View
39
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau
berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari
garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk
secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah sungai,
danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya (telaga, kolong-kolong dan
legokan).
Waduk atau danau buatan adalah genangan air yang terbentuk karena
pembendungan aliran sungai oleh manusia. Perairan waduk umumnya mempunyai
kedalaman dan luas permukaan berfluktuasi kecil. Fluktuasi tersebut sangat
ditentukan oleh fungsi waduk yaitu sebagai pembangkit tenaga listrik, pengendali
banjir, pengairan, kegiatan budidaya ikan, rekreasi dan perikanan.
Nitrat mempunyai peranan sangat penting dalam ekosistem perairan.
Menurut Blacburn (1987) dalam Boyol (2000) dalam Supono (2008), beberapa
organisme anaerobik dapat memanfaatkan O2 dari Nitrat, Nitrit, Ferro, Sulfat dan
Karbondioksida untuk menguraikan bahan organnik dengan mengeluarkan gas
nitrogen, ammonia, H2S dan Metan sebagai hasil metabolisme.
Menurut Wibisono (2001), diperairan unsur phosphat terlarut dalam bentuk
ion orthophosphat ( HPO42⁻, H2 PO4
2⁻) dan dalam bentuk anorganik fosfor yang
masuk ke perairan dari pelapukan tanah dan batu, hasil dari siklus pelapuakan
fosfor yang sudah terlarut di dalam perairan itu sendiri. Fosfor tersebut baru bisa
di maanfaatkan oleh fitoplankton maupun tumbuhan air yang lain setelah di ubah
2
menjadi ion orthofosfat. Konsentrasi fosfor pada perairan normal berkisar antara
0,1 sampai 1000 ml/L.
Dalam perairan waduk terdapat berbagai factor yang dapat mempengaruhi
stratifikasi seperti suhu, cahaya dan unsure hara. Hal ini secara tidak langsung
akan mempengaruhi pertumbuhan plankton. Kelimpahan dan keragaman plankton
ini akan mengalami fluktuasi dan konsentrasi yang berhubungan dengan waktu,
tempat lokasi dan kedalaman serata kualitas air.
Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang
dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme
fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan. Oleh
karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik
suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Kelimpahan
fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan
dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan
berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan
kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi. Faktor penunjang
pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor
fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu,
dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah
adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi.
I.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum analisis nitrat-fosfat ini adalah untuk
mengetahui adanya kandungan unsur nitrat-fosfat yang terdapat di perairan waduk
dan pada praktikum parameter biologi dilakukan dengan tujuan untuk
3
mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat di perairan waduk serta
menghitung kelimpahan plankton dan indeks keseragaman jenis plankton.
Sedangkan manfaat dari diadakannya praktikum ini yaitu mahasiswa dapat
mengetahui pengaruh nitrat-fosfat terhadap kualitas perairan waduk yang
mempengaruhi perkembangan hidup organisme plankton.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Nitrat - Fosfat
Nitrogen terlarut dipakai dalam bentuk nitrit dan nitrat dengan konsentrasi
10 sampai 1000 mg/L dan amonia dengan konsentrasi dibawah 150 mg/L untuk
perairan normal. Selain karbon nitrogen tersedia dalam jumlah yang cukup besar
di lingkungan. Makhluk hidup membutuhkan nitrogen terutama untuk
pembentukan asam amino dan asam nukleat ( Regndds,1993 dalam Wibowo,
2001). Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan di
alam, seperti dalam tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk,
yaitu ion nitrat (ion-NO)3, kalium nitrat (KNO3), dan nitrogen nitrat (NO3-N).
Ketiga bentuk senyawa nitrat ini menyebabkan efek yang sama terhadap ternak
meskipun pada konsentrasi yang berbeda (Stoltenow dan Lardy 1998; Cassel dan
Barao 2000).
Pada kondisi yang normal, baik nitrat maupun nitrit adalah komponen yang
stabil, tetapi dalam suhu yang tinggi akan tidak stabil dan dapat meledak pada
suhu yang sangat tinggi dan tekanan yang sangat besar. Biasanya, adanya ion
klorida, bahan metal tertentu dan bahan organik akan mengakibatkan nitrat dan
nitrit menjadi tidak stabil. Jika terjadi kebakaran, maka tempat penyimpanan nitrit
maupun nitrat sangat berbahaya untuk didekati karena dapat terbentuk gas
beracun dan bila terbakar dapat menimbulkan ledakan. Bentuk garam dari nitrat
dan nitrit tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak berasa. Bersifat higroskopis
(Parrot, 2002; Ompusunggu, 2009).
5
Orthopospat merupakan bentuk yang dapat dimanfaatkan secara langsung
oleh tumbuhan akuatik. Sedangkan polipospat harus mengalami hidrolisis
membentuk orthopospat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai
sumber fosfir setelah masuk ke dalam tumbuhan. Misalnya fitoplankton fosfat
organik mengalami perubahan menjadi organofosfat (Effendi, 2003). Ortofosfat
merupakan nutrisi yang paling penting dalam menentukan produktivitas perairan.
Keberadaan fosfat di perairan dengan segera dapat diserap oleh bakteri
phytoplankton dan makrofita (Sembering, 2008).
Fosfat terdapat dalam tiga bentuk yaitu H2PO4-, HPO4
2-, dan PO43-. Fosfat
umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer H2PO4- atau
ortofosfat sekunder HPO42- sedangkan PO4
3- lebih sulit diserap oleh tanaman.
Bentuk yang paling dominan dari ketiga fosfat tersebut dalam tanah bergantung
pada pH tanah (Engelstad, 1997). Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak
menyerap ion ortofosfat primer, dan pada pH yang lebih tinggi ion ortofosfat
sekunder yang lebih banyak diserap oleh tanaman (Hanafiah, 2005).
2.2 Parameter Biologi
Plankton merupakan organisme renik nabati (fitoplankton) dan hewan
(zooplankton) yang melayang-layang di dalam perairan. Plankton tergolong pakan
ikan yang memiliki nilai gizi tinggi, mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai
dengan bukaan mulut ikan, isi selnya padat, dinding selnya tipis serta tidak
beracun (Huat, 2003). Secara garis besar plankton dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yakni fitoplankton dan zooplankton. fitoplankton merupakan hewan
nabati yang berukuran microscopic dan bergerakannya sangat dipengaruhi oleh
arus, mampu membuat makanannya sendiri dengan cara proses phosintesis karena
6
mereka mengandung klorofil dalam selnya. Dengan kemampuan tersebut
fitoplankton menempati urutan pertama dalam rantai makanan sebagai produser
primer pada perairan terbuka. Zooplankton yaitu plankton hewani yang bersifat
herbivora tidak dapat mebuat makanannya sendiri dan akan memakan
phytoplankton secara lansung, dari golongan karnivora memakan golongan
herbivora (Sulawesty, 2008). Menurut Barus (2002), fitoplankton adalah tumbuh-
tumbuhan yang bersifat planktonik, sedangkan zooplankton yaitu plankton yang
hidupnya tergantung pada organisme lain yang meliputi hewan-hewan planktonik.
Berdasarkan daur hidupnya dikenal holoplankton yaitu plankton yang seluruh
siklus hidupnya bersifat plankton, dan meroplankton yaitu plankton yang sebagian
siklus hidupnya bersifat planktonik.
Menurut Nontji (2005), kelimpahan plankton secara terus-menerus berubah
pada berbagai tingkatan (skala) sebagai respon terhadap perubahan kondisi
lingkungan, baik yang ada di suatu perairan mempunyai penyebaran dan aktivitas
yang berbeda. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor fisik dan kimiawi perairan.
Plankton sebagai bioindikator kualitas suatu perairan terutama perairan
menggenang dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang
mempengaruhi tingkat tropik perairan tersebut. Fluktuasi dari populasi plankton
sendiri dipengaruhi terutama perubahan berbagai faktor lingkungan. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi populasi plankton adalah ketersediaan nutrisi di
suatu perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam
suatu perairan akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton dan
proses ini akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat menurunkan
kualitas perairan (Umar, 2002).
7
Kualitas suatu perairan sangat berpengaruh terhadap kemampuan
produktifitas fitoplankton, penurunan kualitas perairan akan mnyebabkan
penurunan kelimpahan fitoplankton yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap kelayakan suatu perairan untuk kegiatan perikanan (Emilawati, 2001).
Suhu yang sesuai dengan fitoplankton berkisar antara 250C - 300C, sedangkan
untuk pertumbuhan dari zooplankton berkisar antara 150C - 340C. Faktor penetrasi
cahaya lebih banyak mempengaruhi pada fitoplankton karena penetrasi cahaya
menjadi faktor pembatas bagi organisme fotosintetik (fitoplankton) untuk
melakukan kerjanya dan juga mempengaruhi migrasi vertikal harian. Arus
mempengaruhi penyebaran organisme plankton itu sendiri. Adanya arus pada
suatu ekosistem akuatik membawa plankton (khusus fitoplankton) yang
menumpuk pada suatu tempat tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya
blooming pada lokasi tertentu (Yazwar, 2008).
Ngangi (2003) mengatakan bahwa plankton berukuran kecil tidaklah berarti
organisme yang tidak penting. Malah sebaliknya, organisme ini bernilai ekonomis
dan sangat penting dalam ekosistem bahari karena merupakan sumber makanan
utama bagi organisme lainnya. Priambono dan Wahyuningsih ( 2000 ),
menyatakan bahwa zooplankton merupakan pakan alami untuk larva atau benih
ikan yang mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah ukurannya relatif
kecil dan sesuai dengan bukaan mulut larva atau benih ikan, mulai nutrisinya
tinggi dan berkembang biak dengan cepat sehingga ketersediaannya dapat
terjamin.
Fitoplankton merupakan salah satu komponen penting dalam suatu
ekosistem karena memiliki kemampuan untuk menyerap langsung energi
8
matahari melalui proses fotosintesa guna membentuk bahan organik dari bahan-
bahan anorganik yang lazim dikenal sebagai produktivitas primer. Fitoplankton
mampu membuat ikatan-ikatan organik yang komplek (glukosa) dari ikatan-
ikatan anorganik sederhana, karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Energi
matahari diabsorbsi oleh klorofil untuk membantu berlangsungnya reaksi kimia
yang terjadi dalam proses fotosintesis tersebut (Widyorini,2009). Zooplankton
melainkan berperan penting sebagai pemangsa yang mengontrol populasi
fitoplankton dan bakteri. Zooplankton dapat mempengaruhi struktur
komunitas secara langsung melalui pemangsaan selektif atau secara tidak
langsung melalui regenerasi nutrient. Berbagai studi telah menunjukkan
penurunan biomassa fitoplankton tergantung dari densitas dan ukuran
zooplankton pemangsa (Evendi, 2011).
III.BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum Limnologi ini dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 19 Juli 2014 pada pukul 13.00 s/d selesai di Laboratorium Produktivitas
Perairan jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum Analisis Nitrat - Fosfat, alat-alat yang digunakan adalah
kertas saring whatman no.42, kertas Milipore, pipet tetes, gelas piala, cuvet, rak
tabung reaksi, tabung Erlenmeyer, gelas ukur, cawan porselen dan
Spektrofotometer. Sedangkan pada praktikum parameter biologi, alat-alat yang
digunakan adalah botol kecil tempat air sampel, Planktonnet, ember, mikroskop
binokuler, Objek Glass, Cover Glass, pipet tetes, Tissue gulung, kalkulator dan
buku identifikasi plankton.
Bahan-bahan yang digunakan pada analisis Nitrat - Fosfat adalah sample air,
larutan brucine, H2SO4, aquades, NaOH, larutan blanko, Ammonium Molybdate
dan SnCl2. Sedangkan bahan yang digunakan pada parameter biologi adalah air
sampel dan larutan lugol.
3.3 Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Survey, yaitu
dengan melakukan kegiatan peninjauan, pengamatan dan pengukuran serta
pengambilan data dan informasi melalui pengamatan langsung di lapangan dan
kemudian dianalisis kembali di Laboratorium.
10
3.4 Prosedur Praktikum
1. Nitrat – Nitrogen
Prosedur penentuan Nitrat – Nitrogen dilakukan dengan cara sebagai
berikut: air sebagai sampel disaring sebanyak 12 ml lalu dituangkan ke dalam
cawan porselen. Setelah itu dipanaskan di atas hot plate dan diuapkan sampai
kering dan terbentuk kerak. Lalu diangkat dari hot plate dan didinginkan. Endapan
nitrat yang terbentuk ditambahkan asam fenol disulfonik sebanyak 0,5 ml, lalu
diaduk dengan spatula sampai keraknya habis. Setelah kerak habis lalu diencerkan
dengan aquades sebanyak 5 ml dan dimasukkan Beaker Glass. Setelah itu
ditambahkan NH4OH sampai terbentuk warna. Selanjutnya diencerkan dengan
menggunakan aquades sampai 12,5 ml. Kemudian setelah itu diamati dan
dicocokkan dengan larutan pembanding, perhitungan nitrat nitrogen dengan
Spektrofotometer.
2. Orthofosfat
Langkah pertama dalam pengukuran ortofosfat adalah air sungai diukur
dalam gelas ukur sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 25 ml.
Kemudian ditambahkan 1 ml Ammonium Molybdate (asam sulfat) yang fungsinya
mengikat fosfat dalam perairan, kemudian dihomogenkan. Setelah dihomogenkan
ditambahkan 1 tetes SnCl2 sebagai indikator warna biru, kemudian dihomogenkan
lagi. Kemudian dimasukkan kedalam Cuvet dan dicocokkan dengan larutan
pembanding. Perhitungan Ortofosfat dengan menggunakan Spektrofotometer.
3. Parameter Biologi
Prosedur praktikum parameter biologi dilakukan dengan cara menyaring air
di suatu perairan dengan plankton net sebanyak 10 kali. Air yang telah dilakukan
11
pemekatan dengan Planktonnet dimasukkan ke dalam botol film kemudian air
sampel tadi diberi lugol agar plankton awet dan tidak rusak. Biarkan air sampel
mengendap untuk selanjutnya diidentifikasi plankton yang terdapat pada air
sampel dan menghitung berapa jenis plankton yang diperoleh untuk selanjutnya
data - data tersebut dihitung dan dianalisis dengan menggunakan rumus :
N=n×AB
×CD
×1E
Keterangan :
N = Jumlah total plankton (sel/L)
n = Jumlah rata-rata sel plankton pada setiap lapangan pandang
A = Luas gelas penutup (mm2 )
B = Luas satu lapangan pandang
C = Volume air yang tersaring (ml)
D = Volume air 1 tetes di bawah gelas penutup
E = Volume air yang disaring (L)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di lapangan maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
4.1.1. Nitrat
Tabel 1. Hasil Perhitungan Nitrat di Perairan Waduk.
Absorbance Transmittan [ ]
0.05 94% 0.04 ppm
4.1.2. Fosfat
Tabel 2. Hasil Perhitungan Fosfat di Perairan Waduk.
Absorbance Transmittan [ ]
0.0351 92.4 % 0.07 ppm
4.1.3. Parameter Biologi
Tabel 3. Nilai Kelimpahan Plankton
No Nama I II III IV V Kelimpahan Rata-
Rata
1. Oedogonium 8 21 3 - 6 3800 760
2. Tolypothrix tenuis kutz
2 - - - - 200 40
3. Enteromarpha 5 - - - - 500 100
4. Gleootrichia - 23 - - - 2300 460
5. Diatoma - 1 - 2 2 500 100
13
6. Flagilaria - - 3 - - 300 60
7. Aphorizomenon - - 2 - - 200 40
Tabel 4. Indeks Keanekaragaman Jenis
Nama Kelimpahan (ni)
Pi = ni / N Log2 pi Pi Log2 pi
Oedogonium 760 0,49 -1,03 -0,50
Tolypothrix tenuis kutz
40 0,03 -5,06 -0,15
Enteromarpha 100 0,06 -4,06 -0,24
Gleootrichia 460 0,29 -1,79 -0,52
Diatoma 100 0,06 -4,06 -0,24
Flagilaria 60 0,04 -4,64 -0,19
Aphorizomenon 40 0,03 -5,06 -0,15
Total 1560 1 -25,7 -1,99
4.2 Pembahasan
4.2.1. Analisis Nitrat - Fosfat
Menurut Ulqodry (2010) senyawa nitrat dan fosfat secara alamiah berasal
dari perairan itu sendiri melalui proses-proses penguraian pelapukan atau
dekomposisi tumbuhan-tumbuhan yang dengan adanya bakteri terurai menjadi zat
hara. Selain berpengaruh terhadap kualitas perairan, kandungan fosfat juga
berpengaruh terhadap organisme yang hidup diperairan tersebut, dikarenakan
fosfat merupakan zat hara yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap
proses dan perkembangan hidup organisme seperti Fitoplankton.
14
Kadar nitrat di perairan tidak kurang dari 0,2 mg/L. Apabila kurang dari
kadar tersebut, maka daya dukung perairan tersebut secara alami untuk kehidupan
ikan tidak memadai. Hal ini dikarenakan kadar nitrat yang rendah tidak mampu
berbuat banyak untuk pertumbuhan fitoplankton sebagai makanan ikan. Dari hasil
pengamatan dan penelitian nitrat nitrogen dengan cara perbandingan air sampel
yang telah direaksikan dengam contoh larutan baku standart yang ada secara
visual dengan diperoleh hasil sebesar 0,04 ppm pada air waduk. Hal ini
terpengaruh dari besar kecilnya kadar kandungan nitrat yang terdapat dalam
perairan. Menurut KLH (2004); DKP (2002) dalam Irawan et al (2009), kadar
nitrat optimum diperairan didalam suatu perairan sebesar 0,9-3,2 mg/L (ppm).
Jadi, perairan waduk tersebut belum mencapai rentang optimum kadar nitrat.
Dari hasil pengamatan dan pengukuran orthofosfat dengan cara
perbandingan air sampel yang telah direaksikan dengan contoh larutan baku
standart yang ada secara visual yang diperoleh dari hasil 0,07 ppm pada air
waduk. Hal ini berpengaruh dari besarnya kandungan fosfat yang terdapat dalam
perairan tersebut.
Tingkat kesuburan perairan berdasarkan kadar fosfatnya menurut Subarjanti
(1990) dalam Fransiska (2000) adalah sebagai berikut:
Oligotrofik memiliki kadar fosfat < 0,01 mg PO43-/l
Mesotrofik memiliki kadar fosfat antara 0,01-0,05 mg PO43-/l
Eutrofik memiliki fosfar >0,1 mg PO43-/l
4.2.2. Parameter Biologi
Peranan fitoplankton disuatu perairan baik perairan tawar, payau maupun
laut sangat besar dan banyak juga faktor penghambat atau yang mempengaruhi
15
siklus hidup fitoplankton diperairan tersebut. Fungsi yang paling penting bagi
fitoplankton diperairan adalah sebagai primary produser yang dapat
memanfaatkan sinar matahri dalam melakukkan proses fotosintesis dengan
bantuan zat hijau daun (klorofil). Fitoplankton juga menduduki tingkat trofik level
pertama, sebagai penyedia makanan bagi zooplankton, hewan-hewan kecil
maupun heawan-hewan besar dalam rantai maknanan (food chain).
Plankton adalah organisme yang hidupnya melayang-layang dalam kolam
air, pergerakannya lemah, tidak dapat melawan arus, sehingga perpindahannya
lebih kurang bergantung pada gerakan air. Dilihat secara horizontal plankton
banyak terdapat didaerah neritik zone, dan jika dilihat secara vertikal plankton
banyak terdapat didaerah euphotik zone dengan suhu 24-27 0C. Didaerah tersebut
merupakan daerah yang kaya akan unsur hara, nutrient, dan cahaya matahari yang
amat dibutuhkan oleh fitoplankton untuk berproduksi dengan cara berfotosintesis.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapat kesimpulan sebagai
berikut:
Indeks keanekaragaman jenis
Hasil yang didapat dari perhitungan keanekaragaman jenis yaitu 2,17. Sesuai
dengan standart yang telah ditentukan bahwa keanekaragaman jenis plankton
1<H’<3,ini menunjukkan bahwa keanekaragaman yang ada di perairan waduk
adalah sedang, dengan sebaran individu yang juga relatif sedang.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Senyawa nitrat dan fosfat secara alamiah berasal dari perairan itu
sendiri melalui proses-proses penguraian pelapukan atau dekomposisi
tumbuhan-tumbuhan yang dengan adanya bakteri terurai menjadi zat hara.
Selain berpengaruh terhadap kualitas perairan, kandungan fosfat juga
berpengaruh terhadap organisme yang hidup diperairan tersebut,
dikarenakan fosfat merupakan zat hara yang diperlukan dan mempunyai
pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme seperti
Fitoplankton.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai analisa nitrat –
fosfat dan parameter biologi, didapatkan hasil sebagai berikut : kadar nitrat
diperairan waduk diperoleh 0,04 ppm yang berarti bahwa perairan waduk
tersebut belum mencapai rentang optimum kadar nitrat, sedangkan kadar
fosfat yang didapat sebesar 0,07 ppm pada air waduk. Hal ini berpengaruh
dari besarnya kandungan fosfat yang terdapat dalam perairan tersebut. Dan
pada parameter biologi, hasil yang didapat dari perhitungan
keanekaragaman jenis yaitu 2,17. Hal ini menunjukkan bahwa
keanekaragaman yang ada di perairan waduk adalah sedang, dengan
sebaran individu yang juga relatif sedang.
5.2. Saran
Perairan waduk faperika adalah lingkungan kita, tentunya sudah menjadi
tanggung jawab kita bersama untuk tetap menjaga dan merawatnya agar kualitas
17
perairan tersebut tetap normal dan tidak terkontaminasi oleh faktor-faktor yang
dapat menyebabkan turunnya kualitas perairan itu sendiri.
Dalam praktikum hendaknya praktikan lebih memperhatikan arahan atau
petunjuk dari asisten sehingga praktikum akan lebih lancar. Sebelum melakukan
praktikum, segala sesuatu yang berhubungan dengan praktikum telah disiapkan.
Para praktikan juga harus memahami teori yang akan dipraktikumkan atau
prosedur-prosedur dalam melakukan praktikum, supaya saat melakukan
praktikum tidak terjadi kekeliruan.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, T. A. 2002. Pengantar Limnologi. Fakultas MIPA USU, Medan.
Cassel, K. and S. Barao. 2000. Causes and prevention: Nitrate poisoning of livestock. College of Agriculture and Natural Resources. University of Maryland.http://www.agnr.umd.edu/MCE/Publications/Publication.cfm?ID=7 [4 Agustus 2014].
Emilawati. 2001. Kualitas Perairan dan Struktur Komunitas Fitoplankton. Faperika UNRI (tidak diterbitkan).
Evendi, E. 2011. Pemodelan Peran Zooplankton Dalam Siklus Nitrogen Di Teluk Lampung. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 14 Hal.
Hanafiah, K.A., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja grafindo Persada, Jakarta.
Huat, J. 2003. Plankton Pakan Alami Yang Harus Hadir Dalam Akuarium Laut Anda. Artikel. http://o-fish.com/akuariumlaut/plankton.htm.agustus2003
Irawan ,et al,2009. Faktor – Faktor Penting Dalam Proses Pembesaran Ikan di Fasilitasi Nursery Pembesaran. http://www.vedco.ac.id/ Kelompok 6-Pembesaran-Ikan-Udang.pdf. Diakses pada 1 Agustus 2014 pukul 20.00 WIB.
Ngangi,E.L.A.2003. Makalah pribadi. Pemanfaatan,ancaman dan pengelolaan ekosistem padang lamun. http://rudyct.topcities.com/pps702-71034/edwin-ngangi.html
Nontji, Anugrah. 2005. Laut Nusantara Djambatan. Jakarta.
Priambono dan Wahyuningsih.2000. budidaya pakan alami untuk ikan.penebar Swadaya. Jakarta.63 hal.
Ompusunggu, Henni., 2009. Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.
Sulawesty, F. 2008. Komposisi Diatom Epifit di Perairan Busang. Kalimantan.Warta Limnologi.(41). 35-44.
Supono, 2008. Analisis Diatom Epipelic Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Tambak Untuk Budidaya Udang. Tesis.MSP. Undip : Semarang.
Umar, N. A. 2002. Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton (Kopeoda) dengan Larva Kepiting di Peraian Teluk Siddo Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
19
Wibisono,M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo. Jakarta.
Wibowo,Harri.2001.Tingkat Eutrofikasi Rawa Pening dalam Rangka Kajian Produktivitas Primer Fitoplankton.Universitas Diponegoro.Semarang.
Widyorini, N. 2009. The Community Structure Of Phytoplankton Based On Pigment Content in Jepara Estuary. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Saintek Perikanan. (2). 69–75.
Yazwar. 2008. Keanaekargaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air di Parapat Danau Toba. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.
LAMPIRAN
21
Lampiran 1. Perhitungan Parameter Biologi
Perhitungan indeks keseragaman jenis
H '=−∑i=1
s
pi log2 pi
= -(-1,99)
= 1,99
22
Lampiran 2. Gambar Plankton yang Ditemukan
23
Lampiran 3. Alat yang Digunakan
Recommended