View
383
Download
25
Category
Preview:
DESCRIPTION
makalah ini membahas tentang pulvis dan pulverres
Citation preview
PULVIS DAN PULVERESS
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah farmasi praktis teori
Dosen Pengampu : Samuel Budi Harsono
Disusun oleh :
Wige Sudirman
21154621A
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Pulvis dan Pulveress” pada mata kuliah Farmasi Praktis Teori.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa susunan dan materi yang terkandung di
dalam makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun selalu penulis harapkan dengan senang hati dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.
Surakarta, 26 Oktober 2015
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat kini telah banyak mengenal sediaan-sediaan farmasi.
Sediaan-sediaan yang telah beredar tersebut umumnya dibedakan atas sediaan
padat, semi padat, dan cair. Sediaan padat merupakan sediaan yang sudah lama
populer di masyarakat, salah satunya ialah serbuk. Sediaan serbuk merupakan
sediaan yang memiliki keunggulan dibandingkan sediaan lainnya. Dalam
pembuatan sediaan-sediaan ini tentu membutuhkan suatu perancangan formula
yang tepat dan ekonomis serta member efek terapeutik. Dalam memformulasi
suatu sediaan serbuk, tentulah memperhatikan beberapa hal. Adapun hal-hal
tersebut akan dibahas pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pulvis dan pulveres?
2. Apa macam Sediaan pulvis dan pulveres?
3. Bagaimana pembuatan dan peracikan sediaan pulvis dan pulveres?
4. Bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam peracikan sediaan pulvis
dan pulveres?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui obat dengan bentuk sediaan pulvis dan
pulveres
2. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam jenis sediaan pulvis dan
pulveres
3. Mahasiswa dapat memaparkan cara membuat dan meracik sediaan pulvis
dan pulveres
4. Mahasiswa dapat mengatasi permasalahan dalam peracikan sediaan pulvis
dan pulveres
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Serbuk
Dalam dunia farmasi, sediaan dalam bentuk serbuk sangat banyak
digunakan. Menurut Farmakope Indonesia IV, serbuk adalah campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau
untuk pemakaian luar. Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang
diserbukkan.
Sediaan serbuk dibagi menjadi dua, yaitu pulvis dan pulveres. Pulvis adalah
serbuk yang tidak terbagi-bagi, sedangkan pulveres adalah serbuk yang dibagi
dalam bobot kurang lebih sama dengan dibungkus kertas perkamen atau bahan
pengemas lain yang cocok.
B. Keuntungan dan Kerugian Serbuk
Seperti halnya sediaan farmasi yang lain, sediaan bentuk serbuk memiliki
keuntungan dan kerugian.
Keuntungan bentuk serbuk :
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
2. Anak–anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak
ditemukan dalam sediaan serbuk.
4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam
bentuk serbuk.
5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat
dalam bentuk serbuk.
6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.
Kekurangan bentuk serbuk:
1. Keengganan pasien meminum obat yang mungkin rasa pahit, atau rasa
yang tidak enak.
2. Kesulitan menahan terurainya bahan–bahan higroskopis.
3. Mudah mencair atau menguap zat–zat yang dikandungnya.
4. Waktu dan biaya yang digunakan pada pengelola dan pembungkusan
dalam keseragaman dosis tunggal.
C. Syarat-Syarat Serbuk
Bila dinyatakan lain serbuk harus kering, halus dan homogen.
1. Pulveres (serbuk bagi)
Keseragaman bobot: timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, canpur isi ke 20
bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi rata-rata. Penyimpanan
antara penimbangan satu persatu terhadapvbobot si rata-rata tidak lebih dari
15% tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% tiap 18 bungkus.
2. Serbuk oral tidak terbagi
Pada seruk oral tidak terbagi hanya terbatas. Pada obat yang relatif tidak poten,
seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu sehingga
pasien dapat menakar secara aman dengan sendok the atau penakar lain.
3. Serbuk tabur
Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100
mesh, agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
D. Jenis-jenis Serbuk
1. Serbuk adspersorius
Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat
luar. Umunyta dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus
untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
Catatan :
a) Talk, kaolin dan bahan mineral Iainnya yang digunakan untuk serbuk tabur
harus memenuhi syarat bebas bakteri Clostridium tetani, Clostridium
Wellcii, dan Bacillus Anthrocis.
b) Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
c) Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus
100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
Contohnya :
i. Zinci Undecylenatis
ii. Zinci Undecylenatis Pulyis Adspersorius (For. Nas)
iii. Sulfanilamidi Pulvis Adspersorius (Form.Indo)
iv. Pulvis Paraformaldehydi Compositus (Form. Indo)
v. Pulvis Salicylatis Compositus (Form Indo)
2. Pulvis dentifricius
Serbuk gigi, biasanya menggunakan carmin sebagai pewarna yang dilarutkan
terlebih dahulu dengan chloroform/etanol 90%.
