View
59
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI
DI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
Oleh:
Fransisca Novia Jati Rosari
NIM: 151124047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITA SANATA DHARMA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Teruntuk kedua orang tuaku Bapak FX Sugiyanto dan Ibu MG. Miskinem
Kakak Romo Lukas Ivan Sanjaya, Pr.
Keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis,
Teman-teman yang selalu membantu dan mendukung pembuatan skripsi,
Serta Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Inilah aku, utuslah aku”
Yes 6:8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya tulis
ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Fransisca Novia Jati Rosari
NIM : 151124047
Demi pengembangan ilmu pengetahuan penulis memberikan wewenang
bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul
PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI DI PAROKI
SANTO YAKOBUS BANTUL beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak sepenuhnya untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk
media lain, mengelolanya dalam bentuk data, mendistribusikan secara terbatas,
dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI
EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL.” Penulis memilih judul
ini berpangkal dari keprihatinan penulis akan kurangnya pemahaman Prodiakon
tentang pelayanan dalam Liturgi Ekaristi. Hal ini terlihat dari pandangan umat dan
Prodiakon sendiri bahwa tugas utama pelayanan mereka ialah memimpin Ibadat di
Lingkungan. Prodiakon memahami Perayaan Ekaristi hanya sekedar upacara
keagamaan saja, padahal Ekaristi dapat dihayati sebagai Puncak dan Sumber
kehidupan Gereja. Akibatnya, Prodiakon kurang memahami pelayanan mereka
dalam Liturgi Ekaristi. Sebelum merayakan Ekaristi kita perlu membangun
communio sehingga perayaan Ekaristi akan membantu umat menerima rahmat
Allah demi kebaikan hidup mereka, untuk menyembah Allah dengan benar dan
untuk mengamalkan cinta kasih. Sesudah merayakan Ekaristi kita diharapkan
menjadi pribadi dan komunitas Ekaristis. Permasalahan pokok dalam skripsi ini
adalah Prodiakon yang kurang memahami arti Perayaan Ekaristi dan pelayanan
dalam Perayaan Ekaristi secara benar. Dalam konteks pemahaman mengenai
Perayaan Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber kehidupan Gereja, pelayanan
Prodiakon dibicarakan, sehingga Prodiakon mampu menghayati pelayanan
mereka dalam Perayaan Ekaristi. Pelayanan Prodiakon tidak hanya sekedar
membagi Komuni saja. Pelayanan itu menuntut mereka untuk meneladan Kristus
sendiri dalam memimpin Umat; artinya, mampu menjadikan dirinya dan
komunitasnya sebagai pribadi dan komunitas Ekaristis. Penulisan skripsi ini
merupakan hasil studi pustaka. Penulis mengumpulkan informasi dari buku,
artikel yang berkaitan dengan Prodiakon, Liturgi dan Liturgi Ekaristi. Harapannya
skripsi ini dapat berguna dan memberi wawasan baru mengenai peran prodiakon
dalam konteks perayaan Ekaristi.
Kata-kata kunci: Liturgi, Perayaan Ekaristi, Prodiakon, communio, Pribadi
Ekaristis, dan Komunitas Ekaristis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This undergraduate thesis is titled “EXTRAORDINARY EUCHARISTIC
MINISTERS’ (THE PRODIAKON) SERVICE IN EUCHARISTIC LITURGY AT
SAINT JAMES’ PARISH, BANTUL.” The author chooses this title based on the
author's concern about the lack of Prodiakon's understanding of service in the
Eucharistic Liturgy. This can be seen from the opinion of the people and the
Prodiakon themselves that their main service is to lead Worship in the
Community. The Prodiakon understands the Eucharistic celebration only as a
religious ceremony, and not as the summit and the source of Church’s life. As a
result, the Prodiakon do not understand their service in the Eucharistic Liturgy
correctly. Before celebrating the Eucharist we need to establish communion so
that the Eucharist will help people receive God's grace for the good of their lives,
to worship God properly and to practice love. After celebrating the Eucharist we
are expected to become Eucharistic people and community. The main problem in
this undergraduate thesis is the Prodiakons’ lack of correct understanding of both
the Eucharist as well as the meaning of their service in the Eucharist. Put in the
context of the understanding of the Eucharist as the summit and the source of
Church’s life, the Prodiakon’s services are discussed, so that the Prodiakon is
able to carry out their service in the Eucharistic celebration not only distributing
communion. This service entails a responsibility to imitate Christ himself in
leading the People; that is, being able to make themselves and their community
become Eucharistic people and community. This undergraduate thesis is a
literature study product. The author collects information from books and articles
about Prodiakon, Liturgy and Liturgy of the Eucharist. The author hopes that this
undergraduate thesis can be useful and provides new insights of the role of the
Prodiakon in the context of the celebration of the Eucharist.
Key words: Liturgy, Eucharistic Celebration, Prodiakon, communion,
Eucharistic Person, and Eucharistic Community
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa, karena berkat kasih dan
penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI DI PAROKI
SANTO YAKOBUS BANTUL. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan kuliah dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak. Pada kesempatan ini penulis
dengan sepenuh hati mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Katolik yang telah memberikan motivasi, masukan, kritikan dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
2. Dr. I. L. Madya Utama, SJ selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan perhatian, memberikan semangat, meluangkan waktu dan
membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan
dan kritikan-kritikan terlebih selalu mendampingi sehingga penulis dapat
semakin termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga
akhir penulisan skrispsi ini.
3. Bapak M. Ariya Seta, S.Pd, M. Theo selaku dosen pembimbing akademik
yang penuh kesabaran dan perhatian memberikan semangat, dukungan,
perhatian dan selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
4. Segenap dosen dan staf karyawan Prodi Pendikkat, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis selama ini.
5. Bapak FX Sugiyanto, Ibu MG Miskinem dan Kakak Romo Lukas Ivan
Sanjaya, Pr yang selalu mendoakan, memberikan semangat, motivasi dan
memfasilitasi selama penulis menyusun skripsi dari awal hingga akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Sahabat dekat Vincencia Melani Milasari, Juli Erni Zendrato dan Veronika
Elisa Mira Oktavia yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi sampai akhir.
7. Teman-teman angkatan 2015 yang selalu memberikan semangat, motivasi
dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini
dengan sepenuh hati memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................xvi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 4
E. Metode Penulisan ................................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 5
BAB II. PRODIAKON PAROKI ...................................................................... 7
A. Pengertian dan Sejarah Prodiakon ......................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Pengertian Prodiakon ....................................................................... 7
2. Sejarah Istilah Prodiakon ................................................................. 9
B. Syarat dan Tugas Prodiakon ................................................................... 10
C. Perbedaan Liturgi dan Ibadat ................................................................. 10
D. Perlengkapan Liturgi Bagi Prodiakon .................................................... 12
1. Busana Liturgi .................................................................................. 12
2. Peralatan Tugas Pelayanan ............................................................... 12
E. Spritualitas Hidup Prodiakon ................................................................. 13
F. Rangkuman ............................................................................................ 14
BAB III. PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI ........ 16
A. Liturgi Ekaristi ....................................................................................... 16
1. Pengertian Tentang Liturgi .............................................................. 16
2. Liturgi Ekaristi ................................................................................. 18
a. Ritus Pembuka ........................................................................... 19
b. Liturgi Sabda .............................................................................. 23
c. Liturgi Ekaristi ........................................................................... 26
d. Ritus Penutup ............................................................................. 29
3. Ekaristi Sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja ................ 30
a. Ekaristi Sebagai Puncak Kehidupan Gereja ............................... 30
b. Ekaristi Sebagai Sumber Kehidupan Gereja .............................. 32
4. Menjadi Pribadi dan Komunitas Ekaristis ....................................... 33
B. Pelayanan Prodiakon dalam Terang Liturgi Ekaristi ............................. 35
BAB IV. UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PRODIAKON DALAM
LITURGI EKARISTI ................................................................................. 40
A. Berbagai Upaya Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi
Ekaristi ................................................................................................... 40
B. Rekoleksi Sebagai Upaya Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam
Liturgi Ekaristi ....................................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
C. Contoh Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Bantul Sebagai
Usaha Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi ...... 45
1. Latar Belakang Program Rekoleksi Prodiakon ................................ 45
2. Tema dan Tujuan Program ............................................................... 47
3. Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Bantul Sebagai Usaha
Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi ........... 49
4. Jadwal Rekoleksi .............................................................................. 54
D. Contoh Satuan Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Bantul
Sebagai Usaha Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi
Ekaristi ................................................................................................... 55
1. Sesi ke II ........................................................................................... 55
2. Sesi ke III ......................................................................................... 67
BAB. V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 73
A. Simpulan ................................................................................................ 73
B. Saran ...................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 76
LAMPIRAN ....................................................................................................... 77
Lampiran I: Lagu “Hidup Ini Adalah Kesempatan” ................................... 78
Lampiran II: Lagu “Aku Bersyukur Pada-Mu” .......................................... 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1: Perbedaan Diakon dan Prodiakon ........................................................ 08
Tabel 2: Perbedaan Liturgi dan Ibadat ............................................................... 11
Tabel 3: Matriks Program Rekoleksi ................................................................. 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh
Lembaga Alkitab Indonesia, LAI, 2015.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Trandendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus
II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 oktober 1979
SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II
tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963.
C. Singkatan Lainnya
Bdk : Bandingkan
Dll : Dan lain-lain
DSA : Doa Syukur Agung
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
PKKI : Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan se Indonesia
SCP : Shared Christian Praxis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Liturgi adalah salah satu bentuk pelayanan dalam Gereja. Liturgi berasal
dari bahasa Yunani leitourgia yang terbentuk dari akar kata ergon yang berarti
‘karya’, dan leitos yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos atau bangsa.
Secara harafiah leitourgia berarti ‘kerja’ atau ‘pelayanan yang dibaktikan bagi
kepentingan bangsa’ (Martasudjita, 1999:18). Tetapi tidak sedikit umat Kristiani
khususnya di Paroki Santo Yakobus Bantul yang memahami liturgi hanya sebagai
upacara atau ritus ibadat dalam Gereja. Tidak sedikit umat yang memahami
Liturgi sebatas urutan upacara keagamaan dan segala hal yang berkaitan dengan
upacara tersebut, seperti petugas, peralatan dan sebagainya. Dalam Gereja Katolik
sendiri Liturgi dikaitkan dengan perayaan Ekaristi dan Ibadat.
Pelayan yang terlibat dalam liturgi dibedakan menjadi dua yaitu pelayan
tertahbis dan pelayan bukan tertahbis. Pelayan tertahbis diperuntukkan bagi
mereka yang menerima sakramen imamat yaitu Uskup, Imam, dan Diakon. Kaum
awam bisa terlibat dalam pelayanan liturgi sebagai pelayan bukan tertahbis. Kaum
awam terlibat dalam pelayanan liturgi sebagai Misdinar, Lektor, team paramenta
atau sebagai Prodiakon. Dalam penulisan ini, penulis berfokus pada pelayanan
Prodiakon.
Prodiakon adalah orang awam yang ditugaskan oleh uskup untuk membantu
menerimakan Tubuh Tuhan (komuni) dalam rangka Perayaan Ekaristi, liturgi
sabda dan kepada orang sakit dan untuk memimpin ibadat non-sakramental dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tanpa (memberikan) berkat (Martasudjita, 1999:223). Tugas yang paling utama
ialah membantu Imam membagikan Komuni Suci baik dalam Perayaan Ekaristi
maupun diluar Perayaan Ekaristi (kepada orang sakit dan tahanan dalam penjara).
Tetapi mereka kurang memahami tugas utamanya sebagai Prodiakon. Para
Prodiakon menganggap bahwa tugas utamanya ialah memimpin ibadat, sehingga
Prodiakon kurang memahami Liturgi Ekaristi. Ketika saat bertugas dalam
Perayaan Ekaristi hanya sekedar bertugas saja tanpa memhami Ekaristi itu sendiri.
Syarat dan tugas menjadi prodiakon paroki ialah memiliki nama baik
sebagai pribadi ataupun keluarga, diterima umat dan memiliki penampilan layak
(Martasudjita, 2017:19-20). Prodiakon juga harus memiliki pengetahuan dan
ketrampilan liturgis dan peribadatan yang memadai (Martasudjita, 2017:25).
Ketrampilan ini harus mereka peroleh karena prodiakon merupakan pelayan
ibadat. Mereka tidak harus mengerti mengenai seluruh teori liturgi, akan tetapi
memahami hal-hal pokok dalam liturgi dan peribadatan akan sangat membantu
prodiakon dalam melayani. Prodiakon harus dituntut mengerti mengenai alat-alat
dan busana liturgi, tata gerak liturgi, tata urutan ibadat dan ekaristi. Walaupun
menjadi prodiakon merupakan hal yang sulit tetapi berkah yang melimpah karena
boleh menjadi pelayan altar dan mereka juga kerap disebut asisten Imam.
Seiring dengan pemahaman umat tentang Liturgi sebagai upacara
keagamaan, peran Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi juga sebatas peran liturgis
yang tidak ada kaitannya dengan dimensi sosial iman Kristiani. Keterlibatan kaum
awam sebagai prodiakon sebaiknya dipandang sebagai persembahan hidupnya
untuk Gereja. Walaupun pelayanannya masih di bawah Diakon tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pelayanannya sangat dibutuhkan oleh Gereja. Pelayanan ini dipandang sebagai
panggilan hidup. Sudah semestinya Gereja memberikan penghargaan kepada
Prodiakon sebagai pelayan ibadat dalam Gereja.
Perayaan Ekaristi adalah perayaan liturgi Gereja yang resmi, yang
mempersatukan umat dengan Kristus. Dalam Perayaan Ekaristi, umat secara
khusus mengambil bagian dalam penyerahan Kristus kepada Bapa sekaligus
dipersatukan satu sama lain oleh Kristus. Dalam Perayaan Ekaristi, seluruh umat
mendapatkan wadah untuk merayakan iman secara bersama (Sugiyono, 2010:8).
Dalam Perayaan Ekaristi ini ada pelayanan yang dilakukan oleh Prodiakon.
Prodiakon membantu Imam dalam membagikan Komuni Suci di gereja, terutama
jika jumlah Imam yang tidak sebanding dengan banyaknya umat yang mengikuti
Ekaristi pada hari itu maka dibutuhkan pelayanan mereka. Mereka juga membantu
dalam penerimaan Komuni bagi orang sakit dan para tahanan di dalam penjara.
Oleh sebab itu, penulis ingin mengkaji inspirasi lebih mendalam mengenai
pelayanan prodiakon dalam tugas pelayanan ibadat Gereja sebagai bentuk
keterlibatan kaum awam dalam tugas pelayanan Gereja. Penulis memilih judul
kajian ini, yakni “PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI
DI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL.” Penulis berharap bahwa dengan
kajian ini, pelayanan Prodiakon tidak hanya dimengerti secara kultis melainkan
juga memiliki dimensi kesalehan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan
dibahas dalam skripsi oleh penulis, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan pelayanan Prodiakon Paroki saat ini?
2. Apa sajakah pelayanan Prodiakon dalam terang Liturgi Ekaristi?
3. Usaha apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan Prodiakon
dalam terang liturgi Ekaristi?
C. Tujuan Penulisan
Beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini sebagai
berikut:
1. Memaparkan pelayanan Prodiakon Paroki saat ini.
2. Mendeskripsikan pelayanan Prodiakon dalam terang Liturgi Ekaristi.
3. Mendeskripsikan upaya konkret yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pelayanan Prodiakon dalam terang liturgi Ekaristi.
D. Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat dari penelitian ini, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat berguna dan memberi wawasan
baru mengenai peran prodiakon dalam konteks perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi kaum awam
Kaum awam mau terpanggil untuk mengabdikan diri dalam pelayanan di
Gereja. Melibatkan diri mereka untuk perkembangan Gereja, serta memahami
Ekaristi sebagai pedoman hidup mereka baik dalam pelayanan di Gereja maupun
dalam hidup bermasyarakat.
b. Bagi Prodiakon
Diharapkan para Prodiakon semakin bersemangat mengabdikan diri sebagai
pelayan Gereja dan meningkatkan pelayanan mereka sebagai pelayan ibadat
Gereja, yang tidak terbatas dalam perayaan Liturgi tetapi juga menyangkut
keterlibatan sosial dalam hidup bermasyarakat.
E. Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini didasarkan pada studi kepustakaan dengan
menggunakan metode deskriptif kritis. Dengan metode ini, penulisan dilakukan
dengan mengemukakan, menyampaikan, menggambarkan dan memberikan
catatan kristis terhadap apa yang sudah didapat dari studi pustaka. Berdasarkan
judul yang dipilih, penulis akan memaparkan keterlibatan Prodiakon dalam
pelayanan Liturgi Ekaristi.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokok-
pokok yang dibahas sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB I
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
Bab ini membahas tentang Prodiakon Paroki.
BAB III
Bab ini membahas tentang Prodiakon sebagai pelayan liturgi Ekaristi.
BAB IV
Bab ini berisi tentang upaya konkret yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pelayanan Prodiakon dalam liturgi Ekaristi.
BAB V
Bab ini merupakan Penutup, yang mencakup kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PRODIAKON PAROKI
Dalam bab sebelumnya penulis telah menjabarkan mengenai latar belakang
pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi, rumusan masalah, tujuan penulisan
skripsi, manfaat penulisan skripsi, metode penulisan skripsi, serta judul skripsi.
Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai Prodiakon Paroki dalam lima
bagian. Bagian pertama akan membahas mengenai pengertian dan sejarah
Prodiakon. Bagian kedua menjelaskan mengenai syarat menjadi Prodiakon.
Bagian ketiga menjelaskan mengenai Perbedaan liturgi dan ibadat. Bagian
keempat menyajikan perlengkapan liturgi yang digunakan oleh Prodiakon. Bagian
kelima memaparkan mengenai spiritualitas hidup Prodiakon. Bagian terakhir
menyajikan ringkasan mengenai bab dua ini.
A. Pengertian dan Sejarah Prodiakon
1. Pengertian Prodiakon
Prodiakon adalah kaum awam yang diangkat oleh Uskup setempat melalui
Surat Tugas untuk Paroki tertentu sebagai petugas ibadat. Prodiakon diangkat
selama tiga tahun. Kebijakan tentang berapa kali periode, batasan umur untuk
prodiakon di setiap Paroki berbeda. Tugas prodiakon adalah membantu
penerimaan komuni dalam rangka Perayaan Ekaristi, mengirim komuni untuk
orang sakit, serta memimpin Ibadat Sabda dengan memberikan homili tetapi tidak
memberikan berkat publik kepada umat (Martasudjita, 2017: 9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Istilah prodiakon berasal dari kata Latin, pro dan diakon. Kata pro berarti
demi, untuk kepentingan, sebagai ganti, selaku, bagaikan, seolah-olah. Kata
diakon merupakan bentukan dari kata Yunani diakonos, yang berarti seseorang
yang melayani, membuat pelayanan, mengurusi, menyelesaikan. Prodiakon
merupakan pengganti diakon (Martasudjita, 2017: 10). Ada beberapa perbedaan
antara diakon dan prodiakon.
Tabel 1. Perbedaan diakon dan prodiakon
Diakon Prodiakon
Ditahbiskan
Klerus dan hierarki
Menerima materai imamat tingkat
terendah
Jabatan berlaku tetap
Wilayah pelayanan luas
Tugas-tugas yang lebih luas
Dilantik
Kaum awam
Tidak menerima materai imamat
Belaku jangka waktu tertentu (3
tahun)
Wilayah pelayanan di Paroki
sendiri
Tugas sesuai dengan penugasan
uskup dan pastor paroki
Sumber: Martasudjita, 2017: 12
Istilah prodiakon hanya ada di beberapa keuskupan di Indonesia, seperti
Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bandung
dan Keuskupan Purwakerta. Di Keuskupan lain ada istilah Asisten Imam dan
Asisten Pastoral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Sejarah Istilah Prodiakon
Istilah Prodiakon muncul pertama kali di Keuskupan Agung Semarang
(KAS) pada 1985. Romo Ign. Wignyasumarta, MSF, selaku sekretaris KAS
mengeluarkan surat pada 7 Agustus 1985 yang ditujukan kepada para Rama
Paroki sewilayah KAS mengenai pelayan awam ini dengan nama Prodiakon
Paroki. Surat ini merupakan hasil rapat Konsult KAS pada 5 – 6 Agustus 1985 di
Girisonta. Sebelum nama ini diresmikan ada beberapa istilah untuk pelayan
awam ini.
Sebelumnya pada tahun 1966 di KAS terjadi penambahan jumlah umat
Katolik yang mencolok yang berdampak pada kekurangan jumlah imam. Karena
masalah ini Justinus Kardinal Darmajuwana, Uskup KAS, memohon kepada
Roma (Propaganda Fide, Konggregasi untuk Penyebaran Iman) agar KAS boleh
menunjuk para awam untuk membantu imam dalam membagi Komuni baik saat
Ekaristi maupun di luar Perayaan Ekaristi (Siswata, 1991: 11). Akhirnya
dipilihlah mereka menjadi pelayan Komuni ini dengan nama Diakon Awam.
Pada akhir tahun 1983, nama Diakon Awam diganti dengan Diakon Paroki
karena istilah Diakon Awam kurang tepat, sebab istilah Diakon dikenakan untuk
mereka yang telah ditahbiskan menjadi Diakon dan bukan lagi merupakan awam.
Tugas Diakon tertahbis dan Diakon Paroki agak sama. Pada 1985 istilah Diakon
Paroki resmi diganti menjadi Prodiakon Paroki sampai saat ini. Prodiakon Paroki
dipilih untuk menjalankan sebagian tugas Diakon tertahbis.
Tugas-tugas resmi seorang Prodiakon yaitu membantu Imam menerimakan
komuni. Menerimakan komuni saat Perayaan Ekaristi, dan di luar Perayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Ekaristi, seperti dalam Ibadat Sabda, Perayaan Sabda Hari Minggu dan mengirim
komuni suci bagi orang sakit. Tugas berikutnya ialah melaksanakan tugas yang
diberikan oleh Pastor Paroki. Tugas ini, seperti memimpin Ibadat Sabda dan
memberikan homili, memimpin upacara pemakaman dan memimpin doa untuk
ujub dan keperluan Lingkungan (Martasudjita, 2017: 21).
B. Syarat Menjadi Prodiakon
Ada beberapa syarat untuk menjadi Prodiakon. Syarat pertama untuk
menjadi Prodiakon Paroki adalah memiliki nama baik, sebagai pribadi maupun
dalam keluarga: Seorang yang beriman dan memiliki kehidupan yang baik, baik
bagi yang belum menikah maupun sudah menikah (Martasudjita, 2017: 19).
Syarat berikutnya ialah diterima oleh umat. Diterima karena perilaku dan
hidup moralnya yang baik. Diterima juga karena memiliki watak dan karakter
yang seimbang dan mampu menjadi penengah dalam umat. Syarat yang terakhir
ialah memiliki penampilan yang layak. Prodiakon diharapkan mampu memimpin
doa dengan baik, membaca Kitab Suci dengan baik dan jelas serta dapat
berhomili yang dapat dimengerti oleh seluruh umat (Martasudjita, 2017: 20).
C. Perbedaan Liturgi dan Ibadat
Perbedaan pengertian tentang liturgi dan ibadat dalam segi bahasa, teologis
dan liturgis, dapat dilihat dalam tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel 2. Perbedaan liturgi dan ibadat.
Pembeda Liturgi Ibadat
Segi bahasa Liturgi sebagai tindakan untuk
mengungkapkan iman. Liturgi
berhubungan dengan doa yang
menyatakan iman dan
hubungan kita dengan Allah.
Ibadat mencakup tindakan
ungkapan iman dan sekaligus
tindakan perwujudan iman.
Segi teologis Liturgi adalah suatu
komunikasi dua arah yang
saling terkait, yakni Allah yang
menguduskan dan
menyelamatkan manusia
(katabatis) dan sekaligus
manusia menanggapi
pengudusan Allah itu dengan
memuliakan Allah (anabatis).
Tekanan ibadat lebih terletak
pada aspek gerakan anabatis
saja, yakni dari manusia ke
Allah sebagai tanggapan atas
karunia pengudusan-Nya itu.
Segi liturgis Bersifat resmi. Contoh
perayaan liturgi sakramen-
sakramen
Tidak selalu pada level atau
tingkatan resmi. Contoh ibadat
sakramentali (ibadat
pertunangan, ibadat
pemberkatan rumah, dll.)
Sumber: Martasudjita, 2017: 47
Salah satu tugas Prodiakon selain tugas utamanya membantu Imam dalam
menerimakan komuni adalah memimpin Ibadat Sabda. Karena itu Prodiakon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mesti mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Dengan mempersiapkan diri,
membantu Prodiakon untuk menyiapkan hal-hal yang harus mereka persiapkan
untuk menunjang pelayanan mereka.
D. Perlengkapan Liturgi Bagi Prodiakon
1. Busana Liturgi
Pakaian liturgi seorang prodiakon yang resmi adalah Alba yang diikat
dengan singel. Alba adalah pakaian resmi yang bisa dipakai siapa saja yang
bertugas dalam liturgi, termasuk Imam. Bisa ditambahkan samir, yaitu kain
semacam selendang yang dikalungkan dan ujungnya bertemu dan biasanya diberi
salib yang bergantung. Samir berbeda dengan stola milik Imam atau pun diakon
tertahbis (Martasudjita, 2017: 52).
2. Peralatan Tugas Pelayanan
Beberapa peralatan liturgi yang diperlukan prodiakon menurut jenis
pelayanan liturgi atau ibadatnya.
a) Untuk pelayanan dalam Perayaan Ekaristi, saat prodiakon bertugas membagi
komuni saat Perayaan Ekaristi, alat liturgi yang digunakan ialah kain piala
atau purificatorium.
b) Untuk pelayanan mengirim komuni kudus kepada orang sakit atau di penjara,
prodiakon membutuhkan piksis, yaitu wadah untuk menyimpan hosti suci
yang dimasukkan kedalam kantong yang diberi tali sehingga saat
membawanya dapat dikalungkan di dada. Selain piksis di dalam kantong juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
disiapkan korporal atau kain putih yang digunakan untuk mengalasi piksis.
Di tempat orang yang dikirimi komuni, hendaknya disediakan meja yang
diberi taplak putih yang bersih dan diletakkan salib serta lilin yang menyala.
c) Untuk pelayanan Ibadat Sabda di Lingkungan, prodiakon tidak memerlukan
peralatan liturgi. Prodiakon hanya menyiapkan buku-buku yang digunakan
untuk Ibadat Sabda saja seperti Kitab Suci, buku doa, buku nyanyian. Untuk
pelayanan ibadat berkat atau sakramentali, prodiakon memerlukan buku-buku
pemberkatan yang disesuaikan dengan kebutuhan, Kitab Suci, buku doa-doa
dan buku nyanyian. Jika ada pemberkatan, diperlukan air suci yang telah
disiapkan baik dalam aspergil atau wadah air suci dan hisop (Martasudjita,
2017: 53-55).
E. Spiritualitas Hidup Prodiakon
Menjadi seorang prodiakon merupakan sebuah panggilan hidup, karena
pelayanannya juga merupakan panggilan hidup. Allah memanggil kita untuk
melayani umat Allah dengan tugas pelayanan yang diberikan oleh Uskup atas
nama Gereja, walaupun pemanggilannya sendiri berupa usulan dari pemilihan
Prodiakon yang dilakukan oleh umat, lalu diajukan ke Pastor Paroki.
Prodiakon paroki tidak dipanggil untuk merencanakan dan melaksanakan
apa yang menurut pikiran dan pandangannya, melainkan untuk ambil bagian
dalam karya pengudusan dari Allah untuk umat-Nya. Kesadaran bahwa perayaan
liturgi pertama-tama sebagai karya Allah sendiri membantu para Prodiakon untuk
tidak memasang target sendiri ataupun ambisi pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Menjadi seorang prodiakon berarti harus banyak hal yang dikorbankan,
karena menjadi prodiakon adalah sebuah pengabdian. Prodiakon adalah kaum
awam justru sering tidak dapat menjalani hidup sebagai kaum awam yang normal
karena sering harus berpisah dari keluarga di saat Perayaan Ekaristi. Inilah rasul
awam, inilah prodiakon paroki yang bagi Gereja disebut sebagai “pahlawan
tanpa tanda jasa.” Prodiakon Paroki merupakan satu dari panggilan rasul awam
Gereja, tetapi prodiakon memang memiliki tempat dan peran khusus dalam
pembangunan jemaat (Martasudjita, 2017: 31).
F. Rangkuman
Prodiakon adalah pelayan yang diangkat oleh Uskup setempat melalui
Surat Keputusan bagi Paroki tertentu. Tugas utama mereka ialah membantu
Imam membagi komuni dalam Perayaan Ekaristi baik di dalam maupun di luar
perayaan Ekaristi. Tugas yang lainnya ialah memimpin Ibadat Sabda di
Lingkungan. Tetapi Prodiakon sendiri kurang memahami tugas utamanya,
karena mereka menganggap tugas utamanya ialah memimpin Ibadat Sabda di
Lingkungan.
Secara umum, tugas-tugas Prodiakon biasanya meliputi: tugas utama
membantu menerimakan komuni di dalam Perayaan Ekaristi dan di luar
Perayaan Ekaristi, entah dalam suatu Ibadat Sabda, Perayaan Sabda Hari
Minggu, entah mengirim komuni kepada orang yang sakit atau di penjara; tugas
berikutnya melaksanakan tugas yang diberikan oleh Pastor Paroki, misalnya
memimpin Ibadat Sabda, memberikan homili, memimpin upacara pemakaman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
serta memimpin doa untuk berbagai ujud dan keperluan di lingkungan
(Martasudjita, 2017:21). Tetapi prodiakon sendiri lebih memahami bahwa tugas
yang diberikan oleh Pastor Paroki di Lingkunganlah yang paling utama. Dengan
demikian kurang memahami Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi.
Prodiakon jarang sekali memahami Liturgi Ekaristi. Liturgi Ekaristi hanya
dihayati sebagai ritual keagamaan saja. Prodiakon lebih banyak memahami cara
berkhotbah yang baik, tetapi tidak cukup menghayati Ekaristi. Saat bertugas
membantu Imam hanya sekedar membantu Imam membagi komuni saja, tanpa
memahami Ekaristi itu sendiri.
Pada umumnya Prodiakon sering memahami Liturgi secara sempit, sebatas
pada hal-hal praktis, soal aturan peribadatan, soal duduk dan berdiri, soal
pembacaan doa dan Sabda Allah, soal nyanyian yang cocok untuk Perayaan
Ekaristi Perkawinan yang mana dan sebagainya (Martasudjita, 2017:39).
Prodiakon kurang paham mengenai perannya dalam Liturgi Ekaristi.
Paroki juga kadang kurang memperhatikan pemahaman Prodiakon mereka
mengenai Liturgi Ekaristi. Asal Prodiakon mau bertugas ketika Perayaan
Ekaristi sudah beres. Ketika mengadakan pertemuan untuk Prodiakon, materi
yang dibahas hanya mengenai Liturgi secara sempit saja, seperti mengenai alat-
alat liturgi, pakaian yang digunakan atau cara berkhotbah yang baik. Mengenai
Liturgi Ekaristi hanya dibahas sesingkatnya saja, bahkan kadang kurang
mengena pada diri Prodiakon sendiri. Paroki juga perlu memberikan pertemuan
yang membahas mengenai pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi,
khususnya pemahaman khusus mengenai Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI
Dalam bab sebelumnya, penulis telah membahas mengenai Prodiakon
Paroki. Dalam pembahasan tersebut disebutkan bahwa salah satu tugas seorang
Prodiakon ialah membantu Imam dalam Perayaan Ekaristi. Dalam bab III ini,
penulis akan membahas mengenai tugas tersebut, terkhusus Pelayanan Prodiakon
dalam Liturgi Ekaristi. Pembahasan ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
membahas mengenai Liturgi Ekaristi, kemudian bagian kedua menjelaskan
tentang Pelayanan Prodiakon dalam Terang Liturgi Ekaristi.
