View
238
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
PELAKSANAAN METODE PEMBIASAAN
DALAM PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN AGAMA
ISLAM DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH DRONO IV
NGAWEN KLATEN PADA TAHUN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam
Oleh:
SRI WAHYUNI
NIM: 093 111 348
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ABSTRAK.
Judul : Pelaksanaan Metode Pembiasaan Dalam Pembelajaran Pengembangan Agama Islam di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten Pada Tahun 2010/2011
Penulis : Sri Wahyuni NIM : 093 111 348
Skripsi ini membahas pelaksanaan metode pembiasaan dalam pembelajaran Pengembangan Agama Islam di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten Pada Tahun 2010/2011. Kajian ini dilatarbelakangi oleh metode pembiasaan dalam Pembelajaran Pengembangan Agama Islam yang dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan: (1). Bagaimana pelaksanaan metode pembiasaan dalam pembelajaran pengembangan Agama Islam di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten? (2). Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung pelaksanaan metode pembiasaan di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten? (3). Hambatan apa yang ditemukan dalam pelaksanaan metode pembiasaan di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten. Di Taman Kanak-Kanak tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan potret pelaksanaan metode pembiasaan dalam pembelajaran pengembangan Agama Islam. Datanya diperoleh dengan cara wawancara bebas, observasi pendidikan dan studi dokumentasi. Semua data dianalisis dengan pendekatan fenomelogi dan analisis deskriptif menggunakan logika induksi, deduksi dan refleksi.
Kajian ini menunjukkan bahwa: (1). Pelaksanaan metode pembiasaan dalam pembelajaran pengembangan Agama Islam di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten dilakukan melalui tahap perencanaan dengan menyiapkan program rencana kegiatan harian dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pembiasaan anak yang dilakukan dengan berbagai cara yang baik dan disesuaikan dengan arah pembiasaan yang telah dirancang, selanjutnya menerapkan model pembiasaan dengan pembiasaan kebersihan dengan memeriksa pakaian, kuku dan tubuh mereka, membiasakan untuk membaca Al Quran dengan membiasakan menghafal surat-surat pendek pada anak, membiasakan sholat berjamaah, berdzikir, berdoa setiap melakukan sesuatu dengan membiasakan setiap hari menghafal beberapa doa dalam kehidupan dalam setiap proses pembelajaran dan masih banyak lagi yang lain. Proses terakhir merupakan kegiatan penutup selalu dilakukan dengan doa bersama dan bersalaman. (2). Faktor-faktor yang mendukung dari pelaksanaan metode pembiasaan di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten adalah adanya dukungan dari orang tua dan masyarakat serta guru yang ahli dan sarana dan prasarana yang lengkap untuk melaksanakan proses pembelajaran pengembangan agama Islam dengan metode pembiasaan. (3) Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan metode pembiasaan di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten adalah adanya perbedaan daya piker dan emosi anak-anak yang mebuat proses belajar mengajar harus diulang-ulang. Temuan tersebut memberikan acuan bagi para siswa untuk dapat meningkatkan perilakunya menjadi lebih baik sebagai proses pembiasaan.
iv
MOTTO
SD
v
PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Wahyuni
NIM : 093 111 348
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa Skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya
Samarang, 10 Juni 2011
Saya yang menyatakan
Sri Wahyuni
Nim: 093 111 348
vi
PERSEMBAHAN
Karya penelitian ini saya persembahkan kepada:
Suamiku tercinta Maryanto, ananda Miftah Al Muadzakky, Rifdia Nuril
Habibah dan Shafa Radilla Qurrotul Aini yang telah mencurahkan kasih
sayang dan dukungannya serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi ini
Keluarga Moh. Badrun, Keluarga Imam Sadali serta segenap keluarga besar
TK Aisyiyah Drono IV yang telah memotivasi dan memberikan kritik dan
saran selama studi.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang
mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa
skripsi ini tidak aakan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan
dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah membantu. Adapaun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan
kepada:
1. Dr. Sujai, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik,
selama masa penelitian.
2. Ahmad Maghfurin, M.A., selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
4. Muthoifah selaku guru Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten
yang telah memberikan izin penelitian
5. Semua keluarga yang telah memberikan doa dan dorongan.
6. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penelitian skripsi.
Kepada semuanya, penelitian mengucapkan terima kasih disertai doa semoga
budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda dari
Allah SWT.
Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan
dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat
viii
konstruktif evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya
semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya
Semarang, 10 Juni 2011
Penulis
Sri Wahyuni
NIM: 093 111 348
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Penegasan Istilah ............................................................... 4
C. Rumusan Masalah ............................................................ 6
D. Tujuan Penelitian .............................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................ 6
F. Kajian Pustaka .................................................................. 7
G. Metode penelitian ............................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode Pembiasaan .......................................................... 11
1. Pengertian Metode Pembiasaan ................................. 11
2. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan ..................... 12
3. Bentuk-bentuk Pembiasaan ....................................... 15
4. Langkah-langkah Metode Pembiasaan ....................... 16
5. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Metode
Pembiasaan ................................................................ 19
6. Kekurangan dan Kelebihan Metode Pembiasaan ....... 20
x
B. Pengembangan Agama Islam ........................................... 21
1. Pengertian Pengembangan Agama Islam .................. 21
2. Dasar dan Tujuan Pengembangan Agama Islam ....... 22
3. Materi Pengembangan Agama Islam ........................ 23
4. Metode Pelaksanaan Pengembangan Agama Islam .. 33
C. Pentingnya Metode Pembiasaan Dalam Pembelajaran
Pengembangan Agama Islam Siswa Taman Kanak-
Kanak ................................................................................ 35
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum .............................................................. 39
1. Sejarah Singkat berdirinya Taman Kanak-Kanak
Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten ......................... 39
2. Letak Geografis ......................................................... 40
3. Struktur Organisasi ..................................................... 40
4. Tujuan ........................................................................ 41
5. Visi dan Misi .............................................................. 42
6. Saran-saran dan Prasarana ......................................... 42
B. Pelaksanaan Metode Pembiasaan Pada Pengembangan
Agama Islam di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah
Drono IV Klaten ............................................................... 45
1. Pembelajaran PAI Taman Kanak-Kanak Aisyiyah
Drono IV Ngawen Klaten ......................................... 45
2. Pelaksanaan Metode Pengembangan Pada
Pembelajaran Pengembangan Agama Islam di
Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen
Klaten ........................................................................ 46
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Metode
Pembiasaan Pada Pengembangan Agama Islam di Taman
Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten .......... 53
1. Faktor Pendukung ..................................................... 53
xi
2. Faktor Penghambat .................................................... 54
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN METODE PEMBIASAAN
PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN AGAMA ISLAM
DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH DRONO IV
NGAWEN KLATEN ................................................................ 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 63
B. Saran-saran ............................................................................ 63
C. Penutup ................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini berlangsung
agaknya terasa kurang terkait atau kurang concern terhadap persoalan bagaimana
mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna dan
nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik, untuk selanjutnya
menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat, dan
berperilaku secara konkrit-agamis dalam kehidupan praktisi sehari-hari.1
Proses internalisasi nilai ajaran Islam menjadi sangat penting bagi peserta
didik untuk dapat mengamalkan dan mentaati ajaran dan nilai-nilai agama dalam
kehidupannya, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam tercapai. Upaya dari
pihak sekolah untuk dapat menginternalisasikan nilai ajaran Islam kepada diri
peserta didik menjadi sangat penting, dan salah satu upaya tersebut adalah
dengan metode pembiasaan di lingkungan sekolah. Metode pembiasaan tersebut
adalah dengan menciptakan suasana religius di sekolah, karena kegiatan-
kegiatan keagamaan dan praktik-praktik keagamaan yang dilaksanakan secara
terprogram dan rutin (pembiasaan) diharapkan dapat mentransformasikan dan
menginternaslisasikan nilai-nilai ajaran Islam secara baik kepada peserta didik.
Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam
pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan unsur-
unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang
didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak unsur agama dalam
pribadinya dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama.2
Pembiasaan merupakan proses pendidikan. Ketika suatu praktik sudah
terbiasa dilakukan, berkat pembiasaan ini maka akan menjadi habit bagi yang
melakukannya, kemudian akan menjadi ketagihan dan pada waktunya akan
1 Muhaimin dkk., Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Rosda Karya, 2001), hlm. 1682 Zakiah Derajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 64-65
1
2
menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Disinilah pentingnya pembiasaan
dalam proses pendidikan.3
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) bagi anak usia 4-6 tahun bertujuan
membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,
ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya.4
Dengan begitu sebenarnya pendidikan TK merupakan masa sangat
strategis bagi pembentukan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,
ketrampilan, daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dengan lingkungannya
serta untuk meletakkan dasar agama bagi anak untuk masa pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya.
Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia prasekolah merupakan masa
yang menentukan bagi perkembangan anak pada tahapan selanjutnya. Pada masa
ini, situasi anak peka untuk menerima rangsang dari luar yang sesuai tahap
perkembangannya, maka kemampuan anak akan berkembang optimal, sehingga
rangsangan akan keagamaan yang diberikan pada masa ini dengan tidak
mengacuhkan tingkat perkembangannya akan sangat bermanfaat bagi
kedewasaan anak akan agama. Zakiah Daradjat mengatakan bahwa, pada
umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan
latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seseorang pada masa
kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada masa
dewasanya nanti ia tidak merasakan pentingya agama dalam kehidupannya.5
Seperti yang diyakini oleh Maria Montessori 6 bahwa pendidikan dimulai
sejak bayi lahir dan bahwa tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan
masa-masa sangat formatif paling penting baik secara fisik maupun mental
karena itu janganlah sampaik disia-siakan Monterssori yakin bahwa pada tahun
3 A. Qodri Azizy, Pendidikan Untuk Membangun Etika Sosial, (Jakarta: Aneka Ilmu, 2002) hlm 146-147
4 Agus F. Tang Yong, dkk., Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Gramedia,1994) hlm 2.
5 Zakiah Daradjat, op. cit, hlm. 486 Elizabet G. Hainstock, Monterssori untuk anak Prasekolah (terj: Hernes), (tt.p: PT Pustaka
Delaprasta, 2002) hlm. 10
3
awal seorang anak mempunyai periode-periode sensitif (sensitif period) selama
masa inilah secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus tertentu.
Perkembangan mental sanat cepat sehingga sering disebut sebagai absorben
mind (pikiran anak dapat menyerap) karena kemampuan yang besar dalam
belajar dan asimilasi secara terus menerus dan tanpa sadar dunia yang
mengelilinginya.7
Dengan pengetahuan perkembangan anak prasekolah yang begitu luar
biasa, maka diperlukan perencanaan yang menyeluruh untuk mengembangkan
kemampuan anak secara optimal ke arah yang positif. Kebutuhan akan
pengawasan hendaknya jangan menjadi pembatasan pengarahan serta
pengawasan yang terjebak pada sebuah tindakan kekerasan anak, akan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan. Biarkan anak tumbuh dan berkembang
sesuai dengan fasenya dengan terus dipantau dan diperhatikan untuk kemudian
diarahkan bila ada tindakannya yang sekiranya tidak sesuai, tentunya dengan
metode dialogis. Dengan cara seperti itu akan menumbuhkan sikap anak yang
menghargai sebuah proses yang tidak anarkis.
Pendidikan anak usia dini mempunyai tujuan untuk mengembangkan
seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh yang
baru mengenal dunia, dimana ia belum mengetahui aturan norma, tata krama dan
anak sedang belajar berkomunikasi serta belajar memahami orang lain. Karena
itu anak memerlukan bimbingan dalam mengenal fenomena alam dan
ketrampilan yang dibutuhkan sebagai bekal hidup bermasyarakat. Interksi anak
dengan orang lain dan benda diperlukan agar anak mampu mengembangkan
kepribadian, akhlak dan watak mulia.8
Salah satu untuk mencapainya yaitu dengan menerapkan metode
pembiasaan sebagaimana yang diterapkan di Taman Kanak-kanak Aisyiyah
Drono IV Ngawen Klaten adalah sebagai salah satu upaya untuk menginternali-
sasikan nilai-nilai ajaran Islam kepada diri peserta didik, sehingga peserta didik
7 Ibid, hlm. 118 Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005)
hlm. 3-4
4
dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari.
Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten adalah salah
satu taman kanak-kanak Islam yang menjadi favorit para orang tua dalam
menyekolahkan anak-anaknya, ini dikarenakan TK ini telah terbukti bertahun-
tahun menjadikan lulusannya bisa mempraktekkan ibadah dan mengaji,
keunggulan lembaga ini dikarena model pembelajaran yang menggunakan
metode pembiasaan yang khas yang lebih mendalami kemampuan dan kejiwaan
anak, selain itu proses kerja sama yang baik antara orang tua dan pihak TK yang
menjadikan pembiasaan itu semakin tertanam pada anak-anak.
Pembiasaan adalah sesuatu yang dibiasakan, yaitu dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.
Dengan pendekatan ini, siswa dibiasakan mengamalkan ajaran agama, baik
secara individual maupun secara kelompok kelompok dalam kehidupan sehari-
hari. Metode pembiasaan yang dimaksud adalah suatu cara yang dilakukan oleh
pendidik dengan memberikan latihan-latihan atau tugas-tugas kepada siswa
terhadap suatu perbuatan tertentu, agar siswa mempunyai kebiasaan yang sesuai
dengan ajaran Islam.
Bentuk pembiasaan yang diterapkan di Taman Kanak-kanak Aisyiyah
Drono IV Ngawen Klaten adalah shalat berjamaah, membaca Al-quran sebelum
pelajaran dimulai, membaca doa sebelum dan sesudah belajar, berjabat tangan
dan mengucapkan salam, serta pengumpulan dana sosial.
Dari pemaparan diatas, penelitian ini mencoba membahas tentang bentuk
dan pelaksanaan metode pembiasaan sebagai upaya menginternalisasikan nilai
ajaran Islam kepada peserta didik di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono IV
Ngawen Klaten.
B. Penegasan Istilah
Guna memberikan gambaran yang jelas dan agar tidak terjadi salah
pengertian, maka akan penulis paparkan beberapa istilah yang terdapat dalam
judul diatas, sebagai berikut:
5
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah penyelenggaraan, atau pengenaan perihal
mempraktekkan sesuatu9.
2. Metode
Metode berasal dari kata method yang berarti cara. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indoensia, metode adalah cara yang disusun secara
teratur, mapan, sistematis sebagai landasan untuk suatu kegiatan tertentu
atau pelaksanaan sesuatu.10 Jadi metode disini berarti suatu cata yang
dgunakan dalam kegiatan belajar-mengajar guna mencapai tujuan tertentu.
3. Pembiasaan
Pembiasaan berasal dari kata biasa yang mendapat imbihan pe-an
yang menunjukkan arti proses.11
Pembiasaan juga diartikan melakukan suatu perbuatan atau
ketrampilan tertentu secara terus-menerus dan konsisten untuk waktu yang
cukup lama, sehingga perbuatan atau ketrampilan itu benar-benar dan
akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dalam psikologi,
proses pembiasaan disebut conditioning. Proses ini akan menjelmakan
kebiasaan (habit) dan kemampuan (ability), yang akhirnya akan menjadi
sifat-sifat pribadi (personal habits) yang terperangai dalam perilaku sehari-
hari.12
4. Pengembangan Agama Islam (PAI)
Pengembangan Agama Islam adalah proses meletakkan dasar ke
arah pengembangan akhlak, sikap perilaku, pengetahuan, ketrampilan dan
daya cipta yang diperlukan anak didik agar menjadi muslim yang
mengahayati dan mengamalkan agama, serta sanggup menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan kepentingan pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya.
9 Budiono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) hlm. 62710 Ibid, hlm 740.11 M. B. Ali dan T. Deli, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Citra Umbara, 1997), hlm. 7712 Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami, (Yogyakarta: Yayasan
Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 6
6
Berdasarkan penegasan istilah diatas, maka penelitian ini maksud
yaitu metode pembiasaan itu dilaksanakan dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono IV
Ngawen Klaten, sehingga siswa mampu menjalankan ajaran-ajaran agama
Islam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
C. Rumusan Masalah
Berangkat dari apa yang telah diungkapkan di atas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode pembiasaan dalam pembelajaran agama Islam
di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung pelaksanaan metode pembiasaan
di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten?
3. Hambatan apa yang ditemukan dalam pelaksanaan metode pembiasaan di
TK Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah dalam mengadakan pembahasan setiap
kegiatan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan metode pembiasaan dalam pembelajaran
pengembangan Agama Islam di TK Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten pada
tahun 2010/2011
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan
metode pembiasaan di TK Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten pada tahun
2010/2011.
3. Untuk menemukan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan metode
pembiasaan di TK Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten pada tahun
2010/2011.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
7
1. Bahan masukan yang obyektif dalam meningkatkan keaktifan belajar dan
hasil belajar siswa TK Aisyiyah di Drono IV Ngawen Klaten.
2. Pedoman dalam mengatasi dan menanggulangi permasalahan dalam proses
belajar mengajar di TK Aisyiyah di Drono IV Ngawen Klaten.
3. Peningkatan kualitas pembelajaran terutama pada pembelajaran
pengembangan Agama Islam sehingga memperkecil kesulitan yang dihadapi
oleh guru siswa khususnya.
F. Kajian Pustaka
Dalam pembahasan ini akan dideskripsikan tentang hubungan antara
permasalahan yang penulis teliti dengan kerangka teoritik yang penulis pakai
serta hubungannya dengan peneliti terdahulu yang relevan.
1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Anita Nur Fitriyana NIM 3101386
berjudul Metode Pembiasaan, Peranannya Dalam Meningkatkan
Pembelajaran Pengembangan Agama Islam di TK IT Permata Hati Ngaliyan
Semarang Tahun 2006, hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang
yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya
dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi
kebiasaan dalam usia dini sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai
hari tua, untuk mengubahnya perlu terapi dan pengendalian diri.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Kasmuni NIM 073111623 berjudul
Efektfitas Metode Pembiasaan Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
Pada Pembelajaran Pengembagan Agama Islam TK Miftahul Huda
Grobogan, hasil penelitian menujukkan bahwa motivasi pada pembelajaran
PAI sebelum metode pembiasaan diterapkan kurang termotivasi pada
pengembangan Agama Islam, setelah dilaksanakan pembiasaan terjadi
peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pembiasaan
merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi
anak-anak. Mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan dan pola pikir tertentu khususnya untuk melaksanakan ibadah.
Faktor keimanan mereka menjadi bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak
8
tergoyahnya lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Untuk
membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan
penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk
melakukan yang baik dan diharapkan nanti akan mempunyai sifat-sifat yang
baik.
