View
128
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
AGAMA
MEMBANGUN EKONOMI
SYARIAH
OLEH:
1.GALIH WIDIASTO
2.M.SAFRURRIZAL
3.RIZKI MAULANA SASMITA
PROGRAM STUDI D IV OTOTRONIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam dunia global sekarang ini, tidak bisa disangkal lagi bahwa manusia
sekarang selalu terkait dengan yang namanya ekonomi. Ekonomi didunia
global sekarang ini sangatlah berkembang pesat sesuai dengan kebutuhan para
manusia yang menjalankan aktifitas ekonomi itu sendiri.
Ekonomi dalam dunia islam berbeda dengan ekonomi yang ada didunia
sekarang ini, terkadang sering sekali menyelewang dari ajaran islam. Maka
ada istilah ekonomi islam untuk menjalankan ekonomi dalam ruang lingkup
islam.
Untuk itu dalam makalah ini, kita akan membahas tentang yang namanya
ekonomi islam, diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dengan penjelasan latar belakang yang telah disebutkan diatas, terdapat
beberapa masalah yang di rumuskan dan akan di bahas dalam makalah ini,
yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan ekonomi islam?
2. Bagaimana cara menjalankan ekonomi islam?
1.3 BATASAN MASALAH
Makalah yang kami hanya membahas sebagian kecil permasalahan dalam
ekonomi islam antara lain :
Menjelaskan yang dimaksud dengan ekonomi islam.
Menginformasikan tentang cara-cara menjalankan ekonomi islam.
1.4. TUJUAN
Berdasarkan materi makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu ekonomi islam.
2. Mahasiswa dapat mengerti cara menjalankan ekonomi islam.
1.5 MANFAAT
Manfaat yang dapat di peroleh dari laporan praktek sistem bahan bakar
Diesel II ini adalah :
Dapat mengetahui apa itu ekonomi islam.
Dapat mengetahui cara menjalankan ekonomi islam.
1.6 SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Makalah ini memiliki banyak sekali hal – hal yang dijelaskan, sehingga akan
disusun dengan format sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang :
Latar belakang penulisan
Rumusan masalah
Batasan pembahasan
Tujuan
Manfaat
Sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN
Berisi tentang:
Ekonomi islam Pengertian sistem ekonomi islam Ciri- ciri ekonomi islam Struktur sistem ekonomi islam Konsep muamalah dan perdagangan islam Bentuk perdagangan Larangan larangan dalam berdagang
Sumber sumber ekomomi islam Keistemewaan dan karakteristik ekonomi islam Teori permintaan dan penawaran syariah Intervensi harga menurut pandangan ekonomi syariah Prinsip dasar ekonomi islam
BAB III PENUTUP
Berisi tentang :
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
EKONOMI ISLAM
Pemikiran ekonomi islam lahir dari kenyataan bahwa islam adalah
sistem yang diturunkan Allah kepada seluruh manusia untuk menata seluruh
aspek kehidupannya dalam seluruh ruang dan waktu. Karakter agama islam
yang paling kuat adalah fungsi sistem dan penataan. Objek dari sistem ini
adalah seluruh aspek kehidupan manusia; individu, keluarga, sosial,
pendidikan, budaya, ekonomi, politik, militer dan di atas itu semua ia juga
menata aspek spiritual dari kehidupan manusia.
Al Quran telah menyorot masalah-masalah ekonomi secara intens
dalam deretan ayat-ayatnya, baik pada masa Mekkah apalagi pada masa
Madinah. Demikian pula dalam sunnah Rasulullah, baik yang bersifat
Qauliyah (perkataan) atau Fikliyah (perbuatan) atau Takqririyah (persetujuan
atau penegasan), atau pada perjalanan panjang kehidupan beliau membangun
masyarakat muslim.
Adapun kronologis dari historis tentang ekonomi islam sebagai berikut :
1. Masa Wahyu
Yang dimaksud dengan wahyu disini adalah Al Quran dan sunnah. Yang
dimaksud dengan Al Quran, dalam definisi para ulama Ushul Fiqih adalah
“kalam (yang merupakan) mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, tertulis atas mushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir (oleh
banyak orang) dan yang membacanya merupakan ibadah.
Sunnah adalah “semua yang dating dari Nabi Muhammad SAW berupa
perkataan, perbuatan, dan penegasan atau persetujuan. Al Qurandan
sunnah adalah dua sumber utama ajaran islam. Dan karena ekonomi
merupakan bagian dari kehidupan manusia, kedua sumber itu juga telah
memberi ruang yang luas terhadap masalah ini.
2. Masa Ekspansi Islam
3. Masa Ijtihad : Penyusunan Ilmu-ilmu
4. Masa Staknasi Pemikiran
A. PENGERTIAN SISTEM EKONOMI ISLAM
Ekonomi islam terdiri dari dua kata yaitu ekonomi dan islam. Oleh karena itu ekonomi islam merupakan penggabungan dari kata tersebut. Sebagian pakar ada yang tidak setuju memberi definisi ekonomi islam., karena ekonomi islam bersifat normatif. Mereka berasalan penamaan ekonomi islam hanya memberi nilai- nilai dan ruh islam terhadap aktifitas ekonomi yang semestinya dilaksanakan.
Akan tetapi beberapa pendapat yang lain mengemukakan bahwa
ekonomi islam adalah sains sosial yang mengkaji persoalan- persoalan
ekonomi yang di jiwai dengan nilai- nilai islam. Hasanuzzaman juga
menjelaskan salah satu cara mendefinisikan ekonomi islam adalah dengan
menggabungkan ekonomi moderen dengan islam. Oleh sebab itu ekonomi
islam adalah suatu ilmu yang mempelajari ekonomi dalam prinsip islam
atau membawa ekonomi sejalan dengan syari’ah. Hailani Muji Tahir
mengungkapkan ekonomi islam ialah ilmu sains kemasyarakatan yang
mengkaji tingkah laku manusia dalam menggunakan dan mengatur sumber-
sumber alam untuk kepentingan diri dan juga kepentingan masyarakat
dalam rangka mendapatkan keridaan allah.
Ekonomi islam adalah kumpulan dari dasar-dasar hokum ekonomi
yang diambil dari Al Quran dan sunnah Rasulullah serta dari tatanan
ekonomi yang dibangun di atas dasar-dasar tersebut, sesuai dengan berbagai
macam bi’ah (lingkungan) dan setiap zaman (Izzan Ahmad, 2006)
Ekonomi islam adalah sebuah madzab ekonomi yang terjelmah di
dalamnya bagaimana islam mengatur kehidupan perekonomian, dengan
suatu paradigm yang terdiri dari nilai-nilai moral islam dan nilai-nilai ilmu
ekonomi atau nilai-nilai sejarah yang ada hubungannya dengan masalah-
masalah siasat perekonimian maupun yang ada hubungannya uraian sejarah
masyarakat manusia (al-Shadr,1968).
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa sistem ekonomi islam mempunyai perbedaan mendasar dengan sistem ekonomi yang lain (kapitalis dan sosialis). Perbedaan ter sebut terdapat pada dasar ekonomi islam yaitu tauhid, tetapi juga mencakup dan memperhatikan segala sesuatu yang berkaitan dengan kepemilikan, keseimbangan dan persaudaran.
B. CIRI- CIRI EKONOMI ISLAM
Ekonomi islam merupakan bagian dari sistem islam yang menyeluruh. Berbeda halnya dengan sistem ekonomi sebagai hasil penemuan manusia. Dalam ekonomi islam, antara agama dan ekonomi mesti terlihat jelas dan mempunyai hubungan yang sempurna. Alam yang di peruntukkan manusia mesti di kelola sesuai dengan tujuan penciptaannya. Oleh sebab itu semua aktivitas manusia yang bersifat muammalat tidak terlepas dari hubungan yang erat antara ekonomi dan agama. Adapun ciri- ciri dari ekonomi islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Ekonomi islam merupakan bagian dari sistem islam secara keseluruhan dan keyakinan merupakan satu bagian saja dari sistem islam. Oleh sebab itu hubungan ekonomi islam dengan akidan serta syari’at menyebabkan kegiatan ekonomi dalam islam berbeda dengan aktivitas ekonomi yang di ciptakan manusia.
