21
Materi Presentasi PAI “Jual Beli Online Menurut Syariat Islam” Disusun oleh: 1. Titah Fajar Rizki 13030654047 2. Nur Jannatin 13030654060 3. Dwi Rahmawaty 13030654073 4. M. Fahmi Ilmi 13030654079 Kelas PSB 2013

Materi Presentasi PAI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hukum jual Beli Online dalam Islam

Citation preview

Page 1: Materi Presentasi PAI

Materi Presentasi PAI

“Jual Beli Online Menurut Syariat Islam”

Disusun oleh:

1. Titah Fajar Rizki 130306540472. Nur Jannatin 130306540603. Dwi Rahmawaty 130306540734. M. Fahmi Ilmi 13030654079

Kelas PSB 2013

Universitas Negeri SurabayaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prodi Pendidikan Sains2013/2014

Page 2: Materi Presentasi PAI

Jual Beli Online Menurut Syariat Islam

A. Pengertian Jual Beli

Jual beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain

dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya.

Menurut etimologi (bahasa), jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan

sesuatu (yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba’i, asy-syira’, al-mubadah, dan at-

tijarah. Menurut terminologi (istilah), para ulama berbeda pendapat dalam

mendefinisikannya, antara lain :

1. Menurut ulama Hanafiyah : Jua l be l i ada l ah ”pe r t uka ran ha r t a ( benda )

dengan ha r t a berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).”

2. Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ : Jual beli adalah “ pertukaran harta

dengan harta untuk kepemilikan.”

3. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al-mugni : Jual beli adalah “ pertukaran harta

dengan harta, untuk saling menjadikan milik.”

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, jual beli ialah persetujuan saling

mengikat antara penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) dan

pembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang dijual) secara

sukarela di antara kedua belah pihak, dan sesuai syariat Islam dengan menggunakan alat

pengganti yang dibenarkan oleh hukum Islam. Yang dimaksud alat pengganti adalah alat

pembayaran yang sah dan diakui keberadaannya.

B. Hukum Jual Beli dalam Syariat Islam

Jual beli sudah ada sejak dulu, meskipun bentuknya berbeda. Jual beli  juga

dibenarkan dan berlaku sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW sampai sekarang. Jual beli

mengalami perkembangan seiring pemikiran dan pemenuhan kebutuhan manusia. Jual beli

yang ada di masyarakat di antaranya adalah:

a) Jual beli barter (tukar menukar barang dengan barang);

b) Money charger (pertukaran mata uang);

c) Jual beli kontan (langsung dibayar tunai);

d) Jual beli dengan cara mengangsur (kredit);

e) Jual beli dengan cara lelang (ditawarkan kepada masyarakat umum untuk

mendapat harga tertinggi).

1

Page 3: Materi Presentasi PAI

Adapun yang menjadi dasar hukum jual beli dalam Islam adalah:

a) Al-Qur’an

�ح�ل� و�أ الله� ع� �ي ب ال م� و�ح�ر� اۈبالر�

Artinya:

…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan  riba…

(Q.S. al-Baqarah: 275) dan Surat al-Nisa’: 29

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

Berlaku dengan suka sama-suka .”

b) Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:

: . . �ق�و ل� ي ق�ال� و ل� س� ر� �الله ص�ل�ى الله� � ه �ي ع�ل �م� ل و�س� �م�ا �ن ا ع� �ي ب ال ع�ن اض$ �ر� ت رواه ابن ماجه

ع�ن �ي ب� أ � د ع�ي س� خ�د ر�ي� ال

Artinya:

Dari Abi Sa’id al-Khudri berkata, Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya

jual beli itu didasarkan atas saling meridai.(H.R. Ibnu Majah).

c) Ijma’

Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan

bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa

bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain

yang dibutuhkan itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.

