View
230
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BERSAING DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNOLOGI INFORMASI
Disusun Oleh:
Fibriana (135020301111005)
Desy Amelia M. (135020301111009)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dasarnya sistem informasi tidak hanya sebagai rangkaian teknologi yang
mendukung operasi bisnis, kelompok kerja, dan kerja sama perusahaan yang efisien atau
untuk mendukung pengambilan keputusan yang efektif. Teknologi informasi dapat mengubah
cara berbagai bisnis bersaing. Jadi, kita harus melihat sistem informasi secara strategis, yaitu
merupakan jaringan kompetitif yang penting, sebagai jalan untuk pembaruan organisasi, dan
sebagai investasi penting dalam teknologi yang dapat membantu perusahaan mengadopsi
proses strategis dan bisnis yang memungkinnya untuk merekayasa ulang atau mengubah diri
agar dapat bertahan hidup serta berhasil dalam lingkungan bisnis saat ini yang dinamis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DASAR-DASAR KEUNGGULAN STRATEGIS1. Konsep-Konsep Strategi Kompetitif
Beberapa peran utama aplikasi sistem informasi dalam bisnis adalah untuk
memberikan dukungan yang efektif atas strategi perusahaan agar dapat memperoleh
keunggulan kompetitif. Peran strategi sistem informasi ini melibatkan penggunaan teknologi
informasi untuk mengembangkan berbagai produk, layanan, dan kemampuan yang
memberikan perusahaan keunggulan besar atas tekanan kompetitif dalam pasar global.
Maka hal itu diciptakan sistem informasi strategis, sistem informasi yang mendukung
atau membentuk posisi kompetitif dan strategi dari perusahaan bisnis. Jadi, sistem informasi
strategis dapat berupa sistem informasi apapun (TPS, SIM, DSS, dan lain-lain) yang
menggunakan teknologi informasi untuk membantu organisasi memperoleh keunggulan
kompetitif, mengurangi kelemahan kompetitif, atau untuk memenuhi tujuan strategis
perusahaan lainnya.
Tekanan Kompetitif dan Strategi
Perusahaan dapat bertahan hidup dan berhasil dalam jangka panjang hanya jika
perusahaan tersebut berhasil mengembangkan strategi untuk menghadapi tekanan kompetitif
yang membentuk struktur persaingan dalam industrinya. Dalam model klasik Michael Porter
mengenai strategi kompetitif, bisnis apapun yang ingin bertahan hidup dan berhasil harus
mengembangkan dan mengimplementasikan berbagai strategi yang secara efektif mengatasi
(1) persaingan dari pesaing dalam industrinya, (2) ancaman pemain baru dalam industri dan
pasarnya, (3) ancaman yang dihadapi karena adanya produk pengganti yang dapat mengambil
pangsa pasar, (4) daya tawar pelanggan, (5) daya tawar pemasok.
Gambar diatas mengilustrasikan bahwa bisnis dapat mengatasi berbagai ancaman tekanan
kompetitif yang mereka hadapi dengan mengimplementasikan 5 strategi kompetitif:
Strategi Kepemimpinan dalam Biaya. Menjadi produsen produk dan jasa yang
berbiaya rendah dalam industri. Selain itu, perusahaan dapat menemukan
berbagai cara untuk membantu para pemasok atau pelanggan mengurangi biaya
mereka atau meningkatkan biaya pesaingnya.
Strategi Diferensiasi. Mengembangkan berbagai cara untuk melakukan
diferensiasi produk dan jasa perusahaan dari para pesaingnya atau mengurangi
keunggulan diferensiasi para pesaingnya. Hal ini dapat memungkinkan sebuah
perusahaan untuk berfokus pada produk atau jasa agar mendapatkan keunggulan
dalam segmen atau ceruk (niche) tertentu suatu pasar.