3. Pulvis sternutatorius
Adalah bersin yang penggunaannya dihisap melalui hidung, sehingga serbuk
tersebut harus halus sekali.
4. Pulvis Effervescent
Serbuk ini merupakan serbuk biasa yang sebelum ditelan dilarutkan terlebih
dahulu dalam air dingin atau air hangat dan dari proses pelarutan ini akan
mengeluarkan gas C02, kemudian membentuk larutan yang pada umumnya
jernih. Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat atau
asam tartrat) dengan senyawa basa (natrium carbonat atau natrium bicarbonat).
Interaksi asam dan basa ini dalam air akan menimbulkan suatu reaksi yang
menghasilkan gas karbondioksida. Bila ke dalam campuran ini ditambahkan zat
berkhasiat, maka akan segera dibebaskan sehingga memberikan efek
farmakologi dengan cepat. Pada pembuatan, bagian asam dan basa harus
dikeringkan secara terpisah.
E. Derajat Halus Serbuk
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor pengayak. Hal
ini dimaksudkan bahwa untuk menentukan derajat halus suatu serbuk harus
dilakukan dengan pengayak. Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan 1
nomor pengayak, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak
dengan nomor 20 tersebut. Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan dua
nomor pengayak, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui/lolos pada
pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak
dengan nomor tertinggi. Contoh: serbuk 10/40 dimaksudkan bahwa serbuk
tersebut semuanya melalui pengayak nomor 10 dan tidak lebih dari 40% dapat
melalui pengayak nomor 40. Nomor pengayak menunjukkan jumlah-jumlah lubang
tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat.
Dalam beberapa hal digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat halus
serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai berikut:
Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)
Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
Serbuk halus adalah serbuk (85)
Serbuk sangat halus adalah serbuk (120)
Serbuk sangat halus sekali adalah serbuk (200/300)
Tabel nomor pengayak
Nomor
pengayak
Lebar nominal
lubang
(mm)
Garis tengah
nominal kawat
(mm)
Perbandingan kira-
kira jumlah luas
lubang terhadap
pengayak
(%)
Penyimpanan
rata-rata
maksimum
(%)
5
8
10
22
25
30
36
44
60
85
100
120
150
170
200
300
3,35
2,00
1,68
0,710
0,600
0,500
0,420
0,355
0,250
0,180
0,150
0,125
0,105
0,090
0,075
0,053
1,730
1,175
0,860
0,445
0,416
0,347
0,286
0,222
0,173
0,119
0,104
0,087
0,064
0,059
0,052
0,032
43
40
44
38
35
35
35
38
35
36
35
35
39
36
35
39
3,2
3,3
3,3
3,9
4,2
4,4
4,5
4,8
5,2
5,6
6,3
6,5
7,0
7,3
8,1
9,1
Pada pembuatan serbuk kasar, terutama serbuk simplisia nabati, digerus lebih
dahulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih
dari 50°C. serbuk obat yang mengandung bagian yang mudah menguap, dikeringkan
dengan pertolongan kapur tohor ata bahan pengering lain yang cocok, setelah itu
diserbuk dengan jalan digiling, ditumbuk dan digerus sampai diperoleh serbuk yang
mempunyai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan derajat halus
serbuk.
Untuk pembuatan serbuk atau serbuk bagi, FI III memberi petunjuk
digunakan zat dengan derajat halus sebagai berikut:
1. Serbuk sangat halus (120): Carbo asorben, Acidum Boricum, Sulfur
Precipitatum, Magnesii Carbonas, Magnesii Oxydum, Talcum.
2. Serbuk halus (100): Digitali Folia, Saccharose, Ipecacuanae Radix,
Cinchonae Cortex, Opii Pulv., Zinci Oxydum, Tannalbin, Kaolin.
3. Serbuk agak halus (44/85): Laktosa, Mira, Caryophylli, Foeniculi
Fructus.
Obat serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih dahulu sampai
derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50°C,
seperti:
Foeniculi Fructus (40)
Anisi Fructus (44)
Belladonnae Folia atau Herba (100)
Caryophylli (44)
Digitalis Folia (100)
Ipecacuanhae Radix (100)
Zingiberis Rhizoma (100)
Cinnamomi Cortex (100)
Cinchonae Cortex (100)
Myrrhae (44)
Opii Pulvis (100)
Sapo Medicatus (60)
Sennae Folia (100)
Strammonii Folia/Herba (100)
Strychini Semen (100)
Valerianae Radix (100)
Untuk simplisia nabati, tidak boleh menggunakan bagian pertama yang
terayak, tetapi harus terayak habis dan dicampur homogen, karena zat berkhasiat
tidak terbagi rata pada semua bagian simplisia. Sebagai contoh daun kering yang
digerus halus dan diayak, maka muka daun yang akan terayak dulu, setelah itu baru
urat daun dapat terayak. Serbuk Secale Cornuti harus dibuat baru dan tidak boleh
disimpan lebih dari 1 tahun.
