View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
NASKAH PUBLIKASI
PENGEMBANGAN ALAT UKUR KEBAHAGIAAN MENURUT
IMAM AL-GHAZALI
Oleh :
Wafa’
Nanum Sofia
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
i
NASKAH PUBLIKASI
PENGEMBANGAN ALAT UKUR KEBAHAGIAAN MENURUT
IMAM AL-GHAZALI
Oleh :
Wafa’
Nanum Sofia
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
ii
NASKAH PUBLIKASI
PENGEMBANGAN ALAT UKUR KEBAHAGIAAN MENURUT IMAM
AL-GHAZALI
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(Nanum Sofia, S.Psi., S.Ant., M.A.)
iii
DEVELOPMENT OF HAPPINESS MEASUREMENT ACCORDING TO
IMAM AL-GHAZALI
Wafa’
Nanum Sofia
ABSTRACT
This study aims to develop Happiness measurement based on its concenpt
according to Imam Al-Ghazali, Islamic Psychology Expert. The collecting data
method uses quesionnaires and google forms which obtained 384 respondents from
75 cities. The scale used in this study was compiled by researchers with Imam Al-
Ghazali’s concept on happiness and in result obtained 22 indicators thus made into
37 items. This happiness measurement or scale has gone through the review done
by expert, and language revision before empirical data retrieval in the field. The
data analysis method was exploratory factor analysis. The results of the study
obtained happiness scale of Imam Al-Ghazali with 33 valid items and reliable with
the cronbach’s alpha coefficient of 0.883 (1 <α> 0.80) The results of factor analysis
showed the value of KMO-MSA happiness scale of 0.895 (kmo-msa> 0.5) and
generated ten factors forming happiness, those are tauhid, ma'rifatun nafs, jihad
nafs, ma'rifatur ruh, mahabbatullah, heart potention optimization, tadzhibun nafs,
ma'al qolbi, khudu 'ilal khaliq, and wara'.
Keywords: Development, measurement, scale, happiness, Imam Al-Ghazali,
Islamic Psychology
1
PENGEMBANGAN ALAT UKUR KEBAHAGIAAN MENURUT IMAM
AL-GHAZALI
Pengantar
Pembahasan dan pengukuran aspek kebahagiaan manusia merupakan salah
satu topik yang penting sejak zaman dahulu dan banyak dilakukan penelitian
dengan variabel tersebut pada masa kini. Sofia dan Sari (2018) mengungkapkan
bahwa sebanyak 668.050 penelitian terdokumentasi mengenai kebahagiaan pada
tahun 2015, yang membuktikan besarnya minat untuk meneliti kebahagiaan pada
masa ini sebab hakikat hidup manusia adalah untuk memperoleh kebahagiaan
(Sofia & Sari, 2018).
Kebahagiaan adalah bersifat abstrak dan definisinya bersifat subjektif dan
beragam. Secara umum, rujukan konsep dalam psikologi Islam dapat pengambil
dari pemikiran Imam Al-Ghazali, seorang tokoh pemikir, filosof terbesar dan tokoh
sufi Islam, yang menekankan pada hakikat atau esensi kebahagiaan yang
merupakan kenikmatan hati dengan mencapai tujuan penciptaannya yakni
ma’rifatullah (mengenal Allah) atau mengingat Allah, bermodalkan iman, serta
merupakan kebahagiaan sejati dan tertinggi bagi manusia (Al-Ghazali, 1984;
Daradjat, 1990; Daradjat, 1988; Rohmadi, 2004).
Secara praktis empiris, pengukuran kebahagiaan saat ini merupakan hal
yang secara universal dianggap penting, sebab dikaitkan dengan program
pengembangan potensi sumber daya manusia dan pembangunan manusia seperti
penelitian Human Development Index oleh United Nations Development
2
Programme (Rofi’udin, 2013), prediksi kesehatan, pendidikan, kekayaan warga
dunia oleh Global Projection Subjective Well-Being (Rofi’udin, 2013), prediksi
tingkat kemakmuran, produktivitas dan investasi suatu negara (Nurahma, 2016),
prediksi faktor-faktor berpengaruh dan kualitas aspek-aspek kehidupan sosial
masyarakat (Lewi & Sudarji, 2015; Ppiff & Moskowitz, 2017), untuk meningkatkan
kualitas dan kepuasan hidup (Arifin, 2013; Seligman, 2013) dan lain sebagainya.
Realita ini sebenarnya cukup ironis, sebab pengukuran kebahagiaan yang
merupakan aspek psikologis, sering kali diidentiikkan dengan indikator non
psikologis seperti kemudahan memperoleh fasilitas yang menyenangkan,
mendapatkan status sosial tinggi, kesejahteraan (Rofi’udin, 2013), tingkat
kesuksesan, prestasi, kekayaan, keberhasilahan ekonomi, keharmonisian di
kehidupan sosial yang diinginkan atau dengan terpenuhinya harapan atau
ekspektasi pada hidup (Daradjat, 1990), yang sebenarnya hanya berupa faktor-
faktor dan bukanlah definisi psikologis ataupun wujud asli dari kebahagiaan
tersebut.
Munculnya psikologi positif sebagai salah satu perspektif dalam ilmu
psikologi menjadikan kebahagiaan sebagai topik utama dengan Prof. Martin
Seligman sebagai pendiri dan pakar utamanya (Seligman, 2005; Seligman, 2013;
Arifin, 2013). Psikologi positif mengembangkan beragam alat ukur kebahagiaan
dengan berbagai sisi peninjauan seperti skala Psychological Well-Being
(kesejahteraan psikologis ditinjau dengan pendekatan sosial) (Fadhilah, 2016),
Subjective Well-Being dan Subjective Happiness Scale (ditinjau dari emosi positif
dan kesehatan mental) (Rahma, 2018; Maharani, 2015), Authentic Happiness Scale
3
(kebahagiaan otentik) (Muhammad & Nashori, 2007; Nur, 2016; Kusumaningtyas,
2012), Oxford Happiness Inventory dan Oxford Happiness Questionnaire
(kebahagiaan umum) (Amirza, 2017; Pornamasari, 2016; Safira, 2016),
Satisfaction With Life (ditinjau dari kepuasan hidup) (Putri, 2018; Maharani, 2015)
dan lain sebagainya.
Alat ukur-alat ukur kebahagiaan tersebut pada awalnya diasumsikan berlaku
secara universal. Namun seiring waktu, mulai timbul keresahan dari peneliti
kebahagiaan menuai lintas budaya dan kritik ketidakvalidan secara teoritis maupun
psikometris (Anggoro & Widhiarso, 2010), sebab secara teoritis alat ukur-alat ukur
tersebut berakar pada pemikiran sekuler (Nashori, dkk 2016) sedangkan
kebahagiaan telah terbukti memuat unsur kontekstual yang kuat terutama pada
bangsa bangsa Timur seperti Indonesia (Akhtar, 2018), Korea, India (Ali, 2011)
yang tentunya berdampak pada validitas pengukuran secara psikometris sehingga
konsep psikologi dari psikologi barat tidak dapat selalu diterapkan sebagai metode
pemecahan permasalahan yang sedang dihadapi di Indonesia (Ali, 2011; Nashori
dkk, 2016)
Idealnya, pengukuran atribut psikologis seperti kebahagiaan adalah
disesuaikan dengan latar belakang kultur masyarakat yang merepresentasikannya.
Hal ini karena pengukuran konstruk psikologis merupakan proses kuantifikasi
atribut secara sistematis yang diharapkan menghasilkan data yang valid dan
menjadi syarat penelitian ilmiah pada atribut psikologis yang bersifat laten atau
konseptual (Azwar, 2017). Indigenous psychology menawarkan solusi pengukuran
kebahagiaan dengan berbasis kontekstual terutama memperhatikan aspek agama
4
dalam kultur (Anggoro & Widhiarso, 2010) dan psikologi Islam hadir dengan
menambah penekanan konsep jiwa manusia yang bersumber dari ajaran Islam
(Nashori dkk, 2016). Hal ini agar penelitian pengukuran kebahagiaan lebih teliti
dan lebih dapat dibuktikan secara empirik, lebih holistik (turut mempertimbangkan
hubungan manusia secara vertikal dengan tuhan dalam konteks keyakinan/iman)
dan melengkapi ilmu psikologi positif guna mendukung ilmu psikologi secara
umum dalam tujuan menjadi ilmu yang berlaku dan dapat dibuktikan secara
universal.
