View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
METODE PEMBELAJARAN PAI MATERI PERAWATAN JENAZAH KELAS XI DI SMK NEGERI 2 PRAYA TENGAH TAHUN PELAJARAN
2018/2019
Oleh
Yuyun Rohimatul Aini 1501010070
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2019
2
METODE PEMBELAJARAN PAI MATERI PERAWATAN JENAZAH KELAS XI DI SMK NEGERI 2 PRAYA TENGAH TAHUN PELAJARAN
2018/2019
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Yuyun Rohimatul Aini 1501010070
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2019
3
4
6
7
MOTTO
را } را فإن مع ال عس ر يس { }{ إن مع ال عس ر يس
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. 94:5-6).1
1At-tayyib, Al-Qur’an Transelite Perkataan dan Terjemah Perkata (Jawa Barat: Cipta
Bagus Sagara, 2016), h. 597.
8
PERSEMBAHAN
“Kupersembahkan skripsi ini untuk Bapakku (Drs.
Mahsun) dan Ibuku (Hijrah), adik-adikku tersayang,
semua guruku, bapak ibu dosen, Himpunanku tercinta
tempatku bernaung dan berproses Himpunan
Mahasiswa Nahdlatul Wathan (HIMMAH NW),
almamater dan kampus putihku UIN Mataram.”
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun umat
manusia dari alam kebodohan menuju dunia pendidikan seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak untuk itu peneliti sampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Nashuddin, M.Pd. selaku dosen pembimbing 1 dan Dr.
Nurhilaliati, M.Ag. selaku dosen pembimbing 2 yang telah sabar dan ikhlas
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Dr. Saparudin, M.Ag. dan H. M. Taisir, M.Ag. sebagai penguji yang telah
memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini.
3. Dr. Saparudin, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Mataram.
5. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku rektor UIN Mataram yang telah
memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan member bimbingan
dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.
6. H. Muhammad Taisir, M.Ag. selaku dosen wali yang telah dengan sabar
membimbing kami PAI B angkatan 2015.
10
7. Akhirman Bakri, SP., M.MPd. selaku kepala sekolah SMK Negeri 2 Praya
Tengah , guru beserta staf yang telah memberikan informasi data yang
diperlukan.
8. Kedua orang tuaku tercinta (Drs. Mahsun dan Hijrah) serta adik-adikku
sayang (Ina, Hilmi, Desi) yang tak pernah bosan mendo’akan dan
memberikan motivasi dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Teman-teman dan senior-seniorku yang telah memberikan banyak motivasi
dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
Kepada semuanya, peneliti ucapkan banyak terimakasih disertai do’a
semoga budi baiknya dibalas oleh Allah SWT. dan mendapatkan balasan berlipat
ganda dari Allah SWT.
Kemudian peneliti mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan
dalam penulisan skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif, evaluative dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya
semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Mataram, 2 Desember 2019
peneliti,
Yuyun Rohimatul Aini
11
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ......................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
ABSTRAK ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................... 4
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ......................................... 7
E. Telaah Pustaka ............................................................................. 8
F. Kerangka Teori ............................................................................ 11
1. Pembelajaran Fiqih ................................................................ 11
a. Pengertian Pembelajaran Fiqih ......................................... 11
b. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih ............................................ 13
12
2. Metode Pembelajaran Fiqih .................................................... 14
a. Metode Ceramah .............................................................. 15
b. Metode Tanya Jawab ........................................................ 16
c. Metode Demonstrasi ........................................................ 18
d. Metode Diskusi ................................................................ 20
e. Metode Pemberian Tugas ................................................. 21
f. Metode proyek ................................................................. 23
g. Metode eksperimen .......................................................... 25
h. Metode Sosiodrama .......................................................... 26
i. Metode Problem Solving .................................................. 28
j. Metode Karyawisata ......................................................... 30
3. Materi Perawatan Jenazah ...................................................... 31
a. Memandikan Jenazah ....................................................... 32
b. Mengkafani Jenazah ......................................................... 33
c. Menshalatkan Jenazah ...................................................... 37
d. Menguburkan Jenazah ...................................................... 38
G. Metode Penelitian ........................................................................ 39
1. Pendekatan Penelitian ............................................................ 39
2. Kehadiran Peneliti .................................................................. 40
3. Sumber Data .......................................................................... 41
4. Metode Pengumpulan Data .................................................... 42
H. Sistematika .................................................................................. 51
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum SMK Negeri 2 Praya Tengah ........................ 53
1. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 2 Praya Tengah ................. 53
2. Letak Geografis SMK Negeri 2 Praya Tengah ..................... 55
B. Metode Mengajar Guru PAI Materi Perawatan Jenazah Kelas
XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah ............................................ 55
C. Hambatan dalam Penerapan Metode Mengajar Guru PAI
Materi Perawatan Jenazah Kelas XI di SMK Negeri 2
13
Praya Tengah ............................................................................. 67
BAB III PEMBAHASAN
A. Metode Mengajar Guru PAI Materi Perawatan Jenazah Kelas
XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah ........................................... 71
B. Hambatan dalam Penerapan Metode Mengajar Guru PAI
Materi Perawatan Jenazah Kelas XI di SMK Negeri 2
Praya Tengah ............................................................................. 74
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 78
B. Saran ........................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
14
METODE PEMBELAJARAN PAI MATERI PERAWATAN JENAZAH KELAS XI DI SMK NEGERI 2 PRAYA TENGAH TAHUN PELAJARAN
2018/2019
Oleh:
Yuyun Rohimatul Aini 1501010070
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perhatian penulis pada disiplin ilmu di bidang fiqih yang sangat mejemuk dan bervariasi. Penyebutan kata fiqih sangat berdekatan dengan makna ibadah yang merupakan amalan rutin yang mengisi kehidupan, seperti shalat, zakat, puasa dan lainnya. Salah satu ibadah yang mengandung nilai sosial kemasyarakatan dan menuntut penekanan aspek afeksi dan praktik adalah perawatan jenazah. Mengurus jenazah dalam Islam adalah ibadah yang hukumnya adalah fardhu kifayah. Fardu kifayah dapat dipandang sebagai ibadah yang mengandung nilai sosial tinggi karena unsur ketergantungan serta kebersamaan antar satu muslim dengan muslim yang lainnya. Tata cara mengurus jenazah adalah salah satu kompetensi dasar dalam pelajaran fiqih yang mempunyai keunikan tersendiri. Hal itu di karenakan kompetensi ini memerlukan pemahaman yang dapat diperdalam dengan praktik. Fokus yang dikaji dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana metode mengajar guru PAI materi perawatan jenazah kelas XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah tahun pelajaran 2018/2019? (2) Apakah hambatan dalam penerapan metode mengajar guru PAI materi perawatan jenazah kelas XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah tahun pelajaran 2018/2019?
Jenis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi.
Hasil penelitiannya menunjukkan (1) Metode mengajar guru PAI di SMK Negeri 2 Praya Tengah dalam pembelajaran materi perawatan jenazah dilakukan dengan cara menerapkan metode yang bervariasi. jika mengacu kepada RPP yang digunakan oleh guru untuk mengajar maka dapat dikatakan bahwa guru belum menerapkan seluruh metode tersebut dengan benar, karena di dalam RPP tidak tercantum metode yang digunakan. ketika ditinjau dari kecocokan materi dengan metode yang digunakan oleh guru maka dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan oleh guru PAI tersebut kurang tepat karena seharusnya mata pelajaran fiqih selain terdiri dari konsep juga lebih menekankan pada praktik. Selain itu, kurikulum 2013 sudah menentukan bahwa aspek koginitif, afektif, dan psikomotorik harus diberikan secara seimbang dan proporsional. Sementara yang terjadi di lapangan, metode mengajar yang digunakan oleh guru lebih dominan memakai metode ceramah untuk mengajar semua materi, dan metode demonstrasi guru gunakan hanya pada materi shalat jenazah. (2) Hambatan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar terutama dalam penerapan metode mengajar guru
15
dalam proses pembelajaran antara lain sarana dan prasarana yang kurang memadai, kurangnya minat belajar siswa, kurangnya kesadaran siswa terhadap pentingnya materi yang diajarkan, siswa yang susah di atur, tidak mendengarkan penjelasan guru, siswa yang mulai mengantuk, siswa yang susah menangkap pelajaran, siswa yang sibuk sendiri, siswa yang main-main dengan teman sebangkunya, bahkan ada juga siswa yang tidak mengerjakan tugas yang sudah diberikan, adanya kesenjangan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dalam menerima materi pelajaran, karena tidak semua siswa berasal dari alumni MTs, tetapi juga ada alumni SMP sehingga tingkat kemampuan dalam meneriman materi pelajaran tidak sama. Kemudian faktor orang tua dan lingkungan seperti cara orang tua medidik, perhatian yang diberikan orang tua, suasana rumah apakah nyaman atau tidak, keadaan ekonomi keluarga apakah korban broken home atau tidak, atau bahkan memiliki orang tua namun di tinggal bekerja sehingga perhatian dari orang tua sangat minim. Faktor lingkungan masyarakat seperti siapa temannya bergaul, bagaimana kesehariannya di masyarakat, bagaimana keadaan lingkungan tempat tinggal, dan bagaimana bentuk kehidupan masyarakat sekitarnya.
Kata Kunci: Metode Mengajar, Hambatan Penerapan Metode Mengajar.
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang mempunyai nilai edukatif.
Nilai edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan
siswa. Interaksi yang bernilai edukatif tersebut dikarenakan kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah dirumuskan sebelum proses belajar mengajar dilakukan. Guru dengan
sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan
memanfaatkan segala sesuatuanya guna kepentingan pengajaran.2
Dalam memberikan pelayanan proses pembelajaran, agar peserta didik
menjadi insan yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia merupakan
bagian dari tanggung jawab utama seorang guru dalam proses pembelajaran.
Guru sebagai ujung tombak pembudayaan nilai-nilai luhur untuk melahirkan
generasi yang memiliki akhlak mulia dan berkepribadian tangguh.3 Dalam
proses pembelajaran di kelas, seorang guru juga harus mampu membangun
suatu komunikasi yang harmonis antara guru dengan peserta didik, antara
peserta didik dengan peserta didik yang lain, maupun dengan sumber-sumber
belajar lainnya sehingga dalam proses pembelajaran dapat dilihat sebagai
kegiatan komunikasi yang dinamis.4 Oleh karena itu, proses belajar mengajar
2Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2014), h. 1. 3Muliana Rahmat, Kurikulum Berbasis Kompetensi “Konsep, Karakteristik Dan
Implementasi”, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 15. 4Ibid, h. 18.
17
merupakan inti dari kegiatan pendidikan, seorang guru memiliki peran
penting dalam proses belajar mengajar.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran dibutuhkan peran seorang guru
yang profesional agar materi yang disampaikan dapat dengan mudah diserap
oleh siswa. Adapun langkah-langkah yang dapat diambil seorang guru agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran salah satunya adalah penggunaan
metode mengajar yang tepat sesuai materi ajar. Perlu disadari bahwa metode
mengajar merupakan komponen yang sangat menentukan untuk tercapainya
suatu tujuan, karena itu metode harus selalu disesuaikan dengan beberapa hal
seperti materi atau bahan pengajaran, keadaan siswa, situasi, fasilitas, dan
sebagainya. Untuk itu guru dituntut untuk dapat memilih serta mampu
menggunakan metode-metode mengajar yang tepat dan efektif. Ini berarti
bahwa semakin tepat dan baik metode yang digunakan maka akan semakin
efektif pula pencapaian tujuan pengajaran. Dengan demikian masalah metode
perlu untuk diperhatikan dan dicermati dalam setiap proses pembelajaran agar
tercapai tujuan pembelajaran yang di inginkan.5
Disiplin ilmu di bidang fiqih sangat mejemuk dan bervariasi.
Penyebutan kata fiqih sangat berdekatan dengan makna ibadah yang
merupakan amalan rutin yang mengisi kehidupan, seperti shalat, zakat, puasa
dan lainnya. Dalam satu persoalan saja, misalnya masalah shalat sudah tertera
penjelasannya secara rinci dalam perspektif fiqih. Para ulama’ pun sudah
menyiapkan dan menata secara lengkap. Bahkan saat ini, tema-tema dalam
5Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993),
h. 100.
18
fiqih secara instan dapat dipelajari langsung tanpa harus memerlukan guru.
Dewasa ini materi-materi fiqih sudah banyak dirancang dalam multimedia
pembelajaran (CD-Pembelajaran), media audio (MP3, kaset audio), media
audio-visual (video, film gerak). Kemajuan ini membuat pelajaran fiqih lebih
mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan dengan pelajaran lainnya.
Pembelajaran menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa.6
Salah satu ibadah yang mengandung nilai sosial kemasyarakatan dan
menuntut penekanan aspek afeksi dan praktik adalah perawatan jenazah.
Mengurus jenazah dalam Islam adalah ibadah yang hukumnya adalah fardhu
kifayah. Fardu kifayah dapat dipandang sebagai ibadah yang mengandung
nilai sosial tinggi karena unsur ketergantungan serta kebersamaan antar satu
muslim dengan muslim yang lainnya. Tata cara mengurus jenazah adalah
salah satu kompetensi dasar dalam pelajaran fiqih yang mempunyai keunikan
tersendiri. Hal itu di karenakan kompetensi ini memerlukan pemahaman yang
dapat diperdalam dengan praktik.7
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di SMK Negeri 2
Praya Tengah, dalam proses belajar mengajar di dalam kelas guru
menggunakan beberapa metode pembelajaran atau metode yang bervariasi
dalam proses belajar mengajar materi perawatan jenazah. Karena tata cara
mengurus jenazah adalah salah satu kompetensi dasar dalam pelajaran fiqih
yang mempunyai keunikan tersendiri. Hal itu di karenakan kompetensi ini
memerlukan pemahaman yang dapat diperdalam dengan praktik. Oleh karena
7Ibid.
19
itu, guru menerapkan metode bervariasi dalam pembelajaran dengan tujuan
agar siswa tidak hanya terpaku dengan teori saja namun juga tahu dan
mengerti bagaimana praktiknya.8
Hal ini yang membuat peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
mengenai “Metode Pembelajaran PAI Materi Perawatan Jenazah Kelas XI di
SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, yang berkaitan dengan Metode
Pembelajaran PAI Materi Perawatan Jenazah Kelas XI di SMK Negeri 2
Praya Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019, maka peneliti dapat merumuskan
masalah-masalah yang akan menjadi objek penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana metode mengajar guru PAI materi perawatan jenazah kelas
XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah tahun pelajaran 2018/2019?
2. Apakah hambatan dalam penerapan metode mengajar guru PAI materi
perawatan jenazah kelas XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah tahun
pelajaran 2018/2019?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan oleh individu maupun kelompok
secara terencana dan sistematis sudah pasti memiliki tujuan dan manfaat yang
jelas, sebab dengan tujuan penelitian yang dilakukan dapat memberikan
gambaran yang jelas terhadap arah dan target penelitian yang ingin dicapai.
8Mahsun, Wawancara, Praya, 18 Februari 2019.
20
Begitu juga dengan penelitian ini, peneliti memiliki tujuan dan manfaat yang
harus dicapai, yaitu:
1. Tujuan Penelitian
Dilihat dari latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui metode mengajar guru PAI dalam pembelajaran
PAI materi perawatan jenazah kelas XI di SMK Negeri 2 Praya
Tengah tahun pelajaran 2018/2019.
b. Untuk mengetahui hambatan dalam penerapan metode mengajar
guru PAI materi perawatan jenazah kelas XI di SMK Negeri 2 Praya
Tengah tahun pelajaran 2018/2019.
2. Manfaat Penelitian
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
1. Dapat menambah wawasan keilmuan, terutama yang terkait
dengan metode bervariasi yang dilakukan oleh pendidik dalam
proses pembelajaran.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat merangsang penelitian lain
untuk meneliti aspek-aspek lain yang belum terjangkau dalam
penelitian ini.
3. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan stimulus
(rangsangan) kepada peneliti berikutnya untuk lebih mendalam
21
tentang pelaksanaan proses pembelajaran dalam meningkatkan
hasil belajar peserta didik.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
tambahan bagi peneliti selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1. Guru
Meningkatkan motivasi dan kesadaran guru khususnya guru
pendidikan agama Islam sehingga selalu berupaya menciptakan
suasana belajar yang kondusif dengan penggunaan metode
bervariasi dalam proses belajar mengajar.
2. Sekolah
Menjadi feed back bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas
pengajaran.
3. Siswa
Menimbulkan motivasi belajar yang tinggi dan dapat secara
mandiri menambah penguasaan pengetahuan tentang
pembelajaran fiqih materi perawatan jenazah.
4. Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, dan juga sebagai
bekal dalam mempersiapkan diri sebagai guru pendidikan agama
Islam yang profesional, kreatif dan inovatif di masa yang akan
datang.