F. Pulvis (Serbuk Tak Terbagi)
Pulvis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain
1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak). Umumnya, serbuk tabur harus
melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan
iritasi pada bagian yang peka. Pulvis adspersorius harus memenuhi persyaratan
berikut:
a. Harus halus, tidak boleh ada butiran–butiran kasar.
b. Talk, kaolin, dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri
Clostridium tetani, C. welchii, dan Bacillus anthracis serta disterilkan
dengan cara (cara kering).
c. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka
2. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung karmin sebagai
pewarna yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
3. Pulvis sternutotarius (serbuk bersin) digunakan untuk dihisap melalui
hidung.
4. Pulvis effervescent adalah serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan
dahulu dalam air dingin atau air hangat. Jika serbuk ini dilarutkan akan
mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan jernih.
Merupakan campuran dari senyawa asam (asam sitrat, asam tartrat) dengan
basa (natrium bikarbonat).
Aturan pembuatan serbuk tabur:
1. Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan ayakan no.100.
2. Serbuk tabur yang mengandung zat berlemak diayak dengan ayakan no.44.
3. Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan
dihaluskan lagi sampai seluruhnya terayak.
Contoh resep:
R/ Ichtyoli 0,5
Talc. 10
Sol. Formaldehide 0,5
Bol.alba 3
m.f.pulv.adsp. ad 20
s.u.e
Penyelesaian :
Ichtyol dilarutkan dalam etanol 96% atau eter dan ditambah bolus alba.
Sol.Formaldehide diganti 1/3 bobotnya paraformaldehide.
Selain pulvis untuk penggunaan luar, juga dikenal pulvis untuk penggunaan
dalam (per oral). Penentuan dosis untuk pulvis penggunaan dalam menggunakan
takaran sendok makan (C), sendok the (cth), sendok bubur (cp). Penentuan
dosis tiap takaran menggunakan serbuk coba.
Dalam resep pulvis (serbuk tak terbagi), khususnya untuk pemakaian
dalam (ditandai dengan adanya petunjuk pemakaian Cth, C, C.p.) pehitungan
dosis sekali pakai untuk setiap sendok teh/sendok makan/sendok bubur harus
dilakukan perhitungan serbuk coba. Sebagai contoh:
R/ Natrri carbonas 10
Nitras subnitras
NaBr aa 5 (DM 2 g/6 g)
Magnesium Oxyd. 10
Rhei Radix Pulv 5
SL ad 40
S.t.d.d cth I
Pro: Sultan (20 thn)
Penyelesaian:
Hitung dulu serbuk coba
Campur dan gerus halus natrium karbonat, NBB, MgO dan rhei radix
sampai homogen. Untuk menghemat bahan dan mempercepat pengerjaan, dapat
diperkecil jumlah bahan dalam resep dengan perbandingan yang sama
(Natrium karbonas 2 g, NBB 1 g, NabR 1 g, MgO 2, rhei radix 1 g dan SL ad 8
g).
Ambil 3 sendok teh (jika petunjuk dalam resep Cth, kalau C ambil
sendok makan) kemudian timbang dan rata-ratakan sehingga didapat rata-rata
satu sendok teh = X gram (Misalnya = 2,2 gram). Sehingga dalam resep yang
memiliki DM ialah NaBr. Dosis sekali pakai NaBr:
Dosis sekali pakai NaBr= x
Total Serbukx jumlah NaBr=2,2
40x5=0,275 g
Dosis sehari pakai NaBr = 3 x 0,275 =0,825
Berdasarkan perhitungan tidak ada dosis yang melampaui dosis sekalipakai
dan sehari dari NaBr (DM= 2 g/6 g). Jika melebihi, serbuk tersebut tidak
dapat dikerja.
Cara membuat serbuk tabur yang mengandung:
1. Adeps Lanae, Vaselinum, Plumbi Oxydi Emplastrum ialah dengan
melarutkan zat tersebut dalam Aether atau Aceton, lalu ditambahkan
sebagian talk diaduk sampai Aether atau aceton menguap, satelah itu
ditambah bahan lainnya.
2. Paraffinum Liquidum dan Oleum Ricini dicampur dulu dengan sama
banyaknya talk lalu ditambahkan sedikit demi sedikit dan aduk, sambil yang
melekat pada dinding mortir dilepas dengan spatel atau kertas film dan
diaduk.
3. Ichtyol diencerkan dulu dengan Aether cum Spiritu lalu dikeringkan dengan
talk, yaitu sambil diaduk dibiarkan aether cum Spiritunya menguap lalu
ditambahkan sisa talk dan serbuk lainnya, sambil yang melekat pada dinding
mortis dilepas dengan spatel atau dengan kertas film.
4. Minyak-minyak eteris dan Formaldehyde Solutio dicampur terakhir dengan
cara memasukkan zat tersebut dalam mortir lalu ditambahkan campuran
serbuk yang telah diayak sedikit demi sedikit.
