View
159
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
MAKALAH
PENYIMPULAN LANGSUNG (KONVERSI)
DALAM KETUHANAN, KEMANUSIAAN, PERSATUAN,
KERAKYATAN DAN KEADILAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Logika
Dosen Pengampu :
Noorochmat Isdaryanto, M.Si
Prof. Dr. Suyahmo, M.Si
Oleh :
Penny Trianawati 3301409041
Siti Khomisatun 3301409050
Rizal Akhmad P 3301409100
HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis dan sekaligus sebagai dasar
filsafat, oleh karena itu untuk berfilsafat yang baik harus dilandasi logika, agar
penalarannya logis dan kritis. Di samping itu logika juga sebagai sarana ilmu, sama halnya
matematika dan statistika, karena semua ilmu harus didukung oleh penalaran logis dan
sistematis yang merupakan salah satu syarat sifat ilmiah.
Istilah logika,dari segi etimologis, berasal dari kata Yunani logos yang digunakan
dengan beberapa arti, seperti ‘ucapan, bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal budi, ilmu’
(Poespoprodjo, 1981: 2). Dari kata logos kemudian diturunkan kata sifat logis yang sudah
sangat sering terdengar dalam percakapan kita sehari-hari. Orang berbicara tentang
perilaku yang logis sebagai lawan terhadap perilaku yang tidak logis,tentang tata cara yang
logis, tentang penjelasan yang logis, tentang jalan pikiran yanglogis, dan sejenisnya.
Dalam semua kasus itu, kata logis
digunakan dalam arti yang kurang lebih sama dengan ‘masuk akal’; singkatnya,
segala sesuatu yang sesuai dengan,dan dapat diterima oleh akal sehat. Dengan hanya
berdasar kepada arti etimologis itu, apa sebetulnya logika masih belum dapat diketahui.
Agar dapat memahami dengan sungguh-sungguh hakekat logika, sudah barang tentu orang
harus mempelajarinya. Untuk maksud itu, kiranya tepat kalau,sebagai suatu perkenalan
awal, terlebih dahulu dikemukakan di sini sebuah definisimengenai istilah logika
itu.Dalam bukunya Introduction to Logic, Irving M. Copi mendefinisikan logikasebagai
suatu studi tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan
dalammembedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak tepat (Copi, 1976: 3).
Dengan menekankan pengetahuan tentang metode-metode dan prinsip-prinsip,
definisi ini hendak menggarisbawahi pengertian logika semata-mata sebagai ilmu. Definisi
ini tidak bermaksud mengatakan bahwa seseorang dengan sendirinya mampu bernalar
atau berpikir secara tepat jika ia mempelajari logika. Namun, di lain pihak, harus
diakui bahwa orang yang telah mempelajari logika–jadi sudah memiliki pengetahuan
mengenai metode metode dan prinsip-prinsip berpikir–mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk berpikir secara tepat ketimbang orang yang sama sekali tidak pernah
berkenalandengan prinsip-prinsip dasar yang melandasi setiap kegiatan penalaran. Dengan
ini hendak dikatakan bahwa suatu studi yang tepat tentang logika tidak hanya
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan mengenai metode-metode
dan prinsip-prinsip berpikir tepat, melainkan juga membuat orang yang
bersangkutanmampu berpikir sendiri secara tepat dan kemudian mampu membedakan
penalaran yangtepat dari penalaran yang tidak tepat. Ini semua menunjukkan bahwa logika
tidak hanyamerupakan suatu ilmu (science), tetapi juga suatu seni (art).
Dengan kata lain, logika tidak hanya menyangkut soal pengetahuan, melainkan
juga soal kemampuan atau ketrampilan. Kedua aspek ini berkaitan erat satu sama lain.
Pengetahuan mengenai metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir harus dimiliki bila
seseorang ingin melatih kemampuannya dalam berpikir; sebaliknya, seseorang hanya bisa
mengembangkan keterampilannya dalam berpikir bila ia sudah menguasai metode-metode
dan prinsip- prinsip berpikir. Namun, sebagaimana sudah dikatakan, pengetahuan tentang
metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir tidak dengan sendirinya memberikan jaminan
bagi seseorangdapat terampil dalam berpikir. Keterampilan berpikir itu harus terus-
menerus dilatih dandikembangkan. Untuk itu, mempelajari logika, khususnya logika
formal secaraakademis sambil tetap menekuni latihan-latihan secara serius, merupakan
jalan palingtepat untuk mengasah dan mempertajam akal budi. Dengan cara ini, seseorang
lambat-laun diharapkan mampu berpikir sendiri secara tepat dan, bersamaan dengan itu,
mampu pula mengenali setiap bentuk kesesatan berpikir, termasuk kesesatan berpikir yang
dilakukannya sendiri.