22
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup
Adapun batasan ruang lingkup dan sekaligus obyek dalam
penelitian ini adalah Metode Pembelajaran PAI Materi Perawatan
Jenazah Kelas XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019. Sebagaimana supaya penelitian ini bisa terarah, teratur dan
tidak keluar dari permasalahan yang ada, selain itu juga untuk
mempertimbangkan waktu, tenaga, materi maupun ilmu yang terbatas,
maka peneliti memberi batasan terhadap permasalahan yang akan diteliti,
yaitu:
a. Mendeskripsikan metode mengajar guru PAI materi perawatan
jenazah kelas XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah tahun pelajaran
2018/2019.
b. Mendeskripsikan hambatan dalam penerapan metode mengajar guru
PAI materi perawatan jenazah kelas XI di SMK Negeri 2 Praya
Tengah tahun pelajaran 2018/2019.
2. Setting Penelitian
Setting penelitian merupakan lokasi penelitian dimana peneliti
akan melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 2
Praya Tengah. Adapun alasan peneliti memilih SMK Negeri 2 Praya
Tengah sebagai lokasi penelitian karena dari hasil observasi yang
dilakukan, guru pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Praya Tengah
sudah menerapkan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran.
23
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih jauh
bagaimana Metode Pembelajaran PAI Materi Perawatan Jenazah Kelas
XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019.
E. Telaah Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggali dan memahami
beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk memperbanyak
referensi dan menambah wawasan terkait dengan judul skripsi. Sementara itu,
ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan
dengan penelitian yang peneliti kerjakan. Penelitian-penelitian itu antara lain
sebagai berikut:
1. Artikel karya Nurhayani dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Metode
Simulasi Dalam Pembelajaran Fiqih Ibadah Bagi Siswa Di MTS YMPI
Sei Tualang Raso Tanjung Balai”.
Jurnal ini menunjukkan bahwa penerapan metode simulasi bagi
siswa dalam pembelajaran fiqih ibadah di MTs YMPI Sei Tualang Raso
Tanjung Balai sangat efektif dan tepat digunakan dalam pencapaian
pembelajaran yang efisien dan sesuai dengan harapan. Efektifnya metode
simulasi digunakan tercermin pada hasil nilai ulangan harian siswa yang
mengalami peningkatan dari sebelumnya. Metode simulasi merupakan
salah satu metode pembelajaran yang menjadi idola bagi siswa MTs
YMPI ini juga dapat terlihat dari antusias siswa dalam pelaksanaan
simulasi yang di arahkan oleh guru fiqih. Siswa lebih cepat memahami
24
dan lebih nyaman dengan metode ini karena mereka menjadi aktif dan
menjadi lebih akrab satu dengan yang lainnya.9
2. Skripsi karya Iiswatun Hasanah mahasiswa jurusan Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri Mataram tahun 2017 yang berjudul
“Problematika Pembelajaran Fiqih Dalam Pencapaian Kompetensi
Dasar Siswa Kelas XI Di MA Raudlatul Muslimin NW Kayangan Tahun
Pelajaran 2016/2017 ”.
Skripsi ini menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi dasar pada
pembelajaran fiqih belum tercapai secara keseluruhan oleh siswa.
Problematika yang dihadapi dalam pembelajaran fiqih sehingga tidak
tercapainya kompetensi dasar adalah sumber atau bahan belajar yang
masih kurang, guru mata pelajaran fiqih tidak menggunakan metode yang
bervariasi, media yang masih minim, tingkat kecerdasan siswa yang
berbeda-beda, perhatian, minat serta motivasi yang masih kurang pada
siswa untuk belajar.10
3. Skripsi karya Bq. Sriratna Marlina mahasiswa jurusan Pendidikan Agama
Islam Institut Agama Islam Negeri Mataram tahun 2015 yang berjudul
“Penggunaan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Fiqih Materi Tentang Shalat Jenazah di Kelas VIII MTs
9Nurhayani, “Penerapan Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Fikih Ibadah Bagi Siswa
Di MTS YMPI Sei Tualang Raso Tanjung Balai”, Jurnal Ansiru, Volume 1, Nomor 1, 2017, h. 101.
10Iiswatun Hasanah, “Problematika Pembelajaran Fiqih Dalam Pencapaian Kompetensi Dasar Siswa Kelas XI Di MA Raudlatul Muslimin NW Kayangan Tahun Pelajaran 2016/2017”, (Skripsi, FTK UIN Mataram, Mataram, 2017), h. 14.
25
Riyadlul Anwar Kateng Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran
2014/2015”.
Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar merupakan suatu model yang
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran praktikum
tentang sholat dan pengurusan jenazah. Pembelajarannya
mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang
bermakna dan senantiasa berfikir tentang apa yang dapat dilakukannya
selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran ini melibatkan siswa
untuk selalu aktif melakukan sesuatu dan berpikir tentang sesuatu yang
sedang dilakukannya.11
Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Nurhayani lebih menekankan pada
metode simulasi bagi siswa dalam pembelajaran fiqih ibadah, dan
penelitian yang dilakukan oleh Iiswatun Hasanah lebih menekankan pada
problematika pembelajaran fiqih, kemudian penelitian yang dilakukan
oleh Bq. Sriratna Marlina lebih menekankan padapenggunaan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar.
Dengan demikian dapat peneliti simpulkan dari beberapa penelitian
di atas, penelitian yang dilakukan oleh Nurhayani memiliki persamaan
dengan judul yang akan di angkat mengenai metode mengajar guru.
11Bq. Sriratna Marlina, “Penggunaan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Fikih Materi Tentang Shalat Jenazah di Kelas VIII MTs Riyadlul Anwar Kateng Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015”, (Skripsi, FITK IAIN Mataram, Mataram, 2015), h. 88.
26
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Iiswatun Hasanah berbeda
karena bukan terkait dengan metode mengajar guru melainkan
problematika pembelajaran. Dan penelitian yang dilakukan oleh Bq.
Sriratna Marlina memiliki persamaan dengan judul yang di angkat
mengenai materi tentang sholat jenazah. Peneliti mengangkat
permasalahan tentang Metode Pembelajaran PAI Materi Perawatan
Jenazah Kelas XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019.
F. Kerangka Teori
1. Pembelajaran Fiqih
a. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berarti
proses, cara dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk
belajar.12 Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan
asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu
utama keberhasilan. Pembelajaran meruapakan suatu proses
komunikasi dua arah mengajar yang dilakukan oleh guru sebagai
pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta
didik.13 Pembelajaran juga diartikan sebagai suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam
12Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), h. 17. 13Saiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 61.
27
mencapai tujuan pembelajaran.14 Oleh karena itu, pembelajaran
merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran fiqih pada hakikatnya adalah proses
komunikasi yaitu proses penyampaian pesan pelajaran fiqih dari
sumber pesan atau guru melalui saluran atau media tertentu kepada
penerima pesan atau siswa. Adapun pesan yang akan
dikomunikasikan dalam mengetahui dan memahami pokok-pokok
hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan
hubungan manusia dengan Allah yang di atur dalam fiqih ibadah dan
hubungan manusia dengan manusia yang di atur dalam fiqih
mu’amalah.15
Salah satu materi Pendidikan Agama Islam adalah fiqih, yaitu
ilmu yang membahas tentang hukum-hukum syari’at yang
menyangkut praktek keagamaan (amaliyah), ubudiyah, mu’amalah,
siyasah, dan lain-lain. Kata fiqih secara arti kata berarti paham yang
mendalam.16 Sedangkan menurut bahasa fiqih berasal dari kata
“faqiha yafqahu-fiqhan” yang berarti mengerti atau paham. Paham
yang dimaksud adalah upaya aqliah dalam memahami ajaran-ajaran
Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ibnu Al-
Qayyim mengatakan fiqih lebih khusus daripada paham, yakni
14Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 57. 15Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005), h. 26. 16Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 4.
28
pemahaman mendalam terhadap berbagai isyarat Al-Qur’an secara
tekstual maupun kontekstual. Tentu saja secara lagika pemahaman
akan diperoleh apabila sumber ajaran yang dimaksudkan bersifat
tekstual, sedangkan pemahaman dapat dilakukan secara tekstual
maupun kontekstual. Hasil dari pemahaman terhadap teks-teks
ajaran Islam disusun secara sistematis agar mudah diamalkan.17 Oleh
karena itu, ilmu fiqih adalah ilmu yang mempelajari ajaran Islam
yang disebut dengan syari’at yang bersifat amaliah yang diperoleh
dari dalil-dalil yang sitematis.
b. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih
Adapun tujuan dari mata pelajaran fiqih yaitu:
1. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, dan
tata cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek
ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam
kehidupan pribadi dan sosial.
2. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam
menjalankan ajaran agama Islam baik hubungan dalam hubungan
manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama
manusia dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan
lingkungan.18
17Beni Ahmad Saebani Dan Januri, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.
13. 18Ahmad Alfan, Dkk, Fiqih Madrasah Aliyah Kelas XI, (Bandung: Kementrian Agama,
2013), h. 7.
29
Jadi tujuan ilmu fiqih adalah untuk mengetahui kaidah-kaidah, dan
tata cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah
maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan
pribadi dan sosial.
2. Metode Pembelajaran Fiqih
Metode pembelajaran fiqih merupakan faktor penting untuk
mencapai tujuan yang efektif, karena suatu materi pelajaran yang tidak
dibarengi dengan metode yang sesuai, maka materi tersebut sulit untuk
diterima oleh siswa. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran
fiqih diperlukan suatu pengetahuan tentang metodologi pendidikan agama,
dengan tujuan agar setiap guru agama dapat memperoleh pengertian dan
kemampuan mendidik yang dilengkapi dengan pengetahuan dan
kecakapan professional.19 Jadi dengan penggunaan metode yang tepat
menjadikan proses dan hasil belajar mengajar lebih berdaya guna dan
berhasil, guna menimbulkan kesadaran siswa untuk mengamalkan ajaran
Islam.
Mengingat begitu banyaknya metode pembelajaran, dalam
pembahasan ini penulis menyajikan beberapa metode yang sering
digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar dan di anggap dapat
mewakili dari seluruh metode pembelajaran yang ada. Adapun metode
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran fiqih adalah sebagai
berikut:
19Arti Susianti, “Studi Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih Di Mts. Al-Islahussibyan Dopang Kec. Gunungsari Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2012/2013”, (Skripsi, FITK IAIN Mataram, Mataram, 2013), h. 22.
30
A. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang bisa dikatakan metode
tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai
alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses
belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan
guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan
begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Cara mengajar dengan ceramah
dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara
mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau
informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah
secara lisan.20
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangannya
sebagai berikut:
a. Kelebihan Metode Ceramah
1. Guru mudah menguasai kelas.
2. Guru mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3. Dapat diikuti oleh jumlah yang besar.
4. Mudah untuk mempersiapkan dan melaksanakannya.
5. Guru mudah menerangkan pelajaran yang baik.
b. Kelemahan Metode Ceramah
1. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
20Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar..., h. 97.
31
2. Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang besar
menerimanya.
3. Bila selalu digunakan dan terlalu lama, menjadi membosankan.
4. Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
ceramahnya, ini sukar sekali.
5. Menyebabkan siswa menjadi pasif.21
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah metode
dengan cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan
atau penjelasan secara lisan yang langsung disampaikan kepada siswa.
B. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana seorang
guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang bahan
pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca
sambil memperhatikan proses berfikir diantara siswa itu sendiri. Guru
mengharapkan jawaban yang tepat dari siswa dan berdasarkan fakta
yang ada. Dalam tanya jawab pertanyaan ada kalanya dari siswa, dalam
hal ini guru atau siswa yang menjawab. Apabila siswa tidak bisa
menjawabnya baru guru yang memberikan jawaban.22
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi
dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini adalah yang tertua dan
21Ibid, h. 97-98. 22Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam.,(Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 451.
32
banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan
keluarga, masyarakat maupun sekolah.23
Metode tanya jawab ini memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan Metode Tanya Jawab
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat menerima
penjelasan lebih lanjut.
2. Guru dapat dengan cepat mengetahui kemajuan peserta didiknya
dari bahan atau materi yang telah diberikan.
3. Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan baik dari siswa dapat
mendorong guru untuk memahami lebih mendalam dan mencari
sumber-sumber lebih lanjut.24
4. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa,
sekalipun ketika siswa sedang ribut.
5. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya
pikir, termasuk daya ingat.
6. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam
menjawab dan mengemukakan pendapat.25
b. Kekurangan Metode Tanya Jawab
1. Siswa merasa takut apabila guru kurang dapat mendorong siswa
untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang,
melainkan akrab dan nyaman.
23Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar..., h. 94. 24Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama..., h. 457. 25Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar..., h. 95.
33
2. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berpikir dan mudah dipahami siswa.
3. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak
dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
4. Jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada siswa.26
C. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk
menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan
verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang
atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah
dicoba terlebih dahulu sebelum di demonstrasikan. Orang yang
mendemonstrasikan baik itu guru, siswa atau orang lain
mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang di
demonstrasikan.27 Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran
dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
atupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan
metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian
26Ibid. 27Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama..., h. 459
34
dengan baik dan sempurna. Siswa juga dapat mengamati dan
memperhatikan apa yang di perlihatkan selama pelajaran berlangsung.28
Metode demonstrasi memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagai
berikut:
a. Kelebihan Metode Demonstrasi
1. Dapat membuat proses pengajaran menjadi lebih jelas dan
konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara
kata-kata atau kalimat).
2. Siswa lebih mudah memahami apa yang di pelajari.
3. Proses pengajaran menjadi lebih menarik.
4. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan atau praktiknya, dan mencoba
melakukannya sendiri.29
b. Kekurangan Metode Demonstrasi
1. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena
tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan
tidak efektif.
2. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak
selalu tersedia dengan baik.
3. Metode demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan
yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup
28Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar..., h. 90. 29Ibid, h. 91.
35
panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu jam pelajaran
lain.30
D. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/penyampaian bahan
pelajaran, dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik/kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan
pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu
masalah.31 Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar
yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini
proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih
individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi,
memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang
pasif sebagai pendengar saja.32
Metode diskusi memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagai
berikut:
a. Kelebihan Metode Diskusi
1. Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan
prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
2. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
3. Memperluas wawasan siswa.
30Ibid. 31Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama..., h. 467. 32Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar..., h. 87.
36
4. Membina siswa untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah.33
b. Kekurangan Metode Diskusi
1. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan
waktu yang panjang.
2. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
3. Peserta mendapat informasi yang terbatas.
4. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau
ingin menonjolkan diri.34
E. Metode Pemberian Tugas
Yang dimaksud dengan pemberian tugas belajar ialah suatu cara
mengajar dimana seorang pendidik memberikan tugas-tugas tertentu
kepada peserta didik, sedangkan hasil tersebut di periksa oleh pendidik
dan peserta didik mempertanggung jawabkannya.35 Metode ini
diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara
waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu
kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang
ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk
mengatasinya. Tugas yang diberikan kepada siswa ada berbagai jenis.
Karena itu, tugas sangat banyak macamnya, tergantung pada tujuan
yang ingin dicapai. Seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan
33Ibid, h. 88 34Ibid. 35Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama..., h. 507.
37
(lisan/tulisan), tugas motorik (pekerjaan mototrik), tugas di
laboratorium, dan lain-lain.36
Metode pemberian tugas memiliki kelebihan dan kekurangan,
sebagai berikut:
a. Kelebihan Metode Pemberian Tugas
1. Siswa belajar membiasakan diri untuk mengambil inisiatif
sendiri dalam segala tugas yang diberikan.
2. Meringankan tugas guru yang diberikan.
3. Dapat menambah rasa tanggung jawab, karena hasil yang
dikerjakan dipertanggung jawabkan di hadapan guru.
4. Memupuk siswa agar dapat berdiri sendiri tanpa mengharapkan
bantuan orang lain.
5. Mendorong siswa agar berlomba-lomba untuk mencapai sukses.
6. Hasil pelajaran akan tahan lama karenapelajaran sesuai dengan
minat siswa.
7. Dapat memperdalam pengertian dan menambah keaktifan dan
kecakapan siswa.
8. Waktu yang dipergunakan tak terbatas sampai pada jam-jam
sekolah.37
9. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar
individual maupun kelompok.
36Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar..., h. 85. 37Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama..., h. 509.
38
10. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan
guru.
11. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.38
b. Kekurangan Metode Pemberian Tugas
1. Siswa sulit di kontrol, apakah benar dia yang mengerjakan tugas
ataukah orang lain.
2. Khusus untuk tugas kelompok tidak jarang yang aktif
mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja,
sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.
3. Tidak mudah memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi)
dapat menimbulkan kebosanan siswa.39
4. Terkadang siswa menyalin atau meniru pekerjaan temannya
sehingga pengalamannya sendiri tidak ada.
5. Terkadang pembahasannya kurang sempurna.
6. Bila tugas terlalu sering dilakukan akan menyebabkan siswa asal
mengerjakan saja karena mereka menganggap tugas-tugas
tersebut membosankan.40
F. Metode Proyek
Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran
yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari
berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara
38Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar..., h. 87. 39Ibid. 40Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama..., h. 509-510.
39
keseluruhan dan bermakna. Dalam penggunaannya metode proyek
memiliki kelebihan dan kekurangan:
a. Kelebihannya
1. Dapat memperluas pemikiran siswa yang berguna dalam
menghadapi masalah kehidupan.