Cara Pengemasan
1. Untuk pemakaian luar, serbuk tak terbagi umumnya dikemas dalam
wadah kaleng yang berlubang lubang atau sejenis ayakan untuk
memudahkan penggunaan pada kulit. MisaInya bedak tabur.
2. Sedangkan untuk obat dalam, serbuk tak terbagi biasa disimpan dalam
botol bermulut lebar supaya sendok dapat dengan mudah ketuar masuk
melalui mutut botol. Contohnya serbuk antacid, serbuk laksativa.
3. Wadah dari gelas digunakan pada serbuk yang mengandung bahan obat
higroskopis/ mudah mencair, serbuk yang mengandung bahan obat yang
mudah menguap. Untuk serbuk yang komponennya sensitif terhadap
cahaya menggunakan wadah gelas berwarna hijau
G. Pulveres (Serbuk Terbagi)
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang ±
sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang
cocok.
Bila dokter menulis serbuk bagi, dapat ditulis dengan cara yaitu :
i. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk dan lalu dibagi menjadi
beberapa bungkus :
R/ Acidi Acetylosalicylici 10
Fac.pulv.divide in partes
Aequalis no.XX
ii. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat beberapa bungkus :
R/ Acidi Acetylosalicylici 0,5
m.f.pulv,dtd.no.20
Pada cara kesatu ditimbang 10 ngram Asetosal digerus lalu dibagi menjadi 20 serbuk.
Pada cara kedua ditimbang 20 x 0,5 Asetosal, digerus, lalu dibagi menjadi 20 bungkus.
Bila dokter lupa menulis atau eliru menulis d.t.d., akan segera diketahui
mengenai besarnya dosis yang menyimpang dari dosis biasa, apa lebih besar
atau lebih kecil.
Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambah zat
tambahan yang berkhasiat netral atau indiferen, seperti Saccharum Lactis,
saccharum album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg.
Penggunaan saccharum album ada keuntungannya sebagai korigen rassa,
tetapi serbuk akan mudah basah karena higroskopis.
Serbuk yang diberikan pada penderita diabetes tidak boleh digunakan
Saccharum album sebagai zat tambahan, tetapi digunakan minnitum atau
Saccharum Lactis.
Serbuk yang harus dibagi tanpa penimbangan untuk menjamin
pembagian yang sama maka penimbangan dilakukan paling banyak hanya 20
bungkus. Apabila lebih dari 20 bungkus, maka serbuk dibagi dalam beberapa
bagian. Dengan cara penimbangan tiap tahap bagian dibagi paling banyak
menjadi 20 bungkus.
Penyimpanan berat masing-masing serbik terhadap yang lain adalah
paling besar 10%. Serbuk bagi dikemas dalam kertas perkamen, bagi serbuk
yang mengandukng zat yang higrokopis serbuk dibungkus dalam kertas
berlilin dan diserahkan dalam pot dengan tutup sekrup.
Pada serbuk yang mengandung minyak eteris tidak digunakan kertas
parafin, sebab minyak etersirnya akan diserap, tetapi dengan kertas perkamen
kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam atau kertas perak. Keseragaman
bobot dilakukan dengan menimbang isi dari 20 bungkus satu persatu,
dicampurkan isi ke 20 bungkus tadi dan ditimbang sekaligus dan hitung bobot
rata-ratanya.
Penyimpanan antara penimbangan, satu persatu terhadap bobot isirata-
rata tidak lebih dari 15% dari tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% untuk
tiap 18 bungkus yang lain.
Cara Pembuatan
Serbuk diracik dengan cara mencampur satu persatu, sedikit demi sedikit
dan mulai dari bahan yang jumlahnya sedikit kemudian diayak, biasanya
menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi.
Cara mencampur obat-obatan dan bahan-bahan tambahan harus cermat,
dan di bawah ini disusun sesuai dengan petunjuk yang perlu diperhatikan:
1. Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam mortir dalam keadaan tidak
diencerkan, untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori-pori
dinding mortar. Cara yang baik ialah pilihlah mortir yang halus, masukkuan
dulu kira-kira sama bagian serbuk yang lain, digerus sendirian, baru
dimasukkan dan digerus bersama obat yang berkhasiat keras. Setelah itu
masukkan bagian serbuk yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk dan
digerus. Untuk mencampur tersebut sebaiknya digunakan bagian serbuk
yang lain yang mempunyai warna yang berlainan dan kontras dengan warna
obat berkhasiat keras tersebut. Bila semua serbuk berwarna putihobat
berkhasiat keras tersebut. Bila semua serbuk berwarna putih,berilah zat
warna, biasanya carmin.
2. Bila bagian-bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan, masukkan dulu
serbuk yang BJ-nya besar baru kemudian masukkan bagian serbuk yang BJ-
nya lebih rendah dan diaduk.