Beberapa penelitian diatas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang
sedang peneliti lakukan yaitu tentang metode pembiasaan dalam proses
pembelajaran, akan tetapi terdapat perbedaan yang jelas dengan penelitian yang
sedang peneliti lakukan yaitu penelitian di fokuskan pada penerapan pembiasaan
Pengembangan Agama Islam di taman kanak-kanak Drono yang tentunya
mempunyai sistem pembelajaran yang berbeda, jadi beberapa penelitian diatas
dapat dijadikan rujukan bagi penelitian ini.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan studi lapangan yang bermaksud
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan
interaksi suatu sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat.13
Penelitian ini bersifat deskriptif yang memberi gambaran secermat
mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu,
dalam penelitian ini untuk menetahui informasi tentang metode pembiasaan
yang diterapkan di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen
Klaten.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan
fenomonologi dan analisis deskriptif, yang berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam
situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.14 Pendekatan ini
digunakan karena data yang diperoleh adalah data deskriptif yang berupa
13 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,2000), hlm 5.
14 Ibid, hlm. 81
9
kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang serta berupa perilaku yang
diamati.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan atau memperoleh data, menggunakan
beberapa metode yaitu :
a. Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis tehadap gejala-gejala yang diteliti.15 Metode ini digunakan
untuk memperoleh data tentang :
1) Pelaksanaan metode pembiasaan
2) Proses Pembelajaran pengembangan Agama Islam di sekolah
b. Wawancara
Metode wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang
atau lebih secara langsung.16
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara yang bebas
terpimpin, sebab sekalipun wawancara dilakukan secara bebas tetapi
sudah dibatasi oleh struktur pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
Wawancara dilakukan untun memperoleh data sebagai berikut :
1) Tujuan pelaksanaan metode pembiasaan
2) Nilai-nilai ajaran Islam yang hendak diinternalisasikan kepada
peserta didik.
3) Nilai-nilai apa saja yang muncul dirasakan oleh siswa.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen.17
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
1) Kondisi dan gambaran umum tentang Taman Kanak-kanak Aisyiyah
Drono IV Ngawen.
15 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rinneka Cipta, 1997), hlm. 63.16 Hisaaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, op.cit, hlm. 57-58.17 Ibid, hlm 73
10
2) Keadaan guru karyawan dan siswa Taman Kanak-kanak Aisyiyah
Drono IV Ngawen.
3) Sarana dan fasilitas sekolah. Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono
IV Ngawen.
3. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber yaitu berupa wawancara, pengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan serta dokumen resmi dan sebagainya.18
Dalam menganalisis data-data yang ada penulis menggunakan metode
fenomonologi dan analisis deduksi dan refleksi, yaitu suatu metode analisis
data yang menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada
saat sekarang berdasarkan berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.19
Jadi dalam menganalisis data, penulis hanya akan mendiskripsikan
atau menggambarkan tentang pelaksanaan metode pembiasaan pada
Pendidikan Agama Islam di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono IV
Ngawen.
18 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 19019 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1996) hlm. 73
11
BAB II
LANDASAN TEORI
PEMBIASAAN SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN AGAMA ISLAM
A. Metode Pembiasaan
1. Pengertian Metode Pembiasaan
Setiap orang tua muslim mempunyai kewajiban untuk mendidik
anaknya agar menjadi orang yang saleh, taat pada orang tuanya dan
agamanya. Dalam mendidik anak tersebut, proses yang berjalan tidak akan
terlepas dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Hal tersebut juga
relevan dengan sebuah teori perkembangan anak didik yang dikenal dengan
teori konvergensi yang menyatakan bahwa pribadi dapat dibentuk oleh
lingkungannya dan dengan mengembangkan potensi dasar yang ada
padanya.1
Potensi dasar yang ada pada anak merupakan potensi alamiah yang
dibawa anak sejak lahir atau bisa dikatakan sebagai potensi pembawaan.
Oleh karena itulah, potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan dalam
mendidik anak dapat tercapai dengan baik. Pengarahan orang tua kepada
anak dalam lingkungan keluarga sebagai faktor eksternal, salah satunya
dapat dilakukan dengan metode pembiasaan, yaitu berupa menanamkan
kebiasaan yang baik kepada anak.2
Pembiasaan merupakan sebuah metode dalam pendidikan berupa
proses penanaman kebiasaan.3 Sedangkan yang dimaksud dengan
kebiasaan itu sendiri adalah cara-cara bertindak yang persistent uniform,
dan hampir-hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh
pelakunya).4
1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodoligi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.
111 2 Ibid, hl. 111 3 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 184 4 Ibid, hl,. 184
11
12
Menurut Muhammad Zein, orang tua berperan sebagai penanggung
jawab dan pendidik dalam keluarga. Menurutnya, dalam mendidik anak
perlu diterapkan tiga metode yaitu meniru, menghafal dan membiasakan.5
Pada metode pembiasakan, operasionalnya adalah dengan melatih anak
untuk membiasakan segala sesuatu supaya menjadi kebiasaan. Sebab
menurutnya, kebiasaan ini akan menimbulkan kemudahan, keentengan.6
Metode pembiasaan ini adalah sebagai bentuk pendidikan bagi
manusia yang prosesnya dilakukan secara bertahap, dan menjadikan
pembiasaan itu sebagai teknik pendidikan yang dilakukan dengan
membiasakan sifat-sifat baik sebagai rutinitas, sehingga jiwa dapat
menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak
tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan.
Pembiasaan juga merupakan salah satu metode pendidikan yang
sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum paham tentang apa
yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Demikian pula mereka nelum
mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang
dewasa. Pada sisi yang lain mereka juga memiliki kelemahan yaitu belum
memiliki daya ingat yang kuat. Mereka lekas melupakan apa yang telah dan
baru terjadi. Sedangkan pada sisi yang lain, perhatian mereka lekas mudah
beralih kepada hal-hal yang baru dan disukainya.
Sehingga berkaitan dengan hal tersebut, mereka perlu dibiasakan
dengan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, dan pola pikir tertentu. Anak
perlu dibiasakan untuk mandi, makan dan tidur secara teratur, serta bermain-
main, berbicara, belajar, bekerja, dan sebagainya khususnya adalah
dibiasakan untuk melaksanakan ibadah.
2. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan
a. Dasar Pembiasaan
Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi
5 Muhammad Zein, Methodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: AK Group, 1995), hlm. 224 6 Armai Arief, op. cit, hlm. 225
13
kebiasaan yang baik. Pengembangan pembiasaan meliputi aspek
perkembangan moral dan nilai-nilai agama, pengembangan sosial,
emosional dan kemadirian. Dari aspek perkembangan moral dan nilai-
nilai agama diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan anak terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan membina sikap anak dalm rangka
meletakkan dasar agar anak menjadi warga negara yang baik. Aspek
perkembangan sosial, emosional dan kemandirian dimasksudkan untuk
membina agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat
berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan
baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan
hidup.7
Pertumbuhan kecerdasan pada anak-anak usia pra sekolah belum
memungkinkan untuk berfikir logis dan belum dapat memahami hal-hal
yang abstrak. Maka apapun yang dikatakan kepadanya akan
diterimanya saja. Mereka belum dapat menjelaskan mana yang buruk
dan mana yang baik. Hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan agama
belum dapat dipahaminya atau dipikirkannya sendiri. Dia akan
menerima apa saja yang dijelaskan kepadanya. Sesuatu yang
menunjukkan nilai-nilai agama dan moral bagi si anak masih kabur dan
tidak dipahaminya.8
Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah
mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu
membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharpkan nanti
mereka akan mempunyai sifat-sifat baik dan menjauhi difat tercela.
Demikian pula dengan pendidikan agama, semakin kecil umur si anak,
hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan agama dilakukan
pada anak. Dan demikian bertambah umur si anak, hendaknya semakin
7 Mudjito, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup Taman Kanak-Kanak
(Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, 2007) hlm. 20. 8 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: P.T. Bulan Bintang, 2005), hlm. 73
14
bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang agama itu diberikan
sesuai dengan perkembangan kecerdaannya.9
Islam menggunakan pembiasaan sebagai salah satu teknik
pendidikan. Islam mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan,
sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah,
tanpa kehilangan banyak tenaga dan banyak menemukan kesulitan.10
Oleh karena itu, pembiasaan merupakan salah satu penunjang pokok
pendidikan, sarana, dam metode paling efektif dalam upaya
menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnya.11
Tidak diragukan bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak
kecil paling menjamin untuk mendapatkan hasil. Sedang mendidik dan
melatih setelah dewasa sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan.
Hal ini menunjukkan bahwa membiasakan anak-anak sejak kecil
sangatlah bermanfaat, sedangkan membiasakannya setelah itu tidaklah
akan bermanfaat, seperti halnya sebatang dahan, ia akan lurus bila
diluruskan, dan tidak bengkok meskipun sedah menjadi sebatang
kayu.12
Dari penjelasan, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah
mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan
mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi
kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung
sampai hari tua. Untuk mengubahnya, sering kali diperlukan terapi dan
pengendaliaan diri yang serius.
