View
712
Download
34
Category
Preview:
Citation preview
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
1/46
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
2/46
i
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
TANDA PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
NAMA : IBRAHIM BANU UMAR
NOMOR POKOK MAHASISWA : 131020001652
DIPLOMA I KEUANGAN
SPESIALISASI : PAJAK
BIDANG PKL : PPh ORANG PRIBADI
JUDUL LAPORAN : TINJAUAN JUMLAH WAJIB PAJAK ORANGPRIBADI DALAM NEGERI TERHADAPPENERIMAAN PAJAK PENGHASILANPASAL 25/29 ORANG PRIBADI DANPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46TAHUN 2013 DI KANTOR PELAYANANPAJAK PRATAMA JAKARTA GAMBIR DUA
Mengetahui
Kepala Bidang Akademis
Pendidikan Pembantu Akuntan
Widya Novita, S.Psi.
NIP 197103171996032001
Tangerang Selatan, September 2014
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Ratih Puspita Dewi, S.E.NIP 198609152009012006
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
3/46
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
NAMA : IBRAHIM BANU UMAR
NOMOR POKOK MAHASISWA : 131020001652
DIPLOMA I KEUANGAN
SPESIALISASI : PAJAK
BIDANG PKL : PPh ORANG PRIBADI
JUDUL LAPORAN : TINJAUAN JUMLAH WAJIB PAJAK ORANGPRIBADI DALAM NEGERI TERHADAPPENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25/29ORANG PRIBADI DAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2013 DI KANTOR PELAYANANPAJAK PRATAMA JAKARTA GAMBIR DUA
Tangerang Selatan, September 2014
...
1. Ratih Puspita Dewi, S.E. Dosen Pembimbing/Penilai I
NIP 198609152009012006
...
2. Aria Purba S.E. Dosen Penilai IINIP 197812312000121003
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
4/46
3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat ALLAH SWT yang mana
telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunianya kepada saya selaku penulis, sehingga
dapat menyelesaikan laporan hasil Praktik Kerja Lapangan yang berjudul TINJAUAN
JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25/29 ORANG PRIBADI DAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 DI KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA JAKARTA GAMBIR DUA .
Penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini adalah salah satu syarat dari kelulusan
Program Diploma 1 Spesialisasi Pajak Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dan laporn ini juga
sebagai bukti bahwa saya selaku penulis telah melaksanakan dan menyelesaikan praktik kerja
lapangan di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua.
Laporan ini dibuat dan diselesaikan dengan mengerahkan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Laporan ini juga dibuat dengan adanya bantuan dari
pihak pembimbing materi maupun teknis, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan
banyak-banyak terimakasih kepada :
1. Ayah dan Ibu, yang selalu mendoakan, mendukung, mengorbankan waktu dan
pikirannya serta mencurahkan segala yang dimilikinya yang mungkin itu tak akan
bisa dinilai harganya.
2. Bapak Kusmanadji, Ak., M.B.A., selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntasi Negara
3. Ibu Widya Novita, S.Psi, selaku Kepala Bidang Akademis Pendidikan Pembantu
Akuntan.
4. Ibu Ratih Puspita Dewi S.E. selaku dosen pembimbing penulis dalam menyusun
laporan praktik kerja lapangan ini.
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
5/46
4
5. Rekan-rekan seperguruan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara angkatan 2013,
khususnya kelas 2-C D1 Pajak.
6. Rekan-rekan sekelompok dosen pembimbing dan seperjuangan selama melaksanakan
PKL di KPP Pratama.
7. Seluruh pegawai di lingkungan kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Dua
8. Teman-teman Organda Paseduluran Priyayi Solo ( PASPILO )
9. Pihak pihak lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan-kekurangan dari segi kualitas atau kuantitas maupun dari ilmu pengetahuan yang
penulis kuasai. Oleh karena itu saya selaku penulis mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyemprnakan pembuatan laporan atau karya tulis dimasa mendatang.
Atas perhatian dan waktunya saya ucapkan terimakasih
Tangerang Selatan, September 2014
Ibrahim Banu Umar
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
6/46
5
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
LaporanPraktik Kerja Lapangan ini seluruhnya adalah hasil kerja saya sendiri.
Dalam hal kutipan yang saya ambil dari buku, majalah, peraturan-peraturan yang
berlaku dan/atau sumber-sumber lainnya, telah saya sebutkan dalam daftar pustaka dan
catatan kaki.
