencegah korupsi seperti tersebut dikenal dengan Program Anti
Korupsi atau Fraud Control Plan (FCP). Pengendalian tersebut
dirancang secara spesifik, teratur, dan terukur oleh suatu organisasi,
untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pendeteksian,
jumlah, serta frekuensi kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan
yang ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut
dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan.
21
Sehubungan dengan hal ini, hasil penugasan FCP termasuk FRA
diharapkan dapat diimplementasikan oleh K/L/P/K untuk perbaikan
tata kelola, mencegah dan menanggulangi terjadinya fraud.
d. Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat terhadap korupsi.
Deputi Bidang Investigasi memperluas dan mempertajam strategi
edukatif anti korupsi dengan mengimplementasikan konsep
masyarakat pembelajar (learning society) melalui pengembangan
Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK). MPAK adalah
paradigma dalam pemberantasan korupsi yang menempatkan
pembelajaran anti korupsi sebagai faktor kunci keberhasilan
pemberantasan korupsi. Pembelajaran anti korupsi adalah proses
interaksi peserta belajar dengan BPKP dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar dimana BPKP berperan dalam membantu,
mendorong dan memfasilitasi peserta belajar agar dapat
memperoleh pengetahuan dan menguasai ketrampilan/keahlian
mengenai anti korupsi serta mengubah sikap peserta belajar menjadi
anti korupsi berdasarkan usaha peserta belajar.
Kegiatan yang dilakukan oleh MPAK adalah membentuk Komunitas
Pembelajar Anti Korupsi (KPAK). KPAK sekelompok pihak – pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dari suatu instansi pemerintah atau
korporasi negara/daerah yang mempunyai tujuan yang sama yaitu
mewujudkan kepemerintahan yang baik dan pemerintahan yang
bersih di organisasinya masing – masing. KPAK melakukan pertemuan
secara rutin dan berkelanjutan maupun secara insidentil untuk
berkolaborasi melakukan aktivitas pembelajaran anti korupsi secara
aktif, partisipatif dan interaktif dalam rangka menghasilkan dan
menyebarluaskan data, informasi maupun pengetahuan mengenai
anti korupsi.
Secara konseptual, kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan
pemahaman dan kepedulian peserta belajar mengenai anti korupsi.
22
Secara operasional, outcome kegiatan tersebut tercermin dari dua
aspek yaitu:
a. Kepedulian pegawai untuk ber-whistleblowing, dan
b. Kepedulian masyarakat untuk melakukan pengaduan atas
indikasi korupsi
Agar kepedulian pegawai tersebut terwujud dan terkelola maka
K/L/P/K memerlukan sistem yaitu sistem whistleblowing atau sistem
pengaduan masyarakat.
e. Meningkatkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah di bidang
keinvestigasian.
Untuk mempercepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang
baik, keberadaan APIP menjadi sangat penting dan strategis, mulai
sejak perencanaan, anggaran, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban APBN/APBD serta pemberian rekomendasi
perbaikan pada setiap kebijakan yang telah dan/atau akan
diimplementasikan. APIP diharapkan dapat bekerja lebih profesional
dan peka terhadap permasalahan negara yang dinamis dan
mengedukasi upaya-upaya pencegahan korupsi di semua bidang.
Sehubungan dengan hal tersebut APIP perlu meningkatkan kualitas
hasil audit intern dan perlu meningkatkan kemampuan (kapabilitas)
organisasinya, termasuk meningkatkan kompetensi auditor sehingga
mampu meningkatkan kualitas hasil pengawasan.
Untuk meningkatkan kompetensi auditor, Deputi Bidang investigasi
merncanakan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
a. Mengikutsertakan auditor investigasi pada pendidikan formal
Strata 2 dan Strata 3.
b. Mengikutsertakan auditor investigasi pada Diklat/Uji kompetensi
CFE dan CFrA.
c. Menyelenggarakan Diklat yang mendukung penugasan bidang
investigasi.
23
d. Mengikutsertakan auditor investigasi pada Diklat yang
mendukung penugasan bidang investigasi.
e. Menyelenggarakan workshop yang mendukung penugasan
bidang investigasi.
4. Program dan Kegiatan
Program Deputi Bidang Investigasi mencerminkan tugas dan fungsi
yang berisi kegiatan untuk mewujudkan sasaran strategis yang telah
ditetapkan. Program tersebut adalah Pengawasan Intern
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP.
Kegiatan pengawasan mencerminkan tugas dan fungsi Direktorat
yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran (output).
Kegiatan pengawasan Deputi Bidang Investigasi terdiri dari:
a. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada Kementerian/
Lembaga.
b. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada BUMN/BUMD.
c. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran
Pembangunan.
5. Sasaran Program
Sasaran program menunjukkan berfungsinya output pengawasan
intern yang dilakukan oleh BPKP. Output pengawasan berupa
rekomendasi hasil pengawasan yang berkualitas dan dapat
dilaksanakan oleh K/L/P/K akan memberikan hasil berupa perbaikan
atas pengelolaan program strategis/program prioritas nasional.
Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran program sebagai
berikut:
24
6. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Untuk menggambarkan tingkat pencapaian sasaran program,
ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut:
a. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian dimanfaatkan di
persidangan.
b. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh APH.
c. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K.
d. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K.
e. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K.
f. Persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan.
g. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk
FRA).
h. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan.
Sasaran Program
1. Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan
keinvestigasian.
2. Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan
pembangunan nasional.
3. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan
korporasi dalam pencegahan korupsi.
4. Meningkatnya kepedulian K/L/P dan masyarakat terhadap
korupsi.
5. Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah
di bidang keinvestigasian.
25
i. Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan
masyarakat.
j. Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian.
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017
Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen yang berisi
penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan
instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang
disertai dengan indikator kinerja. Dokumen ini berisi sasaran strategis,
sasaran program, sasaran kegiatan, indikator kinerja, dan target kinerja
yang diperjanjikan dalam satu tahun serta memuat rencana anggaran
untuk program dan kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran
strategis.
Target dari indikator kinerja sasaran program dan sasaran kegiatan
ditetapkan dalam bentuk satuan yang berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik indikator yang digunakan. Satuan ditetapkan dalam bentuk
kuantitatif yang dapat dihitung dan diukur, sehingga dapat dinilai untuk
menentukan tingkat keberhasilan dari masing-masing program. Program
yang disertai dengan indikator hasil program dan indikator hasil kegiatan
dituangkan dalam satu dokumen Perjanjian Kinerja (PK).
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2017 dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
26
Tabel 2.1
Perjanjian Kinerja Tahun 2017
No. Sasaran
Strategis/Program/Kegi
atan
Indikator Kinerja Target
Sasaran Program
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
1.1 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan di
persidangan
40%
1.2 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH
70%
1.3 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
60%
1.4 Persentase hasil audit
penyesuaian harga
yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
70%
1.5 Persentase hasil audit
klaim yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
70%
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
pembangunan
nasional
2.1 Persentase
penyelesaian
hambatan kelancaran
pembangunan
70%
3. Meningkatnya
kualitas tata kelola
pemerintah dan
korporasi dalam
pencegahan korupsi
3.1 Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan
FCP (termasuk FRA)
50%
3.2 Persentase auditor yang
memiliki kompetensi
(hard & soft
competency) di bidang
pencegahan
60%
4. Meningkatnya
kepedulian K/L/P/K
dan masyarakat
terhadap korupsi
4.1 Persentase K/L/P/K
anggota Komunitas
Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) yang
mengimplementasikan
sistem pengaduan
60%
27
No. Sasaran
Strategis/Program/Kegi
atan
Indikator Kinerja Target
masyarakat
5. Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan intern
pemerintah di
bidang
keinvestigasian
5.1 Persentase auditor yang
memiliki kompetensi
keinvestigasian
60%
Sasaran Kegiatan
1. Tersedianya informasi
hasil pengawasan
pada Direktorat
Investigasi Instansi
Pemerintah
1.1 Jumlah laporan hasil
audit dalam rangka
penghitungan
kerugian keuangan
negara
6 laporan
1.2 Jumlah laporan
Pengumpulan dan
Evaluasi
BuktiDokumen
Elektronik (PEBDE)
4 laporan
1.3 Jumlah laporan
pemberian
keterangan ahli
14 laporan
1.4 Jumlah laporan hasil
audit investigatif
2 laporan
1.5 Jumlah laporan FCP 1 laporan
1.6 Jumlah laporan
pemantauan/monitori
ng/QA
62 laporan
1.7 Jumlah laporan hasil
pengawasan dalam
rangka pemberian
rekomendasi strategis
2 laporan
1.8 Jumlah peserta
kegiatan peningkatan
kompetensi
keinvestigasian
150 orang
2. Tersedianya informasi
hasil pengawasan
pada Direktorat
Investigasi BUMN dan
BUMD
1.1 Jumlah laporan hasil
audit dalam rangka
penghitungan
kerugian keuangan
negara
4 laporan
1.2 Jumlah laporan
pemberian
keterangan ahli
14 laporan
1.3 Jumlah laporan hasil
audit investigatif
4 laporan
28
No. Sasaran
Strategis/Program/Kegi
atan
Indikator Kinerja Target
1.4 Jumlah laporan FCP 1 laporan
1.5 Jumlah laporan
pemantauan/monitori
ng/QA
24 laporan
1.6 Jumlah laporan hasil
pengawasan dalam
rangka pemberian
rekomendasi strategis
1 laporan
1.7 Jumlah peserta
kegiatan peningkatan
kompetensi
keinvestigasian
180 orang
3. Tersedianya informasi
hasil pengawasan
pada Direktorat
Investigasi
Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
1.1 Jumlah laporan hasil
audit penyesuaian
harga
3 laporan
1.2 Jumlah laporan hasil
audit klaim
2 laporan
1.3 Jumlah laporan hasil
pengawasan dalam
rangka pemberian
rekomendasi strategis
1 laporan
1.4 Jumlah laporan hasil
evaluasi hambatan
kelancaran
pembangunan
4 laporan
1.5 Jumlah laporan
pemantauan/monitori
ng/QA
26 laporan
1.6 Jumlah laporan hasil
kajian pengawasan
1 laporan
1.7 Jumlah peserta
kegiatan peningkatan
kompetensi
keinvestigasian
Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Rp5.525.000.000,00
29
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
kuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban
kinerja Deputi Bidang Investigasi dalam tahun 2017 yang ditujukan
untuk memenuhi target rencana kinerja yang telah ditetapkan.
Dalam uraian berikut disajikan pula akuntabilitas Deputi Bidang Investigasi
dari aspek keuangan, sumber daya manusia, dan sarana prasarana sebagai
unsur penunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Evaluasi kinerja
dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator
kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja untuk menilai keberhasilan
atau kegagalan pencapaian sasaran dalam rangka mewujudkan misi yang
telah ditetapkan.
A. Capaian Kinerja
Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam
Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT).
Pengukuran kinerja mencakup penilaian indikator kinerja sasaran yang
tertuang dalam Perjanjian Kinerja (PK). Pengukuran kinerja dilakukan
dengan cara membandingkan antara target dengan realisasinya.
Persentase pencapaian rencana tingkat capaian, dihitung dengan
rumus bahwa semakin tinggi realisasi menggambarkan pencapaian
rencana tingkat capaian yang semakin baik.
Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi
menetapkan 5 (lima) sasaran program dan 3 (tiga) sasaran kegiatan.
Capaian sasaran program dan sasaran kegiatan tersebut disajikan pada
Tabel 3.1.
A
30
Tabel 3.1
Capain Kinerja Outcome Tahun 2017
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
1.1 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan di
persidangan
40% 41,61 104,03
1.2 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh
APH
70% 100,00 142,86
1.3 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
60% 69,23 115,38
1.4 Persentase hasil
audit penyesuaian
harga yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
70% 100,00 142,86
1.5 Persentase hasil
audit klaim yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
70% 100,00 142,86
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
pembangunan
nasional
2.1 Persentase
penyelesaian
hambatan
kelancaran
pembangunan
70% 100,00 142,86
3. Meningkatnya
kualitas tata
kelola
pemerintah
dan korporasi
dalam
pencegahan
korupsi
3.1 Persentase K/L/P/K
yang
mengimplementasik
an FCP (termasuk
FRA)
50% 80,77 161,54
3.2 Persentase auditor
yang memiliki
kompetensi (hard &
soft competency) di
bidang pencegahan
60% 63,32 105,53
4. Meningkatnya
kepedulian
K/L/P/K dan
masyarakat
4.1 Persentase K/L/P/K
anggota Komunitas
Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK) yang
60% 94,12 156,87
31
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
terhadap
korupsi
mengimplementasik
an sistem
pengaduan
masyarakat
5. Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan
intern
pemerintah di
bidang
keinvestigasian
5.1 Persentase auditor
yang memiliki
kompetensi
keinvestigasian
60% 67,88 113,13
Rata-rata capaian 132,79
Rata-rata capaian outcome tahun 2017 sebesar 132,79%. Indikator kinerja
outcome tersebut di atas dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP, dengan
indikator kinerja output sebagaimana terdapat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Capain Kinerja Output Tahun 2017
No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
%
1. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan
pada Direktorat
Investigasi
Instansi
Pemerintah
1.1 Jumlah laporan
hasil audit
dalam rangka
penghitungan
kerugian
keuangan
negara
6
laporan
10
laporan
166,67
1.2 Jumlah laporan
Pengumpulan
dan Evaluasi
BuktiDokumen
Elektronik
(PEBDE)
4
laporan
5
laporan
125,00
1.3 Jumlah laporan
pemberian
keterangan ahli
14
laporan
48
laporan
342,86
1.4 Jumlah laporan
hasil audit
investigatif
2
laporan
- -
1.5 Jumlah laporan
FCP
1 2 200,00
32
laporan laporan
1.6 Jumlah laporan
pemantauan/
monitoring/QA
62
laporan
84
laporan
135,48
1.7 Jumlah laporan
hasil
pengawasan
dalam rangka
pemberian
rekomendasi
strategis
2
laporan
2
laporan
100
1.8 Jumlah peserta
kegiatan
peningkatan
kompetensi
keinvestigasian
150
orang
153
orang
102,00
1.9 Jumlah laporan
hasil kajian
pengawasan
- 7
laporan
-
2. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan
pada Direktorat
Investigasi
BUMN dan
BUMD
1.1 Jumlah laporan
hasil audit
dalam rangka
penghitungan
kerugian
keuangan
negara
4
laporan
4
laporan
100,00
1.2 Jumlah laporan
pemberian
keterangan ahli
14
laporan
16
laporan
114,29
1.3 Jumlah laporan
hasil audit
investigatif
4
laporan
15
laporan
375,00
1.4 Jumlah laporan
FCP
1
laporan
4
laporan
400,00
1.5 Jumlah laporan
pemantauan/
monitoring/QA
24
laporan
56
laporan
233,33
1.6 Jumlah laporan
hasil
pengawasan
dalam rangka
pemberian
rekomendasi
strategis
1
laporan
1
laporan
100,00
1.7 Jumlah peserta
kegiatan
peningkatan
kompetensi
180
orang
185
orang
102,78
33
keinvestigasian
1.8 Jumlah Laporan
Penelitian Awal
- 2
laporan
-
3. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan
pada Direktorat
Investigasi
Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
1.1 Jumlah laporan
hasil audit
penyesuaian
harga
3
laporan
3
laporan
100,00
1.2 Jumlah laporan
hasil audit klaim
2
laporan
2
laporan
100,00
1.3 Jumlah laporan
hasil
pengawasan
dalam rangka
pemberian
rekomendasi
strategis
1
laporan
1
laporan
100,00
1.4 Jumlah laporan
hasil evaluasi
hambatan
kelancaran
pembangunan
4
laporan
5
laporan
125,00
1.5 Jumlah laporan
pemantauan/
monitoring/QA
26
laporan
72
laporan
276,92
1.6 Jumlah laporan
hasil kajian
pengawasan
1
laporan
4
laporan
400,00
1.7 Jumlah peserta
kegiatan
peningkatan
kompetensi
keinvestigasian
22
orang
34
orang
154,55
Rata-rata capaian 160,58
B. Analisis Capaian Kinerja
Pada tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi menetapkan 5 (lima) sasaran
program dengan 10 indikator kinerja program yang berbeda dengan
tahun sebelumnya. Tahun 2016 Deputi Bidang Investigasi menetapkan
satu sasaran program dan tiga sasaran kegiatan. Sehubungan dengan
perubahan tersebut, realisasi dan capaian kinerja untuk masing-masing
34
indikator kinerja tahun 2017 tidak dapat dibandingkan dengan realisasi
kinerja sebelumnya.
‘‘Sasaran Program 1
Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan keinvestigasian
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk menilai capaian sasaran strategis
ini adalah:
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di
persidangan.
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh APH.
3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K.
4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K.
5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K.
Uraian capaian indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian dimanfaatkan di
persidangan
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian dimanfaatkan di
persidangan adalah tingkat pemanfaatan laporan hasil pengawasan
keinvestigasian berupa Laporan Hasil Audit dalam rangka
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) dan Laporan
Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (LPEBDE) pada
sidang di pengadilan. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan
jumlah Laporan Pemberian Keterangan Ahli (LPKA) di pengadilan
dibandingkan dengan Laporan Hasil Audit dalam rangka
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) dan Laporan
Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (LPEBDE) yang
diterbitkan.
35
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 41,61% atau mencapai 104,03%
dari target tahun 2017 sebesar 40%. Realisasi kinerja dihitung
berdasarkan jumlah laporan pemberian keterangan ahli di
pengadilan sebanyak 642 laporan dibandingkan dengan jumlah
Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan
Negara (LHPKKN) dan Laporan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti
Dokumen Elektronik (LPEBDE) yang diterbitkan sebanyak 1.543
laporan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 41,61% lebih rendah jika
dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun
2019) sebesar 60%.
Tabel 3.3
LHPKKN DAN LPEBDE
TAHUN 2015-2017
No. Tahun LHPKKN LPEBDE Jumlah PKA Realisasi
Kinerja
1 2015 609 7 616
41,61% 2 2016 515 9 524
3 2017 398 5 403 642
Jumlah 1.522 21 1.543 642
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan pemberian
keterangan ahli, audit dalam rangka penghitungan kerugian
keuangan negara, dan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen
Elektronik (PEBDE) yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan
Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP. Rincian laporan
pemberian keterangan ahli per unit kerja terdapat pada Lampiran 5.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan pada Grafik 3.1.
36
Grafik 3.1
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian
dimanfaatkan di persidangan
Tahun 2017
Dari Grafik 3.1 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017
melampaui target yang telah ditetapkan. Faktor pendukung
tercapainya kinerja adalah BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi
terus menjalin komunikasi yang baik dengan APH dan menawarkan
bantuan kepada APH agar APH meminta BPKP untuk melakukan
audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara dan
pemberian keterangan ahli untuk menuntaskan perkara korupsi yang
ditanganinya. Selain itu tim audit dapat menyelesaikan pekerjaan
dengan tepat waktu.
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp927.038.282,00 atau 85,81% dari anggaran sebesar
Rp1.080.353.334,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 3.270 OH atau 145,53% dari
rencana sebanyak 2.247 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 104,03%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 85,81%.
TARGET REALISASI
Series1 40 41,61
39
39,5
40
40,5
41
41,5
42
37
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 104,03%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 145,53%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian dimanfaatkan di persidangan” terdapat pada Tabel
3.4.
Tabel 3.4
Target dan Realisasi Output LPKA, LHPKKN, dan LPEBDE
Tahun 2017
Uraian Target Th 2017
(laporan)
Realisasi Th 2017
(laporan)
% capaian
LPKA 411 642 156,20
LHPKKN 233 398 170,82
LPEBDE 4 7 175,00
Jumlah 648 1.047 161,57
Penugasan pemberian keterangan ahli yang dilaksanakan pada
tahun 2017 antara lain:
a. Pemberian keterangan ahli perkara dugaan tindak pidana korupsi
pengadaan Paket Penerapan KTP berbasis NIK secara Nasional
(KTP Elektronik) Tahun 2011-2012.
b. Pemberian keterangan ahli forensik komputer atas pengadaan
Uninterruptible Power Suppy (UPS) untuk 49 SMAN/SMKN oleh
Sudin Dikmen Kodya Jakarta Barat TA 2014 dengan terdakwa
Harry Lo.
c. Pemberian keterangan ahli perkara TPK dan atau TPPU pada PT
Pertamina Foundation dengan terdakwa Ir. Wahyudin Akbar.
d. Pemberian keterangan ahli atas perkara dugaan penyimpangan
pengadaan gabah/beras pada Unit Pengelolaan Gabah Beras
(UPGB) Ngrupit Perum Bulog Subdrive Ponorogo Tahun 2013 dan
2014 atas nama terdakwa Nowo Usmanto.
38
LHPKKN yang terbit pada tahun 2017 dan jumlah kerugian keuangan
negara terdapat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
LHPKKN yang diserahkan ke APH
Tahun 2017
No. Instansi
Penyidik
Jumlah
laporan
Nilai kerugian keuangan negara
Rupiah USD
1 Kejaksaan 193 1.048.689.897.989,21 28.086.737,74
2 Kepolisian 202 718.097.792.110,70 0
3 KPK 3 1.669.055.945.303,39 766.955,97
Jumlah 398 3.435.843.635.403,30 28.853.693,71
LHPKKN yang terbit tahun 2017 antara lain:
a. LHPKKN atas persetujuan pencadangan wilayah pertambangan,
persetujuan IUP eksplorasi dan persetujuan peningkatan IUP
eksplorasi menjadi IUP operasi produksi kepada PT Anugerah
Harisma Barakah (PT AHB) di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2008-2014, dengan kerugian keuangan negara sebesar
Rp1.596.385.454.137,00.
b. LHPKKN atas perkara tipikor kegiatan pengadaan tanah dalam
rangka pengembangan dan perluasan terminal bandara
internasional Sultan Hasanuddin Makassar PT Angkasa Pura I
(Persero) TA 2015, dengan kerugian keuangan negara sebesar
Rp317.171.701.565,00.
c. LHPKKN atas dugaan tindak pidana korupsi pembangunan
stadion utama sepak bola Gedebage pada Dinas Tata Ruang
dan Cipta Karya Kota Bandung TA 2009-2013, dengan kerugian
keuangan negara sebesar Rp103.550.695.769,25.
d. LHPKKN atas dugaan TPK pengelolaan uang kas dalam brankas
PT BRI, Tbk. Kantor Unit Amahai Cabang Masohi periode Januari
39
2016 s.d Maret 2017, dengan kerugian keuangan negara sebesar
Rp154.435.200.000,00.
