View
223
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
bkhjhbjhbjbjhbjhb iuhiuhuhiuhiuhui drtdtrdtrdrdrtdrtdrd
Citation preview
Tugas Kelompok Kapita Selekta
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN (COOPERATIF LEARNING)
TERHADAP MATERI AJAR KIMIA
Dosen Pengampu: Prof. Drs. Albinus Silalahi,M.Si
DISUSUN
O
L
E
H
Kelompok II :
1. Dewi Sartika (8136142005)
2. Elisabeth Br Singarimbun (8136142006)
3. Erdiana Gultom (8136142007)
4. Evy Noviyanti Siregar (8136142008)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014/2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN (COOPERATIF LEARNING)
TERHADAP MATERI AJAR KIMIA
I. PENDAHULUAN
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model
pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai.
Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru
untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah
satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu alternatif karena banyak pendapat
yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu meningkatkan
efektivitas pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat
mengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk
mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini
dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar
melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
II. ISI
Slavin (1994) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”.
Johnson & Johnson (1987) dalam Isjoni (2009:17) menyatakan bahwa “pengertian model
pembelajaran kooperatif yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu
kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka
miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”.
Lie (2008:12) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif merupakan sistem
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur”.
Isjoni (2009:15) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan
terjemahan dari istilah cooperative learning. Cooperative learning berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim”.
Hasan (1996) menyimpulkan bahwa kooperatif mengandung pengertian bekerjasama
dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari
hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.
Sugandi (2002:14) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar
belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan
atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara
terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok”.
Menurut Sugiyanto (2008:35) “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk
saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong
royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia
adalah makhluk sosial. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran
langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah:
a. Individual
Keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri dan tidak dipengaruhi
orang lain.
b. Kompetitif
Keberhasilan seseorang yang dicapai karena kegagalan orang lain (ada
ketergantungan negatif).
c. Kooperatif
Keberhasilan seseorang karena keberhasilan dengan orang lain karena orang tidak
dapat mencapai keberhasilan dengan sendirian.
Langkah utama yang terlibat dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif
adalah:
1. Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pelajaran dan
mengembangkan motivasi belajar siswa
2. Presentasi informasi, sering kali dalam bentuk teks dari pada ceramah
3. Siswa kemudian diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar
4. Siswa dibantu oleh guru, bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas
independen
5. Presentasi hasil akhir kelompok atau menguji segala yang sudah dipelajari siswa
6. Memberi pengakuan pada usaha kelompok maupun indevidu
2.1 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 5 unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang
memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar
yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat
materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya
saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut
maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut
selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui
siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang
dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara
otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas
tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai
dengan kemampuannya yang dimiliki setiap individu.
c. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap
muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga
dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat sa- ling menjadi
sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih
memudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang
memiliki kemampuan harus dibantu oleh siswa yang lebih mampu me- ngerjakan tugas
individu dalam kelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan.
d. Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap
sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan
pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkan dalam
pembelajaran kooperatif ini. Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali de-
ngan berbagai keterampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa
mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok
tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk sa- ling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu
diberitahu secara jelas mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus
menyinggung perasaan orang lain.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja
kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa pembelajar
terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
2.1.1 Landasan teoritis
Landasan teoritis yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif yaitu teori
kognitif dan teori konstruktivis. Proses yang bersifat kognitif adalah proses untuk
mempelajari isi akademis yang berhubungan dengan pengetahuan mengenai suatu
konsep tertentu. Sedangkan proses konstruksi adalah proses mental dimana seorang
pembelajar mengambil banyak potongan informasi yang terpisah dan menggunakannya
untuk membangun pemahaman atau tafsiran yang secara menyeluruh.
2.1.2. Karakteristik SPK
a. Pembelajaran secara tim
b. Berdasarkan pada managemen kooperatif
c. Kemauan unyuk bekerjasama
d. Keterampilan bekerjasama
2.1.3. Prinsip prinsip SPK
a. Prinsip ketergantungan positif
b. Tanggungjawab perseorangan
c. Interaksi tatap muka
d. Partisipasi dan komunikasi
2.1.4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada dasarnya terdiri atas empat tahap 1 )penjelasan
materi, 2) belajar dalam kelompok, 3) penilaian, dan 4) pengakuan tim.
