29
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu kegiatan tanpa ada tujuan maka akan berjalan kehilangan arah dan sia-sia jika tujuan tersebut tidak tecapai. Dalam dunia pendidikan, setiap pendidik melaksanakan pembelajaran mempunyai tujuan yang ingin dicapai baik untuk pendidik sendiri maupun peserta didik. Bentuk tujuan tersebut untuk memberikan suatu pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik. Tujuan dirancang setelah pendidik mengetahui karakteristik peserta didik yang akan melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Suparman (2004) hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa adalah menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada mahasiswa. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus (TIK). Perumusan suatu tujuan dalam pembelajaran merupakan suatu kelanjutan tahapan dari proses merancang pembelajaran, yang akan menyajikan bentuk-bentuk perilaku yang harus diberikan kepada peserta didik dan yang tidak terlalu penting diberikan. Bermodal karakteristik yang diketahui maka dapat dirumuskan tujuan instruksional yang tepat bagi mahasiswa. Perumusan Tujuan Instruksional Khusus 1

Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu kegiatan tanpa ada tujuan maka akan berjalan kehilangan arah dan

sia-sia jika tujuan tersebut tidak tecapai. Dalam dunia pendidikan, setiap pendidik

melaksanakan pembelajaran mempunyai tujuan yang ingin dicapai baik untuk

pendidik sendiri maupun peserta didik. Bentuk tujuan tersebut untuk memberikan

suatu pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta

didik.

Tujuan dirancang setelah pendidik mengetahui karakteristik peserta didik

yang akan melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Suparman (2004)

hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa adalah menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada mahasiswa. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus (TIK).

Perumusan suatu tujuan dalam pembelajaran merupakan suatu kelanjutan tahapan

dari proses merancang pembelajaran, yang akan menyajikan bentuk-bentuk

perilaku yang harus diberikan kepada peserta didik dan yang tidak terlalu penting

diberikan. Bermodal karakteristik yang diketahui maka dapat dirumuskan tujuan

instruksional yang tepat bagi mahasiswa.

Tujuan yang dikonseptualisasikan dan digunakan selama Perang Dunia II

sebagai cara untuk membuat pembelajaran lebih efisien. Pada akhir 1950-an dan

pada tahun 1960 pendekatan ini diterapkan pada sekolah umum. Dengan profesi

kesehatan tahun 1960 sekolah mengembangkan tujuan perilaku. Pendidik telah

menggunakan tujuan instruksional, atau perilaku, setidaknya empat dekade.

Robert Mager menulis tentang perumusan tujuan instruksional yaitu Preparing

Instructional Objectives, pertama kali dicetak pada tahun 1962, banyak dibantu

instruktur dalam merumuskan dan menulis tujuan. Sejak itu, penggunaan tujuan

telah menjadi hal yang biasa dalam pendidikan. Tujuan instruksional yang ditulis

untuk siswa berupa pernyataan apa siswa diharapkan untuk melakukan

pembelajaran. Tujuan yang khusus, diamati, dan terukur hasil pembelajaran.

Sebaliknya, tujuan bersifat umum dan tidak spesifik.

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus 1

Page 2: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

Tahap ke empat dalam Mode Pengembangan Instruksional merupakan

komponen penting dari desain instruksional yang menggambarkan apa yang siswa

akan belajar atau mampu lakukan setelah instruksi. Karena tujuan dan sasaran

menentukan apa yang akan taharkan dan dinilai, adalah sangat penting bahwa

tujuan ditulis dengan cara yang membuat maknanya jelas dan dipahami kepada

siswa, orang tua dan pendidik. Suparman (2004:162) menyatakan pentingnya

menempatkan tujuan instruksional sebagai komponen awal dalam menyusun

desian instruksional merupakan pusat perhatian setiap pengembangan

instruksional.