Apabila dalam laporan ini ditemui bahwa sebagian atau seluruh isinya merupakan
jiplakan atau bersifat plagiat sesuai dengan Bab II A No. 7 dan Bab II B
No. 3 Keputusan Direktur STAN No. KEP-100/PP.7/2001, saya bersedia untuk dinyatakan
tidak lulus/kelulusan dibatalkan dan dikeluarkan dari Program Diploma I Keuangan
Spesialisasi Pajak.
Tangerang Selatan, September 2014
Yang membuat pernyataan,
Ibrahim Banu Umar
NPM 131020001652
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
7/46
6
DAFTAR ISI
ContentsKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ................................................................................. 1
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA .................................................................................. i
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ................................................................................. 2
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 3
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................................................... 5
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 6
BAB I ........................................................................................................................................................ 7
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 7
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 7B. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................................... 9
C. RUANG LINGKUP PENULISAN .................................................................................................... 10
D. METODE PENGUMPULAN DATA ............................................................................................... 10
E. SISTEMATIKA PENULISAN ......................................................................................................... 11
BAB II ..................................................................................................................................................... 12
URAIAN PERMASALAHAN ..................................................................................................................... 12
BAB III .................................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................................... 40
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 43
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................................... 44
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
8/46
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
9/46
8
atau orang pribadi yang mempunyai penghasilan diatas PTKP. Orang pribadi
merupakan sebuah entitas terakhir dimana atasnya dipungut pajak penghasilan oleh
negara atas penghasilan yang diterima. Menurut UU KUP nomor 16 tahun 2009
penjelasan pasal 2 ayat 1, Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat subjektif
dan objektif sesuai dengan UU KUP yang berlaku berdasarkan self assessment
wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat
sebagai Wajib Pajak dan Mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP). Persyaratan Subjektif yang dimaksud adalah
persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam UU
PPh 1984 dan perubahannya. Sedangkan persyaratan objektif adalah persyaratan
bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan
untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan UU KUP 1984 dan
perubahannya. Orang pribadi sebagai subjek pajak dalam negeri adalah Orang
Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 bulan,
atau orang yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan berniat untuk
menetap di Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri dan bagaimana jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri dan pengaruhnya terhadap penerimaan negara khususnya Pajak
Penghasilan. Oleh karena itu, penulis membuat Laporan Praktik Kerja Lapangan ini
yang berjudul TINJAUAN JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM
NEGRI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI
PASAL 25/29 dan PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA GAMBIR DUA.
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
10/46
9
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan
ini adalah :
1. Untuk memenuhi sebagian dari syarat dinyatakan lulus dari program Diploma I
Keuangan Spesialisasi Administrasi Perpajakan yang diselenggarakan oleh
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
2.
Membandingkan antara teori yang sudah diterima di bangku kuliah dengan
fakta yang terjadi di lapangan.
3. Menambah pengetahuan penulis mengenai perpajakan di Indonesia pada
umumnya dan permasalahan terkait pajak penghasilan orang pribadi pada
khususnya.
4. Untuk mengetahui gambaran penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua.
5. Untuk mengetahui gambaran wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua.
6. Untuk mengetahui kolerasi jumlah wajib pajak orang pribadi dengan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi khususnya PPh orang pribadi diKPP Pratama Jakarta Gambir Dua.
7. Untuk mengetahui permasalahan yang biasa timbul dalam pelaksanaan
kewajiban perpajakan mengenai pajak penghasilan orang pribadi Pasal 25/29
dan PP Nomor 46 Tahun 2013 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Gambir Dua
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
11/46
10
8. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untukmengoptimalkan
penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi Pasal 25/29 dan PP Nomor 46
Tahun 2013 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua.
C. RUANG LINGKUP PENULISANPenulis akan memfokuskan diri pada peninjauan langsung jumlah wajib pajak dan
jumlah penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua dan apakah
dengan bertambahnya Wajib Pajak juga diikuti dengan peningkatan penerimaan pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua tersebut.
D.
METODE PENGUMPULAN DATADalam penyusunan PKL ini penulis menggunakan beberapa metode untuk
mengumpulkan data yaitu :
1. Metode Penelitian Kepustakaan
Dalam metode ini penulis mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh
melalui berbagai sumber, seperti buku-buku ilmiah, undang-undang, petunjuk
pelaksanaan undang-undang, dan peraturan terkait lainnya. Sehingga dapat
digunakan penulis untuk mendapatkan dasar, teori, dan bahan-bahan yang akan
digunakan sebagai landasan teori penelitian dan pelengkap analisis permasalahan
dalam menunjang penyusunan laporan PKL.
2.
Metode Observasi
Dalam metode ini penulis mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh
dengan melakukan pengamatan dan pengumpulan data secara langsung ke
lapangan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan data wajib
pajak dan penerimaan pajak khususnya pajak penghasilan atas penghasilan Waajib
Pajak Orang Pribadi Pasal 25/29 dan PP 46. Data-data tersebut akan diolah lagi
lebih lanjut untuk memperoleh informasi sesuai pembahasan.
