View
617
Download
40
Category
Preview:
DESCRIPTION
PENCABTAN GIGI SULUNG
Citation preview
1
EKSTRAKSI, SPACE MAINTAINER DAN PERAWATAN ANTERIOR CROSSBITE
PADA GIGI ANAK
Gigi dan mulut memiliki peranan penting bagi anak pada masa pertumbuhan dan
perkembangan karena gigi dan mulut antara lain memiliki fungsi mastikasi, bicara,
estetika, ekspresi fasial dan pertumbuhan fasial. Beberapa kondisi pada gigi geligi seperti
karies yang sudah tidak bisa direstorasi dan persistensi sering kali memerlukan tindakan
ekstraksi. Akan tetapi, pada perawatan gigi anak rencana perawatan harus memberikan
nilai positif, bukan hanya saat perawatan namun juga di masa datang. Oleh karena itu,
sebelum melakukan ekstraksi perlu dipertimbangkan apakah perlu dibuatkan space
maintainer untuk mencegah maloklusi pasca ekstraksi. Selain itu, apabila sudah terdeteksi
adanya maloklusi seperti anterior crossbite, sebaiknya segera dikoreksi karena masa
tumbuh kembang merupakan saat yang tepat untuk melakukan tindakan pencegahan
maloklusi lebih lanjut.
I. Ekstraksi Pada Gigi Anak
Dalam tindakan pembedahan, prinsip yang diterapkan sama antara orang dewasa
dan anak. Akan tetapi, pada anak kita perlu memperhatikan aspek fisik dan
psikologis yang masih berkembang1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pencabutan gigi anak1,2
:
1. Rongga mulut anak yang kecil, sehingga tingkat kesulitan yang dihadapi lebih
besar dalam hal mendapatkan akses operasi.
2. Tulang rahang anak sedang dalam proses tumbuh kembang dan gigi-geligi
sedang dalam tahap perubahan yang berkelanjutan. Adanya interfensi pada
pusat pertumbuhan pada rahang atau ekstraksi prematur gigi sulung dapat
memicu malformasi pada rahang, gigi tetap ataupun keduanya.
3. Struktur tulang anak terdiri dari material organik dengan konsentrasi yang lebih
besar, sehingga lebih mudah patah daripada tulang orang dewasa.
4. Mendapatkan riwayat medis pasien, melakukan evaluasi dental yang lengkap
(dengan pengambilan foto radiograf), mencegah serta mampu menangani jika
terjadi situasi darurat.
2
I.1 Indikasi Ekstraksi Gigi Sulung
Indikasi ekstraksi gigi sulung antara lain1,3
:
1. Jika gigi sulung berlubang dan tidak memungkinkan adanya perbaikan jika
dilakukan perawatan konservasi dan endodontik, misalnya gigi dengan karies
hingga mencapai bifurkasi.
2. Gigi yang mengalami fraktur mahkota atau fraktur akar yang tidak dapat
direstorasi.
3. Jika terjadi infeksi di periapikal atau area interradikuler
4. Jika terdapat abses dentoalveolar akut dengan selulitis
5. Persistensi gigi sulung yang mempengaruhi erupsi normal gigi tetap
6. Supernumerary teeth dan ankilosis
7. Pada kasus gigi impaksi atau terbenam
I.2 Kontraindikasi Ekstraksi Gigi Sulung
Beberapa kontraindikasi dilakukannya pencabutan gigi sulung antara lain1:
1. Anak dengan infeksi akut, misalnya stomatitis akut, infeksi Vincent akut atau
stomatitis herpetika. Infeksi harus dirawat dan dihilangkan terlebih dahulu
sebelum dilakukan tindakan ektraksi.
2. Anak dengan kelainan Blood dyscrasias. Sebelum dilakukan tindakan ekstraksi
sebaiknya lakukan konsultasi dengan hematologisnya.
3. Anak dengan rheumatic heart disease akut atau kronis, congenital heart disease
dan penyakit ginjal yang membutuhkan antibiotik khusus.
4. Anak dengan infeksi sistemik akut. Keadaan infeksi membuat tubuh menjadi
kurang resisten dan kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
5. Anak yang menderita tumor ganas di rahang. Trauma dan ekstraksi cenderung
menambah kecepatan pertumbuhan dan penyebaran tumor.
6. Anak dengan diabetes melitus. Lakukan konsultasi dengan dokter penyakit
dalam yang merawatnya terlebih dahulu.
3
I.3 Anestesi Lokal
Anestesi lokal memegang peranan sangat penting dalam kontrol rasa sakit
dalam perawatan gigi. Anestesi lokal bekerja dengan cara menstabilkan permukaan
membran sel saraf melawan influks ion sodium. Efisiensi dari anestesi lokal
ditingkatkan dan diperpanjang, serta toksisitasnya diturunkan dengan penambahan
vasokonstriktor (epinephrine atau felypressin)5.
Kebanyakan anak dapat ditangani dibawah anestesi lokal. Anak sebaiknya
diberitahu tindakan apa yang akan dilakukan dengan bahasa yang sederhana, jangan
beritahukan sesuatu yang tidak benar karena akan membuat anak kecewa dan
akhirnya kepercayaan dirinya akan hilang untuk selamanya. Akan lebih aman
mengatakan pada anak bahwa dirinya akan merasa sedikit tidak nyaman seperti
digigit nyamuk daripada menjanjikan tidak akan ada rasa sakit sedikit pun1.
1.3.1 Indikasi Anestesi Lokal
Anestesi lokal pada kedokteran gigi digunakan pada perawatan yang akan
menimbulkan rasa sakit atau tidak nyaman. Selain itu bisa juga digunakan untuk
keperluan diagnostik untuk memastikan kemungkinan penyebab dari rasa sakit. Jika
anestesi lokal diinfiltasi ke area pembedahan, sakit dan edema pasca operasi dapat
dikurangi karena anestesi lokal menstabilkan semua membran sel sehingga
mengurangi respon inflamasi yang dimediasi oleh prostaglandin5.
1.3.2 Kontraindikasi Anestesi Lokal
Anestesi lokal menjadi kontraindikasi pada beberapa keadaan, antara lain:
(1) Pasien anak yang tidak punya keinginan atau tidak mampu untuk
bekerjasama.
