View
783
Download
57
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Evaluasi Aliran Industrial Fuel Oil (IFO) Lube Oil Complex (LOC) I ke
IFO Pool (35T4 dan 37T101)
PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2015
Disusun oleh:
Isya Mahendra (23.12.100.092)
You And Affandy (23.12.100.111)
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Ir. Ali Altway, M.Eng
NIP. 1951 08 04 1974 12 1001
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap, 6 Juli – 31 Agustus 2015
DISUSUN OLEH:
ISYA MAHENDRA (23.12.100.092)
YOU AND AFFANDY (23.12.100.111)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
::, ::ir = .'9 ; "r*'.r. r,.-ilidz .,
Shintoko Adiie. ST.
NOPDTk ?46sts
LEMBARPENGESAIIAN 1
LAPORAN KERTA PRAK-TIK
. , PT, PERTAMINA'(Pensere) Refinery Unit fV
Cilacapr 6 JuH - 31 Agustus 2015.8
Telrh llisahkrn deu Diretuiui
Cilecep, 2l Agustus 2015
Menyctujui,'
Pis Procesc Enginoering Pembimbing Keria Praktik
Section Hed
Ahmad Dadruddin
NOPETk 74W24
i'- -'-
iii
LEMBAR PENGESAHAN 2
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap, 6 Juli – 31 Agustus 2015
DISUSUN OLEH:
ISYA MAHENDRA (23.12.100.092)
YOU AND AFFANDY (23.12.100.111)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
Telah Disahkan dan Disetujui oleh:
Surabaya, September 2015
Kasie Kerja Praktik
Dr. Juwari, ST., M.Eng
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ali Altway, M.Eng
iv
INTISARI
Refinery Unit IV Cilacap merupakan unit pengolahan terbesar yang dikelola
Pertamina. Selain itu, kilang ini merupakan satu-satunya kilang di tanah air yang saat ini
memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah
air. Kilang Minyak Cilacap didirikan dengan maksud untuk menghasilkan produk BBM
dan Non BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selalu meningkat dan
mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar negeri. Pembangunan
kilang minyak di Cilacap dilaksanakan dalam lima tahap yaitu Kilang Minyak I, Kilang
Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project, dan Kilang SRU.
Kilang LOC II mempunyai tugas yang sama pada kilang LOC I, yaitu
menghasilkan komponen minyak pelumas (Lube Base Oil) dan sebagai hasil samping
adalah aspal dan minyak bakar. High Vacuum Unit (HVU) merupakan salah satu unit di
LOC II yang memproduksi 3 fraksi waxy distillate dan short residu dengan cara melakukan
destilasi vacuum terhadap long residue dari atmospheric distlasi. Ketiga waxy distillate
yaitu Spindle Oil (SPO), Light Machine Oil (LMO), Medium Machine Oil (MMO), serta
short residue selanjutnya diproses untuk dijadikan lube oil dengan viscosity index yang
tinggi pada unit berikutnya (PDU, FEU, dan MDU). Operasi HVU sangat mempengaruhi
kualitas final dan intermediate product. Proses utama dalam HVU adalah distilasi vakum
dan stripping.
Unit Utilities pada PERTAMINA RU IV Cilacap adalah semua bahan atau media
atau sarana yang dibutuhkan untuk menunjang kelancaran proses produksi yang meliputi
antara lain unit pembangkit listrik, unit pembangkit uap, unit distribusi air pendingin, unit
pengadaan air bersih, unit pembangkit udara bertekanan, unit distribusi bahan bakar
cair dan gas, unit pengadaan air baku dan unit pengendali, unit pengolahan buang
cair, unit pengolahan buangan gas dan unit pengolahan buangan sludge sehingga kilang
dapat memproduksi BBM dan NBM. kompleks utilities terbagi atas sistem utilities I, II,
IIA , dan utilities paraxylene.
Bagian laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena dari
laboratorium ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Bagian
laboratorium berada di bawah Manajer Kilang yang mempunyai tugas pokok : Sebagai
pengontrol kualitas bahan baku, Sebagai pengontrol kualitas produk. Bahan-bahan
yang diperiksa di laboratorium ini adalah Crude Oil, Stream product FOCI/II,
LOCI/II/III, paraxylene, Utilities, Intermediate product dan finishing product.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat, taufik
dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan Kerja Praktik di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kerja Praktik merupakan salah satu mata kuliah yang harus ditempuh dalam rangka
menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Laporan kerja praktik ini disusun berdasarkan serangkaian kegiatan orientasi yang
dilakukan saat kerja praktik. Laporan ini berisikan tinjauan umum mengenai proses
produksi di RU-IV Cilacap khususnya di Lube Oil Complex.
Dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan selama menjalankan
kerja praktik ini kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa pencipta semesta alam.
2. Bapak, Ibu, Kakak serta Adik yang tercinta sebagai investor dan motivator terbesar
bagi penyusun. Terima kasih atas doa, dorongan, dukungannya.
3. Bapak P r o f . Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
4. Bapak Prof. Dr. Ali Altway, M.Eng, selaku dosen pembimbing Teknik Kimia FTI-
ITS Surabaya. Serta Bapak, Ibu Dosen Jurusan Teknik Kimia atas perhatian,
dorongan dan ilmu yang tak ternilai harganya.
5. Bapak Ahmad Badruddin, pembimbing kerja praktik di Pertamina RU IV, terima
kasih banyak atas bimbingannya.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusun dari awal kuliah hingga
terselesainya laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan dalam penyusunan laporan ini,
besar harapan penyusun akan saran dan kritikan yang sifatnya membangun. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana semestinya.
Cilacap, Agustus 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN 1 .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN 2 .................................................................................. iii
INTISARI ................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang ................................................................................... 1
I.2 Tujuan Kerja Praktek ....................................................................... 2
I.3 Manfaat Kerja Praktek ..................................................................... 2
I.4 Ruang lingkup kerja Praktek ........................................................... 3
I.5 Waktu pelaksanaan kerja praktek .................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sejarah pabrik/perusahaan............................................................. 5
II.2 Pengertian Produk Pabrik/perusahaan ......................................... 10
BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
III.1 Sejarah Berdirinya Pabrik ............................................................ 20
III.2 Struktur Organisasi ....................................................................... 32
III.3 Visi dan Misi perusahaan .............................................................. 35
III.4 Tata Letak ....................................................................................... 37
BAB IV PROSES PRODUKSI
IV.1 Persiapan Bahan Baku ................................................................... 45
IV.2 Uraian Proses Produksi.................................................................. 46
IV.3 Gudang Bahan Baku ...................................................................... 53
BAB V UTILITAS DAN PENGOLAHAN PABRIK
V.1 Utilitas ............................................................................................... 54
V.II Pengolahan Limbah ........................................................................ 59
BAB VI ANALISIS LABORATORIUM ............................................................... 64
BAB VII KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ................................. 68
BAB VIII PENUTUP
VIII.1 Kesimpulan .................................................................................. 70
VIII.2 Saran ............................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. x
TUGAS KHUSUS
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1.1 Sejarah PT. PERTAMINA (Persero) ............................................... 7
Gambar II.1.2 Lokasi Refinery Unit Pertamina Seluruh Indonesia ........................ 8
Gambar II.2.1 Diagram Blok Proses Pertamina RU IV Cilacap ............................. 10
Gambar III.1.1 Lokasi I Refinery Unit Pertamina Seluruh Indonesia ..................... 22
Gambar III.1.2 Diagram Blok Proses Pertamina RU IV ......................................... 23
Gambar III.1.3 Diagram Blok Proses Kilang Minyak I .......................................... 25
Gambar III.1.4 Diagram Blok Proses Kilang Minyak II ......................................... 27
Gambar III.2.1 Diagram Struktur Organisasi PT PERTAMINA (Persero) ............ 32
Gambar III.2.2 Diagram Struktur Organisasi Pertamina RU IV CILACAP ........... 34
Gambar III.3.1 Logo Baru Pertamina ...................................................................... 36
Gambar IV.2.1 Process Flow Diagram Kilang FOC’s (I, II, III) RU IV Cilacap .... 47
viii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1.1 Sejarah Perkembangan PT PERTAMINA (Persero) ............................ 7
Tabel II.2.1 Bahan baku dan produk Fuel Oil Complex I ........................................ 11
Tabel II.2.2 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex I ....................................... 11
Tabel II.2.3 Bahan baku dan produk Fuel Oil Complex II ....................................... 12
Tabel II.2.4 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex II...................................... 14
Tabel II.2.5 Bahan baku dan produk Paraxylene ..................................................... 14
Tabel II.2.6 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex III .................................... 15
Tabel II.2.7 Spesifikasi bahan bakar minyak PREMIUM ........................................ 15
Tabel II.2.8 Spesifikasi bahan bakar minyak KEROSENE ..................................... 16
Tabel II.2.9 Spesifikasi bahan bakar minyak DIESEL ............................................. 16
Tabel II.2.10 Spesifikasi bahan bakar minyak bakar ............................................... 17
Tabel II.2.11 Spesifikasi bahan bakar minyak SOLAR ........................................... 17
Tabel III.1.1 Refinery Unit PERTAMINA dan Kapasitasnya ................................. 21
Tabel III.1.2 Kapasitas Terpasang Kilang Minyak I ................................................ 24
Tabel III.1.3 Kapasitas Terpasang Kilang Minyak II............................................... 26
Tabel III.1.4 Kapasitas Terpasang Kilang Paraxylene ............................................. 28
Tabel III.1.5 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek
Debottlenecking pada FOC I (dalam barrel/hari) ............................... 29
Tabel III.1.6 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek
Debottlenecking pada FOC II (dalam barrel/hari) .............................. 29
Tabel III.1.7 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek
Debottlenecking pada LOC I/II/III (dalam ton/tahun) ........................ 30
Tabel III.1.8 Kapasitas Desain Baru FOC I dan II Pertamina RU IV
Cilacap ............................................................................................... 30
Tabel III.1.9 Kapasitas Desain Baru LOC I, II, & III Pertamina RU IV
Cilacap ............................................................................................... 30
Tabel III.4.1 Luas Area PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap ............................. 38
Tabel IV.1.1 Karakteristik Umpan ........................................................................... 45
Tabel IV.2.1 Disain Feed dan Yield Produk Unit HVU I ........................................ 48
Tabel IV.2.2 Disain Feed dan Yield Produk Unit HVU II ....................................... 48
Tabel IV.2.3 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU I ..................................... 49
ix
Tabel IV.2.4 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU II .................................... 49
Tabel IV.2.5 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU III .................................. 49
Tabel IV.2.6 Disain Feed dan Yield Produk Unit FEU I/II ...................................... 51
Tabel IV.2.7 Disain Feed dan Yield Produk Unit HTU/RDU .................................. 51
Tabel IV.2.8 Disain Feed dan Yield Produk Unit MDU I ........................................ 53
Tabel IV.2.9 Disain Feed dan Yield Produk Unit MDU II/III ................................. 53
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kemajuan teknologi pada era globalisasi saat ini telah membawa dampak terhadap
perkembangan industri yang cukup pesat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional di setiap bidangnya.
Hal ini dapat dicapai oleh lembaga-lembaga pendidikan formal maupun nonformal
melalui peningkatan kualitas pendidikan sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan.
Tidak lepas dari itu semua, dibutuhkan juga peran serta dari dunia industri dengan
memberikan dukungan sarana dan prasarana yang menunjang dalam proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia
Adapun perkembangan teknologi dalam proses produksi telah berkembang melalui
kontrol proses secara komputasi maupun digital. Walaupun demikian, manusia telah
berperan sebagai pengontrol atau pengawas lapangan bagi kelancaran proses produksi.
Oleh karena itu, kebutuhan tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan menguasai proses
produksi merupakan hal yang vital dalam kegiatan industri. Keahlian seorang tenaga
kerja harus ditunjang oleh berbagai hal, dimana diantaranya adalah pengetahuan dasar,
pengetahuan keahlian, keahlian dalarn analisis dan sintesis, manajemen industri, dan
kepemimpinan di lapangan industri. Di sinilah peran utama lembaga yang berkompeten
dalam mencetak tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan kualitas yang baik.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember merupakan perguruan tinggi negeri yang
menyelenggarakan pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.
Pendidikan yang dimaksud bersifat profesional yang berorientasi pada kebutuhan
industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember didirikan dengan tujuan untuk
mendukung pengembangan industri baru dan memperbaiki mutu industri yang sudah ada.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri ITS bertujuan menghasilkan tenaga
ahli yang profesional dalam bidang teknik proses produksi di pabrik kimia. Dan salah
satu kurikulumnya mewajibkan mahasiswa untuk melakukan Kerja Praktik di industri.
Sejauh ini pelaksanaan kerja praktik memberikan andil yang besar bagi calon sarjana
teknik muda dalam menangani proses produksi di lapangan.
Harapan kami dengan memilih PT PERTAMINA (Persero) UP IV Cilacap sebagai
tempat Kerja Praktik, semoga dapat memberikan manfaat bagi kami mahasiswa teknik
2
dalam rangka mencetak tenaga kerja yang berkompeten di bidangnya, dalam hal ini
proses teknik kimia.
I.2. Tujuan Kerja Praktik
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Kerja Praktik di PT PERTAMINA
(Persero) UP IV Cilacap ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang sistem kerja di dunia
industri sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh.
2. Meningkatkan wawasan aplikasi keteknik-kimiaan dalam bidang industri melalui
penerapan teori secara langsung yang diperoleh di perkuliahan.
3. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang berwawasan tentang
dunia kerja bagi mahasiswa.
4. Mengetahui perkembangan teknologi modern di bidang industri, terutama
pengelolaan pabrik, pengoperasian sarana produksi, dan sistem kerja yang diterapkan
di PT PERTAMINA (Persero) UP IV Cilacap.
5. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai
persyaratan akademis di Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS.
I.3. Manfaat Kerja Praktik
Kerja Praktik yang dilakukan diharapkan di masa yang akan datang dapat
menghasilkan manfaat:
A. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai referensi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terjadi di industri seluruh Indonesia dalam bidang teknik kimia.
B. Bagi Perusahaan
Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa selama Kerja Praktik
dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan
perusahaan nantinya.
C. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat lebih memahami kondisi nyata dalam dunia industri secara
lebih mendalam sehingga diharapkan akan mampu menerapkan ilmu yang telah
didapat dalam bidang industri.
3
I.4. Ruang Lingkup Kerja Praktik
Selama Kerja Praktik di PT PERTAMINA (Persero) UP IV Cilacap, mahasiswa
ditempatkan sebagai Process Engineering yang mempelajari proses pengolahan Crude
Oil menjadi Lube Oil atau oli pelumas mesin kendaraan. Adapun peran kerja dari seorang
Process Engineering, yaitu:
1. Memberikan saran ke kilang yang berkaitan dengan trouble shooting, baik
diminta maupun tidak (daily monitoring kilang).
2. Menganalisa dan mengadakan perhitungan performance peralatan operasi
secara periodik.
3. Studi Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL).
4. Pelayanan sampel untuk pihak luar PERTAMINA.
5. Percobaan bahan kimia yang baru.
6. Studi perencanaan dan pengembangan kilang.
Dalam melaksanakan tugasnya bidang Process Engineering dibagi menjadi
lima seksi dan empat expert. Lima seksi terdiri atas:
1. Seksi Bahan Bakar Minyak (BBM)
2. Seksi Non Bahan Bakar Minyak (NBM)
3. Seksi Petrokimia (Petkim)
4. Seksi Proses Kontrol
5. Seksi HSE
dan empat expert terdiri atas:
1. Primary Process Expert
2. Lubrication Expert
3. Secondary Process Expert
4. Paraxylene Expert
Di bawah Kepala Seksi adalah para engineer yang dibagi berdasarkan profesi,
jenis unit, dan beban kerja. Kepala seksi bertanggung jawab untuk membimbing para
engineer tersebut.
I.5. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik
Pelaksanaan Kerja Praktik berlangsung selama dua bulan, yaitu pada 1 Juli –31
Agustus 2015 di PT PERTAMINA (Persero) UP IV Cilacap. Kegiatan Kerja Praktik
yang dilakukan oleh mahasiswa dirincikan bedasarkan tabel di bawah ini:
4
No. KEGIATAN Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Pengenalan Perusahaan PT PERTAMINA
(Persero) UP IV Cilacap (sejarah dan
manajemen perusahaan)
2. Pengenalan proses kimia dan peralatan produksi
3. Pengenalan alat kontrol, cara kerja alat, serta
pemeliharaan alat industri
4. Pengumpulan data-data yang diperlukan dari
perusahaan
5. Pengenalan sistem utilitas pada industri
6. Pembuatan laporan hasil kegiatan Kerja Praktik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Sejarah Pertamina
Manusia telah mengenal minyak bumi sejak lama yaitu sekitar 6000 tahun
yang lalu dan digunakan untuk keperluan pengobatan, bahan bakar, penerangan,
bahan pembuat jalan raya, bangunan dan untuk peperangan. Produksi komersial
minyak Bumi dimulai sejak Edwin Laurentine Drake melakukan eksplorasi
minyak Bumi komersial pertama pada 27 Agustus 1859 di Titusville Pennsylvania.
Hal ini kemudian mendorong negara- negara lain untuk melakukan eksplorasi dan
eksploitasi minyak Bumi, tidak terkecuali negara Indonesia yang dimotori oleh
kolonial Belanda dalam usaha eksploitasi dan eksplorasinya.
Minyak Bumi pertama kali dibor di Indonesia pada tahun 1871 oleh AJ
Ziklerbdi Pangkalan Brandan, Sumatera Utara pada kedalaman 400 ft, sejak itu
perusahaan- perusahaan asing milik Belanda berhasil mengeksploitasi dan
mengeksplorasi ladang- ladang minyak di Indonesia. Upaya eksplorasi ladang
minyak tersebut terus berkembang sampai Perang Dunia II. Industri minyak dan
gas Bumi di Indonesia terkena dampak yang besar setelah perang tersebut,
terutama perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh pihak Belanda.
Setelah Perang Dunia II berakhir, muncul perusahaan-perusahaan bersifat
regional yang memanfaatkan ladang-ladang minyak yang ditinggalkan tersebut.
Melihat makin banyaknya perusahaan yang memanfaatkan ladang-ladang minyak
kosong, akhirnya pemerintah Indonesia berinisiatif untuk menata ulang
pemanfaatan ladang-ladang minyak kosong dengan membangun perusahaan
berskala nasional.
Sampai dengan saat ini, usia industri perminyakan di Indonesia masih relatif
muda, tepatnya pada tanggal 15 Juni 2013 yang lalu berusia 128 tahun. Sedangkan
usia PERTAMINA pada tanggal 10 Desember 2012 tepat berusia 56 tahun.
Minyak bumi masih menjadi komoditas utama di Indonesia, baik sebagai sumber
energi maupun sebagai bahan dasar produk turunan untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Proses pengolahan minyak bumi menjadi produk dengan nilai
ekonomi tinggi merupakan tujuan utama dari perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam bidang eksplorasi sampai dengan industri petrokimia hilir.
6
Pengelolaan sumber daya ini diatur oleh negara untuk kemakmuran rakyat
seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Hal ini ditujukan
untuk menghindari praktek monopoli dan mis-eksploitasi kekayaan alam yang
berujung pada kesengsaraan rakyat.
Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan
Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat), namun usaha
tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler yang
melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15 Juni
1885 berhasil ditemukan sumber minyak komersial yang pertama di Indonesia.
Sejak itu berturut-turut ditemukan sumber minyak bumi di Kruka (Jawa Timur)
tahun 1887, Ledok Cepu (Jawa Tengah) pada tahun 1901, Pamusian Tarakan tahun
1905 dan di Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921. Penemuan-
penemuan dari penghasil minyak yang lain mendorong keinginan maskapai
perusahaan asing seperti Royal Deutsche Company, Shell, Stanvac, Caltex dan
maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran minyak di
Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, terjadi beberapa perubahan pengelolaan
perusahaan minyak di Indonesia. Pada tanggal 10 Desember 1957, atas perintah
Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT EMTSU diubah menjadi PT Perusahaan Minyak
Nasional (PT PERMINA). Berdasarkan UU No.19/1960 tentang Pendirian
Perusahaan Negara dan UU No.44/1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor minyak dan gas
bumi, yaitu PN Pertamina dan PN Permina yang bergerak dalam usaha eksplorasi,
eksploitasi, pengolahan dan pemasaran. Pada tahun1971, ditetapkan undang-
undang tentang penggabungan kedua perusahaan tersebut menjadi PN Pertamina
sebagai pengelola tunggal dalam pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi
negara yang tertuang dalam UU No.8/1971. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.31 tahun 2003 sebagai amanat dari pasal 60 UU NO.22 tahun 2001 tentang
minyak dan gas bumi, Pertamina berganti nama menjadi PT Pertamina (Persero).
7
Gambar II.1.1 Sejarah PT. PERTAMINA (Persero)
Tabel II.1.1 Sejarah Perkembangan PT PERTAMINA (Persero)
1945
Berdirinya Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik
Indonesia (PTMNRI) di Tarakan, yang merupakan
perusahaan minyak nasional pertama di Indonesia.
April 1954 PT PTMNRI → Tambang Minyak Sumatera Utara
(TMSU)
10 Desember 1957 TMSU berubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional
(PT PERMINA)
1 Januari 1959 NVNIAM berubah menjadi PT Pertambangan Minyak
Indonesia (PT PERMINDO)
Februari 1961
PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara
Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) yang berfungsi
sebagai satu-satunya distributor minyak di Indonesia.