2. Dapat membina siswa dengan kebiasaan menerapkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam kehidupan
sehari-hari secara terpadu.
3. Metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern
yang dalam pengajaran perlu diperhatikan:
a) Kemampuan individual siswa dan kerja sama dalam
kelompok.
b) Bahan pelajaran tidak terlepas dari kehidupan riil sehari-
hari yang penuh dengan masalah.
c) Pengembangan aktivitas, kreativitas dan pengalaman
siswa banyak dilakukan.
d) Agar teori dan praktik, sekolah dan kehidupan
masyarakat menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
b. Kekurangannya
1. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara
vertical maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan
metode ini.
40
2. Pemilihan topik unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan
siswa, cukup fasilitas dan sumber-sumber belajar yang
diperlukan, bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah.
3. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat
mengaburkan pokok unit yang dibahas.41
G. Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian
pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami
dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses
belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu
objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa
dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba
mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses
yang dialaminya itu.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:
a. Kelebihan Metode Eksperimen
1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya.
41Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar..., h. 83.
41
2. Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan
baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan
untuk kemakmuran umat manusia.
b. Kekurangan Metode Eksperimen
1. Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan
teknologi.
2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan
yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.
3. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang
diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang
berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.42
H. Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama
artinya, dan dalam pemakaiannya sering di silih gantikan.
Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial.
Metode sosiodrama memiliki kelebihan dan kelemahan,
antara lain:
42Ibid, h. 84.
42
a. Kelebihan Metode Sosiodrama
1. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan
mengingat isi bahan yang akan di dramakan.
2. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada
waktu main drama para pemain dituntut untuk
mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang
tersedia.
3. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga di
mungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari
sekolah.
4. Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina
dengan sebaik-baiknya.
5. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi
tanggung jawab dengan sesamanya.
6. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik
agar mudah dipahami orang lain.
b. Kelemahan Metode Sosiodrama
1. Sebagian anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi
kurang kreatif.
2. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka
pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan
pertunjukan.
43
3. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain
sempit menjadi kurang bebas.
4. Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para
penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan
sebagainya.43
I. Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan
hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu
metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.
Metode problem solving memiliki kelebihan dan kekurangan,
sebagai berikut:
a. Kelebihan Metode Problem Solving
1. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi
lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia
kerja.
2. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan bekerja kelak,
43Ibid, h. 88.
44
suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan
manusia.
3. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir
siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses
belajarnya siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti
permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari
pemecahan.
b. Kekurangan Metode Problem Solving
1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya
serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa,
sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini
sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering
terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak
berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok,
yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar,
merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.44
44Ibid, h. 91.
45
J. Metode Karyawisata
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu
diajak ke luar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek
yang lain. Hal ini bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau
memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena
itu, dikatakan teknik karyawisata adalah cara mengajar yang
dilaksanakan dengan mengajar siswa ke suatu tempat atau objek
tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu
seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada,
suatu peternakan atau perkebunan, museum, dan sebagainya.
Banyak istilah yang digunakan tetapi maksudnya sama dengan
karyawisata, seperti widyawisata, study-tour, dan ada pula dalam
waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karyawisata mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan, sebagai berikut:
a. Kelebihan Metode Karyawisata
1. Karyawisata memiliki prinsip pengajaran modern yang
memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2. Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan
kenyataan dan kebutuhan di masyarakat.
3. Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas
siswa.
4. Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
46
b. Kekurangan Metode Karyawisata
1. Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit
untuk disediakan oleh siswa atau sekolah.
2. Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang
matang.
3. Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi lain
agar terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama
karyawisata.
4. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi lebih
prioritas daripada tujuan utama, sedang unsur studinya
menjadi terabaikan.
5. Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan
mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi
permasalahan.45
3. Materi Perawatan Jenazah
Dalam kamus al-Munawwir, kata jenazah diartikan sebagai
seseorang yang telah meninggal dunia dan diletakkan dalam usungan.
Kata ini bersinonim dengan al-mayyit atau mayat. Karenanya, Ibn Al-
Farris memakai kematian (al-mawt) sebagai peristiwa berpisahnya nyawa
(ruh) dari badan (jasad).
45Ibid, h. 93.
47
A. Memandikan Jenazah
Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur
ulama adalah fardhu kifayah. Artinya kewajiban itu dibebankan
kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan
oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
1) Orang yang utama memandikan jenazah adalah:
a. Untuk mayat laki-laki, orang yang utama memandikan dan
mengkafani mayat laki-laki adalah orang yang
diwasiatkannya, dan apabila tidak ada yang diwasiatkan,
alangkah lebih baiknya kalau yang memandikan juga laki-
laki.
b. Untuk mayat perempuan, orang yang utama memandikan
mayat perempuan adalah ibunya, neneknya, serta suaminya.
2) Syarat bagi orang yang memandikan jenazah adalah:
a. Muslim, berakal, dan baligh
b. Berniat memandikan jenazah
c. Jujur dan sholeh
d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan
jenazah.
3) Mayat yang wajib untuk dimandikan:
a. Mayat seorang muslim atau bukan kafir
b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan
sudah meninggal tidak dimandikan
48
c. Ada sebagian tubuh mayat yang dapat dimandikan
d. Bukan mayat yang mati syahid.46
4) Tata cara memandikan jenazah
a. Di tempat tertutup agar yang melihat hanya orang-orang yang
memandikan dan yang mengurusnya saja
b. Mayat diletakkan di tempat yang tinggi seperti dipan
c. Dipakaian kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak
terbuka
d. Mayat di dudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lantas
disapu perutnya sambil ditekan pelan-pelan agar semua
kotorannya keluar. Setelah itu, dibersihkan dengan tangan
kiri, dan yang memandikannya dianjurkan mengenakan
sarung tangan. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian
agar tidak terganggu bau kotoran si mayat
e. Setelah itu hendaklah mengganti sarung tangan untuk
membersihkan mulut dan gigi si mayat
f. Membersihkan semua kotoran dan najis
g. Mewudukan, setelah itu membasuh seluruh badannya
h. Disunahkan membasuh tiga sampai lima kali.47
B. Mengkafani Jenazah
Setelah selesai dimandikan, jenazah selanjutnya dikafani.48
Maksud dari mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus
46Nurul Arsyika, “Peningkatan Hasil Belajar..., h. 25. 47Muhtadi Dan Mustakim, Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Kelas XI, (Jakarta:
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2017), h. 37.
49
jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya
sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan buka mati
syahid adalah fardhu kifayah.49
Pembelian kain kafan diambilkan dari uang si mayat sendiri.
Apabila tidak ada, orang yang selama ini menghidupinya yang
membelikan kain kafan. Jika ia tidak mampu, boleh diambilkan dari
uang kas masjid, atau kas RT/RW, atau yang lainnya secara sah.
Apabila tidak ada sama sekali, wajib atas orang muslim yang mampu
untuk membiayainya.50
1) Tata cara mengkafani mayat laki-laki
a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling
bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur
barus.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan
letakkan di atas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-
wangian.
c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan
dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas,
kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan
seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
48Ibid, h. 38. 49Nurul Arsyika, “Peningkatan Hasil Belajar..., h. 26. 50Muhtadi Dan Mustakim, Pendidikan Agama Islam..., h. 38.
50
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah
kain kafan tiga atau lima ikatan.
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan
mayat maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya
yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau
kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar
menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang
ada.
2) Untuk mayat perempuan
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lembar
kain putih yang terdiri dari:
a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga
kaki.
e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:
a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk
masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian angkatlah
jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di
atas kain kafan sejajar serta taburi dengan wangi-wangian atau
dengan kapur barus.
51
b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas.
c. Tutuplah kain pembungkus pada kedua pahanya.
d. Pakaiakan sarung.
e. Pakaian baju kurung.
f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan ke
belakang.
g. Pakaikan kerudung.
h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara
menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan
kedalam.
i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.
3) Hal-hal yang disunahkan dalam mengkafani jenazah:
a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang
bagus, bersih dan menutupi seluruh tubuh mayat.
b. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
c. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis,
sedangkan bagi mayat perempuan sebanyak 5 lapis.
d. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau
mengkafani jenazah, kain kafan hendaknya diberikan wangi-
wangian terlebih dahulu.
e. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.51
51Nurul Arsyika, “Peningkatan Hasil Belajar..., h. 26-28.
52
C. Menshalatkan Jenazah
Orang yang meninggal dunia dalam keadaan Islam berhak
untuk di shalatkan. Sabda Rasulullah Saw. “Shalatkanlah orang-
orang yang telah mati.” (H.R. Ibnu Majah). Shalatkanlah olehmu
orang-orang yang mengucapkan “Lailaaha Illallah.” (H.R.
Daruqutni). Dengan demikian, jelaslah bahwa orang yang berhak di
shalati ialah orang yang meninggal dunia dalam keadaan beriman
kepada Allah Swt. Adapun orang yang murtad dilarang untuk
dishalati.
Untuk bisa dishalati, keadaan mayat haruslah:
1. Suci. Baik badan, tempat, maupun kafan.
2. Sudah dimandikan dan dikafani.
3. Jenazah sudah berada di depan orang yang menyalatkan atau
sebelah kiblat.52
Tata cara pelaksanaan shalat jenazah adalah sebagai berikut:
1. Niat. Niat wajib digetarkan dalam hati. Apabila dilafalkan secara
lisan akan berbunyi:
Untuk jenazah laki-laki:
ا الـميت فر ى ه ي ع ضا ه تعالىأص
Untuk jenazah perempuan:
ا الـميتة فر ضا ه تعالى ى ه ي ع أص
2. Takbir dan dilanjutkan dengan membaca Surat al-Fatihah.
52Muhtadi Dan Mustakim, Pendidikan Agama Islam..., h. 38-39.
53
3. Takbir lagi dan diteruskan dengan membaca shalawat Nabi:
ى سيدنا م صل ع ى آال ع محمد، سيدنا محمد
4. Usai membaca shalawat, takbir lagi dan membaca doa untuk
jenazah yang sedang dishalati:
Untuk jenazah laki-laki:
اع ف عافه ه حم ا فر له م اغ عال ن ه
Untuk jenazah perempuan:
ا عاف اع ف ع ا حم ا ا م اغ فر ل اال
5. Takbir yang keempat kalinya, lalu membaca:
Untuk jenazah laki-laki:
ا بعد اتف ت ر ا أج م اتحرم ال
Untuk jenazah perempuan:
ا اتف ت رها ا أج م اتحرم بعدهاال
6. Mengucapkan salam secara sempurna:
بركاته .53 مة ه ح م ي السا ع
D. Menguburkan Jenazah
Adapun tata cara menguburkan jenazah adalah:
a. Masukkanlah mayat dari arah kakinya, jika tidak ada kesulitan.
b. Bagi mayat perempuan, ketika menguburkan disunnahkan ditirai
dengan kain.
53https://islam.nu.or.id/post/read/71866/tata-cara-melaksanakan-shalat-jenazah. Diakses:
03/11/2019.
54
c. Bagi mayat perempuan yang memasukkannya ke dalam kuburan
hendaklah mahramnya.
d. Letakkan mayat di lahat dalam posisi miring ke kanan dan
mukanya menghadap ke kiblat. Rapatkan ke dinding kuburan
supaya tidak bergeser dan berikan bantalan di bagian belakang
dengan gumpalan tanah agar tidak terbalik ke belakang.
e. Letakkan mayat di dalam kuburan dengan membaca do’a
صل س ة ى س ع م ه م بس س ي ه ه ع
Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah.
f. Lepaskan ikatan kain kafan di bagian kepala dan kaki mayat.
g. Setelah selesai meletakkan mayat di dalam kubur, terlebih dahulu
mayat di tutup dengan kabin (kepingan-kepingan tanah, papan)
barulah di timbun dengan tanah.
h. Di sunnahkan sebelum menimbun kuburan meletakkan tiga
genggam tanah pada bagian kepala, pinggang, dan kaki.54
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.55
Pendekatan kualitatif ini peneliti pilih agar dapat memperoleh
keterangan-keterangan yang luas dan mendalam mengenai Metode
54Nurul Arsyika, “Peningkatan Hasil Belajar..., h. 29. 55Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D, (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 9.
55
Pembelajaran PAI Materi Perawatan Jenazah kelas XI di SMK Negeri 2
Praya Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.56
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengumpulkan
informasi dalam bentuk kata-kata atau keterangan-keterangan yang tidak
memerlukan perhitungan atau analisis statistik. Pendekatan penelitian ini
merupakan strategi penulis untuk memperoleh data yang valid sesuai
dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian.
Pendekatan penelitian kualitatif penulis gunakan karena dalam
penelitian ini sasaran atau objek penelitian dibatasi agar data-data yang di
cari dapat diambil sebanyak mungkin. Penelitian langsung dilakukan di
lapangan, rumusan masalah juga ditemukan di lapangan.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrument
sekaligus sebagai pengumpul data sehingga keberadaannya di lokasi
penelitian mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti di lokasi penelitian
56Ibid.
56
perlu digambarkan secara eksplisit dalam laporan penelitian. Perlu juga
dijelaskan kehadiran peneliti dimulai dari pengurusan surat izin
penelitian di sekolah, kemudian melakukan observasi terkait sejarah
sekolah, sarana prasarana, visi dan misi, struktur organisasi, dan keadaan
guru dan siswa di SMK Negeri 2 Praya Tengah. Kemudian lanjut
melakukan observasi proses pembelajaran di dalam kelas. Mewawancarai
guru PAI dan siswa kelas XI mengenai metode mengajar guru PAI materi
perawatan jenazah kelas XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun
Pelajaran 2018/2019.
3. Sumber Data
Sumber data atau informasi maksudnya adalah darimana data atau
informasi itu diperoleh.57 Semua data-data tersebut peneliti kumpulkan
dengan tujuan karena peneliti memiliki seperangkat penelitian untuk
memecahkan sejumlah masalah penelitian.
Dalam penelitian ini ada beberapa informasi yang menjadi sumber
penelitian di antaranya sebagai berikut:
a. Kepala sekolah SMK Negeri 2 Praya Tengah
b. Guru Pendidikan Agama Islam
c. Siswa kelas XI SMK Negeri 2 Praya Tengah
Sumber data dalam penelitian ini berposisi sebagai informan untuk
memperoleh data dan informasi dari lokasi penelitian. Peneliti
menggunakan wawancara dalam pengumpulan data, maka sumber data
57Suahrsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), h. 172.
57
tersebut informan yaitu orang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu
penelitian. Untuk memperoleh data maka peneliti menggunakan beberapa
metode dalam pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan data
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.58
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa observasi
adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang
peneliti melalui proses pengamatan, pencatatan, dan pemusatan
perhatian dengan gejala yang ada objek penelitian, dan hasilnya
disusun secara sistematis baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh peneliti.
Adapun alasan peneliti memilih observasi sebagai salah satu
teknik pengumpulan data adalah:
1. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang
atau tidak diamati oleh orang lain, khusunya guru pendidikan
58Sugiono, Metodologi Penelitian..., h. 145.
58
agama islam dan siswa-siswi kelas XI di SMK Negeri 2 Praya
Tengah.
2. Dengan observasi, peneliti mampu memahami data dalam
keseluruhan situasi sekolah, jadi akan dapat diperoleh
pandangan yang holistik atau menyeluruh.
3. Melalui pengamatan langsung di lapangan, peneliti tidak hanya
mengumpulkan data, tetapi juga memperoleh kesan-kesan
pribadi, dan merasakan suasana sekolah.
Melalui metode observasi, peneliti bisa mengamati metode
mengajar guru dan hambatan dalam penerapan metode mengajar
guru di SMK Negeri 2 Praya Tengah.
b. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara merupakan suatu metode atau cara yang
digunakan untuk mendapatkan jawaban dari informan dengan cara
tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara
ini informan tidak diberi kesempatan sama sekali untuk
mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya dilakukan oleh subjek
evaluasi.59
Sedangkan pengertian wawancara menurut Johnson dan
Johnson mengatakan bahwa wawancara adalah suatu inetraksi
pribadi antara pewawancara dengan yang di wawancarai di mana
pertanyaan verbal diajukan kepada mereka.
59Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013), h. 44.
59
Dari kedua pendapat di atas dapat dipahami bahwa
wawancara adalah pengumpulan data dengan cara berkomunikasi
antara dua orang atau lebih dengan cara tanya jawab anatara
responden dengan sumber data, akan tetapi disini yang hanya
mengajukan pertanyaan adalah pewawancara dan responden tidak
diperkenankan untuk mengajukan pertanyaan.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face)
maupun dengan menggunakan telepon.
1. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu
peneliti telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dan alternatif
jawabannya pun telah disiapkan.
2. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang bebas
di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.60
60Sugiono, Metode Penelitian..., h. 140.
60
Pada penelitian ini akan digunakan teknik wawancara
terstruktur, di mana sebelum melakukan wawancara peneliti
telah menyiapkan berbagai hal yang ditanyakan sehingga hal-hal
yang ingin diketahui lebih terfokus.
Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data-data
tentang metode mengajar guru dan apa saja hambatan dalam
penerapan metode mengajar guru PAI.
c. Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan kejadian yang sudah lampau
yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, dan karya
bentuk.Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi
dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen atau data-data yang
ditemukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens
sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan
pembuktian suatu kejadian. Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti
dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber,
tetapi mereka memperoleh informan dari macam-macam sumber
tertulis atau dari dokumen yang ada.61
Dalam penelitian ini peneliti melakukan dokumentasi
dalam bentuk gambar/foto-foto hasil penelitian. Tidak hanya itu,
dokumentasi ini juga digunakan untuk mengambil data guru PAI
61Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 148-149.
61
tentang metode mengajar guru PAI dan gambaran umum SMK
Negeri 2 Praya Tengah.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti di lapangan, maka proses selanjutnya adalah menganalisis data-
data tersebut. Hal ini dilakukan agar data-data yang sudah dikumpulkan
tersusun dengan rapi dan sistematis sesuai yang di perlukan dan jika ada
kekurangan dalam pengumpulan data maka bisa terjun kembali ke
lapangan untuk melengkapi hasil penelitian.
Dalam hal analisis data kualitatif, Bodgan dalam Sugiyono
menyatakan bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.62 Adapun langkah-langkah menganalisis data secara umum yaitu
sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Reduksi data
merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan
leluasaan kedalaman yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru,
62Sugiono, Metode Penelitian..., h. 244.
62
dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman
atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi ini, maka
wawancara peneliti berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data
yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang
signifikan.63
b. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antara
kategori flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang
bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.64
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Hiberman dalam Sugiyono adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
berbah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.65
63Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 88. 64Ibid, h. 95. 65Ibid, h. 99
63
6. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data dapat dilakukan dengan jalan
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi,
pengecekan sejawat, kecukupan referensial, analisis kasus negatif,
member check, uraian rinci, dan auditing.66 Keabsahan data bertujuan
untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan
yang sesungguhnya dalam kenyataan. Untuk memperoleh data mengenai
metode pembelajaran PAI materi perawatan jenazah kelas XI di SMK
Negeri 2 Praya Tengah yang valid dan obyektif serta dapat dijamin
keabsahannya, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu
singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti akan
memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan peneliti di lapangan
akan banyak menemukan fenomena atau peristiwa yang dilihat secara
langsung sehingga persepsi dan informasi tentang lokasi dan subyek
penelitian lebih utuh. Dalam perpanjangan pengamatan untuk
menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada
pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh
itu setelah di cek kembali ke lapangan benar adanya atau tidak,
berubah atau tidak. Bila setelah di cek kembali ke lapangan, data
66Ibid, h. 120.
64
sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan keikutsertaan
pengamatan dapat diakhiri.67
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dalam penelitian ini bermaksud untuk
menemukan ciri-ciri yang sangat relevan dengan persoalan atau isi
yang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci. Meningkatkan ketekunan pengamatan berarti pengamatan
dilakukan dengan cara lebih cermat dan berkesinambungan sebagai
bekal untuk meningkatkan ketekunan. Ketekunan adalah cara
membaca berbagai referensi maupun hasil penelitian atau dokumen-
dokumen terkait dengan temuan yang diteliti.68
c. Triangulasi
Moleong mendefinisikan bahwa triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding
terhadap data itu, sehingga dapat memperoleh data yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun tujuannya dalam
penelitian adalah untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh dari
sumber lain.69
Menzim dalam Moleong membedakan empat macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
67Ibid, h. 123 68Ibid, h. 124. 69Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015),
h. 121.
65
metode, penyidik, dan teori. Teknik triangulasi yang digunakan oleh
peneliti untuk memeriksa keabsahan data adalah triangulasi sumber
data dan metode.
a) Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data ini berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif.70 Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, membandingkan dengan apa yang dikatakan secara
pribadi, dan dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakan setiap waktu.
b) Triangulasi Metode
Triangulasi metode menurut Patton dalam Moleong
terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan, dan
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber metode data
yang sama.71 Teknik triangulasi jenis ini adalah dengan jalan
memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Cara lain ialah
membandingkan hasil pekerjaan seseorang analisis dengan
analisis lainnya.
70Ibid, h. 131. 71Ibid, h. 331.
66
d. Analisis Kasus Negatif
Kasus negative adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda
dengan hasil penelitian pada saat tertentu.72
e. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan member check dapat
dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah
mendapat suatu temuan, dan atau kesimpulan.73
H. Sistematika
Berdasarkan ketentuan yang berlaku atau lazimnya, yang dipergunakan
dalam menyusun karya ilmiah ialah sistematika penulisan. Susunan
sistematika penulisan skripsi ini ialah sebagai berikut:
1. Bagian awal, yang terdiri dari halaman sampul, judul.
2. Bagian utama meliputi:
Bab I : Pendahuluan, berisikan konteks penelitian, fokus kajian, tujuan
dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian,
telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
Bab II : Paparan dan temuan, berisikan gambaran umum SMK Negeri 2
Praya Tengah dan Pembelajaran Materi Perawatan Jenazah kelas
72Sugiyono, Memahami Penelitian..., h. 128. 73Ibid, h. 129-130.
67
XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019
(Kajian Terhadap Metode Mengajar Guru)
Bab III : Pembahasan, berisi Pembelajaran Materi Perawatan Jenazah
kelas XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019 (Kajian Terhadap Metode Mengajar Guru).
Bab VI : Penutup, berisikan kesimpulan dan saran-saran.
3. Bagian akhir berisikan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
68
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Praya
Tengah
1. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 2 Praya Tengah
SMK Negeri 2 Praya Tengah mulai beroperasi pada tahun 2004
berdasarkan Surat keputusan Bupati Lombok Tengah Nomor : 322
Tanggal 22 Juli Tahun 2004, merupakan SMK alih fungsi dari SMP
Negeri 1 Praya Tengah (SMP PPK/Penyelenggara Program Keterampilan).
Karena sekolah ini merupakan sekolah alih fungsi sehingga sarana dan
prasarana minimal sudah ada meskipun kondisi sudah banyak yang rusak
karena umur sekolah SMP 1 Praya Tengah ini sudah cukup tua yaitu
berdiri tahun 1981.
Sejak awal berdiri pada tahun 2004, SMK Negeri 2 Praya Tengah
hanya memiliki beberapa jurusan seperti jurusan Konstruksi Kayu (KK),
Teknik Audio Video (TAV), Teknik Gambar Bangunan (TGB), Rekayasa
Perangkat Lunak (RPL) dan Otomotif. Namun seiring perkembangannya,
jurusan yang ada saat ini sudah sebanyak 11 jurusan, yaitu:
1. Bisnis Konstruksi dan Properti
2. Desain Permodelan dan Informasi Bangunan
3. Teknik Instalasi Listrik
4. Teknik Pengelasan
5. Teknik Kendaraan Ringan Otomotif
69
6. Teknik Bisnis Sepeda Motor
7. Teknik Audio Video
8. Rekayasa Perangkat Lunak
9. Multimedia
10. Usaha Perjalanan Wisata
11. Perhotelan
Sejak berdirinya SMK Negeri 2 Praya Tengah sampai dengan
sekarang sudah 4 (empat) orang Kepala Sekolah yang memimpin lembaga
ini, yaitu:
1. Wakidi, S.Pd. periode 22 Juli 2004 s.d 31 Juli 2010;
2. Triyono Urip Raharjo, S.Pd. M.Ed. periode 31 Juli 2010 s.d 12
November 2012;
3. H. M. Sukalam, S.Pd. periode 12 November 2012 s.d 31 Januari 2013;
dan
4. Akhirman Bakri, SP., M.MPd. periode 31 Januari 2013 sampai
sekarang.74
SMK Negeri 2 Praya Tengah telah banyak mengalami perubahan
dan perkembangan mulai dari penambahan jurusan, pembangunan atau
pun penambahan ruang kelas dan sarana prasarana serta peningkatan
kualitas guru untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar.
74Dokumentasi, Buku Profil SMK Negeri 2 Praya Tengah, 05 September 2019.
70
2. Letak Geografis SMK Negeri 2 Praya Tengah
SMK Negeri 2 Praya Tengah terletak di Kecamatan Praya Tengah
yang merupakan pemekaran dari kecamatan Praya, tepatnya di Jalan
Pejanggik No. 09 Praya, 1 km dari kota Praya ( Kota Kabupaten Lombok
Tengah ).
Batas-batas SMK Negeri 2 Praya Tengah:
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Perumnas Praya
b. Sebelah Barat berbatasan dengan SMK Negeri 1 Praya Tengah
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan raya Pejanggik dan SMK
Negeri 1 Praya
d. Sebelah Utara berbatasan dengan persawahan/rumah penduduk.75
B. Metode Mengajar Guru PAI Materi Perawatan Jenazah Kelas XI di
SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan bapak
Mahsun selaku guru pengampu pendidikan agama Islam kelas XI di SMK
Negeri 2 Praya Tengah, dimana dalam proses belajar mengajar di dalam kelas
guru melaksanakan beberapa tahap atau langkah yaitu tahap pendahuluan,
tahap inti dan tahan penutup.76
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di SMK Negeri 2 Praya
Tengah, guru dalam menyampaikan materi pelajaran mengacu pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus. Dalam pelaksanaan
pembelajaran guru juga memakai beberapa metode seperti metode ceramah,
75Observasi, Situasi dan Kondisi SMK Negeri 2 Praya Tengah, Selasa, 03 September 2019.
76Mahsun, Wawancara, Praya, 10 September 2019.
71
metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode diskusi, dan metode
pemberian tugas.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan, dalam
pelaksanaan pembelajaran guru melakukan beberapa tahap atau langkah,
sebagaimana yang di kemukakan oleh guru meliputi:
1. Tahap Pendahuluan
Pada langkah awal dalam pertemuan proses belajar mengajar guru
membuka proses pembelajaran dengan memberi salam dan berdo’a, guru
mengecek kesiapan kelas (absensi, tempat duduk, dan kebersihan kelas),
kemudian guru melakukan appersepsi, dan melaksanakan tes awal untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dan yang akan
disampaikan.Selanjutnya guru menyampaikan materi tentang perawatan
jenazah.77
2. Tahap Inti
Pada pertemuan pertama guru menyampaikan materi tentang
memandikan jenazah. Dalam hal ini guru menggunakan metode ceramah
dan metode diskusi, lalu guru menuliskan materi-materi yang akan di
bahas di papan tulis dan kemudian menjelaskan tentang syarat-syarat
wajib memandikan jenazah, yang berhak memandikan jenazah, dan tata
cara memandikan jenazah.
Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas atau
yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Setelah itu
77Observasi, Proses Belajar Mengajar, 12 September 2019.
72
guru membagi siswa menjadi enam kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan lima orang. Lalu guru memerintahkan masing-masing
kelompok untuk mendiskusikan ayat al-Qur’an dan hadist yang
menerangkan pelaksanaan tata cara memandikan jenazah. Setelah siswa
selesai berdiskusi, guru menyuruh siswa untuk menyimpulkan hasil yang
di dapat dari diskusi tentang pelaksanaan tata cara memandikan jenazah
dengan cara guru menyuruh salah satu perwakilan dari kelompok untuk
maju ke depan kelas dan membacakan hasil diskusi kelompoknya.
Kemudian setelah pelaksanaan diskusi selesai, di akhir pembelajaran guru
dan siswa sama-sama menyimpulkan tentang materi memandikan jenazah.
Adapun metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran
materi memandikan jenazah yaitu metode ceramah dan diskusi. Dalam
penggunaan metode ceramah, ketika guru menjelaskan materi guru
terkadang menyelipkan candaan yang membuat siswa tertawa dengan
maksud agar siswa tetap fokus dan tidak bosan ketika mendengar
penjelasan guru, dan memang terlihat setelah itu suasana kelas menjadi
lebih hidup dan terlihat siswa menjadi lebih fokus mendengarkan
penjelasan dari guru. Metode ceramah peneliti anggap efektif karena
tentunya guru harus menggunakan metode ceramah untuk memudahkan
siswa memahami materi yang disampaikan. Karena metode ceramah
merupakan salah satu bentuk metode yang bersifat verbal/lisan.
Kemudian metode yang selanjutnya digunakan adalah metode
diskusi. Ketika metode ini digunakan, terlihat siswa antusias dan lebih
73
aktif, mereka semua berperan dalam mendiskusikan materi dan mencari
ayat al-Qur’an dan hadist yang menerangkan pelaksanaan tata cara
memandikan jenazah. Metode ini peneliti anggap efektif karena di dalam
diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, di mana interaksi antara siswa
dengan siswa lainnya terjalin, salin tukar menukar informasi, memecahkan
masalah bersama, dan terlebih lagi semuanya aktif, tidak ada yang pasif
hanya sebagai pendengar saja.78
Pada pertemuan kedua guru menyampaikan materi tentang
mengkafani jenazah. Dalam hal ini guru menggunakan metode ceramah,
tanya jawab dan metode diskusi, lalu menuliskan materi-materi yang akan
di bahas di papan tulis dan kemudian menjelaskan tentang pengertian
mengkafani jenazah, tata cara mengkafani jenazah, dan hal-hal yang di
sunnahkan dalam mengkafani jenazah.
Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas atau
yang belum dipahami, lalu salah satu siswa atas nama Abdul Habib
mengangkat tangan dan bertanya masalah apabila keluarga jenazah tidak
mampu untuk membeli kain kafan lalu siapakah yang bertanggung jawab
untuk membelikannya. Kemudian terlebih dahulu guru bertanya kepada
siswa siapa yang bias menjawab pertanyaan temannya itu, namun tidak
ada siswa yang mengangkat tangan. Kemudian guru menjawab pertanyaan
Abdul Habib dengan jawaban pembelian kain kafan untuk jenazah diambil
78Observasi, Proses Belajar Mengajar, 12 September 2019.
74
dari uang si mayat, apabila tidak ada maka orang yang selama ini
menghidupinya atau keluarganya, jika keluarganya tidak mampu, maka
boleh di ambilkan dari uang kas masjid atau musholla di lingkungan
tempat tinggalnya, atau kas RT/RW. Dan apabila tidak ada sama sekali,
maka wajib atas setiap muslim yang mampu untuk membelikannya. Lalu
kemudian guru bertanya kepada siswa yang bertanya apakah sudah
mengerti atau tidak, lalu siswa itu mengangguk dan menjawab sudah
mengerti.
Setelah itu guru membagi siswa menjadi enam kelompok, masing-
masing kelompok beranggotakan lima orang. Lalu guru memerintahkan
masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tata cara mengkafani
jenazah. Setelah siswa selesai berdiskusi, guru menyuruh siswa untuk
menyimpulkan hasil yang di dapat dari diskusi tentang pelaksanaan tata
cara mengkafani jenazah dengan cara guru menyuruh salah satu
perwakilan dari kelompok untuk maju ke depan kelas dan membacakan
hasil diskusi kelompoknya tapi dengan perwakilan yang berbeda, siswa
yang sudah maju untuk mewakili kelompoknya di pertemuan sebelumnya
tidak boleh maju lagi, dan digantikan dengan siswa yang lain. Kemudian
setelah pelaksanaan diskusi selesai, di akhir pembelajaran guru dan siswa
sama-sama menyimpulkan tentang materi mengkafani jenazah.
Adapun metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran
materi memandikan jenazah yaitu metode ceramah, tanya jawab dan
diskusi. Dalam penggunaan metode ceramah ini, ketika guru menjelaskan
75
materi ada salah satu siswa yang mengantuk dan di pergoki oleh guru
sedang tidur di belakang, lalu guru membangunkan siswa tersebut dan
menyuruhnya untuk keluar dan berwudhu, kemudian siswa itu keluar dan
ketika dia kembali ke kelas guru lalu menanyakan apakah sudah berwudhu
atau tidak dan apakah masih mengantuk atau tidak, lalu siswa itu
menjawab sudah tidak mengantuk lagi. Metode ceramah peneliti anggap
efektif karena tentunya guru harus menggunakan metode ceramah untuk
memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan. Karena metode
ceramah merupakan salah satu bentuk metode yang bersifat verbal/lisan.
Kemudian metode yang digunakan adalah metode tanya jawab.
Dalam penggunaan metode tanya jawab ini, ketika guru sudah selesai
menjelaskan, lalu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas atau dipahami terkait materi yang
sudah di jelaskan. Dan memang masih ada siswa yang belum mengerti
sepenuhnya dengan penjelasan guru, kemudian guru menjawab pertanyaan
dari siswa sampai siswa tersebut mengerti. Metode ini peneliti anggap
efektif karena dengan penerapan metode tanya jawab ini bisa memudahkan
guru untuk mengetahui siswanya yang belum mengerti tentang materi
yang diajarkan, begitu pula sebaliknya siswa bisa dengan leluasa bertanya
ketika masih ada materi yang belum jelas atau di mengerti karena guru
sudah mempersilahkan mereka untuk bertanya.
