View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
I
PENGARUH AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) DENGAN MEDIUM VW
TERHADAP PERTUMBUHAN PROTOCORM ANGGREK Phalaenopsis
sp SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Oleh:
EDI SANTOSO
21601061019
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
2
Edi santoso (NPM. 21601061019) Pengaruh Air Kelapa (Cocos nucifera L ) Dengan
Medium VW Terhadap Pertumbuhan Protocorm Anggrek Phalaenopsis sp Secara In
Vitro Pembimbing (1) Ir. Hj.Tintrim Rahayu, M.Si ; (2) Dr. Dra. Ari Hayati, M.P
ABSTRAK
Phalaenopsis sp merupakan salah satu jenis anggrek asli Indonesia dengan nilai komersial
yang tinggi.Anggrek ini sulit dibudidayakan melalui biji karena relatif kecil dan tidak
mempunyai endosperm,sehingga perlu upaya budidaya secara in vitro, yang dalam hal ini
memerlukan medium yang sesuai..Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Air
Kelapa (Cocus nucifera L ) Dengan Medium VW Terhadap Pertumbuhan Protocorm
Anggrek phalaenopsis sp,dan Untuk mengetahui konsentrasi optimum air kelapa dengan
VW terhadap pertumbuhan protocorm anggrek Phalaenopsis sp, Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen yaitu menggunakan perlakuan p0 (0 %),P2
(15%),P3(30%) dan P4 (60 %. ) yang ditambahkan pada medium VW,dilakukan 5 kali
ulangan ( 5 botol kultur berisi protocorm).Penelitian ini dilakukan pada bulan November
2019 sampai bulan Januari 2020 di Laboratorium Kultur Jaringan DD Orchid
Nursery,Dadaprejo, Kab.Batu, Malang Jawa Timur.Parameter data pada penelitian ini
berupa,jumlah protocorm,jumlah tunas,dan jumlah daun ,dianalisis secara Rancangan acak
lengkap (RAL),dan hasil penelitian ini menunjukkan Jumlah Protocorm, tunas dan jumlah
daun,hasil terbanyak dihasilkan oleh konsentrasi yang sama, yaitu perlakuan P1,air kelapa
150 ml/L (konsentrasi 15%) dengan rata-rata jumlah 64 protocorm , 14 tunas dan 15,8
helai daun .
Kata kunci : Air kelapa muda (Cocos nucifera L), Phalaenopsis sp., in vitro, pertumbuhan.
ABSTRACT
Edi santoso (NPM. 21601061019) Effect of Coconut Water (Cocus nucifera L) with
Vacin and Went on the Growth of Protocrm Phalaenopsis sp. In Vitro Pembimbing (1) Ir. Hj.Tintrim Rahayu, M.Si ; (2) Dr. Dra. Ari Hayati, M.P
ABSTRACT
Phalaenopsis sp is one of the types of native Indonesian orchids with high commercial
value. This orchid is difficult to be cultivated through seeds because it is relatively small
and does not have endosperm, so it needs cultivation efforts in vitro, which in this case
requires a suitable medium ... This research aims to determine the effect of coconut water
(Cocus nucifera L) with VW medium on the growth of phalaenopsis sp. Protocorm sp. P2
(15%), P3 (30%) and P4 (60%.) Added to the VW medium, carried out 5 replications (5
bottles of culture containing protocorm). This research was conducted in November 2019
until January 2020 in the Laboratory of Culture DD Orchid Nursery Network, Dadaprejo,
Kab. Batu, Malang, East Java. Data parameters in this study are the number of protocorms,
j number of shoots, and number of leaves, were analyzed in a completely randomized
design (CRD), and the results of this study showed the number of protocorms, shoots and
number of leaves, the most results were produced by the same concentration, namely
treatment P1, coconut water 150 ml / L (concentration 15 %) with an average number of 64
protocorms, 14 shoots and 15.8 leaves.