Strategi Inovasi. Menemukan berbagai cara baru untuk melakukan bisnis. Hal ini
dapat melibatkan pengembangan berbagai produk dan jasa yang unik, atau masuk
ke dalam pasar atau ceruk pasar yang unik. Hal ini juga dapat melibatkan
pelaksanaan perubahan yang radikal atas proses bisnis dalam memproduksi atau
mendistribusikan produk dan jasa yang begitu berbeda dari cara bisnis dulu
dilakukan, hingga dapat mengubah struktur dasar industri.
Strategi Pertumbuhan. Secara signifikan memperluas kemampuan perusahaan
untuk memproduksi barang dan jasa, memperluas ke pasar global, melakukan
diversifikasi produk dan jasa baru, atau berintegrasi ke dalam produk dan jasa
yang berhubungan.
Strategi Persekutuan. Membuat hubungan dan persekutuan bisnis baru dengan
para pelanggan, pemasok, pesaing, konsultan, dan perusahaan-perusahaan
lainnya. Hubungan ini dapat meliputi merger, akuisisi, joint venture, membentuk
“perusahaan virtual”, atau kesepakatan pemasaran, manufaktur, atau distribusi
antara suatu bisnis dengan mitra dagangnya.
2. Penggunaan Strategis Teknologi Informasi
Biaya yang lebih murah
Gunakan TI untuk mengurangi secara mendasar biaya proses bisnis
Gunakan TI untuk menurunkan biaya pelangan atau pemasok
Diferensiasi
Kembangkan berbagai fitur TI baru untuk melakukan diferensiasi produk dan
jasa
Gunakan berbagai fitur TI untuk mengurangi keunggulan diferensiasi para
pesaing
Gunakan berbagai fitur TI untuk memfokuskan diri pada pasar yang dipilih
Inovasi
Buat produk dan kasa baru yang memasukkan berbagai komponen TI
Kembangkan pasar baru atau pasar yang unik dengan bantuan TI
Buat perubahan radikal atas proses bisnis dengan TI yg secara dramatis akan
memangkas biaya, meningkatkan kualitas, efisiensi, atau layanan pelanggan
Mendukung pertumbuhan
Gunakan TI untuk mengelola perluasan bisnis secara regional dan global
Gunakan TI untuk mendiversifikasi serta mengintegrasikan produk dan jasa
lainnya
Kembangkan persekutuan
Gunakan TI untuk membuat organisasi virtual yg terdiri dari para mitra bisnis
Kembangkan sisfo antarperusahaan yang dihubungkan oleh internet dan
intranet
Strategis kompetitif Lainnya
Terdapat banyak strategi kompetitif lainnya sebagai tambahan dari lima strategi dasar
yang terdiri dari kepemimpinan biaya, diferensiasi, inovasi, pertumbuhan persekutuan,
yaitu “mengunci” pelanggan dan pemasok di dalam (looking-in customers and suppliers),
membangun biaya perpindahan (switching cost), meningkatkan halangan masuk (barriers
to entry), dan mendorong investasi dalam teknologi informasi.
Investasi dalam teknologi informasi dapat memungkinkan bisnis untuk “mengunci”
pelanggan dan pemasok (dan menahan di luar para pesaing) dengan cara membangun
hubungan baru yang bernilai dengan mereka. Hubungan bisnis ini dapat menjadi begitu
berharga bagi pelanggan atau pemasok sehinggan mencegah mereka untuk meninggalkan
perusahaan ke pesaingnya, atau untuk mengintimidasi mereka agar menerima
kesepakatan bisnis yang rendah keuntungannya. Usaha-usaha awal untuk menggunakan
teknologi sistem informasi dalam hubungan ini berfokus pada peningkatan secara
signifikan kualitas layanan ke pelanggan dan pemasok dalam aktivitas distribusi,
pemasaran, penjualan dan layanan perusahaan. Selanjutnya, bisnis bergerak ke
penggunaan yang lebih inovatif dari teknologi informasi.
