View
221
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
TANALISIS KEPENDUDUKAN TENTANG MIGRASI DIDAERAH
TULUNGAGUNG
Kelompok 11
Dwi Kurnia Yuliyawati 25010114120108
Sikis Rohkaeni 25010114120117
Feby Ansari Mayang S. 25010114120127
Laili Maratus 25010114120130
Siti Syofiatul Rohmah 25010114120131
Kelas B 2014
Fakultas Kesehatan Masyarakat
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Migrasi merupakan salah satu faktor dari ketiga faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, sedangkan faktor lain adalah kelahiran dan kematian. Migrasi adalah
perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain
melampaui batas politik / negara ataupun batasadministratif / batas bagian dalam suatu
negara. Ada dua dimensi yang harusdiperhatikan dalam menelaah migrasi, yaitu dimensi
waktu dan dimensi daerah. Dalam migrasi terdapat factor pendorong, penarik,
rintangan/hambatan, dan factor pribadi yang dapat menjadi factor eksternal untuk
mempengaruhi seseorang melakukan migrasi ke suatu daerah.
Dari setiap factor yang mempengaruhi migrasi,pasti semua nya mempunyai dampak
yang positif ataupun dampak negative yang ditimbulkan untuk daerah yang menjadi tempat
migrasi seseorang. Dampak positive yang ditimbulkan pasti akan memberikan dampak dan
keuntungan tersendiri bagi daerah yang menjadi tempat migrasi, namun apabila migrasi
menimbulkan dampak negative bagi daerah tersebut maka akan menimbulkan resiko
tersendiri bagi penduduk setempat ataupun penduduk yang migrasi ke daerah tersebut.
Dimana nanti hal ini juga akan mempengaruhi dari status kesehatan yang ditimbulkan dari
daerah tersebut.
Dan didalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana kasus yang terjadi dalam
migrasi dalam makalah ini akan dijelaskan tentang migrasi didaerah Tulungagung dan
bagaimana migrasi tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan dari suatu daerah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa penyebab terjadi nya migrasi di daerah Tulungagung?
2. Apa akibat yang ditimbulkan dari migrasi tersebut?
3. Bagaimana kebijakan dari pemerintah untuk mengatasi masalah migrasi tersebut ?
4. Termasuk dalam mobilisasi apakah migrasi di Tulungagung?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa penyebab terjadi nya migrasi didaerah tersebut
2. Untuk mengetahui apa akibat yang ditimbulkan dari migrasi tersebut
3. Untuk mengetahui kebijikan dari pemerintah untuk mengatasi masalah migrasi
tersebut
4. Untuk mengetahui termasuk dalam mobilisasi apa migrasi yang terjadi ditulungagung
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Pustaka
Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus
mengingat adanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata,
adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang untuk melakukan migrasi,
adanya desentralisasi dalam pembangunan, di lain pihak komunikasi dan transportasi
makin lancar. Migrasi antar bangsa (migrasi internasional) tidak begitu berpengaruh
dalam menambah atau mengurangi jumlah penduduk suatu negara, kecuali di beberapa
negara tertentu yang berhubungan dengan pengungsian, akibat bencana, baik alam
maupun perang.
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu
tempat ke tempat lain melampaui batas politik/ negara ataupun batas administrasi/ batas
bagian dari suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif
permanen dari suattu daerah ke daerah lain. Ada 2 dimensi penting yang perlu ditinjau
dalam penelaahan migrasi yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah. Untuk dimensi
waktu, ukuran yang pasti tidak ada karena sulit menentukan berapa lama seorang pindah
tempat tinggal untuk dapat dianggap sebagai seorang migran, tetapi biasanya digunakan
definisi yang ditentukan dalam sensus penduduk. Penduduk yang bermigrasi, baik
internasional maupun intern, sering mempunyai ciri khas yang membedakan mereka dari
penduduk asal dan juga penduduk ditempat yang mereka tuju. Ciri-ciri yang paling
umumm adalah jenis kelamin, umur, dan pendidikan atau ketrampila. Karena migran
sering terdiri utama dari satu jenis kelamin, termasuk kelompok usia muda dan yang
relatif berpendidikan tinggi, maka kepergian mereka mengubah struktur sosial demografi
dari kelompok asalnya dan ini terjadi juga masyarakat di tempat tujuan.