Setelah tujuan instruksional yang dipilih satu atau lebih tujuan yang

dikembangkan untuk menilai kemajuan menuju tujuan masing-masing. Tujuan

dan sasaran yang digunakan untuk menilai kemajuan ke arah itu memiliki hasil

perilaku yang sama. Karena tujuan adalah dasar yang menjawab menilai kinerja

murid pada tujuan maka dilakukan lebih rinci kondisi di mana perilaku yang

terjadi dan dapat diterima. Merumuskan tujuan instruksional merupakan hal yang

sangat penting dilakukan karena menyediakan beberapa dasar dan pedoman untuk

pemilihan isi pembelajaran dan prosedur. Selain itu, membantu dalam

mengevaluasi keberhasilan instruksi. Dan terakhir membantu siswa mengatur

usaha atau cara untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.

Kegiatan tahap perumusan tujuan instruksional merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh perancang pembelajaran namun sangat erat dengan guru sebgai

pendidik untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah perumusan tersebut. Guru

sebagai salah satu bagian dari system pendidikan yang menjadi pelaku pendidikan

yang berhadapan langsung dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan wajib

memiliki komptensi dalam merumuskan tujuan insruksional. Melihat betapa

pentingnya pendidik dapat menguasai bagaimana perumusah tujuan instruksioanl

maka penulis akan menyajikan makalh yang membahas tentang perumusan tujuan

instruksional.

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 2

Page 3: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

1.2 Rumusan Masalah

Tema yang akan dibahas pada makalah ini bagaimana perumusan tujuan

instruksional dan proses dalam merumuskan tujuan tersebut dengan rumusan yang

lebih khusus dibagi dalam dua pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dari merumuskan tujuan instruksional?

2. Bagaimana cara merumuskan tujuan instruksioanl?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah:

1. Untuk memahami tentang perumusan tujuan instruksional.

2. Untuk dapat mempratikkan merumusakan tujuan instruksional.

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 3

Page 4: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Merumuskan Tujuan Insruksional Khusus

Tujuan adalah pernyataan yang menggambarkan apa yang pendidik

diharapkan untuk mencapai sebagai hasil dari pembelajaran bagi siswa. Menurut

Mager (1984:5) tujuan adalah suatu deskripsi suatu kinerja yang guru ingin

peserta didik dapat  tampilkan  sebelum pendidik  menganggap peserta didik 

kompeten.  Sebuah  tujuan  menggambarkan  hasil yang diinginkan  dari 

pembelajaran. Tujuan pada pengertian ini adalah sesuatu yang telah dikuasai oleh

siswa dan diketahui oleh pendidik yang mentrasfer kemampuan tersebut. Sesuatu

yang dapat dikuasai ini adalah sesuatu yang dapat dilakukan dan ditunjukkan oleh

siswa setelah adanya pembelajaran dengan bimbingan guru, atau berupa suatu

hasil belajar kearah yang positif.

Fred P dan Henry E (1984) mendefinisikan tujuan instruksional adalah

suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang

diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. Tujuan pembelajaran merupakan

sebuah pernyataan dalam hal spesifik dan terukur yang menggambarkan apa yang

pelajar akan tahu atau mampu lakukan sebagai hasil dari terlibat dalam kegiatan

belajar. Beberapa nama lain yang untuk tujuan perilaku atau tujuan instruksional

sebagai berikut:

Learning objectives

Outcomes

Enabling objectives

Terminal objectives

Educational objectives

Performance objectives

Instructional objectives

Aims

Competencies

Definisi lain yang hampir sama dengan Fred P & Henry E yaitu dari

Edward L. D dan David E. K (1981) mendefinisikan tujuan instruksional adalah

suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 4

Page 5: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang

diharapkan. Dari dua definisi diatas terlihat kesamaan makna dari tujuan

instruksional adalah suatu pernyataan yang khusus berupa suatu prilaku yang

diharapkan muncul atau dimiliki oleh peserta didik setelah melalui proses

pembelajaran. Tujuan instruksional tersebut berisikan suatu pernyataan yang

menggambarkan perilaku spesifik yang menunjukkan sesuatu yang dapat

dilakukan, setelah kegiatan utama yaitu pembelajaran.

