View
219
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Pedoman HIV WHO
Citation preview
Pedoman WHO 2010Penggunaan ARV pada Orang Dewasa
Samsuridjal Djauzi, Kurniawan Rachmadi
Subbagian Alergi – Imunologi KlinikBagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSSUPN-CM
Jakarta
Skenario menahan laju Epidemi HIV Skenario menahan laju Epidemi HIV di Indonesia (Tanpa Tanah Papua)di Indonesia (Tanpa Tanah Papua)
KNS/20082
Pemodelan Kumulatif ODHA Dengan Beberapa Cakupan Program s/d 2020
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
1.800.000
2.000.000
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020
Intervensi Terbatas
40% Populasi Risti terjangkau program efektif pada 2010
80% Populasi Risti terjangkau program efektif pada 2010
Skenario cakupan program Skenario cakupan program efektif efektif 80%80% terhadap populasi kunci terhadap populasi kunci pada 2010: pada 2010:1. Penggunaan kondom pada setiap hubungan seks berisiko menjadi 60%-70% 2. Penggunaan jarum suntik tidak steril diturunkan menjadi 35%-40%
Upaya Pencegahan Upaya Pencegahan
Perubahan Perilaku
Intervensi Biomedik : kondom, jarum suntik
steril, Sirkumsisi, Obat Antiretroviral
Pemberdayaan : pendidikan,
penanggulangan kemiskinan, kelompok
marjinal
Titik balik
HAART : 1996
Hasil terapi ARV baik
ARV generik (2000)
Gerakan akses terapi
Manfaat ARV Menurunkan angka kematian (42% ke 18%)Menurunkan angka masuk rumah sakit
(terutama jika digunakan sebelum ada infeksi oportunistik)
Meningkatkan kekebalan (CD4)Menekan perkembangan HIV (Viral load
undetectable) Meningkatkan kualitas hidup
Pendekatan Kesehatan masyarakat dalam terapi HIV
Standarisasi terapi ARV
Memudahkan pelatihan
Memudahkan penyediaan obat
Memudahkan penilaian hasil pengobatan
Memudahkan pemantauan efek samping
Empat pertanyaan dasar
1. Kapan mulai pengobatan
2. Kombinasi obat yang digunakan
3. Kapan obat diganti
4. Bagaimana memantau hasil pengobatan
Mulai terapi (WHO 2010)
HIV positif dan
AIDS (ada gejala) atau
CD4 kurang dari 350
Untuk anak pedoman tersendiri
Ibu Hamil Pemberian ARV utk kesehatan ibu dan
pencegahan penularan HIV pada bayi
Pemberian ARV tidak mempertimbangkan CD4
Efavirenz sebaiknya dihindari
Makin lama menggunakan ARV makin besar kesempatan menekan viral load
Upaya Diagnosis Dini Memperbanyak layanan testing HIV
Provider Initiative Testing and Counseling (PITC)
Tes untuk : pengguna narkoba suntikan pasangan seksual, IMS, Tbc, ibu hamil , anak yang lahir dari ibu HIV positif
Semakin dini diagnosis maka semakin kecil risiko infeksi oportunistik
Siapa yang harus di tawarkan tes
Pengguna narkoba (suntikan) Hubungan seks tak aman Pasangan seksual kelompok berisiko Ibu hamil Penderita PMSPenderita tbc Penderita penyakit lama yang tak sembuh
(demam, diare, batuk, berat badan menurun yang tak diketahui sebabnya)
Mereka yang ingin tes
Kenyataan yang kita Hadapi
Pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan sudah terkena infeksi oportunistik
Pasangan seksual Odha tak dites, ibu Odha, anak tak dites
Tes HIV pada pengguna narkoba dan methadon kurang
Testing pada pasien IMS, tbc, dan ibu hamil kurang
Petugas kesehatan perlu lebih aktif
Infeksi Oportunistik Frekuensi
Kandidiasis mulut - esofagus 80,8 %Tuberkulosis 40,1 %Sitomegalovirus 28,8 %Ensefalitis toksoplasma 17,3 %Pneumonia P. carinii (PCP) 13,4 %Herpes simpleks 9,6 %M. avium kompleks (MAC) 4,0 %Kriptosporodiosis 2,0 %Histoplasmosis paru 2,0 %
Infeksi Oportunistik di RSCMInfeksi Oportunistik di RSCM
Pilihan Obat ARV Tak banyak berubah kecuali penggunaan
stavudin hati-hati karena efek samping neuropati, lipodisatrofi, dan kelainan metabolik
Stavudin sebaiknya tak digunakan dalam waktu lama, ganti jika sudah ada efek samping
Obat yang digunakan
2 NTI + 1 NNTI atau
2 NTI + 1 PI
ARV line I and II ARV line I : AZT, d4T, 3TC, Nevirapine
and Efavirenz
ARV line II : Tenofovir, Emtricitabin,
Aluvia
How to maintain in line I ?
3TC
d4T
AZT
NVP
EFZ
1st LINE ARV FORMULARY
Penggunaan ARV pada ibu hamil
Segera setelah semester pertama, mulai gunakan
meski CD4 > 350
Regimen yang dianjurkan : AZT, 3TC, Nevirapin
(Efavirenz kontraindikasi terutama pada semester
pertama)
Bila alergi Nevirapin , Aluvia 2X2 tablet
Pemantauan Terapi
Klinis (mual, muntah, alergi)
Hb, SGPT
CD4
Viral load (jika mungkin)
Indikasi Mengganti terapi
1.Kegagalan pengobatan
2.Toksisitas ARV
Laboratorium dasar
Darah tepi SGOT dan SGPT Ureum, kreatinin Gula darah Tes kehamilanHBsAg, anti HCV
Infeksi HIV dan Hepatitis virus
Ko-infeksi hepatitis C HIV 70%, sedangkan ko infeksi Hepatitis B 16% dan ko infeksi Hepatitis B dan C 9%
Ko-infeksi hepatitis B atau C akan mempercepat progresivitas hepatitis kronik
Infeksi hepatitis akut juga mempercepat progresitivitas hepatitis B atau C kronik
Pengobatan ARV berhasil menurunkan angka kematian jangka pendek namun hepatitis B dan C kronik merupakan ancaman jangka panjang
Konsekwensi Ko-infeksi Hepatitis
Pemeriksaan Hepatitis B dan C pada infeksi HIV
Vaksinasi Hepatitis A dan B untuk mencegah
hepatitis akut
Pengobatan hepatitis B dan C kronik
Alasan putus obat
Kehabisan dana Putus kontak Efek samping obat Pindah berobat ke alternatif Informasi yang tidak tepat Meninggal
Hasil pengobatan
Perbaikan klinis nyata
Bisa produktif
Setelah 6 bulan terapi
sebagian
besar Viral load
undetectable
Angka kematian menurun
Indikasi lini 2Jika terjadi resistensi
Pemantauan resistensi VL. CD4, klinis
Jangan terlalu cepat pindah lini 2 namun juga jangan terlambat pindah lini 2 (cross resistens)
Peningkatan penggunaan pemeriksaan viral load untuk pemantauan hasil terapi
Perlu pemeriksaan viral load yang murah dan mudah
Kesimpulan
Infeksi HIV masih akan terus meningkat di
Indonesia sampai 2020
Peran tenaga kesehatan untuk menganjurkan
tes HIV penting untuk diagnosis dini
Pedoman WHO baru berubah dalam mulai terapi,
stavudin, ibu hamil, dan hepatitis B
Perlu peningkatan jaringan layanan terapi
Recommended