1 Juli 1961 PT PERMINA dijadikan PN PERMINA (PP No.
198/1961)
20 Agustus 1968
Peleburan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi
Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional
(PN PERTAMINA) sesuai PP No. 27/1968
15 September 1971 PN PERTAMINA berubah menjadi PT. PERTAMINA
berdasarkan UU No. 8/1971
17 September 2003 PT. PERTAMINA menjadi PT. PERTAMINA (Persero)
sesuai PP No. 31/2003
Untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam
negeri, PT. PERTAMINA (Persero) membangun unit pengolahan minyak di
berbagai wilayah di Indonesia. Saat ini PT. PERTAMINA (Persero) telah
8
mempunyai tujuh Refinery Unit (RU) yang tersebar di sebagian wilayah Indonesia.
Akan tetapi satu diantaranya hanya mampu mengolah 5.000 barrel per hari,
sehingga pada tahun 2007 ditutup. Antara lain :
1. RU I Pangkalan Brandan (Sumatra Utara), kapasitas 5000 barrel/hari.*
2. RU II Dumai dan Sungai Pakning (Riau), kapasitas 170.000 barrel/hari
3. RU III Plaju dan Sungai Gerong (Sumatra Selatan ), kapasitas 135.000
barrel/hari.
4. RU IV Cilacap (Jawa Tengah), kapasitas 348.000 barrel/hari.
5. RU V Balikpapan (Kalimantan Timur), kapasitas 270.000 barrel/hari.
6. RU VI Balongan (Jawa Barat), kapasitas 125.000 barrel/hari.
7. RU VII Kasim (Papua Barat), kapasitas 10.000 barrel/hari.
* RU I Pangkalan Brandan sejak tahun 2006 sudah tidak beroperasi lagi.
Gambar II.1.2 Lokasi Refinery Unit Pertamina Seluruh Indonesia
Sasaran utama pengadaan dan penyaluran BBM dalam menunjang
pembangunan nasional adalah tersedianya BBM dalam jumlah yang cukup dengan
kualitas yang memenuhi spesifikasi, suplai yang berkesinambungan, terjamin dan
ekonomis.
Pemenuhan kebutuhan BBM merupakan tugas yang cukup berat
karena peningkatan kapasitas pengolahan minyak yang dimiliki PERTAMINA
tidak berjalan dengan lonjakan konsumsi BBM yang dibutuhkan oleh masyarakat.
9
Kendala yang dihadapi dalam peningkatan kapasitas pengolahan minyak dalam
negeri adalah konsumsi minyak yang meningkat pesat dalam beberapa tahun
terakhir ini sebagai dampak pesatnya kegiatan pembangunan. Di samping itu,
kilang-kilang minyak yang dioperasikan menggunakan teknologi yang cukup
tertinggal dan tidak efisien. Oleh karena itu, dalam pembangunan kilang-kilang
baru dan memerluas kilang-kilang lama ditetapkan teknologi baru yang
berwawasan lingkungan.
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beraneka sumber daya
alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Salah satu sumber daya yang
penting bagi Indonesia adalah minyak dan gas bumi, karena peranannya yang
dominan dalam menunjang pembangunan di tanah air. Kendati telah dieksploitasi
selama hampir 2 abad, ternyata masih banyak yang belum diberdayakan. Tercatat
baru sekitar 30 cekungan yang telah dieksploitasi dan umumnya berada di wilayah
barat Indonesia. Diperkirakan masih ada 30 cekungan lagi di wilayah timur yang
masih menunggu sentuhan eksplorasi dan eksploitasi di masa depan.
Bagi Indonesia, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat
penting. Hal ini disebabkan karena disamping untuk keperluan dalam negeri, juga
diperuntukkan sebagai sumber devisa melalui ekspor Migas. Seiring dengan
perkembangan industri dan pembangunan di Indonesia, maka kebutuhan energi
akan meningkat dari tahun ke tahun.
Penggunaan minyak bumi dewasa ini terus berkembang dan semakin
meningkat. Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang masih
digunakan, terutama untuk pembangkit tenaga listrik dan sebagai bahan bakar
untuk berbagai jenis mesin. Konsumsi minyak bumi terus meningkat terutama
untuk keperluan dalam negeri, diantaranya mencapai 34% sebagai Bahan Bakar
Minyak (BBM) untuk kebutuhan pulau Jawa. Sebelum PERTAMINA didirikan,
minyak bumi di Indonesia dieksploitasi oleh perusahaan – perusahaan asing
sehingga kurang memberikan keuntungan bagi rakyat Indonesia sendiri.
Sejalan dengan pembangunan yang meningkat pesat, maka kebutuhan akan
produk minyak bumi akan semakin bertambah. Untuk itu perlu dibangun unit
pengolahan minyak bumi guna memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat
tersebut. Dalam usaha tersebut, maka pada tahun 1974 dibangun kilang minyak di
Cilacap yang dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur
10
Tengah, dengan maksud selain untuk mendapatkan produk BBM, juga untuk
mendapatkan bahan dasar minyak pelumas dan aspal.
Pembangunan Kilang minyak Cilacap ini juga dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi pengadaan serta penyaluran BBM bagi pulau Jawa yang
merupakan daerah yang mengkonsumsi BBM terbanyak di Indonesia. Hingga saat
ini, selain RU IV Cilacap, PERTAMINA telah memiliki unit-unit operasi yang
tersebar di seluruh Indonesia. RU. IV Cilacap merupakan unit pengolahan terbesar
ditinjau dari kapasitas produksinya.
II.2. Pengertian Produk Pertamina
II.2.1 Kilang Minyak Pertamina RU IV Cilacap
PT Pertamina (Persero) Unit IV Cilacap merupakan salah satu unit
pengolahan minyak dengan kapasitas terbesar yakni 348.000barrel/hari. PT
Pertamina (Persero) Unit IV Cilacap juga merupakan unit pengolahan dengan
fasilitas terlengkap. Selain itu kilang ini merupakan satu-satunya kilang di
Indonesia yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan
infrastruktur di tanah air.
Pembangunan kilang minyak di Cilacap dilakukan dalam lima tahap yaitu
Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project,
dan Kilang SRU.
Gambar II.2.1 Diagram Blok Proses Pertamina RU IV Cilacap
11
II.2.2 Bahan Baku dan Produk
Produk yang dihasilkan Pertamina RU IV bermacam-macam. Selain BBM,
dihasilkan juga lube base oil (bahan dasar minyak pelumas) dan asphalt. Bahan baku
dan produk yang dihasilkan oleh PT. PERTAMINA RUIV adalah:
II.2.2.1. Kilang Lama
a. Fuel Oil Complex I (FOC I)
Tabel II.2.1 Bahan baku dan produk Fuel Oil Complex I
Bahan baku : Arabian Light Crude
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : Cair
Kenampakan : Hitam
Bau : Berbau sedikit belerang
Spesific gravity pada 60/600F : 0,8594
Viskositas kinematik pada 37,80C : 6,590
Viskositas kinematik pada 500C : 4,754
Pour point : < -36 0C
Flash point : -34 0C
Komposisi :
- Kadar air : < 0,05 % berat
- Kadar sulfur : < 2,10 % berat
- Senyawa Hidrokarbon : 97,85 % berat
Kompleks (C1- C70) : -
Produk :
Refinery Fuel Gas, Kerosene/Avtur, Gasoline/Premium,
Solar/Automatic Diesel Oil, Industrial Diesel Oil, Industrial Fuel
Oil
b. Lube Oil Complex I (LOC I)
Tabel II.2.2 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex I
Bahan baku : Residu FOC I
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : Cair
Kenampakan : Hitam
12
Bau : Berbau aspal
Spesific gravity pada 60/600F : 0,9647
Viskositas kinematik pada 37,80C : 868,8 CSt
Viskositas kinematik pada 600C : 198,2 CSt
Viskositas kinematik pada 1000C 32,45 CSt
Produk :
HVI 60, HVI 95, Slack wax, Propane Asphalt, Minarex A dan B
II.2.2.2. Kilang Baru
a. Fuel Oil Complex II (FOC II)
Tabel II.2.3 Bahan baku dan produk Fuel Oil Complex II
Bahan baku
:
Mix Crude yang
merupakan campuran
berbagai komposisi
crude dalam negeri dan
import.
Beberapa Jenis Crude pada FOC II :
1. Minyak Bumi Qua Iboe ( Nigeria )
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : Cair
Kenampakan : Hitam
Bau : Berbau belerang
API Gravity 60°F 35,23
Spesific gravity pada 60/600F : 0,8487
Density 15°C 848,3 kg/m3
Komposisi :
- Kadar air : 0,1 % volume
- Kadar sulfur : 0,15 % berat
- Water & Sediment : 0,1 % volume
2. Minyak Bumi Jati Barang
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : Cair
Kenampakan : Hitam
13
Bau : Berbau belerang
API Gravity 60°F 40,85
Spesific gravity pada 60/600F : 0,8210
Density 15°C 820,6,3 kg/m3
Komposisi :
- Kadar air : 0,4 % volume
- Kadar sulfur : 0,05 % berat
- Water & Sediment : 0,2 % volume
3. Minyak Bumi Madura
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : Cair
Kenampakan : Hitam
Bau : berbau belerang
API Gravity 60°F 43,13
Spesific gravity pada 60/600F : 0,8103
Density 15°C 809,9 kg/m3
Komposisi :
- Kadar air : 0, 0,05 % volume
- Kadar sulfur : 0,19 % berat
- Water & Sediment : 0,05 % volume
4. Minyak Bumi Espo ( Perancis )
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : Cair
Kenampakan : Hitam
Bau : Berbau belerang
API Gravity 60°F 35,2
Spesific gravity pada 60/600F : 0,849
Density 15°C 845,8 kg/m3
Komposisi :
- Kadar air : 0,1 % volume
- Kadar sulfur : 0,55 % berat
- Water & Sediment : 0,05 % volume
14
Produk :
LPG, Naphtha, Gasoline/Premium, Kerosene, HDO/LDO, IFO,
Propane, Refinery Fuel Gas
b. Lube Oil Complex II (LOC II)
Tabel II.2.4 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex II
Bahan baku : Long Residue dari FOC I
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : Cair
Kenampakan : Hitam
Bau : Berbau aspal
Spesific gravity pada 60/600F : 0,9647
Viskositas kinematik pada 37,80C : 868,8 CSt
Viskositas kinematik pada 600C : 198,2 CSt
Viskositas kinematik pada 1000C 32,45 CSt
Produk :
HVI 95, HVI 160S, HVI 650, Minarex H, Slack wax, Propane
Asphalt
II.2.2.3. Kilang Paraxylene
Tabel II.2.5 Bahan baku dan produk Paraxylene
Bahan baku : Heavy Naphtha
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : Cair
Kenampakan : Jernih/ Bening
Bau : Berbau seperti kerosene
Spesific gravity pada 60/600F : 0,650
IBP : 80 0C
End Point : 204 0C
Produk :
Paraxylene, Raffinate, Benzene, Heavy Aromate, Toluene, LPG
15
II.2.2.4. Kilang Lube Oil Complex III (LOC III)
Tabel II.2.6 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex III
Bahan baku : Long Residu FOC I
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : Cair
Kenampakan : Hitam
Bau : Bau aspal
Spesific gravity pada 60/600F : 0,9647
Viskositas kinematik pada 37,80C : 868,8 CSt
Viskositas kinematik pada 600C : 198,2 CSt
Viskositas kinematik pada 1000C : 32,45 CSt
Produk :
HVI 650, Propane Asphalt, Slack wax
II.2.3 Spesifikasi Produk
II.2.3.1. Bahan Bakar Minyak
a. PREMIUM
Tabel II.2.7 Spesifikasi bahan bakar minyak PREMIUM:
Properties Limits Test Methods
Min Max ASTM Others
Knock Rating Research Oktan
Number RON
88
-
D-2699
T.E.L content, gr/lt
-
0.3 D-3341
D-5059
Distillation
10% vol. evap. To °C
50% vol. evap. To °C
90% vol. evap. To °C
-
-
88
74
125*)
180
R.V.P. at 37.8 OC psi - 9.0*) D-232
Exsistent Gum, mg/100 ml - 4 D-381
Induction period, min 240 - D-525
Sulphur content, % wt - 0.0 D-1266
Copper Strip Corrosion 3
hrs/122°C
-
No.1
D-130
Doctor test Negative IP 30
Color Yellow
Dye Content , gr/100 lt 0.113
Odour Marketable
16
b. KEROSENE
Tabel II.2.8 Spesifikasi bahan bakar minyak KEROSENE:
Properties
Unit Limits Test Methods
Min Max ASTM Others
Specific Gravity at 60/60°C 0.835 D-1298
Color Livibond 18” cell. or 2.5 IP 17
Color Saybolt 9 D-156
Smoke point mm 16*) D-1322
Char Value mm/kg 40 IP 10
Destination :
Recovery at 2000°C
End Point
% vol
°C
18 310 D-86
Flash point abel, or °F 100
Alternative Flash Point
TAG °F 105
Sulphur Content % wt 0.2 D-2166
Copper Strip Corrosion
(3hrs/50°C) No.1 D-130
Odour Marketable
c. MINYAK DIESEL
Tabel II.2.9 Spesifikasi bahan bakar minyak DIESEL:
Properties
Unit Limits Test Methods
Min Max ASTM Others
Specific Gravity at
60/60°F
0.84 0.92 D-1298
Viscosity Redwood
1/100°F
35 45 D-445*) IP 70
Pour Point 65 D-97
Sulphur Content mm 1.5 D-1551/
1552
Conradson Carbon
Residue
mm/kg 10 D-198
Water Content % vol 0.25 D-95
Sediment % wt 0.02 D-473
Ash :
Netralization Value :
Strong Acid Number
% wt
mg KOH/gr
0.02
Nil
D-482
17
Flash Point P.M.c.c 150 - D-93
Colour ASTM 6 - D-1500 IP 30
d. MINYAK BAKAR
Tabel II.2.10 Spesifikasi bahan bakar minyak bakar:
Properties
Unit Limits Test Methods
Min Max ASTM Others
Specific Gravity at
60/60°F
- 0.99 D-1298
Viscosity Redwood
1/100°F
Secs 400 1250 D-445*) IP 70
Pour Point °F - 80 D-97
Calorific Value Gross BTU/lb 18.000 - D-240
Sulphur Content % vol - 3.5 D-1551/
1552
Water Content % vol - 0.75 D-95
Sediment % wt - 0.15 D-473
Netralization Value :
Strong Acid Number
mg KOH/gr
-
Nil
Flash Point P.M.c.c °F 150 - D-93
Conradson Carbon Residue
% wt - 14 D-189
e. MINYAK SOLAR
Tabel II.2.11 Spesifikasi bahan bakar minyak SOLAR:
Properties
Unit Limits Test Methods
Min Max ASTM Others
Angka Setana 45 - D-613
Indeks Stana 48 - D-4737
Berat jenis pada 150 C
kg/m3
815
870 D-1298
/D-4737
Viskositas pada 400 C mm2/sec 2.0 5.0 D-445
Kandungan Sulfur %m/m - 0.35 D-1552
Distilasi : T95 °C - 370 D-86
Titik Nyala °C 60 - D-93
Titik Tuang °C - 18 D-97
Karbon Residu merit - Kelas I D-4530
Kandungan Air mg/kg - 500 D-1744
Biological Growth - Nihil Nihil
Kandungan FAME % v/v - 10
18
Kandungan
Metanol&Etanol
% v/v
Tak terdeteksi
Korosi Bilah Tembaga merit - Kelas I D-4815
Kandungan Abu % m/m - 0.01 D-130
Kandungan Sedimen % m/m - 0.01 D-482
Bilangan Asam Kuat mg KOH/gr - 0 D-473
Bilangan Asam Total mg KOH/gr - 0.6 D-664
Partikulat mg/l - - D-664
Penampilan Visual - Jernih dan terang
Warna No.ASTM - 3.0 D-1500
II.2.3.2. Bahan Bakar Khusus
a. Aviation Gasoline (avgas)
Aviation Gasoline (avgas) adalah bahan bakar dari pecahan minyak bumi,
dan dibuat untuk bahan bakar transportasi udara (aviasi), pada pesawat yang
menggunakan mesin pembakaran internal (internal combustion engine),
mesin piston atau mesin reciprocating dengan pengapian bunga api (spark
ignition).
Spesifikasi : Aviation Gasoline (Def Stand 91-90/1 (DERD) 2845).
b. Aviation Turbin Fuel (avtur)
Aviation Turbin Fuel (avtur) adalah bahan bakar yang berasal dari pecahan
minyak bumi, dibuat untuk bahan bakar transportasi udara (aviasi) pada
pesawat yang memiliki mesin turbin atau mesin pembakaran eksternal.
Spesifikasi : Aviation Turbin Fuel adalah DEF Stand 91-91 Lattest Issue
(DERD 2494).
c. Pertamax
Pertamax adalah motor gasoline tanpa timbal dengan kandungan aditif
lengkap generasi mutakhir yang akan membersihkan Intake Valve Port Fuel
Injector dan Ruang Bakar dari karbon deposit dan mempunyai RON 92
(Research Octane Number) dan dianjurkan juga untuk kendaraan berbahan
bakar bensin dengan perbandingan kompresi tinggi.
d. Pertamax Plus
Pertamax Plus merupakan bahan bakar superior pertamina dengan
kandungan energi tinggi dan ramah lingkungan , diproduksi menggunakan
bahan baku pilihan berkualitas tinggi sebagai hasil penyempurnaan
formula terhadap produk Pertamina sebelumnya.
19
e. Pertamina Dex
Pertamina Dex merupakan bahan bakar mesin diesel modern yang telah
memenuhi dan mencapai standar emisi gas buang EURO 2, memiliki
angka performa tinggi dengan cetane number 53 keatas (HSD mempunyai
cetane number 45), memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di
bawah 300 ppm.
f. Biosolar
Biosolar merupakan blending antara minyak solar dan minyak nabati hasil
bumi dalam negeri yang sudah diproses transesterifikasi menjadi Fatty Acid
Methyl Ester (FAME).
II.2.3.3. Produk –Produk Gas
a. Vigas
Vigas adalah merek dagang Pertamina untuk bahan bakar LGV (Liquified
Gas for Vehicle) yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor terdiri dari
campuran propane(C3) dan butane(C4) yang spesifikasinya disesuaikan
untuk keperluan mesin kendaraan bermotor sesuai dengan SK Dirjen Migas
No.2527.K/24/DJM/2007.
b. Bahan Bakar Gas
Bahan Bakar Gas adalah gas bumi yang telah dimurnikan, ramah
lingkungan, bersih, handal, murah, dan digunakan sebagai bahan bakar
alternatif kendaraan bermotor. Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari
gas metana dan etana lebih kurang 90% dan selebihnya adalah gas
propana, butana, nitrogen, dan karbondioksida.
c. Liquified Petroleum Gas (LPG)
Liquified Petroleum Gas adalah produk gas ringan yang dihasilkan dari
penyulingan minyak bumi atau juga dihasilkan dari pengembunan gas
alam di Kilang Unit Pengolahan LPG.
II.2.3.4. Produk Non BBM
a. Aspal
Aspal Pertamina memiliki kapasitas produksi 650.000 ton/tahun, diproduksi
dalam 2 grade yaitu Penetrasi 60/70 dan Penetrasi 80/100.
b. Solvent dan Minarex
Di antara jenis solvent adalah Minasol, Pertasol, Solvent Cemara, Heavy
Aromatic, dll.
BAB III
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
III.1. Sejarah Berdirinya Pertamina RU IV Cilacap
Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat menghasilkan
energi baik untuk bahan bakar maupun untuk pembangkit tenaga listrik. Bagi Indonesia,
minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat penting. Hal ini disebabkan
karena disamping untuk keperluan dalam negeri, juga diperuntukkan menambah devisa
melalui ekspor Migas. Seiring dengan perkembangan industri dan pembangunan di
Indonesia maka kebutuhan energi akan meningkat dari tahun ke tahun.
Perkembangan penggunaan minyak bumi dewasa ini terus berkembang dan
semakin meningkat. Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang
masih digunakan, terutama untuk pembangkit tenaga listrik serta sebagai baham bakar
berbagai jenis mesin. Konsumsi minyak bumi ini terus meningkat terutama untuk
keperluan dalam negeri diantaranya mencapai 34 % sebagai bahan bakar minyak (BBM)
untuk kebutuhan pulau Jawa.
Untuk itu, Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No. 19/1960 Tentang
Perusahaan Negara dan UU No. 44/1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.
Atas dasar kedua Undang-Undang tersebut, maka pada tahun 1961 dibentuk
perusahaan negara sektor Minyak dan Gas Bumi, yaitu:
PN PERTAMIN
PN PERMINA
Kedua perusahaan tersebut bertindak selaku kuasa pertambangan yang
usahanya meliputi bidang gas dan minyak bumi dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Eksplorasi
2. Eksploitasi
3. Pemurnian dan Pengelolaan
4. Pengangkutan
Kemudian, kedua perusahaan tersebut digabung menjadi PN PERTAMINA.
Untuk kelanjutan dan perkembangannya, maka Pemerintah mengeluarkan UU No.
8/1971 Tentang PERTAMINA sebagai Pengelolaan Tunggal di Bidang Minyak Dan
Gas Bumi di Indonesia. Kemudian berubah menjadi PT PERTAMINA (Persero)
21
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2003 sebagai amanat dari pasal 60 UU
no. 22 th 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
PERTAMINA memiliki unit-unit operasi yang tersebar di seluruh
Indonesia yang meliputi beberapa operasi Eksplorasi dan Produksi, 7 Refinery Unit, 8
Unit Pemasaran.
Sejalan dengan pembangunan yang meningkat pesat, maka kebutuhan akan
produk minyak bumi akan semakin bertambah. Untuk itu perlu dibangun Refinery Unit
minyak bumi guna memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat tersebut. Dalam usaha
tersebut, maka pada tahun 1974 dibangun kilang minyak di Cilacap yang dirancang untuk
mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain untuk
mendapatkan produk BBM, juga untuk mendapatkan bahan dasar minyak pelumas dan
aspal.