Menurut Ralph W. Tyler (1975) dalam Wahidin (2008:1) tujuan

pembelajaran yaitu suatu yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran, yaitu

gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif, baik dari segi

pengatahuan keterampilan dan sikap. Definisi tersebut mengacu pada suatu yang

terlihat adanya perubahan tingkah laku yang lebih baik pada bidang pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Lebih lanjut Susilana (2006): menyebutkan tujuan

pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh kegiatan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan antara dalam upaya

mencapai tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya, yakni tujuan

pendidikan dan tujuan pembangunan nasional. Dimulai dari tujuan pembelajaran

(umum dan khusus), tujuan-tujuan itu bertingkat, berakumulasi, dan bersinergi

untuk menuju tujuan yang lebih tinggi tingkatannya, yakni membangun masnusia

(peserta didik) yang sesuai dengan yang dicita-citakan. Secara rinci hirarki tujuan

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 5

Page 6: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

Gambar 2 Hirarki Tujuan (Susilana, 2006:108)

Sebuah tujuan pembelajaran, akan muncul lebih spesifik daripada tujuan.

Menurut Mager (1984), tujuan pembelajaran yang ideal memiliki 3 bagian:

1. Sebuah kata kerja terukur

2. Kondisi penting (jika ada) di mana kinerja adalah untuk terjadi dan

3. Kriteria kinerja yang dapat diterima.

Sebuah kata kerja terukur adalah kata yang dapat terlihat prosesnya secara

nyata dan dapat diberikan penilaian jika pada prakteknya kata kerja tersebut dapat

dilakukan. Kondisi penting dimana kinerja dapat dilakukan atau aktivitas pada

berlangsung. Kriteria kinerja dapat diterima berarti ciri-ciri perilaku yang

diharapkan muncul atau dikuasai tersebut sesuai dengan materi.

Selain itu menurut Waller ada empat komponen dari sebuah tujuan: 1)

kata kerja tindakan, 2) kondisi, 3) standar, dan 4) audiens yang dituju (selalu

siswa). Kata kerja tindakan adalah unsur yang paling penting dari sebuah objektif

dan tidak pernah dapat dihilangkan. Selain itu menurut Williams (2004) ada

persyaratan dasar tujuan instruksional yaitu:

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 6

Page 7: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

1. Tujuan instruksional harus terukur, yaitu menggambarkan perilaku

siswa ini untuk tampil di langsung diamati.

2. Tujuan instruksional harus menunjukkan apa yang mahasiswa cukup

dapat menyelesaikan

3. Tujuan Pembelajaran harus menentukan konteks di mana perilaku

adalah terjadi untuk membuat perilaku fungsional

Menciptakan sasaran hasil pelajaran dengan jelas selama proses

perencanaan suatu sesi yang unit/week/individual dapat berguna pada hal-hal

berikut ini:

1. Membantu para perencana mengintegrasikan pelajaran selama perhari,

minggu dan perbab.

2. Disajikan untuk menghubungkan isi dan penilaian diantara

pembelajaran.

3. Sebagai pedoman pemilihan aktivitas guru dan pendidik yang akan

mencapai tujuan terbaik

4. Memberikan siswa gambaran jelas apa yang diharapkan dan apa-apa

yang diharapkan oleh mereka

5. Membentuk dasar evaluasi guru, pelajar, dan efektivitas kurikulum

Menurut Suparman (2004) Isi pelajaran untuk setiap TIK akan tergambar

dalam strategi instruksional. Untuk itu terdapat hubungan atara tujuan

instruksional, materi dan penilaian. Berikut merupakan gambar segitiga yang

menggambarkan posisi tujuan dalam proses instruksional.