(2) Durasi perawatan yang panjang, misalnya beberapa prosedur
pembedahan atau perawatan yang sulit dan tidak nyaman seperti biopsi
pada bagian posterior dari lidah.
(3) Kasus alergi terhadap agen anestesi.
(4) Pasien dengan kelainan perdarahan atau koagulasi, karena terdapat
resiko hematoma yang tidak terkontrol. Kondisi medis lain seperti
penyakit hati yang parah atau suplai darah yang kurang baik ke jaringan
juga merupakan kontraindikasi5.
4
1.3.3 Macam-macam Anestesi Lokal
Anestesi lokal yang digunakan dalam kedokteran gigi dikelompokkan
menjadi golongan ester dan amida. Kelompok amida paling sering digunakan
karena jarang menimbulkan reaksi alergi dan potensinya lebih besar pada
konsentrasi yang lebih rendah. Konsentrasi tiap obat anestesi bervariasi sehingga
harus berhati-hati dalam pemakaiannya pada anak untuk mencegah terjadinya
overdosis. Vasokonstriktor, contohnya epinephrine, digunakan untuk konstriksi
pembuluh darah, menghalangi efek vasodilatasi dari obat anestesi dan menambah
durasi kerja anestetikum. Anestesi lokal yang biasa digunakan antara lain Lidocaine
2% dengan atau tanpa epinephrine, Mepivacaine 2% dengan atau tanpa
epinephrine2.
1.3.4 Teknik Anestesi Lokal
Anestesi Topikal
Anestesi topikal dapat mengurangi sedikit rasa tidak nyaman saat
pemasukan jarum suntik pada injeksi anestesi lokal. Anestesi topikal
tersedia dalam bentuk gel, cair, ointment, dan spray. Akan tetapi, dokter gigi
lebih memilih cairan, gel, ataupun ointment yang mempunyai rasa yang
enak dan cepat bereaksi. Pemakaian sediaan tersebut dalam bidang
kedokteran gigi juga karena onsetnya yang cepat, durasi yang lebih lama
jika dibandingkan dengan agen anestesi topikal lainnya, dan tidak
menimbulkan keracunan sistemik walaupun terdapat sedikit reaksi alergi
lokal jika digunakan untuk pemakaian jangka panjang dan berulang.
Berbagai macam agen anestesi telah digunakan dalam anestesi topikal
termasuk ethyl aminobenzoate, butacaine sulfate, cocaine, dyclonine,
lidocaine, dan tetracaine6.
Selama pengaplikasian anestesi topikal, dokter gigi harus
mempersiapkan anak untuk menerima injeksi. Penjelasan cukup secara
sederhana untuk mengindikasikan bahwa giginya akan dibuat tidur sehingga
perawatan dapat dilakukan tanpa ada rasa tidak nyaman5.
5
Anestesi topikal juga dapat membantu memperkenalkan anestesi lokal
kepada anak-anak yang takut dengan injeksi5.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan anestesi topikal1,6
:
- Membran mukosa sebaiknya dikeringkan guna mencegah dilusi dari
larutan anestesi topikal.
- Anestesi topikal diaplikasikan menggunakan kapas pada daerah atau
permukaan yang akan menerima injeksi selama 2- 4 menit supaya
kerjanya maksimal.
Anestesi Injeksi (Suntikan)
a) Infiltrasi
Merupakan pengaplikasian cairan anestesi lokal di sekitar ujung
saraf. Tujuannya adalah untuk mendepositkan cairan anestesi
sedekat mungkin ke apeks gigi yang dituju. Infiltrasi bukal dari
anestesi lokal (0.5-1 ml) sering menghasilkan analgesia pulpa pada
gigi sulung bahkan pada gigi molar rahang bawah yang akan
dilakukan perawatan restoratif. Blok mandibula dapat menyebabkan
efek negatif pada perilaku anak usia 3-5 tahun. Sebelum injeksi pada
kanal insisif, tempatkan anestesi lokal pada aspek labial atau bukal
dan lakukan injeksi transpapila dari aspek bukal. Cara tersebut juga
dapat dilakukan untuk menganestesi mukosa palatal5.
Yang harus diperhatikan dalam anestesi suntikan yaitu1:
- Gunakan jarum yang tajam dan kecil dengan bevel pendek (27 G).
- Injeksi dilakukan pada daerah mukobukal fold (pada infiltrasi
bukal/labial) dengan bevel jarum menghadap ke tulang.
- Larutan anestesi dideposit secara perlahan. Injeksi yang terlalu
cepat cenderung merangsang rasa sakit.
- Gejala anestesi harus dijelaskan pada pasien anak, seperti adanya
rasa tebal dan baal.
- Sediakan waktu yang cukup sebelum memulai tindakan
pencabutan gigi. Jika setelah 5 menit dilakukan anestesi blok tidak
6
terasa tebal di bibir bawah menandakan anestesi tidak bekerja
(gagal) dan harus diulang.
- Teknik aspirasi selalu dilakukan sebelum deposit cairan
anestesikum, untuk menjaga agar cairan anestesikum tidak masuk
ke dalam intravaskular sehingga nantinya akan menimbulkan
reaksi toksik, reaksi alergi dan hipersensitifitas.
Gambar 1. Teknik infiltrasi labial dan bukal pada anestesi gigi sulung RA2
Pada infiltrasi palatal, biasanya akan terasa sakit sehingga harus hati-hati
dalam melakukannya. Injeksi tetap dilakukan secara sangat perlahan.
Cotton-tipped dipakai guna membantu mengurangi rasa tidak nyaman.
Jarum kemudian ditempatkan di antara gigi dan cotton-tipped dengan
bevel jarum paralel dengan tulang.
Gambar 2. Teknik infiltrasi palatal untuk pencabutan gigi molar sulung RA2
7
b) Blok
Blok yang paling sering digunakan adalah blok mandibula. Pasien
harus membuka mulut maksimal dan jarum dimasukkan ke lateral
dari bagian terdalam dari pterygoid mandibular fold (pterygoid
notch). Foramen dari saraf mandibula pada anak terletak di bawah
bidang oklusi. Palpasi pada daerah ramus dapat memberikan arahan
tempat dilakukannya injeksi, arah bidang horizontal dan vertikal
serta kedalamannya. Gunakan jarum yang sangat tipis (25 mm) dan
injeksikan sedikit cairan anestesi sebelum jarum mencapai jaringan
yang lebih dalam lagi (totalnya sekitar 1.2 - 1.5 ml)5.
