View
129
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat, maka perlu adanya perawat kesehatan
komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan,
pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan
kepada individu, keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut
dengan keperawatan komunitas (Anonim, 2013).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga
(Sumijatun dkk, 2006). Kesehatan dikalangan kelompok ibu hamil, kelompok ibu
menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu
wilayah desa binaan dan lain sebagainya dapat disebut sebagai komunitas. Sedangkan
dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan
(nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal,
sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui
langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010). Fokus praktik pelayanan keperawatan komunitas
adalah meningkatkan kesehatan komunitas (upaya promotif) dan mencegah terjadinya
masalah kesehatan komunitas (upaya preventif) (Stanhope & Lancaster, 2004).
1
Upaya peningkatan derajat kesehatan kesehatan masyarakat membutuhkan peran
serta masyarakat yang bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat dalam berbagai
upaya kesehatan serta mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah
kesehatan. Peran serta masyarakat tersebut merupakan keikutsertaan eluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan yang terjadi di dalam
masyarakat itu sendiri (Stanhope & Lancaster, 2004). Peran serta masyarakat dapat
diwujudkan melalui pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan melalui upaya
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan sehingga masyarakat memiliki kemandirian untuk hidup
sehat (Stanhope & Lancaster, 2004). Wujud peran serta masyarakat dapat berupa
terbentuknya institusi/lembaga/organisasi kemasyarakatan, seperti Posyandu,
Posbindu, LSM bidang kesehatan ; dana seperti dana sehat dan RW SIAGA.
RW SIAGA merupakan RW yang siap dan mampu membangun kesadaran akan
kebersihan dan kesehatan. Melalui program ini masyarakat diharapkan dapat
menangani masalah kebersihan dan kesehatan di lingkungannya masing-masing, yaitu
mulai dari rumah masing-masing warga sampai lingkungan se-RW, mulai dari adanya
indikasi penyakit sampai penanganannya, mulai dari penyakit ringan sampai penyakit
berat. RW SIAGA adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya,
baik kemampuan dan kemauan untuk mencegah, mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawat-daruratan, maupun kejadian luar biasa (KLB), secara
mandiri.
Kegiatan asuhan keperawatan komunitas di lingkunan RW 10 Kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan sudah pernah dilakukan oleh Mahasiswa Praktik
Profesi Keperawatan Komunitas PSIK UR, namun masalah kesehatan yang pernah
diintervensi sebelumnya oleh mahasiswa profesi masih ditemukan oleh kelompok. Hal
ini dari wawancara kepada ketua kader RW Siaga disertai dengan hasil winshield
survey yang dilakukan di sekitar RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan
Tampan ditemukan data masalah kesehatan, yaitu ISPA.
Karakteristik wilayah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan
yang terdiri dari sebagian besar jalan yang belum diaspal, sehingga kasus ISPA seperti
yang ditemukan mahasiswa profesi masih ditemui juga oleh kelompok. Kasus ini juga
ditemukan akibat keadaan iklim yang sedang berada pada tahap pancaropba, sehingga
kasus ISPA masih banyak ditemukan oleh kelompok.
2
Berdasarkan hasil data sekunder yang didapat dari mahasiswa Praktek Profesi
Keperawatan Komunitas PSIK UR di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan
Tampan terhadap 273 KK yang dilaksanakan mulai tanggal 4 Maret sampai dengan 11
Mei 2013 ditemukan beberapa masalah kesehatan yang ada di RW 10 Kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, yaitu Resiko meningkatnya angka penyakit
akibat lingkungan yang tidak sehat: ISPA, DBD, Diare.
Pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Praktek Keperawatan Klinik VI PSIK
UR di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan ditemukan data
masalah kesehatan, yaitu ISPA, Penatalaksanaan Demam dan Kesehatan Keselamatan
kerja di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Praktik Keperawatan Klinik VI, mahasiswa akan dapat
meningkatkan kemampuan asuhan keperawatan komunitas dalam mengenali
masalah kesehatan, mengorganisasikan potensi dan sumber daya yang dimiliki
untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi di RW 10 Kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian wawancara, observasi, windshield survey.
b. Merumuskan masalah kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan yang telah
ditemukan.
c. Menyususn rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap masalah kesehatan
yang telah diprioritaskan.
d. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas
1. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok
ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat
pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,
2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat
melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).
2. Falsafah Keperawatan Komunitas
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut,
maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan
komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan
membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
4
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan
dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima
oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitative
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus.
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia
harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.
Unsur – unsur yang terdapat pada paradigma / Falsafah Keperawatan
Komunitas yaitu:
a. Manusia.
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang
berada pada lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai,
keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama
lain untuk mencapai Tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi
keluarga, komunitas, Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk
kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
5
b. Kesehatan.
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien/komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis
sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
c. Lingkungan.
Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang
bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.
d. Keperawatan
Intervensi/tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan falsafah di atas maka
dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas.
3. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
a) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
b) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;
c) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
d) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
e) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care).
6
b. Fungsi keperawatan komunitas
Fungsi keperawatan komunitas antara lain:
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006).
4. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat
diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya
saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.
7
c. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti;
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Balita
d) Anak usia sekolah
e) Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin
lainnya.
b) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
c) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
‐ Wanita tuna susila
‐ Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
‐ Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan
jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling
tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan
sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya
(Mubarak, 2006).
5. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas
8
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta
memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan
promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks.
b. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di
rumah.
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan,
melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit
9
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan
lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta,
patah tulang maupun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual
yang mungkin dilakukan oleh perawat
e. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-
kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti
Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya
resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok
yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar
masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan
dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
6. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari
pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media
masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.
Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat
mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan.
Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan
10
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah
melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok
atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu
”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika
tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat
luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan
asuhan keperawatan komunitas melalui paya ini berbagai persoalan di dalam
lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
7. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan
penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawata
yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada
kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa,
batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan
keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya
yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini
meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah
kejadian kecelakaan kerja.
11
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerjaan
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan
secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan
perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah,
hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki
kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri,
sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki
peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan
praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang
pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya.
Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk
memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).
8. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta
masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan
tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal,
mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien
yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan
masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman
(1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas
12
sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan
masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut
telah diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra,untuk menekankan
filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci
dijabarkan sebagai berikut :
a. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan
keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat
dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan
pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di
rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit
demam darah dan diare. Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan
perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
b. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan keluarga
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan
sosial ekonomi rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita
penyakit menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama
masyarakat dan lembaga yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam
pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan
dalam memelihara kesehatan anggotanya.
c. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam lingkup
kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah kerja puskesmas.
Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang
mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan
sebagainya.Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang
komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang
mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu
dan kelompok dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program.Pelayanan
yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang
luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
13
1) Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit
sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat
kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara
umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok.
Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu
melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling
umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,
penyuluhan gizi bayi dan balita.
2) Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal
dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor
resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi
keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
posyandu dan puskesmas.
3) Pencegahan tertier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan
stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat
secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan
latihan fisik pada penderita patah tulang.Selanjutnya agar dapat memberikan
arahan pelaksanaan kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan
komunitas dan pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2009):
a) Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi
yang mengacu pada paradigma keperawatan secar umum dengan empat
komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
b) Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998) meliputi
peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan sosial melalui
14
birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial berdasarkan
kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2009).
B. Asuhan Keperawatan Komunitas
Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk praktik keperawatan
professional yang sistematis dan komprehensif yang berfokus pada individu, keluarga,
kelompok dan komunitas secara keseluruhan melalui pendekatan proses keperawatan
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi dan evaluasi keperawatan. Model keperawatan komunitas disusun
berdasarkan pada teori yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Dalam
keperawatan komunitas terdapat beberapa model keperawatan, diantaranya Teori
lingkungan oleh Nightingale (Nightingale’s theory of environment), Self-Care Model
oleh Orem, Adaptation Model dari Roy, S.C, Health Care System Model oleh Betty
Neuman dan Community as Client or Partnership Model oleh McFarlane & Anderson
(Mendfora, 2010).
Model yang digunakan adalah model keperawatan Betty Neuman. Konsep yang
dikemukakan oleh Betty Neuman adalah konsep ”Health care system” yaitu model
konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan
pada penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri yang bersifat
fleksibel, normal, dan resisten. Konsep utama menurut Betty Neuman yaitu manusia,
lingkungan dan sehat. Dibawah ini akan dijelaskan tahapan proses asuhan
keperawatan komunitas menurut model Neuman (Mendfora, 2010) :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis, sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat, baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosiologis, ekonomi maupun spiritual
dapat ditentukan. Pengkajian mengacu pada pengumpulan data kesehatan
masyarakat, memantau status kesehatan masyarakat, kebutuhan akan kesehatan
masalah kesehatah yang terjadi, cara memperoleh informasi kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat (Hitchcock, Schubert & Thomas,
2003).