Pembangunan kilang di Cilacap merupakan pembangunan salah satu dari unit-
Refinery Unit yang ada di Indonesia. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap berada di
bawah tanggung jawab Direktorat Hilir PERTAMINA. Refinery Unit IV Cilacap ini
merupakan Refinery Unit terbesar yang dikelola PERTAMINA secara keseluruhan yang
dilihat dari hasil produksinya.
Kilang Minyak Cilacap didirikan dengan maksud untuk menghasilkan produk
BBM dan non-BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selalu meningkat dan
mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar negeri. Pembangunan kilang
minyak di Cilacap dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu Kilang Minyak I, Kilang
Minyak II, dan Kilang Paraxylene.
Tabel III.1.1 Refinery Unit PERTAMINA dan Kapasitasnya
Refinery Unit (RU) Kapasitas (barel/hari)
RU I Pangkalan Brandan 5.000 *
RU II Dumai dan Sungai Pakning 170.000
RU III Plaju dan Sungai Gerong 135.000
RU IV Cilacap 348.000
RU V Balikpapan 270.000
RU VI Balongan, Indramayu 125.000
RU VII Kasim, Sorong 10.000
* sudah tidak beroperasi sejak tahun 2006
22
Gambar III.1.1 Lokasi I Refinery Unit Pertamina Seluruh Indonesia.
Sejalan dengan pembangunan yang meningkat dengan pesat, maka kebutuhan
minyak bumi akan terus semakin bertambah. Untuk itu perlu dibangun unit pengolahan
minyak bumi guna memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat tersebut.
Dalam usaha tersebut maka pada tahun 1974 dibangunlah kilang minyak yang dirancang
untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain
untuk mendapatkan produk BBM, juga untuk mendapatkan bahan dasar minyak
pelumas dan aspal.
Pembangunan kilang di Cilacap merupakan pembangunan salah satu dari unit-unit
pengolahan yang ada di Indonesia. Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit
pengolahan terbesar yang dikelola Pertamina secara keseluruhan yang dilihat dari hasil
produksinya. Kilang Cilacap ini memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 67%
kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Selain itu, kilang ini merRUakan satu-satunya kilang di
tanah air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan
infrastruktur di tanah air. Kilang Minyak Cilacap didirikan dengan maksud untuk
menghasilkan produk BBM dan Non BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri
yang selalu meningkat dan mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar
negeri.
Pembangunan kilang minyak di Cilacap dilaksanakan dalam lima tahap yaitu
Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project, dan
Kilang LPG & SRU. Garis besar proses pengolahan minyak bumi yang dilakukan di
Pertamina RU IV Cilacap dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini
23
Gambar III.1.2 Diagram Blok Proses Pertamina RU IV
III.1.1 Kilang Minyak I
Kilang minyak I Pertamina RU IV Cilacap mulai dibangun pada tahun
1974 dan mulai beroperasi pada 24 Agustus 1976 setelah diresmikan oleh
Presiden Soeharto. Kilang ini dirancang oleh Shell International Petroleum
Maatschappij (SIPM). Sedangkan kontraktornya adalah Fluor Eastern Inc.
dan dibantu oleh kontraktor-kontraktor dalam negeri. Selaku pengawas dalam
pelaksanaan proyek ini adalah PERTAMINA.
Kilang Minyak I dirancang untuk menghasilkan produk BBM dan
NBM. Bahan baku kilang ini adalah minyak mentah dari Timur Tengah, yaitu
Arabian Light Crude (ALC) yang kadar sulfurnya cukup tinggi (sekitar
1,5%/berat). Kilang ini merupakan satu- satunya kilang di Indonesia yang
menghasilkan bahan baku minyak pelumas (lube base oil) dan aspal. Hal ini
dikarenakan minyak mentah dengan kadar sulfur yang cukup tinggi
dibutuhkan dalam pembuatan minyak dasar pelumas karena sulfur dapat
berperan sebagai agen antioksidan alami dalam pelumas tetapi kadar sulfurnya
juga tidak boleh terlalu tinggi supaya tidak menyebabkan korosi pada
tembaga. Sementara, sulfur dalam aspal dapat meningkatkan ketahanan
24
aspal terhadap deformasi dan cuaca yang berubah-ubah. Sekarang,
bahan baku kilang ini bukan hanya ALC melainkan juga Iranian Light Crude
(ILC) yang kadar sulfurnya 1%/berat dan Basrah Light Crude (BLC).
Kilang ini dirancang dengan kapasitas produksi 100.000 barrel/hari
tetapi karena meningkatnya kebutuhan konsumen, pada tahun 1996 kapasitas
kilang ini ditingkatkan menjadi 118.000 barrel/hari melalui Debottlenecking
Project.
Area Kilang Minyak I meliputi :
a) Fuel Oil Complex I (FOC I) yang memproduksi BBM (Naphta,
Kerosene, ADI/IDO, dan IFO) dan NBM (LPG).
b) Lube Oil Complex I (LOC I) yang menghasilkan produk Non BBM
antara lain : Base Oil, Minarex, Slack Wax, Parafinic, dan aspal.
c) Utilities Complex I (UTL I) yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan
penunjang unit-unit proses seperti steam, listrik, udara instrument, air
pendingin, serta fuel system (fuel gas dan fuel oil).
d) Offsite Facilities, yaitu sebagai fasilitas penunjang yang terdiri dari
tangki-tangki storage, utilitas, flare system, dan environmental system.
Tabel III.1.2 Kapasitas Terpasang Kilang Minyak I
Fuel Oil Complex I (FOC I) Lube Oil Complex I (LOC I)
Unit
Kapasitas
(ton/hari)
Unit
Kapasitas
(ton/hari)
Crude Distiller 13.650 High Vacuum Unit I 3.184
Naphtha Hydrotreater 2.275 Propane Deasphalting Unit I 784
Gas Oil HDS 2.300 Furfural Extraction Unit I 991-1.580
Platformer I 1.650 MEK Dewaxing Unit I 226-337
Propane Manufacturing 43.5
Merox Treater 1.940
25
Gambar III.1.3 Diagram Blok Proses Kilang Minyak I
III.1.2 Kilang Minyak II
Kilang Minyak II dibangun pada tahun 1981 dan mulai beroperasi pada
tahun 1983 setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 4 Agustus
1983. Kilang Minyak II ini merupakan perluasan dari kilang minyak pertama.
Perluasan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri yang
terus meningkat. Area Fuel Oil Complex II di kilang ini dirancang oleh
Universal Oil Product (UOP) sedangkan Area Lube Oil Complex II dan III
dirancang oleh Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM), dan offsite
facilities oleh Fluor Eastern Inc. Kontraktor utama untuk pembangunan kilang
ini adalah Fluor Eastern Inc. dan dibantu oleh kontraktor-kontraktor dalam
negeri.
Pada awalnya, kilang minyak kedua ini dirancang untuk mengolah
minyak mentah dalam negeri karena sebelumnya minyak mentah dalam negeri
diolah di kilang minyak luar negeri kemudian baru masuk kembali ke Indonesia
dalam bentuk BBM dan cara seperti ini sangatlah tidak efisien. Kilang ini
mengolah minyak mentah dalam negeri yang kadar sulfurnya lebih rendah
daripada minyak mentah Timur Tengah. Awalnya, minyak mentah domestik
yang diolah merupakan campuran dari 80% Arjuna Crude (kadar
26
sulfurnya 0,1%/berat) dan 20% Attaka Crude. Tetapi saat ini, bahan baku yang
diolah di kilang minyak kedua ini adalah minyak cocktail yang merupakan
campuran dari minyak mentah dalam dan luar negeri.
Kilang ini diproyeksikan menghasilkan produk BBM, namun juga
menghasilkan produk Non BBM antara lain : LPG, Base Oil, Minarex, Slack
Wax, naptha, dan aspal. Pada awalnya, kilang ini memiliki kapasitas sebesar
200.000 barrel/hari. Kemudian pada tahun 1996 bersamaan dengan kilang
minyak pertama, kapasitasnya ditingkatkan menjadi 230.000 barrel/hari
melalui proyek Debottlenecking Project. Area Kilang Minyak II meliputi:
a) Fuel Oil Complex II (FOC II) yang memproduksi BBM.
b) Lube Oil Complex II (LOC II) yang memproduksi bahan dasar minyak
pelumas dan aspal.
c) Lube Oil Complex III (LOC III) yang juga memproduksi bahan dasar
minyak pelumas dan aspal.
d) Utilities Complex II (UTL II) yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan
penunjang unit- unit proses seperti steam, listrik, udara instrument, air
pendingin, serta fuel system (fuel gas dan fuel oil).
Tabel III.1.3 Kapasitas Terpasang Kilang Minyak II
Fuel Oil Complex II (FOC II) Lube Oil Complex II (LOC II)
Unit
Kapasitas
(ton/hari)
Unit
Kapasitas
(ton/hari)
CDU II 26.680 High Vacuum Unit II 2.238
NHT II 2.440 Propane Deasphalting Unit II 583
AH Unibon 2.680 Furfural Extraction Unit II 478-573
Platformer II 2.440 MEK Dewaxing Unit II 226-377
LPG Recovery 730
Naphtha Merox 1.620
THDT 1.800
Visbreaker 8.387
27
Gambar III.1.4 Diagram Blok Proses Kilang Minyak II
III.1.3 Kilang Paraxylene
Berdasarkan pertimbangan adanya bahan baku naphta produksi kilang minyak
II dan tersedianya sarana pendukung seperti tangki, dermaga dan utilities maka pada
tahun 1988 dibangun Kilang Paraxylene Cilacap (KPC) guna memenuhi kebutuhan
bahan baku kilang PTA (Purified Terephtalic Acid) di Plaju, sekaligus sebagai usaha
meningkatkan nilai tambah produk kilang BBM.
Kilang ini dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) dan dibangun pada
tahun 1988 oleh kontraktor Japan Gasoline Corporation (JGC). Kilang petrokimia
paraxylene ini beroperasi setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20
Desember 1990. Tujuan pembangunan kilang ini adalah untuk mengolah naphtha
dari FOC II menjadi produk-produk petrokimia, yaitu paraxylene dan benzene
sebagai produk utama serta raffinate, heavy aromate, toluene, dan LPG sebagai
produk sampingan. Total kapasitas produksi dari kilang ini adalah 270.000 ton/tahun.
Dengan adanya kilang paraxylene ini maka keberadaan Pertamina RU IV
semakin penting, karena dengan mengolah naphta 590.000 ton/tahun menjadi produk
utama paraxylene, benzene, dan produk samping lainnya, telah menjadikan RU IV
satu-satunya unit pengolahan minyak bumi di Indonesia yang terintegrasi dengan
industri Petrokimia.
28
Pada awal pembangunan kilang ini, paraxylene yang dihasilkan
sebagian digunakan sebagai bahan baku pabrik Purified Terepthalic Acid (PTA)
pada pusat aromatik di Plaju, Sumatera Selatan. Hal ini merupakan suatu bentuk
usaha penghematan devisa sekaligus sebagai usaha peningkatan nilai tambah
produksi kilang BBM, sedangkan sebagian lagi diekspor ke luar negeri. Sekarang
pendistribusian dilakukan pada daerah domestik saja. Sementara, seluruh benzene
yang dihasilkan diekspor ke luar negeri. Produk-produk sampingan dari kilang ini
dimanfaatkan lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Tabel III.1.4 Kapasitas Terpasang Kilang Paraxylene
Unit Kapasitas (ton/hari)
NHT 1.791
CCR / Platformer 1.791
Sulfolane 1.100
Tatoray 1.730
Xylene Fractionator 4.985
Parex 4.440
Isomar 3.590
III.1.4 Proyek Debottlenecking Cilacap (DPC)
Sebagaimana diketahui bahwa kebutuhan BBM, minyak pelumas, dan
aspal di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan
lajunya pembangunan nasional, maka upaya untuk mengembangkan kapasitas kilang
salah satunya adalah dengan dirlisasikannya Proyek Debottlenecking Kilang
Minyak Cilacap yang dibangun pada awal tahun 1996 dan mulai beroperasi
pada awal Oktober 1998. Sebenarnya kegiatan perencanaan proyek ini sudah
dimulai sejak tanggal 16 Desember 1995 dan yang bertindak sebagai pelaksana EPC
(Engineering, Procurement, and Construction) Contract adalah Fluor Daniel.
Sementara perancang dan pemilik lisensi untuk Lube Oil Complex adalah SIPM
(Shell International Petroleum Maatschppij).
Pendanaan Proyek Debottlenecking Cilacap (DPC) berasal dari pinjaman dari
29 bank dunia yang dikoordinir oleh CITICORP dengan penjamin US Exim Bank.
Dana yang dipinjam sebesar US$ 633 juta dengan pola ‘Tyrustee Borrowing
Scheme’. Sedangkan sistem penyediaan dananya adalah “Non Recourse
Financing” artinya pengembalian pinjaman berasal dari hasil penjualan produk yang
29
dihasilkan oleh proyek sehingga dana pinjaman tersebut tidak membebani anggaran
Pemerintah maupun cash flow Pertamina.
Tenaga kerja tambahan untuk proyek Debottlenecking Cilacap (DPC) sebagian
besar diambil dari tenaga lokal, dimana pada puncak penyelesaian proyek
mencapai sekitar 3000 orang yang terdiri dari tenaga kerja lokal, nasional dan asing.
Tujuan dari proyek ini adalah:
Meningkatkan kapasitas produksi kilang I dan II daalm rangka
memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri.
Meningkatkan kapasitas produksi Lube Oil Plant dalam rangka
memenuhi kebutuhan Lube Base Oil dan aspal.
Menghemat/menambah devisa negara.
Lingkup dalam proyek ini adalah meliputi:
Modifikasi FOC I dan FOC II, LOC I dan II, dan Utilitas/Offsite
Pembangunan LOC III
Pembangunan Utilitas III dan LOC III tankage
Modernisasi instrumen kilang dengan DCS
Tabel III.1.5 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek
Debottlenecking pada FOC I (dalam barrel/hari)
Unit Hasil Produksi Sebelum Sesudah Kenaikan
CDU Fraksi minyak 100.000 118.000 18.000 (18%)
NHT Naphtha dan
gasoline
20.000 25.600 5.600 (28%)
Kerosene-Merox Avtur/kerosene 15.708 17.300 1.592 (10,13%)
Tabel III.1.6 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek
Debottlenecking pada FOC II (dalam barrel/hari)
Unit Hasil Produksi Sebelum Sesudah Kenaikan
CDU Fraksi minyak 200.000 230.000 30.000 (15 %)
AH Unibon Kerosene 20.000 23.000 3.000 (15 %)
LPG Recovery Gas
Propane/Butane
7.321 7.740 419 (5,72%)
30
Tabel III.1.7 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek
Debottlenecking pada LOC I/II/III (dalam ton/tahun)
Unit Hasil Produksi Sebelum Sesudah Kenaikan
Lube Base Oil HVI
60/100/160S/650
255.000 428.000 173.000 (69 %)
Asphalt Asphalt 512.000 720.000 208.000 (40.63%)
LPG Recovery Gas
Propane/Butane
7.321 7.740 419 (5,72 %)
Dengan demikian kapasitas desain FOC I, FOC II, LOC I, II, dan III
mengalami perubahan seperti terlihat pada Tabel I.9. dan I.10. seperti di bawah ini.
Tabel III.1.8 Kapasitas Desain Baru FOC I dan II Pertamina RU IV Cilacap
FOC I FOC II
Unit
Kapasitas
(ton/hari)
Unit
Kapasitas
(ton/hari)
CDU I 16.126 CDU II 30.680
NHT I 2.805 NHT II 2.441
Gas Oil HDS 2.300 AH Unibon 3.084
Platformer I 1.650 Platformer II 2.441
Propane
Manufacturing
43,5
LPG Recovery
636
Merox Treater 2.116 Naphtha Merox 1.311
Sour Water Stripper 780 SWS 2.410
THDT 1.802
Visbreaker 8.390
Tabel III.1.9 Kapasitas Desain Baru LOC I, II, & III Pertamina RU IV Cilacap
Unit Kapasitas (ton/hari)
LOC I LOC II LOC III
HVU 2.574 3.883 -
PDU I 538 784 784
FEU I 478-573 1786-2270 -
MDU I 226-337 501-841 501-841
Hydrotreating Unit - - 1700
31
III.1.5 Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit (SRU)
Pada tanggal 27 Februari 2002 RU IV Cilacap membangun kilang SRU dengan
luas area proyek 24.200 m2 yang terdiri dari unit proses dan fasilitas penunjang. Hal
ini dilakukan untuk mendukung komitmen terhadap lingkungan. Proyek ini dapat
mengurangi emisi gas dari kilang RU IV, khusunya SO2, maupun sulfur dari sisa
proses pengoalahan, sehingga emisi yang dibuang ke udara akan lebih ramah
terhadap lingkungan. Dengan dibangunnya SRU dapat meningkatkan off gas sebagai
refinery fuel gas maupun flare gas sehingga dapat dijadikan bahan baku LPG dan
naphta (kondensat), selain menghasilkan sulfur cair.
Kilang SRU ini memiliki beberapa unit antara lain : Gas Treating Unit, LPG
Recovery Unit, Sulphur Recovery Unit, Tail Gas unit, dan Refrigeration. Umpan
pada Gas Treating Unit terdiri dari 9 stream sour gas yang sebelumnya kesembilan
stream gas ini hanya dikirim ke fuel gas sistem sebagai bahan bakar kilang atau
dibakar di flare. Dengan adanya LPG Recovery Unit pada kilang SRU ini akan
menambah aspek komersial dengan pengambilan produk LPG yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dari stream treated gas.
Dengan melakukan treatment terhadap 9 stream sour gas dengan jumlah
total sebesar 600 metric ton/hari dapat diperoleh produk sulfur cair sebanyak 59-68
metric ton/hari, produk LPG sebanyak sebanyak 324-407 metric ton/hari dan produk
condensate (C5+) sebanyak 28-103 metric ton/hari. Sedangkan hasil atas yang
berupa gas dengan kandungan H2S sangat rendah dari LPG Recovery Unit akan
dikirimkan keluar sebagai fuel sistem.
Unit-unit di kilang SRU adalah sebagai berikut :
1) Gas Treating
Gas treating unit dirancang untuk mengurangi kadar H2S di dalam gas
buang (sebagai umpan) agar tidak lebih dari 10 ppmv sebelum dikirim ke LPG
Recovery Unit dan PSA unit yang telah ada. Dalam metode operasi normal
larutan amine disirkulasikan untuk menyerap H2S pada suhu mendekati suhu
kamar.
2) LPG Recovery
LPG Recovery Unit memiliki Cryogenic Refluxted Absorber design
sebagai utilitas di LPG Recovery Unit untuk menambah produk LPG Recovery
optimum pada excess 99,9% (pada deethanizer bottom stream). Refrigeration
proses digunakan sebagai pelengkap umum Chilling (pendinginan).
32
3) Sulphur Recovery Unit (SRU)
SRU didirikan untuk memisahkan acid gas dari amine regeneration di
Gas Treating Unit (GTU), diubah menjadi H2S dalam bentuk gas menjadi sulfur
cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim melalui ekspor.
4) Tail gas Unit (TGU)
TGU dirancang untuk mengolah acid gas dari SRU. Semua komponen sulfur
diubah menjadi H2S untuk dihilangkan di unit TGU absorber, arus recycle
kembali ke unit SRU dan sebagian dibakar menjadi jenis sulfur yang terdiri dari
SOx kemudian dibuang ke atmosfer.
5) Refrigeration
Unit ini dilengkapi dengan pendinginan yang diperlukan untuk LPG
Recovery Unit dan juga dilengkapi dengan Trim Amine Chilling di bagian TGU
untuk memaksimalkan pengambilan sulfur secara umum.
III.2. Struktur Organisasi
III.2.1 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA
Pertamina dikelola oleh suatu Dewan Direksi Perusahaan dan diawasi oleh suatu
Dewan Komisaris/Pemerintah Republik Indonesia. Pelaksanaan kegiatan Pertamina
diawasi oleh seperangkat pengawas yaitu Lembaga Negara, Pemerintah maupun dari
unsur intern Pertamina sendiri.
Gambar III.2.1 Diagram Struktur Organisasi PT PERTAMINA (Persero)
III.2.2 Struktur Organisasi PERTAMINA RU IV Cilacap
33
Direktur Pengolahan Pertamina membawahi unit-unit pengolahan yang ada di
Indonesia. Kegiatan utama operasi kilang di RU IV Cilacap adalah :
1. Kilang Minyak ( BBM dan Non BBM )
2. Kilang Petrokimia.
Refinery Unit IV Cilacap dipimpin oleh seorang General Manager yang
membawahi:
1. Manager Engineering and Development
2. Manager Legal & General Affairs
3. Manager Health, Safety Environment
4. Manager Procurement
5. Manager Reliability
6. OPI Coordinator
7. Director of Pertamina Hospital (Hirarki ke Pusat)
8. Manager Human Resource Area (Hirarki ke Pusat)
9. IT RU IV Cilacap Area Manager (Hirarki ke Pusat)
10. Manager, Refinery Finace Offsite Support Region III
11. Manager, Marine Region IV
12. Manager, Refinery Internal Audit Cilacap.
Sedangkan Senior Manager Operation and Manufacturing membawahi 5 manager,
1 marine section head, yaitu:
a. Manager Production I
b. Manager Production II
c. Manager Ref. Planning & Optimization
d. Manager Maint. Planning & Support
e. Manager Maintenance Execution
f. Manager Turn Arround
34
Skema Struktur organisasi PERTAMINA RU IV CILACAP adalah sebagai berikut :
Gambar III.2.2 Diagram Struktur Organisasi Pertamina RU IV CILACAP
35
III.3. Visi dan Misi Pertamina
Melalui Surat Ketetapan Direktur Utama No.53/C00000/2008-SO, Pertamina Unit
Pengolahan IV Cilacap (UP IV) berubah namanya menjadi Pertamina Refinery Unit
IV Cilacap. Perubahan ini diharapkan dapat mempercepat transformasi Pertamina
menjadi kilang minyak yang unggul dan menuju perusahaan minyak bertaraf
internasional.