Manusia dapat dikatakan telah mengadakan penilaian apabila ia dapat
menghubung-hubungkan dan membandingkan pengertian-pengertian sehingga merupakan
suatu putusan (judgement). Dari putusan atau proposisi ini sebagai pangkal dari
pengetahuan yang bergerak menjadi pengetahuan yang baru yang berupa suatu
penyimpulan (inference). Penyimpulan dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan manusia
dengan akal budinya, di mana dari pengetahuan yang dimiliki dan berdasarkan
pengetahuan itu bergerak maju untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
Namun demikian kadang-kadang manusia dapat memperoleh pengetahuan baru
tanpa mendasarkan pada pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan yang semacam ini
dinamakan pengetahuan intuitif atau disebut pengetahuan sebagai hasil pemikiran
langsung. Penyimpulan sebagai hasil pemikiran tidak langsung selalu mendasarkan diri
pada pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Pemikiran tidak langsung merupakan
suatu proses. Proses berarti adanya gerak atau perpindahan, perkembangan dari satu
pengetahuan ke pengetahuan yang lain.
Berdasarkan latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas mengenai
memperoleh pengetahuan baru melalui penyimpulan langsung yang secara lebih khusus
tentang penalaran konversi dengan menggunakan contoh ke-Tuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyimpulan langsung?
2. Apa yang dimaksud dengan penalaran konversi?
3. Bagaimana contoh penalaran konversi dengan menggunakan contoh ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyimpulan Langsung
Penyimpulan (konklusi) dalam bahasa artinya mencari dalil, mencari keterangan,
mencari indikator atau mencari petunjuk, sebab dengan indikator ini dapat diperoleh
pengertian sebagai kesimpulan /natijah/konklusi. Penyimpulan dapat diartikan sebagai
proses mental yang bertolak dari satu atau lebih proposisi menuju beberapa proposisi yang
yang lain secara konsekuen yang berkaitan dengan proposisi sebelumnya. Penyimpulan
juga merupakan proses pengkombinasian proposisi-proposisi sehingga menghasilkan suatu
proposisi baru yang disebut kesimpulan.
Penyimpulan langsung adalah penyimpulan yang didalamnya secara langsung
bergerak dari suatu premis tunggal menuju pada suatu kesimpulan. Dalam penyimpulan
langsung kita bertolak dari satu proposisi ke proposisi lain yang berbeda, tetapi yang
berkaitan logis dengannya. Kita dapat menyimpulkan secara langsung suatu proposisi
dengan memakai subjek dan predikat yang sama.
Penyimpulan langsung berakhir hanya dalam suatu proposisi baru dan bukan dalam
kebenaran baru. Dari kebenaran atau kesalahan yang ada, kita menarik kebenaran atau
kesalahan proposisi yang lain yang perlu mengikutinya, misalnya: tidak ada orang
indonesia adalah malaikat, kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada malaikat adalah
orang indonesia. Contoh lain, jika semua orang indonesia adalah orang Asia (benar), maka
mengatakan tidak ada orang indonesia adalah orang Asia (salah).
Penyimpulan langsung disebut juga dengan penalaran edukasi. Penyimpulan
langsung berarti juga menarik kesimpulan hanya dari satu pangkal pikir atau premis.
Pengolahan term dalam edukasi dapat juga berbentuk penukaran kedudukan term atau
berbentuk menegasikan term atau juga kedua-duanya. Penalaran edukasi ini secara
sederahana ada tiga macam, yaitu konversi, inversi dan kontraposisi. Adapun proposisi
yang berperan sebagai pangkal pikirnya . Terdapat 7 macam proposisi yang merupakan
penjabaran dari 4 macam proposisi katagoris, diantaranya yaitu:
(S = P) : Semua S adalah P
(S⊂P) : Semua S adalah P
(S ≠ P) : Semua S bukan P
(S ∩P) : Sebagian S adalah P
(P⊃S) : Sebagian S adalah P
(S − P) : Sebagian S bukan P
(S ∂ P) : Sebagian S bukan P
B. Penalaran Konversi
Konversi merupakan penyimpulan langsung dengan cara menukar kedudukan subjek
dan predikat dari suatu proposisi tanpa mengubah makna yang dikandungnya. Menukar
kedudukan yang dimaksud di sini ialah, term sebagai subjek dalam premis menjadi
predikat dalam kesimpulan, dan sebaliknya term sebagai predikat dalam premis menjadi
subjek dalam kesimpulan. Penyimpulan bentuk konversi kuantitas proposisi ada yang
sama dan ada yang berubah atau dengan kata lain konversi sama kuantitas dan konversi
beda kuantitas.Proposisi yang dikonversikan yang tetap sama kuantitasnya ada 3 macam,
yaitu:
1) (S = P) = (P = S)
“Semua makhluk hidup membutuhkan makan”. Pernyataan ini identik dengan “yang
membutuhkan makan adalah semua mahluk hidup”. Dua pernyataan ini kuantitasnya,
ruang lingkupnya adalah sama, identik.