Hukum jual beli ada 4 macam, yaitu:

1. Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli

2. Wajib, apabila menjual merupakan keharusan, misalnya menjual barang untuk

membayar hutang

3. Sunah, misalnya menjual barang  kepada sahabat atau orang yang sangat memerlukan

barang yang dijual

4. Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untuk diperjualbelikan. Menjual

barang untuk maksiat, jual beli untuk menyakiti seseorang, jual beli untuk merusak

harga pasar, dan jual beli dengan tujuan merusak ketentraman masyarakat

C. Rukun Jual Beli Menurut Syariat Islam

Jual beli dinyatakan  sah apabila memenuhi rukun dan syarat jual beli. Rukun jual beli

berarti sesuatu yang harus ada dalam jual beli. Apabila salah satu rukun jual beli tidak

2

Page 4: Materi Presentasi PAI

terpenuhi, maka jual beli tidak dapat dilakukan. Menurut sebagian besar  ulama, rukun jual

beli ada empat macam, yaitu:

a) Orang-orang yang berakad (Subyek)

Ada dua pihak yaitu bai’ (penjual) dan mustari (pembeli)

b) Ma’kud ‘Alaih (obyek)

Barang-barang yang diperjualbelikan yang bermanfaat menurut syara’

c) Alat tukar yang sah (uang)

d) Shigat (Ijab Kabul)

Ijab adalah perkataan penjual dalam menawarkan barang dagangan, misalnya: “Saya

jual barang ini seharga Rp 5.000,00”.  Sedangkan kabul adalah perkataan pembeli

dalam menerima jual beli, misalnya: “Saya beli barang itu seharga Rp 5.000,00”.

Imam Nawawi berpendapat, bahwa ijab dan kabul tidak harus diucapkan, tetapi

menurut adat kebiasaan yang sudah berlaku. Hal ini sangat sesuai dengan transaksi

jual beli yang terjadi saat ini di pasar swalayan. Pembeli cukup mengambil barang

yang diperlukan kemudian dibawa ke kasir untuk dibayar.

D. Syarat Sah Jual Beli

a) Penjual dan pembeli

Adapun syarat penjual dan pembeli, yaitu :

Jual beli dilakukan oleh orang yang berakal agar tidak tertipu dalam jual beli.

Allah swt.berfirman dalam surah an-Nisa’ ayat 5 :

الو� �ؤ ت ف�ه�اء� �و االس5 ت �م� �ك �م و�ال ا �ى �ت ال ج�ع�ل� الله� �م �ك ل �م9ا ق�ي

Artinya:

Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya,

harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai

pokok kehidupanmu.(Q.S.an-Nisa’ : 5)

Jual beli dilakukan atas kemauan sendiri (tidak dipaksa). Dalam Surah an-

Nisa’ ayat 29 Allah berfirman:

ن� �ذ�ي ;ال ا �و ا م�ن � ال �و ا �ل ك �أ ت �م �ك م و�آل

� أ �م �ك ن �ي ب �ا ب ��اط�ل ب �ل ا ال ن� أ �و ن� �ك ت ة9 ار� �ج� ت ع�ن اض$ �ر� ت �م ك م�ن

5ه�ا ي� �أ ي

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar) kecuali dalam perdagangan

yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. (Q.S. an-Nisa’: 29)

3

Page 5: Materi Presentasi PAI

Barang yang diperjualbelikan memiliki manfaat (tidak mubazir)

Penjual dan pembeli sudah balihg atau dewasa, akan tetapi anak-anak yang

belum baligh  dibolehkan melakukan jual beli untuk barang-barang yang

bernilai kecil, misalnya jual beli buku dan koran.

Kewajiban Penjual Menurut Hukum di Indonesia

Ketentuan Pasal 1474 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan

bahwa: Penjual mempunyai dua kewajiban utama yaitu menyerahkan barangnya dan

menanggungnya.