Pada tahap pengkajian dilakukan kegiatan penyebaran kuesioner, obsevasi,
wawancara dan winsheld survey. Hal ini sesuai dengan model keperawatan
Neuman bahwa masalah kesehatan ditimbulkan dari berbagai variabel, yaitu
15
fisiologis, psikologis, sosiokultural & developmental, sehingga semua aspek perlu
dikaji untuk menentukan penyebab terjadinya masalah kesehatan yang ada di
masyarakat.
a. Pengumpulan data
1) Tujuan pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan masyarakat sehingga dapat ditentukan tidakan yang
harus diambil untuk mengatasi masalah yang menyangkut aspek fisik,
psikologis, social, ekonomi, dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya oleh karena itu data tersebut harus akurat dan dapat
dilakukan analisis untuk pemecahan masalah. Menurut pendapat
Notoadmodjo (2010) yang mengatakan penyebaran kuesioner pada
populasi yang melebihi 200 orang populasi, maka dapat dilakukan teknik
propotional cluster sampling, dengan pengambilan sampel secara acak
dan proposional berdasarkan jumlah populasi dari masing-masing RT.
2) Teknik pengumpulan data:
a) Pengumpulan data langsung yang terdiri dari wawancara, observasi,
whienshield survey dan kuesioner.
b) Pengumpulan data laporan ( data dari berbagai instansi dan sumber
yang terpercaya seperti catatan kesehatan, catatan pertemuan warga,
dokumen publik dan statistik).
3) Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
a) Data inti, seperti : riwayat atau sejarah perkembangan masyarakat
data demografi, vital statistik dan status kesehatan komunitas
b) Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi dan fasilitas-
fasilitas lainnya
c) Pelayanan kesehatan
Dikaji lokasi saranan kesehatan yang ada, sumber daya yang dimiliki
(tenaga kesehatan dan kader), bagaimana dengan jumlah kunjungan
yang ada, serta sistem rujukannya
d) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)
Lokasi fasilitas sosial apakah mudah dijangkau, bagaimana system
kepemilikannya, dan apakah barang yang disediakan lengkap.
e) Ekonomi
16
Indikator ekonomi dan sumber-sumber informasi
- Rumah tangga (rata-rata pendapatan biaya perbulan masing-
masing rumah tangga)
- Individu (pendapatan per-KK, persen yang miskin)
f) Keamanan dan transportasi
I. Keamanan
‐ Keamanan/ lingkungan yang ada
‐ Upaya penanggulangan yang tersedia (kebakaran,
polusi, sanitasi; limbah, sampah dan air kotor)
II. Transportasi
‐ Sarana transportasi, kondisi jalan yang tersedia
(tanah, beton, aspal)
‐ Jenis transportasi yang dimiliki (sepeda, sepeda
motor, mibil)
‐ Sarana transportas yang tersedia
g) Politik dan pemerintahan
- Sistem pengorganisasian
- Sturktur organisasi
- Kelompok organisas dalam komunitas
- Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
h) Sistem komunikasi
- Sarana umum komunikasi yang tersedia dikomunitas (telepon
umum, wartel dan lain-lain)
- Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
- Cara penyebaran informasi yang umum digunakan dalam
komunitas: menggunakan model tradisional, menggunakan surat
pemberitahuan atau pengeras suara yang tersedia
i) Pendidikan
- Tingkat pendidikan komunitas, homogen, heterogen, dan tingkat
pendidikan mayoritas dalam komunitas.
- Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal),
meliputi : Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas, sumber
daya manusia, tenagan yang tersedia.
17
- Jenis bahasa yang digunakan dalam komunitas
j) Rekreasi
- Kebiasaan rekreasi yang ada dalam komunitas, adakah kebiasaan
rekreasi rutinitas yang dilakukan
- Fasilitas rekreasi yang tersedia
4) Cara pengumpulan data
Data dapat diperoleh dengan cara:
a. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan klien, keluarga klien,
atau dengan masyarakat yang berkaitan dengan masalah kesehatan.
b. Kuesioner
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Kuesioner
merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang
yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner dapat mengetahui
keadaan atau data pribadi seseorang, pengalaman atau pengetahuan
dan lain-lain yang dimilikinya. Kuesioner merupakan instrumen
pengumpulan data atau informasi yang dioperasionalisasikan ke
dalam bentuk item atau pertanyaan.
c. Observasi
Melakukan pengamatan dalam keperawatan komunitas meliputi
aspek fisik, psiokologis, perilaku, dan sikap
d. Wiendshield survey
Merupakan pendataan menggunakan panca indra tentang
wilayah/demografi masyarakat yang ada diwilayah tempat tinggal
meliputi : Perumahan, lingkungan, daerah (bangunan : tua, bahan
arsitektur, bersatu, berpisah, dll), Lingkungan terbuka (luas, sempit,
kualitas, pribadi, umum, dll), Batas (ada batas daerah, jalan, got,
kondisi bersih, kotor), Kebiasaan (tempat kumpul; siapa, jam
berapa dll), Transportasi (cara datang dan pergi, situasi jalan, jenis
transportasi), Pelayanan kesehatan di masyarakat (puskesmas,
pustu, balai pengobatan), Tempat rekreasi (keluarga, anak-anak,
umum), Tempat ibadah (mesjid, gereja, wihara), sekolah/ perguruan
18
tinggi/ lembaga kursus/pelatihan dll), organisasi di masyarakat
(pokjakes, kepemudaan dll), politik (kampanye/ poster)
b. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data/kategorisasi data
Cara mengategorikan data
- Berdasarkan karakteristik demografi
- Berdasarkan karakteristik sosial ekonomi
- Berdasarkan sumber dan pelayanan kesehatan
2) Perhitungan persentasi cakupan data
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
c. Analisa data
Merupakan kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dapat diketahui
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat, baik masalah
kesehatan maupun masalah keperawatan.
Tujuan analisa data antara lain :
- Menetapkan kebutuhan masyarakat
- Menetapkan kekuatan
- Mengidentifikasi pola respon komunitas
- Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
d. Perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa yang diperoleh, maka dapat diketahui masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat yang selanjutnya dapat dilakukan
intervensi. Namun, masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat
diatasi sekaligus, oleh karena itu, perawat komunitas harus membuat
prioritas masalah.
e. Prioritas masalah
Kriteria penentuan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan diantaranya adalah :
- Perhatian masyarakat
- Prevalensi kejadian
- Berat tingginya masalah
19
- Kemungkinan masalah untuk diatasi
- Tersedianya suumber daya masyarakat
- Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan
menurut Abraham H. Maslow prioritas masalah dimulai :
‐ Keadaan yang mengacam kehidupan
‐ Keadaan yang mengancam kesehatan
‐ Persepsi masyarakat tentang kesehatan dan keperawatan.
Penyusunan masalah atau diagnosis komunitas harus sesuai dengan
prioritas keperawatan komunitas.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan hipotesis atau pernyataan terhadap hasil
akhir dari analisis dan sintesis data serta informasi yang telah dikumpulkan
mengenai komunitas (Ervin, 2002). Diagnosa keperawatan komunitas terdiri dari
tiga bagian, yaitu gambaran masalah yang merupakan respon atau kondisi
masyarakat, factor penyebab yang berhubungan dengan masalah, serta tanda dan
gejala yang mendukung (Anderson & McFarlane, 2000). Stanhope dan Lancaster
(2004) menjelaskan terdapat tiga komponen format diagnosa keperawatan
komunitas:
a. Risk of, masalah keperawatan spesifik atau risiko masalah kesehatan di
komunitas
b. Among, komunitas atau klien spesifik yang akan diintervensi oleh perawat
komunitas
c. Related to, yaitu gambaran karakteristik komunitas, meliputi motivasi,
pengetahuan, keterampilan, serta factor lingkungan. karakteristik lingkungan
meliputi budaya, fisik, psikososial, dan politik.
Jenis diagnosa keperawatan:
a. Sehat/wellness/ potensial
Komunitas mempunyai potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif
atau paparan masalah kesehatan.
b. Ancaman/risiko
20
Belum terdapat pemaparan masalah kesehatan, namun sudah ditemukan
beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya masalah atau
gangguan.
c. Nyata/aktual
Gangguan atau masalah kesehatan sudah timbul didukung dengan beberapa
data maladaptif.
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan komponen kunci dalam praktik keperawatan
komunitas, dimana dalam perencanaan terdapat suatu hubungan vital antara
pengkajian dan diagnosa keperawatan disatu sisi serta intervensi dan evaluasi disisi
lain (Ervin, 2002). Tiga tahap kegiatan dalam proses perencanaan:
a. Menentukan prioritas masalah atau diagnosa keperawatan komunitas
Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), terdapat enam kriteria dalam
menentukan prioritas masalah keperawatan, masing-masing kriteria diberi skor 1 -
10. Kriteria tersebut adalah:
1) Kesadaran komunitas terhadap masalah
2) Motivasi komunitas dalam menyelesaikan masalah atau mengelola masalah
dengan baik
3) Kemampuan perawat untuk mempengaruhi atau memberikan solusi
penyelesaian masalah
4) Tersedianya keahlian untuk menyelesaikan masalah kesehatan.
