View
282
Download
13
Category
Preview:
DESCRIPTION
laporan tentang pembuatan bakso
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TEKNOLOGI PANGAN
PENGOLAHAN PANGAN DENGAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP)“BAKSO IKAN”
OLEH :GOLONGAN 4
KELAS 2C1.ELSA PERMATA SARI ( NIM : 112110181)2.YOSI IRENE PUTRI (NIM : 112110204)
POLITEKNIK KESEHATAN PADANGKEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN GIZI 2013
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TEKNOLOGI PANGAN
JUDUL PRATIKUM : Pengolahan Pangan dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
TOPIK PRATIKUM : Bakso Ikan
PRAKTEK KE/GOL : 4/4
HARI/TANGGAL : Selasa/26 Maret 2013
TUJUAN PRATIKUM
1. Memahami prinsip pengolahan bahan pangan dengan penggunaan bahan tambahan
pangan
2. Mampu mengolah pangan dengan menggunakan bahan tambahan pangan
3. Memahami tahap - tahap pengolahan dengan menggunakan bahan tambahan pangan
4. Mengenal ciri - ciri pangan hasil olahan dengan penggunaan bahan tambahan pangan
5. Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap proses pengolahan dengan
dengan penggunaan bahan tambahan pangan
PRINSIP
Pemberian bahan tambahan pada pangan disamping dapat menghambat pertumbuhan
mikroba juga dapat memberikan cita rasa dan bentuk fisik baru.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bakso Ikan
Bakso merupakan produk pangan yang terbuat dari daging (sapi/ikan/ayam) yang
dihaluskan, dicampur dengan tepung, dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng atau lebih besar dan
dimasak dalam air panas hingga bakso tersebut mengapung. Masyarakat lebih mengenal bakso
sebagai makanan yang dihidangkan dengan pelengkap lain seperti mie, sayuran, pangsit, dan
kuah. Makanan ini sangat populer dan digemari oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya
penjual mie bakso, mulai dari restoran sampai ke warung-warung kecil serta gerobak dorong.
Kualitas bakso sangat ditentukan oleh kualitas bahan-bahan mentahnya, terutama jenis dan mutu
ikan, jumlah tepung yang digunakan, atau perbandingannya dalam adonan dan faktor-faktor lain,
seperti pemakaian bahan-bahan tambahan dan cara pemasakannya, juga sangat mempengaruhi
mutu bakso yang akan dihasilkan (Daniati, 2005).
Bakso ikan merupakan bakso yang mulai digemari oleh masyarakat, karena bahan baku
pembuatannya yaitu daging ikan. Selain halal juga telah dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Bakso ikan terkenal dengan aromanya yang khas. Bakso ikan paling enak dinikmati dengan cara
menggorengnya, sehingga rasa amis tidak begitu terasa. Contoh ikan yang bagus untuk diolah
menjadi bakso adalah ikan tenggiri, ikan kakap, ikan tuna, dsb. Jenis daging ikan yang digunakan
biasanya berupa fillet ikan segar dan fillet ikan beku (Anonim, 2010).
Ikan yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bakso ikan haruslah dipilih
dari jenis yang memiliki kadar gizi yang tinggi, tidak terlalu amis, dan benar-benar masih segar.
Beberapa jenis ikan, baik ikan air tawar, air payau ataupun air asin (laut) dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan bakso ikan. Beberapa jenis ikan air tawar yang dapat digunakan
dalam pembuatan bakso ikan, antara lain adalah lele, ikan mas dan nila merah. Sedangkan Ikan
air payau adalah bandeng, payus, dan mujair (Suprapti, 2007).
Persyaratan bahan baku (ikan) yang terpenting adalah kesegarannya. Semakin segar ikan
yang digunakan, semakin baik pula mutu bakso yang dihasilkan. Berbagai jenis ikan yang
digunakan untuk membuat bakso, terutama ikan yang berdaging tebal dan mempunyai daya
elastisitas seperti tenggiri, kakap, cucut, bloso, ekor kuning dan lain-lain. Selain bahan baku dari
ikan segar, bakso juga dapat dibuat dari produk yang sudah setengah jadi (daging ikan lumat)
(Anonim, 2009).
A. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Bakso Ikan
Berdasarkan pendapat Daniati (2005), fungsi bahan dan bumbu-bumbu tambahan adalah
sebagai berikut :
a. Tepung tapioka
Tepung digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan bakso. Tepung yang
digunakan dalam pembuatan bakso berfungsi sebagai pengikat dan perekat bahan lain. Kualitas
tepung yang digunakan sebagai bahan makanan sangat berpengaruh terhadap makanan yang
dihasilkan. Tepung yang baik kualitasnya dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri yaitu berwarna putih,
tidak berbau apek, teksturnya halus. Agar baksonya lezat, teksturnya bagus, bermutu tinggi,
jumlah tepung yang digunakan sebaiknya sekitar 10-15% dari berat bahan dasar.
b. Rempah (bumbu)
Bumbu yang umum digunakan dalam pembuatan bakso ikan meliputi : bawang putih,
bawang merah, merica, ketumbar dan garam.
Bawang merah
Bawang merah (Alllium Cepa) berasal dari Iran dan Pakistan Barat yang kemudian
dibudidayakan di daerah dingin, sub-tropik maupun tropik. Umbinya dapat dimakan mentah,
untuk bumbu masak, acar, obat tradisional. Kulit umbinya dapat digunakan sebagai zat pewarna
dan daunnya dapat digunakan sebagai campuran sayur. Senyawa berkhasiat dalam bawang relatif
utuh dan tidak mengalami kerusakan sekalipun dimasak, penggunaan bawang merah pada
pembuatan bakso ikan bertujuan untuk meningkatkan citarasa dari bakso yang dihasilkan.
Bawang putih
Bawang putih (Allium sativum) berasal dari daerah Asia Tengah, bawang putih
mempunyai bau yang tajam karena umbinya mengandung sejenis minyak atsiri (Methyl allyl
disulfida) sehingga akan memberikan aroma yang harum. Umbinya dapat digunakan sebagai
campuran bumbu masak serta penyedap berbagai masakan. Bawang putih yang digunakan
sekitar 1% dari berat daging ikan.
Merica
Merica (Piper Nigrum) sering disebut juga dengan lada. Merica putih maupun lada hitam
mengandung senyawa alkaloid piperin yang berasa pedas. Minyak atsiri yang terdapat dalam
merica, yakni filandren membuat bau pedasnya menyengat, terutama jika dicium dari jarak
dekat. Merica yang digunakan sekitar 0.2% dari berat daging ikan.
Garam
Garam dapur mempunyai istilah kimia Natrium Chlorida (NaCl). Pada umumnya
digunakan untuk memantapkan rasa dalam pembuatan makanan termasuk dalam pembuatan
bakso. Fungsi garam adalah memberi rasa gurih pada bakso, garam yang bermutu baik adalah
berwarna putih, bersih dari kotoran. Garam yang digunakan sekitar 4% dari berat ikan.
Ketumbar
Ketumbar digunakan untuk mebambah cita rasa dari bakso yang dibuat. Penambahan
ketumbar dianjurkan sebanyak 0.2 % dari berat bahan dasar berupa daging ikan.
c. Air Es
Es batu merupakan salah satu bahan tambahan yang wajib dalam pembuatan bakso. Jika
tidak ada es, pembuatan bakso tidak akan berhasil. Fungsi es adalah menjaga agar adonan tetap
dalam keadaan bersuhu rendah. Dalam adonan, air yang berasal dari es berfungsi untuk
melarutkan garam dan menyebarkannya secara merata keseluruh bagian masa daging,
memudahkan ekstraksi protein dari daging dan membantu dalam pembentukan emulsi. Es
ditambahakn sampai adonan mencapai tekstur yang dikehendaki. Jumlah penambahan es
dipengaruhi oleh jumlah tepung yang ditambahkan. Semakin banyak penambahan tepung,
semakin banyak es yang harus ditambahkan. Biasannya es yang digunakan berkisar anata 20 –
50% dari berat adonan.
