View
741
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Makalah Kelompok Pengendalian Vektor
BIONOMIK VEKTOR MALARIA
Oleh :
KELOMPOK B
Abdul Rahim Mangiri K11108280
Petrick Manupassa K11108501
Fitriani Sudirman K11108251
Andi Tilka Muftiah R K11108286
Tiara M. S.P K11108541
Ria Hastuty K11108869
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penyusun haturkan kepada Allah SWT, yang telah
menganugerahkan nikmat kekuatan, kesehatan dan kesempatan sehingga makalah
kami yang berjudul BIONOMIK VEKTOR MALARIA dapat terselesaikan.
Makalah ini membahas mengenai bionomik vector malaria meliputi
habitat, kontak vector dengan host, tempat istirahat, jarak terbang dan siklus
harian dari nyamuk Anopheles yang menyebabkan penyakit malaria.
Selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 2 Oktober 2010
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………….. 1
Kata Pengantar…………………………………………. 2
Daftar Isi………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang……………………………….. 4
I.2 Rumusan Masalah…………………………… 5
I.3 Tujuan Masalah……………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Penyebab Masalah…………………………… 6
II.2 Mekanisme Masalah……………………….... 7
II.3 Solusi Mengatasi Masalah…………………… 18
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan………………………………… 19
III.2 Saran……………………………………….. 20
Daftar Pustaka…………………………………………. 21
3
BAB IPENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup
tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi
dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang
endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih
sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria. Oleh karena
kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih
tinggi di daerah tersebut. (Tiara M.S. Putirulan)
Dari profil kesehatan Indonesia tahun 2000, angka kesakitan
malaria cenderung naik, di pulau Jawa dari 12 kasus per 100.000
penduduk pada tahun 1997, meningkat menjadi 3100 kasus per 100.000
penduduk pada tahun 2000. Diperkirakan bahwa sekitar 46% penduduk
Indonesia atau lebih dari 90 juta orang hidup didaerah endemik (dalam
Pembangunan Kesehatan Indonesia, 2004). (Petrick Manupassa).
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia sampai saat
ini. Derajat endemisitas malaria di Indonesia berbeda antara satu daerah
dengan daerah lain (Pribadi dan Sungkar, 1994). Data hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan jumlah
penderita malaria klinis di seluruh Indonesia mencapai 15 juta orang dan
43 ribu diantaranya meninggal. Jumlah penderita malaria cenderung
mengalami kenaikan pertahunnya. (Fitriani Sudirman)
Penyakit malaria ditemukan hampir di seluruh daerah di Indonesia.
Salah satu daerah di Indonesia bagian barat yang belum terbebas dari
penyakit malaria adalah Propinsi Lampung. Berdasarkan Annual Malaria
Insidens per 1000 penduduk, situasi penyakit malaria baik di kota maupun
kabupaten di Propinsi Lampung cukup tinggi. Jumlah penderita malaria
klinis yang paling banyak ditemukan adalah di Tanggamus yaitu sebesar
4
(14,95 ‰) kemudian Lampung Utara (12,51 ‰), Bandar Lampung dan
Way Kanan (11,58 ‰), Lampung Selatan (9,89 ‰), Lampung Barat (9,31
‰), Tulang Bawang (3,37 ‰), Lampung Timur (0,77 ‰), Lampung
Tengah (0,71 ‰) dan yang terendah adalah Kota Metro dengan kasus (0
‰) (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2007). Seminar. (Andi Tilka
Muftiah R).
Tahun 2006, wabah malaria dinyatakan sebagai Kejadian Luar
Biasa (KLB) di 7 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.107
orang, 23 diantaranya meninggal. Sedangkan tahun 2007 KLB terjadi di 8
provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.256 orang dan
mengakibatkan 74 penderitanya meninggal dunia (Zubersafawi, 2009).
Kesakitan malaria sampai saat ini disebabkan karena adanya kontak
nyamuk dengan manusia sebagai vektor malaria. Kalau di suatu daerah
dijumpai kasus malaria dan ada nyamuk yang menjadi atau diduga sebagai
vektornya serta ada tempat perindukannya maka sudah dapat dipastikan
bahwa penularan terjadi di daerah tersebut (Barodji, 2000). (Fitriani
Sudirman)
I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka sebagai
rumusan masalah adalah bagaimana bionomik nyamuk Anopheles sebagai
vektor malaria sehingga mempengaruhi tingkat kejadian penyakit malaria.