5) Keparahan atau keseriusan masalah yang dihasilkan jika tidak diselesaikan
6) Kecepatan masalah dapat diselesaikan
b. Menetapkan tujuan dan kriteria evaluasi
Tujuan dalam tindakan keperawatan terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum/jangka panjang merupakan tujuan akhir yang akan
dicapai setelah tindakan keperawatan komunitas diselesaikan, dimana mengacu
pada penyesaian masalah (problem). Tujuan khusus/jangka pendek merupakan
tujuan tindakan keperawatan yang mengacu pada penyelesaian etiologi.
Kriteria evaluasi adalah acuan atau kriteria dari tingkat pencapaian
tujuan/hasil yang diharapkan. Kriteria merupakan respon masyarakat yang
diharapkan sebagai acuan tercapainya suatu tujuan (kognitif, afektif,
psikomotor). Untuk mencapai kriteria yang diinginkan kegiatan yang
ditetapkan harus memiliki standar. Standar adalah target minimal tingkat
21
pencapaian tujuan, sebagai penentu tingkat keberhasilan intervensi yang
dilakukan.
c. Menetapkan intervensi atau perencanaan keperawatan komunitas
Intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan dan
direncanakan untuk memperkuat garis pertahanan. Pencegahan primer
digunakan untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder
untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk
memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson & McFarlane, 2000). Strategi
intervensi keperawatan komunitas adalah pendidikan kesehatan, proses
kelompok, kemitraan (lintas program dan lintas sektoral), dan pemberdayaan
masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2000).
Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam bentuk kerjasama
(partnership) adalah suatu bentuk kerja sama secara aktif antara perawat
komunitas, masyarakat, maupun lintas program dan sektor terkait mengambil
suatu keputusan dalam upaya penyelesaian masalah yang ditemukan di
masyarakat. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah melalui kegiatan
kolaborasi dan negosiasi. Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam
bentuk proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas
yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan
kelompok atau support social yang lainnya sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi yang ada di komunitas. Pembentukan kelompok di masyarakat
menggambarkan adanya minat dan kebutuhan baik secara kelompok maupun
individu serta menunjukkan adanya hubungan antara klien dengan sistem sosial
di masyarakat. Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam bentuk
pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif
dan preventif dengan cara melakukan penyebaran informasi dan peningkatan
motivasi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat (Stanhope & Lancaster,
2000). Strategi intervensi lainnya dalam keperawatan komunitas adalah
kegiatan pemberdayaan masyarakat (empowerment), yaitu suatu kegiatan
keperawatan komunitas melalui pelibatan masyarakat secara aktif dalam rangka
penyelesaian masalah yang ditemukan di masyarakat. Masyarakat bukanlah
22
sebagai objek melainkan sebagai subjek dalam rangka menyelesaikan suatu
masalah tertentu.
4. Implementasi
Implementasi merupakan bentuk tindakan keperawatan yang dilakukan
berdasarkan intervensi atau rencana yang telah disusun sebelumnya. Dalam
mengimplementasi, seorang perawat sebagai agen perubah harus memperlihatkan
kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun tulisan, mempunyai gaya
kepemimpinan yang visioner, dan keterampilan mengelola konflik. Implementasi
dapat berhasil dengan baik apabila ada keterlibatan dari tokoh masyarakat dan
dukungan dari media (Ervin, 2002).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu pengukuran terhadap keberhasilan asuhan
keperawatan yang diberikan. Evaluasi dapat juga berupa umpan balik dari
komunitas terhadap intervensi keperawatan komunitas (Anderson&Mc.Farlane,
2000). Menurut Ervin (2002), evaluasi merupakan kumpulan informasi yang
sistematik mengenai aktifitas, karakteristik, dan hasil akhir dari suatu program.
Evaluasi di klasifikasikan menjadi dua macam yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi
formatif. Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di
tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses, sedangkan Evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan program dilaksanakan.
Adapun kemungkinan hasil evaluasi yaitu:
- Tujuan tercapai jika masyarakat mengikuti semua intervensi yang telah
diberikan
- Tujuan tercapai sebagian jika masyarakat melakukan sebagian dari intervensi
yang diberikan.
- Tujuan tidak tercapai jika masyarakat tidak melakukan intervensi yang telah
diberikan.
C. Konsep RW Siaga
1. Pengertian
RW siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya,
kemampuan dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan Kegawat daruratan / kejadian luar biasa (KLB) secara
mandiri (Sudinkes, 2010)
23
RW SIAGA merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat
seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa dengan memanfaatkan berbagai sumber daya dan potensi
setempat secara gotong royong. RW SIAGA terbentuk berdasarkan Permenkes
No.564/2006.
2. Indikator RW Siaga
a. Memiliki forum komunikasi masyarakat RW, jika terdapat minimal
fasilitator masyarakat kelurahan, susunan pengurus RW siaga.
b. Memiliki fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan sistem rujukan, jika
terdapat fasilitas kesehatan dasar, misalnya Pustu, Polindes atau rumah
bersalin.
c. Memiliki UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang
dikembangkan, jika terdapat 1 posyandu per RW.
d. Memiliki system pengamatan penyakit dan faktor risiko berbasis
masyarakat, jika terdapat kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan di
tingkat masyarakat yang mencakup minimal 80% kegiatan, dilaporkan
secara lengkap, tepat waktu (dengan periode 24 jam atau rutin tiap bulan).
Adanya data pemantauan wilayah setempat yang berisiko.
e. Memiliki penanggulangan kegawat daruratan dan bencana berbasis
masyarakat, jika minimal terdapat stimulasi atau gladi bencana, minimal 1
kali setahun di daerah tidak rawan dan 2 kali setahun di daerah rawan
bencana.
f. Adanya upaya mewujudkan lingkungan sehat, jika terdapat gerakan
masyarakat untuk meningkatkan/memelihara kualitas lingkungan yang
dilaksanakan secara rutin, minimal 1 kali seminggu di setiap RT.
g. Adanya upaya mewujudkan PHBS (Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat), jika
minimal terdapat pendataan dan visualisasi data PHBS rumah tangga
minimal 1 kali setahun, kegiatan promosi PHBS minimal 1 kali sebulan,
kegiatan tindak lanjut dari hasil pendataan dan promosi PHBS.
h. Adanya upaya mewujudkan kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) dan terbentuknya
keluarga sadar gizi, jika minimal terdapat pendataan dan visualisasi data
kadarzi minimal 1 kali setahun, kegiatan promosi kadarzi minimal 1 kali
24
sebulan, dan kegiatan tindak lanjut dari hasil pendataan dan promosi
kesehatan.
3. Struktur organisasi/ kepengurusan RW SIAGA
Struktur organisasi/ kepengurusan RW SIAGA terdiri dari:
1. Pembina
a. Memberikan pembinaan secara berkala terhadap kegiatan RW SIAGA.
b. Memberikan bimbingan terhadap anggota RW SIAGA.
c. Mengevaluasi program dan pelaksanaan kegiatan RW siaga
2. Ketua
a. Mengkordinasikan kegiatan RW SIAGA
b. Memimpin kegiatan pertemuan RW SIAGA.
c. Membagi tugas kegiatan RW SIAGA pada anggota setiap unit.
d. Membantu anggota RW SIAGA untuk melakukan kegiatan pengawasan.
e. Membantu pengawasan pelaksanaan kegiatan RW SIAGA.
f. Mengevaluasi kegiatan RW SIAGA.
3. Petugas kesehatan
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
4. Sekretaris
a. Mencatat seluruh kegiatan RW SIAGA
b. Melaporkan kegiatan hasil kepada seluruh anggota RW SIAGA.
c. Menginformasikan kepada tiap anggota pada setiap pertemuan.
d. Pengurusan surat –menyurat dan pengarsipan.
5. Bendahara
a. Bertanggunga jawab terhadap pengeluaran dan pemasukan dana.
b. Menghimpun semua dana yang masuk.
c. Mencatat pemasukan dan pengeluaran dana RW SIAGA.
d. Melaporkan keuangan kepada ketua dan seluruh anggota RW SIAGA.
6. Anggota
a. Melaksanakan kegiatan RW SIAGA sesuai dengan unitnya.
b. Melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan unit- unit RW SIAGA kepada
keoordinator tiap unit.
c. Bekerjasama dengan anggota yang lain dalam kegiatan RW SIAGA.
25
Pemilihan perangkat/ pengurus RW Siaga ini beranggotakan wakil dari
masing-masing RT.