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 7

Gambar 1 Magic Triangele Sumber: (http://www.naacls.org/docs/announcement/writing-objectives.pdf)

Page 8: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

Segitiga diatas merupakan hubungan antara tujuan pembelajaran, kegiatan

belajar dan evaluasi. Jika ketiga komponen kongruen kemudian mengajar dan

belajar ditingkatkan, maka disebut, "The Magic Triangle " Jika. ketiga komponen

tersebut tidak kongruen maka siswa patah semangat dan tidak bahagia dan

membuat asumsi yang tujuan tidak bisa dipercaya dan mereka akan berhenti

menaruh perhatian kepada pendidik Evaluasi biasanya dianggap sebagai uji tetapi

evaluasi juga bisa menjadi tugas yang dinilai seperti sebagai proyek. Yang penting

adalah bahwa apa pun bentuk evaluasi yang dilakukan, evaluasi harus mengukur

prestasi siswa dari tujuan pembelajaran.

The Taksonomi Tujuan Pendidikan, (Bloom, 1956; Krathwoh,1964:

Gardia) merupakan sumber daya berharga dalam mengidentifikasi dan

menentukan tujuan pembelajaran. Taksonomi ini menyediakan klasifikasi tujuan

pendidikan dan berguna dalam pengembangan kurikulum, pengajaran dan

pengujian, dan terdiri dari kategori umum dan khusus yang mencakup semua jenis

hasil. Pada dasarnya Taxsonomy Bloom diatas untuk tujuan instruksioanl terbagi

menjadi tiga domain yaitu, afektif, kognitif dan psikomotor. Berikut penjelasan

ketiga domain tersebut.

Afektif adalah suatu kemampuan yang menjeaskan cara seseorang

bereaksi secara emosional dan kemampuan mereka untuk merasakan

bentuk kehidupan baik sedih atau pun senang. Tujuan afektif biasanya

menargetkan pada kehati-hatian dan perkembangan dalam sikap, emosi

dan perasaan. Terdapat lima tingkatan domain aefktif dari tingkat rendah

hingga proses yang tertinggi.

1. Receiving (Menerima): Tingkat terendah; siswa secara pasi mnerima

perhatian. Tanpa tahap ini tidak ada pembelajaran yang terjadi..

2. Responding (Merespon): Siswa secara aktif berpartisipasi dalam proses

pembelajaran, tidak hanya mengikuti stimulus, siswa juga bereaksi dalam

beberapa cara.

3. Valuing (Menilai): Siswa menambahkan penilaian pada suatu objek,

fenomena, atau beberapa bagian informasi.

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 8

Page 9: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

4. Organizing (Menggorganisasi): Siswa dapat menggabungkan secara

bersama, perbedaan penilaian, informasi dan ide dan mengakomodasi

mereka dengan rangkain sendiri; membandingkan, emnghubungkan dan

menyatukan pada yang telah dipelajarai.

5. Characterizing (Mengkarakteristik): Siswa telah mengadakan penilaian

terpisah atau percaya yang sekarang berpengaruh pada tingkahlaku mereka

yang menjadi suatu karakteristik.

Kognitif adalah adalah domain kemampuan yang berhubugan dengan

pengetahuan, dan cara berpikir pada bagian topic. Seperti tabel Domain

diatas terdapat 6 tahapan tingkatan tujuan dari tingkat berpikir terendah

hingga pada tingkat tertinggi.

1. Knowledge: Menyajikan memori-bahan yang sebelumnya belajar

dengan mengingat fakta, istilah, konsep dasar dan jawaban:

2. Comprehension: pemahaman demonstratif fakta dan ide dengan

mengorganisir, membandingkan, menerjemahkan, menafsirkan,

memberi deskripsi, dan menyatakan ide utama:

3. Application: Menggunakan pengetahuan baru. Mengatasi masalah

untuk situasi baru dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh,

fakta, teknik dan aturan dalam cara yang berbeda.

4. Analysis: Meneliti dan memecah informasi menjadi bagian-bagian

dengan mengidentifikasi motif atau penyebab. Membuat kesimpulan

dan menemukan bukti untuk mendukung generalisasi.