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
12/46
11
3. Metode Wawancara
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara secara langsung atau konsultasi
dengan berbagai sumber, seperti petugas-petugas di Seksi Pelayanan, Seksi
Pengawasan dan Konsultasi, Seksi Pusat Data dan Informasi dan/atau pihak-pihak
terkait lainnya.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan gambaran umum tentang
penyusunan laporan PKL yang meliputi latar belakang penulisan, ruang lingkup
permasalahan, tujuan penulisan, metode penelitian yang digunakan, dan sistematika
penulisan laporan PKL
BAB II URAIAN PERMASALAHAN
Bab ini berisikan analisis dan pembahasan penulis mengenai data jumlah
wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan penerimaan pajak penghasilan.
Pembahasannya sendiri meliputi penyajian data jumlah wajib pajak serta jumlah
penerimaan pajak penghasilan berikut juga apakah jumlah wajib pajak yang semakin
banyak akan memperngaruhi jumlah pennerimaan pajak penghasilan di KPP Jakarta
Gambir Dua.
BAB III PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan menarik simpulan dari uraian-uraian bab
sebelumnya. Selanjutnya penulis akan memberikan saran-saran yang mungkin dapat
dijadikan sebagai bahan masukan.
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
13/46
12
BAB II
URAIAN PERMASALAHAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gambir Dua
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua saat ini merupakan satu
dari 331 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di lingkungan Direktorat Jendral Pajak,
Kementrian Keuangan yang tersebar di Indonesia. Berdiri pada tanggal 10 April
1997 sebagai pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Gambir berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan No. 162/KMK.01/1997 dengan nama awal Kantor
Pelayanan Pajak Jakarta Gambir II. Wilayah kerjanya saat itu meliputi tiga kelurahan
di kecamatan Gambir, Jakarta Pusat yaitu Kelurahan Cideng, Kelurahan Petojo
Selatan, dan Kelurahan Duri Pulo.
Saat itu Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Gambir II berada dalam koordinasi
Kantor Wilayah V DJP Jakarta Raya II. Sedangkan penerimaan pajak pada awal
berdiri sebesar Rp1,15 triliun dengan jumlah Wajib Pajak sebanyak 8.713 Wajib
Pajak.
Dalam rangka peningkatan pelayanan perpajakan dan kebutuhan organisasi,
dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 443/KMK.01/2001 namanya berubah
menjadi Kantor Pelayanan Pajak Gambir Dua dengan wilayah kerja menjadi dua
kelurahan, yaitu Kelurahan Cideng dan Kelurahan Petojo Selatan. Sedangkan
Kelurahan Duri Pulo selanjutnya dikelola KPP Jakarta Gambir Tiga yang baru
dibentuk saat itu juga.
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
14/46
13
Pada tahun 2001, Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Gambir Dua berada dalam
koordinasi Kantor Wilayah VI DJP Jakarta Raya III. Dengan berkurangnya wilayah
kerja satu kelurahan berakibat kepada penurunan penerimaan pajak jadi Rp 809
miliar.
Sejalan dengan reformasi perpajakan dan modernisasi administrasi perpajakan,
awal decade 2000-an Direktorat Jendral Pajak melakukan perubahan, pembaharua,
dan transformasi mendasar secara dan tata kerja atas unit kerja yang ada terutama
kantor operasional, diantaranya Kantor Pelayanan Pajak. Dalam implementasinya,
Kantor Pelayanan Pajak yang ada menjadi tiga jenis, yaitu Kantor Pelayanan Pajak
Wajib Pajak Besar (Large Taxpayer Office, LTO), Kantor Pelayanan Pajak Madya
(Medium Taxpayer Office, MTO), dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama (Small
Taxpayer Office, STO).
Sehubungan dengan program reformasi dan modernisasi administrasi
perpajakan tersebut, selanjutnya lembaga Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Gambir
Dua berubah lagi menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua dan
merupakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang pertama di Indonesia menerapkan
Sistem Administrasi Perpajakan Modern dalam pengelolaan kantor, sumber daya,
dan pekerjaan. Pembentukannya ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan
No. 254/KMK.01/2004 tanggal 24 Mei 2004 dan Keputusan Direktur Jendral Pajak
No. KEP-172/PJ./2004. Sebagai kantor yang menerapkan modernisasi perpajakan,
ditandai dengan perubahan struktur organisasi, prosedur kerja, sumber daya manusia
dan aplikasi sistem informasi, yang seluruhnya baru dibangun, yang beroperasi mulai
1 Desember 2004.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua berada di bawah
koordinasi Kantor Wilayah DJP Jakarta I bersama dengan 15 KPP lainnya. Sebagian
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
15/46
14
Wajib Pajak terutama yang penerimaannya besar juga diaihkan pengelolaanya ke
Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Pusat yang baru dibentuk. Akibat dari
berkurangnya Wajib Pajak yang besar kontribusi penerimaannnya, sehingga
penerimaan pajak pada awal penerapan Sistem Perpajakan Modern tahun 2005
sebesar Rp 957 miliar dengan jumlah Wajib Pajak sebanyak 12.798 Waji Pajak.