4. POKJA(Kelompok Kerja) RW SIAGA
1. Pokja Kadarzi (KIA dan LANSIA)
a. Mengidentifikasi dan memantau kondisi gizi balita (penimbangan, PMT,
penyuluhan, pemberian vitamin A, dan lain-lain).
b. Mengindetifikasi status gizi balita (BGM, gizi kurang, gizi buruk)
melalui pemantauan Kartu Menuju Sehat (KMS)
c. Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan balita
d. Mengindentifikasi dan memantau kadarzi (contoh memantau keluarga
dengan balita yang kurang gizi)
e. Membantu pemanfaatan perkarangan untuk meningkatkan gizi keluarga
[misalnya: penanaman tanaman obat keluarga (TOGA)]
f. Mengidentifikasi dan memantau gizi ibu hamil
g. Mengidentifikasi dan memantau gizi lansia
2. Pokja PHBS (KIA, LANSIA, REMAJA)
a. Melakukan kegiatan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
yang dikembangkan seperti
1) Posyandu balita, misalnya melalui penyuluhan tentang tumbuh
kembang balita.
2) Posyandu lansia, misalnya melakukan pendidikan kesehatan tentang
penyakit pada lansia ataupun kondisi-kondisi yang dapat membuat
lansia cedera.
3) TOGA, melalui penanaman tanaman obat yang bermanfaat bagi
kesehatan.
4) Pos UKK, melalui identifikasi masalah kesehatan pekerjaan yang
dominan di wilayah RW
3. Pokja Lingkungan
a. Melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan
b. Membantu pengelolaan sampah, air bersih.
c. Membantu pengelolaan kebersihan lingkungan (gotong royong,
pemantauan jentik)
26
4. Pokja Surveilance
a. Mengamati perkembangan penyakit yang berpotensi wabah di
masayarakat seperti DBD, malaria, diare, campak, ISPA, keracunan,
HIV/AIDS (NAPZA).
b. Menggalakan imunisasi di posyandu dan anak sekolah
5. Pokja Kegawatdaruratan
a. Menyelenggarakan tindakan tanggap bencana alam (banjir, longsor),
bencana karena kelalaian manusia (kebakaran, keracunan), bencana
karena penyakit (penyakit yang berpotensi wabah). Seperti pemberian
pertolongan pertama pada korban banjir.
b. Menyelenggarakan pertolongan pertama pada hal-hal yang dapat
menyebabkan kematian.
5. Indikator keberhasilan pengembangan RW SIAGA
1. Indikator masukan (Input)
Ada/ tidaknya forum masyarakat desa
Ada/ tidaknya Posyandu dan sarananya
Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)
Ada/ tidaknya UKBM lain
2. Indikator proses (Process)
Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa
Berfungsi/ tidaknya Posyandu
Berfungsi/ tidaknya UKBM yang ada
Berfungsi/ tidaknya sistem kesiapsiagaan & penaggulangan
kegawatdaruratan & bencana
Berfungsi/ tidaknya sistem surveilance (pengamatan & pelaporan)
Ada/ tidaknya kunjungan rumah untuk KADARZI & PHBS (oleh
NAKES dan/ atau kader)
3. Indikator keluaran (Output)
Cakupan yankes Posyandu
Cakupan pelayanan UKBM yang ada
Jumlah kasus kegawatdaruratan & kejadian luar biasa (KLB) yang
dilaporkan/ diatasi
Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk
KADARZI & PHBS
27
4. Indikator dampak (Outcome)
Jumlah yang menderita sakit (kesakitan kasar)
Jumlah yang menderita gangguan jiwa
Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
Jumlah bayi & balita yang meninggal dunia
Jumlah balita dengan gizi buruk.
28
BAB III
Aplikasi Asuhan Keperawatan Komunitas di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru
Asuhan keperawatan komunitas adalah keperawatan profesonal yang bekerja sama
dengan individu, keluarga,kelompok, komunitas, populasi, sistem dan atau kelompok
sosial melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Asuhan keperawatan komunitas terdiri
dari bebereapa tahapan diantaranya pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
penyusunan rencana intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi kegiatan. Praktik
asuhan keperawatan komunitas di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan
Pekanbaru dilaksanakan selama 2 minggu dimulai dari tanggal 4 November 2013 sampai
dengan 16 November 2013.
Praktik asuhan keperawatan ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan. Tahap
pertama yaitu tahap persiapan atau pengkajian mencakup penyusunan intrumen (alat
pengumpul data kesehatan masyarakat). Kegiatan lainnya yaitu melakukan winshield
survey serta sosialisasi kepada masyarakat RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat. Tahapan
kedua yaitu merumuskan diagnosa keperawatan komunitas, dilanjutkan dengan
penyusunan intervensi keperawatan lalu pelaksanaan implementasi dan terakhir adalah
evaluasi keperawatan.
Pelaksanaan praktik asuhan keperawatan komunitas di RW 10 Kelurahan Sidomulyo
Barat Kecamatan Tampan Pekanbaru, selengkapnya akan diuraikan sebagai berikut :
A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas diantaranya yaitu
penetapan lahan praktik, survey lokasi lahan praktik dan penyusunan instrumen (alat
pengumpulan data kesehatan masyarakat) yang mengacu pada pengkajian komunitas.
Penentuan lahan praktik telah ditetapkan di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat
Kecamatan Tampan Pekanbaru.
Pembuatan instrument dan POA dimulai pada hari senin tanggal 28 Oktober 2013
setelah penetepan lahan praktik. Selanjutnya kelompok melewati berbagai tahapan
persiapan yang didampingi oleh pembimbing praktik komunitas di kampus selama 3 hari.
Setelah itu tepat pada tanggal 4 November 2013 kelompok sudah turun langsung ke RW
29
10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Pekanbaru untuk orientasi wilayah
dan sosialisasi dengan masyarakat, tujuan kegiatan sosialisasi ini adalah untuk
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pelaksanaan praktik keperawatan komunitas.
Pada tahapan sosialisasi ini kelompok juga melakukan wawancara dengan ketua RT serta
para kader di wilayah RW 10 sekaligus melakukan winshield survey untuk mendapatkan
gambaran kesehatan masyarakat RW 10 secara umum.
B. Tahap Pengkajian (Pengumpulan Data Kesehatan Masyarakat)
Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan beberapa teknik yaitu wawancara
menggunakan pertanyaan terbuka kepada masing-masing ketua RT dan beberapa
warga. Wawancara terstruktur juga dilakukan kepada ketua RW siaga, beberapa kader
yang ada di RW 10, dan ketua RT 02, 03, 04, 05, 06, 10, dan 11 .
Teknik selanjutnya yaitu melakukan winshield survey di sekitar RW 10 dan
melakukan observasi ke beberapa rumah yang menjadi sampel untuk mengetahui
kondisi lingkungan warga dan menemukan masalah kesehatan yang muncul. Melalui
hasil pengumpulan data masyarakat di RW10 Kelurahan Sidomulyo Barat Pekanbaru,
didapatkan data-data sebagai berikut :
1. Hasil windshield survey
a. Hasil windshield survey yang telah dilakukan di RW.10 Kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan diperoleh hasil bahwa sebagian besar
kondisi jalan belum diaspal sehingga jalanan berdebu apalagi saat siang hari.
b. Kualitas udara pada RW 10 sebagian besar terasa segar karena RW 10
merupakan kawasan perkebunan, hanya di beberapa area yang
terlihatdebuberterbangan (dipengaruhiolehkondisijalan yang
masihbelumberaspal) danbeberapasumberasapakibatpembakaransampah.
a. Pekarangan di halaman rumahwargamemilikilingkungan yang asri.
b. Terdapatbanyak sampah di parit-parit sekitar jalan RW 10
c. Terlihatsemakbelukar yang tumbuh liar di sekitarjalandantanah-tanahkosong
2. HasilObservasi
a. Terlihatjugabanyaknyamukberterbanganbaik di pagihari, siangmaupun sore
hari.
b. Masih ada beberapa rumah yang membakar sampah di halaman rumahnya.
30
3. Hasil wawancara
Dari hasil wawancara kelompok kepada beberapa warga, mereka mengaku
bahwa pengangkutan sampah tidak berjalan sesuai jadwal, kegiatan gotong
royong juga sudah lama tidak dilakukan di wilayah ini. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang sama oleh ketua kader RW SIAGA.