Atas dasar inilah, para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan
agar anak-anak segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapkan
menjadi kebiasaan baik sebelum terlanjur mempunyai kebiasaan lain
yang buruk. Tindakan praktis mempunyai kedudukan penting dalam
9 Ibid, hlm. 74 10 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salma Harun, (Bandung: P.T. Al-Maarif, 1993),
hlm. 363. 11 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam Terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim,
Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Rosda Karya, 1992), hlm. 65 12 Muhammad Said Mursy, Seni Mendidik Anak, Terj. Al-Gazira, (Jakarta: Arroyan, 2001), hlm. 140
15
Islam, dan pembiasaan merupakan upaya praktis, pembentukan
(pembinaan), dan persiapan. Oleh karena itu, Islam menuntut manusia
untuk mengarahkan tingkah laku, insting, bahkan hidupnya untuk
merealisasikan hukum-hukum Ilahi secara praktis. Praktik ini akan
terlaksana manakala seseorang terlatih dan terbiasa untuk
melaksanakannya.
b. Tujuan Pembiasaan
Pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan
baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan
selain menggunakan perintah, suri tauladan, dan pengalaman khusus,
juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa
memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat
dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu
(kontekstual). Selain itu, arti tepat dan positif ialah selaras dengan
norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius
maupun tradisional dan kultural.13
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan
diadakannya metode pembiasaan di sekolah adalah untuk melatih serta
membiasakan anak didik secara konsisten dan kontinyu dengan sebuah
tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya
menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari.
3. Bentuk-bentuk Pembiasaan
Pengembangan agama melalui kebiasaan dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk di antaranya;
a. Pembiasaan dalam akhlak, berupa pembiasaan bertingkah laku yang
baik, baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti: berbicara sopan
santun, berpakain bersih, hormat kepada orang yang lebih tua, dan
sebagainya.
b. Pembiasaan dalam ibadah, berupa pembiasaan shalat berjamaah di
musholla sekolah, mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, serta
13 Muhibbin Syah, Psikologip Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 123
16
membaca basmallah dan hamdallah tatkala memulai dan
menyudahi pelajaran.
c. Pembiasaan dalam keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman
dengan sepenuh jiwa dan hatinya, dengan membawa anak-anak
memperhatikan alam semesta, memikirkannya dalam merenungkan
ciptaan langit dan bumi dengan berpindah secara bertahap dari alam
natural ke alam supranatural.14
Pembentukan kebiasaan-kebiasaan tersebut terbentuk melalui
pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan
kepuasan. Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan
waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya sesorang atau
anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya,
oleh karena itu pembiasaan hal-hal yang baik perlu dilakukan sedini
mungkin sehingga dewasa nanti hal-hal yang baik telah menjadi
kebiasaannya.
4. Langkah-langkah Metode Pembiasaan
Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam melakukan
metode pembiasaan kepada anak-anak, yaitu:
a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu
mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan
dibiasakan.
b. Pembiasaan itu hendaklah terus-menerus (berulang-ulang) dijalankan
secara tertatur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan uang
otomatis.
c. Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh
terhadap pendiriannya yang telah diambilya. Jangan memberi
kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah
ditetapkan itu.
14 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 185
17
d. Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi
pembiasaan yang disertai kata hati anak sendiri.15
Dalam menanamkan pembiasaan yang baik, Islam menggunakan
gerak hati yang hidup dan intuitif, yang secara tiba-tiba membawa perasaan
dari suatu situasi lain dari suatu perasaan ke perasaan lain.16 Adapun
langkah-langkah mengajarkan dan mebiasakan prinsip-prinsip kebaikan
kepada anak, dicontohkan oleh Rasulullah sbb:
a. Rasulullah SAW, memerintahkan kepada para pendidik untuk
mengajarkan kepada anak-anak mereka Laa ilaaha illallah.
Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Ibnu Abbas r.a. dari Rasulullah SAW.
Bersabda:
^[\W : PUK] OUX WX TUV S LK OPQR LK :HGS GJK LM GH
X TUKJGP OQ_ `M abU [d e S( WM g)
Dari Hakim dari Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah bersabda:
Awalilah bayi-bayimu itu dengan kata Laa ilaaha illallah. (H.R. Abu
Daud).17
Hadits ini menunjukkan segi teori. Adapun dari segi praktiknya
ialah dengan mempersiapkan dan mebiasakan anak untuk mengimani di
lubuk hatinya bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah SWT. Hal ini
dilakukan melalui fenomena alam yang dapat dilihat langsung oleh
anak seperti bunga, langit, bumi, laut, manusia dan lain sebagainya,
agar akal dan pikirannya terkesa kuat bahwa pencipta semua makhluk
tersebut hanya Allah SWT. Semua ada karena diciptakan-Nya sehingga
secara intuitif dan rasional mereka akan merasa puas dalam mengimani
Allah dengan alasan dan dalil yang kuat.
b. Rasulullah SAW menyuruh para pendidik untuk mengajarkan kepada
anak-anak mereka ibadah.
15 Armai Arief, op.cit., hlm. 114-115 16 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: P.T. Al-Maarif, 1993), hlm. 367 17 Mujibur Rahman Muhammad Usman, Aunil Mabud Syarah Imam Abu Dawud, Juz II (T. kp.
Maktabahn Assalafiah, t.th), hlm. 154
18
GH[PUK WX TUV S lJK LK : S kUbd LM iJX jPMid GH
OUX : `mdGM gin [dGbo Ln [pbq `sd iK( WM g)
Dari Abdul Malik ibnu ar-Rabi sibrah ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: Apabila anak telah dapat membedakan mana tangan kanan
dan tangan kiri, maka perintahkanlah dia shalat (H.R. Abu Dawud)18
Dari segi praktis, yaitu dengan mengajarkan kepada anak hukum
shalat, bilangan rekaatnya, dan cara-caranya. Kemudian dibiasakan
membimbing mereka dengan penuh kesabaran seperti untuk
melaksanakannya dengan berjamaah di masjid, sehingga shalat itu
menjadi akhlak dan kebiasaan bagi mereka.
c. Rasulullah SAW menyuruh para pendidik untuk mengajarkan kepada
anak-anak mereka tentang hukum-hukum halal dan haram.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir dai Ibnu Abbad r.a. dari
Rasulullah SAW, bersabda:
v LM LKTwJK LM LK xpbd LM iqi HG :HGS WX [PUK
OUX :ine Gy]nGM O e in ,TWpd Gp]v , aqGH x^
}d Gpd Ln OQd O) WM g)
Dari Ibnu Jarir Mundir dan Abbas ia berkata: Rasulullah SAW
bersanda: Dan perintahlah anak-anak kalian mengerjakan perintah-
perintah Allah dan jauhi larangan-larangn-Nya, karena hal itu
merupakan perisai bagi kalian dan bagi mereka dari api neraka.19
Praktisnya dengan melatih anak mengerjakan perintah Allah
SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Jika seorang pendidik
mendapati anak itu berbuat mungkar atau berdosa seperti mencuri atau
berkata kotor, ia harus mengingatkannya dan mengatakan kepada
mereka bahwa perbuatan itu haram, bahwa perbuatan itu makruh, dan
lain sebagainya. Jika mendapati mereka berbuat baik dan positif, seperti
mengeluarkan sedekah atau menolong, pendidik harus mendorong dan
menegaskan, seperti mengatakan bahwa perbuatan itu baik dan
18
Majibur Rahman Muhammad Usman, Aunil Mabud syarah Imam Abu Dawud Juz II, (T. kp. Maktabah Assalafiah, t. th), 143
19 Ibid hlm. 370
19
perbuatan itu halal. Begitulah seterusnya sehingga kebaikan itu menjadi
moral dan kebiasaannya.20
Dari beberapa contoh, dapat dimengerti bahwa dalam mendidik anak
dengan pembiasaan agar memiliki kebiasaan yang baik dan akhlak mulia,
maka pendidik hendaknya memberikan motivasi dengan kata-kata yang baik
sesekali memberikan petunjuk-petunjuk. Suatu saat dengan memberi
peringatan dan pada saat yang lain dengan kabar gembira. Kalau memang
diperlukan, pendidik boleh memberi sanksi jika dipandang ada
kemaslahatan bagi anak guna meluruskan penyimpangan dan
penyelewengan.
Semua langkah tersebut memberikan arti positif dalam membiasakan
anak dengan keutamaan-keutamaan jiwa, akhlak mulia, dan tata cara sosial.
Dari pembiasaan ini, mereka akan menjadi orang yang mulia, berfikir
matang, dan bersifat istiqomah. Selain itu, dalam menerapkan sistem Islam
mendidik kebiasaan, para pendidik hendaknya mempergunakan cara yang
beragam. Pendidik hendaknya membiasakan anak memagang teguh akidah
dan bermoral, sehingga anak-anak pun akan terbiasa tumbuh berkembang
dengan akidah Islam yang mantap, dengan moral Al Quran yang tinggi.
Lebih lanjut, mereka akan dapat memberikan keteladanan yang baik,
perbuatan yang mulia, dan sifat-sifat terpuji kepada oran lain.21
5. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Metode Pembiasaan
Faktor terpenting dalam pembentukan kebiasaan adalah
pengulangan. Sebagai contoh, seorang anak akan terbiasa membuang
sampah pada tempatnya ketika kebiasaan itu sering dilakukan hingga
akhirnya menjadi kebiasaan baginya. Melihat hal tersebut, faktor
pembiasaan memegang peranan penting dalam mengarahkan pertumbuhan
dan perkembangan anak untuk menanamkan agam yang lurus.22
Pembiasaan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh
orang tua atau pendidik kepada anak. Hal tersebut agar anak mampu
20 Abdullah Nasih Ulwan, Op. cit hlm. 6 21 Ibid, hlm. 64 22 Armai Arief, Op.cit,. hlm. 115
20
membiasakan diri pada perbuatan-perbuatan yang baik dan yang dainjurkan,
baik oleh norma agama maupun hulum yang berlaku. Kebiasaan adalah
reaksi otomatis dari tingkah laku terhadap situasi yang diperoleh dan
dimanifestasikan secara konsisten sebagai hasil dari pengulangan terhadap
tingkah laku. Dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan.