Saat ini, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua yang sejak
tahun 2006 berada dalam koordinasi Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat terus
menerapkan dan mengembangkan penggalian potensi pajak berdasarkan metode dan
pola yang ditetapkan Direktorat Jendral Pajak, yaitu dengan membangun dan
membuat profil setiap Wajib Pajak dengan data dan informasi yang akurat.
Selanjutnya tersaji profil Komprehensip Wajib Pajak dalam Approweb ( Aplikasi
Profil Wajib Pajak Berbasis Web ). Penggalian potensi pajaknya dilakukan dengan
mendalami pola bisnis, pola transaksi, dan pola pembayaran Wajib Pajak secara
komprehensif. Kemudian memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak atas potensi
pajak yang digali melalui surat himbauan dan konseling, sehingga Wajib Pajak
mengetahui persis dasar dan besaran penghitungan pajaknya. Sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Sejak berdiri hingga saat ini, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir
Dua telah dipimpin oleh tujuh orang Kepala Kantor sebagai berikut :
Eko Kresnadi ( Juni 1997 Maret 2000 )
Sachroni Zakaria ( 2000 Desember 2001 )
Bubung M H ( Januari 2002 Maret 2004 )
Zainuddin Lubis ( Mei 2004 Juni 2006 )
Asmariah ( Juni 2006 Maret 2009 )
Erman AR ( Agustus 2009 Oktober 2011 )
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
16/46
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
17/46
16
Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan;
Penyuluhan perpajakan;
Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak;
Pelaksanaan ekstensifikasi;
Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;
Pelaksanaan pemeriksaan pajak;
Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
Pelaksanaan konsultasi perpajakan;
Pelaksanaan intensifikasi;
Pembetulan ketetapan pajak
Pelaksanaan administrasi kantor
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua dipimpin ole Kepala
Kantor
C. Organisasi
Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua dirancang
dan dibentuk sesuai dengan prinsip modernisasi administrasi perpajakan guna
memberikan pelayanan yang tervaik dan pelayanan prima kepada Wajib Pajak.
Diharapkan seluruh unit memberikan pelayanan penus secara optimal kepada
Wajib Pajak.
Dalam organisasinya terdapat Kepala Kantor, Subbagian, Sembilan seksi, dan
dua Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak, sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing menyangkut pelayanan, penyuluhan, pengawasan, dan penegakan
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
18/46
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
19/46
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
20/46
19
9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7
10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8
11 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7
12 Kelompok Fungsional Pemeriksa I 8
13 Kelompok Fungsional Pemeriksa II 8
Jumlah 83
B. Data dan Fakta
1. Rencana dan realisasi penerimaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gambir
Dua
Penerimaan pajak yang dikelola terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh) ,
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), dan Pajak Lainnya. Namun sesuai dengan kebijakan
pemerintah untuk BPHTB dikelola sampai tahun 2010. Sedangkan untuk PBB
dikelola sampai tahun 2012.
Rencana Penerimaan Pajak dari tahun ke tahun selalu mengalami
kenaikan. Berikut adalah data Rencana Penerimaan Pajak KPP Pratama
Jakarta Gambir Dua;
Tahun Pajak Rencana Penerimaan
2013 Rp 2,003,388,130,159.00
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
21/46
20
2014 Rp 2,410,000,733,405.00
Adapun realisasi penerimaan pajak dari masa tahun pajak 2009-2013
senantiasa mengalami peningkatan penerimaan dengan rincian sebagai
berikut:
Tahun Pajak Realisasi Penerimaan
2009 Rp 1.129,64 miliar
2010 Rp 1.527,69 miliar
2011 Rp 1.821,93 miliar
2012 Rp 1.760,28 miliar
2013 Rp 1.911,13 miliar
Penerimaan tahun 2012 sedikit mengalami penurunan dikarenakan
dialihkannya pengelolaan sejumlah Wajib Pajak ke KPP Madya Jakarta Pusat
dan beberapa KPP di wilayah Kanwil DJP Jakarta Khusus yang pada tahun
2011 kontribusinya sekitar 20%.
2. Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua
Menurut keadaan sampai dengan 1 Januari 2014, jumlah Wajib Pajak
yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua sebanyak 27.687 Wajib
Pajak dengan komposisi sebagai berikut:
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
22/46
21
Keterangan WP Jumlah
Wajib Pajak Badan 8.153
Wajib Pajak Orang Pribadi 14.666
Pemungut 156
Wajib Pajak Non Efektif 4.712
C. Landasan Teori dan Pembahasan
1. Dasar Hukum
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan, "pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam
undang-undang." Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 menyebutkan
bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Bersifat wajib
artinya pengenaan pajak dapat dipaksakan oleh negara kepada warga
negaranya. Sedangkan tidak mendapat imbalan langsung berarti bahwa
mereka yang telah membayar pajak tidak akan merasakan manfaatnya secara
langsung. Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber
daya dari sektor privat kepada sektor publik. Prinsip yang juga menjadi dasar
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
23/46
22
negara memungut pajak adalah Ability-To-Pay Taxation Principle, yaitu
bahwa negara memungut pajak harus berdasarkan kepada kemampuan tiap-
tiap individu warga negara. Namun demikian, pemungutan pajak oleh negara
tidak dapat dilakukan secara semena-mena. Selain harus berdasarkan Undang-
undang, pemungutan pajak juga harus mempertimbangkan keadilan, artinya
bahwa semua warga negara memperoleh perlakuan yang sama dalam undang-
undang perpajakan. Untuk itulah sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945
pasal 23A dalam kaitannya dengan pemungutan pajak harus ada Undang-
Undang yang dijadikan pedoman dalam pemungutan pajak. Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
adalah dasar hukum pemungutan pajak. Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan adalah dasar hukum dari Pajak Penghasilan (PPh).
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas
Barang Dan Jasa dan Penjualan Barang Mewah adalah dasar hukum dari PPN
dan PPnBM.
2. Pajak Penghasilan
2.1.Pengertian pajak
Pengertian Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 6
Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang-
Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
24/46
23
Perpajakan adalah kontribusi waji b kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untu keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Sementara pemahaman pajak menurut Soemitro merupakan suatu
perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan
timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah
penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk
memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan.
Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, beberapa ahli
yang mengemukakan tentang asas pemungutan pajak, antara lain Adam
Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal "The
Four Maxims", asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut:
Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau
asas keadilan), pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara
harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak.
Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib
pajak.
Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak
harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan
dapat dikenai sanksi hukum.
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
25/46
24
Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang
tepat waktu atau asas kesenangan): pajak harus dipungut pada
saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik),
misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya
atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
Asas Efficiency (asas efisien atau asas ekonomis): biaya
pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan
sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil
pemungutan pajak.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal
tersebut maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
Fungsi anggaran
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk
menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat
diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan
untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,
yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
26/46
25
Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus
ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor
pajak.
Fungsi mengatur
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi
melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak
bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya
dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri
maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas
keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam
negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk
produk luar negeri.
Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas
harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di
masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif
dan efisien.
Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan
untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga
untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
27/46
26
kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pengelompokan Pajak dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Menurut Golongannya
Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri
oleh wajib pajak tanpa hak pelimpahan. Contohnya Pajak
Penghasilan (PPh).
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan pada orang lain. Contohnya Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
2. Menurut Sifatnya
Pajak Subjektif adalah pajak yang berpangkal atau beradsarkan
pada subjeknya, dengan artian memperhatikan keadaan diri
wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).
Pajak Objektif adalah pajak yang hanya memperhaikan objek
tanpa memperhatikan wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan dipergunakan untuk rumah tangga negara. Contoh : Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai.
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
28/46
27
Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan dipergunakan untuk membiayai pemerintah daerah.
Pajak daerah terdiri atas:
a. Pajak Provinsi. Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB).
b. Pajak Kabupaten/Kota. Contoh : Pajak hotel, restoran,
hiburan.
Sebagai Pajak Langsung yang sifatnya Subyektif Pajak Penghasilan
adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan atas
Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
2.2.Subjek Pajak Penghasilan
2.2.1. Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri
1.
Wajib Pajak Pengertian Wajib Pajak
Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 menyebutkan bahwa
wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Syarat Subjektif dan Objektif Wajib Pajak
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
29/46
28
Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai
dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-
Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak
yang menerima atau memperoleh penghasilan atau
diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya. Ketentuan Subyek
Pajak dalam Undang-Undang PPh adalah sebagai berikut:
Yang menjadi Subyek Pajak adalah :
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak;
1. orang pribadi;
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak;
3. badan;
4. bentuk usaha tetap.
Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan
Subjek Pajak luar negeri. Yang dimaksud dengan Subjek
Pajak dalam negeri adalah :
a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia
atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih
dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang
pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
30/46
29
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia;
b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia;
c. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
Yang dimaksud dengan Subjek Pajak luar negeri
adalah :
1. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, dan badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
2. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, dan badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang dapat menerima atau memperoleh
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
31/46
30
penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Sedangkan ketentuan mengenai objek pajak tercantum dalam pasal
4 sebagai berikut:
Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :
1. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
3. . laba usaha;
4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
5. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya;
6. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang;
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
32/46
31
7. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis,
dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
8. royalti;
9. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
10. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah;
12. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. premi asuransi;
15. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas;
16. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
yang belum dikenakan pajak.
PPh Pasal 25/29 adalahPajak Penghasilan yang harus dilunasi oleh
Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan sebagai akibat
PPh Terutang dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak
Penghasilan lebih besar dari pada kredit pajak yang telah dipotong
atau dipungut oleh pihak lain dan yang telah disetor sendiri. Sesiai
dengan kebijakan pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor
46 Tahun 2012 Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan usaha
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
33/46
32
atau pekerjaan bebas dengan omzet dibawah 4,8 Miliar dalam satu
tahun masa pajak dikenai tariff sesuai dengan yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2012.
2.2.2. Dasar pengenaan tarif Pajak Penghasilan Pasal 25/29 dan PP
Nomor 46 Orang Pribadi
Untuk Wajib Pajak Baru besarnya angsuran Pajak Penghasilan
Pasal 25 untuk adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung
berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan
yang disetahunkan, dibagi 12.
Penghasilan neto adalah:
dalam hal Wajib Pajak menyelenggarakan
pembukuan dan dari pembukuannya dapat dihitung
besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan
neto fiskal dihitung berdasarkan pembukuannya;
dalam hal Wajib Pajak hanya menyelenggarakan
pencatatan dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto atau
menyelenggarakan pembukuan tetapi dari
pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya 85
Pajak Penghasilan penghasilan neto setiap bulan,
penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto atas peredaran atau
penerimaan bruto.
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
34/46
33
Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT),
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak
Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai Pedagang
Pengecer yang mempunyai 1 atau lebih tempat usaha. Pedagang
Pengecer adalah Orang Pribadi yang melakukan:
penjualan barang baik secara grosir maupun eceran; dan/atau
penyerahan jasa,melalui suatu tempat usaha. Maka, Wajib Pajak
Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak bagi setiap tempat usaha
di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
usaha tersebut dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak.
Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang memenuhi persyaratan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2012 maka
atas pengahsilan yang diterima Wajib Pajak Orang Pribadi selama
omzet satu tahun masa pajak tidak melebihi 4,8M dikenai PPh
Final sebesar 1% dikali omzet per bulan dan untuk OPPT besar
angsuran masa PPh adalah ditetapkan sebesar 0,75% dari jumlah
peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha
3. Tinjauan Data dan Pembahasan Jumlah Wajib Pajak dan Jumlah Penerimaan
PPh OP
3.1.Data Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
35/46
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
36/46
35
Berikut data Wajib Pajak sampai dengan 1 September 2014 adalah sebagai
berikut;
Keterangan Wajib Pajak Jumlah
Jumlah Total Wajib Pajak Terdaftar 28.500
Jumlah Total Wajib Pajak Badan 11.533
Jumlah Total Wajib Pajak Pemungut 199
Jumlah Total Wajib Pajak Orang Pribadi 16.768
Berikut adalah data Wajib Pajak efektif sampai dengan 1 September 2014;
Keterangan WP Efektif Jumlah
Jumlah Wajib Pajak Badan efektif 8.392
Jumlah Wajib Pajak OP efektif 15.238
Jumlah Wajib Pajak Pemungut efektif 158
Dari data tersebut di atas maka sisanya yaitu 4.712 adalah Wajib Pajak
Non Aktif atau 17% dari jumlah keseluruhan Wajib Pajak terdaftar di KPP
Pratama Jakarta Gambir Dua sampai dengan tanggal 1 September 2014.
3.2.Data Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
37/46
36
Berikut penulis sajikan data mengenai penerimaan Pajak Penghasilan
tahun pajak 2012 & 2013 sebagai berikut;
Tahun Pajak Jumlah
2012 Rp 722.350.000.000
2013 Rp 749.925.000.000
Dari data tersebut diatas pada tahun pajak 2013 komposisi dari PPh Pasal
25/29 atas orang pribadi dalam negeri adalah Rp 13.487.609.863,00 ,
sedangkan untuk penerimaan PPh Final PP 46 adalah sebesar Rp
199.235.014.661,00 .