5. Synthesis: Mengabungkan informasi bersama-sama dengan cara yang

berbeda dengan mengkombinasikan unsur-unsur dalam pola baru atau

mengajukan solusi alternatif

6. Evaluation: Present and defend opinions by making judgments about

information, validity of ideas or quality of work based on a set of

criteria

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 9

Page 10: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

Psikomotor adalah Keterampilan dalam domain psikomotor

menggambarkan kemampuan untuk secara fisik memanipulasi alat atau

instrumen seperti tangan atau palu. Tujuan Psikomotor biasanya fokus

pada perubahan dan / atau pengembangan dalam perilaku dan / atau

keterampilan.

2.2 Merumuskan Tujuan Insruksional Khusus

Ada dua langkah dalam menuliskan tujuan instruksionak khusus sebagai berikut:

1. Langkah pertama tuliskan atau jabarkan kata-kata tujuan perilaku yang

tepat untuk instruksional, hindari kata-kata yang mengandung banyak

interpretasi. Berikut contoh kata-kata yang mengadung banyak

interpretasi.

Taksonomi Bloom adalah alat yang berguna dalam mengembangkan

tujuan pembelajaran. Ini membagi cognitives menjadi beberapa kategori

meningkatkan kompleksitas. Kategori-kategori tersebut adalah:

Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, Evaluasi. Kata

kerja di bawah ini mungkin berguna saat Anda menulis tujuan

instruksional Anda dan didasarkan pada Taksonomi Bloom 'perilaku

kognitif:

Categories of Learning Action words and cues

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 10

Page 11: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

Simple KnowledgeRecall and memorization

list, define, tell, describe, identify, show, label, collect, examine, memorize, name

ComprehensionUnderstand information; interpret information; order information and infer causes

classify, describe, discuss, explain, express, identify, indicate, locate, organize, recognize, report, restate, review, select, summarize, translate

ApplicationUse the knowledge to solve problems; use methods, theories in new situations

apply, choose, dramatize, employ, illustrate, interpret, modify, operate, practice, schedule, draw, solve, use, write

AnalysisSee patterns; identify components

analyze, calculate, categorize, compare, contrast, criticize, diagram, differentiate, discriminate, distinguish, examine, experiment, question, support, test

SynthesisUse old ideas to make new ones; relate knowledge from several areas

arrange, assemble, collect, compose, construct, create, design, develop, formulate, integrate, invent, manage, organize, plan, predict, prepare, propose, set up, write

Complex

EvaluationMake judgments; compare ideas; make choices

argue, assess, choose, compare, conclude, convince, decide, defend, estimate, judge, predict, prioritize, rate, support, evaluate

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 11

Page 12: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

Tabel 1: Blooms’ Taxonomy of cognitive behavior

2. Ada tiga karakteristik yang membantu menjelaskan penyampaian ketika

menulis tujuan: Kinerja, Kondisi, dan Kriteria. Kinerja: Sebuah Tujuan

selalu menyatakan apa seorang pelajar diharapkan dapat melaksanakan.

Kondisi: Sebuah Tujuan sering menggambarkan kondisi di mana siswa

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 12

Page 13: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

mampu melaksanakan atau melakukan tugas. Kriteria: Jika mungkin, suatu

tujuan menjelaskan seberapa baik siswa harus melakukan tugas, agar

kinerja yang akan diterima.

Berdasakan tiga criteria diatas maka dapat di ambil kesimpulan

dalam merumuskan tujuan insruktional khusus yaitu harus mengandung

unsru-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar

dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat mengukur perilaku

yang terdapat didalamnya. Unsur-unsur itu dikenal dengan ABCD yang

diambil dari empat kata sebagai berikut:

A-Audience: adalah siapa pemeran utama yang akan menjalani proses

pembelajaran. Pada unsur audience tentunya yang akan menjalani proses

pembelajaran adalah siswa. Audience atau Siswa tersebut juga harus

dipaparkan sangat spesifik pada pembuatan TIK.