Berdasarkan data Laporan Praktik Profesi Mahasiswa di Kelurahan Sidomulyo
Barat Kecamatan Tampan (2013) didapatkan bahwa pada bulan April 2013
terdapat 55 orang dari 107 bayi dan balita yang menderita ISPA
C. Analisa Data
Data Diagnosa keperawatan
1. Hasil windshield survey
a. Sebagian besar kondisi jalan belum
diaspal sehingga jalanan berdebu
apalagi saat siang hari.
b. Kualitas udara pada RW 10
sebagian besar terasa segar karena
RW 10 merupakan kawasan
perkebunan, hanya di beberapa area
yang terlihat debu berterbangan
(dipengaruhi oleh kondisi jalan yang
masih belum beraspal) dan beberapa
sumber asap akibat pembakaran
sampah.
c. Terdapat banyak sampah di parit-
parit sekitar jalan RW 10 dan masih
ada beberapa rumah yang membakar
sampah di halaman rumahnya.
d. Terlihat semak belukar yang tumbuh
Resiko meningkatnya angka
kejadian penyakit menular akibat
lingkungan yang tidak sehat : ISPA di
RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat
Kecamatan Tampan berhubungan dengan
kurangnya motivasi masyarakat dalam
menciptakan lingkungan sehat.
31
liar di sekitar jalan dan tanah-tanah
kosong
2. Hasil Observasi
a. Terlihat banyak nyamuk
beterbangan baik di pagi, siang
maupun sore hari.
b. Masih ada beberapa rumah yang
membakar sampah di halaman
rumahnya.
c. Terdapat tumpukan sampah di
lingkungan RW 10 khususnya pada
parit-parit
3. Hasil wawancara
‐ terhadap seluruh ketua RT
didapatkan:
a. RT 10 memiliki sistem
pengangkutan sampah walaupun
tidak berjalan rutin sesuai jadwal,
namun pada RT lainnya tidak.
b. Kegiatan gotong royong di RW 10
terakhir dilakukan pada bulan .
- terhadap ketua kader RW Siaga:
4. Data Sekunder
Terdapat 55 dari 107 bayi dan
balita yang menderita ISPA di RW 10
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai analisis masing-masing tahapan yang telah dilakukan
pada Praktik Keperawatan Komunitas di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan
Tampan. Analisa yang akan ditampilkan mencakup kelebihan dan kekurangan serta faktor-
faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka
implementasi komunitas.
A. Tahap Persiapan
Praktik keperawatan komunitas bertujuan membantu pelayanan kesehatan di
komunitas untuk mendirikan masyarakat menyelesaikan masalah kesehatannya dengan
menekankan pada pelayanan kesehatan utama melalui strategi promosi kesehatan,
proses kelompok, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan pada kelompok masyarakat
sehat maupun sakit.
Tahap persiapan yang dilalui mahasiswa meliputi pendekatan kepada Ketua RW10
Kelurahan sidomulyo barat, Ketua RW siaga dan para Ketua RT yang berada diwilayah
RW 10. Setelah melakukan pendekatan akhirnya mahasiswa memperoleh tempat untuk
berkumpul selama jadwal praktik secara percuma. Selain melakukan pendekatan
dengan pemuka masyarakat, mahasiswa juga membuat instrument pengkajian berupa
lembar windshield survey, dan lembar wawancara yang ditujukan kepada Ketua RW,
Ketua RW siaga, Ketua RT, dan Kader posyandu.
Seluruh kegiatan dapat dilaksanakan oleh mahasiswa karena adanya beberapa
faktor pendukung yaitu:
1. Kemampuan mahasiswa dalam melakukan pendekatan kepada para pemuka
masyarakat membuat terjalinnya komunikasi yang baik antara mahasiswa dan
para pemuka masyarakat.
2. Peran yang aktif dan terbuka dari Ketua RT dalam menyambut mahasiswa serta
mendiskusikan ketercapaian keterlaksanaan program.
3. Lokasi tempat berkumpul mahasiswa berada ditengah-tengah pemukiman
masyarakat.
Namun di samping itu mahasiswa juga menemukan beberapa kendala, di
antaranya:
33
1. Masih adanya beberapa warga yang belum termotivasi untuk mengikuti kegiatan.
2. Keterbatasan waktu masyarakat sehingga tidak dapat berpartisipasi dalam
kegiatan yang direncanakan.
B. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulam data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis, shingga maslah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat, baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosiologis, ekonomi maupaun spiritual dapat
ditentukan. Pengkajian mengacu pada pengumpulan data kesehtan masyarakat,
emmantau status kesehatan masyarakat, kebutuhan akan kesehatan masalah kesehatan
yang terjaddi, cara memperoleh informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
ada di masyarakat (Hitchcock, Schubert & Thomas,2003).
Dalam melakukan pengkajian terdapat beberapa bagian yaitu lima kegiatan mulai
dari pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, perumusan atau penentuan
masalahkesehatan masyarakat dan prioritas masalah. Selain itu juga berdasarkan oleh
model keperawatan.
Dalam keperawatan komunitas terdapat beberapa model keperawatan diantaranya
teori lingkungan oleh nightingake, self-care model oleh orem, adaptation model dri
roy, health care system model oleh betty neumandan community as client or
partnership model oleh McFarlen (mendfora,2010)
Hasil pengkajian di wilayah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan
Tampan didapatkan dengan menggunakan beberapa metode di antaranya dengan
menggunakan data sekunder, winshield survey (community on foot), dan wawancara.
Metode-metode ini dilaksanakan mahasiswa karena mengingat waktu yang tersedia
tidak banyak sehingga mahasiswa tidak melakukan penyebaran angket.
Data sekunder yang digunakan selama tahap pengkajian mencakup jumlah RT
yang ada di wilayah RW 10, Winshield survey dilakukan pada tanggal 04-05
November 2013 dengan mengelilingi dan mengobservasi wilayah target pengkajian.
Metode wawancara ditujukan pada beberapa orang key person di antaranya para
Ketua RT yang ada di RW 10, dan ketua kader RW SIAGA Kepala tanggal 04-05
November 2013.
Dari hasil wawancara kelompok kepada beberapa warga, mereka mengaku bahwa
pengangkutan sampah tidak berjalan sesuai jadwal, kegiatan gotong royong juga sudah
34
lama tidak dilakukan di wilayah ini. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh
ketua kader RW SIAGA. sementara hasil winshield survey yang dilakukan saat ini di
lingkungan RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, diperoleh hasil bahwa
sebagian besar kondisi jalan belum diaspal sehingga jalanan berdebu apalagi saat siang
hari, tumpukan sampah juga terlihat di sekitar rumah warga.
Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan kader dan beberapa warga diperoleh
bahwa masih ada beberapa ibu yang kurang memahami cara penatalaksanaan demam dan
cara perawatan yang tepat bagi anak balitanya di rumah saat mengalami demam 7 dari 10
ibu mengatakan jika anaknya demam akan langsung dibawa ke rumah bidan ataupun
puskesmas. Tanpa ada perawatan pertama dirumah. Oleh karena itu, diperlukan informasi
yang dibutuhkan oleh ibu terkait penatalaksanaan demam dan cara perawatan yang tepat di
rumah sebelum anak di bawa ke puskesmas.
Berdasarkan hasil pengkajian juga ditemukan adanya tempat usaha pribadi yang
terdapat di wilayah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat. Salah satu usahanya adalah usaha
pengetaman kayu. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa usaha
pengetaman ini berisiko untuk terjadi low back pain. Selain itu juga para pekerja di
pengetaman kayu tersebut tidak menggunakan alat perlindungan diri. Kondisi lingkungan
kerja di lokasi pengetaman kayu yang langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan
lembab dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pernapasan dan kulit,
posisi para pekerja saat bekerja juga rentan untuk terjadinya cedera. Berdaasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa tidak semua pekerja menggunakan alat
pelindung diri ketika bekerja dan posisi yang digunakan ketika bekerja juga sangat
berisiko tinggi untuk terjadinya nyeri pinggang atau low back pain.
Hasil wawancara dengan pekerja pengetaman pada tanggal 12 November 2013
didapatkan bahwa beberapa pekerja pernah mengalami gangguan pada kulit yang
diakibatkan oleh jenis kayu tertentu dan tidak jarang pula para pekerja yang mengalami
gangguan pada sistem pernafasan yang dikarenakan tidak adanya alat pelindung diri yang
digunakan ketika bekerja. Beberapa para pekerja pengetaman juga tidak sedikit yang
mengeluh pernah mengalami nyeri pinggang.
Kegiatan pengkajian dapat diselesaikan oleh mahasiswa karena beberapa
faktor pendukung, di antaranya:
1. Kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan maksud dan tujuan
dilakukannya pendataan (pengkajian) kepada masyarakat.
35
2. Dukungan dari Ketua-ketua RT serta Ketua RW SIAGA dalam bentuk
memberikan keterangan saat mahasiswa melakukan wawancara.
3. Adanya instrument pengkajian yang telah diususun oleh mahasiswa dan
dikonsultasikan dengan pembimbing.
Selama pelaksanaan kegiatan pengkajian mahasiswa juga menemukan
beberapa kendala, di antaranya:
1. Luasnya wilayah RW 10 membuat mahasiswa cukup kesulitan dalam
mengkumpulkan data karena mahasiswa kurang mengetahui wilayah RW 10.