3.3.Analisis Deskriptif dari Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25/29 dan PP Nomor 46
Tahun 2013 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gambir Dua
Dari data-data yang dikumpulkan penulis selama mengikuti Praktik Kerja
Lapangan selama 3 minggu atau 15 hari kerja di KPP Pratama Jakarta
Gambir Dua, penulis ingin mengungkapkan fakta dari hasil tinjauan di
lapangan proporsi jumlah Wajib Pajak non efektif masih menunjukkan
angka 17%, dimana terjadi ketidakmaksimalan penerimaan Negara dimana
tercatat 3.141 adalah Wajib Pajak Badan, 1.530 adalah Wajib Pajak Orang
Pribadi.
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi I, Bapak R Ganung Harnawa, beliau
menyebutkan bahwa kondisi di lapangan cukup menyulitkan untuk
melacak keberadaan Wajib Pajak Non Efektif ini, karena selalu ada saja
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
38/46
37
kendala yang dihadapi, seperti Wajib Pajak pindah ke daerah lain tanpa
melapor. Sehingga upaya untuk melakukan koordinasi juga menjadi sulit.
Jumlah Wajib Pajak Non Efektif ini merupakan akumulasi dari tahun-
tahun pajak sebelumnya.
Sesuai dengan data yang sudah penulis sajikan dapat dilihat bahwa secara
riil terjadi penurunan jumlah Wajib Pajak Non Aktif pada tahun 2014
sampai dengan 1 September, tetapi scara pembulata persentase masih
menunjukkan angka yang sama yang berarti terjadi penurunan tetapi tidak
signifikan.
Dari realisasi penerimaan secara keseluruhan atas Pajak Penghasilan
mengalami kenaikan. Komposisi realisasi penerimaan PPh Pasal 25, PPh
Pasal 29 dan PP Nomor 46 pada tahun pajak 2013 adalah sebesar 28% dari
realisasi penerimaan pajak penghasilan keseluruhan. Mengenai hal ini
penulis sempat mewawancarai seorang Account Representative, Bagus
Kristiyawan bahwa penerimaan PPh khususnya pada PPH OP Pasal 25
belum maksimal karena banyak dari Wajib Pajak masih memberikan data
yang kurang akurat sehingga potensi penerimaan belum bisa benar-benar
maksimal.
Berikut adalah data jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Data
penerimaan Pajak Penghasilan (tahun 2014 sampai dengan 31 Agustus);
Tahun Jumlah WP OPRealisasi Penerimaan Persentase
KontribusiPenerimaan PPh 25/29 PP46 Total Penerimaan PPh
2013 14666 212,722,624,524 749,925,004,030 28%
2014 15238 144,266,594,239 630,352,095,402 23%
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
39/46
38
Data penerimaan PPh 2014 merupakan data tahun berjalan sampai dengan
tanggal 31 Agustus 2014. Prediksi penerimaan PPh Pasal 25/29 dan PPh
Final PP 46 sampai dengan desember 2014 diperkirakan mampu untuk
mencapai kontribusi 30% atau sekitar Rp 270.000.000,00. Hal ini
dikarenakan masih ada Wajib Pajak yang belum menyetor dan melapor.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa Wajib Pajak OP efektif tahun 2014
mengalami kenaikan, tetapi belum diikuti dengan bertambahnya
penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25/29 dan PP No 46, diihaat dari
persentase kontribusinya masih menunjukkan angka 23%. Sejauh ini
dengan masih dalam kondisi tahun berjalan diharapkan pada nantinya
setelah akhir tahun masa pajak persentasenya tidak mengalami penurunan
dari tahun 2013.Tentunya peran aktif dari AR sangat diharapkan
mengingat tahun 2014 masih tahun pajak berjalan.
Banyak kendala yang dihadapi oleh AR di lapangan, hal yang paling
mendasar adalah kurangnya kesadaran masyarakat unuk membayar pajak.
Selain itu karena banyaknya transaksi underground yang sangat tidak
memungkinkan bagi AR untuk meneliti satu per satu dari laporan Wajib
Pajak. Karena di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua masing-masing AR
membawahi lebih dari 1.000 Wajib Pajak sehingga sumberdaya yang ada
tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian satu per satu.
Sampai dengan saat ini langkah yang diambil oleh AR dengan
menyurati Wajib Pajak secara berkala untuk meningkatkan kesadaran
Wajib Pajak untuk membayar Pajak. Hal ini lebih efektif daripada
melakukan penelitian lapangan ke masing-masing Wajib Pajak karena
lebih hemat waktu dan wilayah cakupannya lebih besar. Selain itu adalah
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
40/46
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
41/46
40
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, penulis
mengambil beberapa simpulan sebagai berikut.