2. Ekonomi islam merealisasikan keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Cita- cita ekonomi islam adalah untuk merealisasikan kekayaan dan kesejahteraan hidup dan keuntungan umum bagi masyarakat, bukan untuk menciptakan persaingan dan monopoli serta sikap mementingkan diri sendiri.
C. STRUKTUR SISTEM EKONOMI ISLAM
Setruktur sistem ekonomi islam terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Sektor siyasi atau sektor pemerintahPada umumnya semua aktifitas ekonomi yang berada pada sektor
ini dilaksanakan oleh pihak pemerintah, baik secara langsung atau tidak. Sektor ini berfungsi antara lain: i) merancang dan melaksanakan peraturan-peraturan ekonomi negara, seperti kebijakan fiskal, keuangan dan kebijakan pembangunan ii) menata serta mengurus segala bentuk harta milik negara. iii) mengawasi kegiatan di semua sektor BANK dan swasta.
2. Sektor tijari atau sektor swasta
Bentuk aktifitas ekonomi dibawah di bawah sektor ini cukup luas, mencakup bidang pertanian, pertambangan, perusahaan, pembangunan, perdagangan keuwangan, transportasi, jasa dan sebagainya. Objektifitas pihak swasta menjalankan aktifitas ekonomi adalah : i) melaksanakan kewajiban berusaha dalam mencari rizki
yang halal dan menunaikan tanggung jawab infak. ii) menjauhkan diri dari perbuatan menumpuk harta. iii) melaksanakan tanggung jawab sebagai khalifah allah untuk memakmurkan negara dan pertumbuhan ekonomi.
3. Sektor ijtima’i atau sektor kebajikan
Berdasarkan sektor ini fungsi kegiatan ekinomi dilaksanakan untuk membantu golongan yang lemah dan menyediakan suatu kesejahteraan sosial serta menyediakan prasarana di tingkat yang dasar. Hukum hukum yamg bersangkutan dengan sektor ini adalah zakat, sedekah, waqof dan pinjaman kebajikan
D. KONSEP MUAMALAH DAN PERDAGANGAN ISLAM
Untuk mengatur hal- hal yang berkaitan dengan urusan kemasyarakatan, maka manusia mesti mengetahui peraturan dan hukum hukumnya, yang dikenal dengan istilah muamalah. Karena masing- masing individu mesti mengetahui secara terperinci peraturan peraturan dan hukum- hukum yang berhubungan dengan muamalat, mencakup rukun dan syarat- syaratnya.
Sejalan dengan itu perdagangan merupakan salah satu bentuk aktivitas yang terpenting dalam bidang muamalat. Keperluan terhadap perdagangan ini telah bermula sejak dahulu dan terus berkembang hingga sekarang, dimana manusia telah berinteraksi satu sama lain untuk memenuhi keperluan hidup. Semakmur apapun suatu masyarakat, mereka masih tetap memerlukan aktivitas perdagangan untuk melengkapi kebutuhan sehari hari. Berkaitan dengan itu, maka dapat di kemukakan keistimewaan dari ajaran muamalat di antaranya:
a. Berdasarkan kepada gambaran (tasawwuv) kehidupan yang jelas
b. Memberi kesejahteraan dan keadilan pada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan.
c. Menegaskan konsep perkongsian untung dan rugi dan juga penagihan pendapat dan kekayaan kepada semua lapisan masyarakat.
d. Tasawwur keimanan yang jelas dapat mengawal bentuk aktivitas yang selaran dengan kelangsungan hidup manusia yang berahlak dan bermartabat.
Pada dasarnya hukum –hukum yang diajarkan pada muamalah adalah untuk mencapai kemaslahatan bagi manusia dengan
memperhatikan keadaan, waktu dan tempat. Berdasarkan realitas, tidak dapat dinafikan bahwa begitu beragamnya persoalan muamalah yang muncul masih memerlukan kepastian hukum.