Penanggungan kebendaan yang diberikan oleh penjual meliputi 2 hal pokok:

Pertama, yang berhubungan dengan penguasaan kebendaan yang dijual tersebut oleh

pembeli secara aman dan tentram, dengan pengertian bahwa kebendaan yang dijual oleh

penjual atau dibeli oleh pembeli tersebut tidak dimiliki secara bersama-sama oleh pihak

lain dan berada dalam keadaan yang bebas dari jaminan kebendaan ataupun jaminan

karena adanya penghukuman atau penyitaan. Kedua, yang berkaitan dengan kebendaan

yang menjadi objek jual beli, yang dijelaskan lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 1504-

1506 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menjelaskan tentang cacat barang

yang dijual. (Buku Jual Beli halaman 55-60)

b) Syarat uang dan barang yang dijual

Keadaan barang suci atau dapat disucikan.

Barang yang dijual  memiliki manfaat.

Barang yang dijual adalah milik penjual atau milik orang lain yang

dipercayakan kepadanya untuk dijual. Rasulullah bersabda:

. � ال ع� �ي ب � ا ال م�ا ف�ي �م ل�ك� ت رواه ابو داودArtinya:

Tidak Sah jual beli kecuali pada barang yang dimiliki.(H.R. Abu Daud dari

Amr bin Syu’aib).

Barang yang dijual dapat diserahterimakan sehingga tidak terjadi penipuan

dalam jual beli.

Barang yang dijual dapat diketahui dengan jelas baik ukuran, bentuk, sifat dan

bentuknya oleh penjual dan pembeli.

c) Ijab Kabul

Ijab adalah pernyataan penjual barang sedangkan Kabul adalah perkataan

pembeli barang. Dengan demikian, ijab kabul merupakan kesepakatan antara penjual

4

Page 6: Materi Presentasi PAI

dan pembeli atas dasar suka sama suka. Ijab dan kabul dikatakan sah apabila

memenuhi syarat sebagai berikut:

Kabul harus sesuai dengan ijab;

Ada kesepakatan antara ijab dengan kabul pada barang yang ditentukan

mengenai ukuran dan harganya;

Akad tidak dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan

akad, misalnya: “Buku ini akan saya jual kepadamu Rp 10.000,00 jika saya

menemukan uang”.

Akad tidak boleh berselang lama, karena hal itu masih berupa janji.

Membedakan jual beli yang diperbolehkan dan jual beli yang dilarang

E. Jual Beli yang Diperbolehkan dan Dilarang dalam Islam

Jual beli yang diperbolehkan dalam Islam

a. telah memenuhi rukun dan syarat dalam jual beli

b. jenis barang yang dijual halal

c. jenis barangnya suci

d. barang yang dijual memiliki manfaat

e. atas dasar suka sama suka bukan karena paksaan

f. saling menguntungkan

Jual beli yang dilarang dalam Islam

a. Memperjualbelikan barang-barang yang haram

b. Jual beli barang untuk mengacaukan pasar

c. Jual beli barang curian

d. Jual beli dengan syarat tertentu

e. Jual beli yang mengandung unsur tipuan

f. Jual beli barang yang belum jelas misalnya menjual ikan dalam kolam

g. Jual beli barang untuk ditimbun

Ditinjau dari segi pertukaran, jual beli dalam Islam dibedakan menjadi:

1) Jual Beli Salam (pesanan)

Salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang

pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang. Jual beli

salam adalah jual beli melalui pesanan, yakni jual beli dengan cara

menyerahkan uang muka terlebih dahulu kemudian barang diantar belakangan.

5

Page 7: Materi Presentasi PAI

2) Jual Beli Muqayyadah (barter)

Jual beli muqayyadah adalah jual beli dengan cara menukar barang dengan

barang

3) Jual Beli Muthlaq

Jual beli muthlaq adalah jual beli barang dengan sesuatu yang telah disepakati

sebagai alat tukar

4) Jual Beli Alat Tukar dengan Alat Tukar

Jual beli alat tukar dengan alat tukar adalah jual beli barang yang biasa dipakai

sebagai alat tukar dengan alat tukar lainnya,seperti dinar dan dirham.