Pengawasan hendaknya digunakan meskipun secara berangsur-angsur
peserta didik diberi kebebasan. Dengan perkataan lain pengawasan
dilakukan dengan mengingat usia peserta didik, serta perlu ada
keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan.23 Selain itu, pembiasaan
hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian
secara terus-menerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan, sebab
pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa peseeta didik agar melakukan
sesuatu secara otomatis, melainkan agar anak dapat melaksanakan segala
kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berat hati.24 Oleh karena
itu, pembiasaan yang pada awalnya bersifat mekanistik hendaknya
diusahakan agar menjadi kebiasaan yang disertai kesadaran (kehendak dan
kata hati) peserta didik sendiri.
6. Kekurangan dan Kelebihan Metode Pembiasaan
Sebagai suatu metode, pembiasaan juga memiliki kelebihan dan
kelemahan. Adapun kelebihan metode pembiasaan sebagai suatu metode
pendidikan anak adalah:
a. Dapat menghemat tanaga dan waktu dengan baik.
b. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi juga
berhubungan dengan aspek batiniyah.
c. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil
dalam pembentukan kepribadian anak didik.
Sedangkan kelemahan pembiasaan sebagai suatu metode pendidikan
anak antara lain berupa:
23 Hery Noer Aly, op.cit., hlm 189 24 Ibid, hlm. 191.
21
a. Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan contoh
serta teladan bagi anak didik.
b. Membutuhkan tenaga pendidik yang dapat mengaplikasikan antara teori
pembiasaan dengan kenyataan/praktek nilai-nilai yang disampaikan.25
B. Pengembangan Agama Islam
1. Pengertian pengembangan Agama Islam
Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional terutama dalam
peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, kedudukan dan
peranan pengembangan Agama Islam sangat kuat dan kokoh sesuai dengan
tujuan pendidikan Raudhatul Athfal adalah membantu meletakkan dasar
kearah perkembangan akhlaq, sikap perilaku, pengetahuan, ketrampilan dan
daya cipta yang diperlukan anak didik agar menjadi muslim yang
menghayati dan mengmalkan agama, serta sanggup menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan kepentungan pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya.26
Pengembangan Agama Islam pada Taman Kanak-kanak merupakan
bagian integral dari program pendidikan serta merupakan usaha bimbingan,
pembinaan dan panduan bagi guru dalam mengasah anak didik untuk
memahami, menjiwai dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Oleh
sebab itu guru Taman kanak-kanak dituntut memiliki pemahaman dan
ketrampilan dalam melaksanakan program kegiatan belajar pengembangan
Agama Islam.27
Selanjutnya peneliti akan memberikan beberapa definisi
Pengembangan Agama Islam yang diberikan oleh beberapa tokoh,
diantaranya:
a. Ahmadi berpendapat bahwa:
25 Ibid, hlm. 115-116
26 Moh. Irfan, Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar di Raudhatul Athfal, (Jakarta, Dirjend Pembinaan Kelembagaan Agama Islam DEPAG RI, 2000) hlm. 1
27 Asni Djafar, Pengembangan Al Islam Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003) hlm. 19
22
Pengembangan Agama Islam ialah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada
padanya.28
b. Muhammad Qutb sebagaimana dikutib oleh Abudin Nata mengatakan:
Pengembangan Agama Islam ialah segala usaha yang dilakukan dengan
pendekatan secara menyeluruh, sehinga tidak ada yang tertinggal dan
terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun rohani, baik kehidupan
secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini, dengan kata lain
pembinaan seluruh potensi manusia secara serasi seimbang.29
c. Ahmad D Marimba berpendapat bahwa:
Pengembangan Agama Islam ialah bimbingan jasmani rohani
berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran islam.30
Dari beberapa pendapat tokoh-tokoh diatas dapat di simpulkan bahwa
Pengembangan Agama Islam adalah proses pengembangan seluruh
potensi baik lahir maupun batin menuju pribadi yang utama (insan
kamil) yaitu sebagai manifestasi khalifah dan abdi dengan mengacu
pada dua sumber pokok ajaran Islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadits.
Sehingga nanti peserta didik bisa menjadi manusia yang bertanggung
jawab kepada diri sendiri, lingkungan (masyarakat) dan tanggung jawab
tertinggi yaitu kepada Allah SWT.
2. Dasar dan Tujuan Pengembangan Agama Islam
Dasar Pengembangan Agama Islam merupakan landasan yang
menjadi sumber kekuatan dan keteguhan agar tetap kuat suatu
Pengembangan dalam hal ini adalah Pengembangan Agama Islam.
28 Ahcmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2005), hlm.28. 29 Abudin Nata, op.cit, hlm. 49-51. 30 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT Al Maarif ,
1989), hlm 31
23
Menurut Ahmad D. Marimba, dasar Pengembangan Agama Islam
adalah firman Allah dan sunnah Rosululloh SAW. Kalau Pengembangan
diibaratkan bangunan maka, isi Al-Quran dan Haditslah yang menjadi
fundamennya.31 Al-Quran adalah sumber kebenaran dalam Islam,
kebenarannya tidak dapat diragukan lagi, sedangkan sunnah Rosululloh
ialah perilaku, ajaran-ajaran dan perkenaan-perkenaan Rosululloh sebagai
pelaksana hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Quran.32
Menetapkan Al-Quran dan Hadits sebagai dasar Pengembangan
Agama Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan
keimanan semata, namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam
kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan
dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.33 Begitu juga dengan Hadits
sebagai dasar bagi Pengembangan Islam karena kepribadian Rasul sebagai
Uswat Al-Hasanah, suri tauladanyang baik.
Uraian sepakat bahwa dasar Pengembangan Agama Islam adalah Al-
Quran dan Hadits sebagai dasar yang dijadikan landasan kerja, dengan Al-
Quran dan Hadits atau sunnah Rasul akan memberikan arah bagi
pelaksanaan Pengembangan yang telah direncanakan dan menjadi acuan dan
kekuatan yang dapat mengantarkan peserta didik ke arah pencapaian tujuan.
3. Materi Pengembangan Agama Islam
Materi adalah isi pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana untuk
mencapai tujuan pembelajaran bersamaan dengan prosedur didaktis yang
digunakan oleh guru.34
Materi pengembangan Islam di Taman Kanak-kanak merupakan
salah satu kesatuan program kegiatan belajar yang utuh dan terpadu yang
mencakup.
1. Program belajar dalam rangka pembentukan prilaku melalui
pembiasaan yang diwujudkan dalam kegiatan sehari-hari di Taman
31 Ahmad D Marimba, Op. Cit., hlm.41 32 Ibid 33 Al Rosyid, Samsul Nizar Op. Cit hlm.35 34 Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Menengah, Direktorat Tenaga Kependidika, 2003), hlm. 17.
24
Kanak-kanak yang meliputi moral pancasila, disiplin, perasaan/emosi
dan kemampuan bermasyarakat.
2. Program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan
dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru yang meliputi
kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, ketrampilan dan jasmani.
Program kegiatan belajar tersebut dilandasi oleh pembinaan
kehidupan beragama untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan anak
didik kepada Allah SWT. Program kegiatan belajar ini berisi bahan-bahan
pembelajaran yang dapat dicapai mealui tema yang sesuai dengan
lingkungan anak dan kegiatan lain yang menunjang kemampuan yang
hendak dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program kegiatan
pembelajaran yang lebih operasional.
Berdasarkan rambu-rambu yang tercantum pada Garis-Garis Besar
Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak, dan mengingat ada
kemampuan dalam pengembangan Al Islam yang memerlukan waktu
khusus untuk diajarkan/dilatih di Taman Kanak-kanak sesuai perkembangan
anak, maka guru harus memperhatikan kemampuan-kemampuan yang
perinciaannya seperti berikuti ini:
No. Bahan Kemampuan Yang Diharapkan/Dicapai
1. Sifat Allah
- Allah Maha Esa
- Allah Maha Pencipta
- Allah Maha Kuasa
- Allah Maha Pengasih
- Allah Maha Penyayang
- Allah Maha Pemurah
- Allah Maha Adil
- Allah Maha Pengampun
- Allah Maha Perkasa
- Allah Maha Besar
a. Menyebutkan manusia sebagai ciptaan Allah
seperti: ayah, ibu, kakak, adik, paman, bibi,
kakek, nenek dan sebagainya.
b. Menyebutkan bagian-bagian tubuh sebagai
karunia Allah seperti: kaki, tangan, kepala,
mata, hidung, mulut, telinga, rambut, kuku dan
sebagainya.
c. Menyebutkan lima alat indera sebagai karunia
Allah seperti: mata, telinga, hidung, kulit dan
lidah.
d. Menyebutkan ciptaan Allah darijenis binatang
seperti:
- Binatang kesanyangan (kucing, kelinci dsb)
25
No. Bahan Kemampuan Yang Diharapkan/Dicapai
- Binatang buas (harimau, singa, serigala dsb)
- Binatang ternak (ayam, sapi, kerbau, kuda
dsb)
- Binatang serangga (semut, lalat, tawon,
nyamuk)
- Binatang unggas (burung, itik, angsa dsb)
- Binatang yang haram (anjing, babi, ular dsb)
e. Menyebutkan kekuasaan Allah tentang tempat
hidup binatang seperti:
- Hidup di darat (ayam, kerbau, sapi dsb)
- Hidup di air (ikan, penyu dsb)
- Hidup di udara (burung, kelelawar dsb)
- Hidup dia air dan di darat (buaya, katak dsb)
f. Menyebutkan ciptaan Allah tentang perbedaan
binatang seperti:
Binatang berkaki dua, empat, banyak bersayap,
bertanduk, bersisik dsb
g. Menyebutkan ciptaan Allah dari jenis-jenis
tanaman, seperti tanam hias, buah perdu, obat-
obatan, tanaman keras, lumut, umbi-umbian
dsb.