Penekanan utama dalam sistem informasi strategis selama ini adalah mencari berbagai
cara untuk membangun biaya perpindahan ke dalam hubungan antara suatu perusahaan
dengan pelanggan dan pemasoknya. Seringkali juga disebut investasi dalam teknologi
sistem informasi. Dengan melakukan investasi dalam teknologi informasi untuk
meningkatkan operasi atau untuk menyebarkan inovasi, perusahaan juga membangun
halangan untuk masuk yang akan menunda perusahaan lainnya untuk memasuki pasar.
Biasanya, hal ini terjadi dengan cara meningkatkan jumlah investasi atau kerumitan
teknologi yang dibutuhkan untuk bersaing dalam industri atau dalam suatu segmen pasar.
Tindakan semacam ini akan cenderung mengecilkan rasa percaya diri pada perusahaan
yang telah ada dalam industri dan mencegah perusahaan luar untuk memasuki industri
tersebut.
Berinvestasi dalam teknologi informasi memungkinkan perusahaan membangun
kemampuan TI strategis yang memungkinkannya untuk mengambil keuntungan dari
peluang strategis bisnis ketika peluang-peluang tersebut muncul. Hal ini juga dapat terjadi
ketika ketika perusahaan berinvestasi dalam sistem informasi canggih berbasis komputer
untuk meningkatkan efisiensi proses bisnisnya sendiri. Selanjutnya, ditambah dengan
platform teknologi strategis ini, perusahaan tersebut dapat mendorong investasi dalam
teknologi informasi dengan mengembangkan berbagai produk dan jasa baru yang tidak
akan mungkin dihasilkan tanpa kemampuan TI yang kuat.
3. Rantai Nilai dan SI Strategis
Konsep ini melihat perusahaan sebagai rangkaian, rantai, atau jaringan berbagai
aktivitas dasar yang menambah nilai produk dan jasanya, serta selanjutnya menambah
margin nilai perusahaan tersebut. Di dalam kerangka kerja konseptual rantai nilai,
beberapa aktivitas bisnis adalah proses-proses utama: lainnya adalah proses pendukung.
Kerangka kerja ini dapat memperjelas tempat terbaik strategi kompetitif dapat
diaplikasinya dalam bisnis.
Contoh-Contoh Rantai Nilai
Contoh diatas memberikan contoh tentang bagaimana dan di mana teknologi
informasi dapat diaplikasikan ke berbagai proses bisnis dasar dengan menggunakan
kerangka kerja ini. Contoh diatas menekankan bahwa intranet arus kerja bersama dapat
meningkatkan komunikasi dan kerja sama yang dibutuhkan untuk secara dramatis
meningkatkan koordinasi administratif dan layanan pendukung. Intranet untuk
kompensasi karyawan dapt membantu fungsi sumber daya manusia dalam menyediakan
akses layanan mandiri yang mudah untuk para karyawan, mengenai informasi
kompensasi mereka. Ekstranet memungkinkan perusahaan dan mitra kerja globalnya
untuk menggunakan Web dalam mendesein dan memproses berbagai produk secara
umum.
Contoh-contoh lainnya dari aplikasi strategis sistem informasi pada proses utama
bisnis diidentifikasi oleh model rantai nilai adalah gambar diatas. Contoh-contoh tersebut
meliputi sistem penggudangan otomatis just in time untuk mendukung proses logistik
inbound yang melibatkan penyimpanan pesesdiaan, sistem computer-aided flexible
manufacturing (CAM) untuk operasi manufaktur, dan sistem titik penjualan dan
pemrosesan pesanan secara online untuk meningkatkan proses logistik outbound yang
memproses pesanan pelanggan. Sistem informasi juga dapat mendukung proses
pemasarna dan penjualan dengan cara mengembangkan kemampuan pemasaran interaktif
bertarget melalui internet dan web. Terakhir layanan untuk pelanggan dapat secara
signifikan ditingkatkan melalui sistem manajemen hubungan pelanggan yang terintegrasi
dan terkoordinasi.