E. BENTUK PERDAGANGANPerdagangan sebagai alat pertukaran dapat dilihat dari masa dan
objeknya. Dilihat dari segi massa nya pertukaran ini terdiri daripada tunai (naqdan) dan tangguh (bay’ al-mu’ajjal). Sedangkan dari objek pertukaran terdiri dari asset riil, yaitu barang, manfaat atau kegunaan, dan aset keuangan yaitu uang dan sekuritas. Untuk itu kedua jenis aset ini dapat di pertukarkan, sebagai uraian berikut:a. Pertukaran ‘ayn dengan’ayn
Pertukaran seperti ini biasanya terjadi pada barter, atau pertukaran barang dengan barang. Dalan penikaran ini mesti dilakukan dalam kualitas yang sama, jumlah yang sama serta diserahkan secara tunai.
b. Pertukaran’ayn dengan dayn
Pertukaran seperti ni merupakan aktifitas yang paling lazim dilakukan didalam aktivitas bisnis. Pertukaran bisa terjadi pada saat benda ‘ayn dengan membayar yang dilakukan secara berhutang dayn, atau sebaliknya.
c. Pertukaran datn dengan dayn
Pertukaran dua hal yang tertunda (nasi’ah), yang dimaksud nasi’ah disini dapat terjadi pada pengalihan barang (kepemilikan) dan pembayaran tertunda. Di samping itu juga terjadi pada pertukaran barang dengan barang atau uang dengan uang secara tangguh. Peraturan yang ada tentang hal ini adalah ada larangan untuk melakukan penanguhan keduanya, baik itu berupa barang dengan barang, barang dengan uang maupun uang dengan barang, penyerahannya mesti dilakukan secara tunai dan pada masa yang sama.
F. LARANGAN-LARANGAN DALAM BERDAGANG1. RIBA
Riba berarti al ziyadah (tambahan), al- nama (tumbuh). Istilah riba telah duigunakan oleh masyarakat jahiliah, dimana riba yang di aplikasikan pada masa itu adalah tambahan dalam bentuk uangnakibat
penunndaan pelunasan hutang. Dengan demikian riba dapat di artikan dengan tambahan yang di syaratkan dalam transaksi bisnis tanpa ada ganti rugi yang di benarkan syariah kepada penambahan tersebut, dan ini merupakan riba yang di maksud dalam AL-QURAN. Larangan riba juga diungkapkan sunah di samping AL-QURAN.
2. LARANGAN GHARAR
Ghoror dapat berarti resiko, dan kadang kala menuju dalam ketidak pastian. Begitu juga dalam kamus al-muhit menjelaskan bahwa kata khada’ digunakan pada gharar yang berarti penipuan. Di samping itu gharar juga di samakan dengan kata khatara dengan makna sesuatu yang berbahaya. Ibnu taimiyah mendeskripsikannbahwa gharar bermakna sesuatu yang tidah di ketahui. Ibnu qayyim menegaskan bahwa gharar merupakan sesuatu yang berkemungkinan ada atau tiada.
3. LARANGAN PERDAGANGAN DENGAN PAKSAAN
Prinsip ini merupakan prinsip yang di perlukan dalam melakukan perdagangan sebenarnya kebebasan untuk membuat pilihan dan keinginan melakukan perdagangan yang terbebas dari keterpaksaan sentiasa harusdijalankan dalam semua aktivitas perdagangan. Paksaan secara lansung atau tidak dalam perdagangan moderen tidak di bolehkan dalam islam, karena akan merugikaan pihak lain.
4. LARANGAN MENJUAL BARANG HARAM
Meskipun islam menggalakkan umuatnya untuk berdagang, namun bukan berarti semua barang boleh atau halal untuk di perdagangkan tanpa batasan. Supaya perdagangan tersebut halal dan di berkahi Allah, maka para pedagang hendaknya memperhatikan jenis- jenis barang yang halal.
Dengan demikian pedagang muslim hendaknya menjauhkan diri dari perdagangan yang diharam kan oleh syara’ . Apabila mereka masih melakukan nya, maka berarti ia telah melakukan perbuatan maksiat dan dosa. manapun juga seorang pedagang musli mesti mematuhi dan menjalankan peraturan dan prinsip perdagangan dalam islam sebagai mana yang telah di paparkan di atas. Pentingnya mematuhi peraturan tersebut agar pihak yang terlibat tidak menderita kerugian, penipuan dan sebagainya, sehingga masing masing pihan berinisiatif untuk menciptakan kejujuran dan keadilan dalam melakukan perdagangan.
G. SUMBER SUMBER EKOMOMI ISLAM
1. Al Quran
Alquran adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi islam,
didalamnya dapat kita temui hal ihwal yang berkaitan dengan ekonomi dan
juga terdapat hokum-hukum dan undang-undang diharamkannya riba dan
diperbolehkannya jual beli dalam surat Al Baqarah:275 “dan Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
2. As-sunnah An Nabawiyah
As Sunnah adalah sumber kedua dalam perundang-undangan islam. Di
dalamnya dapat kita jumpai khazanah atiran perekonomian islam. Sebagai
contoh hadis di bawah ini :
“sesungguhnya menumpahkan darah kalian, (mengambil) harta kalian.
Mengganggu kehormatan kalian haram sebagaimana haramnya hari
kalian saat ini di bulan ini, di negeri ini, … “(HR. Bukhari).
3. Kitab-kitab Fiqih Umum
Kitab-kitab ini menjelaskan ibadah dan muamalah, di dalamnya terdapat
pula bahasan tentang ekonomi yang kemudian dikenal dengan istilah Al
Muamalah Amaliyah. Adapun bahasan-bahasan yang langsung berkaitan
dengan ekonomi islam adalah zakat, sedekah sunnah, fidyah, zakat fitrah,
jual beli, riba dan jual beli uang dan lain-lain.
4. Kitab-kitab Fiqih Khusus (Al Maaulu wal Iqtishaadi)
Kitab-kitab ini yang secara khusus membahas masalah yang berkaitan
dengan uang, harta lainnya dan ekonomi.
H. KEISTEMEWAAN DAN KARAKTERISTIK EKONOMI ISLAM
1. Ekonomi islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari konsep islam
yang utuh dan menyeluruh.
2. Aktivitas ekonomi islam merupakan suat bentuk ibadah.
3. Tatanan ekonomi islam yang memiliki tyjuan yang sanagan mulia.
4. Ekonomi islam merupakan sistem yang memiliki pengawasan melekat
yang berakar dari keimanan dan tanggung jawab kepada Allah.
5. Ekonomi islam merupakan sistem yang menyelaraskan antara maslahat
individu dan maslahat umum.
I. TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN SYARIAH
Sebelum membahas lebih jauh tentang teori permintaan dan penwaran
syariah, hal-hal penting perlu disampaikan terlebih dahulu yang berhubungan
dengan konteks ini yaitu : (Putong Iskandar,2005)
1. Tidak memperkenankan adanya riba (tapi menganjurkan shodaqoh)
(diharamkan riba, halal jual beli)
2. Tidak membenarkan pematokan harga yang bertujuan untuk mengambil
keuntungan lebih bersifat menipu atau memberikan informasi harga yang
tidak benar dan bersifat riba.
3. Pembeli dan penjual haruslah berakal sehat yaitu salah satu atau dua
duanya tidak berniat untuk saling menipu agar mendapatkan keuntungan
yang besar.
4. Tidak ada pakasaan dalam transaksi, artinya meskipun harga sudah cocok,
akan tetapi jumlah yang ditawarkan dan atau yang diminta tidak sesuai
maka jual beli batal.
5. 5 benda yang diperjual belikan haruslah barang halal baik menurut hukum
positif (bukan barang curian/hasil kecurangan) maupun menurut hukum
syariah, serta barang yang menjadikan riba atasnya(bunga yang belum jadi
buah,transaksi forward, barang rusak yang diakui bagus dan lain
sebagainya)
6. Barang yang diperjual belikan berguna dan bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan.
7. Barangnya harus nyata.
8. Tidak dibenarkan menimbun barang untuk menjadikannya sebagai barang
langka sehingga bias mempermainkan harga.
9. Penjual tidakmengurangi takaran atau timbangan dan pembeli tidak
melebihkan ukuran, takaran atau timbangan.
10. Tidak bersifat aniaya, baik konsumen terhadap produsen maupun produsen
terhadap konsumen.
11. Dalam setiap penerimaan konsumen atau pada setiap penerimaan produsen
ada hak orang miskin dan fakir. Dalam kondisi dimana pasar sudah
demikian sempurnanya, maka hak orang miskin dan fakir itu menjadi
beban Negara.
Pada dasarnya teori dan praktek ekonomi syariah tidak
membenarkan adanya pengaturan harda dari pemerintah, karena perihal
bisnis adalah bagian dari urusan hubungan antar manusia. Kondisi
permintaan dan penawaran di pasara menurut ekonomi syariahpada
dasarnya sama saja dengan kondisi ekonomi konvensional, diaman
mekanisme pasar dengan hokum ekonomilah yang mengatur pergerakan
perminataan, penawaran dan harga.( Putong Iskandar,2005)
J. INTERVENSI HARGA MENURUT PANDANGAN EKONOMI
SYARIAH
(putong Iskandar,2005 halaman 103) Dari sisi pandang ekonomi
syariah sebenarnya kebijakan intervensi pasar mengenai penentuan harga
terendah atau tertinggi tidak dibenarkan hal ini sesuai dengan perlakuan
yang sama oleh Nabi Muhammad SAW di masa lalu dimana beliau sangat
tidak bersedia mencampuri urusan harga karena :”sesungguhnya Allah lah
yang menetapkan harga, yang menahan maupun yang melepas serta
memberi rejeki….”(HR lima Ahli hadist kecuali Nasai). Dengan demikian
harga di pasar diserahkan sepenuh kepada mekanisme pasar yang akan
mencapai pada keseimbangan baik secara umum maupun parsial.
Pemerintah boleh melakukan intervensi apabila keseimbangan pasar
diganggu oleh pelaku ekonomi pasar yang ingin mengambil keuntungan
lebih misalnya adanya pelaku ekonomi yang berusaha memonopoli
penjualan agar dapat semena-mena menaikan harga atau bahkan
menurunkan harga. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan
pemerintah boleh melakukan intervensi harga diantaranya sebagaimana
juga yang terdapat dalam buku Ekonomi Mikro Islami karya Adiwarman
Karim (karim,2002,h.143) :
a. Intervensi harga menyangkut kepentingan masyarakat yaitu melindungi
penjual (dalam hal profit margin) dan pembeli (dalam hal purchasing
power – daya beli)
b. Untuk mencegah terjadinya ikhtiar (mengambil keuntungan diatas
keuntungan normal)
c. Intervensi harga untuk melindungi kepentingan masyarakat umum.
K. PRINSIP DASAR EKONOMI ISLAM
1. Mengakui hak memiliki (baik secara individu atau umum)
Sistem ekonomi islam mengakui hak seseorang untuk memiliki apa saja
yang dia inginkan dari barang- barang produksi,misalnya,ataupun barang-
barang konsumsi. Dan dalam waktu bersamaan mengakui juga
kepemilikan umum.
2. Kebebasan ekonomi bersyarat.
Setiap individu bebas untuk berjual beli dan menentukan upah/harga
dengan berbagai macam nilai nominal, tetapi dengan syarat tidak
bertentangan dengan kepentingan umum. Adapun syarat syarat yang harus
dipenuhi dari kebebasan tersebut adalah.
a. Memeperhatikan halal dan haram dalam ketentuan hukum-hukum
islam.
b. Komitment terhadap kewajiban-kewajiban syariat islam.
c. Tidak menyerahkan pengelolaan harta kepada orang-orang yang
bodoh, gila dan lemah.
d. Hak untuk bersyarikat dengan tetangga atau mitra kerja.
e. Tidak dibenarkan mengelola harta pribadi yang merugikan
kepentingan orang banyak.
