View
2.757
Download
90
Category
Preview:
DESCRIPTION
SMA Santo Aloysius, Bandung
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Biologi adalah suatu ilmu tentang kehidupan. Bagi siswa mempelajari tumbuhan
dan hewan dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya adalah bagian penting
dalam mempelajari biologi. Untuk mengenal hakikat hidup, serta dalam kehidupan
tersebut diperlukan suatu cara atau metode. Pengawetan hewan sangat diperlukan
terutama untuk memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, "dalam membantu"
perkembangan ilmu. Awetan serangga atau biasa disebut insektarium contohnya, sering
diperlukan sebagai alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar biologi di kelas. Adanya
awetan yang dibuat sendiri selanjutnya sangat membantu pengadaan alat peraga dan
koleksi. Insektarium yang berisi serangga awetan ini juga berfungsi untuk memanfaatkan
serangga yang daur hidupnya singkat. Hal ini akan memudahkan siswa mempelajari
berbagai jenis serangga, termasuk yang jarang ditemui sekalipun.
1.2. Rumusan Masalah
1. Melimpahnya berbagai jenis serangga yang selama ini belum dimanfaatkan
2. Perlunya pemanfaatan serangga hama sebagai suatu bentuk kegiatan yang akan
meningkatkan nilai jual serangga
3. Masa hidup serangga singkat sehingga lebih baik bila serangga diawetkan.
3.1. Tujuan
1. Mengawetkan berbagai jenis serangga sehingga dapat diteliti lebih dekat
2. Mempelajari morfologi macam-macam serangga
3. Mengenal klasifikasi serangga
3.2. Manfaat Penelitian
4. Terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan insektarium ini.
Serangga-serangga yang telah diawetkan dalam insektarium dapat menjadi acuan
pembelajaran tentang serangga. Mempelajari bagian-bagian tubuh serangga awetan
tentunya akan lebih menarik daripada mempelajari gambar di buku. Selain itu, siswa juga
akan lebih dimudahkan karena tidak harus memakai serangga hidup setiap kali
praktikum.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Insektarium
Seperti dikutip dari http://en.wikipedia.org/wiki/Insectarium, insektarium adalah
sebuah museum serangga yang memperlihatkan bermacam-macam anthropoda seperti : laba-
laba , kumbang , kecoa , semut , lebah , kaki seribu , kelabang , jangkrik ,belalang , belalang
sembah , kalajengking ,dan mantis.
Insektarium merupakan koleksi serangga berupa awetan-awetan kering. Spesimen-
spesimen yang telah dikeringkan dan dilabeli lalu disimpan di dalam kotak serangga. Kotak
tersebut lalu dilapisi dengan gabus atau styrofoam dan ditutup.
Alat yang digunakan untuk insektarium sangat beragam, mulai dari jaring
serangga, kotak pemisah (separation box), botol pembunuh (killing bottle), botol
pengawet, amplop kertas (papilot), alat penghisap (aspirator), perangkap. (trap), sampai
pinset, kuas kecil dan pisau.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan antara lain: asam asetat glasial 5%, gliserin
5%, kloroform, alkohol dan formalin. Tetapi untuk pengawetan serangga bersayap dengan
ukuran sedang sampai besar alat dan bahan yang digunakan dapat dimodifikasi
sehingga lebih murah dan mudah diperoleh dimana saja. Alat yang dibutuhkan antara
lain: jaring serangga, topeles, botol pembunuh (killing bottle), amplop kertas (papilot) ukuran
21,5 cm x 16,5 cm, gabus (sterofoam), jarum pentul, kapas, dan kertas minyak/ kertas tisu.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah serangga yang akan diawetkan dan alkohol.
Menurut Bapak Asep dari Taman Kupu-kupu Cihanjuang, serangga, terutama kupu-
kupu yang dipakai untuk insektarium didapatkan dengan 2 cara, yaitu :
Kupu-kupu kering
Kupu-kupu ini baru keluar dari kepompongnya dan langsung diambil lalu disuntik
alkohol pada bagian thorax. Kupu-kupu awetan dari jenis ini mempunyai kualitas
yang sangat baik (A1).
Kupu-kupu tangkapan
Kupu-kupu ini ditangkap lalu dibunuh dengan cara menusuk bagian thoraxnya.
Setelah itu kupu-kupu baru dikeringkan dalam oven. Kupu-kupu awetan jenis ini
biasanya kurang mulus (A2).
Setelah mendapatkan serangga dan bahan-bahan lainnya, insektarium dapat dibuat.
2
Berikut adalah langkah-langkah pembuatan insektarium :
1. Perlengkapan dan Metode Pengkoleksian
Terbagi menjadi dua katagori, yaitu kolektor aktif (aktif mencari serangga dengan
peralatan berupa insect net, aspirator, beating sheet, dll) dan kolektor pasif (menggunakan
perangkap/trap).
Beberapa cara pengumpulan serangga
Hand Collecting
Spesimen diambil langsung di tempat dengan tangan atau pinset (bila berbahaya)
Pengambilan serangga dengan aspirator . Sangat berguna bagi serangga-serangga
kecil, seperti pada ordo diptera.
scene.asu.edu
Gambar 2.1 Aspirator
Pengambilan serangga permukaan tanah dengan Pitfall Trap
Pitfall trap dapat ditambah umpan untuk serangga yang akan ditangkap.
