View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Menyongsong Tahun Yubileum UKI ke-40
W W W . U K I . C A U K I T O R O N T O J U L Y 2 0 1 9 / N O . 3 2 5
LiFE is
Gereja: St Anselm’s Church, 1 Mc Naughton Rd. Toronto, ON M4G 3H3 Alamat Redaksi: c/o Priests of the Sacred Heart, 58 High Park Blvd. Toronto, ON M6R 1M8 Email: redaksi@uki.ca
Pastor Pamong
Romo Johanes Juliwan Maslim, SCJ (647) 532-1318
jjuliwan@gmail.com
Deacon Deacon Val Danukarjanto
(416) 497-2274 vwdanu@gmail.com
D E W A N P E N G U R U S
U M A T K A T O L I K I N D O N E S I A
Koordinator
Angelina Hanapie (647) 463 2058 koordinator@uki.ca Wakil Koordinator
Rudy S B H (416) 671-2648 rudybhartono@gmail.com
Sekretaris Christianita Kuswoyo (647) 774-3801
sekretaris@uki.ca Bendahara
Evy Suwarni (647) 500-5969 bendahara@uki.ca
WILAYAH TIMUR
Ketua Wilayah Esther Kurniadi (416) 371-2593
east@uki.ca Seksi-seksi
Liturgi: Erny Ruslim (416) 871-2773 liturgyukieast@yahoo.ca
Bina Iman: Hendry Wijaya (416) 450-6536 ahendryw@gmail.com
Sosial: Darwin Budiman (647) 403-3530 drwnbdm@gmail.com
Rumah Tangga: Natali Saputra (647) 293-5338 yuritalauw@yahoo.com
Usher: Sugianto Tanojo (647) 625-2497 hiansuta@gmail.com
WILAYAH BARAT
Ketua Wilayah Bambang Micha (416) 709-7989
west@uki.ca Seksi-seksi
Liturgi: Antonius Haryanto (905) 781-4689 liturgyukiwest@yahoo.ca
Bina Iman: Tiny Tjongson (416) 616-9354 tinytjongson@hotmail.com
Sosial: Diana Lucas (416) 824.4069 dianarusdin@yahoo.com
Wakil: Eric I. Kurniawan (416) 704-2681 e_kurn@yahoo.com
Rumah Tangga: Marsela Tan Malaka (647) 300-3563 / marselatanmalaka@yahoo.ca
Wakil: Meti Tan (416)827-5394 meti_tan@yahoo.com
Usher: Andrei Sutandar (647) 772-2117 andrei888@gmail.com
BIDANG KHUSUS
MUDIKA Gabriela Lyona dan Evan Goldwin
mudikatoronto@gmail.com
PELAKSANA KHUSUS Ketua Lektor
Lilian Tjokro (416) 616-6393 lilian.tjokro@gmail.com
Ketua Sakristan/Pembagi Komuni
Hendry Wijaya (416) 450-6536 ahendryw@gmail.com
Ketua Altar Server
Maria I. Cherie (416) 880-3385 m.cherie1@yahoo.ca
Bersambung ke halaman 4
ungguh amat baik
Dalam Kisah Penciptaan alam semesta, yang ditulis
dalam Kitab Kejadian, kita dapat melihat bagaimana
indahnya Tuhan menciptakan semua yang ada di dunia ini.
Tahap demi tahap dan satu per satu Tuhan menciptakan dari
ketiadaan menjadi ada. Itulah arti penciptaan, yakni
kekosongan, tidak ada apa-apa menjadi ada dan terus
bertambah. Penciptaan ini bertujuan untuk membangun
Keluarga Allah dan Allah ingin berbagi Kasih dan
CintaNya kepada semua ciptaan, yang hidup dengan damai.
Oleh sebab itulah semua diciptakan oleh Tuhan dengan baik
dan indah, saling melengkapi dalam perbedaan yang
memperkaya.
Semua ciptaan itu hadir dengan keunikannya masing
-masing dengan bentuk kehidupannya yang berbeda satu
dengan yang lain. Ada benda-benda alam, binatang,
tumbuhan dan semua ciptaan lainnya. Semua yang diciptakan
oleh Tuhan itu adalah milik Tuhan dan dipelihara oleh
Tuhan. Karena Tuhan adalah Kasih dan Kasih mendatangkan
damai, maka gambaran awal dalam penciptaan adalah
kedamaian dalam hidup bersama.