2. Kurangnya peran serta dari kader RW SIAGA yang lainnya.
3. Sulitnya bertemu dengan Ketua RW yang membuat koordinasi kegiataan lebih
dominan kepada para Ketua RT dan Ketua RW SIAGA
C. Tahap Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap respon individu,
keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan actual atau
potensial (NANDA dalam Potter dan Perry, 2005). Diagnosa keperawatan komunitas
terdiri dari tiga bagian, yaitu gambaran masalah yang merupakan respon atau kondisi
masyarakat, faktor penyebab yang berhubungan dengan masalah, serta tanda dan gejala
yang mendukung (Anderson & Mc Farlane, 2000). Stanhope dan Lancaster (2004)
menjelaskan terdapat tiga komponen format diagnosa keperawatan komunitas yang
bersifat risiko, aktual dan potensial.
Diagnosa aktual adalah diagnosa keperawatan yang masalahnya benar-
benar terjadi. Diagnosa risiko adalah diagnosa keperawatan yang masalahnya belum
terjadi tetapi setelah ditemukan data-data yang mendukung untuk timbulnya masalah,
sedangkan diagnosa potensial adalah diagnosa keperawatan yang mengacu kepada
peningkatan derajat kesehatan. Dalam hal ini mahasiswa menemukan masalah tetapi
masalah tersebut belum terjadi saat ini sehingga didapatkan diagnosa yaitu resiko yang
didukung oleh beberapa data yang mendukung diantaranya dari hasil survey pengkajian
yang dilakukan pada bulan April 2013 terdapat 55 dari 107 bayi dan balita yang
menderita ISPA. Tingginya anagka kejadian ISPA disebabkan oleh faktor internal yaitu
system imun yang dimiliki balita dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan
yang tidak sehat yang dapat mempengaruhi dan melemahkan system imunitas balita
karena proses masuknya virus, bakteri atau kuman-kuman penyakit tersebut dimulai
36
dari system pernapasan sehingga penyakit system pernapasan lebih banyak. Dari hasil
wawancara kelompok kepada beberapa warga, mereka mengaku bahwa pengangkutan
sampah tidak berjalan sesuai jadwal, kegiatan gotong royong juga sudah lama tidak
dilakukan di wilayah ini. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh ketua
kader RW SIAGA. sementara hasil winshield survey yang dilakukan saat ini di
lingkungan RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, diperoleh hasil
bahwa sebagian besar kondisi jalan belum diaspal sehingga jalanan berdebu apalagi saat
musim kemarau.
Pada kegiatan tambahan dalam usaha kesehatan kerja di RW 10 Kelurahan
Sidumulyo Barat Kecamatan Tampan khusunya usaha pengetaman kayu juga
didapatkan Hasil observasi kondisi lingkungan kerja di lokasi pengetaman kayu yang
langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan lembab dapat menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan pada pernapasan dan kulit, posisi para pekerja saat bekerja juga
rentan untuk terjadinya cedera. Pekerja pada umunyatidak menggunakan alat pelindung
diri ketika bekerja dan posisi yang digunakan ketika bekerja juga sangat berisiko tinggi
untuk terjadinya nyeri pinggang atau low back pain.
Dari masalah yang ditemukan tersebut diagnosa keperawatan yang dilakukan
intervensi yaitu diagnosa:
1. Resiko meningkatnya angka kejadian penyakit menular akibat lingkungan
yang tidak sehat : ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan
Tampan berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam
menciptakan lingkungan sehat.
2. Resiko terjadinya nyeri pinggang atau low back pain pada pekerja
pengataman kayu Puja Indah RW 10 kelurahan sidomulyo Barat kecamatan
Tampan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3. Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan
Sidumulyo Barat Kecamatan Tampan berhuungan dengan kurangnya
informasi khusunya ibu- ibu memiliki balira dalam mengatasi demam.
D. Tahap Intervensi Keperawatan
Setelah ditemukan diagnose keperawatan komunitas pada masyarakat di wilayah
RW.10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, maka langkah berikutnya yang
dilakukan mahasiswa adalah merumuskan perencanaan atau Planning of Action (POA)
untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas tersebut.
37
Menurut Mc. Farley & Anderson (2002), strategi intervensi terdiri dari promosi
kesehatan, pelayanan kesehatan, kegiatan kelompok dan pemberdayaan masyarakat.
Pelaksanaan rencana kegiatan difokuskan pada kegiatan promosi kesehatan, pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatof. Penyusunan rencana ini sesuai
dengan model keperawatan komunitas yang digunakan dengan pendekatan intervensi
primer, sekunder dan rehrehabilitative.
Factor pendukung dalam pelaksanaan intervensi keperawatan komunitas adalah
masyarakat menyadari bahwa masalah kesehatan yang ditemukan serta dirumuskan oleh
mahasiswa adalah hal yang nyata dirasakan oleh masyarakat. Factor penghambat yang
ditemukan mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan adalah sulitnya
mengumpulkan masyarakat karena kesibukan masyarakat dalam bekerja.
Adapun rencana intervensi keperawatan komunitas pada masing-masing diagnose
yang diangkat adalah sebagai berikut:
1. Resiko meningkatnya angka kejadian penyakit menular akibat lingkungan yang
tidak sehat : ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan
berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam menciptakan
lingkungan sehat.
2. Resiko terjadinya nyeri pinggang atau low back pain pada pekerja pengataman
kayu Puja Indah RW 10 kelurahan sidomulyo Barat kecamatan Tampan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
3. Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan Sidumulyo
Barat Kecamatan Tampan berhuungan dengan kurangnya informasi khusunya ibu-
ibu memiliki balira dalam mengatasi demam.
Intervensi keperawatan komunitas:
1. Dx: Resiko meningkatnya angka kejadian penyakit menular akibat lingkungan
yang tidak sehat : ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan
berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam menciptakan
lingkungan sehat.
a. Penyuluhan kesehatan tentang: konsep kesehatan lingkungan.dan penyakit
ISPA; pencegahan dan perawatannya.
38
b. Penyebaran media informasi (Leaflet, Poster) tentang konsep lingkungan sehat
dan pentingnya tindakan preventif terhadap penyakit ISPA.
2. Dx: Resiko terjadinya nyeri pinggang atau low back pain pada pekerja pengataman
kayu Puja Indah RW 10 kelurahan sidomulyo Barat kecamatan Tampan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
a. Penyuluhan kesehatan tentang upaya keselamatan kerja keluarga dalam
mencegah terjadinya Low Back Pain (LBP): pengertian, penyebab, pencegahan
dan perawatan LBP, serta Alat Pelindung Diri (APD) yang dapat digunakan
dalam lingkungan kerja.
b. Penyebaran media informasi, berupa Leaflet tentang LBP dan APD yang wajib
digunakan dalam lingkungan kerja.
3. Dx: Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan Sidumulyo
Barat Kecamatan Tampan berhuungan dengan kurangnya informasi khusunya ibu-
ibu memiliki balira dalam mengatasi demam.
a. Penyuluhan mengenai tata laksana penanganan demam yang dapat dilakukan
di rumah, yaitu kompres hangat dan obat tradisional: bawang merah dan
minyak makan.
b. Penyebaran media informasi, berupa Leaflet tentang konsep lingkungan sehat
dan pentingnya tindakan preventif terhadap penyakit demam dan penanganan
demam dengan kompres hangat dan obat tradisional
Mahasiswa dapat menetapkan rencana intervensi yang telah dipaparkan di atas
karena adanya beberapa factor pendukung, diantaranya:
a. Wawasan mahasiswa dalam menyusun rencana keperawatan dan POA
sehingga kegiatan yang direncanakan lebih terjadwal.
b. Terbinanya kerja sama yang baik antara mahasiswa dan pengurus RT setempat
serta masyarakat RW.18 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan
c. Adanya kesediaan dari salah satu warga untuk menberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk melakukan penyuluhan dalam acara wirid se-RT.
Selama menyusun rencana intervensi mahasiswa juga menemukan beberapa
kendala, diantaranya:
39
1. Lokasi penyuluhan yang tidak dapat dipastikan sesegera mungkin. Pada rencana
awal, penyuluhan akan dilakukan di lapangan Asabri pada hari Minggu. Namun,
pada akhirnya mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan penyuluhan dalam
acara wirid di salah satu rumah warga pada hari Jumat.
2. Persiapan yang terburu-buru karna acara wirid dilangsungkan lebih cepat dari hari
yang direncanakan di awal, yaitu hari Minggu
E. Tahap Implementasi
Setelah disusun perencanaan (POA) yang telah disepakati bersama
masyarakat, maka akan dilakukan pelaksanaan dari rencana tersebut. Pelaksanaan
kegiatan dilaksanakan dengan partisipasi masyarakat. Menurut teori Mc. Farly dan
Anderson (2002), dijelaskan bahwa dalam melakukan suatu tindakan perlu adanya
perumusan strategi untuk kegiatan sertaa bagaimana agar tindakan yang dilakukan
mencapai suatu tujuan. Strategi yang digunakan yaitu promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan.