Migran internasional sering berasal dari negara tertentu yang keahlian/
keterampilannya sedang dibutuhkan oleh negara penerima. Hasil-hasil selektivitas
migrasi dalam negeri tampak paling jelas dari berbagai ciri penduduk desa dan penduduk
kota. Baik negara maju maupun negara berkembang, penduduk yang muda dan
berpendidikan cukup, cenderung pindah ke kota-kota untuk memperoleh pekerjaan yang
lebih memuaskan. Jadi, di daerah-daerah pedesaan, propinsi penduduk yang berusia
lanjut dan kurang pendidikan menjadi lebih besar.Analisis migrasi harus menggunakan
ciri-ciri migran agardapat menggambarkan hubungan antara migrasi dan faktor-faktor
lain dalam perubahan demografi.
Dimensi migrasi menurut daerah dapat dibedakan menjadi:
Migrasi internasional (perpindahan antar negara) yaitu perpindahan penduduk dari satu
negara ke negara lain.
1. Migrasi intern, yaitu perpindahan yang terjadi dalam satu negara, misalnya antar
propinsi, kota atau kesatuan administrasi
2. Perpindahan lokal, yaitu perpindahan dari satu alamat ke alamat lain atau dari satu
kota ke kota lain tapi masih dalam batas bagian dalam suatu negara. Misalnya
dalam satu wilayah propinsi (batasan unit wilayah bagi migrasi di Indonesia
menurut sensus 1980 adalah propinsi)
3. Migrasi pulang pergi/ commuting/ nglaju, yaitu perpindahan yang dilakukan pada
waktu pagi dan sore kembali yang dilakukan terus menerus setiap hari. Beberapa
bentuk perpindahan tempat (mobilitas):
a. Perubahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang balik kerja
(reccurent movement)
b. Perubahan tempat yang bersifat sementara, seperti perpindahan tempat bagi
pekerja musiman
c. Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ke tempat
semula (non-reccurent movement)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Enam Desa Tulungagung Masuk Kawasan Endemi MalariaJumat, 14 Oktober 2011 15:41 WIBTulungagung - Enam desa yang berada di pesisir selatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, ditengarai sebagai kawasan endemi malaria.
Sebagaimana diungkapkan oleh Kasi Pengendalian Penyakit menular di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung, Didik Eka, Jumat, keenam desa yang masuk area endemis malaria tersebut tersebar di tiga kecamatan.
Keenam desa dimaksud menurut keterangan Didik, masing-masing adalah Desa Sidem, Brumbun dan Sine di Kecamatan Tanggunggunung, Desa Popoh dan Klathak di Kecamatan Kalidawir, serta Desa Besole di Kecamatan Besuki.
"Di daerah-daerah yang saya sebut itu kami katakan sebagai kawasan endemis karena kasus malaria selalu dari tahun ke tahun," ungkapnya.
Untuk periode bulan Januari hingga akhir September 2011 ini saja, lanjut dia, angka temuan kasus malaria dari enam desa yang telah dimasukkan zona merah persebaran malaria, mencapai 100-an penderita.
Jumlah tersebut diperkirakan masih akan terus bertambah hingga akhir Desember mendatang. "Angkanya tentu fluktuatif dari tahun ke tahun. Tapi jumlah kasus yang saya sebut tadi masih tergolong kecil, dulu pernah terjadi lonjakan sangat tinggi sehingga kami terpaksa memberlakukan status KLB (kejadian luar biasa)," ujarnya.Berdasar hasil penelitian yang dilakukan bagian Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMKes) Dinkes Tulungagung, banyaknya angka kasus malaria di kawasan pesisir selatan daerah tersebut dikarenakan dua faktor utama, yakni karena migrasi penduduk serta lingkungan pesisir.