2) (S ≠ P) = (P ≠ S)
“Semua mahluk hidup yang bernama manusia adalah bukan golongan binatang”.
Pernyataan ini identik dengan “semua makhluk hidup golongan binatang tidak sama
dengan makhluk hidup yang bernama manusia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya,
ruang lingkupnya adalah sama, identik.
3) (S ∩ P) = (P ∩ S)
“Sebagian warga negara indonesia adalah beragama nasrani”. Pernyataan ini identik
dengan “sebagian yang beragama nasrani adalah warga negara indonesia”. Dua
pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.
Sedangkan proposisi yang dikonversikan berubah bentuk dari universal ke partikular
dan sebaliknya, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama adalah sebagai
berikut:
1. (S⊂P) = (P⊃S) :
“Semua manusia membutuhkan makan”. Proposisi atau pernyataan universal
affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berubah menjadi proposisi atau
pernyataan partikular affirmatif implikasi, yakni “sebagian yang membutuhkan makan
adalah makhluk manusia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu universal dan yang
lain bersifat partikular, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama,
yaitu terletak pada term “manusia” dan term “makan”.
2. (S⊃P) = (P⊂S) :
“Sebagian makhluk hidup adalah manusia”. Proposisi atau pernyataan partikular
affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berrubah menjadi proposisi atau
pernyataan universal affirmatif implikasi, yakni “semua manusia adalah golongan
makhluk hidup”. Meskipun dua proposisi itu yang satu partikular dan yang lain
bersifat universal, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama, yaitu
terletak pada term “makhluk hidup” dan term “manusia”.
C. Konversi (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan Dan Keadilan)
1. KeTuhanan
(S = P) = (P = S) :
“Semua rakyat Indonesia menjunjung tinggi nilai ketuhanan” Pernyataan ini identik
dengan “yang menjunjung tinggi nilai ketuhanan adalah semua rakyat Indonesia”.
Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.
(S ≠ P) = (P ≠ S) :
“Semua bangsa Indonesia adalah bukan penganut komunis” Pernyataan ini identik
dengan “semua bangsa yang menganut komunis tidak sama dengan bangsa
Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.
(S ∩ P) = (P ∩ S) :
“Sebagian warga negara indonesia adalah beragama Islam”. Pernyataan ini identik
dengan “sebagian yang beragama islam adalah warga negara indonesia”. Dua
pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.
(S⊂P) = (P⊃S) :
“Semua rakyat Indonesia ber-KeTuhanan Yang Maha Esa” Proposisi atau pernyataan
universal affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berubah menjadi proposisi
atau pernyataan partikular affirmatif implikasi, yakni “sebagian yang ber-KeTuhanan
Yang Maha Esa adalah rakyat Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu
universal dan yang lain bersifat partikular, tetapi ruang lingkupnya atau luas
cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “Rakyat Indonesia” dan term
“KeTuhanan Yang Maha Esa”.
(S⊃P) = (P⊂S) :
“Sebagian rakyat Indonesia beragama”. Proposisi atau pernyataan partikular
affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berrubah menjadi proposisi atau
pernyataan universal affirmatif implikasi, yakni “semua yang beragama adalah rakyat
Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu partikular dan yang lain bersifat
universal, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak
pada term “ Rakyat Indonesia” dan term “beragama”.
2. Kemanusiaan
(S = P) = (P = S) :
“Semua rakyat Indonesia menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban asasi”
Pernyataan ini identik dengan “yang menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban
asasi adalah semua rakyat Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang
lingkupnya adalah sama, identik.
(S ≠ P) = (P ≠ S) :
“Semua bangsa Indonesia tidak boleh melakukan perbuatan yang melanggar SARA”
Pernyataan ini identik dengan “semua perbuatan yang melanggar SARA tidak boleh
dilakukan oleh semua bangsa Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang
lingkupnya adalah sama, identik.
