View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
“Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab Washaya al-Aba’ li al-Abna
Karya Muhammad Syakir al-Iskandari”
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi salah satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd)
Oleh:
Nur Iskandar
(NIM:1113011000049)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2018 M / 1438 H
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB WASHAYA AL-ABA LI
AL-ABNA KARYA MUHAMMAD SYAKIR AL-ISKANDARI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Nur Iskandar
(NIM:1113011000049)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2020 M/1441 H
iii
ABSTRAK
Nur Iskandar (NIM. 1113011000049). Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab
Washaya al-Aba Li al-Abna Karya Muhammad Syakir al-Iskandar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai pendidikan karakter
yang ada dalam kitab Washaya al-Aba’ li al-Abna karya Muhammad Syakir serta
kontribusi pemikiran Muhammad Syakir dalam bukunya Washaya al-Aba’ li al-Abna
terhadap khazanah nilai-nilai pendidikan karakter.Penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sumber atau referensi sebagai khazanah dalam upaya pembangunan
pendidikan dan karakter pada umumnya dan pendidikan karakter menurut Islam pada
khususnya dan dapat dijadikan salah satu referensi untuk mempermudah memahami
pedidikan karakter serta dijadikan acuan bagi penelitian-penelitian yang relevan
untuk masa yang akan datang.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan biografi naratif. Dalam hal
ini adalah autobiografi pemikiran tokoh yang meliputi konsep pendidikan karakter
yang bersumber dari kitab beliau dan menggunakan metode pemaparan deskriptif.
Jenis penelitian skripsi menggunakan metode library research (penelitian
kepustakaan) yaitu penelitian yang mengacu pada sumber kepustakaan seperti
buku,artikel, catatat dan media elektronik. Dengan menggunakan sumber primer dari
buku Washaya al Aba Li al-Abna dan sumber sekunder dari buku-buku penelitian.
Sementara teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi, yaitu pencarian data melalui variabel berupa catatan, buku, artikel dan
sebagainya. Dalam menganalisis data penulis menggunakan studi content analisis,
yaitu penulis menganalisis data secara tekstual berdasarkan isi buku.
Hasil penelitian ini menemukan beberapa nilai-nilai pendidikan karakter yang
terkandung didalam kitab. Secara keseluruhan terdapat 17 nilai karakter yang terdapat
dalam kitab Washaya al Aba Li al-Abna dan dibagi dalam dua macam karakter, yaitu
10 nilai karakter masuk dalam karakter moral, dan 7 nilai karakter masuk dalam
karakter kinerja. Karakter moral meliputi iman dan taqwa, cinta dan taat kepada
Rasulullah, menghormati kedua orangtua, menghormati guru, menghormati sesama
atau toleransi, benar atau jujur, kemuliaan atau harga diri, sabar, ikhlas, dan hidup
sederhana. Dan karakter kinerja meliputi amanah, disiplin, kerja keras, pantang
menyerah, cinta tanah air, gemar membaca atau wawasan literasi, dan peduli
lingkungan.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Muhammad Syakir al-Iskandari, Washaya
al-Aba Li al-Abna.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaiku warahmatullahi wabarokatuh
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji syukur penulis sampaikan kepada
Allah swt. Karena atas segala rahmat dan pertolongan-Ny penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang bertema“Nilai Pendidikan Karakter Pada Kitab
Washaya al-Aba Li al-Abna Karya Muhammad Syakir”, dengan lancar dan
dimudahkan segalanya.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi
semesta alam yaitu nabi Muhammad saw, semua keluarga, sahabat dan para pengikut-
Nya hingga akhir zaman. Amin
Dengan mengucapkan alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalamnya.
Untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna
keberhasilan penulisan yang akan datang.
Menyadari bahwa selesainya skripsi ini bukan karena semata-mata usaha
penulis sendiri, melainkan tidak lepas dari bantuan moril maupun materiil dari
berbagai pihak, terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Abdul Fatach dan
Ibu Emah, yang telah membesarkan dan mendoakan yang terbaik untuk anak-
anaknya. Selanjutnya, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr.Sururin M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Drs.Abdul Haris M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan
Drs. Rusdi M.Ag, selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Dr.Dimyati M.Ag. selaku dosen penasihat akademik yang telah membimbing
dan menasihati penulis selama proses perkuliahan.
v
4. Dr.Akhmad Shodiq M.Ag.selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, menasihati, memberikan masukan berupa kritik
dan saran selama proses penulisan skripsi.
5. Dr.Sururin M.Ag dan Drs. Abdul Haris M.Ag, selaku dosen penguji I dan II
yang telah memberikan kritik dan saran saat sidang sehingga menjadi skripsi
yang lebih baik dari sebelumnya
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, penulis mengucapakan terimakasih atas segala ilmu
yang telah diberikan.
7. Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2013
8. Dan semua pihak yang telah banyak membantu yang tidal bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang
telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.
Jakarta, 23 Maret 2020
vi
DAFTAR ISI
SURAT PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 8
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 8
E. Tujuan dan Manfaan Penelitian .................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan Karakter ................................................... 10
B. Pengertian Nilai ............................................................................ 20
C. Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter ............................................ 23
D. Gambaran Kitab Washaya ............................................................ 35
E. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian ......................................................... 40
B. Metode Penulisan .......................................................................... 40
C. Fokus Penelitian ............................................................................ 41
D. Prosedur Penelitian ....................................................................... 41
E. Sumber Data Penelitian ................................................................ 41
F. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 42
G. Teknik Analisis Data .................................................................... 42
H. Teknik Penulisan .......................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi data
1. Biografi Muhammad Syakir .................................................. 44
vii
2. Riwayat Pendidikan Muhammad Syakir ............................... 44
3. Guru-Guru Muhammad Syakir .............................................. 46
4. Karya Muhammad Syakir ...................................................... 48
5. Latar Belakang Penulisan Kitab ............................................ 49
6. Kekurangan dan Kelebihan Kitab .......................................... 50
B. Pembahasan
1. Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab
Washaya al-Aba Li al-Abna .................................................. 56
a) Nilai Karakter Religius ................................................... 57
b) Nilai Karakter Kinerja .................................................... 93
2. Kontribusi Pemikiran Muhammad Syakir
Dalam Khazanah Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ............. 111
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 117
B. Saran .......................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 120
viii
DAFTAR TABEL
TABEL 4.1: Daftar Kekurangan dan kelebihan kitab Washaya al-Aba Li al-Abna ..
.................................................................................................................................... 55
TABEL 4.2: Daftar jumlah kata ya bunayya dalam kitab Whasaya al-Aba Li al-Abna
................................................................................................................................. 116
ix
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR4.1: Peta kota Iskandariyah atau Alexandria di Mesir ……………...45
GAMBAR 4.2: Peta Khartoum ibukota negara Sudan………………………….47
GAMBAR 4.3: University of Khartoum tahun 1936……………………………47
GAMBAR 4.4: University of Khartoum tahun 2016……………………………48
GAMBAR 4.5: Sampul Kitab Washaya al-Aba Li al-Abna……………………..50
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Daftar Uji Refernsi ........................................................................... 125
Lampiran II : Identitas Buku .................................................................................. 132
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya zaman dan semakin derasnya arus global,
banyak sekali tantangan yang harus di hadapi, termasuk didalamnya tantangan
dalam dunia pendidikan. Arus global yang seperti dua sisi mata uang, ia bisa
sangat bermanfaat bagi kemajuan anak didik dan proses pendidikan, tetapi sisi
lainnya bisa merupakan malapetaka ibarat penggunaan pisau yang salah dalam
menggunakannya.
Arus globalisasi memang sangat kuat terasa di setiap sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sendi-sendi itu bisa juga
disebut ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan, katahanan
nasional dan keamanan. Ditambah lagi dengan demografi, geografi, dan
sumber kekayaan alam. Lunturnya nilai-nilai nasionalisme dan solidaritas dan
buruknya karakter anak bangsa juga harus diakui itu akibat dari bebasnya
serbuan arus global yang berdampak negatif terhadap kehidupan anak bangsa.
Dari hasil survai Komite Perlindungan Anak Indonesia dari rentang
tahun 2016-2019 hampir 67,9 persen remaja di Indonesia telah berhubungan
seks di luar nikah. Sekitar 94 ribu lebih mengalami hamil di luar nikah dan 20
persennya adalah usia remaja1 Kemudian narkoba dimana berdasarkan hasil
survai Badan Narkotika Nasional per tahun 2019 saja sudah hampir 2,20
persen atau sekitar 5,1 juta pendudukan Indonesia telah mengkonsumsi
narkoba dan setiap harinya di perkirakan 40-50 orang meninggal dunia akibat
mengkonsumsi narkoba dan dari jumlah semua pengguna, 22 persennya
1 Reza Nurohman, https://www.kompasiana.com/rumahbelajar_persada/63-persen-remaja-
di-indonesia-melakukan-seks-pra-nikah_54f91d77a33311fc078b45f4 di akses pada 19 October 2017
16.35
2
adalah pelajar atau usia remaja, bahkan ada yang menjadi pengedar dari
kalangan pelajar atau usia remaja.2
Pada masa ini, perlu peranan yang sangat kuat dari berbagai pihak,
baik itu orang tua, pendidik, ataupun pemerintah yang punya wewenang
dalam menentukan kebijakan yang mampu menghalau dan menangkal
informasi negatif dan serbuan budaya atau hal-hal lain yang merusak, baik
minuman keras, narkoba, sex bebas dan lain-lain. Orang tua harus extra hati-
hati dalam menentukkan pendidikan dan pergaulan anak. Karena anak adalah
amanah yang dititipkan oleh Allah untuk dididik sehingga menjadi manusia
yang bermanfaat dan memiliki akhlak mulia.
Dekadensi moral dan akhlaq begitu memprihatinkan, salah satu
penyebabnya adalah pendidikan yang masih sebatas rutinitas penjejalan
materi kepada siswa (transfer ofknowledge), pendidikan masih diartikan
dengan istilah sempitnya yaitu sekolah, bukan pengertian pendidikan yang
seutuhnya karena pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku. Seperti
dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan3.
Tujuan pendidikan sendiri adalah, untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab4. Dari tujuan pendidikan ini maka penting untuk menerapkan konsep
pendidikan yang menyeimbangkan antara aspek kognitif, afektif, dan
2 Putri Rosmalia Oktavian, http://mediaindonesia.com/news/read/53086/lebih-dari-5-juta-
penduduk-indonesia-pengguna-narkoba/2016-06-26 di akses pada 19 October 2017 pukul 16.40
3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet-III, h.368 4 Abd.Rozak, Fauzan dkk,Kompilasi Undang-undang dan Peraturan Bidang Pendidikan,
(Jakarta: FITK Press UIN Syarif Hidayatullah, 2010), Cet-1, h.6
3
psikomotorik yang kemudian secara luas dikenal sebagai kosep pendidikan
karakter.
Ketika semua elemen sedang berusaha keras memperbaiki karakter
dan moral bangsa ini, disisi lain media banyak menanyangkan hal sebaliknya,
pengaruh media terutama televisi atau media audio visual sangat digandrungi
oleh semua golongan. Seorang pakar pernah mengatakan, “Jika ingin melihat
keadaan suatu negara, lihatlah tayangan televisinya” ujarnya. Maka jika kita
perhatikan dan cermati, seperti itulah keadaan karakter dan moral bangsa ini.
Selalu penuh intrik, rekayasa, pembohongan publik, koruptif, suka berbuat
gaduh dan bertengkar dan lain lainnya.
Menanamkan nilai karakter di era global ini memang harus ekstra
sabar, ibarat menebar benih dimusim kemarau, sulit untuk tumbuh dan
berkembang, tapi jika tidak ada yang menanam benih ketika musim
penghujan datang, maka yang tumbuh adalah ilalang.Menurut Mubarok
karakter terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang, oleh karena itu ia
dapat berubah. Karakter yang sudah menetap akan membentuk sebuah
kepribadian.5
Rasulullah saw diutus untuk menyempurnakan karakter manusia,
karena akhlak menurut penulis adalah kumpulan dari karakter-karakter yang
sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan dalam bertingkah laku dalam
kehiduan sehari-hari. Dan ketika itu masyarakat arab memang sedang
mengalami kemerosoton karakter dan moral yang begitu dahsyat. Gerbang
pertama pendidikan karakter itu sendiri adalah keluarga, karena contoh
pertama yang dilihat adalah lingkungan keluarga, secara teori perilaku
manusia hampir dipengaruhi oleh apa yang dia lihat (faktor visual) baru
kemudian apa yang dia dengar (faktor audio) dan sisanya dipengaruhi oleh
faktor stimulus.
5 Achmad Mubarok, Akhlak Mulia Sebagai Konsep Pembangunan Karakter, (Jakarta:
Wahana Aksara Prima, 2009), Cet.1, h.85
4
Jauh sebelum semua orang gencar dan peduli dengan pendidikan
karakter Rasulullah sudah mengingatkan umatnya untuk selalu berbuat baik
dan berakhlakul karimah, bahkan beliau sendiri diutus ke alam semesta ini
mempunyai misi memparipurnakan akhlak manusia. Allah mengabadikan
semua sifat dan tingkah laku serta perbuatan nabi dalam al-Qur’an surat al-
Ahzab ayat 21 dengan gelar Uswatun Hasanah (Contoh yang baik), dalam
berperilaku dan berakhlak.
ام و ي ال و االل و ج ر ي ان ك ن م لة ن س ح ة و س أ الللو س ر فم ك ل ان ك د ق ل اي رثك الل ر ك ذ و ر خال (۲۱)الأحزاب:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”(Q.S.al-
Ahzab:21).6
Dan dalam surat al-Qalam ayat 4 Allah menegaskan bahwa nabi
Muhammad memiliki akhlak dan budi pekerti yang sangat luhur.
(٤)القلم:م ي ظع ق ل ىخ لاع ل ك ن إو “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung”(Q.S.al-Qalam:4).7
Diantara banyaknya literatur dan sumber rujukan konsep pendidikan
karakter, kitab Washaya al-Aba’ lial-Abna karya Muhammad Syakir adalah
salah satunya. Buku ini juga biasa disebut kitab Washaya dan cukup dikenal
dikalangan pesantren. Biasanya buku ini digunakan oleh santri pemula yang
baru belajar beberapa kitab-kitab klasik.Secara umum kitab ini menceritakan
wasiat seorang ayah kepada anakya atau seorang guru kepada muridnya
tentang bagaimana manusia berhubungan dan bermuamalah dengan sesama
manusia maupun dengan sang pencipta yaitu Allah swt.
6 Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya,( Bandung: CV J-ART 2005), h.421 7 Ibid, h.565
5
Secara tekstual kitab ini mengandung kata-kata dan ajakan yang
menggunakan kalimat ajakan yg sangat lembut, yaitu kata ya bunayya yang
jika diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah kata seruan atau ajakan yang
memiliki arti, “wahai anakku”.Ini adalah perkataan atau panggilan sayang
dan lembut bagi seorang ayah kepada anaknya atau guru kepada muridnya.
Kata ini sudah ada dalam al-Qur’an surat Luqman .
Ada 3 kali kata ya bunayya disetiap nasehat Luqman kepada anaknya,
masing terdapat di ayat 13, 16, dan 17, dimana pada ayat 13 Luqman
berwasiat kepada anaknya tentang ketauhidan dan melarang anaknya berbuat
syirik atau menduakan sesembahan selain Allah swt. Kemudian pada ayat 16
Luqman berwasiat untuk tidak menyepelekan semua perbuatan baik itu kecil
atau besar, karena masing-masing ada balasannya. Kemudian pada ayat 17
nasihat Luman kepada anaknya untuk mendirikan shalat, perintah kepada
kebaikan dan mencegah keburukan, serta bersabar atas segala ujian yang
menimpa dalam kehidupan.
ل ق م ي عظ ه ي اان لو إذ ق ال بالل،إن ب ن ب نهو ه و رك ت ش ل ظ ل م ع ظي م ال )لقمان:لش ر ك ۱۳)
“Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada anaknya, diwaktu ia
memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar”.(Q.S.Luqman:13).8
فو أ اتو ماالس فو أ ة ر خ ص فن ك ت ف ل ذ ر خ ن مة ب ح ال ق ث مك ت ن اإن إن ب ي ا اب تي ضر الأ (۱٦)لقمان:ي بخ ف ي طل الل ن ؛إالل
“ (Luqman Berkata), “Hai anakku, sesungguhnya jika ada ( sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau dilangit atau
didalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya).
Sesungguhnya Allah maha halus dan maha mengetahui”. (Q.S. Luqman: 16).9
8 Op.cit, h.413 9 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.412
6
مز ع ن مك الذ ن ؛إك اب ص اأ ىم لاع ب اص و رك ن م ال نع ه ان و فو ر ع م ال بر م أ و ة ل الص مقأ ن ب ي ا (۱۷)لقمان:رو م الأ
“Wahai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S. Luqman:
17).10
Secara umum isinya hampir sama dengan kitab-kitab dan buku-buku
akhlak pada umumnya. Hanya berbeda secara urutan dan pembahasan yang di
isi serta teks dan susuanan kalimatnya. Pada bab pertama dibuka dengan
nasihat dari seorang guru kepada muridnya. Kemudian di teruskan dengan
wasiat untuk bertaqwa kepada allah. setelah itu secara bertahap diterangkan
akhlaq kepada orang tua, guru, tetangga, saudara dan seterusnya baru
kemudian berbicara tentang nilai-nilai akhlak atau karakter yang harus ada
pada diri seorang murid sebagai bekal masa depannya. Uniknya buku ini
adalah seakan-akan kita langsung mendapat sebuah nasihat karena hampir
disetiap awalan kata sebelum masuk materi, di awali dengan kata ya bunayya
(wahai anakku). Jika diperhatikan mirip sebagaimana Lukman menasihati
putranya yang telah diabadikan dalam al-Qur’an. Seperti ungkapan beliau
tentang himbauan kepada murid-muridnya untuk senantiasa bertaqwa kepada
Allah .
ي ذ ر ال عق ابف اح ش دي د ال ب ط شش دي د ب ن :إن ر ب ك “Wahai anakku, sesungguhnya ancaman dan siksa Rabbmu itu sangat
berat dan berat, karena itu takutlah engkau wahai anakku”.11
Begitupula ketika syaikh Muhammad Syakir berwasiat tentang adab
dalam berteman.
10 Ibid, h.413 11 Muhammad Syakir, Washaya al-Aba’ li al-Abna, (Semarang: Pustaka Alawiyah), t.t.t, h.6
7
ب ن :ي من ي ت م ك ن ل ه فال م ك انح ت و اف س ح و انك إخ امن أ ح در ت ض ايق للد ر سف ل إذ اج ل س ت سف إن م ض اي ق د لو ت و رو د الص ر غو ت م هسال م فانو خ ال ةال ل و ثت و ادق ح الأ رو ر الث ي
“Wahai anakku, jika engkau duduk, janganlah engkau mempersempit
tempat bagi temanmu, lapangkanlah tempat sehingga temanmu dapat duduk
dengan leluasa. Sesungguhnya menyempitkan tempat duduk (tidak
memberikan kesempatan untuk duduk) pada orang lain itu termasuk
perbuatan yang mengesalkan dan menyakitkan hati, sehingga membuat tidak
enak dihati serta memunculkan banyak keburukan”.12
Kata ya bunayya adalah salah bentuk aplikasi dari perintah al-Quran
untuk menasihati dan menjaga anak-anak dan generasi selanjutnya dari
berbagai perkara yang mampu menjerumuskan mereka dalam kezaliman dan
kefasikan yang bisa membawa kedalam kesengsaraan neraka. Namun nasihat
itu sendiri harus disampaikan secara santun dan lemah lembut, terlebih kepada
anak-anak yang belum mengerti sepenuhnya tentang kehidupan. Karena anak-
anak hanya akan meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa, maka sangat
baik sekali jika menggunakan kata-kata yang halus seperti yang di contohkan
oleh Syaikh Muhammad Syakir atau yang sudah dicontohkan Luqman kepada
anaknya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menyimpulkan
beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Banyak nya kasus kenakalan remaja serta kemerosotan akhlak yang terjadi
di era global sekarang ini.
2. Perlunya kesadaran dan kewaspadaan yang tinggi baik bagi pendidik
ataupun orang tua tentang pentingnya nilai-nilai pendidikan karakter yang
akan membentuk akhlak anak dalam kehidupan sehari-hari.
12 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.12
8
3. Masih sangat di butuhkannya khazanah keilmuan yang berbicara tentang
karakter dan akhlak termasuk buku karya Muhammad Syakir Washaya al-
Aba’ li al-Abna
4. Masih jarang di ketahui oleh khalayak umum sebagai salah satu refrensi
buku pedoman akhlak mulia untuk di aplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
C. Pembatasan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah di atas, perlu pembatasan agar tidak jauh
dari substansi masalah, maka penulis membatasi penelitian ini, yaitu:
1. Nilai-nilai Pendidikan karakter menurut Muhammad Syakir dalam
bukunya Washaya al-Aba’ lial-Abna terbitan Pustaka Alawiyah Semarang
tanpa tahun terbit.
2. Kontribusi pemikiran pendidikan Muhammad Syakir terhadap pendidikan
berbasis karakter.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang
dibahas adalah:
1. Apa saja nilai pendidikan karakter yang ada pada kitab Washaya al-Aba’ li
al-Abna?
2. Apa saja kontribusi Pemikiran Muhammad Syakir terhadap khazanah
nilai-nilai pendidikan karakter?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Nilai pendidikan karakter yang ada dalam kitab Washaya al-Aba’ li al-
Abna karya Muhammad Syakir
b. Kontribusi pemikiran Muhammad Syakir dalam Bukunya Washaya al-
Aba’ li al-Abna terhadap khazanah nilai-nilai pendidikan karakter.
2. Kegunaan dari penelitian ini adalah:
a. Secara teoritis
9
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber atau
referensi sebagai khazanah dalam upaya pembangunan pendidikan
dan karakter pada umumnya dan pendidikan karakter menurut
Islam pada khususnya.
b. Secara praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi untuk
mempermudah memahami pedidikan karakter serta dijadikan
acuan bagi penelitian-penelitian yang relevan untuk masa yang
akan datang.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan Karakter
Banyak sekali pendapat para ahli yang mengemukakan tentang
pendidikan, dan pendidikan karakter. Dari pengertian secara sederhana hingga
secara luas dan kompleks. Pendidikan adalah bagian penting dalam kehidupan
manusia yang tidak pernah bisa ditinggalkan. Secara umum pedididikan bisa
tumbuh dari perkembangan manusia dalam menemukan pengalaman-
pengalaman dalam kehidupannya, disisi lain pendidikan bisa diartikan sebuah
proses deorganisasi secara teratur, dengan metode-metode tertentu dan dengan
aturan-aturan tertentu yang bisa dipelajari.
Menurut Muslich yang dikutip oleh Bambang Widhyatomo, istilah
pendidikan karakter ini di populerkan pertama kali oleh pedagog Jerman
F.W.Foerster akhir abad 18. Terminologi ini mengacu pada sebuah
pendekatan idealis-spiritualis dalam pendidikan yang dikenal dengan teori
pendekatan normatif. Pendekatan ini memprioritaskan pada nilai-nilai
transenden atau nilai-nilai universal dinilai sebagai penggerak sejarah, baik
bagi individu maupun bagi sebuah perubahan. 1
Sejak 1400 tahun yang lampau, kelahiran Rasulullah Muhammad saw
di utus oleh Allah swt sebagai rahmat bagi alam semesta. Dan salah satu
rahmat itu adalah program Allah yang dititipkan melalui Rasulullah untuk
memperbaiki akhlak manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam aurat al-
Anbiya ayat 117:
م ال ع ل ل ة ح ر لإ اك ن ل س ر اأ م و (۷۰۱الأنبياء:)ي
1 Muhammad Ja’far Anwar dan Muhammad A.Salam As, Membumikan Pendidikan Karakter,
(Jakarta: CV.Suri Tatu’uw, 2015) Cet-1, h.15
11
“Dan tidak aku utus engkau (Muhammad) melainkan sebagai Rahmat
bagi alam semesta.”(Q.S. al-Anbiya:117).2
Dalam prespektif Islam, pendidikan karakter atau nilai moral
diperkenalkan. Sekenario Allah swt mengutus Rasulullah saw adalah untuk
memperbaiki akhlak dan teladan kesabaran bagi manusia. Dia memiliki
karakter yang sempurna. Secara sistematis ajaran Islam di bawanya tidak
hanya menekankan pada aspek keimanan dan ibadah saja, tetapi juga dalam
hal muamalah. Hubungan manusia dengan al-Kholiq(Pencipta) dan hubungan
manusia dengan manusia lainnya. Ia menjadi sosok yang sempurna dan sangat
ideal menjadi panutan dan tuntunan bagi semesta alam. Namanya diabadikan
dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21:
ك ان ي و ةح س ن ةل م ن الله أس ر سو ل ل كم ف ك ان ال ق د و ال ي و م ال ك ث ي ر جو االله الله و ذ ك ر ر اخ (۲۱الحزاب:)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(Q.S.al-
Ahzab:21).3
Akhir-akhir ini, pendidikan karakter kian populer dan diminati. Hal ini
terjadi bersamaan dengan kian meluasnya unsur-unsur negatif, penyimpangan
moral, derasnya informasi negatif dalam dunia maya, bobroknya moral dalam
dunia nyata, rusaknya tatanan nilai-nilai kebangsaan dan keindonesiaan yang
sudah lama dikembangkan. Dan disaat yang sama, muncul kesadaran untuk
membina dan membangun kembali tatanan nilai-nilai positif yang ada melalui
pendidikan karakter.
Pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
2 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.332 3 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.421
12
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.4 Dalam
pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau
proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.5 Dalam artian luas,
pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang yang sesuai dengan kebutuhan.6
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no.20 tahun
2003 Pasal 1 butir 1, pendidikan adalah:
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.”7
Pendidikan Nasional bertujuan:
“Untuk Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” 8
Menurut Mc Leod yang di kutip oleh Muhibbin Syah pendidikan
dalam bahasa Inggris berasal dari kata educate (mendidik) artinya memberi
peningkatan (to elicit, to give rise), dan mengembangkan (toevolve, to
develope). Dalam pengertian yang sempit, education (pendidikan) berarti
perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.9
Ahmad D.Arimba merumuskan pendidikan sebagai bimbingan atau
didikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik
jasmani maupun rohani, menuju terbentuknya kepribadian yang
4 Op.cit, h.416 5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008) h.33 6 Ibid, h.21 7 Fauzan dkk, Op.cith.4 8 Ibid,h.6 9 Muhibbin Syah, Op.cit, h.10
13
utama.10Sedangkan menurut Retno Listyarti pendidikan adalah proses untuk
mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju.11
Menurut Ki Hadjar Dewantara yang di kutip oleh Abu Ahmadi dan
Nur Ukhbiyati kemudian di kutip kembali oleh Moh. Haitami mendefinisikan
bahwa pendidikan sebagai tuntutan segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak agar mereka kelak menjadi manusia dan anggota masyarakat yang dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sementara
menurut H.Mangun Budiyanto yang juga di kutip oleh Moh. Haitami
berpendapat bahwa pendidikan adalah mempersiapkan dan menumbuhkan
anak didik atau individu manusia yang prosesnya berlangsung secara terus-
menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia.12
Dari uraian definisi diatas terdapat 2 kelompok yang mengartikan
pendidikan secara sempit dan mengartikan pendidikan secara luas. Secara
sempitnya, mendefinisikan pendidikan hanya terbatas pada anak-anak, dan
hanya dapat dilakukan oleh lembaga atau institusi tertentu saja dalam masa
mengawal masa perubahan dari anak-anak menuju dewasa. Sedangkan
pengertian lebih luas nya, pendidikan diartikan dengan proses perubahan
tingkah laku dari lahir sampai meninggal, tidak terbatas oleh umur dan
lembaga atau institusi tertentu saja dan bisa dilakukan dimana saja selama itu
mengarah kepada proses perubahan ke arah yang lebih baik.
Seiring berjalannya waktu, kemudian muncul berabagai macam model
pedidikan, diantaranya pendidikan karakter, menurut Jhon Dewey“sudah
merupakan hal lumrah dalam teori pendidikan bahwa pembentukan watak
merupakan tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi pekerti disekolah13.
10 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter, (Jakarta:Ar-Ruzz Media, 2016) Cet-III, h.26 11 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif Inovatif dan Kreatif, (Jakarta:
Esensi Erlangga Grup, 2012), h.2 12 Syamsul Kurniawan, Op.cit, h.27 13 Muhibbin Syah, Op.cit, h.33
14
Sebenarnya dari tujuan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
kita sudah bertujuan membentuk manusia Indonesia yang cerdas, berakhlak,
berkepribadian dan berkarakter yang melahirkan generasi bangsa yang
beradab dan menjungjung tinggi budi pekerti yang luhur sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia
Esensi dari pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah tatanan dasar
dalam dunia pendidikan yang mencakup nilai dan intisari pendidikan sebagai
proses pengaktualisasian diri (self actualization) dalam menemukan substansi
pendidikan yang sebenarnya.14Pendidikan bermakna membebaskan manusia
dari keterbelakangan ketidaktahuan, ketidakberadaan, membebaskan manusia
dari belenggu-belenggu yang mengikat kemanusiaannya, dan seterusnya.15
Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter
kuat pernah di katakan Marter Luther King yang di kutip oleh H.Mahmud,
yaitu: “kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang
sebenarnya.”16
Istilah karakter yang dalam bahasa Inggris Character,17 berasal dari
bahasa yunani, character dari kata charassein yang berarti membuat tajam
atau membuat dalam. Menurut Edi Agus Nugraha yang dikutip oleh
Moh.Haitami, karakter juga dapat berarti mengukir. Sifat utama ukiran adalah
melekat kuat diatas benda yang di ukir.18
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
lain. Karakter juga dapat dipahami tabiat atau watak.dengan demikian orang
14 Muhammad Takdir Ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media, 2016), Cet-3, h.27 15 Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2016),
Cet-3, h.14 16 Anas Shalahudin dan Irwanto Alkrienciehe, Pendidikan Karakter berbasis Agama dan
Budaya, Bandung:Pustaka Setia, 2013, Cet-1, h.42 17 Jhon M.Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta:Gramedia,
2006) 18 Syamsul Kurniawan, Op.cit, h.28
15
yang berkarakter adalah orang yang memiliki karakter, mempunyai
kepribadian atau berwatak.19
Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik
(tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan
berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud
dalam perilaku.20
Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati,
Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang
mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam
menghadapi kesulitan dan tantangan.21Karakter terkait dengan upaya
mengembangkan kualitas. Seperti kejujuran, kesabaran, kesetiaan,
kedisiplinan, dan lain sebagainya.22
Menurut Ngainun Naim, karakter secara lebih jelas, mengacu kepada
serangkaian sikap (attitude), perilaku (behaviors), motivasi (motivation), dan
keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk
melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis, dan
alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggungjawab, mempertahankan
prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan
interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi
secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi
dengan komunitas dan masyarakatnya. 23
Suyanto yang di kutip oleh Syamsul Kurniawan mendefiniskan
karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
19 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-
Ruz Media, 2011), h.16 20 Anas Shalahudin, Op.cit,h.42 21 Anas Shalahudin, Op.cit, h.42 22 Abdullah Idi dan Safarina Hd, Etika Pendidikan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), Cet-2, h.123 23 Ngainun Naim, Character Builiding, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), cet-1, h.55
16
masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan
tiap akibat dari keputusan yang ia buat.24
Menurut Helen G.Douglas yang dikutip oleh Muchlas Sam’ani dan
Hariyanto. “character isn’t inherited. One builds its daily by the way one
thinks and acts, thougt by thougt, action by action”. Karakter itu tidak
diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi
hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi
tindakan.25
Sedangkan menurut Scerenko yang juga di kutip oleh Muchlas
Sam’ani dan Hariyanto, mendefiniskan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri
yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas
mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.26
Hal yang sama di uraikan oleh Laurens Bagus yang di kutip oleh
Syamsul Kurniawan bahwa karakter sebagai nama dari jumlah seluruh ciri
pribadi yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan,
kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran.