A. Liturgi Ekaristi
1. Pengertian Tentang Liturgi
Liturgi dapat dipahami dari macam-macam pengertian. Dalam pikiran
banyak orang liturgi dimengerti sebagai hal-hal mengenai doa, ibadat, urutan
ibadat, nyanyian liturgi, peralatan liturgi, cara duduk atau berdiri yang liturgis dan
sebagainya. Pandangan mengenai liturgi selalu menyangkut hal-hal praktis yang
berhubungan dengan tata ibadat atau doa yang bersifat kultus (Martasudjita, 2011:
13). Umat lebih memahami Liturgi sebagai upacara atau ibadat publik Gereja dan
dipandang sebagai kumpulan aturan dalam peribadatan. Umat cenderung melihat
Liturgi hanya dari segi-segi luar dengan aturan yang mengikat, namun Liturgi
memiliki arti yang lebih dalam dari pada itu semua. Liturgi perlu dipahami lebih
dalam oleh umat, agar umat sendiri lebih memahami dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Liturgi adalah salah satu bentuk pelayanan dalam Gereja. Liturgi berasal
dari bahasa Yunani leitourgia yang terbentuk dari akar kata ergon yang berarti
‘karya’, dan leitos yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos atau bangsa.
Secara harfiah leitourgia berarti ‘kerja’ atau ‘pelayanan yang dibaktikan bagi
kepentingan bangsa’ (Martasudjita, 1999: 18).
Dalam Perjanjian Lama, liturgi berarti pelayanan ibadat, digunakan untuk
menunjuk pelayanan ibadat para imam atau kaum Lewi, yakni pelayanan ibadat
dalam Bait Allah di Yerusalem, sedangkan tindakan kultis umat biasanya
diungkapkan dengan istilah latreia (penyembahan). Istilah leitourgos berarti
pelayan liturgi atau pelayan dalam arti umum (Martasudjita, 2011: 16).
Dalam Perjanjian Baru, kata benda leitourgia dan kata kerja leitourgein
mengalami perkembangan yang menarik, dengan makna yang sama yakni
pelayanan imam Perjanjian Lama. Surat Ibrani merupakan kitab yang paling
sering menggunakan kedua kata itu yakni sebanyak 3 kali (Ibr 8: 6; 9: 21; 10: 11).
Penulis surat Ibrani menggunakan kata leitourgia untuk menjelaskan makna
imamat Yesus Kristus sebagai satu-satunya imamat Perjanjian Baru (Mastasudjita,
2011: 16). Liturgi dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan pelayanan kepada
Allah dan sesama. Pelayanan kepada Allah dan sesama itu tidak dibatasi hanya
pada bidang ibadat saja, tetapi juga pada aneka bidang kehidupan lain. Perjanjian
Baru hanya mengenal satu imamat saja, yaitu imamat Yesus Kristus, sedangkan
imamat khusus (tahbisan) dalam Gereja selalu merupakan partisipasi dalam satu-
satunya imamat Yesus Kristus (Martasudjita, 2011: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Istilah liturgi pada masa pasca para Rasul sudah digunakan untuk kegiatan
ibadat atau doa Kristiani. Klemens dalam suratnya (1Klemens 41: 1) menyebut
istilah liturgi untuk menunjuk pelayanan ibadat, baik kepada Allah maupun
kepada jemaat yang dilakukan oleh uskup, imam dan diakon. Istilah liturgi
digunakan hanya menunjuk pada Ekaristi (Martasudjita, 1999: 21).
Pengertian yang utuh mengenai makna liturgi dapat kita temukan dalam
Konstitusi Liturgi hasil sidang Konsili Vatikan II, yaitu Sacrosanctum Concilium
(SC). Dokumen ini merupakan hasil proses panjang dari perjuangan upaya
pembaruan liturgi melalui gerakan pembaruan liturgi. Dokumen ini merupakan
puncak dan mahkota perjuangan panjang usaha pembaharuan liturgi tersebut
(Martasudjita, 2011: 20). Pernyataan tentang iturgi terdapat dalam SC 7:
Maka, benarlah bahwa liturgi dipandang sebagai pelaksanaan tugas imamat
Yesus Kristus. Di dalam liturgi, dengan tanda-tanda lahiriah, pengudusan
manusia dilambangkan dan dihasilkan dengan cara yang sesuai dengan
masing-masing tanda ini; di dalam Liturgi, seluruh ibadat publik
dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Yesus Kristus, yakni Kepala beserta para
anggota-Nya.
Dalam pernyataan di atas, Liturgi dimengerti sebagai pelaksanaan tugas imamat
Yesus Kristus yang dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Kristus, yaitu Kepala dan
para anggota-Nya. Jadi, Liturgi adalah perayaan misteri karya keselamatan Allah
dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung,
bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus (Martasudjita, 2011: 22).
2. Liturgi Ekaristi
Perayaan Ekaristi adalah perayaan liturgis Gereja resmi, yang
mempersatukan umat dengan Kristus (Sugiyono, 2010: 8). Dalam Perayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Ekaristi, umat mengambil bagian dalam penyerahan diri kepada Kristus dan
dipersatukan oleh Kristus dengan semua umat beriman.
Dari Kisah para Rasul (2: 42.46; 20: 7.11) diketahui bahwa Jemaat Perdana
dengan rajin merayakan Perjamuan Tuhan. Dari kesaksian Paulus (1 Kor 11: 17-
34) dapat ditarik kesimpulan, bahwa mereka merayakannya serupa dengan
Perjamuan Terakhir, artinya menurut adat-kebiasaan orang Yahudi. Hal itu tidak
mengherankan, karena murid-murid Yesus yang pertama kebanyakan berasal dari
kalangan Yahudi. Namun dari berita Paulus mungkin kelihatan bahwa perayaan
bersama dengan orang lain (yang belum Kristiani) dapat menimbulkan kesulitan
(KWI, 1996: 406).
Bagaimanapun juga, sekitar tahun 200 (barangkali sudah sebelumnya),
dalam kerangka perayaan Ekaristi sudah tidak lagi diadakan perjamuan sungguh
(artinya, makan besar). Semua terbatas pada doa saja, yakni doa sebelum dan doa
sesudah makan. Karena sudah tidak ada makan lagi, maka kedua doa itu tentu
menjadi satu. Doa pendek sebelum makan diintegrasikan dalam doa yang disebut
birkat ha-mazon menjadi Doa Syukur Agung seperti yang dikenal sampai
sekarang (KWI, 1996:406).
Ekaristi berasal dari bahasa Yunani, eucharistia, yang berarti syukur. Dalam
Perayaan Ekaristi terdapat 4 bagian: Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi
Ekaristi dan Ritus Penutup.
a. Ritus Pembuka
Ritus Pembuka terdiri dari bagian-bagian yang mendahului Liturgi Sabda,
tujuannya untuk mempersatukan umat yang berhimpun dan menyiapkan mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
supaya dapat mendengarkan sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan
Ekaristi dengan sebaik-baiknya (Suharyo, 2011: 15). Ritus Pembuka dibuka
dengan tanda salib untuk mengawali seluruh perayaan Ekaristi. Gerakan tanda
salib ini sudah dipakai oleh orang-orang Kristiani sejak abad kedua. Pembuka
perayaan Ekaristi ini mengajak kita untuk menyadari bahwa Allah Tritunggal
memanggil kita menjadi satu persekutuan. Merayakan Ekaristi sebagai tanggapan
kita terhadap undangan Allah, Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah-lah yang
menjadi tuan rumah bagi perayaan perjamuan dan kurban, kenangan akan Paskah
Yesus Kristus dan jaminan perjamuan abadi di dalam Kerajaan Allah (Suharyo,
2011: 16).
Undangan Allah untuk ikut serta dalam perjamuan dan kurban Ekaristi ini
ditujukan kepada semua orang tanpa memperhatikan perbedaan latar belakang
ekonomi, sosial, politik, budaya atau perbedaan apapun juga. Ekaristi
mengajarkan kita bahwa kita perlu mengesampingkan perbedaan-perbedaan
sosial dan mengatasi kepentingan-kepentingan yang dangkal, kalau kita
mendengarkan panggilan dari Allah, kita mampu berhimpun sebagai sesama
saudara yang mempunyai jati diri sebagai anak-anak Allah (Suharyo, 2011: 17).
Dalam perjamuan dan kurban Ekaristi, kita diundang untuk hidup sebagai
persekutuan yang semakin bersatu dan bersaudara. Kita diundang untuk ikut
terlibat dalam penguatan ikatan persaudaraan itu (Suharyo, 2011: 18).
Dengan menghayati Ekaristi, kita diundang untuk terus-menerus membarui
pandangan kita: kita diundang dan dihimpun oleh Allah sebagai anak-anak-Nya
(Suharyo, 2011: 19). Pada awal perayaan Ekaristi daya keselamatan Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
membangun persekutuan persaudaraan. Pemahaman Ekaristi yang individualistik
perlu dilengkapi dengan corak komuniter yang sudah ditekankan sejak awal
dengan membuat tanda salib sambil menyebut nama Allah Tritunggal (Suharyo,
2011: 20). Komunitas biarawan-biarawati menjadi saksi bahwa membangun
persekutuan hidup bersama yang terdiri dari pribadi-pribadi yang berasal dari
berbagai latar belakang, adalah suatu yang sungguh mungkin (Suharyo, 2011:
22).
Pentingnya kesadaran akan kebersaman kita sebagai umat Allah dalam
perayaan Ekaristi dapat diperdalam dengan arti gerak imam yang mencium altar.
Arti dari gerak itu adalah penghormatan terhadap para kudus khususnya para
martir yang relikuinya diletakkan pada altar. Dengan cara ini, Gereja ingin
menyatakan bahwa umat yang bersatu tidak mungkin terbangun kalau tidak ada
orang yang rela memberikan diri dan membagikan hidupnya (Suharyo, 2011:23).
Seorang imam pemimpin Ekaristi mencium altar artinya mencium relikui martir
yang ada di altar itu, ia bukan hanya menyatakan hormat, tetapi juga niat untuk
rela menjadi martir kecil demi terbangunnya komunitas murid-murid Yesus yang
sejati. Komunitas itu menjadi kenyataan ketika umat bersama-sama menerima
komuni (= communion berarti persekutuan). Persekutuan inilah yang perlu
diwujudnyatakan dalam persaudaraan sejati dalam kehidupan sehari-hari
(Suharyo, 2011:24).
Gereja yang dilahirkan secara baru sebagai tanggapan atas panggilan dan
rahmat Allah dalam Ekaristi, adalah cermin Allah Tritunggal: umat Allah yang
kudus, Tubuh Kristus, Kenisah Roh Kudus. Semakin kita menyadari kenyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
ini kita juga semakin sadar bahwa kita adalah himpunan orang-orang berdosa.
Oleh karena itu, kita kembali kepada Allah, sambil memikul beban dosa kita dan
kita mengakui bahwa “Kami telah berdosa … Tuhan kasihanilah kami.” Kita
mengakui kedosaan kita tidak hanya kepada Allah, tetapi juga kepada sesama
kita. Kita mengakui bahwa kita adalah bagian dari umat manusia yang berdosa
(Suharyo, 2011: 25).
Pengakuan bahwa kita adalah orang-orang berdosa juga menekankan
kebersamaan sebagai umat Tuhan. Ini semua mengungkapkan dan menegaskan
kebersamaan kita sebagai umat yang menghadap Tuhan memohon kerahiman-
Nya agar dengan hati bersih dapat bersama-sama mendengarkan Sabda Allah
(Suharyo, 2011: 26). Dalam pengakuan diri sebagai orang-orang berdosa, kita
menempatkan diri kita sebagai makhluk ciptaan Allah. Menghayati Ekaristi
berarti juga melihat dan mengakui bahwa rahmat Allah berkarya dalam diri orang
lain. Inilah landasan dari segala sikap terbuka. Ekaristi membuka mata kita untuk
melihat yang baik dan yang benar di dalam diri mereka yang berbeda dari kita.
Sementara itu kita akan terdorong untuk lebih bersyukur dan bergembira atas
kebenaran yang telah dianugerahkan dan dipercayakan kepada kita. Kecurigaan
semestinya tidak ada tempatnya dalam Komunitas Ekaristis (Suharyo, 2011: 27-
28).
Komunitas Ekaristis adalah komunitas yang mewartakan pesan pendamaian,
mengembangkan dialog dan persaudaraan serta berjuang untuk menyelesaikan
berbagai konflik. Dengan cara itu, umat yang mengikuti perayaan Ekaristi akan
menjadi komunitas yang sungguh menghayati panggilan dan perutusan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menjadi benih-benih kemanusiaan baru yang sudah ditebus dan diselamatkan,
akan menjadi komunitas yang hidupnya meluap dalam pujian, “Kemuliaan
kepada Allah di surga, dan damai di bumi kepada orang-orang yang berkenan
kepada-Nya.” Komunitas yang hidup adalah komunitas yang memuji Allah
(Suharyo, 2011: 29).
b. Liturgi Sabda
Menurut Suharyo (2011: 33) Umat yang berhimpun akan mendapat
makanan dari meja Sabda karena “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari
setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Perayaan Ekaristi merupakan satu
tindakan ibadat yang selain mencakup Liturgi Ekaristi juga Liturgi Sabda atau
pewartaan Sabda Allah. Dalam pelayanan-Nya di depan umum, Yesus melakukan
karya-karya agung dan mengajar. Keduanya merupakan bentuk pewartaan
Kerajaan Allah. Sekarang Ia masih terus mengajar kita dan kita mendengarkan
Dia, yang mempunyai sabda kehidupan kekal (Yoh 6: 68-69).
Dalam Liturgi Sabda, kisah karya penyelamatan Allah dalam sejarah umat
manusia diwartakan melalui bacaan-bacaan yang diambil dari Perjanjian Lama,
Perjanjian Baru dan khususnya Injil Yesus Kristus, yang merupakan puncaknya
(Suharyo, 2011: 35). Tanggapan terhadap sabda Allah yang diwartakan adalah
iman. Hanya dalam iman kita dapat berjumpa dan mengalami kehadiran serta
karya Kristus yang bangkit dalam perayaan-perayaan sakramen, khususnya
Ekaristi dan dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Usaha manusia tidak akan cukup untuk membawa kita kepada iman akan
Sabda Allah. Iman mencakup kesiapan untuk mendengarkan sabda, menerimanya
dalam hati, membiarkan sabda itu membarui kehidupan, melaksanakannya dalam
tindakan nyata dan membagikannya kepada orang lain. Iman jauh lebih daripada
sekedar pengetahuan yang memuaskan budi dan sentuhan yang memuaskan
emosi. Iman adalah ketaatan kepada Allah. Ketaatan itu mengandaikan dan
sekaligus mendorong pertobatan yang mengubah dan membarui kehidupan
(Suharyo, 2011: 36).
Sabda yang diwartakan khususnya dalam perayaan Ekaristi diharapkan
meneguhkan ikatan kasih antara Kristus dan Gereja, yang tidak lain adalah kita
semua dan kita masing-masing. Semakin kita rela mendengarkan Sabda, semakin
pula iman, harapan dan kasih kita diteguhkan (Suharyo, 2011: 37). Pewartaan
Sabda semestinya juga menimbulkan dalam diri kita perasaan iman yang sama
dengan yang dialami oleh dua orang murid yang berjalan bersama Yesus menuju
Emaus, yaitu hati yang berkobar-kobar (Suharyo, 2011: 38).
Supaya pengalaman seperti ini dapat terjadi para lektor juga mesti dibina
dalam semangat yang benar dan ketrampilan yang memadai sehingga membantu
para pendengar untuk semakin rindu mendengarkan Sabda (Suharyo, 2011:39).
Seorang lektor dalam perayaan Ekaristi diharapkan sungguh berusaha untuk
memahami arti yang ia bacakan dan memahami keadaan umat dengan
kegembiraan dan harapannya, dengan keprihatinan dan kecemasannya yang siap
mendengarkan Sabda itu (Suharyo, 2011: 40).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Peranan homili yang diharapkan oleh umat adalah sebagai salah satu sarana
yang penting bagi mereka untuk mengalami dipuaskan oleh makanan Sabda.
Homili merupakan dialog dalam arti luas, antara yang membawakan homili
dengan umat, setelah pembawa homili sendiri mendengarkan Sabda. Pembawa
homili memberikan kesaksian atau olahan imannya kepada umat, yang adalah
sesama peziarah iman (Suharyo, 2011: 41).
