View
220
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
1. PENGERTIAN KARYA ILMIAH
Istilah karya ilmiah digunakan untuk sebuah tulisan yang disusun secara
sistematis menurut aturan atau kaidah tertentu bedasarkan hasil berfikir ilmiah. Berfikir
ilmiah yang menghasilkan metode ilmiah tersebut dapat digambarkan dalam lima fase
berfikir yaitu: (1) menyadari adanya masalah, (2) membatasi dan mengidentifikasi
masalah (observasi/ pengumpulan data) untuk mendefinisikan masalah dengan lebih
akurat, (3) mengajukan pemecahan masalah yang disarankan (hipotesis), (4) secara
deduktif memikirkan tentang konsekuensi dari pemecahan masalah yang diajukan,
yakni memikirkan tentang apakah akibat lanjut apabila yang diajukan benar adanya, (5)
menguji hipotesis dengan cara mencari bukti-bukftti yang dapat diobservasi dan
dianalisis untuk memperoleh kepastian apakah konsekuensi itu benar-benar terjadi.
Adapun istilah tulisan (karya tulis) dimaksudkan untuk menyatakan karangan
yang disusun berdasarkan ide penulisnya yang diperkuat oleh data serta pernyataan dan
gagasan orang lain. Itulah sebabnya dikenal istilah penulis. Dalam hal ini perlu
dibedakan dengan pengarang. Penulis, di samping mengungkapkan ide, dapat juga ide
tersebut didukung oleh gagasan dan pernyataan orang lain. Bahkan penulis kadang-
kadang hanya mengompilasi yang diolah dalam bentuk baru dan utuh, karena
seringkali karangan aslinya disusun dengan tergesa-gesa sehingga kurang tepat
hasilnya.
Ciri khas sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan metode ilmiah ialah
keobjektifan pandangan yang dikemukakan dan kedalaman makna yang disajikan
sehingga tulisan dapat dirasakan ilmiah. Sebuah tulisan dirasakan mengandung
kebenaran objektif, karena didukung oleh informasi (data) yang sudah teruji
kebenarannya dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran dan analisis yang
mampu menukik ke dasar masalah. Tulisan ilmiah akan kehilangan keilmiahannya
manakala mengemukakan ilmu (teori dan fakta) pengetahuan saja, melainkan sifat
yang diperoleh dengan metode mengkaji masalah, fakta, atau fenomena secara eksak.
Disebut eksak atau tepat (dan tidak disebut pasti atau mutlak), karena dalam pengkajian
itu selalu ada sejumlah kecil kemungkinan (1-5%) timbul kesalahan (pengukuran),
kelainan (mutu), atau penyimpangan (hasil) (Soeseno, 1986:2).
1
Penulisan karya ilmiah menuntuk adanya sikap, pengetahuan dan keterampilan
khusus dari penulisnya. Sikap, pengetahuan, dan keterampilan khusus yang dituntut
dari seorang penulis karya ilmiah adalah: (1) sikap ingin tahu, selalu bertanya-tanya
mengenai beberapa hal yang dihadapinya; (2) sikap kritis, sikap selalu tidak puas
dengan jawaban tunggal dan selalu berusaha mencari hal-hal apa yang ada dibelakang
gejala dan fakta yang dihadapi; (3) sikap terbuka, selalu bersedia mendengarkan
keterangan dan argumentasi orang lain, meskipun berbeda dengan pendiriannya; (4)
sikap menghargai karya orang lain, memiliki jiwa yang cukup besar untuk menghargai
karya orang lain tanpa merasa dirinya kecil; (5) sikap objekitf, dapat menyisihkan
prasangka pribadi atau kecenderungan yang tidak beralasan; (6) sikap berani
mempertahankan kebenaran, kebenaran yang berupa fakta atas hasil penelitiannya
sendiri atau hasil penelitian (karya) orang lain; (7) sikap menjangkau ke depan; (8)
menguasai car-cara (metode) ilmiah dan mengikutinya dengan jujur; dan (9) menguasai
bahasa secara baik dan benar, baik dalam tata bahasa, kosa kata dan istilah-istilah
ilmiah di bidangnya dan bidang lainnya (Brotowidjojo, 1985; Sastrohutomo, 1983).
