View
2.378
Download
95
Category
Preview:
Citation preview
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu kegiatan tanpa ada tujuan maka akan berjalan kehilangan arah dan
sia-sia jika tujuan tersebut tidak tecapai. Dalam dunia pendidikan, setiap pendidik
melaksanakan pembelajaran mempunyai tujuan yang ingin dicapai baik untuk
pendidik sendiri maupun peserta didik. Bentuk tujuan tersebut untuk memberikan
suatu pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta
didik.
Tujuan dirancang setelah pendidik mengetahui karakteristik peserta didik
yang akan melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Suparman (2004)
hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa adalah menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada mahasiswa. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus (TIK).
Perumusan suatu tujuan dalam pembelajaran merupakan suatu kelanjutan tahapan
dari proses merancang pembelajaran, yang akan menyajikan bentuk-bentuk
perilaku yang harus diberikan kepada peserta didik dan yang tidak terlalu penting
diberikan. Bermodal karakteristik yang diketahui maka dapat dirumuskan tujuan
instruksional yang tepat bagi mahasiswa.
Tujuan yang dikonseptualisasikan dan digunakan selama Perang Dunia II
sebagai cara untuk membuat pembelajaran lebih efisien. Pada akhir 1950-an dan
pada tahun 1960 pendekatan ini diterapkan pada sekolah umum. Dengan profesi
kesehatan tahun 1960 sekolah mengembangkan tujuan perilaku. Pendidik telah
menggunakan tujuan instruksional, atau perilaku, setidaknya empat dekade.
Robert Mager menulis tentang perumusan tujuan instruksional yaitu Preparing
Instructional Objectives, pertama kali dicetak pada tahun 1962, banyak dibantu
instruktur dalam merumuskan dan menulis tujuan. Sejak itu, penggunaan tujuan
telah menjadi hal yang biasa dalam pendidikan. Tujuan instruksional yang ditulis
untuk siswa berupa pernyataan apa siswa diharapkan untuk melakukan
pembelajaran. Tujuan yang khusus, diamati, dan terukur hasil pembelajaran.
Sebaliknya, tujuan bersifat umum dan tidak spesifik.
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus 1
Tahap ke empat dalam Mode Pengembangan Instruksional merupakan
komponen penting dari desain instruksional yang menggambarkan apa yang siswa
akan belajar atau mampu lakukan setelah instruksi. Karena tujuan dan sasaran
menentukan apa yang akan taharkan dan dinilai, adalah sangat penting bahwa
tujuan ditulis dengan cara yang membuat maknanya jelas dan dipahami kepada
siswa, orang tua dan pendidik. Suparman (2004:162) menyatakan pentingnya
menempatkan tujuan instruksional sebagai komponen awal dalam menyusun
desian instruksional merupakan pusat perhatian setiap pengembangan
instruksional.
Setelah tujuan instruksional yang dipilih satu atau lebih tujuan yang
dikembangkan untuk menilai kemajuan menuju tujuan masing-masing. Tujuan
dan sasaran yang digunakan untuk menilai kemajuan ke arah itu memiliki hasil
perilaku yang sama. Karena tujuan adalah dasar yang menjawab menilai kinerja
murid pada tujuan maka dilakukan lebih rinci kondisi di mana perilaku yang
terjadi dan dapat diterima. Merumuskan tujuan instruksional merupakan hal yang
sangat penting dilakukan karena menyediakan beberapa dasar dan pedoman untuk
pemilihan isi pembelajaran dan prosedur. Selain itu, membantu dalam
mengevaluasi keberhasilan instruksi. Dan terakhir membantu siswa mengatur
usaha atau cara untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.
Kegiatan tahap perumusan tujuan instruksional merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh perancang pembelajaran namun sangat erat dengan guru sebgai
pendidik untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah perumusan tersebut. Guru
sebagai salah satu bagian dari system pendidikan yang menjadi pelaku pendidikan
yang berhadapan langsung dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan wajib
memiliki komptensi dalam merumuskan tujuan insruksional. Melihat betapa
pentingnya pendidik dapat menguasai bagaimana perumusah tujuan instruksioanl
maka penulis akan menyajikan makalh yang membahas tentang perumusan tujuan
instruksional.