(S ∩ P) = (P ∩ S) :
“Sebagian rakyat indonesia berani membela kebenaran dan keadilan”. Pernyataan ini
identik dengan “sebagian yang berani membela kebenaran dan keadilan adalah rakyat
indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.
(S⊂P) = (P⊃S) :
“Semua bangsa Indonesia menjunjung tinggi HAM” Proposisi atau pernyataan
universal affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berubah menjadi proposisi
atau pernyataan partikular affirmatif implikasi, yakni “sebagian yang menjunjung
tinggi HAM adalah bangsa Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu
universal dan yang lain bersifat partikular, tetapi ruang lingkupnya atau luas
cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “Bangsa Indonesia” dan term
“HAM”.
(S⊃P) = (P⊂S) :
“Sebagian rakyat Indonesia melakukan kegiatan kemanusiaan”. Proposisi atau
pernyataan partikular affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berrubah menjadi
proposisi atau pernyataan universal affirmatif implikasi, yakni “semua yang
melakukan kegiatan kemanusiaan adalah rakyat Indonesia”. Meskipun dua proposisi
itu yang satu partikular dan yang lain bersifat universal, tetapi ruang lingkupnya atau
luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “ Rakyat Indonesia” dan term
“kemanusiaan”.
3. Persatuan
(S = P) = (P = S) :
“Semua rakyat Indonesia harus rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara”
Pernyataan ini identik dengan “yang harus rela berkorban demi kepentingan bangsa
dan negara adalah semua rakyat Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang
lingkupnya adalah sama, identik.
(S ≠ P) = (P ≠ S) :
“Semua bangsa Indonesia tidak boleh melanggar ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” Pernyataan ini identik dengan
“semua perbuatan yang melanggar ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial tidak boleh dilakukan oleh semua bangsa
Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.
(S ∩ P) = (P ∩ S) :
“Sebagian rakyat indonesia mempunyai rasa nasionalisme”. Pernyataan ini identik
dengan “sebagian yang mempunyai rasa nasionalisme adalah rakyat indonesia”. Dua
pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.
(S⊂P) = (P⊃S) :
“Semua bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan”
Proposisi atau pernyataan universal affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan
berubah menjadi proposisi atau pernyataan partikular affirmatif implikasi, yakni
“sebagian yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan adalah bangsa
Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu universal dan yang lain bersifat
partikular, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak
pada term “Bangsa Indonesia” dan term “nilai-nilai persatuan dan kesatuan”.
(S⊃P) = (P⊂S) :
“Sebagian rakyat Indonesia cinta tanah air Indonesia”. Proposisi atau pernyataan
partikular affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berrubah menjadi proposisi
atau pernyataan universal affirmatif implikasi, yakni “semua yang cinta tanah air
Indonesia adalah rakyat Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu partikular
dan yang lain bersifat universal, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap
sama, yaitu terletak pada term “ Rakyat Indonesia” dan term “cinta tanah air
Indonesia”.
4. Kerakyatan
(S = P) = (P = S) :
“Semua rakyat Indonesia melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat”
Pernyataan ini identik dengan “yang melakukan musyawarah untuk mencapai
mufakat adalah semua rakyat Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang
lingkupnya adalah sama, identik.
(S ≠ P) = (P ≠ S) :
“Semua bangsa Indonesia tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain”
Pernyataan ini identik dengan “semua perbuatan memaksakan kehendak kepada orang
lain tidak boleh dilakukan oleh semua bangsa Indonesia”. Dua pernyataan ini
kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.
(S ∩ P) = (P ∩ S) :
“Sebagian rakyat indonesia mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan
pribadi dan golongan”. Pernyataan ini identik dengan “sebagian yang mengutamakan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan adalah rakyat
indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.
(S⊂P) = (P⊃S) :
“Semua bangsa Indonesia menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam
musyawarah” Proposisi atau pernyataan universal affirmatif implikasi itu setelah
dikonversikan berubah menjadi proposisi atau pernyataan partikular affirmatif
implikasi, yakni “sebagian yang menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
dalam musyawarah adalah bangsa Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu
universal dan yang lain bersifat partikular, tetapi ruang lingkupnya atau luas
cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “Bangsa Indonesia” dan term
“Keputusan yang dicapai dalam musyawarah”.