Bacaan-bacaan dari Kitab Suci untuk perayaan Ekaristi hari Minggu disusun
berdasarkan lingkaran tahun liturgi A, B dan C serta pesta-pesta. Dengan
demikian, kalau seseorang secara teratur mengikuti perayaan Ekaristi hari
Minggu, dalam lingkaran tiga tahun, ia boleh dikatakan sudah membaca seluruh
Kitab Suci (Suharyo, 2011: 42), yang memuat Sabda Allah dan Karya-Nya.
Dengan mengenangkan karya Allah, kita disatukan oleh Roh Kudus dengan
para pendahulu kita dalam iman, yang juga mengalami karya itu, percaya padanya
dan mewariskannya kepada kita. Dengan cara yang sama, kita disatukan dengan
umat yang merayakan Ekaristi di seluruh dunia, yang juga mengenangkan kembali
karya-karya Allah berdasarkan sabda atau kisah yang sama (Suharyo, 2011:44).
Pada hari-hari Minggu dan hari-hari besar, sesudah pembacaan Sabda dan
homili umat mengucapkan Syahadat. Inilah tanggapan yang paling baik terhadap
Sabda yang sudah didengarkan dan direnungkan. Syahadat merangkum sejarah
karya penyelamatan Allah yang dikisahkan dalam Kitab Suci, dan diharapkan
memperkaya hubungan pribadi antara umat beriman dengan Allah yang
menyelamatkan. Rumusan-rumusan iman yang ada dalam Syahadat
mencerminkan usaha Gereja selama bertahun-tahun untuk menetapkan isi iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Kristiani. Dengan demikian, Syahadat adalah bentuk lain dari kenangan bersama
yang menghubungkan Umat Allah sekarang dengan Umat Allah sepanjang sejarah
(Suharyo, 2011: 51).
Selanjutnya, umat mengarahkan diri kepada Allah, menghaturkan doa-doa
bagi kepentingan Gereja, bagi dunia, bagi orang-orang miskin dan menderita dan
bagi umat sendiri. Doa permohonan ini adalah ungkapan iman umat. Umat
menyatakan imannya kepada Allah Sang Penyelenggara kehidupan, yang
menuntun sejarah dunia dan sejarah umat manusia menuju kepenuhannya menurut
rencana penyelamatan-Nya. Doa-doa permohonan itu juga menegaskan kesadaran
diri umat sebagai makhluk Tuhan yang tidak pernah berhenti membutuhkan
perlindungan-Nya (Suharyo, 2011: 53).
Keyakinan yang ada di balik doa umat ialah bahwa Allah adalah Dia yang
selalu mendengarkan. Gereja yang menghayati hidup Ekaristis adalah Gereja yang
membuka hati dan budi untuk mendengarkan orang-orang yang tidak mempunyai
suara, seperti halnya Allah mendengarkan saudari-saudara kita. Gereja tidak boleh
berhenti berseru kepada Allah agar membuat lunak hati para penguasa yang
hatinya keras, membuka telinga para penguasa yang tuli agar mereka mau
mendengarkan suara orang-orang yang lemah. (Suharyo, 2011: 54-55).
c. Liturgi Ekaristi
Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan berpindah dari Meja Mimbar ke Meja
Altar. Secara liturgis memasuki bagian Liturgi Ekaristi. Pesan-pesan pokok dari
bagian ini mulai persiapan persembahan dan berpuncak pada Doa Syukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Agung sampai dengan Doa Sesudah Komuni dapat kita rangkum dalam satu
gagasan, yaitu hidup dalam pengharapan (Suharyo, 2011: 59).
Dalam persembahan kita menyatakan harapan kita akan daya ilahi yang
menyempurnakan ciptaan dan kerja manusia. Roti dan anggur yang disiapkan
adalah hasil dari bumi dan dari usaha manusia. Keduanya adalah tanda bahwa
Allah tanpa henti menganugerahkan kehidupan. Dalam kuasa Roh Kudus, kedua
tanda ini menjadi roti kehidupan dan minuman rohani. Keduanya merupakan buah
karya penyelamatan Allah (Suharyo, 2011: 61).
Roti dan anggur yang dipakai dalam perayaan Ekaristi mengajak kita untuk
menyebarkan kesadaran (dan tindakan yang mengikutinya) akan pentingnya
pemeliharaan alam raya ini sebagai segi yang amat penting dalam spiritualitas
kristiani dan kemuridan kristiani. Masih ada satu lambang yang amat penting
artinya, yaitu pencampuran air ke dalam anggur. Pencampuran air ke dalam
anggur melambangkan manusia mengambil bagian dalam keallahan Kristus.
Dengan mengambil bagian dalam keallahan Kristus kita juga ikut dipanggil untuk
berbela rasa seperti yang telah dilakukan oleh Kristus sendiri (Suharyo, 2011: 66).
Puncak dari Liturgi Ekaristi adalah Doa Syukur Agung. Doa Syukur Agung
dimulai dengan Dialog Pembuka Prefasi, Prefasi dan doa / nyanyian tiga kali
Kudus yang merupakan pengantar untuk masuk ke dalam Doa Syukur Agung
Gereja. di dalamnya dikenang perjamuan malam terakhir Yesus dengan murid-
murid-Nya sebelum Ia disalib (Suharyo, 2011: 68).
Gereja menyimpan dan mengisahkan kembali kisah sengsara dan kematian
Yesus. Kisah-kisah itu menjadi semakin panjang dan kaya makna. Ada beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
alasan yang dapat disebut. Pertama, Kisah Sengsara mengungkapkan pengalaman
dikasihi oleh Allah, baik pribadi maupun bersama. Kedua, kisah Sengsara juga
memberi arti pada pengalaman penderitaan sebagai murid Kristus, baik pribadi
maupun bersama (Suharyo, 2011: 73-74).
Dalam Ekaristi, dua kali Roh Kudus dimohonkan kedatangan-Nya. Pertama,
daya Roh Kudus dimohon turun atas roti dan anggur agar roti dan anggur ini
menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Kedua, ketika kita memohon agar Roh Kudus
mengubah komunitas yang telah dikenyangkan oleh Tubuh dan Darah Kristus ini
menjadi “satu Tubuh dan satu Roh dalam Kristus.” Gereja tidak bisa menjadi
komunitas Tubuh Kristus dengan kekuatannya sendiri. Oleh karena itu, Gereja
menyandarkan diri pada karya Roh Kudus (Suharyo, 2011: 83).
Puncak dari perayaan Ekaristi adalah Doa Syukur Agung yang dilanjutkan
dengan penerimaan Tubuh dan Darah Kristus dalam komuni. “Komunio” berarti
persekutuan kasih. Sebagai persiapan, komunitas berdoa dengan menyebut Allah
sebagai Bapa sebagaimana diajarkan oleh Yesus sendiri. Sesudah itu umat saling
memberikan salam damai. Salam damai ini mengungkapkan kesadaran kita
sebagai anggota komunitas dan akan kasih kita (Suharyo, 2011: 87). Salam damai
yang dilakukan sesudah doa Bapa Kami merupakan ungkapan simbolis
kepercayaan kita akan kasih Bapa yang mengikat kita satu sama lain. Damai
adalah anugerah Kristus yang bangkit. Ia memberikan damai kepada kita agar kita
dapat memberikannya kepada orang lain juga (Suharyo, 2011: 89).
Selanjutnya kita maju ke altar, kita mengakui bahwa kita tidak pantas untuk
menerima Yesus. Kita mempercayakan diri pada undangan-Nya, pada belas kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dan bela rasa-Nya sehingga kita berani mendekati Dia. Sadar bahwa kita orang
lemah, tidak membuat kita berkecil hati, tapi sebaliknya mengobarkan keinginan
kita untuk menjadi satu dengan Yesus dengan makan Tubuh dan minum Darah
Yesus, agar Yesus ada dalam hidup kita (Suharyo, 2011: 91). Yesus telah terlebih
dahulu mengasihi kita, maka kita harus bersyukur atas kasih itu dengan membalas
kasih-Nya dengan mewujudkan kasih di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan
negara kita. Syukur dan kasih Ekaristis semestinya mendorong kita untuk
mendengar teriakan masyarakat di sekitar kita yang sangat membutuhkan kita
seperti yang dilakukan Yesus yang berbelarasa (Suharyo, 2011: 92).
Ketika kita terlibat dalam pembangunan masyarakat yang adil, kita sudah
mewartakan Sabda Allah bagi saudara kita yang sedang membangun masyarakat
yang semakin bersaudara dan berbelarasa. Umat manusia pada zaman ini, lapar
akan kasih. Kasih inilah yang memberikan kegembiraan bagi kita yang bertahan
sampai akhir zaman. Kita menyambut roti kasih itu dengan seruan “Amin”
(Suharyo, 2011:93).
d. Ritus Penutup
Setelah Doa Sesudah Komuni, Liturgi Ekaristi selesai. Perayaan Ekaristi
ditutup dengan Ritus Penutup. Ritus ini tidak hanya sekedar memberitahukan
bahwa perayaan sudah selesai. Ritus Penutup adalah ritus pengutusan. Yesus
mengutus para murid untuk memberikan kesaksian mengenai Injil Kerajaan Allah.
Para rasul dapat memberikan kesaksian tentang Yesus hanya karena mereka telah
melihat, mendengarkan dan meraba Dia (Suharyo, 2011: 97).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Kalau kita berangkat untuk menjalankan perutusan yang dipercayakan
kepada kita, kita percaya bahwa Yesus menyertai kita (Mat 28: 20). Jaminan
kehadiran dan penyertaan-Nya dalam tugas perutusan Gereja adalah kehadiran-
Nya yang nyata dalam roti Ekaristi yang tetap ada sebuah perayaan Ekaristi
selesai. Akhirnya, harus dikatakan bahwa pada hakikatnya Gereja sebagai
penerima dan pengemban kabar gembira tentang Yesus Kristus adalah misioner.
Hanya dengan tetap setia pada perutusannya, Gereja bisa setia pada jati dirinya
(Suharyo, 2011: 99). Perutusan untuk membagikan hidup Kristus mendorong kita
lagi dan lagi untuk berhimpun sebagai persekutuan, membarui iman, menyalakan
harapan, memurnikan kasih dan melanjutkan kesaksian dalam hidup dan
pelayanan yang nyata (Suharyo, 2011: 101).
3. Ekaristi Sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja
a. Ekaristi Sebagai Puncak Kehidupan Gereja
Perayaan Ekaristi adalah puncak dan sumber kehidupan bagi Gereja, puncak
yang dituju oleh kegiatan Gereja dan merupakan sumber segala daya-
kekuatannya. Paus Yohanes Paulus II dalam Madya Utama (2014: 76)
mengatakan bahwa membangun communio merupakan prasyarat untuk dapat
merayakan Ekaristi secara sungguh-sungguh.
Yang dimaksud dengan persekutuan persaudaraan (communio) adalah cara
hidup jemaat Kristiani yang diwarnai oleh semangat cinta kasih, kesediaan untuk
saling berbagi sehingga tidak ada anggota jemaat yang kekurangan, saling
memberikan dukungan, saling mengampuni, saling memberikan kesempatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
untuk berkembang, dan saling menerima serta menghargai keunikan para anggota
(Madya Utama, 2014: 76).
Teologi dan tradisi Kristiani selalu berada pada posisi bahwa setiap
Perayaan Ekaristi didasarkan pada kehadiran aktual suatu komunitas Kristiani. Di
sepanjang sejarah dunia kekristenan, realitas keberadaan komunitas Kristiani dan
perayaan Ekaristi terus menerus disatukan. Para uskup dalam Konsili Vatikan II
dalam Konstitusi Sacrosanctum Consilium tentang Liturgi Suci artikel 26
mengungkapkan hubungan liturgi dan komunitas ini dengan jelas: “Upacara
Liturgi bukanlah tindakan perorangan melainkan perayaan Gereja sebagai
Sakramen Kesatuan (Osborne, 2008: 23).
Paus Yohanes Paulus II dalam Madya Utama (2014:77) menandaskan
bahwa dengan setiap kali merayakan Ekaristi kita dipanggil untuk melihat apakah
hidup kita secara pribadi maupun sebagai persekutuan umat beriman sudah
mendekati ideal komunitas beriman yang diceritakan dalam Kisah para Rasul:
Gereja yang berkumpul untuk memperdalam imannya, melaksanakan Sabda
Allah, dan berbagi kekayaan rohani maupun material dengan satu sama lain
sehingga tidak ada seorang pun yang mengalami kekurangan (Kis. 2: 42-47; 4: 32-
35).
Perayaan Ekaristi sungguh akan menjadi puncak kehidupan Gereja apabila
semua anggota Gereja mengupayakan agar hidup mereka benar-benar menjadi
sebuah communio, sehingga dalam Perayaan Ekaristi pengalaman membangun
communio tersebut dirayakan, dialami kembali, dikuatkan, dan disempurnakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
sebab Perayaan Ekaristi adalah “sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, dan
ikatan cinta kasih" (Madya Utama, 2014: 77).
b. Ekaristi Sebagai Sumber Kehidupan Gereja
Bila umat beriman sudah berusaha membangun communio sebelum datang
ke gereja untuk merayakan Ekaristi, maka perayaan Ekaristi tersebut akan
membantu umat menerima rahmat Allah demi kebaikan hidup mereka, untuk
menyembah Allah dengan benar dan untuk mengamalkan cinta Kasih (Madya
Utama, 2014:78).
Ekaristi juga merupakan sumber kehidupan Gereja, artinya Ekaristi menjadi
sumber kekuatan untuk melaksanakan iman yang telah dirayakan dalam Ekaristi
dalam hidup sehari-hari. Harapannya setelah kita mengikuti Ekaristi kita menjadi
pribadi dan komunitas Ekaristis. Berkaitan dengan hal ini, Paus Yohanes Paulus II
dalam Madya Utama (2014, 78) mengatakan bahwa “Ekaristi memberikan kepada
komunitas daya dorong untuk membuat sebuah komitmen yang akan benar-benar
dilaksanakan guna membangun masyarakat yang lebih adil dan penuh semangat
persaudaraan.” Beliau juga mengajak kita untuk mencari jalan guna mengatasi
salah satu bentuk kemiskinan yang terdapat di dunia kita sekarang ini, menjadi
promotor diwujudkannya perdamaian, komunio dan solidaritas. Paus Benediktus
XVI dalam Madya Utama (2014, 78) berpendapat bahwa setelah merayakan
Ekaristi kita perlu menjadi “roti yang dibagikan” bagi sesama, dan untuk
mengupayakan pembangunan dunia yang lebih adil dan penuh semangat
persaudaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Konsili Vatikan II dalam Dekrit Presbyterorum Ordinis tentang Pelayanan
dan kehidupan para Imam artikel 6 menandaskan bahwa Ekaristi sungguh-
sungguh mencapai kepenuhannya dan dirayakan dengan tulus serta penuh
kesungguhan (sincere) bila perayaan tersebut mendorong semua yang
merayakannya untuk melakukan berbagai karya cinta kasih, saling membantu,
terlibat dalam karya misioner, serta aneka bentuk kesaksian Kristiani.
Berkaitan dengan hal ini, Madya Utama (2014: 79) mengatakan bahwa
semua orang yang merayakan Ekaristi harus menjadikan seluruh cara hidup
mereka sebagai ibadah yang sejati kepada Allah (Rom 12:1) dengan berbuat baik
dan memberikan bantuan (Ibr. 13:16), merawat, membela, dan memberdayakan
orang-orang miskin, orang-orang yang tidak punya harapan dan tersingkir (Yak.
1:27). Ibadah yang sejati bukan hanya sekedar merayakan Liturgi (Madya Utama,
2014: 79).
4. Menjadi Pribadi dan Komunitas Ekaristis
Ekaristi memiliki tempat tersendiri bagi umat, karena melalui Ekaristi kita
dapat meneguhkan iman, membangun persaudaraan dan menjiwai pelayanan.
Ekaristi merupakan undangan Allah untuk ikut serta dalam perjamuan-Nya.
