View
39
Download
6
Category
Preview:
DESCRIPTION
berisi materi tutorial geriatri yaitu patofisiologi gejala untuk tutorial skenario 2
Citation preview
Patofisiologi
1. Ngompol
Ngobrok atau dalam istilah kedokteran dinamakn inkontinensia
urin merupakan suatu keadaan pengeluaran urin yang tidak disadari dalam
jumlah dan frekuensi yng cukup sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan dan sosial.
Faktor – faktor yang terjadi pada lanjut usia yang dapat
mendukung terjadinya inkontinensia urin adalah mobilitas pada lanjut usia
yng lebih terbatas karena menurunnya panca indera, kemunduran sistem
lokomosi,kondisi – kondisi medik yang patologik dan berhubungan
dengan pengaturan urin misalnya diabetes melitus, dan gagal jantung
kongestif.
Sistem berkemih diatur oleh pusat reflek kemih yang nantinya akan
dibawa oleh jaras persarafan otonom menuju pusat pengaturan berkemih
di medula spinalis, batang otak, otak kecil dan korteks serebri. Proses
patologik yang mengenai pusat pusat berkemih dapat mengakibatkan
inkontinensia seperti pada kasus stroke, sindroma parkinson dan demensia.
Selain itu otot detrusor merupakan otot yang dimiliki oleh kandung
kemih yang berperan dalam pengaturan berkemih. Apabila ada gangguan
pada otot ini dapat menyebabkan inkontinensia. Kontraksi otot detrusor
diatur oleh persarafan kolinergik yang apabila ada gangguan pada
persarafan ini dapat menyebabkan penurunan kontraktilitas otot – otot
detrusor. Selain itu otot ini memiliki reseptor prostaglandin yang apabila
ada obat – obat yang berfungsi menghambat prostaglandin dapat
mengganggu kerja otot detrusor. Kontraksi dari kandung kemih juga diatur
oleh ion kalsium, penghambatan pada ion ini dapat mengganggu kontraksi
kandung kemih.
Gangguan pada pusat – pusat di korteks atau subkortikal seperti
pada kortek di lobus frontalis akibat penyakit atau obat –obatan dapat
menurunkan kemampuan berkemih karena area korteks ini berfungsi
dalam mengatur untuk menunda berkemih.
Selain otot detrusor terdapat otot lain dalam pengaturan kemih
yaitu otot sfingter uretra interna dan eksterna. Aktifitas alfa adrenergik
menyebabkan otot ini berkontraksi dan aktifitas beta adrenergik
menyebabkan otot ini relaksasi. Obat – obatan alfa adrenergi agonis atau
beta adrenergik agonis dapat mengganggu kerja otot ini. Selain itu kerja
sfingter untuk dapat terkendali memerlukan sudut yang tepat antara uretra
dan kandung kemih. Posisi uretra yang tepat, pada saat batuk maupun
mengejan urin tidak akan keluar.
Dengan bertambahnya usia, kapasitas kandung kemih menurun.
Sisa urin dalam kandung kemih setiap selesai berkemih cenderung
meningkat dan kontraksi otot – otot kandung kemih yang tidak teratur
semakin banyak terjadi. Kontraksi involunter ini banyak terjadi pada
lanjut usia yang mengalami inkontinensia. (reuben, dkk)
Pada wanita dapat terjadi penurunan tahanan uretra dan muara
kandung kemih ketika lanjut usia dikarenakan berkurangnya kadar
estrogen dan melemahnya jaringan/otot- otot panggul karena proses
melahirkan.
Pada pria pembesaran kelenjar prostat pada usia lanjut dapat
menyebabkan inkontinensia. (kane, dkk)
2. Ngobrok
Ngobrok atau biasa disebut sebagai inkontinensia alvi dalam klinis tampak
dalam dua keadaan :
a. Feses yang cair dan belum terbentuk, sering bahkan selalu keluar
dengan merembes.
b. Keluarnya feses yang sudah terbentuk, sekali atau dua kali per hari.
Penyebab dari inkontinensia alvi dapat dibagi menjadi 4 kelompok :
a. Inkontinensia alvi akibat konstipasi
Obstipasi yang berlangsung lama dapat menyebabkan sumbatan
dari massa feses yang keras/skibala. Massa feses yang tidak dapat
keluar akan menyumbat lumen bawah dari anus dan menyebabkan
perubahan dari besarnya sudut ano rektal. Kemampuan sensor akan
menumpul dan tidak dapat membedakan antara flatus, cairan atau
feses. Akibatnya feses cair akan merembes keluar. Skibala juga akan
menyebabkan iritasi pada mukosa rektum dan akan terjadi produksi
cairan dan mukus yang selanjutnya akan keluar melalui sela sela feses
dan terjadi inkontinensia alvi.
b. Inkontinensia alvi akibat simtomatik yang berkaitan dengan penyakit
pada usus besar
Inkontinensia alvi simtomatik merupakan penampilan klinis dari
macam – macam kelainan patologik yang menyebabkan diare.
Semakin bertambahnya usia, proses kontrol otot sfingter pada feses
yang cair semakin rumit. Selain itu juga ada gangguan pada saluran
anus bagian atas dalam membedakan flatus dan feses yang cair.
Beberapa penyebab dari Inkontinensia alvi simtomatik yang
menyebabkan diare adalah gastroenteritis, karsinoma rektum/kolon,
atau kelainan metabolik seperti diabetes melitus, kelainan endokrin,
misalnya tirotoksikosis, kerusakan sfingter anus, prolapsis rekti.
Akibat lain dari diare pada lanjut usia adalah obat – obatan antara lain
obat yang mengandung unsur besi atau memang obat pencahar.
c. Inkontinensia alvi akibat gangguan kontrol persarafan dari proses
defekasi (Inkontinensia neurogenik)
Inkontinensia alvi neurogenik terjadi akibat gangguan fungsi
menghambat dari korteks serebri saat terjadi regangan/ distensi
rektum. Pada lanjut usia dan terutama penderita dengan penyakit
serebrovaskuler kemampuan untuk menghambat proses defekasi dapat
terganggu atau bahkan hilang. Karakteristik Inkontinensia alvi ini
tampak pada penderita dengan infark serebri multiple atau penderita
demensia.
d. Inkontinensia alvi karena hilangnya reflek anal
Inkontinensia alvi ini terjadi akibat hilangnya reflek anal disertai
kelemahan otot seran lintang.Berkurangnya unit – unit yang berfungsi
sebagai motorik pada otot – otot daeran sfingter dan pubo- rektal
menyebabkan hilangnya reflek anal, berkurangnya sensasi pada anus
disertai menurunnya tonus anus yang dapat berakibat pada
Inkontinensia alvi karena peningkatan tekanan intra-abdomen dan
prolaps dari rektum.
SUMBER GERIATRI WAYANG
Recommended