Atau, menurutnya suatu kerangka kepribadian yang relatif mapan yang
memungkinkan ciri-ciri semacam ini mewujudkan dirinya.27
Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap
yang diambil dalam menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan
kepada orang lain. Karakter ini pada akhirnya menjadi suatu yang menempel
pada seseorang dan sering orang bersangkutan tidak menyadari karakternya.
Orang lain biasanya lebih mudah untuk menilai karakter seseorang.
24 Syamsul Kurniawan, Op.cit, h.28 25 Muchlas Sam’ani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011), Cet-1, h.41 26 Muchlas Sam’ani, Op.cit, h.42 27 Syamsul Kurniawan, Op.cit, h.28
17
Hurlock dalam bukunya, Personality Development, yang dikutip oleh
Dharma Kesuma dkk, mengungkapkan bahwa karakter terdapat pada
kepribadian. Karakter mengimplikasikan sebuah standar moral dan
melibatkan sebuah pertimbangan nilai. Karakter berkaitan dengan tingkah
laku yang diatur oleh upaya dan keinginan. Hati nurani, sebuah unsureesensial
dari karakter, adalah sebuah pola kebiasaan pelarangan yang mengontrol
tingkah laku seseorang, membuatnya menjadi selaras dengan pola-pola
kelompok yang diterima secara social.28
Setelah memahami tentang definisi pendidikan dan definisi karakter,
berikut adalah paparan para ahli tetang definisi pendidikan karakter.
Menurut Muhammad Ja’far Anwar dan Muhammad A.Salam,
pendidikan karakter sebagai usaha sadar untuk mendidik, membimbing dan
mengarahkan anak didik dalam mengambil keputusan secara bijak dan
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lewat pendidikan
karakter dapat membentuk kepribadian seseorang melalui budi pekerti yang di
implementasikan dalam tindakan nyata, tingkah laku yang jujur, tindakan
yang bertanggung jawab, menghormati hak-hak orang lain, dan lainnya.29
Harapan idelanya pendidikan karakter ini semoga memberikan kontribusi
positif bagi lingkungan dimana mereka tinggal.
Departemen Pendidikan U.S.A mendefinisakan pendidikan karakter
sebagai berikut:
Character education teaches the habits of thought and deed
that help people live and work together as families, friends, neighbors,
communities, and nations. Character education is a learning process
that enable and adults in a school community to understand, care
about, and act on core ethical values such and respect, justice, civic
virtue and citizenship, and responbility for self and others. Upon such
core values, we form the attitudes and action that are the hallmark of
28 Dharma Kesuma, Cepi Triatna dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011), Cet-1, h.24 29 Muhammad Ja’far Anwar,Op.cit, h.19
18
safe, healthy and informed communities that serve as the foundation of
aour society.30
“Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan pemikiran dan
perbuatan yang membantu orang hidup dan bekerja bersama sebagai
keluarga, teman, tetangga, komunitas, dan bangsa. Pendidikan
karakter adalah proses pembelajaran yang memungkinkan dan orang
dewasa dalam komunitas sekolah untuk memahami, peduli, dan
bertindak pada nilai-nilai etis inti seperti dan menghormati, keadilan,
kebajikan dan kewarganegaraan, dan tanggung jawab untuk diri
sendiri dan orang lain. Dengan nilai-nilai inti seperti itu, kita
membentuk sikap dan tindakan yang merupakan ciri dari komunitas
yang aman, sehat dan terinformasi yang berfungsi sebagai landasan
masyarakat kita”.
H.Teguh Sunaryo yang di kutip oleh Syamsul Kurniawan berpendapat
bahwa pendidikan karakter menyangkut bakat (potensi dasar alami), harkat
(derajat melalui penguasaan ilmu dan teknologi), dan martabat (harga diri
melalui etika dan moral). Sementara menurut Rahardjo, pendidikan karakter
adalah suatu proses pendidikan yang holistik yang menghubungkan dimensi
moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi
terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan
memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.31
Menurut Megawangi yang dikutip oleh Muhammad Ja’far Anwar dan
Muhammad A.Salam As, mengatakan bahwa: “Pendidikan karakter adalah
usaha sadar untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungannya”.32
Adapun menurut David Elkind dan Freddy Sweet yang dikutip oleh
Muhammad Ja’far Anwar dan Muhammad A.Salam As, pendidikan karakter
dimaknai sebagai berikut:
30 Merle J. Schwartz, Effective Character Education, (Newyork: McGraw-Hill, 2007), h.2 31 Syamsul Kurniawan, Op.cit, h.30 32 Muhammad Ja’far Anwar, Op.cit, h.32
19
“chacacter education is the deliberate effort to help people
understand, care about, and act upon core ecthical values. When we
think about the kind of character we want for our children, it is clear
that we want them to be able yo judge what is right, care, deeply about
what is right, and then do what they believe to be right, even in the
face of pressure from without and temptation from within”.
“Pendidikan karakter adalah suatu usaha untuk membantu
orang lain memahami, peduli, dan bertindak sesuai dengan inti nilai
etika. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan
pada anak-anak kita, itu jelas bahwa kita menginginkan mereka
mampu menyampaikan bahwa yang benar itu benar, peduli akan
kebenaran, dan melakukan apa yang mereka yakini benar, meskipun
menghadapi tekanan sebagai akibat dari tindakannya”.33
Dalam hubungannya dengan pendidikan, Pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan
moral, pendidikan akhlak, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan
kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara
kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati.
Agus wibowo yang dikutip oleh Syamsul Kurniawan mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai pendidikan yang menanamkan dan
mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka
memiliki karakter luhur tersebut, menerapkan dan mempraktikkan dalam
kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga
Negara.34
Menurut Muchlas Sam’ani dan Hariyanto, pendidikan karakter adalah
proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia
seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan
karsa.35 Pendidikan karakter adalah suatu system penanaman nilai-nilai
33 Ibid, h.32 34 Syamsul Kurniawan, Op.cit, h.31 35 Muchlas Sam’ani, Op.cit, h.45
20
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan.
Kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut.36
Pendidikan karakter dapat dimanknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik, da mewujudkan kebaikan itu udalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter juga dapat di
maknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik
mengenal, peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai sehingga peserta didik
berperilaku sebagai insan kamil.37
Menurut H.E.Mulyasa, pendidikan karakter memiliki makna lebih
tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya
berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan
kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga
anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta
kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan
sehari-hari.38
B. Pengertian Nilai
Menurut Zubaedi yang di kutip oleh Syamsul Kurniawan, pendidikan
karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi
nilai-nilai dasar karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu
karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu, pendidikan karakter pada
dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup
36 Sofan Amri, Ahmad Jauhari dkk, Implementasi Pendidikan Karakterdalam pembelajaran,
(Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011), Cet-1, h.2 37 Muchlas Sam’ani, Op.cit, h.46 38 H.E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan karakter, (Jakarta:Bumi Aksara, 2013), Cet-3, h.3
21
atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang
terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.39
Secara bahasa, (value) dalam bahasa Inggris dan (valere) dalam
bahasa latin berarti berguna, berdaya, berlaku, kuat. Nilai adalah kadar,
banyak sedikit isi, atau kualitas. 40 Nilai adalah kualitas suatu hal yang
menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, atau dapat menjadi
objek. Nilai merupakan sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi tujuan
yang hendak dicapai.41 Pada dasarnya nilai adalah sesuatu yang menurut sikap
suatu kelompok orang dianggap memiliki suatu kelompok orang dianggap
memiliki harga bagi mereka.42
Menurut Filsuf Jerman-Amerika, Hans Jonas Bertens yang dikutip
oleh Muhammad Ja’far Anwar dan Muhammad A.Salam As, menyatakan
bahwa; “Nilai adalah The Adreessee of a yes, sesuatu yang di tujukan dengan
‘ya’ kita”. Nilai adalah sesuatu yang kita iakan atau kita aminkan.43
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di
Indonesia di identifikasi berasal dari empat sumber. Pertama, agama.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat agama. Oleh karena itu,
kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari ajara agama dan
kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada
nilai-nilai yang berasal dari agama. Karenanya, nilai-nilai pendidikan karakter
harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. Kedua,
Pancasila. Ketiga, budaya. Keempat, tujuan pendidikan nasional.44
39 Syamsul Kurniawan, Op.cit, h.39 40 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English Press, 1991) h.1035 41 Jalaluddin dan Adi Ahmad Zen, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, Cet IV (Surabaya: Putra
Al Ma’arif, 1994), h.124 42 Muhammad Zein, Pendidikan Islam Tinjauan Filosofis, (Yogyakarta:IAIN Sunan Kalijaga,
1987), h.67 43 Muhammad Ja’far Anwar, Op.cit, h.28 44 Syamsul Kurniawan, Op.cit, h.40
22
Sumber nilai yang berlaku dalam pranata kehidupan manusia dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu:45
1. Nilai Ilahi
Nilai yang dititahkan tuhan melalui para rasulnya, yang berbentuk
taqwa, iman, adil, yang diabadikan dalam wahyu ilahi. Nilai-nilai
pendidikan ilahi selamanya tidak mengalami perubahan. Nilai-nilai ilahi
yang fundamental mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia
selaku pribadi dan selaku anggota masyarakat, serta tidak
berkecenderungan untuk berubah mengukuti selera hawa nafsu manusia
dan berubah-ubah dengan tuntutan perubahan sosial, dan tuntutan
individual.
2. Nilai Insani
Nilai yang tumbuh atas ksepakatan manusia disertai hidup dan
berkembang dari peradaban hidup manusia. Nilai bersifat dinamis
sedangkan keberlakuan dan kebenaran relative yang batasi ruang dan
waktu. Nilai-nilai insani yang kemudian melembaga menjadi tradisi-tradisi
yang diwariskan turun temurun dan mengikat anggota masyarakat yang
mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi tetap mempertahankan diri
terhadap kemungkinan perubahan tata nilai, kenyataan ikatan-ikatan
tradisional sering menjadi penghambat perkembangan peradaban dan
kemajuan manusia. Disini terjadi kontradiksi antara kepercayaan yang
diperlukan sebagai sumber tata nilai guna menopang peradaban manusia.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang menjadi kunci keberhasilan dalam
mencetak generasi bangsa yang berkarakter baik adalah sifat utama Rasulullah
saw, yaitu: siddiq, amanah, tabligh, dan fatanah.46
45 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigeda, 1993),
h.111 46 Ary Ginanjar Agustina, ESQ Power Sebuah Inner Juoney Melalui Al Ihsan, (Jakarta:Arga,
2003), h.55-56
23
C. Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
Dalam bukunya Ngainun Naim dijelaskan beberapa nilai pembangun
karakter yang berjumlah 18 nilai.47 Mulai tahun ajaran 2011 seluruh tingkat
pendidikan di Indonesia haris menyisipkan pendidikan karakter tersebut
kedalam proses pendidikan. 18 nilai-nilai pendidikan karakteradalah:
1. Religius:
Yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adalah
penghayatan dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-
hari.48
Aspek religius dalam kerangka pendidikan karakter penting
ditanamkan secara maksimal. Pembiasaan dan penanaman nilai religius
menjadi tanggung jawab orang tua dan sekolah. Dalam agama Islam, nilai-
nilai agama harus sudah ditanamkan pada diri anak sedini mungkin agar
anak menjadi pribadi yang religius, dalam artian seorang anak, betul-betul
memahami dan menghayati agamanya. Jika dalam lingkungan keluarga,
bisa dengan memberi contoh dan membiasakan anak-anak untuk
melakukan nilai-nilai religiusitas dalam keseharian sesuai tuntunan.
Karena banyak sekali di masyarakat indonesia khususnya, orang tua yang
mengharapkan seorang anaknya menjadi pribadi yang religius tetapi orang
tua dan keluarga tidak mampu menjadi uswah dan titik rujukan orientasi
bagi anak-anaknya, dan jikapun berhasil, hanya kemungkinan kecil
bahkan mustahil.
47 Ngainun Naim,Op.cit, h.123 48 Ibid, h.124
24
2. Jujur:
Yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
Jujur menurut Hafiz Hasan al-Masudi dalam kitabnya Taisirul Khalaq
Fi Ilmi al-Akhlaq yaitu:
ةؤ رمال و ني الد و لق ع ل :ا ق د الص ابب س أ ،و ع اق و ال قاب ط ايب ارب خ ال و هقد لص ا ن،لأ مز ت ل ي ف ة رض م ال ه س ف ن ل هباح ىص ض ر ي ل ،ف ب ذ ك ال ة رض م و ق د الص ة ع ف ن م كر د يل ق ع ال
و ق د الص ىض ر ي ل ة و ء رمال باح ص ك ال ذ ك و ه د ض ن ىع ه ن ي و ق د لص ب رمي ن ي الد نلأ ق د الص لإ ه س ف ن ل ي ل ح التبلط ي هنلأ ب ذ لك ا ف ال ج ل ،و ال ص ال ع ي م ب
“Kejujuran adalah mengabarkan sesuatu yang sesuai dengan
kenyataannya. Kebohongan adalah mengabarkan sesuatu yang tidak
sesuai dengan kenyataannya. Sebab-sebab kejujuran adalah akal, agama,
dan harga diri, karena akal bisa memahami manfaat kejujuran dan
bahaya dusta. Maka, pelakunya tidak menyukai bahaya untuk dirinya,
sehingga dia selalu berkata jujur, karena agama menyuruhnya berkata
jujur dan melarang kebalikannya. Begitu juga pemiliki harga diri, tidak
menyukai untuk dirinya selain kejujuran, karena dian ingin berhias
dengan semua sifat baik, sedangkan tiada keindahan dalam dusta”.49
Begitu pula wasiat yang disampaikan syekh Muhammad syakir dalam
kitabnya Washaya al-Abaa’ li al- Abna:
ك س ف ىن ل ع ك ص ر ح ك ي غ ه ب ث دات م ل كاف ق اد ص ن و كت ن ىأ لاع ص ر ح ا :ن بي
ب اي ع م ال و ص ائ ق الن ر ش ب ذ ك ال نإ و ك ال م و “Wahai anakku, berusahalah emgkau untuk menjadi seorang yang
selalu jujur dalam segala pembicaraan. Sebab sesungguhnya dusta itu
adalah perbuatan yang buruk dan tercela”.50
Jujur adalah nilai karakter yang berkaitan dengan dirinya sendiri,
bagaimana ia mempunyai kesadaran bahwa sebuah kejujuran adalah hal
49 Zeid Muhammad Husain, Taisirul Khalaq, Ter.dari kitab Taisirul khalaq Fii Ilmi Akhlaq
oleh Hafiz Hasan Al-Masudi, (Surabaya: Salim Nahban, t.t.t) h.45 50 Muhammad Syakir, Op.cit, h.27
25
yang normal, yang berarti tidak jujur berarti abnormal. Perilaku jujur ini
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dipercaya, baik itu dalam perbuatan dan perkataan, baik terhadap dirinya
atau terhadap orang lain.
Dalam al-Qur’an surat At-taubah ayat 119 Allah berfirman:
ق اد الصع ام و ن و كو االل و قاات و ن آم ن ي ذ أ ي ه االي (۱۱٩التوبة:)ي “ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (Q.S. At-taubah :
119).51
Dalam buku al-Tahliyah wa al-Targhib fii al-Tarbiyah wa al-Tahdzib
seorang penyair mengungkapkan tentang kejujuran:
ال م ال و ة و ء رمل ل د ع ب *ب ه ي ف ت ر كاف ذ إ ئاش م و ال ج الر ن م اء ه لب ا ب د ع ب أ *و ه ي ف ي خ ىل ذ الب ذ لك ا ن م
“Jika kamu pikirkan, tidak ada yang bisa menjauhkan seeorang dari
sifat menjaga harga diri dan kebaikan, selain sebuah kebohongan yang
tidak ada kebaikan sama sekali didalamnya, dan bisa menjauhkan
seorang laki-laki dari sifat yang agung”52.
Menurut Ahmad Mubarak ada beberapa karakteristik orang yang
memiliki karakter jujur:
a. Bisa memikul tanggung jawab dari apa yang sudah menjadi
kewajibannya.
b. Menempatkan orang dalam tugas sesuai dengan kapabilitasnya,
bukan karena pertimbangan mengambil keuntungan tersembunyi,
materil, atau nepotis.
c. Jika diberi titipan ia bisa menjaga apa yang dititipkan dalam
keadaan utuh.
51 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.207 52 Sayyid Muhammad, التحليةوالترغيبفالتربيةوالتهذيب, t.p, t.t.t, h.15
26
d. Jika menjalankan tugas ia tidak mengambil keuntungan pribadi
dari tugasnya itu (korupsi).
e. Tidak menyembunyikan apa-apa yang semestinya dibayarkan, baik
menyangkut hubungannya dengan Tuhan (zakat), dengan negara
(pajak), maupun keluarga (nafkah).
f. Mampu menyimpan apa yang harus dirahasiakan, baik rahasia
tugas atau rahasia kehormatan.
g. Jika berjanji ia menunaikan janjinya.53
3. Toleransi:
Yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan
dirinya.
Dalam Islam sangat menjunjung tolerasi, sejak awal peradaban islam
dimulai. Dalam surat Al-Kafirun disitu ditekankan tentang bagaimana
bertolerasi. Kemudian, ketika Islam hijrah ke Madinah, dan Rasulullah
baru pertama kali hendak menyatukan semua kalangan dan agama yang
ada dimadinah, baik agama Nasrani, Yahudi, Majusi, atau Islam itu
sendiri, maka di buatlah sebuah perjanjian yang tertuang dalam Piagam
Madinah.
Konsep toleransi agama Islam tertuang di surat al-Kafirun ayat 1-6:
داب ع ن أ ل و (۳)د بع اأ م ن و دآب ع م تن أ ل و (۲)ن و دبع ات م دبع أ ل (۱)ن و راف ك اال ه ي أ ي ل ق و م كني د م كل (٥)د بع اأ م ن و دآب ع م تن أ ل و (٤)ت د ب اع م (٦)ن ي د ل
“Katakanlah, “hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan
menyembah yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah tuhan aku
sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah tuhan yang
aku sembah, untuk agamamu dan untukkulah agamaku”.54
53 Achmad Mubarak, Akhlak Mulia Sebagai Konsep Pembangunan Karakter, (Jakarta:
GMPAM-YPC-WAP, 2009) h. 140 54 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.604
27
Rasulullah saw juga bersabda dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh
Abdullah Ibnu Abbas:
ر سو لالله ص لىاللهع ل ي ه و س لم :ق ال إ ل ع ن ا بن ع باسق ال أ ح ب ن الأ د ي الله ؟أ ي ا لا ل ن ف ية ا لسم ح ة ق
“ Dari Ibnu Abbas r.a, Ia berkata: ditanyakan kepada Rasulullah saw,
agama manakah yang paling disukai oleh Allah?, maka Rasulullah saw
bersabda, “yang lurus, yang toleran”.
4. Disiplin
Yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan menjadi elemen yang
sangat penting dalam kehidupan.
Ditinjau dari asal kata, kata disiplin berasal dari bahasa latin discere
yang memiliki arti belajar. Dari kata ini kemudian muncul kata disiplina
yang berarti pengajaran atau pelatihan. Seiring perkembangan waktu, kata
disiplina juga mengalami perkembangan makna. Kata disiplin sekarang
dimaknai secara beragam. Ada yang mengartikan disiplin sebagai
kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan
pengendalian. Ada juga yang mengartikan disiplin sebagai latihan yang
bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.55
Disiplin menjadi salah satu ilmu yang diajarkan dalam islam. Disiplin
sangat diperlukan. Sebagai contoh, waktu shalat fardhu yang mempunyai
waktu awal dan akhir sehingga setiap muslim harus shalat tepat waktu,
jika tidak maka shalatnya dianggap tidak sah
5. Kerja keras
Yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
55 Ngainun Naim, Op.cit, h.142
28
Pentingnya kerja keras ini pernah dinyatakan oleh seorang ahli, Lord
Chesterfield. Ia menyatakan: “berusahalah yang terbaik dalam segala hal,
meskipun dalam kebanyakan hal sulit untuk dicapai. Namun, mereka yang
ingin melakukannya dan tetap gigih mempertahankannya, akan lebih
mendekati apa yang mereka inginkan ketimbang mereka yamg malas dan
patah semangat, hingga hanya akan menjadikan mereka gagal dalam
meraih apa yang menjadi keinginan mereka dan akhirnya menjadi putus
asa”
6. Kreatif
Yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilakan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Kretaif dapat diartikan sebagai
kesadaran keimanan seseorang, untuk menggunakan keseluruhan daya dan
kemampuan diri yang dimiliki sebagai wujud syukur akan nikmat Allah,
guna menghasilkan sesuatu yang terbaik dan bermanfaat bagi kehidupan
sebagai wujud pengabdian yang tulus kepada Allah Swt.
Manusia yang kreatif, secara emosional memiliki hasrat yang kuat
untuk mengubah hal-hal yang ada disekelilingnya menjadi lebih baik.
Memiliki kepekaan, bersifat terbuka dan tanggap terhadap segala hal.
Manusia yang kreatif memiliki konsentrasi dan kedalaman dalam berfikir,
ia tidak mudah puas dengan keberhasilan yang dicapai.
7. Mandiri
Yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kemandirian tidak otomatis tumbuh
dalam diri seorang anak. Mandiri pada dasarnra merupakan hasil dari
proses pembelajaran yang berlangsung lama. Mandiri tidak selalau
berkaitan dengan usia. Bisa saja seorang anak sudah memiliki sifat
mandiri karena proses latihan atau karena faktor kehidupan yang
memaksanya untuk menjadi mandiri.
29
8. Demokratis
Yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain. Dalam konteks character building,
ada beberapa prinsip yang dapat dikembangkan untuk
menumbuhkembangkan spirit demokrasi. Pertama, menghormati orang
lain. Artinya memberikan hak yang sama kepada orang lain untuk
berpendapat sesuai dengan karakteristik dan kualifikasi pemahamannya
sendiri. Kedua, berbaik sangka terhadap pendapat orang lain. Jika sejak
awal kita sudah berpikiran buruk terhadap orang lain, maka apapun yang
dikatakannya akan selalu dilihat sebagai hal yang tidak benar, sebab
prespektif sejak awal yang digunakan adalah negatif. Prespektif semacam
ini mengakibatkan hilangnya berbagai aspek positif yang mungkin
terdapat pada pendapoat seseorang.56
9. Rasa ingin tahu
Yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
Bagi penulis, rasa ingin tahu adalah modal yang sangat penting untuk
terus mempunyai semangat dalam mencari ilmu dan pengalaman.
Umumnya, seseorang akan malas karena dia tidak punya motivasi untuk
mencari tahu atau rasa ingin tahu. Ia hanya akan mengikuti arus yang ada
tanpa tujuan yang jelas. Mungkin dalam hal ini filosofi mengalir seperti
air itu salah. Karena manusia sejatinya harus mempunyai tujuan dalam
hidupnya.
Dalam diskusi tema motivasi, rasa ingin tahu adalah karakter yang
wajib di miliki oleh mereka yang ingin sukses. Siapapun orangya, apapun
latar belakangnya, karakter rasa ingin tahu adalah modal awal untuk
56 Ngainun Naim, Op.cit, h.168
30
kemudia melangkah ke langkah yang selanjutnya. Mereka yang
mempunyai rasa ingin tahu yang kecil cenderung menjadi pemalas.
10. Semangat Kebangsaan
Yaitu cara berpikir, bersikap, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
Semangat ini bisa diimplementasikan dengan semangat untuk saling
mengingatkan akan pentingnya persatuan dan kesatuan. Karena persatuan
itu sendiri adalah anjuran dalam Islam. Allah berfirman dalam surat ali-
Imran ayat 103:
ت ف رق و ا الله ج ي ع او ل مو اب ب ل (۱۰۳العمران:)و اع ت ص “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan jangan lah kamu bercerai-berai (Q.S. Al-Imran:103).57
11. Cinta tanah air
Yaitu cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa,
lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Sayyid Muhammad dalam kitabnya At-Tahliyah wa al-Targhib fii al-
Tarbiyah wa al-Tahdzib mengungkapkan:
بل ج و هن ع ج و رل ب و ل و ك ت اع ط ت س إ ر د ق ب هتم د خ و ك ن ط و ةبم ك ي ل ع باج و ال ف ك تاد ع س م ت ت و ك ال ح ن سح ت ل هن ع ة رض مال عف د و هل ة ع ف ن مل ا
“Wajib bagi kamu untuk mencintai negerimu dan mengabdi sesuai
kemampuanmu, walaupun harus dengan keluar negeri demi kemanfaatan
bagi negerimu dan menghilangkan bahaya di dalam negeri agar baik
keadaannya dan sempurna kebahagiaannya.58
Sebagai bangsa Indonesia, kita harus bangga telah di warisi kebiasaan
dan budaya yang begitu luhur yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Kita di
lahirkan didalam bangsa Indonesia yang majemuk, baik agama, suku,
57 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.64 58 Sayyid Muhammad, Op.cit,h.35
31
budaya, adat, bahkan warna kulit. Tapi kita disatukan dengan sebuah
persatuan bangsa Indonesia dengan pancasila sebagai falsafah kehidupan
bersama dalam berbangsa dan bernegara, yang mempunyai satu tujua
yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berabad-abad lamanya nilai-nilai itu ada, atau yang sekarang kita
sebut sebagai Bhineka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda secara agama,
suku, bangsa, adat, ras, dan kebudayaan, tetapi tetap mempunyai satu
tujuan yang sama, satu tanah air yang sama, satu bahasa persatuan yang
sama.
Didalam bangsa ini, telah lahir banyak ulama yang mempunyai
semangat kebangsaan yang tinggi dan menunjukkan bahwa mereka sangat
mencintai negeri dan bangsa ini. Banyak sekali organisasi Islam yang
muncul sebagai wadah bagi generasi dan kader bangsa tapi tetap setia
kepada negara dan bangsa. Hingga tercetuslah sebuah ungkapan dari salah
seorang ulama besar Indonesia yaitu Hadrotus Syaikh K.H. Hasyim
Asy’ari bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman.
12. Menghargai prestasi
Yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.59
Prestasi bukan hanya tentang berapa harta yang telah berhasil
dikumpulkan, atau berapa perlombaan yang sudah dimenangkan dan
memperoleh piala. Tapi prestasi adalah segala seuatu yang berdampak
positif baik bagi individu, keluarga, serta lingkungan disekitarnya, bahkan
sampai nasional dan internasional.
Akhir-akhir ini sedang ada tren ketidak pedulian akan suatu prestasi
yang dicontohkan oleh petinggi dan pemangku wewenang di negeri ini.
59 Ngainun Naim,Op.cit, h.200
32
Ini sebenarnya suatu karakter yang tidak baik, karena akan menjadi contoh
dimasa yang akan datang. Seperti ada kelas dan perbedaan walaupun
sama-sama berskala nasional atau bahkan internasional. Semoga kedepan
akan semakin lebih baik lagi, agar dapat menjadi contoh sekaligus
penyemangat generasi selanjutnya untuk terus mengukir prestasi yang
tentunya dibidangnya masing-masing dengan apresiasi yang sama dan
berimbang.
13. Bersahabat/komunikatif
Yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerja sama dengan orang lain. Karakter ini sangat penting sebagai
modal untuk menjalani kehidupan kedepan. Ia akan mampu bertahan
hidup dimanapun dengan kemampuan ini.
Rasulullah adalah salah satu contoh manusia yang sangat bersahabat
terhadap sesamannya. Ia memperlakukan orang lain dengan sangat baik
sebagaimana ia memperlakukan dirinya sendiri bahkan lebih dari pada itu.
Rasulullah adalah sosok yang di cintai oleh kawan dan lawan.karena sifat
nya yang sangat santun serta penuh kehangatan.
Bersahabat tentunya harus selektif pula, karena sahabat juga salah satu
faktor yang membuat seorang individu itu menjadi baik atau buruk. Dalam
sebuah pengibaratan, ketika seseorang berteman dengan penjul minyak
wangi setidaknya ia mencium wangi tersebut, dan ketika seseorang
berteman dengan pemandai besi, setidak-tidaknya ia kebagian merasakan
panasnya bara api.