Jadi kosep rantai nilai dapat membantu perusahaan menganalisis di mana dan
bagaimana cara mengaplikasi kemampuan strategis teknologi informasi. Konsep tersebut
menunjukkan bagaimna berbagai jenis teknologi informasi dapat diaplikasikan ke
berbagai proses bisnis tertentu untuk membantu perusahaan mendapatkan keunggulan
kompetitif dalam pasar.
B. MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI KEUNGGULAN
STRATEGIS
1. Membangun Bisnis yang Berfokus pada Pelanggan
Bagi banyak perusahaan, nilai bisnis utama mereka untuk menjadi “bisnis yang
berfokus pada pelanggan” terletak pada kemampuan mereka untuk mempertahankan
pelanggan agar tetap loyal, mengantisipasi kebutuhan di masa mendatang, merespon
kekhawatiran pelanggan, dan menyediakan layanan pelanggan berkualitas tinggi. Fokus
strategis atas “nilai bagi pelanggan” ini mengakui bahwa kualitas, bukan harga, telah
menjadi determinan utama dalam persepsi pelanggan atas nilai. Dari sudut pandang
pelanggan, perusahaan-perusahaan yang secara konsisten menawarkan nilai terbaik
mampu menelusuri preferensi setiap pelanggannya, mengikuti tren pasar , pasokan
produk, layanan dan informasi, kapan saja, kapan saja, di mana saja, dan memberi
layanan pelanggan yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap pelanggan. Selain itu,
teknologi Internet telah munciptakan peluang strategis bagi perusahaan, besar dan kecil,
untuk menawarkan layanan dan produk yang cepat, responsif, serta berkualitas tinggi
yang disesuaikan dengan preferensi setiap pelanggan.
Teknologi Internet dapat membuat pelanggan menjadi titik pusat manajemen
hubungan pelanggan (customer relation managament-CRM) dan aplikasi e-business
lainnya. Situs Web sistem CRM dan Internet, intranet, dan ekstranet menciptakan saluran-
saluran baru untuk komunikasi yang interaktif dalam suatu perusahaan, dengan para
pelanggan, dan dengan para pemasok, mitra bisnis, serta pihak lainnya di lingkungan
eksternal. Hal ini memungkinkan interaksi terus menerus dengan para pelanggan ke
sebagian besar fungsi bisnis dan mendorong kerja sama lintas fungsi dengan pelanggan
dalam hal pengembangan produk, pemsaran, pengiriman, layanan, dan dukungan teknis.
Biasanya, para pelanggan menggunakan internet untuk mengajukan pertanyaan,
mnyampaikan keluhan, mengevaluasi produk, meminta dukungan, dan membuat serta
melaporkan pembelian mereka. Dengan menggunakan internet dan intranet perusahaan,
para ahli dalam berbagai fungsi bisnis di semua perusahaan dapat memberi kontribusi
berupa respons yang efektif. Hal ini mendorong penciptaan diskusi kelompok lintas
fungsi dan tim pemecah masalah yang dibentuk demi keterlibatan pelanggan, layanan dan
dukungan untuk pelanggan. Bahkan jalur internet dan intranet ke para pemasok dan mitra
bisnis dapat digunakan untuk mendaftar mereka masuk dengan cara tertentu agar dapat
memastikan kiriman tepat waktu atas berbagai komponen dan jasa yang berkualitas untuk
memenuhi komitmen perusahaan pada para pelanggannya.
Gambar diatas mengilustrasikan hubungan dalam bisnis yang berfokus pada pelanggan.
