6
Patofisiologi 1. Ngompol Ngobrok atau dalam istilah kedokteran dinamakn inkontinensia urin merupakan suatu keadaan pengeluaran urin yang tidak disadari dalam jumlah dan frekuensi yng cukup sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan dan sosial. Faktor – faktor yang terjadi pada lanjut usia yang dapat mendukung terjadinya inkontinensia urin adalah mobilitas pada lanjut usia yng lebih terbatas karena menurunnya panca indera, kemunduran sistem lokomosi,kondisi – kondisi medik yang patologik dan berhubungan dengan pengaturan urin misalnya diabetes melitus, dan gagal jantung kongestif. Sistem berkemih diatur oleh pusat reflek kemih yang nantinya akan dibawa oleh jaras persarafan otonom menuju pusat pengaturan berkemih di medula spinalis, batang otak, otak kecil dan korteks serebri. Proses patologik yang mengenai pusat pusat berkemih dapat mengakibatkan inkontinensia seperti pada kasus stroke, sindroma parkinson dan demensia. Selain itu otot detrusor merupakan otot yang dimiliki oleh kandung kemih yang berperan dalam pengaturan berkemih. Apabila ada gangguan pada

Patofisiologi GER 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

berisi materi tutorial geriatri yaitu patofisiologi gejala untuk tutorial skenario 2

Citation preview

Page 1: Patofisiologi GER 2

Patofisiologi

1. Ngompol

Ngobrok atau dalam istilah kedokteran dinamakn inkontinensia

urin merupakan suatu keadaan pengeluaran urin yang tidak disadari dalam

jumlah dan frekuensi yng cukup sehingga mengakibatkan gangguan

kesehatan dan sosial.

Faktor – faktor yang terjadi pada lanjut usia yang dapat

mendukung terjadinya inkontinensia urin adalah mobilitas pada lanjut usia

yng lebih terbatas karena menurunnya panca indera, kemunduran sistem

lokomosi,kondisi – kondisi medik yang patologik dan berhubungan

dengan pengaturan urin misalnya diabetes melitus, dan gagal jantung

kongestif.

Sistem berkemih diatur oleh pusat reflek kemih yang nantinya akan

dibawa oleh jaras persarafan otonom menuju pusat pengaturan berkemih

di medula spinalis, batang otak, otak kecil dan korteks serebri. Proses

patologik yang mengenai pusat pusat berkemih dapat mengakibatkan

inkontinensia seperti pada kasus stroke, sindroma parkinson dan demensia.

Selain itu otot detrusor merupakan otot yang dimiliki oleh kandung

kemih yang berperan dalam pengaturan berkemih. Apabila ada gangguan

pada otot ini dapat menyebabkan inkontinensia. Kontraksi otot detrusor

diatur oleh persarafan kolinergik yang apabila ada gangguan pada

persarafan ini dapat menyebabkan penurunan kontraktilitas otot – otot

detrusor. Selain itu otot ini memiliki reseptor prostaglandin yang apabila

ada obat – obat yang berfungsi menghambat prostaglandin dapat

mengganggu kerja otot detrusor. Kontraksi dari kandung kemih juga diatur

oleh ion kalsium, penghambatan pada ion ini dapat mengganggu kontraksi

kandung kemih.

Gangguan pada pusat – pusat di korteks atau subkortikal seperti

pada kortek di lobus frontalis akibat penyakit atau obat –obatan dapat

Page 2: Patofisiologi GER 2

menurunkan kemampuan berkemih karena area korteks ini berfungsi

dalam mengatur untuk menunda berkemih.

Selain otot detrusor terdapat otot lain dalam pengaturan kemih

yaitu otot sfingter uretra interna dan eksterna. Aktifitas alfa adrenergik

menyebabkan otot ini berkontraksi dan aktifitas beta adrenergik

menyebabkan otot ini relaksasi. Obat – obatan alfa adrenergi agonis atau

beta adrenergik agonis dapat mengganggu kerja otot ini. Selain itu kerja

sfingter untuk dapat terkendali memerlukan sudut yang tepat antara uretra

dan kandung kemih. Posisi uretra yang tepat, pada saat batuk maupun

mengejan urin tidak akan keluar.