I.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah
ini yakni untuk mengetahui bionomik nyamuk Anopheles sebagai vektor
penyakit malaria, yang mencakup habitat, kontak vektor dengan host, tempat
istirahat, jarak terbang dan siklus hariannya.
5
BAB IIPEMBAHASAN
II.I PENYEBAB MASALAH
Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga
penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 spesies nyamuk anopheles
yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari spesies-spesies nyamuk tersebut ternyata
ada 20 spesies yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di
Indonesia ada 20 spesies nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor
penyakit malaria. (Petrick Manupassa). Menurut Depkes RI, 1991, Malaria
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang baik bayi, anak-anak maupun orang dewasa . Agent
penyebab malaria ialah makhluk hidup Genus Plasmodia, Famili Plasmodiidae
dari Ordo Coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal empat spesies parasit
malaria pada manusia, yaitu :
1. Plasmodium falciparum: penyebab penyakit tropika yang sering
menyebabkan malaria berat/malaria otak yang fatal, gejala serangannya
timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali.
2. Plasmodium vivax: penyebab penyakit malaria tertiana yang gejala
serangannya timbul berselang setiap tiga hari.
3. Plasmodium malariae: penyebab penyakit malaria quartana yang gejala
serangannya timbul berselang setiap empat hari.
6
4. Plasmodium ovale: jenis ini jarang ditemui di Indonesia, banyak dijumpai
di Afrika dan Pasifik Barat. (Fitriani Sudirman)
II.2 MEKANISME MASALAH
Pengetahuan tentang bionomik vektor sangat diperlukan dalam
perencanaan pengendaliannya. Bionomik adalah bagian dari ilmu biologi yang
menerangkan pengaruh anatara organisme hidup dengan lingkungannya
Pengetahuan bionomik nyamuk meliputi stadium pradewasa (telur, jentik, pupa)
dan stadium dewasa. Hal ini menyangkut tempat dan waktu nyamuk meletakkan
telur, perilaku perkawinan, perilaku menggigit (bitting behaviour), jarak terbang
(fight range) dan perilaku istirahat (resting habit) dari nyamuk dewasa dan faktor-
faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, iklim, curah hujan, yang
mempengaruhi kehidupan nyamuk . (Fitriani Sudirman)
Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku,
perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-
faktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lingkungan fisik (musim.
kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan
lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat
perindukan dan musim alami. Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau
makhluk hidup lainnya harus disadari bahwa segala sesuatu yang berkaitan
dengan biologik selalu ada variasinya. Variasi tingkah laku akan terjadi didalam
spesies tunggal baik didaerah yang sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan
mengalami perubahan jika ada rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar
7
misalnya perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang alami manpun
karena ulah manusia. (Tiara M.S.P)
Mengenai bionomik vektor malaria yang akan dibahas dalam makalah ini,
meliputi hal – hal berikut :
1. HABITAT
Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai
dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak.
Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk tidak sama
tiap jenis/spesies nyamuk. Nyamuk Anopheles aconitus cocok pada daerah
perbukitan dengan sawah non teknis berteras, saluran air yang banyak
ditumbuhi rumput yang menghambat aliran air. Nyamuk Anopheles
balabacensis cocok pada daerah perbukitan yang banyak terdapat hutan
dan perkebunan. Jenis nyamuk Anopheles maculatus dan Anopheles
balabacensis sangat cocok berkembang biak pada tempat genangan air
seperti bekas jejak kaki, bekas jejak roda kendaraan dan bekas lubang
galian. (Fitriani Sudirman)
Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih
tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai
dengan kesenangan dan kebutuhannya. Oleh karena perilaku berkembang
biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif
untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam
program pemberantasan. (Petrick Manupassa)
8
In the Southeast Asian countries of Vietnam, Cambodia, Laos and
Thailand the primary malaria vectors are An. dirus, An. minimus, An.
maculatus, and An. sawadwongporni with the relative importance of each
varying, depending on the ecology of the area where transmission is
occurring. Other species are occasionally incriminated: An. aconitus, An.
jeyporiensis, An. philippinensis, An.nivipes, An. barbirostris, and members
of the An. hyrcanus group. One feature common to all these species is that
they are zoophilic and are found more often feeding on cattle and buffalo
than on humans; the only exceptionbeing An. dirus, which has consistently
been shown to be an anthropophilic species and for this reason is the most
dangerous vector of all the species mentioned above. (Abdul Rahim
Mangiri)
Tabel 1. Genus nyamuk yang tertangkap di Kelurahan Sukamaju, Teluk Betung Barat, Bandar Lampung
Dari tabel 1 terlihat bahwa prosentase nyamuk Anopheles yang
tertangkap di dalam rumah sebesar 11,64%, sedangkan yang tertangkap di
luar rumah sebesar 7,79%. Prosentase Anopheles yang tertangkap lebih
sedikit dibandingkan dengan Culex, baik di dalam maupun di luar rumah,
sebesar 85,34% dan 91,56%. Hal ini mungkin disebabkan masih banyak
parit yang merupakan tempat yang potensial bagi Culex untuk berkembang
9
biak. Menurut Depkes RI (2001), Culex dapat berkembang biak pada
sembarang genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah,
sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak pada air yang cukup
bersih dan tidak langsung berhubungan dengan tanah.
Tabel 2. Jenis nyamuk Anopheles yang tertangkap di Kelurahan Sukamaju, Teluk Betung Barat, Bandar Lampung.
Dari tabel 2 didapatkan 6 spesies Anopheles dengan presentase
paling banyak yaitu Anopheles sundaicus (58,87%), kemudian An.
longilostris (19,61%), An. subpictus (7,84%), An. maculatus dan An.
ramsayi (5,88%) dan yang paling sedikit An. leucosphyrus yaitu (3,92%).
Hasil identifikasi, Anopheles yang didapatkan di daerah Pantai Puri
Gading tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Ningsih (2005) hasil
yang sama juga diperlihatkan pada penelitian Naelittarwiyyah (1999) di
Dusun Selesung, Pulau Legundi, Lampung Selatan. Penelitian Fatma
(2002) di Desa Hanura, dimana An. sundaicus juga merupakan vektor
yang paling dominan, diikuti oleh An. annularis dan An.punctulatus
(gambar terlampir). Hal ini diduga karena Puri Gading merupakan daerah
yang dekat dengan pantai sehingga An. sundaicus keberadaannya lebih
10
dominan dibandingkan dengan spesies lain. Dominannya An. sundaicus
juga tidak lain adalah karena masih banyak ditemukannya tambak dan
hutan bakau yang dapat menjadi tempat perindukan yang paling disukai
oleh An. sundaicus. (Andi Tilka Muftiah R)
2. KONTAK VEKTOR DENGAN HOST
Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina
biasanya hanya kawin satu kali selama hidupnya. Untuk mempertahankan
dan memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan
darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk
akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan
dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus
gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
(Ria Hastuty)
Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil
penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu:
eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik
yang lebih senang mencari darah didalam rumah. (Tiara M.S.P)
Hasil pengamatan aktivitas menggigit nyamuk mulai pukul 18.00
s.d. 06.00 di dalam rumah mencapai puncaknya pada pukul 23.00
sedangkan di luar rumah pada pukul 24.00. Hasil selengkapnya disajikan
dalam grafik berikut.
11
Grafik 1. Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam dan di luar rumah
Grafik memperlihatkan aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di
dalam rumah terjadi peningkatan pada pukul 23.00 WIB kemudian turun
dan meningkat lagi pada pukul 02.00 dan 03.00 dini hari, sedangkan
aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan pada pukul 24.00
WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 05.00 dini hari.