Intranet, ekstranet, situs Web e-commerce,dan proses internal bisnis yang dijalankan
melalui Web, membentuk platform TI tidak tampak yang mendukung model e-business
ini. Hal ini memungkinkan bisnis untuk berfokus pada pentargetan jenis pelanggan yang
sesungguhnya mereka inginkan, dan “memiliki” seluruh pengalaman bisnis pelanggan
dengan perusahaan. Bisnis yang berhasil memperlancar semua proses bisnis yang
berdampak pada para pelanggan, hingga mereka memiliki informasi yang mereka
butuhkan untuk menawarkan para pelanggannya layanan berkualitas tinggi yang
disesuaikan untuk setiap pelanggan. Bisnis yang berfokus pada pelanggan membantu
pelanggan e-commerce mereka untuk membantu diri mereka sendiri, dengan tetap
membantu para pelanggan melakukan pekerjaan mereka. Akhirnya, bisnis yang berhasil
memelihara komunitas online pelanggan, karyawan, dan para mitra bisnis, yang dapat
membangun loyalitas pelanggan yang lebih besar, dengan tetap membantu perkembangan
kerja sama untuk memberi pengalaman mengesankan bagi pelanggan.
2. Perekayasaan Ulang Proses Bisnis
Salah satu dari implementasi paling penting dari strategi kompetitif adalah
perekayasaan proses bisnis (business process reenginering-BPR), seering kali disebut
sebagai perekayasa ulang. Perekayasaan ulang adalah pemikiran kembali yang mendasar
dan pendesainan ulang yang radikal atas proses bisnis untuk mencapai perbaikan yang
signifikan dalam biaya, kualitas, kecepatan, dan layanan. Jadi BPR menggabungkan
strategi untuk mempromosikan inovasi bisnis dengan dengan strategi untuk melakukan
perbaikan besar atas proses bisnis agar perusahaan dapat menjadi jauh lebih kuat serta
menjadi pesaing yang lebih berhasil dalam pasar.
Potensi keuntungan dari perekayasaan cukup tinggi, akan tetapi disamping itu
perekayasaan memiliki risiko yang tinggi, seperti risiko kegagalan dan tingkat gangguan
atas lingkungan organisasi. Melakukan perubahan yang radikal atas proses bisnis secara
signifikan meningkatkan efisiensi dan efektivitas bukanlah tugas yang mudah.
Contohnya, banyak perusahaan menggunakan software enterprise resouce planning
(ERP) fungsional untuk merekayasa ulang, ,mengotomatisasi, dan mengintegrasikan
proses manufaktur, distribusi, keuangan, dan sumber daya manusia. Sementara banyak
perusahaan telah melaporkan keuntungan yang mengesankan dengan proyek
perekayasaan ERP, banyak yang mengalami kegagalan yang signifikan atau telah gagal
mencapai perbaikan yang mereka kejar.
Banyak perusahaan menemukan bahwa pendekatan desain organisasi adalah pelaku
perekayasaan ulang yang penting, bersama dengan penggunaan teknologi informasi.
Contohnya, salah satu pendekatan yang umum adalah tim proses mandiri lintas fungsi
atau multidisiplin. Para karyawan dari berbagai departemen dan keahlian termasuk para
teknisi, bagian pemasaran, layanan bagi pelanggan, dan manufaktur, dapat bekerja
sebagai tim untuk proses pengembangan produk.
Peran Teknologi Informasi
Teknologi informasi memainkan peranan penting dalam perekayasaan ulang sebagian
besar proses bisnis. Kecepatan, kemampuan pemrosesan informasi, dan konektivitas
komputer serta teknologi internet dapat secara mendasar meningkatkan efisiensi proses
bisnis, seperti juga meningkatkan komunikasi dan kerja sama antarorang-orang yang
bertanggung jawab atas operasi dan manajemennya.