2. JENIS KARANGAN ILMIAH
Secara umum, karangan ilmiah berbeda dengan karangan populer. Karangan
populer berangkatnya dari imajinasi, sedangkan karangan ilmiah, seperti yang
dijelaskan oleh Day (Djuroto dan Bambang (2003: 12-13), merupakan karya tulis
ilmiah yang memaparkan hasil penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang
didapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboartorium ataupun kajian
pustaka yang disusun menurut metode dan sistematika tertentu dengan isi serta
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Kajian atau penelitian itu bisa berbebtuk
penelitian lapangan, pennelusuran literatur (kepustakaan) atau pengamatan (observasi).
Apapun bentuknya, penelitian tersebut tentu saja harus memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarkat keilmuan.
Karangan ilmiah sebagai karya yang berbeda dengan karangan populer
memiliki beberapa perbedaan, yakni:
2
1. Akurat (accurate),dalam pengertian bahwa pengembangan dan keterangan yang
diberikan didasarkan pada data faktual,apa adanya,dan dapat diuji kebenarannya,
bukan berdasarakan imajinasi seperti pada karangan popular.
2. Ringkas (brief) atau tidak bertele – tele. Bahasa dalam karangan ilmiah
menggunakan bahasa formal, lugas atau denotative serta mengikuti kaidah–kaidah
bahasa yang berlaku, dan menghindari pemakaian kata ambigu atau ungkapan
bermakana ganda atau multi tafsir.
3. Jelas dan tuntas (clear), artinya penjelasan berkaitan dengan masalah dan
dipaparkan secara proporsional.
4. Etis (ethical), dalam arti mengikuti secara ajeg notasi ilmiah seperti pencantuman
sumber pendapatan apabila dikutip dari sumber lain dengan cara menyebutkan
nama sumber data atau informasi secara jujur, hal ini juga untuk menghindari
penulisan dari plagiasi.
5. Obyektif, artinya tidak memihak, penulis mengungkapan apa adanya sesuai dengan
fakta.
6. Sistematis, penjelasan harus meruntut tidak melompat-lompat, dimulai dari
pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
7. Logis (logical), artinya ada hubungan antara bagian dengan menggunakan cara
berfikir analitik, deduktif, atau induktif.
Berdasarkan pengembangannnya karangan ilmiah dapat dibedakan menjadi :
1. Deduktif, yakni pengembangan karangan tulis yang berangkat dari kajian teori,
dibuktikan pada data di lapangan.
2. Induktif, pengembangan karangan tulis yang berangkat dari data di lapangan,
disimpulkan menjadi teori.
3. Campuran, yakni pengembangan karangan tulis dari kajian teori dan data di
lapangan yang diintegrasikan.
Berdasarkan bentuknya karangan ilmiah dapat dibedakan menjadi 10, yakni:
1. Artikel, dapat dibedakan menjadi dua yakni artikel popular dan artikel ilmiah. Pada
artikel popular pengembangan tulisannya menggunakan bahasa-bahasa popular,
sedangkan artikel ilmiah pengembanagan tulisannya menggunakan bahasa formal.
3
2. Esai, merupakan karangan bebas yang tidak terikat satu peraturan penulisan
karangan tulis tertentu.
3. Laporan, merupakan tulisan yang berisi rekaman kegiatan tentang suatu yang
sedang dikerjakan, digarap, diteliti, atau diamati, dan mengandung saran untuk
dilaksanakan, seperti laporan Praktik Pengalaman Lapangan dan Laporan
Praktikum. Laporan ini disampaikan dengan cara soebjektif mungkin.
4. Makalah, merupakan Karangan ilmiah yang berisi hasil pembahasan yang ditulis
secara sistematis dan runtut disertai analisis yang logis dan objektif.
5. Skripsi, yakni karangan ilmiah yang diajukan sebagai tugas akhir dan salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana.
6. Tesis, yakni karangan ilmiah dengan tingkat pembahasan lebih dalam daripada
skripsi.
7. Disertasi, yakni karangan ilmiah yang diajukan untuk mencapai gelar doctor, yaitu
gelar tertinggi yang diberikan oleh suatu unversitas.
8. Resensi, yakni karangan ilmiah yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau
penilaian sebuah buku.
9. Kritik (berasal dari kata Yunani kritikos yang berarti ‘hakim’), yaitu karangan
ilmiah yang berisi penilaian baik-buruknya suatu karangan secara objektif.