Gambar 3. Blok Mandibula. A. Posisi jarum pada orang dewasa; B. Posisi jarum
pada anak-anak1
c) Injeksi Analgesia Ligamen Periodontal
Anestesi intraligamen dimulai dengan sedikit infiltrasi di bukal
untuk menganestesi mukosa. Jarum tipis (30 G) digunakan pada
ligamen periodontal samapi diperoleh kontak dengan tulang.
Selanjutnya, sejumlah kecil cairan anestesi, biasanya 0.2 ml
diinjeksikan dengan specific forcing syringe karena biasanya
terdapat resisten yang kuat dan harus diinjeksikan secara perlahan.
Setiap akar diinjeksikan sekitar dua kali dan injeksi pada aspek fasial
harus dihindari karena lapisan tulang alveolarnya tipis5.
8
d) Injeksi jet
Prinsip dari injeksi jet adalah infiltrasi dengan tekanan tinggi melalui
membran mukosa pada area terbatas. Akan tetapi, dilaporkan bahwa
menyebabkan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak-anak
sehingga tidak digunakan pada kedokteran gigi anak5.
e) Analgesia intraoseus
Analgesia intraoseus melibatkan pencapaian akses melalui tulang
kortikal dan menginjeksi sedikit cairan anestesi ke spongeous core
dari tulang5.
1.3.5 Efek Samping dan Komplikasi dari Anestesi Lokal
Secara umum, terdapat beberapa efek samping dan komplikasi dari anestesi
lokal pada kedokteran gigi. Efek samping sistemik yang paling sering terjadi adalah
sinkop atau pingsan, hilangnya kesadaran yang terkait dengan berkurangnya suplai
aliran darah ke otak. Hal ini dapat disebabkan oleh tiga faktor:
1. Kolaps vasovagal karena rasa takut dan cemas yang berlebihan, rasa sakit yang
tiba-tiba atau temperatur tinggi.
2. Reaksi toksik terkait dengan cairan pada injeksi intravaskular atau terlalu
banyak menginjeksikan cairan pada satu waktu.
3. Hiperventilasi terkait dengan kecemasan yang berlebihan (karena konsentrasi
CO2 di dalam darah meningkat sehingga arteri di otak konstriksi).
Jika pasien pingsan, maka harus direbahkan dengan posisi kaki sedikit
dinaikkan. Jalur nafas harus dijaga dengan mengangkat kepala sedikit ke belakang
dan menekan mandibula ke depan. Alergi terhadap anestesi lokal jarang sekali
terjadi dan biasanya berupa erupsi kulit, selain itu hematoma juga mungkin terjadi
selama proses injeksi5.
1.4 Teknik Ekstraksi Gigi Sulung
Pada semua prosedur perawatan pada anak, termasuk ekstraksi, lakukan gerakan
yang lambat dan tenang. Hal tersebut selain baik untuk manajemen anak juga dapat
meminimalisir terjadinya fraktur akar gigi sulung yang relatif tipis dan rapuh4.
9
Pencabutan gigi sulung berbeda dibandingkan dengan pencabutan pada gigi
dewasa, hal ini disebabkan karena akar pada gigi sulung sudah mengalami resorpsi oleh
benih gigi permanen. Radiograf merupakan hal penting dan sebaiknya dipelajari secara
hati-hati sebelum ekstraksi dilakukan. Gigi sulung, khususnya gigi molar yang harus
diekstraksi sebelum waktunya (prematur) sudah mengalami resorpsi akar yang tidak
beraturan. Hal ini menyebabkan kesulitan saat prosedur ekstraksi dilakukan. Selain itu,
gigi molar sulung dengan morfologi akar yang menyebar juga mempersulit pencabutan
karena akar tersebut terjepit oleh mahkota benih gigi tetap1.
Gambar 4. Instrumentasi yang digunakan pada ekstraksi gigi sulung4
A B
Gambar 5. Tang anterior rahang atas (A) dan Tang posterior rahang atas (B)4
A B
Gambar 6. Tang anterior rahang bawah (A) dan tang posterior rahang bawah (B)4
10
1.4.1 Prosedur Ekstraksi Gigi Sulung
Ekstraksi gigi sulung anterior RA & RB
Gigi anterior RA & RB mempunyai akar satu dan bentuknya pipih. Hal
ini menyebabkan gigi tidak mudah fraktur dan lebih memungkinkan untuk
dilakukan gerakan rotasi dibandingkan pada gigi berakar ganda. Gerakan
pada pencabutan gigi sulung anterior baik rahang atas dan rahang bawah
adalah gerakan luksasi ke arah labiolingual/palatal, rotasi dan ekstraksi.
Pada umumnya, pencabutan gigi sulung anterior sangat mudah dan jarang
terjadi fraktur akar2,4
.
A B Gambar 7. A) Posisi operator saat ekstraksi gigi sulung anterior RA; B) Posisi operator saat
ekstraksi gigi sulung anterior RB4
11
A B
Gambar 8. A. Teknik ekstraksi gigi sulung anterior RA; B. Teknik ekstraksi gigi sulung
anterior RB4
Ekstraksi gigi sulung posterior RA & RB
Gigi molar sulung RA berbeda dengan gigi molar tetap, antara lain
bentuk akarnya yang lebih menyebar dan diameter yang lebih kecil sehingga
lebih sering terjadi fraktur akar. Pertimbangan lain adalah hubungan antara
akar gigi molar sulung dengan mahkota gigi premolar di bawahnya. Jika
akar gigi melingkari mahkota gigi tetap, gigi tersebut bisa dengan tidak
sengaja terambil dengan gigi molar sulung.