Kemudian metode yang selanjutnya digunakan adalah metode
diskusi. Ketika metode ini digunakan, terlihat siswa antusias dan lebih
76
aktif, mereka semua berperan dalam mendiskusikan materi tata cara
mengkafani jenazah. Metode ini peneliti anggap efektif karena di dalam
diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, di mana interaksi antara siswa
dengan siswa lainnya terjalin, salin tukar menukar informasi, memecahkan
masalah bersama, dan terlebih lagi semuanya aktif, tidak ada yang pasif
hanya sebagai pendengar saja.79
Pada pertemuan ketiga guru menyampaikan materi tentang
menshalati jenazah. Dalam hal ini guru menggunakan metode ceramah dan
metode demonstrasi, lalu menuliskan materi-materi yang akan dibahas di
papan tulis dan kemudian menjelaskan tentang pengertian shalat jenazah,
rukun dan syarat shalat jenazah, sunnat shalat jenazah, dan tata cara shalat
jenazah.
Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas atau
yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Setelah itu
guru menyuruh siswa untuk mencari bacaan shalat jenazah. Lalu kemudian
guru menyuruh siswa secara berpasangan dengan teman sebangkunya
menghafal bacaan shalat jenazah. Selanjutnya guru menggunakan metode
demonstrasi untuk memperaktikkan tata cara shalat jenazah. Sebelum
praktik guru terlebih dahulu menyiapkan media yaitu guling yang sudah
dikafani sebelumnya, kemudian terlebih dahulu guru memperaktikkan tata
cara shalat jenazah di depan kelas dan di perhatikan oleh siswa. Setelah
79Observasi, Proses Belajar Mengajar, 19 September 2019.
77
selesai, guru membagi siswa menjadi dua kelompok. Ketika kelompok
pertama memperaktikkan tata cara shalat jenazah, kelompok kedua
bertugas mengamati kegiatan praktik sedangkan guru terus memandu dan
membimbing jalannya demonstrasi. Begitu juga ketika kelompok kedua
memperaktikkan tata cara shalat jenazah, kelompok pertama bertugas
mengamati kelompok kedua.
Adapun metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran
materi shalat jenazah yaitu metode ceramah dan demonstrasi. Dalam
penggunaan metode ceramah, ketika guru menjelaskan materi guru
terkadang menyelipkan candaan yang membuat siswa tertawa dengan
maksud agar siswa tetap fokus dan tidak bosan ketika mendengar
penjelasan guru, dan memang terlihat setelah itu suasana kelas menjadi
lebih hidup dan terlihat siswa menjadi lebih fokus mendengarkan
penjelasan dari guru. Metode ceramah peneliti anggap efektif karena
tentunya guru harus menggunakan metode ceramah untuk memudahkan
siswa memahami materi yang disampaikan. Karena metode ceramah
merupakan salah satu bentuk metode yang bersifat verbal/lisan.
Kemudian metode yang digunakan adalah metode demonstrasi.
Dalam penggunaan metode ini, terlihat antusias dan semangat siswa dalam
memperhatikan guru ketika mempraktikkan shalat jenazah.Siswa yang
tadinya terlihat mulai bosan juga ikut antusias karena dengan adanya
media yaitu guling yang sudah di kafani menjadi daya tarik bagi siswa.
78
Ada yang tertawa bahkan ada juga yang takut melihat media tersebut yang
seakan-akan mirip dengan mayat asli.
Metode ini peneliti anggap efektif karena metode ini menambah
keaktifan siswa, membuat siswa lebih cepat mengerti, karena ketika
demonstrasi perhatian siswa hanya tertuju kepada yang di demonstrasikan
sebab siswa lebih banyak mengamati proses yang sedang berlangsung
daripada hanya mendengar saja.80
Pada pertemuan keempat guru menyampaikan materi tentang
mengubur jenazah. Dalam hal ini guru menggunakan metode ceramah dan
metode diskusi, lalu menuliskan materi-materi yang akan di bahas di
papan tulis dan kemudian menjelaskan tentang tata cara shalat
menguburkan jenazah.
Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas atau
yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Kemudian
guru membagi lagi siswa menjadi lima kelompok, masing-masing
kelompok beranggotakan lima orang dan enam orang, karena ada dua
siswa yang tidak masuk. Lalu guru memerintahkan masing-masing
kelompok untuk mendiskusikan tata cara menguburkan jenazah. Setelah
siswa selesai berdiskusi dengan kelompok masing-masing, guru menyuruh
siswa untuk menyimpulkan hasil yang di dapat dari diskusi tentang tata cara
menguburkan jenazah dengan cara guru menyuruh salah satu perwakilan
80Observasi, Proses Belajar Mengajar, 26 September 2019.
79
dari kelompok untuk maju ke depan kelas dan membacakan hasil diskusi
kelompoknya tapi dengan perwakilan yang berbeda, siswa yang sudah
maju untuk mewakili kelompoknya di pertemuan sebelumnya tidak boleh
maju lagi, dan di gantikan dengan siswa lain yang belum maju. Kemudian
setelah pelaksanaan diskusi selesai, di akhir pembelajaran guru dan siswa
sama-sama menyimpulkan tentang materi yang sudah di terima.
Adapun metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran
materi menguburkan jenazah yaitu metode ceramah dan diskusi. Dalam
penggunaan metode ceramah, ketika guru menjelaskan materi guru
terkadang menyelipkan candaan yang membuat siswa tertawa dengan
maksud agar siswa tetap fokus dan tidak bosan ketika mendengar
penjelasan guru, namun masih terlihat siswa yang duduk di belakang sibuk
dengan kegiatannya sendiri, dan ada juga yang terlihat mengantuk. Metode
ceramah peneliti anggap efektif karena tentunya guru harus menggunakan
metode ceramah untuk memudahkan siswa memahami materi yang
disampaikan. Karena metode ceramah merupakan salah satu bentuk
metode yang bersifat verbal/lisan.
Kemudian metode yang selanjutnya digunakan adalah metode
diskusi. Ketika metode ini digunakan, terlihat siswa antusias dan lebih
aktif, mereka semua berperan dalam mendiskusikan materi tata cara
menguburkan jenazah. Siswa yang tadinya terlihat lesu dan mengantuk
terlihat lebih aktif. Metode ini peneliti anggap efektif karena di dalam
diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, di mana interaksi antara siswa
80
dengan siswa lainnya terjalin, salin tukar menukar informasi, memecahkan
masalah bersama, dan terlebih lagi semuanya aktif, tidak ada yang pasif
hanya sebagai pendengar saja.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru juga menerapkan
metode pemberian tugas yang berfungsi untuk mengevaluasi sejauh mana
kemampuan siswa dalam memahami dan mengingat materi yang telah
diberikan, dan juga menjadikan siswa aktif dalam belajar. Karena dengan
adanya pemberian tugas siswa akan berusaha semampunya untuk mencari
jawaban atas apa yang di tugaskan oleh guru. Dalam pelaksanaan metode
ini, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa sesuai dengan materi-materi
yang sudah diberikan atau yang sudah di pelajari.81
3. Tahap Penutup
Pada kegiatan akhir guru melaksanakan penilaian dan refleksi
dengan cara siswa diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
lontarkan oleh guru secara lisan serta penguatan terhadap materi yang
telah disampaikan, merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan
memberikan tugas baik secara individu maupun kelompok, kemudian guru
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Lanjut diungkapkan oleh siswa-siswa kelas XI SMK Negeri 2 Praya
Tengah terkait metode mengajar guru PAI, antara lain:
Wendi Agus Pranata siswa kelas XI SMK Negeri 2 Praya Tengah
mengungkapkan:
81Observasi, Proses Belajar Mengajar, 03 Oktober 2019.
81
Saya senang dengan pelajaran PAI karena gurunya sangat lucu dan sering bercanda, dan cara mengajarnya berbeda dengan guru lain, karena cara mengajarnya membuat susana kelas menjadi hidup dan cara mengajarnya tidak monoton selalu menjelaskan materi saja, terkadang beliau bertanya kepada kami tentang materi yang sudah beliau jelaskan dan menyuruh kami untuk menyimpulkan materi tersebut. Cara mengajarnya itu membuat kami menjadi senang dan membuat kami menjadi tidak mengantuk.82
Arta Aditia Wardana siswa kelas XI SMK Negeri 2 Praya Tengah
mengungkapkan:
Saya senang diajar oleh pak Mahsun, karena cara mengajarnya sangat seru dan mudah untuk dimengerti. Saat belajar kami juga tidak mengantuk sebab pak Mahsun tidak hanya menjelaskan materi, beliau juga menyuruh kami berdiskusi terkait materi dan ketika ada materi yang tidak kami mengerti maka kami bertanya dan pak Mahsun memberikan jawaban dengan bahasa yang mudah untuk dimengerti.83
Muhammad Usman siswa kelas XI SMK Negeri 2 Praya Tengah
mengungkapkan:
Saya sangat suka dengan cara mengajar pak Mahsun, karena cara beliau menyampaikan materi mudah untuk di mengerti sehingga kami mudah untuk meyerap materi yang disampaikan. Disamping itu, beliau memiliki cara-cara tersendiri dalam menyampaikan materi dengan tidak terfokus dengan satu metode saja, beliau juga membimbing sesuai materi yang di ajarkan dan selalu memotivasi kami, dan cara mengajarnya saya sangat tertarik.84
Terlihat dari observasi yang peneliti lakukan di lapangan terkait metode
mengajar guru pendidikan agama Islam dalam pembelajaran materi perawatan
jenazah di SMK Negeri 2 Praya Tengah, dalamsemua metode yang diterapkan
82Wendi Agus Pranata, Wawancara, Ruang Kelas, 03 Oktober 2019. 83Arta Aditia Wardana, Wawancara, Ruang Kelas, 03 Oktober 2019. 84Muhammad Usman, Wawancara, Ruang Kelas, 03 Oktober 2019.
82
oleh guru, metode yang paling dominan digunakan adalah metode ceramah,
namun walupun demikian dalam proses belajar mengajar terlihat antusias dan
semangat siswa pada saat belajar dengan memperhatikan guru ketika
menjelaskan materi, dan keaktifan siswa juga terlihat ketika ada siswa yang
bertanya mengenai materi yang belum jelas. Disini bisa dilihat interaksi antara
guru dengan siswa, dan suasana kelas juga terlihat hidup karena tidak hanya
guru saja yang berbicara akan tetapi siswa juga aktif pada saat proses belajar
mengajar berlangsung.85
C. Hambatan dalam Penerapan Metode Mengajar Guru PAI Materi
Perawatan Jenazah Kelas XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun
Pelajaran 2018/2019
Sebagai seorang pendidik tentu menginginkan hasil yang terbaik dalam
proses belajar mengajar. Namun untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan
tidak jarang pendidik harus dihadapkan dengan beberapa hambatan selama
pelaksanaannya, begitu juga dengan guru mata pelajaran pendidikan agama
Islam di SMK Negeri 2 Praya Tengah.
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, diungkapkan oleh bapak
Mahsun selaku guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2
Praya Tengah dimana beliau mengungkapkan bahwa ada bermacam-macam
jenis hambatan yang dihadapi dalam menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi ketika proses belajar mengajar seperti sarana dan prasarana yang
kurang memadai, siswa yang susah di atur, tidak mendengarkan penjelasan
85Observasi,Proses Belajar Mengajar, 03 Oktober 2019.
83
guru, siswa yang mulai mengantuk, siswa yang susah menangkap pelajaran,
siswa yang sibuk sendiri, siswa yang main-main dengan teman sebangkunya,
bahkan ada juga siswa yang tidak mengerjakan tugas yang sudah diberikan.
Hal-hal seperti inilah yang membuat pembelajaran kurang efektif.86
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Mahsun, ada dua
faktor yang menjadi penghambat dalam penerapan metode mengajar guru
antara lain:
1. Sarana dan Prasarana
Faktor pertama yang menjadi penghambat dalam penerapan
metode belajar guru ialah kurangnya fasilitas yang disediakan oleh
sekolah. Ketika pembelajaran perawatan jenazah, guru membutuhkan alat
peraga seperti boneka, namun alat peraga tersebut belum tersedia sehingga
guru berinisiatif untuk membuat sendiri alat peraga yang dibuat dari guling
yang kemudian dikafani. Hal tersebut menyebabkan proses pembelajaran
tidak berjalan dengan efektif, karena ketika guru akan memperaktikkan
bagaimana tata cara memandikan jenazah guru kesulitan untuk
memperaktikkannya karena alat peraga yang kurang mendukung, sehingga
guru hanya memperaktikkan tata cara shalat jenazah saja.
2. Peserta didik
Faktor kedua yang menjadi penghambat dalam penerapan metode
belajar guru adalah peserta didik antara lain seperti siswa yang susah di
atur, tidak mendengarkan penjelasan guru, siswa yang mulai mengantuk,
86Mahsun, Wawancara, Praya, 10 September 2019.
84
siswa yang susah menangkap pelajaran, siswa yang sibuk sendiri, siswa
yang main-main dengan teman sebangkunya, bahkan ada juga siswa yang
tidak mengerjakan tugas yang sudah diberikan.
3. Latar belakang pendidikan
Faktor lainnya yang menjadi penghambat adalah adanya
kesenjangan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dalam menerima
materi pelajaran, karena tidak semua siswa berasal dari alumni MTs, tetapi
juga ada alumni SMP sehingga tingkat kemampuan dalam meneriman
materi pelajaran tidak sama.
4. Orang tua
Faktor ini mencakup faktor keluarga seperti cara orang tua
medidik, perhatian yang diberika orang tua, suasana rumah apakah
nyaman atau tidak, keadaan ekonomi keluarga apakah korban broken
home atau tidak, atau bahkan memiliki orang tua namun di tinggal bekerja
sehingga perhatian dari orang tua sangat minim.
5. Lingkungan
Faktor ini mencakup faktor lingkungan masyarakat seperti siapa
temannya bergaul, bagaimana kesehariannya di masyarakat, bagaimana
keadaan lingkungan tempat tinggal, dan bagaimana bentuk kehidupan
masyarakat sekitarnya.
Dari hasil observasi terlihat bahwa sejauh ini guru pendidikan agama
Islam sudah menerapkan berbagai macam metode dalam pembelajaran.
Metode-metode tersebut yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode tanya
85
jawab, metode demonstrasi, dan metode pemberian tugas. Hal tersebut
dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal dan siswa
menjadi lebih aktif pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Dari
pelaksanaan metode bervariasi yang sudah dilakukan oleh guru pendidikan
agama Islam dapat terlihat adanya suatu perubahan dimana siswa menjadi
lebih aktif. Dari upaya yang sudah dilakukan, guru pendidikan agama Islam
sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat proses belajar mengajar
menjadi lebih efektif serta mewujudkan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dalam proses belajar mengajar, guru pendidikan agama Islam selain
memberikan motivasi juga selalu memberikan bimbingan kepada siswa
dengan selalu menanamkan sifat akhlakul karimah dengan bagaimana sikap
terhadap guru, orang tua, teman sebaya dan masyarakat.87
Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru
pendidikan agama Islam dalam menerapkan berbagai macam metode
pembelajaran sangat memberikan pengaruh besar terhadap siswa dalam proses
belajar mengajar, karena dengan pelaksanaan metode bervariasi dalam proses
belajar mengajar tersebut sedikit tidak rasa ingin tahu siswa terhadap pelajaran
menjadi lebih tinggi dan siswa lebih mudah dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Meskipun masih ada hambatan-hambatan yang harus
dihadapi oleh guru.
87Observasi,Proses Belajar Mengajar, 03 Oktober 2019.
86
BAB III
PEMBAHASAN
A. Metode Mengajar Guru PAI Materi Perawatan Jenazah Kelas XI di
SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019
Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab agar proses
belajar mengajar berjalan sesuai dengan tujuan yang di inginkan. Dalam
kegiatan belajar mengajar perlu adanya metode pembelajaran yang bervariasi
agar proses belajar mengajar tidak membosankan. Dengan menggunakan
berbagai macam metode akan terlihat lebih efektif dan hal itu akan membuat
siswa lebih mudah memahami dan mengerti materi yang diterima, sehingga
siswa tentunya akan senang dan menikmati suasana kelas yang nyaman dan
hidup karena interaksi yang baik antara guru dan siswa.
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur
manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Guru dengan sadar mengatur lingkungan belajar agar bergairah
bagi siswa. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru
gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik
dan sistematis. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang
ikut andil bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir
87
yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh tapi nyata, dan memang betul-
betul dipikirkan oleh seorang guru.88
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan
yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan
dengan kondisi dan suasana kelas.Jumlah anak mempengaruhi penggunaan
metode. Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan
metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas
dan dapat di ukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menetukan metode
yang bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah
dirumuskan.89
Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena
mereka menyadari bahwa semua metode ada kelebihan dan kelemahannya.
Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar
mengajar yang membosankan bagi siswa. Proses pembelajaran tampak kaku,
siswa terlihat kurang bergairah belajar, kejenuhan dan kemalasan
menyelimuti kegiatan belajar siswa. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan
bagi guru dan siswa. Akhirnya dapat dipahami bahwa penggunaan metode
yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi
ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, dan dapat menunjang
88Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar..., h. 72. 89Ibid, h. 73.