1. Penjelasan materi
Tahap penjelasan dimaksudkan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.Tujuan utama dalam tahap ini adalah
pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan
gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa
akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini guru dapat
menggunakan metode ceramah, memberikan pendapat, dan tanya jawab, bahkan kalau
perlu guru dapat menggunakan demonstrasi. Di samping itu guru juga dapat
menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih
menarik siswa.
2. Belajar dalam kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran,
selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelmpoknya masing-masing yang telah
dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat heterogen, artinya kelompok
dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender,
latar belakang agama, sosial ekonomi dan etnik, serta perbedaan kemampuan akademik.
3. Penilaian
Penilaian dalam SPK dapat dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan
baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan
memberikan informasi kemampuan setiap siswa dan tes kelompok akan memberikan
informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan
keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam
kelompoknya,Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam
kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
4. Pengakuan tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol,atau tim paling
berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan
penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga
membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.
2.1.5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang
telah diuraikan oleh Arends (2008) adalah sebagaimana terlihat dalam tabel.
Tabel. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku
Fase 1:
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2:
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3:
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4:
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5:
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
Fase 6:
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
2.2 Tipe-Tipe dari Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini adalah beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif.
2.2.1 Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin
merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran
kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru menggunakan pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai
berikut:
2.2.1.1 Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan
metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai
persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.
2.2.1.2 Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini,
para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan
jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama
dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
2.2.1.3 Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes
secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling
membantu.
2.2.1.4 Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes
yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor
rata-rata kelompok.
2.2.1.5 Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan
penghargaan.
2.2.2 Tipe Think-Pair-Share
Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think-Pair-
Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu
satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek
atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para
siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa
yang telah dibaca. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai
berikut.
2.2.2.1 Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan
pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut
secara mandiri.
2.2.2.2 Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini
dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau
penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru
mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
2.2.2.3 Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut
untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang
telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling
kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah
dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
2.2.3 Tipe Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
temannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins. Arends (1997) dalam bukunya menyimpulkan dengan kutipan
sebagai berikut.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya. ... Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok.
2.2.4 Tipe NHT (Number Heads Together)
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (Kepala bernomor)
dikembangkan Spencer Kagan. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Maksud dari kepala
bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan
kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi.
Dengan menggunakan model ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep yang
diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya,
belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada
teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu
dan informasi, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa
yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang
sama untuk tampil menjawab pertanyaan. Adapun langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered heads together antara lain:
2.2.4.1 Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor.
2.2.4.2 Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok me- ngerjakannya.
2.2.4.3 Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/menge-tahui jawabannya.
2.2.4.4 Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerjasama mereka.
2.2.4.5 Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
2.2.5 Tipe GI (Group Investigation)
Pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan
yang menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji
masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk
membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai
masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis.
Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
2.2.5.1 Memilih Topik
Siswa memilih subtopik khusus didalam suatu daerah masalah umum yang biasanya
ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa dibagi menjadi dua sampai enam anggota tiap
kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok
hendaknya heterogen secara akademis.Perencanaan Kooperatif.
2.2.5.2 Perencanaan Kooperatif
Siswa merencanakan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan didalam kelompok
yang konsisten dengan sub topik yang telah dipilih pada tahap pertama.
2.2.5.3 Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan didalam tahap kedua.
Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktifitas dan keterampilan yang luas
dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda. Guru
mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
2.2.5.4 Analisis dan Sintesis
Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan
merangkum informasi tersebut untuk diringkas sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada
seluruh kelas.
2.2.5.5 Presentasi Final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya kepada seluruh kelas,
dengan tujuan agar siswa saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan
memperoleh pengetahuan yang luas pada topik tersebut. Presentasi dikoordinasikan oleh
guru.
2.2.5.6 Evaluasi
Guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu
keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
2.2.6 Tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition)
Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish.
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model
pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian
mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting.
Dalam model pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil
yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini terdapat siswa yang
pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain.
Dalam kelompok ini tidak dibedakan jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan
siswa. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan siswa dapat meningkatkan pikiran
kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok,
siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi
pendengar yang baik, siswa juga dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok,
berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman lain, dan
sebagainya. Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase:
2.2.6.1 Fase Orientasi
Pada fase ini, guru memberikan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan
diberikan. Selain itu guru juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada
siswa.