Gerakan pada pencabutan gigi molar sulung adalah gerakan luksasi
bukopalatal/lingual (palatal terlebih dahulu) dan penarikan gigi dari soket
dengan kekuatan ringan dan kontinyu. Pada pencabutan gigi molar sulung
RB, dokter gigi harus memperhatikan perlindungan terhadap mandibula
supaya TMJ tidak cidera. Selain itu, inklinasi gigi molar sulung yang lebih
ke lingual dan kesulitan anak untuk membuka mulut besar menyebabkan
timbul kesulitan dalam pencabutan gigi molar sulung RB. Instrumen yang
digunakan adalah straight elevator no. 301 dan tang No. 150 atau bayonet
untuk rahang atas dan tang No. 151 untuk rahang bawah1,2
.
12
A B
Gambar 9. A) Posisi operator saat ekstraksi gigi sulung posterior RA; B) Posisi operator
saat ekstraksi gigi sulung posterior RB4
A B
Gambar 10. A. Teknik ekstraksi gigi molar sulung RA, B. Teknik ekstraksi molar sulung RB4
1.5 Ekstraksi Gigi Molar Satu Tetap
Pertimbangan dalam menentukan ekstraksi gigi M1 antara lain1,7
:
Keputusan untuk ekstraksi harus dibuat berdasarkan kerjasama dengan
spesialis orthodonti.
13
Jika gigi tersebut tidak dapat direstorasi bagaimanapun oklusinya, maka gigi
tersebut harus dicabut. Walaupun perawatan saluran akar dapat dilakukan,
akan tetapi status mahkota merupakan yang paling penting.
Gigi belum matang dan non vital mempunyai prognosis yang buruk. Biasanya
perawatan saluran akar tidak diindikasikan terutama yang membutuhkan
prosedur apeksifikasi.
Jika molar permanen atasnya sudah erupsi, removable appliance seperti
Hawley harus digunakan untuk mencegah erupsi berlebihan sebelum gigi
molar 2 bawah erupsi.
Jika gigi molar satu permanen dicabut sebelum gigi molar dua permanen
erupsi lebih memungkinkan gigi molar dua tersebut bergerak ke mesial dan
menutupi ruang gigi molar satu permanent (waktu yang ideal).
Jika gigi molar dua permanen erupsi di saat hilangnya gigi molar satu, gigi
molar dua tersebut akan miring ke daerah molar satu, yang akhirnya akan
menimbulkan penyakit periodontal dan masalah orthodontik.
Jika gigi molar dua permanen belum mengalami kerusakan dan satu atau dua
gigi molar satu telah hancur dan tidak bisa dirawat sebaiknya dicabut. Tetapi,
jika tiga gigi molar satu sudah rusak, maka keempat gigi molar yang ada
sebaiknya dicabut untuk mendapatkan susunan gigi yang simetris.
Jika gigi molar dua permanen sudah erupsi, sangatlah penting untuk
mempertahankan gigi molar satu permanen. Jika gigi molar satu permanen
diindikasikan untuk pencabutan maka hanya gigi dengan kondisi yang tidak
lagi memungkinkan untuk dilakukan perawatan restoratif maupun perawatan
saluran akar saja. Setelah dilakukan pencabutan maka harus dipasang space
maintainer.
1.6 Komplikasi Pasca Ekstraksi
Beberapa kondisi yang biasa terjadi setelah ekstraksi pada pasien anak antara lain:
- Dry socket
Dry socket jarang ditemukan pada anak. Jika seorang anak yang berusia di
bawah 10 tahun mengalami dry socket, pada umumnya terkait dengan infeksi,
14
contohnya actinomycosis atau komplikasi kelainan sistemik (anemia, gangguan
nutrisi, dll)1.
- Terhisap/tertelannya elemen gigi atau akar gigi
Kejadian ini biasanya terjadi pada operasi dengan anestesi umum, walaupun
dapat pula terjadi saat ekstraksi dengan anestesi lokal. Ekstraksi dengan
kekuatan berlebihan menyebabkan gigi terlepas dari tang dan tertelan. Hal ini
dapat dicegah dengan mengontrol tekanan saat menggunakan tang dan
menempatkan kasa di belakang gigi yang akan diekstraksi1.
- Ulserasi
Komplikasi ini terjadi pasca anestesi. Pembentukan ulserasi di bibir bawah
disebabkan anak sering menggigit bagian bibir yang teranestesi. Orangtua
sebaiknya diingatkan untuk mengawasi anak mereka setelah injeksi blok
mandibula dilakukan sampai kerja anestesi hilang supaya anak tidak menggigit
bibirnya1.
Gambar 11. Ulserasi akibat menggigit bibir bawah yang teranestesi1
- Fraktur akar
Fraktur akar sering terjadi saat pencabutan gigi molar sulung. Pada kasus
dengan akar tertinggal pasca pencabutan, maka harus dievalusi apakah akar
tersebut harus diangkat dengan resiko trauma pada benih gigi tetapnya atau
diobservasi dengan pertimbangan bahwa akar tersebut akan diresorpsi oleh
benih gigi tetapnya. Kebanyakan kasus dengan akar tertinggal menunjukan hasil
akar tersebut diresorpsi atau akar tersebut naik ke permukaan karena adanya
dorongan erupsi gigi tetapnya. Namun pada beberapa kasus, akar gigi tersebut
15
dapat meningkatkan kemungkinan infeksi pasca operasi dan menghambat erupsi
gigi tetap, sehingga perlu untuk diangkat dengan pembedahan Dalam
mengatasinya, jika akar gigi yang tertinggal terlihat dengan jelas dan bisa
diambil menggunakan bein, fragmen akar tersebut sebaiknya diambil. Namun,
apabila akar gigi sangat kecil atau posisinya terlalu terbenam di alveolus, lebih
baik ditinggalkan hingga akhirnya akan teresorpsi seiring dengan erupsi gigi
tetapnya1,2
. Jika terjadi kesalahan pada pencabutan, seperti terangkatnya benih
gigi permanen pada saat pencabutan, maka yang harus dilakukan adalah
memasukan lagi benih tersebut ke dalam soket dengan hati-hati dan menutup
mukosa dengan satu atau dua jahitan. Lakukan tes pulpa setelah gigi tersebut
sudah erupsi1.