oisat.org
Gambar 2.2 Pitfall Trap
3
Pengambilan serangga dengan Malaise Net
Pengambilan seranggga dengan Insect Net
2. Menangkap/Pengumpulan Spesimen
Serangga dapat langsung ditangkap dengan menggunakan insect net atau dengan
menggunakan metode lainnya yang dapat menangkap tanpa merusak morfolgi serangga
tsb. Ada beberapa macam wadah yang umum digunakan saat kita menangkap serangga,
yaitu botol pembunuh (berisi alkohol 90% dan digunakan untuk membunuh serangga
berukuran kecil, seperti semut, lebah, dll) dan kertas papilot (lipatan kertas yang
berguna untuk penyimpanan sementara serangga bersayap rapuh seperti kupu – kupu dan
capung)
web.ipb.ac.id
Gambar 2.3 Cara Membuat Kertas Papilot
4
3. Pinning
Pinning adalah cara yang terbaik untuk mengawetkan serangga bertubuh keras. Letak
pin yang akan ditusukan akan berbeda - beda. Pada Coleoptera ditusuk pada elytron
kanan. Hemiptera dan Homoptera ditusuk melalui scuttelum. Ordo lain ditusuk melalui
mesothorax. Spesimen yang terlalu kecil dan rapuh untuk dilakukan pinning,
ditempatkan pada micropins atau cardboard pins.
uky.edu
Gambar 2.4 Ilustrasi melakukan pinning yang benar
Untuk hasil terbaik, kupu-kupu dan ngengat sayapnya dibentangkan. Pertama tusuk
serangga melalui mesothorax dan tancapkan pada papan. Pindahkan sayap bagian depan,
sehingga batas belakangnya membentuk garis paralel dengan tubuhnya. Tahan posisi
sayap sementara dengan meletakan pin. Hal serupa dilakukan pada sayap belakangnya,
kemudian tempelkan kertas melintasi sayapnya dan beri pin pada kertas & garis luar
sayapnya (pin tidak boleh menusuk sayapnya). Pin-pin tersebut dapat dicabut kembali
setelah 3-5 hari ditusukkan (Elzinga, 1997).
4. Mengeringkan Spesimen
Spesimen yang kecil akan sangat cepat kering di udara terbuka, begitu halnya dengan
serangga berukuran besar, tetapi tidak dianjurkan untuk meninggalkan mereka terbuka
dalam jangka waktu yang lama karena kemungkinan kerusakan oleh dermestid, semut
dan hama lainnya. Sebuah ruangan dengan satu atau lebih bola lampu akan
mempercepat pengeringan. (Borror, 1997).
5
5. Pelabelan
Semua spesimen yang ditemukan harus diberi label mengenai data waktu dan lokasi
penangkapan. Data sebaiknya ditulis seperti ini 10.Aug.1977m 10.VIII>1977, atau
VIII.10.1977. Label ditempatkan ditempatkan pada pin serangga. Nama kolektor
ditempatkan pada label kedua di bawah label mengenai waktu dan lokasi ditemukan.
5. Pemajangan dan Penyimpanan
Koleksi menjadi lebih berarti ketika spesimen tersebut dapat dipelajari dan dipajang.
Museum dan banyak koleksi pribadi biasanya ditemaptkan di semacam lemari kayu
atau besi yang dilapisi kaca. Tiap-tiap laci memiliki suatu baki yang memudahkan
spesimen yang telah dikoleksi untuk dimasukan dan dikeluarkan sebanyak yang
diperlukan. Tiap baki terdiri dari 1 species dan disusun secara alfabet berdasarkan
spesies dalam suatu genus, genus dalam suatu famili dan begitu seterusnaya. Diperlukan
pengasapan dan repellent,selain itu pemeriksaan secara rutin mengenai kerusakan koleksi
(sisa serbuk di bawah spesimen yang mengindikasikan spesies tersebut dimakan oleh
serangga hama). Awetan serangga secara rutin harus tetap dirawat supaya tidak cepat
rusak. Perawatannya cukup mudah, yaitu dengan cara membersihkan kotoran yang
menempel pada serangga dan pada tempat penyimpanannya dengan menggunakan kapas
atau tisu kering. Selain itu, tempat penyimpanan harus dijaga supaya tidak lembab.
Pada kondisi tempat yang lembab, akan memicu tumbuhnya jamur-jamur yang dapat
merusak awetan serangga.
6
2.2. Sejarah Insektarium
Londonzoo adalahsalah satu insectariumspublik pertama di dunia(1881).
(http://fr.wikipedia.org/wiki/Insectarium#Histoire)
Kebun Binatang London adalah kebun binatang tertua di dunia.Kebun binatang ini
dibuka di London pada tanggal 27 April 1828, dan awalnya digunakan untuk mengumpulkan
objek dan hasil penelitian ilmu pengetahuan. Tempat ini dibuka untuk umum pada tahun
1847. London zoo membuka juga Reptile house (1849), first public Aquarium (1853), first
insect house (1881) and the first children's zoo (1938).
Menurut Purwiji tahun 2011, Insektarium adalah suatu objek biologi memakai media
kaca sebagai tempat untuk meneliti kehidupan serangga.
Dalam dunia entomology, pengawetan serangga termasuk dalam kegiatan koleksi
serangga atau insektarium;
Bertujuan untuk :
1) Memperlajari taksonomi (indetifikasi , deskripsi dan klasifikasi) serangga
2) Mempelajari keanekaragaman , sejarah hidup , perilaku , ekologi, habitat, dan
distribusi serangga
3) Sebagai materi pembanding identifikasi untuk membantu program pengelolaan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
4) untuk keperluan pameran (display) dengan maksud memperkenalkan jenis-jenis
serangga di sekitar kita
7
BAB III
METODOLOGI PEMBUATAN INSEKTARIUM
3.1 Alat dan Bahan
Berbagai spesies serangga
Kertas minyak
Styrofoam
Cutter
Jarum pentul
Kamper
Kotak kayu besar yang berkaca untuk serangga-serangga yang sudah diawetkan
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Penangkapan Serangga
Kupu-kupu yang diawetkan di dalam insektarium sebagian besar ditangkap di Taman
Kupu-Kupu Cihanjuang pada tanggal 14 November 2011.
Sedangkan, serangga-serangga lainnya didapatkan di sekolah, rumah, dan hutan.
3.2.2 Pengawetan Kupu - Kupu
Kupu-kupu yang sudah ditangkap, dimatikan.