h. Menyebutkan tanaman ciptaan Allah yang
menjadi makanan pokok manusia Indonesia
seperi padi, jagung, umbi-umbian dsb
i. Mengenal kekuasaan Allah yang telah
memberikan akal kepada manusia, sehingga
dapat membuat berbagai kendaraan darat, laut
dan udara.
j. Mengenal bahwa keindahan alam sebagai
ciptaan dan rahmat Allah.
k. Mengenal ciptaan Allah tentang air dan udara.
l. Menyebutkan manfaat air dan udara sebagai
26
No. Bahan Kemampuan Yang Diharapkan/Dicapai
anugerah Allah bagi kehidupan manusia.
m. Menyebutkan yang menciptakan api.
n. Menyebutkan benda ciptaan Allah sebagai
sumber api, panas dan cahaya.
o. Menyebutkan gejala alam sebagai kehendak dan
kekuasaan Allah.
p. Menyebutkan pencipta matahari, bulan, bintang
dan bumi.
q. Menyebutkan contoh keadilan Allah kepada
manusia yang hidup di kota, desa, pesisir dan
pegunungan.
r. Menyebutkan contoh gejala alam yang
menunjukkan Maha Perkasa Allah.
2. Kalimat Syahadat a. Mengucapkan dua kalimat syahadat yang benar
b. Menghafal dua kalimat syahadat beserta artinya.
3. Sifat Nabi Muhammad Mengembangkan sifat terpuji yang dicontohkan
oleh Nabi Muhammad SAW:
a. Sidiq (benar)
b. Amanah (dipercaya)
c. Tabligh (menyampaikan)
d. Fatonah (cerdas)
4. Wudhu Gerakan berwudhu:
a. Gerakan membasuh tangan
b. Berkumur-kumur tiga kali
c. Memasukkan air ke hidung tiga kali
d. Membasuh muka tiga kali
e. Membasuh tangan sampai siku tiga kali
mendahulukan tangan kanan
f. Mengusap kepala sampai belakang dilanjutkan
mengusap kedua telinga.
g. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
mendahulukan kaki kanan tiga kali.
27
No. Bahan Kemampuan Yang Diharapkan/Dicapai
5. Shalat a. Menyebutkan nama-nama shalat lima waktu
(subuh, zuhur, ashar, maghrib, isya)
b. Melakukan gerakan shalat:
1. Berdiri menghadap kiblat
2. Mengangkat kedua tangan sampai batas
telinga
3. Kedua tangan diletakkan di atas dada,
tangan kanan di atas tangan kiri
4. Badan dibungkukkan, kedua tangan
diletakkan di lutut (ruku)
5. Bangun dari ruku, berdiri tegak lurus
6. Kedua telapak tangan diletakkan di lantai,
dahi dan hidung menempel di lantai, kedua
ujung jari kaki ditekuk menghadap kiblat.
7. Duduk diantara dua sujud dengan
meletakkan kedua telapak tangan diatas
lutut.
8. Duduk tasyahud akhir dengan kedua telapak
tangan diletakkan diatas lutut, kaki kiri di
bawah kaki kanan, ujung kaki kanan
ditekuk menghadap kiblat.
9. Memberi salam dengan kepala menoleh ke
kanan kemudian ke kiri.
6. Shalat berjamaah Mengikuti shalat berjamaah bersama keluarga
- Menjelaskan tentang shalat berjamaah secara
sederhana
7. Shalat Jumat Mengikuti shalat jumat bersama orang tua
8. Shalat Idul Fitri dan Idul Adha - Mempraktekkan secara sederhana tentang shalat
idul fitri
- Mengikuti keluarga melakukan shalat idul fitri
- Menjelaskan secara sederhana tentang idul
adha, takbiran dan kurban
28
No. Bahan Kemampuan Yang Diharapkan/Dicapai
- Mengikuti keluarga melakukan shalat idul adha
9. Dzikir berdzikir dengan
mengucap bacaan
- Tasbih S G\JX
Artinya: Maha Suci Allah
- Tahmid S lb\d
Artinya: Segala puji bagi Allah
- Takbir iJ S
Artinya: Allah Maha Besar
- Istighfar S is]X
Artinya: Aku mohon ampunan
- Tahlil S e [de
Artinya: Tiada Tuhan selain Allah
10. Puasa Mengenal cara beribadah puasa setiap keluarga
pada bulan Ramadhan seperti makan sahur, bebuka
puasa, berpuasa menurut kemampuan dan
mengenalkan doa berbuka puasa
TUK kH ^i bV kd O}Ud kM pn
SG_ ive Jo id U]M Gbd
Artinya: Ya Allah, bagi-Mu-lah aku berpuasa dan
atas rizki-Mu-lah aku berbuka. Telah
hilang dahagaku dan tetapkanlah pahala,
Insya Allah
11. Amalan Bulan Ramadhan Mengenalkan cara melaksanakan amalan bulan
Ramdhan seperti:
Bersedekah, berbuka puasa bersama, tadarus al-
Quran, shalat tarawih, makan sahur.
12. Zakat Fitrah Mengenal cara menunaikan zakat fitrah, misalnya:
a. Waktu membayar zakat fitrah
b. Benda yang diberikan untuk zakat fitrah.
c. Orang yang wajib membayar zakat fitrah
d. Orang yang berhak menerima
29
No. Bahan Kemampuan Yang Diharapkan/Dicapai
e. Tempat membayar fitrah
13. Doa hendak tidur
kbXGM O}Ud GPR kbX GM Wn
Artinya: Dengan nama-Mua Ya Allah aku hidup
dan aku mati
14. Doa bangun tidur
lM G_ GPR xd Slb\dWpd [Pd Gp Gn Gn
Artinya: segala puji bagi Allah yang telah
menghidupkan kami setelah mematikan
kami dan kepada-Nya lah kami kembali
15. Doa masuk WC
O}Ud _T WK Ln kM J\d GJd
Artinya: Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari
segala apa yang menimbulkan penyakit
serta segala bahaya
16. Doa keluar WC
GK e pK xd Slb\d p^
Artinya: Ya Allah segala puji bagi Allah yang
telah menghilangkan penyakit dariku,
dan menyehatkan kembali
17. Doa hendak bercermin
Gb O}UdU Lw\^ U pwR
Artinya: Ya Allah sebagaimana Engkau
mempercantik bentuk tubuhku, percantik
pula akhlaqku
18. Doa keluar rumah.
S GM e WH e WRe S TUK UW S OwM
Artinya: Dengan nama Allah aku berserah diri
kepada Allah, tidak ada daya kekuatan
melainkan dengan pertolongan Allah.
19. Surat pendek Melafadzkan surat-surat pendek:
a. Al-Fatihah
b. Al-Ikhlas
30
No. Bahan Kemampuan Yang Diharapkan/Dicapai
c. Al-Ashr
d. Al-Kautsar
e. Al-Fill
f. Quraisy
g. An-Nas
20. Akhlaq dalam beribadah a. Menjelaskan tentang adab mendengar adzan
b. Mengenal adab ketika shalat
c. Mengenal adab berdoa
d. Mengenal adab orang yang shalat
e. Mengenal adab orang sedang berdoa
f. Mengenal adab terhadap al-Quran
g. Mengenal adab di dalam masjid
21. Akhlaq terhadap sesama
manusia
a. Mengenal cara hormat dan patuh terhadap oran
tua
b. Mengenal adab berbicara kepada orang tua
c. Mengenal sopan santun terhadap yang lebih tua
d. Mengenal caramenghormati guru, penjaga, dan
karyawan sekolah
e. Mengenal cara menyayangi binatang
22. Akhlak terhadap alam sekitar a. Mengenal cara menyayangi binatang
b. Mengenal cara menyayangi tumbuh-tumbuhan
c. Mengenal cara menjaga kebersihan lingkungan
(rumah, tempat ibadah, tempat bermain)
23. Akhlak terhadap diri sendiri a. Cinta terhadap kebersihan diri sendiri
b. Membiasakan berobat bila sakit
c. Membiasakan berpakaian menutup aurat
24. Syukur nikmat a. Menggunakan bagian-bagian tubuh untuk
kebaikan sebagai ungkapan rasa syukur kepada
Allah SWT (tangan, kaki, muka, telinga,
hidung, mulut dsb)
b. Mengenal cara memelihara perabot rumah
tangga dan mainan sebagai ungkapan rasa
31
No. Bahan Kemampuan Yang Diharapkan/Dicapai
syukur kepada Allah SWT.
c. Membiasakan makan, minum, memberi dengan
tangan kanan sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Allah SWT.
d. Membiasakan mengucapkan Basmallah ketika
akan makan dan minum serta mengucapkan
hamdallah setelah selesai makan/minum.
e. Membiasakan memjaga kebersihan dan
kesehatan sebagai ungkapan rasa syukur
terhadap Allah SWT.
f. Mengenal cara menyayangi binatang sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT
g. Menyebutkan cara mensyukuri nikmat Allah
SWT yang telah memberi akal kepada manusia
sehingga dapat membuat kendaraan.