2.2.6.2 Fase Organisasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan
keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas
kepada siswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus
diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.
2.2.6.3 Fase Pengenalan Konsep
Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil
penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket,
film, kli- ping, poster atau media lainnya.
2.2.6.4 Fase Publikasi
Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan
tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.
2.2.6.5 Fase Penguatan dan Refleksi
Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari
melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-
hari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk mere- fleksikan dan mengevaluasi hasil
pembelajarannya.
2.2.7 Tipe Make A Match (Membuat Pasangan)
Metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna
Curran tahun 1994. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-
langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
2.2.7.1 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi pemilihan, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2.2.7.2 Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
2.2.7.3 Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
2.2.7.4 Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
2.2.7.5 Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
2.2.7.6 Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama.
2.2.7.7 Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya, demikian seterusnya.
2.2.7.8 Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu
yang cocok.
2.2.7.9 Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
2.2.8 Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh
Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia. Metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem
pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung
jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi.
Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. Langkah-langkah
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray seperti yang
diungkapkan, antara lain:
2.2.8.1 Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri
dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen
seperti pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk
memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan dan saling
mendukung.
2.2.8.2 Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas
bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
2.2.8.3 Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan
untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir.
2.2.8.4 Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.
2.2.8.5 Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka.
2.2.8.6 Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain.
2.2.8.7 Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
2.2.8.8 Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Kooperatif
2.3.1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif.
2.3.1.1 Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada
guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2.3.1.2 Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan,
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
2.3.1.3 Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargai orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
2.3.1.4 Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
2.3.1.5 Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang
lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.
2.3.1.6 Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat
adalah tanggung jawab kelompoknya.
2.3.1.7 Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa mengelola
informasi dan kemampuan belajar abs- trak menjadi nyata.
2.3.1.8 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang.
2.3.2 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif.
2.3.2.1 Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di- samping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
2.3.2.2 Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
2.3.2.3 Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
2.3.2.4 Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-akibatkan siswa yang lain
menjadi pasif.
2.3.2.5 Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika anggota kelompok
tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol
atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar
menjadi sia-sia.
2.4 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif GI (Group Investigation)
Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation didasarkan pada
materi yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran. Pada bahasan ini, materi yang akan
digunakan adalah sistem koloid. Sistem koloid merupakan salah satu pokok bahasan yang
termasuk kepada pengetahuan konseptual akademik dan siswa juga dituntut untuk
mempunyai keterampilan menyelidiki. Adapun pengetahuan konseptual adalah pengetahuan
seseorang tentang saling keterkaitan diantara elemen-elemen dasar.
Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar di dalam kelas, metode pengajaran
merupakan salah satu faktor yang dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa,
sehingga hasil belajar dapat dicapai dengan baik. Hasil yang diperoleh siswa dapat berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas
belajar. Pembelajaran kooperatif tipe Investigasi Kelompok merupakan salah satu alternatif
yang dapat dilakukan untuk meningkatkanhasil belajar siswa. Model pembelajaran
Investigasi Kelompok adalah model yang menuntut siswa untuk melakukan penyelidikan
terhadap permasalahan atas topik yang dipilih yang bertujuan untuk dapat meningkatkan
pestasi belajar siswa. Pada pembelajaran dengan model Investigasi Kelompok siswa dituntut
untuk melakukan aktifitas baik secara pribadi maupun kelompok. Pada pembelajaran
Investigasi Kelompok, siswa terlebih dahulu menginvestigasikan suatu permasalahan atas
topik yang dipilih kemudian mempresentasikan hasil investigasinya kedepan kelas secara
berkelompok. Dengan demikian bila siswa sudah telah terlatih dan terampil menyelesaikan
suatu permasalahan dengan bentuk yang bervariasi maka siswa tidak akan merasa sulit lagi
menghadapi soal-soal yang diberikan.
Adapun materi yang dipelajari dalam pokok bahasan sistem koloid adalah sebagai
berikut:
1. Sistem koloid
Pengertian koloid dan perbedaan antara larutan, sistem koloid dan suspensi.
Jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi.