Masing-masing kupu-kupu dibungkus oleh kertas minyak atau kertas papilot lalu
dihekter.
Kupu-kupu dijemur di tempat yang kering selama seminggu. Kupu-kupu dapat juga
dikeringkan dengan cara ditaruh dibawah lampu.
Masih dalam keadaan terbungkus, kupu-kupu dimasukkan ke dalam freezer agar
lunak.
Setelah dibiarkan dalam freezer selama 2 hari, kupu-kupu siap dioffset.
Selain cara-cara diatas, kupu-kupu yang sudah mati di dalam kertas minyak dapat
juga langsung dioffset.
3.2.3 Pembuatan Offset Kupu – Kupu
8
Pada styrofoam, buat lekukan menggunakan cutter sebesar tubuh kupu-kupu.
Keluarkan kupu-kupu dari kertas minyak, lalu tempatkan tubuhnya ke dalam lekukan.
Rentangkan sayapnya dengan hati-hati agar tidak rusak.
Tutup kupu-kupu dengan kertas minyak, lalu tancapkan jarum pentul di beberapa
posisi.
Taburkan beberapa kamper di sekitar kupu-kupu agar awet.
Biarkan di tempat kering selama beberapa hari.
Kupu-kupu siap untuk dimasukkan ke dalam insektarium.
3.2.4 Pengawetan Serangga – Serangga Lain
Serangga yang sudah ditangkap, diawetkan dengan cara menyemprot obat nyamuk
sampai mati. Setelah itu, serangga bisa langsung dimasukkan ke dalam insektarium.
Bisa juga serangga langsung dimasukkan ke dalam toples tertutup yang di dalamnya
diberikan eter. Setelah dibiarkan selama sehari, serangga bisa langsung dimasukkan
ke dalam insektarium.
3.2.5 Pembuatan Insektarium
Ke dalam kotak kaca, susun serangga-serangga yang sudah diawetkan.
Beri styrofoam pada kedua sayap kupu-kupu lalu tempelkan pada kotak insektarium
dengan menggunakan lem.
Beri label nama spesies masing-masing serangga.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Serangga
Serangga atau insekta merupakan kelas yang mempunyai spesies paling banyak dari
filum Arthropoda. Insekta dapat ditemukan di mana saja. Serangga termasuk dalam kelas
insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya
lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan),
dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterygota terdiri dari 4 ordo
karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk
dalam kelompok Pterygota karena memiliki sayap.
Metamorfosis pada Pterygota dapat dibedakan lagi menjadi hemimetabola dan
holometabola.
1. Hemimetabola
Serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Tahapan metamorfosisnya
adalah telur, nimfa, dan imago.
2. Holometabola
Serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapannya adalah telur, larva,
pupa, dan imago.
Untuk menentukan ordo serangga dapat dilihat dari ciri sayap dan alat mulutnya.
Beberapa ordo serangga adalah :
1. Ordo Lepidoptera
Ketika fase larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki
tipe mulut penghisap. Pada serangga dewasa, alat mulutnya berupa tabung yang disebut
proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis
berkembang sempurna. Serangga berordo ini memiliki sayap bersisik. Beberapa jenisnya
antara lain:
a. Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk)
b. Kupu-kupu gajah (Attacus atlas L)
c. Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)
10
2. Ordo Collembola
Ciri khasnya yaitu memiliki collophore, bagian mirip tabung yang terdapat pada
bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen. Beberapa spesies dari jenis ini merupakan
karnivora dan penghisap cairan. Umumnya Collembolla merupakan scavenger yang
memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri, selain itu ada beberapa spesies yang
memakan feses Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya.
http://enfo.agt.bme.hu/drupal/en/node/10992
Gambar 4.1 Ceratophysella denticulata
3. Ordo Coleoptera
Memiliki tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivora. Habitatnya di permukaan
tanah, dengan membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada
beberapa yang membuat sarang pada dedaunan. Selain itu hewan ordo ini memiliki sepasang
sayap depan yang tebal, disebut elitra. Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe
oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan
pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Contohnya antara lain kumbang kelapa
(Brontispa longissima Gestr), sambar lilen, dan kepik.
4. Ordo Othoptera
Termasuk herbivora, namun ada beberapa spesies sebagai predator. Tipe mulut dari
ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat dijumpai yaitu sayap depan lebih keras
dari sayap belakang. Contohnya adalah kecoa, belalang, dan jangkrik.
5. Ordo Dermaptera
Mempunyai sepasang antena, tubuhnya bersegmen terdiri atas toraks dan abdomen.
Abdomennya terdapat bagian seperti garpu. Ordo Diplura memiliki mata majemuk, tidak
terdapat ocelli. Habitatnya dapat ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di
11
perakaran pohon, dan di gua. Ordo ini merupakan pemakan humus.
6. Ordo Hemiptera
Memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan
sebagian sebagai penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi
hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun
dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk. Contohnya adalah belalang, walang
sangit, dan kutu busuk.
7. Ordo Odonata
Memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang
memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal. Habitatnya adalah di dekat perairan.
Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan.
Metamorfosis serangga pada ordo ini tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva
dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.
Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga kecil yang
termasuk hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek
batang padi.
8. Ordo Isoptera
Mempunyai ciri tipe mulut menggigit dan mempunyai sepasang sayap tipis seperti
jaringan. Contohnya rayap.
9. Ordo homoptera
Memiliki ciri-ciri tipe mulut menghisap, sayap depan dan belakangnya sama.
Contohnya antara lain wereng, kutu kepala, kutu hama tumbuhan, dan tonggeret.
10. Ordo Neuroptera
Memiliki sayap jala. Contohnya undur-undur
11. Ordo Diptera
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap
darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan,
sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut
halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.
Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-
pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.
12
Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :
Bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum.
Bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum.
Bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc.
