View
377
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
Makalah ini saya buat untuk Laras Asokawati
Citation preview
MAKALAH
“ RIBA DALAM EKONOMI ISLAM “
Disusun oleh :
Laras Asokawati (11120964)
Kelas : 5J
Mata Kuliah : Ekonomi Syariah
STIE BINA BANGSA BANTEN
2014/2015
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai “ Riba Dalam Ekonomi Islam “.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Serang, Agustus 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................. 2
BAB II RIBA DALAM EKONOMI ISLAM ...................................... 3
2.1 Pengertian Riba ............................................................... 3
2.2 Hukum Riba Dalam Islam ............................................... 4
2.3 Sebab – Sebab Riba Diharamkan .................................... 6
2.4 Cara Menghindari Riba Dalam Ekonomi Islam .............. 7
2.5 Manfaat Berekonomi Tanpa Dengan Riba ...................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ...................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................ 12
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Alam semesta ini adalah milik Allah SWT sedangkan manusia adalah
penerima kepercayaan dari Allah yang harus dipeliharanya. Dengan
berkembangnya peradaban manusia, manusia banyak melakukan kegiatan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Mulai dari menabung,
meminjam uang, dan sampai kepada yang menggunakan jasa untuk mngirim uang
dari berbagai kota dan negara. Dalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam
telah memberi ketetapan bahwa riba hukumnya adalah haram.
Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan presentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang
telah dibebankan kepada peminjam. Secara umum, riba adalah pengambilan
tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil
atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.
Mengenai riba, Islam bersikap keras dalam persoalan ini karena semata-
mata demi melindungi kemslahatan manusia baik dari segi akhlak, masyarakat
maupun perekonomiannya. Karena, Pada hakekatnya riba (kredit lunak berbunga
besar), atau pinjaman yang salah penerapannya akan berakibat “meningkatnya
harga barang yang normal menjadi sangat tinggi, atau berpengaruh besar terhadap
2
neraca pembayaran antar bangsa, kemudian berakibat melejitnya laju inflasi,
akibatnya akan dirasakan pada semua orang pada semua tingkah penghidupan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah yang dimaksud Riba ?
1.2.2 Mengapa Riba dalam Islam diharamkan?
1.2.3 Bagaimana cara untuk menghindari Riba?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Riba.
1.3.2 Untuk mengetahui sebab-sebab riba diharamkan dalam ekonomi
Islam.
1.3.3 Untuk mengetahui cara yang harus dilakukan untuk menghindari
Riba.
3
BAB II
RIBA DALAM EKONOMI ISLAM
2.1 PENGERTIAN RIBA
Ditinjau dari Bahasa Arab riba memiliki makna tambahan, tumbuh, dan
menjadi tinggi. Riba menurut Bahasa adalah menambah dan berkembang,
sedangkan menurut istilah adalah tambahan dalam hal-hal tambahan
tertentu.Adapun pengertian riba menurut beberapa Ulama adalah sebagai berikut :
a) Menurut Mughni Muhtaj oleh Syarbini, riba adalah suatu akad atau
transaksi atas barang yang ketika akad berlangsung tidak diketahui
kesamaannya menurut syariat atau dengan menunda penyerahan kedua
barang yang menjadi objek akad atau salah satunya.
b) Menurut Al-Jurnaini merumuskan definisi riba yaitu kelebihan atau
tambahan pembayaran tanpa ada ganti atau imbalan yang disyariatkan
dari salah seorang bagi dua orang yang membuat akad.
c) Menurut Imam Ar-Razi dalam tafsir Al-Qur’an, riba adalah suatu
perbuatan mengambil harta kawannya tanpa ganti rugi, sebab orang
yang meminjamkan uang 1000 rupiah mengganti dengan 2000 rupiah,
maka ia mendapat tambahan 1000 rupiah tanpa ganti.
d) Menurut Ijtima Fatwa Ulama Indonesia, riba adalah tambahan tanpa
imbalan yang terjadi karena penanggungan dalam pembayaran yang
diperjanjikan sebelumnya atau biasa disebut dengan riba nasi’at
4
2.2 HUKUM RIBA DALAM ISLAM
Dalam Islam memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba
pinjaman haram. Riba diharamkan dalam keadaan apapun dan dalam bentuk
apapun.diharamkan atas pemberian piutang dan juga atas orang yang berhutang
darinya dengan memberikan bunga baik yang berhutang itu adalah orang miskin
atau orang kaya. Berkaitan dengan hal tersebut,hukum riba telah dipertegas dala
Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai berikut :
1. Dalam surah al-Baqarah ayat 275, Allah berfirman “orang-orang yang
makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seeperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat) sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah samoai kepadanya larangan Rabbnya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambil
dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang-orang yang mengukangi (mengambil riba) maka orang itu
adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya ”.
2. Firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 278-279, “Hai orang-orang
yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tingalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka permaklumkanlah bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat
5
(dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kami tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”
3. Dalam surah Ali AImran:130 Allah berfirman, “hai orangorang yang
beriman, janganlah kammu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan
keberuntungan”.
4. Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “jauhilah
7 hal yang membinasakn, pertama melakukan kemusyrikan kepada
Allah, kedua sihir, ketiga membunuh jiwa yang telah diharamkan
kecuali dengan cara yang haq. Keempat makan riba, kelima memakan
harta anak yatim, keeenam melarikan diri pada hari pertemuan dua
pasukan, dan ketujuh menuduh berzina dengan perempuan baik-baim
yang tidak tahu menahu tentang urusan ini dan beriman kepada Allah.
5. Dari Jabir ra Rasulullah saw melaknat pemakan riba, pemberi makan
riba, dua saksinya, dan penulisnya. Dan beliau bersabda, “mereka
semua sama”.
6. Dari Abdullah bin Hazhalah ra dari Nabi saw bersabda, “satu dirham
yang riba dimakan seseorang padahl ia tahu adalah lebih berat daripada
tiga puluh enam pelacur”.
7. Dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Nabi saw bersabda, “riba itu mempunyai
tujuh puluh tiga pintu, yang paling ringan (dasarnya) seperti seorang
anak menyetubuhi ibunya”.
6
2.3 SEBAB-SEBAB RIBA DIHARAMAKAN
Ada beberapa alasan mengapa Islam sangat melarang keras riba dalam
perekonomian Islam adalah
1) Bahwa kehormatan harta manusia sama dengan kehormatan darahynya.
Oleh karena itu mengambil harta kawannya tanpa ganti sudah pasti
haram
2) Bergantung pada riba dapat menghalangi manusia dari kesibukan kerja
sebab jika si pemilik uang yakin bahwa degan melauli riba dia akan
memperoleh tmabahan uang baik kontan maupun berjangka, maka ia
akan memudahkan persoalan mencari penghidupan sehingga hamper-
hampir dia tidak mau menanggung beratnya usaha, dagang, dan
pekerjaan yang berat
3) Riba akan menyebabkan terputusnya sikap yang baik (ma’ruf) antara
sesama dalam bidang pinjam meminjam. Sebab jika riba itu haram maka
seseorang akan merasa senang meminjamkan uang 1000 rupiah dan
kembalinya 1000 rupiah juga. Sedangkan riba jika riba dihalalkan maka
sudah pasti kebutuhan orang akan menganggap berat denga pinjamannya
1000 rupiah diharuskan mengembalikan 2000 rupiah.
4) Pada umumya pemberi piutang adalah orang kaya sedangkan peminjam
adalah orang miskin. Maka pendapat yang membolehkan riba berarti
meberikan jalan kepada orang kaya untuk mengambil harta orang miskin
yang lemah sebagai tambahan. Sedangkan tidak layak berbuat demikian
sebagai sarana memperoleh rahmat dari Allah swt.
7
2.4 CARA MENGHINDARI RIBA DALAM EKONOMI ISLAM
Pandangan tentang riba dalam era kemajuan zaman kini juga mendorong
maraknya perbankan Syariah dimana konsep keuntungan bagi penabung di dapat
dari sistem bagi hasil bukan dengan bunga seperti pada bank konvensional pada
umumnya. Karena, menurut sebagian pendapat bunga bank termasuk riba. Hal
yang sangat mencolok dapat diketahui bahwa bunga bank itu termasuk riba adalah
ditetapkannya akad di awal jadi ketika nasabah sudah menginventasikan uangnya
pada bank dengan tingkat suku bunga tertentu, maka akan dapat diketahui
hasilnya dengan pasti. Berbeda dengan prinsip bagi hasil yang hanya memberikan
nisbah bagi hasil untuk deposannya.
Hal diatas membuktikan bahwa praktek pembungaan uang dalam berbagai
bentuk transaksi saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada zaman
Rasulullah saw yakni riba nasi’at. Sehingga praktek pembungaan uang adalah
haram.
Sebagai pengganti bunga bank, Bank Islam menggunakan berbagai cara
yang bersih dari unsur riba antara lain:
a. Wadiah atau titipan uang, barang dan surat berharga atau deposito
b. Mudarabah adalah kerja sama antara pemlik modal dengan pelaksanaan
atas dasar perjanjian profit and loss sharing
c. Syirkah (perseroan) adalah diamana pihak Bank dan pihak pengusaha
sama-sama mempunyai andil (saham) pada usaha patungan (jom
ventura)
8
d. Murabahan adalah jual beli barang dengan tambahan harga ataaan.u
cost plus atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur.
e. Qard hasan (pinjaman yag baik atau benevolent loan), memberikan
pinjaman tanpa bunga kepada para nasabah yang baik sebagai salah satu
bentuk pelayanan dan penghargaan
f. Menerapkan prinsip bagi hasil, hanya memberikan nisbah tertentu pada
deposannya, maka yang dibagi adalah keuntungan dari yang di dapat
kemudian dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh kedua belah
pihak. Misalnya, nisbahnya dalah 60% : 40%, maka bagian deposan
60% dari total keuntungan yang di dapat oleh pihak bank.