III.3.1 Visi, Misi, Motto, Logo, dan Slogan PT Pertamina (Persero)
1. Visi PT Pertamina (Persero)
“Menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia”
2. Misi PT Pertamina (Persero)
- Melalukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia
- Merupakan enti
3. Motto PT Pertamina (Persero)
“Sikap jujur, tegakkan disiplin, sadar biaya dan puaskan pelanggan”
4. Logo dan Slogan PT Pertamina (Persero)
Rencana perubahan logo sudah dipikirkan sejak 1967 saat setelah terjadinya
krisis pada Pertamina. Namun, program tersebut tidak dapat dilaksanakan
karena terjadinya adanya perubahan kebijakan (pergantian dewan direksi).
Pertimbangan mendasar diperlukannya pergantian logo ini adalah agar dapat
menumbuhkan semangat baru bagi seluruh karyawan, adanya perubahan
corporate culture pada seluruh pekerja, menimbulkan image yang lebih baik di
antara global oil dan gas companies, serta mendorong daya saing perusahaan
dalam menghadapi perubahan- perubahan yang terjadi, antara lain:
Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Perseroan
Perubahan strategi perusahan dalam menghadapi persaingan pasca
PSO serta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru.
Pertamina memiliki slogan yaitu “Semangat Terbarukan”, yang berarti
semangat kerja yang benar-benar baru, ide-ide baru, kemampuan berimajinasi,
dan kecepatan berinovasi. Dengan slogan ini diharapkan prilaku dari jajaran
pekerja Pertamina akan berubah menjadi enterpreneur dan customer
oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi.
36
Gambar III.3.1 Logo Baru Pertamina
(Sumber: PT.Pertamina, 2011)
Elemen logo merupakan representasi huruf Pertamina yang
membentuk anak panah dengan arah ke kanan. Hal ini berarti PT Pertamina
(Persero) bergerak melesat maju dan progresif. Secara keseluruhan, logo
Pertamina menggunakan warna – warna yang berani. Hal ini menunjukkan
langkah besar kedepan yang diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan
akan masa depan yang lebih positif dan dinamis. Warna-warna tersebut yaitu :
BIRU : Mencerminkan Handal, Dapat Dipercaya, Dan
Bertanggung Jawab.
HIJAU : Mencerminkan Sumber Daya Energi Yang
Berwawasan Lingkungan.
MERAH : Keuletan, Ketegasan Dan Keberanian Menghadapi
Berbagai Macam Keadaan.
Nilai–Nilai Pertamina
Dalam mencapai visi dan misinya, Pertamina berkomitmen untuk
menerapkan tata nilai sebagai berikut :
Clean (Bersih)
Dikelola secara professional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada
asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja.
37
Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
Customer Focused (Fokus pada Pelanggan)
Berorientasi pada pelanggan dan berkomitmen untuk memerikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan.
Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis sehat.
Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset
dan pengembangan.
III.3.2 Visi, Misi, dan Motto Pertamina RU IV Cilacap
1. Visi PT. Pertamina RU IV Cilacap
“Menjadi kilang minyak yang unggul di Asia Tenggara dan kompetitif di Asia
tahun 2015”
2. Misi PT. Pertamina RU IV Cilacap
“Mengolah minyak bumi menjadi produk BBM , non BBM untuk memberikan
nilai tambah bagi perusahaan”, dengan tujuan : memuaskan stakehoder melalui
peningkatkan kinerja perusahaan secara profesional, berstandar internasional,
dan berwawasan lingkungan.
3. Motto PT. Pertamina RU IV Cilacap
“Bekerja dalam kebersamaan untk keunggulan bersama”
III.4. Tata Letak
III.4.1 Lokasi pabrik
Bagi perusahaan, lokasi perusahaan merupakan hal yang sangat penting karena
lokasi perusahaan akan menentukan kelancaran perusahaan dalam menjalankan
operasinya. Demikian halnya dalam menentukan lokasi kilang. Hal-hal yang menjadi
pertimbangan meliputi biaya produksi, biaya operasi, dampak sosial, kebutuhan bahan
bakar minyak, sarana, studi lingkungan dan letak geografis. PERTAMINA RU IV
38
Cilacap terletak di desa Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.
Dipilihnya Cilacap sebagai lokasi kilang didasarkan pada pertimbangan berikut :
a. Studi kebutuhan BBM menunjukkan bahwa konsumsi terbesar adalah
penduduk Pulau Jawa.
b. Tersedianya sarana pelabuhan alami yang sangat ideal karena lautnya cukup
dalam dan tenang karena terlindungi Pulau Nusakambangan.
c. Terdapatnya jaringan pipa Maos-Yogyakarta dan Cilacap-Padalarang,
sehingga penyaluran bahan bakar minyak lebih mudah.
d. Daerah Cilacap dan sekitarnya telah direncanakan oleh pemerintah
sebagai pusat pengembangan produksi untuk wilayah Jawa bagian selatan.
Dari hasil pertimbangan tersebut, ditunjang dengan adanya areal tanah yang
tersedia dan memenuhi persyaratan untuk pembangunan kilang minyak, maka RU IV
Cilacap dengan luas area total yang digunakan adalah ± 526 Ha.
III.4.2 Tata Letak Kilang
Tata letak Kilang Minyak Cilacap beserta sarana pendukung yang ada adalah
sebagai berikut :
Tabel III.4.1 Luas Area PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
No Nama Area Luas (Ha)
1 Area Kilang minyak dan perluasan 300,00
2 Area terminal dan pelabuhan 22,5
3 Area pipa track dan jalur jalan 10,5
4 Area perumahan dan sarananya 87,5
5 Area rumah sakit dan lingkungannya 27,00
6 Area lapangan terbang 70,00
7 Area kilang paraxylene 9,00
Total 526,5
39
Dalam kegiatan pengoperasiannya, Kilang Minyak Cilacap terdiri atas unit-unit
proses dan sarana penunjang yang terbagi atas beberapa area, yaitu :
a) Area 10
Fuel Oil Complex I (FOC I) , terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Crude Distillation Unit (CDU) I
Naphtha Hydrotreater Unit (NHT) I
Hydro Desulfurizer Unit (HDS)
Platformer Unit
Propane Manufacturer Unit (PMF)
Meroxtreater Unit
Sour Water Stripper Unit (SWS)
Nitrogen Plant
CRP Unit / Hg Removal
b) Area 20
Lube Oil Complex I (LOC I), terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
21
22
23
24
25
Hight Vacuum Unit (HVU) I
Propane Deasphalting Unit (PDU) I
Fulfural Extraction Unit (FEU) I
Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit (MDU) I
Hot Oil System I
40
c) Area 50
Utilities Complex I, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
51
52
53
54
55
56
57
Pembangkit tenaga listrik
Steam Generator Unit
Cooling Water System
Refinery Unit Air
Fire Water System Unit
Unit Sistem Udara Instrumen
Unit Sistem Pengadaan Bahan Bakar Gas dan Minyak
d) Area 01
Fuel Oil Complex II (FOC II), terdiri atas :
No Unit Nama Unit
008
009
011
012
013
014
015
016
017
018
019
Caustic and Storage Unit
Nitrogen Plant
Crude Distillation Unit (CDU) II Naphtha
Hydrotreater Unit (NHT) II Aromatic
Hydrogenation (AH) Unibon Unit
Continuous Catalytic Regeneration (CCR)
Platformer Unit
Liquified Petroleum Gas (LPG) Recovery Unit
Minimize Alkalinity Merchaptan Oxidation (Minalk
Merox) Treater Unit
Sour Water Stripper Unit (SWS) II
Thermal Distillate Hydrotreater Unit
Visbreaker Thermal Cracking Unit
41
e) Area 02
Lube Oil Complex II (LOC II), terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
021
022
023
024
025
Hight Vacuum Unit (HVU) II
Propane Deasphalting Unit (PDU) II
Fulfural Extraction Unit (FEU) II
Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit (MDU) II
Hot Oil System II
f) Area 05
Utilities Complex II, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
051
052
053
054
055
056
057
Pembangkit tenaga listrik
Steam Generator Unit
Cooling Water System
Unit Pengolahan Air
Fire Water System Unit
Unit Sistem Udara Instrumen
Unit sistem Pengadaan Bahan Bakar Gas dan Minyak
g) Area 30
Tangki-tangki BBM, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Tangki–tangki gasoline dan vessel penambahan TEL
FOC I dan Platformer Feed Tank
Tangki-tangki kerosene dan AH Unibon Feed Tank
Tangki-tangki Automative Diesel Oil (ADO)
Tangki-tangki Industrial Fuel Oil (IFO)
Tangki-tangki komponen IFO dan HVU Feed
Tangki-tangki Mogas, Heavy Naphtha dan penambahan
TEL FOC II
Tangki-tangki LSWR dan IFO
Tangki-tangki ALC, BLC dan ILC sebagai Feed FOC I
Tangki-tangki paraxylene dan benzene
42
h) Area 40
Tangki-tangki-BBM, terdiri dari :
No. Unit Nama Unit
41
42
43
44
45
46
47
48
Tangki–tangki Lube Oil
Tangki–tangki Bitumen
Tangki–tangki Long Residue
Gasoline station, Bengkel, Gudang dan Pool Alat Berat
Tangki–tangki Feed FOC II
Tangki–tangki Feed Mixed LPG
Flare system
Drum Plant, untuk Pengisisan aspal
i) Area 60
Jaringan Oil Movement dan Perpipaan, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
61
62
63
64
66
67
68
Jaringan pipa dari dan ke Unit Terminal Minyak Area 70
Cross Country PipeLine
Stasiun Pompa Air Sungai
Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG dan
Paraxylene
Tangki-tangki Balas dan Bunker
Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG, dan
Paraxylene
Dermaga Pengapalan LPG
j) Area 70
Terminal Minyak Mentah dan Produk, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
71
72
Tangki – tangki minyak mentah feed FOC II dan Bunker
Crude Island Berth
Dermaga pengapalan minyak dan penerimaan Crude Oil
43
k) Area 80
Kilang Paraxylene, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
81
82
84
85
86
87
88
89
Nitrogen Plant Unit
Naphtha Hydrotreater Unit
CCR Platformer Unit
Sulfolane Unit
Tatoray Unit
Xylene Fractionation Unit
Parex Unit
Isomar unit
l) Area 90
LPG Recovery & Sulphur Recovery Unit, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
90
91
92
93
94
95
Utility
Gas Treating Unit
LPG Recovery
Sulfur Recovery
Tail Gas Unit
Refrigerant
m) Area 200
Lube Oil Complex III, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
220
240
260
041
Propane Deasphalting Unit III
Metyhl Etyhl Ketone Dewaxing Unit III
Hydrotreating Unit/Redistilling Unit III
Pump Station and Storage Tank
44
n) Area 500
Utilities IIA, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
510
520
530
560
Pembangkit Tenaga Listrik
Steam Generator Unit
Cooling Water system
Unit Sistem Udara Tekan
BAB IV
PROSES PRODUKSI
IV.1 Persiapan Bahan Baku
Pada proses produksi Lube Oil di Lube Oil Complex (LOC) I/II/III bahan baku atau
feed berasal dari hasil produk bawah di Fuel Oil Complex (FOC) I, yaitu Long Residue.
FOC I dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Arabian Light Crude (ALC)
dengan kapasitas pengolahan 100.000 barrel per hari. Setelah Debottlenecking Project,
FOC I memiliki kapasitas pengolahan 118.000 barrel per hari atau 16.094 TPSD dan juga
digunakan mengolah minyak mentah jenis Basrah Light Crude (BLC) dan Iranian Light
Crude (ILC).
Pada FOC I terdapat Crude Distilling Unit (CDU) I yang mengolah minyak mentah
tersebut. CDU dirancang untuk mengolah 16.094 ton/hari atau 118.000 BPSD ALC, atau
BLC atau ILC. Karakteristik umpan adalah sebagai berikut:
Tabel IV.1.1 Karakteristik Umpan
Jenis Crude Kandungan Titik Didih (oC) Yield Berat (%)
ALC
Light Tops < 150 16.8
Kerosene 150 – 221 13.2
Light Gas Oil 221 – 271 8.4
Heavy Gas Oil 271 – 364 17.6
Long Residue > 364 44
Wax 3
Sulfur 1.88
Garam (NaCl) 30 mg/l
Crude dipompa dari tangki menuju kolom distilasi, melalui jaringan penukar panas
(digunakan untuk mengurangi beban furnace) dengan memanaskan crude dengan arus
panas dari produk kolom. Jaringan penukar panas ini dilengkapi dengan desalter untuk
mengurangi kadar garam dalam crude. Kemudian crude dipompa dari tangki menuju pre-
flash column, dimana uap fraksi ringan terpisah dengan fraksi beratnya.
Di dalam kolom, crude terpisah menjadi lima fraksi, yaitu produk atas (yang terdiri
dari naphtha dan light tops), kerosene, LGO, HGO, dan Long Residue sebagai produk
46
bawah. Cairan yang bergerak ke bawah diambil dengan steam untuk mengambil produk
atas yang terbawa arus itu. Sebagian fraksi naphtha, kerosene, dan LGO dikembalikan
lagi ke kolom sebagai refluks.
Produk naphtha dari CDU ini digunakan sebagai umpan unit Naphtha Hydrotreater
(NHT) yang selanjutnya digunakan sebagai umpan Platformer. Produk kerosene
diumpankan ke Unit Merox, sedangkan LGO diumpankan ke Unit Hydro Desulphurizer
(HDS). Long Residue dikirim ke storage untuk diolah kembali di Lube Oil Complex
(LOC).
IV.2 Uraian Proses Produksi
Pada tahun 1998 Kilang UP IV Cilacap telah menyelesaikan Proyek
Debottlenecking yang dikenal dengan Debottlenecking Project Cilacap (DPC). Tujuan
daripada Cilacap Debottlenecking Project adalah meningkatkan jumlah produksi lube
base dari 175 KTA menjadi 428 KTA. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan
perubahan pola proses pengolahan lube base oil dari solvex mode menjadi hybrid mode
yaitu dengan menambahkan satu unit baru HTU ( Hydrotreating Unit ). Pada existing
proses ( solvex mode) proses pengolahan bersifat physical separation (distilasi,ekstraksi,
dan filtrasi) sedangkan untuk proses hybrid dengan tambahan menggunakan proses kimia
(chemical conversion). Proses kimia / konversi ini adalah proses konversi komponen
yang tidak diinginkan menjadi komponen lube base menggunakan bantuan katalis dan
hidrogen.
Dengan adanya penambahan unit pengolahan baru tersebut, maka Kilang Cilacap
mempunya tiga kilang lube oil yaitu Lube Oil Complex – I / II / III. Ketiga kilang
tersebut terintegrasi dan dirancang untuk mengolah komponen feed berupa Arabian
Light Long Residue produk bottom dari CDU (Crude Distilling Unit) I sebanyak
2.194.000 TPA untuk menghasilkan total produk lube base oil sebesar 428.000 TPA
dan blended bitumen/ asphalt sebesar 750.000 TPA. Adapun simplified process flow
diagram dapat dilihat pada Gambar IV.2.1.
47
Gambar IV.2.1 Process Flow Diagram Kilang FOC’s (I, II, III) RU IV Cilacap
Untuk memproduksi HVI Lube Oil, diperlukan tahapan-tahapan proses melalui unit-unit
proses sebagai berikut:
IV.2.1 High Vacuum Unit (HVU) I/II
Unit HVU I beroperasi dalam dua mode, yaitu “lube oil mode“ dan
“bitumen mode”, sedangkan Unit HVU II hanya beroperasi dengan “lube oil
mode”. Arabian Light Long Residu berasal dari bottom Unit CDU I digunakan
sebagai umpan di Unit HVU I / II setelah melewati preheat exchanger dan furnace
langsung ke 1st Vacuum Column. Dua stream produk dari vacuum column
tersebut di strip lebih lanjut di side stripper dan dimasukkan ke intermediate tank
sebagai produk light machine oil (LMO) dan spindel Oil (SPO), side stream
lainnya berupa vacuum gas oil dan intermediate resiude dipompakan ke pool
refinery fuel oil.
Bottom produk dari 1st Vacuum Column dipanaskan kembali pada furnace
kedua sebelum masuk ke 2nd Vacuum Column dengan tekanan flash zone yang
lebih rendah (vacuum) dibandingkan 1st Vacuum Column. Stripping steam
diinjeksikan ke furnace inlet transfer line dan bottom column. Produk dari 2nd
Vacuum Column yaitu MMO (Medium Machine Oil) langsung dimasukkan ke
intermediate tank tanpa melalui side stripper. Sebagian top circulating reflux
digunakan Light MMO (LMMO), dimana sebagian diambil sebagai bahan
blending MMO rundown stream setelab bergabung dengan Heavy MMO
48
(HMMO). Sedangkan produk lainnya short residu dari bottom column dikirim ke
intermediate tank dan digunakan sebagai feed di Unit Propane Deasphalting dan
sebagian lainnya sebagai komponen blending asphalt.
Tabel IV.2.1 Disain Feed dan Yield Produk Unit HVU I
Stream Lube Oil Mode Bitumen Mode
KTA T/SD %-wt KTA T/SD %-wt
Feed: ALC Long Residue 437 2574 100 437 2574 100
Output:
Waste gas to fuel 2 7 0.3 2 5 0.4
Slop 3 18 0.8 2 13 0.5
Gas Oil 46 273 10.6 45 267 10.3
SPO Distillate 48 280 10.9 48 280 11.0
Intermediate Dist. 37 216 8.4 38 226 8.7
LMO Distillate 46 273 10.6 40 234 9.2
MMO Distillate 53 310 12 39 229 8.9
Black Oil 0 0 0 0 0 0
Short Residue 203 1196 46.4 223 1314 51.0
Tabel IV.2.2 Disain Feed dan Yield Produk Unit HVU II
Stream Lube Oil Mode
KTA T/SD %-wt
Feed: ALC Long Residue 1320 3883 100
Output:
Waste gas to fuel 3 10 0.3
Slop 10 28 0.8
Gas Oil 140 412 10.6
SPO Distillate 144 422 10.9
Intermediate Dist. 111 326 8.4
LMO Distillate 140 412 10.6
MMO Distillate 159 468 12.0
Black Oil 0 0 0
Short Residue 613 1804 46.4
49
IV.2.2 Propane Deasphalting Unit (PDU) I/II/III
Feed short residu dari intermideater tank dikontakkan secara counter current
dengan solvent propane di Rotating Disc Contactor (RDC). Solvent tersebut akan
melarutkan hydrocarbon ringan sehingga akan terjadi pemisahan dari fraksi
asphaltene. Hydrocarbon ringan tersebut keluar sebagai produk atas dan
asphaltene sebagai produk bawah. Kedua produk tersebut dikirim ke solvent
recovery system untuk mengambil kembali solvent. Energi panas untuk
pemisahan di solvent recovery section tersebut disediakan oleh dua evaporator
dimana sebagai media pemanasnya adalah steam dan hot oil. Hydrocarbon ringan
tersebut yang dikenal dengan nama deasphlating oil (DAO) setelah didinginkan
disimpan di tanki intermediate sedangkan fraksi asphaltene yang disebut dengan
propane asphalt dikirim ke tanki bitumen blending.
Tabel IV.2.3 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU I
Stream Kuantitas (TPA) Yield %-wt on Feed
Short Residue Intake 183.000 100
Deasphalted Oil (DAO) Output 68.000 37
Propane Asphalt Output 115.000 63
Tabel IV.2.4 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU II
Stream Kuantitas (TPA) Yield %-wt on Feed
Short Residue Intake 260.000 100
Deasphalted Oil (DAO) Output 96.200 37
Propane Asphalt Output 163.800 63
Tabel IV.2.5 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU III
Stream Kuantitas (TPA) Yield %-wt on Feed
Short Residue Intake 238.000 100
Deasphalted Oil (DAO) Output 88.000 37
Propane Asphalt Output 150.000 63
50
IV.2.3 Furfural Extraction Unit (FEU) I/II
Sesudah proyek debottlenecking, Unit FEU I dirancang hanya mengolah
SPO waxy distillate dari Unit HVU I / II. Unit FEU I tetap sesuai design aslinya
beroperasi dengan “solvex mode” dan tidak ada modifikasi selama
debottlenecking melainkan pompa feed karena terjadi kenaikan Viskositas
short residue pasca DPC dari 440 cSt (pada 99oC) menjadi 830 – 890 cSt (pada
100oC).
Unit FEU II mengolah LMO, MMO waxy raffinate dari Unit HVU I / II
dan DAO dari PDU I / II / III. Unit FEU II telah dimodifikasi agar dapat
beroperasi dengan ‘hybrid mode’. Berikut disampaikan gambaran operasional
Unit FEU II :
LMO, MMO vacuum disitillate dan DAO diolah secara terpisah/batch
process dengan proses ekstraksi menggunakan furfural unutk
meningkatkan viskositas index dan stability.
Dengan “ hybrid mode” yield produk raffinate meningkat menjadi 80%
dari sebelumnya saat solvex mode yang hanya 50 sampai 65 %- wt.
Yield raffinate Unit FEU II yang mengalami peningkatkan menimbulkan
konsekuensi bertambahnya komponen dengan VI yang rendah seperti
komponen aromatic dan heteroatom. Untuk itu produk raffinate ex Unit
FEU II akan diproses lebih lanjut di Unit HTU/ RDU LOC III.
Feed dari intermediate tank diumpankan secara countercurrent terhadap
furfural di RDC (Rotating Disc Contactor). Furfural akan melarutkan
komponen polyaromatic dan keluar sebagai extract produk bottom RDC,
sedangkan komponen raffinate yang mempunyai viskositas index lebih
tinggi keluar sebagai top produk RDC. Furfural di-recovery baik di fase
ekstrak dan rafinate dengan pemanasan dan proses stripping pada kondisi
vacuum. Sebagai media pamanas digunakan hot oil.