F. Bisnis Online (Jual Beli Online)

Kemajuan teknologi informasi telah memanjakan umat manusia. Berbagai hal yang

dahulu seakan mustahil dilakukan, kini dengan mudah terlaksana. Dahulu, praktik

perdagangan banyak dibatasi waktu, tempat, ruang, dan lainnya. Namun kini batasan-batasan

itu dapat dilampaui. Keterbatasan ruang tidak lagi menjadi soal, sebagaimana perbedaan

waktu tidak lagi menghambat untuk menjalankan berbagai perniagaan.

Di antara kemajuan teknologi informatika yang banyak membantu perdagangan ialah

internet. Dengan memanfaatkan jaringan online, kita dapat memasarkan barang sebanyak

mungkin, dan mendapatkan konsumen sebanyak mungkin pula. Walau demikian, bukan

berarti kita bebas menjalankan perniagaan sesuka hati. Berbagai batasan yang berlaku dalam

syariat tetap harus diindahkan, agar perniagaan online sejalan dengan syariat Allah ‘Azza wa

Jalla.

Karakteristik bisnis online, yaitu:

Terjadinya transaksi antara dua belah pihak

Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi

Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme akad tersebut

Dari karakteristik di atas, bisa di lihat bahwa yang membedakan jual beli online

dengan jual beli offline yaitu proses transaksi (akad) dan media utama dalam proses tersebut.

Akad merupakan unsur penting dalam suatu bisnis. Secara umum, jual beli dalam Islam

menjelaskan adanya transaksi yang bersifat fisik, dengan menghadirkan benda tersebut

ketika transaksi, atau tanpa menghadirkan benda yang dipesan, tetapi dengan ketentuan

harus dinyatakan sifat benda secara konkret, baik diserahkan langsung atau diserahkan

kemudian sampai batas waktu tertentu, seperti dalam transaksi as-salam dan transaksi al-

istishna.

6

Page 8: Materi Presentasi PAI

Transaksi as-salam merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran secara

tunai/disegerakan tetapi penyerahan barang ditangguhkan. Sedang transaksi al-istishna

merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran secara disegerakan atau secara

ditangguhkan sesuai kesepakatan dan penyerahan barang yang ditangguhkan.

Pengertian Jual beli dengan Akad Salam Secara online (E-Commerce)

Transaksi secara online merupakan transakasi pesanan dalam model bisnis era

global yang non face, dengan hanya melakukan transfer data lewat maya (data

intercange) via internet, yang mana kedua belah pihak, antara originator dan adresse

(penjual dan pembeli), atau menembus batas System Pemasaran dan Bisnis-Online

dengan menggunakan Sentral shop, Sentral Shop merupakan sebuah Rancangan Web

Ecommerce smart dan sekaligus sebagai Bussiness Intelligent yang sangat stabil

untuk diguakan dalam memulai, menjalankan, mengembangkan, dan mengontrol

Bisnis. Perkembangan teknologi inilah yang bisa memudahkan transaksi jarak jauh,

dimana manusia bisa dapat berinteraksi secara singkat walaupun tanpa face to face,

akan tetapi di dalam bisnis adalah yang terpenting memberikan informasi dan

mencari keuntungan.

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Secara Online (E-Commerce)

Apabila dilihat secara sepintas mungkin syariat Islam mengarah pada

ketidakdibolehkannya transaksi secara online (E-commerce), disebabkan

ketidakjelasan tempat dan tidak hadirnya kedua pihak yang terlibat dalam tempat.

Tapi kalau kita mencoba menelaah kembali dengan mencoba

mengkolaborasikan antara ungkapan al-Qur’an, hadits dan ijmma’, dapat dianalisis

adanya keterlibatan hukum islam terhadap permasalahan kontemporer. Karena dalam

al-Qur’an permasalahn trasnsaksi online masih bersifat global, selanjutnya hanya

mengarahkan pada peluncuran teks hadits yang dikolaborasikan dalam peramasalahan

sekarang dengan menarik sebuah pengkiyasan. Sebagaimana ungkapan Abdullah bin

Mas’ud : Bahwa apa yang telah dipandang baik oleh muslim maka baiklah dihadapan

Allah, akan tetapi sebaliknya.