Selain cara-cara yang telah diterapkan pada Bank Syariah, riba juga dapat
dihindari dengan cara berpuasa. Mengapa demikian? Karena seseorang yang
berpuasa secara benar pasti terpanggil untuk hijrah dari sistem ekonomi yang
penuh dengan riba ke sistem ekonomi syariah yang penuh ridho Allah. Puasa
bertujuan untuk mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah swt dimana
mereka yang bertaqwa bukan hanya mereka yang rajin shalat, zakat, atau haji, tapi
juga mereka yang meninggalkan larangan Allah swt.
Puasa bukan saja membina dan mendidik kita agar semakin taat beribadah,
namun juga agar aklhak kita semakin baik. Seperti dalam muamalah akhlak dalam
muamalah mengajarkan agar kita dalam kegiatan bisnis menghindari judi,
penipuan, dan riba. Sangat aneh bila ada orang yang berpuasa dengan taat dan
bersungguh-sungguh namun masih mempraktekan riba. Sebagai orang yang
beriman yang telah melaksanakan puasa, tentunya orang itu akan meyakini
9
dengan sesungguhnya bahwa Islam adalah agama yang mengatur segala aspek
kehidupan (komprehensif) manusia, termasuk masalah perekonomian. Umat Islam
harus masuk ke dalam Islam ssecara utuh dan menyeluruh dan tidak sepotong-
potong. Inilah yang dititahkan Allah pada surah al-Baaqarah : 208, “ Hai orang-
orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (utuh dan
totalitas) dan jangan kamu ikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu
adalah musuh nyata bagimu”.
Ayat ini mewajibkan orang beriman untuk masuk ke dalam Islam secara
totalitas baik dalam ibadah maupun ekonomi, politik, social, budanya, dan
sebgainya. Pada masalah ekonomi, masih banyak kaum muslim yang melanggar
prinsip islam yaitu ajaran ekonomi Islam. Ekonomi Islam didasarkan pada prinsip
sayariah yang digali dari Al-Qur’an dan sunnah. Dalam kitab fiqih pun sangat
banyak ditemukan ajaran-ajaran mu’amalah Islam. Antara lain mudharabah,
murabahah, wadi’ah, dan sebagainya.
2.5 MANFAAT BEREKONOMI TANPA DENGAN RIBA
Keharusan berekonomi secara syariah ini lantaran penerapanya memiliki
manfaat yang sangat besar bagi umat Islam. Pertama umat Islam bisa menjalankan
agamanya dalam bidang ekonomi yang pada gilirannya menggiringnya kepada
pengamalan Islam secara utuh. Kedua, menerapkan dan mengamalkan sistem
ekonomi sayariah mendapat dua keuntungan, yaitu duniawi dan ukhiawi.
Keuntungan duniawi berupa uang, keuntungan akhirat berupa pahala ibadah
melalui pengamalan syariah Islam dan terhindar dari dosa riba. Ketiga,
10
memajukan ekonomi Islam lewat lembaga keuangan syariah, berarti umat Islam
berupaya mengentaskan kemiskinan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tentang riba yang telah dipaparkan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Riba adalah suatu akad atau transaksi atas barang yang ketika akad
berlangsung tidak diketahui kesamaannya menurut syariat atau dengan
menunda penyerahan kedua barang yang menjadi objek akad atau
salah satunya.
2. Cara untuk menghindari riba adalah dengan berpuasa, menerapakan
prinsip hasil bagi, wadiah, mudarabah, syirkah, murabahah, dan qard
hasan.
3. Prinsip hasil bagi dalam ekonomi sayariah memberikan nisbah tertentu
pada deposannya, maka yang dibagi adalah keuntungan dari yang di
dapat kemudian dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh
kedua belah pihak. Sedangkan bunga bank, ditetapkannya akad di awal
jadi ketika nasabah sudah menginventasikan uangnya pada bank
dengan tingkat suku bunga tertentu, maka akan dapat diketahui
hasilnya dengan pasti.
4. Berekonomi secara syariah dapat membatu mengentaskan kemiskinan.
12
3.2 SARAN
Agar kita tetap menjadi muslim yang berpegang teguh pada syariat Islam,
kita sebaiknya dapat menahan diri dan menjauhi segala larangan Allah swt.
Dengan memperkuat iman kita pada Allah swt, kita dapat hidup dengan tenang,
bahagia di dunia maupun di akhirat.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. http://ngulas.blogspot.com/2013/06/contoh-kata-pengantar-yang-baik-
dan.html
2. Anonim. 2012. “Ekonomi Syariah”.http://id.wikipedia.org/ekonomi-syariah[21
April 2012]
3. Anonim. 2010. “Perbedaan Antara Riba dan Jual Beli”. http://arsalam-
center.com/perbedaan-antara-riba-danjualbeli [ 21 April 2012]
4. Che_3z. 2008. “Riba Dalam Islam”. http://de-kill.blogspot.com/riba-dalam-islam
[ 21 April 2012]
5. Anonim. 2012. “Riba”. http://id.wikipedia.org/riba [ 17 April 2012]
6. http://dinnemon.blogspot.com/2013/06/makalah-riba-dalam-ekonomi-islam.html
Recommended