B-Behavior: Adalah apa yang diharapkan dari siswa untuk dapat dimiliki

atau dikuasai sebagai hasil dari pembelajaran. Prilaku yang dikuasai atau

dimliki harus dapat dilihat atau terukur dan spesifik. Menurut Suparman

(2004) behavior adalah perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan

oleh mahasiswa setelah proses belajarnya dalam pembelajaran tersebut.

Hal ini berarti ada suatu perilaku yang ditunjukkan namun sangat khusu

tidak sekedar gambaran umum suatu tujuan, dengan lebih rinci prilaku

tersebut berupa tindakan siswa yang mengarah pada dapat melakukan

sesuatu sesuai tujuan yang diharapkan. Lebih lanjut Suparan (2004)

menjelaskan perilaku terdiri atas dua bagian penting, yaitu kata kerja dan

objek. Kata kerja ini menunjukkan bagaimana mahasiswa

mendemonstrasikan sesuatu seperti menyebutkan, menjelaskan,

menganalisis, menggergaji, dan melompat. Untuk objek menunjukkan apa

yang akan didemonstrasikan. Komponen perilaku dalam TIK adalah

tulang punggung TIK secara keseluruhan.

Kata tindakan yang berkonotasi sebuah perilaku siswa diamati. Ini adalah

kompetensi yang harus dipelajari dalam hal kinerja. Pemilihan kata kerja

adalah semua-penting di sini. Istilah tersebut sering digunakan sebagai

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 13

Page 14: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

tahu, mengerti, pegang, dan menghargai tidak memenuhi persyaratan ini.

Jika kata kerja yang digunakan dalam menyatakan suatu tujuan

mengidentifikasi perilaku siswa diamati, maka dasar pernyataan yang jelas

didirikan. Selain itu, tingkat jenis atau pembelajaran harus diidentifikasi.

C-Condition: Pentingnya suatu kondisi adalah suatu kondisi dimana

kemampuan dapat terjadi. Menurut Suparman (2004) Kondisi, berarti

batasan yang dikenakan kepada mahasiswa pada ia dites, bukan pada saat

ia belajar. Unsur Condition dalam setiap TIK merupakan bagian penting

bagi pengembangan instruksional dalam menyusun tes.

Sebuah pernyataan yang menggambarkan kondisi di mana perilaku yang

harus dilakukan. Hal ini harus mencakup apa alat atau bantuan yang akan

diberikan, atau apa bantuan lainnya akan diberikan atau ditolak.

Bagian kondisi suatu tujuan menentukan keadaan, perintah, bahan dan /

atau, petunjuk bahwa siswa akan diberikan untuk memulai perilaku.

Semua perilaku yang relevan kepada siswa dimaksud hasil belajar terbaik

dapat dipahami dalam konteks kondisi di mana perilaku tersebut harus

dilaksanakan atau ditunjukkan. Bagian kondisi sebuah tujuan biasanya

dimulai dengan pernyataan deklaratif sederhana seperti:

"Atas permintaan mahasiswa akan"

"Mengingat (beberapa tujuan fisik) siswa akan"

"Pada akhir kegiatan ini pelajar dapat"

Anda melihat bahwa dalam contoh ini tidak ada menyebutkan deskripsi

instruksi yang mendahului inisiasi perilaku. Instruksi yang mengarah ke

perilaku tersebut tidak boleh dimasukkan dalam tujuan yang sebenarnya.

Laporan Kondisi umum dapat dianggap sebagai membantu atau

membatasi. Kondisi membantu menyarankan siswa hal-hal yang akan

tersedia untuk membantu dalam pelaksanaan tindakan tertentu. Kondisi

membatasi menyarankan siswa membatasi yang mungkin membuat

tindakan lebih sulit untuk melakukan.

