View
25
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
MODUL KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT DENGAN BANJIR
PELATIHAN PENGENDALIAN BANJIR
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 02
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir sebagai
materi inti/substansi dalam Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang SDA.
Modul kebijakan dan peraturan terkait banjir disusun dalam 3 (tiga) bagian yang
terbagi atas Pendahuluan, Materi pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir. Penekanan orientasi pembelajaran
pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka
dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan
yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.
Bandung, September 2017
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Air dan Konstruksi
Ir. K. M. Arsyad, M.Sc.
NIP. 19670908 199103 1 006
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
PETUNJUK PENGGUNAAN ................................................................................ iii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat ........................................................................................... 1
C. Tujuan Pembelajaran ..................................................................................... 1
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok .............................................................. 2
E. Estimasi Waktu .............................................................................................. 2
MATERI POKOK 1 KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT DENGAN BANJIR
............................................................................................................................... 3
1.1 Ketentuan Dasar ............................................................................................ 3
1.2 Peraturan Perundangan Tentang Banjir ......................................................... 4
1.2.1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26
Tahun 2015 Tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan
Ruas Bekas Sungai ............................................................................. 5
1.2.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28
Tahun 2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, Garis
Sempadan Danau ............................................................................... 7
1.2.3 Kebijakan yang Terkait Pengelolaan Bencana .................................... 9
1.3 Latihan ......................................................................................................... 15
1.4 Rangkuman ................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................ 16
A. Simpulan ..................................................................................................... 16
B. Tindak Lanjut ............................................................................................... 17
EVALUASI FORMATIF ....................................................................................... 18
A. Soal ............................................................................................................. 18
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
PETUNJUK PENGGUNAAN
Deskripsi
Modul kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir ini terdiri dari 1 (satu) materi
pokok yang membahas kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami kebijakan
dan peraturan terkait dengan banjir. Setiap materi pokok dilengkapi dengan latihan
yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari
materi pada materi pokok.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik
materi yang merupakan materi inti/substansi dari Pelatihan Pengendalian banjir.
Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu
materi yang berkaitan dengan kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir dari
sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, adanya
kesempatan diskusi dan studi kasus.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media
pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan
penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dengan semakin bertambahnya volume dan kompleksitas tugas-tugas
lembaga pemerintahan dan silih bergantinya regulasi yang begitu cepat perlu
upaya-upaya preventif untuk memperlancar tugas-tugas yang harus diemban oleh
Pegawai Negeri Sipil.
Untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, Pegawai
Negeri Sipil harus memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan
peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hal
tersebut dapat terwujud dengan melalui pembinaan yang dilaksanakan
berkelanjutan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 yang
dinyatakan bahwa manajemen PNS diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan pembangunan secara berhasil guna dan berdaya guna
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta pelatihan dengan pengetahuan/wawasan
mengenai peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengendalian banjir, melalui
metode ceramah interaktif, diskusi dan studi kasus..
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 2
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu menjelaskan
kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir.