2. Sifat koloid
Efek Tyndall
Gerak Brown
Muatan koloid
Koloid Pelindung
Dialisis
Koagulasi koloid
Koloid liofil dan liofob
Penjernihan air
3. Pembuatan koloid
Pembuatan koloid cara kondensasi
Pembuatan koloid cara dispersi
4. Peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari dan industri
Kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari.
Koloid yang dapat mencemari lingkungan
III. KESIMPULAN
1. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara
membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan
bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
2. Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah individual, kompetitif dan kooperatif
3. Terdapat 5 unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu: saling ketergantungan positif,
tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, komunikasi antar anggota kelompok,
dan evaluasi proses kelompok.
4. Ada beberapa tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif yaitu: STAD, TPS, Jigsaw, NHT, GI
(Group Investigation), CIRC, Make A Match, dan TS-TS.
5. Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal
ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam
belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
6. Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation didasarkan pada materi
yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran. Pada bahasan ini, materi yang akan
digunakan adalah sistem koloid. Sistem koloid merupakan salah satu pokok bahasan yang
termasuk kepada pengetahuan konseptual akademik dan siswa juga dituntut untuk
mempunyai keterampilan menyelidiki.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)
A. IdentitasIdentitas Sekolah : SMA Mata Pelajaran : KimiaKelas /Semester : XI / 2Materi Pokok : Sistem KoloidAlokasi Waktu : 4 x 45 Menit
B.Kompetensi IntiKI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnyaKI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
C. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator:KD dari KI 11.1 Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujudkebesaran
Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materisebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.
Indikator KI 1 :1. Mengagungkan kebesaran Tuhan YME2. Menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang
terbaik bagi kita.KD dari KI22.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,
objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalammerancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkandalam sikap sehari-hari.
Indikator KI2 :1. Rasa ingin tahu2. Jujur dalam menggunakan data percobaan untuk membuktikan terbentuknya koloid
(menggunakan data apa adanya dan hasilnya sesuai dengan data percobaan)3. Teliti dalam mengolah dan menganalisis data (melakukan pembuktian terbentuknya
koloid dan sifat sifat koloid secara runut dan konsisten terhadap langkah-langkah serta kebenaran hasil)
4. Ulet dalam mencari sumber pengetahuan yang mendukung penyelesaianmasalah (dapat menyelesaikan masalah secara runut di awal hingga akhir
dengan langkah-langkah yang benar).
KD dari KI 33.15 menganalisa peran koloid dalam kehidupan sehari hari berdasarkan sifatnyaIndikator KI3 :
1. mengetahui koloid 2. membuktikan sifat sifat koloid dan kestabilannya3. Menafsirkan klasifikasi koloid4. Membedakan antar koloid dan larutan5. Membedakan koloid6. Menerapkan cara membuat koloid
KD dari KI 44.15 mengajukan ide /gagasan untuk memodifikasi pembuatan koloid berdasarkan
pengalaman membuat beberapa jenis koloidIndikator KI 4:
1. Mengolah percobaan atau informasi, sehingga mampu membuktikanSifat sifat koloid
2. Menganalisis percobaan atau informasi, sehingga dapat menentukanJenis jenis koloid
3. Menyebutkan koloid dalam kehidupan sehari hari dan cara membuatnya
D. Tujuan Pembelajaran1. Dengan mengamati kegiatan demostrasi atau percobaan, secara mandiri siswa
dapat menjelaskan pengertian koloid dan klasifikasinya2. Dari hasil percobaan, secara mandiri siswadapat membuktikan
berlakunya sifat sifat koloid dengan teliti dan jujur.3. Setelah melakukan percobaan mengenai koloid siswa dapat mengetahui perbedaan
sifat sifat koloid4. Mampu menjelaskan dan memformulasikanpercobaan koloid lainnya5. Mengembangkan perilaku rasa ingin tahu, teliti, tekun/ulet, dan saling
menghargai pendapat melalui kegiatan diskusi kelompok, tanya jawab, danpenugasan individu.
6. Menumbuhkan kesadaran diri akan keagungan Tuhan YME dan kesadaranakan ketetapan Tuhan YME merupakan ketetapan yang terbaik untukkehidupan umat manusia melalui kegiatan demonstrasi, mengamati percobaan.