Contohnya antara lain lalat dan nyamuk.
mrpeacelovers.blogspot.com
Gambar 4.2 Morfologi nyamuk (Aedes aegypti)
12. Ordo Hymenoptera
Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar
daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan
occelli.
Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai
alat pengisapnya.
Metamorfose sempurna (Holometabola) melalui stadium: telur -> larva –>
kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae,
Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.
Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah :
Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi).
Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona).
Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).
13
Gambar 4.3 Trichogramma sp.
13. Ordo Blattodea
Ordo Blattodea umumnya dikenal dengan nama kecoa atau kakerlak. Serangga
kelompok ini biasanya hidup dalam rumah (Synanthtropy), memiliki alat-alat mulut mengigit,
mata majemuk besar, sayap depan agak keras, sayap belakang besar, membranus, bervena
banyak, femur belakang dan femur tengah hamper sama panjang dan sama tebal, serta tubuh
berbetuk pipih. Metamormosisnya termasuk metamorphosis sederhana : telur menetas
menjadi nimfa dan berkembang menjadi dewasa
14. Ordo Siphonoptera
Meliputi golongan pinjal. Serangga ini tidak memiliki sayap. Contoh jenisnya adalah
kutu tikus, kutu kucing, dan sebagainya.
suchaini.net
Gambar 4.4 Kutu Manusia
.
14
4.1.1 Ordo Lepidoptera
biologigonz.blogspot.com
Gambar 4.5 Anatomi kupu-kupu
Kupu-kupu adalah kelompok serangga yang termasuk bangsa (ordo) Lepidoptera,
yang berarti mempunyai sayap bersisik. Sisik ini yang memberi corak dan warna pada sayap.
Kupu-kupu hanya merupakan bagian kecil (sekitar 10%) dari 170.000 jenis
Lepidoptera yang ada di dunia. Bagian terbesar adalah ngengat atau dikenal juga sebagai
kupu-kupu malam. Walaupun jumlah jenisnya jauh lebih sedikit daripada ngengat kupu-kupu
lebih dikenal umum karena sifatnya yang diurnal (aktif di siang hari) dan warnanya yang
bersifat cerah dan menarik. Seperti serangga lain yang tergolong serangga holometabola.
Kupu-kupu mempunyai metamorfosis lengkap dengan siklus hidup, yaitu: telur - ulat(larva) -
kepompong(pupa) - dewasa.
Fungsi utama kupu-kupu dewasa adalah untuk berkembang biak, dan beberapa jenis
mempunyai perilaku menarik untuk menemukan pasangannya sampai dengan kawin. Kupu-
kupu betina akan meletakkan telurnya untuk kelanjutan siklus hidupnya. Fase dewasa kupu -
kupu menggunakan pasokan energi yang tersimpan dari fase ulat, dan mereka menghisap
nektar bunga dengan alat mulut (proboscis) yang terjulur, saat itu pula kupu-kupu tersebut
membantu menyerbuk bunga.
Ada keterkaitan yang sangat erat antara kupu-kupu dengan tumbuhan unatuk makanan
ulatnya, yang dikenal sebagai tanaman inang. Umumnya tiap jenis kupu-kupu memilih
tanaman inang tertentu sebagai tempat meletakkan telur-telurnya. Tanaman ini akan menjadi
sumber makanan bagi ulat. Sebagai contoh, kupu-kupu betina jenis Papilio polytes
15
meletakkan telur-telur pada daun jeruk dan beberapa marga lainnya yang termasuk dalam
suku Rutaceae. Derajat keterkaitan ini bervariasi tergantung jenisnya. Beberapa jenis kupu-
kupu dapat mempunyai 3-4 jenis tanaman yang sama ataupun berbeda, sementara jenis
sangatlah spesifik dalam memilih tanaman inangnya.
Umumnya kupu-kupu aktif pada hari yang cerah, hangat dan tenang, sekitar jam 9
pagi sampai jam 3 siang. Kelompok kupu-kupu tertentu seperti suku Nymphalidae umumnya
aktif saat terang pagi dan sore sekitar matahari terbit dan terbenam, atau dikenal bersifat
krepuskular.
Pengamatan pada waktu atau musim yang berbeda mungkin akan menunjukan jenis
yang berbeda karena jenis-jenis tersebut mempunyai periode terbang yang berbeda. Hal ini
jelas sekali di daerah 4 musim. Di Indonesia terdapast perbedaan tajam distribusi dan
keanekaragaman kupu-kupu musim penghujan dan musim kemarau.
Kupu-kupu dapat dijumpai pada hampir semua tipe habitat jika tanaman inang yang
sesuai untuk jenis-jenis kupu-kupu tersebut. Ada tempat-tempat yang memiliki jenis kupu-
kupu yang hanya terdapat di sana, yang dikenal sebagai jenis endemik. Umumnya perbatasan
ini terjadi karena lokasi geografis dan isolasi genetika.
Kupu-kupu dapat dibagi dalam superfamili Hesperioidea yang meliputi suku
Hesperiidae, dan superfamili Papilionodea yang meliputi suku Papilionidae, Peeridae,
Nymphalidae, Riodinidae dan Lycanidae. Sebagian beasr anggota suku Riodinidae dijumpai
di Amerika Selatan.
Pada Hesperioidea, sungut kanan dan kiri berjauhan, sungut bersiku di ujungnya dan
tubuhnya relatif gemuk. Pada Papilionodea, sungut kanan dan kiri berdekatan, sungut
membesar di ujung tetapi tidak bersiku dan tubuhnya relatif ramping.
a. Papilionidae
Anggota suku ini umumnya berwarna menarik: merah, kuning, hijau, dengan
kombinasi hitam dan putih. Kupu - kupu ini berukuran sedang sampai besar. Ada jenis-jenis
yang mempunyai ekor yang merupakan perpanjangan sudut sayap belakang. Banyak jenis
yang bersifat sexual dimorphic yaitu berbeda pola sayap jantan dan betinanya. Pada beberapa
jenis, kupu-kupu betina juga bersifat polymorphic yaitu terdapat beberapa pola sayap. Pada
jenis - jenis di mana jantan dan betina tampak serupa, betina biasanya lebih besar dengan
sayap yang lebih membulat.