Dalam Sebuah Sya’ir yang di tulis oleh Burhanudiin al –Islam al-
Zarnuji, beliau mengatakan:
ي ق ت د ي ل مق ار ن ق ر ي ن ه *ف إ نال ق ر ي ن ب و س ل ع ن أ ل ت س ع ن ال م ر ء ل ف ج ن ب ه ك ان ذ اش ر ف إ ن ك ان ذ اخ ي ف ق ار ن هت ق ت د ي سر ع ة *و إ ن
“Jika ingin melihat seseorang jangan tanya siapa dia, tapi lihatlah
temannya * Karena seseorang akan mengikuti apa yang dilakukan oleh
33
teman-temanya. Jika ada teman yang jelek akhlaknya, maka jauhilah *
dan jika ada teman yang baik akhlaknya maka cepat-cepat kau berteman
dengannya”.60
14. Cinta damai
Yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Ketika Rasulullah pertama kali di utus, beliau menyampaikan dan
menyebarkan pun dengan cara damai. Karena sejatinya kedamaian itu
sendiri adalah rahmatan lil alaminwalau terkadang untuk menuju
kedamaian itu sendiri harus di lalui dengan pedang dan senjata karena
tidak ada jalan lain. Namun dalam Islam, yang menjadi tujuan yaitu
damai, dan damai itu harus di ciptakan dan diusahakan. Damai juga dekat
dengan kebaikan, dan rahmat Allah hanya turun kepada orang-orang yang
berbuat baik, sesuai dengan Firman Allah swt dalam surat Al-A’raf ayat
56:
ن ي )إ نر ح ة الله ق ر ي بم ن (۵٦العراف:ال مح س “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik”.(Q.S. Al-A’raf:56).61
15. Gemar membaca
Yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan manfaat bagi dirinya. Buku adalah jendela dunia, salah
satu ungkapan yang sangat populer sebagai penyemangat bagi generasi
bangsa untuk meningkatkan daya literasinya.
Perintah pertama yang turun melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah
saw di dalam gua hiro berupa wahyu yaitu perintah membaca. Perintah itu
termaktub dalam surat al-Alaq ayat 1-5.
60 Burhanuddin Al-Islam Al-Zarnuji, Syair Alala Tanalual-Ilma, (Surabaya: Maktabah
Muhammad bin Ahmad Nabhani Wa Auladihi, t.t.t), h.1 61 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.158
34
ر ب ك م اس ب خ ل ق إ ق ر أ خ (۱)الذ ي ع ل ق ن س ان م ن ال ر مإ (۲)ل ق الأ ك و ر ب ك (۳)ق ر أ ا لق ل م ع لم ب ي ع ل م (٤)الذ ي ن س ان م ال (۵)ع لم ال
“ Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan (1)
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan
tuhanmulah yang maha pemurah (3) Yang mengajar (manusia) dengan
perantara qalam (4) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya(5). (Q.S. al-Alaq: 1-5).62
16. Peduli lingkungan
Yaitu sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Menurut Ngainun Naim, karakter peduli lingkungan menjadi nilai
yang penting ditumbuhkembangkan. Manusia berkarakter adalah manusia
yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial
maupun fisik. Manusia semacam ini memiliki kesadaran bahwa dirinya
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sekaligus berusaha
untuk berbuat sebaik mungkin bagi lingkungannya63.
Menurut penulis, lingkungan itu sendiri terdiri dari berbagai macam,
baik berupa alam sekitar, manusia, hewan, tumbuhan, keadaan fisik rumah
dan lingkungan sekitarnya. Kebiasaan bangsa Indonesia yang diwarisi
nenek moyang kita dalam rangka peduli lingkungan adalah dengan
melakukan kerja bakti dan gotong royong, baik tingkat rukun tetangga(rt),
rukun warga (rw), atau pun tingkatan sosial laiinya, yang kesemuanya itu
adalah bentuk nyata dari karakter bangsa Indonesia yang peduli terhadap
lingkungan sekitarnya.
62 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.598 63 Ngainun Naim,Op.cit, h.200
35
17. Peduli sosial
Yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Peduli sosial sebenarnya
hampir sama dengan peduli lingkungan. Hanya saja cakupan nya lebih
luas dan identik dengan sesuatu yang tidak melihat jarak dan waktu.
Peduli sosial bisa di implementasikan dengan berupa materi, fikiran atau
tenaga. Contohnya jika terjadi suatu bencana, sebagai orang yang
berkarakter peduli sosial, ia akan berfikir untuk membantu meringankan
saudara-saudaranya yang tertimpa bencana. Baik berupa materi dengan
menyumbangkan sebagian rezekinya, kemudia berupa tenaga, dengan
menjadi relawan atau ikut dalam pengalangan dana, atau fikiran yaitu
dengan memikirkan bersama-sama untuk mencari solusi guna
menyelesaikan permasalahan yang ada. Semua itu adalah bentuk dari
karakter kepedulian sosial seseorang.
18. Taggung jawab
Yaitu sikap dan perilaku seseorag untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri-sendiri,
masyarakat, lingkungan, (alam, karakter dimulai dalam sosial dan
budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.64
D. Gambaran kitab Washaya al-Abaa li al-Abnaa
Pendidikan karakter memang harus ditanamkan sedini mungkin,
karena akan sangat berpengaruh bagi individu dalam menjalani kehidupannya
dan melewati masa-masa perjalanan dari masa anak-anak, pra remaja, remaja,
hingga dewasa.
Salah satu sumber dari khazanah nilai-nilai pendidikan karakter adalah
dari kitab karangan seorang ulama mesir terkemuka, sekaligus dosen sebuah
64 Anas Salahudin,Op.cit, h.54-56
36
universitas Islam tertua Al-Azhar Kairo Mesir, Syekh Muhammad Syakir
yaitu washaya al Abaa li al-Abnaa atau jika diartikan kedalam bahasa
Indoensia yaitu beberapa wasiat nasihat ayah/guru kepada anaknya.
Kitab Washoya al-Abaa li al-Abnaa adalah Kitab yang berisi wasiat
seorang ayah/guru terhadap anak/muridnya tentang akhlak. Dalam
mengungkapkan nasihat-nasihatnya tentang akhlak Syaikh Muhammad Syakir
menempatkan dirinya sebagai guru yang sedang menasehati muridnya.
Dimana relasi guru dan murid di sini diumpamakan sebagaimana orang tua
dan anak kandung.
Bisa diumpamakan demikian karena orangtua kandung pasti
mengharapkan kebaikan pada anaknya, maka dari itu seorang guru yang baik
adalah guru yang mengharapkan kebaikan pada anak didiknya, menyayangi
sebagaimana anak kandungnya sendiri, salah satunya lewat mau’idhoh
hasanah dan mendoakan kebaikan.
Kitab Washaya al-Abaa li al-Abna biasa di kaji di kalangan pesantren
oleh siswa atau santri rentang usia 9-15 tahun atau jenjang pendidikan sekolah
dasar dan sekolah menengah pertama atau tsanawiyah. Penulis sendiri
mengaji kitab ini pada usia 12 tahun atau kelas 7 tsanawiyah. Selain relatif
mudah di pahami, kitab ini juga cenderung lebih sedikit materi yang diajarkan
jika dibandingkan kitab ta’lim muta’alim atau sejenisnya.
Kitab ini selesai dikarang oleh Syaikh Muhammad Syakir pada bulan
Dzulqo’dah tahun 1326 H/1907 M65. Kitab ini sangat familiar dalam
kurikulum pendidikan non formal seperti madarasah diniyah dan pesantren.
Kitab Washaya mengemas pendidikan akhlak dalam bentuk bab per bab
sebanyak 20 bab secara narasi, dengan disertai uraian konsep dari tema yang
dibicarakan.
65 Muhammad Syakir, Op.cit h.48
37
Secara global, didalam kitab ini menjelaskan nilai karakter seorang
anak terhadap dirinya, nilai karakter terhadap Allah swt, nilai karakter
terhadap orang tua dan guru, nilai karakter terhadap sesamanya, dan nilai
karakter terhadap lingkungannya.
Berikut ini adalah urutan nilai karakter yang diajarkan didalam kitab
Washaya al-Aba’ li al-Abnaa karya Muhammad Syakir
1. Bab 1 : Nasihat guru kepada murid
2. Bab 2 : Wasiat bertakwa kepada Allah
3. Bab 3 : Hak dan kewajiban terhadap Allah dan Rasul Nya
4. Bab 4 : Hak dan kewajiban terhadap orang tua
5. Bab 5 : Hak dan kewajiban terhadap teman
6. Bab 6 : Adab dalam mencari ilmu
7. Bab 7 : Adab dalam belajar, mengkaji ulang dan berdiskusi
8. Bab 8 : Adab dalam olahraga dan berjalan di jalan raya
9. Bab 9 : Adab didalam majlis dan menghadiri ceramah
10. Bab 10 : Adab makan dan minum
11. Bab 11 : Adab beribadah dan memasuki masjid
12. Bab 12 : Keutamaan berbuat jujur
13. Bab 13 : Keutamaan amanah
14. Bab 14 : Keutamaan iffah
15. Bab 15 : Keutamaan muruah, syahamah dan izati nafsi
16. Bab 16 : Menjauhi ghibah, namimah, hiqd, hasad dan takabur
17. Bab 17 : Keutamaan taubat, raja’, khauf, sabar dan syukur
18. Bab 18 : Keutamaan beramal disertai tawakal dan zuhud
19. Bab 19 : Keutamaan ikhlas
20. Bab 20 : Wasiat terakhir
38
E. Penelitian yang relevan
Penulis akan menguraikan beberapa kajian penelitian yang dianggap
relevan dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis. Dari hasil kajian
tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa kajian yang dilakukan penulis
berbeda dengan kajian dari penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh
peneliti lain.
Penelitian yang relevan dalam skripsi ini bukan untuk membading-
bandingkan hasil penelitian yang mana yang lebih baik atau lebih bagus dan
mana yang lebih buruk. Adapun fungsi penelitian yang relevan adalah sebagai
cermin kajian dari penelitian-penelitian sebelumnya, yang pembahasannya
berkaitan, bersinggungan, bahan terdapat kesamaan ide dan objek kajian
dengan penulis.
Penulis sudah menemukan beberapa karya penelitian penulis lain yang
ada kaitannya dengan judul skripsi yang sekarang sedang penulis teliti.
Setelah penulis membaca dan meneliti, ada beberapa perbedaan yang mereka
angkat dalam skripsinya. Diantara skripsi yang penuli temukan adalah sebagai
berikut:
1. Ahmad Zaki Fauzi, Nomer Induk Mahasiswa 1112011000080 dengan
judul “Konsep Pendidikan Anak Menurut Muhammad Syakir al-
Iskandariyah Dalam Kitab Washaya Al-Abaa’ Lil Abnaa’”, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 M.
Penemuan penulis berdasarkan penelusuran bahwa, secara arah
penelitian penelitian oleh saudara Ahmad Zaki Fauzi mengarah kepada
metode serta konsep yang terkandung dalam kitab tersebut, secara
substansi penelitian juga arahnya berbeda. Hanya subjek dan objek yang
sama dengan penulis yaitu menggunakan karya/kitab yang sama.
2. Nur Afudatul Lailiyah. Nomer Induk Mahasiswa D31209004 dengan
judul “Konsep Pendidikan Moral Prespektif Kitab Washoya Al-Abaa Lil
Abna Karya Syaikh Muhammad Syakir Al-Iskandari”, Jurusan Pendidikan
39
Agama Islam. Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2013 M.
Penemuan penulis berdasarkan penelusuran bahwa, secara arah
penelitian dia juga mengarah kepada metode yang terkandung dalam kitab
tersebut, diantaranya adalah metode nasihat, pembiasaan, kisah, dialog,
dan metode targhib dan targhib. Sedangkan penulis lebih kearah apa saja
nilai-nilai karakter itu sendiri yang diangkat dari kitab Washoya al-Aba’
lial-Abna
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
Objek penelitinya adalah sebuah kitab atau buku yang di karang oleh
seorang ulama dan termasuk pengajar dam juga alumni dari sebuah perguruan
tinggi tertua al-Azhar, Kairo, Mesir syekh Muhammad Syakir al-Iskandari
dengan judul Washaya al-Aba’ li al-Abna penerbit Pustaka Alawiyah
Semarang tanpa tahun terbit dengan waktu penelitian yang dilaksanakan sejak
tanggal 14 agustus 2018.
B. Metode Penulisan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuatu
dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentuakan.1
Sedangkan penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris berasal
kata research dengan komponen re yang berarti kembali, dan to search yang
berarti mencari. Dan dalam bahasa Indonesia di alihkatakan menjadi riset.2
Dengan demikian, metode penelitian adalah suatu cara yang teratur dan
tersusun serta terpikir baik-baik untuk mengamati suatu hal yang menjadi
bahan perhatian.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library
Research) yang bersifat kualitatif. Penelitian kepustakaan (library research)
adalah teknik penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan
bantuan berbagai macam materi yang dalam kepustakaan. 3Library research
suatu sistematika yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan ilmiah dari
1 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pusat Bahasa, 2001), edisi IV, h. 103. 2 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.22 3 Ibid.
41
suatu dokumen tertententu atau karya dan lietartur yang di karang oleh ulama
klasik maupun ulama kontemporer. Dan literatur itu bisa berupa jurnal, buku,
dokumentasi, manuskrip, dan lain-lain.
C. Fokus Penelitian
Fokus peneliti adalah menggali tentang nilai karakter pada kitab
Washaya al-Aba’ li al-Abnaa karya Muhammad Syakir al-Iskandari
D. Prosedur Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah menggunakan pendekatan filosofis.
Pendekatan filosofis digunakan untuk merumuskan secara jelas hakekat
yang mendasari konsep-konsep pemikiran Muhammad Syakir. Dan lebih
jauh lagi penelitian ini digunakan untuk mengkaji secara jauh tentang
nilai-nilai karakter yang terkandung di dalam karya Syekh Muhammad
Syakir al-Iskandari
E. Sumber data penelitian
1. Sumber data primer
Adalah sumber pokok yang penulis gunakan dalam melakukan
penelitian ini. Yaitu kitab Washaya al-Abaa li al-Abnaa karya Syekh
Muhammad Syakir al-Iskandari, seorang ulama asal Iskandariyah atau
sekarang lebih dikenal Alexandria, Mesir sekaligus salah satu pengajar
dan alumni di al-Azhar University, Kairo, Mesir.
2. Sumber data sekunder
Adalah sumber data yang digunakan untuk melengkapi data dalam
penlitian ini. Seperti buku-buku karya syekh Muhammad Syakir yang lain,
atau yang memuat konten dan pembahasan yang sama, baik dari buku,
jurnal, dokumen, surat kabar, dan lain sebagainya.
42
F. Metode pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research),
yaitu suatu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dengan
menghimpun data yang relevan dengan tema pokok penelitian.
G. Teknik Analisis data
Analisis data adalah kegiatan mengelompokkan, mengatur,
mengurutkan dan menguraikan data sehingga dapat ditemukan dan
dirumuskan hipotesis kerja berdasarkan data yang teah dikumpulkan. Analisis
data ini dilakukan sebagai proses penyederhanaan data, sehingga lebih mudah
dibaca dan dipahami.
Metode Analisis Isi (Content Analysis), Yaitu sebuah metode yang
digunakan untuk mengungkap, memahami dan menangkap isi sebuah karya.
Dalam sebuah karya, isi yang dimaksud adalah pesan-pesan yang disampaikan
pengarang melalui karyanya. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa
karya yang bermutu adalah karya yang mampu mencerminkan pesan positif
kepada para pembacanya.4
Menurut Weber, Content Analysis adalah metodologi penelitian yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik sebuah kesimpulanyang
sahih dari pernyataan atau dokumen. Demikian juga dengan Holsi, yang
mengartikan Content Analisis sebagai teknik apapun yang digunakan untuk
menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan
dilakukan secara obyektif dan sistematis.5
Metode Deskriptif, Yaitu suatu cara yang digunakan untuk membahas
objek penelitian secara apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh.6
Adapun teknik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif. Dengan analisis kualitatif akan diperoleh gambaran sistematik
4 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Medpres, 2008), h. 160. 5 Burhan Bungin, Conten Analisis dan Group Discussion dalam Penelitian Sosial, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2003), h. 172. 6 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 2002), h.163.
43
mengenai isi atau dokumen. Dokumen tersebut diteliti isinya kemudian
diklasifikasikan menurut kriteria atau pola tertentu. Yang hendak dicapai
dalam analisis ini adalah menjelaskan pokok-pokok penting dalam sebuah
manuskrip atau dokumen.
H. Teknik Penulisan
Tehnik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Biografi Muhammad Syakir al-Iskandari
Tidak banyak literatur yang membahas secara rinci dan khusus
perjalanan hidup Muhammad Syakir al-Iskandariyah. Terlebih, sama
seperti halnya kitab-kitab klasik pada umumnya karena di bagian akhir
kitab tidak tercantum biografi sang penulis kitab. Meski demikian, penulis
akan mencoba mendeskripsikan biografi singkat beliau yang penulis kutip
dari berbagai sumber.
Beliau lahir di Jurja, Iskandariyah,1Mesir pada pertengahan Syawal
tahun 1282 H bertepatan pada tahun 1863 M. dan wafat pada tahun 1939
M. Ayahnya bernama Ahmad bin Abdil Qadir bin Abdul Warits.2 Beliau
adalah seorang tokoh pembaharu di Universitas al-Azhar, danjuga sebagai
penulis yang produktif yang dikenal sebagai keluarga Abi ‘Ulayyaa’ dan
keluarga yang dermawan yang telah dikenal sebagai keluarga yang paling
mulia dan dermawan.3
Iskandariyah adalah sebutan bagi warga mesir, adapun bangsa eropa
atau luar mesir menyebutnya Alexandria. Nama yang cantik sesuai dengan
keadaan panorama kotanya yang cantik dan mempesona untuk kota yang
terletak di utara pesisir Mesir ini. Kota ini berhadapan langsung dengan
1Iskandariyah atau Alexandria adalah salah satu kota besar di negara Mesir, dan hingga
sekarang masih menjadi salah satu pusat kota di Mesir. Jarak antara Iskandariyah (Alexandria)-
Kohiroh (Kairo) kurang lebih 226 Km /140 mil, dengan jarak tempuh 3 Jam jika menggunakan Bus
atau Kendaraan roda empat. [Sejarah Tasyri’ Islam, M. Harun Ide dkk, (Kediri: FPPI, 2006), Cet-I,
h.204]. 2Moh.Ismail, http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.co.id/2016/12/pendidikan-
akhlak-dalam-kitab-washoya.html, di akses pada 20 maret 2018 pukul 10.30 3 Nur Afidatul Lailiyah, “ konsep Pendidikan Moral Prespektif kitab Washoya al-Abaa lil-
Abnaa karya Muhammad Syakir al-Iskandariyah,” Skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Sunan Ampel Surabaya, (Surabaya: 2013), h.42
45
birunya laut Mediterania. Bibir pantainya dihiasi hamparan pasir putih
kekuningan, khas padang pasir Timur Tengah, berbaur dengan bebatuan
yang menonjol di sana-sini.4Kitab ini selesai ditulis oleh Syaikh
Muhammad Syakir pada bulan Dzulqo’dah tahun 1326 H/1907 M.5
Beliau lahir dalam lingkungan Mazhab Hanafi, dalam wasiatnya
tentang hak-hak teman, beliau menjadikan Imam Hanafi sebagai contoh,
yakni saat Imam Hanafi ditanya tentang keberhasilannya memperoleh
ilmu pengetahuan, beliau menjawab “saya tidak pernah malas
mengajarkan ilmu pengetahuan pada orang lain dan terus berusaha
menuntut ilmu.” selain itu, memang sebagian warga Mesir adalah
pengikut Mazhab Hanafi.6
Tabel 4.1
Iskandariyah atau Alexandria yang berdekatan dengan laut Mediterania
4 Agung Sasongko_red “Alexandria, Saksi Hadirnya Peradaban Islam di Mesir”, Harian
Republika.com, Jakarta, 28 April, 2017. 5 Muhammad Syakir, Op.cit, h.48 6 Ibid, 13
46
2. Riwayat Pendidikan Muhammad Syakir al-Iskandari
Pendidikan Muhammad Syakir dimulai dari menghafal al-Qur'an dan
belajar dasar-dasar studinya di Jurja, Mesir, kemudian beliau rihlah
(bepergian untuk menuntut ilmu) ke Universitas al-Azhar dan beliau
belajar dari guru-guru besar pada masa itu, kemudian dia dipercayai untuk
memberikan fatwa pada tahun 1307 H. Dan kemudian beliau menduduki
jabatan sebagai ketua Mahkamah Mudiniyyah al-Qulyubiyah, dan tinggal
di sana selama tujuh tahun sampai beliau dipilih menjadi Qadhi (hakim)
untuk negeri Sudan pada tahun 1317 H. Dan dia adalah orang pertama
yang menduduki jabatan ini, dan orang yang pertama yang menetapkan
hukum-hukum hakim yang syar'i di Sudan.7
Ketika Syaikh Muhammad Syakir semakin dewasa, ayahnya harus
pergi ke Sudan untuk menjabat Qadhi Qudhat (hakim agung). Ketika
sedang berada di Khartoum,8Ahmad Syakir masuk keperguruan tinggi
Gordon.9Muhammad Syakir tinggal di Sudan hingga akhirnya ayahnya
kembali lagi ke Alexandria karena harus menduduki jabatan masyikha.
Dan pada tanggal 26 April 1904, Muhammad Syakir pun masuk ke
lembaga keagamaan di Alexandria tempat ayahnya menjadi syaikh. Ketika
pada 19 April 1909 ayahnya menjadi wakil al-Azhar, Muhammad Syakir
7Ahmad Zaki Fauzi, Konsep Pendidikan Akhlak Anak Menurut Syekh Muhammad Syakir al-
Iskandary Dalam Kitab Washaya al-Aba li al-Abna. Skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h.43 8 Khartoum dalam bahasa arab berarti belalai gajah, Khartoum adalah salah satu kota besar di
negara sudan dan hingga sekarang masih menjadi ibu kota negara Sudan. Letaknya di titik dimana
sungai Nil yang mengalir dari Uganda dan bertemu dengan sungai Nil biru yang mengalir dari arah
barat di Ethiopia. [Ajid Tohir, Studi Kawasan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, cet-2, 2011), h.309] 9 University Of Khartoum adalah sebuah perguruan tinggi yang terletak di kota Khartoum
Sudan, didirikan dengan nama Gordon Memorial College pada tahun 1902 dan pada perkembangannya
kemudia menjadi Universitas Khartoum pada tahun 1956. (Sidik Mustaqim,
informasisudan.blogspot.com, di unduh pada tanggal 27 Agustus 2018, pukul 19.20).
47
pun ikut ke Kairo untuk kemudian belajar di al-Azhar hingga lulus pada
1917.10
Gambar 4.2
Khartoum, ibukota Sudan yang juga berdekatan dengan Egypt (Mesir)
Gambar 4.3
Gordon Memorial College atau university of Khartoum pada tahun 1936,
tempat Syaikh Muhammad Syakir belajar ketika berada di Sudan.
10 Risa Rosiana S., “Etika Menuntut Ilmu Dalam Kitab Washoya Karya Muhammad Syakir”,
Skripsi Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Salatiga, Salatiga, 2017, h.19
48
Gambar 4.4
Gordon Memorial Garden atau sekarang menjadi University Of Khartoum,
foto pada tahun 2016
3. Guru-Guru Muhammad Syakir al-Iskandari
Ketika belajar di al-Azhar, beliau mengenal dan menuntut ilmu kepada
para ulama Mesir dan lainnya, diantaranya:
a. Syaikh Abdullah bin Idris al-Sanusi, ulama ahli hadits dari Maroko,
beliau mempelajari darinya kitab Shahih al-Imam Bukhari, dan
mendapatkan ijazah darinya, demikian kitab shahih Muslim dan kitab
sunan Tirmidzi dan kitab sunan lainnya.
b. Syaikh Muhammad al-Amin al-Syinqithi, beliau belajar kepadanya
kitab Bulughul Maram, dan al-Syaikh memberikan ijazah pengakuan
telah mempelajari kitab itu, dan juga kutub al-sittah.11
c. Syaikh Mahmud Abu Daqiqah adalah salah seorang ulama di Ma’had
al-Iskandariyah dan salah satu anggota majelis ulama dikemudian
harinya. Beliau belajar kepada al-Syaikh Mahmud tentang fikih dan
ilmu ushul fikih.
11 Risa Rosiana, Op.Cit, h.23
49
d. Ayahnya sendiri, beliau mempelajari hadits dari ayahnya dan
diberikan ijazah setelah mempelajari kutub al-sittah.
e. Syaikh Thohir al-Jazairi
f. Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, pendiri dan yang menyusun
majalah al-Manar.
g. Syaikh Salim al-Basyiri, beliau mempelajari syarh al-Muwatha.
h. Syaikh Habibullah al-Syanqithi beliau mempelajari kitab Zaadul
Muslim.
i. Syaikh Abdussalam al-Faqi, beliau mempelajari syair dan sastra
Arab.12
4. Karya Muhammad Syakir Al-Iskandari
Dari penelusuran penulis terhadap berbagai karya ilmiah, jurnal atau
makalah, banyak perbedaan diantara para penulis dalam memaparkan
karya-karya Syaikh Muhammad Syakir, karena tidak ada dokumen yang
jelas tentang keberadaan karya-karya tersebut. Terlebih banyak kesimpang
siuran terhadap karya dua orang yang berbeda yaitu antara Ahmad Syakir
dan Muhammad Syakir yang kedua nya adalah anak dan ayah.
Yang sudah pasti dan sudah sampai di tangan penulis serta sudah
sempat mengkajinya sewaktu di pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon
pada tahun 2007 silam yaitu Kitab Washaya al-Aba’ li al-Abna aww al-
Durus al-Awwaliyah fii al-Akhlaq al-Mardiyyah.
12 Risa Rosiana S., Op.Cit, h.23
50
Gambar 4.5
Sampul wajah Kitab Washaya al-Aba’ li al-Abna terbitan Pustaka
Alawiyah, Semarang, t.t.
5. Latar Belakang Penulisan Kitab Washaya al-Aba’ li al-Abna
Mesir secara resmi memperoleh kemerdekaan pada tahun 1922 dari
Inggris, tapi pada masa pemerintahan raja Faruk pengaruh Inggris masih
sangat besar. Baru pada masa pemerintahan Jamal Abdul Nasir yang
menggulingkan raja Faruk pada 23 Juli 1952, Mesir menganggap dirinya
benar-benar merdeka.13
Penulisan kitab ini tidak terlepas dari pengaruh suasana dimasa itu,
ketika mesir berada dalam kekuasaan Inggris. Hal ini terlihat dari salah
satu nasihat Syaikh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya al-Abaa’ li
13 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2011), cet.Ke-11, h.188.
51
al-Abna dalam bab cinta tanah air dan menjaga tanah air dari serbuan
musuh.
هم، واتق الله ف ب لدك ل تنه ول تسل ط عليه واتق الله ف إخوانك : ل ت ؤذ احدا من عدوا
“Bertaqwalah kepada Allah ketika bergaul dengan mereka,
dan jangan menyakiti mereka. Bertakwalah kepada Allah dalam
membangun negerimu, dan janganlah mengkhianati negerimu, dan
pertahankanlah jangan sampai negerimu dikuasai oleh musuh”.14
Mesir mengalami pembaharuan besar-besaran pada abad 19.
Pembaharuan ini telah memperkenalkan Mesir pada kemajuan Barat dan
juga sistem ekonominya. Bidang pendidikan mendapat perhatian utama
dengan dikirimkannya pelajar Mesir ke Eropa dan diterjemahkannya
literatur modern ke dalam bahasa Arab. Ekonomi Mesir juga menjadi
semakin terkait dengan sistem ekonomi Eropa karena orientasi ekspor dan
pembiayaan pembangunan15.
Dibukanya Terusan Suez pada 1869 lebih memperjelas lagi
keterkaitan ini. Namun Mesir juga harus menanggung beban keuangan
berat sehingga pada 1875 Mesir terpaksa menerima nasihat otoritas
moneter asing dalam pengelolaan ekonomi demi memenuhi kewajiban
membayar hutang negara kepada luar negeri yang membengkak. Campur
tangan asing dalam ekonomi Mesir justru diduduki Inggris sejak 1882 dan
secara resmi dijadikan protektorat Inggris pada tahun 1914. Sehingga
puncaknya pada tahun 1919, dalam hubungan ini terjadi pemberontakan
anti-Barat khususnya Inggris. Hal ini membuat Hasan al-Banna yang saat
itu berusia tiga belas tahun tidak mau ketinggalan ikut memberontak.16
14 Muhammad Syakir, Op.Cit, hal. 6 15 Ajid Tohir, Op.Cit, h.258 16 Khalimi, Ormas-Ormas Islam Sejarah, Akar, Teologi dan Politik, (Jakarta:GP Press, 2006),
Cet-1, h.152-153
52
Semangat anti-Barat kemudian mengental setiap kali Hasan al-Banna17
melewati wilayah Terusan Suez yang diduduki pasukan Inggris, yang
tidak jauh dari kota Ismailiyah dan Kairo. Kelak secara resmi Mesir
memperoleh kemerdekaan tahun 1922 dari Inggris, tetapi bayang-bayang
kekuasaan Inggris masih terlihat dalam pemerintahan Raja Faruq. Baru
pada masa pemerintahan Jamal Abdul Nasser yang menggulingkan Raja
Faruk pada 23 Juli 1952, Mesir benar-benar telah merdeka.18
Maka melihat dari perpolitikan Mesir yang memanas pra dan pasca
penulisan kitab Washaya al-Abaa‟ lil Abnaa‟ karena pengaruh dari
ekspansi militer Inggris dan Prancis, berawal dari sanalah pemikiran
Muhammad Syakir berkembang. Sehingga pada akhirnya, untuk menjaga
nilai-nilai islami dan budaya ketimuran dari pengaruh budaya asing yang
ditinggalkan para penjajah, Muhammad Syakir al-Iskandaryah menulis
kitab akhlak ini.
Proses masuknya kitab Washaya al-Abaa‟ lil Abnaa‟ sebagaimana
kitab klasik lain ke Indonesia tidak terlepas dari peran masuknya agama
Islam ke Asia Tenggara. Sebab menurut Agus Sunyoto, Islam sudah mulai
masuk ke Indonesia sejak sekitar abad 7 dan 8. Banyak pedagang muslim
Persia dan Arab yang berlayar dan berdagang di Selat Malaka. Karena
Selat Malaka (semenanjung Thailand, Singapura, dan Sumatera Barat,
Indonesia) menjadi tempat strategis untuk menghubungkan Asia Timur
Jauh,15 Asia Tenggara, dan Asia Barat.19
Melalui jalur perdagangan inilah, para muslim Persia dan Arab mulai
mensyiarkan agama Islam di Asia Tenggara. Bahkan saat itu Islam
17 Hasan al-Banna lahir 17 Oktober 1906 di desa al-Mahmudiyah Mudiriyah Mesir, nama
lengkapnya adalah Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman al-Banna, Ia adalah pelopor dari berdirinya
ormas Ikhwanul Muslimin Mesir sekaligus kendaraan politiknya melawan penjajahan Inggris atas
Mesir. (Khalimi, Op.Cit, h.142-143). 18 Badri Yatim, Op.Cit, h.186 19 Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, (Depok:Pustaka Iman, 2016), h.55
53
semakin menyebar hingga ke bagian Asia Timur, yaitu negeri Tiongkok.