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 2
1.2 Rumusan Masalah
Tema yang akan dibahas pada makalah ini bagaimana perumusan tujuan
instruksional dan proses dalam merumuskan tujuan tersebut dengan rumusan yang
lebih khusus dibagi dalam dua pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dari merumuskan tujuan instruksional?
2. Bagaimana cara merumuskan tujuan instruksioanl?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah:
1. Untuk memahami tentang perumusan tujuan instruksional.
2. Untuk dapat mempratikkan merumusakan tujuan instruksional.
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 3
II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Merumuskan Tujuan Insruksional Khusus
Tujuan adalah pernyataan yang menggambarkan apa yang pendidik
diharapkan untuk mencapai sebagai hasil dari pembelajaran bagi siswa. Menurut
Mager (1984:5) tujuan adalah suatu deskripsi suatu kinerja yang guru ingin
peserta didik dapat tampilkan sebelum pendidik menganggap peserta didik
kompeten. Sebuah tujuan menggambarkan hasil yang diinginkan dari
pembelajaran. Tujuan pada pengertian ini adalah sesuatu yang telah dikuasai oleh
siswa dan diketahui oleh pendidik yang mentrasfer kemampuan tersebut. Sesuatu
yang dapat dikuasai ini adalah sesuatu yang dapat dilakukan dan ditunjukkan oleh
siswa setelah adanya pembelajaran dengan bimbingan guru, atau berupa suatu
hasil belajar kearah yang positif.
Fred P dan Henry E (1984) mendefinisikan tujuan instruksional adalah
suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang
diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. Tujuan pembelajaran merupakan
sebuah pernyataan dalam hal spesifik dan terukur yang menggambarkan apa yang
pelajar akan tahu atau mampu lakukan sebagai hasil dari terlibat dalam kegiatan
belajar. Beberapa nama lain yang untuk tujuan perilaku atau tujuan instruksional
sebagai berikut:
Learning objectives
Outcomes
Enabling objectives
Terminal objectives
Educational objectives
Performance objectives
Instructional objectives
Aims
Competencies
Definisi lain yang hampir sama dengan Fred P & Henry E yaitu dari
Edward L. D dan David E. K (1981) mendefinisikan tujuan instruksional adalah
suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 4
diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan. Dari dua definisi diatas terlihat kesamaan makna dari tujuan
instruksional adalah suatu pernyataan yang khusus berupa suatu prilaku yang
diharapkan muncul atau dimiliki oleh peserta didik setelah melalui proses
pembelajaran. Tujuan instruksional tersebut berisikan suatu pernyataan yang
menggambarkan perilaku spesifik yang menunjukkan sesuatu yang dapat
dilakukan, setelah kegiatan utama yaitu pembelajaran.
Menurut Ralph W. Tyler (1975) dalam Wahidin (2008:1) tujuan
pembelajaran yaitu suatu yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif, baik dari segi
pengatahuan keterampilan dan sikap. Definisi tersebut mengacu pada suatu yang
terlihat adanya perubahan tingkah laku yang lebih baik pada bidang pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Lebih lanjut Susilana (2006): menyebutkan tujuan
pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh kegiatan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan antara dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya, yakni tujuan
pendidikan dan tujuan pembangunan nasional. Dimulai dari tujuan pembelajaran
(umum dan khusus), tujuan-tujuan itu bertingkat, berakumulasi, dan bersinergi
untuk menuju tujuan yang lebih tinggi tingkatannya, yakni membangun masnusia
(peserta didik) yang sesuai dengan yang dicita-citakan. Secara rinci hirarki tujuan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 5
Gambar 2 Hirarki Tujuan (Susilana, 2006:108)
Sebuah tujuan pembelajaran, akan muncul lebih spesifik daripada tujuan.
Menurut Mager (1984), tujuan pembelajaran yang ideal memiliki 3 bagian:
1. Sebuah kata kerja terukur
2. Kondisi penting (jika ada) di mana kinerja adalah untuk terjadi dan
3. Kriteria kinerja yang dapat diterima.
Sebuah kata kerja terukur adalah kata yang dapat terlihat prosesnya secara
nyata dan dapat diberikan penilaian jika pada prakteknya kata kerja tersebut dapat
dilakukan. Kondisi penting dimana kinerja dapat dilakukan atau aktivitas pada
berlangsung. Kriteria kinerja dapat diterima berarti ciri-ciri perilaku yang
diharapkan muncul atau dikuasai tersebut sesuai dengan materi.