h. Menyebutkan cara mensyukuri nikmat Allah
melalui ciptaan Allah tentang tanaman.
i. Mengenal cara menjaga kesehatan sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.
j. Mengenal bersyukur nikmat Allah SWT yang
telah memberikan kesehatan baik jasmani
maupun rohani sehingga dapat bekerja.
k. Mengenal cara mensyukuri nikmat Allah SWT
melalui keindahan alam/kebun binatang.
l. Mengenal cara mensyukuri nikmat Allah SWT
melalui air dan udara misalnya tidak membuang
air, tidak mengotori udara.
m. Mengenal cara mensyukuri nikmat Allah SWT
melalui api (memanfaatkan untuk hal-hal yang
baik dan berguna)
n. Mengenal cara mensyukuri nikmat Allah SWT
yang berupa negara RI (mentaati peraturan, rajin
32
No. Bahan Kemampuan Yang Diharapkan/Dicapai
belajar, disiplin, membantu orang tua dalam
rangka mengisi kemerdekaan)
o. Mengenal cara mensyukuri nikmat Allah SWT
yang berupa alat komunikasi (memelihara, tidak
merusak, memanfaatkannya untuk hal-hal yang
baik)
p. Mengenal cara mensyukuri nikmat Allah SWT
atas terhindar dari bencana.
q. Mengenal cara mensyukuri nikmat Allah SWT
yang berupa matahari, bulan, bintang, bumi
bintang.
r. Mengenal cara mensyukuri nikmat Allah SWT
tentang tentukannya hidup di kota, desa, pesisir
dan pegunungan.
25. Kalimat Toyyibah a. Basmallah OPR id LbR id S OwM
Artinya: Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
b. Hamdallah S lb\d
Artinya: Segala puji bagi Allah
c. Insya Allah SG
Artinya: Jika Allah menghendaki
d. Istigfar Sis]X
Artinya: Mohon ampun kepada Allah
e. Masya Allah SGGn
Artinya: Apa yang dikehendaki Allah?
(kekaguman)
f. Innalillahi Wv [PdG_ SG_
Artinya: Sesungguhnya kepada Allahlah kita
dikembalikan
26. Hal-hal yang dihalalkan dan a. Menyebutkan binatang yang haram (kucing,
33
No. Bahan Kemampuan Yang Diharapkan/Dicapai
diharamkan anjing dsb)
b. Menyebutkan makanan yang halal (nasi, jagung,
pisang, kelapa, mangga, salak, anggur, apel)
c. Mengenal minuman yang halal (air putih, air
teh, kopi, fanta, sprite dsb)
d. Mengenal minuman yang haram (bir, minuman
keras)
27. Silaturrahmi a. Mengenal cara memanfaatkan kantor pos untuk
alat silaturrahmi yang merupakan tututan Islam
(mengirim surat, benda pos dsb)
b. Menolong dalam kebaikan dan bersilaturrahmi
selama berekreasi
c. Mengenal cara memanfaatkan alat komunikasi
untuk silaturrahmi (telepon, telegram)
d. Membantu pekerjaan orang tua sebagai salah
cara berbakti pada orang tua sesuai dengan
tuntutan agama Islam
28. Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI)
a. Menyebutkan hari-hari besar Islam antara lain
1. Tahun baru Islam
2. Maulid nabi Muhammad SAW
3. Isra Miraj Nabi Muhammad SAW
4. Nuzulul Quran
5. Hari raya Idul Fitri
b. Mengenal cara menghargai dan menghormati
jasa para pahlawan pejuang bangsa (berdoa)
4. Metode Pelaksanaan Pengembangan Agama Islam
Permasalahan yang sering dijumpai dalam pengajaran atau
pembelajaran adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa
secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Disamping
masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian guru
34
agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dan upaya
peningkatan mutu pengajaran secara baik.
Metode pembelajaran menurut Sudjana adalah cara yang digunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pembelajaran. Oleh karena itu peranan metode pembelajaran sebagai alat
untuk menciptakan proses belajar mengajar dengan metode ini diharapkan
tumbuh sebagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan
mengajar guru. Dengan kata lain tercipta interaksi edukatif.35
Metode pembelajaran juga dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan oleh guru untuk mengadakan hubungan dengan peserta didik
pada saat berlangsung pembelajaran, dan penyampaian itu berlangsung
dalam interaksi edukatif.36
Metode dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
pengembangan Al Islam di TK Aisyiyah Bustanul Athfal sama dengan
metode teknik yang digunakan dalam pelaksanaan pengembangan
kemampuan berbahasa, daya pikir, ketrampilan dan jasmani.
Metode/teknik pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian tugas
2. Demonstrasi
3. Praktek langsung
4. Bercakap-cakap
5. Tanya jawab
6. Bermain peran
7. Karyawisata
8. Peragaan
9. Bercerita
10. Metode proyek
11. Syair
35 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, cet V.,
2000), hlm. 76 36 Depad RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 2002), hlm. 88
35
12. Menyanyi
13. Menggambar
14. Meronce
Dalam pelaksanaannya guru menggunakan satu atau lebih
metode/teknik yang tepat sesuai dengan kemampuan, alat peraga yang
digunakan dan sesuai pula dengan materi pengembangan Al Islam.37
Dari beberapa metode diatas, masing-masing metode mempunyai
kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri, kendatipun demikan, tugas guru
adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses
belajar mengajar, ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat
bergantung pada tujuan, isi, proses belajar mengajar, dan kegiatan belajar
mengajar.
Ditinjau dari segi peranannya metode-metode pembelajaran PAI ada
yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat
digunakan untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan
di dalam kelas dan di luar kelas.
Dalam pelaksanaannya guru dapat menggunakan satu atau lebih
metode atau teknik yang tepat dan sesuai dengan kemampuan alat peraga
yang digunakan dan sesuai pula dengan materi pengembangan
C. Pentingnya Metode Pembiasaan Dalam Pembelajaran Pengembangan
Agama Islam Siswa Taman Kanak-Kanak
Kebiasaan terbentuk karena sesuatu yang dibiasakan, sehingga kebiasaan
dapat diartikan sebagai perbuatan atau ketrampilan secara terus-menerus, secara
konsisten untuk waktu yang lama, sehingga perbuatan dan ketrampilan itu benar-
benar bisa diketahui dan akhirnya menjadi sesuatu kebiasaan yang ditinggalkan,
atau bisa juga kebiasaan diartikan sebagai gerak perbuatan yang berjalan dengan
lancar dan seolah-olah berjalan dengan sendirinya. Perbuatan ini terjadi awalnya
dikarenakan pikiran yang melakukan pertimbangan dan perencanaan, sehingga
37 Zikrul Hikam, Pengembangan Al Islam Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal, (Jakarta,
2003), hlm., 47.
36
nantinya menimbulkan perbuatan dan apabila perbuatan ini diulang-ulang maka
akan menjadi kebiasaan.
Kebiasaan-kebiasaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kebiasaan-kebiasaan dalam menjalankan ajaran Islam, sehingga nilai-nilai yang
ada pada pembiasaan yang dilakukan dapat dimiliki dan tertanam dengan baik
atau nilai-nilai tersebut dapat terinternalisasi dan dapat menjadi suatu karakter.
Jadi kebiasaan disini merupakan hal-hal yang sering dilakukan secara berulang-
ulang dan merupakan puncak perwujudan dari tingkah laku yang sesungguhnya,
dimana ketika seseorang telah meiliki kemampuan untuk mewujudkan lewat
tindakan dan apabila tindakan ini dilakukan secara terus-menerus, maka ia akan
menjadi kebiasaan, dan kebiasaan tersebut akan mewujudkan karakter.
Karakter terbentuk dari luar. Karakter terbentuk dari asimilasi dan
sosialisasi. Asimiliasi menyangkut hubungan manusia dengan lingkungan
bendawi, sedangkan sosialisasi menyangkut hubungan antar manusia. Kedua
unsur inilah yang membentuk karakter.38
Pengembangan agama Islam sebagai pengembangan nilai perlu adanya
pembiasaan-pembiasaan dalam menjalankan ajaran Islam, sehingga nilai-nilai
ajaran Islam dapat terinternaslisasi dalam diri peserta didik, yang akhirnya akan
membentuk karakter yang islami. Nilai-nilai ajaran Islam yang menjadi karakter
merupakan perpaduan yang bagus (sinergis) dalam membentuk peserta didik
yang berkualitas, dimana individu bukan hanya mengetahui kebajikan, tetapi
juga merasakan kebajikan dan mengerjakannya dengan didukung oleh rasa cinta
untuk melakukannya.
Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah
permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasalan pada kejahatan dan
dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedang
memelihara adalah dengan upaya pendidikan dan mengajari akhlak yang baik.39
Adapun sistem Islam dalam memperbaiki anak adalah dengan cara pengajaran
dan pembiasaan. Pengajaran yang dimaksud ialah pendekatan aspek teoritis
38 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000) edisi revisi, hal 181. 39 Abdullah Nashi Ulwan, Tarbiyatul-Anlad fil-Islam, terj. Saifullah Kamalie, op. cit, hlm. 51
37
dalam upaya memperbaiki. Sedangkan pembiasaan ialah segi praktek nyata
dalam pembentukan dan persiapannya.40
Pendidikan anak masa kanak-kanak atau pembiasaan pra sekolah adalah
pendidikan yang diberikan kepada anak seusia memasuki TK (3-6 tahun) sampai
anak tersebut mampu menerima pendidikan formal. Jadi apapun yang dilakukan
oleh orang tua dan guru, itulah pendidikan pada terutama pendidikan agama
yang diberikan pada anak dalam masa kanak-kanak (pra sekolah).