D-Degree: Merupakan criteria kinerja yang diterima. Bagaimanapun,

pelajar harus menunjukkan dalam bentuk kinerja yang menjadi

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 14

Page 15: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

dipertimbangkan dan diterima. Menurut Suparman (20040 Degree adalah

tingkat keberhasilan mahasiswa mencapai perilaku tersebut. Tingkat

keberhasilan ditunjukkan dengan abtas minimal dari penampilan suatu

perilaku yang dianggap dapat diterima. Dibawah batas tersebut berarti

mahasiswa belaum mencapai tujaun instruksioanl khusu yang ditetapkan

Degree atau tingkatan berupa sebuah pernyataan yang menentukan

seberapa baik siswa harus melakukan perilaku tersebut. Hal ini dapat

dicapai dengan pernyataan yang menunjukkan tingkat akurasi, sebuah

kuantitas atau proporsi jawaban yang benar, atau sejenisnya Bagian

kriteria tujuan belajar adalah pernyataan deklaratif yang menggambarkan

seberapa baik perilaku harus dilakukan untuk memenuhi maksud dari kata

kerja perilaku. Biasanya, kriteria disajikan dalam beberapa angka

minimum, atau sebagai apa yang harus, minimal, termasuk dalam respon

siswa.

Degree mengidentifikasi standar yang pelajar harus memenuhi untuk

mencapai kinerja yang dapat diterima. Dengan kata lain, apa tingkat

akurasi apakah pelajar harus mencapai supaya / kinerjanya dinilai mahir?

Tingkat akurasi harus berkaitan dengan harapan dunia nyata. Tingkat

akurasi dapat dikaitkan sebagai batas waktu (dalam 20 menit), atau

beberapa jawaban yang benar (7 dari 10), atau kisaran akurasi (90%) atau

standar kualitatif. Contoh perumusan Tujuan Insruksional dapat dilihat

pada lampiran:

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 15

Page 16: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

III KESIMPULAN

Sebuah Tujuan Instruksioanl khusus adalah pernyataan dari apa yang

mahasiswa akan dapat dilakukan ketika instruksi selesai dilaksanalan. Tujuan

Pembelajaran memiliki akar mereka dalam analisis instruksional dan definisi

perilaku masuk. Mereka membentuk dasar untuk kemudian kegiatan desain

pembelajaran. Sebuah Tujuan Belajar memiliki tiga komponen utama yaitu

penjelasan mengenai apa yang mahasiswa akan dapat lakukan, kondisi di mana

siswa akan melakukan tugas dan riteria untuk mengevaluasi kinerja murid

Tujuan pembelajaran adalah pernyataan, tepat terukur dari apa yang

pelajar akan dapat melakukan pada saat selesainya instruksi. Tujuan belajar

adalah deskripsi keterampilan tertentu atau perilaku. Tujuan instruksional dapat

disebut pernyataan spesifik dan terukur yang menggambarkan apa yang pelajar

akan dapat dilakukan setelah berhasil menyelesaikan pembelajaran.

Menulis tujuan instrusional khusus adalah bagian penting dari desain

instruksional karena mereka memberikan peta jalan untuk merancang dan

memberikan kurikulum. Melalui desain dan pengembangan kurikulum,

perbandingan dari isi yang akan disampaikan harus dilakukan untuk tujuan

diidentifikasi untuk program tersebut. Proses ini, disebut perjanjian kinerja,

memastikan bahwa produk akhir memenuhi tujuan keseluruhan instruksi

diidentifikasi dalam tujuan tingkat pertama.

Salah satu aturan dasar pengembangan tujuan pembelajaran adalah bahwa

mereka harus menyertakan sebuah verba berorientasi aksi (misalnya, menghitung,

menentukan, analisis) yang instruktur bisa melihat seorang pelajar melakukan

Tujuan belajar adalah titik pusat dari setiap kegiatan belajar. Ini adalah deskripsi

dari hasil belajar dimaksudkan dan merupakan dasar untuk sisa kegiatan

pembelajaran. Ini menyediakan kriteria untuk membangun penilaian untuk

kegiatan pembelajaran, serta prosedur pembelajaran instruktur desain untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tanpa suatu tujuan yang jelas

berkomunikasi perilaku siswa yang spesifik atau kinerja, sulit, jika bukan tidak

mungkin, untuk menentukan apa kegiatan belajar tertentu yang seharusnya untuk

menyelesaikan.