Raffinate didinginkan dan dipompakan ke intermediate tank,
sedangkan produk ekstraknya dipompakan sebagai komponen blending
IFO dan bitumen blending (khusus DAO ekstrak).
51
Tabel IV.2.6 Disain Feed dan Yield Produk Unit FEU I/II
Stream FEU I Solvex FEU-II Hybrid
HVI-60 HVI-100 HVI-160S HVI-650
Feed Intake, t/a *141.000 **185.000 **211.000 ***252.000
Raffinate output, t/a 84.600 148.000 168.800 206.600
Extract output. t/a 56.400 37.000 42.200 45.400
Raffinate yield, %wt 60 80 80 82
Keterangan: * Feed intake dari HVU-II : SPO = 93 kt/a
** Feed intake dari HVU-III : LMO = 46 kt/a dan MMO = 53kt/a
*** Feed intake DAO dari PDU-I = 68 kt/a dan PDU-III = 88 kt/a
IV.2.4 Hydrotreating / Redistillation Unit (HTU/RDU)
LMO, MMO dan DAO waxy raffinate produk dari Unit FEU II digunakan
sebagai feed Unit HTU/RDU. Proses di HTU dilakukan pada tekanan dan
temperatur tinggi dengan melewatkan pada katalis bed dan dalam suasana
hydrogen kemurnian tinggi. Tujuan proses di HTU/RDU adalah untuk melakukan
konversi komponen hydrocarbon yang mempunyai VI rendah seperti hydrocarbon
aromatic menjadi komponen hydrocarbon yang mempunyai VI lebih tinggi
(saturate). Disamping itu juga terjadi reaksi penghilangan komponen heteroatom
yang mengandung gugus sulphur dan nitrogen. Kedua komponen tersebut
menimbulkan ketidakstabilan lube base oil baik akibat oksigen, temperatur tinggi
dan menimbulkan pembentukan sludge (lumpur) pada mesin.
Selain itu unit ini juga menghasilkan produk samping light distillate
dari reaksi samping cracking dimana produk ini dikirim ke pool refinery fuel oil.
Hydrogen dengan purtiy tinggi disediakan oleh Unit PSA (Pressure Swing
Adsorption) yang juga merupakan bagian Unit HTU/RDU. Feed Unit PSA berasal
dari gas hidrogen ex Unit CCR/ Platformer Kilang Paraxylene dan FOC-II.
Tabel IV.2.7 Disain Feed dan Yield Produk Unit HTU/RDU
Stream LMO MMO DAO
Feed intake, t/a 148.000 169.000 207.000
HDT product, t/a 126.000 127.000 176.000
Light Distillate output, t/a 22.000 42.000 31.000
52
IV.2.5 MEK Dewaxing Unit (MDU) I/II/III
Unit MDU I pasca DPC didisain hanya mengolah SPO waxy raffinate dari
Unit FEU I. Sedangakan Unit MDU II dan MDU III didisain mengolah
hydrotreated (HDT) raffinate dari Unit HTU/RDU dengan sistem blocked / batch.
Setiap jenis HDT raffinate yang diolah di Unit MDU II / III dilakukan secara
bergantian.
Komponen feed HDT raffinate dipisahkan dari komponen wax-nya dengan
proses chilling dan filtering dengan menggunakan solvent untuk melarutkan
oil secara sempurna dan menurunkan viskositas base oil. Solvent yang
digunakan adalah campuran methyl ethyl ketone (MEK) dan toluene. Campuran
feed/solvent didinginkan dengan pertukaran panas dengan aliran dingin produk
dari filtrasi dan dilanjutkan pendinginan lebih lanjut dengan proses
regrigerated chilling. Slurry dingin dilakukan filtrasi secara kontinyu di rotary
drum vacuum filter sehingga diperoleh produk dewaxing oil dan campuran
slackwax. Solvent kemudian di-recovery kembali dengan proses evaporasi dan
steam stripping.
Feed, solvent, dan inert gas didinginkan pada temperatur filtrasi dengan
propane refrigeration system . Sistem vacuum pada rotary filter dipertahankan
dengan menggunakan vacuum pump (compressor) pada suction filtrate receiver
dan dikeluarkan dengan meniupkan inert gas di bawah filter cloth unutk
membebaskan wax cake di permukaan kain filter pada proses filtrasi final. Filter
hood, solvent, tank, slop drum dan akumulator di blanket dengan inert gas unutk
mencegah akumulasi explosive campuran solvent/udara.
Dewaxed oil setelah dikeringkan di 1st Vacuum Column Drier kemudian
dikirim ke finish product tank. Sedangkan slack wax dipompkan sebagai
komponen blending refinery fuel oil di area utilities. Disain untuk Unit MDU II
dan MDU III hampir identik dan kedua unit tersebut memungkinkan untuk
mengolah feed hydrotreated LMO, MMO dan DAO. Angka-angka pada material
balance berikut merupakan refleksi dari operational total Unit MDU I, MDU
II dan MDU III untuk menghasilkan produk lube base oil sebanyak 428.000 t/a.
53
Tabel IV.2.8 Disain Feed dan Yield Produk Unit MDU I
Stream HVI-60
Feed intake, t/a 84.600
Dewaxed oil output, t/a 69.400
Slack wax output, t/a 15.200
Dewaxed oil yield, %-wt on feed 82
Tabel IV.2.9 Disain Feed dan Yield Produk Unit MDU II/III
Stream MDU-II MDU-III
HVI-650 HVI-95 HVI-160S HVI-650
Feed intake, t/a 170.000 126.000 127.000 6.000
Dewaxed oil output, t/a 140.900 108.600 104.800 4.970
Slack wax output, t/a 29.100 17.400 22.200 1.030
Dewaxed oil yield, %-wt 82.9 86.2 82.5 82.9
IV.3 Gudang Bahan Baku
Gudang bahan baku terdapat di Area 70, terminal minyak mentah dan produk.
Area 70 terdiri dari:
No. Unit Nama Unit
71 Tangki-tangki minyak mentah feed FOC II dan Bunker
72 Crude Island Board
73 Dermaga pengapalan minyak dan penerimaan Crude Oil
SPM (Single Point Mooring) adalah tangki apung sebagai sarana penampung
minyak sementara yang dibutuhkan dengan pipa 46” di dasar laut dan Lantern Hose
berdiameter 24”. Kemudian dihubungkan ke kapal dengan 2 buah floating hose
berdiameter 16”. SPM terletak di Samudera Hindia sekitar 16 km dari garis pantai.
BAB V
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
V.1 Utilitas
Unit Utilitas pada PERTAMINA RU IV adalah suatu unit yang dibutuhkan untuk
menunjang operasi pengolahan kilang seperti tenaga listrik, tenaga uap, air pendingin, air
bersih, bahan bakar cair/gas, udara instrumen, dan lain-lain sehingga kilang dapat
memproduksi BBM dan Non BBM.Di Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, kompleks
utilitas saat ini terbagi menjadi :
1. Utilitas I(area 50), dibangun pada tahun 1973 dan mulai beroperasi tahun 1976
untuk menunjang pengoperasian FOC I, LOC I dan ITP / Off site area 30, 40,
60 dan 70 dengan kapasitas pengolahan 100.000 barrel/hari.
2. Utilitas II(area 05), dibangun tahun 1980 dan mulai beroperasi pada tahun 1983
untuk menunjang pengoperasian FOC II, LOC II, ITP/ off site area 30, 40, 60, dan
70 dengan kapasitas 200.000 barrel/hari.
3. Utilitas KPC / Paraxylene sebagian besar unitnya terletak di Utilitas I / (area
50), mulai beroperasi tahun 1990 khusus untuk menunjang area kilang Paraxylene
dengan kapasitas produksi Petrokimia sebanyak 270.000 barrel/hari.
4. Utilitas IIA (area 500), beroperasi pada tahun 1998 dengan sarana terbatas, khusus
dirancang untuk menunjang pengoperasian Debottlenecking kilang Cilacap, sehingga
total kapasitas pengolahan Kilang Cilacap dapat dinaikkan dari 300.000
barrel/hari menjadi 348.000 barrel/hari.
Dalam memenuhi kebutuhan kilang Cilacap maka Pertamina UP IV secara
operasional memiliki unit – unit utilitas, yaitu :
Unit 51/ 051/ 510 : unit pembangkit tenaga listrik
Unit 52/ 052/ 520 : unit pembangkit tenaga uap
Unit 53/ 053/ 530 : unit distribusi air pendingin
Unit 54/ 054 : unit pengadaan air bersih
Unit 56/ 056/ 560 : unit pengadaan udara bertekanan
Unit 57/ 057 : unit distribusi bahan bakar cair dan gas
Unit 63/ 063 : unit pengadaan air baku
55
V.1.1 Unit 51/ 051/ 510 (Unit Pembangkit Tenaga Listrik)
Unit ini memiliki 8 buah turbin generator pembangkit tenaga listrik
yang digerakkan oleh tenaga uap. Sistim ini beroperasi dengan extractive
condensingturbine dengan high pressure steam (HP steam) yang bertekanan 60 kg/cm2
dengan temperatur 460o
C. Dan menghasilkan medium pressure steam (MP steam)
bertekanan 18 kg/cm2
dengan temperatur 330o
C serta menghasilkan pula kondensat
recovery sebagai air penambah pada tangki desuperheater dan tangki Boiler Feed Water
(BFW). Sistem pembangkit, terdiri dari :
Utilitas I area 50 : 51 G 1/ 2/ 3 (3 unit) kapasitas @ 8 MW
Utilitas II area 05 : 051 G 101/ 102/ 103 (3 unit) kapasitas @ 20 MW
Utilitas KPC : 51 G 201 (1 unit) kapasitas @ 20 MW
Utilitas IIA : 510 G 301 (1 unit) kapasitas @ 8 MW
Dengan kapasitas total terpasang saat ini 112 MW, dan kapasitas terpakai pada saat
beban puncak mencapai 67 MW
V.1.2 Unit 52/ 052/ 520 (Unit Pembangkit Tenaga Uap)
Unit ini bertugas untuk menyediakan steam yang digunakan untuk berbagai
proses operasi. Unit ini dikategorikan menjadi 3, yaitu :
a. Sistem pembangkit
Tenaga uap tekanan 60 kg/cm2
dan temperatur 460oC atau High Pressure
Steam dihasilkan dari :
1. Boiler UTL I : 52 B 1/2/3 (3 Unit) kapasitas @ 60 ton/jam.
2. Boiler UTL II : 052 B101/102/103/104 (4 Unit) kapasitas @ 110 ton/jam.
3. Boiler UTL KPC: 52 B 201 (1 Unit) kapasitas 110 ton/jam.
4. Boiler UTL IIA : 520 B 301 (1 Unit) kapasitas 60 ton/jam.
Sebagian besar uap tekanan tinggi tersebut digunakan sebagai tenaga penggerak
turbin generator dan sebagian kecil untuk penggerak turbin pompa boiler feed
water (BFW) dan cooling water.
56
b. Sistem distribusi tenaga uap terbagi atas :
1. High pressure steam dengan tekanan 60 kg/cm2, temperatur 460
oC,
superheated. Penghasil HP steam adalah semua boiler di utilities dan WHB di unit
14/FOC I.
2. Medium pressure steam dengan tekanan 18 kg/cm2, temperatur 330
oC,
superheated. MP steam ini dihasilkan dari; ekstraksi turbine generator, WHB unit
014, 019 FOC II, let down station HP/MP. MP steam ini digunakan sebagai
penggerak turbin pompa, kompressor, pemanas pada heat exchanger, penarik
sistem vakum pada ejector di semua area proses.
3. Low pressure steam dengan tekanan 3,5 kg/cm2
temperatur 220oC,
superheated. LP dihasilkan dari sistem back pressure turbine dan let down station
MP/LP.
c. Kondensat sistem
Di dalam sistem selalu terjadi kondensasi dan kondensat yang terjadi
dimanfaatkan kembali sebagai boiler feed water guna mengurangi water losses.
Tiga jenis kondensat:
• High pressure condensat yang berasal dari HP dan MP steam line. Kondensat ini
ditampung dalam suatu flash drum untuk dipisahkan menjadi LP condensat dan LP
steam.
• Low pressure condensat yang berasal dari LP steam line.
• Clean condensat yang berasal dari surface condenser turbine generator dan brine
heater SWD (sea water desalination).
V.1.3 Unit 53/ 053/ 530, Unit Distribusi Air Pendingin
Ada dua sistem yang digunakan untuk distribusi air pendingin yaitu
sistem bertekanan dan sistem gravitasi.Sirkulasi air pendingin menggunakan
sistem terbuka (once through). Sistem bertekanan digunakan untuk semua unit
proses yang didistribusikan dengan pompa :
UTL I : 53 P1 A/B/C (3 pompa) kapasitas @2000 m3
UTL II : 053 P 101 A/B/C (3 pompa) kapasitas @5900 m3
57
UTL KPC : 053 P 201 A/B/C (3 pompa) kapasitas @2300 m3
UTL IIA : 530 P 301 A/B (2 pompa) kapasitas @4000 m3
Untuk mencegah timbulnya mikroorganisme pada sistem air
pendingin, diinjeksikan sodium hypochloride hasil dari sodium hypochloride
generator.
V.1.4 Unit 54/ 054 (Unit Pengadaan Air Bersih)
Air bersih diperoleh dengan mengolah air laut menjadi air tawar dengan
spesifikasi tertentu dengan cara distilasi pada tekanan rendah (vakum). Sistem ini
dilaksanakan pada unit Sea Water Desalination (SWD).Di unit pengolahan IV
Cilacap ada dua sistem SWD yaitu,multi stage flash once through dan multi stage
flash brine recirculations.Utilitas Pertamina Refinery Unit IV Cilacap memiliki 8
buah unit SWD yaitu :
1. UTL I : 54 WS 1/2/3 (3 unit) kapasitas @ 45 ton/jam (TypeMSF once
through),dan 54 WS 201 (1 unit) kapasitas 45 ton/jam (Type MSF brine
recirculation).
2. UTL II : 054 WS 101/102/103/105 (4 unit) kapasitas @ 90 ton/jam (TypeMSF
once through)
Produk unit SWD ini digunakan untuk :
1. Sebagian besar sebagai air umpan boiler.
2. Sebagai jacket water untuk pendingin sistem minyak pelumas pada rotating
equipment.
3. Sebagai media pencampur bahan kimia untuk keperluan proses
4. Sebagai air minum di area kilang
V.1.5 Unit 55/055/550(Unit Pengadaan Air Pemadam Kebakaran)
Digunakan untuk menunjang operasi pemadam kebakaran. Sistem ini terdiri
dari 2 pompa air bakar yang berkapasitas 600m3/jam pada tekanan 12,5 kg/cm2,
dan fasilitas pengaman cairan busa udara.
58
V.1.6 Unit 56/056/560(Unit Pembangkit Udara Bertekanan)
Fungsi udara bertekanan , yaitu:
a. Sebagai udara instrumen, dihasilkan dari :
UTL I : 56K1/2/3 kapasitas @ 23 Nm3/menit
UTL II : 56K102 kapasitas @ 23 Nm3/menit
UTL KPC : 56K201 kapasitas @ 23 Nm3/menit
UTL IIA : 560K301 kapasitas @ 23 Nm3/menit
Udara instrumen ini harus kering dan tidak boleh mengandung minyak. Peralatan di
sistem ini terdiri dari inter dan after cooler, receiver, air dryer, air filter dan pipa
distribusi.
b. Sebagai plant air untuk tube cleaning pada surface condensor turbine
generator dan evaporator condensor SWD.
V.1.7 Unit 57/057(Unit Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas)
a. Sistem bahan bakar cair:
Terdiri dari sistem HFO dan HGO. Sistem HFO digunakan sebagai bahan
bakar pada boiler dan furnace saat normal operasi, sedangkan HGO digunakan
pada saat start up dan shut down unit serta untuk flushing oil dan sealing system.
Untuk mengatur viskositas dipakai sarana heat exchanger dengan media pemanas
MP steam. HFO didistribusikan dengan dua sistem yaitu dengan tekanan
tinggi 35 kg/cm2untuk keperluan sistem High Vacuum Unit dan tekanan rendah
18 kg/cm2
untuk keperluan burner. HFO terdiri dari slack wax, slop wax, heavy
aromate dan IFO yang diperoleh dari proses area.
b. Sistem bahan bakar gas
Dipakai dan dimaksimalkan untuk pembakaran di boiler dan furnace. Bahan
baku diperoleh dari unit proses dan ditampung di mix drum 57V2 dan 057V102
selanjutnya didistribusikan melalui pipa induk ke semua proses area dengan
tekanan diatur 3,5 kg/cm2. Apabila tekanan lebih dari 4 kg/cm2 akan dibuang ke
flare dan apabila kurang dari 2,5 kg/cm2 akan disuplai dari LPG vaporizer sistem
dengan media pemanas LP steam. LPG vaporizer ini berfungsi untuk menampung
dan memproses propane dan butane yang off spec. Pada sistem bahan bakar gas ini
59
terdapat juga waste gas kompresor yang berfungsi untuk memperkecil gas yang
hilang ke flare.
V.1.8 Unit 63/063(Unit Pengadaan Air Baku)
Air baku diperoleh dari kali Donan dengan menggunakan pompa jenis
submersible yang terdiri dari :
UTL I : pompa 63 P1 A/B/C kapasitas @ 3800 m3
/jam
UTL II : pompa 063P101 A/B/C kapasitas @ 7900 m3
/jam
UTL KPC : pompa 063 P 201 kapasitas 7900 m3
/jam
UTL IIA : pompa 063 P 301 kapasitas 7900 m3
/jam
Dari kali Donan air sungai dipompakan ke Jetty Donan (area 60).Ruangan
pengambilan air baku dilengkapi dengan fixed bar screen, retractable strainer dan
floating gate yang berfungsi untuk menyaring kotoran misalnya sampah, serta
suction screen. Dari unit 63 dan 063 air baku tersebut kemudian dialirkan melalui
pipa kedalam 3 buah tangki. Untuk mencegah terjadinya lumut dan menghindari
hidupnya kerang dan mikroorganisme lainnya, pada saluran hisap semua pompa air
baku diinjeksikan sodium hipokloride hasil dari sodium hipokloride generator.
Air baku ditampung dalam tangki selanjutnya digunakan sebagai media :
Sistem air pendingin bertekanan (pressurized cooling water)
Sistem gravitasi untuk surface condensor turbo generator
Air umpan sea water desalination
V.2 Pengolahan Limbah
V.2.1 Pengolahan Limbah Buangan Cair
PERTAMINA RU IV Cilacap dalam mengolah limbah cairnya tidak
dilakukan pada tiap–tiap unit, namun limbah dari beberapa unit digabung
menjadi satu baru kemudian diolah. Limbah cair pengolahannya dilakukan secara
bertahap meliputi : Sour Water Stripper (SWS), Corrugated Plate Inceptor (CPI)
dan Holding Basin.
60
1. Sour Water Stripper (SWS)
Unit ini dirancang untuk mengolah sour water dari Visbreaking Unit,
Naphta Hydrotreating Unit, High Vacum Unit, Crude Distillation Unit, AH Unibon,
Destillate Hydrotreating Unit yang mengandung H2S, NH3, fenol, CO2,
mercaptan, cyanida dan pada hydrocracking sour water terdapat fluorida. Unit ini
dirancang untuk dapat membersihkan 97 % dari H2S yang kemudian dibakar
diflare, sedang air bersih yang tersisa dapat digunakan kembali. Dalam sour water
H2S dan NH3 terdapat dalam bentuk NH4HS yang merupakan garam dari basa
lemah dan asam lemah. Di dalam larutan ini, garam terhidrolisa menjadi H2S
dan NH3.
Reaksi :
NH4HS NH3 + H2S
H2S dan NH3 bebas sangat mudah menguap dalam fase cair. Gas H2S dan
NH3 dapat dipisahkan dengan menggunakan steam sebagai stripping medium atau
steam yang terjadi dari pemanasan sour water itu sendiri (dalam reboiler). Hidrolisa
akan naik dengan naiknya suhu. Kelarutan H2S cepat dipisahkan. Sour water yang
telah mengalami stripper akan menaikkan konsentrasi NH3/H.
2. Corrugated Plate Interceptor (CPI)
Corrugated Plate Interceptor (CPI) adalah jenis alat atau bangunan
penangkap minyak yang berfungsi untuk memisahkan air dan minyak dengan
menggunakan plate sejajar, dibuat dari fiber glass yang bergelombang yang
dipasang dengan kemiringan tertentu, bekerja secara gravitasi. CPI memiliki
kemampuan memisahkan lebih besar dibanding dengan alat pemisah lain, mampu
memisahkan partikel minyak sampai dibawah 150 mikron dengan menggunakan
permukaan pemisah tambahan berupa plat sejajar maka didapatkan proses
pemisahan dalam kondisi laminer dan stabil. Kecepatan aliran dari plat yang
bergelombang dan perbedaan spesifik grafity antara minyak dan air menyebabkan
minyak akan naik ke atas, sedangkan air akan turun ke bawah yang kemudian
masuk parit dan akhirnya ke Holding Basin untuk diolah lebih lanjut sebelum
dibuang ke badan air penerima ( Sungai Donan ).
61
3. Holding Basin
Holding basin adalah kolom untuk menahan genangan minyak bekas
buangan pabrik supaya tidak lolos ke badan air penerima, dengan perantaraan
skimmer (penghisap genangan minyak dipermukaan), floating skimmer
(menghisap minyak di bagian tengah), dan baffle (untuk menahan agar minyaknya
tidak terbawa ke badan air penerima). Selanjutnya genangan minyak ditampung
pada sump pit kemudian dipompakan ke tangki slops untuk direcovery. Holding
Basin dibuat dengan tujuan untuk mencegah pencemaran lingkungan, khususnya
bila oil water sampai lolos ke badan air. Genangan minyak berasal dari bocoran –
bocoran peralatan pabrik atau lainnya. Holding basin yang terdapat di Pertamina
RU IV Cilacap ada dua yaitu Exciting Holding Basin Unit 49 dan New Holding
Basin Unit 66.