Selain itu menurut Waller ada empat komponen dari sebuah tujuan: 1)
kata kerja tindakan, 2) kondisi, 3) standar, dan 4) audiens yang dituju (selalu
siswa). Kata kerja tindakan adalah unsur yang paling penting dari sebuah objektif
dan tidak pernah dapat dihilangkan. Selain itu menurut Williams (2004) ada
persyaratan dasar tujuan instruksional yaitu:
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 6
1. Tujuan instruksional harus terukur, yaitu menggambarkan perilaku
siswa ini untuk tampil di langsung diamati.
2. Tujuan instruksional harus menunjukkan apa yang mahasiswa cukup
dapat menyelesaikan
3. Tujuan Pembelajaran harus menentukan konteks di mana perilaku
adalah terjadi untuk membuat perilaku fungsional
Menciptakan sasaran hasil pelajaran dengan jelas selama proses
perencanaan suatu sesi yang unit/week/individual dapat berguna pada hal-hal
berikut ini:
1. Membantu para perencana mengintegrasikan pelajaran selama perhari,
minggu dan perbab.
2. Disajikan untuk menghubungkan isi dan penilaian diantara
pembelajaran.
3. Sebagai pedoman pemilihan aktivitas guru dan pendidik yang akan
mencapai tujuan terbaik
4. Memberikan siswa gambaran jelas apa yang diharapkan dan apa-apa
yang diharapkan oleh mereka
5. Membentuk dasar evaluasi guru, pelajar, dan efektivitas kurikulum
Menurut Suparman (2004) Isi pelajaran untuk setiap TIK akan tergambar
dalam strategi instruksional. Untuk itu terdapat hubungan atara tujuan
instruksional, materi dan penilaian. Berikut merupakan gambar segitiga yang
menggambarkan posisi tujuan dalam proses instruksional.
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 7
Gambar 1 Magic Triangele Sumber: (http://www.naacls.org/docs/announcement/writing-objectives.pdf)
Segitiga diatas merupakan hubungan antara tujuan pembelajaran, kegiatan
belajar dan evaluasi. Jika ketiga komponen kongruen kemudian mengajar dan
belajar ditingkatkan, maka disebut, "The Magic Triangle " Jika. ketiga komponen
tersebut tidak kongruen maka siswa patah semangat dan tidak bahagia dan
membuat asumsi yang tujuan tidak bisa dipercaya dan mereka akan berhenti
menaruh perhatian kepada pendidik Evaluasi biasanya dianggap sebagai uji tetapi
evaluasi juga bisa menjadi tugas yang dinilai seperti sebagai proyek. Yang penting
adalah bahwa apa pun bentuk evaluasi yang dilakukan, evaluasi harus mengukur
prestasi siswa dari tujuan pembelajaran.
The Taksonomi Tujuan Pendidikan, (Bloom, 1956; Krathwoh,1964:
Gardia) merupakan sumber daya berharga dalam mengidentifikasi dan
menentukan tujuan pembelajaran. Taksonomi ini menyediakan klasifikasi tujuan
pendidikan dan berguna dalam pengembangan kurikulum, pengajaran dan
pengujian, dan terdiri dari kategori umum dan khusus yang mencakup semua jenis
hasil. Pada dasarnya Taxsonomy Bloom diatas untuk tujuan instruksioanl terbagi
menjadi tiga domain yaitu, afektif, kognitif dan psikomotor. Berikut penjelasan
ketiga domain tersebut.
Afektif adalah suatu kemampuan yang menjeaskan cara seseorang
bereaksi secara emosional dan kemampuan mereka untuk merasakan
bentuk kehidupan baik sedih atau pun senang. Tujuan afektif biasanya
menargetkan pada kehati-hatian dan perkembangan dalam sikap, emosi
dan perasaan. Terdapat lima tingkatan domain aefktif dari tingkat rendah
hingga proses yang tertinggi.
1. Receiving (Menerima): Tingkat terendah; siswa secara pasi mnerima
perhatian. Tanpa tahap ini tidak ada pembelajaran yang terjadi..
2. Responding (Merespon): Siswa secara aktif berpartisipasi dalam proses
pembelajaran, tidak hanya mengikuti stimulus, siswa juga bereaksi dalam
beberapa cara.
3. Valuing (Menilai): Siswa menambahkan penilaian pada suatu objek,
fenomena, atau beberapa bagian informasi.
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 8
4. Organizing (Menggorganisasi): Siswa dapat menggabungkan secara
bersama, perbedaan penilaian, informasi dan ide dan mengakomodasi
mereka dengan rangkain sendiri; membandingkan, emnghubungkan dan
menyatukan pada yang telah dipelajarai.
5. Characterizing (Mengkarakteristik): Siswa telah mengadakan penilaian
terpisah atau percaya yang sekarang berpengaruh pada tingkahlaku mereka
yang menjadi suatu karakteristik.
Kognitif adalah adalah domain kemampuan yang berhubugan dengan
pengetahuan, dan cara berpikir pada bagian topic. Seperti tabel Domain
diatas terdapat 6 tahapan tingkatan tujuan dari tingkat berpikir terendah
hingga pada tingkat tertinggi.
1. Knowledge: Menyajikan memori-bahan yang sebelumnya belajar
dengan mengingat fakta, istilah, konsep dasar dan jawaban:
2. Comprehension: pemahaman demonstratif fakta dan ide dengan
mengorganisir, membandingkan, menerjemahkan, menafsirkan,
memberi deskripsi, dan menyatakan ide utama:
3. Application: Menggunakan pengetahuan baru. Mengatasi masalah
untuk situasi baru dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh,
fakta, teknik dan aturan dalam cara yang berbeda.
4. Analysis: Meneliti dan memecah informasi menjadi bagian-bagian
dengan mengidentifikasi motif atau penyebab. Membuat kesimpulan
dan menemukan bukti untuk mendukung generalisasi.
5. Synthesis: Mengabungkan informasi bersama-sama dengan cara yang
berbeda dengan mengkombinasikan unsur-unsur dalam pola baru atau
mengajukan solusi alternatif
6. Evaluation: Present and defend opinions by making judgments about
information, validity of ideas or quality of work based on a set of
criteria
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 9
Psikomotor adalah Keterampilan dalam domain psikomotor
menggambarkan kemampuan untuk secara fisik memanipulasi alat atau
instrumen seperti tangan atau palu. Tujuan Psikomotor biasanya fokus
pada perubahan dan / atau pengembangan dalam perilaku dan / atau
keterampilan.
2.2 Merumuskan Tujuan Insruksional Khusus
Ada dua langkah dalam menuliskan tujuan instruksionak khusus sebagai berikut:
1. Langkah pertama tuliskan atau jabarkan kata-kata tujuan perilaku yang
tepat untuk instruksional, hindari kata-kata yang mengandung banyak
interpretasi. Berikut contoh kata-kata yang mengadung banyak
interpretasi.
Taksonomi Bloom adalah alat yang berguna dalam mengembangkan
tujuan pembelajaran. Ini membagi cognitives menjadi beberapa kategori
meningkatkan kompleksitas. Kategori-kategori tersebut adalah:
Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, Evaluasi. Kata
kerja di bawah ini mungkin berguna saat Anda menulis tujuan
instruksional Anda dan didasarkan pada Taksonomi Bloom 'perilaku
kognitif:
Categories of Learning Action words and cues
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 10
Simple KnowledgeRecall and memorization
list, define, tell, describe, identify, show, label, collect, examine, memorize, name
ComprehensionUnderstand information; interpret information; order information and infer causes
classify, describe, discuss, explain, express, identify, indicate, locate, organize, recognize, report, restate, review, select, summarize, translate
ApplicationUse the knowledge to solve problems; use methods, theories in new situations
apply, choose, dramatize, employ, illustrate, interpret, modify, operate, practice, schedule, draw, solve, use, write
AnalysisSee patterns; identify components
analyze, calculate, categorize, compare, contrast, criticize, diagram, differentiate, discriminate, distinguish, examine, experiment, question, support, test
SynthesisUse old ideas to make new ones; relate knowledge from several areas
arrange, assemble, collect, compose, construct, create, design, develop, formulate, integrate, invent, manage, organize, plan, predict, prepare, propose, set up, write
Complex
EvaluationMake judgments; compare ideas; make choices
argue, assess, choose, compare, conclude, convince, decide, defend, estimate, judge, predict, prioritize, rate, support, evaluate
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 11
Tabel 1: Blooms’ Taxonomy of cognitive behavior
2. Ada tiga karakteristik yang membantu menjelaskan penyampaian ketika
menulis tujuan: Kinerja, Kondisi, dan Kriteria. Kinerja: Sebuah Tujuan
selalu menyatakan apa seorang pelajar diharapkan dapat melaksanakan.