3. At-Takaful Al-Ijtima’I (kebersamaan dalam menanggung suatu kebaikan).
Dalam ajaran islam terdapat 2 prinsip utama, yaitu pertama, tidak seorangpun atau sekelompok orangpun yang berhak mengeksploitasi orang lain; dan kedua, tidak sekelompok orangpun boleh memisahkan diri dari orang lain dengan tujuan untuk membatasi kegiatan social ekonomi di kalangan mereka saja. Agar tidak ada eksploitasi yang dilakukan seseorang terhadap orang lain, maka Allah melarang umat islam memakan hak orang lain, sebagaimana firman-Nya :
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan” (al-Syu’ara: 183).
Prinsip ekonomi umat manusia ada 2, yaitu:
1. Prinsip zhulumat/syar (Non Islam)
Prinsip ekonomo zhulumat adalah prinsip ekonomi yang melandaskan pada pola piker materialisme, yang menempatkan manusia sebagai segala-galanya, baik secara kolektif atau komunal maupun individual atau liberal. Prinsip ekonomi demikian dinyatakan dalam Al-Quran sebagai penyesat kehidupan, yang pada akhirnya akan melahirkan peradaban yang saling baku hantam dan mencari kelengahan pihak lain.
“Barang siapa mencari agama selain islam, maka sekali-kali tidaklah diterima (agama itu) darrinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi”. (Ali-Imran:85)
2. Prinsip nur (Khair)
Prinsip ekonomi nur yaitu peinsip ekonomi yang berdasarkan atas konsep ketuhanan secara fungsional. Di antara prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Alam ini mutlak milik Allah SWT
“Kepunyaan-Nya–lah semua yang ada dilangit, semua yang di bumi semua yang diantara keduanya dan semua yang ada di bawah tanah”.(Thaha: 6)
b. Alam merupakan kurnia Allah, diperuntukkan bagi manusia
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan Allah tanpa ilmu pengetahuan dtau petunjuk dan tanpa kitab yang member penerangan”.(Luqman: 20).
c. Alam kurnia Allah ini dinikmati dan dimanfaatkan dengan tidak
melampaui batas-batas ketentuan:
“Hai anak adam , pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (al-Araf:31)
d. Hak milik perseorangan diakui sebagai hasil jerih payah usaha yang
halal dan hanya boleh depergunakan untuk hal-hal yang halal pula
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagaian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (al-Baqarah: 267)
e. Allah melarang menimbun kekayaan tanpa ada manfaat bagi sesame
manusia:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, and mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang orang yang menyimpan Emas dan Perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan dapat) siksa yang pedih”. (al-Taubah: 34)
f. Di dalam harta orang kaya itu terdapat hak orang miskin,fakir dan lain
sebagainya:
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam penjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. (al-Isra’; 26)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ekonomi islam mempunyai aturan-aturan yang jelas yang apabila kita
menjalankannya kita akan mendapatkan keuntungan dari berbagai pihak
dan akan mendapatkan pahala karena telah menjalankan syariat islam
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Saran
Untuk dapat ketenangan dalam berdagang atau pun melakukan aktifitas
ekonomi, maka kita haruslah menerapkan dan menjalankan syariat-syariat
hukum islam dalam melakukan aktifitas ekonomi sehingga akan terbiasa
dan tertanam kepada diri kita untuk melakukan aktifitas ekonomi dengan
cara islam.
DAFTAR PUSTAKA
Putong Iskandar, 2005. Teori Ekonomi Mikro, Jakarta: Mitra Wacana Media
Fadholi, 2011. Pendidikan Agama Islam, Malang: Aditya Media Publishing
Izzan Ahmad, 2006. Referensi Ekonomi Syariah, Bandung: Remaja Rosdakarya
Hulwati, 2009. Ekonomi Islam, Jakarta: Ciputat Press
Recommended