Dengan bertambahnya usia, kapasitas kandung kemih menurun.

Sisa urin dalam kandung kemih setiap selesai berkemih cenderung

meningkat dan kontraksi otot – otot kandung kemih yang tidak teratur

semakin banyak terjadi. Kontraksi involunter ini banyak terjadi pada

lanjut usia yang mengalami inkontinensia. (reuben, dkk)

Pada wanita dapat terjadi penurunan tahanan uretra dan muara

kandung kemih ketika lanjut usia dikarenakan berkurangnya kadar

estrogen dan melemahnya jaringan/otot- otot panggul karena proses

melahirkan.

Pada pria pembesaran kelenjar prostat pada usia lanjut dapat

menyebabkan inkontinensia. (kane, dkk)

2. Ngobrok

Ngobrok atau biasa disebut sebagai inkontinensia alvi dalam klinis tampak

dalam dua keadaan :

a. Feses yang cair dan belum terbentuk, sering bahkan selalu keluar

dengan merembes.

b. Keluarnya feses yang sudah terbentuk, sekali atau dua kali per hari.

Penyebab dari inkontinensia alvi dapat dibagi menjadi 4 kelompok :

a. Inkontinensia alvi akibat konstipasi

Page 3: Patofisiologi GER 2

Obstipasi yang berlangsung lama dapat menyebabkan sumbatan

dari massa feses yang keras/skibala. Massa feses yang tidak dapat

keluar akan menyumbat lumen bawah dari anus dan menyebabkan

perubahan dari besarnya sudut ano rektal. Kemampuan sensor akan

menumpul dan tidak dapat membedakan antara flatus, cairan atau

feses. Akibatnya feses cair akan merembes keluar. Skibala juga akan

menyebabkan iritasi pada mukosa rektum dan akan terjadi produksi

cairan dan mukus yang selanjutnya akan keluar melalui sela sela feses

dan terjadi inkontinensia alvi.

b. Inkontinensia alvi akibat simtomatik yang berkaitan dengan penyakit

pada usus besar

Inkontinensia alvi simtomatik merupakan penampilan klinis dari

macam – macam kelainan patologik yang menyebabkan diare.

Semakin bertambahnya usia, proses kontrol otot sfingter pada feses

yang cair semakin rumit. Selain itu juga ada gangguan pada saluran

anus bagian atas dalam membedakan flatus dan feses yang cair.

Beberapa penyebab dari Inkontinensia alvi simtomatik yang

menyebabkan diare adalah gastroenteritis, karsinoma rektum/kolon,

atau kelainan metabolik seperti diabetes melitus, kelainan endokrin,

misalnya tirotoksikosis, kerusakan sfingter anus, prolapsis rekti.

Akibat lain dari diare pada lanjut usia adalah obat – obatan antara lain

obat yang mengandung unsur besi atau memang obat pencahar.

c. Inkontinensia alvi akibat gangguan kontrol persarafan dari proses

defekasi (Inkontinensia neurogenik)

Inkontinensia alvi neurogenik terjadi akibat gangguan fungsi

menghambat dari korteks serebri saat terjadi regangan/ distensi

rektum. Pada lanjut usia dan terutama penderita dengan penyakit

serebrovaskuler kemampuan untuk menghambat proses defekasi dapat

terganggu atau bahkan hilang. Karakteristik Inkontinensia alvi ini

tampak pada penderita dengan infark serebri multiple atau penderita

demensia.

Page 4: Patofisiologi GER 2

d. Inkontinensia alvi karena hilangnya reflek anal

Inkontinensia alvi ini terjadi akibat hilangnya reflek anal disertai

kelemahan otot seran lintang.Berkurangnya unit – unit yang berfungsi

sebagai motorik pada otot – otot daeran sfingter dan pubo- rektal

menyebabkan hilangnya reflek anal, berkurangnya sensasi pada anus

disertai menurunnya tonus anus yang dapat berakibat pada

Inkontinensia alvi karena peningkatan tekanan intra-abdomen dan

prolaps dari rektum.

SUMBER GERIATRI WAYANG