B. Teknik Pengolahan Bakso Ikan
Teknik pengolahan bakso ikan yaitu jika digunakan bahan baku dari ikan segar,
perlu dilakukan pemisahan daging dari tulang-tulang dan durinya dengan cara menyayat
memanjang pada bagian punggung hingga terbelah. Ambillah bagian dagingnya cara dikerok
menggunakan sendok. Bersihkan hancuran daging tersebut dari komponen-komponen yang tidak
dikehendaki (kulit, duri dan tulang). Siapkan larutan garam (brine) dingin dengan perbandingan
antara air, es dan ikan adalah 4:1:1 dan konsentrasi garam 0,2–0,3 %. Rendam hancuran
daging ikan dalam larutan tersebut selama 15 menit sambil diaduk-aduk. Buanglah jika
timbul lemak yang mengapung di permukaan. Lakukan pengepresan, pemerasaan dengan
menggunakan kain kasa. Lakukan proses perendaman tersebut sebanyak 2–3 kali. Lumatkan
daging ikan tersebut dengan menggunakan alat penggiling daging sambil diberi garam (2–3%).
Haluskan bumbu-bumbu tersebut ke dalam daging lumat sambil diaduk dan masukkan
tapioka sedikit demi sedikit. Aduk adonan sampai homogen dan tidak lengket di tangan. Aduk
adonan sampai homogen dan tidak lengket di tangan. Elastisitas dapat diperbaiki dengan
menambahkan putih telur satu butir untuk setiap 1 kg adonan. Lakukan pencetakan yaitu dengan
membuat bola-bola kecil dengan cara adonan diletakkan pada telapak tangan, dikepal-kepal,
kemudian ditekan sehingga akan keluar bola-bola bakso dari sela-sela jari dan telunjuk.
Bola-bola bakso yang keluar dari kepalan itu diangkat dengan sendok dan sedikit
diratakan. Masukkan ke dalam air hangat (suhu 60 – 700 C) biarkan selama 20 menit.
Rebus dalam air mendidih sampai bakso mengapung sebagai tanda telah matang.
C. Standar Nasional Indonesia (SNI)
Kriteria bakso Ikan yang baik dapat dilihat dari syarat mutu bakso yang terdapat didalam
SNI 01-3818-1995 berdasarkan Anonim (2010) adalah :
Bentuk : bulat halus, berukuran seragam, bersih dan cemerlang, tidak kusam
Warna : putih merata tanpa warna asing lain
Rasa : lezat, enak, rasa ikan dominan sesuai jenis ikan yang digunakan
Aroma : bau khas ikan segar rebus dominan sesuai jenis ikan yang digunakan dan bau
bumbu cukup tajam
Tekstur : kompak, elastis, tidak liat atau membal, tidak ada serat daging, tanpa
duri atau tulang, tidak lembek, tidak basah berair, dan tidak rapuh.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Pembuatan Bakso Ikan
Kualitas bakso ditentukan oleh bahan baku. Bahan baku akan mempengaruhi mutu bakso
yang dihasilkan. Berbagai macam tepung yang digunakan dan perbandingannya didalam adonan,
sedangkan faktor lain yang mempengaruhi kualitas bakso diantaranya adalah bahan-bahan
tambahan yang digunakan serta cara memasaknya (Daniati, 2005).
Menghasilkan bakso daging yang lezat dan bermutu tinggi jumlah tepung yang digunakan
sebaiknya paling banyak 15%-30% dari berat daging. Idealnya, tepung tapioka, yang
ditambahkan sebanyak 10% dari berat daging. Memang sering dijumpai, terutama yang dijajakan
di jalanan, bakso tepungnya mencapai 30%-40% dari berat daging. Bakso seperti ini diduga rasa
dan mutunya kurang bagus (Wibowo, 2006).
2. Bahan Tambahan Pangan
Bahan tambahan pangan merupakan bahan kimia yang sengaja dimasukkan ke dalam
makanan dengan berbagai tujuan antara lain untuk pengawetan, pemberian cita rasa dan
memberikan bentuk fisik yang baru. Pemberian bahan kimia pada pengolahan bahan pangan
seharusnya memperhatikan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh badan yang mempunyai
wewenang dalam penentuan batas - batas penggunaan bahan tambahan kimia pada pangan.