II. Anterior Crossbite
II.1 Definisi dan Etiologi
Anterior crossbite adalah kondisi gigitan silang dimana gigi insisif sulung
atau permanen rahang atas berada lebih lingual dari gigi insisif sulung atau
permanen rahang bawah saat oklusi8.
Gambar 12. Gambaran klinis gigi crossbite anterior
9
Diagnosis anterior crossbite (maloklusi kelas I tipe 3) terkadang sulit
dibedakan dengan maloklusi kelas III. Untuk mendiagnosis anterior crossbite,
pasien diminta untuk melakukan oklusi sentris yaitu memposisikan mandibula
pada posisi paling posterior saat beroklusi. Salah satu cara untuk mencapai oklusi
16
sentris adalah dengan menginstruksikan pasien untuk menyentuh bagian paling
belakang palatum dengan ujung lidah saat akan beroklusi. Apabila anterior
crossbite ditemukan pada pasien dengan gerakan menutup mulut yang terlihat
halus hingga posisi edge to edge dan kemudian mandibula sedikit bergerak ke
depan untuk mendapatkan posisi oklusi yang nyaman dan menutup sempurna,
maka gigitan ini termasuk anterior crossbite dental (maloklusi kelas I tipe 3).
Apabila gerakan menutup mulut terjadi dengan halus tanpa ada gerakan
mandibula ke depan saat oklusi, namun posisi gigi insisif mandibula lebih anterior
dari insisif maksila, maka kasus tersebut termasuk anterior crossbite skeletal
(maloklusi kelas III)1.
Anterior crossbite merupakan akibat dari beberapa kondisi, antara lain6:
1. Adanya persistensi gigi sulung rahang atas sehingga menyebabkan arah
pertumbuhan gigi tetap rahang atas lebih ke palatal
2. Adanya gigi lebih (supernumerary) yang terletak lebih ke labial dari gigi
insisif atas sehingga dapat menyebabkan gigi insisif tumbuh lebih ke lingual
atau mengalami rotasi sehingga akhirnya membentuk gigitan silang
(crossbite).
3. Trauma pada gigi sulung anterior dapat mengakibatkan posisi benih gigi
permanen berubah sehingga saat erupsi dapat membentuk crossbite. Apabila
eksfoliasi gigi sulung insisif terlambat karena nekrosis pulpa akibat trauma
atau karies, gigi tersebut dapat menjadi zat asing yang mengganggu
pertumbuhan benih gigi tetap. Gigi sulung yang tidak vital sering kali resorpsi
akarnya tidak normal sehingga dapat mengakibatkan komplikasi pada
perkembangan oklusi.
4. Kurangnya lengkung rahang dapat menyebabkan gigi insisif permanen
tumbuh lebih ke lingual saat erupsi, hal ini sering ditemukan pada gigi insisif
lateral maksila. Selain itu Erupsi prematur gigi kaninus permanen dapat
menyebabkan gigi insisif lateral terdorong ke lingual dan membentuk gigitan
silang (crossbite) saat erupsi.
Apabila ditemukan salah satu kondisi di atas, dapat dilakukan perawatan
sederhana untuk memperbaiki anterior crossbite tersebut bila:
17
- Tersedia ruang mesio-distal yang cukup untuk menggerakkan gigi yang
crossbite ke posisinya yang benar.
- Posisi apikal dari gigi yang crossbite masih berada pada posisi yang
hampir sama dengan posisi apikal gigi lain yang posisinya normal
sehingga tidak diperlukan bodily movement.
- Pasien memiliki oklusi normal pada daerah molar dan kaninus.
Perawatan dapat dilakukan setelah evaluasi beberapa faktor, seperti tingkat
kooperatif pasien, tingkat overbite yang diharapkan pasca perawatan, status
perkembangan oklusi dan urutan erupsi gigi pasien6.
II.2 Alat untuk Mengoreksi Crossbite Anterior
Terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk memperbaiki crossbite
anterior, yaitu:
1. Tongue Blade
Terdapat berbagai cara untuk memperbaiki anterior crossbite. Pada kasus
insisif permanen maksila masih erupsi sebagian namun terlihat
hubungannya lebih ke palatal dari insisif mandibula, maka pada kasus ini
dapat digunakan Tongue Blade. Pasien anak dan orang tuanya
diinstruksikan menekankan tongue blade ke bawah dengan tangan untuk
mendorong gigi anterior maksila ke depan. Ujung tongue blade diletakan
pada gigi insisif atas yang cossbite, sementara ujung yang lainnya melalui
permukaan labial gigi insisif bawah yang berfungsi sebagai tumpuan.
Gerakan ini harus dilakukan 20 kali setiap sebelum makan dan pasien
menghitung hingga hitungan kelima setiap melakukan gerakan ini.
Keberhasilan perawatan ini sangat tergantung kedisiplinan pasien untuk
melakukannya secara teratur. Apabila dilakukan dengan baik, gigi
anterior yang crossbite akan bergerak ke depan dalam waktu 2-3 minggu.
Apabila perawatan ini tidak berhasil setelah dua minggu atau lebih, maka
perlu dilakukan perawatan dengan alat lain1,10
.
18
2. Acrylic Inclined Bite Plane
Acrylic bite plane dibuat pada model gigi menggunakan self-curing resin
yang menutupi seluruh insisif rahang bawah. Kemudian inclined plane
ditambahkan dengan panjang kurang lebih ¼ inchi dan miring ke lingual
45° dari garis aksis insisif rahang bawah. Acrylic inclined bite plane
disementasikan pada gigi-gigi insisif rahang bawah. Plane diharapkan
dapat membuat gerakan meluncur gigi atas yang crossbite. Hanya gigi
yang crossbite yang bersentuhan dengan plane, tidak boleh ada gigi lain
yang berkontak dengan plane dan plane tidak boleh menyentuh jaringan
lunak palatum. Selama penggunaan alat ini, gigi posterior tidak
beroklusi dengan jarak 2-3 mm. Erupsi gigi posterior akan terlihat dalam
10 hari, dan akan terjadi kecenderungan openbite pada gigi-gigi anterior.