Sebagai contoh:
R/ Magnesii Oxydi 5
Bismuth. Subcarbonas 5
Sacharum Lactis 5
m.f.pulv.
S.t.d.d.cp.
Masukkan Bismuth Subcarbonas dulu dalam mortir gerus sambil
diaduk, ditambah Magnesii Oxydum sedikit demi sedikit setelah itu
dimasukkan sacharum Lactis. Magnesia Oxydum adalah serbuk sangat
ringan.
3. Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus. Hal
ini untuk menghindari agar jangan sampai ada bagian serbuk yang belum
halus. Karena dengan menggerus akan banyak terjadi kristal kasar menjadi
halus. Bila menggerus serbuk secara banyak, akan terjadi serbuk halus yang
banyak pula, tetapi ada bagian-bagian kasar yang terlepas dan tidak ikut
tergerus dengan baik.
Maka itu lebih baik bagian-bagian serbuk digerus masing-masing dalam
mortir sampai halus baru dicampur.
4. Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.
Maka itu untuk menggerus balus serbuk Kristal lebih baik menggunakan
mortir panas. Hal ini khusus untuk menggerus Kalii bromidum, Natrii
Chloridum dan sebagainya.
Memanaskan mortir dilakukan sebagai berikut:
Tuangi moortir dan stamper dengan air panas, biarkan beberapa menit
sampai dinding luar mortir terasa panas, setelah itu air panas dituang keluar
dan keringkan dengan serbet bersih.
Jangan menggunakan mortir panas untuk bahan-bahan yang mudah
menguap, atau rusak pada pemanasan, seperti:
Ammonii Carbbonas, Salol, Natrii Bicarbonas, Ammonii Chloridum dan
peroksida seperti Magnesii Perixydi.
Contoh resep:
R/ Kalii Bromid 0,250
Ephedrine HCL 0,050
Luminal 0,030
m.f.pulv.dtd.No,XXX
s.3.d.d.p.
R/ Natrii Bicarb. 0,200
Amonii Carbonas 0,200
Lumianl 0,030
S.t.d.d.p.
5. Cara mencampur Camphora dalam serbuk dilakukan sebagai berikut:
Larutan Champora dengan Spiritus fortior dalam mortir sampai cukup larut,
jangan berlebihan, setelah itu diaduk dengan bahan lain misalnya Saccharum
Lactis sampai spiritus fortiornya menguap. Pada waktu mengaduk jangan
ditekan untuk mennghindari Champora menggumoal kembali.
Pada pembuatan serbuk Champora untuk pemakaian luar dapat digunakan
eter sebagai pengganti Spiritus fortiori.
6. Cara mencampur Stibii Pentasulfidum dailakukan sebagai berikut:
Dimasukkan serbuk lain dalam mortir, misalnya Saccharum Lactis sebagian
lalu masukkan serbuk Stibii Pentasulfidum dan tambahkan sisa Saccharum
lactis atau serbuk lain, baru diaduk dan digerus tanpa ditekan. Dikerjakan
demikian untuk menghindari serbuk Stibii Pentasulfidasum melekat dan
memberi warna merah pada dinding atau dasr mortir. Pencampuran ini dalam
cukup waktu hingga memperoleh serbuk yang homogen yang terlihat pada
pengadukan tidak ada warna yang lebih tua.
Contoh resep:
R/ Camphora 2
Acetosal 3
Phenacetin 2
Coffeini 0,5
m.f.pulv.No.X
S.t.d.d.p.I
R/ Champora 2
Naphtholum 1
Talcum ad 100
m.f.pulv.adsp.
S.u.e
7. Serbuk dengan ekstrak kental
Dalam mortir panas ekstrak kental diencerkan dengan cairan penyari,
misalnya Spiritus dilutes atau Spiritus lainnya secukupnya dan diserbukan
dengan pertolongan zat tambahan yang cocok, misalnya Saccharum Lactis
atau Amylum Oryzae.
8. Serbuk dengan tinctura atau Extractum liquidum
Tincture dan Extractum liquidum diuapkan pelarutnya di atas tangas air
hinnga hampir kering lalu diserbukkan dengan pertolongan bahan tambahan
yang cocok, biasanya digunakan saccharum Lactis bila untuk penggunaan
dalam. Agar serbuk yang dipakai pengeringan tidak menjadi keras, maka
masa selalu dilepas dengan spatel dari dindig mortir.
Bila kandungan zat berkhasiat tidak mudah menguap atau rusak dan jumlah
kecil, maka digunakan mortir panas dan dikeringkan dengan penambahan
Saccharum Lactis.
9. Gula beminyak = Elaeoscchara adalah campuran 2 gram Saccharum lactis
dengan 1 tetes minyal eteris, ytang sering digunakan adalah Oleum Anisi,
Oleum Foeniculi dan Oleum Menthae Piperitae.