Sebagaimana teori Makkah yang dicetuskan oleh Hamka, beliau
menguatkan teorinya dengan mendasarkan pandangannya pada peranan
bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia, kemudian
diikuti oleh pedagang Persia dan Gujarat (India). Gujarat dinyatakan
sebagai tempat singgah, Makkah sebagai pusat, dan Mesir sebagai tempat
pembelajaran agama Islam. Hamka menolak pendapat yang mengatakan
bahwa Islam baru masuk pada abad 13. Sebab dalam kenyataannya, di
Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik Islam. Maka,
dapat dipastikan Islam telah masuk jauh sebelum itu, yakni sekitar abad
7.20
Pada tahun 674 M, telah ada perkampungan perdagangan Arab di
pantai Sumatera Barat, yang bersumber dari berita Tiongkok. Lalu berita
ini ditulis kembali oleh T.W. Arnold (1896), J.C. van Leur (1955), dan
Hamka (1958).19 Hal ini terbukti dengan berdirinya kerajaan Keddah
pada 1136 M sebagai kerajaan Islam tertua dan terbesar di Nusantara,
yang membentang di semenanjung selatan Myanmar sampai selatan
Thailand.21
Format kitab klasik pada umumnya sedikit lebih kecil dari pada kertas
kuarto, yakni dengan panjang sekitar 26 cm dan lebar 18 cm dan tidak
dijilid. Lembaran-lembaran kitab yang tak terjilid tersebut dibungkus
dengan sampul kitab, penerbit mencetak kitab di atas kertas berwarna
kuning sebagaimana pada mulanya kitab-kitab ini dibawa oleh para
pedagang Arab yang singgah ke Nusantara. Hal ini adalah ciri khas fisik
yang mengandung makna simbolik yang membuat kitab-kitab tersebut
tampak klasik sehingga akhirnya disebut kitab klasik.22
20 Agus Sunyoto, Op.Cit, h.38 21 Ibid, h.40-41 22 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di
54
Pada abad 19 beberapa kitab-kitab klasik mengalami tranformasi fisik,
beberapa kitab mulai diterjemahkan ke dalam bahasa daerah seperti
bahasa Jawa, Sunda, dan Madura. Sehingga saat ini kita dapat menjumpai
kitab-kitab klasik yang terjemahannya berbahasa daerah dan ditulis
dengan bahasa Arab-Melayu. Dari penulis Minangkabau misalnya,
lahirlah karya tulis buah pemikiran Mahmud Yunus dan Abdul Hamid
Hakim. Keduanya telah menulis sejumlah kitab, dalam bahasa Melayu dan
Arab dan untuk dijadikan bahan pelajaran di pesantren dan madrasah.
Abdul Hamid Hakim populer dengan kitab Mabadi’ al-Awwaliyyah
sementara Mahmud Yunus populer dengan kamus referensinya, yakni
Kamus Arab-Indonesia yang beliau tulis pada tahun 1972 dan mendapat
pengakuan besar dari Mesir hingga Nusantara.23
Jadi dapat disimpulkan bahwa proses masuknya kitab Washaya al-aba
li al-abna sebagaimana kitab klasik lain tidak terlepas dari proses
masuknya agama Islam ke Nusantara. Adapun proses masuknya kitab
klasik, naskah-naskah tersebut dibawa oleh para Mualim, Kyai, dan
pedagang muslim sekitar abad 8 sampai awal abad 19 melalui jalur
perdagangan, jalur berdakwah, dan jalur pendidikan seperti mengadakan
kajian kitab klasik di pesantren dan madrasah yang diselenggarakan oleh
para ustadz dan kyai.
6. Kelebihan dan kekurangan kitab Washaya al-Aba’ li al-Abna
Kitab Washaya al-Aba’ li al-Abna karya Muhammad Syakir al-
Iskandariyah yang penulis kaji adalah terbitan Pustaka Alawiyah
Semarang. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dan kekurangan yang
penulis peroleh dari kajian terhadap kitab Washoya al-Aba’ li al-Abna
karya Muhammad Syakir al-Iskandariyah.
Indonesia, (Bandung: Mizan, 1999), cet. III, h. 142.
23 Mahmud Yunus merupakan orang Indonesia pertama yang berhasil menamatkan
pendidikan di Daar al-Ulum, Mesir. Beliau adalah pendidik yang penuh semangat dan penulis yang
produktif. [Martin Van Bruinessen, Op.Cit, h. 145.]
55
Kelebihan Kekurangan
Disampaikan secara menarik
dan mudah dipahami
Sulit menemukan kitab ini karena
kitab ini di cetak secara terbatas
dan hanya di temukan
dilingkungan pesantren
Isinya padat, jelas, dan tidak
menimbulkan multitafsir
Hampir semua kitab yang penulis
temukan tidak terdapat tahun
terbit, alamat penerbit, serta
nomer telepon penerbit.
Cocok untuk lingkungan
pesantren atau boarding School
karena secara struktur bahasa
arab memang sedikit lebih sulit
jika dibandingkan kitab Akhlaq
li al-Banin karya Syaikh Ahmad
Baraja yang notabene berasal
dari Indonesia.
Didalam kitab tidak ditemukan
riwayat hidup penulis yang cukup
menyulitkan mencari biografinya
secara komprehensif.
Disetiap hadist dan ayat al-
Qur’an selalu disertai catatan
kaki tentang sumber hadist,
periwayat hadist, nomer hadist,
atau nomer ayat dan surat al-
Qur’an.
Sangat cocok di kaji bagi
pemula tapi di lingkungan yang
secara bahasa arab sudah sedikit
mapan (bukan yang awam sekali
dengan bahasa arab)
56
Disetiap nasihat selalu di bubuhi
dengan kalimat ajakan dan
sapaan yang lembut yaitu ya
bunayya yang artinya wahai
anakku yang sangat baik bagi
pendengar atau pembaca
Isi pembahasan lebih simpel dan
bab pembahasan tidak terlalu
banyak
Tabel 4.1
B. Pembahasan
1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Washaya al-Aba’ li al-
Abna Karya Muhammad Syakir al-Iskandari.
Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu
kaya, begitupula dengan agama, kebudayaan, dan adat istiadat yang
memberi pesan untuk menjadikan manusia bermartabat merupakan
sumber-sumber pembelajaran pendidikan karakter.
Dalam bab 2 sudah di jelaskan 18 karakter yang dicanangkan oleh
pemerintah Indonesia melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan.
Penulis disini akan membahas berbagai karakter yang sesuai dengan 18
karakter atau lebih dari rancangan kementerian pendidikan dan
kebudayaan yang terkandung dalam kitab Wasahaya al-Abaa li al-Abnaa.
Karena itu, penulis tertarik menelaah pesan-pesan yang memuat nilai-
nilai pendidikan karakter yang terkandung didalam kitab Washaya al-Aba’
li al-abna karya Muhammad Syakir al-Iskandari yang merupakan seorang
tokoh ulama asal Mesir sekaligus alumni dari universitas tertua di Mesir,
al-Azhar Kairo. Berikut adalah pemaparannya.
57
Secara garis besar karakter ini terbagi menjadi dua, yaitu karakter
moral dan karakter kinerja. Menurut Anies Rasyid Baswedan, dalam
proyeksi Pendidikan abad 21 ada 3 komponen utama yang sangat
mendasar dalam sebuah Pendidikan yang diperlukan. Yaitu, akhlak atau
karakter, kompetensi dan literasi atau keterbukaan wawasan. Kompetensi
dalam sebuah Pendidikan meliputi 4K, yaitu: berfikir kritis, Kreatif,
komunikatif, dan kolaboratif atau kerjasama. Sedangkan literasi meliputi
minimal 4 wawasan, yaitu: literasi baca, literasi budaya, literasi teknologi,
dan literasi keuangan.24Adapun karakter atau akhlak, meliputi moral dan
kinerja, itulah yang akan coba penulis jabarkan dengan referensi utama
dari sebuah buku karya ulama Mesir yaitu Washaya al-Aba’ li al-Abna
karya Syaikh Muhammad Syakir al Iskandari.
a. Karakter Religius
1) Iman dan Taqwa
Iman dan Taqwa yang biasa disingkat Imteq sering dijadikan
visi misi suatu lembaga, baik formal atau informal. Imteq dijadikan
sebagai output dalam proses akhir pendidikan, karena sebagai kunci
dari semua karakter. Syaikh Muhammad Syakir mengawali permulaan
nasihatnya dengan wasiat untuk bertaqwa kepada Allah swt
ى ه بلسانك ومطلع عل كنه ف صدرك وما ت علن ي بن : إن ربك ي علم ما ت يع اعمالك فاتق الله ج
“Wahai anakku, sesungguhnya Rabbmu mengetahui
apa yang tersimpan dalam hatimu. Semua yang diucapkan oleh
lisanmu dan melihat semua perbuatanmu, karena itu
bertaqwalah pada Allah yang maha agung “.25
Iman secara etimologi adalah percaya, sedangkan secara
terminologi adalah percaya terhadap adanya Allah, Malaikat Allah,
24Anis Rasyid Baswedan, https://www.merdeka.com/jakarta/anies-baswedan-pendidikan-
karakter-bukan-sekadar-ilmu-pengetahuan.html di unduh pada tanggal 20 Januari 2019, pukul 19.34 25Muhammad Syakir, Op.Cit, h.5
58
kitab-kitab Allah, para rasul Allah, hari akhir, dan qadha dan qadar.
26Dalam bahasa agama iman adalah pembenaran hati atas apa yang
disampaikan utusan Tuhan.27
Sedangkan Taqwa secara bahasa adalah berasal dari kata waqa’
yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, atau menjauhi. Secara
istilah adalah menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan
menjauhi semua yang di larang-Nya.28
Taqwa menurut Abdullah Nasih dalam kitab nya tarbiyah al
awlad fi al-islam yang dikutip oleh Nasharuddin ialah:
“Menjaga agar Allah tidak melihatmu ditempat
larangan-Nya, dan jangan sampai anda tidak didapat ditempat
perintah-Ny, dan sebagian ulama berpendapat taqwa ialah
menjaga diri dari azab Allah dengan mengerjakan amalan
shaleh dan merasa takut kepadanya, baik secara sembunyi-
sembunyi atau terang-terangan”.29
Definisi taqwa pada prinsipnya sama, ia memiliki multi-
dimensi dan multi-kebajikan. Orang bisa dikatakan bertaqwa hanya
dengan membuang duri dari jalan. Begitupun iman, selain dari rukun
iman yang 6, orang belum sempurna jika masih menyakiti sesama
muslim, atau sesama manusia. Salah satu poin iman dan taqwa itu
disampaikan Syaikh Muhammad Syakir berikut:
ك ان تظن أن ت قوى الله هي الصلاة والص يام ونوها من :ي بن إي العبادات ف قط, إن ت قوى الله تدخل ف كل شيء.
“Wahai anakku, janganlah kau mengira bahwa taqwa
hanyalah cukup dengan sholat, puasa dan ibadah sejenisnya
saja, sesungguhnya taqwa pada Allah itu mencakup segala
hal”.30
26Abdurrahman al-Saqqaf, Durus al-Aqa’id al-Diniyyah, (Surabaya: Muhammad bin Ahmad
Nabhani wa Auladihi t.t), Juz 2, h.3 27M. Quraish Shihab, Islam Yang Saya Anut, (Tangerang: Lentera Hati, 2018), Cet-1, h.121 28 Nasharuddin, Akhlaq ciri manusia paripurna, (Depok: Raja Grafindo, 2005), cet-1, h.441 29 Ibid, h.442 30 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.3
59
Oleh karena nya, banyak ayat dalam al-Quran yang mencirikan
orang bertaqwa dengan berbagai macam tanda, seperti di permulaan
surat al-Baqarah ayat 2-4:
( الذين ي ؤمن ون ۱لك الكتاب ل ريب فيه, هدى للمتقي )ذ ( والذين ي ؤمن ون بآأنزل ۲بالغيب ويقيمون الصلاة ومن ما رزق ناهم ي نفقون )
(۳بلخرة هم ي وقن ون )اليك ومآانزل من ق بلك, و “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya,
petujuk bagi mereka yang bertaqwa (1) (yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sholat, dan yang
menafkah kan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada
mereka (2) dan mereka beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang
telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yabg diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat (3). (Q.S. al-Baqarah:2-4).31
Begitupula gambaran dari multi-definisi iman yang
digambarkan dalam beberapa sabda Rasulullah saw:
)رواه أحمد ف لايان لمن ل أمانة له ، ول دين لمن ل عهد له المسند وأبوا يعلى ف مسنده(
“Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah,
dan tidak menepati janji “.32
وروي البخارى ومسلم عن أنس رضي الله عنه عن النب صلى الله يب لخيه ما يب لن عليه وسلم أنه قال : فسه ل ي ؤمن احدكم حت
“Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin
Malik r.a dari Nabi saw bahwasannya beliau bersabda:"Tidak
sempurna iman kalian semua, hingga ia menyukai bagi
saudaranya sepertia ia suka bagi dirinya”.33
31 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.2 32 Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliky, al-Mukhtar Min Kalam al-Akhyar, (Makkah: t.p,
2007) cet-2, h.32 33 Idrus al-Kaff, Terjemah Muhktashar Hadist Shahih Bukhari, (Surabaya: Karya Utama,
2009), h.10
60
رضي الله عنه ر ذ ب أ ن ع ان ب الط و د او ا د و ب ا د و حم ام أ م ل ا ي و ر و ب ف الله قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أفضل العمال ال
والب غد ف الله
“Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud, dan
Thobroni dari Abi Dzar r.a. berkata: Rasulullah saw
bersabda: Sebaik-baik perbuatan adalah mencintai karena
Allah dan membenci juga karena Allah”.34
Jadi orang yang beriman digambarakan dengan berbagai
dimensi kebaikan dan kesalehan, itu menggambarkan luasnya cakupan
iman itu sendiri. Yang penulis ketahui bahwa iman itu mempunyai
banyak cabang, seperti yang di jelaskan dalam kitab Qami’ al-
Tughyan ala Mandzuma Syuabu al-iman berikut ini:
م ظ ع ي ل ض ف ل ه ا أ ه ن ل م ك ت س * ي ة ب ع ش ي ع و ع ض ا ب ن ان ي إ ه ال ا ق م ، ك ن و ع ب س و ع ب س ان ي ال ن ع ة ع ر ف ىت م ال ال ص ال ن أ ن ع ي
الله م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص عون شعبة فأفضلها ق ول لاله ال يان بضع وسب اليان وأدنها إماطة الذى عن الطريق والياء شعبة من ال
“Iman itu terbagi menjadi 77 cabang * yang di
sempurnakan oleh orang-orang yang agung”.35
“Ini adalah maksud dari penjelasan cabang
iman yang 77, yang di sabdakan oleh Rasulullah saw:
Iman itu terbagi menjadi 77 bagian, yang paling tinggi
adalah kalimat Laa Ilaha Illallah dan yang paling
bawah adalah menyingkirkan sesuatu yang berbahaya
bagi orang lain dari jalanan. dan malu itu adalah
bagian dari Iman”.36
Maka iman dan taqwa tidak terwujud kecuali dengan menjauhi
setiap perbuatan tercela dan mengamalkan setiap perbuatan terpuji.
34 Yusuf bin Ismail an-Nabhani, Sabil al-Najah fi al-Hub fillah wa al-Bughdu fillah, (t.t.p: t.P,
t.t.t), h.24 35 Zainuddin al-Malibari, Suabu al-Iman (Kediri: Hidayatu Tulab, t.t), h.3 36 Nawawi bin Umar al-bantani, Qami’ al-Tughyan (Kediri: Hidayatu Tulab, t.t), h.3
61
Dengan keimanan manusia yakin akan adanya hari pembalasan. dan
Ketakwaan merupakan jalan yang apabila ditempuh seseorang, ia pun
telah mengikuti jalan yang benar. Ketakwaan juga merupakan tali
yang erat, yang jika kamu berpegang padanya, ia akan selamat.
Cukuplah kemuliaan bagi orang yang bertakwa, bahwa Allah
berfirman mengenai mereka:
(۱۲٨ )النحل : ن و ن س م م ه ن ي ذ ال ا و و ق ين ات ذ ان الله مع ال “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
kebaikan. (Q.S. An-Nahl : 128).37
2) Cinta dan Taat kepada Rasulullah saw
Cinta dan taat pasti selalu berbarengan, tidak mungkin bagi
orang yang cinta akan bertentangan dengan yg di cintai. Cinta kepada
Rasulullah harus ditanamkan dan ditumbuhkan kepada semua generasi
muslim. Adapun cara pertama adalah dengan mengenalkan Rasulullah
melalui sejarah, sirah, riwayat yang menceritakan kehidupan
Rasulullah saw. salah satu cendekiawan muslim Muhammad Abduh
Yamani menuliskan buku khusus tentang anjuran untuk mencintai
Rasulullah saw yaitu Kitab Allimu Awladakum Mahabbatu al-Rasul,
seperti salah satu kutipan dalam mukadimah nya :
ي ف ط ص م ال ة و ف ص م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ا ص د م م ب الن ن أ م ك د ل و ا ا و م ل ع ي ل س ر م ال ات خ و ي ي ب الن ل و أ و دى أ , و ة ال س لر ب ن آم ن م ي خ م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص ه ن أ م واه م ل ع
ة م ال ح ص ن , و ة ان م ال “Ajarkan lah anak-anak kalian tentang nabi
Saw yang sebaik-baiknya manusia, Nabi yang paling
utama, penutup para Rasul.Ajarkan lah anak-anak
37 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.282
62
kalian bahwa nabi Muhammad adalah sebaik-baik
orang yang diutus, yang menjaga amanah.membimbing
umat kepada kebaikan”.38
Setelah tumbuh cinta, otomatis seorang individu akan
mengikuti jejak dan perilaku yang di cintai. Dalam agama dikatakan
taat, ketika seseorang sudah melakukan apa yang sudah diperintahkan
oleh Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah
dan Rasul-Nya. Oleh karena itu Syaikh Muhammad Syakir
memberikan nasihat agar anak murid nya memperhatikan apa yang
telah disampaikan oleh Rasulullah saw:
ة اع ط ك ي ل ع ب ، ت ك ق ل خ ي ذ ال ك ل و م ة اع ط ك ي ل ع ب ا ت م ك ، ف ن ب ي . م ر ك ال ه ل و س ر
“Wahai anakku, menaati perintah Rasulullah yang
mulia itu wajib atas dirimu sebagaimana engkau mentaati
perintah Allah yang telah menciptakanmu”.39
Selain terdapat anjuran mencintai di berbagai literatur kitab
para ulama, anjuran taat ini juga di perintahkan oleh Allah dalam
beberapa ayat al-Qur’an, seperti pada surat an-Nisa ayat 59 dan al-fath
ayat 17:
م ك ن م ر م ل ا ول ا و ل و س وا الر ع ي ط ا و وا الله ع ي ط وآ ا ن آم ن ي ذ ا ال ه ي أ ي
( ٥٩) النسآء : “Hai orang-orang beriman taatilah Allah dan Taatilah
Rasul serta ulil amri diantaramu”. (Q.S. an-Nisa: 59).40
ه ب ذ ع ي ل و ت ي ن م و ار ن ل ا ا ه ت ت ن م ي ر ت ات ن ج ه ل خ د ي ه ل و س ر و الله ع ط ي ن م و (۱۷)الفتح : .ا م ي ل ا اب ذ ع
38 Muhammad Abduh Yamani, Allimu Awladakum Mahabbtu al-Rasul Saw, (t.t.t: t.p, t.t), h.6 39 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.8 40 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.88
63
“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya,
niscaya Allah akan memasukannya kedalam syurga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, dan barangsiapa berpaling niscaya
akan di azab-Nya dengan azab yang pedih”. (Q.S. al-Fath:17).41
Syaikh Muhammad Syakir berpesan bahwa seorang muslim
belum paripurna imannya jika belum mencintai Rasulullah melebihi
cinta nya kepada dirinya sendiri atau kepada makhluk yang lain.
ا م ه ي ل إ ب ح ا ه ل و س ر و الله ن و ك ي ت ح د ب ع ال ان ي ا ل م ك ي ل ن ب ي ااه و س
“Wahai anakku, tidak sempurna iman seseorang
sebelum cintanya pada Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya
terhadap segala sesuatu selain Allah dan Rasul-Nya”.42
Sesuai dengan dengan hadist Nabi yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dan beberapa periwayat hadist yang lain.
هما قال: ه ي ل ع ى الله ل ص الله ل و س ر ال ق عن أنس و أب هري رة رضي الله عن ي ع ج ا اس الن و ه د ل و و ه د ال و ن م ه ي ل إ ب ح أ ن و ك ا ت ح م ك د ح أ ن م ؤ ي : ل م ل س و
“Dari sahabat anas r.a. dan Abu Hurairoh r.a. mereka
berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah sempurna iman
seseorang diantara kamu sekalian, sehingga diriku lebih
dicintainya dari pada orang tua dan anak kandungnya serta
umat manusia seluruh”. ( diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
Bukhari, Nasai, Ibnu Majah dari Anas bin Malik ra).43
Maka dari itu, untuk menjadi manusia yang paripurna dan
berkarakter mulia, haruslah sesuai dengan apa yang telah di sampaikan
oleh Rasulullah, agar kita selamat dalam mengarungi kehidupan di
dunia dan menjadi bekal kelak di alam selanjutnya.
41 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.514 42 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.9 43 Yusuf bin Ismail an-Nabhani, Op.Cit, h.21
64
3) Menghormati kedua orang tu
Menjadi suatu kewajiban bagi seorang anak yaitu berbakti
kepada kedua orang tua, begitu besar pengorbanan mereka. Seorang
ibu rela bersusah payah mengandung hingga melahirkan dan
menyusui, dan seorang ayah rela bercucuran keringat demi memenuhi
semua kebutuhan seorang anak. Oleh karena nya Syaikh Muhammad
Syakir menasihati kita semua:
ن ا ف ك م أ و ك ي ب أ ت م د خ ف ات ق ش م ال ن م ت د ب ك ا ت م ه ، م ن ب ي ي بن ، انظر ال الط فل . ة ف اع ض ا م اف ع ض أ ك ال ذ ق و ف ك ي ل ا ع م ه ق و ق ح
ته وطعامه وشرابه وملاذه الصغي، وال اشفاق اب ويه عليه ، واعتنائهما بصحته وسقمه ، ت علم مقدار ما قاسى اب واك ف ت ربي تك حت ف ليله وناره وصح
لغ الر جال ب لغت مب “Wahai anakku, ketika engkau merasa benar dalam
berbakti pada ayah ibumu, maka sesungguhnya kewajiban
kedua orangtuamu terhadap dirimu lebih berat dari semua itu,
yang kewajiban itu nanti akan di lipatgandakan atas
dirimu”.44 “Wahai anakku, lihat dan ambil lah teladan dari
seorang bayi serta kasih sayang orang tua nya pada anak itu,
dan lihatlah susah payah kedua orang tua dalam memelihara
kesehatan anaknya, memberi makan dan minum serta
menjaganya siang dan malam, disaat sehat dan sakit.
Sekarang kamu tau betapa beratnya tanggung jawab orang tua
mu dalam mendidik dan membesarkanmu hingga engkau
dewasa”.45
Kita dapat meraih kemegahan dan kemewahan duniapun tak
sepadan dengan jasa mereka berdua, setiap tarikan nafas kita terdapat
campur tangan dari kedua orang tua kita yang bertaruh nyawa
melahirkan, membesarkan dan mendidik kita. Oleh karena nya Allah
44 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.9 45 Ibid, h.10
65
menyuruh kita untuk mendoakan dan berbuat baik terhadap kedunya,
seperti firman Allah dalam Surat al-Isra’ ayat 23-24:
لغن عندك الكب وقض ه وبلوالدين إحسان، اما ي ب ى ربك أل ت عبدوا ال اي (۲۳) اي ر ك ل و ا ق م ل ل ق ا و ه ر ه ن ت ل و ف ا ا م ل ل ق ت لا ف احدهآ اوكلاها
) اي غ ص ان ي ب ا ر م ا ك م ه حم ار ب ر ل ق و ة حم الر ن م ل الذ اح ن ا ج م ل ض ف اح و ( ۲٤-۲۳السراء :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan kepadamu
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaknya
kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
janganlah kamu katakan pada keduanya perkataan ah dan
janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada
mereka ucapan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap
keduanya serta berdo’alah“wahai Rabbku, kasihanilah kedua
orang tuaku sebagaimana kedua orang tuaku mengasihi aku
diwaktu kecil”. ( Q.S. al-Isra: 23-24).46
Semua perintah orang tua adalah wajib bagi seorang anak,
selama perintah itu tidak bertentangan dengan syariat. Bahkan jika
kedua orang tua berbeda keyakinan kita masih berkewajiban menjaga
mereka, apalagi jika mereka sudah berusia lanjut. Kita juga diwajibkan
menjaga hubungan baik serta berbuat baik terhadap keduanya. Syaikh
Muhammad Syakir memberi nasihat kepada anak muridnya berikut
ini:
ي بن ، أطع ابك وامك ، ولتالفهما ف شئ إل إذا أمرك بعصية مولك “Wahai anakku, taatilah perintah ayah ibumu,
janganlah sekali-kali membantahnya, kecuali jika mereka
memerintahkanmu untuk ingkar pada Rabbmu. 47
46 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.285 47Muhammad Sayakir, Op.Cit, h.11
66
Hafiz Hasan Mas’udi juga memberikan contoh bagaimana
bersikap kepada orang tua ketika mendapat perintah yang bertentangan
dengan hukum Allah:
ا م هه ار م ا ل ث ت ي ن ا ا، و ه ي ل ا ع ه ر ك ش ي ا ل م ه ت م ع ن ر ك ذ ي ن ا ه ي ل ع ب ج ي ف ل ن ا ا و م ه ت ل ز ن ع ه ف ر ا ط اض ا غ ع اش ا خ م ه ع م س ل ي ن ا ، و ة ي ص ع ب ان ا ك ذ ا ل ا ف ل ا ا م ه ام م ا ي ش ي ل ن ا ا و م ال د ج ل ي ط ي ل ن ا و ف أ ل و ق ب و ل ا و م ه ي ذ ؤ ي
ن ا ع اه ه ن ي . و ف و ر أ م ال ا ب ه ر م ي ن ا و ة ر ف غ م ال و ة حم لر ا ب م ل و ع د ي ن ا ا و م ه ت م د خ .ه د و ج و ا ف ب ب س ان ا ك م ك ار الن ن ا م م ات ن ا ف ب ب س ن و ك ي ل ر ك ن م ال
“Maka, Manusia wajib mengingat nikmat yang
diberikan kedua orangtua untuk mensyukurinya. Dia harus
mematuhi perintah keduanya, kecuali bila menyuruh
melakukan maksiat, hendaklah dia duduk bersama kedua
orangtuanya dengan tunduk dan dan tidak memperhatikan
kekeliruan mereka serta tidak mengganggu keduanya,
walaupun ddengan mengucapkan perkataan “hus”. Janganlah
suka membantah keduanya dan tidak berjalan didepan
keduanya, kecuali dalam keadaan melayani mereka.
Hendaknya dia mendoakan kedua orangtuanya, agar keduanya
diberikan rahmat dan ampunan, dan hendaknya menyuruh
keduanya berbuat baik dan melarang berbuat mungkar,
supaya bisa menyelamatkan keduanya dari api neraka,
sebagaimana keduanya telah menyebabkan keberadaannya”.48
Perintah berbuat baik itu tetap berlaku terhadap orang tua yang
berbeda keyakinan sekalipun, selama perintah dari orang tua tidak
bertentangan dengan yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan kepada
kita, sesuai dengan hadist yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad
berikut, dan surat Luqman ayat 14-15:
د حم أ ام م ال اه و ر ف ي ر ش ث ي د ح و )ه ق ال ال ة ي ص ع م ف ق و ل خ م ل ة اع ط ل ا(م ه ن ع الله ي ض ر ذ ىار ف و الغ ر م ع ن ب م اك ال و ي ص ح ن ب ان ر م ع ن ع م اك ال و
48 Hafiz Hasan Mas’udi, Taisiru al-Khlaq fi Ilmi al-Akhlaq, (Surabaya: Salim Nabhan, 2006).
h.16
67
“Tidak ada taat kepada makhluk (sekalipun orang tua)
didalam melakukan maksiat (dosa) kepada Khaliq (Allah)”. (
Hadist syarif diriwayatkan oleh imam Ahmad dan Hakim dari
Imran bin Husain dan Hakam bin Amrin al-Ghiffari ra).49
نسان بوالديه حملته أمه وهنا على وهن وفصاله ف نا ال عامي ، ان ووصي ( وان جاحداك على ان تشرك ب ما ۱٤اشكرل ولوالديك ال المصي )
ن يا معروفا ، واتبع سبيل من هما ف الد ليس لك به علم فلا تطعهما وصاحب تم ت عملون) لقمان: انب ال ث ال (۱۵-۱٤ مرجعكم فان ب ئكم با كن
“Dan kami perintahkan pada manusia untuk berbuat
baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan
kedua ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah tempat kembalimu”.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
(Allah) dengan sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan
tentang itu, janganlah kamu ikut keduanya, dan pergauilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah
kembalimu, maka akan Ku beritakan padamu apa yang telah
kamu perbuat”. (Q.S: Lukman: 14-15).50
kebaikan kita tidak akan ada gunanya jika masih berbuat jahat
terhadap kedua orang tua, karena letak surga berada di bawah telap
kaki ibu, dan rihdo nya Allah tergantung ridho dari kedua orang tua
kita. maka syaikh Muhammad Syakir mewanti-wanti agar kita tidak
membuat kedua orang tua kita sedih, atau marah terhadap kita, akibat
dari ucapan atau perbuatan kita.