1. Belum optimalnya penerimaan pajak di KPP Pratama Gambir Dua yang masih
memiliki potensi pajak lebih besar dengan data yaitu 17% Wajib Pajak Non Efektif
dari total keseluruhan Wajib Pajak Terdaftar.
2. Jumlah Wajib Pajak terdaftar efektif memiliki dampak positif terhadap penerimaan
pajak yangkali ini penulis mefokuskan pada penerimaan Pajak Penghasilan Pasal
25/29 dan Pajak Penghasilan Final PP Nomor 46.
3. Banyaknya kendala di lapangan oleh fiskus untuk melakukan koordinasi dengan
Wajib Pajak sehingga kesulitan dalam mengamankan penerimaan Negara lebih
banyak dan kompleks.
4. Dalam hal komposisi realisasi penerimaan PPh Pasal 25, PPh Pasal 29 dan PPh Final
PP Nomor 46 2012 sebesar 28% dari total penerimaan pajak penghasilan maka sudah
cukup besar namun belum cukup optimal sebanding dengan bertambahnya jumlah
Wajib Pajak terdaftar.
5. Peningkatan jumlah Wajib Pajak juga berkorelasi positif dengan kenaikan realisasi
penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) khususnya yang kali ini penulis bahas adalah
PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Final PP 46.
6. Masih kurangnya kesadaran masyarakat khususnya Wajib Pajak untuk melaksanakan
kewajibannya di bidang perpajakan secara sungguh-sungguh.
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
42/46
41
B. Saran
1. Penyuluhan dan Sosialisasi mengenai kesadaran untuk membayar pajak harus
semakin digencarkan guna menanamkan kepeduliaan masyarakat untuk melaksanakan
kewajiban perpajakan masing-masing sesuai ketentuan yang berlaku, terutama dalam
kaitannya dengan penghitungan, penyetoran, pelaporan dan seluruh alur birokrasi
dalam penerapan di lapangan demi terciptanya citra positif pajak di mata masyarakat
luas. Sosialisasi yang dilakukan secara berkesiambungan, terus-menerus dan
terencana akan membuahkan hasil.
2. AR sebagai jembatan informasi antara Direktorat Jenderal Pajak dan Wajib Pajak juga
tetap harus ikut membantu menyosialisasikan dan membantu Wajib Pajak dalam
mencoba mengerti dan memahami tentang hal-hal yang sifatnya perlu diketahui oleh
Wajib Pajak seperti, peraturan terbaru, layanan baru, dan kebijakan baru.
3. Komitmen seluruh pegawai KPP Pratama Jakarta Gambir Dua diperlukan untuk
mewujudkan visi dan misi KPP Pratama Jakarta Gambir Dua dan juga visi misi
Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan.
4. Melakukan evaluasi atas kinerja masing-masing pegawai dan mencari ide-ide baru
untuk mengoptimalkan potensi pajak yang belum terakomodasi dengan baik guna
pencapaian target penerimaan agar terjadi peningkatan yang positif baik dari efktifitas
kinerja, peningkatan jumlah penerimaan dan juga ekstensifikasi perpajakan.
5. Lebih proaktif untuk mengamati hal-hal baru yang sekiranya potensial dan belum
terakomodir oleh peraturan perpajakan demi mengamankan penerimaan Negara dan
pembangunan Negara lebih baik.
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
43/46
42
LAMPIRAN-LAMPIRAN
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
44/46
43
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 atas Penghasilan yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2010 Tentang Pelaksanaan
Pengenaan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pasal 25 Pengusaha
Tertentu
Brotodiharjo R., Santosa. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Jakarta: Refika
Aditama.
Mardiasmo. 2013. PerpajakanEdisiRevisi. Yogyakarta:C.V ANDI
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
45/46
44
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ibrahim Banu Umar
Tempat, Tanggal Lahir : Surakarta, 12 Agustus 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat Rumah :Kabangan RT 05 RW 04 Bumi Laweyan Surakarta
Handphone : 085600902383
Nama Ayah : Darussalam
Nama Ibu : Siti Zulaichah
Riwayat Pendidikan : TK Islam Nahdatul Muslimat, 1998-2000
SD Tamirul Islam, 2000 -2006
SMPN 1 Surakarta, 2006-2009
SMAN 7 Surakarta, 2009-2012
STAN, 2013-Sekarang
8/10/2019 Laporan Pkl STAN by Banu
46/46
Recommended