(S⊃P) = (P⊂S) :
“Sebagian rakyat Indonesia memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil untuk
melaksanakan permusyawaratan”. Proposisi atau pernyataan partikular affirmatif
implikasi itu setelah dikonversikan berrubah menjadi proposisi atau pernyataan
universal affirmatif implikasi, yakni “semua yang memberikan kepercayaan kepada
wakil-wakil untuk melaksanakan permusyawaratan adalah rakyat Indonesia”.
Meskipun dua proposisi itu yang satu partikular dan yang lain bersifat universal, tetapi
ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “ Rakyat
Indonesia” dan term “kepercayaan kepada wakil-wakil”.
5. Keadilan
(S = P) = (P = S) :
“Semua bangsa Indonesia adalah bangsa yang sadar hukum” Pernyataan ini identik
dengan “yang sadar hukum adalah semua bangsa Indonesia”. Dua pernyataan ini
kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.
(S ≠ P) = (P ≠ S) :
“Semua rakyat Indonesia tidak boleh merugikan kepentingan umum” Pernyataan ini
identik dengan “semua perbuatan yang merugikan kepentingan umum tidak boleh
dilakukan oleh semua rakyat Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang
lingkupnya adalah sama, identik.
(S ∩ P) = (P ∩ S) :
“Sebagian pejabat indonesia melakukan korupsi”. Pernyataan ini identik dengan
“sebagian yang melakukan korupsi adalah pejabat indonesia”. Dua pernyataan ini
kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.
(S⊂P) = (P⊃S) :
“Semua bangsa Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama” Proposisi atau
pernyataan universal affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berubah menjadi
proposisi atau pernyataan partikular affirmatif implikasi, yakni “sebagian yang
mempunyai hak dan kewajiban yang sama adalah bangsa Indonesia”. Meskipun dua
proposisi itu yang satu universal dan yang lain bersifat partikular, tetapi ruang
lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “Bangsa
Indonesia” dan term “hak dan kewajiban yang sama”.
(S⊃P) = (P⊂S) :
“Sebagian rakyat Indonesia menghormati hak-hak orang lain”. Proposisi atau
pernyataan partikular affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berubah menjadi
proposisi atau pernyataan universal affirmatif implikasi, yakni “semua yang
menghormati hak-hak orang lain adalah rakyat Indonesia”. Meskipun dua proposisi
itu yang satu partikular dan yang lain bersifat universal, tetapi ruang lingkupnya atau
luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “ Rakyat Indonesia” dan term
“hak-hak orang lain”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyimpulan langsung adalah penyimpulan yang didalamnya secara langsung
bergerak dari suatu premis tunggal menuju pada suatu kesimpulan. Dalam penyimpulan
langsung kita bertolak dari satu proposisi ke proposisi lain yang berbeda, tetapi yang
berkaitan logis dengannya. Kita dapat menyimpulkan secara langsung suatu proposisi
dengan memakai subjek dan predikat yang sama.
Penyimpulan langsung berakhir hanya dalam suatu proposisi baru dan bukan dalam
kebenaran baru. Dari kebenaran atau kesalahan yang ada, kita menarik kebenaran atau
kesalahan proposisi yang lain yang perlu mengikutinya.
Konversi merupakan penyimpulan langsung dengan cara menukar kedudukan subjek
dan predikat dari suatu proposisi tanpa mengubah makna yang dikandungnya. Menukar
kedudukan yang dimaksud di sini ialah, term sebagai subjek dalam premis menjadi
predikat dalam kesimpulan, dan sebaliknya term sebagai predikat dalam premis menjadi
subjek dalam kesimpulan. Penyimpulan bentuk konversi kuantitas proposisi ada yang
sama dan ada yang berubah atau dengan kata lain konversi sama kuantitas dan konversi
beda kuantitas.Proposisi yang dikonversikan yang tetap sama kuantitasnya ada 3 macam,
yaitu:
1. (S=P)=(P=S)
2. (S≠P)=(P≠S)
3. (S∩P)=(P∩S)
Sedangkan proposisi yang dikonversikan berubah bentuk dari universal ke partikular
dan sebaliknya, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama adalah sebagai
berikut:
1. (S⊂P) = (P⊃S)
2. (S⊃P) = (P⊂S):
DAFTAR PUSTAKA
Suyahmo. 2008. Logika. Semarang : Hukum dan Kewarganegaraan FIS UNNES
Mufid, Muhammad. 2008. Dasar-Dasar Logika. Jakarta : Pusat Pengembangan Bahan Ajar
UMB
Anonim. 2008. Penyimpulan Langsung (notexabasoka.blogspot.com) di akses 04/06/2012.
Recommended