Permasalahan selanjutnya adalah masih sedikitnya pengembangan wawasan
psikologi dengan pendekatan indigenous psychology di Indonesia dan
pengembangan perspektif psikologi Islam juga masih tergolong baru serta masih
identik dengan sasaran populasi masyarakat jawa dan belum berkembang pada
konteks atau kultur masyarakat non jawa, seperti penelitian Akhtar (2018),
penelitian Anggoro dan Widhiarso (2010) dan penelitian yang dilakukan oleh Pusat
Studi Psikologi Islam dan Indigenous Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Yuwono dkk, 2012). Di sisi lain, pengembangan alat ukur penelitian kebahagiaan
perspektif psikologi Islam masih belum ada.
Secara konsep, perspektif psikologi Islam kaya akan karya dan pemikiran
para filosof dan ulama muslim klasik dan cendekiawan muslim modern yang
membahas definisi serta cara pencapaian kebahagiaan yang sangat berpotensi
menjadi rujukan pengembangan alat ukur kebahagiaan, diantaranya konsep dari Al-
Farabi, seorang filosof muslim yang menulis buku “Tahshil As-Sa’adah” (cara
mendapatkan kebahagiaan) dengan metode rasional filsafat (Savitri, 2019), Imam
5
Al-Ghazali yang menulis buku “Kimiya’ As-Sa’adah” (kimia kebahagiaan) yang
mengandung unsur metode sufistik dalam menggapai kebahagiaan (Effendi, 2017;
Al-Ghazali, 2017), kebahagiaan menurut Ibnu Sina (Ibn Sina, 2009), konsep dari
Daradjat yang fenomenal dengan bukunya yang berjudul “Kebahagiaan” (Daradjat,
1988), konsep kebahagiaan dari Hamka (Hamka, 2018), konsep dari Ibn
Maskawaih (Sofia & Sari, 2018) dan masih banyak yang lainnya.
Saat ini, penelitian terkait kebahagiaan perspektif psikologi Islam dan
wawasan pengetahuan Islam masih bersifat analisis konstruk, studi literatur,
kualitatif empiris seperti secara kualitatif dan jumlahnya sangat minim. Contoh-
contoh penelitian kebahagiaan perspektif psikologi Islam antara lain penelitian
Sofia dan Sari (2018) yang mengungkap indikator kebahagiaan dari sumber Al-
Qur’an dan hadits, penelitian Arifin (2013) yang melakukan analisis komparatif
konsep kebahagiaan menurut Imam Al-Ghazali (seorang argumentator Islam, tokoh
sufi, filosof, ilmuan, ulama fiqih dan teologi Islam/mutakallim, penulis buku
“Kimiya’ As-Sa’adah” dengan teori kebahagiaan Seligman, penelitian Rohmadi
(2004) yang menemukan sumber kebahagiaan bagi umat Islam adalah Iman pada
Allah dan penelitian Muhammad (2016) yang memberi konseling Islami dengan
konsep kebahagiaan Imam Al-Ghazali guna mengurangi kesepian.
Konstruk atau konsep kebahagiaan perspektif psikologi Islam belum dapat
diujikan dan diterapkan secara empiris dalam penelitian karena alat ukur
kebahagiaan dengan perspektif psikologi Islam masih belum ada dan belum
dikembangkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Arifin (2013), bahwa perbedaan
dari sisi psikometris, teori kebahagiaan terutama konsep kebahagiaan Imam Al-
6
Ghazali yang menjadi rujukan utama dalam Psikologi Islam, belum dikembangkan
menjadi alat ukur yang terstruktur, berbeda dengan teori kebahagiaan perspektif
psikologi positif dari Seligman yang telah dikembangkan menjadi beberapa alat
ukur yang terstruktur dan aplikatif.
Di sisi lain, beberapa alat ukur atribut psikologis perspektif Islam lainnya
sudah marak diteliti dan dikembangkan, seperti atribut ridho (Rusdi, 2017; Addina,
2016), ikhlas (Nuraida, 2018), religiusitas Islam (Amrini, 2018; Hapsari, 2018),
pemaafan (Afifah, 2018), kebersyukuran (Kusumaningtyas, 2012), intensitas dzikir
(Auzan, 2018; Anwar, 2018), husnudzan (Iqbal, 2018), tawadhu (Hidayati, 2016)
dan tawakkal (Sartika, 2014), sehingga alat ukur-alat ukur dari atribut-atribut
psikologis tersebut telah banyak dimanfaatkan secara praktis dalam berbagai
penelitian empirik di lapangan.
Oleh sebab itu, pengembangan alat ukur kebahagiaan dengan perspektif
psikologi Islam sangat diperlukan. Salah satu konsep kebahagiaan yang dapat
menjadi landasan teoritis adalah konsep kebahagiaan Imam Al-Ghazali yang
tertuang dalam karyanya, kitab “Kimiya’ As-Sa’adah” (Al-Ghazali, 1984; Al-
Ghazali, 2017). Imam Al-Ghazali pada masa kini, diakui sebagai pakar psikologi
Islam dan pemikirannya termasuk bahan kajian paling banyak psikologi Islam
dibandingkan pemikiran ulama muslim lainnya. Hal ini tentu tidak terlepas dari
kredibilitas keilmuan Imam Al-Ghazali dan kecerdasan serta integritas Imam Al-
Ghazali dalam menggali, memahami dan menganalisis serta mengkritisasi berbagai
macam ilmu agama dan pengetahuan lainnya.
7
Konsep kebahagiaan Imam Al-Ghazali berlandaskan pada nilai nilai Islam
dan berorientasi menegakkan kebenaran ajaran teologi Islam (Jahja, 2009),
berpegangan pada Al-Qur’an dan Hadits sebagaimana telah menjadi
pengembangan psikologi Islam (Nashori dkk, 2016), yang dikonsep dan
diargumentasikan secara Ilmiah (Jahja, 2009). Pemikiran Imam Al-Ghazali tetap
yang lebih besar pengaruhnya dibandingkan para filosof muslim lainnya terhadap
umat manusia khususnya Ummat Islam hingga masa kini (Armas, 2014),
Al-Ghazali diakui sebagai tokoh besar atau mungkin yang terbesar di
kalangan teolog pada masanya, pemikir yang berprestasi juga pada bidang filsafat
dan ahli sufi yang berhasil, yang menguasai beragam ilmu mulai dari fiqih, teoligi
(kalam), filsafat, metode berdiskusi, ushul fiqih, sufisme (tasawwuf) serta ilmuan
atau ulama besar yang produktif sehingga digelari Hujjatul Islam atau argumentator
Islam (Arifin, 2013). Karya-karyanya diperkirakan lebih dari 400 kitab yang
tersebar ke seluruh penjuru dunia dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa
(Arifin, 2013). Selain kehebatan ilmu, Imam Al-Ghazali diakui kehebatan analisis
dan ketajaman argumentasi yang dimilikinya sehingga mendapat gelar “Imam”
(panutan para intelektual) oleh para intelektual saat itu (Jahja, 2009).
Imam Al-Ghazali melakukan eksperimen empirik dan analisis mendalam
terhadap metode sufisme (tasawwuf) secara intensif selama 11 tahun yang
mengantarkannya pada penulisan karya monumentalnya kitab Ihya’ Ulumuddin
(The Revival Of The Religious Sciences; Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu
Agama) dan kitab Kimiya’ As-Sa’adah (kimia kebahagiaan) yang menjadi intisari
dari kitab Ihya’ Ulumuddin (Jahja, 2009).
8
Secara metodologi, upaya praktek, analisa dan pembuktian melalui
pengalaman yang menjangkau aspek ruhani (eksperimental spiritual, mental) Imam
Al-Ghazali ini merupakan pengalaman empirik internal yang masih dapat diakui
kebenaran dan kredibilitasnya secara rasional. Metode-metode yang digunakan
Imam Al-Ghazali dalam upaya mencapai kebenaran tidak hanya metode observasi,
eksperimentasi dan komparasi ilmiah, melainkan juga metode keyakinan (dengan
berpegang pada ajaran Islam), metode suluk sufisme, metode tekstual parsial
sebagai teolog, metode rasional sesuai dengan kecerdasannya sebagai filosof,
metode intuitif aksetis yang lazimnya banyak dilatih dan dialami oleh para sufi
(Jahja, 2009). Nashori (Nawawi dkk, 2000) sebagai pakar psikologi Islam,
mengakui bahwa metode keyakinan dan metode intuisi dapat
dipertanggungjawabkan atau diuji kebenarannya sebab metode-metode tersebut
dapat dialami setiap orang dan dapat dilakukan oleh siapapun serta dapat
mengantarkan pada pemahaman realitas yang objektif dalam pengetahuan-
pengetahuan yang mempelajari manusia.
Kredibilitas pemikiran Imam Al-Ghazali di bidang Psikologi semakin
menguat dengan adanya analisis komparasi ilmiah yang mempertemukan
pemikiran Imam Al-Ghazali dengan tokoh-tokoh psikologi barat , seperti penelitian
Fatchurohmah (2006) yang berjudul “Sosok Guru Menurut al-Ghazali dan Zakiah
Daradjat (Studi Komparatif)”, penelitian Hilmawati (2006) dengan judul “Konsep
Jiwa Menurut Al-Ghazali dan Sigmund Freud (Studi Komparatif Tasawuf dan
Psikologi), penelitian Jahro, (2008) yang berjudul “Analisis Komparatif Konsep
Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud dan Al-Ghazali: Sebuah Tinjauan
9
Psikologi Islam”, penelitian Mahmudah (2007) yang melakukan analisis
komparatif teori perkembangan peserta didik dalam perspektif Barat dengan Islam
menggunakan konsep Al-Ghazali dan Kohlberg, dan penelitian Sofat (2008)
dengan judul “Pengembangan Karakter Melalui Pendidikan Keluarga (Studi
Komparatif Teori Al-Ghazali dan Teori Kornadt)” dan penelitian Qudsi (2011)
yang berjudul “Teori Belajar Dalam Perspektif Barat Dan Islam (Studi Komparatif
Jean Piaget dan Al-Ghazali”.
Berdasarkan pemaparan kredibilitas keilmuan dan perkembangan pemikiran
Imam Al-Ghazali tersebut, semakin terbukti bahwa pemikiran atau konsep
kebahagiaan dari Imam Al-Ghazali dapat dijadikan sebagai landasan
pengembangan alat ukur kebahagiaan dan dapat diterapkan dalam pengukuran
kebahagiaan secara empirik, baik kuantitatif maupun kualitatif.
Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah konsep kebahagiaan perspektif
psikologi Islam telah dirumuskan dan dijelaskan secara khusus oleh Imam Al-
Ghazali, namun belum pernah ada yang mengkonstruk konsep tersebut menjadi
sebuat alat ukur terstruktur. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud menyusun
dan mengembangkan alat ukur kebahagiaan pespektif Islam yang kontekstual,
relevan, representatif, valid dan reliabel berdasarkan pemikiran Imam Ghazali.
Konstruksi teoritis : Konsep Kebahagiaan Iman Al-Ghazali
Peneliti merujuk konsep kebahagiaan Imam Al-Ghazali dari kitab Majmu’at
Rasa`il Al-Imam Al-Ghazali: Kimiya` As-Sa`adah Edisi ke-7 dan mengambil
penjelasan lebih rinci dari buku Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali.
10
Definisi kebahagiaan adalah kenikmatan mengenal Allah swt yang
dirasakan hati manusia (ma’rifatullah). Sifat kebahagiaan ini adalah kebahagiaan
tertinggi manusia (ultimate happiness) karena dapat dicapai ketika telah mencapai
puncak ketaqwaan, derajat malaikat atau derajat khawash (manusia manusia pilihan
Allah) di sisi Allah Yang Maha Esa; merupakan kebahagiaan hakiki manusia sebab
sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, serta merupakan kebahagiaan hakiki
(ultimate happiness) yang dapat dirasakan di alam dunia hingga ke alam akhirat.
Pembahasaan kebahagiaan hakiki ini dapat dikaji melalui dua sisi, yakni sisi
upaya pencapaian kebahagiaan hakiki dan sisi kenikmatan yang diperoleh dalam
kebahagiaan hakiki. Upaya-upaya yang dilakukan dalam menggapai kebahagiaan
antara lain:
1. Mengenal sisi batin manusia
Mengenal sisi batin manusia artinya memiliki pengetahuan mengenai ruh dan
tujuan penciptaan ruh, mengenal hati, mengenal jiwa, mengenal sifat-sifat
dalam diri manusia, serta mengenal keajaiban-keajaiban hati.
2. Mujahadah (jihad nafs)
Mujahadah memiliki arti agama, atau dapat diartikan sebagai upaya
mendisiplinkan nafsu dan amarah sesuai tuntunan syariat agama,
mengupayakan kebiasaan berakhlak terpuji dan melepaskan akhlak atau sifat
sifat tercela yang menjerumuskan pada dosa dan maksiat.
3. Hidup dengan Zuhud
Zuhud artinya sikap hidup yang tidak memiliki cinta terhadap dunia,
memanfaatkan sebagian hal baik dari dunia hanya untuk bisa bertahan hidup
11
dan memprioritaskan seluruh perilaku dan niat dalam hati hanya untuk
beribadah kepada Allah.
4. Mencintai Allah (mahabbatullah)
Mencintai Allah secara garis besar ditandai dengan kerinduan terhadap Allah,
mencintai hal-hal yang dicintai Allah seperti mencintai Al-Quran dan para
Nabi serta para kekasih Allah, serta tidak takut menghadapi kematian sebab
ingin segera berjumpa dengan Allah swt.
Berikut ilustrasi kimia kebahagiaan menurut imam Al-Ghazali:
Gambar 3. Kimia Kebahagiaan Menurut Imam Al-Ghazali
Tujuan dari upaya-upaya tersebut tidak lain adalah mendapatkan
kebahagiaan hakiki dan segela kenikmatan yang diperoleh bersamanya.
Kenikmatan-kenikmatan tersebut antara lain:
1. Akhlakkul karimah (kebiasaan berperilaku terpuji)
Akhlak terpuji yang menjadi tanda tercapainya kebahagiaan hakiki secara
garis besar mengandung aspek negatif terhadap kesenangan duniawi (yang
dicintai nafsu dan amarah) dan mengandung aspek positif (kesenangan,
Mengenal Diri
(ma'rifatun nafs)
Jihad nafs (mujahadah)
Berpaling dari dunia menuju Allah
(Zuhud)
Cinta kepada Allah
(Mahabbatullah)
Meraih Hidayah Allah; Kebahagiaan mengenal Allah
(Ma'rifatullah)
12
kecenderungan dan upaya pemenuhan kebutuhan) terhadap kenikmatan
rohani (spiritual).
2. Kasyaf (melihat kebenaran dan rahasia ilahiyah)
Anugerah kasyaf ini tidaklah mustahil dianugerahkan Allah pada manusia
yang hatinya telah suci dari cinta kepada selain Allah, selalu dibersihkan dari
dosa dan maksiat sehingga potensi hati sebagai cermin alam malakut (alam
ghaib; lauhul mahfud) dapat dirasakan oleh hamba tersebut yang membuka
rahasia ilahiyah dan kebenaran di sisi Allah swt.
3. Menyaksikan Allah (musyahadah)
Menyaksikan Allah artinya menampak Allah atau melihat wajah Allah swt,
yang telah dijanjikan Allah swt sebagai karunia bagi hamba hamba pilihan di
akhirat. Nikmat ini adalah nikmat tertinggi yang diinginkan manusia dalam
kebahagiaan tertingginya di alam akhirat.
Resep kebahagiaan hanya ada di cawan ilmu (khazanah) Allah swt.
Khazanah Allah di alam langit adalah esensi/jiwa para malaikat, sedangkan di muka
bumi diletakkan dalam sanubari para nabi kemudian hati para wali yang Arif Billah
(mengenal Allah). Jalan para wali ini berada dalam koridor agama Islam yang
dikenal dengan jalan atau ilmu tasawwuf pada masa kini (Al-Ghazali, 2017; Al-
Ghazali, 1984; Hamka, 2018). Petunjuk kebahagiaan telah lama ditunjukkan Allah
swt yang tersimpul dan terhimpun dalam Kitab suci Al-Qur’an dan diperjelas oleh
ajaran dan Hadits Nabi (Daradjat, 1988).
Faktor pencapaian kebahagiaan ini tidak lepas dari mengikuti syariat (ajaran
nabi) dan faktor hidayah Allah swt bagi siapa yang dikehendakinya. Imam Al-
13
Ghazali juga menegaskan syarat kepatutan tidak mengingkari kebenaran dari proses
spiritual batiniyah ini apabila tidak mengalaminya, agar manusia tetap memiliki
peluang menuju kebahagiaan ini dan tidak tertutup (mahjub) dari kebahagiaan ini
di kemudian hari (Al-Ghazali, 2017).
Metode penelitian
Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan konsep penyusunan atau
pengembangan alat ukur. Langkah-langkah penyusunan alat ukur yang dilakukan
antara lain pemahaman dan perumusan konsep, pembuatan item, review para ahli
(Expert judgement) untuk mencapai logical validity, uji coba bahasa dan validasi
tampilan, evaluasi kuantitatif melalui analisis data empirik dan terakhir adalah
finalisasi hasil try out skala kebahagiaan. Pengumpulan data penelitian ini
menggunakan metode self report dalam bentuk kuisioner.
Penelitian ini memperoleh responden masyarakat muslim Indonesia
sebanyak 384 orang, dengan usia 15 tahun hingga 40 tahun, 86 orang berjenis
kelamin laki-laki dan 298 orang berjenis kelamin perempuan. Latar belakang
pendidikan responden sangat beragam, mulai dari tamatan SD, SMP, SMA/SMK
sederajat, Madrasah Aliyah, Salaf, Diploma, S1, S2 hingga doktoral. Responden
penelitian ini berperan sebagai relawan untuk menjadi sumber data dan tidak
berperan sebagai subjek penelitian.
Metode analisis data yang dilakukan adalah analisis faktor eksploratori (uji
validitas faktorial), uji daya diskriminasi item, uji validitas item, dan uji reliabilitas
skala serta melakukan uji kebenaran data (uji kejujuran responden) sebagai analisis
pendukung validitas data penelitian dan meminimalisir atau menghindari hasil
14
penelitian yang semu atau tidak tepat. Uji kebenaran informasi atau kejujuran
responden dalam mengisi skala kebahagiaan dilakukan dengan menyertakan skala
Social Desirability sf.
Hasil penelitian
Hasil expert judgement
Hasil expert judgment menemukan 22 indikator-indikator utama dan
mereduksi 70 item yang disusun menjadi 37 item saja. Berikut blue print skala
kebahagiaan Imam Al-Ghazali :
Tabel 2
Blue Print Skala Kebahagiaan Imam Al-Ghazali
No Indikator Item
favourable
Item
unfavourable
1 Mengetahui atau menyadari keberadaan, sifat, potensi sisi
batin manusia (ruh dan jiwa/hati)
29, 30, 31,
33, 36
2 Mengetahui atau menyadari tugas hati manusia (ruh dan
jiwa/hati) 13, 20
3 Mengetahui atau menyadari tentara hati 7, 10, 14
4 Berjihad mengendalikan tentara-tentara hati
5 Mengetahui dan menyadari keajaiban hati 25, 26,
6
Mengetahui atau menyadari manusia sebagai makhluk
mulia, berasal dari alam ruh untuk mengenal Allah selama
perjalanan di dunia menuju akhirat
1, 34
7
Mengetahui atau menyadari bahwa mengenal diri dan
mengenal Allah menjadi penentu kebahagiaan dan
kesedihan hakiki manusia
4, 11
8 Jihad mengenal diri dan mengenal Allah berdasarkan
petunjuk agama 18
9 Berjihad merenungi keajaiban dan kesempurnaan ciptaan
Allah 12
10 Berupaya atau berjihad mengenali ruh/esensi malaikat
sebagai zat asli manusia 5 3
11 Berjihad dengan amal sholeh
12 Berjihad dengan mengerjakan amal akhirat 8, 28
13 Berjihad dengan meninggalkan dunia 22
14 Berjihad dengan ikhlas dan berhuznudzan pada Allah
sebagai inspirasi berbuat baik dan meraih kebahagiaan 15
15
Iman/mengakui sepenuh hati pada Ketuhanan,
pemeliharaaan dan sifat sifat mulia Allah lainnya yang
paling berjasa dalam penciptaan dan kehidupan manusia
35
15
16
Berjihad mengupayakan kebahagiaan hati dengan akhlakul
karimah (perilaku kasih sayang, cinta dan kebaikan serta
ketaatan sebagaimana ketaatan malaikat)
2, 23
17
Berjihad membersihkan hati dari kegelapan dosa dan
memerangi kebodohan dan menambah ilmu pengetahuan
tentang kebenaran
21
18 Berjihad menghindari kesedihan, kesengsaraan dan
kerusakan hati dengan menghindari akhlak buruk 16, 17
19 Berjihad mengikuti jalan para nabi, membenarkan para nabi
dan mencari guru yang telah melalui jejak langkah para nabi 19
20
Berjihad mencapai derajat malaikat, derajat orang orang
pilihan; derajat manusia yang mencapai kebahagiaan hakiki
(mengenal Allah) yang lebih tinggi daripada surga 9, 24, 27
21 Mengharap bertemu Allah
22 Senang berjihad mengenal Allah 6, 37, 32
Para ahli mengungkapkan bahwa konsep kebahagiaan manusia yang
dimaksud oleh Al-Ghazali merupakan konsep kebahagiaan hakiki manusia atau
ultimate happiness yang sifatnya universal, mencakup seluruh manusia, dan
menjadi kebahagiaan tertinggi. Kebahagiaan hakiki ini erat kaitannya dengan
adanya faktor pengetahuan luar biasa terkait penciptaan diri (jiwa) manusia dan
Kekuasaan Tuhan, adanya orientasi tauhid dan kehidupan ukhrowi dalam
berperilaku, pengamalan nilai moral dan akhlakul karimah dalam diri manusia serta
terbukanya kemampuan melihat alam ghaib yang penuh kebenaran dan ilham
ilahiyah yang disebut dengan potensi melihat alam malakut (alam ilahiyah) oleh
Imam Al-Ghazali.
Hasil Uji Bahasa dan Validitas Tampilan
Uji bahasa dilakukan dengan meminta penilaian dari 10 orang responden
sampel sekaligus menilai validitas tampilan skala yang dibuat. Hasil uji bahasa
merevisi 29 item agar item lebih mudah dipahami dan direspon oleh responden,
16
menghindari penafsiran ganda dan pertanyaan dalam benak responden, serta
menghindari munculnya respon yang normatif.
Hasil Uji Kebenaran Data
Uji kebenaran data dilakukan dengan menguji besar kecilnya faktor social
desirability (kecenderungan responden menjawab sesuai norma kepatutan sosial)
dalam data skala kebahagiaan. Peneliti menguji normalitas data terlebih dahulu.
Hasil uji normalitas data dalam skala social desirability dan skala kebahagiaan yang
disusun menunjukkan nilai signifikansi 0,00 (sig,0,01) yang menunjukkan bahwa
data penelitian berdistribusi tidak normal dan merupakan data nonparametrik.
Selanjutnya peneliti melakukan uji korelasi kendall’s tau-b antara skala
kebahagiaan dan social desirability memperoleh koefisien korelasi rendah sebesar
-0,093 pada signifikansi 5 % (sig > 0,05).
Tabel 3
Uji Kebenaran data
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Social desirability ,106 384 ,000 ,975 384 ,000
Happiness ,101 384 ,000 ,934 384 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Happiness Social Desirability
Kendall's tau_b
Happiness
Correlation Coefficient 1,000 ,093*
Sig. (2-tailed) . ,011
N 384 384
Social
Desirability
Correlation Coefficient ,093* 1,000
Sig. (2-tailed) ,011 .
N 384 384
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
17
Analisis faktor eksploratori dilakukan guna mengeksplorasi faktor-faktor
yang terkandung dalam skala variabel manifest yang diujikan serta menjadi metode
validitas faktorial dari variabel tersebut. Hasil analisis faktor terhadap skala
kebahagiaan Imam Al-Ghazali menunjukkan nilai KMO-MSA sebesar 0,895
(KMO-MSA>0,5) sehingga data ini layak untuk di analisis faktor.
Tabel 4
KMO and Bartlestt’s Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,895
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 4178,433
df 666
Sig. ,000
Analisis faktor dari skala kebahagiaan Imam Al-Ghazali menunjukkan
adanya 10 faktor yang terbentuk. Distribusi item- item skala kebahagiaan Imam Al-
Ghazali pada faktor-faktor tersebut berdasarkan tabel analisis faktor model rotasi
adalah sebagai berikut :
Tabel 5
Pengelompokan faktor-faktor kebahagiaan
No Faktor Item
1 1 2, 4, 6, 12, 19, 21, 22, 23, 32, 35, dan 37
2 2 9, 15, 16, 17, 18, dan 28
3 3 11, 30, 33 dan 34
4 4 29, 31 dan 36
5 5 13, 20, 25 dan 26
6 6 8, 24 dan 27
7 7 7 dan 10
8 8 3 dan 5
9 9 1
10 10 14
Total 10 37
18
Faktor-faktor tersebut layak disebut faktor apabila nilai eigenvalues lebih
besar atau sama dengan 1 menunjukkan bahwa komponen yang terbentuk layak
untuk disebut sebagai sebuah faktor sebagaimana tampak pada tabel berikut.
Tabel 6
Nilai Eigenvalues Faktor-Faktor Skala Kebahagiaan
Total Variance Explained
Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared
Loadings
Rotation Sums of Squared
Loadings
Total % of
Variance
Cumulative
%
Total % of
Variance
Cumulative
%
Total % of
Variance
Cumulative
%
1 8,882 24,006 24,006 8,882 24,006 24,006 4,601 12,435 12,435
2 1,838 4,967 28,972 1,838 4,967 28,972 3,300 8,919 21,354
3 1,737 4,695 33,667 1,737 4,695 33,667 2,257 6,101 27,455
4 1,601 4,328 37,994 1,601 4,328 37,994 2,078 5,615 33,070
5 1,516 4,097 42,091 1,516 4,097 42,091 1,903 5,142 38,212
6 1,245 3,366 45,457 1,245 3,366 45,457 1,688 4,561 42,773
7 1,213 3,277 48,734 1,213 3,277 48,734 1,512 4,087 46,860
8 1,165 3,148 51,882 1,165 3,148 51,882 1,450 3,919 50,779
9 1,099 2,970 54,852 1,099 2,970 54,852 1,320 3,567 54,346
10 1,022 2,763 57,615 1,022 2,763 57,615 1,209 3,269 57,615
11 ,932 2,518 60,132
12 ,911 2,463 62,596
13 ,863 2,332 64,927
14 ,839 2,266 67,193
15 ,790 2,135 69,329
16 ,777 2,100 71,429
17 ,741 2,002 73,430
18 ,697 1,883 75,314
19 ,672 1,817 77,131
20 ,654 1,766 78,897
21 ,632 1,708 80,606
22 ,617 1,669 82,274
23 ,583 1,576 83,850
24 ,568 1,535 85,385
25 ,552 1,493 86,878
26 ,525 1,418 88,295
27 ,513 1,385 89,681
28 ,496 1,340 91,021
29 ,454 1,227 92,248
30 ,427 1,153 93,401
31 ,412 1,114 94,515
32 ,407 1,099 95,614
33 ,400 1,082 96,696
34 ,341 ,922 97,618
35 ,311 ,841 98,459
36 ,290 ,783 99,243
37 ,280 ,757 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
19
Guna menguji apakah faktor yang terbentuh sudah tepat, analisis faktor
dilanjutkan dengan melihat angka diagonal masing-masing faktor pada tabel
Component Transformation Matrix. Angka diagonal faktor 1 (0,636) adalah lebih
besar dari 0,5 maka sedangkan faktor-faktor lainnya memiliki angka diagonal
dibawah 0,5 (memiliki korelasi rendah).
Tabel 7
Component Transformation Matrix
Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 ,636 ,479 ,350 ,264 ,292 ,199 -,098 ,162 ,116 -,016
2 ,508 ,138 -,160 -,680 -,265 -,075 ,324 -,094 -,097 ,188
3 -,420 ,698 -,235 -,271 ,168 ,317 -,066 -,146 -,103 -,207
4 -,301 ,338 ,131 ,163 -,043 -,316 ,612 ,301 ,283 ,322
5 -,140 -,258 ,550 -,144 ,068 ,587 ,453 -,146 -,104 -,059
6 -,017 ,187 ,193 ,280 -,055 -,210 -,026 -,672 -,428 ,409
7 -,076 -,156 ,132 -,392 ,785 -,291 -,106 -,111 ,165 ,215
8 ,091 -,080 -,380 ,174 ,016 ,351 ,084 -,436 ,652 ,255
9 ,085 -,130 -,487 ,212 ,356 ,276 ,229 ,299 -,486 ,335
10 ,172 -,035 -,200 ,200 ,250 -,286 ,479 -,297 -,057 -,651
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Hasil uji validitas item
Hasil uji validiras item dengan metode product moment pearson
correlation, seluruh item memiliki nilai signifikasin dua arah (sig. 2-tailed) sebesar
0,000 (sig. < 0,01), kecuali pada item nomor 3 (sig. 0,839), item nomor 7 (sig.
0,573), item nomor 10 (sig. 0,557) dan 14 (sig. 0,483). Pada skala kebahagiaan,
ketentuan r tabel untuk jumlah responden sebanyak 384 orang (diatas 300 orang)
adalah 0,148 pada signifikansi 1 % (sig. 0,148). Melalui perbandingan nilai r hitung
dengan nilai r tabel masing masing item, seluruh item skala kebahagiaan Imam Al-
Ghazali menunjukan nilar r hitung lebih besar dari nilai r tabel kecuali item nomer
3, 7, 10 dan 14, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut:
20
Tabel 8
Uji Validitas Item
Item R
Hitung
R
Tabel Keterangan
1 0,248 0,148 Valid
2 0,48 0,148 Valid
3 -0,01 0,148 Tidak Valid
4 0,511 0,148 Valid
5 0,471 0,148 Valid
6 0,59 0,148 Valid
7 0,029 0,148 Tidak Valid
8 0,242 0,148 Valid
9 0,512 0,148 Valid
10 -0,03 0,148 Tidak Valid
11 0,605 0,148 Valid
12 0,508 0,148 Valid
13 0,497 0,148 Valid
14 -0,036 0,148 Tidak Valid
15 0,554 0,148 Valid
16 0,458 0,148 Valid
17 0,519 0,148 Valid
18 0,608 0,148 Valid
19 0,426 0,148 Valid
20 0,456 0,148 Valid
21 0,603 0,148 Valid
22 0,435 0,148 Valid
23 0,622 0,148 Valid
24 0,453 0,148 Valid
25 0,508 0,148 Valid
26 0,329 0,148 Valid
27 0,464 0,148 Valid
28 0,627 0,148 Valid
29 0,516 0,148 Valid
30 0,611 0,148 Valid
31 0,362 0,148 Valid
32 0,604 0,148 Valid
33 0,495 0,148 Valid
34 0,583 0,148 Valid
35 0,531 0,148 Valid
36 0,469 0,148 Valid
37 0,617 0,148 Valid
21
Hasil uji reliabilitas skala
Hasil uji reliabilitas skala menggunakan metode Cronbach’s Alpha
memperoleh koefisien alpha cronbach’s skala kebahagiaan adalah 0,883 (α>0,80).
Hasil uji daya diskriminasi item
Uji daya diskriminasi item dilakukan guna menguji sejauh mana item
mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan
yang tidak memiliki atribut yang diukur. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi
item-total. Seluruh item pada skala kebahagiaan Imam Al-Ghazali memiliki
koefisien korelasi item-total positif atau di atas angka kecuali item nomor 3 (-
0,074), item nomor 7 (-0,031), item nomor 10 (-0,092), dan item nomor 14 (-
0,093).
Pembahasan
Hasil uji kebenaran data skala kebahagiaan melalui korelasi data dengan
skala social desirability (skala kecenderungan mengikuti kepatutan sosial)
memperoleh koefisien korelasi negatif dan rendah (sig. 0,093>sig. 0,05) yang
menunjukkan bahwa data skala kebahagiaan tidak dipengaruhi oleh faktor
kecenderungan responden mengikuti kepatutan sosial dan dianggap benar atau
valid. Adapun hasil uji reliabilitas skala memperoleh koefisien alpha cronbach’s
sebesar 0,883 (α > 0,80), sehingga skala kebahagiaan dapat dianggap sebagai skala
yang reliabel.
Skala kebahagiaan Imam Al-Ghazali memiliki nilai KMO-MSA sebesar
0,895 (KMO-MSA >0,5) yang menunjukkan bahwa skala kebahagiaan yang
22
disusun layak untuk melalui proses analisis faktor. Adapun hasil analisis faktor
menunjukkan adanya 10 komponen atau faktor yang terbentuk dengan nilai
eigenvalues lebih besar atau sama dengan 1. Nilai eigenvalues lebih besar atau sama
dengan 1 menunjukkan bahwa komponen atau faktor yang terbentuk layak untuk
disebut sebagai sebuah faktor. Faktor 1 yang mempunyai angka diagonal (korelasi
yang tinggi antara faktor 1 dengan faktor 1 itu sendiri) sebesar 0,636 (angka
diagonal > 0,5) menunjukkan bahwa faktor 1 sudah tepat, sedangkan faktor 2
hingga faktor 10 memiliki nilai eigenvalues lebih kecil dari 0,5 yang menunjukkan
bahwa faktor yang terbentuk masih belum tepat (korelasi rendah).
Merujuk pada penjelasan dan uraian Al-Ghazali mengenai konsep
kebahagiaan manusia, peneliti menyimpulkan faktor-faktor kebahagiaan Imam Al-
Ghazali berdasarkan pengelompokan item-item skala kebahagiaan Imam Al-
Ghazali sebagai berikut:
Tabel 9
Faktor-Faktor Kebahagiaan
No Faktor Item
Koefisien
Korelasi
Item-Total
1 Tauhid (Iman kepada
Allah) 2
Apakah anda mengupayakan perilaku
kasih sayang, cinta, dan kebaikan
sebagai kebiasaan anda?
0,436
4 Apakah anda merasa tercerahkan
setiap kali menambah pengetahuan anda? 0,469
6 Apakah anda bersyukur dan gembira
ketika petunjuk Allah masuk ke dalam
hati anda?
0,557
12
Apakah anda merasa senang ketika
melihat dan merenungi tanda tanda
kekuasaan Allah dan keajaiban ciptaan-
Nya?
0,465
19
Apakah anda membutuhkan guru atau
orang lain yang bisa membimbing
perilaku/akhlak anda?
0,374
23
21 Apakah anda menyadari bahwa dosa
dapat membuat hati anda sulit
menyadari/menerima kebenaran?
0,562
22
Apakah anda menerima kematian
sebagai hal yang dapat memisahkan anda
dari segala hal yang anda senangi di
dunia?
0,374
23
Apakah anda menyadari bahwa perilaku
baik (akhlakul karimah) dapat membuat
hati anda damai dan lapang?
0,590
35
Apakah anda menganggap Allah adalah
yang paling berjasa memenuhi
kebutuhan hidup anda?
0,501
37
Apakah anda merasa senang ketika
menyadari bahwa Allahlah yang telah
memenuhi kebutuhan anda?
0,587
2 Jihad Nafs
(mujahadah) 9
Apakah anda menyediakan waktu lebih
banyak untuk beribadah dan berbuat baik
dengan tujuan mendekat kepada Allah?
0,465
15
Apakah anda menganggap masalah,
musibah, penyakit dan kematian adalah
bentuk cinta dan kasih sayang Allah kepada anda?
0,508
16
Apakah anda mampu mengendalikan
amarah anda agar bisa bersabar,
bijaksana, dan melindungi diri anda dari
perilaku merugikan?
0,407
17
Apakah anda mampu mengendalikan
nafsu anda dan berusaha untuk tidak
serakah dalam memenuhi kebutuhan
nafsu anda?
0,474
18
Apakah anda merenungkan tindakan
atau perilaku anda berdasarkan ajaran
agama dan moral?
0,568
28
Apakah anda berusaha sabar selama
hidup di dunia demi mendapatkan
kegembiraan di akhirat?
0,587
3 Ma’rifatur Ruh
(mengenal hakikat
ruh)
11
Apakah anda menyadari diri anda sebagai
manusia diciptakan untuk suatu tujuan
tertentu?
0,560
30
Apakah anda menyadari ruh/jiwa anda
sebagai zat asli diri anda sebagai
manusia?
0,567
33
Apakah anda menyadari adanya sifat
dan kemampuan mirip malaikat dalam
diri anda (kemampuan untuk senang
melakukan ketaatan pada Allah dan
senang menyaksikan keindahan
kekuasaan Allah swt)?
0,441
34 Apakah anda menyadari ruh atau jiwa
anda sebagai hal yang diciptakan mulia? 0,537
4 Makrifarun Nafs
(mengenal jiwa) 29
Apakah anda mengenali keberadaan
sifat sifat hewani (makan, minum,
tidur) dalam diri anda?
0,463
24
31
Apakah anda mengenali keberadaan
sifat sifat hewani seperti kemampuan
berebut, bertindak kasar, dan berkelahi
dalam diri anda ?
0,301
36
Apakah anda menyadari adanya sifat
dan kemampuan untuk tidak taat /
melanggar (seperti kemampuan setan)
dalam diri anda?
0,415
5 Mengoptimalkan
potensi hati 13
Apakah anda menyadari bahwa syahwat,
akal dan amarah anda dikendalikan
sepenuhnya oleh hati anda?
0,443
20 Apakah anda mengikuti suara hati
nurani anda daripada akal/logika anda
dalam menghadapi masalah?
0,404
25
Apakah anda menganggap firasat anda
adalah ilham, petunjuk atau anugerah
dari Allah swt?
0,457
26
Apakah anda meyakini mimpi mimpi
yang anda alami memiliki pesan/
menyampaikan sesuatu yang benar?
0,273
6 Mahabbatullah (Cinta
kepada Allah) 8
Apakah anda merindukan (ingin segera
menuju) kehidupan akhirat? 0,181
24 Apakah anda menganggap kematian
sebagai awal dari kebahagiaan hati anda
bertemu Allah? 0,396
27
Apakah anda merindukan atau
mengharap bertemu Allah swt? 0,409
7 Tadzhibun nafs
(mendisiplinkan diri) 7 Apakah anda membiarkan amarah dan
sikap kasar mudah muncul dari diri
anda? -0,031
10
Apakah anda membiarkan kesenangan
makan, minum dan tidur anda lebih dari
yang anda butuhkan?
-0,092
8 Ma’al Qalbi
(bersama hati;
condong pada hati;
mengenal hati)
3
Apakah anda menganggap tampilan fisik
anda sebagai zat dan gambaran asli diri
anda yang sesungguhnya dan bukan jiwa
anda?
-0,074
5
Apakah anda menyadari bahwa hati
adalah zat aslinya manusia? 0,413
9 Khudhu’ ilal-Khaliq
(tunduk di hadapan
Allah)
1 Apakah anda menyadari bahwa diri
anda tidak pernah ada sebelum
dilahirkan di dunia?
0,184
10 Wara’ (berhati-hati
dari maksiat dan
dosa) 14
Apakah anda memenuhi keinginan
anda melakukan taktik manipulatif
(cara yang sedikit menipu/ mengecoh) untuk mencapai tujuan anda?
-0,093
Total 37
25
Secara umum, hasil analisis faktor ini selaras dengan review ahli terhadap
konsep kebahagiaan Al-Ghazali pada tahap Expert Judgement dan penelitian
Rohmadi (2004), bahwa kebahagiaan manusia adalah makrifatullah (Mengenal
Allah). Dasar upaya mencapai kebahagiaan ini adalah mengenali hahikat ruh, hati
dan jiwa agar dapat mengenali Allah secara hakiki. Menegnali sisi batin ini
bertujuan agar dapat mengenali kedudukan hati dalam jiwa dan menjalani hidup
dengan mengedepankan hati terhadap nafsu dan amarah dalam beramal dan
berakhlak sehingga jiwa dapat mencapai transformasi meunju tingkatan tertinggi
yang bersifat mulia, derajat malaikat, atau golongan para khawash berkat anugerah
Allah saw. Adapun sir atau rahasia utama menjalani mujahadah (jihad nafs
mengikuti tuntunan syariat) adalah meninggalkan dunia/ zuhud menuju Allah swt
/Al-Qurb Ilallah. Berzuhud menunjukkan mahabbatullah (cinta kepada Allah)
kuat, ketundukan hati dan ketaatan jiwa sepanjang umur (Al-Khudu’) serta
berakhlak Wara’ (sikap berhati-hati dari dosa atau maksiat/dunia) (Al-Ghazali,
2017; Al-Ghazali, 1984; Frager, 2014; Jahja, 2009; dan Hamka, 2018).
Berdasarkan hasil uji reliabilitas, uji daya diskriminasi item, dan uji validitas
item, terbukti bahwa item nomor 3, nomor 7, nomor 10 dan nomor 14 yang
merupakan item-item unfavourable dalam skala kebahagiaan merupakan item-item
yang tidak valid dan tidak reliabel dengan sebab tidak memiliki daya diskriminasi
dan tidak valid. Peneliti mengambil langkah akhir yakni menghapus item nomor 3,
7, 10, dan item nomor 14 dari skala kebahagiaan sehingga total jumlah item pada
skala kebahagiaan adalah 33 item. Berikut adalah blue print skala kebahagiaan
pasca penghapusan item nmonr 3, nomor 7, nomor 10 dan nomor 14 (pasca try out):
26
Tabel 10
Blue Print Skala Kebahagiaan Pasca Try Out
No Faktor Item Jumlah persentase
1 Tauhid (Iman kepada Allah) 2, 3, 5, 9, 15, 17, 18,
19, 28, 31 dan 33
11 33,33 %
2 Jihad Nafs (mujahadah) 7, 11, 12, 13, 14, dan
24
6 18,18 %
3 Ma’rifatur Ruh (mengenal hakikat
ruh)
8, 26, 29, dan 30 4 12,12 %
4 Makrifarun Nafs (mengenal jiwa) 25, 26, 27, dan 32 3 9,09 %
5 Mengoptimalkan potensi hati 10, 16, 21, dan 22 4 12,12 %
6 Mahabbatullah (Cinta kepada Allah) 6, 20, dan 23 3 9,09 %
7 Tadzhibun nafs (mendisipkinlan
kekuatan baik dalam diri)
0 0 0 %
8 Ma’al Qalbi (bersama hati;
mengenal hati)
4 1 3,03 %
9 Khudhu’ ilal-Khaliq (tunduk di
hadapan Allah)
1 1 3,03 %
10 Wara’ (berhati-hati dari maksiat dan
dosa)
0 0 0 %
Total 33 100%
Penghapusan item-item tersebut mempengaruhi proporsi jumlah item di
masing-masing faktor. Pasalnya, item nomor 7 dan 10 membentuk faktor ke 7
(Tadzhibun nafs/mendisiplinkan diri), item nomor 3 berkonstribusi dalam faktor ke
8 (Ma’al Qalbi/mengenal hati dan bersama hati) dan item nomor 14 menunjukkan
faktor ke 10 (Wara’/berhati-hati dari dosa atau maksiat).
Berdasarkan hasil, faktor-faktor dengan jumlah item yang sedikit dan faktor-
faktor yang tidak memiliki item memerlukan revisi berupa penambahan atau
pembuatan item-item baru untuk menyeimbangkan proporsi masing-masing faktor
dalam skala. Revisi tersebut tentunya perlu ditindak lanjuti dalam penelitian lebih
lanjut untuk melengkapi kekurangan item pada faktor faktor pembentuk skala
kebahagiaan.
27
Sebab item-item unfavourable (item nomor 3, 7, 10 dan 14) menjadi item
yang tidak valid dapat dianalisa dari penggunaan bahasa yang sukar dipahami pada
item-item tersebut dan heterogenitas latar belakang pendidikan dan usia relawan
yang menjadi responden pada penelitian ini. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi
wawasan dan pengetahuan yang dimiliki serta pemahaman responden terhadap
item.
Sebagai penelitian pengembangan alat ukur yang pertama kali dilakukan
oleh peneliti, penelitian ini tidak luput dari beberapa kelemahan dan kekurangan,
utamanya adalah banyaknya item-item dengan daya diskriminasi lemah, data yang
tidak normal, penysusunan aitem dengan perspektif upaya pencapaian kebahagiaan
yang masih kurang tepat, dan timbulnya faktor faktor dengan bobot 0 % atau tidak
memiliki item pasca try Out.
Berdasarkan kelemahan penelitian tersebut maka sangat diperlukan
penelitian lanjutan yang membatasi kriteria responden penelitian secara
proporsional dan jelas yang memenuhi kriteria normalitas data serta penelitian yang
merevisi skala dengan menambah item-item baru untuk menguatkan dan
menyeimbangankan komposisi faktor-faktor kebahagiaan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa skala kebahagiaan
Imam Al-Ghazali dengan 33 item terbukti sebagai skala yang valid dengan nilai
KMO-MSA 0,895 (KMO-MSA >0,5), dan reliabel dengan koefisien alpha
cronbach’s 0,883 (1<α>0,80). Adapun daktor-faktor kebahagiaan Imam Al-Ghazali
antara lain tauhid (Iman kepada Allah), ma’rifatun nafs (mengenal jiwa), jihad nafs
28
(mujahadah), ma’rifatur ruh (mengenal hakikat ruh), mahabbatullah (cinta kepada
Allah), mengoptimalkan potensi hati, tadzhibun nafs (mendisiplinkan diri), ma’al
qolbi (bersama hati; mengenal hati), khudu’ ilal khaliq (tunduk kepada Allah), dan
wara’ (berhati-hati terhadap dosa atau maksiat).
Saran
Saran-saran dalam penelitian ini ditujukan kepada peneliti selanjutnya
sebagai berikut :
a. Melanjutkan analisis konstruk (analisis tematik) kebahagiaan Imam Al-
Ghazali untuk mencapai pengelompokan faktor atau aspek aspek
kebahagiaan yang lebih sempit, mengerucut dan lebih cermat.
b. Merevisi skala dengan menambahkan item-item baru yang valid agar proporsi
item pada masing-masing faktor kebahagiaan seimbang.
c. Menyusun dan mengembangkan skala dengan pemilahan perspektif upaya
pencapaian kebahagiaan dan perspektif dampak (kenikmatan) dalam
kebahagiaan dari konsep kebahagiaan Imam Al-Ghazali, atau melakukan
pengembangan dengan format skala, format respon atu format item yang
berbeda sehingga memungkinkan penemuan skala yang lebih ringkas
maupun yang skala yang lebih beragam dan dapat menguji kembali validitas
skala dan validitas item serta reliabilitas skala kebahagiaan Imam Al-Ghazali
yang disusun peneliti dalam penelitian ini.
d. Menguji kembali reliabilitas skala dan validitas skala dengan metode-metode
yang berbeda pada kelompok sampel/responden dengan batasan kriteria yang
lebih sempit.
29
e. Menyusun skala kriteria atau skala pembanding dengan konsep kebahagiaan
tokoh lain seperti Al-Farabi, sehingga validitas konvergen alat ukur
kebahagiaan menurut Imam Al-Ghazali dapat diuji dan terus ditingkatkan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Addina, N. (2016). Ridho dan work engagement pada pelayan UKM penyandang
disabilitas. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan
Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Adiyati, N. (2015). Biografi dan pemikiran tokoh filsafat Islam: Ibnu Sina. Imam
Ghazali, dan Ibnu Rusyd.
https://nitaadiyati.wordpress.com/2015/01/13/biografi-dan-pemikiran-
tokoh-filsafat-islam-ibnu-sina-imam-ghazali-dan-ibnu-rusyd/12/08/19.
Afifah, F.N. (2018). Hubungan pemaafan dengan kebahagiaan pada remaja panti
asuhan. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Akhtar, H. (2018). Pespektif kultural untuk pengembangan pengukuran
kebahagiaan orang jawa. Buletin Psikologi, 26 (1), 45-63.
Al-Ghazali, A.H. (2017). Majmu’at Rasa`il Al-Imam Al-Ghazali:Kimiya` As-
Sa`adah. Edisi ke-7. Beirut Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah.
Al-Ghazali, A.H. (t.t). Kimiya’ As-Sa’adah (bahasa arab). Digital: Maktabah
Syamilah Digital.
Al-Ghazali, I. (1984). Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali. Bandung: Mizan.
Ali, N. H. (2011). Indigenous psychology, apa dan bagaimana?.
https://fpscs.uii.ac.id/blog/2011/04/18/indigenious/12/08/19.
Amirza, A.V.P. (2017). Hubungan antara kemandirian dan kebahagiaan pada
mahasiswa rantau tahun pertama. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Amrini, A.S. (2018). Hubungan antara religiusitas Islam dan kesejahteraan
psikologi pada alumni ESQ. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Anggoro, W.J. & Widhiarso, W. (2010). Konstruksi dan identifikasi properti
psikometris instrumen pengukuran kebahagiaan berbasis pendekatan
indigenous psychology: studi multitrait-multimethod. Jurnal Psikologi, 37, 2,
176-188.
Anwar, F. (2018). Hubungan intensitas dzikir dan kebahagiaan pada mahasiswa.
Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia.
Arifin, M. S. (2013). Analisis komparatif konsep kebahagiaan menurut Al-Ghazali
dan Seligman. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Bandung: Fakultas Psikologi
Universitas Nasional Pasim.
31
Armas, A. (2014). Pergulatan filosofis Ibn Sina, Imam Al-Ghazali dan Ibn Rusyd.
https://inpasonline.com/pergulatan-filosofis-ibn-sina-imam-al-ghazali-dan-
ibn-rusyd/ 12/08/19.
Auzan, F. (2018). Pengaruh relaksasi zikir terhadap stress pada penderita gagal
ginjal. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2017). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Daradjat, Z. (1988). Kebahagiaan. Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam RUHAMA.
Daradjat, Z. (1990). Kebahagiaan. Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam RUHAMA.
Effendi, R. (2017). Filsafat Kebahagiaan (Plato, Aristoteles, Al-Ghazali, Al-
Farabi). Yogyakarta: Deepublish.
Fadhillah, E. P. A. (2016). Hubungan antara psychological well-being dan
happiness pada remaja di pondok pesantren. Jurnal Ilmiah Psikologi, 9 (1),
69-79.
Frager, R. (2014). Psikologi Sufi untuk Transformasi Hati, Jiwa dan Ruh. Jakarta:
Zaman.
Fatchurohmah, S. (2006). Sosok guru menurut Al-Ghazali dan Zakiah Daradjat
(studi komparatif). Skripsi (Tidak diterbitkan). Malang: Fakultas Tarbiyah
UIN Malang.
Hamka. (2018). Tasawuf Modern. Jakarta: Republika.
Hapsari, R.T. (2018). Hubungan antara religiusitas Islam dan kepuasan pernikahan.
Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia.
Hidayati, S.N. (2016). Skala tawadhu: pengembangan ukuran-ukuran psikologi
humility dalam perspektif Islam. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Hills, P. & Argyle, M. (2002). The oxford happiness questionnaire: a compact scale
for the measurement of psychological well-being. Personality And Individual
Differences, 33, 1073-1082.
Hilmawati, Y. (2006). Konsep jiwa menurut Al-Ghazali dan Sigmund Freud (studi
komparatif tasawuf dan psikologi). Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang:
Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo.
Ibn Sina. (2009). Psikologi Ibn Sina. Bandung: Pustaka Hidayah.
Iqbal, A. (2018). Peran husnudzan terhadap kepuasan pernikahan pada pegawai
negeri sipil di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Skripsi (Tidak
32
Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia.
Jahja, Z. (2009). Teologi Al-Ghazali: Pendekatan Metodologi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Jahro, N. D. (2008). Analisis komparatif konsep struktur kepribadian menurut
Sigmund Freud dan Al-Ghazali: sebuah tinjauan psikologi Islam. Skripsi
Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Kusumaningtyas, E. (2012). Hubungan antara kebersyukuran dengan kebahagiaan
pada korban bencana merapi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Lewi, N. & Sudarji, S. (2015). Faktor faktor pendukung kebahagiaan pada
narapidana wanita di lapas wanita kelas II A. Psibernetika, 8 (2),
journal.ubm.ac.id/indeks.php/psibernetika/articles/view/492 / 14/03/18.
Maharani, D. (2015). Tingkat kebahagiaan (happiness) pada mahasiswa fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Mahmudah, N. J. (2007). Analisis komparatif teori perkembangan peserta didik
dalam perspektif Barat dengan Islam: Al-Ghazali dan Kohlberg. Skripsi
(Tidak diterbitkan). Malang: Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri
Malang.
Muhammad, D. & Nashori, F. (2007). Hubungan antara religiusitas dengan
kebahagiaan otentik (authentic happiness) pada mahasiswa. Naskah
Publikasi Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan
Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Muhammad, R. (2016). Konseling Islami menggunakan konsep kebahagiaan al-
ghazali untuk mengurangi kesepian (studi eksperimen pada konseli MTS
Negeri Bantul Kota Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016). Tesis (Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga.
Muhid, A., Suhadiyanto, & Nurhidayat, D. (t.t). Pengembangan Alat Ukur
Psikologi.
Http://digilib.uinsby.ac.id/20022/1/Pengembangan%20Alat%20Ukur%20Ps
ikologi.pdf/ 18/01/19.
Munir, A. R. (2005). Aplikasi analisis faktor untuk persamaan silmultan dengan
SPSS versi 12. Jurnal Seri Statistika Serapan, Laboratorium Kompetensi
Manajemen Fakultas Ehonomi Universitas Hasanuddin Makassar. 1-49.
Muniroh, A. (2017). Kebahagiaan dalam perspektif kajian psikologi Raos.
Madinah, 4 (1), 1-9.
33
Mursyid, A. (2009). Transformasi diri menuju kebahagiaan hakiki (kajian kitab
kimia sa’adah karya Al-Ghazali).
http://iiq.ac.id/index.php?a=artikel&d=2&id=106 /18/01/19.
Nashori, F. (1996). Membangun Paradigma Psikologi Islami. Yogyakarta: Sipress.
Nashori, F., Wibisono, S., Trimulyaningsih, N., Nurtjahjo., F. E., Wijaya, H. E., &
Dewi, W. A. K. (2016). Psikologi Islam: Dari Konsep hingga Pengukuran.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Nasrullah, N. 2017. Hakikat kebahagiaan,
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/orkxca313/18/01/19.
Nawawi, R. S., Pradja, J. S., Sumintarja, E. N., Rismiyati, Bastaman, H. D.,
Nusjirwan, J., Muhadjir, N., Wiramiharja, S. A., Dahlan, D., Nashori, F.,
Hamdani, & Subandi. (2000). Metodologi Psikologi Islami. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Nur, M.U. (2016). Hubungan antara gratitude dengan authentic happiness pada
buruh Gendong. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi
dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Nurahma, A. (2016). Pengaruh kebahagiaan terhadap produktifitas dan investasi
(analisis data panel negara negara di dunia tahun 2010-2014). Skripsi (Tidak
diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Gajah Mada,
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pene
litianDetail&act=view&typ=html&buku_id=108584&obyek_id=4 januari/
14/03/18.
Nuraida, R. (2018). Validasi alat ukur ikhlas: studi pendahuluan. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia.
Piff, P. K., & Moskowitz, J. P. (2017). Wealth, poverty, and happiness: social class
is differentially associated with positive emotions. Emotion. Advance online
publication. http://dx.doi.org/10.1037/emo0000387/14/03/18.
Pornamasari, R. (2016). Kebahagiaan (happiness) pada lansia muslim ditinjau dari
partisipasi dalam aktifitas keagamaan. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psokologi dan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Putri, S.E. (2018). Efektifitas konseling qur’ani terhadap kesejahteraan subjektive
orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia.
34
Qudsi, Z. (2011). Teori belajar dalam perspektif Barat dan Islam (studi komparatif
Jean Piaget dan Al-Ghazali). Skripsi (Tidak diterbitkan). Malang: Fakultas
Tarbiyah UIN Malang.
Raharjo, S. (2014). Cara melakukan uji validitas product moment dengan SPSS.
https://www.spssindonesia.com/2014/01/uji-validitas-product-momen-
spss.html?m=1 /03/07/19.
Rahma, Y. (2018). Hubungan kebersyukuran dan kebahagiaan guru PAUD. Skripsi
(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia.
Rofi`udin. (2013). Konsep kebahagiaan dalam pandangan psikologi sufistik.
Teologia, 24 (2).
Rohmadi. (2004). Konsep moral yang terkandung dalam upacara ya qowiyu. Thesis
(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: S2 Ilmu Filsafat Universitas Gajah Mada.
Rusdi, A. (2017). Rido dalam psikologi Islam dan konstruksi alat ukurnya. Jurnal
Psikologi Islam, 4 (1), 95-117.
Safira, T. (2016). Hubungan partisipasi sosial dengan kebahagiaan pada
purnawirawan tentara Nasional Indonesia (TNI). Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Sartika, A. (2014). Pengembangan alat ukur tawakkal: studi validitas. Skripsi
(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia.
Savitri, Y. (2019). Kebahagiaan perspektif Al-Farabi. Skripsi (Tidak diterbitkan).
Jakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Hidayatullah.
Seligman, M. (2005). Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan dengan
Psikologi Positif. Bandung: Mizan.
Seligman, M. (2013). Beyond Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan
Sempurna dengan Psikologi Positif. Bandung: Mizan.
Simarmata, I., Armi, A. J. A., Arnita. (2015). Aplikasi analisis faktor dengan
metode principal component analysis dan maximum likehood dalam faktor-
faktor yang mempengaruhi pemberian makanan tambahan pada bayi usia 0-6
bulan di Desa Pematang Panjang Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Tahun 2013. Departemen Biostistik dan Kependudukan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/kpkb/article/view/6331/4799/14/03/19.
Sofat, C. C. (2008). Pengembangan karakter melalui pendidikan keluarga (studi
komparatif teori Al-Ghazali dan teori Kornadt). Disertasi Doktor (Tidak
diterbirkan). Jakarta: Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah.
35
Sofia, N. & Sari, E. P. (2018). Indikator kebahagiaan (sa’adah) dalam perspektif
Al-Quran dan Hadits. Psikologika, 23 (2), 91-108.
Oktapiadi. R., Tarigan, M., & Musthofa, M. A. (2018). Pengembangan skala social
desirability. Jurnal Psikologi Insight, 2 (1), 33-42.
Yuwono, S., Moordiningsih, Prihartanti, N., Purwandari, E., Purtojo, L. (2012).
Kebahagiaan masyarakat jawa: studi karakter dan perilaku. Laporan Pusat
Studi (Pesatu). Surakarta: Pusat Studi Psikologi dan Indigenous Univeristas
Muahmmadiyah Surakarta.
36
IDENTITAS PENULIS
Nama : Wafa’
NIM : 14320283
Alamat Rumah : Dsn Berjateh Dajah, Bungbaruh, Kadur, Pamekasan
Madura, Jawa Timur; PP. Sidogiri, Sidogiri, keraton,
Pasuruan, Jawa Timur
Alamat Kampus : Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang KM 14,5,
Ngemplak, Umbulmartani, Sleman, Yogyakarta
No. HP : 087838950981
Email : wafawafauii@gmail.com, 14320283@students.uii.ac.id
Recommended