"Kebanyakan kasus malaria disebabkan adanya mobilitas penduduk ke luar pulau sehingga secara tidak sengaja mereka mengimpor penyakit malaria dari luar daerah. Namun dari beberapa kasus juga ada yang kami temukan karena vektor plasmodium atau bibit malaria itu sudah ada dan berkembang biak di daerah-daerah yang masuk zona endemi tadi," terangnya.
Upaya penanggulangan wabah malaria agar tidak semakin menyebar, sebenarnya telah dilakukan jajaran dinas kesehatan bekerja sama dengan tim kesehatan dari puskesmas maupun perangkat desa terkait.
Kerangka analisis:
2.2 Penyebab Dari Migrasi
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi migrasi menurut Paul B. Norton,
yang dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu faktor pendorong, faktor penarik
dan sarana. Pendorong berkaitan dengan adanya kondisi tanah airnya. Contohnya: adanya
perubahan batas-batas wilayah negara setelah PD II dan munculnya pemerintahan
diktator, yang kebanyakan beraliran komunis, walau tidak semuanya, membuat
kehidupan di tanah air menjadi sulit bagi banyak orang. Penekanan pada saat itu
mengakibatkan larinya berjuta orang dari (Cuba, Vietnam, Kamboja, Uganda, Palestina,
Cekoslovakia, Nikaragua). Banyak diantara mereka menetap di Amerika Serikat atau
daerah lainnya. Faktor penarik adalah adanya hal-hal yang menarik dinegara yanng
didatangi, misalnya kesempatan ekonomi, cuaca, dan tipe pemerintahan. sarana berkaitan
dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan perpindahan sari suatu wilayah ke wilayah
lainnya dengan ada tidaknya hambatan untuk mengadakan perpindahan tersebut. Dalam
kaitan ini, transportasi selalu merupakan hambatan yang sulit, sedang hambatan hukum
seperti misalnya larangan emigrasi dan pembatan imigrasi tidak terlalu sulit diatasi.
Adapun yang termasuk dalam faktor-faktor pendorong, misalnya:
1. Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas barang-
barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang,
kayu atau bahan-bahan dari pertanian.
2. Menyempitnya lapangan pekerjaan ditempat asal (misalnya dipedesaan) akibat
masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin (capital intensive)
3. Adanya tekanan-tekanan atas diskriminasi politik, agama, suku di daerah asal.
4. Tidak cocok lagi dnegan adat/ budaya/ kepercayaan ditempat asal
5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan
karir pribadi
6. Bencana alam, baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang atau
adanya wabah penyakit.
Yang termasuk dalam faktor-faktor penarik, misalnya:
1. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki
lapangan pekerjaan yang cocok.
2. Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik
3. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
4. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim,
perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.
5. Tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung
6. Adanya aktivitas-aktivitas dikota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan
sebagai daya tarik bagi orang-orang dari desaatau kota kecil
Faktor pendorong
Dalam kasus yang akan kami bahas pada makalah ini adalah meningkatnya
jumlah penderita malaria di daerah endemis malaria di Tulungagung. Di Indonesia, rata-
rata kasus klinis malaria diperkirakan 15 juta setiap tahunnya. Penduduk yang tinggal
didaerah malaria diperkirakan sekitar 85,1 juta dengan tingkat endemisitas rendah,
sedang, hingga tinggi. Adapun di provinsi Jawa Timur yang memiliki 5 daerah High Case
Incidence (HCI), yaitu Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, sumenep, dan Banyuwangi.
Data Sub Dinas Penanggulangan Penyakit Menular (PPM) Kbupaten Tulungagung tahun
2005, menunjukkan 33.782 kasus (31 positif malaria) dimana 1.704 kasus (22 positif
malaria) diwilayah Puskesmas Besole (Dinkes kab. Tulungagung. 2006).
Penyebaran malaria tergantung pada interaksi antara agen, host, dan lingkungan.