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Dalam modul kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir ini akan membahas
materi:
1) Ketentuan dasar
2) Peraturan perundangan terkait banjir
a) Permen PUPR No. 26 tahun 2015 tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau
Pemanfaatan Ruang Bekas Sungai,
b) Permen PUPR No. 28 tahun 2015 tentang Penetapan Garis Sempadan
Sungai dan Garis Sempadan Danau,
c) Kebijakan yang terkait pengelolaan bencana.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Kebijakan dan Peraturan Terkait Banjir” ini adalah 4 (empat) jam
pelajaran (JP) atau sekitar 180 menit.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 3
MATERI POKOK 1
KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT DENGAN BANJIR
1.1 Ketentuan Dasar
Ketentuan hukum pengelolaan bencana sudah tercantum dalam Alinea ke empat
Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi : “Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia .......”, ketentuan dasar tersebut dapat
ditafsirkan bahwa “merupakan kewajiban Negara” dan “Tugas Pemerintah” untuk
melindungi seluruh penduduk Indonesia dalam lingkungan hidup Indonesia guna
kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia dan segenap umat manusia. Bila ada
tanggung jawab negara berarti didalamnya ada kewajiban negara, dengan demikian
merupakan tugas pemerintah untuk memberikan perlindungan hukum terhadap
korban bencana. Ada tidaknya pertanggungjawaban, dapat diukur melalui 3 aspek
yang meliputi AKIBAT dan KEGIATAN, TEMPAT, serta SUMBER / KORBAN yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Akibat dan Kegiatan
Akibat bencana dapat berupa KERUSAKAN dan MEMBAHAYAKAN,
KERUSAKAN adalah kerugian fisik dan hampir pasti ada dalam setiap
kejadian bencana, sedang MEMBAHAYAKAN tidak selalu berarti termasuk
KERUSAKAN.
Perlu dilihat adakah hubungan antara suatu kegiatan yang dilakukan atau
tidak dilakukan dengan terjadinya bencana alam dan adakah hubungan kausal
antara kegiatan dengan akibat yang terjadi.
b. Tempat atau Ruang
Tempat atau Ruang penting untuk dikenali, karena untuk menentukan:
siapa yang berhak mengajukan klaim
kepada siapa tuntutan tersebut dialamatkan
Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan
mampu menjelaskan kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 4
c. Sumber dan Korban
Ada tidaknya pertanggungjawaban perlu dinilai atas dasar arti penting kesalahan
yang dilakukan oleh pelaku (sumber bencana) sehingga menimbulkan korban.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan kriteria dan prosedur
akuntabilitas:
Harus dicari dasar hukum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat
kesalahan dan perbuatan yang bersangkutan.
Harus ditetapkan hubungan kausal antara perbuatan dengan kerusakan yang
terjadi.
Harus dapat diketahui identitas pelaku
Nilai kerugian harus dapat dihitung atau dikuantifikasi.
Dalam hubungannya dengan negara-negara lain, perlindungan diplomatik
terhadap korban harus tersedia. Artinya bahwa jika korban tidak berhasil
mendapatkan ganti kerugian maka pemerintah perlu mengambil alih
persoalannya
1.2 Peraturan Perundangan Tentang Banjir
Beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan pengendalian banjir sudah
banyak dibuat, diantaranya:
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan.
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang.
6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir & Pulau-Pulau Kecil.
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Penegelolaan Lingkungan Hidup.
8. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 Tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 5
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2015
Tentang Penetapan Wilayah Sungai.
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26 Tahun
2015 Tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas
Sungai.
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun
2015 Tentang Bendungan.
12. Perturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan Danau.
1.2.1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26
Tahun 2015 Tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan
Ruas Bekas Sungai
Bab I Ketentuan Umum Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan :
Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu
atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari
atau sama dengan 2.000 km2.
Pengalihan alur sungai adalah kegiatan mengalihkan alur sungai dengan cara
membangun alur sungai baru atau meningkatkan kapasitas alur sungai yang ada
yang mengakibatkan terbentuknya alur sungai baru atau berpindahnya aliran
sungai lama.
Bekas sungai adalah ruas sungai yang tidak berfungsi lagi sebagai alur sungai
untuk mengalirkan air sungai.
Ruas bekas sungai adalah lahan pada lokasi bekas sungai.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 6
Kompensasi ruas sungai adalah penyerahan ruas sungai baru sebagai penggantian
ruas bekas sungai berdasarkan rekomendasi teknis, kajian tim penilai, tim teknis
kelaikan, dan persetujuan Menteri.
Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
Bab I Ketentuan Umum Pasal 2
Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pengelola wilayah sungai di
tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, serta masyarakat yang bermaksud
melakukan pengalihan alur sungai dan/atau pemanfaatan ruas bekas sungai.