Kondisi: Sebuah Tujuan sering menggambarkan kondisi di mana siswa
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 12
mampu melaksanakan atau melakukan tugas. Kriteria: Jika mungkin, suatu
tujuan menjelaskan seberapa baik siswa harus melakukan tugas, agar
kinerja yang akan diterima.
Berdasakan tiga criteria diatas maka dapat di ambil kesimpulan
dalam merumuskan tujuan insruktional khusus yaitu harus mengandung
unsru-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar
dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat mengukur perilaku
yang terdapat didalamnya. Unsur-unsur itu dikenal dengan ABCD yang
diambil dari empat kata sebagai berikut:
A-Audience: adalah siapa pemeran utama yang akan menjalani proses
pembelajaran. Pada unsur audience tentunya yang akan menjalani proses
pembelajaran adalah siswa. Audience atau Siswa tersebut juga harus
dipaparkan sangat spesifik pada pembuatan TIK.
B-Behavior: Adalah apa yang diharapkan dari siswa untuk dapat dimiliki
atau dikuasai sebagai hasil dari pembelajaran. Prilaku yang dikuasai atau
dimliki harus dapat dilihat atau terukur dan spesifik. Menurut Suparman
(2004) behavior adalah perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan
oleh mahasiswa setelah proses belajarnya dalam pembelajaran tersebut.
Hal ini berarti ada suatu perilaku yang ditunjukkan namun sangat khusu
tidak sekedar gambaran umum suatu tujuan, dengan lebih rinci prilaku
tersebut berupa tindakan siswa yang mengarah pada dapat melakukan
sesuatu sesuai tujuan yang diharapkan. Lebih lanjut Suparan (2004)
menjelaskan perilaku terdiri atas dua bagian penting, yaitu kata kerja dan
objek. Kata kerja ini menunjukkan bagaimana mahasiswa
mendemonstrasikan sesuatu seperti menyebutkan, menjelaskan,
menganalisis, menggergaji, dan melompat. Untuk objek menunjukkan apa
yang akan didemonstrasikan. Komponen perilaku dalam TIK adalah
tulang punggung TIK secara keseluruhan.
Kata tindakan yang berkonotasi sebuah perilaku siswa diamati. Ini adalah
kompetensi yang harus dipelajari dalam hal kinerja. Pemilihan kata kerja
adalah semua-penting di sini. Istilah tersebut sering digunakan sebagai
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 13
tahu, mengerti, pegang, dan menghargai tidak memenuhi persyaratan ini.
Jika kata kerja yang digunakan dalam menyatakan suatu tujuan
mengidentifikasi perilaku siswa diamati, maka dasar pernyataan yang jelas
didirikan. Selain itu, tingkat jenis atau pembelajaran harus diidentifikasi.
C-Condition: Pentingnya suatu kondisi adalah suatu kondisi dimana
kemampuan dapat terjadi. Menurut Suparman (2004) Kondisi, berarti
batasan yang dikenakan kepada mahasiswa pada ia dites, bukan pada saat
ia belajar. Unsur Condition dalam setiap TIK merupakan bagian penting
bagi pengembangan instruksional dalam menyusun tes.
Sebuah pernyataan yang menggambarkan kondisi di mana perilaku yang
harus dilakukan. Hal ini harus mencakup apa alat atau bantuan yang akan
diberikan, atau apa bantuan lainnya akan diberikan atau ditolak.
Bagian kondisi suatu tujuan menentukan keadaan, perintah, bahan dan /
atau, petunjuk bahwa siswa akan diberikan untuk memulai perilaku.
Semua perilaku yang relevan kepada siswa dimaksud hasil belajar terbaik
dapat dipahami dalam konteks kondisi di mana perilaku tersebut harus
dilaksanakan atau ditunjukkan. Bagian kondisi sebuah tujuan biasanya
dimulai dengan pernyataan deklaratif sederhana seperti:
"Atas permintaan mahasiswa akan"
"Mengingat (beberapa tujuan fisik) siswa akan"
"Pada akhir kegiatan ini pelajar dapat"
Anda melihat bahwa dalam contoh ini tidak ada menyebutkan deskripsi
instruksi yang mendahului inisiasi perilaku. Instruksi yang mengarah ke
perilaku tersebut tidak boleh dimasukkan dalam tujuan yang sebenarnya.
Laporan Kondisi umum dapat dianggap sebagai membantu atau
membatasi. Kondisi membantu menyarankan siswa hal-hal yang akan
tersedia untuk membantu dalam pelaksanaan tindakan tertentu. Kondisi
membatasi menyarankan siswa membatasi yang mungkin membuat
tindakan lebih sulit untuk melakukan.
D-Degree: Merupakan criteria kinerja yang diterima. Bagaimanapun,
pelajar harus menunjukkan dalam bentuk kinerja yang menjadi
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 14
dipertimbangkan dan diterima. Menurut Suparman (20040 Degree adalah
tingkat keberhasilan mahasiswa mencapai perilaku tersebut. Tingkat
keberhasilan ditunjukkan dengan abtas minimal dari penampilan suatu
perilaku yang dianggap dapat diterima. Dibawah batas tersebut berarti
mahasiswa belaum mencapai tujaun instruksioanl khusu yang ditetapkan
Degree atau tingkatan berupa sebuah pernyataan yang menentukan
seberapa baik siswa harus melakukan perilaku tersebut. Hal ini dapat
dicapai dengan pernyataan yang menunjukkan tingkat akurasi, sebuah
kuantitas atau proporsi jawaban yang benar, atau sejenisnya Bagian
kriteria tujuan belajar adalah pernyataan deklaratif yang menggambarkan
seberapa baik perilaku harus dilakukan untuk memenuhi maksud dari kata
kerja perilaku. Biasanya, kriteria disajikan dalam beberapa angka
minimum, atau sebagai apa yang harus, minimal, termasuk dalam respon
siswa.
Degree mengidentifikasi standar yang pelajar harus memenuhi untuk
mencapai kinerja yang dapat diterima. Dengan kata lain, apa tingkat
akurasi apakah pelajar harus mencapai supaya / kinerjanya dinilai mahir?
Tingkat akurasi harus berkaitan dengan harapan dunia nyata. Tingkat
akurasi dapat dikaitkan sebagai batas waktu (dalam 20 menit), atau
beberapa jawaban yang benar (7 dari 10), atau kisaran akurasi (90%) atau
standar kualitatif. Contoh perumusan Tujuan Insruksional dapat dilihat
pada lampiran:
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 15
III KESIMPULAN
Sebuah Tujuan Instruksioanl khusus adalah pernyataan dari apa yang
mahasiswa akan dapat dilakukan ketika instruksi selesai dilaksanalan. Tujuan
Pembelajaran memiliki akar mereka dalam analisis instruksional dan definisi
perilaku masuk. Mereka membentuk dasar untuk kemudian kegiatan desain
pembelajaran. Sebuah Tujuan Belajar memiliki tiga komponen utama yaitu
penjelasan mengenai apa yang mahasiswa akan dapat lakukan, kondisi di mana
siswa akan melakukan tugas dan riteria untuk mengevaluasi kinerja murid
Tujuan pembelajaran adalah pernyataan, tepat terukur dari apa yang
pelajar akan dapat melakukan pada saat selesainya instruksi. Tujuan belajar
adalah deskripsi keterampilan tertentu atau perilaku. Tujuan instruksional dapat
disebut pernyataan spesifik dan terukur yang menggambarkan apa yang pelajar
akan dapat dilakukan setelah berhasil menyelesaikan pembelajaran.
Menulis tujuan instrusional khusus adalah bagian penting dari desain
instruksional karena mereka memberikan peta jalan untuk merancang dan
memberikan kurikulum. Melalui desain dan pengembangan kurikulum,
perbandingan dari isi yang akan disampaikan harus dilakukan untuk tujuan
diidentifikasi untuk program tersebut. Proses ini, disebut perjanjian kinerja,
memastikan bahwa produk akhir memenuhi tujuan keseluruhan instruksi
diidentifikasi dalam tujuan tingkat pertama.
Salah satu aturan dasar pengembangan tujuan pembelajaran adalah bahwa
mereka harus menyertakan sebuah verba berorientasi aksi (misalnya, menghitung,
menentukan, analisis) yang instruktur bisa melihat seorang pelajar melakukan
Tujuan belajar adalah titik pusat dari setiap kegiatan belajar. Ini adalah deskripsi
dari hasil belajar dimaksudkan dan merupakan dasar untuk sisa kegiatan
pembelajaran. Ini menyediakan kriteria untuk membangun penilaian untuk
kegiatan pembelajaran, serta prosedur pembelajaran instruktur desain untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tanpa suatu tujuan yang jelas
berkomunikasi perilaku siswa yang spesifik atau kinerja, sulit, jika bukan tidak
mungkin, untuk menentukan apa kegiatan belajar tertentu yang seharusnya untuk
menyelesaikan.
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus 16
Langkah dalam merumusakan tujuan instruksioanl khusus dapat dilakukan
dengan cara menuliskan ABCD yaitu A untuk audience atau peserta yang akan
melakukan pembelaajaran secara spesifik. B untuk Behavior yaitu menuliskan
deskripsi kemampuan pelajar yang akan miliki yang bersifat dapat diamati dan
dapat diukur, perumusan behavior berupa kata kerja. Peumusan behavior dapat
mencakup demonstrasi pengetahuan atau keterampilan dalam salah satu dari
domain pembelajaran: kognitif, psikomotor, afektif, dari teori taxonomi Bloom. C
yaitu Condition merupakan peralatan atau alat yang dapat (atau tidak mungkin)
digunakan dalam penyelesaian perilaku. Kondisi lingkungan mungkin juga akan
disertakan. Unsur terakhir yaitu Degree atau tingkat merupakan pernyataan
ukuran berupa angka yang menyatakan tingkat keberhasilan setelah dapat
melakukan kinerja dalam dalam kondisi. Sifat dari degree adalah menyatakan
standar kinerja yang dapat diterima (waktu, akurasi, proporsi, kualitas, dll)
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 17
DAFTAR PUSTAKA
Bloom, Benjamin (ed.). Taxonomy of Education al Objectives. Handbook I: Cognitive Domain. David McKay Company, Inc. New York: 1956.
Ellington, H & Fred P (1984). A Handbook Of Educational Technology. London: Nichols Publishing Company,
Gardi, Gary (2006). Learning Objectives. Diakses http://www.nhpco.org/files/public/behavioralobjectivesfromgarygardia.pdf
Mager, R. F. (1984). Preparing Instructional Objectives (2nd edition). Lake Publishing Company: Belmont, California.
Suparman. Atwi (2004). Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Susilana, Rudi (2006) Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI
Wahidin, Didin (2008). Perencanaan Pembelajaran dan Aplikasinya dalam
Pembelajaran Mikro. Diakses: http://makalah ku makalahmu.wordpress.com
Waller, Kathy V. (2008) Writing Instructional Objectives. Diakses diakses
http://www.naacls.org/docs/announcement/writing-objectives.pdf
Williams, Wes (2004) Instrcutional goal and Objectives: Learning Activities. Burlington: Special Education Program University of Vermont . Diakses http://www.uvm.edu/~cdci/tripscy/archivepdf/Inst_Goals_and_Objectives_Lrning_Actites.
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 18
Audience
(Peserta)
Behaviors (Perilaku) Condition (Kondisi) Degree
(Tingkat)
Pegawai Rescuer SAR
Palembang Angkatan
2010
1. Menyebutkan pengertian
pertolongan pertama
2. Menyebutkan pengertian tindakan
medis dasar
3. Menyebutkan pengertian pelaku
pertolongan pertama.
4. Menyebutkan tujuan pertolongan
pertama
5. Mempraktekkan tindakan
pertolongan pertama sesuai SOP
1. Jika diadakan simulasi
penyelamatan nyawa seorang
korban yang tenggelam,
pegawai rescuer SAR
Palembang Angkatan 2010
dapat melakukan tindakan
penyelamatan
2. Jika diberikan pegawai rescuer
SAR Palembang Angkatan 2010
peralatan medis dasar untuk
pertolongan pertama korban
luka dan mengalami patah
bagian anggota tubuh mereka
dapat membedakan cara
peralatan tersebut.
1. Pegawai rescuer SAR
Palembang Angkatan 2010
harus dapatt melakukan
minimal 80% penyelamatan
nyawa seorang korban yang
tenggelam sesuai standar
operasional prosedur
2. Pegawai rescuer SAR
Palembang Angkatan 2010
harus dapat menyebutkan
minimal 80% peralatan medis
untuk pertolongan pertama
korban luka dan mengalami
patah bagian anggota tubuh
Perumusan Tujuan Instruksional Khusus 19
Recommended