Faktor lingkungan umumnya sangat dominan sebagai penentu kejadian malaria pada
suatu wilayah endemis malaria (Hadajah dkk, 2006). Lingkungan yang berperan dalam
bionomik nyamuk adalah lingkungan fisik dan lingkungan biologis. Baik lingkungan
fisik maupunn biologis akan mengatur keseimbangan pipulasi di alam. Apabila
pengaturan oleh lingkungan tidak terjadi, maka akan terjadi ledakan kepadatan populasi
(Depkes RI, 2004).Sebagai penyakit menular, malaria dapat berpindah dari satu wilayah
ke wilayah lain melalui mobilitas penduduk sebagai sumber penularan maupun
komoditas sebagai wahana transmisi. Satu wilayah dengan kasus malaria tinggi
akanmenyebarkan malaria ke wilayah lainnya. Hal ini disebabkan karena jarak terbang
nyamuk malaria 2-5 km, sehingga nyamuk mudah pindah dari satu tempat ketempat lain
tanpa memperhatikan batas wilayah secara administrasi (Achmasi, 2005).
Dilihat dari keadaan geografis di daerah tulungagung yang merupakan daerah
pantai hingga pegunungan, dan memiliki sebgaian wilayahnya adalah hutan, daerah
tersebut memiliki jenis ekosistem yang beragam. Menurut Achmadi (2005), ekosistem
terbentuk karena adanya pengaruh lingkungan seperti kelembaban, suhu lingkungan,
cahaya matahari, vegetasi dan kondisi peruntukan lahan yang mengubah ekosistem
menjadi ekosistem buatan. Akibat terbentuk ekosistem, terdapat berbagai spesies yang
hidup karena kondisi lingkungan yang mendukung. Slaah satu spesies tersebut adalah
Anopheles sp yang berperan sebagai vektor malaria.
Kondisi lingkungan yang berupa pantai, sungai, kolam, atau rawa, parit, sawah,
dan hutan menjadikan tempat tersebut sebagai tempat hidup nyamuk Anopheles.
Achmadi (2005) menyatakan bahwa penyakit menular bersifat lintas batas, terutama
penyakit menular melalui transmisi serangga atau binatang yang memiliki reservoir.
Penyakit tersebut juga dapat berpindah dari stau wilayah ke wilayah lain melalui
mobilitas penduduk sebagai sumber penularan maupun komoditas sebagai wahana
transmisi. Dengan kata lain, penyakit menular tidak mengenal batas administratif
pemerintahan. Penyakit menular di wilayah yang sifatnya relatif tertutup lebih
dipengaruhi oleh batasan ekosistem dari pada batasan administratif. Sedangkan wilayah
yang sifatnya terbuka dengan teknologi transportasi jarak jauh, penyakit menular
dipengaruhi oelh mobilitas penduduk sebagai sumber penyakit.
Menurut Gunawan (2000), suhu yang mempengaruhi perkembanngan parasit
dalam nyamuk sekitar 20°C dan 30°C. Depkes RI (2004) menunjukkan bahwa nyamuk
adalah binatang berdarah dingin dan karenanya proses metabolisme dan siklus
kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan. Perrtumbuhan nyamuk akan terhenti
sama sekali bila suhu kurang dari 10°C atau lebih dari 40°C. Sedangkan dala,m segu
kelembaban udara, nyamuk akan menjadi aktif dan sering menggigit apabila tingkat
kelembaban lingkungan tinggi. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah
untuk memungkinkan nyamuk hidup (Gunawan, 2000).Selain suhu atau kelembaban,
kecepatan angin pundapat mempengaruhi persebaran nyamuk itu sendiri. Kecepatan dan
arah angin pun dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah
kontak antara nyamuk dan manusia (Gunawan, 2000). Curah hujan pun turut menjadi
salah satu faktor yang berpengaruh pada berkembang pesatnya malaria. Besar kecilnya
pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan
jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemugkinan
berkembangbiaknya Anopheles (Depkes RI, 1990).