Exciting Holding Basin Unit 49
Unit ini menerima effluent dirty water dari exciting water ditch area 50, dari
aliran cooling water area 10 dan 20 dan dari exciting overflow waste CPI
separator area 10, 20, 30, 40. exciting effluent water masuk ke dalam Holding
Basin lewat bagian depan di mana sheetpiles sebelah barat makin ke selatan
semakin melebar. Pada bagian holding basin dibelah oleh sheetpiles sebelah
sepanjang kira – kira 1/3 bagian, memanjang dari depan yang berfungsi agar
effluentwater dijaga tetap laminer sehingga diperoleh lapisan minyak yang
sempurna. Lapisan minyak yang terjadi akan tertahan oleh baffle, sehingga
terkumpul di daerah skimmer. Konstruksi baffle dibuat sedemikian rupa sehingga
pada pojok timur dan barat holding basin membentuk sudut kurang dari 90o,
yang bertujuan unuk mengumpulkan lapisan minyak agar mudah ke skimmer.
Melalui skimmer yang dapat dinaik – turunkan dengan handsparating wich sesuai
dengan ketebalan lapisan minyak maka skimmed oil secara gravitasi flow akan
masuk ke skimmer dan selanjutnya ke bak sump pit. Dengan perantaraan portable
pump, skimmed oil dari bak sump pit dipompakan existing wet slops tank 43T – 2
atau 43T – 3 untuk persiapan recovery. Clean water mengalir di bawah baffle,
kemudian melewati weir sheetpiles terus ke perairan bebas. Jika lapisan minyak
tidak mau berkumpul maka digunakan floating skimmer 66A – 103.
62
New Holding Basin Unit 66
Unit ini menerima effluent dirty water dari new dirty water area 05, once
through cooling water area 01, 02, dan area 30 serta 40. New effluent water
masuk ke dalam Holding Basin lewat bagian depan dimana sheetpiles sebelah
barat makin ke selatan semakin melebar. Setelah melalui sluice gates, effluent
water selanjutnya masuk ke aerated channel. Dengan perantaraan difused aeration
system, maka di sini dipecahkan partikel – partikel minyak agar terjadi lapisan
minyak yang sempurna. Lapisan minyak akan terkumpul di daerah skimmer.
Skimmed oil yang masuk skimmer secara gravity flow akan masuk ke bak sump
pit. Lapisan minyak yang lolos, akan masuk ke daerah vortex oil drinker yang
sebelumnya melewati baffle. Lapisan minyak yang masuk ke daerah vortex oil
drinker dengan adanya aliran, waste water akan terkumpul ke pojok tiap –
tiap skimmer. Untuk mengumpulkan lapisan minyak yang tidak mau terkumpul
menggunakan vortex oil drinker pada daerah genagan minyak dengan mengatur
tiga utas alat penambat yang masing – masing vortex oil drinker tersebut.
Selanjutnya clean water akan masuk ke muara setelah melewati baffle seterusnay
ke perairan bebas. Minyak yang terkumpul pada bak sump pit selanjutnya
dipompakan ke tangki pengumpul di unit 43 yang baru yaitu di tangki 43T–101
atau 43T–102 sesuai keadaan operasi untuk direcovery. Sedangkan pompa yang
dipakai adalah 66P – 101 A/B/C steam heater dijalankan jika diperlukan.
V.2.2 Pengolahan Buangan Gas
Untuk menghindari pencemaran udara dari bahan – bahan buangan gas
maka dilakukan penanganan terhadap bahan buangan tersebut dengan cara :
a. Dibuat stack / cerobong asap dengan ketinggian tertentu sebagai
alat untuk pembuangan asap.
b. Gas–gas hasil proses yang tidak dapat dimanfaatkan dibakar dengan
menggunakan flare.
V.2.3 Pengolahan Buangan Sludge
Sludge merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak
yang tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas karena mencemari
lingkungan. Pada sludge selain mengandung lumpur / pasir dan air juga masih
mengandung hidrokarbon (HC) fraksi berat yang tidak dapat direcofery ke
63
dalam proses maupun bila dibuang ke lingkungan tidak akan terurai secara
alamiah dalam waktu singkat. Perlu dilakukan pemusnahan hidrokarbon tersebut
untuk menghindari pencemaran lingkungan. Dalam usaha tersebut di
PERTAMINA RU IV Cilacap, sludge dibakar dalam suatu ruang pembakar
(incinerator) pada temperatur tertentu sehingga lumpur / pasir yang tidak
terbakar dapat digunakan untuk landfill atau dibuang di suatu area tanpa
mencemari lingkungan.
BAB VI
ANALISIS LABORATORIUM
VI.1 Analisis Laboratorium
Bagian laboratorium memegang peranan penting di area kilang, karena pada sub
bidang ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Dengan data-data
yang diberikan maka proses produksi akan selalu dapat dikontrol dan dijaga standar
mutunya sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Bagian laboratorium berada di bawah sub bidang teknologi dan bidang engineering
yang mempunyai tugas pokok, yaitu:
- Sebagai pengontrol kualitas bahan baku
- Sebagai pengontrol kualitas produk
VI.1.1 Laboratorium Pengamatan
Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap sifat-sifat fisis bahan
baku, intermediate product, dan finishing product. Sifat-sifat yang diamati antara
lain:
Distilasi ASTM
Spesificgravity
Reid vapour pressure
Flash point dan smoke point
Convadson carbon residu
Warna
Cooperstrip dan silverstrip
Viskositas kinematik
Kandungan air
Peralatan :
1. Autoflash
Alat yang digunakan untuk mengecek titik nyala api (flash point) dimana ada 2
(dua) jenis pengukur titik nyala, yaitu termometer flash point Abel untuk
fraksi ringan (bensin, kerosene) dan flash point Bens Shin Marfin untuk fraksi
berat.
65
2. Smoke Point Tester
Alat yang digunakan untuk mengukur smoke point (titik asap) dari suatu minyak
yang mempunyai fraksi ringan.
3. Cooper Strip Tester
Alat untuk megetahui pengaruh minyak terhadap tembaga. Dimana tes ini dapat
digunakan untuk mengetahui kualitas minyak.
4. Hidrometer
Alat untuk mengukur spesifik gravity (50/50oF) dari minyak yang berfraksi ringan
dan fraksi berat.
5. Viskometer Bath
Alat untuk mengukur viskositas minyak fraksi ringan dan fraksi berat.
6. Water Content Tester
Alat yang digunakan untuk menganalisa kadar air dalam minyak, metode
operasinya adalah destilasi
7. Pure Ponit Tester
Alat yang digunakan untuk mengukur pure point (titik tuang) dari minyak, dimana
yang diamati adalah temperatur minyak tertinggi pada saat minyak masih
dapat dituang.
VI.1.2 Laboratorium Analitik dan Gas
Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap row material mengenai sifat-
sifat kimianya, termasuk didalamnya tentang kerak dan finishing product. Alat-
alat yang digunakan untuk analisa antara lain :
1. NMR (Nuclear Magnetik Resolution)
Digunakan untuk menganalisa adanya CHCl3 dalam bahan baku atau produk
yang dihasilkan.
2. MCST (Micro Calorimetric Titrating System)
Digunakan untuk menganalisa kandungan H2S, Cl, S dalam minyak dengan
metode titrasi, sebagai carrier digunakan helium dan oksigen.
3. AAS (Automatic Absorbtion Spectofotometric)
Digunakan untuk menganalisa semua metal baik dalam air maupun dalam
minyak, juga untuk menganalisa TEL (Tetra Etil Lead) content dalam
premium.
66
Tipe dari AAS adalah single element, sebagai pembakarnya adalah acetylene
dan N2O.
4. ICPS (Inductive Coupled Plasma Spectrophotometric)
Digunakan untuk analisa metal yang ada dalam air maupun minyak, dengan
pembakarnya gas plasma (argon) dan memiliki tipe monomultifire.
5. (UV – VIS – NR Record Spectrophotometric)
Digunakan untuk menganalisa Si, NH3, furfural, metil etil keton, dan metal –
metal lainnya. Lampu UV digunakan untuk menganalisa avtur dan naftalene.
6. Infra Red Spectrophotometer
Digunakan untuk menganalisa gugus senyawa fungsional secara
kualitatif dan menganalisa oil content dalam air buangan secara kualitatif.
7. Spectrophotometer Fluorophotometer (RF – 520)
Digunakan untuk menganalisa zat – zat yang bisa berfluorisasi.
8. NMR Low Resolution
Digunakan untuk menganalisa kandungan hidrogen dalam minyak avtur,JP–4
dan JP-5.
9. Aparaat Carbon Determinator (WR – 12)
Digunakan untuk menganalisa kandungan karbon dalam minyak dan katalis.
10. Sulphur Lamp Apparatur
Digunakan untuk analisa sulfur dalam bahan bakar minyak (premium,
kerosene, solar, avtur).
11. Calorimetric Adiabatic
Digunakan untuk mengetahui nilai bakar dalam minyak.
12. POC (Portable Oil Content)
Digunakan untuk menganalisa oil content dalam air buangan
13. Karl Fiscer – Automatic Titrator
Digunakan untuk menganalisa kandungan air dalam minyak dengan solvent
etanol.
14. Salt in Crude Analizer
Digunakan untuk menganalisa salt content dalam minyak.
67
VI.1.3 Labotarorium Penelitian dan Pengembangan
Bagian ini bertujuan untuk mengadakan penelitian, misalnya:
a. Blending fuel oil
b. Lindungan lingkungan (pembersihan air buangan)
c. Evaluasi crude
d. Di samping mengadakan penelitian rutin, laboratorium ini juga mengadakan
penelitian yang sifatnya non-rutin, misalnya penelitian terhadap produk kilang
di unit tertentu yang tidak biasanya dilakukan penelitian, guna mendapatkan
alternatif lain tentang penggunaan bahan baku.
VI.1.4 Ren. ADM/ Gudang/ Statistik
Bagian ini bertugas untuk mengatur administrasi laboratorium, pergudangan,
dan statistik.
VI.1.5 Laboratorium Paraxylene
Laboratorium ini khusus menangani unit paraxylene, yang mempunyai kerja
dan tugas menganalisa terhadap bahan baku, produk yang dihasilkan dan bahan
penunjang lainnya. Alat yang digunakan pada laboratorium ini adalah:
1. Moisturemeter
Digunakan untuk menganalisa kandungan air dan bromine indeks dari olefin.
2. Desult Oksigen
Digunakan untuk mengecek feed naptha terhadap kandungan O2
3. UV Visible Spectrofotometer
Digunakan untuk menganalisa konduktivitas feed maupun produk.
4. Conductivitymeter
Digunakan untuk menganalisa konduktivitas feed maupun produk.
Di samping itu laboratorium ini juga menggunakan peralatan yang ada pada
laboratorium lain.
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
VII.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Di Pertamina RU-IV Cilacap terdapat bagian yang menangani keselamatan kerja,
yaitu bagian Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lindungan Lingkungan. Bagian ini
mempunyai tugas antara lain:
1. Sebagai advisor body dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja,
kebakaran/peledakan, dan pencemaran lingkungan.
2. Melaksanakan penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran/peledakan, dan
pencemaran lingkungan.
3. Melakukan pembinaan aspek K3LL kepada pekerja maupun mitra kerja (pihak
III) untuk meningkatkan safety awareness, melalui pelatihan, safety talk,
operation talk, dsb.
4. Kesiapsiagaan sarana dan prasarana serta personil untuk menunjang
pelaksanaan, pencegahan, dan penanggulangan kecelakaan kerja,
kebakaran/peledakan, dan pencemaran lingkungan.
Dalam melaksanakan tugasnya, K3LL dibagi menjadi 3 bagian dengan fungsi masing-
masing termasuk juga dalam usaha penanganan limbah.
VII.1.1 Penanggulangan Kebakaran
Bagian ini mempunyai tugas antara lain:
a. Meningkatkan kesiapsiagaan petugas dan peralatan pemadam kebakaran
dalam menghadapi setiap potensi terjadinya kebakaran.
b. Meningkatkan kehandalan sarana untuk penanggulangan kebakaran.
c. Mencegah dan menanggulangi kebakaran/ledakan, serta bekerja sama
dengan bagian yang bersangkutan.
d. Mengadakan penyelidikan (fire investigation) terhadap setiap kasus
terjadinya kebakaran.
e. Pelaksanaan risk survey dan kegiatan pemantauan terhadap rekomendasi
asuransi.
f. Melakukan fire inspection secara rutin dan berkala terhadap sumber bahaya
yang berpotensi terhadap resiko kebakaran.
69
VII.1.2 Lindungan Lingkungan
Bagian ini mempunyai tugas antara lain:
a. Mencegah dan menanggulangi pencemaran di dalam dan di sekitar daerah
operasi Pertamina RU-IV Cilacap.
b. Pengelolaan dan pemantauan kualitas lingkungan sesuai dengan
standar dan ketentuan perundangan yang berlaku.
c. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, mencakup:
pengangkutan, penyimpanan, pengoperasian, dan pemusnahan.
d. Pengelolaan house keeping dan penghijauan di dalam dan sekitar area kilang.
VII.1.3 Keselamatan Kerja
Tugas dan fungsi dari bagian ini yaitu:
a. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
b. Meningkatkan kehandalan sarana/prasarana untuk pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan kerja.
c. Meningkatkan kesiapsiagaan personel dalam menghadapi setiap potensi
terjadinya kebakaran.
d. Penyelidikan (accident investigation) terhadap setiap kasus terjadinya
kecelakaan.
e. Pelaksanaan pengawasan terhadap cara kerja aman, melalui: ijin kerja,
inspeksi KK, gas test, dsb.
f. Pemantauan dan pengukuran kualitas lingkungan kerja.
g. Penanganan hazard yang mencakup: bahaya fisik, kimia, biologi, dan
ergonomi.
h. Penyediaan dan pendistribusian aspek K3LL, melalui kursus, seminar, safety
talk atau safety meeting, dsb.
i. Penerapan Manajemen Keselamatan Proses (MKP) dan Sistem
Manajemen Kesehatan Kerja (SMKK).
BAB VIII
PENUTUP
VIII.1 Kesimpulan
Penarikan kesimpulan oleh praktikan didasarkan pada orientasi umum dan
khusus yang dilaksanakan oleh praktikan selama menjalani Kerja Praktek di PT.
Pertamina RU IV Cilacap adalah sebagai berikut :
1. Kilang Minyak Pertamina RU IV Cilacap
Pertamina RU IV Cilacap merupakan kilang minyak terbesar di
Indonesia dengan kapasitas produksi sebanyak 348.000 barrel/hari.
Pertamina RU IV Cilacap merupakan satu-satunya kilang minyak
di Indonesia yang memproduksi bahan baku untuk minyak pelumas
dengan menggunakan bahan baku minyak mentah dari timur tengah.
Kilang minyak Pertamina RU IV Cilacap merupakan pelopor
dalam Integrated plant di Indonesia.
2. Process Engineering
Bersama dengan project dan facility engineering, PE memiliki
tanggung jawab dalam proses produksi di semua area kilang dan
perlindungan lingkungan.
Performance alat, spesifikasi bahan dan penggunaan teknologi yang
tepat merupakan parameter yang dimonitor oleh process engineering
dalam rangka profit perusahaan.
3. Health Safety Environmental (HSE)
Pertamina RU IV Cilacap merupakan salah satu pelopor
”GreenFactory” di Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan diperolehnya
sertifikat ISO 9000 dan 14000 yang sangat mengedapankan manajemen
lingkungan.
Bagian Health Safety Environmental (HSE) yang mempunyai tugas
antara lain: mencegah dan menanggulangi terjadinya suatu kebakaran,
membuat suasana kerja yang aman dan bebas dari kecelakaan, membuat
suasana kerja yang bersih dan tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan, serta siap menanggulanginya.
4. Fuel Oil Complex
Pertamina RU IV Cilacap tidak hanya mengolah crudeoil dalam negeri
dan middle east tetapi saat ini crude oil yang diolah juga berasal dari
campuran beberapa crude oil domestic, yang dikenal dengan “Cocktail
Crude Oil”.
Dalam pengoperasian dan pengendaliannya, FOC II dibagi menjadi
2 bagian yaitu FOC IIA (bagian selatan) dan FOC IIB (bagian utara).
FOC IIB adalah bagian dari unit FOC II yang khusus menangani
treatingprocess yang mengolah produk-produk dari FOC IIA. Unit
ini terdiri dari NHT, Platformer, AH Unibon, TDHT, dan flaresystem
and nash compressor.
5. Lube Oil Complex
Bahan dasar pelumas (lube base oil) di Indonesia hanya diproduksi
olehPertamina RU IV Cilacap melalui LOC I, II, III.
6. Kilang Paraxylene
Bahan baku kilang paraxylene adalah sidestream dari FOC II
Proses dibagi menjadi 4 proses utama yaitu unit persiapan proses (NHT
Unit), Unit Sintesa (CCR dan Platforming Unit), Unit Pemurnian
(Sulfolane, Xylene Fractination, Parex Process Unit) dan Unit
Peningkatan Produk (Tatoray Unit, Isomar Process Unit).
7. Pertamina RU IV Cilacap juga mendukung komitmen terhadap
lingkungan sehingga dibangunlah Kilang Sulphur Recovery Unit (SRU).
VIII.2 Saran
1. Kerja keras, disiplin, dedikasi dan loyalitas dari karyawan dan pimpinan
perlu dipertahankan dan ditingkatkan demi mempertahankan keteladanan
unit IV Cilacap.
2. Meningkatkan kerjasama antara PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
dengan masyarakat sekitar, misal dengan membuat program – program yang
bermanfaat untuk masyarakat dalam CSR (Company Social Responsibility).
3. PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap diharapkan selalu meningkatkan
peranannya untuk menjembatani dunia pendidikan (Perguruan Tinggi)
dengan dunia kerja sesungguhnya, sehingga akan didapatkan manfaat yang
saling menguntungkan.
x
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Diktat Kilang LOC’s. PT. Pertamina RU IV Cilacap. Cilacap. 2008
Geankoplis, Christie J. Transport Processes and Unit Operations 3rd Edition. Prentice-Hall
International. New Jersey. 1993
Seborg, Dale E. Process Dynamics and Control 2nd Edition. John Wiley &Sons, Inc. United
State of America. 2004
LAPORAN TUGAS KHUSUS
Evaluasi Aliran Industrial Fuel Oil (IFO) Lube Oil Complex (LOC) I ke
IFO Pool (35T4 dan 37T101)
DISUSUN OLEH:
ISYA MAHENDRA (23.12.100.092)
YOU AND AFFANDY (23.12.100.111)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Aliran off specification dari produk Lube Oil Complex (LOC I) masuk ke tanki
Industrial Fuel Oil (IFO) 35T4 dan 37T101 via satu line header. Akan tetapi adanya
penambahan aliran off specification dari produk LOC II dan III, dan juga bertambahnya
produk Propane Asphalt dari Propane Deasphalting Unit (PDU) yang menuju IFO Pool,
menyebabkan adanya hambatan pada aliran semua produk IFO ke IFO Pool. Akibat lain
yang dapat disebabkan oleh hal ini adalah meningkatnya kapasitas kerja dari High Vacuum
Unit (HVU), sehingga vessel-vessel tersebut penuh dengan produk off specification yang
seharusnya dialirkan ke IFO Pool.
I.2 Permasalahan
Terkait dengan hal ini diperlukan kajian aliran off specification dari produk LOC I
menuju tanki IFO terdekat (35T4) dan tanki IFO terjauh (37T101).
I.3 Tujuan
Tujuan dari pengkajian ini adalah mengetahui apakah aliran IFO yang sudah
terinstalasi saat ini sudah memadai untuk mengalirkan semua produk off specification dari
LOC I menuju IFO Pool tanpa adanya hambatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Perhitungan Hidrolika
II.1.1 Profil Kecepatan di dalam Pipa
Ketika fluida mengalir di dalam pipa dan kecepatan aliran fluida tersebut
diukur di setiap jarak yang berbeda dari dinding pipa hingga ke pusat tengah pipa,
kecepatan fluida di bagian tengah pipa memiliki kecepatan yang lebih cepat
dibandingkan dengan fluida yang mengalir dekat dengan dinding pipa. Pada aliran
viscous atau laminar, profil kecepatan berbentuk parabola. Kecepatan aliran sama
dengan nol pada aliran yang berada pada dinding pipa.
Gambar II.1.1 Distribusi Kecepatan Aliran Fluida di Pipa
(Geankoplis 3rd Ed, 83)
II.1.2 Pressure Drop dan Friction Loss
Pressure drop adalah penurunan tekanan di dalam pipa yang disebabkan
oleh adanya friksi dari fluida yang mengalir di dalam pipa. Sedangkan Friction
Loss (Ff) untuk densitas konstan pada aliran laminar, adalah
Persamaan di atas adalah mechanical-energy loss yang disebabkan oleh adanya
friksi di permukaan dalam pipa. Dalam aliran turbulen, friction factor juga
dipengaruhi oleh bilangan Reynold. Perhitungan fanning friction factor tidak dapat
ditentukan secara teoritis, tetapi harus ditentukan secara empiris (eksperimental).
Fanning friction factor dalam aliran turbulen tidak hanya dipengaruhi oleh bilangan
Reynold, tetapi juga oleh kekasaran permukaan pipa. (Geankoplis 3rd Ed, 87)
Untuk tujuan desain, dalam memprediksi friction factor (f) yang digunakan
dalam perhitungan besarnya pressure drop dapat dilakukan dengan menggunakan
grafik friction factor. Grafik tersebut merupakan plot log-log antara f versus Nre.