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh APH
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh Aparat Penegak Hukum (APH) adalah tingkat pemanfaatan hasil
audit investigatif oleh APH. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan
jumlah laporan hasil audit investigatif yang dapat ditindaklanjuti dan
dimanfaatkan oleh APH dibandingkan dengan jumlah Laporan Hasil
Audit Investigatif (LHAI) yang diterbitkan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari
target tahun 2017 sebesar 70%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan
jumlah LHAI yang ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh APH
sebanyak 67 laporan dibandingkan dengan jumlah LHAI yang
diterbitkan sebanyak 67 laporan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% lebih tinggi jika
dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun
2019) sebesar 75%.
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan audit
investigatif yang diserahkan ke Aparat Penegak Hukum (APH) yang
dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang Investigasi
dan Perwakilan BPKP. LHAI yang ditindaklanjuti oleh APH terdapat
pada Lampiran 6.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik
3.2.
40
Grafik 3.2
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian
yang dimanfaatkan oleh Aparat Penegak Hukum (APH)
Tahun 2017
Dari Grafik 3.2 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017
melampauai target yang telah ditetapkan. Faktor pendukung
tercapainya IKU adalah adanya komunikasi dan kerjasama yang baik
dengan APH, serta peran APH untuk menyelesaikan kasus yang
sedang ditangani.
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp179.295.000,00 atau 46,81% dibandingkan dengan anggaran
sebesar Rp383.046.667,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 1.614 OH atau 89,67% dari
rencana sebanyak 1.800 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 46,81%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal
ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar daripada
capaian penggunaan SDM sebesar 89,67%.
TARGET REALISASI
Series1 70 100,00
0
20
40
60
80
100
120
41
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH” terdapat pada Tabel
3.6.
Tabel 3.6
Target dan Realisasi Output LHAI
Tahun 2017
Uraian Target Th 2017
(laporan)
Realisasi Th 2017
(laporan)
% capaian
LHAI 104 67 64,42
LHAI yang diserahkan ke APH pada tahun 2017 dan jumlah kerugian
keuangan negara terdapat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
LHAI yang diserahkan ke APH
Tahun 2017
No. Instansi Penyidik Jumlah
laporan
Nilai kerugian keuangan
negara
1 Kejaksaan 19 44.554.954.745,15
2 Kepolisian 48 54.426.862.576,45
Jumlah 67 98.981.817.321,60
Rincian LHAI yang ditindaklanjuti oleh APH terdapat pada Lampiran 6.
3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K adalah tingkat pemanfaatkan laporan hasil
pengawasan keinvestigasian oleh K/L/P/K untuk perbaikan tata kelola
dan/atau mencegah TPK berulang. Pengukuran kinerja dihitung
berdasarkan jumlah laporan hasil pengawasan keinvestigasian
berupa laporan hasil audit Investigatif, laporan hasil pengawasan
42
atas current issues, dan laporan hasil pengawasan dalam rangka
pemberian rekomendasi strategis yang ditindaklanjuti dan
dimanfaatkan oleh K/L/P/K dibandingkan dengan jumlah laporan
hasil pengawasan keinvestigasian yang diterbitkan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 69,23% atau mencapai 115,38%
dari target tahun 2017 sebesar 60%. Realisasi tersebut dihitung
berdasarkan jumlah LHAI dan laporan hasil pengawasan dalam
rangka pemberian rekomendasi strategis yang ditindaklanjuti dan
dimanfaatkan oleh K/L/P/K sebanyak 18 laporan dibandingkan
dengan jumlah laporan hasil audit Investigatif yang diterbitkan
sebanyak 22 laporan dan laporan hasil pengawasan dalam rangka
pemberian rekomendasi strategis yang diterbitkan sebanyak 4
laporan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 69,23% lebih rendah jika
dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun
2019) sebesar 70%. Untuk memperbaiki kinerja Deputi Bidang
Investigasi terus menjalin kerjasama yang baik dengan K/L/P/K,
menjelaskan manfaat/nilai tambah yang dapat diberikan kepada
stakeholder dari penugasan-penugasan yang dilakukan, dan
memenuhi ekspektasi auditan.
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan pengawasan
yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang
Investigasi dan Perwakilan BPKP. Rincian laporan hasil pengawasan
yang ditindaklanjuti oleh K/L/P/K terdapat pada Lampiran 7.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik
3.3.
43
Grafik 3.3
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian
yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Tahun 2017
Dari grafik 3.3 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 melampaui
target yang telah ditetapkan. Tercapainya realisasi kinerja
disebabkan peran aktif auditan dalam menindaklanjuti rekomendasi
atas hasil audit. Selain itu tim audit dapat menyelesaikan penugasan
dan penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu.
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp118.696.980,00 atau 83,26% dibandingkan dengan anggaran
sebesar Rp142.560.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 2.520 OH atau 352,45% dari
rencana sebanyak 715 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini belum dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 49,02%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan dana sebesar 82,26%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 49,02%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 352,45%.
TARGET REALISASI
Series1 60 69,23
54
56
58
60
62
64
66
68
70
44
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K” terdapat pada
Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Laporan Hasil Pengawasan yang diserahkan ke K/L/P/K
Tahun 2017
Uraian Target Th
2017
(laporan)
Realisasi Th
2017
(laporan)
% capaian
LHAI - 22 -
Laporan hasil
pengawasan dalam
rangka pemberian
rekomendasi strategis
58 63 108,62
Jumlah 58 85 146,55
LHAI yang diserahkan ke K/L/P/K pada tahun 2017 antara lain:
a. LHAI atas kegiatan penyaluran beras PNS pada PD Irian Bhakti
Cabang Wamena Tahun Buku 2015, dengan kerugian keuangan
sebesar Rp2.602.073.000,00 diserahkan kepada Direksi PD Irian
Bhakti.
b. LHAI atas pembayaran gaji dan tunjangan terhadap 10 orang
PNS eks Provinsi Timor Timur di Pemerintah Kupang TA 2002-Maret
2016, dengan kerugian keuangan negara sebesar
Rp2.788.574.640,00 diserahkan kepada Bupati Kupang.
c. LHAI atas penggunaan dana penyertaan modal Pemerintah
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012-2016, dengan
kerugian keuangan negara sebesar Rp4.741.187.139,00
diserahkan kepada Bupati Hulu Sungai Tengah.
d. LHAI atas pembangunan masjid Madaniah Pasangkayu pada
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
45
(PPKAD) dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mamuju Utara TA
2012-2015, dengan kerugian keuangan negara sebesar
Rp17.616.151.167,00 diserahkan ke Pemerintah Kabupaten
Mamuju Utara.
Laporan hasil pengawasan dalam rangka pemberian rekomendasi
strategis yang dilaksanakan pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di Bidang
Perizinan dan Penanaman Modal
Dari beberapa penelitian dan kajian, proses perizinan memiliki
risiko digunakan sebagai sarana untuk memperoleh rente
ekonomi melalui proses-proses yang memunculkan biaya tidak
resmi. Risiko tersebut berada pada tahapan pelayanan perizinan
yang memunculkan interaksi antara pengguna dan pemberi
layanan. Sehubungan dengan hal tersebut dan terkait dengan
Instruksi Presiden Nomor
10 Tahun 2016 tentang
Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi
Tahun 2016 dan Tahun
2017, Deputi Bidang
Investigasi melakukan
evaluasi aksi
pencegahan dan
pemberantasan korupsi di Bidang Perizinan dan Penanaman
Modal pada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Penugasan ini dilaksanakan oleh Direktorat Investigasi Instansi
Pemerintah dan 19 Perwakilan BPKP.
Kesimpulan atas hasil evaluasi adalah sebagai berikut:
1) Evaluasi atas Peraturan BKPM tentang Standar Operasional
Prosedur (SOP) Layanan
46
SOP maupun tata cara permohonan perizinan/nonperizinan di
sektor Minyak dan Gas (Migas), Minenal dan Batubara
(Minerba), dan kelistrikan telah diterbitkan berdasarkan
peraturan kementerian tenis terkait dan telah
diimplementasikan.
2) Evaluasi atas Pelaksanaan Sosialisasi
BKPM belum optimal melakukan sosialisasi kepada dunia
usaha terkait SOP pelayanan perizinan/nonperizinan, baik
melalui media sosial, website maupun dalam bentuk forum
komunikasi, terutama di sektor Migas dan Minerba.
3) Evaluasi atas Tracking System
a) Secara umum, tracking system yang terintegrasi dengan
Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara
Elektronik (SPIPISE) telah diimplementasikan di 438
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Jumlah ini telah
melampaui target yang tertuang dalam Instruksi Presiden
Nomor 10 Tahun 2016 sebanyak 350 PTSP. Namun jumlah
perizinan yang diterbitkan oleh PTSP Pusat dan Dinas
Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Provinsi, Kabupaten/Kota yang dapat
menggunakan aplikasi SPIPISE masih sangat terbatas yaitu
hanya untuk penerbitan Izin Prinsip dan Izin Usaha.
b) Untuk sektor Migas, Minerba, dan Kelistrikan, proses
perizinan masih secara luar jaringan, belum masuk dalam
tracking system yang terintegrasi dengan SPIPISE. Hal ini
mengakibatkan penelusuran proses penerbitan perizinan
ketiga sektor ini sulit diketahui oleh pengguna jasa.
c) Realisasi waktu pengurusan perizinan di sektor migas,
minerba, dan kelistrikan masih melebihi batasan waktu
yang telah ditetapkan di dalam SOP.
47
4) Evaluasi atas Peraturan tentang Kewajiban Masyarakat
Menyelesaikan Pembayaran Pajak/Retribusi sebagai Prasyarat
dalam Mengurus Perizinan.
BKPM telah membuat peraturan dan telah diimplementasikan
terkait kewajiban pelaku usaha/masyarakat untuk
menyelesaikan kewajiban perpajakannya sebagai prasyarat
dalam mengurus semua perizinan di BKPM.
5) Evaluasi atas Efektivitas Mekanisme Pengaduan
Mekanisme pengaduan di sektor migas, minerba, dan
kelistrikan sudah termasuk di dalam mekanisme umum
pengaduan serta BKPM telah memiliki Satuan Tugas Khusus
Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. BKPM telah
menerbitkan Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 11 Tahun 2017 tanggal 23 November 2017 tentang
Manajemen Risiko di Lingkungan BKPM yang didalamnya telah
terdapat prosedur penilaian risiko fraud, namun implementasi
peraturan tersebut belum dilaksanakan karenakan baru
diterbitkan.
Atas permasalahan tersebut, Deputi Bidang Investigasi
merekomendasikan kepada Kepala BKPM selaku Penanggung
Jawab Aksi Penyederhanaan Jumlah, Persyaratan Waktu, dan
Prosedur Perizinan untuk:
1) Melakukan sosialisasi secara optimal mengenai SOP
layanan perizinan/nonperizinan di sektor migas, minerba
dan kelistrikan melalui media sosial, web, dan forum-forum
komunikasi.
2) Memperbanyak jenis penerbitan perizinan yang
menggunakan aplikasi SPIPISE, sehingga tidak hanya
terbatas untuk penerbitan Izin Prinsip dan Izin Usaha saja.
3) Segera melakukan integrasi dan pertukaran data antara
SPIPISE dengan sistem yang dibangun oleh kementerian
48
teknis, terkait perizinan di sektor migas, minerba dan
kelistrikan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada
pengguna jasa.
4) Penerapan Standard Operating Procedure (SOP) terkait
waktu pengurusan perizinan di sektor migas, minerba, dan
kelistrikan agar dilaksanakan secara optimal.
5) Segera melaksanakan Peraturan Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 11 Tahun 2017 tanggal 23
November 2017 tentang Manajemen Risiko di Lingkungan
BKPM terkait penilaian risiko fraud.
b. Kajian Penerapan Fraud Control Plan (FCP) yang terintegrasi
dalam proses bisnis organisasi atas Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional (PSN) Bidang Transportasi
Penilaian risiko kecurangan pada PSN Bidang Transportasi
dilaksanakan oleh 18 Perwakilan BPKP atau 81,82% dari 22
Perwakilan BPKP yang dalam wilayah kerjanya terdapat PSN
Bidang transportasi. Cakupan penilaian meliputi 18 PSN Bidang
Transportasi atau 24,32% dari 74 PSN Bidang Transportasi yang
tersebar di 22 Provinsi sebagaimana ditetapkan dalam lampiran
Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016.
Hasil Fraud Risk Assessment menunjukkan adanya 19 jenis risiko
fraud pada penyelenggaraan Proyek Strategis Nasional Bidang
Transportasi, yang terdiri dari 8 (delapan) risiko pada aspek
penyediaan tanah (APJ), 1 (satu) risiko pada aspek jaminan
pemerintah dan pembiayaan (AJP) serta 8 (delapan) risiko pada
aspek pengadaan barang/jasa pemerintah (APBJ) serta 2 (dua)
risiko pada aspek perizinan dan non perijinan (APNJ).
Dari jumlah risiko teridentifikasi tersebut, terdapat 10 (sepuluh)
risiko prioritas, yang terdapat pada Tabel 3.9.
49
Tabel 3.9
Risiko Fraud pada Penyelenggaraan Proyek Strategis Nasional
Bidang Transportasi
No. Nama Risiko Skor Risiko
(1,00 – 25,00)
Aspek Jumlah
PSN
1 Terdapat pungutan
tidak resmi
20,00 AJP 1
2 Tendensi penetapan
lokasi
14,99 APJ 3
3 Kelebihan
pembayaran
11,92 APBJ 5
4 Perencanaan disusun
tidak sesuai dengan
kebutuhan
11,00 APBJ 3
5 Rekayasa lelang 10,56 APBJ 5
6 Konflik Kepentingan 10,00 APBJ 6
7 Mark up harga 10,00 APBJ 4
8 Gugatan hukum 10,00 APJ 2
9 Pemalsuan dokumen 9,93 APBJ 8
10 Konflik kepentingan
pada penyediaan
tanah
9,42 APJ 3
Secara umum risiko-risiko fraud tersebut dapat terjadi karena
kelemahan sistem pengendalian internal dalam mengidentifikasi
risiko fraud dan merancang sistem pencegahan fraud dalam
penyelenggaraan PSN Bidang Transportasi.
Untuk membangun dan mengoptimalkan sistem pengendalian
internal dalam mengidentifikasi risiko fraud dan merancang sistem
pencegahan fraud dalam penyelenggaraan Proyek Strategis
Nasional, Deputi Bidang Investigasi memberikan saran sebagai
berikut:
1) Melakukan probity assurance and advice atas proses
pengadaan barang/jasa pada Proyek Strategis Nasional.
50
2) Mendorong penerapan FRA
yang diperluas pada seluruh
Bidang PSN untuk menyusun
Register Risiko Fraud Nasional
pada Proyek Strategis
Nasional.
3) Meningkatkan kapabilitas
APIP di Bidang Manajemen
Risiko Fraud sehingga
memiliki kompetensi yang
cukup dalam menjalankan peran assurance dan consulting
berbasis manajemen risiko.
4) Membangun budaya organisasi anti korupsi dalam
penyelenggaraan Proyek Strategis Nasional.
c. Laporan Hasil Kajian Risiko Kecurangan (Fraud) Alokasi
Pemanfaatan Pengelolaan Gas ke BUMD
Dalam rangka mendukung program pembangunan nasional
berupa pembangunan
kedaulatan energi,
Direktorat Investigasi
BUMN dan BUMD
melakukan kajian risiko
kecurangan (fraud)
alokasi pemanfaatan
pengelolaan gas ke
BUMD/perusahaan
daerah karena fraud menjadi salah satu penyebab utama tidak
tercapainya tujuan pemberian alokasi gas ke Pemerintah Daerah.
Kajian dilakukan atas 29 alokasi gas pada 24 BUMD dan bertujuan
untuk mengidentifikasi adanya red-flags di dalam proses alokasi,
pemanfaatan, dan pengelolaan gas oleh BUMD.
51
Hasil kajian adalah sebagai berikut:
1) Hasil identifikasi adanya red flag pada proses pemberian
alokasi gas kepada pemerintah daerah/BUMD adalah
terdapat delapan kejadian (27,59%) pada tujuh BUMD yang
mendapat bantuan/pinjaman dari pihak ketiga untuk
menyediakan standby letter of credit (SBLC). Hal ini
menunjukkan adanya permintaan alokasi gas tanpa
memperhatikan sumber daya/dana BUMD/pemerintah
daerah.
2) Hasil identifikasi adanya red flags kepemilikan saham
pemerintah daerah pada BUMD penerima alokasi gas adalah
terdapat empat kejadian (13,79%) BUMD yang dibentuk
khusus untuk menerima alokasi gas. Hal ini meningkatkan risiko
ketidaksiapan struktur organisasi dan sumber daya manusia,
kurangnya pengalaman usaha, dan kurangnya kemampuan
sumber daya finansial dalam pelaksanaan operasional
pengelolaan dan penyaluran alokasi gas.
3) Hasil indentifikasi red flags dalam operasional pengelolaan/
pengolahan/ pemanfaatan alokasi gas oleh BUMD adalah
terdapat sembilan kejadian (31,03%) pada delapan BUMD
yang tidak mencerminkan struktur organisasi yang mampu
mengolah alokasi gas dan dua kejadian (6,90%) adanya
direksi yang tidak independen.
4) Hasil identifikasi red flags pada kerjasama operasional (KSO)
antara BUMD dengan pihak ketiga adalah terdapat enam
kejadian (20,69%) proses pemilihan pihak ketiga sebagai
perusahaan rekanan KSO tidak sesuai ketentuan yang
berlaku, sebelas kejadian (37,93%) pembentukan badan
usaha baru untuk menerima alokasi gas dalam rangka KSO,
dan satu kejadian (3,45%) harga gas lebih rendah jika
dibandingkan harga jual gas di pasaran sekitar.
52
5) Hasil identifikasi red flags pada penyaluran gas yang dilakukan
oleh BUMD adalah terdapat satu kejadian (3,45%) pembeli
gas bukan pengguna akhir (end user).
6) Hasil identifikasi red fags atas manfaat yang nyata terkait
alokasi gas ke daerah pada pendapatan asli daerah adalah
terdapat lima belas kejadian (51,72%) daerah belum
menerima dividen sehubungan pendapatan terkait alokasi
gas.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, Deputi Bidang
Investigasi merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal Minyak
dan Gas Bumi dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk:
1) Melakukan perbaikan peraturan tentang alokasi dan
pemanfaatan gas bumi:
a) Agar sebelum dilakukan pemberian alokasi gas dilakukan
kajian studi kelayakan terhadap BUMD/Perusahaan
Daerah yang akan diberi alokasi pemanfaatan gas terkait
kemampuan finansial, infrastruktur dan kompetensi SDM
dalam pengelolaan alokasi gas.
b) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan pemanfaatan alokasi gas kepada BUMD.
2) Melakukan pengalihan alokasi gas dari BUMD yang tidak
mampu melaksanakan pemanfaatan alokasi gas kepada
BUMD yang lain.
3) Melakukan pengendalian atas harga jual gas dari BUMD agar
harga jual menjadi kompetitif.
d. Laporan Hasil Kajian Risiko Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan
Pemerintah mencanangkan program pembangunan pembangkit
35.000 MW dan jaringan transmisi 46.000 km dalam periode tahun
2015 s.d. 2024 dalam rangka mewujudkan Peraturan Presiden RI
53
Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pembangunan
Infrastruktur Ketenagalistrikan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga listrik
rakyat secara adil dan merata serta
dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan tersebut
menghadapi permasalahan berupa:
1) Hambatan kelancaran pembangunan
Dalam periode tahun 2014 - 2017, terdapat 14 penugasan
BPKP yang berkaitan dengan klaim tambahan biaya akibat
perpanjangan waktu pelaksanaan pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan yang disebabkan oleh belum bebasnya
tanah yang menjadi lokasi pembangunan, perubahan desain,
dan penyebab lain yang bukan bersumber dari kesalahan
penyedia barang/jasa.
2) Kejadian fraud dalam proses perencanaan maupun
pelaksanaan program yang melibatkan pelaksana kegiatan,
penyedia barang/jasa, atau pengambil kebijakan
ketenagalistrikan.
3) Program pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan sebesar
35.000 MW tidak menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan, diantaranya:
a) Tahun 2016, pembangunan pembangkit yang sudah
beroperasi hanya sebesar 706 MW atau 2% dari target
sebesar 35.709 MW.
b) Pembangkit-pembangkit dengan jumlah kapasitas sebesar
10.141 MW atau 28% sedang dalam tahap konstruksi dan
54
8.478 MW atau 24% baru menyelesaikan Power Purchase
Agreement (PPA).
Berdasarkan kondisi di atas, Deputi Bidang Investigasi melakukan
kajian untuk merumuskan risiko dalam pelaksanaan program
pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan agar tujuan program
untuk menyediakan 35.000 MW dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Kajian dilaksanakan oleh Direktorat Investigasi Hambatan
Kelancaran Pembangunan dan 9 Perwakilan BPKP.