Fosfat sangat dibutuhkan untuk membuat bakso. Fosfat biasanya seing disebut STPP (Sodium
Tripolifosfat). Fosfat berfungsi sebagai penahan (pelindung) agar cairan yang ada di dalam
adonan bakso tidak keluar selama penyimpanan dan pemasakan, sehingga bakso tetap juicy.
Fosfat juga dapat mencegah terbentuknya permukaan kasar dan rekahan pada bakso. Fosfat
berbentuk serbuk, berwarna putih, jika diraba terasa lengket, tidak mudah menggumpal ketika
dicampur dengan adonan. Penggunaan polifosfat biasanya 0,75% dari berat daging. Penambahan
fosfat yang lebih tinggi dapat menyebabkan rasa getir atau pahit. Menurut ahli pengolahan hasil
ternak Undip Dr Ir Anang M Legowo MSc, dalam penelitiannya, penambahan sodium
tripolifosfat dengan konsentrasi 0,1% sampai 0,2% saja sudah cukup bagus untuk mengenyalkan
bakso.(di kutip dari koran Suara Merdeka). Pengenyal bakso ini berbentuk serbuk putih,
merupakan anorganik material dengan rumus kimia Na5P3O10 (wikipedia). cukup familiar
dikalangan pedagang bakso, harga pengenyal bakso ini cukup terjangkau.
BAHAN
Ayam ½ kg
Tepung tapioka 10% dari BBD (Berat Bahan Dasar)
Bawang putih 3 siung, giling halus
Bawang merah 3 siung, giling halus
Ketumbar 1 sdm, giling halus
Lada/merica 0.2 % BBD
Garam 4 % BBD
Air es 20 - 50 % BBD
STPP 0.1 %
ALAT
Baskom tempat mencampur adonan
Blender
Pisau
Timbangan
Panci
PROSEDUR PRATIKUM
1. Ikan digiling kasar. Tambahkan lada, garam, ketumbar, bawang merah dan bawang putih,
dan ¾ bagian air es ke dalam daging di dalam mesin penggiling (blender)
2. Lakukan pencampuran dengan menjaga suhu ≤ 80 C
3. Tambahkan tepung tapioka dan ¼ bagian es yang tersisa, teruskan pencampuran sampai
terbentuk adonan homogen (suhu dijaga ≤ 160 C)
4. Adonan dicetak menjadi bola - bola kecil dan langsung direndam dalam air panas (suhu
60 - 700 C)
5. Rebus bola - bola kecil adonan di dalam air bersuhu 800 C, sampai matang (bakso
mengapung di dalam air perebus)
Pengamatan
1. Amati cita rasa (mencakup warna, bau, rasa, dan tekstur)
2. Rendemen
3. Lakukan analisa biaya
HASIL PRATIKUM
Tabel Hasil Pengamatan Uji Organoleptik pada Bakso Ikan
No. Parameter Penilaian
1 Warna Putih cerah
2 Aroma Bau ikan
3 Tekstur Kenyal dan elastis
4 Rasa Rasa ikan
Sumber : Dokumentasi kelompok 4Rendemen : Rendemen = (Berat produk/ Berat bahan baku) x 100%
= (275/250) x 100% = 110 %
Analisa Biaya :
No Nama Bahan Jumlah Harga Satuan Harga Sebenarnya
1 Ikan sisiak 250 gr Rp 50.000/kg Rp 12.500
2 Tepung tapioka 25 gr Rp 8.000/kg Rp 200
3 Bawang putih 15 gr Rp 40.000/kg Rp 600
4 Bawang merah 15 gr Rp 40.000/kg Rp 600
5 Merica 0.5 gr Rp 1.000/bks Rp 100
6 Ketumbar 10 gr Rp 1.000/bks Rp 100
7 Garam halus 10 gr Rp 2.000/bks Rp 100
8 Es batu 50 gr Rp 1.000/bks Rp 100
TOTAL Rp 14.300
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan bakso dengan bahan dasar daging ikan.
Warna bakso ikan yang dihasilkan adalah berwarna putih. Hal ini sesuai dengan syarat mutu
bakso ikan . yang terdapat dalam SNI 01-3818-1995 yaitu warna bakso putih cerah dan merata
tanpa warna asing lain.