3. Menjadi Perusahaan yang Lincah
Kelincahan (agility) dalam kinerja adalah kemampuan perusahaan untuk sejahtera
dalam pasar global yang berubah cepat dan terus terfragmen untuk produk dan jasa
berkualitas tinggi, berkinerja baik, dan disesuaikan dengan pelanggan. Perusahaan yang
lincah dapat membuat laba dalam pasar dengan pilihan produk yang luas dan bermasa
hidup pendek, dan dapat memproduksi pesanan secara individual dan dengan jumlah yang
besar. Perusahaan tersebut mendukung penyesuaian massal dengan menawarkan produk
individual sambil mempertahankan produksi dalam volume yang tinggi. Perusahaan yang
lincah sangat bergantung pada teknologi internet untuk memadukan dan mengelola proses
bisnis, sambil menyediakan daya pemrosesan informasi untuk melayani banyak
pelanggan sebagai individual.
Ada 4 strategi dasar yang harus diimplementasikan untuk menjadi perusahaan yang
lincah :
1. Pelanggan dari perusahaan yang lincah menganggap produk atau jasa sebagai
solusi terhadap masalah individual mereka. Jadi, harga produk dapat ditentukan
berdasarkan nilainya sebagai solusi, bukan berdasarkan biaya produksinya.
2. Perusahaan yang lincah bekerja sama dengan pelanggan, pemasok, dan
perusahaan lain, bahkan dengan pesaing. Hal ini memungkinkan perusahaan
untuk memasarkan produk dengan cepat dan hemat, dimanapun sumber daya
berada dan siapa pun yang memilikinya.
3. Perusahaan yang lincah dapat bertahan ketika terjadi perubahan dan
ketidakpastian. Perusahaan menggunakan struktur organisasi yang fleksibel
sehingga sesuai dengan peluang pelanggan yang terus berubah dan berbeda-beda.
4. Perusahaan lincah dapat meningkatkan dampak sumber daya manusia dan
pengetahuan yang mereka miliki. Dengan memelihara semangat wirausaha,
perusahaan yang lincah dapat memberikan insentif yang tinggi bagi tanggung
jawab, kemampuan beradaptasi, dan inovasi pegawai.
4. Membuat Perusahaan Virtual
Dalam lingkungan bisnis global yang dinamis saat ini, pementukan perusahaan virtual
dapat menjadi salah satu penggunaan strategis terpenting dari teknologi informasi.
Perusahaan virtual (juga disebut korporasi virtual atau organisasi virtual) adalah organisasi
yang menggunakan teknologi informasi untuk menghubungkan banyak orang, organisasi,
aktiva, dan ide.
Gambar diatas mengilustrasikan bahwa perusahaan virtual biasanya membentuk
aliansi dan kelompok kerja virtual dengan mitra bisnis yang paling berhubungan melalui
Internet, intranet, dan ekstranet. Perhatikan bahwa perusahaan ini telah diorganisir secara
internal menjadi kelompok-kelompok lintas fungsi dan proses yang dihubungkan dengan
internet. Perusahaan tersebut juga mengembangkan aliansi dan hubungan ekstranet yang
membentuk sistem informasi antarperusahaan (interenterprise information system) dengan
pemasok, pelanggan, subkontraktor, dan pesaing. Jadi, perusahaan virtual menciptakan
aliansi dan kelompok kerja virtual yang fleksibel dan dapat beradaptasi untuk
mengeksploitasi peluang bisnis yang berubah dengan cepat.
Strategi Perusahaan Virtual
Strategi Perusahaan-perusahaan Virtual
Saling berbagi infrastruktur dan risiko dengan mitra aliansi
Menghubungkan komepetensi inti yang saling melengkapi
Mengurangi waktu konsep ke-atas (concept-to-cash time) melalui saling berbagi
Meningkatkan fasilitas dan cakupan pasar
Mendapatkan akses ke pasar yang baru dan saling berbagi pasar atau loyalitas
pelanggan
Bermigrasi dari menjual produk ke menjual solusi
Banyak orang dan perusahaan yang membuat perusahaan yang membuat perusahaan
virtual untuk mengimplementasikan strategis bisnis utamanya dan aliansi yang menjanjikan
kesuksesan dalam iklim bisnis saat ini yang penuh tantangan.