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan arahan dalam melakukan
pengalihan alur sungai dan/atau pemanfaatan ruas bekas sungai dengan tetap
menjaga kelestarian dan fungsi sungai, serta sekaligus melakukan pendataan dan
inventarisasi terhadap kekayaan negara dalam bentuk sungai untuk tertib
penatausahaan sungai.
Bab II Wewenang dan Tanggung Jawab Pasal 3
Sungai merupakan sumber air yang dikuasai negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat yang pengelolaannya diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah
kabupaten/kota sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya dalam
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai bersangkutan. Wewenang dan
tanggung jawab Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerah kabupaten/kota dalam pengelolaan sungai sebagai sumber, meliputi
mengatur, menetapkan dan memberi izin pengalihan alur sungai dan/atau
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 7
pemanfaatan ruas bekas sungai. Wewenang dan tanggung jawab, dilaksanakan
oleh Menteri, gubernur atau bupati sesuai dengan kewenangannya.
Bab III Ketentuan Teknis Pasal 5 dan 7
Pengalihan alur sungai ditujukan untuk kepentingan perlindungan fungsi sungai,
pemanfaatan dan pengaliran air sungai. Pengalihan alur sungai hanya dapat
dilakukan setelah mendapat izin berdasarkan rekomendasi teknis. Pengalihan alur
sungai, dapat dilakukan untuk:
a. pengelolaan sungai yang menyangkut kepentingan umum yang dilakukan oleh
instansi pemerintah; atau
b. pengelolaan sungai yang menyangkut kepentingan strategis yang sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah, dapat dilakukan oleh instansi pemerintah,
badan hukum, dan/atau badan sosial.
Ruas bekas sungai yang terbentuk akibat pengalihan alur sungai, dapat
dimanfaatkan untuk keperluan:
a. konservasi;
b. retensi banjir;
c. pembangunan prasarana dan sarana ke-PU-an; dan/atau budidaya.
1.2.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28
Tahun 2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, Garis
Sempadan Danau
BAB I Ketentuan Umum Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
Danau adalah bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya secara alamiah
jauh melebihi ruas-ruas lain dari sungai yang bersangkutan.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 8
Danau paparan banjir adalah tampungan air alami yang merupakan bagian dari
sungai yang muka airnya terpengaruh langsung oleh muka air sungai.
Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk
melaksanakan pengelolaan sumber daya air.
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu
atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari
atau sama dengan 2.000 (dua ribu) Km2.
Banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai.
Bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kaki tanggul sebelah
dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai.
Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
Sempadan danau adalah luasan lahan yang mengelilingi dan berjarak tertentu dari
tepi badan danau yang berfungsi sebagai kawasan pelindung danau.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 9
BAB I Ketentuan Umum Pasal 2
Lingkup pengaturan yang tercantum pada Peraturan Menteri ini terdiri dari:
a. penetapan garis sempadan sungai, garis sempadan danau, termasuk mata air;
b. pemanfaatan daerah sempadan; dan
c. pengawasan pemanfaatan daerah sempadan.
BAB II Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau
Penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan danau dimaksudkan
sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, penggunaan, dan pengendalian atas
sumber daya yang ada pada sungai dan danau dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuannya. Penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan danau bertujuan
agar:
a. fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang di
sekitarnya;
b. kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang
ada di sungai dan danau dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus
menjaga kelestarian fungsi sungai dan danau; dan
c. daya rusak air sungai dan danau terhadap lingkungannya dapat dibatasi.
1.2.3 Kebijakan yang Terkait Pengelolaan Bencana
Ada banyak sekali kebijakan di luar kebijakan pengelolaan bencana yang terkait
maupun yang bisa memberikan dampak terhadap peningkatan bencana. Kebijakan
itu diantaranya meliputi: kebijakan tentang tata ruang, kebijakan tentang sumber
daya air, kebijakan tentang lingkungan, kebijakan tentang otonomi daerah,
kebijakan tentang infrastruktur.