16
b. Pieridae
Kupu-kupu ini umumnya berwarna kuning dan putih, ada juga yang berwarna orange
dengan sedikit hitam atau merah. Kupu-kupu ini berukuran sedang. Tidak ada perpanjangan
sayap yang menyerupai “ekor”. Banyak jenis menunjukkan variasi sesuai musim. Beberapa
jenis mempunyai kebiasaan bermigrasi dan beberapa jenis menunjukkan banyak variasi.
Umumnya kupu-kupu betina lebih gelap dan dapat dengan mudah dibedakan dari yang
jantan.
c. Nymphalidae
Kupu-kupu dari suku Nymphalidae ini sangat bervariasi. Umumnya berwarna coklat,
oranye, kuning, dan hitam. Kupu-kupu ini berukuran beragam, mulai kecil sampai besar. Ciri
yang paling penting pada Nymphalidae adalah mengecilnya pasangan tungkai depan kupu-
kupu jantan dan betina (kecuali pada kupu-kupu betina Lybytheine) sehingga tungkai tidak
berfungsi untuk berjalan. Pada kupu-kupu jantan, biasanya pasangan tungkai depan ini
tertutup oleh kumpulan sisik yang padat menyerupai sikat, sehingga kupu-kupu ini juga
dikenal sebagai kupu-kupu berkaki sikat.
d. Lycaenidae
Anggota kelompok ini umumnya berukuran kecil. Berwarna biru, ungu, atau oranye
dengan bercak metalik, hitam, atau putih. Biasanya jantan berwarna lebih terang daripada
betina. Banyak jenis mempunyai “ekor” sebagai perpanjangan sayap belakang. Kupu-kupu
ini umumnya dijumpai pada hari yang cerah dan di tempat yang terbuka. Beberapa anggota
suku ini bersimbiosis mutualistik dengan semut, di mana ulat memanfaatkan semut untuk
menjaganya dari serangan parasit, dan semut mendapatkan cairan manis yang dikeluarkan
kelenjar pada ruas ketujuh abdomen ulat tersebut.
e. Hesperiidae
Anggota suku ini berukuran sedang. Sayap umumnya berwarna coklat dengan bercak
putih atau kuning. Terbang cepat dengan sayap yang relatif pendek. Sebagian besar bersifat
crepuscular.
17
Beberapa kupu-kupu yang ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Pachliopta aristolochiae
lba.uk.com
Gambar 4.6 Pachliopta aristolochiae
Ada dua variasi : dengan tubuh merah dan sayap bercak merah, atau tubuh kuning dan
sayap bercak kuning. Jenis ini menjadi model dalam mimikri kupu-kupu betina Papilio
polites. Biasanya dijumpai di dataran rendah dan perbukitan.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Lepidoptera
Famili Papilionidae
Genus Artrophaneura
Upagenus Pachliopta
Species A.(P.) aristolochiae
Tabel 4.1 Klasifikasi ilmiah Pachliopta aristolochiae (Fabricus, 1755)
1. Papilio polites
Papilio polites merupakan salah satu spesies dari famili Papilionidae yang banyak
ditemukan di Asia. Kupu-kupu ini terdapat di negara-negara Pakistan, India, Nepal, Sri
Lanka, Myanmar, Thailand, China barat dan selatan (termasuk Hainan), Taiwan, Hong Kong,
Jepang, Vietnam, Laos, Kamboja, Malaysia Barat dan Timur, Brunei, Indonesia (kecuali
Maluku dan Papua), Filipina, dan Kepulauan Mariana Utara (Saipan).
18
Kupu-kupu ini berwarna hitam dengan totol putih pada sayapnya. Pada kupu-kupu
jantan, sayap atasnya memiliki totol putih yang semakin lama semakin mengecil. Kupu-kupu
jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada betina. Ukuran tubuh dari Papilio
polites bervariasi menurut Iklim daerahnya.
Kupu-kupu betina dari spesies ini dapat melakukan mimikri sehingga menyerupai
kupu-kupu lain yang tidak boleh dimakan seperti Pachliopta aristolochiaedanPachliopta
hector.
Kupu-kupu betina memiliki 3 macam morfologi atau disebut polimorphs.
Bentuk Cyrus
Merupakan bentuk yang paling umum. Bentuknya mirip dengan jantan, tetapi
memiliki totol merah.
Bentuk stichius
Memimikri kupu-kupu Pachliopta aristolochiae dengan sangat mirip
Bentuk romulus
Memimikri kupu-kupu Pachliopta aristolochiae, tetapi tidak semirip bentuk stichius.
Kupu-kupu Papilio polites memiliki tubuh berwarna hitam, sementara Pachliopta
aristolochiae tubuhnya berwarna merah
Bentuk sakontala
19
Gambar 4.7 Sayap Bentuk Sakontala
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Lepidoptera
Famili Papilionidae
Genus Papilio
Species P. polytes
Tabel 4.2 Klasifikasi Papilio polytes menurut Linnaeus,1758 (Systema Naturae)
butterflycircle.com
Gambar 4.8 Papilio polites
2. Troides Helena
Gambar 4.9 Troides helena
Troides helena merupakan spesies kupu-kupu besar yang juga disebut Common
Birdwing. Troides helena pertama kali di deskripsikan oleh Linnaeus pada tahun 1758.