10. Proposal, yaitu karangan ilmiah yang berisi rancangan kegiatan, penelitian, atau
perjalanan.
3. KARAKTERISTIK KARANGAN ILMIAH
Dalam menulis karya ilmiah ada yang harus dipenuhi sebagai syarat-syarat atau
ciri-ciri sebuah karya ilmiah. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Objektif
Pengumpulan data dalam karya ilmiah harus dilakukan dengan tekun, teliti, dan
objektif tanpa harus purbasangka. Sehingga semua kenyataan ilmiah yang dihadapi
taka da yang diabaikan atau ditinggalkan.
2. Sopan dan Rendah Hati
Ciri kesopanan suatu karya ilmiah terlihat dari kata-kata atau kalimat dari bahasa
yang dipakai. Selain itu juga mencerminkan kerendahan hati penulisnya karena
tidak ada kata atau kalimat yang sifatnya menggurui.
4
3. Jujur
Sebuah kejujuran dari karya ilmiah bisa dilihat dari mana kenyataan (data) didapat,
sumber data dikemukakan dengan jelas, bila mengambil pendapat atau data dari
karya ilmiah lain harus diterangkan daftar pustakanya.
4. Jelas, Tegas, Singkat, dan Teliti
Kata-kata yang digunakan dalampenulisan naskah ilmiah harus jelas dan tegas.
Kata-kata atau istilah yang baru atau asing harus dijelaskan dengan keterangan
yang jelas dan tepat. Sebisa mungkin untuk satu kalimat ada satu pengertian atau
satu istilah saja.
5. Kompak, Kontinyu, dan Lancar
Penulisan karya ilmiah yang kompak, kontinyu, dan lancer dimaksudkan agar yang
dituturkan itu mudah dimengerti dan diterima pembaca sehingga ada kelangsungan
pemikiran secara ilmiah. Kesimpulan yang diambil didasarkan atas alasan-alasan
yang masuk akal dan dapat dipertangungjawabkan. Pembagian dari satu bab ke bab
yang lain berikutnya harus mencerminkan adanya kesinambungan masalah dan
lancar penuturannya.
6. Analisis dan Konstruksi
Karya ilmiah tidak hanya dideskripsikan saja, akan tetapi juga harus dianalisis serta
dikonstruksikan. Di dalam tulisan harus ada suatu analisis mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan terhadaphukum tersebut. Setelah faktor-faktor tadi
dianalisis, kemudian diperlukan konstruksi atau komposisi terhadap unsur-unsur
yang telah diuraikan.
3.1. Karakteristik Kalimat dan Paragraf Karya Ilmiah
Ragam memiliki karakteristik yang khas menandai eksistensinya
sekaligus membedakan dengan ragam bahasa yang lain, sebagai berikut:
1. Cendekia, BIK mampu dipakai untuk mengungkapkan hasil berpikir logis
secara tepat
2. Lugas dan jelas, BIK digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara
jelas dan tepat
5
3. Gagasan sebagai pangkal tolak, BIK digunakan dengan orientasi gagasan.
4. Formal dan objektif, unsur yang digunakan dalam BIK merupakan unsur yang
berlaku dalam situasi formal atau resmi
5. Baku (standard), sesuai dengan kedudukan bahasa Negara.
3.1.1. Karakteristik Kalimat Efektif
Konsep kalimat efektif dikenal dalam hubungannya dengan fungsi kalimat
sebagai alat komunikasi. Kalimat dikatakan efektif jika mampu membuat proses
penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna, dan juga mampu
membuat isi dan maksud yang disampaikan oleh penulis itu tergambar lengkap
dalam pikiran pembaca, persisi seperti apa yang disampaikan.
Sebagai sebuah kalimat efektif perlu diperhatikan beberapa hal sebagai ciri-
ciri kalimat efektif, yaitu: (1) gramatikal, (2) logis, (3) diksi (pilihan kata), (4)
menunjukkan kesatuan gagasan, (5) memiliki koherensi yang baik, (6) tidak
ambigu (bermakna ganda), (7) memiliki kesejajaran bentuk.
3.1.2. Karakteristik Paragraf ilmiah
Paragraf meruuakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah tulisan. Dalam
paragraf terkandung satu kesatuan pikiran yang didukung oleh semua kalimat
dalam paragraf tersebut.
a. Unsur-Unsur Paragraf
Yang dimaksud unsur-unsur parahraf adalah beberapa komponen yang
membangun paragraf sehingga paragraf tersebut tersusun secara logis dan sistematis.