Aroma bakso ikan yang dihasilkan adalah aroma khas ikan dengan aroma bumbu
tambahan terutama merica, ketumbar, bawang merah dan bawang putih. Hal ini sesuai dengan
dari syarat mutu bakso yang terdapat didalam SNI 01-3818-1995 yaitu aroma bakso
adalah bau khas ikan segar rebus dominan sesuai jenis ikan yang digunakan dan bau bumbu
cukup tajam.
Tekstur bakso ikan yang dihasilkan pada praktikum kali ini kenyal dan elastis karena
tepung tapioka yang ditambahkan sesuai dengan jumlah yang dianjurkan yaitu 15% dari berat
daging. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniati (2005), bahwa kualitas tepung yang digunakan
sebagai bahan makanan sangat berpengaruh terhadap makanan yang dihasilkan. Supaya bakso
memiliki tekstur bagus dan bermutu tinggi, jumlah tepung yang digunakan sebaiknya sekitar 10-
15% dari berat daging.
Bahan tambahan yang digunakan pada proses pembuatan bakso adalah tepung tapioka,
garam, gula, merica, ketumbar, bawang putih, bawang merah, dan putih telur. Bahan tambahan
tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam bakso ikan yang dihasilkan. Tepung tapioka
berfungsi sebagai pengikat bahan lain dan memperbaiki tekstur bakso. Garam berfungsi memberi
rasa gurih pada bakso. Merica, ketumbar, bawang merah, dan bawang putih, berfungsi untuk
membentuk aroma dan cita rasa pada bakso. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniati (2005),
bahwa tepung tapioka berfungsi dalam meningkatkan daya ikat air serta memperbaiki tekstur
bakso, dan bumbu-bumbu sebagai bahan tambahan pembuatan bakso ikan berfungsi sebagai
penambah aroma dan cita rasa bakso yang dihasilkan.
Garam yang digunakan dalam proses pembuatan bakso adalah garam dapur (NaCl).
Garam berfungsi sebagai pemberi rasa gurih dan memantapkan rasa bakso. Hal ini sesuai dengan
pendapat Daniati (2005), bahwa garam pada umumnya digunakan untuk memantapkan rasa
dalam pembuatan makanan termasuk dalam pembuatan bakso, fungsi garam adalah memberi
rasa gurih pada bakso.
Merica dalam pembuatan bakso ikan berfungsi sebagai pemberi rasa pedas. Merica
mengandung filandren yang menghasilkan aroma yang menyengat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Daniati (2005), bahwa minyak atsiri yang terdapat dalam merica, yakni filandren
membuat bau pedasnya menyengat. Ketumbar digunakan dalam pembuatan bakso juga untuk
menambah cita rasa.
Bawang merah baik digunakan karena meski dalam keadaan panas (dimasak), senyawa
berkhasiat didalamnya tidak mengalami kerusakan. Bawang merah yang digunakan dalam
pembuatan bakso ikan berfungsi untuk memberi cita rasa pada bakso ikan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Daniati (2005), bahwa penggunaan bawang merah pada pembuatan bakso ikan
bertujuan untuk meningkatkan citarasa dari bakso yang dihasilkan.
Bakso ikan yang dibuat juga mengandung bawang putih. Bawang putih mempunyai bau
yang tajam karena mengandung senyawa methyl allyl disulfida. Bawang putih dalam bakso ikan
berfungsi memberi aroma dan sebagai penyedap masakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Daniati (2005), bahwa bawang putih digunakan sebagai campuran bumbu masak serta penyedap
berbagai masakan.
Pengolahan bakso ikan dimulai dengan penghalusan daging lalu kemudian ditambah
dengan bahan tambahan. Penggunaan bahan tambahan dalam proses pencampuran ini harus tepat
agar bakso yang dihasilkan bisa bermutu baik. Setelah pencampuran selesai, dilakukan
pembentukan adonan menjadi bola-bola kecil kemudian dimasak sampai mengapung yang
menunjukkan bahwa bakso sudah matang. Hal ini sesuai dengan Anonim (2010), bahwa bakso
direbus dalam air mendidih sampai bakso mengapung sebagai tanda telah matang.