Faktor lingkungan fisik yang melibatkan oleh kegiatan manusia yang berpengaruh
terhadap penularan penyakit malaria adalah konstruksi rumah, terutama jenis dinding,
langit-langit dan penggunaan kasa. Pada daerah Tulungagung, masih terdapat penduduk
yang memiliki konstruksi rumah terbuat dari bahan yang memungkinkan nyamuk masuk
ke dalam rumah. Konstruksi dengan dinding rumah yang tidak tertutup rapat
memungkinkan terjadinya penularan penyakit malaria. Kualitas dan konstruksi rumah
mempunyai hubungan erat dengan kejadian malaria (Yudhastuti, 2005).
Adapun faktor lingkungan biologi yang dapat berpengaruh terhadap penularan
malaria. Hasil observasi menunjukkan bahwa hewan pemakan atau yang kerap disebut
sebagai predator alami nyamuk yang ada adalah serangga, alab-laba, cicak, burung
layang dan tokek. Dengan adanya predator nyamuk, dapat mengurangi populasi nyamuk.
Masalah lingkungan yang lain adalah dengan terlalu padatnya wilayah hunian, sehingga
apabila terdapat penyakit, akan memudahkan penyakit tersebut menular. Kasus seperti ini
juga merupakan salah satu alasan mengapa beberapa warga memilih untuk meninggalkan
tempat tersebut dan berpindah ke lingkungan yang lebih nyaman.
Adapun faktor pendorong lain yang berpengaruh pada penyebaran penyakit
malaria. Secara tidak langsung fenomena kemiskinan secara umumlah yang berperan
sebagai faktor pendorong tenaga kerja ntuk bermigrasi ke daerah lain. Fenomena tersebut
bisa terjadi karena terbatasnya akses terhadap peluang kerja di daerah sendiri, dan
rendahnya upah yang mungkin mereka akan dapat. Mereka akan memilih bekerja
ditempat yang walaupun jauh, namun mendapatkan pendapatan yang lebih besar untuk
mencukupi kebutuhannya. Biasanya migran memilih daerah luar Jawa sebagai salah satu
tujuan migrasi. Dan yang tidak menutup kemungkinan daerah tujuan mograsi tersebut
adalah daerah endemis malaria. Saat migran kembali ke kampung halaman, disinilah
penyebaran malaria dapat terjadi.
Faktor Penarik
Kabupaten Tulungagung sebagai salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki
kekakyaan akan tempat wisata maupun aktivitas wisatanya yang sebelumnya terkenal
dengan sebutan Kota Marmer, mencoba untuk lebih berusaha mengembangkan potensi
kewilayahan yang dimiliki. Secara tidak langsung kabupaten Tulungagung kaya akan
suguhan pemandangan alamnya yang kebnayakan berupa pantai mengingat wilayahnya
yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Dengan potensi wisata yang sangat
baik ini, mengundang para wisatawan banyak yang berkunjung di wilayah tersebut. Dan
kemungkinan yang dapat terjadi adalah asal dari wisatawan tersebut yang mungkin dari
daerah yang endemis malaria, dan dapat menyebarkan malaria di tempat wisata
Tulungagung tersebut.
2.3 Akibat dari Migrasi
Akibat banyak migrasi ke daerah tulungagung, Karena banyaknya orang yang bermigrasi
ke tulungagung, ini akan mengakibatkan
a. kepadatan penduduk.
Karena banyak orang yang ingin berpindah ketulungagung, maka daerah tersebut jumlah
penduduk ditulungagung akan semakin banyak.
b. lingkungan menjadi kumuh
karena banyak orang yang berpindah ke tulungagung ini membuat kepadatan penduduk
di daerah tersebut meningkat. Karena padat akan menyebabkan lingkungan sekitar
menjadi kumuh, karena banyaknya orang.
c. Derajat kesehatan masyarakat di daerah tulungagung menurun
Dengan lingkungan yang kumuh akan menyebabkan banyak penyakit yang timbul
didaerah tersebut, ini yang menyebabkan banyak orang yang sakit dan angka kesakitan
akan meningkat, ini berakibatkan derajat kesehatan daerah tersebut menurun.
d. Penyebab bertambahnya penyakit menular, seperti malaria
semakin padatnya jumlah penduduk membuat masyarakat sekitar pembangunan sehingga
terganggunya habitat nyamuk anophlese penyebab malaria. Sebagai penyakit menular,
malaria dapat berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain melalui mobilitas penduduk
sebagai sumber penularan maupun komoditas sebagai wahana transmisi.
e. Pengangguran meningkat
jika banyak masyarakat yang terjangkit malaria maka produktivitas masyarakat akan
menurun sehingga dapat mempengaruhi angka pengangguranmasyarakat didaerah
tersebut yang dapat meningkat dikarenakan masyarakat dalam keadaan sakit. Kondisi
tubuh yang tidak memungkinkan masyarakat untuk melakukan aktifitas sehingga
memungkinkan masyarakat tidak dapat melakukan pekerjaan.
f. Kesejateraan menurun
Kesejahteraan menurun dapat dilihat pada penduduk di daerah tulungagung, didaerah
tersebut semakin banyak pengangguran karena sakit malaria dan Jika pendapatan mereka
hanya cukup untuk kenbutuhan sehari-hari maka mereka tidak dapat mencukupi
kebutuhan lain di karenakan pendapatan mereka harus di bagi dengan pengeluaran yang
mereka keluarkan untuk memperoleh kesembuhan.
2.4 Kebijakan yang Diberikan oleh Pemerintah
Dengan semakin berkembangnya arus mobilisasi akibat perkembangan alat
transportasi proses penyebaran penyakit malaria menjadi sangat luas. Akibatnya, jika
terjadi peningkatan kasus di suatu daerah, akan mudah terjadi penyebaran kasus di daerah
lain terutama di daerah yang berbatasan. Dalam rangka menyusun manajemen malaria
yang berbasis wilayah, pengetahuan tentang faktor risiko penularan malaria pada dua
wilayah yang berbatasan tersebut, menjadi sangat penting. Oleh karena itu diperlukan
suatu penelitian untuk memperoleh gambaran faktor risiko penularan di daerah yang
berbatasan. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah faktor
demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan) dan faktor sosial (pengetahuan,
sikap dan tindakan mengenai malaria serta mobilitas) merupakan faktor risiko terhadap
penularan malaria di daerah berbatasan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
hubungan antara faktor demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan) dengan
kejadian malaria di daerah berbatasan, mengidentifikasi hubungan faktor sosial
(pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai malaria serta mobilitas) dengan kejadian
malaria di daerah berbatasan, dan membuat model pengaruh faktor demografi dan sosial
terhadap kejadian malaria di daerah berbatasan. Diharapkan dengan diketahuinya faktor
risiko penularan malaria di daerah berbatasan akan dapat dirumuskan kebijakan
pengendalian malaria yang berbasis wilayah. Dengan demikian pengendalian malaria
berbasis wilayah, tidak lagi semata-mata mementingkan wilayah administrasi, tetapi juga
wilayah ekosistem pada dua daerah yang secara administrasi berbatasan. Kebijakan dapat
dilakukan dengan melakukan fogging dan penyuluhan kepada seluruh masyarakat
didaerah Tulungagung agar melakukan fogging secara berkala. Dan penyeluhuhan
kepada masyarakat untuk menggunakan kelambu di ruang tidur. Mengingat hal ini
merupakan hal kecil tetapi dapat bermanfaat besar bagi masyarakat sekitar.
2.5 Jenis Mobilisasi dari Migrasi diTulungagung
Mobilitas adalah perpindahan penduduk. Namun pengertian migrasi adalah
perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain
melampaui batas politik / negara ataupun batas administrasi atau bersifat dinamis. Namun
belum ada kesepakatan tentang batas waktu. Dalam mobilitas penduduk memiliki
berbagai macam model-model mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk memiliki dua
jenis yaitu mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Sedangkan mobilitas horizontal
dibagi dua yaitu mobilitas permanen dan mobilitas nonpermanen, dan mobilitas
nonpermanen dibagi dua yaitu ulang alik dan menginap atau mondok.
Menurut data yang kelompok kami peroleh, migrasi yang dilakukan penduduk
pendatang yang berada di desa Tulungagung berasal dari luar pulau. Sehingga termasuk
model mobilitas penduduk horizontal, karena berasal dari pulau yang berbeda atau
berbeda letak geografisnya. Mobilitas yang melewati batas administrasi maka termasuk
migrasi yang dinamis. Apabila perpindahan penduduk bertujuan untuk menetap maka
penduduk tersebut masuk ke dalam model mobilitas penduduk permanen. Mobilitas
permanen atau migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain
dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan.
Dengan demikian, maka penyakit yang sebelumnya tidak terdapat di daerah
tujuan akan muncul seperti malaria, dikarenakan di impor atau dibawa oleh penduduk
yang melakukan migrasi dari daerah asal yang tercemar atau endemi suatu penyakit
tertentu. Sehingga penyakit tersebut akan menular melalui gigitan nyamuk. Daerah tujuan
apabila lingkungannya mendukung untuk perkembangan nyamuk malaria, maka daerah
tersebut semakin lama akan menjadi daerah yang endemis malaria, seperti desa
Tulungagung.
BAB III
PENUTUP
3.1 KesimpulanMigrasi merupakan salah satu faktor dari ketiga faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, sedangkan faktor lain adalah kelahiran dan kematian. Migrasi
adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat
lain melampaui batas politik / negara ataupun batasadministratif / batas bagian dalam
suatu negara. Adapun factor pendorong dari migrasi di tulungagung yaitu karena tempat
asal penduduk tersebut termasuk lingkuangan yang endemic malaria, sehingga mereka
bermigrasi ke tulungagung yang mempunyai kondisi lingkungan yang lebih baik. Adapun
factor penarik miograsi ke tulungagung karena banyak nya daerah wisata yang menarik.
Sector pertanian lebih menjanjikan karena bisa memperbaiki ekonomi. Akibat dari
migrasi di tulungagung yaitu kepadatan penduduk, endemic malaria, derajat kesehatan
menurun. Dan salah satu kebijakan dari pemerintah yaitu menggalanggkang fogging dan
sosialisasi tentang penggunaan kelambu. Adapaun jenis mobilisasi dari migrasi
tulungagung yaitu mobilitas penduduk horizontal yang bersifat permanen.
3.2 SaranSaran yang bisa kami berikan yaitu lebih bertindak nya pemerintah untuk
mencegah malaria dengan lebih menggalakkan sosialisasi penggunaan kelambu dan
pelaksanaan gogging. Dan kesadaran masyarakat sekitar untuk lebih peduli terhadap
kebersihan lingkungan
Daftar Pustaka
Achmadi, Umar Fahmi. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis wilayah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
BBTKL&PPM Surabay dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung. 2006. Kajian Dinamika Transmisi Penularan dan Bionomik Vektor malaria di kabupaten Tulungagung tahun 2006.
Depkes RI Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 1999. Modul Entomologi Malaria 3. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 1990. Malaria Epidemiologi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan. Gunawan, S. 2000., dalam Harijanto, P.N. ed: Malaria Epidemiologi, Patogenesia,
Manifestasi Klinis dan Penanganan Epidemiologi Malaria. Jakarta: EGC Hidajah, Atik C., hari Basuki N., Ririh Yudhastuti, Arif Hargono. 2006. Dinamika
Penularan Malaria di Daerah Berbatasan. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/07%20vol%207%20no%202%20Agts
%202009%20FKM%20_hari%20basuki_%20134-142.pdf
Isnaini, Arif Wahyu. 2014. Jurnal Ilmiah Studi Potensi Ekonomi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tulungagung.
Purnami, Cahya Tri, S.KM., M.Kes., 2012. Buku Ajar Ilmu Kependudukan. Semarang. UPT UNDIP Press Semarang.
Yudhiastuti, Ririh, 2005. Perumusan Indeks Lingkungan Untuk Presiksi Peningkatan Kasus Malaria. Disertasi. Surabaya: Universitas Aiirlangga, :34-41
Yudhiastuti, Ririh. Jurnal Gambaran faktor Lingkungan daerah Endemis malaria di daerah Perbatasan (Kabupaten Tulungagung dengan Kabupaten Trenggalek).
Recommended