Gula minyak tidak boleh disimpan sebagai persediaan, dikemas dalam
kertas perkamen, jangan dikertas parafin sebab minyak eterisnya akan
diserap
10. Campuran serbuk yang menjadi basah atau mencair
Arti basah disini adalah menyerap air atau keluar air kristalnya, menyerap
air disini disebabkan oleh karena campuran serbuk itu lebih higroskopis dari
masing-masing serbuk/Kristal.
C ara Pengemasan Serbuk
Secara umumnya serbuk dibungkus dan diedarkan dalarn 2 macam kemasan
yaitu kemasan untuk serbuk terbagi dan kemasan serbuk tak terbagi. Serbuk
oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi pulveres atau tidak terbagi
(pulvis).
Kemasan untuk Serbuk Terbagi :
Pada umumnya serbuk terbagi terbungkus dengan kertas perkamen atau
dapat juga dengan kertas sekofan atau sampul potietitena untuk melindungi
serbuk dari pengaruh lingkungan. Serbuk terbagi biasanya dapat dibagi
langsung (tanpa penimbangan) sebelum dibungkus dalam kertas perkamen
terpisah dengan cara seteliti mungkin, sehingga tiap tiap bungkus berisi
serbuk yang kurang lebih sama jumlahnya. Hat tersebut bisa dilakukan bila
prosentase perbandingan pemakaian terhadap dosis maksimat kurang dari
80%. Bila prosentase perbandingan pemakaian terhadap DM sama dengan
atau lebih besar dari 80% maka serbuk harus dibagi berdasarkan
penimbangan satu per satu.
Pada dasarnya langkah langkah melipat atau membungkus kertas
pembungkus serbuk adalah sebagai berikut :
a) Letakkan kertas rata di atas permukaan meja dan lipatkan 1/2 inci ke
arah kita pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga
keseragaman, langkah ini harus dilakukan bersamaan dengan lipatan
pertama sebagai petunjuk.
b) Letakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi bagi ke tengah
kertas yang telah dilipat, satu kali lipatannya mengarah ke atas di
sebelah seberang dihadapanmu.
c) Tariklah sisi panjang yang belum dilipat ke atas dan letakkanlah
pada kira kira garis lipatan pertama, lakukan hati hati supaya serbuk
tidak berceceran.
d) Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan
lipatlah ke hadapanmu setebal lipatan pertama.
e) Angkat kertas, sesuaikan dengan ukuran dos tempat yang akan
digunakan untuk mengemas, lipat bagian kanan dan kiri pembungkus
sesuai dengan ukuran dos tadi. Atau bila pengemasnya plastik yang
dilengkapi klip pada ujungnya usahakan ukuran pembungkus satu
dengan yang lainnya seragam supaya tampak rapi.
f) Kertas pembungkus yang telah terlipat rapi masukkan satu per satu
dalam dos atau plastik klip. Pada lipatan kertas pembungkus tidak
boleh ada serbuk dan tidak boleh ada ceceran serbuk.
H. Cara Pembuatan Sediaan Serbuk
Serbuk diracik dengan cara mencampur satu persatu, sedikit demi sedikit
dan dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit kemudian diayak, biasanya
menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi.
Cara mencampur obat-obatan dan bahan-bahan tambahan harus cermat, dan
di bawah ini disusun petunjuk yang perlu diperhatikan.
1. Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam mortir dalam keadaan tidak
diencerkan, untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori-pori dinding
mortir. Cara yang baik ialah, pilihlah mortir yang halus, masukkan dulu kira-
kira sama bagian serbuk yang lain, digerus sendirian, baru dimasukkan dan
digerus bersama obat yang berkhasiat keras. Untuk mencampur tersebut
sebaiknya digunakan bagian serbuk yang lain yang mempunyai warna berlainan
dan kotras dengan warna obat berkhasiat keras tersebut. Bila serbuk berwarna
putih, berilah zat warna, biasanya Carmin.
2. Bila bagian-bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan, masukkan dulu
serbuk yang BJ-nya besar kemudian masukkan bagian serbuk yang BJ-nya lebih
rendah dan diaduk. Sebagai contoh, jika di dalam resep terdapat Magnesii
Oxydi, Bismuth Subcarbonas, dan Saccharum Lactis, masukkan bismuth
Subcarbonas dulu dalam mortir, gerus sambil diaduk, ditambah Magnesii
Oxydum sedikit demi sedikit setelah itu masukkan Saccharum Lactis. Magnesii
Oxydum adalah serbuk yang sangat ringan.
3. Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus. Hal ini
untuk menghindar agar jangan sampai ada bagian serbuk yang belum halus.
4. Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering. Maka
itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir panas.
Hal ini khusus untuk menggerus Kalii Bromidum, Natrii Chloridum, Zincy
Oxydum, dan sebagainya.
Jangan menggunakan mortir panas untuk bahan-bahan yang mudah menguap,
atau rusak pada pemanasan seperti Ammonii Carbonas, Salol, Natrii
Bicarbonas, Ammonii Chloridum, dan peroksida seperti Magnesii Peroxydi.