Inclined plane dapat dilepas setelah gigi yang crossbite sudah
melampaui insisal edge gigi anterior rahang bawah. Namun apabila
crossbite tidak membaik dalam 2 minggu, perlu dipertimbangkan untuk
dipergunakan alat lain. Alat ini dapat dipakai untuk satu atau lebih gigi
anterior yang crossbite.
Gambar 13. Acrylic inclined bite plane untuk memperbaiki anterior crossbite1
3. Reversed Stainless Steel Crown
Alat ini digunakan untuk memperbaiki satu gigi insisif atas yang
crossbite dengan cara memasangkan stainless steel crown dengan posisi
terbalik pada gigi yang crossbite. Crown dipilih yang lebih panjang (1-
2mm) dari gigi asli supaya letak crown lebih ke depan dari gigi bawah
dan dapat mendorong gigi atas ke depan.
19
Gambar 14. Reversed Stainless Steel Crown10
4. Hawley Type Appliance
Penggunaan removable palatal appliances diindikasikan untuk kasus
dimana satu atau dua gigi (biasanya insisif lateral) mengalami gigitan
silang. Alat ini terbuat dari akrilik yang dipasang pada rahang atas dan
terdapat klamer aktif (simple spring) untuk mendorong gigi yang
crossbite ke labial. Selain untuk memperbaiki crossbite, palatal
appliances juga dapat digunakan sebagai space maintainer atau untuk
memperbaiki kelainan minor pada lengkung rahang. Pada alat ini
diperlukan retensi yang baik, oleh karena itu harus digunakan
cengkeram yang cukup atau jenis fixasi lain1.
Gambar 15. Removable palatal appliances dengan simple spring yang mendorong gigi
yang crossbite ke labial1
5. Bonded Resin-Composite Slopes
Alat ini menyerupai acrylic inclined bite plane namun dibuat langsung
di atas gigi insisif rahang bawah menggunakan resin komposit. Pertama
gigi insisif rahang bawah dietsa selama 15 detik lalu dibersihkan.
20
Kemudian diaplikasikan bonding agent dan disinar selama 20 detik.
Resin komposit dibentuk di atas bonding agent hingga membentuk
slope dengan ketebalan 3-4 mm dengan kemiringan 45 longitudinal dari
sumbu gigi insisif rahang bawah. Resin komposit disinar 20 detik hingga
mengeras kemudian dipoles. Bonded resin-composite slope ini dipakai
selama 2 minggu. Setelah crossbite sudah teratasi, resin-composite slope
di bersihkan dengan low-speed diamond bur, permukaan email dipoles
dengan aluminium oxide finishing disc, dan terakhir diaplikasikan
fluoride topikal pada permukaan gigi.
Gambar 16. A. gigi insisif sentral rahang atas yang crossbite; B. penggunaan bonded resin-composite slope;
C. hasil setelah perawatan11
III. Space Maintainer
Seiring dengan perkembangan oklusi dari periode gigi sulung ke periode
transisional (periode gigi bercampur) hingga ke periode gigi tetap, setiap kejadian timbul
secara berurutan sehinga menghasilkan oklusi yang fungsional, estetik, dan stabil. Akan
tetapi, jika urutan kejadian ini terganggu, maka akan timbul masalah yang dapat
mempengaruhi status oklusi dari gigi tetapnya. Saat terdapat gangguan, koreksi
dibutuhkan untuk mendapat proses perkembangan oklusi yang normal. Untuk mencegah
kelainan tersebut dibutuhkan beberapa tipe dari passive space maintenance, active tooth
guidance, atau kombinasi keduanya5.
Beberapa pertimbangan di bawah ini penting bagi dokter gigi saat dibutuhkan penjagaan
ruang setelah tanggal dininya gigi sulung
1. Waktu sejak hilangnya gigi sulung
Jika terjadi penutupan ruang, biasanya dilakukan selama enam bulan pertama
setelah ekstraksi. Saat gigi sulung diekstraksi dan semua faktor mengindikasikan
21
dibutuhkan penjagaan ruang, maka pemasangan alat dilakukan sedini mungkin
setelah ekstraksi. Bahkan jika memungkinkan lebih baik untuk dibuat sebelum
dilakukan ekstraksi.
2. Umur dental pasien
Waktu erupsi rata-rata tidak dapat digunakan dalam menentukan pilihan untuk
konstruksi space maintainer karena terlalu banyak variasi dalam waktu erupsi gigi.
Gigi erupsi saat tiga per empat dari akarnya telah terbentuk tidak tergantung dari
umur kronologi anak. Akan tetapi, saat terjadi tanggal dininya gigi sulung, maka
waktu erupsi dari gigi penggantinya dapat ikut terpengaruh.
3. Jumlah tulang yang menutupi gigi yang belum erupsi
Jika terdapat tulang yang menutupi mahkota gigi yang belum erupsi, maka dapat
diprediksi bahwa gigi tersebut tidak mungkin erupsi dalam waktu dekat sehingga
diperlukan space maintainer.
4. Urutan erupsi gigi
Dokter gigi harus mengobservasi hubungan perkembangan dan erupsi dari gigi
tetangga di sebelah ruang akibat hilangnya gigi, misalnya jika molar dua sulung
tanggal dini dan molar dua tetap akan lebih dulu erupsi dari premolar dua, maka
terdapat kemungkinan bahwa molar dua tetap akan memberikan tekanan kuat ke
molar satu tetap sehingga dapat menyebakan mesial drifting ke ruang untuk
premolar dua.
5. Keterlambatan erupsi gigi tetap
Setiap gigi permanen yang terlambat dalam perkembangannya, maka juga akan
mengalami keterlambatan dalam erupsinya. Akan tetapi, bisa juga terjadi karena
gigi tetapnya impaksi atau terjadi deviasi pada jalur erupsi sehingga pada kasus ini
dibutuhkan ekstraksi dari gigi sulungnya utnuk selanjutnya dikonstruksikan space
maintainer agar gigi tetap dapat tumbuh ke posisi normalnya.
6. Tidak adanya benih gigi tetap
Jika benih gigi permanen tidak ada, maka penting untuk berkonsultasi dengan
orthodontist karena jarang ada pergerakan gigi yang bodily movement untuk
menutup ruang sehingga mungkin diperlukan perawatan orhodonti.