88
kegiatan belajar mengajar. Sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif
untuk mencapai tujuan pengajaran.90
Pada dasarnya orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam
hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan. Demikian juga dalam proses belajar mengajar, bila guru
dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan
membosankan, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi
dalam mengajar.91
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, sejauh ini terlihat bahwa
guru pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Praya Tengah sudah
menerapkan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran. Metode-
metode tersebut sesuai dengan temuan yang peneliti amati di lapangan yaitu
sebagai berikut:
No Materi Metode Yang Digunakan
1. Memandikan jenazah Metode ceramah dan diskusi
2. Mengkafani jenazah Metode ceramah, tanya jawab dan
diskusi
3. Menshalati jenazah Metode ceramah dan demonstrasi
4. Menguburkan jenazah Metode ceramah, diskusi dan
pemberian tugas.
90Ibid, h. 73. 91Ibid, h. 160.
89
Terkait temuan penelitian sebagaimana yang terdapat pada tabel di atas,
maka dapat dikatakan bahwa pertama, jika mengacu kepada RPP yang
digunakan oleh guru untuk mengajar maka dapat dikatakan bahwa guru
belum menerapkan seluruh metode tersebut dengan benar, karena di dalam
RPP tidak tercantum metode yang digunakan. Kedua, ketika ditinjau dari
kecocokan materi dengan metode yang digunakan oleh guru maka dapat
dikatakan bahwa metode yang digunakan oleh guru PAI tersebut kurang tepat
karena seharusnya mata pelajaran fiqih selain terdiri dari konsep juga lebih
menekankan pada praktik. Selain itu, kurikulum 2013 sudah menentukan
bahwa aspek koginitif, afektif, dan psikomotorik harus diberikan secara
seimbang dan proporsional. Sementara yang terjadi di lapangan, metode
mengajar yang digunakan oleh guru lebih dominan memakai metode ceramah
untuk mengajar semua materi, dan metode demonstrasi guru gunakan hanya
pada materi shalat jenazah.
B. Hambatan dalam Penerapan Metode Mengajar Guru PAI Materi
Perawatan Jenazah Kelas XI di SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun
Pelajaran 2018/2019
Dalam mencapai suatu tujuan pendidikan tidak bisa berjalan mulus
begitu saja. Tidak jarang seorang pendidik harus menghadapi berbagai macam
hambatan selama proses belajar mengajar berlangsung. Setiap peserta didik
memiliki karakter yang berbeda-beda. Minat, bakat, latar belakang keluarga,
latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan yang dimiliki membuat mereka
berbeda. Meskipun guru sudah menerapkan metode yang bervariasi dalam
90
proses pembelajaran, akan tetapi masih terdapat hambatan-hambatan yang
harus dihadapi. Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan guru mata
pelajaran pendidikan agama Islam yang mengatakan bahwa semangat siswa
dalam mengikuti pelajaran memang besar, namun tidak dipungkiri bahwa
masih ada beberapa orang siswa yang masih merasa malas.
Seseorang yang menginginkan suatu keberhasilan dalam
mengembangkan strategi mengajarnya maka haruslah ia berupaya untuk
memperluas metode, teknik mengajarnya dengan baik, dalam proses
pembelajaran menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar adalah
salah satu faktor yang tidak bisa di abaikan karena bila seseorang mengajar
tanpa memiliki metode atau teknik yang dapat menarik minat siswa maka
tidak akan membuahkan sebuah hasil. Namun tidak jarang terjadi, minat
belajar akan kurang atau tidak membawa suatu hasil yang diharapkan apabila
metode yang di terapkan oleh guru tidak relevan dengan situasi dan kondisi
yang ada. Sesungguhnya metode mengajar itu juga mempengaruhi minat
siswa, kegairahan belajar ada dalam diri seseorang, tetapi terkadang iabisa
hilang dan terkadang pula ia bisa timbul dan berkembang.92
Dari observasi yang peneliti lakukan terlihat beberapa faktor yang
menghambat metode mengajar guru pendidikan agama Islam selama proses
belajar mengajar berlangsung, seperti sarana dan prasarana yang kurang
memadai, kurangnya minat belajar siswa, siswa yang susah di atur, tidak
mendengarkan penjelasan guru, siswa yang mulai mengantuk, siswa yang
92Andi Abd. Muis dan Arifuddin, Metode Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, (Parepare: Lembaga Penerbitan Universitas Muhammadiyah Parepare, 2018), h. 97.
91
susah menangkap pelajaran, siswa yang sibuk sendiri, siswa yang main-main
dengan teman sebangkunya, bahkan ada juga siswa yang tidak mengerjakan
tugas yang sudah diberikan, dan kurangnya kesadaran siswa terhadap
pentingnya materi yang diajarkan.
Faktor lainnya yang menjadi penghambat adalah adanya kesenjangan
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dalam menerima materi
pelajaran, karena tidak semua siswa berasal dari alumni MTs, tetapi juga ada
alumni SMP sehingga tingkat kemampuan dalam meneriman materi pelajaran
tidak sama.
Kemudian faktor orang tua dan lingkungan seperti seperti cara orang
tua medidik, perhatian yang diberika orang tua, suasana rumah apakah
nyaman atau tidak, keadaan ekonomi keluarga apakah korban broken home
atau tidak, atau bahkan memiliki orang tua namun di tinggal bekerja sehingga
perhatian dari orang tua sangat minim. Faktor lingkungan masyarakat seperti
siapa temannya bergaul, bagaimana kesehariannya di masyarakat, bagaimana
keadaan lingkungan tempat tinggal, dan bagaimana bentuk kehidupan
masyarakat sekitarnya.
Banyaknya hambatan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar
terutama dalam penerapan metode mengajar guru dalam proses pembelajaran
antara lain sarana dan prasarana yang kurang memadai, kurangnya minat
belajar siswa, kurangnya kesadaran siswa terhadap pentingnya materi yang
diajarkan, siswa yang susah di atur, tidak mendengarkan penjelasan guru,
siswa yang mulai mengantuk, siswa yang susah menangkap pelajaran, siswa
92
yang sibuk sendiri, siswa yang main-main dengan teman sebangkunya, bahkan
ada juga siswa yang tidak mengerjakan tugas yang sudah diberikan.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa guru hendaknya menggunakan
metode yang bervariasi dalam mengajar, hal tersebut bertujuan agar siswa
termotivasi untuk terus belajar. Meskipun nantinya dapat diketahui bahwa
motivasi yang dari dalam diri siswa merupakan hal yang lebih penting di
bandingkan dengan motivasi yang timbul dari luar. Namun peranan guru
dalam memotivasi siswa dalam belajar tetap diperlukan. Setiap sesuatu pasti
ada faktor penghambatnya, tidak terkecuali pada penerapan metode bervariasi,
akan tetapi jika guru dapat menerapkan metode bervariasi dengan tepat dan
benar maka akan menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa.
93
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode mengajar guru PAI di SMK Negeri 2 Praya Tengah dalam
pembelajaran materi perawatan jenazah dilakukan dengan cara
menerapkan metode yang bervariasi. jika mengacu kepada RPP yang
digunakan oleh guru untuk mengajar maka dapat dikatakan bahwa guru
belum menerapkan seluruh metode tersebut dengan benar, karena di
dalam RPP tidak tercantum metode yang digunakan. Ketika ditinjau dari
kecocokan materi dengan metode yang digunakan oleh guru maka dapat
dikatakan bahwa metode yang digunakan oleh guru PAI tersebut kurang
tepat karena seharusnya mata pelajaran fiqih selain terdiri dari konsep
juga lebih menekankan pada praktik. Selain itu, kurikulum 2013 sudah
menentukan bahwa aspek koginitif, afektif, dan psikomotorik harus
diberikan secara seimbang dan proporsional. Sementara yang terjadi di
lapangan, metode mengajar yang digunakan oleh guru lebih dominan
memakai metode ceramah untuk mengajar semua materi, dan metode
demonstrasi guru gunakan hanya pada materi shalat jenazah.
2. Hambatan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar terutama dalam
penerapan metode mengajar guru dalam proses pembelajaran antara lain
sarana dan prasarana yang kurang memadai, kurangnya minat belajar
siswa, kurangnya kesadaran siswa terhadap pentingnya materi yang
diajarkan, siswa yang susah di atur, tidak mendengarkan penjelasan guru,
94
siswa yang mulai mengantuk, siswa yang susah menangkap pelajaran,
siswa yang sibuk sendiri, siswa yang main-main dengan teman
sebangkunya, bahkan ada juga siswa yang tidak mengerjakan tugas yang
sudah diberikan, adanya kesenjangan kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik dalam menerima materi pelajaran, karena tidak semua siswa
berasal dari alumni MTs, tetapi juga ada alumni SMP sehingga tingkat
kemampuan dalam meneriman materi pelajaran tidak sama. Kemudian
faktor orang tua dan lingkungan seperti seperti cara orang tua medidik,
perhatian yang diberika orang tua, suasana rumah apakah nyaman atau
tidak, keadaan ekonomi keluarga apakah korban broken home atau tidak,
atau bahkan memiliki orang tua namun di tinggal bekerja sehingga
perhatian dari orang tua sangat minim. Faktor lingkungan masyarakat
seperti siapa temannya bergaul, bagaimana kesehariannya di masyarakat,
bagaimana keadaan lingkungan tempat tinggal, dan bagaimana bentuk
kehidupan masyarakat sekitarnya.
B. Saran
1. Kepada kepala sekolah untuk lebih memperhatikan masalah yang
masih ada di sekolah dan menekankan penerapan metode bervariasi
kepada semua guru dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
minat dan motivasi siswa dalam belajar dan supaya mendapatkan hasil
yang maksimal.
2. Diharapkan kepada guru pendidikan agama Islam agar lebih
ditingkatkan dalam menggunakan berbagai macam metode
95
pembelajaran dan mencari sebanyak mungkin referensi yang dapat
mendukung proses belajar mengajar, jangan hanya terpaku dengan
beberapa jenis metode saja.
3. Kepada semua siswa diharapkan lebih serius dalam memperhatikan
pelajaran yang disampaikan oleh guru dan lebih aktif lagi sehingga
diperoleh hasil pelajaran yang memuaskan.
4. Kepada peneliti selanjutnya agar lebih memperluas bahan yang dikaji.
96
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana, 2013.
Djaman Sataro, Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,
2014. E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian
Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM.
Jakarta: Bumi Aksara, 2015. Iskandar Agung, Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta:
Bestari Buana Murni, 2010.
Khaeruddin, “Kreativitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 1 Sinjai Borong Kabupaten Sinjai”. Tesis, Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Makassar, 2012.
Mar’atul Lutfiyah, “Peranan Kreativitas Pendidikan Dalam Mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Konteks Masa Kini”, Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim, Progress-Volume 5, No. 2, Desember 2017.
Masnona, “Kreativitas Guru PAI Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Hasil
Belajar Peserta Didik Di SDN 49 Karang Anyar Gedong Tataan”. Tesis, Pps IAIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2017.
Middya Boty & Ari Handoyo, “Hubungan Kreativitas Dengan Hasil Belajar
Siswa Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di MI Ma’had Islamy Palembang”. JIP: Jurnal Ilmiah PGMI, Volume 4, Nomor 1, Juni 2018.
Muhammad Jufni, Djailani, AR, Sakdiah Ibrahim, “Kreativitas Guru PAI Dalam
Pengembangan Bahan Ajar Di Madrasah Aliyah Jeumala Amal Lueng Putu”, Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 3, No. 4, November 2015.
Nizwati Wulandari, “Peran Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Penerapan Metode Mengajar Bervariasi Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 5 Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi, FITK IAIN Mataram, Mataram, 2015.
97
Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung: Reflika Aditama, 2007.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta, 2011.
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013. Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional,
1993. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta, 2014. Syarifah Musanna, “Kreativitas Guru Dalam Penggunaan Metode Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) Di SMA Negeri Se-Kabupaten Aceh Besar”, Jurnal Media Inovasi Edukasi, Vol. 01. NO. 01 April 2015.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 2002. Yohana, “Pengaruh Kreativitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Fiqih di Kelas VII MTs Negeri 1 Mataram Tahun Pelajaran 2006/2007”. Skripsi, FITK IAIN Mataram, Mataram, 2007.
Zaenal Arif Pujiwantoro, “Kreativitas Guru Dalam Penggunaan Media
Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Rumpun Pendidikan Agama Islam Di MI Negeri Watuagung Tambak Banyumas”. Jurnal Tawadhu. Vol. 2, Nomor 2, 2018. h. 642-644.
https://idtesis.com. Diakses: 10/04/2019.
98
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Identitas Sekolah : SMK Negeri 2 Praya Tengah
Identitas Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : XI / Genap
Materi Pokok : Pelaksanaan Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah
Alokasi Waktu : 12 x 45 menit
Kompetensi Inti (KI):
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
99
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar dan Indikator:
No Kompetensi Dasar
Indikator
1.4
Menerapkan ketentuan
syariat Islam dalam
penyelenggaraan jenazah
3.9 Memahami pelaksanaan
tatacara penyelenggaraan
jenazah.
3.9.1. Siswa mampu menjelaskan
penyelengaraan jenazah
tentang memandikan
dengan baik dan benar
3.9.2. Siswa mampu menjelaskan
penyelengaraan jenazah
tentang mengafani dengan
baik dan benar
3.9.3. Siswa mampu menjelaskan
penyelengaraan jenazah
tentang meyalatkan dengan
baik dan benar
3.9.4. Siswa mampu menjelaskan
100
penyelengaraan jenazah
tentang menguburkan
dengan baik dan benar
3.9.5. Siswa mampu menjelaskan
Ayat Al-Quran dan Al-
Hadis yang berkaitan
dengan tatacara
penyelengaaraan
jenazah/takziah dengan
baik dan benar
3.9.6. Siswa mampu menjelaskan
hikamh pelajaran dari
sebuah kematian dengan
baik dan benar
4.11 Memperagakan tatacara
penyelenggaraan jenazah.
4.11.1. Siswa mampu
memperagakanpenyeleng
araan jenazah tentang
memandikan dengan baik
dan benar
4.11.2. Siswa mampu
memperagakanpenyeleng
araan jenazah tentang
mengafani dengan baik
dan benar
4.11.3. Siswa mampu
memperagakanpenyeleng
araan jenazah tentang
mensalatkan dengan baik
dan benar
4.11.4. Siswa mampu
memperagakanpenyeleng
101
araan jenazah tentang
menguburkan dengan
baik dan benar
A. Materi Pembelajaran:
A. Perawatan Jenazah
Apabila seseorang telah dinyatakan positif meninggal dunia, ada
beberapa hal yang harus disegerakan dalam pengurusan jenazah oleh
keluarganya, yaitu: memandikan, mengafani, menyalati dan
menguburnya. Namun, sebelum mayat itu dimandikan, ada beberapa
hal yang arus diperhatikan terhadap kondisi jenazah, yaitu seperti
berikut :
1. Pejamkanlah matanya dan mohonkanlah ampun kepada Allah Swt.
atas segala dosanya.
2. Tutuplah seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan dan
agar tidak kelihatan auratnya.
3. Ditempatkan di tempat yang aman dari jangkauan binatang.
4. Bagi keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya tidak dilarang mencium
si mayat.
B. Memandikan Jenazah
Syarat-syarat wajib memandikan jenazah
a. Jenazah itu orang Islam. Apa pun aliran, mazhab, ras, suku, dan
profesinya.
b. Didapati tubuhnya walaupun sedikit.
c. Bukan mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela agama
Islam seperti yang terjadi pada masa Nabi Muhammad saw.).
102
2. Yang berhak memandikan jenazah
a. Apabila jenazah itu laki-laki, yang memandikannya hendaklah
laki-laki pula. Perempuan tidak boleh memandikan jenazah laki-
laki, kecuali istri dan mahram-nya.
b. Apabila jenazah itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh
perempuan pula, laki-laki tidak boleh memandikan kecuali
suami atau mahram-nya.
c. Apabila jenazah itu seorang istri, sementara suami dan mahram-
nya ada semua, suami lebih berhak untuk memandikan istrinya.
d. Apabila jenazah itu seorang suami, sementara istri dan mahram-
nya ada semua, istri lebih berhak untuk memandikan suaminya.
Kalau mayat anak laki-laki masih kecil, perempuan boleh
memandikannya.Begitu juga kalau mayat anak perempuan masih kecil,
laki-laki boleh memandikannya.
Berikut ini tata cara memandikan jenazah.
a. Di tempat tertutup agar yang melihat hanya orang-orang yang
memandikan dan yang mengurusnya saja.
b. Mayat diletakkan di tempat yang tinggi seperti dipan.
c. Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak
terbuka.
d. Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lantas disapu
perutnya sambil ditekan pelan-pelan agar semua kotorannya keluar,
lantas dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan mengenakan
sarung tangan. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar
tidak terganggu bau kotoran si mayat.
e. Setelah itu hendaklah mengganti sarung tangan untuk
membersihkan mulut dan gigi si mayat.
f. Membersihkan semua kotoran dan najis.
g. Mewudhukan, setelah itu membasuh seluruh badannya.
103
h. Disunahkan membasuh tiga sampai lima kali. Air untuk
memandikan mayat sebaiknya dingin. Kecuali udara sangat dingin
atau terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, boleh menggunakan
air hangat.