5. Cara mencampur Champora dalam serbuk dilakukan sebagai berikut:
Larutkan Champora dengan Spiritus Fortior dalam mortir sampai cukup larut,
jangan berlebihan, setelah itu diaduk dengan bahan lain misalkan Saccharum
Lactis sampai Spiritus fortiornya menguap. Pada waktu mengaduk jangan
ditekan untuk menghindari Champora menggumpal kembali. Pada pembuatan
serbuk Champora untuk pemakaian luar dapat digunakan eter sebagai pengganti
Spiritus fortior.
6. Cara mencampur Stibii Pentasulfidum dilakukan sebagai berikut:
Dimasukkan serbuk lain dalam mortir, misalkan Saccharum lactis sebagian lalu
masukkan serbuk Stibii Pentasulfidum dan tambahkan Saccharum Lactis
sisanya atau serbuk lain, baru diaduk dan digerus tanpa ditekan. Dikerjakan
demikian untuk menghindari serbuk Stibii Pentasulfidum melekat dan memberi
warna merah pada dinding atau dasar mortir. Pencampuran ini dalam cukup
waktu hingga memperoleh serbuk yang homogen yang terlihat pada pengadukan
tidak ada warna yang lebih tua.
7. Serbuk dengan ekstrak kental. Dalam mortir panas, ekstrak kental diencerkan
dengan cairan penyari, misalnya Spiritus Dilutus atau Spiritus lainnya
secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang cocok,
misalkan Saccharum Lactis atau Amylum Oryzae.
8. Serbuk dengan Tinctura atau Extractum Liquidum. Tinctura dan Extractum
liquidum diuapkan pelarutnya di atas tangas air hingga hampir kering lalu
diserbukkan dengan pertolongan bahan tambahan yang cocok, biasanya
digunakan Saccharum Lactis bila untuk obat dalam. Supaya serbuk yang dipakai
pengeringan tidak menjadi keras, maka selalu dilepas dengan spatel dari dinding
mortir.
Bila kandungan zat berkhasiat tidak mudah menguap atau rusak dan jumlahnya
kecil, maka digunakan mortir panas dan dikeringkan dengan penambahan
Saccharum Lactis. Bila jumlah ekstrak cair atau tingtur banyak maka diuapkan
dulu di atas tangas air, diaduk dan bila cairan tinggal sedikit ditambah
Saccharum Lactis dan masa selalu dilepas dengan spatel agar serbuk pengering
tidak melekat dinding mortir
Tinctura yang sering dibuat secara tersebut ialah Ratanhiae Tinctura, Opii
Tinctura, Gentianae Tinctura, dan Strophanti Tinctura. Bila zat yang berkhasiat
pada pemanasan di atas tangas air mudah menguap atau rusak (terurai) oleh
pemanasan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Isi tingtur diketahui secara kualitatif dan kuantitatif. Di sini diambil isi zat
berkhasiatnya saja. Misalkan pada Opii Benzoica Tinctura, Champore
Solutio Spirituosa, dan Iodii Tinctura.
b. Tingtur tidak dapat diganti dengan isi zat berkhasiatnya. Di sini tingtur
diuapkan dengan pemansan serendah mungkin. Dapat dilakukan sebagai
berikut, dalam cawan yang berisi Saccharum Lactis dipanasi di atas tangas
air dan teteskan tingtur sambil diaduk, tetes demi tetes, penambahan tetes
setelah tetes sebelumnya menjadi kering. Dengan cara seperti ini dilakukan
pada Opii Aromatica Tinctura, Valerianae Tinctura.
Serbuk dengan Nitroglycerini Solutio Spirituosa karena jumlah Solutio
tersebut kecil dapat mudah dikeringkan dengan penambahan campuran
serbuk yang lain.
9. Gula berminyak = Elaeosacchara adalah campuran 2 gram saccharum lactis
dengan 1 tetes minyak eteris, yang sering digunakan adalah Oleum Anisi,
Oleum Foeniculi, dan Oleum Menthae Piperitae. Gula berminyak tidak
boleh disimpan sebagai persediaan, dan dikemas dalam kertas perkamen,
jangan dengan kertas paraffin sebab minyak eterisnya akan diserap. Gula
berminyak harus dibuat dengan tetes minyak eteris penuh tidak pecahan,
bila dalam hitungan diperoleh pecahan, dibuat dengan tetes penuh, sisa gula
minyak disisihkan (disimpan).
10. Campuran serbuk yang basah atau mencair disebabkan karena terbebasnya
sebagian atau seluruh air kristal dari tiap bahan, hal ini dapat diatasi dengan
mengambil bahan yang sudah dikeringkan (exsicatus), bila sekiranya bahan
tersebut mempunyai garam exsicatur dengan perbandingan.