22
7. Penjelasan masalah ke orangtua
Jelaskan kepada orangtua mengenai kondisi yang ada dan diskusikan kemungkinan
dari perkembangan oklusinya jika tidak dilakukan penjagaan ruang untuk menuntun
perkembangan oklusi. Selain itu, juga perlu dijelaskan bahwa pemasangan space
maintainer tidak akan mengoreksi maloklusi yang telah ada, namun dapat
mencegah kondisi yang lebih parah dan rumit.
III.1 Definisi
Space maintainer merupakan alat othodontik preventif yang digunakan
untuk menjaga ruangan pada lengkung rahang guna menghindari terjadinya
kelainan di masa yang akan datang1.
Tipe Space Maintainers dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara:
1. Berdasarkan cara pemakaiannya, yaitu removable, fixed, atau semi-fixed
2. Berdasarkan konstruksinya, yaitu dengan band atau tanpa band
3. Berdasarkan fungsinya, yaitu fungsional atau non-fungsional
4. Berdasarkan kegunaannya, yaitu aktif atau pasif
5. Kombinasi dari tipe-tipe di atas
III.2 Indikasi
1. Ketika gigi molar dua sulung hilang sebelum gigi premolar dua siap
menempati tempatnya. Banyaknya ruang diantara gigi molar satu dan
gigi premolar satu lebih besar dibandingkan lebar gigi premolar dua
berdasarkan gambaran radiograf. Hal ini akan menyebabkan gigi molar
satu permanen bergeser ke arah mesial sehingga perlu dipasangkan
space maintainer untuk menjaga ruangan tersebut1.
2. Pada kasus kehilangan gigi premolar dua atau gigi insisif lateral rahang
atas secara kongenital. Pada kondisi ini, mungkin lebih baik diobservasi
dan membiarkan gigi molar tetap bergeser dan mengisi ruangan secara
alami1.
3. Gigi anterior sulung yang tanggal dini dapat diperbaiki dengan
pemasangan space maintainer1.
23
4. Kebanyakan kasus kehilangan satu atau lebih gigi molar satu tetap
terjadi saat masih anak-anak. Jika gigi tersebut tanggal sebelum gigi
molar dua tetap erupsi, nantinya gigi molar dua akan erupsi pada oklusi
normal dan menempati ruang gigi molar satu. Sebaliknya, jika molar dua
permanen siap erupsi atau telah erupsi sebagian maka terdapat dua
pilihan. Menggerakkan molar dua secara orthodontik (ini mungkin
dilakukan oleh seorang orthodonti), atau menahan ruangan untuk
kemudian dibuatkan gigi tiruan jembatan (bridge)1.
III.3 Macam-macam Space Maintainer
Sebagian besar pemeliharaan ruang dapat dilakukan dengan space
maintainer removable. Misalnya dalam kasus kehilangan M2 sulung yang terlalu
cepat, baik satu maupun di kedua sisi.
III.3.1 Space Maintainer Removable (Lepasan)
Keuntungan penggunaan space maintainer lepasan:
1. Alat dapat dibersihkan dengan mudah
2. Gigi dapat dibersihkan
3. Dimensi vertikal dapat terjaga
4. Dapat dikombinasikan dengan alat preventive lainnya,
terutama pada kasus interseptik orthodontik
5. Dapat dilepas-lepas, sehingga sirkulasi darah jaringan
lunak dapat tetap lancar
6. Dapat dibuat dengan estetik yang baik
7. Dapat menfasilitasi fungsi pengunyahan dan berbicara
8. Menjaga lidah tetap pada posisinya
9. Dapat membantu merangsang erupsi gigi tetap
10. Tidak perlu pemasangan band pada gigi
11. Bila terjadi karies pada gigi geligi dapat mudah terlihat dan
ditanggulangi
24
12. Ruangan untuk erupsi gigi tetap dapat dibuat dengan
mengurangi plat pada bagian gigi yang akan erupsi tanpa
membuat alat baru.
Kekurangan penggunaan space maintainer lepasan:
1. Alat dapat hilang
2. Pasien tidak mau memakai alatnya
3. Dapat patah atau pecah
4. Dapat menghalangi pertumbuhan rahang ke lateral, bila
digunakan klamer
5. Dapat mengiritasi jaringan lunak
Untuk poin 1 sampai 3 lebih ditekankan kepada kesadaran
orangtua maupun anak tentang pentingnya penggunaan space
maintainer.
Konstruksi pasif fungsional removable space maintainer harus
dibuat sesimpel mungkin.
Beberapa konstruksi space maintainer lepasan antara lain:
1. Labial bow
Labial bow digunakan untuk retensi alat dalam mulut dan
mencegah gigi anterior bergerak ke depan. Labial bow lebih
sering digunakan untuk gigi atas karena majunya gigi bawah ke
arah depan terhalangi oleh permukaan lingual gigi anterior
atas. Labial bow digunakan untuk retensi (sebaiknya termasuk
insisif), maka sebaiknya diletakkan cukup jauh ke arah gingiva,
tetapi sebaiknya tidak mengenai papila interdental.
25
Gambar 17. Labial bow1
2. Occlusal rest
Occlusal rest dipasang sebagai retensi tambahan pada gigi
molar. Sebaiknya dipasang di rahang bawah walaupun labial
bow tidak digunakan.
Gambar 18. Occlusal Rest1
3. Interproksimal Spurs
Pada rahang bawah, untuk mendapatkan retensi bukan sebuah
masalah. Tetapi pada anak yang sering memainkan lidahnya
secara terus-menerus atau ketidakmampuan untuk menjaga alat
tetap berada di dalam mulut selama makan, penggunaan labial
bow dan interproksimal spurs sangat diperlukan, seperti halnya
oklusal rest.
26
Gambar 19. Spur Interproksimal1
4. Clasps
Untuk retensi, terdapat beberapa alasan clasp akan digunakan
atau tidak, salah satunya adalah hubungan bukal-lingual dari
gigi yang berlawanan. Adanya akrilik pada bagian lingual
seringkali mendorong gigi ke arah bukal. Clasp sederhana
contohnya interproksimal clasps atau wrap-around clasps.