Keywords: Young coconut water (Cocos nucifera L), Phalaenopsis sp., In vitro, growth.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya genetik anggrek
dengan kurang lebih 5000 spesies yang terdapat di alamnya, hal ini menjadikan Indonesia
sebagai sumber plasma nutfah anggrek yang sangat melimpah. Ketersediaan berbagai
plasma nutfah tersebut menjadi keuntungan yang besar bagi para pemulia tanaman anggrek
untuk merakit varietas baru, salah satunya adalah Anggrek. Anggrek yang merupakan
tanaman khas di alam dan bernilai ekonomi tinggi dalam perdagangan bunga internasional
karena keragamannya yang luas dalam ukuran, bentuk, warna dan penampilan serta kualitas
bunga yang tahan lama.anggrek yang termasuk dalam famili Orchidaceae memiliki sekitar
750 genera yang terdiri dari 25000-30000 spesies dan menjadikannya famili dengan
anggota terbanyak dalam kingdom Plantae (Yusnita, 2012).
Jenis anggrek yang banyak dibudidayakan untuk tujuan komersil adalah Dendrobium,
Cattleya, Phalaenopsis, Vanda dan Oncidium (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian).
Anggrek bulan Phalaenopsis sp merupakan salah satu bunga nasional Indonesia yang
ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 4/1993, yaitu bunga melati (Jasminum
sambac) sebagai puspa bangsa, bunga raksasa (Rafflesia arnoldii) sebagai puspa langka,
dan bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai puspa pesona (Puspitaningtyas,
2010). Phalaenopsis sp merupakan jenis anggrek asli Indonesia yang mempunyai empat
warna, bentuk dan aroma yang khas, serta memiliki bunga yang dapat bertahan kurang
lebih dua minggu. Anggrek ini adalah salah satu spesies anggrek dengan jumlah terbesar
yang terdapat di dunia (Bey et al., 2006). Pada umumnya, Phalaenopsis sp tidak
dikembangbiakkan menggunakan biji secara alamiah tetapi harus menggunakan mikoriza
karena biji anggrek tidak mempunyai cadangan makanan. Perbanyakan anggrek secara
alami menghasilkan persentase perkecambahan yang kurang memenuhi permintaan petani
anggrek. Hal tersebut dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode kultur jaringan
(Khasanah, 2011). Tidak dipungkiri bahwa metode yang terbaik hingga saat ini dalam
pelestarian dan perbanyakan anggrek adalah dengan kultur jaringan (Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, 2008).
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik perbanyakan pada tanaman dengan
menggunakan sel atau jaringan tanaman yang masih aktif. Media tumbuh bagi bibit
merupakan lingkungan baru dalam proses sub kultur. Media tumbuh yang baik bagi
anggrek ( Orchidaeae) harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak cepat
melapuk dan terdekomposisi, tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman, mempunyai
aerasi dan draenase yang baik secara lancar, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara
optimal, dan dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar, Untuk pertumbuhan
anggrek dibutuhkan pH media 5-6, ramah lingkungan serta mudah di dapat dan relatif
murah harganya (Ginting, 2008). Tingkat keberhasilan perkecambahan biji anggrek secara
in vitro umumnya sangat tinggi jika syaratnya terpenuhi yaitu kondisi yang aseptik pada
biji dan media kultur, kecukupan kandungan gula sebagai sumber energi dan kecukupan
nutrisi dan senyawa organik yang diperlukan untuk perkecambahan dan pertumbuhan
protocorm menjadi seedling (Yusnita, 2012).
Ada beberapa formulasi jenis media dasar yang umum digunakan untuk
perkecambahan biji dan pembesaran seedling anggrek secara invitro diantaranya Knudson
C, Vacin & Went, Murashige & Skoog (MS), ½MS (konsentrasi hara makro setengah dari
hara makro MS) dan media dasar yang mengandung pupuk daun lengkap, media bahan
organik yang sering digunakan adalah air kelapa, air kelapa merupakan salah satu di antara
beberapa persenyawaan kompleks alamiah yang sering digunakan dalam kultur jaringan
untuk perbanyakan mikro anggrek, contohnya Penelitian yang telah dilakukan oleh Siti
rahmah tahun 2016 yaitu tentang Kajian Penambahan Bahan Organik Pada Media Tanam
VW pada Organogenesis Anggrek Dendrobium Secara in Vitro berpengaruh secara
signifikan terhadap organ tunas ,daun dan akar.
Penggunaan air kelapa sebagai bahan organik merupakan salah satu cara untuk
menggantikan penggunaan bahan sintetis yang dipakai dalam pembuatan media kultur,
seperti kinetin air kelapa banyak digunakan dalam perbanyakan in vitro karena memiliki
kandungan sitokinin alami yang tinggi berupa zeatin dan ribozeatin dan Indole Acetic Acid
(IAA). Air kelapa juga dapat menstimulir proses diferensiasi dan merangsang pembelahan
sel (Widiastoety, 2010). Air kelapa memiliki kandungan Indole Acetic Acid( IAA) yang
termasuk golongan Auksin, sehingga keduanya memiliki peran penting dalam pertumbuhan
jumlah akar eksplan,kandungan sitokinin yang terdapat dalam air kelapa juga memiliki
peran dalam pembentukan akar. Hal ini didukung oleh pendapat Yong et al. (2009) bahwa
sitokinin yang terkandung dalam air kelapa mempunyai kemampuan mendorong terjadinya
pembelahan sel dan diferensiasi jaringan terutama dalam pembentukan tunas dan
pembentukan akar. Pertumbuhan jumlah akar juga sejalan dengan pertumbuhan jumlah
tunas.
Hal ini disebabkan karena buah kelapa yang mudah diperoleh dan harganya terjangkau
lebih murah dibandingkan bahan sintetis yang sulit di dapatkan dan harganya yang relatif
lebih mahal. Selain itu, keunggulan air kelapa juga sepadan dengan bahan sintetis yang
mengandung sitokinin atau merupakan hormon pengganti sitokinin. Pemberian giberelin
dan air kelapa pada perkecambahan bahan biji anggrek bulan dengan konsentrasi 250 ml/l
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perkecambahan biji anggrek bulan.
Pertumbuhan tersebut dapat dilihat saat munculnya daun, akar, dan tinggi kecambah. Ini
menunjukkan bahwa air kelapa dan giberelin berpengaruh positif terhadap perkecambahan
biji anggrek tersebut (Bey et al., 2006).
DD’ Orchid Nursery merupakan home industry yang bergerak dibidang budidaya
anggrek serta pemeliharaan dan pemasarannya, yang berdiri sejak tahun 2005. Nursery
tidak hanya menjual berbagai jenis anggrek yang sudah siap menjadi indukkan, tetapi juga
menjual anggrek dalam bentuk bibit, baik bibit yang sudah siap ditanam maupun bibit yang
masih didalam botol kultur. Nursery membudidayakan berbagai jenis anggrek diantaranya
adalah Dendrobium, Vanda, Cattlea, Phalanaenopsis, Paphiopedilum dan lain-lain, dalam
pembudiyaan anggrek DD’ Orchid mengkultur anggrek dengan eksplan dan sub buji,
dengan menggunakan media VW dan ditambahkan bahan organik, sehingga pemberian
konsentrasi pada Pemberian giberelin dan air kelapa pada perkecambahan bahan biji
anggrek bulan dengan konsentrasi 150 ml/l berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
perkecambahan biji anggrek bulan. Pertumbuhan tersebut dapat dilihat saat munculnya
daun, akar, dan tinggi kecambah. Ini menunjukkan bahwa air kelapa dan giberelin
berpengaruh positif terhadap perkecambahan biji anggrek tersebut (Bey et al., 2006).
Biji anggrek dari buah dengan umur berbeda memiliki tingkat kematangan embrio
yang berbeda (Arditi, 1991), sehingga kebutuhan akan hara yang diberikan secara eksogen
diduga akan berbeda pula. (Dinarti, 2010) menyatakan bahwa kombinasi jenis media dan
konsentrasi yang berbeda pada biji tanaman anggrek yang di kulturkan secara in vitro
memberikan persentase biji berkecambah yang berbeda. Penelitian ini penting dilakukan,
karena umur panen buah sangat berpengaruh terhadap perkecambahan biji dan
pertumbuhan protocorm, sehingga diperlukan informasi tersebut dalam pembuatan seedling
(bibit) anggrek melalui perbanyakan dengan biji Selain itu, perbanyakan V. tricolor melalui
biji mengalami hambatan karena timbulnya ‘pencokelatan’ (browning) dengan intensitas
tinggi yang disebabkan oleh kandungan senyawa fenolik yang tinggi dari biji (Dwiyani,
2012).
Protocorm adalah bentuk bulat padat berwarna hujau yang siap membentuk pucuk dan
akar sebagai awal perkecambahan pada biji yang tidak mempunyai endosprm (Bey, 2006)
saat berkembang biji anggrek mengalami 5 fase, fase 0 (nol) merupakan fase awal dimana
biji belum terlihat berkecambah, selanjutnya fase 1 yaitu tahapan dimana biji membentuk
protocorm, protocorm adalah awal perkecambhan biji anggrek yang merupakan massa sel
yang diproduk ketika biji berkecambah. Selanjutnya fase 2 yang ditandai dengan
membesarnya protocorm dan terbentuknya primurdia daun, kemudian biji akan mengalami
fase 3 dimana protocorm akan membentuk daun dan tunas. (Nurfadilah, 2011).
Menurut Hendaryono dan Wijoyono (1994) subkultur adalah pemindahan tanaman
kultur in vitro kedalam media baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertubuhan kalus,
protocorm, dan organ dapat terpenuhi. Berdasarkan hal tersebut formulasi medium tanam
sangat mempengaruhi pertumbuhan anggrek secara in vitro, sampai saat ini telah banyak
dilakukan penelitian mengenai medium tanam yang cocok untuk pertumbuhan dan
perkembangan anggrek secara in vitro. Seperti pemanfaatan ekstrak buah pisang sebagai
ZPT alami pernah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya, seperti yang dilakukan
oleh Putri (2015) yang menyatakan modifikasi medium kultur dengan penambahan bahan
organik mampu meningkatkan viabilitas anggrek. Selain penggunaan medium dasar yang
sesuai, bahan organik tertentu juga dapat memacu pertumbuhan, perkembangan, dan
ketahanan tanaman terhadap penyakit.
1.2 Peruumusan Masalah
Adapun perumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengarauh air kelapa dengan media VW terhadap pertumbuhan
protocorm anggrek Phalaenopsis sp secara in vitro di DD Orchid Nursery Kota
Batu?
2. Berapa konsentrasi optimum air kelapa dengan media VW terhadap pertumbuhan
protocorm anggrek Phalaenopsis sp secara in vitro di DD Orchid Nursery Kota
Batu?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian ini adalah ;
1 Untuk mengetahui pengarauh air kelapa dengan media VW terhadap pertumbuhan
protocorm anggrek Phalaenopsis sp secara in vitro di DD Orchid Nursery Kota
Batu.
2 Untuk mengetahui konsentrasi optimum air kelapa dengan VW terhadap
pertumbuhan protocorm anggrek Phalaenopsis sp secara in vitro di DD Orchid
Nursery Kota Batu.
1.4 Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah masalah-masalah yang berkaitan waktu tumbuh
protocrom anggrek Phalaenopsis sp yang ditanam dalam media Vacin dan Went dan media
organik, protocorm yang digunakan berumur satu bulan pada fase 0 -1 dengan parameter
yang digunakan presentasi munculnya tunas ,daun dan jumlah protocorm yang tumbuh.
Pengamatan dilakukan selama satu bulan setelah sub kultur.
1.5 Hipotesis
Terdapat pengaruh pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan protocorm anggrek
Phalaenopsis sp.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi mengenai pengarauh air kelapa dengan VW terhadap
pertumbuhan protocorm anggrek Phalaenopsis sp secara in vitro
2. Memberikan informasi ilmiah mengenai pengarauh air kelapa dengan VW terhadap
pertumbuhan protocorm anggrek Phalaenopsis sp secara in vitro
3. Menciptakan peluang bisnis tanaman hias dengan memanfaatkan teknik kultur in
vitro dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang mudah didapat.
4. Untuk usaha koservasi dalam melindungi biodiversitas keragaman anggrek langka.
5. Sebagai refrensi penelitian selanjutnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
-Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pemberian air
kelapa dalam medium VW berpengaruh terhadap pertumbuhan protocorm anggrek
phalaenopsis sp. Hal ini terlihat protocorm, tunas,dan daun meningkat setiap
minggunya.yaitu minggu ke 3 berjumlah 46.2 protocorm ,minngu ke 4 berjumlah 55
protocorm, sedangkan jumlah tunas 3.2 mingu ke 3, minggu ke 4 menjadi 3.4 . jumlah
daun 8.8 ,minggu ke 4 menjadi 15.8 ,sehingga dapat diketahui bahwa air kelapa dalam
medium VW berpengaruh terhadap pertumbuhan protocorm anggrek phalaenopsis sp.
-Konsentrasi yang palig efektif terhadapat pertumbuhan protocorm ,tunas,dan daun
yaitu komsetrasi 150ml/L dengan jumlah tertinggi 55 protocorm,14 jumlah tunas,dan 15.8
jumlah daun.
5.2 Saran
-Berdasarkan hasil penelitian ini,penelitian memberi saran penelitian yang akan
dikembangkan yaitu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh air kelapa dengan
penambahan bahan organik lainnya seperti pisang,kentang. dalam media VW
DAFTAR PUSTAKA
Arditti, J. 2010. Plenary Presentation : History of Orchid Propagation. AsPacJ.MOL.Biol.
Biotecnol. 18(1): 171-1
Benamehuli G. 2008. Media Tanam Anggrek. KP Penelitian Tanaman Hias ,
Departemen Pertanian. Dimuat pada surat kabar Sinar Tani, 7 – 13 Mei 2008
Bey, Y., W. Syafii & Sutrisna. 2006. Pengaruh Giberelin (GA3) dan Air Kelapa Terhadap
Perkecambahan Biji Bulan (Phaleopsis amabilis BL) SecaraI Vitro Journal
Biogenesis 2(2):41-46.
Gunawan, L. W. 2000. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 hlm
Iswanto, H. 2002. Petunjuk Perawatan Anggrek. Agromedia Pustaka. Jakarta. 65 hlm.
Iswanto, H. 2001. Anggrek Phalaenopsis. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Khasanah, U. 2011. Pemanfaatan Pupuk Daun, Air Kelapa, dan Bubur Pisang Sebagai
Kombinasi Medium Kultur Jaringan Untuk Mengoptimalkan Planle
AnggrekDendrobium kelemense (Skripsi). 2011.Semarang Universitas Negeri
Semarang.
Lestari, E. G. 2008. Kultur jaringan. Academia. 60 hlm.
Muhit, A. 2010. Teknik penggunaan beberapa jenis media tanam alternatif dan zat pengatur
umbuh pada Anggrek Bulan. Bul. Teknik Pertanian. 15: 60-62.
Pierik. 1997. In vitro Culture Of Higher Plants.The Netherlands: Kluwer Academic
Publisher.Dordrecht.
Rahma,S.2016. Kajian penambahan Bahan Organik pada media tanam VW pada
Organogenesis Anggrek Dendrobium Secara in Vitro.Jurnal Ilmiah Sains Alami.
Purnamaningsih, R. dan E. G. Lestari. 1998. Multipilkasi tunas temu giring melalui kultur
in vitro. Buletin plasma nutfah 1 (5): 24-27.
Puspitaningtyas, D. M. 2010. Inventarisasi Keragaman Anggrek di Kawasan Suaka
Margasatwa Barumun Sumatera Utara. Ekologia 10(1):16-22
Robert, L . 1999. Morfologi Phalaenopsis.
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:LR030_72dpi_Dendrobium_phalaenopsis_(Wik
i).jpg diakses pada 9 Febuari 2020
Sandra, E. 2001. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Agromedia Pustaka. Jakarta. 54 hlm .
Santoso, U. dan F. Nursandi. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Muhammadiyah
Malang.Malang.191 Hal
Smith, R. 2000 Plant Tissue Culture: Technique and Experiment : secondEdition.
Academic press. New York.
Soe Kw, Khinthida, Myint, A. H. Naing, and C. K. Kim. 2014. Optimization of efficient
protocorm-like body (PLB) formation of Phalaenopsis and Dendrobium hybrids.
Agriculture and Life Science. vol 32(4)
Soeryowinoto. 1977. Pengaruh Tingkat Konsentrasi Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan dan
Perbanyakan Tanaman Anggrek Dendrbium spp Melalui Teknik Kultur Jaringan.
GOTI-Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Universitas Pattimura. Volume 2.
Sutiyoso, Y, dan B. Sarwono. 2003. Merawat Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta .72 hlm.
Vacin, E.F. and F.W. Went. 1949. Some pH changes in nutrient solutions.
Trigiano, R.N and D.J. Gray. 2000. Plant Tissue Culture Concepts and Laboratory
Exercises. Boca Raton: CRC Press
Virnanto. 2010. Prospek dan Manfaat Anggrek (Phalaenopsis amabilis).
.DETersediadihttp://matematikacerdas.wordpress.com/2010/01/10/budidaya
anggrekphalaenopsis-amabilis. Diakses tanggal 23 Februari 2020
Widiastoety, D, S. Nina, dan S. Muchtar. 2010. Potensi Anggrek Dendrobium dalam
Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Litbang
Pertanian. 29(3) : 101-106.
Widiastoety, D. 2010. Pengaruh Suplemen Nonsintetik Terhadap PertumbuhanPlanlet
Anggrek Vanda. Jurnal Hortikultura, 20(1).
Widiastoety, D., N. Solvia, M. Soedarjo. 2010. Potensi Anggrek Dendrobium
Widyastuti, Y.E. 1993. Flora Fauna Maskot Nasional dan Propinsi. Penebarswadaya.
Jakarta
Yong, J.W.H., L. Ge, Y.F. Ng, and S.N. Tan. 2009. The Chemical Composition and
Biological Properties of Coconut (Cocos nucifera L.) Water.Molecules, 14(12).
pp.5144–5164
Young, P.S., H.N. Murthy, dan P.K Yeuep. 2001. Mass multiplication ofprotocom like
bodies Using Bioreactor System and Subsequesnt plantregeneration in
phalaeonopsis.Plantcell, tissue and organ ceulture. 63: 67-72
Yuliarti, N. 2010. Kultur Jaringan Tanaman
Yusnita, 2003. Kultur jaringan cara memperbanyak tanaman secara efisien agromedia
pustaka, Jakarta.
Yusnita. 2003. KultuL Jaringan cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.Jakarta:
Agromedia .
Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Penerbit Universitas Lampung
Zulkarnaen. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
Recommended