(Andi Tilka Muftiah R)
Nyamuk penular malaria mempunyai keaktifan menggigit pada
malam hari. Menurut Lestari (2007) nyamuk Anopheles paling aktif
mencari darah pukul 21.00-03.00. Menurut Darmadi (2002) kebiasaan
penduduk barada di luar rumah pada malam hari antara pukul 21.00 s/d
22.00 berhubungan erat dengan kejadian malaria, karena frekuensi
menghisap darah jam tersebut tinggi. (Fitriani Sudirman)
Perilaku menghisap darah vektor malaria (An. maculatus dan An.
balabacensis) di kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta
disajikan pada gambar berikut :
12
Pada gambar tersebut tampak kedua spesies tersebut menghisap
darah sepanjang malam baik di dalam maupun di luar rumah dengan
puncak kepadatan terjadi dua kali, yaitu sekitar pukul 21.00 - 22.00 dan
pukul 03.00 - 04.00 untuk Anopheles maculatus, sedang untuk Anopheles
balabacensis puncak kepadatan sekitar puku119.00 -21.00 dan
puku124.00 - 02.00. Anopheles balabacensis paling dominan menghisap
darah di dalam rumah di semua wilayah, sedang Anapholes maculatus
dominan menghisap darah di luar rumah di desa Hargorejo. Distribusi
vektor malaria pada malam hari sebagian besar (89,44% - 97,90%)
ditemukan di kandang sapi dan sekitarnya. (Ria Hastuty)
From 2003 to 2007, 10,078 anophelines were collected off human
and animal baits. Using morphology and molecular analysis 21 species
were identified from this material (Table 3). Six species: An. sinensis, An.
aconitus, An. harrisoni, An. maculatus, An. sawadwongporni and An.
philippinensis were the most common and accounted for 80.5% of all the
specimens collected. While all species, except for some of the less
common ones (< 10 specimens collected), were collected from humans the
13
majority (80.94%) of specimens were collected off non-human (cattle and
buffalo) baits. (Abdul Rahim Mangiri)
3. TEMPAT ISTIRAHAT
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang
sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan
istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah.
Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab
dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species
ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. (Tiara M.S.P)
Nyamuk Anopheles aconitus biasanya suka hinggap didaerah-
daerah yang lembab. Seperti dipinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat
air yang selalu basah dan lembab. Sedang spesies Anopheles maculatus
pada siang hari ditemukan istirahat di luar rumah pada tempat-tempat yang
teduh antara lain di kandang sapi dan kerbau, di semak-semak, di lubang-
lubang di tanah pada tebing dan lubang-lubang tempat pembuangan
sampah. Selama penangkapan pada siang hari tidak pernah menemukan
Anopheles maculatus istirahat di dalam rumah (Boesri dkk, 2003). Di
daerah Ketosari, bahwa pada siang hari Anopheles maculatus dan
Anopheles balabacensis ditemukan istirahat di semak-semak dan di
kandang kambing yang terbuat dari bambu (Fitriani Sudirman)
Perilaku istirahat nyamuk Anopheles Sundaicus sangat berbeda
antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lainnya. Di pantai Selatan
Pulau Jawa dan pantai Timur Sumatera Utara, pada pagi hari, sedangkan
14
di daerah Cilacap dan lapangan dijumpai pada pagi hingga siang hari, jenis
vektor An. Sundaicus istirahat dengan hinggap didinding rumah penduduk.
Sementara nyamuk Anopheles balabacensis Pada siang hari hanya sedikit
yang dapat ditangkap, didalam rumah penduduk, karena tempat istirahat
nyamuk ini adalah di alam terbuka. paling sering hinggap pada pohon-
pohon seperti pahon kopi, nenas dan tanaman perdu disekitar rumah.
(Tiara M.S.P)
4. JARAK TERBANG
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari
mangsa dan selanjutnya ke tempat untuk beristirahat ditentukan oleh
kemampuan terbang nyamuk. Pada waktu terbang nyamuk memerlukan
oksigen lebih banyak, dengan demikian penguapan air dari tubuh nyamuk
menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air di dalam tubuh
dari penguapan maka jarak terbang nyamuk menjadi terbatas. Aktifitas dan
jarak terbang nyamuk dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: faktor eksternal dan
faktor internal. Eksternal meliputi kondisi luar tubuh nyamuk seperti
kecepatan angin, temperatur, kelembaban dan cahaya. Adapun faktor
internal meliputi suhu tubuh nyamuk, keadaan energi dan perkembangan
otot nyamuk.