Intinya, sebagaimana hukum dasar dari muammalah menurut Islam. Jual beli

online dihukumkan Ibahah (dibolehkan) selama tidak mengandung unsur-unsur yang

dapat merusaknya seperti riba, kezhaliman, penipuan, kecurangan, dan sejenisnya.

Dan yang paling penting adalah kejujuran, keadilan, dan kejelasan dengan

7

Page 9: Materi Presentasi PAI

memberikan data secara lengkap, dan tidak ada niatan untuk menipu atau merugikan

orang lain.

Langkah-Langkah Agar Jual Beli Secara Online Diperbolehkan, Halal, Dan

Sah Menurut Syariat Islam

Pertama, Produk Halal

Kewajiban menjaga hukum halal-haram dalam objek perniagaan tetap berlaku,

termasuk dalam perniagaan secara online, mengingat Islam mengharamkan hasil

perniagaan barang atau layanan jasa yang haram, sebagaimana ditegaskan dalam

hadis: “Sesungguhnya bila Allah telah mengharamkan atas suatu kaum untuk

memakan sesuatu, pasti Ia mengharamkan pula hasil penjualannya.” (HR Ahmad, dan

lainnya).

Kedua, Kejelasan Status

Di antara poin penting yang harus diperhatikan dalam setiap perniagaan adalah

kejelasan status. Apakah sebagai pemilik, atau paling kurang sebagai perwakilan dari

pemilik barang, sehingga berwenang untuk menjual barang. Ataukah hanya

menawarkan jasa pengadaan barang, dan atas jasa ini mensyaratkan imbalan tertentu.

Atau hanya sekadar seorang pedagang yang tidak memiliki barang namun bisa

mendatangkan barang yang ditawarkan.

Berikut ini beberapa hukum berdagang secara online pada masing-masing

kemungkinan yang terjadi pada kasus di atas.

1. Sebagai pemilik barang atau perwakilannya (agen/distributor resmi).

Secara prinsip, pada posisi ini, Anda boleh menjual barang secara offline atau

online, sebagaimana Anda juga dibenarkan untuk menjualnya secara tunai atau

secara kredit dengan harga yang Anda tentukan atau sesuai kesepakatan.

2. Sebagai pemberi layanan pengadaan barang.

Karena Anda memiliki relasi yang luas atau kemampuan pengadaan barang

yang memadai, mungkin Anda menawarkan jasa ke orang lain untuk pengadaan

barang yang mereka butuhkan. Dan bila alternatif ini yang Anda jalankan, dan

atasnya Anda meminta imbalan, secara prinsip imbalan tersebut halal, asalkan

nominalnya jelas dan disepakati pada sejak awal akad. Hal ini berdasarkan sabda

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Kaum Muslimin senantiasa memenuhi

persyaratan mereka.”  (HR.  Abu Dawud, Hakim, Baihaqi, dan lainnya)

8

Page 10: Materi Presentasi PAI

Misal, Anda menjadi supplier restoran tertentu untuk kebutuhan barang

tertentu. Anda berhak mendapat upah dari restoran tersebut.

3. Sebagai pedagang yang tidak memiliki barang dan juga bukan sebagai perwakilan.

Bila yang Anda lakukan hanya sebatas memasang gambar barang atau kriteria

barang, dan bukan sebagai pemilik atau perwakilannya, ada dua kemungkinan

yang bisa terjadi:

a) Anda mensyaratkan pembayaran secara tunai kepada setiap calon pembeli.

Dengan demikian, calon pembeli melakukan pembayaran lunas tanpa ada

yang terutang sedikit pun atas setiap barang yang ia pesan. Dengan metode

ini Anda melakukan perniagaan dengan skema akad salam. Metode ini

dibenarkan secara syariat walaupun pada saat transaksi Anda tidak memiliki

barang. Dan syaratnya sekali lagi, Anda harus menerima uang dari pembeli

secara tunai.