C. Mengafani Jenazah
Pembelian kain kafan diambilkan dari uang si mayat sendiri.Apabila
tidak ada, orang yang selama ini menghidupinya yang membelikan kain
kafan. Jika ia tidak mampu, boleh diambilkan dari uang kas masjid, atau
kas RT/RW, atau yang lainnya secara sah. Apabila tidak ada sama sekali,
wajib atas orang muslim yang mampu untuk membiayainya.
Kain kafan paling tidak satu lapis. Sebaiknya tiga lapis bagi mayat laki-
laki
dan lima lapis bagi mayat perempuan. Setiap satu lapis di antaranya
merupakan
kain basahan. Abu Salamah ra.menceritakan, bahwa ia pernah bertanya
kepada
‘Aisyah ra.“Berapa lapiskah kain kafan Rasulullah saw.?” “Tiga lapis
kain
putih,” jawab Aisyah. (HR. Muslim).
Cara membungkusnya adalah hamparkan kain kafan helai demi helai
dengan menaburkan kapur barus pada tiap lapisnya.Kemudian, si mayat
diletakkan di atasnya.Kedua tangannya dilipat di atas dada dengan tangan
kanan di atas tangan kiri.Mengafaninya pun tidak boleh asal-
asalan.“Apabila kalian mengafani mayat saudara kalian, kafanilah
sebaik-baiknya.”
(HR. Muslim dari Jabir Abdullah ra.)
D. Menyalati Jenazah
104
Orang yang meninggal dunia dalam keadaan Islam berhak untuk di-
alatkan.
Sabda Rasulullah saw. “ alatkanlah orang-orang yang telah
mati.”(HR. Ibnu Majah). “Salatkanlah olehmu orang-orang yang
mengucapkan: “Lailaaha Illallah.” (HR. Daruquṭni). Dengan
demikian, jelaslah bahwa orang yang berhak diṡalati ialah orang yang
meninggal dunia dalam keadaan beriman kepada Allah Swt. Adapun
orang yang telah murtad dilarang untuk diṡalati.
Untuk bisa diṡalati, keadaan si mayat haruslah:
1. suci, baik suci badan, tempat, dan pakaian.
2. sudah dimandikan dan dikafani.
3. jenazah sudah berada di depan orang yang menyalatkan atau sebelah
kiblat
Tata cara pelaksanaan alat jenazah adalah sebagai berikut.
1. Jenazah diletakkan paling muka. Apabila mayat laki-laki,
hendaknya imam berdiri menghadap dekat kepala mayat. Jika
mayat wanita, imam menghadap dekat perutnya.
2. Letak imam paling muka diikuti oleh para makmum. Jika yang
menyalati sedikit, usahakan dibuat 3 baris/ af.
3. Mula-mula semua jamaah berdiri dengan berniat melakukan
ṡalat jenazah dengan empat takbir.
Niat tersebut jika dilafalkan sebagai berikut:
105
Artinya: “Aku berniat alat atas jenazah ini empat takbir fardu
kifayah sebagai makmum karena Allah ta’ala.”
4. Kemudian takbiratul ihram yang pertama, dan setelah takbir
pertama itu selanjutnya membaca surat al-Fātihah.
5. Takbir yang kedua, dan setelah itu, membaca salawat atas Nabi
Muhammad saw.
6. Takbir yang ketiga, kemudian membaca doa untuk jenazah.
Bacaan doa bagi jenazah adalah sebagai berikut:
Artinya: “Ya Allah, ampunilah ia, kasihanilah ia,
sejahterakanlah ia, maafkanlah kesalahannya.”
7. Takbir yang keempat, dilanjutkan dengan membaca doa
sebagai berikut:
Artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan kami
penghalang dari mendapatkan pahalanya dan janganlah
106
engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami
dan dia.” (HR Hakim)
8. Membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
Catatan:
Do’a yang dibaca setelah takbir ketiga dan keempat disesuaikan dengan
jenis kelamin jenazahnya.
1. Apabila jenazahnya wanita, damir/kata ganti hu ( ) diganti dengan
kata ha ( ).
2. Apabila jenazahnya dua orang, damir/kata ganti hu ( ) diganti
dengan huma ( ).
3. Apabila jenazahnya banyak, maka damir/kata ganti hu ( ) diganti
dengan untuk laki-laki atau untuk perempuan.
E. Mengubur Jenazah
Perihal mengubur jenazah ada beberapa penjelasan sebagai berikut :
1. Rasulullah saw. menganjurkan agar jenazah segera dikuburkan,
sesuai sabdanya:
Arti ya: dari A u Hurairah ra. Dari Na i Muha ad saw.
ersa da:“egeraka lah e gu urka je azah.... H.R. Bukhari
Muslim)
107
2. Sebaiknya menguburkan jenazah pada siang hari. Mengubur
mayat pada malam hari diperbolehkan apabila dalam keadaan
terpaksa seperti karena bau yang sangat menyengat meskipun sudah
diberi wangi-wangian, atau karena sesuatu hal lain yang harus
disegerakan untuk dikubur.
3. Anjuran meluaskan lubang kubur. Rasulullah saw. pernah
mengantar jenazah sampai di kuburnya. Lalu, beliau duduk di tepi
lu a g ku ur, da ersa da, Luaska lah pada agia kepala, da
luaskan juga pada bagian kakinya. Ada beberapa kurma baginya di
surga. HR. Ah ad da A u Dawud
4. Boleh menguburkan dua tiga jenazah dalam satu liang kubur. Hal
itu dilakukan sewaktu
usai pera g Uhud. Rasulullah saw. ersa da, Galilah
dandalamkanlah. Baguskanlahdan masukkanlah dua atautiga orang di
dalam satuliang kubur. Dahulukanlah(masukkan lebih dulu)
orangyang paling banyak hafal al-Qur’ã . HR. Nasai da Tir idzi
dari Hisyam bin Amir ra.)
5. Bacaan meletakkan mayat dalam kubur. Apabila meletakkan
mayat dalam kubur, Rasulullah saw. membaca:
Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah.
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. membaca:
108
Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah dan atas
a asu ah Rasulullah. HR. Li a ahli hadis, ke uali Nasai da
IbnuUmar ra.)
6. Larangan memperindah kuburan. Jabir ra. menerangkan,
Rasulullah saw. elara g e ge at ku ura , duduk, da e uat
a gu a di atas ya. HR. Muslim)
7. Sebelum dikubur, ahli waris atau keluarga hendaklah bersedia
menjadi penjamin atau menyelesaikan atas hutang-hutang si mayat
jika ada, baik dari harta yang ditinggalkannya atau dari sumbangan
keluarga ya. Na i Muha ad saw. ersa da: Diri ora g u’ i itu
tergantung (tidak sampai ke hadirat Tuhan), karena hutangnya,
sa pai di ayar dahulu uta g ya itu oleh keluarga ya . HR. Ah ad
dan Tirmidzi dari Abu Hurairah ra.)
F. Ta’ziyyah (Melayat)
Ta’ziyyah atau elayat adalah e gu ju gi ora g ya g
sedangtertimpa musibah kematian salah
seorang keluarganya dalamrangka menghibur atau memberisemangat.
Para u’azziy³ ora g
laki-laki yang ber-ta’ziyyah atau u’azziyāt ora g pere pua ya g er-
ta’ziyyah he dak ya
memberikan dorongan kekuatanmental atau menasihati agar orangyang
tertimpa musibah tetap
sabar dan tabah menghadapi musibah ini. Umayah ra.mengatakan
bahwa anakperempuan Rasulullah saw. menyuruh seseorang untuk
memanggil dan memberitahu beliau bahwa anaknya dalam keadaan
hampir mati. Lalu, beliau bersabda, Ke alilah e gkau kepada ya.
Katakan bahwa segala yang diambil dan yangdiberikan, bahkan apa pun
yang ada di hadapan kita kepunyaan Allah. Dialahyang menentukan
109
ajal ya, aka suruhlah ia sa ar da tu duk kepada peri tah. HR.
Bukhari Muslim)
Adab (etika) orang ber-ta’ziyyah a tara lai seperti erikut:
1. Menyampaikan doa untuk kebaikan dan ampunan terhadap orang
yang meninggal serta kesabaran bagi orang yang ditinggal.
2. Hindarilah pembicaraan yang menambah sedih keluarga yang
ditimpa musibah.
3. Hindarilah canda-tawa apalagi sampai terbahak-bahak.
4. Usahakan turut menyalati mayat dan turut mengantarkan ke
pemakaman
sampai selesai penguburan.
5. Membuatkan makanan bagi keluarga yang ditimpa musibah.
Demikian diperintahkan Rasulullah saw. kepada keluarganya
sewaktu keluargaJa’far diti pa ke atia HR. Li a Ahli Hadis ke uali
Nasai).
G. Ziarah Kubur
Ziarah artinya berkunjung, kubur artinya kuburan.Ziarah kubur
artinyaberkunjung ke kuburan. Awalnya Rasulullah saw. melarang umat
Islam untukberziarah kubur karena dikhawatirkan akan melakukan
sesuatu hal yang tidakbaik, misalnya menangis di atas kuburan, bersedih,
meratapi, bahkan yang lebihbahaya adalah mengultuskan mayat yang ada
di kuburan. Akan tetapi, karenamengingat mati itu penting, dan di antara
mengingat mati adalah ziarah kubur,
Rasulullah saw. menganjurkan berziarah dengan tujuan untuk mengingat
mati.Rasulullah saw. bersabda:
110
Artinya: “Dari Abdullah bin Buraidah berkata, Rasulullah saw.
bersabda: “Aku
pernah melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah
kalian ke kubur.” (HR. Nasā’i)
Di antara hikmah dari ziarah kubur ini antara lain seperti berikut:
1. Mengingat kematian.
2. Dapat bersikap zuhud (menjauhkandiri dari sifat keduniawian).
3. Selalu ingin berbuat baik sebagai bekal kelak di alam kubur dan
hari akhir.
4. Mendoakan si mayat yang muslim agar diampuni dosanya dan
diberi kesejahteraan di akhirat.
Apabila kita mau berziarah kubur,sebaiknya perhatikan adab atau
etikaberziarah kubur, yaitu seperti berikut:
1. Ketika mau berziarah, niatkan denganikhlas karena Allah Swt.,
tunduk hati dan merasa diawasi oleh Allah Swt.
2. Sesampai di pintu kuburan, ucapkan salam sebagaimana yang
diajarkan olehRasulullah saw.:
Artinya: “Keselamatan semoga tetap bagimu wahai ahli kubur
dan Insya Allah
kami akan bertemu dengan kamu semua.” (HR. Tarmidy)
3. Tidak banyak bicara mengenai urusan dunia di atas kuburan.
111
4. Berdoa untuk ampunan dan kesejahteraan si mayat di alam barzah
dan akhiratkelak.
5. Diusahakan tidak berjalan melangkahi kuburan atau menduduki
nisan (tandakuburan).
Kita sebagai muslim harus peduli dengan orang lain, terutama yang
berada disekitar kita. Ketika ada orang yang meninggal atau musibah
lainnya, selayaknyakita harus memperlihatkan perilaku-perilaku mulia.
Perilaku mulia yang dimaksud antara lain seperti berikut:
1.Segera mengunjungi keluarga yang terkena musibah, mendoakan
mayat,mengucapkan turut berduka kepada keluarga yang ditinggalkan.
2.Membantu persiapan pengurusan jenazah seperti memandikan,
mengafani,menyalati, dan menguburkan.
3.Memberikan bantuan kepada keluarga korban untuk memperingan
bebannyasesuai kemampuan kita.
4.Menghibur keluarga korban dengan ungkapan-ungkapan optimistis
dan nasihattentang kesabaran dan ketabahan.
B. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Media Pembelajaran :
Video Pembelajaran tatacara penyelenggaraan jenazah, boneka
2. Alat Pembelajaran :
Computer/ lap top,LCD Projector dan speaker
3. Sumber Belajar :
Al-Qur’andan terjemahnya, Depag RI, Hadist
Buku teks siswa PAI SMK Kelas X
Buku lain yang memadai
Internet.
C. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
112
Pertemuan 1 :
No. Kegiatan Menit
1. Pendahuluan:
a. Guru membuka proses pembelajaran dengan memberi
salam dan berdo’a,
b. Guru mengecek kesiapan kelas (absensi, tempat duduk,
kesediaan al-Qur’an dan Hadist, memakai jilbab bagi
yang muslimah, kebersihan dan sarana yang
dibutuhkan),
c. Guru bersama siswa bertadarus
d. Guru menyampaikan penjelasan tentang KI dan KD dari
pembelajaran yang akan dilakukan
e. Guru membagi kelompok sesuai dengan kondisi Siswa
di kelas,
f. Guru melakukan appersepsi,
g. Guru melaksanakan tes awal untuk mengetahui
pemahaman Siswa terhadap materi yang akan
disampaikan.
h. Guru menyampaikantahapan kegiatan yang meliputi
kegiatan mengamati, menanya, eksplorasi,
mengomunikasikan serta menyimpulkan dengan
membagi lembar kerja siswa.
10
2. Kegiatan Inti:
Mengamati
a. Siswamengamati gambar, tayangan, atau penjelasan
seputar pelaksanaan tatacara memandikan jenazah.
b. Siswa membaca buku-buku yang menjelaskan
110
113
No. Kegiatan Menit
pelaksanaan tatacara memandikan jenazah
Menanya
Siswa mengajukan pertanyaan tentangpelaksanaan tatacara
memandikan jenazah
.
Explorasi
Secara berkelompok siswa mendiskusikan ayat al-Qur’an
dan hadist yang menerangkannyapelaksanaan tatacara
memandikan jenazah
Asosiasi
Siswa menganalisis, menghubungkan, dan menyimpulkan
data-data yang didapat dari hasil diskusi tentangpelaksanaan
tatacara memandikan jenazah
.
Komunikasi
Siswadapat mempratekkan tata cara memandikan jenazah
dengan benar
3. Penutup
a. Melaksanakan penilaian dan refleksi serta penguatan
terhadap tatacara memandikan jenazah
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan
memberikan tugas baik secara individu maupun
kelompok
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada per-
15
114
No. Kegiatan Menit
temuan berikutnya.
Pertemuan 2:
No. Kegiatan Menit
1. Pendahuluan:
a. Guru membuka proses pembelajaran dengan memberi
salam dan berdo’a,
b. Guru mengecek kesiapan kelas (absensi, tempat
duduk, kesediaan al-Qur’an dan Hadist, memakai
jilbab bagi yang muslimah, kebersihan dan sarana
yang dibutuhkan),
c. Guru bersama siswa bertadarus
d. Guru menyampaikan penjelasan tentang KI dan KD
dari pembelajaran yang akan dilakukan
e. Guru melakukan appersepsi,
f. Guru melaksanakan tes awal untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dan
akan disampaikan.
g. Guru menyampaikantahapan kegiatan yang meliputi
kegiatan mengamati, menanya, eksplorasi,
mengomunikasikan serta menyimpulkan dengan
membagi lembar kerja siswa.
10
2. Kegiatan Inti:
Mengamati
110
115
No. Kegiatan Menit
Siswamengamati video, gambar, tayangan, atau penjelasan
seputar pelaksanaan tatacara mengkafani jenazah
Menanya
Siswa mengajukan pertanyaan tentangpelaksanaan tatacara
mengkafani jenazah
Explorasi
Secara berkelompok siswa mendiskusikantatacara
mengkafani jenazah
Asosiasi
Siswa menganalisis, menghubungkan, dan menyimpulkan
data-data yang didapat dari hasil diskusi tentangtatacara
mengkafani jenazah
Komunikasi
Siswapraktek mengkafani jenazah .
3. Penutup
a. Melaksanakan penilaian dan refleksi serta penguatan
terhadap hasil praktek mengkafani jenazah;
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan
memberikan tugas baik secara individu maupun
kelompok
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada per-
15
116
No. Kegiatan Menit
temuan berikutnya.
Pertemuan 3 :
No. Kegiatan Menit
1. Pendahuluan:
a. Guru membuka proses pembelajaran dengan memberi
salam dan berdo’a,
b. Guru mengecek kesiapan kelas (absensi, tempat duduk,
kesediaan al-Qur’an dan Hadist, memakai jilbab bagi
yang muslimah, kebersihan dan sarana yang
dibutuhkan),
c. Guru bersama siswa bertadarus
d. Guru menyampaikan penjelasan tentang KI dan KD dari
pembelajaran yang akan dilakukan
e. Guru melakukan appersepsi,
f. Guru melaksanakan tes awal untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dan akan
disampaikan.
g. Guru menyampaikantahapan kegiatan yang meliputi
kegiatan mengamati, menanya, eksplorasi,
mengomunikasikan serta menyimpulkan dengan
membagi lembar kerja siswa.
10
2. Kegiatan Inti:
Mengamati
Siswamengamati video, gambar, tayangan, atau penjelasan
110
117
No. Kegiatan Menit
seputar pelaksanaan tatacara mensholatkan jenazah
Menanya
Siswa mengajukan pertanyaan tentangpelaksanaan tatacara
mensholatkan jenazah
Explorasi
Siswa mencari bacaan sholat jenazah
Asosiasi
Secara berpasangan siswa menghafal bacaan sholat jenazah
Komunikasi
Siswapraktek sholat jenazah secara berjama’ah.
3. Penutup
a. Melaksanakan penilaian dan refleksi serta penguatan
terhadap hasil praktek sholat jenazah;
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan
memberikan tugas baik secara individu maupun
kelompok
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada per-
temuan berikutnya.
15
Pertemuan 4 :
118
No. Kegiatan Menit
1. Pendahuluan:
a. Guru membuka proses pembelajaran dengan memberi
salam dan berdo’a,
b. Guru mengecek kesiapan kelas (absensi, tempat
duduk, kesediaan al-Qur’an dan Hadist, memakai
jilbab bagi yang muslimah, kebersihan dan sarana
yang dibutuhkan),
c. Guru bersama siswa bertadarus
d. Guru menyampaikan penjelasan tentang KI dan KD
dari pembelajaran yang akan dilakukan
e. Guru melakukan appersepsi,
f. Guru melaksanakan tes awal untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dan
akan disampaikan.
g. Guru menyampaikantahapan kegiatan yang meliputi
kegiatan mengamati, menanya, eksplorasi,
mengomunikasikan serta menyimpulkan dengan
membagi lembar kerja siswa.
10
2. Kegiatan Inti:
Mengamati
Siswamengamati video, gambar, tayangan, atau penjelasan
seputar pelaksanaan tatacara menguburkan jenazah
Menanya
Siswa mengajukan pertanyaan tentangpelaksanaan tatacara
menguburkan jenazah
110
119
No. Kegiatan Menit
Explorasi
Secara berkelompok siswa mendiskusikantatacara
menguburkan jenazah
Asosiasi
Siswa menganalisis, menghubungkan, dan menyimpulkan
data-data yang didapat dari hasil diskusi tentangtatacara
menguburkan jenazah
Komunikasi
Siswapraktek menguburkan jenazah secara berjama’ah.
3. Penutup
a. Melaksanakan penilaian dan refleksi serta penguatan
terhadap hasil praktek menguburkan jenazah;
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan
memberikan tugas baik secara individu maupun
kelompok
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada per-
temuan berikutnya.
15
D. Penilaian
Jenis/teknik penilaian: tes dan non tes berupa observasi terhadap
pelaksanaan diskusi dan portofolio.
Sikap spiritual
120
Teknik Penilaian : Penilaian diri
Bentuk Instrumen : Lembar penilaian diri
Kisi-kisi :
No. Sikap/nilai Butir
Instrumen
1. Meyakini bahwa hidup tidak abadi. Terlampir
2.
Meyakini bahwa ilmu penyelengagaraan
jenazahyang saya dapatkan adalah hasil jerih payah
semata.
Terlampir
3. Meyakini akan dalil-dalil yang qat.i daria al-
quran dan hadits Terlampir
4. Memperagakan pelaksanaan tatacara
penyelenggaraan jenazah Terlampir
5. Meyakini bahwa saya boleh berkata semaunya
kalau sudah mati tidak ada yang menemai Terlampir
6. Meyakini bahwa kita boleh berbuat sesuka hati
selama tidak yang abadi Terlampir
7. Meyakini bahwa nyawa itu sangat berharga,
sehingga harus dijaga sesuai kehendak yang punya. Terlampir
8.
Meyakini bahwa paranormal pasti tidak dapat
mengetahui sesuatu tentang roh, karena
terbatasnya kemampuan manusi
Terlampir
9. Meyakini bahwa manusia muslim meninggal
berbeda pelaksanaannya dengan manusia bukan Terlampir
121
muslim.
10. Meyakini bahwa saya harus selalu waspada
karena selalu malaikat.Maut Terlampir
Pengetahuan
Teknik Penilaian :Tes Tulis
Bentuk Instrumen : Lembar penilaian tes tulis
Kisi-kisi :
No. Indikator Butir Instrumen
1. Menjelaskancara
memandikan
Apa yang saudara ketahui tentang
syarat memandikan jenazah
2. Menjelaskancara
mengafani Jelaskan ketentuan mengkafani
3. Menjelaskancara
mensalatkan Tulislah bacaan sholat jenazah
4. Menjelaskancara
meguburkan
Tuliskan doa ketika meletakkan
jenazah di liang lahat
5. Menjelaskan etika
berta’ziah Bagaimana etika berta’ziah
Keterampilan
Teknik Penilaian : Performance
Bentuk Instrumen : Praktik
122
Kisi-kisi :
No. Keterampilan Butir
Instrumen
1. Terlampir
2. Terlampir
3. Terlampir
4. Terlampir
Mengetahui
Kepala Sekolah,
Praya, Agustus 2019
Guru PAI dan Budi Pekerti
1. Visi Misi SMK Negeri 2 Praya Tengah
Adapun Visi dan Misi SMK Negeri 2 Praya Tengah adalah sebagai berikut:
Visi:
Menjadikan SMK Negeri 2 Praya Tengah sebagai lembaga pendidikan
dan latihan yang membentuk calon tenaga kerja yang berakhlak mulia,
unggul, inovatif dan kompetitif.
Misi:
123
1. Pendidikan yang religius dengan berbasis budaya, teknologi dan karakter
bangsa
2. Kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan
3. Kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan
4. Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran
5. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2015
6. Pemasaran lulusan
7. Sekolah rujukan
8. Ekstrakurikuler
9. Penilaian dan ujian berbasis teknologi dan informasi
10. Teaching factory
11. Kerjasama industri dalam dan luar negeri
12. Penambahan kompetensi keahlian
13. Praktik kerja lapangan yang relevan.
2. Tujuan SMK Negeri 2 Praya Tengah
Tujuan umum SMK Negeri 2 Praya Tengah:
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia
dan keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan keahliannya.
Tujuan khusus SMK Negeri 2 Praya Tengah menjadi satuan pendidikan yang:
1. Menjadi satuan pendidikan yang berbasis pendidikan budaya dan karakter
bangsa
2. Menghasilkan tenaga kerja yang professional
124
3. Melahirka wirausahawan muda
4. Melanjutkan pendidikan tinggi
5. Meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan tenaga pendidik dan
kependidikan
3. Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Praya Tengah
Gambar 0.1
Siswa
Dunia Kerja Instansi Terkait
Kepala Sekolah
Akhirman Bakri, SP., M.MPd.
Komite Sekolah Dewan Pendidikan
Kepala Tata Usaha
Staf
Unit Pendidikan
Waka Humas
Waka Kurikulum
Waka Kesiswaan
Waka Sarana
Waka Manajemen
Mutu
Staf Staf Staf Staf Staf Staf
Prog Litbang
Kaprog TKK
Kaprog TAV
Kaprog TGB
KaprogTKR
Kaprog RPL
Kaprog TSM
Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf
Guru Mata Pendidikan Dan Pelatihan
125
4. Keadaan Guru dan Pegawai SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun
Pelajaran 2018/2019
Dengan jumlah guru yang cukup banyak yaitu 42 orang guru tetap dan
37 orang guru tidak tetap akan membantu kelancaran proses kegiatan belajar
mengajar. Adapun nama-nama guru SMK Negeri 2 Praya Tengah dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 0.1
Daftar Nama-Nama Guru SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019.
Daftar Nama Guru Tetap Tahun Pelajaran 2018/2019
No NAMA/NIP PANGKAT/
GOLONGAN
1 Akhirman Bakri, SP.,M.MPd.
19771231 200604 1 022
Pembina, IV/a
2 Muhadis Syarif M, S.Pd, M.Pd.
19611231 198403 1 198
Pembina, IV/a
3 Suroyo, A.Md.
19620121 198512 1 001
Pembina, IV/a
4 Ahmad Ilun Aripin, S.Pd.
19661231 198803 1 237
Pembina, IV/a
5 Hariri, S.Pd.
19671231 198803 1 249
Pembina, IV/a
6 Lalu Muksin, S.Pd.
19671231 198902 1 021
Pembina, IV/a
7 Dra. Ely Kusumastuti
19661006 199003 2 011
Pembina, IV/a
126
8 Mahrup, S.Pd.
19631231 199203 1 146
Pembina, IV/a
9 Ir. H. Kadi, MT
19631231 199303 1 157
Pembina, IV/a
10 Syapti, S.Pd.
19681231 199412 1 051
Pembina, IV/a
11 Lalu Slamat Riadi, S.Pd.
19700904 199412 1 003
Pembina, IV/a
12 Wakidi, S.Pd, M.T.
19681008 199601 1 002
Pembina, IV/a
13 Amrillah, S.Ag.
19670203 199802 1 001
Pembina, IV/a
14 Drs. Mahsun
19661231 199903 1 041
Pembina, IV/a
15 H. Mashuri, S.Pd, M.Pd.
19751231 199903 1 012
Pembina, IV/a
16 Sumerep, S.Pd, MM.
19681231 199302 1 014
Pembina, IV/a
17 Lalu Zulyadaen, S.Pd.
19691231 199802 1 035
Pembina, IV/a
18 Budianto, S.Pd.
19750527 200003 1 005
Pembina, IV/a
19 Junaidi Husnar, S.Pd.
19720921 200501 1 005
Penata, Tk. I, III/d
20 Baiq Nurhaida, S.Pd.
19770425 200604 2 006
Penata, Tk. I, III/d
21 Ernawati, ST.
19781231 200604 2 015
Penata, Tk. I, III/d
22 Happy Sukmawati, ST.
19790821 200604 2 006
Penata, Tk. I, III/d
127
23 Busri Halqi, S.Pd.
19811231 200604 1 019
Penata, Tk. I, III/d
24 Erlina Humaidah, S.PSI.
19760617 200701 2 018
Penata, Tk. I, III/d
25 RR. Aries Setyo Wardani, ST.
19770324 200701 2 013
Penata, Tk. I, III/d
26 Lia Sukmawati, S.Pd.
19810320 200604 2 017
Penata, Tk. I, III/d
27 Oka Yustinene, ST.
19750526 201001 2 005
Penata, III/c
28 Yasmi Verasusanti, S.Kom.
19770502 201001 2 004
Penata, III/c
29 Fitriati, S.Pd.
19790202 201001 2 011
Penata, III/c
30 Suherman, S.Pd.
19791231 201001 1 038
Penata, III/c
31 Junaedi, S.Pd. T.
19830603 201001 1 009
Penata, III/c
32 Rohadi Kuswara, S.Pd. T.
19830603 201001 1 009
Penata, III/c
33 Husnul Hidayati, S.Pd.
19830707 201001 2 017
Penata, III/c
34 Asrul Hadi, S.Pd. T.
19841116 201001 1 007
Penata, III/c
35 Dessi Yustika Rosadi, S.Pd.
19861217 201001 2 008
Penata, III/c
36 Raden Muh. Farihin, S.Pd.
19760630 201101 1 011
Penata Muda Tk I,
III/b
37 Baiq Suliana Indrayanti, S.PdT, M.Pd.
19840110 201101 2 013
Penata Muda Tk I,
128
III/b
38 Erti Estiwati, S.Pd.
19700212 200101 2 025
Penata Muda, III/b
39 Nining Rahayuningsih, S.Pd.
19861224 201503 2 001
Penata Muda, III/b
40 Syukur Indah Wijaya, ST.
19800620 201407 1 004
Penata Muda, III/b
41 Jafar Ahmadi, S.Pd. T.
19800710 201407 1 002
Penata Muda, III/b
42 M. Khalid Gazali, S.Kom.
19800710 201407 1 002
Penata Muda, III/b
Sumber: Laporan Bulanan Kepegawaian SMK Negeri 2 Praya Tengah
Tabel 0.2
Daftar Nama Guru Tidak Tetap Tahun Pelajaran 2018/2019
No NAMA STATUS
1 Sapdi, S.Pd. GTT
2 Ahmad Padli, ST. GTT
3 Sudiman, ST. GTT
4 Fiqhiyatul Laila Isnaini, S.Pd. GTT
5 Baiq Lena Triyuniasari, S.Pd. GTT
6 Baiq Mira Sopia, S.Si. GTT
7 Lalu Teguh Syailendra, S.Pd. GTT
8 Lalu Satriadi, S.Kom. GTT
9 Yahya Hadi Pranoto, S.Pd. GTT
10 Khaerul Mulki, S.Pd,I. GTT
129
11 Risky Zulharyanto, S.Pd. GTT
12 Habib Toha, S.Pd. GTT
13 Sukrul Hadi, S.Pd. GTT
14 Yusri Narti, S.Pd. GTT
15 Sasmita Dwi Atmi, S.Pd. GTT
16 Mismardiana, S.Pd. GTT
17 Haditia Kusuma, S.Pd. GTT
18 Taufikurrahman, ST. GTT
19 Baiq Sinta Dwi Permata Sari, S.Pd. GTT
20 Erpina Cahayani, S.Kom. GTT
21 Hana Apriliana, S.Pd. GTT
22 Lalu Danuar Izzan, S.Pd. GTT
23 M. Vanny Dian Purnama, S.Pd. GTT
24 Saparwadi, S.Pd.I GTT
25 Rendi Ramdani Husen, S.Par. GTT
26 Selamet Riadi. S.Pd. GTT
27 Dewi Siti Aminah, S.Pd. GTT
28 Lalu Nurul Wathoni, M.Pd. GTT
29 Baiq Erma Ratna, S.Pd. GTT
30 Baiq Andina Tiara, S.Pd. GTT
31 Nurul Izzati, S.Pd. GTT
32 Yogi Rezki Fauzi, S.Pd. GTT
130
33 H. Suprapto GTT
34 Sahrul Aditia, S.Pd. GTT
35 Muhammad Aswin Wijaya, S.Pd. GTT
36 Artha Putra Pratama, S.Pd. GTT
37 Mila Mala Dewi, S.Pd. GTT
Sumber: Laporan Bulanan Kepegawaian SMK Negeri 2 Praya Tengah
Adapun pegawai di SMK Negeri 2 Praya Tenagh berjumlah 24
orang. Nama-nama pegawai tersebut sebagai berikut:
Tabel 0.3
Daftar Nama Pegawai Tidak Tetap Tahun Pelajaran 2018/2019
No NAMA STATUS
1 Abdul Hapiz PTT
2 Rahmayanti, S.Pd. PTT
3 Bq. Lareta Anrizka, S.Pd. SE. PTT
4 Sapiatun PTT
5 Ira Mariana, S.Pd. PTT
6 Raden Suwondo Darmono PTT
7 Hirman Wahyudi PTT
8 Bq. Desi Erviliana, S.Pd. PTT
9 Fajarudin, A.Md. PTT
10 Miatre Wardana PTT
11 Lalu Roni Wiraguna PTT
131
12 Baiq. Sri Murni PTT
13 Mihardi, A.Md. PTT
14 Muhammad Mizmar Huda PTT
15 Herman Suryadi PTT
16 Lili Juliana Ningsih PTT
17 Reni Nurmayanti, A.Md. PTT
18 Johar PTT
19 Hirlan PTT
20 Muhamad Azhari PTT
21 Agus Muliady PTT
22 Muhammad Hariadi PTT
23 Suharyani PTT
24 Dedi Suprianto PTT
Sumber: Laporan Bulanan Kepegawaian SMK Negeri 2 Praya Tengah
5. Keadaan Siswa/Siswi SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019
Adapun jumlah siswa/siswi SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun
Pelajaran 2018/2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 0.4
132
Daftar Jumlah Siswa/Siswi SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun
Pelajaran 2018/2019.
Kelas
Banyak Kelas
Jumlah Murid
Laki-laki Perempuan Jumlah
X 11 286 15 301
XI 11 220 30 250
XII 11 237 28 265
Jumlah 743 73 816
Sumber: Laporan Bulanan Kesiswaan SMK Negeri 2 Praya Tengah
6. Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Negeri 2 Praya Tengah
Sebagai lembaga pendidikan formal, SMK Negeri 2 Praya Tengah
memiliki perlengkapan sarana dan prasarana yang cukup memadai. Adapun
sarana dan prasarana yang dimiliki SMK Negeri 2 Praya Tengah dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 0.5
Daftar Sarana dan Prasarana SMK Negeri 2 Praya Tengah Tahun
Pelajaran 2018/2019.
No Nama Ruang Jumlah
1 Ruang Kelas 29
2 Ruang Perpustakaan 1
3 Lab. IPA 1
4 Lab. Komputer 4
5 Ruang Praktik Gambar 2
133
6 Ruang Kepala Sekolah 1
7 Ruang Wakasek 1
8 Ruang TU 1
9 Ruang Guru 1
10 Ruang Ibadah 1
11 Ruang BK 2
12 Ruang Osis 1
13 Toilet Siswa 5
14 Toilet Guru dan Pegawai 8
15 Gudang 1
16 Lapangan Olahraga 1
17 Aula 1
18 Ruang Pramuka 1
19 Kopsis 1
20 Kantin Sekolah 3
21 Ruang Penjaga Sekolah 1
22 Ruang kesenian 1
Sumber: Buku Profil Sekolah SMK Negeri 2 Praya Tengah
134
135
141
142
143
144
145
146
Recommended