E. Materi Pembelajaran1. Koloid
1.1 Pengertian dan klasifikasi koloid2.1 Sistem dispersi3.1 Larutan4.1 Suspensi5.1 Koloid
2 Perbedaan koloid,suspensi dan larutan3 Klasifikasi sistem koloid4 Sifat sifat koloid5 Koloid liofil dan koloid liofob6 Membuat koloid
F. Pendekatan dan Metode PembelajaranPendekatan : scientificModel : GI (Group Investigation)Metode : demonstrasi, diskusi, praktikum dan penugasan
G. Media dan Sumber BelajarA. media
1. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi2. Minyak3. air sabun4. Akuades5. gelas beker 100 mL 6. pengaduk 7. corong gelas8. lumpang dan alu mortir9. kertas saring10. pipet tetes11. Amilum12. larutan iodin13. corong gelas14. buah-buahan yang telah 15. pisau16. gula pasir17. panci berlapis email18. asam sitrat19. pemanas20. pengaduk gelas
B. sumberBuku-Buku Kimia SMA Kelas XSudarmo,Unggul.2013.kimia kelas XI.erlangga:jakarta
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1Fase Kegiatan waktupendahuluan (pengajaran)
1. Berdoa2. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari
ini.3. Absensi4.Memotivasi siswa dengan mengajukan
pertanyaan untuk menuntun siswa dalam mempelajari topik yang akan dibahas dan menggali pengetahuan awal siswa, seperti:apa penyusun awan,apa pembentuk es krim
5.Siswa diminta duduk bersama kelompoknya masing-masing.
15 menit
Kegiatan inti a. studi
1. Guru mengenalkan bagian koloid dan penyusunnya
45 menit
kelompok
b.pengetesan
2. Siswa diminta mengklasifikasikan koloid dalam kehidupan sehari hari
3. Siswa diminta membaca mengenai artikel koloid dan mendiskusikan sifat sifat koloid
4. Siswa mengamati dan menuliskan jenis jenis koloid dalam kehidupan sehari hari
5. Dengan dibantu siswa, guru mengundi kelompok untuk presentasi, selanjutnya 2 kelompok siswa yang terpilih difasilitasi untuk mepresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
6. Siswa mengadakan tanya jawab mengenai koloid secara berkelompok
7. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan komentar atau menanggapinya dengan bahasa yang baik dan santun. Dalam berkomentar/menanggapi, siswa diminta untuk menyebutkan nama kelompok ,identitas diri berupa nama dan nomor urut.
1. Guru mengadakan test untuk mengukur pengetahuan siswa
15 menit
Penutup (penghargaan)
1. Guru melakukan reviu terhadap hasil kerja siswa dan melakukan refleksi dengan meminta siswa mengungkapkan perasaan dan pendapatnya.
2. Guru memberikan penghargaan kepada siswa terhadap hasil diskusi kelompok.
3. Memberikan tugas rumah tentang sifat sifat koloid
15 menit
Pertemuan II
Fase Kegiatan WaktuPendahuluan (pengajaran)
1. Berdoa2. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari
ini.3. absensi4. Memotivasi siswa dengan mengajukan
pertanyaan untuk mengingat pelajaran minggu lalu. Siswa diminta duduk bersama kelompoknya masing-masing.
15 menit
Kegiatan intia. Studi kelompok
1. Guru mengenalkan alat dan bahan pembuat koloid
2. Siswa diminta melakukan praktikum untuk
50 menit
b. pengetesan
membuktikan bagian pembentuk koloid3. Siswa diminta membuktikan sifat sifat
koloid dengan kelompoknya dan menuliskan hasil praktikumnya pada jurnal
4. siswa melakukan praktikum dengan membandingkan suspensi,larutan dan koloid
5. Siswa diminta mencatat hasil pengamatan dalam jurnal
6. Siswa memodifikasi pembuatan koloid melalui pengamatan sehari hari
7. Siswa mencatat pengamatan dan mencatat kesimpulan dari praktek tersebut menganalisis data hasil eksperimen.
1. Guru melakukan etest untuk mengukur pengetahuan siswa.
15 menit
Penutup (penghargaan)
1. Guru melakukan reviu terhadap hasil kerja siswa dan melakukan refleksi
dengan meminta siswa mengungkapkan hasil praktikum dan hipotesisi awal dari praktikum
2. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang memiliki pengetahuan yang tertinggi dalam pelajaran ini.