Masa usia prasekolah merupakan masa yang menentukan bagi
perkembangan anak pada tahapan perkembangan selanjutnya, dalam masa ini
anak berada pada situasi peka untuk menerima rangsangan yang sesuai tahapan
perkembangan anak, kemampuan anak akan berkembangan dengan optimal.41
Periode awal pada kehidupan anak (3-6 tahun) merupakan periode yang
amat kritis dan paling penting. Pembentukan pribadi seorang anak sangat
berperan pada masa ini. Masa pra sekolah dapat merupakan masa-masa bahagia
dan amat memuaskan dari seluruh kehidupan anak, untuk itulah kita perlu
menjaga hal tersebut berjalan sebagaimana adanya perlu dicamkan bahwa masa
pra sekolah adalah masa pertumbuhan. Dimana masa menemukan orang seperti
apakah anak kita tersebut, dan teknik apakah yang cocok dalam menghadapinya.
Masa prasekolah adalah masa belajar, tetapi bukan dalam dua dimensi
(pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata, yaitu dunia 3 dengan
perkataan lain masa prasekolah merupakan time for play. Jadi, biarkanlah ana
menikmatinya.42
Dalam menanamkan pembiasaan yang baik, Islam menggunakan gerak
hati yang hidup dan intuitif, yang secara tiba-tiba membawa perasaan dan sutu
situasi ke situasi yang lain dari suatu perasaan ke perasaan yang lain.43
Adapun Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada para pendidik
agar mereka mengajarkan dan membiasakan kepada anak didik akan prinsip-
40 Abdullah Nashi Ulwan, Tarbiyatul-Anlad fil-Islam, terj.Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, op. cit,
hlm. 51 41 Soemarti Patnomonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Ribeka Cipta, 2003), cet 2, hlm.
66 42 Reni Akbar Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak Mengenai Sifat, Bakat dan Kemampuan Anak,
(Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indoensia, 2001), hlm. 4 43 Muhammad Quthb, op.cit, hal. 367.
38
prinsip kebaikan dengan harapan dapat dijadikan pelajaran bagi anak-anak didik
diantaranya yaitu: Rasulullah SAW menyuruh para pendidik untuk mengajarkan
kepada anak-anak mereka tentang tata cara shalat dan Rasulullah SAW
menyuruh pada pendidik untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang
hukum-hukum halal dan haram.
Praktisnya yaitu dengan melatih anak mengerjakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Jika seserang pendidik mendapati anak itu
berbuat mungkar atau berdosa seperti mencuri atau berkata kotor, ia harus
mengingatkannya dan mengatakan kepada mereka bahwa perbuatan itu haram,
bahawa perbuatan itu makruh dan lain sebagainya. Jika mendapati mereka
berbuat baik dan positif, seperti mengeluarkan sedekahh atau menolong,
pendidik harus mendorong dan menegaskan seperti mengatakan bahwa
perbuatan itu baik dan perbuatan itu halal. Begitulah seterusnya sehingga
kebaikan itu menjadi moral dan kebiasaannya.44
Itulah beberapa hal atau sedikit gambaran cara mengajar dan
membiasakan kepada anak didik tentang Pengembangan Agama Islam yang
pokok dan prinsipnya telah diletakkan oleh Rasulullah SAW. Dan ini termasuk
dalam kerangka metode umum yang digambarkan oleh Islam dalam membentuk
anak dilihat dari segi akidahnya dan mempersiapkannya dari segi iman.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa selain kebiasaan
diberikan juga pengetian secara kontinyu, sedikit demi sedikit dengan tidak
melupakan perkembangan jiwanya, dengan melihat faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pembentukan karakter dengan melihat nilai-nilai apa yang
diajarkan serta bersikap tegas dengan memberikan kejelasan sikap, mana yang
harus dikerjakan dan mana yang tidak. Memperkuat memberikan sangsi dengan
kesalahnnya dan juga tidak kalah pentingnya dengan adanya teladan atau contoh
yang diberikan.
Metode pembiasaan sebagai upaya internalisasi nilai ajaran Islam
sehingga dapat membentuk karakter peserta didik yang Islami.
44 Ibid, hlm. 63
39
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Singkat Berdirinya Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono IV
Ngawen Klaten
Di desa Drono pada mulanya telah memiliki tiga taman kanak-kanak
Aisyiyah yang ketiganya terletak di dukuh yang berbeda-beda. Dua
diantaranya terletak di dukuh Drono dan yang satunya di dukuh Dongkelan.
Karena di dukuh Mlandangan begitu banyak penduduk dan belum ada
Taman Kanak-kanak Aisyiyahnya, serta apabila orang tua yang mau
menyekolahkan anaknya di TK Aisyiyah Drono terlalu jauh, maka sangat
penting sekali untuk mendirikan Taman Kanak-kanak Aisyiyah di dukuh
tersebut. Oleh karena sangat pentingnya pendidikan anak usia dini di
kalangan warga Muhammadiyah khususnya, maka atas inisiatif salah
seorang warga Aisyiyah dari dukuh Mlandangan dan di dukung oleh para
pengurus Muhammadiyah ranting Drono berupaya mendirikan Taman
Kanak-kanak Aisyiyah Drono IV yang waktu itu di tempatkan di rumah
salah seorang pengurus Muhammadiyah yaitu beliau bapak Shobari, dengan
sarana dan prasarana yang begitu sederhana dan di bantu dari yayasan 2
tenaga pendidik serta meja kursi dan alat permainan seadanya1
Adapun pengurus pada waktu itu adalah :
Ketua : I. Drs. H. Marsudin
II. H. Rokib
Bendahara : I. Abdul Qoyi
II. Sam Sudini
Sekretaris : I. Pardimin BA
II. Sarwanto
1 Wawancara dengan pegurus Yayasan Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten 23Februari 2011
39
40
Karena muridnya bertambah banyak maka para pengurus
Muhammadiyah tersebut dengan tekad bulat mengadakan musyawarah
untuk meminjam rumah yang lebih luas dan lebih strategis untuk ditempati,
yaitu rumah bapak Kasbi, salah seorang warga Muhammadiyah di dukuh
Mlandangan. Beliaupun sangat senang dan mengijinkan rumahnya ditempati
sebagai sarana pendidikan Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono.
Setelah kurang lebih 6 tahun menempati gedung tersebut,
Muhammadiyah Ranting Drono mendapatkan tanah wakaf dari bapak Miyar
yang juga warga Muhammadiyah dukuh Mlandangan untuk di bangun
sebagai sarana pendidikan yang permanen dengan biaya swadaya dari
pengurus Muhammadiyah dan warga setempat akhirnya berdirilah gedung
Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono IV yang cukup luas dan terletak di
tengah-tengah pemukiman penduduk sehingga lebih aman dan menyatu
dengan warga.
2. Letak Geografis
Letak Taman Kanak-kanak Aisyiyah Drono IV di dataran rendah
tepatnya di dukuh Mlandangan, Drono, Ngawen, Klaten. Dimana
lingkungannya sangat mendukung sekali. Apalagi berdekatan antara sekolah
SD dan SMP sehingga suasana jadi lebih semarak.
TK tersebut di bangun di atas tanah seluas 1.200 m2 dan bangunan
dengan gedung permanen2
3. Struktur Organisasi
Susunan pengurus TK Aisyiyah Drono 4 Ngawen Klaten sebagai
berikut :
Pelindung : Kepala Desa Drono, Drs. Sutardiyanto
Penasehat : Pimpinan Muhammadiyah Ranting Drono,
H. Hasyim Sajadi
Ketua : I. Siti Aisyiah Pardimin
2 Dokumentasi Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten yang dikutip pada tgl 23Februari 2011
41
II. Siti Barokah
Bendahara : I. Sumarni
II. Ngatini
Sekretaris : I. Umi Fadhilah, S.Ag
II. Siti Syamsiyah
Seksi Pendidikan : I. Qomariyah
II. Mahmudah
Susunan Komite Sekolah Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV
Ngawen Klaten sebagai berikut :
Pelindung : Drs. Sutardiyanto
Penasehat : Siti Aisyah Pardimin
Ketua : I. Yuliana Setia Ningrum
II. Sri Wahyuni
Sekretaris : I. Istanti
II. Barokah
Bendahara : I. Muthoifah
II. Yayuk Abdullah
Seksi pembangunan : I. Sarwanto
II. Drs. Kusdiyanto
Anggota : I. Suranto
II. Setiyadi3
4. Tujuan
- Meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk hidup di lingkungan
masyarakat.
- Memberi bekal kemampuan dasar untuk memasuki jenjang ke sekolah
dasar, serta memberi bekal untuk mengembangkan diri sesuai dengan
asas pendidikan sedini mungkin.4
3 Ibid4 Ibid
42
5. Visi dan Misi
a. Visi
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab yang mantap serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b. Misi
Memberi bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan
serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang bermanfaat bagi
siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat dan warga negara sesuai tingkat perkembangan serta
persiapan anak didik untuk kehidupan dalam masyarakat.5
6. Sarana dan Prasarana
Fasilitas-fasilitas pendidikan (sarana dan prasarana) yang ada di
Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Drono IV Ngawen Klaten, sebagai berikut:
a. Mebeler
- Meja guru 1
- Kursi guru 2
- Lemari guru 1
- Meja anak didik 15
- Kursi anak didik 15
Recommended