Jarak terbangnya nyamuk Anopheles aconitus dapat mencapai 1,5
km, tetapi mereka jarang terdapat jauh dari sarangnya. Sementara jarak
terbang Anopheles maculatus kurang lebih 1 km tetapi mereka jarang
terdapat jauh dari sarangnya dan lebih suka mengigit binatang dari pada
15
manusia (Iskandar dkk, 1985) (Fitriani Sudirman). Sedangkan jarak
terbang An. Sundaicus betina cukup jauh. Pada musim densitas tinggi,
masih dijumpai nyamuk betina dalam jumlah cukup banyak disuatu tempat
yang berjarak kurang lebih 3 kilometer (Km) dari tempat perindukan
nyamuk tersebut .(Tiara M.S.P)
5. SIKLUS HIDUP
Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya
mempunyai tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan
yang satu dengan tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda.
Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :
1) Tingkatan di dalam air.
Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup
nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air
ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada
didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang
baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam
pertumbuhannya jentik anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak
empat kali. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-
10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk.
Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa) yang merupakan
tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan
kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup
16
waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah
dapat dibedakan jenis kelaminnya.
2) Tingkatan di luar tempat berair (darat/udara).
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian
nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan
lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara.
Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan banya
kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah
24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong. (Petrick Manupassa)
Parasit malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan untuk
kelangsungan hidupnya, yaitu siklus hidup dalam tubuh manusia terjadi
pertumbuhan bentuk aseksual dan siklus hidup dalam tubuh nyamuk
Anopheles terjadi fase reproduksi seksual (Prabowo, 2004)
17
II.3 SOLUSI MENGATASI MASALAH
Pengendalian vektor secara umum terbagi dua tingkatan / stadium, yakni:
1. Tingkat Aquatik ;
Pengelolaan Lingkungan
Larvacid
Pengendalian Biologis
3M
2. Stadium Dewasa ;
Residu insektisida
Aerosol : drift sprays, indoor space sprays
Perlindungan diri :
Screens
Bed net
Repellent
18
BAB IIIPENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Bionomik adalah bagian dari ilmu biologi yang menerangkan pengaruh
antara organisme hidup dengan lingkungannya Pengetahuan bionomik
nyamuk meliputi ;
1. Habitat
Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai
dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang
biak. Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk
tidak sama tiap jenis/spesies nyamuk
2. Kontak vektor dengan host
Nyamuk Anopheles betina biasanya hanya kawin satu kali selama
hidupnya. Untuk mempertahankan dan memperbanyak
keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses
pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari
darah.
3. Tempat istirahat
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang
sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan
istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari
darah.
19
4. Jarak Terbang
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari
mangsa dan selanjutnya ke tempat untuk beristirahat ditentukan oleh
kemampuan terbang nyamuk.
5. Siklus Hidup
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari
mangsa dan selanjutnya ke tempat untuk beristirahat ditentukan oleh
kemampuan terbang nyamuk.
III.2 SARAN
Dari hasil pembahasan maka saran yang dapat disampaikan yakni perlunya
pengetahuan mengenai bionomik nyamuk Anopheles sebagai penyebab penyakit
malaria untuk perencanaan pengendaliannya baik untuk masyarakat secara umum
maupun untuk instansi kesehatan secara khusus.
20
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahim Mangiri. K11108280. Vectors And Malaria Transmission In
Deforested, Rural Communities In North-Central Vietnam.
Petrick Manupassa. K11108501. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Insiden Penyakit Malaria di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Teluk
Dalam Kabupaten Nias Selatan Tahun 2005.
Fitriani Sudirman. K11108251. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dan
Lingkungan Sekitar Rumah Dengan Kejadian Malaria Di Desa Ketosari
Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
Andi Tilka Muftiah R. K1108286. Identifikasi Dan Aktivitas Menggigit Nyamuk
Vektor Malaria Di Daerah Pantai Puri Gading Kelurahan Sukamaju
Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung.
Tiara A. M. S. Putirululan. K11108541. Gambaran Penyaklt Dan Vektor
Malaria Di Indonesia.
Ria Hastuty. K11108869. Bionomik Vektor Dan Situasi Malaria Di Kecamatan
Kokap, Kabup Aten Kulonprogo, Yogy Akarta
21
Recommended