الله ب ض غ ن ، إ ك م ا ب ض غ ت و ا ك ب ا ب ض غ ت ن ا ر ذ ال ل ك ر ذ ح ا ن ب ي ا ي ن الد ر س خ د ق ف ه ي ل ع الله ب ض غ ب ض غ ن م ، و ن ي د ال و ال ب ض غ ب ن و ر ق م ة ي خ ال و
“Wahai anakku, takutlah engkau membuat kemarahan
kedua orang tuamu, karena sesungguhnya murka orang tuamu
49 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.10 50 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.413
68
adalah murka Allah juga, dan barangsiapa membuat Allah
murka, maka dia akan merugi dunia dan akhirat.51
Adapun bagi anak yang orang tuanya telah meninggal dunia,
maka masih bisa berbuat baik dan berbakti dengan mendo’akan
keduanya, bersilaturahim dengan orang-orang yang dekat dengan
keduanya, bersedekah untu keduanya dan perbuatan lainnya. seperti
yang dijelaskan Imam Abdullah Ba’lawy al-Haddad dalam kitabnya
Sabilu al-Adzkar wa al-I’tibar Syarah Nasa’ihu al-Diniyah:
ه ى ل غ ب ن ي ك ال ذ ا ك م ات ي ح ف ه ي د ال و ب ي ن أ ان س ن ى ال ل ع ب ا ي م ك و ا م ه ن ع ق د ص لت ب ا و م ل ار ف غ ت س ال و اء ع لد ب ك ال ذ ا و م ات ف و د ع ا ب ه ب ي ن أ ام ه ائ ق د ص أ ر ب ا و م ه ام ح ر أ ة ل ص ب ا و ه اي ص و ذ ي ف ن ت ا و م ن و ي د اء ض ق ب و
“Seperti halnya kewajiban bagi anak untuk berbakti
kepada kedua orangtuanya ketika hidup, begitu juga ketika
keduanya telah wafat, hendaknya tetap berbakti dengan
mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya,
bersedekah untuk keduanya, melunasi hutang keduanya,
melaksanakan wasiat keduanya, bersilaturahim dengan
kerabat keduanya, berbuat baik terhadap teman-teman dekat
keduanya”.52
4) Menghormati guru
Menghormati guru adalah satu sikap dan karakter yang sangat
penting. Bahkan sikap ini bisa menjadi penentu seorang anak didik
berhasil atau tidak dalam mencari ilmu, karena sikap seorang anak
didik sangat berpengaruh terhadap ridho nya seorang guru. dan
ridhonya seorang giru menjadi ujung tombak dari kemanfaatan ilmu
yang dicari. Oleh karena itu syaikh Muhammad Syakir berpesan
kepada anak didiknya:
51Muhammad Syakir, Op.Cit, h.10 52Abdullah Ba’alawy al-Haddad, Sabilu al-Adzkar wa al-I’tibar Syarah Nasa’ihu al-Diniyyah
( Indonesia: Darul Ihya, t.t.t), h.62
69
ول من يبن : إذا ل تتم أستاذك ف وق احتامك لبيك ل تستفد من علومه ئا دروسه شي
“Wahai anakku, bila engkau tidak memuliakan gurumu
melebihi kedua orang tuamu, maka engkau tidak mendapatkan
manfaat dari ilmu yang diajarkannya”.53
Guru dan orang tua adalah manusia yang wajib kita hormati,
orang tua adalah yang memberikan nafkah lahir kita dan guru adalah
yang memberikan nafkah bathin kita, seperti yang di ungkapkan oleh
Hafiz Hasan, Syaikh al-Zarnuji dan Ibrahim bin Ismail dalam
bukunya:
ل ض ف ن م ر ث ك ا ه ل ض ف ن ا د ق ت ع ي ن ا ه ن م : ف ه اذ ت س أ ع م ه اب ا آد م ا و .ه ح و ر ب ر ي ه ن ل ه ي ل ع ه ي د ال و
“Adapun adab-adab terhadap gurunya, antara lain dia
harus menyakini, nahwa jasa guru lebih besar dari jasa orang
tuanya, karena guru mendidik jiwanya”.54
ل ض ف ى ال د ال و ن م ن ل ن ن ا ي * و د ال و س ف ى ن ل ع ي اذ ت س ا م د ق ا ف ر الش و م س ال و م س ال ب ر ا م ذ ه * و ر ه و ج ح و الر و ح و الر ب ر م اك ذ ف
ف د االص ك “Saya lebih mengutaman seorang guru dari pada
orangtua kandung, walaupun saya tau saya mendapat
kemuliaan dari nama orang tua. seorang guru adalah yang
membimbing dan mendidik Ruh kita, dan orang tua kandung
adalah yang menafkahi fisik (badan) kita”.55
53Muhammad Syakir, Op.Cit, h. 54 Hafiz Hasan Mas’udi, Op.Cit, h. 14 55 al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’alim, (Surabaya: Maktabah Muhammad bin ahmad Nabhani wa
awaldihi, t.t), h. 5
70
اء ش ن ا إ د اح ا و ف ر ح ن م ل ع ن م د ب ع ن ، أ ه ه ج و الله م ر ك ي ل ع ال ق ى ل ص ب الن ال ق ام ا. ك ق ي ق ر ن ل ع اى ج ق ت س إ اء ش ن إ و ق ت ع أ اء ش ن إ و ع ب
.ه ل و م و ه ف الله اب ت ك ن م ة ا آي د ب ع م ل ع ن : م م ل س و ه ي ل ع الله "Ali bin Abi Thalib r.a berkata: saya adalah hamba
bagi orang yang mengajarkan saya walaupun hanya satu
huruf, jika dia mau bisa menjual saya, memerdekakan saya
atau menjadikan saya budaknya. seperti sabda nabi
Muhammad saw, siapa yang mengajarkan seorang hamba satu
ayat saja dari al-Qur’an maka ia menjadi tuan atas seseorang
yang dia ajar".56
Untuk memperoleh ridho seorang guru, seorang anak didik
harus menjaga akhlah dan adab nya, seperti adab dalam bertanya, cara
berjalan, bahkan intonasi suara. Syaikh Muhammad Syakir
mengungkapkan dalam kitabnya:
رس فلا ت تشاغل عنه بلديث ول يبن : اذا شرع الستاذ ف قراءة الدك أن بلمناقشة مع اخوانك، وأصغ ال ما ي قوله الستاذ إصغاء تما، واي
درس، وإذا أشكلت تشغل فكرك بشيء آخر من الواجس الن فسية اث ناء العليك مسئ لة ب عد ت قريرها فاطلب من الستاذ بلدب والكمال اعادتا،
ك ان ت رفع صوتك على استاذك، او ت نازعه اذا اعرض عنك ول ي لتفت وايمك ال ق و
“Wahai anakku, bila gurumu telah memulai pelajaran,
jangan engkau larut dalam pembicaraan dengan teman-
temanmu, simaklah pembicaraan gurumu dengan penuh
kesungguhan. Jangan engkau melamun ditengah-tengah
pelajaran. Bila engkau menemui kesulitan, mintalah kepada
gurumu dengan sopan untuk mengulangi menerangkan sekali
lagi, jangan engkau melantangkan suara dihadapan gurumu
dan jang engkau bantah penjelasan gurumu, sehingga dia
tidak menyukaimu”.57
56 Ibrahim bin Ismail, Syarah Ta’lim al-Muta’alim, (Surabaya: dar al-Ilmu, t.t), h.16 57Muhammad Syakir, Op.Cit, h.15
71
Jika seorang anak didik berbuat salah hendaknya dengan ikhlas
menerima jika ditegur atau di berikan nasihat oleh guru, baik itu
bersifat teguran atau tindakan. tentunya dengan cara-cara yang
mendidik, bukan kekerasan. seperti contoh membersihkan ruangan
kelas, kamar mandi, atau berdiri di depan tiang bendera sambil
membaca surat-surat hafalan. Syaikh Muhammad Syakir mewanti-
wanti anak didiknya untuk bersikap kooperatif, seperti ucapan beliau
berikut:
دب بي يدي استاذه سقطت قيمته عند يبن : إذا خرج الت لميذ عن حد ال استاذه وعند إخوانه واستحق التأديب والزجر على قلة ادبه
“Wahai anakku, bila seorang murid telah melanggar
adab dihadapan guru dan teman-temannya makan wajib
dididik untuk beradab yang baik karena memahami masalah
adab”.58
ك يبن : ل شيء أضر على طلب العلم من غضب الساتذة والعلماء، فاي تسيء الدب امامه يبن ان ت غضب احدا من المدر سي او
“Wahai anakku, tidak ada sesuatu yang lebih
berbahaya bagi pelajar dari pada kemarahan guru dan ulama,
karena itu takutlah anakku, jangan sampai engkau membuat
kemarahan pendidikmu atau menunjukkan akhlaq tercela di
hadapannya”.59
Menghormati guru adalah hal yang sangat penting, ia yang
menunjukan kita semua jalan menuju Allah, mengenal Allah,
mengenal Rasulullah, dan mengetahui berbagai ilmu pengetahuan.
sepantasnya memang harus dihormati dan dihargai keberadaannya,
diberikan apresiasi setinggi-tingginya, dan dikenang jasa-jasanya. ada
pepatah mengatakan “guru itu adalah pahlawan tanpa jasa”.
58Ibid. 59Ibid.
72
Menurut Quraish Shihab ada 3 hal yang harus dimiliki oleh
penuntut ilmu: Pertama, menyingirkirkan akhlak buruk atau
menghiasi diri dengan budi pekerti, karena budi pekerti mendahului
ilmu. Kedua, mnegurangi sedapat mungkin hal-hal yang sia-sia yang
dapat menghambat memperoleh ilmu. Ketiga, tidak angkuh terhadap
guru ataupun terhadap ilmu.60
5) Menghormati sesama (Toleransi)
Sebagai sesama manusia, kita diwajibkan saling menghormati,
walaupun berbeda bangsa, negara, suku, agama, dan jenis kelamin.
Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13:
يأي ها الناس إن خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوب وق بائل لت عارف وا إن (۱۳ت قاكم إن الله عليم خبي )ألجرات: اكرمكم عند الله أ
“Hai manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi
maha mengenal”(Q.S. al-Hujurat:13).61
Perbedaan itu ada dan nyata tapi perpecahan di larang oleh
Allah, jika Allah berkehendak, bisa saja diseragamkan semua nya, tapi
justru bukan itu yang Allah kehendaki. Allah berfirman dalam al-
Qur’an surat al-Imran ayat 103:
عا ول ت فرق وا )العمران: واعتصموا ببل الله ي ( ۱۰۳ج “Berpegang teguhlan kamu semua kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai”(Q.S. al-
Imran:103).62
60 M. Quraish Shihab, Yang Hilang dari kita Akhlak, (Tanggerang Selatan: Lentera Hati:
2017), h.247 61 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.517 62 Ibid, h.64
73
Menyikapi perkembangan yang terjadi, Nahdlatul Ulama
selaku salah satu ormas Islam di Indonesia mempunyai prinsip dalam
menyikapi masalah persaudaraan antar bangsa, suku, golongan,
maupun agama. tentunya berdasarkan kajian para ulama dan kyai,
dicetuskanlah Trilogi Ukhuwah yang dirumuskan oleh K.H. Ahmad
Shidiq yaitu: pertama Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat
Islam), yang kedua Ukhuwah Wathoniyah (persaudaraan sesama anak
bangsa dalam satu negara), yang ketiga Ukhuwah Insaniyah atau
Basariyah (persaudaraan sesama umat manusia). Sehingga cita-cita
Islam menjadi agama yang rahmatan lil alamin ini bisa terwujud, baik
bagi bangsa Indonesia khususnya atau bagi seluruh dunia dan seluruh
umat manusia.63
Lebih detailnya, menghormati sesama itu banyak bentuknya.
Dalam Islam sudah diatur sedemikian rupa bagaimana kita bersikap
terhadap teman, tetangga, tamu, bahkan musuh atau lawan kita. Salah
satu pesan sederhana dari Syaikh Muhammad Syakir tentang
pendidikan untuk saling menghormati, dalam konteks memperlakukan
teman atau sahabat secara baik, beliau mengatakan:
يبن : هاانت قد اصبحت من طلبة العلم الشريف ولك رف قاء ف درسك ك أن ت ؤذي أحد هم او هم إخوانك وهم عشيتك واي تسيء معاملته ا من
“Wahai anakku, ingatlah engkau telah menjadi
seorang pelajar yang menuntut ilmu dan engkau memiliki
banyak teman, mereka adalah saudara dan temanmu dalam
pergaulan, karena itu jangan engkau menyakiti hati atau
berlaku buruk terhadap mereka”.64
63 M.Imam Aziz, Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh dan Khazanah Pesantren,
(Jakarta: PBNU dan Mata Bangsa, 2014), Cet-1, Jilid 2, h.67 64Muhammad Syakir, Op.Cit, h.12
74
Persahabatan adalah salah satu jenis hubungan mesra antara
dua pihak, tetapi biasanya ia bersifat khusus dan tidak mencakup
banyak orang.65 Persahabatan yang hakiki didasari oleh nilai-nilai
yang luhur, mendukung dalam kebajikan dan menegur dengan lemah
lembut ketika adanya potensi penyimpangan, karena semua manusia
sebenarnya membutuhkan sahabat yang hakiki, yang baik disaat
senang maupun susah.
Syaikh Muhammad Syakir sangat menekankan pentingnya
saling menghormati, dalam istilah jawa tepo sliro atau tenggang rasa.
hingga dalam urusan tempat duduk dan kepekaan anak didiknya dalam
melihat lingkungan sekitar, agar memperhatikan posisinya supaya
tidak menyulitkan orang lain dan membuat orang lain nyaman, beliau
berpesan:
اذا جلست للدرس فلا تضايق أحدا من إخوانك وافسح له ف يبن : خوان ف مالسهم ت وغر المكان حت ي تمكن من اللوس فان مضاي قة ال
الصدور وت ولد الحقاد وتثي الشرور “Wahai anakku, bila engkau duduk janganlah engkau
persempit tempat bagi temanmu, lapangkanlah tempat
sehingga temanmu dapat duduk dengan leluasa. Sesungguhnya
mempersempit tempat duduk pada orang lain merupakan suatu
perbuatan yang mengesalkan dan menyakitkan hati”.66
Dalam majelis ilmu, syaikh Muhammad Syakir berpesan untuk
saling berbagi dan saling pengertian, agar membuat semua yang hadir
di majelis ilmu nyaman dan aman. Syaikh Muhammad Syakir
melakukan ini bukan tanpa alasan, karena dahulu kala ketika zaman
Rasulullah turun wahyu yang berkaitan dengan hal tersebut. Allah
berfirman dalam al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11:
65 M. Quraish Shihab, Yang Hilang dari kita Akhlak, (Tanggerang Selatan: Lentera Hati:
2017), h. 256 66Muhammad Syakir, Op.Cit, h.13
75
نآمنوآ اذا قيل لكم ت فسحوا ف المجالس فافسحوا ي فسح الله ياي ها اللذي لكم، واذا قيل انشزوا فانشزوا ي رفع الله اللذين آمن وا منكم واللذين اوتوا العلم
(۱۱)المجادلة: درجات والله با ت عملون خبي “Hai orang-orang beriman, bila dikatakan padamu,
berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang menuntut
ilmu. Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S.
al-Mujadalah:11).67
Selain memperhatikan tutur kata, beliau juga memperhatikan
sikap anak didiknya, untuk tidak menyakiti siapapun. Beliau
mengingatkan untuk tidak menonjolkan diri bertujuan sombong dan
merendahkan orang lain, walaupun dalam hal ilmu, beliau berpesan
agar tidak menghina dan mengolok-ngolok kemampuan orang lain.
berikut ini adalah pesan dari Syaikh Muhammad Syakir:
له فلات فتخر يبن : تدب مع اخيك الذى تتار للمطالعة واذا ف همت ق ب ضك ف ف هم مسئ لة فاستمع لما ي قول عليه بلسبق، واذا عار
“Wahai anakku, berlaku sopanlah terhadap temanmu
dalam belajar, bila engkau lebih cepat memahami pelajaran,
jangan sekali-kali engkau menghina temanmu ( baik dengan
kata-kata atau perbuatan ) dengan menunjukkan kebolehanmu
dalam membahas atau memahami suatu masalah”.68
Toleransi dapat diartikan sebagai sikap membiarkan,
menenggang dan menghormati pendapat atau sikap pihak lain.69 Islam
sangat memperhatikan bagaimana kita memperlakukan orang lain,
apalagi sesama umat islam. bagaimana Rasulullah sangat menjaga
hak-hak sesama manusia, antara lain yaitu sabda Rasulullah saw:
67 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.544 68 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.16 69 M. Qurasih Shihab, Op.Cit, h. 183
76
المؤمن من أمنه الناس، والمسلم من سلم المسلمون من لسانه هاجر مانى الله عنه )رواه أحمد و البخاري ومسلم(ويده، والمهاجر من
“Orang yang beriman adalah apabila manusia
bersamanya ia aman, orang islam adalah yang menjaga lisan
dan tangan nya terhadap muslim yang lain, orang yang hijrah
adalah yang menjauhi apa yang dilarang oleh Allah
kepadanya”. (Hadist riwayat imam Ahmad, Bukhari dan
Muslim).70
Toleransi dalam benegara dan beragama sejatinya sejak dulu
sudah dicontohkan oleh nabi Muhammad dalam membangun
peradaban manusia pertama kali di Yatsrib atau Madinah. Itu
menunjukkan bahwa Rasulullah dan Islam berkomitmen menjadi
agama yang rahmatan lil alamin. Salah satu keagungan dan keindahan
Islam sebagai agama yang rahmat adalah sabda nabi berikut ini yang
penulis kutip dari kitab Nasa’ihu al-Ibad karya Muhammad Nawawi
bin Umar al-Jawi al-Bantani:
ى و ن ي ح ب ص أ ن م ، و ن ا ج م ه ل ر ف غ د ح ى أ ل ع م ل ى الظ و ن ي ل ح ب ص أ ن م ة ر و ب م ة ج ح ر ج أ ك ه ل ت ان ك م ل س م ال ة اج ا ح ض ق و م و ل ظ م ال ة ر ص ن
“Barangsiapa yang bangun pagi dan berniat tidak
mendzolimi orang lain makan baginya ampunan dosa yang
telal lalu, barangsiapa yang bangun pagi dan berniat
membantu orang yang terdzolimi dan memenuhi kebutuhan
orang lain maka baginya pahala haji mabrur”.71
Kesimpulannya, Menghormati sesama atau toleransi adalah
gambaran begitu luasnya kasih sayang Allah. Toleransi menjadikan
Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Toleransi memiliki banyak
sekali sudut pandang dan multidimensi. Sekecil apapun itu, hendaknya
sesama manusia harus saling mengormati dan menghargai. Apalagi
70 Sayyid Muhammad, Op.Cit, h.32 71 Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani, Syarah Nasa’ihul Ibad, ( Semarang:
Karya Toha, t.t.t), h.4
77
sesama orang Islam yang sudah di ikat dalam pegangan dan tuntunan
yang sama, Sesuai dengan semboyan beberapa ulama dunia yang
menyatakan,”Kita bersatu dalam akidah dan bertoleransi dalam
Furu’iyah”.72
6) Benar atau Jujur
Jujur menurut Hafizh Hasan dalam bukunya Taisiru al-Khalaq
Fi al-Ilmi al-Akhlaq adalah:
خبار با يطابق الواقع ال“Mengabarkan sesuatu yang sesuai dengan
kenyataannya”73
Jujur juga bisa berarti ash-Shidq yang biasa diterjemahkan
dengan benar atau kebenaran, dan kata tersebut mempunyai beragam
arti sesuai dengan konteksnya. Makna pertama yang paling banyak
adalah kebenaran dalam ucapan, yaitu ucapan yang benar dan sesuai
dengan kenyataan, seperti ungkapan ar-Raghib al-Asfahany,
mendefinisikan kebenaran dalam ucapan sebagai pemberitaan yang
sesuai dengan isi sekaligus dengan kenyataan. Bila hanya dalam isi
hati atau dalam kenyataan saja itu belum kebenaran yang sempurna.74
Jujur adalah salah satu aspek karakter yang sangat penting.
Penyebab manusia berdusta itu biasanya adalah keinginan untuk
menolak bahaya, karena manusia terkadang melihat keselamatan yang
cepat dalam berdusta sehingga dia melakukannya.75
Krisis yang terjadi sekarang adalah hilangnya bersikap jujur,
berkata jujur dan bertindak jujur. Akan sangat bahaya jika itu
72 M. Quraish Shihab, Op.Cit, h. 187 73 Hafiz Hasan Mas’udi, Op.Cit, h.45 74 M. Quraish Shihab, Op.Cit, h.156 75 Hafiz Hasan Mas’udi, Op.Cit, h.47
78
berkaitan dengan kemaslahatan orang banyak. syekh Muhammad
syakir dalam kitabnya Washaya al-Abaa’ li al-Abna berkata:
ى ل ع ك ص ر ح ك ي غ ه ب ث د ا ت م ل ك ا ف ق اد ص ن و ك ت ن ى أ ل ع ص ر ح ا ن ب ي ب اي ع م ال و ص ائ ق الن ر ش ب ذ ك ال ن إ و ك ال م و ك س ف ن
“Wahai anakku, berusahalah engkau untuk menjadi
seseorang yang selalu jujur dalam segala pembicaraan. Sebab
sesungguhnya dusta itu adalah perbuatan yang buruk dan
tercela. Janganlah engkau berdusta untuk memperoleh nama
baik di kalangan teman-teman dan gurumu. Bila engkau sudah
terbiasa berdusta, maka teman-temanmu tidak akan
mempercayaimu, sekalipun apa yang engkau sampaikan itu
adalah benar”.76
Semua penyakit fisik itu adalah bermuara pada akhlak dan
karakter seseorang, dalam dunia medis itu sudah dibuktikan. Kejujuran
cepat atau lambat akan membawa kepada kebaikan, walaupun dalam
hal tertentu ada kejujuran yang di larang, bahkan di wajibkan untuk
berbohong.
Kebohongan bisa menimbulkan bahaya yang sangat besar,
bahkan bisa jatuh kepada adu domba dan mengalirnya darah manusia
diakibatkan fitnah yang merajalela akibat suatu kebohongan, oleh
karenanya Allah swt dalam hal ini menganggap orang-orang yang
berdusta dianggap tidak beriman, dalam surat an-Nahl ayat 105:
ا ي فتى الكذب الذين لي ؤم (۱۰۵ن ون بيت الله )النحل:إن “Sesungguhnya yang mengada-ngadakan kebohongan
hanyalah orang-orang yang tidak beriman ”(Q.S. an-
Nahl:105).77
Jujur atau benar ini mempunyai banyak sudut pandang,
setidaknya ada 4 hal. yaitu dalam ucapan, janji, tekad, dan kerja. Nabi
76 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.27 77 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.280
79
Muhammad menganjurkan umatnya agar benar atau jujur dalam segala
hal, karena pembiasaan ini akan mengantar manusia ke derajat akhlak
yang mulia, Beliau bersabda:
عليكم بلص دق، فإن الص دق ي هدي إل الب، والب ي هدي إل ي قا. النة، وإن الرجل ل ي تحرى الص دق حت يكتب عند الله عز وجل صدي إل الفجور، والفجور ي هدي إل النار، وإن الرجل وإن الكذب ي هد
اب. لي تحرى الكذب حت يكتب عند الله كذ“Hendaklah kalian selalu bersikap benar.
Sesungguhnya bersikap benar mengantar pada kebajikan, dan
kebajikan mengantar ke surga. Seseorang yang selalu
membiasakan kebenaran akan di dicatat sebagai sosok yang
benar disisi Allah, dan kebohongan sesungguhnya akan
mengantar pada kedurhakaan, dan kedurhakaan akan
mengantar ke neraka, seseorang yang selalu membiasakan
kebohongan, akan dicatat sebagai pembohong di sisi Allah.
(H.R. Bukhari dan Muslim)”.78
Syaikh Muhammad Syakir melanjutkan nasihatnya, bahwa
kejujuran merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh bagi
keberlanjutan hidup dan hajat orang banyak. Beliau berpesan dengan
mengajak anak didiknya untuk berjanji tidak berdusta kecuali dalam
hal tertentu yang memang menjadi alasan syar’i untuk berdusta.
و اه م ك ق د الص ل ه ا ن م ت ن ك ن ا ف ك ل ت ي ص و ي ه ه ذ : ه ن ب ي ط ق ث ي د ح ف ب ذ ك ت ل ن ى ا ل ع ن د اه ع ، ف ف ي ر الش م ل لع ا ة ب ل ط ن أ ش
“Wahai anakku, ini adalah wasiatku kepadamu,
apabila kamu termasuk orang yang jujur sebagaimana sikap
para penuntut ilmu, maka berjanjilah untuk tidak berdusta
dalam setiap pembicaraan”.79
78 Yusuf bin Ismail an-Nabhani, Op.Cit, h.45 79Muhammad Syakir, Op.Cit, h.28
80
Menjadi jujur adalah keharusan bagi semua indvidu. orang
yang jujur akan di percaya, seperti nabi kita mendapat gelar al-Amin
yaitu yang dapat di percaya, karena dalam hidupnya tidak pernah
berkata bohong dan selalu mengatakan secara jujur. seperti nasihat
Syaikh Muhammad Syakir bahwa orang yang jujur akan mendapatkan
kepercayaan, dan itu merupakan penghargaan orang lain terhadap
orang-orang yang mau berperilaku dan berkata jujur:
واخوانه واعلم ان الذي ي عرف بلصدق بي ق ومه وعشيته ة بلا ب رهان ، ويكون موضع عدالة عند العامة و الاصة ، ي ؤخدق وله حج
فان كنت تب ان تكون موث وقا بك فاحرص على ان تكون صادقا ف كل ما تدث
“Ingatlah, sesungguhnya seseorang yang berbuat jujur,
setiap perkataan dan perbuatan akan dijadikan dalil, sekalipun
tanpa mengetahui dalil yang sebenarnya, dia akan selalu
diajak bermusyawarah dan dimintai pendapat dalam
penyelesaian suatu masalah. Jika engkau ingin mendapat
kepercayaan seperti itu, maka usahakanlah untuk selalu jujur
dalam setiap pembicaraan”.80
Kejujuran menjadi sangat penting di era sekarang, disaat fitnah
dan hoax bertebaran dimana-mana. kejujuran menjadi barang yang
sangat mahal. oleh karena itu, karakter jujur ini menjadi sangat penting
diterapkan dalam proses pendidikan kita, walaupun dalam penilaian
memang sangat sulit, karena kejujuran hanya bisa dilihat oleh dirinya
dan Allah. tapi setidaknya, ketika ada peserta didik yang berkata jujur,
pendidik atau orang tua harus mengapresiasi agar itu lama kelamaan
menjadi suatu karakter yang mendarah daging dan akan terus tumbuh
hingga dewasa.
80 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.29
81
7) Kemuliaan dan Harga Diri
Ini adalah sifat yang sangat mulia dan tertinggi. Dari sifat ini
berkembanglah sifat-sifat baik yang lainnya. misalnya kesabaran,
dermawan, kasih sayang, rasa malu dan lain-lain. Syaikh Muhammad
Syakir menjelaskan bagaimana caranya kita memelihara diri kita dari
hal-hal yang haram dalam nasihat-nasihatnya:
م ي الض ل م ت ت ل ن أ ة ام ه الش و ة ء و ر م ال من و س ف الن ة ز ع ن : م ن ب ي ل و ك ت ل م اء ن ب أ ن م د ح ل ل ، و ك ان و خ إ ن م د ح ل ل ، و ك س ف ن ل ل ل ذ ال و ى الله ل ص الله ل و س ر ال ، ق ت ي ب ر ت ه ائ س ت ت و ت ق ل خ ه ت ن ي ط ن م ي ذ ال ك ن ط و ل اض ع ب ه ض ع ب د ش ي ان ي ن ب ال اك ن م ؤ م ل ل ن م ؤ م ل : ا م ل س و ه ي ل ع
“Wahai anakku, sebagian dari Izzati nafsi, muruah dan
Syahmah adalah menjauhkan diri dari melakukan perbuatan
yang hina dan rendah untuk dirimu. Jauhi perbuatan yang
dapat menjatuhkan harga diri serta juga menjauhi perkara-
perkara yang dapat menjatuhkan nama baik generasi penerus
yang menjunjung agama Islam, menjaga baik lingkungan
dimana engkau berpijak. Rasulullah saw bersabda: orang
mukmin dengan orang mukmin lainnya itu ibarat bangunan
yang satu sama lainnya saling menguatkan”.81
Memelihara dan menjaga kemuliaan diri tidak sama dengan
sikap angkuh, karena keangkuhan adalah pelecehan dan pengingkaran
terhadap hak orang lain.82 Harga diri hanyalah menghindarkan diri dari
sikap yang menjadikan pelakunya berada di posisi yang terhina walau
imbalan yang diterimanya adalah sesuatu yang sangat berharga.
Seperti yang disinggung oleh Hafiz Hasan Mas’udi dalam bukunya:
نسان ن فسه ف منازل الر ف عة والحتام هو صفة با يعل ال“Kemuliaan diri adalah sifat dengan manusia
menjadikan dirinya dalam derajat yang tinggi dan kedudukan
terhormat”.
81 Muhammad Syakir, Op.Cit, h. 36 82 M. Quraish Shihab, Op.Cit, h,191
82
Termasuk Menjaga kemuliaan dan harga diri adalah Iffah (
Menjaga diri dari sesuatu yang haram), Muruah ( menjaga kehormatan
diri), Syahmah ( mencegah hawa nafsu).
Iffah adalah menjaga diri untuk tidak melakukan hal-hal yang
di haramkan dan dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Menurut Hafiz
Hasan Mas’udi Iffah adalah mencegah diri dari perbuatan-perbuatan
yang diharamkan dan hawa nafsu yang rendah.83 Sifat ini adalah sifat
yang paling mulia dan paling tinggi. Darinya lahir beberapa sifat-sifat
kebaikan lainnya. Seperti nasihat Syaikh Muhammad Syakir berikut:
ى ل ع ك س ف ن ل احم ف ار ر ب ال ات ف ص ن م و ار ي خ ال ق لا خ أ ن ، م ن ب ي ا، ع و ن ق ن و ك ت ن ا ة ف ع ال ن . م ك ي ف ة خ اس ر ة ك ل م ي ص ت ت ا، ح ب ق ل خ الت . ك ان و خ إ ن م د ح ى أ ل ع ل ، و ة اج ى ال و ى ذ ل ع ك اب ر ش و ك ام ع ط ب ن ض ت ل ف ع س و الت ل إ ك س ف ن ع م ط ت لا ، ف اس الن د ي أ ا ف م ل ا ع ل ط ت ل ن أ ة ف ع ال ن م و .ة ي ان الف ذ ائ ذ الل و ب ار ش م ال و ل ك أ م ال
“Wahai anakku, Iffah adalah sebagian dari akhlaq
orang-orang mulia, termasuk sifat orang-orang yang beramal
baik. Sebab itu engkau harus memiliki akhlaq yang mulia itu
agar menjadi suatu watak yang tertanam dalam jiwamu.
Sebagian dari Iffah itu adalah berusaha menjadi orang yang
hidup sederhana, tidak merasa berat untuk memberi makan
dan minum kepada orang yang membutuhkanya, bagian dari
Ifah yang lain adalah tidak melihat sesuatu milik orang lain
dengan maksud untuk memilikinya (tama’), jangan pula rakus
dalam makan dan minum demi kesenangan sementara”.84
Iffah menurut Muhammad Syakir antara lain yaitu menjadi
pribadi yang sederhana, apa adanya. Tidak berusaha membuat-buat,
apalagi menghalalkan segala cara demi tujuan yang ingin dicapai.
Kemudian memberi makan kepada yang membutuhkan dan tidak
83 Hafiz Hasan Mas’udi, Op.Cit, h.53 84 Muhammad Syakir, h. 32
83
mengharapakan pemberian orang lain juga termasuk Iffah. Kemudia
Syaikh Muhammad Syakir melanjutkan Nasihatnya:
ك لا ا حم ذ ا إ م ل اد ق ن ت ، فلا اك و ه و ك س ف ن م او ق ت ن أ ة ف ع ال ن ، م ن ب ي ف ك م ه ن ي ، و اد س ف ال ل ه ا ا ه ي ل إ ت ال ة ح ي ب الق ات ذ الل ن م ء ي ش ب ل ى ط ل ع ار ج ف ال و ار ر ش ا ال ه ب ل ط
“Termasuk dari Iffah yaitu dapat membagi dan
membedakan kepentingan pribadi dan nafsumu. Jangan
memperturutkan hawa nafsu dalam mencari kepuasan yang
hina, perbuatan seperti ini hanya dilakukan oleh orang-orang
yang zalim, dan orang-orang yang rendah akhlaq yang hanya
memperturutkan hawa nafsunya”.85
Muru’ah dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah
kehormatan diri, harga diri dan nama baik.86 Muru’ah juga bermakna
memelihara diri dari hal yang diharamkan dan dari dan dari hal-hal
yang Syubhat, atau juga dimaknai tidak hidup berpoya-poya dan
membanggakan diri kepada orang lain.87 Menurut Hafiz Hasan
Mas’udi muru’ah adalah:
ال التمسك بكارم الخلاق وماسن العادات، هي صفة تدعو وان العفة والن زاهة والص يانة ولذالك لي ر ى صاحب المروءة ال تقيا هي عن نظر ال ماف ايدى الناس، بعيدا عن المطامع، راضيا با قسمه الله له غي
ة وشرف الن فس فإن من كان عل ة شريف الن فس وسب ب ها علو الم ى المكانت غاي ته احراز المعال وادراك الفضائل وابتناء المكارم وبذل الندى
ف الذى.وك “Sifat ini adalah sifat yang mendorong untuk
berpegang pada budi pekerti mulia dan kebiasaan-kebiasaan
yang baik. Muru’ah adalah tanda kesucian, kebersihan, dan
pemeliharaan diri. Oleh karena itu orang yang mempunyai
85 Ibid. 86 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 97 87 Nasharuddin, Op.Cit, h.463
84
muru’ah adalah seorang yang bertakwa, jauh dari sifat tamak,
rela dengan apa yang diberikan Allah baginya tanpa
mengharapkan milik orang lain. Penyebabnya adalah
semangat yang tinggi dan jiwa yang mulia, karena orang yang
bersemangat tinggi dan berjiwa mulia tujuannya adalah
memiliki sifat-sifat luhur dan mencapai sifat-sifat utama,
memiliki budi pekerti yang mulia, bersikap murah hati, dan
mencegah gangguan”.88
Muru’ah juga bisa diartikan dengan tidak meminta-minta, dan
hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan dalam hal yang halal serta
tidak merepotkan atau memperalat orang lain demi kepentingan
pribadi. Sesuai dengan nassihat Syaikh Muhammad Syakirberikut:
ش ي ع ا ب ي اض ر ال ؤ الس ل ذ ن ع ك ه ج و اء م ن و ص ت ن أ ة ء و ر م ال ن م ف ة ن م ك ي ل ع د ح ل ل ع ت لا ، ف ك ب ل ص ن م ق ي ات م ي ق ل ك ب س ب ، و اف ف ك ال
،ة ي ان ف ال ك ت ذ ل ن م يء ى ش ل ع ل و ص ال “Sebagian dari sifat menjaga kehormatan diri adalah
menjaga dirimu untuk tidak meminta-minta, ridha dengan
hidup sederhana apa adanya, makan secukupnya dan tidak
memanfaatkan orang lain demi mendapatkan dunia”.89
Seseorang yang menjaga kehormatan diri tidak akan berbuat
keji dan semena-mena terhadap orang lain, terlebih terhadap saudara
dan teman-temannya. Ia akan bergaul dengan penuh hormat dan
berkasih sayang, apalagi terhadap orang yang membutuhkan. Ia tidak
akan merendahkan orang lain walaupun orang lain berada dibawah
kendali dan dibawah naungannya. Seperti ungkapan Syaikh
Muhammad Syakir yang satu ini:
88 Hafiz Hasan Mas’udi, Op.Cit, h.58 89 Muhammad Syakir, Op.Cit, h. 34
85
ام ت ح ال ة ر ظ ن ك ان و خ إ ن م ات ج اى ال و ذ ل ا ر ظ ن ت ن أ ة ء و ر م ال ن م و ن ا ك ال م ن م ء ي ش ب ك ان و خ إ د ح ا ت د اع ا س ذ إ ة ء و ر م ال ن م و ، اق ف ش ال ة ر ظ ن و ه ار ق ت اح و ه ل ل ذ ل إ إ ة ل ي س و ك ال ذ ل ع ت ل
“Sebagian dari menjaga kehormatan diri adalah
dengan melihat dengan hormat dan kasih sayang kepada
teman-teman atau orang lain yang membutuhkan
pertolongan”.90Sebagian dari cara menjaga kehormatan diri
adalah apabila memberikan pertolongan kepada salah satu
teman baikmu, tidak menjadikan sebagai perantara kamu
merendahkannya”.91
Selain muru’ah dan iffah, syahmah juga pada intinya sama
saja, yaitu menjaga diri dari berbuat hal-hal yang rendah dan tidak
beretika. Syahmah pada inti yaitu menjaga diri dari berbuat buruk dan
mengendalikan hawa nafsunya untuk tidak berbuat buruk, baik
terhadap dirinya sendiri apalagi terhadap orang lain. Menurut Syaikh
Muhammad Syakir termasuk dari sifat syahmah adalah berkata apa
adanya, memaafkan orang lain sekalipun mampu membalasnya, dan
menjaga diri untuk tidak berbuat zalim terhadap orang lain. Berikut
adalah nasihat Beliau kepada anak didiknya:
ى ل ع ر اد ق ت ن أ و ك م ل ظ ن م ع و ف ع ت ن ا ة ام ه الش ن : م ن ب ي ن م ، و ة اء س ى ال ل ع ه ن ى م و ق ا ت ن ا و ك ي ل ا اء ش أ ن م ل إ ن س ت ، و ه ن م ام ق ت ن ال ى ل ع ظ اف ت ن أ ة ام ه الش ن م ، و ك س ف ى ن ل ع و ل و ق ال ة م ل ك ل و ق ت ن أ ة ام ه الش ا. م د ع ا م ي ق ف ت ن ك ن ا و ك ت ام ر ك
“Termasuk dari Syahmah adalah memaafkan orang
lain yang bersalah dan berbuat jahat kepadamu, sekalipun
dirimu mampu dan kuat untuk membalasnya, kemudian
termasuk dari Syahmah juga berkata benar sekalipun terhadap
90 Ibid, h. 35 91 Ibid,
86
diri sendiri dan tetap menjaga kehormatan diri sendiri
sekalipun kamu dalam kekurangan”.92
Salah satu sifat Syahmah adalah mampu memaafkan orang
lain, sekalipun ia mampu untuk membalasnya. Ini adalah salah satu
dari sifat nya orang-orang yang mulia, yang mampu mengendalikan
emosi dan nafsunya sesuai dengan arahan agama saja. Mungkin
terlihat mudah ketika kita dalam keadaan normal, tapi akan menjadi
sulit ketika emosi sedang menguasai. Perlu latihan dan upaya
sungguh-sungguh untuk memulainya. Seperti Sabda Rasulullah saw
berikut:
الذي ي غلب ن فسه كن الشديد ليس الشديد الذي ي غلب الناس، ول “Orang yang kuat bukanlah orang yang mampu
mengalahkan orang lain, orang yang kuat adalah orang yang
mampu mengalahkan (hawa nafsu) dirinya sendiri”.93
8) Sabar
Kata sabar terambil dari bahasa Arab. Ia terdiri dari huruf-
huruf shad, ba, ra. Maknanya berkisar pada tiga hal. Pertama,
menahan. Kedua, ketinggian sesuatu, Ketiga, sejenis batu. Dari makna
menahan, lahir makna konsisten atau bertahan karena bertahan
menahan sikap atau pandangannya pada sesuatu tanpa perubahan.
Yang ditahan dipenjara sampai mati disebut mashburah. Dari makna
kedua lahir kata shubr yang berarti puncak sesuatu, dan dari makna
ketiga muncul kata ash-Shubrah, yakni batu yang kokoh lagi kasar
atau potongan besi. Dari ketiga makna tersebut dapat saling berkaitan.
Seseorang yang sabar akan menahan diri. Untuk itu, ia memerlukan
92 Ibid, h, 35-36 93 Sayyid Muhammad, Op.Cit, h.31
87
kekokohan jiwa serta mental baja agar dapat mencapai ketinggian
yang diharapkannya.94
Kesabaran adalah kekuatan memikul beban dan menghadapi
kesulitan dengan berupaya menanggulanginya. Menerima kesulitan
tanpa upaya atau rela dengan penghinaan karena tak mampu membalas
bukanlah kesabaran. Itu adalah kelemahan. Kesabaran adalah jika
berhasil menahan diri padahal dalam keadaan mampu untuk bertindak
lebih.
Kesabaran ada berbagai macam, dalam surat al-Baqarah ayat
177 menyebut tiga macam:
من بالله كن الب من ا ليس الب ان ت ولوا قبل المشرق والمغرب ول ى حب ه ذوى القرب تى المال عل ئكة والكتاب والنبي ي، وا والمل خر والي وم ال
تى ى والمساكي وابن السبيل ، والسائلي وف الر قاب، واقام الصلاة وا م والي ت ا عاهدوا، والصابرين ف البأسآء والضراء وحي الزكاة والموف ون بعهدهم اذ
( ۱۷۷ئك هم المت قون. )البقرة: ئك الذين صدق وا وال البأس، اول “Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan
barat itu suatu kebajiakn, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudia, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang
miskin, musafir (yang membutuhkan pertolongan), dan orang-
orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya)
dan merea itu lah orang-orang yang bertakwa”.95
Yaitu: pertama, kesulitan, yakni kesulitan hidup seperti krisis
ekonomi. Kedua, penderitaan, seperti penyakit, kematian, dan lain-
94 M.Quraish Shihab, Op.Cit, h.148-149 95 Departemen Agama, Op.Cit, h.28
88
lain. Ketiga, dalam peperangan, yakni ketika sedang terjadi perang
yang membuat sulit keadaan. Dalam kesulitan, Syaikh Muhammad
Syakir berpesan untuk selalu bersabar dan tabah atas segala kondisi:
ب اص ف ك د ن ع ز ي ز ع ف و ا ك ال م و ا ك س ف ن ف ة ب ي ص م ك ت اب ص ا ا ذ : إ ن ب ي ر ك اش ، و ل و ب ق ال ا و ض لر ب ه ر د ق و الله اء ض ق ل اب ق ، و الله د ن ع ك ر ج ا ب س ت ح وا ه ل ئ اس ، و ك ي ل ع ة ب ي ص م ال ف اع ض ي ل ذ ا ك ي ل ا ه ان س ح إ و ك ب ه ف ط ى ل ل ع ك ل و م ر د ق ال و اء ض ق ال ف ف ط الل
“Wahai anakku, jika ditimpa musibah, baik terhadap
dirimu, hartamu atau yang engkau anggap berharga maka
bersabarlah. Minta lah pahala disisi Allah dengan ketabahan
dan kesabaran dalam menghadapinya. Terimalah dengan
ridho qadha dan qadhar nya. Bersyukurlah atas kelembutan
dan kebaikan yang telah Allah curahkan kepadamu, agar
musibah yang menimpa dirimu tidak di tambahkan, mohonlah
kehalusan qadha dan qadhar-Nya”.96
Kesabaran tidak hanya dituntut pada saat-saat kritis atau
kesulitan saja. saat senang, lapang atau bahagia pun ia dibutuhkan,
bahkan bisa lebih dibutuhkan karena saat-saat itu kendala untuk
mengikuti nafsu tidak sebanyak seseorang dalam keadaan miskin dan
susah. Si kaya harus sabar untuk tidak membeli segala sesuatu yang di
inginkannya. Dan si miskin harus sabar dalam keadaan susahnya untuk
tidak mencuri.
9) Ikhlas
Ikhlas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hati yang
bersih, jujur. Para pakar bahasa arab menyatakan bahwa kata yang
menggunakan kata خ Kha’, ل Lam, dan ص Shad, seperti إخلاص
96 Ibid, h. 40
89
Ikhlas, dalam berbagai bentuknya mengandung arti membersihkan dan
memperbaiki.97
Banyak ayat al-Qur’an yang menyebut tentang Ikhlas, salah
satunya dalam surat al-Bayyinah ayat 5:
ين حن فآء )البينة: (۵ومآ امروآ ال لي عبدوا الله ملصي له الد “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus”.98
Berkaitan tentang Ikhlas sahabat Ali r.a. berkata:
وعن على كرم الله وجهه: لتتموا لقلة العمل واهتموا للقب ول، فإن العمل يزيك منه أخلص النب صلى الله عليه وسلم قال لمعاذ بن جبل:
القليل “Sahabat Ali karomallahu wajhahu berkata: Janganlah
mengkhawatirkan tentang sedikitnya amal, tapi khawatirlah
tentang diterima suatu amal. Karena sesungguhnya nabi
pernah berkata kepada Muadz bin Jabal: Ikhlas lah dalam
beramal, maka akan mendapatkan balasan yang sesuai
walaupun amalan itu sedikit”.99
Ikhlas itu ibarat tangan kanan tak mengetahui apa yang
dilakukan oleh tangan kiri, hanya dirinya dan Allah yang tahu. Seperti
ungkapan Ya’kub al-Makfuf berikut:
المخلص من يكتم حسناته كما يكتم سي آته “Orang yang Ikhlas adalah orang yang
menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia
menyembunyikan kejelekannya”.100
97 M.Quraish Shihab, Op.Cit, h.130 98 Departemen Agama, Op.Cit, h.599 99 Muhammad Jamaluddin al-Qasimi al-Dimasqi, Mauidlatu al-Mu’minin min Ihya’
Ulumiddin, (Surabaya: Maktabah Hidayah, t.t.t), h. 367 100 Ibid,
90
Berbicara tentang Ikhlas dalam konteks akhlak luhur berbeda
dengan pembicaraan tentang topik-topik akhlak lainnya. Ini karena
jika kita berbicara tentang akhlak dan sopan antun maka uraiannya
dapat di lihat dan diamati secara kasat mata. Tetapi ketika berbicara
tentang ikhlas, maka walaupun amat penting dan ditekankan oleh
agama dan akhlak, sangat sulit untuk diukur karena ia tersembunyi
dalam hati seseorang. Seperti yang diungkap oleh Syaikh Abu Madyan
al-Maghribi:
ى ل ع ، و ه ت اب ت ك ك ل م ى ال ل ع ، و ه ت اي ر د س ف الن ن ع ي ف ا خ م ص لا خ ل ا ،ه ت ال م ى إ و ى ال ل ع ، و ه ت اي و غ ان ط ي الش
ق ال ة د اه ش م ف ق ل ال ك ن ع ن ف ي ن أ ص لا خ ال ة م لا ع و “Ikhlas adalah sesuatu yang tidak diketahui diri, tak
bisa dicatat malaikat, tak dapat di sesatkan syetan, serta tidak
bisa disimpangkan hawa nafsu”.101 Tanda Ikhlas adalah ketika
makhluk tak lagi tampak ketika menyaksikan al-Haqq”.102
Ikhlas adalah amal hati yang sangat tersembunyi yang hanya
diketahui oleh Allah dan pemilik hati. begitupun Riya’ sebagai
antonim dari ikhals yang sangat tersembunyi bagaikan semut hitam
berada diatas batu hitam ketika dalam keadaan gelap gulita tanpa
penerangan. Oleh karena nya, Syaikh Muhammad Syakir mewasiatkan
kepada anak-anaknya agar senantiasa menjaga keikhlasan dalam
segala hal, dan semua di sandarkan semata-mata karena mencari ridha
dan rahmat Allah saja:
101 Fauzi bahreisy, Mengaji al-Hikam, Terj. Syarh al-Hikam al-Ghawtsiyah Syekh Sayyid al-
Tilmisani al-Maghribi oleh Ahmad bin Ibrahim, (Jakarta: Zaman, 2015), Cet-1, h.231 102 Ibid, h. 200
91
ا ف ع م ط ك ن ط و اء ن ب ا و ك ت ل م ة م د خ ا ف ه ل ك ك ال م ع ا ن و ك ت ن ا د ه ت ج ا ك ق ف ا، و ي ن الد ع ج و ة ر ه الش ف ة ب غ ر ، ل ك ب ر د ن ع ر ج لا ل ا ل ب ل ط و الله ان و ض ر
.ك ت ر خ ا و اك ي ن د ح لا ص ه ي ا ف م ل ا ك د ش ر ا و الله “Bersungguh-sungguhlah kamu dalam melakukan
pekerjaanmu yang semua nya semata-mata karena khidmah
kepada agama, generasi penerus, dan negaramu. Semuanya
semata-mata mencari ridha Allah dan mencari pahala disisi-
Nya. Tidak karena mengharapkan popularitas atau karena
harta dunia. Semoga Allah memberi hidayah dan petunjuk
hingga mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat”.103
Imam Qusyairi mengatakan bahwa ikhlas berarti bermaksud
hanya menyembah Allah, sedangkan menurut Syekh Abu Ali al-
daqqaq, ikhlas berarti mensucikan amal perbuatan dari campur tangan
sesama makhluk, apakan berbentuk pujian atau penghormatan bagi
manusia lainnya. Semua ulama sufi berpendapat bahwa ikhlas
merupakan ruhnya segala amal. Jika tidak ada ikhlas maka amal
perbuatan sia-sia belaka.104
10) Hidup Sederhana
Hidup sederhana adalah hidup secukupnya, tidak mewah yang
melebihi batas sehingga berlebih-lebihan dan boros kendati mampu,
tetapi tidak juga berkekurangan sehingga butuh atau miskin dan
menderita atau terkesan demikian padahal kemampuannya dapat
mengelakannya dari penderitaan atau kesan itu. 105
Islam mengajarkan kesederhanaan dalam hidup, bukan saja
dalam kebutuhan makan, minum, berpakaian, tempat tinggal dan
menyalurkan hubungan sex. Tetapi juga dalam berjalan, berbicara,
berdo’a, dan beragama. Memang tidak ada ukuran yang matematis
103 M. Quraish Shihab, Op,Cit, h. 46 104 Nashrudiin, Op.Cit, h,445-446 105 Ibid, h,197
92
menyangkut kesederhanaan ini, karena kesederhanaan bisa saja
berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Pada prinsipnya Allah melarang manusia bersikap boros dan
berlebih-lebihan. Seperti firman Allah pada surat al-Isra’ ayat 27:
ار و ف ك ه ب ر ل ان ط ي الش ان ك ، و ي اط ي الش ن او خ ا إ و ان ك ن ي ر ذ ب م ال ن إ (۲۷)السراء:
“Sesungguhnya pemborosan itu adalah saudaranya
syaitan, dan syaitan itu sangat ingkar kepada Tuhannya” (Q.S.
al-Isra’:27).106
Kesederhanaan ini juga merupakan sifat nya orang-orang yang
selalu menjaga diri dari hal-hal yang berpotensi membawa keburukan,
Sesuai dengan nasihat Syaikh Muhammad Syakir berikut:
ى و ى ذ ل ع ك اب ر ش و ك ام ع ط ب ن ض ت ا، ل ع و ن ق ن و ك ت ن ا ة ف ع ال ن م ة اج ال
“Sebagian dari kemuliaan diri adalah berusaha
menjadi orang yang hidup sederhana, tidak merasa berat
untuk memberi makan dan minum kepada orang yang
membutuhkanya”.107
Hidup sederhana bukan berarti kita dianjurkan hidup miskin
atau dalam kekurangan. Kita dibolehkan dalam segala sesuatu selama
itu halal, tetapi yang dilarang adalah berlebih-lebihan atau dalam al-
Qur’an di istilahkan israf atau tabdzir. Seperti firman Allah surat al-
A’raf ayat 31:
يبن آدم خذوا زي ن تكم عند كل مسجد وكلوا واشرب وا ول تسرف وا إنه (۳۱ل يب المسرفي )العراف:
“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah
disetiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan
106 Departemen Agama, Op.Cit, h.285 107 Ibid, h. 32
93
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (Q.S. al-A’raf:
31).108
b. Karakter kinerja
1) Amanah
Amanah dalam kitab Taisiru al-Khalaq fi-Ilmi al-Akhlaq yaitu:
المانة هي القيام بقوق الل و حقوق عباده “Amanah adalah menunaikan hak-hak Allah ta’ala dan
hak-hak para hamba-Nya”.109
Amanah juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang di
percayakan kepada orang lain. Definisi amanah tersebut memberikan
pengertian bahwa setiap amanah selalu melibatkan dua pihak yaitu
pemberi amanah dan penerima amanah. Secara garis besar amanah ini
tercakup dalam perilaku menepati janji.
Dalam Islam amanah sangat berkaitan dengan iman, orang
yang beriman seharusnya ia bersikap amanah, karena ia tahu bahwa
amanah adalah sebuah titipan yang wajib di berikan kepada yang
berhak. oleh karenanya ada hadist nabi Muhammad saw tentang
kaitannya iman dan amanah ini:
)رواه لايان لمن ل أمانة له ، ول دين لمن ل عهد له أحمد ف المسند وأبوا يعلى ف مسنده(
“Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah,
dan tidak sempurna agamanya jika tidak menepati janji “.110
108 Departemen Agama, Op.Cit, h.155 109Hafiz Hasan Mas’udi, Op.Cit, h.5 110 Sayyid Muhammad, Op.Cit, h. 32
94
Amanah menjadi hiasan bagi orang-orang yang beriman, sifat
amanah melekat pada orang-orang yang mulia. oleh karena nya tidak
mungkin orang-orang yang beriman berlaku khianat karena ia tau
firman Allah dalam surat al-Anfal ayat 27:
م ت ن أ و م ك ت ان م ا أ و ن و ت و ل و س لر وا ا الله و ن و ت ا ل و ن ام ء ن ي ذ ا ال ه ي أ ي (۲۷) النفال: ن و م ل ع ت
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. al-
Anfal:27).111
Amanah merupakan sikap dan karakter yang sangat penting, ia
sangat berkaitan dengan kehidupan dan hajat hidup orang banyak.
Semakin tinggi jabatan atau maslahat orang yang dia pegang, semakin
berat pula amanah yang ditanggung. oleh karenanya Syaikh
Muhammad Syakir menggambarkan sifat ini sebagai sifatnya para nabi
dan Rasul serta orang-orang yang mulia. Amanag adalah Akhlak dan
sikap yang paling utama, seperti ungkapan nasihat beliau berikut ini:
ن م ي ه و ة ان ي ال اه د ض و ل ائ ض الف ن م ان س ن ال ه ى ب ل ح ت ا ي م ل ج أ ن م ة ان م ل ا نسان وتط من قدره أ ق ب ح ال رذ ائ ل وتشي ال
صفات الرسل المانةحلية أهل الفضل وزي نة أهل العلم وهي مع الصدق من عليه الصلاة والسلام
“Amanah merupakan sebaik-baiknya akhlak dari
beberapa akhlaq terpuji. Sedangkan khianat adalah seburuk-
buruknya akhlaq yang hina dan rendah”.112
111 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.180 112 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.29
95
“Amanah merupakan hiasan bagi orang-orang yang
mulia dan berilmu, karena sesungguhnya amanah dan Siddiq
adalah sebagian sifat-sifat para Rasul a.s.113
Amanah adalah sifat wajibnya para Rasul. seperti yang
diungkapkan oleh Syaikh Muhammad Syakir diatas, bahwa Sifat
amanah dan Siddiq adalah sebagian dari sifat-sifatnya para Rasul. Kita
tau bahwa sifat wajib Para Rasul itu ada 4: yaitu Siddiq, Amanah,
Tabligh, dan Fathonah. seperti yang diungkap dalam Nadzam kitab
Aqidatu al-Awam karya Sayyid Ahmad Marzuki:
ة ان م ال و غ ي ل ب الت و ق د لص # ب ة ان ط ف ي و ا ذ ي ب ن أ ل س ر أ “Allah sudah Mengutus para Nabi yang mempunyai
Sifat Fathonah (cerdas), # Siddiq (Dapat dipercaya), Tabligh
(Menyampaikan wahyu Allah), dan Amanah (Menepati)”.114
Syaikh Muhammad Syakir kembali menekankan dalam nasihat
berikutnya kepada anak didiknya untuk terus merawat dan menjaga
sifat amanah ini. Hingga masalah yang sangat mendetai, itu
menunjukkan bahwa beliau sangat memperhatikan sifat yang satu ini.
bahkan beliau melarang kita berkhianat atau bersikap tidak amanah
terhadp diri sendiri. Ini adalah salah satu pesan beliau tentang rincian
dari bersikap amanah:
نا ول ولتن احدا ف عرض ول مال ول غيها ؛ اذا ئ تمنك ي بن : كن أمي اخوانك على ماله فلا تنه ورده اليه بجرد طلبه واذائ تمنك على سر ه فلا احد
تنه ول ت فشه ال اصدق صديق لك وأعز عزيز عندك
نا ف كل ك ان تدث ن فسك يبن : كن أمي شيء، وف كل صغية وكبية، وايبته بليانة ف عظيم او حقي. فلا ت فتح مفظة اخيك ولصندوق امتعته ف غي
113 Ibid, h.29 114 Sayyid Ahmad Marzuki, Aqidatu al-Awam ( Kudus: Menara Kudus, t.t.t), h.10
96
الك من اليانة. ولت تجسس على لمجرد الط لاع على مافيهما، فان ذ اخوانك، فان ذالك من اليانة، ولتصغ بذنك إل اث ني ي تساران، فان ذالك
يانة من اليانة ولتطلع على خطاب بسم غيك فان ذالك من ال “Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang dapat
dipercaya dalam segala hal. Janganlah engkau khianat dalam
masalah kehormatan, harta kekayaan, dan sebagainya.
Apabila seseorang mempercayakan harta kekayaan kepadamu,
maka janganlah engkau berkhianat dan kembalikanlah jika dia
meminta. Apabila seseorang sudah mempercayakan kepadamu
suatu rahasia, maka janganlah engkau berkhianat dan
menceritakannya pada orang lain, sekalipun dia teman yang
dapat dipercaya dan mulia disisimu”.115
“Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang dapat
dipercaya, baik dalam masalah yang besar ataupun yang kecil.
Hindarilah pembicaraan khianat, sekalipun kepada dirimu
sendiri, baik dalam hal yang dipandang mulia ataupun yang
hina. Yang termasuk perbuatan khianat diantaranya membuka
tas, koper atau lemari temanmu disaat dia tidak ada, sekalipun
dengan niat hanya melihat saja. Jangan mencari-cari
kesalahan teman, jangan mencoba untuk mendengarkan
pembicaraan dua orang temanmu tanpa seizin mereka, serta
jangan memanggil seseorang dengan nama selain aslinya”.116
Selain di dalam surat al-Anfal: 27, Allah swt juga
mengungkapkan perintah nya untuk bersikap amanah dalam surat an-
Nisa ayat 58:
وا م ك ت ن أ اس الن ي ب م ت م ك ا ح ذ إ ا و ه ل ه أ ل إ ت ان م وا ال د ؤ ت ن أ م ك ر م ي الله ن إ (٥٨)النسآء : اي ص ا ب ع ي س ن كا الله ن ، إ ه ب م ك ظ ع ا ي م ع ن الله ن إ جل د ع ل ب
“Sesungguhnya Allah memeritahkan kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
115 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.30 116 Ibid.
97
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”. (Q.S. an-Nisa:58).117
Penulis menyimpulkan dari beberapa nasihat Syaikh
Muhammad Syakir, beliau lebih menekankan amanah sebagai pencari
ilmu, dimana beliau berpesan untuk selalu saling menjaga
kepercayaan, menjaga amanah sesama pencari ilmu. Tetapi itu
merupakan latihan dan sebagai proses pendidikan yang diterapkan
oleh Muhammad Syakir kepada anak didiknya dalam lingkup kecil
yang akan berguna nanti ketika sudah saatnya terjun ditengah-tengah
maayarakat.
2) Disiplin
Disiplin adalah komitmen terhadap peraturan, taat dan tunduk
pada pengawasan dan pengendalian. Dengan kata lain disiplin adalah
menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan.118 Adapun
proses menuju disiplin disebut pedisiplinan yang merupakan proses
penanaman nilai-nilai agar bersikap disiplin.
Disiplin ada dalam berbagai bentuk, seperti disiplin dalam
menggunakan waktu, dalam beribadah, bahkan dalam bernegara dan
berbangsa. Syaikh Muhammad Syakir dalam hal ini berpesan agar
anak didiknya disiplin dalam menggunakan waktu nya, sehingga
waktu itu benera-benar digunakan semaksimal mungkin agar tidak
menjadi sia-sia. Syaikh Muhammad Syakir menulis nasihatnya sebagai
berikut:
ن أ ك ت ق ى و ل ع ص ر اح ، و اط ش ن و د ب م ل ع ال ب ل ى ط ل ع ل ب ق : ا ن ب ي ب ه ذ ي ا.ه د ي ف ت س ت ة ل ئ س ب ه ي ف ع ف ن ت ل ئ ش ه ن م
117 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.88 118 M. Quraish Shihab, Op.Cit, h.193
98
“Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh
dan penuh semangat, jagalah waktumu jangan sampai berlalu
dengan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagimu”119
Disiplin dalam arti lain bisa berarti Taat. Ketaatan pada aturan
yang telah ditetapkan. Seperti firman Allah dalam al-Qur’an surat an-
Nisa ayat 59:
ن إ ، ف م ك ن م ر م ال ل و أ و ل و س الر ع ي ط أ و الله ع ي ط ا أ و ن ام ء ن ي ذ ا ال ه ي ا ي ، ر خ ال م و ي ال و الله ب ن و ن م ؤ ت م ت ن ك ن إ ل و س الر و الله ل ا ه و د ر ف ء ي ش ف م ت ع از ن ت (٥٩)النساء: لا ي و ت ن س ح أ و ي خ ك ال ذ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari akhir, yang demikian itu lebih utama
bagimu dan lebih baik akibatnya. (Q.S. an-Nisa: 59)”.120
Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan
tumbuh sifat teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha
maupun belajar, pantang mundur dalam kebenaran, rela berkorban
untuk kepentingan banyak orang, dan jauh dari sifat putus asa. Begitu
besar pengaruhnya sebuah disiplin, baik dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3) Kerja keras
Karakter kerja keras merupakan karakter yang penting
ditanamkan sedini mungkin. Kerja keras bisa adalah perbuatan yang
mulia. Kerja keras bisa bermakna seseorang melakukan sesuatu
dengan sungguh-sungguh untuk bisa mendapatkan apa yang di
119Muhammad Syakir, Op.Cit, h.14 120 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.88
99
inginkan. Tujuannya bisa berbagi macam, ada yang bertujuan mencari
rezeki, belajar, berkarya, karir, dan lain-lain.
Kerja keras termasuk karakter yang diajarkan dalam Islam.
Ajuran bekerja keras ini tertuang dalam al-Qur’an surat al-Qashas ayat
77:
ن س ح أ ا، و ي ن الد ن م ك ب ي س ن س ن ت ل و ة ر خ ال ار الد الله ك ا آت م ي ف غ ت اب و ب ي ل الله ن ، إ ض ر ال ف اد س ف ال غ ب ت ل ، و ك ي ل إ الله ت ن س ح ا أ م ك (۷۷) القصص: ن ي د س ف م ال
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang
telah Allah anugerahkan kepadamu, tetapi janganlah kamu
lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada
orang lain), sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan diatas muka bumi,
Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
(Q.S. al-Qashas:77).121
Dari ayat diatas, kita mengetahui bahwa kerja keras ternyata
dianjurkan dalam Islam, bahkan dalam kegiatan duniawi. Kita
diajarkan untuk memikirkan akhirat tapi tidak melupakan eksistensi
kita hidup di dunia, dengan memperjuangkannya semaksimal mungkin
agar menjadi seimbang.
Syaikh Muhammad Syakir dalam hal ini berpesan kepada anak
didiknya untuk bekerja keras dalam menuntun ilmu dan menagjurkan
untuk belajar bersungguh-sungguh. Seperti pesan beliau berikut:
ه ن م ب ه ذ ي ن أ ك ت ق ى و ل ع ص ر اح ، و اط ش ن و د ب م ل ع ال ب ل ى ط ل ع ل ب ق : ا ن ب ي اه د ي ف ت س ت ة ل ئ س ب ه ي ف ع ف ن ت ل ئ ش
121 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.395
100
“Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh
dan penuh semangat, jagalah waktumu jangan sampai berlalu
dengan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagimu”122
Selain ayat diatas, terdapat pula sebuah hadist tentang
keutamaan bekerja keras, yang diriwayatkan oleh al-Miqdam r.a:
عن المقدام رضي الله عنه، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ا من أن يكل من عمل يده وإن نب الله داود ما أكل احدا طعاما قط خي
عليه السلام كان يكل من عمل يده “Diriwayatka dari Miqdam r.a, Ia berkata: Rasulullah
saw bersabda: Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan
yang lebih baik dari hasil usaha tangannya (sendiri), dan
sungguh nabi Daud alaihissalam makan dari usaha tangannya
(sendiri)”.123
Bekerja keras tentu beragam. Bukan berarti bekerja keras
adalah keluar pagi pulang malam hingga melupakan kewajiban yang
lain. Namun bekerja keras yang di maksud adalah bekerja bersungguh-
sungguh dalam mengerjakan sesuatu dan bersikap profesional atas
segala hal yang menjadi tanggung jawabnya. Dia berkomitmen dan
menepati janji atas apa yang sudah menjadi komitmen bersama.
Hikmah dari bekerja keras banyak sekali. Kita terhindar dari
membuang-buang waktu. dan menjadi lebih produktif. Hasil semuanya
diserahkan kepada Allah swt. kita hanya dianjurkan bekerja keras dan
bersungguh-sungguh. Insyaallah hasil tidak akan mengkhianati proses.
dan sebagai orang Islam, Rasulullah lebih menyukai orang Islam yang
kuat, baik fisik, ekonomi, atau yang lainnya. tentunya semua itu hanya
akan diperoleh dengan bekerja keras dan bersungguh-sungguh seperti
hadist nabi tentang keutamaan orang mukmin yang kuat dan
keutamaan sebagai pemberi:
122Muhammad Syakir, Op.Cit, h.14 123 Sayyid Muhammad, Op.Cit, h.60
101
ل ك ف و ف ي ع الض ن م ؤ م ال ن م الله ل ا ب ح أ و ي خ ي و ق ال ن م لمىؤ ا ي خ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih Allah cintai
dibandingkan mukmin yang lemah dan pada keduanya ada
kebaikan. 124
ى ل ف الس د ي ال ضنم ي ا خ ي ل ع ال د ي ل ا “Tangan diatas (memberi) lebih baik dari pada tangan
di bawah (diberi)”.125
Dari beberapa keterangan hadist dan pendapat ulama diatas,
dapat disimpulkan bahwa kerja keras adalah karakter yang harus ada
pada setiap individu. Kerja keras menjadi jalan kita berikhtiar
menggapai ridho Allah. Bukan hanya berpangku tangan dan meratapi
nasib. Karena semua hal tidak akan berubah dengan sendirinya, tapi
harus atas dasar ihktiar, setelahnya diserahkan semua kepada yang
maha kuasa. Seperti firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Ra’du ayat
11:
(۱۱ي ما بقوم حت ي غي ما بن فسهم ) الرعد: إن الله ل ي غ “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu
kaum, hingga mereka yang mengubah diri mereka sendiri,
(Q.S. al-Ra’du: 11)”.126
4) Pantang menyerah
Pantang menyerah adalah sikap tidak mudah putus asa dalam
melakukan sesuatu, selalu bersikap optimis, mudah bangkit dari
keterpurukan, dan terus istiqamah dalam ikhtiar.
Selain kerja keras dan disiplin, Setiap individu juga dianjurkan
mempunyai karakter pantang menyerah dan berputus asa. Dalam Islam
sangat dilarang seseorang berputus asa, apalagi berputus asa dari
124 Sayyid Muhammad, Op.Cit, h. 28 125 Ibid, h. 31 126 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.251
102
rahmat Allah yang maha luas dan tak terhingga. Seperti yang Allah
ceritakan dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 87 tentang kisah pencarian
Yusuf dan adiknya oleh saudara-saudaranya yang di perintahkan Ayah
mereka Nabi Ya’qub Alaihissalam.
، الله ح و ر ن ا م و س أ ي ت ل و ه ي خ أ و ف س و ي ن ا م و س س ح ت ا ف و ب ه اذ ن ب ي (٨۷) يوسف: ن و ر اف ك ال م و ق ال ل إ الله ح و ر ن م س أ ي ي ل ه ن إ
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah Yusuf
dan saudarannya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah ,
melainkan kaum kafir (Q.S. Yusuf:87).127
الله ح و ر ن م س أ ي ت ل و ه ر م أ ة ف ال م ي ب و ك ن ي ب ل و ا ي ف و : خ ن ب ي و ف ع ال ه ل أ اس ، و ك ر ه ج و ك ر س ف الله ل ا ل ه ت اب و ة ئ ي ط خ ك ن م ت ط ر ا ف ذ إ يم ح ر ر و ف غ ك ب ر ن ، ا ة ر ف غ م ال و
“Wahai anakku, janganlah engkau berputus asa dari
rahmat Allah apabila engkau terlanjur melakukan dosa.
Berserahlah dan mendekatlah kepada Allah dikala sendiri atau
keramaian, mintalah ampun kepada-Nya, Tuhanmu maha
pengampun lagi maha penyayang”.128
Dalam hal apapun, sikap pantang menyerah sangat diperlukan.
Dalam bekerja kita harus profesional dan bertanggung jawab. Dalam
belajar kita harus bersungguh-sungguh dan semangat. Seperti nasihat
Syaikh Muhammad Syakir kepada murid-muridnya untuk selalu
bersungguh-sungguh dan pantang menyerah dalam mencari ilmu:
ب ه ذ ي ن أ ك ت ق ى و ل ع ص ر اح ، و اط ش ن و د ب م ل ع ال ب ل ى ط ل ع ل ب ق : ا ن ب ي ا.ه د ي ف ت س ت ة ل ئ س ب ه ي ف ع ف ن ت ل ئ ش ه ن م
127 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.245 128 Muhammad Syakir, Op.Cit, h. 40
103
“Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh
dan penuh semangat, jagalah waktumu jangan sampai berlalu
dengan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagimu”129
5) Cinta tanah air
Cinta tanah air atau Nasionalisme adalah cara berpikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik kebangsaan.
Syaikh muhammad menyisipkan pesan tersendiri tentang
pentingnya nasionalisme. Penulisan kitab ini sendiri tidak terlepas dari
pengaruh suasana dimasa itu, ketika negara Mesir berada dalam
kekuasaan Inggris. Hal ini terlihat dari salah satu nasihat Syaikh
Muhammad Syakir dalam kitab Washaya al-Abaa’ li al-Abnaa tentang
bagaimana cinta tanah air dan menjaga tanah air.
هم، واتق الله ف ب لدك ل تنه ول تسل ط واتق الله ف إخوانك : ل ت ؤذ احدا من عليه عدوا
“Bertaqwalah kepada Allah ketika bergaul dengan
mereka, dan jangan menyakiti mereka. Bertakwalah kepada
Allah dalam membangun negerimu, dan janganlah
mengkhianati negerimu, dan pertahankanlah jangan sampai
negerimu dikuasai oleh musuh”.130
Sayid Muhammad dalam kitabnya At-tahliyah wa al-targhib fii
al-tarbiyah wa al-tahdzib mengungkapkan:
ب ل ج و ه ن ع ج و ر ل ب و ل و ك ت اع ط ت س إ ر د ق ب ه ت م د خ و ك ن ط و ة ب م ك ي ل ع ب اج و ا ل ف ك ت اد ع س م ت ت و ك ال ح ن س ح ت ل ه ن ع ة ر ض م ال ع ف د و ه ل ة ع ف ن مل ا
129Muhammad Syakir, Op.Cit, h.14 130 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.6
104
“Wajib bagi kamu untuk mencintai negerimu dan
mengabdi sesuai kemampuanmu, walaupun harus dengan
keluar negeri demi kemanfaatan bagi negerimu dan
menghilangkan bahaya di dalam negeri agar baik keadaannya
dan sempurna kebahagiaannya.131
Sebagai anak bangsa, kita harus bangga telah di warisi
kebiasaan dan budaya yang begitu luhur yang tidak dimiliki oleh
bangsa lain. Kita di lahirkan sebagai bangsa Indonesia yang majemuk
dalam agama, suku, budaya, adat, bahkan warna kulit. Tapi kita
disatukan dengan sebuah persatuan bangsa Indonesia, dengan
Pancasila sebagai azaz kehidupan bersama dalam berbangsa dan
bernegara yang mempunyai satu tujuan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Berabad-abad lamanya nilai-nilai itu ada, atau yang sekarang
kita sebut sebagai bhineka tunggal ika, yaitu berbeda-beda secara
agama, suku, bangsa, adat, ras, dan kebudayaan, tetapi tetap
mempunyai satu tujuan yang sama, satu tanah air yang sama, satu
bahasa persatuan yang sama.
Bangsa ini telah melahirkan banyak sekali ulama yang
mempunyai semangat dan komitmen kebangsaan yang tinggi. Mereka
sangat mencintai negeri dan bangsa ini. Dari seian banyak organisasi
Islam yang muncul sebagai wadah bagi generasi dan kader, tapi tetap
setia kepada negara dan bangsa. berabad-abad lamanya nilai-nilai itu
berkembang hingga lahirlah sebuah adat istiadat dan budaya yang
luhur yang menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia. Hingga lahirlah
sebuah Ijtihad yang merupakan keselarasan antara agama dan
nasionalisem yang belum pernah diungkapkan oleh siapapun. Ijtihad
ini lahir dari seorang ulama besar Indonesia Hadratussyaikh K.H.
131 Sayyid Muhammad, Op.cit, h.35
105
Hasyim Asy’ari132 bahwa يان Nasionalisme adalah “ ح ب الوطن من ال
bagian dari iman”.133
Bahkan Hadratusyaikh K.H. Hasyim Asy’ari mencetuskan
Sebuah ijtihad yang lainnya yang sangat populer di kalangan
nahdliyyin yaitu من مات لجل وطنه مات شهيدا “Siapa yang meninggal
karena membela negaranya, maka dia meninggal dalam keadaan
Syahid”.134
6) Gemar Membaca ( Wawasan Literasi )
Kenapa kita dianjurkan untuk banyak membaca? Jawabanya
tentu banyak dan bervariasi. Karena membaca mempunyai banyak
sekali manfaat, bukan hanya menambah pengetahuan dan wawasan,
membaca juga meningkatkan kualitas hidup, melatih fokus sampai
meningkatkan kualitas kesehatan.
Membaca dapat memberi ketenangan batin melebihi
ketenangan mendegarkan musik, bahkan dapat meningkatkan
kepercayaan diri dan memudahkannya bergaul. membaca merupakan
132 K.H. Hasyim Asy’ari adalah salah satu tokoh pendiri ormas Islam terbesar di Indonesia
yaitu Nahdlatul Ulama sekaligus Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Di lahirkan di Jombang 10
april 1875 dan wafat di Jombang 25 juli 1947 pada usia 72 tahun. [Muhammad Asad Syahab,
Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, (Jombang:
PustakaTebuireng, 2019), Cet-1, h. 10]. 133 Jargon ini adalah hasil ijtihad nya K.H. Hasyim Asy’ari pada tahun 1916 ketika
mengetahui akan adanya pembubaran sistem kekhalifahan yang berpusat di Turki, yang pada tahun
1924 sistem kekhalifahan resmi di bubarkan. (Penulis mendapatkan data ini dari keterangan K.H. Said
Aqil Siraj, Ketua Umum PBNU saat Simposium Nasional Islam Nusantara di Gedung PBNU lantai 8,
Jalan Kramat Raya no. 164, Kecamatan Senen, Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta, pada tanggal
08-09 Februari 2020. 134 K.H. Said Aqil Siraj, Ketua Umum PBNU “Simposium Nasional Islam Nusantara” di
Gedung PBNU lantai 8, Jalan Kramat raya no. 164, Kecamatan Senen, Kota Jakarta Pusat, Provinsi
DKI Jakarta, pada tanggal 08-09 Februari 2020.
106
sarana mengubah kepribadian seseorang yang telah tersandera oleh
dirinya sendiri dan pikiran-pikiran yang membelenggunya.135
Membaca itu apa saja, tetapi tetap harus disaring dan dicerna.
Dalam hal ini Syaikh Muhammad Syakir berwasiat:
ا ه اع م ت اس ل ب ق ة د ي ج ة ع ال ط م ك ي ل ع ة ر ر ق ىالم ك س و ر د ع ال ، ط ن ب ي ن م ة ل ئ س م ف ر م ال ك ي ل ع ل ك ش ا أ ذ إ ، و س ر الد س ل م ف اد ت س ال ن م ا
ك ان و خ إ د ح ي ا ل ا ع ه ض ر ع ن م ف ك ن ت س ت لا ف ل ائ س لم
“Wahai anakku, baca dan pahamilah dengan penuh
kesungguhan pelajaran yang telah maupun yang yang belum
dibahas oleh gurumu. Bila engkau menemui kesulitan atau
keraguan jangan ragu untuk bertanya atau mendiskusikannya
dengan temanmu”.136
Setelah membaca, alahkah baiknya kita kembali mencerna dan
mendiskusikan apa yang telah diperoleh. Selain mengasah daya kritis
dan cara menyampaikan pendapat, tentunya kita akan mendapatkan
lebih banyak ilmu didalamnya. Syaikh Muhammad Syakir berkata:
ذ لك ي بن : ان اردت ا لي لن فسك فلا تطالع درسك وحدك واتنك على الفهم. وت قر رها صدي قا من اخوانك يشاركك ف المطالعة ويعي
. لن فسك اولمن معك كأنك ت لقى درسا على المت عل مي“Wahai anakku, apabila engkau menghendaki kebaikan
atas dirimu, maka ajaklah beberapa orang teman sekolahmu
untuk muthala’ah (belajar) bersama, mungkin temanmu dapat
menolongmu dalam memahami sesuatu. Tetaplah belajar
bersama teman-temanmu seperti engkau sedang menghadapi
pelajaran di hadapan para pendidikmu”.137
Membaca bagaikan kapak yang memecahkan salju yang
menghamat perjalanan hidup seseorang. Disini pula kita harus pandai
memilih dan memilah bacaan. Bacaan yang bermutu adalah teman
135 M. Quraish Shihab, Op.Cit, h.146 136 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.14 137 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.16
107
terbaik dan paling setia sepanjang masa.138 Istilah lain dari membaca
adalah mengkaji, berdiskusi, bermusywarah, atau apapun yang dapat
membuka cakrawala dan wawasan semakin maju dan luas. Seperti
ketika imam Abu Hanifah ditanya tentang caranya dia mendapatkan
ilmu yang di jadikan nasihat Syaikh Muhammad Syakir kepada anak
muridnya:
؟ م ل لع ا ن م ت غ ل ا ب م ت غ ل ا ب ب ه ن ع الله ي ض ر ة ف ي ن ح ب أ ام م ل ل ل ل ي ، ق ن ب ي ة اد ف ت س ال ن ع ت ف ك ن ست ا ل ، و ة اد ف ل ب ت ل ا ب : م ال ق
“Wahai anakku, Imam Abu Hanifah ra. Pada suatu
saat ditanya : “Apa sebabnya sehingga engkau mendapat
ketinggian ilmu pengetahuan yang sangat luas?”. Jawab Imam
Abu Hanifah: “ Aku tidak malas dalam mengambil manfaat
(dengan belajar atau mengajar), dam aku tidak pernah
mencegah orang yang ingin belajar dariku”.139
Jika dibandingkan dengan Indeks baca negara lain, Indonesia
masih sangat rendah. Jangankan dengan negara-negara barat, dengan
negara tetangga kita Singapura saja kita masih ketinggalan. Budaya
literasi kita memang masih sangat rendah, disebabkan oleh banyaknya
hiburan yang tidak mendidik yang mengalihkan kita dari minat baca.
Oleh obrolan yang tidak berguna.140
Oleh karenanya, Syaikh Muhammad Syakir menganjurkan kita
untuk lebih banyak membaca dan mengkaji berulang-ulang dari pada
hanya membuang waktu sia-sia. Seperti ungkapan nasihat beliau
kepada anak didiknya berikut:
ي بن : اكثر من المذاكرة لما حصلت من العلوم فإن آفة العلم . الن سيان
138 M. Qurasih Shihab, Op.Cit, h. 146 139 Muhammad Syakir, Op.Cit,h.13 140 M. Quraish Shihab, Op.Cit, h. 146
108
“Wahai anakku, perbanyaklah mudzakarah (mengkaji
ulang) berbagai pelajaran yang engkau dapatkan.
Sesungguhnya petaka bagi ilmu adalah lupa”.141
Umat Islam sudah seharusnya meningkatkan budaya literasi.
Karena perintah membaca adalah awal mula perintah yang turun
kepada Muhammad sebagai wahyu pertanda diangkat dan di
sahkannya Muhammad sebagai nabi dan Rasul. Ayat itu adalah ayat
ke 1 sampai 5 pada surat al-Alaq. Walaupun, secara tafsir mengandung
banyak sekali arti. Tetapi perintah kita untuk membaca, menelaah,
mentadabur dan kata sejenis yang mempunyai makna positif bagi umat
manusia.
اء ر ق ( إ ۲) ق ل ع ن م ان س ن ال ق ل ( خ ۱) ق ل خ ي ذ ال ك ب ر م س ب اء ر ق إ مل ع ي ا ل م ان س ن ال م ل ( ع ٤) م ل ق ال ب م ل ع ي ذ ( ال ۳) م ر ك ال ك ب ر و (۵ .) (۵-۱)العلق:
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang
menciptakan (1) dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah (2) Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah (3)
Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (4) Dia
mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya (5). (Q.S. al-
Alaq:1-5)”.142
7) Peduli lingkungan
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, tidak hanya
melulu mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya saja, tapi bagi
lingkungan sosial dan lingkungan alam juga.
Lingkungan yang berada disekeliling kita baik benda-benda
hidup seperti binatang dan tumbuhan, atau berupa benda-benda mati
yang harus tetap dijaga kelestariannya.
141 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.17 142 Departemen Agama RI, Op.Cit, h.598
109
Seperti yang sudah di jelaskan, peduli lingkungan banyak
bentuknya. Seperti ungkapan Syaikh Muhammad Syakir tentang
perhatiannya kepada anak didik ketika berada di luar, agar
memperhatikan sekitarnya:
وا ض ت ع ت ن ا م ك ي إ ف ك ان و خ ا ع ا م ه ي غ ل و ا ة ض ي لر ل ت ج ر خ ذ : ا ن ب ي ان ك ن إ . ف ة ام ع ال ق ي ر ط ا ف و ف ط ص ت ن ا م ك ي ا و ات ق ر الط ف ة ار م ال ن ا م د ح ا
ا. د اح و -اد اح ى و اد ر ا ف و ش ام ف ل ا و ن ث م -ن ث ا م و ش ام ا ف ع اس و ق ي ر الط “Wahai anakku, bila engkau berolahraga atau berjalan
bersama teman-temanmu. Janganlah memenuhi jalan umum
sehingga mengganggu orang yang hendak lewat, dan jangan
berjajar dijalan umum. Apabila jalan yang kalian lewati itu
lebar, berjalanlah dua-dua, bila jalan itu sempit berjalanlah
satu-satu”.143
Diatas adalah nasihat Syaikh Muhammad Syakir untuk peduli
terhadap lingkungan sekitar ketika sedang berada di luar berkaitan
dengan sesama manusia. Selain itu kita juga harus memperhatikan
alam sekitar, karena alam adalah tempat kita hidup dan saling
membutuhkan.
Banyak cara yang bisa kita lakukan demi lestarinya
lingkungan, salah satunya adalah tidak membuang sampah
sembarangan. Karena sampah yang kita buang sangat mempengaruhi
ekosistem yang ada di sekitar kita. dan itu termasuk kategori membuat
kerusakan, sedangkan Allah melarang kita berbuat rusak diatas muka
bumi ini, seperti firman Allah surat al-A’raf ayat 56:
ول ت فسدوا ف الرض ب عد اصلاحها، وادعوه خوفا وطمعا، ان رحمة الله قريب من المحسني
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan diatas muka
bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepadanya
dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat
143 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.19
110
Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat
kebaikan. (Q.S. al-A’raf:56).144
Semua ciptaan Allah pasti mempunyai kegunaan dan tujuan
tersendiri. Manusia sebagai makhluk yang diberi wewenang oleh
Allah sebagai Khalifah dimuka bumi harus menjaga semua itu agar
tetap lestari. Menurut Ahmad Mubarok, antara manusia dan alam
harus harmonis, berikut akhlak manusia kepada alam yang harus
diketahui:
Pertama: tidak mengekploitasi sumber daya alam secara
berlebihan yang berpotensi merusak tatanan siklus alamiah. Kedua:
tidak membuang limbah semabarang yang berpotensi merusak
lingkungan alam. Ketiga: Secara lebih detail, kita dilarang buang hajat
di air yang mengalir, dilubang tempat tinggal binatang atau dibawah
pohon tempat bernaung.145
Selain kita dianjurkan peduli lingkungan alam, kita juga
dianjurkan peduli terhadap makhluk hidup yang lain atau binatang.
Diantara akhlak terhadap binatang adalah, tidak mengganggu
ekosistem mereka, tidak memasung apalagi menyiksa, memberi waktu
istirahat dan makan yang cukup kepada hewan peliharaan yang
dipekerjakan seperti kuda, sapi atau kerbau. Yang terakhir hendaknya
mengkonsumsi hewan yang sudah di halalkan dalam agam.146 Seperti
hadist nabi berikut yang mana sangat memperhatikan hewan dan
kewajiban memperlakukannya dengan baik:
بل حظها من الرض إذا ساف رت ف الطب فأعطوا ال
144 Departemen Agama, Op.Cit, h.158 145 Ahmad Mubarok, Op.Cit, h.144 146 Ibid,
111
“Apabila kalian bepergian di daerah yang subur,
berilah unta bagian atau haknya pada bumi”. (HR.
Muslim).147
Ini berarti perintah memberi binatang haknya untuk beristirahat
sambil memenuhi kebutuhannya. Di lain waktu nabi juga melarang
seseorang menaiki tunggangan dengan beban yang terlalu berat,
seperti yang terjadi pada binatang yang ditunggangi oleh tiga orang
sekaligus, nabi memerintahkan untuk turun salah seorang diantara
ketiganya, Beliau bersabda:
ارجوهم حت ي نزل أحدهم إذا رأي تم ثلاثة على دابة ف “Kalau kalian melihat tiga orang menunggangi seekor
binatang, lemparilah mereka sampai salah seorang turun”.
(HR. ath-Thabrany).
Betapapun petunjuk di atas menunjukka perlunya sikap sayang
dan bersahabat dengan binatang. Beliau juga melarang mengalungi
binatang dengan sesuatu yang berat dan berpotensi mencekik hewan
tersebut. semua tuntunan diatas tidak lain kecuali manifestasi dari
perintah nabi menyanyangi binatang dan kasih sayang kepada
semuanya.
2. Kontribusi pemikiran Muhammad Syakir al-Iskandari pada kitab
Washaya al-Aba’li al-Abna didalam khazanah nilai-nilai Pendidikan
karakter.
Syaikh Muhammad Syakir adalah salah satu ulama Mesir dan alumni
kampus tertua di Mesir Al-Azhar. Seperti yang sudah disinggung penulis
pada pembahasan tentang biodata dari Syaikh Muhammad Syakir.
112
Beliau dikenal sebagai seorang pembaharu Universitas Al-Azhar.
Yakni, beliau adalah mantan wakil rektor Universitas Al-Azhar. Karirnya
dimulai dari menghafal Al-Qur'an dan belajar dasar-dasar studinya di
Jurja, Mesir, kemudian beliau rihlah (bepergian untuk menuntut ilmu) ke
universitas Al-Azhar dan beliau belajar dari guru-guru besar pada masa
itu, kemudian dia dipercayai untuk memberikan fatwa pada tahun 1307
H.148 Dan kemudian beliau menduduki jabatan sebagai ketua Mahkamah
Mudiniyyah al-Qulyubiyyah, dan tinggal di sana selama tujuh tahun
sampai beliau dipilih menjadi Qadhi (hakim) untuk negeri Sudan pada
tahun 1317 H. Dan dia adalah orang pertama yang menduduki jabatan ini,
dan orang yang pertama yang menetapkan hukum-hukum hakim yang
syar'i di Sudan.149
Pada tahun 1322 H. beliau ditunjuk sebagai guru bagi para ulama-
ulama Iskandariyyah. Kemudian beliau ditunjuk sebagai wakil bagi para
guru Al-Azhar. Pada tahun 1913 M beliau mendirikan Jam'iyyah
Tasyni'iyyah dan menjadi anggota organisasi tersebut, sebagai pilihannya
dari sisi pemerintah Mesir, dan dengan itulah beliau meninggalkan
jabatannya, serta enggan untuk kembali kepada satu bagianpun dari
jabatan-jabatan tersebut, dan beliau tidak lagi berhasrat setelah itu kepada
sesuatu yang memikat dirinya, bahkan beliau lebih mengutamakan untuk
hidup dalam keadaaan pikiran, amalan, hati dan ilmu yang bebas lepas.150
Sedangkan mengenai karya beliau, banyak literatur baik dalam
ensiklopedi maupun situs internet yang mengatakan Syaikh Muhammad
Syakir sebagai penulis yang produktif. Karya ilmiah tersebut berupa
148 Nur Hadie, Pemikiran Syaikh Muhammad Syakir Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Kitab
Washaya al-Aba li al-Abna, Skripsi pada Fakultas Tarbiyah IAIN Pamekasan Madura, Madura, 2012.
h.31.
149 Ibid. 150 Ibid, h.34
113
makalah dan tulisan singkat dari buah pemikiran beliau. Namun karya
beliau yang berupa buku, sebatas penelusuran penulis baru ditemukan
kitab Washoya al-Aba li al-Abna ini.
Dalam dunia pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan pesantren
atau boarding school, buku karya syaikh Muhammad Syakir belum
banyak digunakan, khususnya untuk santri pemula, atau jika di kampung-
kampung dan surau-surau di pelosok Indonesia kitab ini dijadikan
pegangan untuk pendidikan akhlak pemula seperti yang di ungkapkan
syaikh Muhammad Syakir dalam pendahuluan kitabnya:
د ق ، و ة ي ن ي الد م و ل ع ال ة ب ل ط ا ل ه ت ع ض و ة ي ض ر م ال ق لا خ ال ف ة ي ل و أ س و ر د ه ذ ه : ف د ع ب و ق ل خ لت ل الله ه ق ف ا و ذ إ ت ، ح ه ر م ا ة اي د ب ف م ل ع ال ب ال ط ه ي ل ا اج ت ا ي م ق لا خ ال ن ا م ه ت ن م ض .ه ق ل خ ن ام ي ث ك ه ب ع ف ن ي ن ا و ه م ل ع ب الله ه ع ف ن ي ن ا ا و ج ر م ان ا ك ب
“Buku ini adalah pelajaran pemula tentang akhlak yang mulia
yang di ridhai Allah untuk para pencari ilmu agama. Didalamnya
mengandung berbagai masalah akhlak yang sangat dibutuhkan oleh
setiap murid dalam mewujudkan cita-citanya. Semoga Allah swt
memberkahi mereka dengan akhlaq yang mulia dan memberikan
kesuskesan. Serta memperoleh kesuksesan dari ilmu yang mereka
miliki, baik bagi mereka sendiri maupun bagi seluruh makhluk alam
semesta”.151
Buku ini populer dengan sebutan kitab washaya, yang merupakan
salah satu buku pendidikan akhlak yang ikut mewarnai literatur dunia
pendidikan islam bersamaan dengan berbagai buku atau kitab akhlaq yang
lainnya. Seperti kitab Taisiru al-Khalaq fi Ilmi al-Akhlaq karya Hafiz
Hasan, Akhlak Li al-banin wa al-Banat karya Umar bin Ahmad, Talim al-
Mutaalim karya al-Zarnuzi, Adabu al-Alim wa al-Mutaalim karya
K.H.Hasyim Asy’ari dan lain-lain yang sudah masyhur dikalangan
pesantren dan sekolah di Indonesia.
151 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.2
114
Semua tema dan Nasihat Syaikh Muhammad Syakir Sangat baik
dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan bangsa Indonesia saat ini yang
tidak hanya mengalami proses pendangkalan nilai yang dimiliki serta
dihayati dan dijunjung tinggi. Nilai- nilai itu kini bergeser dari kedudukan
dan fungsinya serta digantikan oleh keserakahan, ketamakan, kekuasaan,
kekayaan dan kehormatan. Dengan pergeseran fungsi dan kedudukan nilai
itu, hidup dan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dirasakan semakin
hambar dan keras, rawan terhadap kekerasan, kecemasan, bentrok fisik
(kerusuhan) dan merasa tidak aman.
Oleh karena itu melalui keterbukaan pendidikan karakter dalam kitab
Washoya ini dapat mengarahkan peserta didik pada pendidikan akhlak
yang bervisi penegakan moral. Dan dengan pelibatannya pada semua
pihak, menjadikan Kitab ini dipandang bisa menjawab problematika
pendidikan karakter kontekstual. Hal ini bisa dilihat dari lingkup materi
yang dikaji, kemasan bahasa maupun metode yang digunakan.
Sesuai dengan semua nasihat Syaikh Muhammad Syakir yang sangat
tepat diterapkan dalam sistem proses pendidikan karakter kita. Akhlak
atau sikap mempunyai penilaian sendiri terutama setelah beberapa
perubahan dalam kurikulum kita. Walaupun masih banyak yang sulit
diukur secara sistematis, tapi setidaknya itu sudah mengarah kepada yang
lebih baik. Akhlak adalah hiasan dan yang membedakan manusia dengan
ciptaan Allah yang lain. Syaikh Muhammad Saykir berkata:
نسان ف ن فسه وبي اخوانك واهله وعشيته، فكن حسن يبن: اللق السن زي نة ال اللق يتمك الناس
“Wahai anakku, akhlak yang paling baik adalah hiasan bagi
manusia, hiasan untuk dirinya, teman-teman, keluarga dan kerabat.
Karena itu jadilah kamu seseorang yang memiliki budi pekerti.
Tentunya semua orang akan memuliakan dan menyanyangimu”.152
152 Muhammad Syakir, Op.Cit, h.4
115
Penulis sendiri pertama kali mengaji dan belajar kitab ini ketika
berusia 12 tahun, atau sekitar kelas 1 sekolah menengah pertama atau
madsarah tsanawiyah dan setingkat ketika sedang menuntut ilmu di
pesantren Assalafie Desa Babakan, Kecamatan Ciwaringin Kabupaten
Cirebon. Jika di pesantren sering di kaji ditingkat Ibtidai’iyah ( jenjang
dasar). Secara detail isi kitab ini sangat padat dan cukup ringkas. Oleh
karena nya dalam sampul buku di bawah nama kitab ini tertulis kalimat al-
Durus al-Awliyah fi al-Ahklah al-Mardliyyah yang berarti, pelajaran dasar
dalam ilmu akhlak yang lurus.
Muhammad Syakir al-Iskandariyah menulis kitab Washaya al-Aba li
al-Abna dengan tujuan pendidikan adalah agar peserta didik mampu
berperilaku terpuji dan berbudi pekerti sehingga mendapatkan ridho dari
Allah Swt dimana pun mereka berada.153
Buah pemikirian pendidikan akhlak Muhammad Syakir al-
Iskandariyah yang terkandung dalam kitab tersebut terbukti masih relevan
digunakan sampai saat ini. Kitab yang lahir pada bulan Dzulqa‟dah pada
tahun 1326 H atau 1905 M ini mengandung konsep-konsep pendidikan
karakter dasar secara utuh yang mumpuni untuk mendesain peserta didik
menjadi pribadi yang berakhlak mulia.154
Hal lain yang menjadi ciri khas kitab Washaya al-Aba lil al-Abna
diantara kitab-kitab akhlak dasar lainnya adalah kata sapaan ya bunayya
yang diulang-ulang dalam setiap nasihat dalam bahasa Indonesia berarti
“wahai anakku”.155 Selain itu, kalimat sapa “wahai anakku” secara tidak
langsung mempengaruhi perkembangan psikologi belajar peserta didik.
153 Ibid, h.2 154 Ibid, h.48 155 Ibid, h.3
116
Sehingga peserta didik yang mendengarkan mendapatkan kehangatan,
kasih sayang, dan perhatian dari seorang guru.
Berikut jumlah kata sapaan ya bunayya yang menjadi ciri khas kitab
Washaya al-Aba li al-Abna pada 20 bab yang ada
:
NO BAB JUMLAH NO BAB JUMLAH
1 I 11 11 XI 8
2 II 10 12 XII 9
3 III 5 13 XIII 10
4 IV 7 14 XIV 11
5 V 8 15 XV 7
6 VI 7 16 XVI 11
7 VII 7 17 XVII 8
8 VIII 7 18 XVIII 8
9 IX 5 19 XIX 3
10 X 5 20 XX 5
Jumlah Seluruhnya 152
Tabel 4.2
Konten dalam kitab Washaya al-Aba li al-Abna sudah sesuai dengan
yang dibutuhkan dalam proyeksi pendidikan karakter dalam dunia
pendidikan kita. Setidaknya ada 17 karakter yang telah penulis rangkum
yang terbagi dalam dua karakter penting secara global. Sepuluh masuk
dalam karakter moral dan tujuh masuk dalam karakter kinerja.
117
117
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis berhasil mengambil
beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Secara garis besar pendidikan karakter dalam kitab Washaya al-Aba li al-
Abna karya Syaikh Muhammad Syakir terdapat 17 poin pendidikan
karakter yang terbagi dalam dua konsep pendidikan karakter yaitu 10
masuk dalam kategori Karakter moral dan 7 masuk dalam karakter kinerja
dengan rincian sebagai berikut:
a. Karakter Moral: Iman dan Taqwa, Cinta dan Taat kepada Rasulullah,
Menghormati kedua orang tua, Menghormati Guru, Menghormati
sesama (Toleransi), Benar atau Jujur, Kemuliaan dan Harga diri,
Sabar, Ikhlas
b. Karakter Kinerja: Amanah, Disiplin, Kerja keras, Pantang menyerah,
Cinta tanah air, Gemar membaca, Peduli Lingkungan.
2. Pemikiran pendidikan karakter Muhammad Syakir al-Iskandariyah dalam
kitab Washaya al-Aba li al-Abna menekankan tujuan pendidikan karakter
bahwa peserta didik agar mampu berperilaku terpuji dan berbudi pekerti
yang luhur sehingga karakter tersebut menjadi kebiasaan yang terus
dilakukan oleh peserta didik yang berorientasi ridha dari Allah Swt di
manapun dan kapan pun mereka berada. Sehingga tercapailah tujuan
pendidikan Islam sebagai pencetak dan penerus bagi agama, nusa dan
bangsa.
Pemikiran pendidikan karakter Muhamad Syakir lebih menekankan
nilai-nilai karakter dengan pendekatan Islam berdasarkan sumber yang
sudah disetujui oleh umat Islam yaitu al-Qur’an dan Hadist Nabi serta
beberapa hasil ijtihad dan pendapat para ulama salaf. Tetapi yang paling
118
penting adalah kebermanfaatan dari hasil karya ini bisa dirasakan oleh
semua manusia yang merupaka tujuan dari Syaikh Muhammad Syakir
menuliskan kitab ini. Sehingga menjadi harmonis hubungan manusia, baik
dengan sesama, dengan alam atau dengan sang pencipta Allah swt.
Buku ini populer dengan sebutan kitab washaya, yang merupakan
salah satu buku pendidikan akhlak yang ikut mewarnai literatur dunia
pendidikan islam bersamaan dengan berbagai buku atau kitab akhlaq yang
lainnya. Seperti kitab Taisiru al-Khalaq fi Ilmi al-Akhlaq karya Hafiz
Hasan, Akhlak Li al-banin wa al-Banat karya Umar bin Ahmad, Talim al-
Mutaalim karya al-Zarnuzi, Adabu al-Alim wa al-Mutaalim karya
K.H.Hasyim Asy’ari dan lain-lain yang sudah masyhur dikalangan
pesantren dan sekolah di Indonesia.
Semua tema dan Nasihat Syaikh Muhammad Syakir Sangat baik
dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan bangsa Indonesia saat ini yang
tidak hanya mengalami proses pendangkalan nilai yang dimiliki serta
dihayati dan dijunjung tinggi. Nilai- nilai itu kini bergeser dari kedudukan
dan fungsinya serta digantikan oleh keserakahan, ketamakan, kekuasaan,
kekayaan dan kehormatan. Dengan pergeseran fungsi dan kedudukan nilai
itu, hidup dan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dirasakan semakin
hambar dan keras, rawan terhadap kekerasan, kecemasan, bentrok fisik
(kerusuhan) dan merasa tidak aman
Dalam dunia pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan pesantren
atau boarding school, buku karya syaikh Muhammad Syakir belum
banyak digunakan, khususnya untuk santri pemula, atau jika di kampung-
kampung dan surau-surau di pelosok Indonesia kitab ini dijadikan
pegangan untuk pendidikan akhlak pemula.
119
B. Saran
Setelah selesai menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, penulis
mempunyai harapan besar beberapa hal terkait dengan materi yang tela
penulis teliti dan bahas, antara lain yaitu:
1. Kepada para pendidik, para praktisis pendidikan atau yang terkait dengan
dunia pendidikan hendaknya agar selalu berusaha menanamkan, melatih
dan menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter pada setiap aktifitas dan
kegiatan sehari-hari.
2. Kepada Kepada civitas akademika, penulis berharap bisa melanjutkan
pengemangan kembali secara lebih dalam dan komprehensif pemikiran-
pemikiran dari Syaikh Muhammad Syakir.
3. Harapan bagi penulis secara khusus atau bagi mahasiswa fakultas
pendidikan secara umum, agar lebih mengetahui gagasan-gagasan dan
pemikiran Syakih Muhammad Syakir sebagai sumber dan sarana
pembelajaran dalam menciptakan pendidikan yang berdasarkan budi
pekerti dan karakter yang luhur serta di ridhai oleh Allah sawt.
4. Semoga kedepannya, baik kita sebagai orang tua dan kita sebagai pendidik
atau yang berkaitan dengan pendidikan, bisa lebih menggunakan cara-cara
yang humanis, sehingga anak-anak didik menjadi peserta didik yang
humanis, yang berpedoman pada al-Qur’an dan al-Hadist, sehingga
tercapai cita-cita para pendahulu kita, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa tentunya dengan di iringi moral dan spiritual yang memadai,
hingga tercapai negara dan bangsa yang berkeadilan sosial, baldatun
toyyibatun wa rabbun ghofur, gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto
raharjo.
120
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar, Muhammad Ja’far dan Muhammad A.Salam As, Membumikan
Pendidikan Karakter, (Jakarta: CV.Suri Tatu’uw, 2015).
2. Azzet, Akhmad Muhaimin, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia,
(Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2011).
3. Amri, Sofan, Ahmad Jauhari dkk, Implementasi Pendidikan Karakter dalam
pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011).
4. Agustina, Ary Ginanjar, ESQ Power Sebuah Inner Juoney Melalui Al Ihsan,
(Jakarta:Arga, 2003).
5. Al-Hasani, Sayyid Muhhamad bin Alawy al-Maliky, al-Tahliyah wa al-
Targhib fi al-Tarbiyah wa al-Tahdzib, (t.p, 2007).
6. Al-Hasani, Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliky, al-Mukhtar Min Kalam
al-Akhyar, (t.t.p: t.p, 2007).
7. Al-Mas’udi, Hafiz Hasan, Taisiru al-Khalaq fi Ilmi al-Akhlaq, (Surabaya:
Salim Nabhan, t.t.).
8. Al-Zarnuji, Burhanuddin al-Islam Syair Alala Tanalual-Ilma, (Surabaya:
Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhani Wa Auladihi, t.t.t).
9. Al-Zarnuji, Burhanuddin al-Islam, Ta’lim al-Muta’alim, (Surabaya: Maktabah
Muhammad bin ahmad Nabhani wa awaldihi, t.t).
10. Al-Kaff, Idrus H., Tarjamah Muhtashar Hadist Shahih Bukhari, ( Surabaya:
Karya Utama, t.t).
11. Al-Saqqaf, Abdurrahman , Durus al-Aqa’id al-Diniyyah, (Surabaya:
Muhammad bin Ahmad Nabhani wa Auladihi t.t).
12. Al-Bantani, Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, Qami’ al-Tughyan
(Kediri: Hidayatu Tulab, t.t).
13. Al-Bantani, Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, Syarah Nasa’ihul Ibad, (
Semarang: Karya Toha, t.t.t)
14. Al-Malibari, Zainuddin, Suabu al-Iman (Kediri: Hidayatu Tulab, t.t).
121
15. Al-Haddad, Abdullah Ba’alawy , Sabilu al-Adzkar wa al-I’tibar Syarah
Nasa’ihu al-Diniyyah ( Indonesia: Darul Ihya, t.t.t).
16. Al-Dimasqi, Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Mauidlatu al-Mu’minin min
Ihya’ Ulumiddin, (Surabaya: Maktabah Hidayah, t.t.t).
17. Al-Iskandari, Washaya al-Abaa’ li al-Abna’, (Semarang, Pustaka Alawiyah,
t.t).
18. Al-Nabhani, Yusuf bin Ismail, Sabil al-Najah Fi al-Hubb Fillah Wa al-
Bughdu Fillah, (t.t.p: t.p, t.t)
19. Aziz, M.Imam, Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh dan
Khazanah Pesantren, (Jakarta: PBNU dan Mata Bangsa, 2014).
20. Baswedan, Anis Rasyid,https://www.merdeka.com/jakarta/anies-baswedan-
pendidikan-karakter-bukan-sekadar-ilmu-pengetahuan.html.
21. Bahreisy, Fauzi, Mengaji al-Hikam, Terj. Syarh al-Hikam al-Ghawtsiyah
Syekh Sayyid al-Tilmisani al-Maghribi oleh Ahmad bin Ibrahim, (Jakarta:
Zaman, 2015).
22. Bruinessen, Martin Van, KitabKuning, Pesantren, danTarekat: Tradisi-tradisi
Islam diIndonesia, (Bandung: Mizan, 1999).
23. Bungin, Burhan, Conten Analisis dan Group Discussion dalam Penelitian
Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003)
24. Departemen Agama RI, Al Quran Dan Terjemahnya, (Bandung: CV J-ART
2005).
25. Echols, Jhon M. dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia,
(Jakarta:Gramedia, 2006).
26. Endraswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Medpres,
2008), h. 160.
27. Fauzan, Abd. Rozak, dkk, Kompilasi Undang-undang dan Peraturan Bidang
Pendidikan, (Jakarta: FITK Press UIN Syarif Hidayatullah, 2010).
122
28. Fauzi, Ahmad Zaki, Konsep Pendidikan Akhlak Anak Menurut Syekh
Muhammad Syakir al-Iskandary Dalam Kitab Washaya al-Aba li al-
Abna.Skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017,
29. Hadie, Nur, Pemikiran Syaikh Muhammad Syakir Tentang Pendidikan Akhlak
Dalam Kitab Washaya al-Aba li al-Abna, Skripsi pada Fakultas Tarbiyah
IAIN Pamekasan Madura, (Madura, 2012).
30. Hanani, Silfia, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, (Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media, 2016).
31. Husain, Zeid Muhammad, Taisirul Khalaq, Ter.dari kitab Taisirul khalaq Fii
Ilmi Akhlaq oleh Hafiz Hasan Al-Masudi, (Surabaya: Salim Nahban, t.t.t).
32. Ismail,Mohammad,http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.co.id/201
6/12/ pendidikan-akhlak-dalam-kitab-washoya.html.
33. Ilahi,Muhammad Takdir, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral,
(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2016).
34. Idi, Abdullah dan Safarina Hd, Etika Pendidikan Keluarga, Sekolah, dan
Masyarakat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016).
35. Ide, M.Harun dkk Sejarah Tasyri’ Islam, (Kediri: FPPI, 2006).
36. Ismail, Ibrahim bin, Syarah Ta’lim al-Muta’alim, (Surabaya: dar al-Ilmu, t.t).
37. Jalaluddin dan Adi Ahmad Zen, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, (Surabaya:
Putra Al Ma’arif, 1994).
38. Khalimi, Ormas-Ormas Islam Sejarah, Akar, Teologi dan Politik, (Jakarta:GP
Press, 2006).
39. Kurniawan, Syamsul , Pendidikan Karakter, (Jakarta:Ar-Ruzz Media, 2016).
40. Kesuma, Dharma, Cepi Triatna dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011).
41. Listyarti, Retno, PendidikanKarakterDalamMetodeAktifInovatifdanKreatif,
(Jakarta: EsensiErlanggaGrup, 2012).
123
42. Lailiyah, Nur Afidatul , “ Konsep Pendidikan Moral Prespektif kitab Washoya
al-Abaa lil-Abnaa karya Muhammad Syakir al-Iskandariyah,” Skripsi pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sunan Ampel Surabaya,
(Surabaya, 2013).
43. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011).
44. Marzuki, Sayyid Ahmad, Aqidatu al-Awam ( Kudus: Menara Kudus, t.t.t).
45. Mustaqim, Sidik, informasisudan.blogspot.com,
46. Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya,
2002), h.163
47. Mubarok, achmad, Akhlak Mulia Sebagai Konsep Pembangunan Karakter,
(Wahana Aksara Prima, Jakarta:2009).
48. Mulyasa, H.E, ManajemenPendidikankarakter, (Jakarta:BumiAksara, 2013).
49. Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung:
Trigeda, 1993).
50. Nasharuddin, Akhlaq Ciri Manusia Paripurna, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005).
51. Nurohman, Reza https://www.kompasiana.com/rumahbelajar_persada/63-
persen-remaja-di-indonesia-melakukan-seks-pra-
nikah_54f91d77a33311fc078b45f4.
52. Naim, Ngainun, Character Builiding, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012).
53. Octaviyan, Putri Rosmalia, http://mediaindonesia.com/news/read/53086/lebih-
dari-5-juta-penduduk-indonesia-pengguna-narkoba/2016-06-26.
54. S., Risa Rosiana, “Etika Menuntut Ilmu Dalam Kitab Washoya Karya
Muhammad Syakir”, Skripsi Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Salatiga, (Salatiga, 2017).
55. Sasongko, Agung, _red “Alexandria, Saksi Hadirnya Peradaban Islam di
Mesir”, (Jakarta: Harian Republika.com, 28 April, 2017).
124
56. Sam’ani, Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011).
57. Salim, Peter dan Yenny Salim, Kamus bahasa Indonesia Kontemporer,
(Jakarta: Modern English Press, 1991).
58. Schwartz,Merle J.,Effective Character Education, (Newyork: McGraw-Hill,
2007
59. Shalahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehe, Pendidikan Karakter berbasis
Agama dan Budaya, (Bandung:Pustaka Setia, 2013).
60. Shihab, M. Quraish, Islam Yang Saya Anut, (Tangerang: Lentera Hati, 2018).
61. Shihab, M. Quraish , Yang Hilang dari kita Akhlak, (Tanggerang Selatan:
Lentera Hati: 2017).
62. Syah, Muhibbin , Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008).
63. Syahab, Muhammad Asad, Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari Pejuang
Kemerdekaan Republik Indonesia, (Jombang: PustakaTebuireng, 2019).
64. Sunyoto, Agus, Atlas Walisongo, (Depok:Pustaka Iman, 2016).
65. Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta: t.p, 2015
66. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001).
67. Tohir, Ajid, Studi Kawasan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, cet-2, 2011).
68. Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam dirasah Islamiyah II, (Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada, 2011).
69. Yamani, Muhammad Abduh, Allimu Awladakum Mahabbtu al-Rasul Saw,
(t.t.t: t.p, t.t)
125
126
LAMPIRAN I
DAFTAR UJI REFERENSI
Nama : Nur Iskandar
NIM : 1113011000049
Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skirpsi : Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab Washaya al-Aba li al-Abna
Karya Muhammad Syakir al-Iskandari
No Penulis Judul Buku Hal Skripsi Hal Buku Paraf
1 Muhammad Ja’far
Anwar dan
Muhammad A.Salam
Membumikan Pendidikan
Karakter
10, 17, 18, 19,
21
15, 19, 32, 32,
28
2 Akhmad Muhaimin
Azzet
Urgensi Pendidikan Karakter
di Indonesia
15 16
3 Sofan Amri, Ahmad
Jauhari Dkk
Implementasi Pendidikan
Karakter Dalam Pembelajaran
20 2
4 Ary Ginanjar
Agustina
ESQ Power Sebuah Inner
Juorney Melalui al-Ihsan
22 55, 56
5 Sayyid Muhmmad
bin Alawy al-Maliky
al-Hasany
Al-Tahliyah wa al-Targhib fi
al-Tarbiyah wa al-Tahdzib
25, 30 15, 35
6 Sayyid Muhmmad
bin Alawy al-Maliky
al-Hasany
Al-Mukhtar Min Kalam al-
Akhyar
58, 75, 86, 93,
99, 100, 103
32, 32, 31, 32,
60, 31, 35
7 Hafiz Hasan Mas’udi Taisiru al-Khalaq fi Ilmi al-
Akhlaq
65, 68, 76, 77,
81, 83, 92
16, 14, 45, 47,
53, 58, 5
8 Burhanuddin al-Islam
al-Zarnuji
Syair Alala Tanalu al-Ilma 32 1
127
9 Burhanuddin al-Islam
al-Zarnuji
Ta’lim al-Muta’alim 68 5
10 Idrus H. al-Kaff Tarjamah Mukhtasar Hadist
Shahih Bukhari
59 10
11 Abdurrahman al-
Saqqaf
Durus al-Aqa’id al-Diniyyah 57 3
12 Muhammad Nawawi
bin Umar al-Jawi al-
Bantani
Syarah Nasaihu al-Ibad 76 4
13 Muhammad Nawawi
bin Umar al-Jawi al-
Bantani
Qami al-Tughyan 59 3
14 Zainuddin al-
Malibary
Suabu al-Iman 59 3
15 Abdullah Ba’lawy al-
Haddad
Sabilul Adzkar wa al-I’tibar
Syarah Nasaihu al-Ibad
67 62
16 Muhammad
Jamaluddin al-Qasimi
al-Dimasqi
Mauidlatu al-Mu’minin min
Syarhi Ihya Ulumiddin
89 367
17 Muhammad Syakir
al-Iskandari
Washaya al-Aba li al-Abna 6,7,24,36,44,50,
56,58,61,62,63,
64,66,67,68,69,
70,73,75,77,79,
80,81,82,84,85,
92,94,95,97,99,
101,102,103,10
5,106,107,108,1
13,114,115,118.
6,12,27,48,48,
13,6,5,3,8,9,9,
10,11,10,10,1
5,15,15,12,13,
16,27,28,29,3
6,32,34,35,35,
36,32,29,30,1
4,14,40,14,6,1
4,16,13,17,19,
2,4,2,3.
18 M.Imam Aziz Ensiklopedi Nahdlatul Ulama:
Sejarah, Tokoh dan Khazanah
Pesantren
72 67
19 Martin van Kitab Kuning, Pesantren dan 52,53 142,145
128
Bruinessen Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di
Indonesia
20 Fauzi Bahreisy Mengaji al-Hikam Terj. Syarh al-
Hikam al-Ghowtsiyah Syekh
Sayyid al-Tilmisani ak-Maghribi
90 231,200
21 Departemen Agama
RI
Al-Qur’an dan Terjemahnya
4,5,6,10,11,25,2
6,30,33,58,60,6
1,62,64,66,7172
,74,78,87,88,59
9,91,92,93,96,9
7,98,101,108,10
9
421.565,413,4
12,413,332,42
1,416,207,604
,64,158,598,2,
282,88,514,28
5,413,517,64,
544,280,28,40
,599,285155,1
80,88,88,395,
251,245,598,1
58
22 Jhon M. Echols dan
Hasan Shadily
Kamus Bahasa Inggris dan
Indonesia
14 36,
23 Abd. Razak Fauzan
dkk
Kompilasi Undang-Undang dan
Peraturan Bidang Pendidikan
2,12, 6,4,6
24 Silfia Hanani Sosiologi Pendidikan
Keindonesiaan
14 14
25 Zeid Muhammad
Husain
Taisiru al-Khalaq Terj. Taisiru al-
Khalaq fi Ilmi al-Akhlaq
24 45
26 Muhammad Takdir
Ilahi
Revitalisasi Pendidikan Berbasis
Moral
14 27
27 Abdullah Idi dan
Safarina Hd
Etika Pendidikan Keluarga,
Sekolah dan Masyarakat
15 123
28 M.Harun Ide dkk Sejarah Tasyri’ Islam
43 204
29 Ibrahim bin Ismail Syarah Ta’lim al-Muta’alim
69 16
129
30 Jalaluddin dan Adi
Ahmad Zen
Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan
21 124
31 Khalimi Ormas-Ormas Islam, Sejarah,
Akar, Teologi dan Politik
50,51 152,153,142,1
43
32 Syamsul Kurniawan Pendidikan Karakter
13,14,16,18,19,
21
26,27,28,28,3
0,31,39,40
33 Dharma Kesuma,
Cepi Triatna dkk
Pendidikan Karakter, Kajian
Teori dan Praktik di Sekolah
17 24
34 Retno Listyarti Pendidikan Karakter Dalam
Metode Aktif Inovatif dan Kreatif
13 2
35 Mahmud Metode Penelitian Pendidikan
39 22
36 Sayyid
AhmadMarzuki
Aqidatu al-Awam
94 10
37 AchmadMubarok Akhlak Mulia Sebagai Konsep
Pembangunan Karakter
3,110 83,144,144
38 H.E. Mulyasa Manajemen Pendidikan karakter
20 3
39 Muhaimin dan Abdul
Mujib
Pemikiran Pendidikan Islam
22 111
40 Nahsaruddin Akhlaq Ciri Manusia Paripurna
57,83,91 441,442,463,4
45,446,197
41 Ngainun Naim Character Building
15,23,27,29,31,
34
55,123,124,14
2,168,200,200
42 Muchlas Sam’ani dan
Hariyanto
Konsep dan Model Pendidikan
Karakter
16,19,20 41,42,45,46
43 Peter Salim dan
yenny Salim
Kamus Bahasa Indonesia
kontemporer
21 1035
44 Merle J.Schwartz Effective Character Education
18 2
45 Anas Shalahuddin Pendidikan Karakter berbasis 14,35 42,54,56
130
dan Irwanto
Alkrienciehe
Agama dan Budaya
46 M. Quraish Shihab Islam Yang Saya Anut
57 121
47 M. Quraish Shihab Yang Hilang Dari KitaAkhlaq
71,73,75,76,77,
81,86,88.90,96,
105,106,107
247,256,183,1
87,156,191,14
8,149,130,46,
193,146,146,1
46.
48 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan
12,13 33,21,10,33
49 Muhammad Asad
Syahab
Hadratussyaikh K.H.Hasyim
Asy’ari Pejuan Kemerdekaan
Republik Indonesia
104 10
50 Agus Sunyoto Atlas Walisongo
51,52 55,38,40,41
51 Ajid Tohir Studi Kawasan Islam
45,50 309,258
52 Badri Yatim Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Islamiyah II
49,51 188,186
53 Muhammad Abduh
Yamani
Allimu Awladakum Mahabbatu
al-Rasul
61 6
54 Suwardi Endraswara Metodolgi Penelitian Sastra
42 160
55 Burhan Bungin Metodolgi Penelitian Kualitatif
42 172
56 Lexy J.Moloeng Metodolgi Penelitian Kualitatif
42 163
57 Yusuf bin Ismail al-
Nabhani
Sabil al-Najah Fi al-Hubb Fillah
Wa al-Bughdu Fillah
59,62,78 24,21,45
58 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia 2,39,83 368,97,103
131
Kamus Pusat
Pembinaan dan
Pengembangan
Bahasa
59 Tim Penyusus
Pedoman Penulis
Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Pedoman Penulis Skripsi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
60 Anis
RasyidBaswedan
https://www.merdeka.com/jakarta
/anies-baswedan-pendidikan-
karakter-bukan-sekadar-ilmu-
pengetahuan.html
56
61 Nur Hadie Pemikiran Syaikh Muhammad
Syakir Tentang Pendidikan
Akhlak Dalam Kitab Washaya al-
Aba li al-Abna, Skripsi pada
Fakultas Tarbiyah IAIN
Pamekasan Madura
111,112 31,31,34
62 Muhammad Ismail http://makalahpendidikanislamlen
gkap.blogspot.co.id/2016/12/
pendidikan-akhlak-dalam-kitab-
washoya.html.
43 5
63 Nur Afidatul Lailiyah Konsep Pendidikan Moral
Prespektif kitab Washoya al-Abaa
lil-Abnaa karya Muhammad
Syakir al-Iskandariyah,” Skripsi
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Sunan Ampel
Surabaya
43 42
64 Mustaqim Sidik informasisudan.blogspot.com 45
65 Reza Nurrohman https://www.kompasiana.com/ru 1
132
mahbelajar_persada/63-persen-
remaja-di-indonesia-melakukan-
seks-pra-
nikah_54f91d77a33311fc078b45f
4.
66 Putri Rosmalia
Oktavian
http://mediaindonesia.com/news/r
ead/53086/lebih-dari-5-juta-
penduduk-indonesia-pengguna-
narkoba/2016-06-26.
2
67 Risa Rosiana S Etika Menuntut Ilmu Dalam Kitab
Washoya Karya Muhammad
Syakir”, Skripsi Pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Salatiga
46,47,48 19,23,23
68 Agung Sasongko Alexandria, Saksi Hadirnya
Peradaban Islam di Mesir
44
69 Ahmad Zaki Fauzi Konsep Pendidikan Akhlak Anak
Menurut Syekh Muhammad
Syakir al-Iskandary Dalam Kitab
Washaya al-Aba li al-Abna.
Skripsi pada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
45 43
133
LAMPIRAN II
IDENTITAS BUKU
Judul : Washaya al-Aba Li al-Abna
Penulis : Muhammad Syakir al-Iskandariyah
Penerbit : Pustaka Alawiyah Semarang
Tebal : 50 halaman
Recommended