Undangan Allah ini ditujukan kepada semua orang Kristiani tanpa memperhatikan
perbedaan latar belakang ekonomi, sosial politik, budaya atau perbedaan apapun
juga. Dengan menanggapi undangan ini, kita telah membentuk satu keluarga yang
terbangun atas dasar rahmat yang ditanggapi dalam iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Gereja merupakan buah dari karya kasih Allah yang menyelenggarakan
kehidupan: komunitas atau persekutuan yang terdiri dari pribadi-pribadi yang
bermartabat sebagai anak-anak Allah (Suharyo, 2011: 16-17). Persekutuan yang
dimaksud ialah persekutuan persaudaraan yang merupakan cara hidup jemaat
Kristiani yang diwarnai oleh semangat cintah kasih, kesediaan untuk saling
berbagi sehingga tidak ada anggota jemaat yang kekurangan, saling memberikan
perhatian dan memiliki keprihatinan terhadap satu sama lain, saling memberikan
dukungan, saling mengampuni, saling memberikan kesempatan untuk
berkembang dan saling menerima serta menghargai keunikan masing-masing
anggota (Madya Utama, 2014: 76). Adanya persekutuan menimbulkan lahirnya
komunitas Kristiani. Pembentukan komunitas Kristiani yang hidup adalah dasar
dan prasyarat bagi perayaan Ekaristi aktual dan spiritualitas Ekaristi yang penuh
makna (Osborne, 2008: 17).
Ekaristi adalah sebuah perjamuan di mana kita merayakan persekutuan
orang-orang yang sedang makan bersama. Mereka menyantap hasil bumi dan
karya tangan manusia. Mereka mencicipi kedalaman rohani tubuh mistik Yesus.
Ekaristi dan Gereja dilihat sebagai satu kesatuan (Osborne, 2008: 190). Ekaristi
menguatkan kehidupan, dan hidup yang kita jalani adalah kehidupan di dalam
dunia di mana kita menerima dan memberikan hidup. Bagi orang Kristiani, hidup
haruslah dipandu oleh nilai-nilai Injil dan kita harus membiarkan Injil, sabda
Allah itu, berbicara kepada kita (Osborne, 2008: 192).
Paus Benediktus XVI dalam Martasudjita (2012: 147) menyampaikan
wawasan yang sangat bagus bahwa orang yang semakin mendalami dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
menghidupi Ekaristi justru akan menjadi orang yang semakin terlibat dan aktif
dalam kegiatan Gereja dan masyarakat, karena dalam Ekaristi, orang tersebut
memperoleh kekuatan dan topangan hidup perutusannya.
Salah satunya menjadi Pribadi dan Komunitas Ekaristis. Maksudnya ialah
membangun masyarakat yang lebih adil dan penuh semangat persaudaraan.
Menghayati Ekaristi tidak hanya sekedar upacara dan ritual, tetapi aktif dalam
kegiatan pembangunan masyarakat bersama orang-orang di sekitar kita.
B. Pelayanan Prodiakon dalam Terang Liturgi Ekaristi
Salah satu tugas pokok Prodiakon adalah membantu Imam membagi Tubuh
Kristus dalam Perayaan Ekaristi. Bila tugas pokok ini diletakkan dalam
pemahaman Perayaan Ekaristi seperti telah diuraikan diatas, menerimakan komuni
tidak hanya sekedar membagi komuni yang berwujud hosti saja, tetapi juga
menerapkan Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari, dan menerimakan komuni
mengandung suatu tanggung jawab untuk meneladan Kristus yang mau
menyerahkan diri-Nya bagi murid-Nya.
Menerima komuni artinya kita mengobarkan keinginan kita untuk menjadi
satu dengan Kristus dengan makan Tubuh dan minum Darah Kristus, agar hidup-
Nya ada dalam hidup kita. Kristus telah lebih dahulu mengasihi kita, sehingga kita
harus membalas kasih-Nya. Membalas kasih Kristus dengan menolong
masyarakat yang membutuhkan pertolongan kita, ikut dalam pembangunan
masyarakat dengan berbelarasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Ekaristi menjadi sumber kekuatan untuk melaksanakan iman yang telah
dirayakan dalam Ekaristi dalam hidup sehari-hari (Madya Utama, 2014: 78).
Dengan demikian Prodiakon sebaiknya juga menghayati Ekaristi dalam
kehidupannya. Menjadikan Ekaristi sebagai pedoman kehidupannya. Karena
Ekaristi sendiri dapat menjadi sumber kekuatan dalam setiap pelayanannya. Tanpa
dasar dan jiwa pengalaman kesatuan dengan Tuhan terutama dalam Ekaristi, karya
pelayanan Prodiakon menjadi kosong dan hampa, dan cenderung menjadi
pencarian nama diri. Tanpa pernah mau tinggal dalam Kristus khususnya dalam
Ekaristi, karya pelayanan mereka cenderung menjadi sarana pencarian “pujian dan
kemuliaan diri sendiri” dan bukan demi kemuliaan Allah (Martasudjita, 2010:
148). Demikian juga dengan Prodiakon, jika pelayanannya tanpa didasari Kristus
sendiri, maka pelayanannya tidak akan menjadi berkat.
Selain membantu Imam menerimakan komuni dalam Perayaan Ekaristi,
seorang Prodiakon perlu melakukan dua hal sebagai konsekuensi dari pelayanan
Liturgis tersebut. Pertama, Prodiakon dan umat bersama membangun sebuah
komunitas yang menghayati penuh Ekaristi dalam kehidupan mereka. Menghayati
bahwa pelayanan mereka bukan hanya sekedar pelayanan liturgi saja, melainkan
pelayanan dengan semangat persekutuan persaudaraan (communio). Bersama
umat membangun komunitas layaknya komunitas Jemaat Perdana yang hidup
dengan semangat bersaudaraan yang diwarnai dengan semangat cinta kasih,
kesediaan untuk saling berbagi sehingga tidak ada anggota jemaat yang
kekurangan, saling memberikan dukungan, saling mengampuni, saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
memberikan kesempatan untuk berkembang, dan saling menerima serta
menghargai keunikan para anggota (Madya Utama, 2014: 76).
Kedua, Prodiakon perlu menjadi contoh bagi umat untuk menjadi pribadi
yang Ekaristis. Prodiakon tidak hanya sekedar membagi komuni saja, tetapi
memahami arti Ekaristi dan menerapkannya dalam kehidupannya. Prodiakon
perlu membentuk komunitasnya bersama umat yang dilayaninya menjadi
komunitas Ekaristis. Secara lebih kongkret Prodiakon mengajak umat yang
dilayaninya untuk membuat komitmen guna membangun masyarakat yang lebih
adil dan penuh semangat persaudaraan, membuat komitmen guna mencari jalan
untuk mengatasi salah satu bentuk kemiskinan yang terdapat di dunia kita
sekarang ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB IV
UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PRODIAKON
DALAM LITURGI EKARISTI
Dalam bab III, penulis telah membahas mengenai Liturgi Ekaristi dan
pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi. Dalam bab IV penulis akan
menjabarkan usulan kegiatan berupa rekoleksi sebagai usaha meningkatkan
pemahaman dan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi.
Bab ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama membahas mengenai
berbagai upaya meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi.
Bagian kedua membahas rekoleksi sebagai usaha meningkatkan Pelayanan
Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi. Bab ketiga mengenai contoh program rekoleksi
di Paroki Santo Yakobus Bantul. Harapannya melalui kegiatan rekoleksi ini
mampu meningkatkan pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi.
A. Berbagai Upaya Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi
Ekaristi
Prodiakon adalah kaum awam yang diangkat oleh Uskup setempat melalui
Surat Tugas untuk Paroki tertentu sebagai petugas ibadat. Tugas prodiakon adalah
membantu penerimaan komuni dalam Perayaan Ekaristi, mengirim komuni untuk
orang sakit, serta memimpin Ibadat Sabda dengan memberikan homili tetapi tidak
memberikan berkat publik kepada umat (Martasudjita, 2017: 9). Dari kajian
pustaka (bdk. Madya Utama, 2014: 78-80), Prodiakon sebagai pemberi komuni
juga memiliki tanggung jawab untuk menjadikan diri dan komunitasnya menjadi
pribadi dan komunitas Ekaristis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Prodiakon diangkat selama tiga tahun. Kebijakan tentang berapa kali
periode, batasan umur untuk prodiakon di setiap Paroki berbeda (Martasudjita,
2017: 9). Prodiakon dipilih lewat voting yang diadakan oleh Lingkungan yang
bersangkutan, kemudian dipilih lalu dikirim ke Paroki untuk mengikuti
pembekalan calon Prodiakon sebelum dilantik oleh Uskup.
Tidak semua Prodiakon yang dipilih oleh umat adalah Prodiakon yang
paham mengenai tugas pelayanannya dalam Liturgi Ekaristi, khususnya
pemahaman mengenai Ekaristi. Kegiatan pembekalan yang dilakukan di tingkat
Paroki hanya memberikan mengenai pengetahuan Liturgi secara sempit saja,
seperti mengenai alat-alat liturgi, busana, tata gerak, cara memimpin ibadat dan
menyiapkan homili di lingkungan. Prodiakon masih kurang paham mengenai
Ekaristi, karena jarang diberikan pemahaman mengenai Ekaristi.
Untuk membantu Prodiakon yang masih kurang memahami pelayanannya
dalam Liturgi Ekaristi, Paroki perlu melakukan upaya untuk membantu pelayanan
Prodiakon. Dengan adanya upaya yang dilakukan oleh Paroki bagi Prodiakon,
dapat membantu Prodiakon untuk meningkatkan pelayanan Prodiakon dalam
Liturgi Ekaristi, terutama pemahaman mereka mengenai Ekaristi.
Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh Paroki untuk menunjang
pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi, khususnya pemahaman Prodiakon
mengenai Ekaristi. Upaya yang dapat dilakukan di Paroki ini mampu membantu
pelayanan Prodiakon di Paroki. Upaya yang dapat dilakukan oleh Paroki
diantaranya mengadakan kursus Liturgi, sarasehan dan rekoleksi. Program
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
kegiatan ini dapat dilakukan untuk membantu Prodiakon meningkatkan pelayanan
Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi.
Kursus merupakan kegiatan belajar – mengajar seperti sekolah, tetapi
membahas satu pengetahuan atau keterampilan yang diberikan dalam waktu
singkat. Paroki sering mengadakan kursus untuk Prodiakon. Dengan kursus ini
membantu Prodiakon meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk
menunjang pelayanannya. Kursus yang diberikan yaitu kursus menyusun alat misa
dan perlengkapan misa, kursus menyiapkan ibadat dan membuat homili.
Sarasehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan
pendapat (prasaran) para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu.
Sarasehan dilakukan dengan cara komunikasi timbal balik antara dua atau lebih
dalam sebuah kelompok. Di Paroki sering diadakan kegiatan sarasehan setidaknya
2 kali dalam setahun, yaitu saat menjelang Natal pada masa Advent dan
menjelang Paskah pada masa Prapaskah. Dalam kegiatan sarasehan tersebut umat
saling bertukar pengalaman lewat pertanyaan yang telah ditentukan dalam buku
panduan yang telah disiapkan. Para ahli yang dimaksud dalam sarasehan ini ialah
buku panduan tersebut. Paroki juga sering mengadakan sarasehan bagi Prodiakon.
Dalam rekoleksi ini, antar Prodiakon saling bertukar pengalaman mereka dalam
melayani umat dengan tuntunan pertanyaan yang diberikan oleh Paroki.
Rekoleksi berasal dari bahasa Inggris yaitu recollect yang berarti mengingat
kembali atau mengumpulkan kembali. Menurut KBBI, Rekoleksi adalah khalawat
pendek selama beberapa hari. Arti dari khalawat adalah pengasingan diri untuk
menengankan pikiran atau mencari ketenangan batin. Rekoleksi merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kegiatan latihan rohani, biasanya peserta rekoleksi akan menumbuhkan rasa ingin
berubah untuk menuju arah yang lebih baik. Rekoleksi sebagai usaha untuk
memperkembangkan kehidupan iman atau rohani. Bahan yang digunakan dalam
rekoleksi diambil dari pengalaman hidup yang sudah dijalani sebelumnya
(Mangunhardjana, 1985: 18). Dengan adanya rekoleksi ini, Prodiakon tidak hanya
dikembangkan pemahamannya saja tetapi juga semangat dalam pelayanan.
Kursus, sarasehan dan rekoleksi dapat digunakan sebagai sarana edukasi
atau pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu Prodiakon memahami
pelayanan mereka. Kegiatan-kegiatan ini sering diadakan oleh PT. Kanisius untuk
membantu team-team kerja bidang Liturgi salah satunya Prodiakon.
Sebagai sumbangan pikiran kepada para Prodiakon guna membantu dalam
pelayanan mereka, yaitu pelayanan dalam Liturgi Ekaristi, penulis akan menyusun
program rekoleksi sebagai usaha meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam
Liturgi Ekaristi, terutama pemahaman mereka mengenai Ekaristi. Program
tersebut diharapkan menjadi pendorong pelayanan Prodiakon dalam
melaksanakan pelayanannya di tengah umat tidak hanya dalam Perayaan Ekaristi,
tetapi juga dalam pembangunan hidup komunitas Ekaristis.
B. Rekoleksi Sebagai Usaha Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam
Liturgi Ekaristi
Berbagai upaya dapat dilakukan oleh Paroki untuk membantu Prodiakon
meningkatkan pelayanan mereka dalam Liturgi Ekaristi, khususnya pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mereka mengenai Ekaristi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah
mengadakan rekoleksi di Paroki.
Rekoleksi adalah khalawat pendek selama beberapa hari. Arti dari khalawat
adalah pengasingan diri untuk menengankan pikiran atau mencari ketenangan
batin. Rekoleksi merupakan kegiatan latihan rohani, biasanya peserta rekoleksi
akan menumbuhkan rasa ingin berubah untuk menuju arah yang lebih baik.
Rekoleksi sebagai usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau rohani.
Bahan yang digunakan dalam rekoleksi diambil dari pengalaman hidup yang
sudah dijalani sebelumnya (Mangunhardjana, 1985: 18).
Keuntungan memilih rekoleksi sebagai usaha meningkatkan pelayanan
Prodiakon yaitu dalam kegiatan rekoleksi pengalaman hidup digunakan sebagai
bahan pemeriksaan batin untuk membantu Prodiakon mengembangkan
pelayanannya. Bahan materi yang digunakan dalam rekoleksi diambil dari
pengalaman Prodiakon dalam pelayanan dan kehidupan sehari-hari. Setelah
mengikuti kegiatan rekoleksi, Prodiakon dapat membangun niat untuk
meningkatkan pelayanannya, berdasarkan pemahaman yang baru dan mendalam
mengenai Liturgi Ekaristi.
Dengan adanya rekoleksi ini membantu Prodiakon untuk menumbuhkan
pemahaman mereka mengenai Ekaristi yang belum cukup mendalam. Dalam
rekoleksi ini Prodiakon akan mendapatkan pemahaman baru yang selama ini
belum mereka pahami yang akan membantu pelayanan mereka. Dalam rekoleksi
mereka juga dapat bertukar pengalaman dalam melayani umat lewat shering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pengalaman. Berkat sharing pengalaman itu juga mereka akan semakin
diteguhkan oleh shering antar Prodiakon.
Rekoleksi untuk Prodiakon biasanya membahas mengenai tata gerak, alat-
alat liturgi, cara memimpin ibadat dan membuat homili. Tetapi itu saja tidak
cukup. Masih ada pembahasan yang seharusnya diberikan oleh Paroki yang belum
banyak diperhatikan ialah pembahasan mengenai Ekaristi, karena tugas utama
Prodiakon adalah membantu Imam dalam membagi Komuni.
Materi yang seharusnya juga diberikan untuk Prodiakon yaitu mengenai
Tata Perayaan Ekaristi, Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber kehidupan Ekaristi,
dan lain sebagainya. Dengan diberikannya materi ini dapat membantu Prodiakon
meningkatkan pemahamannya mengenai Ekaristi.
Lewat kegiatan rekoleksi ini akan membantu Prodiakon untuk semakin
meningkatkan pelayanan mereka, terutama pelayanan dalam Liturgi Ekaristi.
Prodiakon semakin terbantu dalam memahami pelayanan mereka.