Berikut pembahasan kegiatan implementasi yang telah dilakukan di
RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan yang disusun berdasarkan
diganosa prioritas:
a. Implementasi untuk diagnosa resiko meningkatnya angka penyakit akibat
lingkungan yang tidak sehat: ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat
Kecematan Tampan berhubungan dengan kurangnya motivasi masayarakat
dalam menciptakan lingkungan yang sehat :
Penyuluhan dan penyebaran leaflet tentang kesehatan lingkungan
dan penyakit-penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (ISPA)
Penyuluhan kesehatan tentang ISPA dilaksanakan pada hari
jum’at tanggal 08 November 2013 di rumah warga RW 10 tepatnya di RT
06 pada pukul 14.30 - 15.30 WIB dengan menggunakan strategi
pendidikan kesehatan. Peserta yang hadir sebanyak 24 orang ibu dan 10
orang anak.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk
mengajarkan perawatan sederhana pada penderita penyakit Infeksi Saluran
pernapasan Akut (ISPA) di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat
Kecamatan Tampan. Berdasarkan hasil winshield survey yang dilakukan di
lingkungan RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan,
diperoleh hasil bahwa sebagian besar kondisi jalan belum diaspal sehingga
40
jalanan berdebu apalagi saat siang hari, tumpukan sampah juga terlihat di
sekitar rumah warga, sehingga menjadi salah satu faktor resiko terjadinya
ISPA di wilayah RW 10.
Faktor Pendukung
Penerimaan yang sangat baik serta kesempatan yang
diberikan tuan rumah membuat kegiatan ini tetap bisa terlaksana sesuai
dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.
Faktor Penghambat
Beberapa faktor penghambat yang ditemukan dalam kegiatan ini
adalah:
- Waktu kegiatan dilaksanakan terlambat dari waktu yang ditentukan
karena dalam perjalanan menuju tempat penyuluhan terjadi beberapa
masalah akibat kondisi jalan yang kurang baik dan licin.
- Layar dan infokus tidak dapat digunakan sehingga penyampaian materi
hanya lisan dari presentator.
- Keterbatasan ruangan juga membuat fasilitator tidak dapat berbaur
dengan masyarakat. Namun fasilitator tetap mencoba menempatkan
posisi di tengah-tengah peserta dan berusaha membina interaksi.
- Ibu-ibu sebagai peserta penyuluhan kesehatan kurang kooperatif, kurang
antusias memberikan feedback kepada setiap interaksi yang diberikan
presentator. Hal ini mungkin terjadi karena keterlambatan mahasiswa
dan keinginan ibu-ibu yang tidak ingin mengulur waktu.
Rencana Tindak Lanjut
Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di praktexkkan
ketika ada anggota keluaga yang menderita ISPA oleh warga, khususnya
peserta penyuluhan. Serta pemberian informasi kesehatan secara berkala
tentang penyakit ISPA oleh pihak puskesmas maupun kader RW Siaga.
b. Kegiatan diluar diagnosa prioritas
a) Resiko terjadinya nyeri pinggang atau Low Back Pain pada pekerja
pengetaman kayu Puja Indah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat
Kecamatan Tampan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Kegiatan Usaha Kesehatan Kerja (UKK) : Memberikan
penyuluhan dan penyebaran leaflet tentang masalah kesehatan
41
yang dapat terjadi akibat kerja serta Alat Pelindung Diri yang
harus digunakan khususnya Low back Pain.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari kamis, 15 November
2013 pukul 15.10 WIB s/d 16.00 WIB di Pengetaman Kayu“Puja
Indah” RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan.
dengan menggunakan strategi pendidikan kesehatan. Peserta yang hadir
sebanyak 7 orang karyawan.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan
tentang masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat kerja, sehingga
diharapkan karyawan pengetaman kayu Puja Indah di RW 10
Kelurahan Sidomulyo Barat memahami tentang masalah kesehatan
yang dapat terjadi akibat kerja yaitu gangguan pada sistem pernafasan
dan kulit serta nyeri pinggang atau low back pain.
Kondisi lingkungan kerja di lokasi pengetaman kayu yang
langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan lembab dapat
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pernapasan dan kulit,
posisi para pekerja saat bekerja juga rentan untuk terjadinya cedera.
Berdaasarkan hasil observasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa
tidak semua pekerja menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja
serta posisi yang digunakan ketika bekerja juga sangat berisiko tinggi
untuk terjadinya nyeri pinggang atau low back pain.
Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung yang ditemukan dalam kegiatan ini
adalah:
- Tersedianya sarana untuk pelaksanaan kegiatan usaha kesehatan
kerja di pengetaman kayu Puja Indah di RW 10 Kelurahan
Sidomulyo Barat.
- Adanya dukungan dari pemilik dan karyawan di pengetaman kayu
Puja Indah di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat, untuk
berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan penyuluhan.
- Adanya antusiasme dari peserta dalam mengikuti kegiatan
penyuluhan.
-
Faktor Penghambat
42
Beberapa faktor penghambat yang ditemukan dalam kegiatan
ini adalah:
- Keterlambatan dalam memulai acara 10 menit dari waktu yang telah
ditentukan karena menunggu dosen pembimbing yang sedang
melakukan supervisi pada praktik keperawatan keluarga.
- Suasana yang kurang kondusif menjadi kendala dalam acara ini, hal
ini terjadi saat penyampaian materi microphone sedikit bermasalah
sehingga suara pemateri menjadi hilang timbul.
- Ketika pemberian materi posisi tidur yang benar, tidak dapat
dipraktekkan karena kondisi tempat yang tidak memungkinkan
sehingga hanya ditampilkan dalam bentuk gambar saja.
Rencana Tindak Lanjut
Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di praktekkan
ketika melakukan pekerjaan oleh karyawan di pengetaman kayu Puja
Indah di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat.
b) Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan berhubungan dengan kurangnya
informasi khususnya ibu-ibu yang memiliki balita dalam mengatasi demam.
Kegiatan di Posyandu: Penyuluhan dan penyebaran leaflet tentang
penatalaksaan demam pada anak
Penyuluhan kesehatan tentang Penatalaksanaan demam pada
anak dilaksanakan pada hari rabu tanggal 06 November 2013 di rumah
posyandu Anggrek putih RW 10 pada pukul 10.00 - 10.50 WIB dengan
menggunakan strategi pendidikan kesehatan. Peserta yang hadir
sebanyak 19 orang ibu. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu
untuk mengajarkan penatalaksanaan demam di RW 10 Kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan pekanbaru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kader dan beberapa
warga diperoleh bahwa masih ada beberapa ibu yang kurang
memahami cara penatalaksanaan demam dan cara perawatan yang tepat
bagi anak balitanya di rumah saat mengalami demam. Oleh karena itu,
diperlukan informasi yang dibutuhkan oleh ibu terkait penatalaksanaan
demam dan cara perawatan yang tepat di rumah sebelum anak di bawa
ke puskesmas.
43
Faktor Pendukung
Beberapa factor yang mendukung dalam kegiatan ini adalah:
- Tersedianya sarana yang mendukung dilaksanakannya kegiatan
penyuluhan.
- Adanya dukungan dan kesempatan yang diberikan oleh kader
posyandu membuat kegiatan penyuluhan dapat terlaksana dengan
baik dan lancar.
- Adanya antusiasme dari peserta dalam mengikuti kegiatan
penyuluhan.
Faktor Penghambat
Beberapa faktor penghambat yang ditemukan dalam kegiatan
ini adalah:
- Keterbatasan ruangan membuat fasilitator tidak dapat membaur
dengan peserta.Sehingga fasilitator tidak dapat melaksanakan tugas
sebagaimana mestinya.
- Faktor cuaca juga mempengaruhi jumlah kunjungan ibu-ibu ke
Posyandu lebih sedikit dari biasanya.
- Adanya kunjungan tidak terduga dari anggota DPDR Kota
Pekanbaru membuat acara penyuluhan ini tidak sesuai jadwal atau
mundur dari jadwal yang telah direncanakan.
Rencana Tindak Lanjut
Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di praktekkan
oleh ibu-ibu di RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan
ketika ada anak atau anggota keluaga yang mengalami demam, serta
pemberian informasi kesehatan secara berkala tentang penyakit demam
dan penatalaksanaannya oleh pihak puskesmas maupun kader RW
Siaga.
F. Evaluasi
1. Diagnosa 1:
ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan berhubungan
dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan sehat.
a) Penyuluhan dan penyebaran leaftlet tentang perawatan sederhana infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA)
44
Rencana tindak lanjut ditujukan kepada setiap aparat yang ada.