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus 16

Page 17: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

Langkah dalam merumusakan tujuan instruksioanl khusus dapat dilakukan

dengan cara menuliskan ABCD yaitu A untuk audience atau peserta yang akan

melakukan pembelaajaran secara spesifik. B untuk Behavior yaitu menuliskan

deskripsi kemampuan pelajar yang akan miliki yang bersifat dapat diamati dan

dapat diukur, perumusan behavior berupa kata kerja. Peumusan behavior dapat

mencakup demonstrasi pengetahuan atau keterampilan dalam salah satu dari

domain pembelajaran: kognitif, psikomotor, afektif, dari teori taxonomi Bloom. C

yaitu Condition merupakan peralatan atau alat yang dapat (atau tidak mungkin)

digunakan dalam penyelesaian perilaku. Kondisi lingkungan mungkin juga akan

disertakan. Unsur terakhir yaitu Degree atau tingkat merupakan pernyataan

ukuran berupa angka yang menyatakan tingkat keberhasilan setelah dapat

melakukan kinerja dalam dalam kondisi. Sifat dari degree adalah menyatakan

standar kinerja yang dapat diterima (waktu, akurasi, proporsi, kualitas, dll)

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 17

Page 18: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

DAFTAR PUSTAKA

Bloom, Benjamin (ed.). Taxonomy of Education al Objectives. Handbook I: Cognitive Domain. David McKay Company, Inc. New York: 1956.

Ellington, H & Fred P (1984). A Handbook Of Educational Technology. London: Nichols Publishing Company,

Gardi, Gary (2006). Learning Objectives. Diakses http://www.nhpco.org/files/public/behavioralobjectivesfromgarygardia.pdf

Mager, R. F. (1984). Preparing Instructional Objectives (2nd edition). Lake Publishing Company: Belmont, California.

Suparman. Atwi (2004). Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Susilana, Rudi (2006) Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI

Wahidin, Didin (2008). Perencanaan Pembelajaran dan Aplikasinya dalam

Pembelajaran Mikro. Diakses: http://makalah ku makalahmu.wordpress.com

Waller, Kathy V. (2008) Writing Instructional Objectives. Diakses diakses

http://www.naacls.org/docs/announcement/writing-objectives.pdf

Williams, Wes (2004) Instrcutional goal and Objectives: Learning Activities. Burlington: Special Education Program University of Vermont . Diakses http://www.uvm.edu/~cdci/tripscy/archivepdf/Inst_Goals_and_Objectives_Lrning_Actites.

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus | 18

Page 19: Makalah Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

Audience

(Peserta)

Behaviors (Perilaku) Condition (Kondisi) Degree

(Tingkat)

Pegawai Rescuer SAR

Palembang Angkatan

2010

1. Menyebutkan pengertian

pertolongan pertama

2. Menyebutkan pengertian tindakan

medis dasar

3. Menyebutkan pengertian pelaku

pertolongan pertama.

4. Menyebutkan tujuan pertolongan

pertama

5. Mempraktekkan tindakan

pertolongan pertama sesuai SOP

1. Jika diadakan simulasi

penyelamatan nyawa seorang

korban yang tenggelam,

pegawai rescuer SAR

Palembang Angkatan 2010

dapat melakukan tindakan

penyelamatan

2. Jika diberikan pegawai rescuer

SAR Palembang Angkatan 2010

peralatan medis dasar untuk

pertolongan pertama korban

luka dan mengalami patah

bagian anggota tubuh mereka

dapat membedakan cara

peralatan tersebut.

1. Pegawai rescuer SAR

Palembang Angkatan 2010

harus dapatt melakukan

minimal 80% penyelamatan

nyawa seorang korban yang

tenggelam sesuai standar

operasional prosedur

2. Pegawai rescuer SAR

Palembang Angkatan 2010

harus dapat menyebutkan

minimal 80% peralatan medis

untuk pertolongan pertama

korban luka dan mengalami

patah bagian anggota tubuh

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus 19