C. Contoh Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Bantul Sebagai
Usaha Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi
1. Latar Belakang Program Rekoleksi Prodiakon
Prodiakon yang ada di Paroki Santo Yakobus Bantul dipilih untuk mewakili
Lingkungan. Prodiakon dipilih lewat voting atau pencalonan yang diadakan oleh
Lingkungan yang kemudian dikirim ke Paroki untuk melakukan pelantikan. Masa
jabatan Prodiakon ialah 3 tahun. Lama setiap Prodiakon dalam menjabat berbeda-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
beda, ada yang sudah menjabat selama 2 sampai 4 periode, tetapi juga banyak
Prodiakon baru.
Tidak semua Prodiakon yang dipilih oleh umat adalah Prodiakon yang
paham mengenai tugas pelayanannya dalam Liturgi Ekaristi, khususnya
memahamannya mengenai Ekaristi. Beberapa Prodiakon juga menganggap bahwa
tugas utamanya ialah memimpin ibadat di Lingkungan. Prodiakon masih kurang
paham mengenai Liturgi Ekaristi, karena jarang diberikan pemahaman mengenai
Ekaristi.
Kegiatan pembekalan yang biasanya diadakan oleh Paroki hanya materi
mengenai Liturgi. Paroki hanya memberikan pembekalan mengenai pengetahuan
Liturgi secara sempit saja. Kegiatan pembekalan Prodiakon hanya diberikan
diawal saat pembekalan bagi calon Prodiakon dan pembekalan tersebut belum
berlanjut. Pembahasan mengenai Ekaristi sendiri masih jarang diberikan untuk
Prodiakon. Padahal materi tersebut seharusnya harus diberikan kepada Prodiakon.
Prodiakon Paroki Santo Yakobus Bantul mengadakan pertemuan rutin
setiap bulan pada minggu kedua. Pada pertemuan tersebut, materi yang diberikan
hanya pendalaman Kitab Suci, pemahaman liturgi yang masih sempit dan belum
mendalam. Pemahaman mengenai Ekaristi secara khusus juga belum diberikan.
Prodiakon membutuhkan pertemuan yang khusus untuk membahas Ekaristi, agar
Prodiakon semakin memahami Ekaristi.
Usulan kegiatan yang penulis tawarkan dalam bentuk kegiatan rekoleksi
untuk membantu Prodiakon semakin meningkatkan Pelayanannya dalam Liturgi
Ekaristi, khususnya pemahamannya mengenai Ekaristi. Melalui kegiatan ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
diharapkan Prodiakon Paroki Santo Yakobus Bantul semakin memahami Ekaristi
dan Pelayanannya sebagai Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi. Menjadikan dirinya
dan komunitas umat yang dilayaninya menjadi pribadi dan komunitas Ekaristis.
2. Tema dan Tujuan Program
Tema program rekoleksi sebagai upaya meningkatkan pelayanan Prodiakon
dalam Liturgi Ekaristi adalah tema yang sesuai dengan kebutuhan Prodiakon di
Paroki Santo Yakobus Bantul dalam mengembangkan pelayanannya, khususnya
pemahamannya mengenai Ekaristi. Tema umum yang dipilih ialah “Pelayanan
Prodiakon: Membangun Komunitas Ekaristis.” Lewat tema ini Prodiakon diajak
untuk memahami Ekaristi sebagai puncak dan sumber kehidupan yang membantu
dalam setiap pelayanannya untuk menjadikan dirinya dan komunitasnya menjadi
pribadi dan komunitas Ekaristis.
Tema ini juga diharapkan dapat membantu Prodiakon untuk semakin
menghayati Ekaristi, bersemangat dalam melayani umatnya, terutama dalam
meneladan Kristus dalam melayani para murid-Nya. Sesuai dengan tema ini akan
dibahas materi mengenai Liturgi Ekaristi, Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber
Kehidupan Gereja, dan pelayanan Prodiakon sebagai semangat membangun
komunitas Ekaristis.
Tujuan dari rekoleksi ini adalah membantu para Prodiakon di Paroki Santo
Yakobus Bantul memahami, menyadari dan menghayati peran dan tugasnya
sebagai pelayan Liturgi dengan semangat pelayanan Kristus. Membantu para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Prodiakon menghayati Ekaristi serta menerapkan dalam pelayanannya dan
kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3. Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Bantul Sebagai Usaha Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi
Ekaristi
Tema : Pelayanan Prodiakon: Membangun Komunitas Ekaristis.
Tujuan : 1. Membantu para Prodiakon memahami, menyadari dan menghayati peran dan tugasnya sebagai pelayan Liturgi dengan
semangat pelayanan Kristus.
2. Membantu para Prodiakon menghayati Ekaristi serta menerapkan dalam pelayanannya dan kehidupan sehari-hari.
Tabel 3. Matriks Program Rekoleksi
No. Waktu Sub tema
pertemuan
Tujuan
Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
Hari Pertama
1. 20
menit
Pembukaan,
pengantar,
perkenalan
dan doa
pembuka
Peserta
mengetahui arah
pertemuan
sehingga dapat
menyesuaikan diri
dengan tujuan
pertemuan
Menyampaikan garis
besar materi yang akan
diberikan selama
rekoleksi
Informasi Laptop,
Lcd
2. 60
menit Sesi I
Tugas
Prodiakon
Peserta semakin
memahami
identitas dan
- Identitas Prodiakon
- Tugas-tugas
Prodiakon
- Informasi
- Presentasi
Laptop,
Lcd
- Martasudjita, E. 2017.
Kompendium Tentang
Prodiakon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
No. Waktu Sub tema
pertemuan
Tujuan
Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
tugas-tugasnya
sebagai Prodiakon
Yogyakarta: Kanisius.
- Siswata, Y. 1990.
Prodiakon Paroki.
Yogyakarta: Kanisius.
3. 30
menit
Sharing
pengalaman
dalam
menjalankan
pelayanan
sebagai
Prodiakon
Peserta saling
bertukar
pengalamannya
dalam melayani
umat sebagai
Prodiakon
Shering pengalaman
dengan tuntunan
pertanyaan
- Apa suka duka anda
semuan selama
menjadi Prodiakon?
- Apakah anda
memiliki pengalaman
yang meneguhkan
selama menjadi
Prodiakon?
Sharing - Laptop
- Lcd
- Pengalaman para
Prodiakon
4. 30
menit Istirahat
Makan
Malam
5. 90
menit Sesi II
Liturgi
Ekaristi
Peserta semakin
mampu
menghayati
bagian-bagian
Liturgi Ekaristi
- Pengertian tentang
Liturgi
- Liturgi Ekaristi
- Informasi
- Tanya
jawab
- Laptop
- Lcd
- Handout
- Sugiyono, Frans.
2010. Mencintai
Liturgi. Yogyakarta:
Kanisius.
- Suharyo, I. 2011.
Ekaristi: Meneguhkan
Iman, Membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
No. Waktu Sub tema
pertemuan
Tujuan
Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
Persaudaraan,
Menjiwai Pelayanan.
Yogyakarta: Kanisius.
6. 30
menit
Refleksi
pribadi dan
doa malam
Peserta mampu
merenungkan
materi yang telah
diberikan dan
mengambil
kesimpulan dari
apa yang telah di
terima
- Refleksi Pribadi
7. Istirahat
malam
Hari Kedua
8. Sarapan
9. 90
menit Sesi III
Ekaristi
sebagai
Puncak dan
Sumber
Kehidupan
Gereja
Peserta semakin
menghayati
Ekaristi menjadi
puncak dan
sumber kehidupan
Gereja, menjadi
bekal dalam
pelayanannya
- Ekaristi sebagai
Puncak kehidupan
Gereja
- Ekaristi sebagai
Sumber kehidupan
Gereja
- Informasi
- Presentasi
- Tanya
jawab
- Laptop
- Lcd
- handout
- Madya Utama, I. L.
2014. Menjadikan
Ekaristi sebagai
Puncak dan Sumber
Kehidupan Gereja.
Jurnal Teologi
03(01),75-81.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
No. Waktu Sub tema
pertemuan
Tujuan
Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
10. 15
menit Istirahat
Snak
11. 90
menit Sesi IV
Pelayanan
Prodiakon:
Membangun
Komunitas
Ekaristis
Peserta mampu
membangun
Komunitasnya
menjadi
Komunitas
Ekaristis
- Pelayanan Prodiakon
dalam Liturgi Ekaristi
- Menjadi Pribadi dan
Komunitas Ekaristi
- Informas
- Presentasi
- Tanya
jawab
- Laptop
- Lcd
- handout
- Osborne, K.B. 2008.
Komunitas, Ekaristi,
dan Spiritualitas.
Penerjemah: J.
Hartono Budi, SJ dan
Tim Seminar Teologi
Modern Fakultas
Teologi, Universitas
Sanata Dharma.
Yogyakarta: Kanisius.
- Madya Utama, I. L.
2014. Menjadikan
Ekaristi sebagai
Puncak dan Sumber
Kehidupan Gereja.
Jurnal Teologi
03(01),75-81.
- Suharyo, I. 2011.
Ekaristi: Meneguhkan
Iman, Membangun
Persaudaraan,
Menjiwai Pelayanan.
Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
No. Waktu Sub tema
pertemuan
Tujuan
Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
12. 15
menit
Shering
pengalaman
13. 30
menit
Membangun
semangat
baru dalam
pelayanan
Peserta mampu
membuat usaha-
usaha konkret
untuk
meningkatkan
pelayanan mereka
- Menghayati Ekaristi
sebagai pedoman
dalam pelayanan.
Tanya
jawab
Laptop - Martasudjita, E. 2017.
Kompendium Tentang
Prodiakon.
Yogyakarta: Kanisius.
- Madya Utama, I. L.
2014. Menjadikan
Ekaristi sebagai
Puncak dan Sumber
Kehidupan Gereja.
Jurnal Teologi
03(01),75-81.
14. 60
menit
Ekaristi
Penutupan
Rekoleksi
15. Makan siang
sayonara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
4. Jadwal Rekoleksi
No. Hari Lama Kegiatan Acara
1. Sabtu 15.30 – 16.00 Registrasi peserta
16.00 – 16.20 Pengantar, doa pembuka
16.20 – 17.50 Sesi I: Tugas Prodiakon
17.50 – 18.10 Shering kelompok
18.10 – 18.30 Shering pleno
18.30 – 19.00 Istirahat (Makan malam)
19.00 – 20.30 Sesi II: Perayaan Ekaristi
20.30 – 21.00 Refleksi pribadi dan doa malam
21.00 - Istirahat
2. Minggu 07.00 – 08.00 Sarapan pagi
08.00 – 09.30 Sesi III: Ekaristi sebagai Puncak dan
Sumber kehidupan Gereja
09.30 – 09.45 Istirahat (Snak)
09.45 – 11.15 Sesi IV: Pelayanan Prodiakon:
Membangun Komunitas Ekaristis
11.15 – 11.30 Shering Pengalaman
11.30 – 12.00 Membangun semangat baru dalam
pelayanan
12.00 – 13.00 Ekaristi penutup
13.00 – 14.00 Makan siang, sayonara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
D. Contoh Satuan Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Bantul
Sebagai Usaha Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi
Ekaristi
Dalam pembahasan diatas telah dijabar Matriks Kegiatan dalam Program
Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Klodran Bantul sebagai Usaha Meningkatkan
Pelayanan Prodiakon Dalam Liturgi Ekaristi. Penulis akan menuliskan dua sesi
yaitu sesi ke II dan sesi ke III.
1. Sesi ke II
a. Tema : Perayaan Ekaristi
b. Tujuan : Peserta mampu memahami Liturgi Ekaristi dan mampu
menghayati Ekaristi dalam pelayanannya
c. Materi : Liturgi Ekaristi
d. Metode : Informasi, tanya jawab
e. Sumber Bahan : - Mencintai Liturgi (Sugiyono, 2010)
- Ekaristi (Suharyo, 2011)
f. Sarana : Leptop, Lcd, power point, handout
g. Pengembangan langkah-langkah:
1) Pengantar
Tugas kita sebagai Prodiakon ialah, membantu Imam dalam membagikan
komuni kepada umat saat Perayaan Ekaristi. Kita kadang masih kurang paham
mengenai Liturgi Ekaristi. Marilah pada kesempatan hari ini kita mendalami
bersama mengenai Liturgi Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2) Menyanyi lagu “Hidup Ini adalah Kesempatan” (lampiran I)
3) Materi sesi II: Perayaan Ekaristi
Perayaan Ekaristi adalah perayaan liturgis Gereja resmi, yang
mempersatukan umat dengan Kristus. Dalam Perayaan Ekaristi, umat mengambil
bagian dalam penyerahan diri kepada Kristus dan dipersatukan oleh Kristus
dengan semua umat beriman.
Dari Kisah para Rasul (2: 42.46; 20: 7.11) diketahui bahwa Jemaat Perdana
dengan rajin merayakan Perjamuan Tuhan. Dari kesaksian Paulus (1 Kor 11: 17-
34) dapat disimpulankan, bahwa mereka merayakannya serupa dengan Perjamuan
Terakhir, artinya menurut adat-kebiasaan orang Yahudi. Hal itu tidak
mengherankan, karena murid-murid Yesus yang pertama kebanyakan berasal dari
kalangan Yahudi. Namun dari berita Paulus mungkin kelihatan bahwa perayaan
bersama dengan orang lain (yang belum Kristiani) dapat menimbulkan kesulitan.
Bagaimanapun juga, sekitar tahun 200 (barangkali sudah sebelumnya),
dalam kerangka perayaan Ekaristi sudah tidak lagi diadakan perjamuan sungguh
atau makan besar. Semua terbatas pada doa saja, yakni doa sebelum dan doa
sesudah makan. Karena sudah tidak ada makan lagi, maka kedua doa itu tentu
menjadi satu. Doa pendek sebelum makan diintegrasikan dalam doa yang disebut
birkat ha-mazon menjadi Doa Syukur Agung seperti yang dikenal sampai
sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Ekaristi berasal dari bahasa Yunani, eucharistia, yang berarti syukur. Dalam
Perayaan Ekaristi terdapat 4 bagian: Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi
Ekaristi dan Ritus Penutup.
e. Ritus Pembuka
Ritus Pembuka terdiri dari bagian-bagian yang mendahului Liturgi Sabda,
tujuannya untuk mempersatukan umat yang berhimpun dan menyiapkan mereka
supaya dapat mendengarkan sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan
Ekaristi dengan sebaik-baiknya. Ritus Pembuka dibuka dengan tanda salib untuk
mengawali seluruh perayaan Ekaristi. Gerakan tanda salib ini sudah dipakai oleh
orang-orang Kristiani sejak abad kedua. Pembuka perayaan Ekaristi ini mengajak
kita untuk menyadari bahwa Allah Tritunggal memanggil kita menjadi satu
persekutuan.
Undangan Allah untuk ikut serta dalam perjamuan dan kurban Ekaristi ini
ditujukan kepada semua orang tanpa memperhatikan perbedaan latar belakang
ekonomi, sosial, politik, budaya atau perbedaan apapun juga. Ekaristi
mengajarkan kita bahwa kita perlu mengesampingkan perbedaan-perbedaan
sosial dan mengatasi kepentingan-kepentingan yang dangkal, kalau kita
mendengarkan panggilan dari Allah, kita mampu berhimpun sebagai sesama
saudara yang mempunyai jati diri sebagai anak-anak Allah. Dalam perjamuan dan
kurban Ekaristi, kita diundang untuk hidup sebagai persekutuan yang semakin
bersatu dan bersaudara. Kita diundang untuk ikut terlibat dalam penguatan ikatan
persaudaraan itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Dengan menghayati Ekaristi, kita diundang untuk terus-menerus membarui
pandangan kita: kita diundang dan dihimpun oleh Allah sebagai anak-anak-Nya.
Pada awal perayaan Ekaristi daya keselamatan Allah membangun persekutuan
persaudaraan. Pemahaman Ekaristi yang individualistik perlu dilengkapi dengan
corak komuniter yang sudah ditekankan sejak awal dengan membuat tanda salib
sambil menyebut nama Allah Tritunggal. Komunitas biarawan-biarawati menjadi
saksi bahwa membangun persekutuan hidup bersama yang terdiri dari pribadi-
pribadi yang berasal dari berbagai latar belakang, adalah suatu yang sungguh
mungkin.