Interproksimal clasps melintasi oklusal embrasure dari akrilik
lingual dan diakhiri oleh loop pada bagian bukal embrasure.
Karena kontur/permukaan gigi, the wrap-around clasp biasanya
berakhir pada permukaan mesial dengan ujung yang bebas.
Gambar 20. Wrap-around clasp pada gigi molar1
III.3.2 Space Maintainer Semifixed
Adalah space maintainer cekat yang memiliki pegangan pada salah
satu sisi diastema. Terutama digunakan pada beberapa kasus
dimana pasien kurang kooperatif sehingga memungkinkan
27
terjadinya kehilangan alat, kerusakan alat, atau malas untuk
memakai removable space maintainer.
Band/crown and loop
Indikasi pemakaian space maintainer dengan band antara lain pada
kehilangan gigi molar sulung unilateral sebelum atau sesudah
erupsi gigi molar satu tetap dan kehilangan gigi molar sulung
bilateral sebelun erupsi gigi insisif2. Pada kasus seperti ini, kedua
gigi di sebelah mesial dan distal ruangan , digunakan sebagai
abutment, dapat dipasangi band (atau crown jika gigi karies sudah
dipreparasi) dan sebuah bar disolderkan di antara kedua band
tersebut. Selain itu dapat juga digunakan kombinasi band dan loop.
Tahap awal pembuatan space maintainer band and loop adalah
pemilihan band pada gigi pegangan. Band pusher dan band biter
digunakan untuk mandapatkan posisi akhir oklusogingival. Jika
band tidak dapat menempati posisi yang benar, sebuah separator
orthodontik digunakan untuk mendapat ruang yang cukup bagi
band tersebut2.
Band disementasikan pada gigi penyangga yang kering dan bersih
menggunakan zinc phosphate atau GIC. Pasien dievaluasi setiap 6
bulan untuk memeriksa apakah band masih dalam posisi yang
seharusnya, apakah semen sudah larut. Alat dapat dilepas apabila
gigi tetapnya sudah erupsi.2
28
Gambar 21. Space maintainer band and bar1
Distal shoe
Distal shoe digunakan pada kasus kehilangan dini gigi molar kedua
sulung sedangkan gigi molar satu permanennya hampir bererupsi.
Kehilangan dini gigi molar dua sulung menyebabkan gigi molar
satu tetap yang belum erupsi tersebut bergeser ke mesial dalam
tulang alveolar.2 Cara pembuatannya adalah dengan melakukan
pencetakan model gigi sebelum atau sesudah pencabutan gigi
molar kedua sulung. Band kemudian diletakkan pada model gigi
molar satu sulung dan diberikan perpanjangan bar hingga ke distal
molar dua sulung setelah gigi molar dua sulungnya dikikir dari
model. Sebuah stainless steel kemudian disolder pada ujung distal
loop/bar dan ditempatkan pada area yang diekstraksi. Perpanjangan
stainless steel ini bertindak sebagai panduan gigi molar satu tetap
untuk erupsi pada posisi yang seharusnya dan ditempatkan 1 mm
di bawah mesial marginal ridge dari gigi molar yang belum
erupsi2. Harus dipastikan ujung bar distal tidak berlebih karena
dapat melukai benih gigi tetap, dan tidak terlalu pendek karena
jarak yang ada dapat membuat molar tipping. Setelah alat siap di
aplikasikan, lakukan ekstraksi gigi molar kedua sulung. Band &
29
bar dapat disementasikan ke molar satu sulung dengan posisi distal
bar masuk ke soket gigi molar kedua sulung.
Gambar 22. Space maintainer Distal shoe1
Lingual Arch Wire
Alat ini merupakan space maintainer fixed yang pasif dan
nonfungsional. Alat ini terdiri dari crown atau band pada sisi kiri
dan kanan rahang yang dihubungkan dengan kawat yang dibuat
melalui permukaan lingual dari gigi.
Gunanya :
- Untuk mempertahankan lengkung rahang
- Untuk mencegah gigi posterior ke arah anterior
- Untuk mencegah rotasi gigi-gigi insisif
Biasanya dibuatkan pada kehilangan dini gigi kaninus sulung. Alat
ini terdiri dari crown atau band yang disemenkan pada gigi
abutment, misalnya gigi-gigi molar satu sulung kiri dan kanan atau
gigi-gigi molar dua sulung kiri dan kanan, dan lingual arch wire
dibuat melalui pertengahan cingulum dan servikal gigi insisif.
Kemudian kedua ujung lingual arch wire dipatrikan pada crown
atau bandnya. Penggunaan lingual arch wire pada kasus tertentu
seperti pada kasus malposisi single dapat dikombinasikan dengan
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Finn. Clinical Pedodontics 4th
Ed. WB Saunders Co. 1973. Pp. 342-363;386-397.
2. Pinkham et all. Pediatric Dentistry:Infancy Through Adolescence 4th
Ed. Elsevier
Saunders. 2005. Pp. 447-459
3. Barber, K. Thomas, Larry S. Luke. Pediatric Dentistry. John Wright. 1982. Pp. 79.
4. Law B. David, Thompson, John. An Atlas Of Pedodontics. WB Saunders Co. Pp.209-
219.
5. Koch, goran and sven poulsen. Pediatric Dentistry : A Clinical Approach. Blackwell
Munksgaard. 2001.
6. Mc.Donald, Ralph E, David R.A. Managing Developing Occlusion. In: Dentistry for
the Child and Adolescent. 7th
ed. Mosby,inc : 2000.Pp. 707-710.
7. Cameron, Angus C, Richard P.Widmer. Handbook of Pediatric Dentistry. Mosby.
2003.
8. Mosby's Dental Dictionary. 2nd
Ed. Elsevier, Inc. 2008.
9. http://doctorohea.com/photos/anteriorcrossbite3.jpg
10. Mathewson, R.Primosch, RE. Fundamental of Pediatric Dentistry. 3th
Ed. Quintence
Publishing Co.Inc. Pp. 357.
11. Bayrak, Sule; Emine Sen Tunc. Treatment of Anterior Dental Crossbite Using
Bonded Resin-Composite Slopes: Case Reports. European Journal of Dentistry. 2008;
2: 303–306.
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2634787
Recommended