Berikut ini merupakan grafik friction factor :
Gambar II.3 Grafik friction factor untuk fluida di dalam pipa
Friction factor yang diperoleh dari grafik di atas kemudian digunakan untuk
menentukan friction loss 𝐹𝑓 atau ∆𝑝𝑓 dengan rumus sebagai berikut :
∆𝑝𝑓 = 4𝑓𝜌∆𝐿
𝐷
𝑣2
2 (Pers. 2.1)
𝐹𝑓 = 4𝑓∆𝐿
𝐷
𝑣2
2=
∆𝑝𝑓
𝜌 (Pers. 2.2)
(Geankoplis 3rd Ed, 88-89)
II.2 Control Valve
II.2.1 Pengertian
Dalam memanipulasi atau merubah aliran massa dan energi baik masuk ke
atau keluar dari suatu proses mempunyai banyak cara, seperti contoh kecepatan dari
pompa, screw conveyer, atau blower dapat divariasikan. Namun terdapat metode
sederhana dan dapat digunakan secara luas yaitu dengan menggunakan control
valve, atau biasa disebut dengan automatic control valve.
Control valve memiliki beberapa komponen yaitu badan valve, trim, seat,
dan actuator. Badan valve memiliki orifice sebagai tempat mengalirnya fluida.
Trim berperan sebagai pengatur kecepatan aliran, trim dapat berbentuk plug, ball,
disk, atau gate. Seat merupakan bagian yang mengandung material pelindung
(biasanya metal atau soft polymer) yang berada di sekitar orifice, seat berguna saat
diberlakukannya tight shut-off dan juga untuk memperpanjang umur dari suatu
valve ketika bahan padat atau korosif melewati control valve. Actuator merupakan
bagian yang mengatur valve buka dan tutup.
Pneumatic control valve merupakan controller yang sering digunakan pada
beberapa aplikasi. Ketika signal keluaran pneumatic controller meningkat, tekanan
juga meningkat lalu menekan bagian spring, sehingga menarik valve stem dan
membuka aliran pada valve. Proses tersebut disebut dengan air-to-open (A-O).
Dengan memutar balik orientasi pada plug/seat atau spring/masuknya udara, valve
akan menjadi air-to-close (A-C).
Gambar II.2.1 Pneumatic Control Valve (air-to-open)
Pneumatic control valve dilengkapi dengan sebuah valve positioner. Valve
positioner digunakan untuk meningkatkan gaya mekanik yang relatif kecil.
(Seborg 2ndEd, 215–217)
II.2.2 Spesifikasi dan Sizing Control Valve
Persamaan disain yang digunakan dalam sizing control valve adalah sebagai
berikut:
dimana Cv adalah koefisien valve, q adalah kecepatan aliran, f (l) merupakan
karakteristik aliran, ΔPv adalah beda tekanan yang melewati control valve, dan gs
adalah spesifik grafitasi fluida. Persamaan ini digunakan untuk nonflashing liguids.
Spesifikasi dari ukuran valve bergantung dengan f, karakteristik dari sebuah
valve. Untuk beda tekanan yang tetap, nilai f berhubungan dengan nilai l, yaitu
bukaan valve:
Linear : f = l
Quick Opening : f = l 0.5
Equal Percentage : f = R l – 1
dimana R adalah parameter disain valve yang biasa pada rentang nilai 20 – 50.
Grafik di bawah ini merupakan profil ketiga jenis aliran tersebut.
Gambar II.2.2 Karakteristik Control Valve
(Seborg 2nd Ed, 217)
II.3 Masoneilan
Masoneilan adalah perusahaan International yang bergerak di bidang disain,
manufaktur, dan berperan sebagai pendukung pada proses akhir. Produk dari Masoneilan
banyak digunakan di Aerospace, Chemical, Oil & Gas¸Petrokimia, Pembangkit Listrik,
Pulp & Paper, dan Pengolahan. Produk dari Masoneilan seperti globe valve, angle valve,
dan special application valves merupakan control valve yang digunakan sebagai controller
pada aliran pipa. Pneumatic dan electro-pneumatic positioners, I/P transducers, perangkat
pengatur level, dan smart instrument merupakan salah satu produk dari Masoneilan.
II.4 Komponen IFO
Komponen IFO dari LOC I dihasilkan dari produk off spec Unit 21, 22, 23, 24
yang dilarkan menuju ke IFO tank. Pada header IFO di area OM 60 akan nertemu dengan
IFO dari LOC II dan LOC III. secara umum kompone iFO dari masing-masing Unit pada
kasus kondisi normal operasi sebagai berikut:
LOC I
1. IDIS
2. Black Oil
3. Short Residu (case Pabrik abnormal)
4. PA
5. Off spec produk
LOC II
1. IDIS
2. Black Oil
3. Short Residu (case Pabrik abnormal)
4. PA
5. Off spec produk
LOC III
1. PA
2. Off spec produk
Komponen IFO yang dikumpulkan akan dijual sebagai produk MFO-1
(Marine Fuel Oil-1) dan MFO- 2 dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. MFO 1
NO. ANALISA METODA MIN MAX
1. Density at 15 °C kg/m3 ASTM D-1298 - 991
2. Visc. Kinematic at 50 °C mm2/sec ASTM D-445 - 180
3. Sulfur Content % m/m ASTM D-1552 or ASTM D-2622 - 4.5
4. Pour Point °C ASTM D-97 - 30
5. Flash Point °C ASTM D-93 60 -
6. Conradson Carbon Residue % m/m ASTM D-189 - 16
7. Ash Content % m/m ASTM D-482 - 0.10
8. Total Sediment % m/m ASTM D-473 - 0.10
9. Water Content % v/v ASTM D-95 - 1.0
10. Vanadium mg/kg IP-470 - 200
11. Aluminium + Silikon mg/kg IP-470 - 80
Ref. Keputusan Dirjen Migas No. 14496 K /14/DJM/2008 Tgl. 21 Agustus 2008
2. MFO 2
NO. ANALISA METODA MIN MAX
1. Density at 15 °C kg/m3 ASTM D-1298 - 991
2. Visc. Kinematic at 50 °C mm2/sec ASTM D-445 - 380
3. Sulfur Content % m/m ASTM D-1552 or ASTM D-2622 - 5.0
4. Pour Point °C ASTM D-97 - 40
5. Flash Point °C ASTM D-93 60 -
6. Conradson Carbon Residue % m/m ASTM D-189 - 20
7. Ash Content % m/m ASTM D-482 - 0.15
NO. ANALISA METODA MIN MAX
8. Total Sediment % m/m ASTM D-473 - 0.10
9. Water Content % v/v ASTM D-95 - 1.0
10. Vanadium mg/kg IP-470 - 300
11. Aluminium + Silikon mg/kg IP-470 - 80
Ref. Keputusan Dirjen Migas No. 14496 K /14/DJM/2008 Tgl. 21 Agustus 2008
BAB III
PEMBAHASAN
Tujuan dalam kajian ini adalah untuk mengetahui apakah aliran IFO yang sudah
terinstalasi saat ini memadai untuk mengalirkan semua produk off specification dari LOC I
ke IFO Pool tanpa adanya hambatan. Kajian ini dilakukan dengan cara menganalisa aliran
IFO dari LOC I ke dua IFO Pool yang berbeda, yang pertama ke IFO Pool terdekat (35T4)
dan yang kedua ke IFO Pool terjauh (37T101).
III.1 Fasilitas Line transfer IFO LOC I/II/III
Pada gambar dibawah ini, merupakan kondisi aktual aliran IFO LOC I/II/III
menuju ke Tangki IFO Pool.
Gambar III.1.1 Aliran transfer IFO LOC I/II/III
Pada gambar diatas aliran berwarna merah merupakan aliran Header IFO dari LOC
I dan aliran produk Propane Asphalt dari LOC II yang menuju IFO Pool.
III.2 Tangki IFO
Pola operasi dalam memproduksi IFO dilakukan dengan mengalirkan seluruh
produk ke satu tangki produk sampai level maksimum. Dalam kajian ini dilakukan
analisa hanya untuk dua tangki IFO Pool yaitu 35T4 dan 37T101. Berikut ini adalah
data dari dua tangki tersebut:
No. Nomor
Tangki Service Tipe Roof
Kapasitas
(m3)
Diameter
(mm)
Tinggi
(mm)
Safe Fill
(mm)
1 35T4 MFO FCR 16474.89 34123 18258 17960
2 37T101 MFO FDR 50634.59 57141 20112 19800
III.3 Back Pressure Tangki
Berikut adalah back pressure maksimum dari kedua tangki IFO, 35T4 dan 37T101,
dengan menggunakan density MFO sebesar 953 kg/m3:
No. Nomor
Tangki
Normal
Level (mm)
MFO
(kg/m3)
Phidrostatik
(kg/cm2.A)
Phidrostatik
(kg/cm2.G)
1 35T4 17507 953 2.67 1.67
2 37T101 19546 953 2.86 1.86
Back pressure di atas pada masing-masing Tangki diperlukan pada perhitungan
untuk mengetahui apakah back pressure aktual telah mencapai nilai tersebut atau tidak.
Jika back pressure belum memenuhi sesuai kriteria di atas, maka tangki IFO belum
terisi maksimal oleh produk IFO.
III.4 Hasil Perhitungan Hidrolik
Perhitungan kemampuan hidrolik menggunakan simulasi Hysys 8.0. Berikut
merupakan hasil simulasi aliran IFO dari LOC I/II/III menuju tangki IFO 35T4 /
37T101. Perbedaan dari perhitungan kedua analisa ini, hanya terletak pada panjang
pipa berdiameter 10” pertemuan Header dari LOC II/III dan Header dari LOC I yang
menuju tangki IFO. Untuk tangki terdekat (35T4) pipa tersebut memiliki panjang
218.75 m sedangkan untuk tangki terjauh (37T101) sepanjang 340 m.
Ga
mb
ar
III.
4.1
Has
il S
imula
si d
engan
Hysy
s® 8
.0 A
lira
n I
FO
LO
C
I/II
/III
Men
uju
Tan
gki
IFO
Dari hasil perhitungan pada aliran IFO ke tangki terjauh (37T101) didapatkan back
pressure pada tangki sebesar 1.45 kg/cm2.g. Pada back pressure sebesar 1.45 kg/cm2.g
aliran IFO hanya mengisi tangki setinggi 15.24 m, kurang 4.31 m dari ketinggian
Normal level tangki 37T101. Sedangkan untuk aliran IFO ke tangki terdekat (35T4)
didapatkan back pressure pada tangki sebesar 1.67 kg/cm2.g.
Dari simulasi yang telah dilakukan, didapatkan bukaan control valve berdasarkan
perhitungan teoritis menggunakan persamaan di Bab 2 dan data yang diambil dari
Hysys untuk masing-masing aliran di Header IFO LOC I adalah sebagai berikut:
Aliran q
(gal/min)
∆Pv
(psi) gs Cv
l Teoritis
(% opening)
l Hysys
(% opening)
IDIS 9.66 23.16 0.8606 35.84 19.80 38.5
DAO 32.04 28.23 0.849 17.9 31.04 31.3
VGO 78.94 46.43 0.774 27.67 36.84 40
Black Oil 17.61 53.17 0.8747 3.096 91.45 80
Minarex 36.02 39.64 0.9192 19.14 66.12 67
Short Res. 228.02 78.92 0.8846 61.64 39.16 46
Prop. Asp. 41.80 43.89 0.823 19.11 29.95 34.5
III.5 Usulan modifikasi
Dari hasil perhitungan hidrolik dengan simulasi Hysys didapatkan data sebagai
berikut:
1. Aliran dari LOC I ke tangki 35T4
Tekanan ( P ), kg/cm2.g
Dari Unit LOC I Dari LOC I ke
Header OM (8”)
Dari Header OM ke
tangki 35T4 (10”) IFO tangki 35T4
3.007 2.229 2.142 1.67
Hasil di atas sudah sesuai dengan back pressure yang dikehendaki, maka dari itu
aliran IFO yang menuju tangki 35T4 dapat mengisi tangki hingga Normal level, yaitu
17.5 m. Maka dari itu untuk aliran ke tangki 35T4 tidak perlu dimodifikasi.
2. Aliran dari LOC I ke tangki 37T101
Tekanan ( P ), kg/cm2.g
Dari Unit LOC I Dari LOC I ke
Header OM (8”)
Dari Header OM ke
tangki 37T101 (10”) IFO tangki 37T101
3.055 2.277 2.190 1.456
Aliran IFO ke tangki terjauh (37T101) menghasilkan back pressure sebesar 1.45
kg/cm2.g, dari yang seharusnya 1.86 kg/cm2.g. Pressure drop yang terjadi pada aliran
pipa dengan ukuran diameter 10” sepanjang 340 m sebelum masuk tangki 37T101
masih terlalu besar, sehingga perlu diminimalisir dengan perubahan ukuran diameter
pipa. Dalam analisa ini, perubahan dilakukan dari pipa berdiameter 10” menjadi 12”.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan modifikasi yang dilakukan:
Tekanan ( P ), kg/cm2.g
Dari Unit LOC I Dari LOC I ke
Header OM (8”)
Dari Header OM ke
tangki 37T101 (12”) IFO tangki 37T101
3.053 2.275 2.187 1.87
Setelah dilakukan perubahan ukuran diameter pipa dan dilakukannya perhitungan
hidrolik dengan simulasi Hysys didapatkan back pressure yang baru sebesar 1.87
kg/cm2.g. Back pressure tersebut lebih besar dibandingkan dengan back pressure
maksimum tangki 37T101, sehingga aliran IFO dapat mengisi tangki 37T101 sampai
batas Normal level setinggi 19.55 m.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil analisa yang telah dilakukan, dapat disampaikan beberapa hal sebagi
berikut:
1. Aliran IFO yang menuju tangki terdekat (35T4) saat ini sudah dapat mengisi tangki
sampai Normal level yang ditentukan, yaitu 17.5 m.
2. Aliran IFO yang menuju tangki terjauh (37T101) saat ini belum dapat mengisi tangki
sampai Normal level yang ditentukan, diperlukan pengubahan diameter pipa menuju
tangki 37T101 dari sebelumnya 10” menjadi 12”.
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKUUTAS TEKNOLOGI INDUSTRIrNSilTUr TEKNOLOGT,FFpULUH NOpEMBERKampus ITS Sukolllo€urabaya 601 ll, Telp: 031-59{6240, 5922934 # 1 199Fax: 031.5999282, httprrvruw.chem€ng.its.ac.id
a
LAPOR.AN HARIANIMINGGUAN MAHASISWA. KERJA RRAKTEK
F{l0
Nama Mahasiswa
Tempat Kerja Praktek
Waktu Kerja Praktek
15sq MArcN0AR' NRp 23t2 too og2
gou ANo AtrntlJp.c. NRp 2a t2 tDo ttlpI PEnraV;\6 eu M C,taeap.
6 JuLi 266 sld sl Aqrshts ,0,5
n rp. ... .. ..?..1. .'.:....'.?? ...' "'.f ............ .... Nrp. 23 t2 tOO og2
Mengetahui,
Pembimbing
4/LftHt4*O BAoRUOOTN
Catatan:Laporan ini dianggap sah bila telah diketahuioleh pembimbing yang berwenang, hariterakhir pada satu minggu terakhjr
:1.
:2.
,/
Hari/Tanggal Tugas dan Aktifitas yang dilakukan
Senin / 6 Jut) Orienhsr Umun . Prrsentqi |Jmurn krbnim olch HR.
Selasa / 7 Uu Pu*bi^b;qqn ,4r.0ol lnlong LDc ltt
Rabu / e J,r/i P.'obe.lioron patory Lube- r3os,- Oi lfut"nw)Kamis ./ s luti P-*b.tojomn lutlaoj H,nh t/ocr*tn tlnit (HUd ) tlJum'at / to Jqli Perb*6inq* ".hubq Hvu tr,4ahi t )
Sabtu / n Jt,l)
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKUUTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Fax: 031 -5999282, http:/lwww.chom..ne,lts.sc.ld
:LAPORAN HARIAN/MI NGGUAN. KERJA FRAKTEK
F-010
MAHASISWA
Nama Mahasiswa
Tempat Kerja Praktek
Waktu Kerja Praktek
i.s.!Ja MB,JE^rOR+. NRP
NRPgou nNp ftFFnNOC.
Pr P€R[Dp4invA RLt tv Cilacap.
1.
2.
2g t2 t& os2
23 t2 loo 711
6 Jult zots s/d st A3usfus 2oE
9rl::r, 2 ? Juli ,0r.S
Mahasiswa 1
&4,.SU8 MAH€^IDR'A
23 12 too nl r.rrp. . ...19... !:..!9.9....9?:Nrp. ......f.i...:.:....:."-,..
Mengetahui,
Pembimbing
ftHNftO BAOR.UOON
Catatan:Laporan inidianggap sah bila telah diketahuioleh pembimbing yang berwenang. hariterakhir pada satu minggu terakhir
,, Telp: 031{946240, 592?93.f # 1 199
Hari/Tanggal Tugas dan Aktifitas yang dilakukan
Senin / tAJult P*,,b"toJ"*n lqthng P^pot- kuphalnng unit lpou )
selasa / 4 ,tuti P"rrthetqicran t"rAry frolai,* SoArnt kcotuyRabu / rc Juti P om h,mb,nT* Pou ltf, dqn TLgo, Motr;or klqr@ .
Kamis "/ td ,luliJunr'at /,1 JutiSabtu / rB Jutr
JURUSAN TEKNIK KIMIA F{10FAKU LTAS TEKNOLOGI INDUSTRITNSTTTUT TEKI.|pLOGI SEPULVH NppEM BERKampus ITS Sukolllo€ur.b.ya 80111, Tclp: 031{946240, 5922934 # 1 199Fax: 031{9!9282, httprrf,ww.chsm.engiili.sc.ld
:LAPORAN HARIAN/MINGGUAN MAHASISWA. KERJA HRAKTEK
NamaMahasiswa :1. lsAn MAH€.NOAA NRP 2312 too ox2
:2. gouRr.to AF9.avOg NRP 23 t2 tDo illTempat Kerja Praktek : PT' PERr,,MNQ Ru tv CilacaP -
Waktu Kerja Praktek : 6 Juli tots Sld 3f fgu.tfus 2olg
9fry : .&vr9: 3?lI
Mahasisw*---l Mahasiswa I1*- H5ou 4NO frFFnNOg. ,STN MAHENOP€
r.rrp. .......1I. .!.:...!Y....!!.f.............. Nrp. ......?.-3.. .t2...t*.....9.?.3.
Mengetahui,
Pembimbing
/IHF4AD S4OP.JO.rN
Catatan:Laporan inidianggap sah bila telah diketahuioleh pembimbing yang berwenang, hariterakhir pada satu minggu terakhir
Hari/Tanggal Tugas dan Aktifitas yang dilakukan
Senin / zV Juil P*S"leooion lqot Ml.*;qt &qlonce di P\u.
Selasa / $ Juli Pcnkhoson pDU yl dtagn penbinbig pobrlk
Rabu / z3 Jutt But*lq ke C$l,nt Roorn ponet LOc n di EttajKamis "/ so Jutt p.nhho"on Sulu, , fu.amo di fttrrqt PDu ttl
Junr'at / st Juti p.roLmbnsan' Mot ri Avnt Hgdr" h<okJ Untt- ( Httl )
Sabtu /,,Ssurt .,
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKUUTAS TEKNOLOGI INDUSTRIr,NpflruT TEKNOLOGI SFPULUH {pPEMBERKampus ITS Sukolllo€urabaya 801{t, Telp: 031.59a6240, 5922934 f I t99Fax: 031 -5999282, http:Ilwww.chom+ng,lts..c,id
a
LAPORAN HARIANIMINGGUAN MAHASISWA. KERJA RRAKTEK
,SU& MftHENORR
F{10
2a t2 too o92Nama Mahasiswa
Tempat Kerja Praktek
Waktu Kerja Praktek
gou ArvO ,$FFANDV
PI. P€RrftM,N€ pu lv Ciloeap.
1.
2.
NRP
NRP 23 t2 tOO lll
6 Juli zors s/d 3/ tustus zors'
.?.t.:=. :fn trh+s 20rS
Mahasiswa 1
rurp lL l?..:9?...1!!. Nrp 13 .13 .199 91?
Mengetahui,
Pembimbing
hHMftO OAOs UDO'N
Catatan:Laporan ini dianggap sah bila telah dikeiahuioleh pembimbing yang berwenang, hariterakhir pada $atu minggu terakhir
HarilTanggal Tugas dan Aktifitas yang dilakukan
senin / s &rrhrs funbe/rrn TZrgos Kh,rs,,r s dort ,RmAtaA,* tfu Akran ,Fo L6cI
selasa / | \usfui Srertc AJ,rm Ptpo tfo toe 1 di Kilory.
Rabu / s ft,ra,-rs Eerdisl.usi Tenlool lrgo. Klusus &ryn PwU;rtiKamis ",/ 6 ftudus Berdrskurj lqloq Prosos lagos lhu6us.
Jum'at / y A3usbs P"rnfu"la Proso" ,gliron b?n flU.H B.oSabtu / S \ushu
JURUSAN TEKNIK KIMIA F.O1OFAKUUTAS TEKNOLOGI INDUSTRIrNSrruT TEKNOLOGI $.EPULUH, NgpEMBERKampus ITS Sukolllosurabaya 60111, T6lp: 031S946240, 5922334 # 1 199Fax: 031 -5999282, http Jfuvww.chem.ong,its..c.ld
;LAPORAN HARIAN/MINGGUAN MAHASISWA. KERJA BAKTEK
:1. IsYn r,rAlrE^JOAA NRP 23 t2 ta,o 6?2Nama Mahasiswa
Tempat Kerja Praktek
Waktu Kerja Praktek
'.2. gou AYD Ptrtr'r4y NRP 23 t2 ,oo ,r,. PT- PeaTflM.fv4. Ru tv Cilacff.. 6 Jull torg s/d al F3qsfus zolr'
Cth"ap t7 AXusfus zots
I,AA ^,AHENORK23 t2
Nrp. ..... 3.i.. !?.. !.99...?.?.1
Mengetahui,
Pembimbing
nilNftO BRoRtt0OtN
Catatan:Laporan ini dianggap sah bila telah diketahuioleh pembimbing yang benarenang, hariterakhir pada satu minggu terakhir
Hari/Tanggal Tugas dan Aktifitas yang dilakukan
Senin / p A?txtvs L<porun ko funbtnhry ht"q 0'** d \u1t-Selasa 7 1, e*i" 0istrst Ftrrnof fugo" l<fiuars-
Rabu / rz /Tluatus Ponbuqhn Lop.n Umun.
Kamis "/ rz afluotw P"nfoi"tan Loforun Khusus-
Jum'at / 4 \wtus Pwgumpulon .'Loporco LL kq,binS;.1 anfuL d,tkaeh{;sabtu / B r33u,tus
JURUSAN TBKNIK KIMIAFAKULTAS TBKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Su kofilo-Su rabaya 601 I l, Telp: 03 I -594 6240, 592293 4 # I 199
Fax: 03 1*5999282, http: I lwww-chem-eng.its.ac.id
t
F-010-1
RINCIAN KEGIATAN HARIAN/MINGGUAN MAHASISWA
KERJA PRAKTEK
Haril tanggal : Senln / 6Jql.t zotsKegiatan yang dilakukan:
d,tbentqrr ele,Ecln dmdrn, kn Pf Perhnuoo olnh
|/altastsuoa s kPqt Pab 4; 8rq,r,n hqlwttn<
HR
H*i *rArrc keqatan (are P@ktrk l, ' t'-" " - -t -
- 6ri enhst Un.rn 4rlrl9-qn se)uph lvhhqstcvr- fP Pqfanoa
Mahasiswa, l. Mohosllur 2,
t5,lq Mil$r*Okft UOLI ANO AFEWOC
citq3f, ....r Juh zow
Mengetahui,
Pembimbing
Nama
NFP 23t2 too Ox2 2g t2 la) lttA+MftO 6,6ppu0rN
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolib-Surabaya 601 I l, Telp: 031-5946240, 5922934 # ll99Fax : 03 1-5999282, http; l I www.che m-e n g.its.ac.id
t
F-010-1
RTNCTAN KEGTATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
Hari/tanggal :Selav^/]1uti'rottKegiatan yang dilakukan:
- Octcn+arr- U.r^4,r1 )aa ?<rnhtrqn 7t e* kgo P.at *ui la);qo fro cen [nq'r'tc2 c;ra
- hr+t*u A^.r"n fcabr'ol;n.t V"asq (cak+2\ Yai+v Yok ohr.JVodruAJ,rl
- D t bce;han l*ra) o.i A.v*i h.nra^^,. LuQ. Oil ?oo?le* ( LOC)- lf ; t, ec iVan * vq at l:n(,w?cta1x^' L, n i+ a ./ons aLo J, , L oC '/ar+ q
Vacuu,', Un; I C l4VU )
Mahasiswa, 1
(ilaca( B ?,rti TDtt
Maha r isrtto ,l- Mengetahui,
Pembimbing
Yoq arn 4 ee*r.ro'(
lilNama ISYA l'a[UEvg?lt
NRP ,) n too o92 2, tt t@ lrt
Auvao ha*uO0tu
JURUSAN TEKNIK KIMIA F-01o-1
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukdilo-Surabaya 601 I l, Telp: 031-594 6240, 5922934 # ll99Fax : 03 l-5999282, http: I I www.che m-en g.its. ac. id
a
RINCIAN KEGIATAN HARIAN/MINGGUAN MAHASISWA
KERJA PRAKTEK
Hari / tanggal 'Patu / B lu,"' ?,otf
Kegiatan yang dilakukan:
- k1" (rv,lrf t"rf*,
)tn.r,,n
U;Ah Vqc.;..rna u(n,'+ Tt ]..an b,.9,n*nb c.'ta Pr- Ll c k.
Ma hasiswa,
\lYA Mat-teruora Yoq lL,o 2€(p^/prZ)l? ttco ttl
c thca? I )r-tri Zorf
Mengetahui,
Pembimbing
Nama
NRP 21 rt too o9 z
A"t+nl? Saoeuoottt
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTI'TUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolilo-Surabaya 601 I l, Telp: 031-5946240, 5922934 # ll99Fax: 03 l-5999282, frttp:l lwww.chem-eng.its.ac.id
a
KEGIATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
F-010-1
RINCIAN
Hari/tanggal : ka^ir/X1e;2ortKegiatan yang dilakukan:
- +C- Pc ta?a., M.ttc.r , [-l lJh V4curr.rn'r U nrt IL ]an?a b,nnrz,tr,?an
d rn^c,rn Qo*^onvta? lar.)o, Vort"!.t< -
Ci l".cq7 to J.r r i 7vts
Mahasiswa, t
/lffi
gu*u t tye lal1d€MpPl
NRP )1tL lbql
Mqnat(rtnq t7
/')/ry' {ot, rnd 4*arroxffi
4/h)llq *aD 9a0 ?u00tw
Mengetahui,
Pembimbing
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolifo-Surabaya 60111, Telp: 031-5946240,5922934 # ll99Fax: 03 l-5999282, http:l lwww.chem-eng.its.ac.id
RtNCTAN KEGTATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
Hari / tanggal : ') o,rnat I lo 2 ''li' ?.o rs
Kegiatan yang dilakukan:
- $to!.'n14n h^a+r. i Uvu tr 5lon2a^ Qr,..5^btol hrro P.qkJr.k
F-010-1
a
Sr,{. f)t,durl+rryr- f^at €r; Taol f udah ali Rtt",ro,-,
C ita,ca,g t9 J'll'' Lo\,
Mengetahui,
Pembimbing
/'),///''/,o1z-
Y,p.e hoo Ate Aur'(
Mahasiswa, I
Narna
NRP
( )/A lt^/tt'{, P0P!
2 9lX ltg4) c)L 29 |2 loo \tlLUt pO BAoeu99rP
JURUSAN TEKNIK IilMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolijo-Surabaya 60 I I l. Telp: 03 t-5946240, 5922934 # ll99Fax : 03 l-5999282, http: I I www.che nr-c n g.its. ac.id
F-010-1
RTNCTAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
\at^t^ / 14 )ulr zo\fHari / tanggal
Kegiatan yang dilakukan:
\j:!:)'1"-'; Yv'et*("; ?co?ar" 0tar f hu tlZ !!!13 J<ria
Yv<*b"Ia74s,' Pr.(qnz J@lv<^ t P<cev,(.r't,/ t-""O tZ L6:at Inal ao
{)orrqa \e76bt'obit1 Vtr.s^ pa,k*ty
Ma hasiswa, \ *AaaartJwa t 2
c lll:lf , l5 2l t: ?:l'Mengetahui,
Pembimbing-l/
. /-)/' // ,^t
' L./"
Lv/|",r !YA l"\ /.1 HOt\,,PF! (al nro Dt+apo\
Nama
NRP 21 tL t'co o91 29r>loo l\l/lrMA0 bA0arOgtt)
JURUSAN TEKNIK I(MIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolito-Surabaya 60lll. Telp: 031-5946240, 5922934 # 1199
Fax : 03 l-5999282, http; l I www.che m-e n g.its.ac.id
RINCIAN KEGIATAN HARIAN/MtNGGUAN MAHASISWA
KERJA PRAKTEK
l-lari /tanggal : Fabu / \r )otr l,otr'
Kegiatan yang dilakukan:
- $,*\tnron v^un' w/n^t na.,' Yoa fr )an, Tu7., v*k.,ql D.to^r(
dtn-aa Ytab;rnbir.t hor)a ?,'aA+ i)<
' ?<a\r-.'zaa -Tu?a f rueno(a.t twate*;ol D/;tlcO"a
(il^raf 27 Xuln htts
Mahasiswa, { Mahr5i54r-t,L Mengetahui,
Pembimbing
tSYp MAttopspV You b+r'2 A?t n rrol
F-010-1
1
Nama
NRP zA n tooqJL 7- ) \?, I eg lt t
/0 rl MR 0 D/A0 A)eoy.
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEI(NOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliio-Surabaya 6011l, Telp: 031-5946240, 5922934 # 1199
Fax : 03 l-5999282, http://rvrvrv.che nr-c n g.its. ac.id
F-010-1
RINCIAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
!t.;n, 2? )ut: ?,g,t7Hari / tanggal
Kegiatan yang dilakukan:
- |rnt- Y4\6)^ri thakr, fY,( n)( (cL^ fl0., E* ff^tn g t tt tdi h,a t !F- *i ar Dalan re
V4( )^ pr ^kn'!a
)r D\l b^c;
Mahasiswa, 1 ftl6xharsistut t2
( r lrr4 2B )qt; >o t9
M e ngeta hu i,
Pembimbing
/t
NNanra
NRP
lsfP M P lr€vPEA '(ou ANo ke Arr4
29 i2 too olL- 2? tz loo I llfiuMaP BA0 Fuoa'
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliln-Surabaya 60lll, Telp: 031-5946240,59:2934 # ll99Fax : 03 l-5999282, http: I I www.ch e nr-e n g. its. nc. id
R!NCIAN KEGIATAN HARIAN/MINGGUAN MAHASISWA
KERJA PRAKTEK
Hari / tanggal :
l(egiatan yang dilakukan:i3{rdi!ti.ri I(tza t-ernbo,har Mr{tf.,' POu lll b tt r.,r, J on2on
F-010-1
Setatn , 2& J qr,- Zot,
Pp- lc i a h'n., lr<rto P.ak-+i L
Mahasiswa, +
Nama
NRP
(SY} MnHeyoFt)
C \'tot (a( 29 J "r't 2Ol IlaOha5is-o
I ;;;;;;;;,Pembimbing
lct,l P{./ Attt) ^/o'(
N21tt L@ 09, 23 tv Lae ll I
Aut"tpo DaDAUOo I tu,
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111, Telp: 031-5946240, 5922934 # ll99Fax: 03 1-5999282, http:/hvwrv.chenr-eng.its.ac.id
F-010-1
Hari / tanggal
Kegiatan yang
- (vr tt? ua
RtNCIAN KEGTATAN HARIAN/MTNGGUAN MAHASISWA
KER'A PRAKTEK
: Ea$ot , 71 )ut; 7"trd ila ku ka n:
lun1i Consr'p1 @ogn /ancl Ya^2 lztro/a d,' Lo( W-lDerso*o d(nzn ptog;* \;,9 ?ab-tr<
Mahasiswa, t t/ta\ast5 wa tZ
)/.-,, L14A*/^z/ ,---')//--' -'//<_-
L
You A-s,o /4-q4eoJ
( r laco( 2o )at; 29rr
Mengetahui,
Pembimbing
{\-/L-Aupoo B00cvp7l N
Nama
NRP
ttt'A 14AHEtoD /b2> iL too o?L z\ tt ro9 ltl
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEI(NOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliro-Surabaya 601 I l. Telp: 031-5946240, 5922934 # I 199
Fax : 03 l-5999282, http: I I wlvw.che m-e n g.its. ac.id
RtNCIAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
Hari / tanggal '. k-arn,l, 7o JL,lli ZOt,Kegiatan yang dilakukan:
- Vv,r*t?(t6yt.; 1+^at17r; lgu Tt Ju+q fA..5ahosan JutT- | -fohaoarl
-1; A;"-" ?o,t m l.or"*^ l,
F-010-1
at^ th-ten' AvdeO Ip.o,InJ Un,'+ Ct'l ?d
f;lace( ? \ )\-l tr 20 l9
Mahasiswa, 1 t"laira 5f f ra,€r t 2 Mengetahui,
Pembimbing
ft4Nama
NRP
ftYp loIDlpses Yoc,r Ano 4+ep*tot
)5 tz lq2 ogl 29 tt- roo 11 \
A 4 rq po l\Ao PUDO rN
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOG I IN DUSTTTIINSTITUT TtrKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliio-Surabaya 601 I l, Telp: 031-5946240, 5922934 # ll99Fax : 03 1-5999282, http: I lwww.chem-en g.its.ac. id
F-010-1
RtNCTAN KEGTATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
Hari / tanggal
Kegiatan yang dilakukan:_ lv,(M pz l67ar i
)otal , \t )Jri ZOtf
Vaftn,' kY*o lcc lcl Uo i+ t ti tq ) ben sa.^a
Ma hasiswa,
Nama
NRP
Ntsyb MaU e^,rgl
,t-' ,)//t/''/1r1
7 t-";'>
/Yoq [pP hQ( Ps{O\
f 1 lacog ) Ar! ttu r 2orf
Me ngeta hu i,
Pembimbing
73 1'l. too t,91 2. )g tl !ec} tll
AUupg DPqPU00t^)
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKanrpus ITS Sukolilo-Surabaya 6011l,'l-elp: 03 l-5946240, 5922934 # 1199
Fa x : 03 1-59 9 9282, http : I I ww w.ch e nr-e n g. its. a c. i d
F-010-1
Hari / tanggal
Kegiatan yang d:lakukan
RTNCTAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASISWA
KERJA PRAKTEK
3 AXulfus ),otc--
- lrl unlusla[ Lan s l.husrts*leqdyl. IFD Lcc J La iFo PooL
evafuor,) al'ian
Mahasiswa,
c,!?*p 1fu,": ::l:Mengetahui,
Pembimbing
tsYff MRI+ENtr-& gDrJ &NO 71reP6i0J
UeAnMAp Bp0Rrioo.,-lNama
NRP 23 12 toD 0s2 za 12 IDO lll
JURUSAN TEKNIK KIMIA
RTNC|AN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
, 4 furNhts :oiS
F-010-1FAKULTAS TEKNOLOGT INDUSTRI
Kampus rrs Sukoriro-su.unulu ?6[ffi8 t -sg 4 6240, sg2zs3 4# l r eeFax : 03 l-599 9282, http : / /www.che nr_cn g.its.ac. iO
Harr / tanggal
Kegiatan yang dilakukan:- Me+nbtot sAeke ohroyl IFD - dimq@ d".rl lleala+ 7 n
J.-e ol,{rqn lFo q fanqH lFo poo L
Rrl^pvw+.
Ma hasiswa,Mengetahui,
Pembimbing
4tt,1u^l(r'{/s8h MAHS^J&B - 9ou 61YP &tr4*,UNama
I!RP 33 i2 /DO ogz 23"tD t15c. illfrHMnD BeDe,JoDiN
JURUSAN TEKNIK KIMII\FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliio-Surabaya 60111, Telp: 031-5946240, 5922934# ll99Fax : 03 l-59 99282, http : I I ww w.ch e m-e n g. its. a c. id
F-010-1
RTNCIAN KEGTATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
. s ,*6r.r.sfrra zolCHari / tanggal
Kegiatan yang dilakukan:MYnlmhat hottl skefso tolirr,n A, h"n sukjun
Mahasiswa,
Ab*p 6 #Suslus 2otr'" "'f', "'Mengetahui,
Pembimbing
Nama
NRP
,s3R ^{ftrfiNbRft23 te_ too og=2
*Ffmtal &+'4rq., lB '30Rr.l60 il..l
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEI(NOLOGI INDU STRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliio-Surabaya 601 I I, Telp: 031-5946240, 5912934 # ll99lF ax : 03 l-599 9282, http : I I www.ch e nr-e n g. its. a c. id
F-010-1
RINCTAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
6 66urrix zo tcHari / tanggal :
Kegiatan yang dilakukan:- M*lqnql*-an Qmsc.s 4 jq t Lh.usus
Mahasiswa,
0r7!f , t.ft3ustus..z9rs
Mengetahui,
Pembimbing
tu, -.)
/ ,r7n/*7t/_-/l--''-V
ffotl 4r-,0 &FrftNOVNama
NRP
lsSF Mfrt1>19oqn
23 12 tao a?z 23 /: /00 tttH{MRO BNOPUOO'N
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoli;o-Surabaya 60lll, Telp: 031-5946240,5922934 # ll99Fax : 03 1-5999282, http: I I www.che nr-eng.its.ac.id
F-010-1
RTNCIAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
: 1 A3wfui 1ol5-Hari / tanggal
Kegiatan yang dilakukan:- Lac'otan
Ltursus'
rnc.saiE,h l".rnLun
c-l!:r, 9 fu11t4 yte
Mahasiswa, Mengeta h u i,
Pembimbing
1
rsy4 MqfJeNo R4 JoU 4ry6 Af6rrval'23 t2 tD5 692 23 t;. tba lil
AHMftD B4OAUDOINNama
NRP
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNQLOGI SEPULUH NOPE,MBERKampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111, Telp: 031-5946240,5922934 # ll99F ax : 03 l-599 9282, http : / I w ww. ch e m-e n g. its. ac. i d
F-010-1
RTNCTAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
: io /+gu^t ha pa*Hari / tanggal
Keglata n yang-dilakukan:- Pembqal"n bPo*n Umum- Lqporun ko Pu"b;nbinq leh l,-en banq an h Lhrarts
C'u*p rr A1ucfus. . . . . . . . . . . t . , . . . . . .
Me ngeta hu i,
Pembimbing
2bLt
Mahasiswa,
14 t ,,th-,4VLt{ // --*(/- ,/uvI
lttr} MPrrci'J694 gou €ruo apTp*4ou"23 tz 1,oo og? 2s t2 Loc ill
AHfMaa BftDIzUooINNama
NRP
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus f TS Sukolito-Surabaya 601 I l, Telp: 03 I -5946240, 5922934 # 1199
Fax : 03 l-59 9 9282, http : I I www.che nr-e n g.its. a c.id
F-010-1
RTNCIAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
Hari / tanggal
Kegiatan yang dilakukan:
: /l &urfus ,0/t
- peatou.hn ofat) Un<-tm* D;"L'N| l.nnnq {ormqc Lq4rran Lh'<ttus J-qq an
C-ilaap t2'1,"Mengetahui,
Pembimbing
2wMa hasiswa,
'a
lt /2,t2/t ",1(z
/.rU79 MwFr'|bP-e sou R/\P ntrfrNDy
23 t2 totJ og2 23 t2 /A0 ll/Nama
NRP
JURUSAN TEKNIK KIMI.\FAKULTAS TEI(NOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus I'IS Sukolilo-Su rabaya 60 I I l, Telp: 03 I -59 46240, 592293 4 # ll99Fax : 03 l-59 99282, I rttp: I I www.ch e m-e n g.its. a c.id
F-010-1
RtNCTAN KEGTATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
12 4juc luc ,0,.SHari / tanggal
Kegiatan yang dilakukan:- Penboatan thmq )a,r, Lhtsus
Mahasiswa,
AW,ny rs \ytu :?*Mengetahui,
Pembimbing
,.,ffi_j'l 1"",//./t,'-l/''-/' '/t
i3 t2 rca Dn2. 30q eruo APrff\OgBgAMq H*NORN 23t2 /Oo ill
AilMFo BooBtloPNNama
NRP
JURUSAN TEKNIK I(MIAFAKULTAS TEKNOLOGT INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEJ4BERKampus ITS Su koliio-Surabaya 601 I l, Telp: 03 I -59 46240, 592293 4 # ll99Fax : 03 1*599 9282, http : I I www.ch e m-en g. its. ac. id
RINCIAN KEGIATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
Hari / tanggal : 13 figxtus Jol5.'Kegiatan yang dilakukan:"
- " Pyb*t* Lofran tln,qm ,nluL ;,Lr-L,i olrh pr^h*bnq-Penhrakn 'laoo ra,n Lhurus -
F-010-1
Ciluap t4.. t.,. {.
Mengetahui,
Pembimbing
43usfus cors-
Ma hasiswa,
Nama
NRP
r,rgft M.p1-tENoeft' cou €No BrfBN0g.
z3 lZ l^D OXz 23 t2 tOD ilt
ttr-lr-4+b BaA r<UAO61
JUR.USAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliio-Surabaya 601I l, Telp: 031-5946240, 5922934 # ll99Fax : 03 l-5999282, http: I I wrvw.ch e nr-e n g.its.ac. id
F-010-1
RTNCIAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA
KERJA PRAKTEK
Hari / tanggal t! f+1w tv 2stltrKegiatan yang dilakukan:
_ ' " '" i P*ru,i,rulun laPoran ta
?wb'rnb,n1 tnrb "1, Lorok-si
--
Ma hasiswa,
A^l('-f '
/1//2"4/qtr,/5 oq eNO +fr+Nol
o!:*p ll &vll,q aFMengetahui,
Pembimbing
Nama
NRP
15eft M*H€N0?:+
2St zto\ Oa 2 23 i2 itcO lll
+riv6p Beopuqo/r{
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111, Telp: 031-5946240,5922934 # 1199
Fax : 03 l-5999282, http: I I www.che m-c n g.its. ac. id
RtNC|AN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASISWA
KERJA PRAKTEK
Hari /tanggal : !{^t^ / }3 ?..1 r xo\s
Kegiatan yang dilakukan:
- (l^{ l'nprlara.l hratlri ti?i^^ VaCqqrh LAo;4 ! LL.U w^afv(€\q ll-Yr'et+rt *Llk3-fuot ?lr, ^
n't - |.toa T- lan (a b *5, n^on )b>on?o^ty rtb; r i )q qa p-urA rc f..
(ila'1op r{ )..tri 2o\5
Mahasiswa, 1 Vo\otii ),^rt, ,2 Mengetahui,
Pembimbing
Aef pr"ar
F-010-1
lSYt, tlPP e NrOeA
4/".A uuh a 9aOPqDrru
Nama
NRP 7> l?,i@ 69L 7tr'L leo t)\
Recommended