Muhammad bin Abil Mujalid mengisahkan: “Pada suatu hari aku diutus

oleh Abdullah bin Syaddad dan Abu Burdah untuk bertanya kepada sahabat

Abdullah bin Aufa. Mereka berdua berpesan: bertanyalah kepadanya,

apakah dahulu sahabat Nabi semasa hidup Nabi memesan gandum dengan

pembayaran lunas di muka? Ketika sahabat Abdullah ditanya demikian,

beliau menjawab: Dahulu kami memesan gandum, sya’ir (satu jenis

gandum dengan mutu rendah), dan minyak zaitun dalam takaran, dan tempo

penyerahan yang disepakati dari para pedagang Negeri Syam. Muhammad

bin Abil Mujalid kembali bertanya: Apakah kalian memesan langsung dari

para pemilik ladang? Abdullah bin Aufa kembali menjawab: Kami tidak

bertanya kepada mereka, tentang hal itu.” (HR. Al-Bukhari)

b) Anda tidak menerima pembayaran tunai atau hanya menerima uang muka.

Salah satu ciri khas perniagaan secara online adalah barang yang menjadi

obyek transaksi hanya bisa diserah-terimakan selang beberapa waktu. Serah

terima fisik barang secara langsung dalam jual-beli secara online adalah

suatu hal yang mustahil dapat dilakukan.

Dalam kondisi ini, Anda melakukan transaksi yang sama-sama terutang.

Sementara secara hukum, transaksi ini termasuk transaksi bermasalah.

Imam Ahmad bin Hambal berkata: “Tidak ada hadis sahih satu pun tentang

larangan menjual piutang dengan piutang, akan tetapi kesepakatan ulama

telah bulat bahwa tidak boleh memperjual-belikan piutang dengan piutang.”

9

Page 11: Materi Presentasi PAI

Ungkapan senada juga diutarakan oleh Ibnul Munzir. (at-Talkhis al-Habir

oleh Ibnu Hajar al-Asqalany 3:406 dan Irwa’ul Ghalil oleh al-Albani 5:220-

222). Karena itu agar tidak terjerumus dalam akad jual-beli utang dengan

utang, maka lawan transaksi harus melakukan pembayaran secara tunai,

sehingga skema jual beli yang anda lakukan menjadi transaksi salam.

Ketiga, Kesesuaian Harga Dengan Kualitas Barang

Dalam jual beli online, kerap kali kita jumpai banyak pembeli merasa kecewa

setelah melihat pakaian yang telah dibeli secara online. Entah itu kualitas kainnya,

ataukah ukurang yang ternyata tidak pas dengan badan. Sebelum hal ini terjadi

kembali pada Anda, patutnya anda mempertimbangkan benar apakah harga yang

ditawarkan telah sesuai dengan kualitas barang yang akan dibeli. Sebaiknya juga

Anda meminta foto real dari keadaan barang yang akan dijual.

Keempat, Kejujuran

Berniaga secara online, walaupun memiliki banyak keunggulan dan

kemudahan, namun bukan berarti tanpa masalah. Berbagai masalah dapat saja

muncul pada perniagaan secara online. Terutama masalah yang berkaitan dengan

tingkat amanah kedua belah pihak. Bisa jadi ada orang yang melakukan pembelian

atau pemesanan. Namun setelah barang Anda kirim kepadanya, ia tidak melakukan

pembayaran atau tidak melunasi sisa pembayarannya. Bila Anda sebagai pembeli,

bisa jadi setelah Anda melakukan pembayaran, atau paling kurang mengirim uang

muka, ternyata penjual berkhianat, dan tidak mengirimkan barang. Bisa jadi barang

yang dikirim ternyata tidak sesuai dengan apa yang ia gambarkan di situsnya atau

tidak sesuai dengan yang Anda inginkan.

Syarat-syarat mendasar diperbolehkannya jual beli lewat online, adalah

sebagai berikut :

1) Tidak melanggar ketentuan syari’at Agama, seperti transaksi bisnis

yang diharamkan, terjadinya kecurangan, penipuan dan menopoli.

2) Adanya kesepakatan perjanjian diantara dua belah pihak (penjual dan

pembeli) jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan antara sepakat

(Alimdha’) atau pembatalan (Fasakh). Sebagaimana yang telah diatur

didalam Fikih tentang bentuk-bentuk option atau alternative dalam

akad jual beli (Alkhiarat) seperti Khiar Almajlis (hak pembatalan di

tempat jika terjadi ketidak sesuaian), Khiar Al’aib (hak pembatalan

jika terdapat cacat), Khiar As-syarath (hak pembatalan jika tidak

10

Page 12: Materi Presentasi PAI

memenuhi syarat), Khiar At-Taghrir/ Attadlis (hak pembatalan jika

terjadi kecurangan), Khiar Alghubun (hak pembatalan jika terjadi

penipuan), Khiar Tafriq As-Shafqah (hak pembatalan karena salah satu

diantara dua belah pihak terputus sebelum atau sesudah transaksi),

Khiar Ar-Rukyah (hak pembatalan adanya kekurangan setelah dilihat)

dan Khiar Fawat Alwashaf (hak pembatalan jika tidak sesuai sifatnya).

3) Adanya kontrol, sangsi dan aturan hukum yang tegas dan jelas dari

pemerintah (lembaga yang berkompeten) untuk menjamin bolehnya

berbisnis yang dilakukan transaksinya melalui online bagi masyarakat.

Jika bisnis lewat online tidak sesuai dengan syarat-syarat dan

ketentuan yang telah dijelaskan di atas, maka hukumnya adalah

“Haram” tidak diperbolehkan. Kemaslahatan dan perlindungan

terhadap umat dalam berbisnis dan usaha harus dalam perlindungan

negara atau lembaga yang berkompeten. Agar tidak terjadi hal-hal

yang membawa kemudratan, penipuan dan kehancuran bagi

masyarakat dan negaranya.

KESIMPULAN

Berbisnis melalui online satu sisi dapat memberi kemudahan dan menguntungkan

bagi masyarakat. Namun kemudahan dan keuntungan itu jika tidak diiringi dengan etika

budaya dan hukum yang tegas akan mudah terjebak dalam tipu muslihat, saling mencurangi

dan saling menzalimi. Disinilah Islam bertujuan untuk melindungi umat manusia sampai

kapanpun agar adanya aturan-aturan hukum jual beli dalam Islam yang sesuai dengan

ketentuan syari’at agar tidak terjebak dengan keserakahan dan kezaliman yang meraja lela.

Jual beli online dihukumkan Ibahah (dibolehkan) selama tidak mengandung unsur-unsur

yang dapat merusaknya seperti riba, kezhaliman, penipuan, kecurangan, dan sejenisnya.

Transaksi bisnis lewat online jika sesuai dengan syariat Islam, Insya Allah akan membawa

kemajuan bagi masyarakat dan negara,  semoga. Wallahua’lam bis-shawab.

Daftar Pustaka

11

Page 13: Materi Presentasi PAI

Asnawi, Haris Faulidi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam, (Yogyakarta : Laskar

Press)

Azzuracie. 2013. Hukum Jual Beli Online.

http://azzuracie.wordpress.com/2013/04/25/hukum-jual-beli-online/ diakses pada 7

maret 2014 pada pukul 16.45

Pakdenote. 2012. Hukum jual beli Online Menurut Islam.

http://pakdenote.wordpress.com/2012/12/20/hukum-jual-beli-online-menurut-islam/

diakses pada 6 maret 2014 pukul 17.00 WIB

PPHHIMM. 2008. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group

Syariah, Konsultasi. Halal Haram Bisnis Online. http://www.konsultasisyariah.com/halal-

haram-bisnis-online/ diakses pada 7 maret 2014 pukul 16.30 WIB

Widjaja, Gunawan. 2004. Jual Beli , Jakarta : Raja Grafindo Persada

12