Alat untuk mengkoordinasikan antara lain: koordinasi antar departemen, badan
tertinggi untuk pengelolaan bencana (Badan Nasional Penanggulangan Bencana),
badan koordinasi tingkat wilayah propinsi dan kabupaten/kota (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah), dan satuan koodinasi pelaksanaan tingkat
daerah aliran sungai.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 10
Dalam mengakomodir kebijakan itu perlu dipahami bahwa pengembangan proses-
proses untuk mengenalkan pendekatan yang terpadu adalah sulit dan mahal. Lebih
dari itu, sering diperburuk oleh keadaan politik dan kepentingan-kepentingan
berbeda terutama dengan otonomi daerah di mana kabupaten/kota mempunyai
kewenangan untuk mengelola daerahnya dengan otoritas penuh. Hal ini akan
memperbesar potensi bencana yang disebabkan oleh air (antara lain banjir, tanah
longsor) karena sering daerah atas nama pembangunan melakukan aktifitas-
aktifitas yang tidak (belum) mengakomodir pengelolaan bencana.
Walaupun proses mencapai keterpaduan sangat sulit namun beberapa saran dari
pengalaman dapat dilihat berikut ini:
Perlu pengkondisian partisipasi dan peran serta dari para pihak untuk dapat
secara bersama mengelola bencana dan mengatasi persoalan dan dampak yang
timbul walaupun hasilnya tidak dapat memuaskan semua pihak. Pengkondisian
merupakan proses yang perlu dilakukan secara bertahap. Karakteristik-
karakteristik seperti demokratis, transparansi dan akuntabilitas dapat digunakan
dalam proses tersebut. Dalam hal ini peran Pemerintah sebagai pembuat
kebijakan sekaligus enabler (pendorong/pemberdaya) dan fasilitator sangat
penting. Oleh sebab itu Pemerintah harus dapat mengetahui dan memahami
posisi para pihak lainnya dan implikasi dampaknya.
Mengetahui fungsi dan perubahan tata guna lahan, pengelolaan sumber daya
air, dan pengembangannya baik pada saat yang lampau, saat ini dan prediksi
yang akan datang dalam kaitan dengan dampak bencana yang ditimbulkannya.
Kondisi tata guna lahan saat ini merupakan dampak dari penentuan kebijakan
tentang fungsi dan perubahan tata guna lahan masa lalu.
Menggabungkan semua aspek antara penentuan rencana tata ruang wilayah
dengan pengelolaan sumber daya air dan pengelolaan bencana.
Setelah UU tentang Pengelolaan Bencana berlaku maka perlu dibuat peraturan
perundangan pada tingkat/level di bawah UU tersebut, seperti: Peraturan
Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (PerPres), Peraturan Daerah (Perda).
Kerangka legislatif ini berperan sebagai rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh
semua pihak dan dipakai sebagai acuan hukum. Pengertian dari kerangka kerja
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 11
legislatif secara implisit adalah kebijakan tentang bencana yang diterjemahkan
dalam aspek hukum.
UU No. 24/2007 mengatur bahwa penanggulangan bencana bertujuan untuk:
a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
b. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;
d. Menghargai budaya lokal;
e. Membanguan partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f. Mendorong semangat gotong-royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan
g. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Berikut ini adalah dasar-dasar hukum atau amanat UU No. 24/2007 yang mengatur
tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana dan pemaduan
penanggulangan bencana dalam perencanaan pembangunan, diperlukannya
analisis resiko bencana yang dilengkapi dengan kriteria, persyaratan, pemantauan
dan evaluasi dari pelaksanaannya.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilaksanakan berdasarkan 4 (empat)
aspek yang meliputi:
a. sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;
b. kelestarian lingkungan hidup;
c. kemanfaatan dan efektivitas; dan
d. lingkup luas wilayah.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri dari atas 3 (tiga) tahap meliputi:
a. prabencana;
b. saat tanggap darurat;; dan
c. pascabencana
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 12
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:
a. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan
b. dalam situasi terdapat potensi bencana.
Penyelenggaraaan penangulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana
meliputi:
a. perencanaan penanggulangan bencana;
b. pengurangan risiko bencana;
c. pencegahan;
d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
e. persyaratan analisis risiko bencana;
f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
g. pendidikan dan pelatihan; dan
h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana ditetapkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai kewenangannya. Penyusunan perencanaannya
dikoordinasikan oleh Badan baik BNPB (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana) atau BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Perencanaan
penanggulangan bencana dilakukan melalui penyusunan data tentang resiko
bencana pada suatu wilayah dalam waktu tertentu berdasarkan dokumen resmi
yang berisi program kegiatan penanggulangan bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:
a. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
b. pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
c. analisis kemungkinan dampak bencana;
d. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
e. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan
f. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 13
Pengurangan risiko bencana dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang
mungkin timbul. Kegiatan pengurangan resiko meliputi:
a. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
b. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
c. pengembangan budaya sadar bencana;
d. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan
e. penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.
Pemaduan penanggulangan bencana dalam perencanaan pembangunan dilakukan
dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana penanggulangan bencana ke
dalam rencana pembangunan pusat dan daerah. Setiap kegiatan pembangunan
yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana hendaknya dilengkapi dengan
analisis risiko bencana sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana.
Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh BNPB.
Pemenuhan syarat analisis risiko bencana ditunjukkan dalam dokumen yang
disahkan oleh pejabat pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan. BNPB
melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan analisis risiko.
Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standar
keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar. Pemerintah secara
berkala melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tata ruang
dan pemenuhan standar keselamatan.
Dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang diatur tentang pengaturan mitigasi
bencana sebagai berikut :
Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau terdiri dari ruang
terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30% persen dari
luas wilayah kota.
Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20% dari luas
wilayah kota.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 14
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi (yang terkait dengan
mitigasi bencana hidroklimatologi) dan sistem mikroklimat, maupun sistem
ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih
yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika
kota.
Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20% yang disediakan oleh
pemerintah daerah kota dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal
dapat lebih menjamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya
secara luas oleh masyarakat.
Akibat dari bencana alam skala besar yang terjadi pada wilayah tertentu dapat
merubah rencana Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
Sistem pembiayaan yang terkait dengan pengelolaan bencana diatur dalam UU No.
24/2007 tentang bencana sebagai berikut :
1. Dana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah dan pemerintah daerah (UU No 24/2007 ps 60). Pemerintah dan
Pemda mengalokasikan anggaran penanggulangan bencana secara memadai
(UU No 24/2007 ps 61 ayat 1)
2. Penggunaan anggaran penanggulangan bencana dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemda, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan
Badan Daerah PB (UU No 24/2007 ps 61 ayat 2)
3. Pada saat tanggap darurat, BNPB menggunakan dana siap pakai dari APBN
dan sumber dana lainnya (UU No 24/2007, ps 62 )
4. Masyarakat yang dirugikan atas berbagai masalah pengelolaan SDAir berhak
mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan. (UU No 7/2004 ps 90)
5. Instansi pemerintah yang bertanggungjawab di bidang Sumber daya Air
bertindak untuk kepentingan masyarakat apabila terdapat indikasi masyarakat
menderita akibat pencemaran dan atau kerusakan sumber air yang
mempengaruhi kehidupan pokok masyarakat. (UU No 7/2004 ps 91).
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 15
1.3 Latihan
1. Sebutkan 5 (lima) peraturan perundangan terkait dengan banjir!
2. Jelaskan wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan sungai berdasarkan Permen
PUPR No. 26 Tahun 2015!
3. Jelaskan lingkup pengaturan yang tercantum dalam Permen PUPR No. 28
Tahun 2015!
1.4 Rangkuman
Dalam melaksanakan pengendalian banjir ada acuan atau pedoman pelaksanaan
yang mengacu pada kebijakan dan peraturan yang berlaku saat ini. Adapun
kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir, diantaranya :
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir & Pulau-Pulau Kecil.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Penegelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 Tentang Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2015
Tentang Penetapan Wilayah Sungai.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26 Tahun 2015
Tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015
Tentang Bendungan.
Perturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan Danau.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 16
PENUTUP
A. Simpulan
Pengelolaan sumber daya alam merupakan kewajiban negara dan juga tugas
pemerintah. PNS sebagai Aparatur Sipil Negara di lingkungan sumber daya air
diberikan kewenangan salah satunya untuk melakukan pengendalian banjir. Dalam
melaksanakan pengendalian banjir ada acuan atau pedoman pelaksanaan yang
mengacu pada kebijakan dan peraturan yang berlaku saat ini. Adapun kebijakan
dan peraturan pengendalian banjir, diantaranya :
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir & Pulau-Pulau Kecil.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Penegelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 Tentang Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2015
Tentang Penetapan Wilayah Sungai.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26 Tahun 2015
Tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015
Tentang Bendungan.
Perturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan Danau.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 17
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan
untuk dapat memahami detail pengendalian banjir dan ketentuan pendukung terkait
lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai
pengendalian banjir.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 18
EVALUASI FORMATIF
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan di akhir pembahasan modul
kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir pada pelatihan pengendalian banjir.
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta
pelatihan terhadap materi yang disampaikan dalam modul.
A. Soal
1. Berikut ini Undang-Undang terkait dengan banjir, kecuali...
a. UU No. 11 Tahun 1974
b. UU No. 13 Tahun 2003
c. UU No. 26 Tahun 2007
d. UU No. 27 Tahun 2007
e. UU No. 32 Tahun 2009
2. Berdasarkan Permen PUPR No. 26 Tahun 2015 dijelaskan bahwa pengelolaan
sungai merupakan wewenang dan tanggung jawab pihak berikut, kecuali...
a. Pemerintah Pusat
b. Pemeintah Daerah Provinsi
c. Pemerintah Daerah Kota
d. Pemerintah Daerah Kabupaten
e. Pemerintah Daerah Kecamatan
3. Berikut ini lingkup pengaturan yang tercantum dalam Permen PUPR No. 28
Tahun 2015, kecuali...
a. Penetapan garis sempadan sungai dan danau
b. Penetapan mata air
c. Pemanfaatan daerah sempadan
d. Perencanaan daerah sempadan
e. Pengawasan pemanfaatan daerah sempadan.
4. Tujuan penetapan garis sempadan sungai dan sempadan danau adalah...
a. Fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di
sekitarnya
b. Fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh kegiatan pemanfaatan sungai
dan danau
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 19
c. Menjaga sungai dan danau tetap pada kondisi aslinya
d. Daya rusak air sungai dan danau dapat dihindari
e. Kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya
yang ada di sungai dan danau dapat dikurangi
5. Ruas bekas sungai yang terbentuk akibat pengalihan alur sungai, dapat
dimanfaatkan untuk keperluan berikut, kecuali...
a. Konservasi
b. Retensi banjir
c. Pembangunan prasarana dan sarana ke-PU-an
d. Budidaya
e. Floodway
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta pelatihan terhadap materi yang di
paparkan dalam materi pokok, gunakan rumus berikut :
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 =Jumlah Jawaban Yang Benar
Jumlah Soal × 100 %
Arti tingkat penguasaan :
90 - 100 % : baik sekali
80 - 89 % : baik
70 - 79 % : cukup
< 70 % : kurang
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
memahami kebijakan dan peraturan terkait dengan banjir. Proses berbagi dan
diskusi dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi kebijakan dan peraturan
terkait dengan banjir. Untuk memperdalam pemahaman terkait materi kebijakan dan
peraturan terkait dengan banjir, diperlukan pengamatan pada beberapa modul-
modul mata pelatihan terkait atau pada modul-modul yang pernah Anda dapatkan
serta melihat variasi-variasi modul-modul yang ada pada media internet. Sehingga
terbentuklah pemahaman yang utuh akan pengendalian banjir.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi
DAFTAR PUSTAKA
Kodoatie R. J. dan Sugiyanto. 2001. Banjir. Pustaka Pelajar, Semarang. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu. Andy,
Yogyakarta. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2010. Tata Ruang Air.Andy, Yogyakarta. Kodoatie, Robert J., 2012. Tata Ruang Air Tanah. xxvi + 514 = 540 Halaman.
Penerbit Andi, Yogyakarta. Kodoatie, Robert J., 2013. Rekayasa Manajemen Banjir Kota. Penerbit Andi,
Yogyakarta. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2013. Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu. Andy,
Yogyakarta. Peraturan Presiden No. 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2015
tentang Penetapan Wilayah Sungai. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26 Tahun 2015
tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015
tentang Bendungan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan Danau. Suripin, 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi Offset, Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi
GLOSARIUM
Akuntabilitas : Perihal bertanggung jawab; keadaan dapat
dimintai pertanggungjawaban
Hubungan Kausal : Hubungan sebab akibat
Klaim : Tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa
seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) atas
sesuatu; Pernyataan tentang suatu fakta atau
kebenaran sesuatu.
Kompensasi : Ganti rugi; Pencarian kepuasan dalam suatu
bidang untuk memperoleh keseimbangan dari
kekecewaan dalam bidang lain; Imbalan berupa
uang atau bukan uang (natura), yang diberikan
kepada karyawan dalam perusahaan atau
organisasi; Tindakan individu dalam menilai
dirinya dengan cara menggantikan kekurangan
yang ia miliki dengan karakteristik lain yang
berlebihan.
Konservasi : Pemeliharaan dan pelindungan sesuatu secara
teratur untuk mencegah kerusakan dan
kemusnahan dengan jalan mengawetkan;
pengawetan; pelestarian
Kuantifikasi : Pernyataan jumlah satuan dalam angka; perihal
penjumlahan
Retensi : Penyimpanan; Penahanan
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi
KUNCI JAWABAN
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.
Adapun kunci jawaban dari soal latihan setiap materi pokok, sebagai berikut :
Latihan Materi Pokok 1
1. Peraturan perundangan terkait banjir adalah sebagai berikut:
- Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2004 Tentang
Kehutanan.
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang.
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir & Pulau-Pulau Kecil.
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
- Peraturan Presiden No. 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun
2015 tentang Penetapan Wilayah Sungai.
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26 Tahun
2015 tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas
Sungai.
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun
2015 tentang Bendungan.
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun
2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan
Danau.
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi
2. Wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan sungai berdasarkan
Permen PUPR No. 26 Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi
atau pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pengelolaan sungai sebagai
sumber, meliputi mengatur, menetapkan dan memberi izin pengalihan alur
sungai dan/atau pemanfaatan ruas bekas sungai. Wewenang dan tanggung
jawab, dilaksanakan oleh Menteri, gubernur atau bupati sesuai dengan
kewenangannya.
3. Lingkup pengaturan yang tercantum dalam Permen PUPR No. 28 Tahun
2015 adalah sebagai berikut:
- penetapan garis sempadan sungai, garis sempadan danau, termasuk mata
air;
- pemanfaatan daerah sempadan; dan
- pengawasan pemanfaatan daerah sempadan.
Adapun kunci jawaban dari soal evaluasi formatif, sebagai berikut :
1. b (UU No. 13 Tahun 2003)
2. e (Pemerintah Daerah Kecamatan)
3. d (Perencanaan daerah sempadan)
4. a (Fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di
sekitarnya)
5. e (Floodway)
Recommended