Ada empat unsur yang membangun paragraf, yaitu: (1) unsur transisi, (2) kalimat
topik, (3) kalimat pengembang, (4) kalimat penegas.
1) Transisi
Transisi adalah penanda hubungan antara paragraf yang satu dengan paragraf
lain yang berdekatan. Transisi ini merupakan petunjuk bagi pembaca kea rah mana
isi sedang bergerak atau mengingatkan pembaca apakah suatu paragraf baru
6
bergerak searah dengan gagasan paragraf sebelumnya. Oleh karena itu, sering
dikatakan bahwa unsur transisi ini berfungsi sebagai penunjang keutuhan dan
kepaduan paragraf.
Kehadiran transisi suatu paragraf bukan merupakan suatu keharusan. Hal ini
bergantung pada pertimbangan penulis
Ada dua macam transisi paragraf, yaitu transisi berupa kalimat dan teansisi
berupa kata. Transisi kalimat berfungsi ganda, yakni sebagai transisi yang
menghubungkan paragraf satu dengan yang lainnya dan sebagai pengantar topik
utama yang akan kita bicarakan. Letak transisi kalimat selalu mendahului kalimat
topik.
Selain transisi kata/kelompok kata penanda hubungan kelanjutan, penenda
transisi kata yang lain adalah sebagai berikut:
1) Penanda hubungan perbandingan, yaitu penanda hubungan yang digunakan
untuk mengaitkan paragraf sebanding atau seimbang gagasannya.
2) Penanda hubungan pertentangan, yaitu penanda hubungan yang digunakan
untuk mengaitkan dua paragraf yang memiliki gagasan yang
kontras/bertentangan.
3) Penanda hubungan akibatan/ hasilan, yaitu penanda hubungan yang digunakan
untuk mengaitkan dua paragraf yang berisi sebab-akibat.
4) Penanda hubungan sebaban, yaitu penanda hubungan yang digunakan untuk
mengaitkan dua paragraf yang berisi akibat-sebab.
5) Penanda hubungan tujuan/maksud, yaitu penanda hubungan yang digunakan
untuk mengaitkan dua paragraf, paragraf pertama berisi tindakan dan paragraf
kedua (berpenanda) berisi tujuan dari paragraf pertama.
6) Penanda hubungan (pengantar) simpulan/ringkasan, yaitu penanda hubungan
yang digunakan untuk mengantarkan paragraf yang berisi ringkasan atau
kesimpulan.
7) Penenda hubungan tempat, yaitu penanda hubungan yang digunakan untuk
mengaitkan dua paragraf yang berisi/menunjukan tempat.
b. Prinsip-Prinsip Penyusunan Paragraf
7
Dalam pengembangan paragraf penulis harus menyajikan dan
mengorganisasikan menjadi paragraf yang memenuhi prinsip-prinsip penyusunan
paragraf .prinsip-prinsip itu ialah kesatuan,kepaduan, dan kelengkapan.
1) Kesatuan
Paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat yang membina
paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik itu .
2) Kepaduan (khorensi)
Kepaduan paragraf akan terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-
kalimat yang membina paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Pembaca
mudah mengikuti jalan pikiran penulis tanpa merasa ada sesuatu yang
menghambat, tidak terasa adanya loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Untuk menyusun paragraf yang memenuhi prinsip kepaduan, kita dapat
menggunakan beberapa penanda hubungan yang berupa unsur kebahasaan sebagai
berikut.
1. Pengulangan kata kunci dalam beberapa kalimat
Kepaduan di capai dengan pengulangan kata kunci, yaitu kata yang di
anggap penting dalam sebuah paragraf yang berfungsi sebagai pemelihara
kepaduan kalimat. Kata kunci yang mula mula timbul dari awal paragraf,
kemudian di ulang-ulang dalam kalimat berikutnya.