Perbandingan zat yang kering dengan zat yang mengandung air kristal
adalah:
a. Ferrosi sulfat: eksikatur = 100:67 (3:2)
b. Magnesium sulfat: eksikatus = 100:67 (3:2)
c. Natrii sulfas: eksikatus = 100:50 (2:1)
d. Natrii karbonas: eksikatus = 100:50 (2:1)
e. Tawas: eksikatus = 100:67 (3:2)
11. Sering dalam resep serbuk obat ditambah dengan tablet. Bila tersedia zat aktif
yang ada dalam tablet, sebaiknya diganti zat aktifnya yang sesuai, bila tidak,
tablet digerus dahulu, diayak lalu dicampur denga serbuk lain.
Bila jumlah tablet adalah pecahan, maka dibuat pengenceran dulu yang mudah
dibagi, baru ditimbang dalam perbandingan.
Serbuk tidak bagi, adalah serbuk baik untuk pemakaian dalam maupun
pemakaian luar. Untuk pemakaian dalam ialah: serbuk perut atau serbuk
pencahar, untuk pemakaian luar ialah: serbuk tabur, serbuk luka, serbuk isap,
serbuk gigi.
Cara mencampur serbuk tidak terbagi biasanya digunakan kotak panci
alumunium tertutup untuk mencampur serbuk, di dalamnya terdapat 3 bola besi
yang bila kotak digerakkan akan bergerak dan mencampur serbuk.
Cara dan Perhitungan Pengenceran
1. Pengenceran biasa
Pengenceran biasa dilakukan jika total berat zat aktif yang tertulis di resep di bawah
50 mg dan di atas 1 mg (1 mg < zat aktif < 50 mg).
Contoh:
CTM = 40 mg
Cara perhitungan:
Perbandingan = zat aktif : total pengenceran
1 : 5
50 : 200
CTM = 50 mg
Zat tambahan = 150 mg
Total = 200 mg
Hasil pengenceran= total berat zat aktif dalam resepberat zat aktif hasil perbandingan
x total pengenceran
= 40 mg50 mg
x 200 mg = 160 mg
Sisa pengenceran = total pengenceran – hasil pengenceran
= 200 mg – 160 mg = 40 mg
Pengenceran IIPengenceran I
2. Pengenceran bertingkat
Pengenceran bertingkat dilakukan jika total berat zat aktif yang tertulis di resep di
bawah 1 mg (zat aktif < 1 mg).
Contoh:
Atropin = 0,3 mg
Cara perhitungan:
0,3 mg 1 mg 50 mg
Pengenceran I
Perbandingan = zat aktif : total pengenceran
1 : 50
50 : 2500
Atropin = 50 mg
Zat tambahan = 2450 mg +
Total = 2500 mg
Hasil pengenceran= total berat zat aktif dalam resepberat zat aktif hasil perbandingan
x total pengenceran
= 1 mg50 mg
x 2 500 mg = 50 mg
Pengenceran II
Perbandingan = hasil pengenceran I : total pengenceran
1 : 4
50 : 200
Hasil pengenceran I= 50 mg
Zat tambahan = 150 mg +
Total = 200 mg
Hasil pengenceran = total berat zat aktif dalam resepberat minimal zat aktif
xtotal pengenceran
= 0 ,3 mg1 mg
x 200 mg = 60 mg
Jadi, hasil pengenceran yang ditimbang adalah 60 mg untuk digunakan dalam
pembuatan serbuk.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena
mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih
larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan.
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Apapun jenis sediaan obatnya pastilah mengandung keuntungan dan
kerugiannya begitupun pada sediaan serbuk maupun sediaan kapsul.
Diperlukan pengetahuan tentang cara pembuatan sediaan serbuk, karena
ada aturan aturan tertentu yang harus dipatuhi dalam cara pembuatan sediaan
ini.
Dalam beberapa hal digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat
halus serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai berikuts erbuk
sangat kasar adalah serbuk (5/8), serbuk kasar adalah serbuk (10/40), serbuk
agak kasar adalah serbuk (22/60), serbuk agak halus adalah serbuk (44/85),
serbuk halus adalah serbuk (85), serbuk sangat halus adalah serbuk (120),
serbuk sangat halus sekali adalah serbuk (200/300).
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat memberkan kontribusi yang cukup
untuk mahasiswa farmasi pada khususnya. Adapun kekurangan dalam makalah
kami ini, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun. Dan penulis
mengingatkan diperlukan pengetahuan dan kecermatan dalam membuat sediaan
serbuk, diantaranya mengetahui aturan-aturan yang harus dipatuhi dalam cara
pembuatannya
C.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
2. Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
3. https://www.scribd.com/doc/217171854/SEDIAAN-SERBUK#download
diakses pada tanggal 26 oktober 2015 pukul 21:30 WIB.
4. https://www.scribd.com/doc/228923236/Makalah-Serbuk#scribd diakses pada
tanggal 26 oktober 2015 pukul 17:56 WIB.
Recommended