3. Memberikan tugas rumah tentang sifat sifat koloid.
10 menit
H. Penilaian Hasil Pembelajaran1. Tes hasil belajar (penguasaan konsep) kimia menggunakan peskoran (setiap soal diberi
skor 1 bila jawaban benar, dan skor nol bila salah).2. Penilaian Sikap (perilaku) menggunakan rubrik penilaian perilaku3. Penilaian keterampilan mengolah data hasil percobaan menggunakan rubrik
kinerja.
Pengamatan Perilaku
no Aspek yang dinilaiskor
keterangan1 2 31 Rasa ingin tahu
2 ketelitian dalam menggunakan data hasil percobaandan melakukan perhitungan
3ketekunan/keuletan dalam belajar baik secara kelompokmaupun individu dalam menyelesaikan masalah yang ada pada soa
4 kejjuran dalam mengolah hasil praktikum dalam
Rubrik penilaian perilaku
No Aspek yang dinilai Penilaian 1 Menunjukkan rasa ingin tahu 3: menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, antusias,
aktif dalam dalam kegiatan baik kelompokmaupun individu2: menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlaluantusias, dan baru terlibat aktif dalam kegiatankelompok ketika disuruh atau kurang antusiasdalam menyelesaikan masalah secara individu.1: tidak menunjukkan antusias dalam pengamatan,sulit terlibat aktif dalam kegiatan kelompok atauindividu walaupun telah didorong untuk terlibat.
2 Ketelitian dalam menggunakan data hasil percobaan dan melakukan perhitungan
3. mengamati penjelasan mengolah data hasilpercobaan sesuai prosedur, dan melakukananalisa secara tepat2. mengamati penjelasan dan mengolah data hasilpercobaan sesuai prosedur, namun analisakurang tepat.1. mengamati penjelasan dan mengolah data hasilpercobaan sesuai prosedur, tetapi analisa tidaktepat, atau sebaliknya
3 Ketekunan/ keuletan dalam belajar baik secara kelompok maupun individu dalam menyelesaikan masalah yang ada
3: tekun/ulet dalam menyelesaikan tugas dengan hasilterbaik yang bisa dilakukan, berupaya tepat waktu.2: berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas,namun belum menunjukkan upaya terbaiknya.1: tidak berupaya sungguh-sungguh dalammenyelesaikan tugas, dan tugasnya tidak selesai.
4 Kejujuran dalam mengolah data untuk membuktikan jenis jenis koloid dalam praktikum
3: menunjukkan kejujurannya dalam menggunakan data hasil percobaan (data apa adanya) untuk membuktikan jenis jenis koloid dan menunjukkan kemandirian dalam menyelsaikan masalah.2: menunjukkan kejujurannya dalam menggunakan data hasil percobaan (data apa adanya) untuk membuktikan jenis jenis koloid, namun kurang menunjukkan kemandirian dalam menyelsaikan masalah (masih berusaha meminta jawaban teman/menyontek) terutama pada kegiatan individu.1: tidak menunjukkan kejujurannya dalam menggunakan data hasil percobaan (data apa adanya) untuk membuktikan jenis jenis koloid dan berusaha mencari jawaban dari teman lain dengan cara menyontek untuk menyelsaikan tugas individu.
Mengetahui Kepala sekolah Guru Bidang Studi Kimia
NIP. NIP.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Surabaya University Press.
Isjoni, (2010), Cooperatif Learning, PT Al-Fabeta, Bandung.
Lie, A., (2002), Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, PT Grasindo, Jakarta.
Lie, A., (2008), Cooperatif Learning, PT Grasindo, Jakarta.
Purba, M., (2006), Kimia SMA Kelas XI, Erlangga. Jakarta
Pandoyo, (1992), Strategi Belajar Mengajar, IKIP Semarang Press, Semarang.
Slavin, Robert E., (2005). Cooperative Learning, Nusa Media, Bandung.
Sofa, (2011) Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC, (Online), (www.massofa.word- press.com/2011/07/24/menerapkan-pembelajaran-kooperatif-tipe-circ. html), diakses 13 Oktober 2014.
Tarmizi. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match, (Online), (www. tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-make-a-match.html), diakses 10 Oktober 2014.
Tanpa nama. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS, (Online), (www.furaha- sekai.wordpress.com/2011/09/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-two-stay-two-stray.html), diakses 13 Oktober 2014.
Recommended