Pengulangan lainnnya yang sering digunakan:
a. Pengulangan dengan sinonim
b. Pengulangan dengan antonim
c. Pengulangan dengan hiponim (kata yang menjadi subordinat kata lain)
d. Pengulangan kata-kata yang kolokasi (yang lazim muncul dalam satu
konteks)
2. Pemakaian kata ganti
Dalam bahasa Indonesia, kata ganti kata ganti terdiri atas : (1) kata ganti
diri: saya, kami, kita, engkau, dia, mereka, anda; (2) Kata ganti milik: -ku, -
8
mu. -nya, apa, siapa, mana; (3) kata ganti tunjuk : ini, itu, sini, situ, sana; (4)
kata ganti Tanya: apa, siapa, mana; (5) kata ganti hubung ; yang (6) kata
ganti tak tentu : siapa-siapa, musing-musing , sesuatu, seseorang, para.
3. Pemakaian kata hubung dan kata yang berfungsi sebagai kata hubung
(1) hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: sejalan dengan,
sama halnya, senada dengan.
(2) hubungan yang menyatakan kelanjutan , misalnya:dan, serta, selanjutnya,
lagi pula, tambahan lagi, lagi
(3) hubungan yang menyatakan pertentangan, misalnya:sebaliknya, namun,
tetapi, berbeda dengan.
(4) hubungan yang menyatakan akibatan hasilan ,misalnya: maka,sehingga,
akibatnya.
(5) hubungan yang menyatakan sebaban misalnya: sebab, karena, oleh
karena, oleh sebab, sebabnya .
(6) hubungan yang menyatakan tujuan maksud, misalnya: agar, supaya,
dimaksudkan, tujuanya, dengan harapan.
(7) hubungan yang menyatakan simpulan ,misalnya: jadi, dengan, demikian,
akhirnya.
(8) hubungan yang menyatakan urutan, misalnya: pertama,kedua,ketiga,
sebaab itu , kemudian, akhirnya.
(9) hubungan yang menyatakan andaian syaratan , misalnya: jika,
seandainya , apabila .
Yang di maksud pemerincian dan urutan isi paragraf ialah bagaimana cara
pengembangan sebuah gagasan utama menjadi sebuah paragraf dan bagaimana
hubungan antara gagasan utama dengan gagasan-gagasan pengembang .
3) Kelengkapan
9
Ini berarti paragraf yang kita tulis berisi kalimat kalimat pengembang
yang cukup menunjang kejelasan kalimat topic. Sebuah paragraf menjadi tidak
lengkap manakala paragraf itu tidak dikembangkan atau hanya di perluas
dengan pengulangan pengulangan.
c. Pengembangan paragraf
Pengembangan paragraf yang memperhatikan prinsip prinsip tersebut,
haruslah memperhatikan hal hal berikut : (1) penyusunan kalimat topic yang
baik , (2) penonjolan kalimat topic dalam paragraf, (3) penggunaan kata kataa
hubung (transisi), frase, dan alat lain di dalam dan di antara paragraf.
Dalam pengembangan paragraf , ada beberapa teknik yang bisa di pakai,
di antaranya: (1) cara alamiah, (2) cara klimaks dan antiklimaks , dan (cara
umum-khusus/ khusus-umum )
(1) Cara alamiah
Pengembangan paragraf secara alamiah di dasarkan pada keadaan yang
nyata di alam. susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu urutan ruang
dan urutan waktu. Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca
dari satu titik ke titik berikutnya dalam satu ruang. Adapun urutan waktu
(kronologis) adalah urutan yang menggambarkan rangkaian peristiwa, perbuatan
atau tindakkan.
(2) Klimaks dan antiklimaks
Pengembangan paragraf dengan urutan klimaks, yaitu suatu gagasan
pokok mula mula terperinci dengan gagasan pengembang yang di anggap paling
rendah kedudukannya, variasi dari pengembangan klimaks adalah antiklimaks,
yaitu kita mulai dari suatu gagasan yang di anggap paling tinggi kedudukannya,
kemudian perlahan lahan menurun melalui gagasan gagasan yang lebih rendah
hingga yang paling rendah .
(3) Umum-Khusus/ Khusus-Umum
10
Pengembangan paragraf yang menggunakan teknik umum-khusus di lakukan
dengan cara kalimat topic di kembangkan dengan pemaparan dan deskripsi
sampai bagian bagian yang paling kecil,sehingga pengertian kalimat topic yang
bersifat umum menjadi jelas, bentuk paragraf yang di kembangkan dengan cara
demikian itu di sebut paragraf deduktif. Sebaliknya jika paragraf di mulai dengan
penjelasan bagian bagian konkret atau khusus yang di tuangkan dalam beberapa
kalimat pengembang kemudian di akhiri dengan kalimat topik, maka
pengembangan paragraf tersebut mengikuti alur khusus-umum atau di sebut
paragraf induktif.
Suatu paragraf atau antar paragraf satu dengan yang lainnya dapat
digunakan kata-kata hubung(transisi), frase, atau alat-alat lain, seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Jika tidak ada kata-kata yang menghubung-hubungkan isi
paragraf sebelumnya dengan paragaraf berikutnya, tentu pembaca akan kesulitan
memahami isi tulisan kita secar keseluruan.
Dalam mengembangkan paragraf, ada beberapa teknik yang bisa dipakai, di
antarnya: (1) cara ilmiah, (2) cara klimaks dan antiklimaks, dan (3) cara umum-
khusus khusus-umum.
(1) Cara Ilmiah
Pengembangan paragraf secara ilmiah didasarkan pada keadaan yang nyata
di alam.Susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu urutan ruang dan
waktu. Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu
titik ke titik berikutnya dalam satu ruang. Misalnya, gambaran dari depan ke
belakang, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari kiri ke kanan, dan
sebagainya. Adapun urutan waktu (kronologis) adalah urutan yang
menggambarkan rangkaian peristiwa, perbuatan, dan tindakan.
(2) Klimaks dan Antiklimaks
Pengembangan paragraf dengan urutan klimaks, yaitu suatu gagasan pokok
mula-mula diperinci dengan gagasanpengembang yang dianggap paling rendah
11
kedudukannya, berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga gagasan yang
paling tinggi kedudukannya/kepentinganya.
Variasi dari pengembangan klimaks adalah antiklimaks, yaitu kita mulai
dari sutu gagasan yang dianggap paling tinggi kedudukannya, kemudain
perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan yang lebih rendah yang paling
rendah.
(3) Umum-Khusus/Khusus-Umum
Pengembangan paragraf yang menggunakan teknik Umum-Khusus
dilakukan dengan cara kalimat topik dikembangkan dengan pemaparan atau
deskripsi sampai bagian-bagian yang paling kecil sehingga pengertian kalimat
topik yang bersifat umum menjadi jela. Bentuk paragarf yang dikembangkan
dengan cara demikian itu disebut paragraf deduktif. Sebalikya, jika paragraf
dimulai dengan penjelasan bagian-bagian konkret atau khusus yang dituangkan
dalam beberapa kalimat pengembang kemudian diakhiri dengan kalimat topik,
maka pengembangan paragraf tersebut mengikuti alur khusus-umum atau disebut
paragraf induktif.
Variasi dari paragraf deduktif dan induktif adalah semacam penggabungan
(campuran), yaitu pada awal paragraf terhadap kalimat-kalimat topik disusul
kalimat-kalimat pengembang dan diakhiri lagi denga kalimat topik yang
berfungsi sebagai penegas.
Dari pola pengembang paragraf umum-khusus(deduktif), khusu-
umum(induktif), dan campuran tersebut disusun beberapa jenis paragraf lain.
Kelainannya terletak pada cara pengembangan kalimat topiknya, seperti:
1. Paragraf Perbandingan
Kalimat topik berisi perbandingn dua hal, misalnya yang bersifat abstrak
dan yang bersifat konkretmerinci . Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan
memerinci perbandingan tersebut dalam bentuk yang konkret atau bagian-bagian
kecil. Paragraf yang kita bentuk dengan cara ini disebut paragraf perbandingan.
12
2. Paragraf Contoh
Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat memberikan
penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh yang
konkret. Paragraf yang kita bentuk dengan cara ini disebut paragraf contoh.
3. Paragraf Sebab-Akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab-akibat.
Dalam hal ini dapat berfungsi sebagai pikiran utama (kalimat topik), dan akibat
sebagai pikiran penjelas(kalimat pengembang). Dapat juga sebaliknya, akibat
sebagai kalimat topik dan sebab sebagai pengembang.
4. Paragraf Definisi
Untuk memberikan batasan tentang sesuatu kadang-kadang kita terpaksa
menguraikan dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf. Paragraf yang
demikian ini disebut paragraf definisi yang berfungsi sebagai definisi.
5. Paragraf Klasifikasi
Dalam pengembangan paragraf, kadang-kadang kita mengelompokkan hal-
hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini kadang-kadang kita perinci
lagi ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
13
Recommended