20
Bentangan sayapnya berkisar antara 13 sampai 17 cm. Kupu-kupu ini termasuk dalam suku
Troidini pada family Papilionidae. Tubuh dan sayap Troides helena biasanya berwarna gelap
dengan sayap bagian bawah berwarna kuning keemasan dengan bintik hitam. Perbedaan
mencolok antara jantan dan betina adalah, kupu-kupu betina memiliki tubuh yang lebih besar
daripada kupu-kupu jantan. Kupu-kupu ini sering diperjual-belikan dengan harga yang cukup
mahal dikarenakan popularitas dan keindahannya. Kupu-kupu ini memiliki tujuh belas
subspsies.
Anatomi kupu-kupu :
Sayap atas Troides helena berwarna hitam, sedangkan sayap bawah berwarna kuning
keemasan. Ruas dan tepi sayap berwarna hitam. Pola corak dan bentuk sayap sebelah
kiri biasanya sama dengan sayap yang sebelah kanan.
Kepala dan dada berwarna hitam. Tubuh (perut) Troides helena berwarna coklat
muda, dengan bagian bawah berwarna kuning.
Troides helena betina memiliki bentangan sayap yang lebih lebar dari Troides helena
Jantan.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Lepidoptera
Superfamili Papilionoidea
Famili Papilionidae
Genus Troides
Species Troides helena
Tabel 4.3 Klasifikasi Troides helena menurut Linnaeus,1758 (Systema Naturae)
3. Euploea core
21
jpmoth.org
Gambar 4.10 Euploea core
Euploea core atau kupu-kupu gagak merupakan kupu-kupu yang sering ditemui di
Asia selatan. Euploea core memiliki rentang sayap sekitar 8–9 cm dan memiliki totol putih
yang menonjol. (Don Herbison-Evans, Stella Crossley & John Stumm)
Pupa kupu-kupu ini sangat menarik karena berwarna metalik. Efek metalik ini
didapatkan dari lembaran-lembaran transparan yang bertumpuk.
Gambar 4.11 Pupa Euploea core
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Lepidoptera
Famili Nymphalidae
Genus Euploea
Species E. core
Tabel 4.4 Klasifikasi Euploea core menurut Cramer,1780
4. Danaus chrysippus
22
naturemagics.com
Gambar 4.12 Danaus chrysippus
Danaus chrysippus atau yang biasa dikenal dengan kupu-kupu macan dan African
monarch adalah kupu-kupu yang umum ditemukan di Asia dan Afrika. Kupu-kupu ini
beracun karena memakan tanaman yang beracun saat larva.
Anatomi kupu-kupu Danaus chrysippus:
Rentang sayap 7-8 cm
Sayap atas lebih terang dari sayap bawah, berwarna cerah yang menandakan
beracun. Garis kuning dan hitam menandakan bahwa kupu-kupu ini dapat
menyengat. Burung yang pernah menyerang kupu-kupu Danaus yang beracun
tidak akan menyerang kupu-kupu ini lagi, bahkan kupu-kupu yang memiliki
warna mirip. Hal ini menyebabkan banyak serangga meniru anatomi kupu-
kupu ini. Contohnya : Acraea encedana dan Hypolimnas misippus
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Lepidoptera
Famili Nymphalidae
Genus Danaus
Species D. chrysippus
Tabel 4.5 Klasifikasi Danaus chrysippus menurut Linnaeus,1758 (Systema Naturae)
5. Junonia almana
23
tolweb.org
Gambar 4.13 Junonia almana
Spesies ini banyak ditemukan di Asia Selatan. Kupu-kupu ini memiliki 2 macam
bentuk tubuh yang disesuaikan dengan musim. Saat musim hujan, sayapnya memiliki corak
mata dan garis. Sedangkan, saat musim kering sayapnya tidak memiliki banyak corak. Ulat
dari kupu-kupu ini banyak ditemukan pada tanaman Ruellia repens (Acanthaceae).
Anatomi kupu-kupu ini:
- Berwarna kuning kecoklatan mencolok dengan corak mata dibagian sayap bawah
- Pada sayap atas terdapat 4 garis berwarna hitam
- Sayap bagian bawah berwarna lebih pucat tetapi corak mata tetap terlihat
butterflycircle.blogspot.com
Gambar 4.14 Telur kupu-kupu Junonia almana (diameter 0.75 mm)
Klasifikasi IlmiahKerajaan AnimaliaFilum ArthropodaKelas InsectaOrdo LepidopteraFamili NymphalidaeGenus Danaus
Species D. chrysippusTabel 4.6 Klasifikasi Junonia almana menurut Linnaeus,1758 (Systema Naturae)
6. Gymnoscelis rufifasciata (Ngengat)
Gymno berarti telanjang dan scelis berarti kaki dalam bahasa Yunani. Sedangkan rufi
berarti merah dan fasciata berarti garis-garis.
Spesies ini dapat ditemukan pada bulan Maret akhir – Mei dan Juli-Agustus. Ngengat
24
ini termasuk ngengat pug yang sulit diidentifikasi. Namun, jenis ini dapat dibedakan
karena memiliki garis-garis gelap di pinggir sayapnya.
themothzoo.blogspot.com
Gambar 4.15 Gymnoscelis rufifasciata
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Lepidoptera
Famili Geometridae
Genus Gymnoscelis
Species Gymnoscelis rufifasciata
Tabel 4.7 Klasifikasi Ngengat menurut Linnaeus,1758 (Systema Naturae)
4.1.2. Ordo Orthoptera
4.1.2.1. Belalang
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera.
Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga
memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya
dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen
(disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya
umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap,
walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina
umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan.
25
adearisandi.wordpress.com
Gambar 4.16 Anatomi belalang kayu
Tabel 4.8 Klasifikasi Valanga nigricornis menurut Burmeister,1838
4.1.2.2.Jangkrik
Cengkerik atau jangkrik (Gryllidae) adalah serangga yang berkerabat dekat dengan
belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan
suaranya yang hanya dihasilkan oleh cengkerik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik
betina dan menolak jantan lainnya. Suara cengkerik ini semakin keras dengan naiknya suhu
sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies cengkerik, termasuk di dalamnya adalah gangsir.