Pihak RT maupun RW diharapkan tetap melakukan kegiatan- kegiatan
bermanfaat terkait masalah lingkungan secara berkala serta menerapkan
ilmu yang di peroleh dari kegitan penyuluhan. Kegiatan tersebut dapat
dilaksanakan oleh masyarakat, kader posyandu, anggota RW siaga di RW
10 kelurahan sidomulyo barat kecamatan tampan. Pihak kelurahan serta
puskesmas juga berperan aktif untuk mendukung dan mengawasi kegiatan
yang terkait masalah kesehatan.
2. Diagnosa 2:
Resiko terjadinya nyeri pinggang atau low back pain pada pekerja pengataman
kayu Puja Indah RW 10 kelurahan sidomulyo Barat kecamatan Tampan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)
a) Penyuluhan dan penyebaran leaflet tentang masalah kesehatan yang dapat
terjadi akibat kerja serta alat pelindung diri yang harus digunakan, khusunya
low back pain.
Rencana tindak lanjutdi tujukan pada pekerja maupun karyawan
pengetaman kayu Puja Indah di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat
Kecamatan Tampan untuk dapat menerapakan ilmu yang telah di berikan
lewat penyuluhan maupun penyebaran leaftlet. Pemilik usaha rutin
mengawasi dan mengontrol keselamatan kesehata kerja karyawannya.
3. Diagnosa 3:
Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan Sidumulyo
Barat Kecamatan Tampan berhuungan dengan kurangnya informasi khusunya
ibu- ibu memiliki balira dalam mengatasi demam.
a) Penyuluhan dan penyebaran leftlet tentang manajemen demam
Rencana tindak lanjut ditujukan kepada semua pihak yang ada.
Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di praktekkan oleh ibu-ibu
maupun masyarakat di RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan
Tampan ketika ada anak atau anggota keluaga yang mengalami demam.
Pihak RT maupun RW diharapkan tetap melakukan kegiatan- kegiatan
bermanfaat terkait masalah kesehatan secara berkala yang bisa dilaksanakan
oleh masyarakat, kader posyandu, anggota RW siaga di RW 10 kelurahan
45
sidomulyo barat kecamatan tampan. Pihak kelurahan serta puskesmas juga
berperan aktif untuk mendukung dan mengawasi kegiatan yang terkait
masalah kesehatan.
BAB V
PENUTUP
46
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian di wilayah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan
Tampan didapatkan dengan menggunakan beberapa metode di antaranya dengan
menggunakan data sekunder, winshield survey (community on foot), dan
wawancara. Dari hasil wawancara kelompok kepada beberapa warga, mereka
mengaku bahwa pengangkutan sampah tidak berjalan sesuai jadwal, kegiatan
gotong royong juga sudah lama tidak dilakukan di wilayah ini. Hal ini sesuai
dengan apa yang telah dikatakan oleh ketua kader RW SIAGA. sementara hasil
winshield survey yang dilakukan saat ini di lingkungan RW 10 kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, diperoleh hasil bahwa sebagian besar
kondisi jalan belum diaspal sehingga jalanan berdebu apalagi saat siang hari,
tumpukan sampah juga terlihat di sekitar rumah warga. Selain itu berdasarkan
hasil wawancara dengan kader dan beberapa warga diperoleh bahwa masih ada
beberapa ibu yang kurang memahami cara penatalaksanaan demam dan cara
perawatan yang tepat bagi anak balitanya di rumah saat mengalami demam 7
dari 10 ibu mengatakan jika anaknya demam akan langsung dibawa ke rumah
bidan ataupun puskesmas. Tanpa ada perawatan pertama dirumah. Oleh karena
itu, diperlukan informasi yang dibutuhkan oleh ibu terkait penatalaksanaan
demam dan cara perawatan yang tepat di rumah sebelum anak di bawa ke
puskesmas.
Berdasarkan hasil pengkajian juga ditemukan adanya tempat usaha
pribadi yang terdapat di wilayah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat. Salah satu
usahanya adalah usaha pengetaman kayu. Dari hasil wawancara dan observasi
didapatkan bahwa usaha pengetaman ini berisiko untuk terjadi low back pain.
Selain itu juga para pekerja di pengetaman kayu tersebut tidak menggunakan
alat perlindungan diri. Kondisi lingkungan kerja di lokasi pengetaman kayu
yang langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan lembab dapat
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pernapasan dan kulit, posisi
para pekerja saat bekerja juga rentan untuk terjadinya cedera.
2. Berdasarkan hasil pengkajian telah dilakukan dapat diangkat 1 diagnosa prioritas
keperawatan komunitas dan 2 diagnosa diluar kegiatan diagnose prioritas yaitu
kegiatan UKK dan posyandu :
a. Resiko meningkatnya angka kejadian penyakit menular akibat lingkungan
yang tidak sehat : ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan
47
Tampan berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam
menciptakan lingkungan sehat.
b. Resiko terjadinya nyeri pinggang atau low back pain pada pekerja
pengataman kayu Puja Indah RW 10 kelurahan sidomulyo Barat kecamatan
Tampan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
c. Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan
Sidumulyo Barat Kecamatan Tampan berhuungan dengan kurangnya
informasi khusunya ibu- ibu memiliki balira dalam mengatasi demam.
3. Setelah diangkat diagnose maka kami melakukan implemetasi sesuai dengan
diagosa yang telah dibuat.
a. Implementasi untuk diagnosa resiko meningkatnya angka penyakit akibat
lingkungan yang tidak sehat: ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat
Kecematan Tampan berhubungan dengan kurangnya motivasi masayarakat
dalam menciptakan lingkungan yang sehat : Penyuluhan dan penyebaran
leaflet tentang kesehatan lingkungan dan penyakit-penyakit akibat
lingkungan yang tidak sehat (ISPA)
b. Kegiatan diluar diagnosa prioritas
1) Resiko terjadinya nyeri pinggang atau Low Back Pain pada pekerja
pengetaman kayu Puja Indah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat
Kecamatan Tampan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
pekerja tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Kegiatan Usaha Kesehatan Kerja (UKK) : Memberikan penyuluhan
dan penyebaran leaflet tentang masalah kesehatan yang dapat terjadi
akibat kerja serta Alat Pelindung Diri yang harus digunakan khususnya
Low back Pain.
2) Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan berhubungan dengan kurangnya
informasi khususnya ibu-ibu yang memiliki balita dalam mengatasi
demam.
Kegiatan di Posyandu: Penyuluhan dan penyebaran leaflet
tentang penatalaksaan demam pada anak.
Faktor pendukung
48
1. Kemampuan mahasiswa dalam melakukan pendekatan kepada para pemuka
masyarakat membuat terjalinnya komunikasi yang baik antara mahasiswa dan
para pemuka masyarakat.
2. Peran yang aktif dan terbuka dari Ketua RT dalam menyambut mahasiswa serta
mendiskusikan ketercapaian keterlaksanaan program.
3. Lokasi tempat berkumpul mahasiswa berada ditengah-tengah pemukiman
masyarakat.
4. Dukungan dari Ketua-ketua RT serta Ketua RW SIAGA dalam bentuk
memberikan keterangan saat mahasiswa melakukan wawancara
5. Adanya kesediaan dari salah satu warga untuk menberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk melakukan penyuluhan dalam acara wirid se-RT.
Faktor penghambat
1. Masih adanya beberapa warga yang belum termotivasi untuk mengikuti kegiatan.
2. Keterbatasan waktu masyarakat sehingga tidak dapat berpartisipasi dalam
kegiatan yang direncanakan.
3. Luasnya wilayah RW 10 membuat mahasiswa cukup kesulitan dalam
mengkumpulkan data karena mahasiswa kurang mengetahui wilayah RW 10.
4. Kurangnya peran serta dari kader RW SIAGA yang lainnya.
5. Sulitnya bertemu dengan Ketua RW yang membuat koordinasi kegiataan lebih
dominan kepada para Ketua RT dan Ketua RW SIAGA
6. Layar dan infokus tidak dapat digunakan sehingga penyampaian materi hanya
lisan dari presentator.
B. Saran
1. Bagi warga RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan
2. Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di terapkan ketika mengalami
masalah kesehatan seperti ISPA dan Demam
3. Bagi karyawan di pengetaman kayu Puja Indah
4. Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di terapkan ketika bekerja oleh
karyawan di pengetaman kayu Puja Indah di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat.
5. Bagi pihak puskesmas dan kader RW Siaga
49
6. Pihak puslesmas dan Kader RW Siaga diharapkan dapat memberikan informasi
kesehatan secara berkala kepada masyarakat di RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat
Kecamatan Tampan.
7. Bagi pemilik pengetaman kayu Puja Indah
8. Pemilik pengetaman kayu Puja Indah diharapkan secara rutin memantau
keselamatan karyawan yang sedang bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
50
Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2006). Community as partner: Theory and practice in
nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott
Hidayat Aziz Halimul. (2004). Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo, S.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Mubarak, I.W. (2006). Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Mubarak , I. W. (2009). Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Stanhope, M &Lancester, J.(2000). Community & Public health nursing. Missouri: Mosby.
Sumijatun, dkk. (2006). Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.
51
Recommended