Pada waktunya, maka Tuhan menciptakan pula
manusia, lelaki dan perempuan, yang berbeda namun
sejajar. Manusia menjadi ciptaan yang berbeda dari ciptaan
lainnya, karena manusia adalah citra Allah, yakni diberi
anugerah khusus, yakni Roh Allah sendiri. Oleh sebab itulah
manusia mampu berkomunikasi dengan Tuhan, Sang
Penciptanya. Bahkan manusia diberi tanggung jawab oleh
Tuhan untuk menjadi rekan sekerja Tuhan sendiri dalam
menjaga semua ciptaan lainnya dan mengembangkannya.
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang dikatakan sungguh amat
baik dan manusia pun adalah milik Tuhan, seperti semua
ciptaan lainnya.
Hidup adalah anugerah
Hidup yang berasal dari Tuhan adalah hidup yang
sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan, yakni
kebahagiaan dan keselamatan. Oleh sebab itulah hidup itu
adalah anugerah. Hidup berarti bergerak dan berdinamika
dan terus berkembang dalam kebersamaan dan kesatuan
dengan Tuhan. Ada relasi intim yang harus selalu terjalin
dengan sang Pemberi kehidupan dan Pencipta, sehingga
hidup itu terus berkembang dan menjadi semakin
bersemangat dan penuh sukacita. Jika manusia menjauh,
apalagi terpisah dari Sang Penciptanya yang juga adalah
Sumber Hidupnya, maka jelas manusia membiarkan dirinya
menuju kehancuran. Tentu saja sejak awal mula kehidupan
manusia adalah bahagia dan penuh kasih.
Hidup adalah anugerah, yakni pemberian cuma-
cuma dari Tuhan, khususnya kepada manusia yang adalah
citra Allah. Anugerah itu tampak dalam kekekalan hidup
manusia, karena hidup bersifat kekal. Disebut hidup
karena memang selamanya hidup, maka kita mengenal hidup
Romo Juliwan Maslim, SCJ
Memaknai panggilan hidup sebagai citra Allah
Sambungan dari halaman 3 H A L A M A N 4
kekal, yakni hidup selamanya tanpa ada kesudahannya. Oleh
sebab itulah kita patut bersyukur atas kasih Tuhan yang
begitu besar kepada kita semua, khususnya manusia ini. Kita
ada karena cinta Tuhan yang selanjutnya tercurah melalui
orangtua kita masing-masing. Perjalanan dan perkembangan
manusia hingga hari ini menunjukkan bahwa manusia
memang meneruskan kasih yang Tuhan anugerahkan itu.
Jika kita sungguh sadar bahwa hidup ini adalah
anugerah, maka manusia pasti akan memeliharanya dengan
baik bahkan terus memperjuangkannya hingga mencapai
hidup kekal. Jika kita menyia-nyiakan kehidupan, maka sama
saja kita tidak mencintai Tuhan, Sang Pencipta kita dan kita
juga menyalah-gunakan tanggung jawab yang Tuhan berikan
kepada kita masing-masing. Perjuangan kita
mempertahankan kehidupan menjadi tanda cinta kita kepada
Tuhan dan kepada hidup kita juga, yang adalah milik Tuhan.
Budaya kematian
Suasana kasih dan hidup dalam kedamaian semua
ciptaan dengan manusia sebagai penanggung jawab yang
dipercayakan oleh Tuhan, ternyata telah berubah. Masuknya
kuasa jahat, si setan, yang telah berhasil menggoda dan
menjatuhkan manusia, membuat suasana penuh rahmat ini
berubah. Inilah awal kerusakan dalam sejarah perjalanan
hidup manusia dengan masuknya budaya kematian. Manusia
sebagai citra Allah telah menyalah-gunakan kebebasannya,
dengan berkompromi dengan setan, maka hidup yang Tuhan
berikan kepada manusia menjadi tercemar. Bibit kejahatan
mulai masuk ke dalam diri manusia sehingga hidup manusia
terancam dengan kematian, yakni terpisah dari Sang Sumber
Hidup, Tuhan Sang Pencipta.
Budaya kematian inilah yang hingga sekarang terus
merajalela dalam berbagai kejadian: pembunuhan, kekerasan
dan berbagai bentuk kejahatan lain terhadap sesama manusia.
Kejahatan manusia ini pula yang telah ikut merusak alam
ciptaan Tuhan, sehingga menjadi rusak dan kacaulah alam
semesta ini. Manusia pun dengan kepandaiannya, mulai
menjauh dari Sang Penciptanya dan ingin menjadi pencipta
baru, yang jelas tidak mungkin. Manusia adalah manusia dan
bukan Tuhan, maka semua anugerah yang Tuhan berikan itu
jika tidak digunakan untuk memuliakan Tuhan, akan menjadi
malapetaka baginya.
Jelas Tuhan tidak membiarkan manusia hancur,
Tuhan adalah Kasih dan Ia tetap ingin manusia
mengalami kebahagiaan abadi dalam hidup kekal. Oleh sebeb
itulah Rencana Keselamatan Tuhan bagi manusia terus
terjadi sampai hari ini. Namun sekarang manusia harus
berusaha dan bekerjasama dengan rahmat Tuhan. Budaya
kematian harus dihadapi dengan Kehidupan dan Kasih.
Kehidupan versus Kematian
Kita sekarang hidup dalam suasana ‘pertempuran
rohani’, yakni melawan budaya kematian dan kehancuran.
Kita sekarang ini terpanggil untuk mempertahankan dan
memperjuangkan kehidupan yang akan menghantarkan kita
semua ke hidup kekal. Yang jelas kita tidak mungkin berjalan
sendiri, selalu diperlukan rahmat dan kekuatan Tuhan.
Jangan pernah takut untuk menghadapi kejahatan dan
kematian, karena kekuatan kita ada pada Tuhan.
Maka pada jaman ini, kita harus berani berdiri tegak
dan terus berpegang pada Tuhan, Sang Sumber Hidup dan
Kehidupan. Kita tetap berpegang teguh pada hidup adalah
anugerah dan dijaga oleh Tuhan. Walaupun dalam
kenyataannya tubuh jasmani kita akan hancur karena
kematian, namun kita tetap akan hidup selamanya bersama
Tuhan dalam RumahNya. Oleh sebab itulah kita sungguh
harus menjaga baik-baik relasi kita
dengan Tuhan yang sering diganggu
oleh kuasa jahat yang selalu ada di
sekitar kita.
Perjuangan kita tampak dalam cinta dan
pengorbanan kita setiap saat. Memang
perjuangan hidup di jaman ini menjadi
semakin menantang, namun demikian
cinta Tuhan semakin melimpah bagi
kita semua supaya kita mampu bertahan
setia. Oleh sebab itulah diperlukan hati
yang selalu terbuka bagi kehadiran
Tuhan dan kekuatan rohani yang
menjadi makanan bagi hidup kita.
Sekaranglah saatnya kita berusaha lebih
bersunguh-sungguh lagi supaya hidup
kita sebagai anugerah Tuhan ini
sungguh menjadi berkat bagi semua
orang. Tujuan utama kita adalah bersatu
dengan Tuhan selamanya, Sumber
Kehidupan kita. ]]
Kelompok Bible Senior EAST, June 2019
Dari mata turun ke hati. Pepatah kuno ini membuka lem-
baran kisah panggilan Romo Johanes Juliwan Maslim. Tahun 1974 silam, dia aktif sebagai putera altar di Paroki Hati Kudus Palembang. Membantu imam di altar dalam Ekaristi menariknya menjadi pelayan Ekaristi. "Menjadi putera altar (adalah jalan) pertama saya mengenal lebih dalam Tuhan dan panggilan (menjadi imam)," tandas Romo Juliwan. Dari Paroki Hati Kudus dia dipanggil. Tidak mudah bagi orangtua berdarah tionghoa untuk melepaskan putera mereka untuk meniti panggilan imamat. Itulah mengapa sampai perak hidup membiara Romo Juliwan, baru dua orang imam yang berasal dari paroki yang didominasi umat tionghoa ini. "Saya berterima kasih kepada teman-teman dan pendamping putera altar. Juga semua imam yang kebanyakan misionaris. Ada juga suster HK yang menguatkan dan men-dampingi. Terima kasih terutama untuk keluarga yang tidak mudah pertamanya, tetapi perjalanan itu menjadi sesuatu yang membahagiakan," kisah Romo Juliwan. Menjadi seorang imam bagi Romo Juliwan, merupakan tang-gapan manusia atas kebaikan Allah. Tuhan Yesus yang senantiasa membuka hatiNya ingin agar kerajaanNya terjadi di bumi. Kerajaan Allah tidak mungkin terjadi tanpa andil manusia, yang sejatinya adalah partner kerja Allah. "KerajaanNya tidak mungkin terjadi tanpa kita juga ikut am-bil bagian di dalamnya. Menjadi seorang imam tidak berarti mampu melakukan segala-galanya, tetapi seperti kata Ibu Teresa. Seperti pensil di tangan Tuhan, untuk menulis, kami juga seperti pensil yang dijalankan Tuhan. Kami membiarkan
Tuhan menulis di dunia ini, supaya semakin banyak orang dibawa kepada keselamatan," kata Romo Juliwan. Dalam proses menulis, aneka pengalaman mewarnai. Suka-duka, pasang-surut itu biasa. Menjadi luar biasa menurut Romo Juliwan, ketika manusia mampu menyerahkan segala perkara ke dalam tangan Tuhan. "Pergulatan hidup selalu
ada. Tak ada hidup yang tanpa tantangan dan masalah. Setiap pilihan hidup juga mendapat tantangan. Namun kekuatan iman dan penyertaan Tuhan itulah yang membuat kita mampu bertahan," katanya. Menjadi imam di zaman ini juga merupa-kan tantangan. "Maka dari itulah kita harus berani melawan nafsu. Pengalaman saya pribadi zaman ini, memang sedikit orang yang memilih menjadi imam. Yang pertama yang dipikirkan adalah kawin. Menikah. Boro-boro menjadi romo. Rugi. Nggak punya keturunan katanya," kata Romo Juliwan.
Meski ditantang dunia, imam tetaplah sosok penting dalam Gereja Katolik. Merekalah yang menjadi tangan-tangan Allah yang menyalurkan keselamatan melalui perayaan sakramen- sakramen, di tengah arus dunia zaman ini. "Maka dari itu, dua hal menjadi pesan bagi kita semua. Pertama, kepada orang tua dan kepada orang muda. Hendaklah kita membuka hati kita mendengarkan suaraNya. Mendengarkan suara Tuhan, yang juga ingin kita ikut serta dalam karya keselamatanNya. Terutama yang mendesak sekarang ini untuk menjadi imam. Menjadi orang-orang yang meneruskan karya keselamatan secara khusus sebagai gembala. Bagaimana domba digembalakan tanpa gembala?" tanya Ro-mo Juliwan. Pesan kedua imam misionaris di Kanada ini adalah doa bagi panggilan. "Berdoalah tak kunjung henti bagi panggilan. Bagi para imam dan Gereja," pinta Romo Juli-wan. **
Redaksi: Artikel ini ditulis oleh Kristiana Rinawati dalam Majalah SCJ Indonesia, Fiat,No. 222, Tahun XX—Januari 2019. Pada kesempatan ini Redaksi menampilkannya di Berita UKI dalam rangka ulangtahun Romo yang ke-55. Semoga dapat
memberikan inspirasi bagi Anda semua….
Foto-foto selengkapnya dapat dilihat di website www.uki.ca
High Park, 22 Juni 2019
Foto-foto selengkapnya dapat dilihat di website www.uki.ca
St. Pius X Church, 23 Juni 2019
Menyongsong Tahun Yubileum UKI ke-40 (1980-2020)
Foto-foto selengkapnya dapat dilihat di website www.uki.ca
Bila Anda memiliki foto kegiatan ataupun informasi berkaitan dengan Yubileum UKI ke-40, silakan Anda kirim ke:
Team Redaksi Berita UKI: redaksi@uki.ca atau Panitia Tahun Yubileum UKI ke-40: uki40tahun@gmail.com
UKI Badminton Team Championship diprakarsai oleh Rudy Har tono dan Jeffrey Chow, dan telah terlaksana pada hari Sabtu, 8 Juni 2019 yang lalu. Event ini diikuti oleh sekitar 60 orang tidak hanya warga UKI saja, serta non-Indonesia juga. Terbagi dalam 6 teams, mereka selain membina persahabatan, juga mempe-rebutkan hadiah-hadiah dari sponsor: VICTOR Collection. Event ini merupakan salah satu acara Menyongsong Tahun Yubileum UKI ke-40 sebagai acara olahraga dan persahabatan, dibuka dengan doa oleh Romo Juliwan, didampingi oleh Ribkah (Ketua Panitia Yubileum) dan Rudy S. Budihartono (Wakil Koordinator). Para pemenang adalah Dream Team, Power Strangers, dan Avengers East. Selamat kepada para pemenang! Terima kasih kepada Rudy dan Jeffrey, serta seluruh peserta! Redaksi
Recommended