26
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Orthoptera
Famili Acriididae
Genus Valanga
Species Valanga nigricornis
Siklus hidup jangkrik :
A. Telur
Telur-telur dari famili Gryllus berbenruk silindris seperti buah pisang ambon,
berwarna kuning muda bening dengan panjang rata-rata 2,5 - 3 mm. Di salah satu bagian atas
dari telur ada tonjolan yang disebut operculum. Tonjolan ini merupakan celah untuk
keluarnya nimfa dari dalam telur. Kulit telur tidak akan pecah bila ditekan sekalipun karena
sangat liat dan kuat, baru bisa pecah bila ditusuk. Kulit telur ini berfungsi melindungi bagian
dalam telur. Telur akan menetas pada hari ke-13 sampai hari ke-25 setelah peletakan telur.
B. Nimfa
Jangkrik stadia nimfa mengalami lima kali pergantian kulit yang disebut eksdisis.
Lama proses pergantian kulit tergantung pada besarnya serangga. Pergantian kulit pertama,
saat serangga masih kecil, lebih cepat daripada pergantian kulit yang terakhir. Nimfa I yang
baru keluar dari telur masih tetap bergerombol di sekitar sisa-sisa kulit telur sambil memakan
sisa-sisa cairan telur. Selanjutnya nimfa berpencar satu per satu dengan arah yang tidak
teratur, dan akan berkumpul di sekitar tempat penetasan yang basah atau lembab sambil
mengisapnya.
Lama stadia nimfa G. testaceus Walk dan G. mitratus di laboratorium berbeda. Lama
stadia nimfa ini selain tergantung jenis jangkriknya juga tergantung jenis makanan yang
diberikan. Di laboratorium, nimfa dari jenis yang sama diberi makanan ubi mengalami
pertumbuhan lebih lama dibanding dengan diberi wortel. Tetapi jangkrik yang diberi makan
ubi mempunyai stamina lebih kuat.
Pada nimfa IV, selain opivositor pada betina mulai muncul, juga sayap-sayap mulai
berkembang. Pada nimfa V barulah lengkap pertumbuhan sayap jantan dan betina dan bisa
dikawinkan.
C. Dewasa
Serangga muda jenis Gryllus testacus mulai dapat bereproduksi setelah berumur 7-10
hari, dihitung setelah melewati nimfa V atau setelah menjadi imago atau dewasa. Masa
produktif jangkrik betina berbeda tergantung jenisnya, yaitu antara 45-60 hari. Pada masaa-
masa produktif ini baik jantan maupun betina saling memakan, walaupun makanan
berlimpah. Setelah masa produktifnya lewat, betina akan mengalami kematian.
27
littlenewslittle.blogspot.com
Gambar 4.17 Jangkrik
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Orthoptera
Upaordo Ensifera
Superfamili Grylloidea
Famili Gryllidae
Tabel 4.9 Klasifikasi Grylloidea gryllidae menurut Bolivar, 1878
4.1.3. Ordo Blattodea
Kecoa
Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, kelas Insekta. Para ahli serangga memasukkan
kecoa kedalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan Harwood (1969)
memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah satu familinya Blattidae; Smith
(1973) dan Ross (1965) memasukkan kecoa kedalam ordo Dicyoptera dengan sub ordonya
Blattaria; sedangkan para ahli serangga lainnya memasukkan kedalam ordo Orthoptera
dengan sub ordo Blattaria dan famili Blattidae.
Kecoa adalah insekta dari ordo Blattodea yang kurang lebih terdiri dari 3.500 spesies
dalam 6 familia. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan bumi, kecuali di wilayah kutub.
Kecoa juga termasuk hewan purba. Banyak ahli yang mengatakan bahwa kecoa telah hidup di
bumi 300 juta tahun yang lalu. Keberadaan kecoa sejak jaman purba itu dibuktikan dengan
temuan fosil. Fosil kecoa yang tertua diidentifikasi dari periode Carboniferous diakhir
periode Devonian sekitar 354-295 juta tahun lalu. Walau pun bentuk kecoa purba ini lebih
28
mirip belalang. Seandainya itu tidak cukup kuat, maka ada lagi fosil kecoa yang mirip dengan
bentuk kecoa modern. Berdasarkan uji umur, fosil ini diperkirakan dari masa awal Cretaceous
(sekitar 145-4 juta tahun lalu).
Di antara spesies yang paling terkenal adalah kecoa Amerika, Periplaneta americana,
yang memiliki panjang 3 cm, kecoa Jerman, Blattella germanica, dengan panjang ±1½ cm,
dan kecoa Asia, Blattella asahinai, dengan panjang juga sekitar 1½ cm. Kecoa sering
dianggap sebagai hama dalam bangunan, walaupun hanya sedikit dari ribuan spesies kecoa
yang termasuk dalam kategori ini. Kecoa adalah makhluk omnivora seperti manusia. Mereka
memakan sesuatu yg telah mati atau benda benda yang tidak bergerak yang kebanyakan
adalah bahan bahan organik, seperti buah dan sayuran yang telah membusuk.
upikke.staff.ipb.ac.id
Gambar 4.18 Kecoa atau Lipan
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Blattodea
Famili Blattidae
Genus Periplaneta
Species P. americana
Tabel 4.10 Klasifikasi Periplaneta americana menurut Linnaeus,1758 (Systema Naturae)
29
4.1.4 Ordo Odonata
Capung 'Yellow-tailed Ashy Skimmer' (Potamarcha congener)
dragonflypix.com
Gambar 4.19 Potamarcha congener
Capung jenis ini banyak ditemukan di Indo-Malaya dan daerah Australia. Spesies ini
banyak ditemukan di daerah berair, seperti kolam dan persawahan. (Tang, H. B., L. K. Wang
& M. Hämäläinen)
Ciri-ciri tubuh:
- Panjang tubuh 43 sampai 45 mm.