Pada pembuatan bakso juga ditambahkan es batu. Es batu merupakan salah satu bahan
tambahan yang wajib dalam pembuatan bakso. Jika tidak ada es, pembuatan bakso tidak akan
berhasil. Fungsi es adalah menjaga agar adonan tetap dalam keadaan bersuhu rendah. Dalam
adonan, air yang berasal dari es berfungsi untuk melarutkan garam dan menyebarkannya secara
merata keseluruh bagian masa daging, memudahkan ekstraksi protein dari daging dan membantu
dalam pembentukan emulsi. Es ditambahakn sampai adonan mencapai tekstur yang dikehendaki.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan bakso yakni bahan tambahan yang
digunakan serta proses perebusan atau pemasakan pada bakso. Hal ini didasarkan pada
pernyataan Daniati (2005), bahwa kualitas bakso ditentukan oleh bahan baku, berbagai macam
tepung yang digunakan dan perbandingannya didalam adonan, sedangkan faktor lain yang
mempengaruhi kualitas bakso diantaranya adalah bahan-bahan tambahan yang digunakan serta
cara memasaknya.
Sesuai dengan topik praktikum yaitu bahan tambahan pangan seharusnya dalam
pembuatan bakso ikan pada praktikum ini ditambahkan bahan tambahan pangan yaitu STPP
yang berfungsi untuk pengawet. Namun, kami tidak melakukan penambahan STPP tersebut.
STPP ditambahkan pada adonan pertama, sedangkan pada adonan yang satunya lagi tidak
ditambahkan STPP. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan sifat organoleptik
antara bakso yang ditambahkan BTP (bahan tambahan pangan) dengan yang tidak memakai
bahan tambahan pangan karena pemberian BTP pada pangan disamping dapat menghambat
pertumbuhan mikroba juga dapat memberikan cita rasa dan bentuk fisik baru.
KESIMPULAN :
1. Bakso tidak hanya dibuat dari daging sapi tapi juga bisa dibuat dari daging ikan atau pun
daging ayam yang mempunyai citarasa yang khas sesuai dengan bahan dasar dalam
pembuatannya.
2. Bahan tambahan yang ditambahkan dalam pembuatan bakso mempunyai sifat masing-masing
seperti tepung tapioka berfungsi sebagai perekat, garam berfungsi sebagai pemberi rasa
gurih, gula, merica, bawang merah, dan bawang putih berfungsi sebagai penambah aroma
dan cita rasa pada bakso ikan, air es adalah untuk menjaga agar adonan tetap dalam keadaan
bersuhu rendah, melarutkan garam dan menyebarkannya secara merata keseluruh bagian
masa daging, memudahkan ekstraksi protein dari daging dan membantu dalam pembentukan
emulsi
3. STPP merupakan bahan tambahan pangan yang biasa digunkan dalam pembuatan bakso yaitu
untuk membuat bakso menjadi lebih kenyal serta tidak membuat bakso lengket jika disentuh.
Penambahan STPP harus sesuai dengan yang dibolehkan agar tidak berbahaya bagi
kesehatan.
4. Penambahan BTP pada bahan pangan tidak hanya menghambat pertumbuhan mikroba juga
dapat memberikan cita rasa dan bentuk fisik baru.
DAFTAR PUSTAKA :
Daniati, Tristeza, 2005. Pembuatan Bakso Ikan Cucut Dengan Bahan Tambahan Jenis Tepung Yang Berbeda. http://digilib.unnes.ac.id /gsdl/collect/skripsi/archives/HASH34e6.dir/doc.pdf. Akses tanggal 30 Maret 2013.
Suprapti, Lies, M, Ir. 2007. Bakso Daging dan Bakso Ikan. Kanisius : Yogyakarta.
Wibowo, S. 2006. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar Swadaya: Jakarta.
Anonim, 2009a. Membuat Bakso Ikan. http://cuek.wordpress.com/2009/01/06/ membuat-bakso-ikan/ Akses Tanggal 27 Oktober 2010.
Padang, 5 Maret 2013Pembimbing Praktikum Yang membuat laporan
M.Husni Thamrin, STP, MP (Elsa Permata Sari) (Yosi Irene Putri)` NIM:112110181 NIM:112110204
Recommended