Misalnya, untuk dapat segera mengeksploitasi peluang pasar yang baru, bisnis
mungkin tidak punya waktu dan sumber daya untuk mengembangkan manufaktur dan
distribusi infrastruktur, kompensasi pegawai, dan teknologi informasi yang dibutuhkan. Hal
ini dapat diatasi dengan segera membentuk perusahaan virtual melalui aliansi strategis dari
semua mitra terkait agar komponen yang dibutuhkan dapat dirakit dan memberikan solusi
terbaik baik pelanggan dan menangkap peluang pasar. Tentu saja, saat ini, Intranet, intranet,
ekstranet, dan berbagai teknologi Internet lainnya merupakan komponen yang vital dalam
membuat solusi tersebut berhasil.
5. Membangun Perusahaan yang Dapat Menghasilkan Pengetahuan
Bagi banyak perusahaan saat ini, keunggulan komparatif yang bertahan lama hanya
dapat dimiliki oleh mereka apabila mereka menjadi perusahaan yang dapat menghasilkan
pengetahuan atau organisasi yang belajar. Hal ini berarti secara konsisten menciptakan
pengetahuan bisnis baru, menyebarkannya secara luas ke seluruh perusahaan, dan dengan
cepat membangun pengetahuan baru ke dalam produk dan jasa mereka.
Perusahaan yang dapat menghasilkan pengetahuan menggunakan dua jenis
pengetahuan. Pertama adalah pengetahuan eksplisit, yaitu, data, dokumen, segala sesuatu
yang tertulis atau disimpan dalam computer. Jenis satunya adalah pengetahuan implisit, yaitu
pengetahuan “bagaimana cara melakukan sesuatu”, yang ada di dalam diri pekerja. Seperti
yang diilustrasikan dalam gambar dibawah, manajemen pengetahuan yang berhasil akan
menciptakan berbagai teknik, teknologi, sistem dan penghargaan untuk membuat para
karyawan berbagi apa yang mereka ketahui dan untuk membuat akumulasi pengetahuan yang
lebih baik di tempat kerja dan perusahaan. Dengan cara ini, para karyawan perusahaan
meningkatkan pengetahuan ketika mereka melakukan pekerjaan mereka.
Sistem Manajemen Pengetahuan
Manajemen pengetahuan telah menjadi salah satu penggunaan strategi utama atas aset
teknologi informasi. Banyak perusahaan membangun sistem manajemen pengetahuan
(knowledge management system-KMS) untuk mengelola pembelajaran organisasional dan
cara melakukan bisnis. Tujuan dari sistem semacam ini adalah untuk membantu para pekerja
menciptakan, mengatur, dan memungkinkan tersedianya pengetahuan bisnis yang penting,
dimanapun dan kapan pun hal tersebut dibutuhkan dalam organisasi. Hal ini meliputi
berbagai proses, prosedur, hak paten, pekerjaan acuan, formula, “praktik-praktik terbaik”,
prediksi dan perbaikan.
Sistem manajemen pengetahuan memfasilitasi pembelajaran dan penciptaan
pengetahuan organisasi. Mereka didesain untuk menyediakan respons cepat ke para pekerja
ahli, mendorong perubahan perilaku para karyawan, serta secara signifikan meningkatkan
kinerja bisnis. Sejalan dengan berlanjutnya proses pembelajaran organisasi dan makin
luasnya dasar pengetahuannya, perusahaan yang dapat menghasilkan pengetahuan tersebut
berusaha untuk mengintegrasikan pengetahuannya ke dalam berbagai proses bisnis, produk
dan jasa. Hal ini membantu perusahaan tersebut menjadi lebih yang inovatif dan lincah atas
berbagai produk serta layanan pelanggan yang berkualitas tinggi, dan menjadi pesaing berat
dalam pasar.
BAB III
KESIMPULAN
Recommended