- Rentang sayap 31 sampai 34 mm.
- Thoraks berwarna hitam dengan garis kuning di sisi-sisinya.
- Terdapat flap di sisi-sisi segmen ke-8 yang digunakan untuk menaruh telur
(betina).
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Odonata
Familia Libellulidae
Genus Potamarcha
Spesies Congener
Tabel 4.11 Klasifikasi Potamarcha congener menurut Rambur, 1842
30
4.1.5 Ordo Hymenoptera
Tawon ‘Cuckoo’
En.wikipedia.org
Gambar 4.20 Famili Chrysididae
Tawon jenis ini umumnya ditemukan di daerah Amerika Utara, namun dapat juga
ditemukan di berbagai wilayah di dunia kecuali di Antartika. Banyak spesies dari family
Chrysididae hidup sebagai parasit pada tawon jenis lain dan larva lebah.(R. M. Bohart and L.
S. Kimsey)
Anatomi tubuh:
- Panjang tubuh 6 sampai 12 mm
- Tubuh berwarna biru metallic dengan corak yang khas.
- Antenna terdiri atas 13 segmen (jantan) atau 12 segmen (betina)
- Bagian bawah abdomen berbentuk cekung, yang memungkinkan Chrysididae
untuk menggulung tubuhnya saat merasa terancam.
Tabel 4.12 Klasifikasi Chrysidoidea chrysididae (Systema Naturae)
31
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Hymenoptera
Superfamili Chrysidoidea
Famili Chrysididae (Cuckoo Wasps)
4.1.6 Ordo Diptera
Lalat rumah ‘Musca domestica’
Pancarahmat.blogspot.com
Gambar 4.21 Lalat Rumah
Anatomi tubuh :
- Panjang tubuh 6 sampai 7,5 mm
- Tubuh berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada bagian
punggung
- Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan
- Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan
memiliki bulu pada bagian atas dan bawah.
- Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk
menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek.
- Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang
dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan
diserap.
Siklus Hidup Lalat
Siklus hidup ada 4 stadium: telur, larva, pupa dan dewasa.
- Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih
kurang 1 mm panjangnya.
- Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-
13 mm.
32
- Akhir dari fase larva ini berpindah tempat ke tempat yang dingin guna
mengeringkan tubuhnya.
- Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya
sama dengan larva dan tidak bergerak.
- Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang dengan jarak antara
450–900 meter.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Diptera
Famili Muscidae
Genus Musca
Species Musca domestica
Tabel 4.13 Klasifikasi Musca domestica menurut Linnaeus,1758 (Systema Naturae)
33
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Insektarium adalah media untuk menampilkan berbagai spesies terutama dari kelas
Insecta yang sudah diawetkan. Tujuannya adalah untuk memudahkan melihat perbedaan
antara satu spesies dengan yang lainnya serta mengenali berbagai spesies serangga.
Pada proses pembuatan insektarium, dapat disimpulkan beberapa hal dari metode-
metode yang digunakan. Pertama, jika kupu-kupu dijemur dalam keadaan sayap ditutup maka
ketika akan dibuat offset menjadi lebih sulit untuk merentangkan sayapnya. Kedua,
penggunaan eter pada pengawetan belalang maupun laba-laba secara lama dan berlebih
menyebabkan kerusakan pada tubuh laba-laba dan perubahan warna pada tubuh belalang.
5.2. Saran
Pada proses pembuatan awetan kupu-kupu, sebaiknya sayap kupu-kupu tidak dalam
kondisi tertutup saat dibungkus kertas minyak, sebab hal itu menyebabkan sayapnya menjadi
kaku ketika dioffset. Akibatnya sayapnya lebih mudah terkoyak jika dipaksakan untuk
dibuka. Demikian juga pada saat proses pengawetan laba-laba, seharusnya eter yang
digunakan tidak terlalu banyak dan lama. Selain itu pengidentifikasian serangga dapat
dilakukan dengan lebih cermat dan memperhatikan semua ciri-ciri serangga sehingga
kemungkinan terjadi salah spesies lebih kecil.
34
DAFTAR PUSTAKA
http://Pancarahmat.blogspot.com
http://dragonflypix.com
http://upikke.staff.ipb.ac.id
http://littlenewslittle.blogspot.com
http://adearisandi.wordpress.com
http://tolweb.org
http://naturemagics.com
http://jpmoth.org
http://butterflycircle.com
http://lba.uk.com
http://biologigonz.blogspot.com
http://suchaini.net
http://mrpeacelovers.blogspot.com
http://enfo.agt.bme.hu/drupal/en/node/10992
http://fr.wikipedia.org/wiki/Insectarium#Histoire
http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Belalang
http://nuzulularifin.blogspot.com/2012/01/blattodea.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Papilio_polytes
http://lepidoptera.butterflyhouse.com.au/nymp/core.html
http://www.iucnredlist.org/details/167281/0.com
http://jujujitu.blogspot.com/2011/05/capung-potamarcha-congener-yellow.html
http://rmbr.nus.edu.sg/dna/organisms/details/756
http://bugguide.net/node/view/6946
http://pancarahmat.blogspot.com/2012/05/gambar-morfologi-lalat-rumah-musca.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Anjing_tanah
Purwiji, M.W.2011. Pembuatan Koleksi, Visualisasi, dan Informasi. Slide show powerpoint
diklat dasar fungsional ahli. Disampaikan tanggal 6 Juni 2011.
Prawirohartono, Slamet dan Sri Hidayati.2007. Sains Biologi 1 SMA/MA Kelas X. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Elzinga, Richard J. 2000. Fundamentals of Entomology. Minessota : Practice Hall.
35
Borror, Donald Joyce. 1997. A Field Guide to Insects. Boston : Houghton Mifflin.
Wawancara dengan Bapak Atep dari Taman Kupu-Kupu Cihanjuang , Bandung pada tanggal
14 November 2012.
36
LAMPIRAN
37
Recommended