Pentingnya kesadaran akan kebersaman kita sebagai umat Allah dalam
perayaan Ekaristi dapat diperdalam dengan arti gerak imam yang mencium altar.
Arti dari gerak itu adalah penghormatan terhadap para kudus khususnya para
martir yang relikuinya diletakkan pada altar. Dengan cara ini, Gereja ingin
menyatakan bahwa umat yang bersatu tidak mungkin terbangun kalau tidak ada
orang yang rela memberikan diri dan membagikan hidupnya. Seorang imam
pemimpin Ekaristi mencium altar artinya mencium relikui martir yang ada di
altar itu, ia bukan hanya menyatakan hormat, tetapi juga niat untuk rela menjadi
martir kecil demi terbangunnya komunitas murid-murid Yesus yang sejati.
Komunitas itu menjadi kenyataan ketika umat bersama-sama menerima komuni
(= communion berarti persekutuan). Persekutuan inilah yang perlu
diwujudnyatakan dalam persaudaraan sejati dalam kehidupan sehari-hari.
Gereja yang dilahirkan secara baru sebagai tanggapan atas panggilan dan
rahmat Allah dalam Ekaristi, adalah cermin Allah Tritunggal: umat Allah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kudus, Tubuh Kristus, Kenisah Roh Kudus. Semakin kita menyadari kenyataan
ini kita juga semakin sadar bahwa kita adalah himpunan orang-orang berdosa.
Oleh karena itu, kita kembali kepada Allah, sambil memikul beban dosa kita dan
kita mengakui bahwa “Kami telah berdosa … Tuhan kasihanilah kami.” Kita
mengakui kedosaan kita tidak hanya kepada Allah, tetapi juga kepada sesama
kita. Kita mengakui bahwa kita adalah bagian dari umat manusia yang berdosa.
Pengakuan bahwa kita adalah orang-orang berdosa juga menekankan
kebersamaan sebagai umat Tuhan. Ini semua mengungkapkan dan menegaskan
kebersamaan kita sebagai umat yang menghadap Tuhan memohon kerahiman-
Nya agar dengan hati bersih dapat bersama-sama mendengarkan Sabda Allah.
Dalam pengakuan diri sebagai orang-orang berdosa, kita menempatkan diri kita
sebagai makhluk ciptaan Allah. Menghayati Ekaristi berarti juga melihat dan
mengakui bahwa rahmat Allah berkarya dalam diri orang lain. Inilah landasan
dari segala sikap terbuka. Ekaristi membuka mata kita untuk melihat yang baik
dan yang benar di dalam diri mereka yang berbeda dari kita. Sementara itu kita
akan terdorong untuk lebih bersyukur dan bergembira atas kebenaran yang telah
dianugerahkan dan dipercayakan kepada kita. Kecurigaan semestinya tidak ada
tempatnya dalam Komunitas Ekaristis.
Komunitas Ekaristis adalah komunitas yang mewartakan pesan pendamaian,
mengembangkan dialog dan persaudaraan serta berjuang untuk menyelesaikan
berbagai konflik. Dengan cara itu, umat yang mengikuti perayaan Ekaristi akan
menjadi komunitas yang sungguh menghayati panggilan dan perutusan untuk
menjadi benih-benih kemanusiaan baru yang sudah ditebus dan diselamatkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
akan menjadi komunitas yang hidupnya meluap dalam pujian, “Kemuliaan
kepada Allah di surga, dan damai di bumi kepada orang-orang yang berkenan
kepada-Nya.” Komunitas yang hidup adalah komunitas yang memuji Allah.
f. Liturgi Sabda
Umat yang berhimpun akan mendapat makanan dari meja Sabda karena
“manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah.” Perayaan Ekaristi merupakan satu tindakan ibadat yang selain
mencakup Liturgi Ekaristi juga Liturgi Sabda atau pewartaan Sabda Allah. Dalam
pelayanan-Nya di depan umum, Yesus melakukan karya-karya agung dan
mengajar. Keduanya merupakan bentuk pewartaan Kerajaan Allah. Sekarang Ia
masih terus mengajar kita dan kita mendengarkan Dia, yang mempunyai sabda
kehidupan kekal.
Dalam Liturgi Sabda, kisah karya penyelamatan Allah dalam sejarah umat
manusia diwartakan melalui bacaan-bacaan yang diambil dari Perjanjian Lama,
Perjanjian Baru dan khususnya Injil Yesus Kristus, yang merupakan puncaknya.
Tanggapan terhadap sabda Allah yang diwartakan adalah iman. Hanya dalam
iman kita dapat berjumpa dan mengalami kehadiran serta karya Kristus yang
bangkit dalam perayaan-perayaan sakramen, khususnya Ekaristi dan dalam
kehidupan sehari-hari.
Usaha manusia tidak akan cukup untuk membawa kita kepada iman akan
Sabda Allah. Iman mencakup kesiapan untuk mendengarkan sabda, menerimanya
dalam hati, membiarkan sabda itu membarui kehidupan, melaksanakannya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
tindakan nyata dan membagikannya kepada orang lain. Iman jauh lebih daripada
sekedar pengetahuan yang memuaskan budi dan sentuhan yang memuaskan
emosi. Iman adalah ketaatan kepada Allah. Ketaatan itu mengandaikan dan
sekaligus mendorong pertobatan yang mengubah dan membarui kehidupan.
Sabda yang diwartakan khususnya dalam perayaan Ekaristi diharapkan
meneguhkan ikatan kasih antara Kristus dan Gereja, yang tidak lain adalah kita
semua dan kita masing-masing. Semakin kita rela mendengarkan Sabda, semakin
pula iman, harapan dan kasih kita diteguhkan. Pewartaan Sabda semestinya juga
menimbulkan dalam diri kita perasaan iman yang sama dengan yang dialami oleh
dua orang murid yang berjalan bersama Yesus menuju Emaus, yaitu hati yang
berkobar-kobar.
Supaya pengalaman seperti ini dapat terjadi para lektor juga mesti dibina
dalam semangat yang benar dan ketrampilan yang memadai sehingga membantu
para pendengar untuk semakin rindu mendengarkan Sabda. Seorang lektor dalam
perayaan Ekaristi diharapkan sungguh berusaha untuk memahami arti yang ia
bacakan dan memahami keadaan umat dengan kegembiraan dan harapannya,
dengan keprihatinan dan kecemasannya yang siap mendengarkan Sabda itu.
Peranan homili yang diharapkan oleh umat adalah sebagai salah satu sarana
yang penting bagi mereka untuk mengalami dipuaskan oleh makanan Sabda.
Homili merupakan dialog dalam arti luas, antara yang membawakan homili
dengan umat, setelah pembawa homili sendiri mendengarkan Sabda. Pembawa
homili memberikan kesaksian atau olahan imannya kepada umat, yang adalah
sesama peziarah iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Bacaan-bacaan dari Kitab Suci untuk perayaan Ekaristi hari Minggu disusun
berdasarkan lingkaran tahun liturgi A, B dan C serta pesta-pesta. Dengan
demikian, kalau seseorang secara teratur mengikuti perayaan Ekaristi hari
Minggu, dalam lingkaran tiga tahun, ia boleh dikatakan sudah membaca seluruh
Kitab Suci, yang memuat Sabda Allah dan Karya-Nya.
Dengan mengenangkan karya Allah, kita disatukan oleh Roh Kudus dengan
para pendahulu kita dalam iman, yang juga mengalami karya itu, percaya padanya
dan mewariskannya kepada kita. Dengan cara yang sama, kita disatukan dengan
umat yang merayakan Ekaristi di seluruh dunia, yang juga mengenangkan kembali
karya-karya Allah berdasarkan sabda atau kisah yang sama.
Pada hari-hari Minggu dan hari-hari besar, sesudah pembacaan Sabda dan
homili umat mengucapkan Syahadat. Inilah tanggapan yang paling baik terhadap
Sabda yang sudah didengarkan dan direnungkan. Syahadat merangkum sejarah
karya penyelamatan Allah yang dikisahkan dalam Kitab Suci, dan diharapkan
memperkaya hubungan pribadi antara umat beriman dengan Allah yang
menyelamatkan. Rumusan-rumusan iman yang ada dalam Syahadat
mencerminkan usaha Gereja selama bertahun-tahun untuk menetapkan isi iman
Kristiani. Dengan demikian, Syahadat adalah bentuk lain dari kenangan bersama
yang menghubungkan Umat Allah sekarang dengan Umat Allah sepanjang
sejarah.
Selanjutnya, umat mengarahkan diri kepada Allah, menghaturkan doa-doa
bagi kepentingan Gereja, bagi dunia, bagi orang-orang miskin dan menderita dan
bagi umat sendiri. Doa permohonan ini adalah ungkapan iman umat. Umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menyatakan imannya kepada Allah Sang Penyelenggara kehidupan, yang
menuntun sejarah dunia dan sejarah umat manusia menuju kepenuhannya menurut
rencana penyelamatan-Nya. Doa-doa permohonan itu juga menegaskan kesadaran
diri umat sebagai makhluk Tuhan yang tidak pernah berhenti membutuhkan
perlindungan-Nya.
Keyakinan yang ada di balik doa umat ialah bahwa Allah adalah Dia yang
selalu mendengarkan. Gereja yang menghayati hidup Ekaristis adalah Gereja yang
membuka hati dan budi untuk mendengarkan orang-orang yang tidak mempunyai
suara, seperti halnya Allah mendengarkan saudari-saudara kita. Gereja tidak boleh
berhenti berseru kepada Allah agar membuat lunak hati para penguasa yang
hatinya keras, membuka telinga para penguasa yang tuli agar mereka mau
mendengarkan suara orang-orang yang lemah.
g. Liturgi Ekaristi
Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan berpindah dari Meja Mimbar ke Meja
Altar. Secara liturgis memasuki bagian Liturgi Ekaristi. Pesan-pesan pokok dari
bagian ini mulai persiapan persembahan dan berpuncak pada Doa Syukur
Agung sampai dengan Doa Sesudah Komuni dapat kita rangkum dalam satu
gagasan, yaitu hidup dalam pengharapan.
Dalam persembahan kita menyatakan harapan kita akan daya ilahi yang
menyempurnakan ciptaan dan kerja manusia. Roti dan anggur yang disiapkan
adalah hasil dari bumi dan dari usaha manusia. Keduanya adalah tanda bahwa
Allah tanpa henti menganugerahkan kehidupan. Dalam kuasa Roh Kudus, kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
tanda ini menjadi roti kehidupan dan minuman rohani. Keduanya merupakan buah
karya penyelamatan Allah.
Roti dan anggur yang dipakai dalam perayaan Ekaristi mengajak kita untuk
menyebarkan kesadaran (dan tindakan yang mengikutinya) akan pentingnya
pemeliharaan alam raya ini sebagai segi yang amat penting dalam spiritualitas
kristiani dan kemuridan kristiani. Masih ada satu lambang yang amat penting
artinya, yaitu pencampuran air ke dalam anggur. Pencampuran air ke dalam
anggur melambangkan manusia mengambil bagian dalam keallahan Kristus.
Dengan mengambil bagian dalam keallahan Kristus kita juga ikut dipanggil untuk
berbela rasa seperti yang telah dilakukan oleh Kristus sendiri.
Puncak dari Liturgi Ekaristi adalah Doa Syukur Agung. Doa Syukur Agung
dimulai dengan Dialog Pembuka Prefasi, Prefasi dan doa / nyanyian tiga kali
Kudus yang merupakan pengantar untuk masuk ke dalam Doa Syukur Agung
Gereja. di dalamnya dikenang perjamuan malam terakhir Yesus dengan murid-
murid-Nya sebelum Ia disalib.
Gereja menyimpan dan mengisahkan kembali kisah sengsara dan kematian
Yesus. Kisah-kisah itu menjadi semakin panjang dan kaya makna. Ada beberapa
alasan yang dapat disebut. Pertama, Kisah Sengsara mengungkapkan pengalaman
dikasihi oleh Allah, baik pribadi maupun bersama. Kedua, kisah Sengsara juga
memberi arti pada pengalaman penderitaan sebagai murid Kristus, baik pribadi
maupun bersama.
Dalam Ekaristi, dua kali Roh Kudus dimohonkan kedatangan-Nya. Pertama,
daya Roh Kudus dimohon turun atas roti dan anggur agar roti dan anggur ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Kedua, ketika kita memohon agar Roh Kudus
mengubah komunitas yang telah dikenyangkan oleh Tubuh dan Darah Kristus ini
menjadi “satu Tubuh dan satu Roh dalam Kristus.” Gereja tidak bisa menjadi
komunitas Tubuh Kristus dengan kekuatannya sendiri. Oleh karena itu, Gereja
menyandarkan diri pada karya Roh Kudus.
Puncak dari perayaan Ekaristi adalah Doa Syukur Agung yang dilanjutkan
dengan penerimaan Tubuh dan Darah Kristus dalam komuni. “Komunio” berarti
persekutuan kasih. Sebagai persiapan, komunitas berdoa dengan menyebut Allah
sebagai Bapa sebagaimana diajarkan oleh Yesus sendiri. Sesudah itu umat saling
memberikan salam damai. Salam damai ini mengungkapkan kesadaran kita
sebagai anggota komunitas dan akan kasih kita. Salam damai yang dilakukan
sesudah doa Bapa Kami merupakan ungkapan simbolis kepercayaan kita akan
kasih Bapa yang mengikat kita satu sama lain. Damai adalah anugerah Kristus
yang bangkit. Ia memberikan damai kepada kita agar kita dapat memberikannya
kepada orang lain juga.
Selanjutnya kita maju ke altar, kita mengakui bahwa kita tidak pantas untuk
menerima Yesus. Kita mempercayakan diri pada undangan-Nya, pada belas kasih
dan bela rasa-Nya sehingga kita berani mendekati Dia. Sadar bahwa kita orang
lemah, tidak membuat kita berkecil hati, tapi sebaliknya mengobarkan keinginan
kita untuk menjadi satu dengan Yesus dengan makan Tubuh dan minum Darah
Yesus, agar Yesus ada dalam hidup kita. Yesus telah terlebih dahulu mengasihi
kita, maka kita harus bersyukur atas kasih itu dengan membalas kasih-Nya dengan
mewujudkan kasih di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negara kita. Syukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dan kasih Ekaristis semestinya mendorong kita untuk mendengar teriakan
masyarakat di sekitar kita yang sangat membutuhkan kita seperti yang dilakukan
Yesus yang berbelarasa.
Ketika kita terlibat dalam pembangunan masyarakat yang adil, kita sudah
mewartakan Sabda Allah bagi saudara kita yang sedang membangun masyarakat
yang semakin bersaudara dan berbelarasa. Umat manusia pada zaman ini, lapar
akan kasih. Kasih inilah yang memberikan kegembiraan bagi kita yang bertahan
sampai akhir zaman. Kita menyambut roti kasih itu dengan seruan “Amin”.
h. Ritus Penutup
Setelah Doa Sesudah Komuni, Liturgi Ekaristi selesai. Perayaan Ekaristi
ditutup dengan Ritus Penutup. Ritus ini tidak hanya sekedar memberitahukan
bahwa perayaan sudah selesai. Ritus Penutup adalah ritus pengutusan. Yesus
mengutus para murid untuk memberikan kesaksian mengenai Injil Kerajaan Allah.
Para rasul dapat memberikan kesaksian tentang Yesus hanya karena mereka telah
melihat, mendengarkan dan meraba Dia.
Kalau kita berangkat untuk menjalankan perutusan yang dipercayakan
kepada kita, kita percaya bahwa Yesus menyertai kita (Mat 28: 20). Jaminan
kehadiran dan penyertaan-Nya dalam tugas perutusan Gereja adalah kehadiran-
Nya yang nyata dalam roti Ekaristi yang tetap ada sebuah perayaan Ekaristi
selesai. Akhirnya, harus dikatakan bahwa pada hakikatnya Gereja sebagai
penerima dan pengemban kabar gembira tentang Yesus Kristus adalah misioner.
Hanya dengan tetap setia pada perutusannya, Gereja bisa setia pada jati dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Perutusan untuk membagikan hidup Kristus mendorong kita lagi dan lagi untuk
berhimpun sebagai persekutuan, membarui iman, menyalakan harapan,
memurnikan kasih dan melanjutkan kesaksian dalam hidup dan pelayanan yang
nyata.