Hasil kajian adalah sebagai berikut:
1) Risiko Fraud
a) Klaim perubahan harga, perubahan lingkup pekerjaan,
maupun jangka waktu kontrak yang terjadi secara
berulang. Hal tersebut disebabkan oleh proses
perencanaan kontrak tidak dilakukan secara akurat,
ditunjukkan dengan banyaknya asumsi kontrak yang
berbeda dengan kondisi di lapangan.
b) Ketidakwajaran nilai pembebasan lahan lokasi pekerjaan
yang disebabkan adanya kolusi pemilik lahan dengan tim
pembebasan tanah.
c) Penyimpangan kualitas dan kuantitas pekerjaan dari
spesifikasi kontrak yang terjadi karena pengawasan yang
dilakukan oleh pemilik pekerjaan secara langsung atau
dengan menggunakan jasa konsultan pengawas tidak
optimal.
d) Kerjasama antar penyedia barang/jasa untuk mengatur
pemenang lelang. Hal tersebut dimungkinkan karena
jumlah penyedia barang/jasa relatif kurang untuk
memenuhi seluruh rencana pengadaan pembangunan
infrastruktur oleh PT PLN (Persero).
Risiko-risiko fraud di atas berpotensi menimbulkan dampak
berupa kerugian bagi PLN berupa kontrak dengan biaya
55
terlalu tinggi, timbulnya proyek mangkrak, serta terjadinya
permasalahan hukum.
2) Risiko Hambatan Kelancaran Pembangunan
Risiko hambatan kelancaran pembangunan yang signifikan
dalam pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan adalah:
a) Jumlah penyedia barang/jasa tidak mampu memenuhi
target pembangunan pembangkit 35.000 MW dan
jaringan transmisi 46.000 km karena kebutuhan modal
penyedia barang/jasa di bidang ini tergolong mahal, serta
persepsi penyedia barang/jasa yang menganggap
pekerjaan infrastruktur ketenagalistrikan tidak
berkelanjutan. Akibatnya pelaksanaan pekerjaan
infrastruktur ketenagalistrikan cenderung didominasi oleh
“pemain lama” dan waktu penyelesaian pekerjaan
menjadi lebih lama.
b) Jumlah tenaga kerja spesialis di bidang pembangunan
jaringan transmisi listrik relatif terbatas dibandingkan
dengan kebutuhan tenaga kerja untuk proyek jaringan
transmisi listrik. Hal tersebut disebabkan insentif (upah)
untuk pekerja dirasakan kurang menarik, serta kurangnya
program pencetakan tenaga di bidang tersebut.
Akibatnya kontrak-kontrak yang dilaksanakan secara
bersamaan, sering mengalami keterlambatan.
c) Penolakan masyarakat yang terkena imbas
pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan. Hal ini
disebabkan besaran ganti rugi tanah biasanya diperoleh
masyarakat dari pihak ketiga, bukan dari PLN. Dampaknya
terjadi keterlambatan dalam proses pembebasan lahan
yang secara otomatis menghambat pelaksanaan proyek.
d) Penyedia barang/jasa tidak mampu menyelesaikan
kewajiban kontrak. Kondisi ini disebabkan sebagian
56
pemenang lelang hanya bertindak sebagai broker, bukan
pemilik peralatan dan tenaga kerja yang sebenarnya.
e) Perencanaan yang kurang mempertimbangkan kondisi
lapangan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini berpotensi
menimbukan penghentian kontrak dan menjadi proyek
mangkrak.
Atas permasalahan tersebut, Deputi Bidang Investigasi
memberikan rekomendasi kepada Direksi PT PLN (Persero) untuk
melakukan tindakan pengendalian tambahan untuk mengurangi
kemungkinan munculnya risk event, antara lain berupa:
1) Pengurangan dampak perubahan harga kontrak akibat klaim
penyedia barang/jasa, melalui evaluasi/audit oleh pihak
eksternal yang kompeten atas klaim yang menimbulkan
perubahan harga;
2) Koordinasi dengan regulator seperti: BPN dan Pemerintah
Daerah untuk menetapkan aturan pembebasan tanah dalam
proyek kelistrikan untuk mengurangi potensi penolakan
masyarakat dan biaya pembebasan lahan yang terlalu tinggi;
3) Pengaturan kontrak mengenai penggunaan lembaga
independen terkait pengujian mutu dan spesifikasi teknis
pekerjaan;
4) Pemutakhiran database penyedia barang/jasa disertai
inspeksi data peralatan dan tenaga kerja yang dimiliki untuk
mengetahui jumlah penyedia barang/jasa yang memiliki
kemampuan secara riil;
5) Penerapan evaluasi sisa kemampuan nyata (SKN) dalam
proses pemilihan penyedia barang/jasa untuk menghindari
broker mengikuti lelang pengadaan penyedia barang/jasa
serta mencegah penyedia jasa melaksanakan pekerjaan di
luar kapasitas peralatan dan tenaga kerja yang dimiliki;
57
6) Penyelenggaraan pelatihan tenaga di bidang transimi melalui
PLN Udiklat dan lembaga pelatihan eksternal seperti Balai
Latihan Kerja (BLK) untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja
di bidang infrastruktur transmisi kelistrikan;
7) Pelibatan unit pelaksana pembangunan secara aktif dalam
perencanaan proyek untuk menghindari ketidaksesuaian
perencanaan dengan kondisi lapangan yang bisa
menimbulkan kontrak mangkrak.
8) Menerapkan Fraud Control Plan (FCP) dalam proses
pengadaan/pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.
4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K adalah tingkat pemanfaatan hasil audit penyesuaian harga
oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa
untuk pengambilan keputusan penyesuaian harga. Pengukuran
kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan hasil audit penyesuaian
harga yang dimanfaatkan oleh penanggung jawab kegiatan atau
pengguna barang/jasa dibandingkan jumlah laporan hasil audit
penyesuaian harga yang diterbitkan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari
target tahun 2017 sebesar 70%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan
jumlah laporan hasil audit penyesuaian harga yang ditindaklanjuti
oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa
sebanyak 24 laporan dibandingkan jumlah laporan audit
penyesuaian harga yang diterbitkan sebanyak 24 laporan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% lebih tinggi jika
dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun
2019) sebesar 80%.
58
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik
3.4.
Grafik 3.4
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil audit penyesuaian harga
yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Tahun 2017
Dari Grafik 3.4 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017
melampaui target yang telah ditetapkan. Tercapainya realisasi
kinerja disebabkan peran aktif auditan dalam menyelesaikan
hambatan/kendala terhadap peningkatan kualitas
penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan
negara. Selain itu tim audit dapat menyelesaikan penugasan dan
penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu.
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp157.557.225,00 atau 89,34% dibandingkan dengan anggaran
sebesar Rp176.355.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 605 OH atau 100,83% dari
rencana sebanyak 600 OH
TARGET REALISASI
Series1 70 100,00
0
20
40
60
80
100
120
59
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 89,34%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal
ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar daripada
capaian penggunaan SDM sebesar 100,83%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil audit
penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K” terdapat pada
Tebel 3.10.
Tabel 3.10
Target dan Realisasi Laporan Audit Penyesuaian Harga
Tahun 2017
Uraian Target Th 2017
(laporan)
Realisasi Th 2017
(laporan)
% capaian
Laporan Hasil
Audit
Penyesuaian
Harga
26 24 92,31
Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang diserahkan ke K/L/P/K
pada tahun 2017 beserta koreksi auditnya terdapat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11
Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang diserahkan ke K/L/P/K
Tahun 2017
Uraian Jumlah
laporan
Usulan panitia Hasil audit Koreksi
Laporan
Hasil Audit
Penyesuaian
Harga
24 Rp692.875.914.688,89
USD26.674
Rp534.551.042.762,89
USD25.577
Rp534.551.042.762,89
USD1.097
Rincian Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang ditindaklanjuti
oleh K/L/P/K terdapat pada Lampiran 8.
60
5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K adalah
tingkat pemanfaatan laporan hasil audit klaim berupa Laporan Hasil
Audit dalam rangka Penghitungan terhadap nilai klaim sebagai
dampak dari perubahan kondisi yang menyebabkan pekerjaan
tambah. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan
hasil audit klaim yang ditindaklanjuti oleh penanggung jawab
kegiatan atau pengguna barang/jasa dibandingkan jumlah laporan
audit klaim.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari
target tahun 2017 sebesar 70%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan
jumlah laporan hasil audit klaim yang ditindaklanjuti oleh
penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa sebanyak
9 laporan dibandingkan jumlah laporan audit klaim yang diterbitkan
sebanyak 9 laporan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% lebih tinggi jika
dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun
2019) sebesar 80%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik
3.5.
61
Grafik 3.5
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil audit klaim yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Tahun 2017
Dari Grafik 3.5 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017
melampaui target yang telah ditetapkan. Tercapainya kinerja
tersebut disebabkan peran aktif auditan dalam menyelesaikan
hambatan/kendala terhadap peningkatan kualitas
penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan
negara. Selain itu tim audit dapat menyelesaikan penugasan dan
penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu.
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp107.586.012,00 atau 91,51% dibandingkan anggaran sebesar
Rp117.570.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 195 OH atau 48,75% dari
rencana sebanyak 400 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 91,51%.
TARGET REALISASI
Series1 70 100,00
0
20
40
60
80
100
120
62
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal
ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar daripada
capaian penggunaan SDM sebesar 48,75%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil audit klaim
yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K” terdapat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12
Target dan Realisasi Laporan Hasil Audit Klaim
Tahun 2017
Uraian Target Th 2017
(laporan)
Realisasi Th 2017
(laporan)
% capaian
Laporan Hasil
Audit Klaim
14 9 64,29
Laporan Hasil Audit Klaim yang diserahkan ke K/L/P/K pada tahun
2017 beserta koreksi auditnya terdapat pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13
Laporan Hasil Audit Klaim yang diserahkan ke K/L/P/K
Tahun 2017
Uraian Jumlah
laporan
Usulan panitia Hasil audit Koreksi
Laporan
Hasil Audit
Klaim
9 Rp155.375.570.049
USD7.452.263
Yen111.586.024,00
Rp137.644.563.261,44
USD7,369,098.60
Yen111.586.024,00
Rp17.731.006.787,56
USD83,164.40
Rincian Laporan Hasil Audit Klaim yang ditindaklanjuti oleh K/L/P/K
terdapat pada Lampiran 9.
‘‘Sasaran Program 2
Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan
pembangunan nasional
Indikator kinerja yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran strategis
ini adalah persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan
63
yaitu tingkat penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan berupa
Laporan Hasil Evaluasi dalam rangka penyelesaian terhadap hambatan
kelancaran pembangunan sebagai dampak dari dispute diantara kedua
belah pihak terhadap suatu permasalahan yang ada. Pengukuran
kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan Evaluasi Hambatan
Kelancaran Pembangunan (EHKP) yang ditindaklanjuti kesepakatannya
oleh para pihak dibandingkan jumlah laporan EHKP.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari
target tahun 2017 sebesar 70%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan
jumlah laporan Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan (EHKP)
yang ditindaklanjuti kesepakatannya oleh para pihak sebanyak 19
laporan dibandingkan jumlah laporan EHKP yang diterbitkan sebanyak
19 laporan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% lebih tinggi jika dibandingkan
dengan target pada akhir periode Renstra (tahun 2019) sebesar 80%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik 3.6.
Grafik 3.6
Target dan Realisasi IKU Persentase penyelesaian hambatan kelancaran
pembangunan
Tahun 2017
TARGET REALISASI
Series1 70 100,00
0
20
40
60
80
100
120
64
Dari Grafik 3.6 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 melampaui
target yang telah ditetapkan. Tercapainya realisasi kinerja disebabkan
peran aktif auditan dalam menyelesaikan hambatan/kendala terhadap
peningkatan kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas
keuangan negara. Selain itu tim audit dapat menyelesaikan penugasan
dan penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu.
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp114.921.150,00 atau 48,87% dibandingkan dengan anggaran sebesar
Rp235.140.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 870 OH atau 90,63% dari rencana
sebanyak 960 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini
terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar daripada
capaian penggunaan dana sebesar 48,87%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini
terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar daripada
capaian penggunaan SDM sebesar 90,63%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase penyelesaian
hambatan kelancaran pembangunan” terdapat pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14
Target dan Realisasi Laporan EHKP
Tahun 2017
Uraian Target Th 2017
(laporan)
Realisasi Th 2017
(laporan)
% capaian
Laporan EHKP 31 19 61,29
Laporan EHKP yang yang ditindaklanjuti kesepakatannya oleh para pihak
terdapat pada Lampiran 10.
65
‘‘Sasaran Program 3
Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan korporasi
dalam pencegahan korupsi
Indikator kinerja yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran strategis
ini adalah:
1. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP.
2. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan.
Uraian capaian indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP
Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk FRA)
adalah tingkat penyelesaian penugasan Fraud Control Plan (FCP)
termasuk Fraud Risk Assessment (FRA) baik atas permintaan K/L/P/K
dan inisiatif sendiri pada salah satu dari tahapan:
a. Sosialisasi
b. Diagnostic Assessment
c. Bimbingan Teknis Implementasi
d. Evaluasi
e. Monitoring
yang dapat ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh K/L/P/K.
Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP dibandingkan dengan jumlah penugasan
FCP dilaksanakan (Sosialisasi + Diagnostic Assessment + Bimbingan
Teknis Implementasi + Evaluasi + Monitoring) termasuk FRA.
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan FCP
termasuk FRA yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi
Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP.
Perbandingan Target dengan Realisasi Kinerja Tahun 2017, dapat
dilihat pada Tabel 3.15.
66
Tabel 3.15
Realisasi dan Capaian Kinerja Outcome Tahun 2017
Sasaran
Program
Indikator
Kinerja
Satuan Target Realisasi Capaian
Th 2017
(%)
Meningkatnya
kualitas tata
kelola
pemerintahan
dan korporasi
dalam
pencegahan
korupsi
Jumlah K/L/P/K
yang
mengimpleme
ntasikan FCP
(termasuk FRA)
% 50,00 80,77 161,54
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 80,77% atau mencapai 161,54%
dari target tahun 2017 sebesar 50%. Realisasi kinerja dihitung
berdasarkan jumlah Laporan K/L/P/K yang mengimplementasikan
FCP termasuk FRA dibandingkan dengan jumlah penugasan FCP
yang dilaksanakan yaitu 42 laporan dibandingkan 52 penugasan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 80,77% lebih tinggi jika
dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun
2019) sebesar 55%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik
3.7.
67
Grafik 3.7
Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP
Tahun 2017
Dari Grafik 3.7 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017
melampaui target yang telah ditetapkan. Faktor pendukung
tercapainya indikator adalah Deputi Bidang Investigasi terus
melakukan pendekatan ke Instansi Pemerintah maupun BUMN/BUMD
dengan melakukan sosialisasi FCP. Untuk Instansi Pemerintah atau
BUMN/BUMD yang telah melakukan sosialisasi disarankan untuk
melakukan diagnostic assesment FCP dan mengimplementasikan
FCP.
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp47.578.400,00 atau 52,08% dibandingkan dengan anggaran
sebesar Rp91.360.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 856 OH atau 335,69% dari
rencana sebanyak 255 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 161,54%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 52,08%.
Target Realisasi
2017 50,00 80,77
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
68
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 161,54%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 335,69%.
Keberhasilan capaian sasaran program ini didukung oleh kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi
Bidang Investigasi dan Bidang Investigasi pada Perwakilan BPKP,
dengan indikator kinerja output sebagaimana terdapat pada Tabel
3.16.
Tabel 3.16
Capaian Kinerja Output Tahun 2017
No. Uraian Satuan Target Realisasi Capaian
(%)
1. Jumlah laporan
FCP Direktorat
Laporan 2 2 100,00
2. Jumlah laporan
FCP Perwakilan
BPKP
Laporan 65 50 76,92
Jumlah 67 52 77,61
Penugasan pengawasan yang dilaksanakan untuk mendukung
tercapainya IKU “Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP
(termasuk FRA)” bertujuan untuk peningkatan kualitas tata kelola
publik (Governance). Rincian penugasan pengawasan tahun 2017
antara lain sebagai berikut:
a. Penilaian Risiko Kecurangan (FRA) pada Perencanaan dan
Penganggaran Keuangan Daerah.
b. Bimbingan Teknis Peningkatan Tata Kelola Perusahaan yang Bersih
(Fraud Control Plan) pada PT DOK dan Perkapalan WAIAME
(Persero) Ambon.
c. Diagnostic Assessment Fraud Control Plan di Lingkungan Rumah
Sakit Daerah Madani.
69
d. Monitoring dan Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Fraud Control Plan
pada PT Askrindo (Persero).
2. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan
Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan, yaitu kompetensi untuk
melakukan kegiatan Fraud Control Plan (FCP), Fraud Risk Assesment
(FRA), Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK), dan Penilaian
Budaya Organisasi Anti Korupsi (PBOAK).
Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah auditor yang sudah
pernah (berpengalaman) melakukan FCP/FRA/MPAK/PBOAK kepada
K/L/P/K dibandingkan dengan jumlah seluruh auditor.
Perbandingan Target dengan Realisasi Kinerja Tahun 2017, dapat
dilihat pada Tabel 3.17.
Tabel 3.17
Realisasi dan Capaian Kinerja Outcome Tahun 2017
Sasaran
Program
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
Th 2017
(%)
Meningkatnya
kualitas tata
kelola
pemerintahan
dan korporasi
dalam
pencegahan
korupsi
Persentase
auditor yang
memiliki
kompetensi (hard
and soft
competency) di
bidang
pencegahan
% 60,00 63,32 105,54
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 63,32% atau mencapai 105,54%
dari target tahun 2017 sebesar 60%. Realisasi kinerja dihitung jumlah
auditor yang sudah pernah (berpengalaman) melakukan
FCP/FRA/MPAK/PBOAK kepada K/L/P/K dibandingkan dengan jumlah
seluruh auditor yaitu 347 auditor dibandingkan 548 auditor.
70
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 63,32% lebih rendah jika
dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun
2019) sebesar 65%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik
3.8.
Grafik 3.8
Persentase Auditor yang Memiliki Kompetensi (hard and soft
competency) di Bidang Pencegahan Tahun 2017
Dari Grafik 3.8 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017
melampaui target yang telah ditetapkan. Keberhasilan capaian
sasaran program ini didukung oleh jumlah auditor yang
melaksanakan pensugasan FCP/FRA/MPAK/PBOAK kepada K/L/P/K.
Pada tahun 2017, jumlah auditor yang melaksanakan penugasan
tersebut sebanyak 347 sedangkan jumlah auditor bidang investigasi
sebanyak 548.
Capaian kinerja persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP
(termasuk FRA) dan persentase auditor yang memiliki kompetensi
(hard and soft competency) di bidang pencegahan didukung
penggunaan dana sebesar Rp47.578.400,00 atau 52,08%
dibandingkan dengan anggaran sebesar Rp91.360.000,00.
Target Realisasi
2017 60,00 63,32
58,00
59,00
60,00
61,00
62,00
63,00
64,00
71
Capaian dua IKU tersebut menyerap SDM sebanyak 550 OH atau
99,10% dari rencana sebanyak 555 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 105,54%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 52,08%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal
ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 105,54%, lebih besar daripada
capaian penggunaan SDM sebesar 99,10%.
‘‘Sasaran Program 4
Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat terhadap
korupsi
Mulai tahun 2017 Deputi Bidang Investigasi melaksanakan kegiatan
pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK). Kegiatan
ini dilatarbelakangi oleh amanat Presiden RI kepada BPKP untuk lebih
intensif dalam pencegahan korupsi dan perlunya peningkatan efektifitas
kegiatan SosPAK yang telah dilaksanakan oleh BPKP sejak tahun 2004
sampai dengan 2016. Selain itu, kegiatan ini juga dipicu oleh perlunya
pengembangan strategi dan metodologi pengawasan yang baru sesuai
dengan tuntutan Rencana Strategis (Renstra) BPKP tahun 2015-2019.
Kegiatan pengembangan MPAK ini juga salah satu perwujudan dari
strategi pencegahan korupsi yang terintegrasi dalam rangka mencapai
visi Deputi Bidang Investigasi BPKP sebagai Pusat Keunggulan Solusi
Kecurangan.
Sehubungan dengan
dilaksanakannya kegiatan
MPAK, Indikator kinerja yang
tetapkan untuk menilai
capaian sasaran strategis ini
adalah Persentase K/L/P/K
72
anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK) yang
mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat
Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK)
yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat adalah rasio
K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan K/L/P atau unit kerja setara
di lingkungan Korporasi yang memenuhi tiga unsur kriteria yaitu:
1. Mempunyai Daftar Risiko Fraud yang terungkap dari hasil kegiatan
pembelajaran KPAK;
2. Mempunyai rencana penanganan risiko fraud yang dibahas bersama
dengan anggota KPAK;
3. Mempunyai peraturan K/L/P/K mengenai sistem pengaduan
masyarakat/ whistleblowing, atau belum mempunyai peraturan KLPK
mengenai sistem pengaduan masyarakat/ whistleblowing namun
menyatakan kesediaannya untuk dilakukan bimtek pengembangan
sistem pengaduan masyarakat/ whistleblowing.
dibandingkan dengan K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan KLP
atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang telah menjadi
anggota dari Komunitas Pembelajar Anti Korupsi.
Perbandingan Target dengan Realisasi Kinerja Tahun 2017, dapat dilihat
pada Tabel 3.18.
Tabel 3.18
Realisasi dan Capaian Kinerja Outcome Tahun 2017
Sasaran
Program
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
Th 2017
(%)
Meningkatnya
kepedulian
K/L/P/K dan
masyarakat
terhadap
korupsi
Persentase K/L/P/K
anggota
Komunitas
Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK)
yang
mengimplementasi
kan sistem
pengaduan
masyarakat
% 60,00 94,12 156,87
73
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 94,12% atau mencapai 156,87% dari
target tahun 2017 sebesar 60%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan
jumlah K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan K/L/P atau unit
kerja setara di lingkungan Korporasi yang telah memenuhi tiga unsur
kriteria dibandingkan dengan jumlah K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di
lingkungan /KL/P atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang telah
menjadi anggota dari Komunitas Pembelajar Anti Korupsi.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 94,12% lebih tinggi jika dibandingkan
dengan target pada akhir periode Renstra (tahun 2019) sebesar 70%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik 3.9.
Grafik 3.9
Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti korupsi (KPAK)
yang Mengimplementasikan Sistem Pengaduan Masyarakat Tahun 2017
Dari Grafik 3.9 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 melampaui
target yang telah ditetapkan. Keberhasilan capaian sasaran program ini
didukung oleh jumlah K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan KLP
atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang telah memenuhi tiga
unsur kriteria sebanyak 16 dibandingkan dengan jumlah K/L/P/K atau unit
kerja eselon I/II di lingkungan K/L/P atau unit kerja setara di lingkungan
Korporasi yang telah menjadi anggota dari Komunitas Pembelajar Anti
Korupsi sebanyak 17.
Target Realisasi
2017 60,00 94,12
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
74
Capaian kinerja Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan
masyarakat didukung penggunaan dana sebesar Rp23.372.000,00 atau
234,10% dibandingkan dengan anggaran sebesar Rp9.983.860,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 180 OH atau 180,00% dari
rencana sebanyak 100 OH
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini belum dicapai secara efisien. Hal
ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 156,87%, lebih kecil daripada
capaian penggunaan dana sebesar 234,10%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien. Hal
ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 156,87%, lebih kecil daripada
capaian penggunaan SDM sebesar 250,00%
Keberhasilan capaian sasaran program ini didukung oleh kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang
Investigasi dan Bidang Investigasi pada Perwakilan BPKP. Penugasan
pengawasan yang dilaksanakan untuk mendukung tercapainya IKU
persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK)
yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat adalah
sebagai berikut:
1. Penyusunan Pedoman Pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti
Korupsi (MPAK) Tahun 2017.
2. Sosialisasi Pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi.
3. Kompilasi Nasional Kegiatan Pengembangan Masyarakat Pembelajar
Anti Korupsi Tahun 2017
Sasaran Pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi Tahun 2017
pada Program Pemerataan dan Pengentasan Kemiskinan/ Program
Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2017 dilaksanakan oleh 17
Perwakilan BPKP dengan rincian pada lampiran 11.
75
‘‘Sasaran Program 5
Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah di
bidang keinvestigasian
Indikator kinerja yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran strategis
ini adalah persentase Auditor yang Memiliki Kompetensi Keinvestigasian.
Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian yaitu
kompetensi yang harus dimiliki oleh auditor investigatif meliputi
pengetahuan dan keterampilan di bidang:
1. Hukum
2. Keuangan
3. Audit dan Akuntansi
4. Ekonomi
5. Penyelidikan
6. Komputer
7. Investigasi
8. Manajemen
Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah auditor yang mengikuti
diklat dibandingkan dengan jumlah auditor yang ditargetkan untuk
mengikuti diklat pada tahun 2017.
Target peserta kegiatan peningkatan kapabilitas pegawasan di bidang
keinvestigasian tahun 2017 adalah 60% dari jumlah auditor sebanyak 548
auditor.
Perbandingan Target dengan Realisasi Kinerja Tahun 2017, dapat dilihat
pada Tabel 3.19.
76
Tabel 3.19
Realisasi dan Capaian Kinerja Outcome Tahun 2017
Sasaran
Program
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
Th 2017
(%)
Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan
intern
pemerintah di
bidang
keinvestigasian
Persentase
auditor yang
memiliki
kompetensi
keinvestigasian
% 60,00 67,88 113,13
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 67,88% atau mencapai 113,13% dari
target tahun 2017 sebesar 60%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan
jumlah auditor yang mengikuti kegiatan peningkatan kapabilitas
pegawasan di bidang keinvestigasian dibandingkan jumlah auditor
investigasi sebanyak 548 auditor.
Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 67,88% lebih tinggi jika dibandingkan
dengan target pada akhir periode Renstra (tahun 2019) sebesar 65%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik 3.10.
Grafik 3.10
Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian
Tahun 2017
TARGET REALISASI
Series1 60 67,88
56
58
60
62
64
66
68
70
77
Dari Grafik 3.10 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 melampaui
target yang telah ditetapkan. Keberhasilan capaian sasaran program
karena Deputi Bidang Investigasi terus meningkatkan kapabilitas auditor
investigasi dengan mengikutsertakan auditor investigasi pada pendidikan
dan pelatihan di bidang keinvestigasian. Pada tahun 2017 jumlah auditor
yang mengikuti kegiatan peningkatan kapabilitas pengawasan di
bidang keinvestigasian sebanyak 372 auditor dibandingkan jumlah
auditor investigasi sebanyak 548 auditor.
Capaian kinerja persentase Auditor yang Memiliki Kompetensi
Keinvestigasian menyerap SDM sebanyak 1.989 OH atau 142,07% dari
rencana sebanyak 1.400 OH.
Rincian kegiatan peningkatan kapabilitas pengawasan di bidang
keinvestigasian pada Tabel 3.20.
Tabel 3.20
Realisasi Kegiatan Peningkatan Kapabilitas Pengawasan di Bidang
Keinvestigasian
No Uraian Kegiatan Jumlah Peserta
1. Pelatihan “Developing Fraud Risk
Management Capability”
15
2. Diklat “Data Analytic, Fraud Investigation, and
Forensic Auditing”
10
3. Diklat “Certified Risk Management Profesional
(CRMP)”
3
4. Diklat “Certified Forensic Auditor (CFrA)” 44
5. Diklat Mediasi 10
6. Diklat Komputer Forensik 1
7. Diklat Audit Forensik 2
8. Diklat Audit Intern 1
9. Diklat Audit Investigatif 37
10. Diklat Audit Pengadaan Barang dan Jasa 3
11. Diklat Audit Kinerja 2
12. Diklat Pengaduan Masyarakat 1
13. Diklat Kapabilitas APIP di Bidang Investigasi 6
14. Diklat Kode Etik dan SAi 1
78
No Uraian Kegiatan Jumlah Peserta
15. ToT New Adult Learning 1
16. Pelatihan bersama Penyidik KPK 8
17. Workshop SIMA Investigasi 141
18. Big Data Overview for Manager and
Reporting Unit
2
19. Pelatihan Data Analyze Using SPSS 3
20. Pelatihan Resolusi Bank -LPS 77
21. Workshop LPS “Tipologi Kejahatan Perbankan
dan Pencucian Uang beserta Pengalaman
dan Penanganannya”
4
Jumlah 372
C. Penugasan/Kegiatan Lain
Selain melaksanakan penugasan dalam rangka pencapaian sasaran
program tersebut di atas, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan
penugasan/kegiatan berikut:
1. Pengendalian terhadap penugasan keinvestigasian
Deputi Bidang Investigasi melakukan pengendalian yang memadai
terhadap setiap penugasan bidang investigasi. Pengendalian
dimaksudkan agar laporan hasil penugasan bidang investigasi dapat
memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan
(stakeholdrers). Pengendalian tersebut dilakukan melalui kegiatan
penyamaan persepsi, koordinasi pengawasan, quality assurance,
peer reviu atas laporan penugasan bidang investigasi, dan
pemantauan tindak lanjut. Kegiatan tersebut bertujuan untuk
menjamin kualitas audit, mempercepat proses penugasan, dan
mencari jalan keluar atas permasalahan-permasalahan yang timbul
selama penugasan.
Target dan realisasi penugasan pada tahun 2017 terdapat pada
Tabel 3.21.
79
TABEL 3.21
Target Dan Realisasi Dalam Rangka Pengendalian Terhadap
Penugasan Keinvestigasian
No. Uraian Penugasan
Target
(laporan)
Realisasi
(laporan)
1 Penyamaan Persepsi 57 80
2 Koordinasi Pengawasan 4 12
3 Quality Assurance 30 73
4 Peer reviu atas laporan
penugasan investigasi
9 8
5 Penanganan pengaduan 8 23
Jumlah 108 196
Kegiatan ini menggunakan SDM sebenyak 5.841 OH atau 299,38%
dari rencana 1.951 OH. Realisasi penggunaan dana sebesar
Rp1.876.147.279,00 atau 98,93% dari anggaran sebesar
Rp1.896.354.000,00.
2. Kajian Pengawasan
Pada tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi melakukan kajian
pengawasan sebagai berikut:
a. Kajian atas Rencana Kerjasama Perum Perumnas dan PT Pertani
(Persero) tentang Pengembangan Aktiva Tetap Tanah Milik PT
Pertani (Persero).
Simpulan Hasil Kajian atas Rencana Kerjasama Perum Perumnas
dan PT Pertani (Persero) tentang Pengembangan Aktiva Tetap
Tanah Milik PT Pertani (Persero) adalah sebagai berikut :
1) Rencana Pendayagunaan Aktiva tetap berupa tanah di
Duren Tiga Kalibata Jakarta Selatan dapat dilakukan sesuai
dengan Permen BUMN Nomor 13 Tahun 2014 dan Peraturan
Direksi PT Pertani (Persero) Nomor Pert. 006/ORG/01.
80
2) Rencana pendayagunaan aset yang kurang produktif dan
idle melalui kerjasama dengan Pihak III (BUMN lain) secara
spesifik belum tertuang dalam Risalah RUPS, namun telah ada
dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PT
Pertani (Persero) Tahun 2017.
3) Pengajuan persetujuan pemanfaatan aset tanah di Duren
Tiga Kalibata Jakarta Selatan kepada Dewan Komisaris dan
RUPS belum dilakukan oleh PT Pertani (Persero).
4) Rencana kerjasama pendayagunaan aset PT Pertani (Persero)
di Duren Tiga Kalibata, Jakarta Selatan, yang telah diinisiasi
sejak tahun 2014 dan sedang dalam proses pengkajian, tetap
dapat dilanjutkan berdasarkan Permen BUMN Nomor 13
Tahun 2014 selama SOP yang diatur dalam Peraturan Direksi
PT Pertani (Persero) Nomor Pert. 006/ORG/01 tentang
Pedoman Pendayagunaan Aktiva Tetap PT Pertani (Persero),
sedang dalam proses penyesuaian dengan Permen BUMN
Nomor 3 Tahun 2017 atau dalam waktu 6 bulan.
5) PT Pertani (Persero) dan Perum Perumnas masih berada pada
tahap pra-penunjukan mitra. Sesuai dengan Peraturan Direksi
PT Pertani (Persero) Nomor: Pert. 006/ORG/01 tentang
Pedoman Pendayagunaan Aktiva Tetap PT Pertani (Persero)
tahapan Penunjukan Langsung secara formal belum
dilakukan oleh kedua belah pihak.
Sehubungan dengan rencana Kerjasama Pendayagunaan Aktiva
Tanah di Duren Tiga Kalibata Jakarta Selatan, dengan ini kami
sarankan kepada Direksi PT Pertani (Persero) dan Direksi Perum
Perumnas agar :
1) PT Pertani (Persero) dan Perum Perumnas, sesuai dengan
Permen BUMN Nomor 13 Tahun 2014 dan Peraturan Direksi PT
Pertani (Persero) Nomor Pert. 006/ORG/01 tentang Pedoman
Pendayagunaan Aktiva Tetap.
81
2) PT Pertani (Persero), sesuai dengan Permen BUMN Nomor 13
Tahun 2014 dan Peraturan Direksi PT Pertani (Persero) Nomor
Pert. 006/ORG/01 tentang Pedoman Pendayagunaan Aktiva
Tetap, agar mengajukan permohonan Persetujuan RUPS atas
rencana kerjasama pendayagunaan aktiva
3) PT Pertani (Persero) dan Perum Perumnas agar menyiapkan
dokumen kerjasama setelah mendapatkan persetujuan
pendayagunaan aktiva tetap dari RUPS.
4) Dengan terbitnya Permen BUMN Nomor 3 Tahun 2017 yang
mencabut Permen BUMN Nomor 13 tahun 2014 tentang
Pedayagunaan Aset, PT Pertani (Persero) agar menguji
kesesuaian Standar Operasional Prosedur (SOP) / Pedoman
Pendayagunaan Aktiva Tetap PT Pertani (Persero) dengan
Permen Nomor 3 Tahun 2017 dalam waktu paling lama
6 bulan sejak tanggal Permen ini diundangkan (6 bulan sejak
tanggal 21 Agustus 2017) dan melaporkan SOP tersebut
kepada Menteri BUMN dalam waktu paling lama 1 bulan sejak
tanggal SOP tersebut ditetapkan (telah diuji kesesuaiannya).
b. Kajian atas Besaran Tarif PNBP Jasa Tambat untuk Kerjasama
antara Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)
Kelas I Banten dan PT Krakatau Bandar Samudera dalam
Pengusahaan Pelabuhan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS) yang Melayani Kepentingan Umum.
Simpulan hasil kajianadalah sebagai berikut:
1) Sebagaimana diatur dalam dokumen perjanjian kerjasama
tanggal 19 April 2013 yang telah dilakukan perubahan melalui
Addendum Pertama No.HK.107/1/2/KSOP.Btn-15–
No.HK.02.01/048.01/DU/XII/2015 tanggal 16 Desember 2015,
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2015, serta PP
Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas PNBP yang
Berlaku pada Kementerian Perhubungan, tarif PNBP Jasa
82
Tambat untuk periode tanggal 26 Desember 2015 sampai
dengan 25 Juni 2016 ditentukan berdasarkan kesepakatan PT
KBS dan KSOP Kelas I Banten.
2) PP Nomor 15 Tahun 2016 sebagai perubahan dari PP Nomor 11
Tahun 2015, tidak mengatur tarif PNBP untuk kerjasama bentuk
lainnya, namun pada Lampiran PP Nomor 15 Tahun 2016 telah
mengatur tarif PNBP Jasa Tambat untuk TUKS, yang ditetapkan
sebesar 50% dari tarif PNBP untuk pelabuhan umum terdekat.
3) Dengan adanya tarif PNBP untuk TUKS dalam Lampiran PP
Nomor 15 Tahun 2016, serta memperhatikan pendapat hukum
dari Kantor Pengacara Negara, tarif PNBP Jasa Tambat dalam
Lampiran PP Nomor 15 Tahun 2016 dapat dijadikan acuan
dalam menentukan kesepakatan tarif PNBP Jasa Tambat atas
kerjasama pengusahaan pelabuhan antara PT KBS dengan
KSOP Kelas I Banten untuk periode tanggal 26 Desember 2015
sampai dengan 25 Juni 2016.
Atas permasalahan Besaran Tarif PNBP Jasa Tambat Disarankan
kepada Direktur Utama PT KBS agar :
1) Menyusun kesepakatan dengan KSOP Kelas I Banten terkait
penetapan tarif PNBP Jasa Tambat atas kerjasama
pengusahaan pelabuhan periode tanggal 26 Desember 2015
sampai dengan 25 Juni 2016.
2) Menyelesaikan kewajiban penyetoran PNBP Jasa Tambat
segera setelah dicapai kesepakatan mengenai tarif PNBP atas
kerjasama tersebut.
c. Kajian Terhadap Kelayakan Amandemen Kontrak Serta
Kewajaran Koefisien dan Indeks Perubahan Harga Satuan Kontrak
Atas Pekerjaan Pengadaan Tower, Pondasi, Erection E/M dan
Stringing SUTET 500 kV Tanjung Jati B – TX (T.12 – Ungaran – Pedan)
Section 1, 2, 3, dan 4 pada PT PLN (Persero) Unit Induk
Pembangunan (UIP) Jawa Bagian Tengah (JBT) II.
83
Simpulan hasil kajian adalah sebagai berikut:
1) Rencana amandemen untuk pemberlakuan penyesuaian
harga pada kontrak Pekerjaan Pengadaan Tower, Pondasi,
Erection E/M dan Stringing SUTET 500 kV Tanjung Jati B – TX (T.12
– Ungaran – Pedan) Section 1, 2, 3, dan 4 merupakan ganti
rugi atas Peristiwa Kompensasi berupa keterlambatan
penyerahan lokasi proyek, sebagaimana dimaksud dalam
SSUK Pasal 5.31 dan 5.32.
2) Rencana amandemen tersebut telah didukung dengan:
a) Ketentuan penyesuaian harga dalam SSUK butir 6.7, SSKK
butir 6.7 (a) dan 6.7 (b), Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa PT PLN (Persero), serta pendapat hukum dari
Satuan Hukum Korporat PT PLN (Persero). Dalam aturan-
aturan tersebut telah diatur mengenai hak Penyedia
Barang/Jasa untuk memperoleh penyesuaian harga bila
pelaksanaan pekerjaan melebihi 12 bulan, item pekerjaan
yang memperoleh penyesuaian harga satuan, nilai
koefisien tetap yang tidak memperoleh penyesuaian
harga, formula perhitungan penyesuaian harga, serta
penentuan harga dasar dan indeks dasar.
b) Aspek teknis berupa amandemen perpanjangan waktu
kontrak yang diakibatkan oleh keterlambatan
PT PLN (Persero) selaku Pemilik Pekerjaan dalam
membebaskan tanah lokasi tapak tower. Perpanjangan
waktu tersebut menyebabkan harga satuan pekerjaan
dan harga kontrak yang disepakati pada saat
penandatanganan kontrak sudah tidak sesuai dengan
kondisi pada saat pekerjaan dilaksanakan.
3) Koefisien komponen pekerjaan yang disepakati oleh
PT PLN (Persero) dan Penyedia Barang/Jasa untuk perhitungan
penyesuaian harga, perlu dilengkapi dengan kajian teknis
84
agar nilai koefisien dapat dipertanggungjawabkan secara
profesional. Koefisien komponen pekerjaan tersebut terlebih
dahulu ditetapkan oleh GM UIP JBT selaku Pengguna
Barang/Jasa sebelum dituangkan dalam amandemen
kontrak, sebagaimana diatur dalam Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa PT PLN (Persero) butir 8.9.2.
4) GM UIP JBT II juga perlu menetapkan indeks harga yang akan
digunakan dalam perhitungan penyesuaian harga seperti
diatur dalam SSUK butir 6.7. Penetapan indeks harga tersebut
diperlukan untuk menyamakan persepsi antara Penyedia Jasa
dan PT PLN (Persero) dalam menentukan nilai penyesuaian
harga yang akan diberikan dalam pelaksanaan kontrak.
Hasil kajian ini digunakan sebagai salah satu pertimbangan
dalam pengambilan keputusan terkait rencana addendum
pemberlakuan penyesuaian harga dalam kontrak Pekerjaan
Pengadaan Tower, Pondasi, Erection E/M dan Stringing SUTET
500 kV Tanjung Jati B – TX (T.12 – Ungaran – Pedan) Section 1, 2, 3,
dan 4.
d. Kajian atas Rencana Penggunaan Dana Penyertaan Modal
Negara (PMN) pada PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. memperoleh
tambahan PMN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 2016 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara
Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk
dengan realisasi sebesar Rp2.249.991.497.000,00. Tambahan PMN
tersebut disertai dengan right issue untuk mempertahankan
komposisi kepemilikan saham PT Pembangunan Perumah-
an (Persero) Tbk, dengan realisasi sebesar Rp2.120.690.090.662,00
(setelah dikurangi biaya penawaran umum).
85
Seluruh dana PMN dan sebagian dana hasil right issue
direncanakan untuk kegiatan investasi di bidang infrastruktur
pelabuhan, jalan tol, dan apartemen menengah, sebagaimana
disebutkan dalam rencana bisnis/kajian yang diajukan pada saat
penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2016, serta
Surat Menteri BUMN Nomor S-367/MBU/06/2016 tanggal
22 Juni 2016 perihal Perubahan Peruntukan PMN Tahun 2016 pada
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Namun dengan
pertimbangan kebutuhan untuk memperbaiki struktur permodalan
dan meningkatkan kapasitas usaha anak perusahaan,
menggunakan dana PMN dan hasil right issue dengan mekanisme
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. melakukan
penyertaan kepada anak perusahaan, untuk selanjutnya anak
perusahaan melakukan penyertaan kepada perusahaan
patungan yang melaksanakan kegiatan investasi infrastruktur.
Berdasarkan hasil kajian, rencana mekanisme penggunaan dana
PMN tersebut sudah sejalan dengan tujuan penambahan PMN
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 2016 dan Surat Menteri BUMN Nomor S-367/MBU/06/2016
tanggal 22 Juni 2016 yaitu:
1) Perbaikan struktur permodalan dan peningkatan kapasitas
usaha PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk; dan
2) Mendukung program Pemerintah melaksanakan
pembangunan infrastruktur nasional.
Atas permasalahan tersebut, disarankan kepada Direksi
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk untuk menggunakan
hasil kajian ini sebagai salah satu pertimbangan dalam
pengambilan keputusan terkait penggunaan dana tambahan
PMN dan hasil right issue untuk mendukung program
pembangunan infrastruktur nasional.
86
3. Revisi PPBI
Sebagai tindak lanjut atas terbitnya Peraturan Presiden Nomor 192
Tahun 2014 tentang BPKP, Peraturan Kepala BPKP nomor PER-
1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012 tentang Pedoman
Penugasan Bidang Investigasi (PPBI) menyesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang baru yang mempengaruhi perubahan
peran dan perubahan proses bisnis BPKP.
Peraturan yang berkaitan dengan perubahan PPBI sebagai berikut:
a. UU Nomor 30 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah.
c. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tanggal
31 Desember 2014 Tentang Peningkatan Kualitas Sistem
Pengendalian Intern Dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi
Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan
Rakyat.
d. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tanggal 8 Januari 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
e. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tanggal 12 Januari 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
f. Keputusan Dewan Pengurus Nasional (DPN) Assosiasi Auditor
Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) Nomor: KEP-
005/AAIPUDPN/2014 tanggal 24 April 2014 tentang Pemberlakuan
Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia, Standar Audit
Intern Pemerintah Indonesia, dan Pedoman Telaah Sejawat
Auditor Intern Pemerintah Indonesia.
g. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2016 tanggal 27 Juli 2016
tentang Pencabutan Peraturan Menteri PAN Nomor
87
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawas
Intern Pemerintah
h. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 9 tahun 2016 tentang Pencabutan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Kode Etik
Aparat Pengawas Intern Instansi Pemerintah
Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut di atas, maka:
a. Penugasan yang awalnya mensyaratkan permintaan dari objek
penugasan, dengan adanya perturan-peraturan tersebut untuk
penugasan tertentu dapat dilaksanakan secara proaktif/ atas
inisiatif, yang dilakukan setelah berkoordinasi dengan APIP dan
unit terkait.
b. Terdapat penambahan kegiatan keinvestigasian berupa
pengelolaan data dan informasi hasil pengawasan.
c. Dana penugasan dapat menggunakan sumber dana unit kerja
dan mitra bersangkutan setelah memperoleh ijin Kepala BPKP dan
atau Pejabat Eselon I.
d. Dasar audit diperkuat dengan Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia (SAIPI).
e. Diperlukan penguatan aturan terkait proses kerja penugasan
keinvestigasian, termasuk penyempurnaan nomenklatur kerugian
negara, agar laporan hasil penugasan BPKP tidak menjadi objek
TUN.
f. Seluruh kegiatan pengawasan keinvestigasian harus dilengkapi
dengan prosedur baku (SOP)
g. Terdapat penambahan kegiatan pengawasan keinvestigasian
berupa asset tracing, data mining.
h. Dalam penanganan tindak pidana oleh korporasi perlu
penambahan jenis bukti audit (bukti audit keterangan korporasi).
88
i. Bahwa di dalam Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI) maupun
Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian
Keuangan Negara (LHPKKN) BPKP seyogianya perlu
mencantumkan frasa yang dimaksudkan untuk menghindarkan
pemahaman pembaca LHAI dan LHPKKN bahwa BPKP
mengambilalih kewenangan penyidik/aparat penegak hukum
misalnya yang berkaitan dengan proses penetapan tersangka,
perumusan sifat melawan hukum, penyitaan alat bukti, proses
penyusunan berita acara pemeriksan dan sebagainya
j. Simpulan audit tidak menggunakan frasa “menimbulkan”
kerugian keuangan negara, dan diganti dengan: “Berdasarkan
hasil audit, kami berpendapat telah terjadi penyimpangan yang
menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar….”.
4. Revisi Petunjuk Teknis (Juknis) ke HKP an
Dalam rangka memitigasi risiko tidak digunakan dan adanya
keberatan terhadap hasil evaluasi hambatan kelancaran
pembangunan, audit penyesuaian harga, dan audit klaim serta
meningkatkan efektivitas penugasan ke HKP an, maka dilakukan
perubahan juknis ke HKP an sebagai berikut:
a. Tahapan penelaahan informasi awal terutama pada saat
ekspose awal
Pada juknis sebelumnya tahapan ini bertujuan untuk menggali
informasi yang lebih lengkap terkait permasalahan yang ada,.
Tujuan ini direvisi menjadi diarahkan untuk mempertajam apakah
permintaan evaluasi dan audit dapat dilaksanakan atau tidak,
sehingga pada tahapan ekspose kriteria-kriteria diterimanya
penugasan sudah harus dapat diidentifikasi semua dan dapat
disimpulkan permintaan tersebut diterima atau ditolak.
b. Pada tahapan pelaksanaan terdapat perubahan yang signifikan
terutama pada proses audit yang melibatkan pihak terkait. Pihak
terkait dapat dilibatkan dalam proses audit terutama saat risalah
89
sementara hasil evaluasi/audit telah dibuat. Segala bentuk hasil
audit dapat dibicarakan dan memungkinkan adanya diskusi
apabila ada hasil yang berbeda.
c. Quality Assurance oleh rendal dapat dilakukan setiap saat tidak
harus setelah laporan selesai, dan dapat berupa komunikasi
melalui email atau telepon atau media lain dan tidak harus
dengan tatap muka.
d. Perubahan lampiran dan format evaluasi/audit.
5. Penyusunan Standard Operating Procedures (SOP)
Pada tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi menyusun SOP untuk
memberikan panduan atau pedoman dalam melaksanakan
penugasan bidang investigasi, yang terdiri dari:
a. Audit Investigatif.
b. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara.
c. Pemberian Keterangan Ahli.
d. Audit Penyesuaian Harga.
e. Audit Klaim.
f. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan.
g. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik.
h. Telaah atas Surat Pengaduan Masyarakat.
i. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Penjaminan Kualitas/ Quality
Assurance.
j. Sosialisasi Fraud Control Plan (FCP).
k. Diagnostic Assesment Fraud Control Plan (FCP).
l. Bimbingan Teknis Fraud Control Plan (FCP).
m. Evaluasi Fraud Control Plan (FCP).
n. Bimbingan Teknis Penilaian Risiko Kecurangan (Fraud Risk
Assesment-FRA).
o. Pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK).
p. Analisis Akar Penyebab Permasalahan.
q. Pengkajian terhadap Ketentuan Peraturan.
90
6. Rapat Kerja (Raker) Deputi Bidang Investigasi
a. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penyelenggaraan raker adalah sebagai
berikut:
1) Peningkatan Kapabilitas Investigatif Kedeputian Investigasi
Menuju Pusat Unggulan Solusi Kecurangan dalam
pelaksanaan tugas sesuai Peraturan Presiden Nomor 192
tahun 2014, Renstra BPKP 2015-2019 dan Renstra Deputi Bidang
Investigasi;
2) Meningkatkan penyamaan persepsi, pengetahuan dan
pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan terkait SIMA
PPBI dan Standar, Operasi dan Prosedur (SOP) di bidang
keinvestigasian.
b. Pelaksanaan Raker
1) Waktu danTempat
Tanggal : 27 s.d. 28 Februari 2017.
Tempat : Aula Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
2) Peserta
Seluruh Pegawai di lingkungan Deputi Bidang Investigasi.
3) Materi
a) Desiminasi Hasil Raker BPKP 2017, Rencana Strategis dan
Roadmap Kedeputian Investigasi
b) SIMA Investigasi
Rencana Pengawasan sesuai dengan Kebijakan
Pengawasan BPKP Tahun 2017 terdapat 4 fokus
pengawasan yang terdiri dari:
(1) Pengawalan Program Prioritas Nasional (Program
Lintas).
(2) Peningkatan Ruang Fiskal.
(3) Pengamanan Aset Negara/Daerah.
91
(4) Peningkatan Tata Kelola.
c) Kebijakan Teknis Pengawasan Kedeputian Investigasi
Tahun 2017
d) Pemaparan Revisi PPBI dan SOP.
Dalam melakukan kegiatan audit Investigasi maupun audit
PKKN yang dapat dikatakan bersifat represif apabila
ditemukan kerugian negara akibat penyalahgunaan aset
maka perlu dibuatkan mekanisme atau prosedur apa
yang harus dilakukan atau dilaporkan atas penyelamatan
aset tersebut.
92
7. Forum Investigasi
Forum Investigasi Tahun 2017 mengangkat tema “Peningkatan
Kapabilitas Pengawasan Investigatif Menuju Pusat Unggulan Solusi
Kecurangan” yang diselenggarakan pada tanggal 22 sampai
dengan 24 Maret 2017 bertempat di Auditorium Gandhi Kantor BPKP
Pusat. Forum Investigasi tersebut diikuti oleh Pejabat Struktural dan
Pejabat Fungsional Auditor di lingkungan Deputi Bidang Investigasi,
Koordinator Pengawasan Bidang Investigasi didampingi oleh Pejabat
Fungsional Auditor dari 34 Kantor Perwakilan BPKP di seluruh
Indonesia.
Tujuan dilaksanakannya forum investigasi adalah:
a. Meningkatkan kapabilitas pengawasan investigatif menuju pusat
unggulan solusi kecurangan melalui diseminasi Pedoman
Pengelolaan Kegiatan Bidang Investigasi (PPKBI), pengetahuan
Data Mining dan Asset Tracing.
b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap
pelaksanaan kegiatan di bidang keinvestigasian, sebagaimana
telah diatur dalam Pedoman Pengelolaan Kegiatan Bidang
Investigasi (PPKBI) dan Standard Operating Procedures (SOP),
sehingga dapat memitigasi risiko yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan penugasan keinvestigasian.
c. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang Data
Mining dan Asset Tracing dalam pelaksanaan Audit Investigatif.
Materi yang disampaikan pada kegiatan forum investigasi adalah:
a. Pengarahan Kepala BPKP
b. Diseminasi Buku 1 dan Buku 2
Pedoman Pengelolaan
Kegiatan Bidang Investigasi
(PPKBI) termasuk Standard
Operating Procedures (SOP)
Audit Investigatif, Audit
93
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara, Pemberian
Keterangan Ahli, Fraud Control Plan (FCP), Fraud Risk Assessment
(FRA), Root Cause Analysis (RCA), Pengembangan Masyarakat
Pembelajar Anti Korupsi (MPAK), Quality Assurance, Evaluasi
Hambatan Kelancaran Pembangunan, Audit Penyesuaian Harga,
Audit Klaim, Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik
(PEBDE), Pengaduan Masyrakat dan Kajian Peraturan Perundang-
undangan.
c. Sharing Session dengan materi “Data Mining dan Asset Tracing
dalam Audit Investigatif” dengan Ernst and Young Indonesia.
d. Sosialisasi SIMA Investigasi oleh Pusat Informasi Pengawasan BPKP.
e. Risiko Bantuan Kedinasan oleh Inspektur BPKP.
f. Inovasi Pengawasan dari Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara
dan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat.
8. Workshop SIMA Investigasi
Pada tanggal 29 s.d. 30 Maret 2017 Kedeputian Bidang Investigasi
melaksanankan Workshop Sistem Informasi Manajamen Akuntabilitas
(SIMA), yang merupakan bagian dari tahap internalisasi SIMA di
BPKP. Latar belakang dikembangkan SIMA di BPKP adalah adanya
kebutuhan infomasi yang komprehensif mengingat selama ini sumber
94
infomasi dari core business BPKP masih terpisah-pisah (IPMS,ST/SKI,SIM-
HP), format informasi yang berbeda-beda, dan konten penugasan
yang belum terdokumentasi secara lengkap.
Secara khusus Kedeputian Bidang Investigasi memiliki SIMA yang
terpisah dari SIMA utama (SIMA Renlakpor). SIMA Investigasi
dipisahkan dari SIMA utama mengingat proses pengawasannya
berbasis permintaan dan sifat data yang ada. Meskipun terpisah,
SIMA Investigasi dapat melaksanakan tahap pelaksanaan dan
pelaporan, adapaun tahap perencanaan tetap dilakukan pada
SIMA utama (SIMA Renlakpor).
Salah satu fitur menarik yang dimiliki SIMA Investigasi adalah adanya
Dashboard Monitoring Opini Publik. Dashboard Monitoring Opini
Publik akan menyajikan berita-berita dan trend berita terkait
penugasan keinvestigasian dari 150 media elektronik. Dashboard
Monitoring Opini Publik penting untuk digunakan untuk menghindari
berita tidak benar hoax yang beredar di media elektronik.
9. Analisis terhadap Laporan Hasil Audit Investigatif dan Laporan Audit
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara Atas Kasus Berindikasi
Tindak Pidana Korupsi terkait dengan Program Penanggulangan
Kemiskinan Periode Tahun 2009 sampai dengan Juli 2017
Sejak tahun 2009 hingga tahun 2017, pemerintah telah melaksanakan
program pengentasan kemiskinan meliputi bantuan dan
perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan
usaha mikro dan kecil serta program pro rakyat. Jumlah anggaran
yang telah dialokasikan untuk berbagai program tersebut cukup
besar terlihat pada Tabel 3.22.
95
Tabel 3.22
Anggaran Program Penanggulangan Kemiskinan
No Program Tahun (milyar rupiah)
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Bantuan dan
perlindungan
sosial (Raskin)
11.400 15.200 20.900 21.400 18.800 18.900 22.500 19.700
2 Pemberdayaan
masyarakat
(PNPM)
11.010 11.634 10.289 9.940 9.703 9.745
3 Pemberdayaan
usaha mikro
dan kecil (KUR)
178.846,95 24.660 46.73
6,45 -
4 Program pro
rakyat (Dana
Desa)
9.066 46.98
2 60.000
Sumber: Diolah dari Nota Keuangan APBN-P
Hasil pengawasan Deputi Bidang Investigasi BPKP Tahun 2009 sampai
dengan Juli 2017 berupa Audit Investigatif dan Audit Penghitungan
Kerugian Keuangan Negara atas kasus berindikasi Tindak Pidana
Korupsi terkait dengan Program Penanggulangan Kemiskinan Periode
Tahun 2009 sampai dengan Juli 2017 terdapat pada Tabel 3.23.
Tabel 3.23
Hasil Pengawasan Deputi Investigasi
Tahun 2009 s.d Juli 2017
No Program Pengawasan Jumlah
kejadian
Nilai Kerugian
(Rp) (%)
1 Bantuan dan perlindungan sosial
(Bansos, Raskin)
110 69.653.789.854 15,66
2 Pemberdayaan masyarakat
(PNPM)
205 127.137.566.845 28,60
3 Pemberdayaan usaha mikro dan
kecil (KUR)
13 219.546.035.711 49,37
4 Program pro rakyat (Dana Desa) 129 28.337.959.027 6,37
Jumlah 457 444.675.351.436 100,00
Sumber: Data Laporan Hasil Pengawasan Keinvestigasian
96
Beberapa permasalahan yang teridentifikasi pada setiap program
yang berakibat pada timbulnya kerugian keuangan negara sebagai
berikut:
a. Dana Desa
1) Penyaluran dana desa bukan kepada yang berhak yang
mengakibatkan terjadinya salah sasaran.
2) Pengeluaran dana tidak sesuai dengan proposal yang
diajukan, yang secara substantif tidak sesuai dengan
kebutuhan.
3) Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa
dibuat dengan tidak benar (fiktif)/ tidak sesuai realisasi
4) Dana desa tidak digunakan sesuai peruntukannya.
b. Program Raskin (Beras Bersubsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah)
1) Markup harga dan pungutan lain atas harga beras
2) Penyaluran tidak tepat sasaran
3) Mengabaikan prosedur verifikasi dalam menentukan alokasi
raskin hingga melebihi jumlah sasaran. Penetapan sasaran
cenderung hanya menyesuaikan jumlah sasaran dengan
ketersediaan alokasi dana.
4) Dana hasil penjualan raskin yang diterima dari RTS-PM tidak
disetorkan oleh pelaksana distribusi ke rekening Bulog.
c. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
1) Prosedur pencatatan tidak dilakukan dengan tertib, sehingga
mengakibatkan tidak adanya akuntabilitas dalam
penggunaan dana.
2) Pemberian pinjaman fiktif atau kepada yang tidak tidak
berhak.
3) Penggunaan dana untuk kepentingan pribadi Unit Pelaksana
Kegiatan (UPK).
97
4) Dana tidak digunakan sesuai proposal yang diajukan yang
telah ditetapkan dalam Surat Penetapan Rencana Kegiatan.
5) Rekayasa dalam proses pengadaan barang dan jasa,
sehingga kualitas dan pekerjaan yang dilaksanakan tidak
sesuai.
d. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
1) Penyaluran KUR tidak sesuai ketentuan.
Permasalahan ini meliputi penggunaan dana KUR tidak sesuai
dengan rencana usaha sesuai proposal kreditnya, debitur
tidak pernah memiliki usaha seperti tertulis pada Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan
(TDP).
2) Penyaluran KUR diterima dan digunakan bukan oleh pihak
yang tercantum dalam dokumen pengajuan kredit.
3) Nasabah yang mengajukan kredit tidak merasa mangajukan
kredit, tetapi nama mereka digunakan untuk mengajukan
kredit.
4) Pelunasan dari nasabah tidak disetorkan ke Bank.
5) Komite Kredit tidak melakukan rapat pembahasan kredit dan
hasil keputusan rapat panitia kredit dibuat hanya untuk
memenuhi formalitas administrasi dan ditandatangani sirkuler.
Komite kredit tidak melakukan prosedur konfirmasi nasabah
dan tukar menukar informasi dalam rangka meminimalisir risiko
penyaluran kredit.
Berbagai permasalahan di atas merupakan bentuk-bentuk tindakan
yang diinisiasi oleh faktor individu berupa kehendak personal. Faktor
ini akan terealisir jika terdapat peluang dalam bentuk kelemahan
pengendalian intern.
Hasil analisis menunjukkan penyebab penyimpangan antara lain:
a. Kompetensi sumber daya manusia yang menjadi pengelola
program pada berbagai tingkatan masih lemah
98
Integritas personal (soft competency) yang masih lemah
mengakibatkan adanya pengabaian berbagai prosedur
pengelolaan kegiatan yang berdampak pada timbulnya
kerugian keuangan negara.
b. Belum terbangunnya budaya anti korupsi
Dari 120 kasus tipikor periode tahun 2009-2016 pada pengelolaan
dana PNPM, raskin dan dana desa, timbulnya penyimpangan
yang mengakibatkan kerugian negara disebabkan oleh faktor
manusia (man) berupa kelalaian dan iktikad tidak baik. Hal
tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya organisasi anti
korupsi pada satuan kerja/organisasi belum mampu membangun
integritas anggota organisasi.
c. Pengawasan intern atas risiko kecurangan dalam pengelolaan
program masih lemah.
Sistem pengawasan yang dibangun pada setiap program belum
mampu mengantisipasi/mencegah adanya pengabaian
prosedur dan faktor kecurangan lainnya.
d. Kurangnya pemahaman atas prinsip akuntabilitas.
Permasalahan ini diindikasikan dengan adanya
pertanggungjawaban kegiatan yang tidak dilaksanakan secara
benar.
Dari hasil analisa direkomendasi hal-hal sebagai berikut:
a. Memperbaiki pedoman tentang Pengelolaan dan Pengendalian
Tenaga Pendamping/Fasilitator yang mencakup tata cara
rekrutmen, kode etik, mekanisme evaluasi kinerja serta sanksi bagi
pendamping yang lalai/melanggar aturan.
b. Memberikan pembinaan budaya anti korupsi dalam bentuk
formal maupun informal bagi petugas pengelola aset/keuangan
secara sistematis disemua tingkatan, yang mencakup aspek
kognitif dan aspek afektif.
99
c. Meningkatkan produktivitas, budaya hidup dan pengetahuan
teknologi bagi masyarakat pedesaan melalui program
pendidikan dan pelatihan agar mampu dan siap mengelola
sumber daya yang tersedia, sehingga dapat meningkatkan taraf
hidup terutama bagi kelompok masyarakat miskin.
d. Melaksanakan kegiatan pengembangan budaya organisasi anti
korupsi yang dapat mencegah malfungsi budaya organisasi,
dengan mengukur aplikasi dimensi-dimensi budaya organisasi
dalam aktivitas anggota organisasi dan mengukur tercapainya
tujuan organisasi.
D. Realisasi Keuangan
Anggaran Deputi Bidang Investigasi tahun 2017 sebesar
Rp5.525.000.000,00 setelah revisi menjadi Rp4.570.399.000,00 dan terealisir
sebesar Rp4.453.331.031,00 atau 80,60% dari anggaran sebelum revisi.
Sedang dibandingkan dengan anggaran setelah revisi sebesar
Rp6.599.015.000,00 mencapai 97,44%. Rincian anggaran dan realisasi
keuangan per program terdapat pada Tebel 3.24.
TABEL 3.24
Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Program
No. Uraian Anggaran
Awal
(Rp)
Anggaran
Setelah Revisi
(Rp)
Realisasi (Rp)
1. Program Dukungan
Manajeman dan
Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya (3670)
1.275.000.000 1.063.000.000 1.044.108.880
2. Pengendalian/
Pelaksanaan
Pengawasan Intern
Akuntabilitas Keuangan
Negara dan Pembinaan
1.340.000.000 1.102.096.000 1.073.665.954
100
No. Uraian Anggaran
Awal
(Rp)
Anggaran
Setelah Revisi
(Rp)
Realisasi (Rp)
Penyelenggaraan SPIP
terkait Investigasi pada
BUMN dan BUMD (3679)
3. Pengendalian/
Pelaksanaan
Pengawasan Intern
Akuntabilitas Keuangan
Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait HKP (3680)
1.304.000.000 1.066.358.000 1.037.209.814
4. Pengendalian/
Pelaksanaan
Pengawasan Intern
Akuntabilitas Keuangan
Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait Investigasi pada
Kementerian/Lembaga
(3681)
1.606.000.000 1.338.945.000 1.298.346.383
Jumlah 5.525.000.000 4.570.399.000 4.453.331.031
Anggaran dan realisasi keuangan per jenis belanja terdapat pada Tabel
3.25.
TABEL 3.25 Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Jenis Belanja
Uraian Anggaran
Sebelum Self
Blocking (Rp)
Anggaran
Setelah Self
Blocking (Rp)
Realisasi (Rp)
Belanja Barang 5.525.000.000 4.570.399.000 4.453.331.031
Jumlah 5.525.000.000 4.570.399.000 4.453.331.031
101
Realisasi anggaran tersebut termasuk biaya penugasan pengawasan
yang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP sebesar Rp191.242.437,00
dengan rincian sebagai berikut:
1. Perwakilan BPKP Provinsi Bali sebesar Rp11.223.000,00.
2. Perwakilan BPKP Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp17.580.000,00.
3. Perwakilan BPKP Provinsi Gorontalo sebesar Rp10.020.000,00.
4. Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat sebesar Rp15.566.925,00.
5. Perwakilan BPKP Provinsi Jambi sebesar Rp9.550.000,00.
6. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Utara sebesar Rp25.333.200,00.
7. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Tengah sebesar Rp12.340.000,00.
8. Perwakilan BPKP Provinsi Maluku sebesar Rp21.805.312,00.
9. Perwakilan BPKP Provinsi Riau sebesar Rp46.444.000,00.
10. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp3.500.000,00.
11. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan sebesar Rp6.000.000,00.
12. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp11.880.000,00.
E. Perbaikan Perencanaan Kinerja
Pada tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi melakukan perbaikan
perencanaan dengan menetapkan 10 (sepuluh) indikator kinerja
program untuk menjadi pedoman dalam mengukur keberhasilan dari
tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan.
102
BAB IV PENUTUP
aporan kinerja merupakan media pertanggungjawaban Deputi
Bidang Investigasi dalam melaksanakan program dan kegiatan
yang telah dilakukan. Pada tahun 2017 capaian kinerja outcome
program menunjukkan rata-rata sebesar132,79% sedangkan capaian
kinerja output menunjukkan rata-rata sebesar 160,58%. Dana yang
digunakan oleh Deputi Bidang Investigasi melaksanakan seluruh kegiatan
adalah sebesar Rp4.453.331.031,00 atau 80,60% dari anggaran sebelum
revisi sebesar Rp5.525.000.000,00. Sedang dibandingkan dengan
anggaran setelah revisi mencapai 97,44%.
Target kinerja outcome maupun output yang telah ditetapkan pada
Renstra 2015-2019 secara keseluruhan dapat disimpulkan tercapai. Rata-
rata capaian kinerja tahun 2017 diatas 100%. Pembinaan dan
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai aset utama
dalam mencapai keberhasilan untuk mewujudkan visi, dan misi terus
ditingkatkan. Diharapkan dalam masa yang akan datang ada perbaikan
dan penambahan sarana pendukung kerja mengingat sarana yang
dimiliki saat ini belum cukup memadai dalam jumlahnya. Selain itu Deputi
Bidang Investigasi akan memperbaiki sistem pengumpulan data kinerja
untuk memudahkan pemberian informasi kepada pimpinan dan
mengembangkan indikator kinerja yang lebih menggambarkan sasaran
program dan kegiatan.
Akhirnya, tanpa mengabaikan berbagai kendala dan keterbatasan
yang ada, Deputi Bidang Investigasi bertekad untuk terus meningkatkan
kinerja sebagai perwujudan dari pertanggungjawaban amanah yang
diemban.
L
LAMPIRAN 1
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2017
Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi
Capaian
Kinerja
(%)
Dana (Rp) SDM (OH)
Anggaran Realisasi % Target Realisasi %
1 2 3 4 5 6=5/4 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
1.1 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan di
persidangan
% 40 41.61 104,03 1,080,353,334 927,038,282 85.81 2,247 3,270 145.53
1.2 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH
% 70 100,00 142,86 383,046,667 179,295,000 46.81 1,800 1,614 89.67
1.3 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
% 60 69,23 115,38 142,560,000 118,696,980 83.26 715 2,520 352.45
1.4 Persentase hasil audit
penyesuaian harga yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
% 70 100.00 142,86 176,355,000 157,557,225 89.34 600 605 100.83
1.5 Persentase hasil audit
klaim yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
% 70 100,00 142,86 117,570,000 107,586,012 91.51 400 195 48.75
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
pembangunan
nasional
2.1 Persentase penyelesaian
hambatan kelancaran
pembangunan
% 70 100,00 142,86 235,140,000 114,921,150 48.87 960 870 90.63
Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi
Capaian
Kinerja
(%)
Dana (Rp) SDM (OH)
Anggaran Realisasi % Target Realisasi %
1 2 3 4 5 6=5/4 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10
3. Meningkatnya
kualitas tata
kelola
pemerintah dan
korporasi dalam
pencegahan
korupsi
3.1 Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan
FCP (termasuk FRA)
% 50 80.77 161.54 91,360,000 47,578,400 52.08 225 856 380.44
3.2 Persentase auditor yang
memiliki kompetensi (hard
and soft competency) di
bidang pencegahan
% 60 63.32 105.53 555 550 99.10
4. Meningkatnya
kepedulian
K/L/P/K dan
masyarakat
terhadap
korupsi
4.1 Persentase K/L/P/K
anggota Komunitas
Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) yang
mengimplementasikan
sistem pengaduan
masyarakat
% 60 94.12 156.87 9,983,860 23,372,000 234.10 100 180 180.00
5. Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan
intern
pemerintah di
bidang
keinvestigasian
5.1 Persentase auditor yang
memiliki kompetensi
keinvestigasian
% 60 67.88 113.13 - - - 1,400 1,989 142.07
LAMPIRAN 2
TARGET DAN REALISASI IKU
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2017
Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Satuan Target
Realisasi
Th 2016
Realisasi
Th 2017
Realisasi
dibanding
Target
1 2 3 4 5 6 7
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
1.1 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan di persidangan
% 40 - 41,61 104,03
1.2 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH
% 70 - 100,00 142,86
1.3 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
% 60 - 69,23 115,38
1.4 Persentase hasil audit
penyesuaian harga yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
% 70 - 100,00 142,86
1.5 Persentase hasil audit klaim
yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
% 70 - 100,00 142,86
Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Satuan Target
Realisasi
Th 2016
Realisasi
Th 2017
Realisasi
dibanding
Target
1 2 3 4 5 6 7
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
pembangunan
nasional
2.1 Persentase penyelesaian
hambatan kelancaran
pembangunan
% 70 - 100,00 142,86
3. Meningkatnya
kualitas tata kelola
pemerintah dan
korporasi dalam
pencegahan
korupsi
3.1 Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP
(termasuk FRA)
% 50 - 80.77 161.54
3.2 Persentase auditor yang
memiliki kompetensi (hard and
soft competency) di bidang
pencegahan
% 60 - 63.32 105.53
4. Meningkatnya
kepedulian K/L/P/K
dan masyarakat
terhadap korupsi
4.1 Persentase K/L/P/K anggota
Komunitas Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK) yang
mengimplementasikan sistem
pengaduan masyarakat
% 60 - 94.12 156.87
5. Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan intern
pemerintah di
bidang
keinvestigasian
5.1 Persentase auditor yang
memiliki kompetensi
keinvestigasian
% 60 - 67.88 113.13
LAMPIRAN 3
CAPAIAN KINERJA OUTPUT
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2017
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi %
SDM (OH)
Program
Anggaran Realisasi % Target Realisasi %
1 2 3 4 5 6=5/3 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10 13
Sasaran Kegiatan Pengawasan
Intern
Akuntabilitas
Keuangan
Negara dan
Pembinaan
Penyelenggaraan
Sistem
Pengendalian
Intern Pemerintah
1 Tersedianya informasi
hasil pengawasan
dalam mencapai
perbaikan tata kelola,
perbaikan sistem
pengendalian intern
pengelolaan keuangan
negara dan
peningkatan kapabilitas
APIP pada Direktorat
Investigasi Instansi
Pemerintah
1 Jumlah laporan hasil
audit dalam rangka
penghitungan kerugian
keuangan negara
laporan 6 10 166.67 339,946,667 425,713,418 125.23 900 1,965 218.33
2 Jumlah laporan
Pengumpulan dan
Evaluasi BuktiDokumen
Elektronik (PEBDE)
laporan 4 5 125.00 182,720,000 58,382,500 31.95 600 480 80.00
3 Jumlah laporan
pemberian keterangan
ahli
laporan 14 48 342.86 198,866,667 141,443,132 71.12 84 154 183.33
4 Jumlah laporan hasil
audit investigatif
laporan 2 - - 157,226,667 23,640,000 15.04 600 670 111.67
5 Jumlah laporan FCP laporan 1 2 200.00 45,680,000 13,325,000 29.17 75 690 920.00
6 Jumlah laporan
pemantauan/
monitoring/QA
laporan 62 84 135.48 635,879,999 539,577,233 84.86 1,090 4,642 425.87
7 Jumlah laporan hasil
pengawasan dalam
rangka pemberian
rekomendasi strategis
laporan 2 2 100.00 45,680,000 49,522,000 108.41 720 720 100.00
8 Jumlah peserta
kegiatan peningkatan
kompetensi
keinvestigasian
orang 150 153 102,00 - - - 750 205 27.33
9 Jumlah laporan hasil
kajian pengawasan
- - 7 - - - - - 468 -
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi %
SDM (OH)
Program
Anggaran Realisasi % Target Realisasi %
1 2 3 4 5 6=5/3 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10 13
2 Tersedianya informasi
hasil pengawasan
dalam mencapai
perbaikan tata kelola,
perbaikan sistem
pengendalian intern
pengelolaan keuangan
negara dan
peningkatan kapabilitas
APIP pada Direktorat
Investigasi BUMN dan
BUMD
1 Jumlah laporan hasil
audit dalam rangka
penghitungan kerugian
keuangan negara
laporan 4 4 100.00 225,820,000 98,455,000 43.60 600 580 96.67
2 Jumlah laporan
pemberian keterangan
ahli
laporan 14 16 114.29 133,000,000 59,991,800 45.11 63 91 144.44
3 Jumlah laporan hasil
audit investigatif
laporan 4 15 375.00 225,820,000 186.865.000 68.93 1,200 2.192 182,67
4 Jumlah laporan FCP laporan 1 4 400.00 45,680,000 34,253,400 74.99 180 166 92.22
5 Jumlah laporan
pemantauan/
monitoring/QA
laporan 24 56 233.33 658,400,000 636,207,628 96.63 341 471 138.12
6 Jumlah laporan hasil
pengawasan dalam
rangka pemberian
rekomendasi strategis
laporan 1 1 100.00 51,280,000 26,296,675 51.28 210 60 28.57
7 Jumlah peserta
kegiatan peningkatan
kompetensi
keinvestigasian
orang 180 185 102,78 - - - 540 170 31.48
8 Jumlah Laporan Audit
dengan Tujuan Tertentu
dan Laporan Penelitian
Awal
- - 2 - - 18.857.500 - - 220 -
3 Tersedianya informasi
hasil pengawasan
dalam mencapai
perbaikan tata kelola,
perbaikan sistem
pengendalian intern
pengelolaan keuangan
negara dan
peningkatan kapabilitas
APIP pada Direktorat
Investigasi HKP
1 Jumlah laporan hasil
audit penyesuaian
harga
laporan 3 3 100.00 176,355,000 157,557,225 89.34 600 605 100.83
2 Jumlah laporan hasil
audit klaim
laporan 2 2 100.00 117,570,000 107,586,012 91.51 400 195 48.75
3 Jumlah laporan hasil
pengawasan dalam
rangka pemberian
rekomendasi strategis
laporan 1 1 100.00 45,600,000 27,318,305 59.91 150 120 80.00
4 Jumlah laporan hasil
evaluasi hambatan
kelancaran
pembangunan
laporan 4 5 125.00 235,140,000 114,921,150 48.87 960 870 90.63
5 Jumlah laporan
pemantauan/
monitoring/QA
laporan 26 72 276.92 701,835,000 580,289,622 82.68 780 1,058 135.64
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi %
SDM (OH)
Program
Anggaran Realisasi % Target Realisasi %
1 2 3 4 5 6=5/3 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10 13
6 Jumlah laporan hasil
kajian pengawasan
laporan 1 4 400.00 27,500,000 49,537,500 180.14 130 334 256.92
7 Jumlah peserta
kegiatan peningkatan
kompetensi
keinvestigasian
orang 22 34 154.55 - - - 110 151 137.27
JUMLAH 4,250,000,000 3,349,740,100 78.82 2,100 3,150 150.00
LAMPIRAN 4
CAPAIAN KINERJA OUTPUT
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2017
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi
Th 2016
Realisasi
Th 2017 % Program
1 2 3 4 5 6 7=6/4 8
1 Tersedianya informasi
hasil pengawasan
dalam mencapai
perbaikan tata kelola,
perbaikan sistem
pengendalian intern
pengelolaan keuangan
negara dan
peningkatan
kapabilitas APIP pada
Direktorat Investigasi
Instansi Pemerintah
1 Jumlah laporan hasil
audit dalam rangka
penghitungan
kerugian keuangan
negara
laporan 6 - 10 166.67 Pengawasan
Intern
Akuntabilitas
Keuangan
Negara dan
Pembinaan
Penyelenggaraan
Sistem
Pengendalian
Intern Pemerintah
2 Jumlah laporan
Pengumpulan dan
Evaluasi BuktiDokumen
Elektronik (PEBDE)
laporan 4 - 5 125.00
3 Jumlah laporan
pemberian
keterangan ahli
laporan 14 - 48 342.86
4 Jumlah laporan hasil
audit investigatif
laporan 2 - - -
5 Jumlah laporan FCP laporan 1 - 2 200.00
6 Jumlah laporan
pemantauan/
monitoring/QA
laporan 62 - 84 135.48
7 Jumlah laporan hasil
pengawasan dalam
rangka pemberian
rekomendasi strategis
laporan 2 - 2 100.00
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi
Th 2016
Realisasi
Th 2017 % Program
1 2 3 4 5 6 7=6/4 8
8 Jumlah peserta
kegiatan peningkatan
kompetensi
keinvestigasian
orang 150 - 153 102,00
9 Jumlah laporan hasil
kajian pengawasan
- - - 7 -
2 Tersedianya informasi
hasil pengawasan
dalam mencapai
perbaikan tata kelola,
perbaikan sistem
pengendalian intern
pengelolaan keuangan
negara dan
peningkatan
kapabilitas APIP pada
Direktorat Investigasi
BUMN dan BUMD
1 Jumlah laporan hasil
audit dalam rangka
penghitungan
kerugian keuangan
negara
laporan 4 - 4 100.00
2 Jumlah laporan
pemberian
keterangan ahli
laporan 14 - 16 114.29
3 Jumlah laporan hasil
audit investigatif
laporan 4 - 15 375.00
4 Jumlah laporan FCP laporan 1 - 4 400.00
5 Jumlah laporan
pemantauan/
monitoring/QA
laporan 24 - 56 233.33
6 Jumlah laporan hasil
pengawasan dalam
rangka pemberian
rekomendasi strategis
laporan 1 - 1 100.00
7 Jumlah peserta
kegiatan peningkatan
kompetensi
keinvestigasian
orang 180 - 185 102,78
8 Jumlah Laporan Audit
dengan Tujuan
Tertentu dan Laporan
- - - 2 -
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi
Th 2016
Realisasi
Th 2017 % Program
1 2 3 4 5 6 7=6/4 8
Penelitian Awal
3 Tersedianya informasi
hasil pengawasan
dalam mencapai
perbaikan tata kelola,
perbaikan sistem
pengendalian intern
pengelolaan keuangan
negara dan
peningkatan
kapabilitas APIP pada
Direktorat Investigasi
HKP
1 Jumlah laporan hasil
audit penyesuaian
harga
laporan 3 - 3 100.00
2 Jumlah laporan hasil
audit klaim
laporan 2 - 2 100.00
3 Jumlah laporan hasil
pengawasan dalam
rangka pemberian
rekomendasi strategis
laporan 1 - 1 100.00
4 Jumlah laporan hasil
evaluasi hambatan
kelancaran
pembangunan
laporan 4 - 5 125.00
5 Jumlah laporan
pemantauan/
monitoring/QA
laporan 26 - 72 276.92
6 Jumlah laporan hasil
kajian pengawasan
laporan 1 - 4 400.00
7 Jumlah peserta
kegiatan peningkatan
kompetensi
keinvestigasian
orang 22 - 34 154.55
LAMPIRAN 5
Laporan Pemberian Keterangan Ahli
Tahun 2017
No. Perwakilan Jumlah
Laporan
Nilai Kerugian Keuangan
Negara
Rupiah USD
1 Aceh 26 68,580,243,899 -
2 Bali 12 31,813,908,296 -
3 Bangka Belitung 10 15,745,125,975 -
4 Banten 9 10,825,069,935 -
5 Bengkulu 12 19,337,266,554 -
6 Direktorat Investigasi BUMN
dan BUMD
7 144,351,703,338 27,908,738
7 Direktorat Investigasi Instansi
Pemerintah
23 4,914,104,272,143 1,000,000
8 DKI Jakarta 34 1,274,186,569,855 -
9 Jambi 22 26,651,725,286 -
10 Jawa Barat 20 37,428,098,490 -
11 Jawa Tengah 51 71,658,538,660 -
12 Jawa Timur 69 198,780,089,004 -
13 Kalimantan Barat 37 26,917,196,025 -
14 Kalimantan Selatan 14 23,046,116,268 -
15 Kalimantan Tengah 19 27,009,553,875 -
16 Kalimantan Timur 16 49,934,367,099 -
17 Kepulauan Riau 10 11,390,038,358 -
18 Lampung 31 56,068,026,534 -
19 Maluku 6 8,284,464,135 -
20 Maluku Utara 5 9,558,173,368 -
21 Nusa Tenggara Barat 10 5,869,245,449 -
22 Nusa Tenggara Timur 10 15,966,522,761 -
23 Papua 16 20,644,035,483 -
24 Riau 23 33,624,002,658 -
25 Sulawesi Barat 5 5,258,816,512 -
26 Sulawesi Selatan 38 716,926,296,908 -
27 Sulawesi Tengah 7 4,337,866,009 -
28 Sulawesi Tenggara 29 33,855,076,331 -
29 Sulawesi Utara 8 6,363,891,002 -
30 Sumatera Barat 13 2,494,279,765 -
31 Sumatera Selatan 14 23,915,823,059 -
32 Sumatera Utara 30 49,550,154,411 -
33 Yogyakarta 6 1,296,240,005 -
Jumlah 642 7,945,772,797,450 28,908,738
LAMPIRAN 6
LHAI yang ditindaklanjuti oleh APH
Tahun 2017
No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Nilai Temuan
(Rupiah)
1 LHAI atas Penyimpangan Penggunaan
Uang Angsuran Nasabah pada PT Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Rajasa Lampung Tengah Tahun 2012
Sampai Dengan Tahun 2014
LHAI-358/PW08/5/2016 31/08/2016 728,723,233.00
2 LHAI atas Pengadaan dan
Pemasangan jaringan pipa air limbah
oleh PD PAL Kota Banjarmasin TA 2014
pada lokasi Tanjung Pagar Kecamatan
Banjarmasin Selatan dan lokasi Sungai
Andai Kecamatan Banjarmasin Utara
Kota Banjarmasin
LHAI-433/PW16/5/2016 20/09/2016 2,674,248,323.00
3 LHAI atas Pelaksanaan Kegiatan Pilot
Project Optimalisasi Operasional 2
Stasiun Riset Bahan Bakar Nabati
Bioetanol TA 2013 dan Kegiatan Pilot
Project Stasiun Riset Bahan Bakar Nabati
Bioetanil Nipah TA 2014
LHAI-389/PW04/5/2016 14/10/2016 148,149,547.00
4 LHAI Pengadaan Alat Kesehatan,
Kedokteran, dan KB pada RSUD Dr. R.
M. Djoelham Kota Binjai yang
Bersumber dari Dana APBN Tahun
Anggaran 2012
LHAI-613/PW02/5/2016 28/10/2016 3,588,104,702.40
5 LHAI atas Dugaan TPK Pengadaan Rice
Milling Unit pada Dinas pertanian
Kehutanan perkebunan dan
Peternakan kabupaten Serang TA 2013
LHAI-432/PW30/5/2016 09/11/2016 19,504,710.00
6 LHAI atas Kegiatan Reboisasi Hutan
Produksi Seluas 200 Ha di Desa Tewang
Kampung Blok A, Kecamatan
Mendawai Tahun Anggaran 2007/2008
pada Dinas Kehutanan Kabupaten
Katingan
LAINV-
445/PW15/5/2016
15/11/2016 1,235,770,000.00
7 LHAI atas Dugaan Tindak Pidanan
Korupsi Pertanggungjawaban terhadap
Tunjangan Daerah pada Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Pandeglang Tahun
Anggaran 2011-2015
LHAI-460/PW30/5/2016 05/12/2016 17,757,453,994.00
8 Laporan Hasil Audit Investigatif atas
Dugaan Penyimpangan Kegiatan
Pembanguna Rumah Sakit Kabupaten
Labuhanbatu Utara pada Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten
Labuhanbatu Utara Sumber Dana
BKPPSU TA 2013
LHAI-797/PW02/5/2016 20/12/2016 681,519,354.73
9 LHAI atas pengelolaan dana
penyertaan modal Pemerintah Kota
Bontang pada Perusahaan Daerah
Aneka Usaha dan Jasa tahun
anggaran 2014-2015
LAINV-
746/PW17/5/2016
30/12/2016 8,093,018,260.00
No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Nilai Temuan
(Rupiah)
10 LHAI atas Kasus Dugaan TPK dlm
Pengadaan Alat dan Bahan HIV dan
IMS TA 2015 di Satker Direktorat
Pengendalian Penyakit Menular
Langsung pada Ditjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kemenkes RI (LHPKKN No SR-
347/D5/01/2017 tgl 10 Mei 2017)
LAINV-17/D6/01/2016 30/12/2016
-
11 LHAI Pengelolaan Keuangan dan
Operasional Aset Milik Pemerintah
Daerah Kab Kupang pada Pola
Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD)
pada Seksi Peralatan Bidang Prasarana
Wilayah Dinas PU&Perumahan Rakyat
Kabupaten Kupang TA 2012,2013,201
LAINV-
40/PW24/5/2017
14/03/2017 280,978,745.00
12 LHAI atas Dugaan Penyimpangan Dana
PNPM-MPd Kec Trumon Kab Aceh
Selatan Thn 2012 -2014
LAINV-
0073/PW01/5/2017
23/03/2017 730,651,000.00
13 LHAI atas Pelaksanaan Pekerjaan 7
(Tujuh) Paket Peningkatan Jalan Ruas
Jalan Kawasan Perbatasan pada
Badan Pengelola Perbatasan Daerah
Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun
Anggaran 2013 (Dihentikan)
S-437/PW24/5/2017 03/05/2017
-
14 LHAI atas Dugaan Penyimpangan
dalam Penggunaan Belanja Perjalanan
Dinas Kegiatan Rapat Alat-alat
Kelengkapan Dewan dan Rancangan
Peraturan Daerah pada Sekretariat
DPRD Kota Cimahi Tahun Anggaran
2010 (dihentikan)
S-275/PW10/5/2017 22/05/2017
-
15 LHAI atas Dana Desa yang bersumber
dari APBN dan Dana Gerakan
Pembangunan Rakyat Saijaan dari
APBD di Desa Wonorejo Kec. Pamukan
Utara Kab. Kotabaru Tahun 2015
LAIN-
188/PW16/5/2017
07/06/2017 177,828,200.00
16 Penggunaan Dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) pada
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 4 Pinrang Tahun Anggaran 2015
LAINV-
403/PW21/5/2017
21/06/2017 52,862,950.00
17 LHAI atas Kegiatan Perjalanan Dinas
Anggota DPRD pada Sekretariat DPRD
Provinsi Kalimantan Selatan TA 2015
LAINV-
233/PW16/5/2017
22/06/2017 7,776,851,614.00
18 Pembangunan Sarana dan Prasarana
MCK pada Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kepulauan Aru TA 2015
LAINV-
400/PW25/5/2017
08/09/2017 475,955,386.02
19 Dugaan Penyimpangan Penggunaan
Dana Kegiatan Event Gerhana
Matahari Total (GMT) pada Program
Pengembangan, Promosi, Kebudayaan
dan Pariwisata di Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Prov. Maluku Utara TA
2016
LHAI-300/PW33/5/2017 06/10/2017 133,334,726.00
No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Nilai Temuan
(Rupiah)
20 LHAI atas Penggunaan Dana Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah
Lanto Daeng Pasewang Kabupaten
Jeneponto Tahun Anggaran 2014
LAINV-
583/PW21/5/2015
02/10/2015 3,826,550,000.00
21 LHAI atas Pengadaan Peralatan
Security di Lingkungan Sekretaris utama
Bapeten TA 2013
LAINV-
237/PW09/5/2016
31/05/2016 258,859,028.00
22 Laporan Hasil Audit Investigatif atas
Kegiatan Optimalisasi Lahan di
Kabupaten Bengkulu Selatan atas
Program Pengembangan Sarana dan
Prasarana Pertanian pada Dinas
Pertanian Provinsi Bengkulu TA 2015
LHAI-
0315/PW06/5/2016
25/07/2016 176,415,000.00
23 LHAI atas Pelaksanaan Pekerjaan
Pembangunan Pagar dan gapura di
BBIH jarai Kec Jarai Kab Lahat pada
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Prov Sumatera Selatan TA
2014
LHAI-473/PW07/5/2016 15/08/2016 246,598,482.68
24 Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut
Pulau Sailus Besar Kabupaten Pangkep
Sulawesi Selatan pada Satker
Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut
Garongkong Kabupaten Barru TA 2013
dan Kantor Unit Pelayanan Pelabuhan
Birngkassi Kab Pangkep 2014
LAINV-
574/PW21/5/2016
02/09/2016 1,161,741,745.99
25 LHAI atas Pembangunan Rumah Sakit
Kelas D Pratama pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun
2015
LAINV-
418/PW16/5/2016
19/09/2016 507,988,897.52
26 LHAI atas Dugaan Penyimpangan
Pengelolaan Dana Hibah
Penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kab Boalemo Tahun 2017
pada Panwaslih Kab Boalemo
LAINV-
142/PW31/5/2017
22/09/2016 353,216,338.00
27 LHAI atas Hibah Bibit Kelapa Sawit dari
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab
Tanah Bumbu kepada Pesantren Asy-
Syafiiyah Desa Pacakan Kec Kusan Hulu
Kab Tanah Bumbu TA 2012
LAINV-
482/PW16/5/2016
19/10/2016 207,585,000.00
28 LHAI atas Pekerjaan Pembangunan
Cold Storage pada Dinas Kelautan dan
Perikanan Kab. Sambas TA 2015
LAINV-
528/PW14/5/2016
23/11/2016 209,983,654.00
29 LHAI atas Dugaan Penyimpangan
Pekerjaan Pengadaan Peralatan
Fasilitas Kantor Gedung Kuliah
Keperawatan Tahap II Politeknik
Kesehatan Gorontalo TA 2015
LAINV-
231/PW31/5/2016
29/11/2016 1,106,000,000.00
30 LHAI Pengadaan Alat IPA Berteknologi
Dimensi untuk SMA di Kabupaten
Karawang Tahun Anggaran 2012
LAINV-
782/PW10/5/2016
05/12/2016 947,822,232.00
No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Nilai Temuan
(Rupiah)
31 Pengelolaan dan atau Penggunaan
Dana Desa Batu Sawar Kec Maro Sebo
Ulu Kab Batang Hari yang Bersumber
dari APBN TA 2015 yang dialokasikan
pada Kegiatan Pembangunan Jalan
Usaha Tani Sepanjang 1000 meter dan
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Desa
LHAI-428/PW05/5/2016 06/12/2016 66,235,400.00
32 LHAI atas Kegiatan Pemeliharaan
Peralatan dan mesin Kendaraan Roda
Empat Milik Bawaslu RI Di Lingkungan
Badan Pengawas Pemilu TA 2015
LAINV-
641/PW09/5/2016
23/12/2016 893,798,443.00
33 Laporan Hasil Audit Investigatif atas
Kegiatan Pembangunan Unit Sekolah
Baru (USB) SMA Negeri Beo Kabupaten
Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2013
LHAI-700/PW18/5/2016 29/12/2016 334,700,000.00
34 LHAI atas Kegiatan Rehabilitasi Ruas
Jalan Raya Marinsow-Tanjung Pulisan
Kec Likupang Timur, Kab Minahasa
Utara TA 2015
LHAI-715/PW18/5/2016 30/12/2016 644,668,171.28
35 Dugaan Penyimpangan Pengelolaan
Dana Program Perbaikan Rumah Tidak
Layak Huni (RUTILAHU) Prov. Jawa Barat
TA 2014 untuk Kel. Mekarsari Kec./Kota
Banjar, Desa Cibeurem Kec./Kota
Banjar, dan Desa Waringinsari Kec.
Langensari Kota Banjar
LAINV-
920/PW10/5/2016
30/12/2016 126,798,428.00
36 LHAI atas Pelaksanaan
PekerjaanPembangunan Jalan
Kelompok Tani Maju Makmur
Kecamatan Kerumutan Paket XVII
pada Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pelalawan TA 2015
LHAI-532/PW04/5/2016 30/12/2016 401,254,762.00
37 LHAI atas Dugaan Penyimpangan
Pengadaan Meubeler di Sekretariat
DPRD Kota Pekanbaru Tahun Anggaran
2012
LHAI-18/PW04/5/2017 02/02/2017 690,277,924.00
38 Perkara Dugaan TPK Terhadap
Pengadaan Tanah untuk Rumah
Pemotongan Unggas pada Dinas
Pertanian Kelautan dan Perikanan Kota
Balikpapan TA 2015
LHAI-39/PW17/5.2017 14/02/2017 11,204,730,000.00
39 Laporan Hasil Audit Investigatif atas
Pekerjaan Pembangunan Jembatan
Dukuh Gabus, Desa Bakalrejo,
Kecamatan Guntur, kabupaten Demak
TA 2013
LHAI-44/PW11/5/2017 20/02/2017 499,491,877.00
40 LHAI atas dugaan penyimpangan
penggunaan dana hibah daerah
berupa uang pada Komite Olahraga
Nasional Indonesia Prov. Bengkulu TA
2015
LHAI-
0035/PW06/5/2017
27/02/2017 1,046,323,068.00
41 Pengadaan Pakaian Seragam dan
Sepatu Siswa SMP dan SMA/SMK pada
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Kampar TA 2014
LHAI-51/PW04/5/2017 10/03/2017 130,881,000.00
No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Nilai Temuan
(Rupiah)
42 LHAI atas Dugaan Penyimpangan Pada
Kegiatan Pembangunan Jembatan
Rangka Baja di Sungai Desa Ujung
Padang Kec Hutaraja Tinggi Pada Dinas
Pekerjaan Umum dan Pertambangan
Energi Kab Padang Lawas Sumber
Dana APBD TA 2014
LHAI-87/PW02/5/2017 20/03/2017 43,296,000.00
43 LHAI atas Penggunaan/Pelaksanaan
Kegiatan APBD pada Dinas Kelautan
dan Perikanan Kab. Takalar TA 2016
LAINV-
195/PW21/5/2017
17/04/2017 2,324,868,477.00
44 LHAI atas Dugaan Penyalahgunaan
Bantuan Sosial dalam rangka Kegiatan
Gerakan Penerapan Pengolahan
Tanaman Terpadu (GP-PTT) Komoditi
Kedelai pada Gabungan Kelompok
Tani Wana Lestari Desa Uematopa
Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo
Una-Una TA 2015
LHAI-58/PW19/5/2017 20/04/2017 103,880,000.00
45 LHAI atas Kegiatan Pendistribusian dan
Pengangkutan Beras Miskin (Raskin) di
Kabupaten Pegunungan Bintan pada
Tahun 2013 dan 2014
LAINV-
208/PW26/6/2017
26/04/2017 4,203,245,473.16
46 LHAI atas Dugaan Penyimpangan Pada
Kegiatan Program Pembebasan Biaya
Pendidikan Bidang Kesehatan Pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Nias
Selatan TA 2015
LAINV-
144/PW02/5.2/2017
26/04/2017 405,183,500.00
47 LHAI atas Pekerjaan Pembuatan Jalan
Usaha Tani Baru, Pengerasan Jalan
Usaha Tani yang Ada, Pengaspalan
Jalan Utama Kebun, Jembatan 11 Unit
di Balai Penelitian Pertanian Lahan
Rawa Tahun 2015
LAINV-
131/PW16/5/2017
28/04/2017 419,769,194.50
48 LHAI atas Dana Penyertaan Modal
Pemerintah Kabupaten Bone kepada
Perusda Bone TA 2015
LAINV-
337/PW21/5/2017
26/05/2017 368,294,560.00
49 LHAI atas Kegiatan Pembinaan
Kemampuan Teknologi Jahit dan Bordir
pada Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Pasar Kampar TA 2014 (dihentikan)
S-478/PW.24/5/2017 26/05/2017
-
50 LHAI atas Kegiatan Pengadaan Buku
Pelajaran SD/MI/SDLB dan SMP/MTs
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun pada Dinas Pendidikan
Kab. Melawi TA 2013
LAINV-
206/PW14/5/2017
31/05/2017 1,261,390,500.00
51 LHAI atas Dugaan Penyimpangan
Penyaluran Bantuan Ternak yang
Disalurkan Melalui DKPP Kota
Lhokseumawe Tahun Anggaran 2014
LAINV-
0170/PW01/5/2017
06/06/2017 6,451,500,000.00
52 LHAI atas Pengelolaan Dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Batu Benawa
Kec Batu Benawa Kab Hulu Sungai
Tengah TA 2015 dan 2016
LHAI-186/PW16/5/2017 07/06/2017 47,245,700.00
No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Nilai Temuan
(Rupiah)
53 LHAI atas Pengelolaan Beras Miskin
(Raskin) di Distrik Arso Timur Kabupaten
Keerom Tahun Anggaran 2014 dan 2015
serta Alokasi Raskin ke-13 dan 14 Tahun
2015
LAINV-
275/PW26/6/2017
09/06/2017 3,520,477,382.00
54 LHAI atas Kegiatan Penyelamatan
Sapi/Kerbau Betina Produktif oleh
Kelompok Tani Gamaran Jaya Nagari
Lubuk Alung Kec. Lubuk Alung Kab.
Padang Pariaman TA 2011
LAINV-
190/PW03/5/2017
12/06/2017 429,150,000.00
55 Laporan Hasil Audit Investigatif atas
Pengadaan Alat Laboratorium FMIPA
Universitas Sam Ratulangi Tahun 2014
LHAI-268/PW18/5/2017 24/07/2017 2,389,181,946.50
56 LHAI atas Kegiatan Renovasi Pasar Ikan
Di Pasar Dwikora Pada Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota
Pematangsiantar TA 2015
LAINV-
313/PW02/5.2/2017
28/07/2017 124,356,925.46
57 Perkara Dugaan TPK dalam Kegiatan
Rehabilitasi/Pemeliharaan Alat-alat
Berat pada Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
pada Dinas Bina Marga Kabupaten
Serdang Bedagai TA 2015
LHAI-
319/PW02/5.1/2017
28/07/2017 694,159,255.00
58 LHAI atas Dugaan Penyimpangan
Pembangunan Pustu/Poskesdes Long
Pala pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Malinau Tahun Anggaran 2013
LAI-107/PW34/5/2017 04/08/2017 232,903,336.91
59 Laporan Hasil audot Investigatif atas
Pengelolaan Keuangan Desa
Candirenggo Kecamatan Ayah
Kebupaten Kebumen TA 2015 dan 2016
LAINV-
585/PW11/5.2/2017
07/08/2017 680,247,257.00
60 LHAI atas Kegiatan Pembangunan Unit
Sekolah Baru (USB) SMK Negeri 1
Medang Deras Kecamatan Medang
Deras Kabupaten Batu Bara TA 2016
LHAI-
350/PW02/5.2/2017
29/08/2017 500,276,900.00
61 LHAI atas Pertanggungjawaban Belanja
Desa Palintuma Kecamatan Pinembani
Kabupaten Donggala TA 2015
LHAI-204/PW19/5/2017 11/09/2017 405,607,000.00
62 LHAI dugaan TPK Pelaksanaan
Pekerjaan Perpipaan Pembangunan
Sarana Air Minum di Desa Kuta
Kecamatan Kanatang Kabupaten
Sumba Timur
LAINV-
276/PW24/5/2017
18/09/2017 70,689,800.00
63 LHAI atas Dugaan Tindak Pidana
Korupsi dalam Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa Baha,
Kec Mengwi, Kab Badung Tahun
Anggaran 2016
LAINV-
372/PW22.5/2017
20/09/2017 1,006,364,014.45
64 Laporan Audit Investigatif atas
Pengelolaan APBDes Desa Ambungan
Kecamatan Pelahari Kabupaten Tanah
Laut TA 2015 s/d 2016
LAINV-
323/PW16/5/2017
22/09/2017 382,907,253.00
65 LHAI atas Pengelolaan Keuangan Dana
BOS yang bersumber dari APBN pada
SMAN 1 Pelaihari Kec. Pelaihari Kab.
Tanah Laut Tahun 2015-2016
LAINV-
320/PW16/5/2017
22/09/2017 503,027,690.00
No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Nilai Temuan
(Rupiah)
66 Kegiatan Pemberian Insentif Guru dan
Pengawas PNS/CPNS serta Pengadaan
Guru Kontrak Tingkat PAUD, TK, SD, SMP,
SMA dan SMK pada Dinas Pendidikan
dan Pengajaran Kabupaten Sarmi
Tahun Anggaran 2016
LAINV-
490/PW26/6/2017
19/10/2017 2,564,697,960.00
67 LHAI atas Dugaan TPK pada
Pelaksanaan Kegiatan APB Desa yang
Dananya Bersumber dari Alokasi Dana
Desa dan Dana Desa Long Tungu Kec.
Peso Hilir Kab. Bulungan Tahun 2016
LAI-156/PW34/5/2017 03/11/2017 252,223,000.00
Jumlah 98,981,817,321.60
LAMPIRAN 7
Laporan Hasil Pengawasan
yang Ditindaklanjuti oleh K/L/P/K
Tahun 2017
No. Laporan
1 Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu pada PTPN XIII tahun 2013 s.d 2015
2 Laporan Hasil Audit Dengan Tujuan Tertentu atas Kerjasama Operasi antara
PTPN II dengan PT Langkat Nusantara Kepong (LNK) Tahun 2013 s.d 2015
3 Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu atas Pembangunan Pabrik Pupuk Pusri II B
pada PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) Palembang
4 Laporan Hasil Audit dengan Tujuan Tertentu atas PTPN VII (Persero)
5 LHAI atas Kegiatan Pengadaan Perbekalan Farmasi pada RSUP H. Adam Malik
yang Bersumber dari Dana APBN Tahun Anggaran 2015
6 LHAI atas Kegiatan Pekerjaan Rehabilitasi/Pemeliharaan Ruas Jalan SP. Lecah
- Mekar Jaya Kabupaten Muara Enim pada Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Muara Enim yang Bersumber dari Dana
Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2016
7 Laporan Hasil Audit Investigatif atas Kegiatan Penyaluran Beras PNS pada PD
Irian Bhakti Cabang Wamena Tahun Buku 2015
8 LHAI atas Pembayaran Gaji dan Tunjangan terhadap 10 orang PNS Eks Provinsi
Timor Timur di Pemerintah Kupang TA 2002 - Maret 2016
9 LHAI atas Kegiatan Pembangunan Stadion Pasangkayu Tahun Anggaran
2007, 2013, 2014 dan 2015
10 LHAI atas penggunaan dana penyertaan modal pemerintah kabupaten hulu
sungai tengah kepada PDAM kabupaten hulu sungai tengah tahun 2012-2016
11 Laporan Hasil Audit Dengan Tujuan Tertentu atas Pengeloaan Piutang,
Persediaan dan Hutang pada PT Berdikari (Persero) Tahun 2012 s.d. 2015
12 Laporan Hasil Reviu atas perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan nilai
pekerjaan tambah EPC Blast Furnace pada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
13 LHAI atas Dugaan Penyimpangan Pada Pelaksanaan Program Pendidikan
Dokter Spesialis (PPDS)/Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) di Universitas
Padjadjaran Bandung TA 2014
14 LHAI Dugaan Penyimpangan Penggunaan Dana Rintisan Bantuan
Operasional/Bantuan Operasional Sekolah (R-BOS/BOS) SMA Santo Thomas 3
Medan TA 2013-2015 (Semester I)
15 LHAI atas KegiatanPembangunan Masjid Madaniah Pasangkayu pada Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKAD) dan
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mamuju Utara TA 2012-2015
16 LHAI atas Dugaan Penyimpangan Proses Pelelangan Umum pada
Pengadaan Barang yang Dananya Bersumber dari Bantuan Keuangan Prov
Riau Kab Siak Bidang Pendidikan TA 2015
17 LHAI atas Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Sumatera Barat pada PT
Andalas Rekasindo Pratama dan PT Padang Industrial Park
No. Laporan
18 LHAI atas kegiatan pengelolaan keuangan (pembagian jasa pelayanan)
pada badan layanan umum daerah (BLUD) rumah sakit umum daerah (RSUD)
H Badaruddin Tanjung tahun 2013-2015
LAMPIRAN 8
Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang Ditindaklanjuti oleh K/L/P/K
Tahun 2017
No. Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan
Panitia
Hasil Audit Koreksi
Audit
Rupiah USD
1 LAKTT-
0437/PW01/5/2017
20/12/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian
Harga atas Kontrak Nomor
HK.02.03/BR.A3/208/MYC/APBN/2015
tanggal 23 Oktober 2015 Pekerjaan
Pembangunan Jembatan Baru Kr.
Cut (Penggandaan) (MYC) (WIL.II-
01.2) Periode November 2016 s.d.
Oktober 2017
1,585,096,519 430,823,001 1,154,273,518 - - -
2 LATT-
0261/PW06/5/2017
30/11/2017 LHA PH atas Kontrak No 01-26/04-
WINRIP-WP1/CE/A/8043/11-13 tgl 14
Nov 2013 Kegiatan Proyek WINRIP
Paket 04 Ipuh – Bantal pd Satker
Pelaksanaan Jalan Nasional Wil I Prov
Bengkulu utk Periode Jan 2014 s.d
April 2016
23,700,202,893 17,388,526,873 6,311,676,021 - - -
3 LHAPH-
53/D503/1/2017
29/08/2017 LHA Penyesuaian Harga (Price
Adjustment) atas Kontrak No
0971/DDT/SPP/X/2012 tgl 10 Okt 2012,
Paket B1 (Bekasi – Cikarang) Proyek
Double-Double Track pd Balai Teknik
Perkeretaapian Wilayah Jakarta dan
Banten, Periode MC 01 s.d. MC 42
(Des 2012 – Mei 2016)
116,348,688,150 70,697,565,569 45,651,122,581 - - -
4 LHAPH-
77/D503/2017
05/12/2017 LHA PH (Price Adjustment) atas
Kontrak No KU.08.08/BIV.PJBHTP-
PLN/E2/IV/2011.01 Tgl 29 Apr 2011
Keg Tanjung Priok Access Road
Construction Project (Phase I),
Package 2:Section E-2,Cilincing-
Jampea Under JBIC LOAN No IP-529
periode Jan 2013 s.d Mar 2017
99,793,627,318 91,702,584,415 8,091,042,904 - - -
No. Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan
Panitia
Hasil Audit Koreksi
Audit
Rupiah USD
5 LHAPH-
82/D503/1/2017
21/12/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian
Harga atas Consulting Services for
Technical Assistance for Support of
The Project Management Unit Core
Team Consultants (CTC) WINRIP
Tahap I (Periode 6 November 2013
s.d. 30 April 2017)
1,911,351,272 1,866,751,422 44,599,850 26,674 25,577 1,097
6 LHA-
480/PW10/5/2017
09/08/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian
Harga atas Pekerjaan Development
of Cileunyi-Sumedang-Dawuan Toll
Road (Pembangunan Jalan tol
Cisumdawu Phase I) pada Satuan
Kerja Pelaksanaan Jalan bebas
Hambatan Cisumdawu periode
Januari 2015 sampai dengan Februari
2017
56,874,325,399 26,264,865,827 30,609,459,572 - - -
7 LHA-
873/PW10/5/2017
07/12/2017 LHA PH (Price Adjustment) atas
Kontrak No HK.02.03/At-3/12/01/2013
tgl 28 Juni 2013 thd Pekerjaan
Pembangunan Jaringan Irigasi DI.
Leuwigoong AMS-19A pd SNVT-PJPA
Cimanuk-Cisanggarung periode Juli
2014 s.d Nov 2016
2,236,475,733 1,424,247,940 812,227,794 - - -
8 LHA-
872/PW10/5/2017
07/12/2017 LHA PH (Price Adjustment) atas
Kontrak No HK.02.03/At-3/12/02/2013
tgl 1 Juli 2013 thd Pekerjaan
Pembangunan Jaringan Irigasi DI.
Leuwigoong AMS-19B pd SNVT-PJPA
Cimanuk-Cisanggarung periode Juli
2014 s.d Nov 2016
2,717,115,774 1,901,953,665 815,162,109 - - -
9 LHA-
874/PW10/5/2017
07/12/2017 LHA PH atas Kontrak No
KU.08.08/PJBHC/228 tgl 8 Nov 2011
thd Pekerjaan Development of
Cileunyi-Sumedang-Dawuan Toll
Road (Pembangunan Jln Tol
Cisumdawu Phase I) pd Satuan Kerja
Pelaksanaan Jln Bebas Hambatan
Cisumdawu periode Maret 2017 s.d
Agust 2017
10,160,953,248 6,924,756,130 3,236,197,117 - - -
10 LHAPH-
46/PW11/5/2017
20/02/2017 LHA PH atas Paket Pekerjaan
Pembangunan Bendung Gerak
Sembayat SB-I (Pekerjaan Sipil) pada
SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber
Air Bengawan Solo Balai Besar
Wilayah Sungai Bengawan Solo untuk
Periode Desember 2014 – Februari
2016 (Periode 5 – Periode 7)
10,021,340,634 8,405,525,645 1,615,814,989 - - -
No. Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan
Panitia
Hasil Audit Koreksi
Audit
Rupiah USD
11 LHAPH-
610/PW11/5/2017
22/08/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian
Harga atas ICB Civil Works for
Construction Package Jabung Ring
Dike (Package J-2(1)) untuk Periode
III (Oktober 2013 – Desember 2016)
pada SNVT Pelaksanaan Jaringan
Sumber Air Bengawan Solo
2,926,802,141 2,723,443,642 203,358,499 - - -
12 LAP-
535/PW14/5/2017
13/12/2017 LHA PH atas Kontrak No 01/30-RCP-
02/RB/ADB/2817/1113 tgl 14 Nov 2013
Pekerjaan Paket 30-RCP-02: Tebas-
Singkawang, Bypass Sambas, Galing-
Tanjung Harapan pd Satker
Pelaksanaan Jln Nasional Wil I Prov
Kalimantan Barat Periode Bln Des
2013 s.d. Sept 2016
47,017,689,088 36,520,727,080 10,496,962,008 - - -
13 LHA-
379/PW17/5/2017
24/10/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian
Harga atas Pekerjaan Peningkatan
Jalan Ring Road II (APT. Pranoto -
Soekarno Hatta) Kabupaten Kutai
Timur TA 2012 - 2016.
10,558,960,000 6,687,236,000 3,871,724,000 - - -
14 LHA-
172/PW34/5/2017
16/11/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian
Harga atas Paket Sp3 Apas –
Simanggaris (Section 1) pada Satuan
Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional
Wilayah I Provinsi Kalimantan Utara
57,642,777,985 29,639,393,218 28,003,384,767 - - -
15 LHA-
186/PW34/5/2017
07/12/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian
Harga atas Kegiatan Pelebaran
Jalan Paket Sp.3 Tanjung Palas –
Sekatak (Section 2)
21,920,909,000 19,251,761,000 2,669,148,000 - - -
16 LHA-
73/PW08/5/2017
28/02/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian
Harga atas Paket 01 Biha – Krui
(WINRIP Loan IBRD 8043-ID) Kontrak
Nomor 10-17/01-WINRIP-
WP1/CE/A/8043-ID/11-13 tanggal 25
November 2013
11,477,916,311 8,126,147,073 3,351,769,238 - - -
17 LHA-
287/PW08/5/2017
30/08/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian
Harga atas Pekerjaan Package JB-1:
LCB (LMS-20) Civil Works of Jabung
Headworks (Barrage) JICA Loan No.
IP-546 Kontrak Nomor
HK.02.07/07/SNVT.PJPAMS/IRA-
II/XI/2013 Tanggal 18 November 2013
7,214,157,551 5,408,698,962 1,805,458,589 - - -
No. Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan
Panitia
Hasil Audit Koreksi
Audit
Rupiah USD
18 LHA-
324/PW23/5/2017
05/07/2017 LHA PH atas Kontrak Nomor
600/01/DPU/ II/2012 tanggal 10
Februari 2012 Pekerjaan Peningkatan
Jalan Kabupaten Tahap I pada Dinas
Pekerjaan Umum Penataan Ruang
Perumahan dan Permukiman
Kabupaten Sumbawa Barat Periode
Maret 2013 s.d. Desember 2015
12,101,963,000 6,680,774,364 5,421,188,636 - - -
19 LHA-
780/PW21/5/2017
15/12/2017 LHA PH atas Kontrak No
HK.02.03/PPK21.M.SM/MYC/APBN/02-
JBT/IX/2015 tgl 21 Sept 2015 Paket
Pembangunan Underpass Simpang
Mandai Makassar (MYC) pd Satuan
Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional
Metropolitan Makassar periode Okt
2016 s.d Agust 2017
792,360,310 541,731,354 250,628,956 - - -
20 LHA-
17/PW07/5/2017
11/01/2017 Laporan Hasil Audit Perhitungan
Penyesuaian Harga Satuan atas Nilai
Kontrak Paket Pembangunan
Underpass Simpang Patal-Pusri
Periode Juli 2004 s.d. Februari 2015
395,616,322 223,719,495 171,896,827 - - -
21 LHA-
312/PW02/5/2017
28/07/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian
Harga (Eskalasi) Pekerjaan pada IPC-
1 s.d IPC-30 Paket CSU-01 Toll Road
Development of Medan –
Kualanamu (Pembangunan Jalan
Bebas Hambatan Medan –
Kualanamu) pada Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional II Medan
31,715,717,285 30,703,661,753 1,012,055,532 - - -
22 LHA-
450/PW02/5.1/2017
23/10/2017 LHA PH atas Kontrak No HK.02.03/IR.I-
SNVT.PJPA.SII/02 tgl 28 Jan 2014 thd
Pekerjaan Pembangunan Bendung
dan Peningkatan Jaringan Irigasi D.I,
Belutu seluas 5.832 Ha Kab Serdang
Bedagai utk Periode Jan 2015 s.d Des
2016
724,166,708 648,856,492 75,310,217 - - -
23 LHA-
524/PW02/5.1/2017
28/11/2017 LHA PH Tahap II atas Kontrak No
01/KTR-TR-MKN/Br.S5/2011 tgl 12 Des
2011 Paket CSU-01 Toll Road
Development of Medan –
Kualanamu (Pembangunan Jln
Bebas Hambatan Medan –
Kualanamu) periode Agust 2015 (IPC-
31) s.d. Juni 2017 (IPC-53)
156,514,389,636 154,993,792,115 1,520,597,521 - - -
No. Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan
Panitia
Hasil Audit Koreksi
Audit
Rupiah USD
24 LHA-
523/PW02/5.1/2017
28/11/2017 LHA PH atas Kontrak No HK.02.03/IR.I-
SNVT.PJPA.SII/01 tgl 28 Jan 2014 thd
Pekerjaan Pembangunan Bendung
Sei Padang D.I.Bajayu, D.I. Paya
Lombang dan D.I. Langau 7.558 Ha
utk Periode Jan 2015 s.d Des 2016
6,523,312,411 5,393,499,731 1,129,812,681 - - -
Jumlah 692,875,914,689 534,551,042,763 158,324,871,926 26,674 25,577 1,097
LAMPIRAN 9
Laporan Hasil Audit Klaim yang Ditindaklanjuti oleh K/L/P/K
Tahun 2017
No. Nomor Laporan Tanggal
Laporan
Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan
Panitia
Hasil
Audit
Korek
si
Audit
Usulan
Panitia
Hasil
Audit
Koreksi
Audit
Rupiah USD Yen
1 LHA-
204/PW09/5.1/2017
24/05/2017 Laporan Hasil Audit
Klaim atas
Pembangunan
Gudang Cold Storage
PT Bhanda Ghara
Reksa (Persero)
Cabang DKI Jakarta
Tahun 2016
-
-
-
0.00
-
-
-
2 LHA-20/D503/2017 11/04/2017 LHA Klaim atas
Kompensasi Biaya
Konstruksi dan
Overhead terkait dgn
Perpanjangan Waktu
Pelaksanaan Pekerjaan
dalam Pengadaan
PLTU KalSel Kapasitas
2x65 MW Kontrak No.
455.PJ/041/DIR/2008 tgl
4 Juli 2008 pd PT PLN
(Persero) UIP
Kalimantan Bagian
Timur
105,528,572,875
98,184,403,969
7,344,168,906
7,452,263
7,369,099
83,164
-
-
-
3 LHA-
71/D503/2/2017
13/11/2017 Laporan Hasil Audit
Klaim atas
Pembayaran Kontrak
Consulting Services for
Construction
Supervision of Tanjung
priok Access Road
Construction Project
Phase I (JICA Loan IP-
529) untuk periode
bulan Januari 2016 s.d.
April 2017.
7,528,329,561
7,327,339,213
200,990,348
-
-
-
111,586,024
111,586,024
-
4 LAP-
544/PW14/5/2017
18/12/2017 Laporan Hasil Audit
Klaim atas Kerja
Tambah Penanganan
Hanger Jembatan
Tayan sesuai Kontrak
Nomor
CKB/01/PJT/11/2011/01
tanggal 17 November
2011 pada Satuan
Kerja Pelaksanaan
Jalan Nasional Wilayah
I Provinsi Kalimantan
Barat
2,879,546,900
2,179,388,000
700,158,900
-
-
-
-
-
-
5 LHA-
458/PW17/5/2017
12/12/2017 Laporan Hasil Audit
Klaim atas
Pembangunan PLTG
Kaltim (Peaking) 2x (50-
60) MW
30,090,870,963
24,333,604,814
5,757,266,149
-
-
-
-
-
-
6 LHAK-
314/PW25/5/2017
04/07/2017 Laporan Hasil Audit
Klaim atas Kompensasi
Biaya Overhead dan
Kompensasi Biaya
Pekerjaan Akibat
Perpanjangan Waktu
Pekerjaan T/L 70 Kv
Waai – Paso – Sirimau
4,598,908,750
1,534,437,265
3,064,471,485
-
-
-
-
-
-
7 LHA-
52/PW07/5/2017
09/02/2017 LHA Klaim Pekerjaan Jln
dan Bahu Jln pada
Ruas Jln Provinsi
Jurusan Tebing Tinggi-
Tanjung Raya (P036),
Jurusan Talang
Padang-Padang
Tepong (Non Status),
Jurusan Tanjung Raya-
Batas Bengkulu (P037)
Jurusan Tanjung Raya-
Pagar Alam (P038)
Periode Th 2013
2,708,768,000
2,300,311,000
408,457,000
-
-
-
-
-
-
8 LHA-
48/PW07/5/2017
09/02/2017 Laporan Hasil Audit
Klaim atas Pekerjaan
Jalan Lingkar Utara
Kota Lubuklinggau
Periode Tahun 2013
Paket Jalan Lingkar
Utara Kota
Lubuklinggau STA 6+450
dan Paket Jalan
Lingkar Utara Kota
Lubuklinggau STA 7+400
1,549,354,000
1,345,621,000
203,733,000
-
-
-
-
-
-
9 LHA-
50/PW07/5/2017
09/02/2017 Laporan Hasil Audit
Klaim atas Pekerjaan
Badan Jalan dan Bahu
Jalan pada Ruas Jalan
Provinsi Simpang Air
Dingin-Batas Muara
Enim Desa Datar Balam
dan Desa Sekuang di
Kabupaten Lahat
(Paket Simpang Air
Dingin-Batas Muara
Enim Desa Datar
Balam)
491,219,000
439,458,000
51,761,000
-
-
-
-
-
-
Jumlah
155,375,570,049
137,644,563,261
17,731,006,788
7,452,263
7,369,099
83,164
111,586,024
111,586,024
-
LAMPIRAN 10
Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran
yang ditindaklanjuti K/L/P/K
Tahun 2017
No. Obyek Pemeriksaan
1 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Penyerahan Aset
PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang kepada PDAM Tirta Benteng
Kota Tangerang
2 LHEHKP atas Permasalahan Tunggakan Bagi Hasil&Penyerahan Aset
sehubungan KSO antara Pemda Kabupaten Merauke dgn PT Pelayaran
Musamus atas Pengoperasian Kapal Pemerintah Kab Merauke (KM Maroka
Ehe, KM Lady Mariana, KM Yelmasu 100, MT Yelmasu&LCT Ohan 09)
3 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terhadap
Penetapan Besaran Pajak Bumi dan Bangunan PT Indonesia Asahan
Aluminium Indonesia (Persero) di wilayah Kabupaten Batu Bara Tahun 2016
4 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Terhadap
Penghentian KSO antara PDAM Tirta Deli Kabupaten Deli Serdang dengan
PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara
5 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas
Permasalahan Pengelolaan Penerangan Jalan Umum pada Jembatan Tukad
Unda Kabupaten Klungkung
6 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Klaim
Tambahan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. pada Pelaksanaan Proyek Inaya
Putri Bali – Nusa Dua.
7 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Kegiatan
Pelepasan IUP PT Timah (Persero) Tbk atas Lahan Kolong Menjelang I, Kolong
Menjelang II dan sekitarnya, serta Kolong Terabek pada PDAM Tirta Sejiran
Setason Kabupaten Bangka Barat
8 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas
Penyelesaian Permasalahan dan Klaim pada Pekerjaan MC 2 dan MC 3
Proyek Pembangunan Pabrik Semen Indarung VI PT Semen Padang
9 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terkait biaya
perbaikan Dermaga I Pelabuhan Padangbai milik PT ASDP Indonesia Ferry
(Persero)
10 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Proyek
PLTMG MPP Jayapura 50 MW Kontrak Nomor 1595PJ/DAN.02.01/2016 tanggal
21 Desember 2016.
11 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas
Permasalahan Tanah milik PT ANTAM (Persero) Tbk di Kijang Kabupaten Bintan
yang akan dipindahtangankan kepada Pemerintah Kabupaten Bintan
12 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terhadap
Permohonan Bantuan Verifikasi Proyek Access Road Upper Cisokan antara PT
PLN (Persero) dengan PT Brantas Abipraya (Persero)
13 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas
Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Sistem Reverse Osmosis (RO) di
Kepulauan Seribu Tahun 2016
14 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terkait
Perhitungan Biaya Investasi Pengelolaan Hutan atau Pemanfaatan Hutan
Akibat Penggunaan Kawasan Hutan oleh Perum Perhutani pada Lokasi
Pekerjaan Pembangunan Bendungan Kuningan
15 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terhadap Usulan
Kompensasi Biaya Paket Pembangunan Jembatan Merah Putih Jembatan
Pendekat oleh Penyedia Jasa PT Wijaya Karya (Persero), Tbk.
16 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Legalitas
Hak Kepemilikan Lahan Hasil Reklamasi pada Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika Provinsi Papua Barat Tahun 2016 Nomor LEV-05/PW27/5/2017
tanggal 9 Januari 2017
17 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembagunan (EHKP) atas Serah
Terima Asset PDAM Kabupaten Minahasa Selatan Kepada PDAM Kabupaten
Minahasa Tenggara
18 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP) atas Klaim
Susut dan Sweeping Pupuk oleh PT Pupuk Sriwidjaja Palembang kepada PT
Krakatau Bandar Samudera Tahun 2011
19 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas
Permasalahan Pengelolaan Penerangan Jalan Umum pada Underpass
Simpang Dewa Ruci Kabupaten Badung
LAMPIRAN 11
Kegiatan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi
Tahun 2017
No. Perwakilan BPKP
Provinsi
MPAK Jumlah
Peserta
Keterangan
1 Kalimantan Barat Pengelola Program Pemerataan
dan Pengentasan Kemiskinan/
Program Penanggulangan
Kemiskinan Tahun 2017 di
lingkungan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat
12 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;
Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing
dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam
dokumen anggaran tahun 2018.
2 Sulawesi Tenggara Pengelola Program Pemerataan
dan Pengentasan Kemiskinan
Program Penanggulangan
Kemiskinan Tahun 2017 di
Kabupaten Kolaka
13 Ada komitmen untuk mengembangkan sistem
pengaduan/ whistleblowing system
3 Lampung Kegiatan Pengembangan MPAK
pada Kabupaten Lampung
Selatan dan Kabupaten
Pringsewu Tahun 2017
38 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi para pimpinan dan pegawai di
lingkungan Pekon Kuta Waringin, pihak-pihak yang
berkepentingan dan masyarakat luas
4 Kepulauan Riau Kegiatan Sosialisasi dan
Bimbingan Teknis
Pengembangan Masyarakat
Pembelajar Anti Korupsi di
Pemerintah Kabupaten Lingga
30 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;
Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing
dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam
dokumen anggaran tahun 2018.
No. Perwakilan BPKP
Provinsi
MPAK Jumlah
Peserta
Keterangan
5 Kalimantan Selatan Kegiatan Pengembangan
Masyarakat Pembelajar Anti
Korupsi di Pemerintah Kota
Banjarbaru
55 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;
Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing
dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam
dokumen anggaran tahun 2018.
6 Kalimantan Tengah Kegiatan Pengembangan
Masyarakat Pembelajar Anti
Korupsi (MPAK) Kementerian
Lembaga Pemerintah Daerah
Korporasi (KLPK) Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
12 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi.
7 Nusa Tenggara Timur Kegiatan Pengembangan
Masyarakat Pembelajar Anti
Korupsi pada Perangkat Desa di
Tiga Kecamatan Kabupaten Alor
74 Menghasilkan komitmen kepala desa dan jajaran
Bhabinkamtibmas Polres Alor selaku peserta
pengembangan MPAK untuk mengembangkan sistem
penanganan pengaduan dalam kerangka FCP di desa
masing-masing.
8 Sulawesi Barat Sosialisasi Masyarakat Pembelajar
Anti Korupsi (MPAK) pada
Kabupaten Polewali Mandar
15 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;
Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing
dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam
dokumen anggaran tahun 2018.
9 Papua Pengelolaan Dana Desa dan
Renstra
90 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;
Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing
dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam
dokumen anggaran tahun 2018.
No. Perwakilan BPKP
Provinsi
MPAK Jumlah
Peserta
Keterangan
10 Jawa Tengah Pengelola Dana Desa di
Kabupaten Semarang
36 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;
Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing
dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam
dokumen anggaran tahun 2018.
11 Sulawesi Utara Komunitas Masyarakat
Pembelajaran Anti Korupsi yang
terkait dengan program
pemerataan dan pengentasan/
penanggulangan Kemiskinan di
Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur
46 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;
Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing
dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam
dokumen anggaran tahun 2018.
12 Jawa Barat Pejabat di lingkungan Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, Aparat Perangkat Desa
dan Masyarakat di Kabupaten
Indramayu
32 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;
Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing
dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam
dokumen anggaran tahun 2018.
13 Aceh Kegiatan Sosialisasi
Pengembangan Masyarakat
Pembelajar Anti Korupsi (MPAK)
pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Aceh Tahun
2017
17 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;
Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing
dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam
dokumen anggaran tahun 2018.
14 Maluku Utara Kegiatan Sosialisasi
Pengembangan Masyarakat
Pembelajar Anti Korupsi (MPAK) di
Kabupaten Halmahera Tahun
2017
9 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi.
No. Perwakilan BPKP
Provinsi
MPAK Jumlah
Peserta
Keterangan
15 Kalimantan Utara Kegiatan Pengembangan
Masyarakat Pembelajaran Anti
Korupsi KLPK pada PDAM
Apa'Meing Kabupaten Malinau
Tahun 2017
40 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan PDAM Apa'Meing
Kabupaten Malinau; Merencanakan dan menuangkan
kegiatan whistleblowing dan pengembangan budaya
organisasi anti korupsi dalam dokumen anggaran tahun
2018.
16 DKI Jakarta Kegiatan Pembelajaran
Komunitas Pembelajar Anti
Korupsi pada Program Kartu
Jakarta Pintar Tahun 2017
76 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing
dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan
budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan
kepedulian anti korupsi di lingkungan Instansi;
Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing
dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam
dokumen anggaran tahun 2019.
17 Bengkulu Kegiatan Sosialisasi
Pengembangan Masyarakat
Pembelajar Anti Korupsi (MPAK)
pada Organisasi Pemerintah
Daerah di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Bengkulu
Tahun 2017
11 Tidak dapat langsung ditindaklanjuti dengan komitmen
pengembangan sistem pengaduan/sistem whistleblowing
dan komitmen pengembangan budaya organisasi anti
korupsi oleh pimpinan OPD, dikarenakan yang hadir
pesertanya banyak dari unsur bukan pimpinan.
Recommended