4) Tanya jawab
Apakah Ekaristi sudah menjadi Puncak dan Sumber dalam kehidupan anda
dan pelayanan anda?
2. Sesi ke III
a. Tema : Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja
b. Tujuan : Prodiakon semakin menghayati bahwa Ekaristi menjadi
puncak dan sumber kehidupan Gereja, menjadi bekal
dalam pelayanannya
c. Materi : Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja
d. Metode : Informasi, tanya jawab
e. Sumber Bahan : Menjadikan Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber
Kehidupan Gereja. (Madya Utama, 2014)
f. Sarana : Leptop, Lcd, power point, handout
g. Pengembangan langkah-langkah:
1) Pengantar
Selamat pagi Bapak, Ibu, Saudara, sungguh berkat Tuhan Maha Besar
kepada kita yang selalu memberikan kita anugerah kehidupan kepada kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Terutama kita masih diberkenankan berkumpul di tempat ini untuk melanjutkan
kegiatan kita yang telah kita mulai dari hari kemarin. Saya ucapkan terima kasih
pula kepada Bapak, Ibu Prodiakon yang sampai hari ini masih semangat untuk
mengikuti rangkaian kegiatan-kegiatan hari ini.
Sebagai Prodiakon kita tidak bisa menghilangkan Ekaristi dalam kehidupan
kita. Karena Ekaristi sudah menjadi puncak dan sumber kehidupan bagi kita,
terutama dalam pelayanan kita. Berkat Ekaristi kita selalu diteguhkan dalam setiap
pelayanan kita. Pada sesi ke III ini marilah kita semakin menghayati Ekaristi
sebagai puncak dan sumber dalam pelayanan kita.
2) Doa Pembuka
Selamat Pagi Ya Bapa, terima kasih atas rahmat penyertaan-Mu kepada
kami yang selalu baru bagi kami, terutama Engkau masih memberikan nafas
kehidupan bagi kami untuk melanjutkan kegiatan kami pada hari ini. Sertailah
kami selalu dengan kuasa Roh Kudus agar kami selalu menjadikan Ekaristi
menjadi puncak dan sumber dalam setiap pelayanan dan kehidupan kami, agar
kami selalu meneladan setiap pelayanan-Mu. Sertailah kami selalu hingga akhir
acara ini dengan berkat rahmat-Mu. Semua doa kami unjukkan ketangan-Mu
melalui perantaraan Kristus Tuhan Kami. Amin.
3) Tanya-jawab
a) Bagaimana anda menghayati Ekaristi dalam kehidupan dan pelayanan anda?
b) Apa anda sudah menerapkannya dalam kehidupan anda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4) Materi sesi III: Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja
Umat Katolik kerap mendengar ungkapan Ekaristi sebagai Puncak dan
Sumber Kehidupan Gereja, tetapi hanya mereka dengar tanpa mau dipahami
makna sesungguhnya. Umat tidak menjadikan Ekaristi sebagai pola kehidupan
mereka. Umat ikut merayakan Ekaristi setiap hari Minggu tetapi dalam
kehidupan mereka belum menghayatinya. Ekaristi belum menjadi pola pikir dan
bertindak mereka.
1. Ekaristi sebagai Puncak Kehidupan Gereja
Perayaan Ekaristi adalah puncak dan sumber kehidupan bagi Gereja, puncak
yang dituju oleh kegiatan Gereja dan merupakan sumber segala daya-
kekuatannya. Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa membangun communio
merupakan prasyarat untuk dapat merayakan Ekaristi secara sungguh-sungguh.
Yang dimaksud dengan persekutuan persaudaraan (communio) adalah cara
hidup jemaat Kristiani yang diwarnai oleh semangat cinta kasih, kesediaan untuk
saling berbagi sehingga tidak ada anggota jemaat yang kekurangan, saling
memberikan dukungan, saling mengampuni, saling memberikan kesempatan
untuk berkembang, dan saling menerima serta menghargai keunikan para
anggota.
Teologi dan tradisi Kristiani selalu berada pada posisi bahwa setiap
Perayaan Ekaristi didasarkan pada kehadiran aktual suatu komunitas Kristiani. Di
sepanjang sejarah dunia kekristenan, realitas keberadaan komunitas Kristiani dan
perayaan Ekaristi terus menerus disatukan. Para uskup dalam Konsili Vatikan II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dalam Konstitusi Sacrosanctum Consilium tentang Liturgi Suci artikel 26
mengungkapkan hubungan liturgi dan komunitas ini dengan jelas: “Upacara
Liturgi bukanlah tindakan perorangan melainkan perayaan Gereja sebagai
Sakramen Kesatuan.
Paus Yohanes Paulus II menandaskan bahwa dengan setiap kali merayakan
Ekaristi kita dipanggil untuk melihat apakah hidup kita secara pribadi maupun
sebagai persekutuan umat beriman sudah mendekati ideal komunitas beriman
yang diceritakan dalam Kisah para Rasul: Gereja yang berkumpul untuk
memperdalam imannya, melaksanakan Sabda Allah, dan berbagi kekayaan rohani
maupun material dengan satu sama lain sehingga tidak ada seorang pun yang
mengalami kekurangan (Kis. 2: 42-47; 4: 32-35).
Perayaan Ekaristi sungguh akan menjadi puncak kehidupan Gereja apabila
semua anggota Gereja mengupayakan agar hidup mereka benar-benar menjadi
sebuah communio, sehingga dalam Perayaan Ekaristi pengalaman membangun
communio tersebut dirayakan, dialami kembali, dikuatkan, dan disempurnakan,
sebab Perayaan Ekaristi adalah “sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, dan
ikatan cinta kasih."
2. Ekaristi sebagai Sumber Kehidupan Gereja
Bila umat beriman sudah berusaha membangun communio sebelum datang
ke gereja untuk merayakan Ekaristi, maka perayaan Ekaristi tersebut akan
membantu umat menerima rahmat Allah demi kebaikan hidup mereka, untuk
menyembah Allah dengan benar dan untuk mengamalkan cinta Kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Ekaristi juga merupakan sumber kehidupan Gereja, artinya Ekaristi menjadi
sumber kekuatan untuk melaksanakan iman yang telah dirayakan dalam Ekaristi
dalam hidup sehari-hari. Harapannya setelah kita mengikuti Ekaristi kita menjadi
pribadi dan komunitas Ekaristis. Berkaitan dengan hal ini, Paus Yohanes Paulus
II mengatakan bahwa “Ekaristi memberikan kepada komunitas daya dorong
untuk membuat sebuah komitmen yang akan benar-benar dilaksanakan guna
membangun masyarakat yang lebih adil dan penuh semangat persaudaraan.”
Beliau juga mengajak kita untuk mencari jalan guna mengatasi salah satu bentuk
kemiskinan yang terdapat di dunia kita sekarang ini, menjadi promotor
diwujudkannya perdamaian, komunio dan solidaritas. Paus Benediktus XVI
berpendapat bahwa setelah merayakan Ekaristi kita perlu menjadi “roti yang
dibagikan” bagi sesama, dan untuk mengupayakan pembangunan dunia yang
lebih adil dan penuh semangat persaudaraan.
Konsili Vatikan II dalam Dekrit Presbyterorum Ordinis tentang Pelayanan
dan kehidupan para Imam artikel 6 menandaskan bahwa Ekaristi sungguh-
sungguh mencapai kepenuhannya dan dirayakan dengan tulus serta penuh
kesungguhan (sincere) bila perayaan tersebut mendorong semua yang
merayakannya untuk melakukan berbagai karya cinta kasih, saling membantu,
terlibat dalam karya misioner, serta aneka bentuk kesaksian Kristiani.
Berkaitan dengan hal ini, semua orang yang merayakan Ekaristi harus
menjadikan seluruh cara hidup mereka sebagai ibadah yang sejati kepada Allah
(Rom 12:1) dengan berbuat baik dan memberikan bantuan (Ibr. 13:16), merawat,
membela, dan memberdayakan orang-orang miskin, orang-orang yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
punya harapan dan tersingkir (Yak. 1:27). Ibadah yang sejati bukan hanya
sekedar merayakan Liturgi.
5) Tanya jawab
Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya terkait
Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja. di buka peluang bagi
peserta yang ingin membagikan pengalaman mereka menghayati Ekaristi dalam
kehidupan mereka.
6) Menyanyi lagu “Aku Bersyukur Pada-Mu” (Lampiran II)
7) Doa penutup
Ya Bapa terima kasih atas penyertaan-Mu dalam kehidupan kami. Dikau
selalu menyertai setiap pelayanan kami. Semoga kami selalu menghayati Ekaristi
sebagai puncak dan sumber kehidupan dan pelayanan kami. Kami serahkan segala
kehidupan kami ke tangan-Mu, terutama pelayanan kami. Dengan pengantaraan
Kristus Tuhan Kami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Dalam skripsi ini penulis telah menjabarkan gagasan tentang pelayanan
Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi. Dalam bab pertama penulis telah menjabarkan
mengenai latar belakang pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi, rumusan
masalah, tujuan penulisan skripsi, manfaat penulisan skripsi, metode penulisan
skripsi, serta judul skripsi. Dalam bab kedua penulis membahas mengenai
Prodiakon Paroki. Dalam bab ketiga penulis telah membahas mengenai Liturgi
Ekaristi dan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi. Bab keempat membahas
mengenai upaya meningkatkan pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi lewat
kegiatan rekoleksi. Pada bagian akhir dari skripsi ini, penulis akan menyampaikan
dua pokok bahasan. Bagian pertama merupakan simpulan terkait pelayanan
Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi. Bagian kedua berisi saran yang dapat
bermanfaat bagi para Prodiakon dalam mengembangkan pelayanan mereka dalam
Liturgi Ekaristi.
A. Simpulan
Keterlibatan kaum awam dalam pelayanan Gereja sangat diharapkan oleh
Gereja. Banyak pelayanan yang dapat dilakukan oleh kaum awam. Bidang
Liturgi adalah salah satu bidang yang sangat mengharapkan keterlibatan kaum
awam. Bentuk pelayanan dalam bidang Liturgi berupa menjadi misdinar, lektor,
tim paduan suara, pemazmur, prodiakon, dan sebagainya. Prodiakon adalah salah
satu bentuk pelayanan yang khusus. Prodiakon diangkat oleh Uskup setempat
melalui Surat Tugas untuk Paroki tertentu. Tugas utama Prodiakon adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
membantu Imam membagi komuni baik dalam perayaan Ekaristi maupun di luar
Perayaan Ekaristi, seperti mengirim komuni kepada orang sakit atau umat yang
berada di penjara. Tugas lainnya adalah memimpin Ibadat Sabda.
Umat lebih menganggap bahwa tugas utama Prodiakon adalah memimpin
Ibadat, sehingga umat akan membebankan tugas tersebut kepada Prodiakon,
bukannya katekis, untuk menyiapkan dan memimpin Ibadat di Lingkungan,
padahal katekis juga mampu memimpin Ibadat di Lingkungan. Semua beban di
Lingkungan yang menyangkut peribadatan akan diberikan kepada Prodiakon.
Prodiakon di Paroki Santo Yakobus, Bantul belum begitu menghayati
pelayanannya dalam Liturgi Ekaristi. Prodiakon masih mengganggap bahwa
tugas utamanya ialah memimpin Ibadat di Lingkungan. Pemahaman mereka
mengenai Ekaristi hanya sebatas perayaan atau ritual keagamaan saja. Kegiatan
yang diadakan oleh Paroki untuk membantu pelayanan Prodiakon juga hanya
sebatas membahas seputar alat dan busana liturgi, cara menyiapkan ibadat dan
membuat homili. Pemahaman mengenai Ekaristi jarang dibahas di Paroki,
sehingga Prodiakon kurang memahami arti Perayaan Ekaristi.
Tugas utama Prodiakon adalah membantu Imam membagi komuni; tetapi
tidak hanya sekedar membagi komuni yang berupa hosti saja, karena hosti itu
adalah tubuh Kristus sendiri. Dengan demikian ketika membagikan komuni
Prodiakon perlu menerima Kristus dengan segala nilai dan cara hidup-Nya.
Karena Ekaristi merupakan perayaan yang meneguhkan iman, membangun
persaudaraan, dan menjiwai pelayanan, Prodiakon perlu memahami Ekaristi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
konsekuensinya dalam kehidupannya, yaitu menjadi pribadi Ekaristis dan
membantu umat yang dilayani menjadi komunitas Ekaristis.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis ingin mengajukan beberapa saran
sebagai upaya meningkatkan pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi.
1. Bagi Prodiakon
Prodiakon diharapkan semakin memahami dan menghayati Ekaristi dalam
kehidupan sehari-hari: Menjadi pribadi Ekaristis dan membantu jemaat yang
dilayani menjadi komunitas Ekaristis.
2. Bagi Paroki
Paroki perlu memperhatikan Prodiakon dengan mengadakan kegiatan atau
pertemuan untuk membantu Prodiakon semakin memahami makna Perayaan
Ekaristi dan menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
DAFTAR PUSTAKA
Groome, Thomas H. 1997. Shared Christian Praxis: Suatu model berkatekese.
Penyadur: F.X. Heryatno Wono Wulung. Seri Puskat No. 356.
Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku Asli
diterbitkan pada tahun 1991).
Konfrensi Waligereja Indonesia. 1996. Imam Katolik: Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. 1993. Dokumen Konsili Vatikan II. Penerjemah: R.
Hardawiryana. Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan pada 1966)
Madya Utama, I. L. 2014. Menjadikan Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber
Kehidupan Gereja. Jurnal Teologi 03(01),75-81.
Martasudjita, E. 1998. Tugas Pelayanan Prodiakon Paroki. Yogyakarta:
Kanisius.
. 1999. Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi.
Yogyakarta: Kanisius.
. 2011. Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi. Yogyakarta:
Kanisius
. 2017. Kompendium Tentang Prodiakon. Yogyakarta: Kanisius.
NN. 2012. Youcat Indonesia, Katekismus Populer. Penerjemah: R.D. Yohanes
Dwi Harsanto, dkk. Yogyakarta: Kanisius. (Dokumen asli diterbitkan
pada 2010)
Osborne, K.B. 2008. Komunitas, Ekaristi, dan Spiritualitas. Penerjemah: J.
Hartono Budi, SJ dan Tim Seminar Teologi Modern Fakultas Teologi,
Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Kanisius.
Purwa Hadiwardoyo, A. 2017. Ringkasan Ajaran Gereja tentang Imam, Awam
dan Religius. Yogyakarta: Kanisius.
Siswata, Y. 1990. Prodiakon Paroki. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono, Frans. 2010. Mencintai Liturgi. Yogyakarta: Kanisius.
Suharyo, I. 2011. Ekaristi: Meneguhkan Iman, Membangun Persaudaraan,
Menjiwai Pelayanan. Yogyakarta: Kanisius.
Yohanes Paulus II. 1992. Catechesi Tradendae. Seri Dokumen Gerejawi No. 28.
Penerjemah: R. Hardawiryana. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan
Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan
pada 1979)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran I
Lagu “Hidup Ini Adalah Kesempatan”
Hidup Ini adalah Kesempatan
Hidup ini adalah kesempatan
Hidup ini untuk melayani Tuhan
Jangan sia-sia kan waktu yang Tuhan beri
Hidup ini harus jadi berkat
Oh Tuhan pakailah hidupku
Selagi aku masih kuat
Bila saatnya nanti ku tak berdaya lagi
Hidup ini sudah jadi berkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran II
Lagu “Aku Bersyukur Pada-Mu”
Aku Bersyukur Pada-Mu
Ku bersyukur pada-Mu ya Tuhan berkat Ekaristi-Mu.
Yang menjadi santapan jiwa dan memuaskan dahaga.
Ku bersyukur pada-Mu ya Tuhan berkat Ekaristi-Mu.
Yang jadi kekuatan iman wartakan cinta Tuhan.
Kasih-Mu agung selalu menghantar aku pada-Mu.
Memahami kehendak-Mu untuk membawa damai-Mu.
Kasih-Mu agung selalu cahaya lubuk hatiku.
Dalam setiap langkahku melaksanakan firman-Mu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended