View
27
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 129
PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA
BATU
Puspa Permanasari, M.Bisri, Agus Suharyanto
Program Magister Teknik Sipil Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono No. 167 Malang 65145 Telp. (0341) 587710
e-mail: puspa.permanasari@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan lahan kondisi eksisting tahun 2010 dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Batu tahun 2003 2013 guna menentukan pengaruh guna lahan terhadap infiltrasi di kota Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi dan AHP. Hasil penelitian
menunjukkan pengaruh dominan pada guna lahan terhadap infiltrasi dan terdapat hasil analis yang berbeda
tiap kecamatan. Penggunaan lahan pada kondisi eksisting 2010 mempunyai pengaruh pada penurunan daya
resap air hujan kedalam tanah. Hal ini dapat diketahui dari menurunnya nilai infiltrasi di kota Batu yakni
menurun 34.915.235 m/ tahun atau 13% dari penggunaan lahan di tahun 2003. Untuk menjamin konservasi
sumber daya air dalam hal mencegah daya rusak air, maka cadangan air tanah di 3 (tiga) kecamatan di kota
Batu perlu memperhatikan tata guna lahan yang tertuang dalam RTRW sehingga tidak lagi terdapat konversi
lahan menjadi lahan terbangun yang dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan dan kapasitas potensi air.
Kata Kunci : Konservasi, Penggunaan lahan, Infiltrasi.
ABSTRACT
This study aimed to evaluate the condition of existing land use in years 2010 with the Spatial Plan Batu years
2003 to 2013 to determine the effect of land use on infiltration in Batu City. The method used in this study is
regression analysis and Analysis Hierarky Proces. The results showed there is a dominant influence of land use
on infiltration and analysts have a different outcome each district. Existing land use conditions in 2010 have an
influence on the decline in power of absorbing rainwater into the soil. It can be seen from the declining value of
the infiltration in Batu declined 34.915.235 m / year or 13% of land use in 2003. To ensure the conservation of
water resources in terms of preventing the destructive force of water, the ground water reserves in 3 (three)
districts in the town of Batu need to consider land use contained in the spatial plan that no longer have the
conversion of land to land up which can lead to reduced capacity and water potential capacity.
Keywords: conservation, land use, infiltration.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan ruang yang semakin tinggi
dengan jumlah luasan ruang yang terbatas tentu
menuntut ruang tersebut untuk dilakukan
perubahan dari segi penggunaannya atau
peruntukannya. Fenomena ini dikenal sebagai
konversi lahan atau pengalihfungsian lahan,
terutama pengalihfungsian lahan yang
dilakukan tidak sesuai peruntukannya, misalnya
di daerah resapan atau ruang terbuka hijau.
Lahan yang semula merupakan daerah terbuka
maupun daerah resapan air, berubah menjadi
daerah yang tertutup perkerasan dan bersifat
kedap air sehingga menyebabkan, air hujan
tidak dapat lagi meresap ke dalam tanah
kondisi ini mengakibatkan peningkatan
limpasan di permukaan kemudian menjadi
genangan atau banjir.
Konservasi merupakan sebagai usaha-
usaha untuk memanfaatkan dan menjaga serta
melindungi sumberdaya alam (Kamus Besar
Indonesia, 2001). Menurut Muhammad Bisri
(2008), konservasi air merupakan usaha-usaha
dalam pemanfaatan serta perlindungan terhadap
sumberdaya air, dimana usaha untuk
memasukkan air ke dalam tanah dalam rangka
pengisian airtanah, baik secara alami maupun
buatan. Pengertian masuknya air atau
meresapnya air ke dalam tanah identik dengan
pengertian infiltrasi. Dikatakan bahwa konservasi
air yang dimaksud dalam perhitungan jumlah air
yang meresap ke dalam tanah adalah
diidentifikasi dengan besarnya laju infiltrasi di
suatu wilayah.
Rumusan Permasalahan
Beranjak dari latar belakang permasalahan
di Kota Batu yang terkait dengan konservasi
sumber daya air apabila dikaitkan dengan
PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA BATU
130 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
kebijakan RTRW didapatkan rumusan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan lahan kondisi eksisting (tahun 2010) dalam rangka
implementasinya Rencana Tata Ruang
Wilayah 2003 - 2013?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan lahan dalam implementasi rencana tata ruang
terhadap konservasi sumber daya air di
Kota Batu?
Tujuan
Berdasarkan pada permasalahan tersebut,
tujuan yang ingin dicapai dalam kajian penulisan
ilmiah ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengevaluasi penggunaan lahan kondisi eksisting (tahun 2010) dalam
implementasinya pada Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Batu tahun 2003 2013.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan lahan dalam rangka implementasi RTRW
terhadap konservasi sumber daya air di
Kota Batu.
METODE PENELITIAN
Output dari penelitian tesis ini adalah
pengaruh rencana tata ruang wilayah dari
variabel penggunaan lahan, kondisi fisik
dasar dan kebijakan terhadap konservasi
sumber daya air serta rekomendasi yang
berkaitan dengan konservasi air guna
menjaga perlindungan terhadap kelestarian
air tanah seiring dengan berkembangnya
jumlah penduduk dan meningkatnya lahan
terbangun. Metode penelitian yang
digunakan untuk mencapai tujuan penelitian
adalah:
1. Variabel Penelitian
Variabel diartikan sebagai segala
sesuatu yang akan dijadikan sebagai objek
studi, dapat pula diartikan variabel
merupakan faktor-faktor yang berperan
dalam suatu peristiwa atau gejala yang akan
diteliti. Adapun variabel-variabel yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Infiltrasi menjadi variabel terikat dalam analisis dan indikator yang diambil
adalah curah hujan tahunan dan luas
kawasan penutup lahan.
b. Pola pemanfaatan ruang berhubungan dengan fungsi kawasan dimana
dilakukan overlay dengan peta
kesesuaian lahan..
c. Jenis Penggunaan lahan terdiri dari lahan terbangun dan non terbangun
(sawah, ruang terbuka hijau, ladang,
semak belukar, hutan) mempengaruhi
daya resap air hujan kedalam tanah.
2. Metode Analis
Analis Deskriptif
Digunakan untuk menggambarkan kondisi
fisik dasar dengan input tata ruang tentang
kondisi fisik dasar, pola pemanfaatan ruang
(fungsi kawasan), ketersediaan ruang (alih fungsi
lahan), kebutuhan ruang (luasan lahan terbangun
dan tidak terbangun), dan jenis penggunaan lahan
dipakai analisa kondisi fisik dasar dan analisa
penggunaan lahan menyeluruh sebanyak 23 (dua
puluh tiga) desa dan kelurahan yang ada di kota
Batu. Sehingga didapatkan:
Analis Evaluatif
1. Analisa Daya Resap Air Hujan
Digunakan untuk mengetahui pengaruh
besaran daya resap air hujan ke dalam tanah
terhadap konservasi air di Kota Batu, yakni
dengan menghitung daya resap air hujan ke
dalam tanah melalui besaran infiltrasi pada tahun
2003 sesuai dengan penggunaan lahan pada
RTRW 2003 2013 dan nilai infiltrasi tujuh
Analisis Kesesuaian Lahan
(Perbandingan antara penggunaan
lahan secara eksisting, dengan
RTRW Kota Batu Tahun 2003-2013
serta peta kesesuaian lahan
Kesesuaian dan ketidak sesuaian
lahan antara peta penggunaan
lahan dengan peta kesesuaian lahan
serta RTRW Kota Batu Tahun
2003-2013
Analisis
Kondisi Fisik
Dasar
Analisis Penggunaan
Lahan 23 desa/kel
Puspa Permanasari, M.Bisri, Agus Suharyanto
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
131
tahun setelahnya yakni 2010 sesuai dengan
kondisi eksisting yang ada.
Keterangan :
Ia = Imbuhan Alami (m3/ tahun)
C = angka koefisien resap
H = curah hujan tahunan (mm/ tahun)
= persentase ruang terbuka hijau
A = luas kawasan penutup lahan (m)
Dalam formula di atas, angka koefisien
resapan diasumsikan sebagai sisa dari koefisien
aliran permukaan. Dengan demikian besarnya c
adalah sebagai berikut : C = 1-f
Selain penggunaan lahan dan morfologi
tanah, faktor curah hujan juga berpengaruh
terhadap besarnya infiltrasi, dimana untuk
perhitungan curah hujan menggunakan metode
Poligon Thiessen. Stasiun curah hujan yang
digunakan untuk menghitung besaran curah hujan
di Kota Batu menggunakan 6 stasiun curah hujan
dengan jumlah data selama sepuluh tahun
terakhir. Adapun rumus yang digunakan sebagai
berikut :
2. Analisa Regresi
Analisis regresi yang dilakukan adalah
disetiap kecamatan, sehingga dapat diketahui
penggunaan lahan mana yang paling berpengaruh
di setiap kecamatan dengan rekomendasi yang
diberikan juga setiap kecamatan. nilai positif dan
negative hanya menunjukkan arah hubungan
bukan kekuatan hubungan. Nilai koefisien
korelasi yang dipakai dalam variabel penentu
mempunyai ukuran nilai yang berfungsi untuk
mengetahui kekuatan hubungan antara variabel
terikat (Y) dan variabel bebas (X). Nilai
koefisien korelasi yang telah diperoleh pada hasil
analisis korelasi masih perlu diuji
signifikansinya, yaitu apabila suatu korelasi
memiliki nilai signifikansi
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 132
ladang sebesar 1.247,1 ha dan lahan terbangun
sebesar 1.181,2 ha maka akan dapat mengurangi
tingkat infiltrasi. Oleh karena itu, perlu adanya
peningkatan jumlah ruang terbuka hijau di
kecamatan Batu. Rekomendasi yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan jumlah ruang
terbuka hijau di kecamatan Batu adalah dengan
membangun taman maupun hutan kota di sekitar
stadion kota Batu. Selain melalui pembangunan
taman juga direkomendasikan untuk dilakukan
penambahan RTH dengan menambah jalur hijau
di pinggir jalan maupun median jalan serta di
sekitar permukiman penduduk.
Pengembalian konversi lahan dari hutan
menjadi tanah ladang dan semak belukar pada
kecamatan Bumiaji dikembalikan menjadi hutan
perlu mendapat penanganan yang serius berupa
program dan kegiataan berkelanjutan dan
mempunyai keluaran yang terukur dan pasti.
Desa berpengaruh terhadap konservasi air yang
berbatasan langsung dengan tanah hutan rakyat
dan hutan lindung adalah Sumberbrantas,
Tulungrejo, Sumbergondo dan Bumiaji agar
hutan di keempat desa tersebut tidak lagi
dikonversi dan mendesak untuk reboisasi
kembali.
Kedua analisa ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh konservasi
sumber daya air di kota Batu terhadap
implementasi RTRW.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pada Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Batu berdasarkan RTRW
2003 2013 dapat dilihat pada tabel 2 dan penggunaan lahan kondisi eksisting 2010 pada
tabel 3.
Daya Resap Air Hujan
Analisa Daya Resap Air Hujan
menggunakan dua periode, yaitu tahun 2003 dan
2010. Perhitungan dua periode tersebut dilakukan
untuk mengetahui besarnya perubahan daya resap
air hujan setelah beberapa tahun mendatang
akibat perubahan penggunaan lahan dan
pertambahan jumlah luas lahan terbangun.
Metode perhitungan hujan daerah ini
menggunakan metode Polygon Thiessen dengan
menghitung hujan rata-rata pada titik pengamatan
6 (enam) stasiun hujan yang tersebar di 3 (tiga)
kecamatan di kota Batu.
Pengaruh Perubahan Guna Lahan Terhadap
Konservasi
Analis ini menyajikan pengaruh perubahan
penggunaan lahan dan besaran infiltrasi untuk
selanjutnya didapatkan persentase perubahan
daya resap air hujan terhadap penggunaan lahan
dan konversi lahan yang terjadi antara tahun 2003
dan 2010.
Besaran daya resap air hujan di tahun 2010
turun sebesar 34.915.235 m/tahun atau 13% dengan perincian sebagai berikut: Kecamatan
Junrejo menurun 8.497.145 m/tahun atau 24%, Kecamatan Batu menurun sebesar 11.788.712
m/tahun atau 29% dan Kecamatan Bumiaji turun sebesar 14.629.378 m/tahun atau 7% dari tahun 2003. Analisa keseluruhan perubahan lahan
terhadap daya resap air hujan pada setiap
kelurahan/desa, secara keseluruhan penurunan
terbesar terjadi di kelurahan Temas yakni
menurun sebesar 3.347.504 m/tahun atau 59% dari keseluruhan infiltrasi di kecamatan Batu.
Mengingat kelurahan Temas berada pada pusat
kota dengan fasilitas perdagangan, pariwisata,
pendidikan dan perumahan padat tanpa RTH dan
lahan terbuka yang memadai.
Pola pemanfaatan ruang
(fungsi kawasan)
Jenis penggunaan lahan
Besaran infiltrasi
Program pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan)
Analisa
Regresi
dan
Analisa
AHP
REKOMEN
DASI
Pengaruh
penggunaan
lahan pada
RTRW
berdasarkan
analisa terhadap
Konservasi
Sumber Daya Air
PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA BATU
132
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 133
Tabel 2. Luas Penggunaan Lahan Kota Batu Tahun 2003
No. Jenis
Penggunaan
Kec. Junrejo Kec. Batu Kec. Bumiaji Total
Luas
(Ha)
Persentase
(%)
Luas
(Ha)
Persentase
(%)
Luas
(Ha)
Persentase
(%)
Luas
Lahan Terbangun 304,5 12 677,8 15 661,4 5 1.373,7
Lahan Non Terbangun 2.260,5 88 3.867,2 85 12.407,6 95 18.534,8
1. Tanah Ladang 401,8 20 1186,2 25 3.499,3 27 5.083,3
2. RTH 251 0.5 252 5,5 1084,6 0.8 15.887,6
3. Sawah 914,4 41 401,8 8,8 287,2 6 1.603,4
4 Semak Belukar 93,6 4 794,2 17,5 321,7 6 1.209,5
5 Hutan 599,7 23 1.233 27,2 5.943,8 49 7.776,5
6 Lahan terbuka - - - 1.269,2 7 1.269,2
Total 2.565 100 4.545 100 12.799 100 19.807
Tabel 3. Luas Penggunaan Lahan Kota Batu Tahun 2010
No. Jenis
Penggunaan
Kec. Junrejo Kec. Batu Kec. Bumiaji Total
Luas
(Ha)
Persentase
(%)
Luas
(Ha)
Persentase
(%)
Luas
(Ha)
Persentase
(%)
Luas
Lahan Terbangun 604,3 24 1.180,2 25 1.121,6 9.2 2.906,1
Lahan Non Terbangun 1.960,7 76 3.426,1 75 1.161,6 90.8 17.002,8
1. Tanah Ladang 443,4 17 1247,1 29 3080,3 39.9 4770,8
2. RTH 200,2 0 218.6 2 893,4 0.3 1312,2
3. Sawah 781,1 35 309,6 6 0 0.0 817.7
4 Semak Belukar 0 4 614,3 16 114 0.4 939,6
5 Hutan 536 21 1.035,2 23 6.426,1 50.2 7.998,6
Total 2.565 100 4.545 100 12.799 100 19.807
Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Kota Batu sesuai RTRW 2003
Puspa Permanasari, M.Bisri, Agus Suharyanto
PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA BATU
134 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
Gambar 2. Diagram LuasanPenggunaan Lahan Kota Batu Tahun 2003
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kota Batu 2010
0500100015002000250030003500400045005000550060006500700075008000
Lu
asa
n P
en
gg
un
aa
n
La
ha
n (
Ha)
Jenis Penggunaan Lahan
Junrejo
Batu
Bumiaji
Puspa Permanasari, M.Bisri, Agus Suharyanto
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
135
Gambar 4. Diagram LuasanPenggunaan Lahan Kota Batu Tahun 2003
Tabel 4. Besaran Curah Hujan Kota Batu Tahun 2003 No Nama stasiun Luas (A)
(ha)
Besaran curah hujan (P)
(mm/thn)
(PxA)
1 Tlekung 58,15 1.651 139.296,14
2 Temas 116,91 1.651 25.265,61
3 Pendem 63,50 1.250 79.377,81
4 Ngaglik 84,37 1.747 246.294,16
5 Tunjungmoyo 121,83 1.533 179.227,49
6 Sumbergondo 140,98 1.268 73.730,54
Total 601,0465 930.686,6403
Tabel 5. Besaran Curah Hujan Kota Batu Tahun 2010 No Nama stasiun Luas (A)
(ha)
Besaran curah hujan (P)
(mm/thn)
(PxA)
1 Tlekung 58,15 2.817 237.672,45
2 Temas 116,91 3.107 47.537,10
3 Pendem 63,50 2.711 172.154,60
4 Ngaglik 84,37 2.079 293.099,92
5 Tunjungmoyo 121,83 2.513 293.802,15
6 Sumbergondo 140,98 2.382 138.506,42
Total 601.0465 1.526.452,351
Tabel 6. Besaran Daya Resap Air Hujan Tahun 2003 dan 2010
No Jenis Penggunaan
Lahan
Kec.Junrejo Kec.Batu Kec.Bumiaji
(m/tahun) (m/tahun) (m/tahun)
2003 2010 2003 2010 2003 2010
Lahan Terbangun 4.643.916 2.548.883 5.314.861 4.010.246 10.160.689 7.013.178
1 Tanah Ladang 5.107.153 4.756.622 10.862.138 9.328.562 45.376.774 51.771.997
2 RTH 3.143.240 2.631.254 2.529.289 1.062.887 16.754.489 12.411.384
3 Sawah 11.224.719 7.486.689 4.403.263 2.134.853 0 0
4 Semak Belukar 1.672.838 908.107 5.559.308 4.289.529 3.559.656 543.312
5 Hutan 9.527.074 8.490.240 10.953.514 7.007.584 129.024.144 115.489.616
Total 35.318.940 26.821.795 39.622.373 27.833.661 201.316.096 186.686.718
0500100015002000250030003500400045005000550060006500700075008000
Lu
asa
n P
en
gg
un
aa
n
La
ha
n (
Ha)
Jenis Penggunaan Lahan Junrejo
Batu
Bumiaji
PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA BATU
136 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
Gambar 5. Diagram Besaran Daya Resap Air Hujan Kota Batu Tahun 2003
Gambar 6. Diagram Besaran Daya Resap Air Hujan Kota Batu Tahun 2010
SIMPULAN
Penggunaan Lahan
Perbandingan lahan terbangun pada tahun
2003 sebesar 8:92, tahun 2006 perbandingan
12:88, sedangkan tahun 2010 perbandingan
bertambah menjadi 15:85. Secara detai luas hutan
tahun 2003 sebesar 7.776,5 Ha atau 39%, tahun
2006 bertambah menjadi 8.928 Ha atau 40,5%
namun tahun 2010 menurun menjadi 7.998,6 Ha
atau 40,3% dari seluruh luas kota yakni 19.807
Ha. Namun perbandingan luas yang ada masih
belum mencukupi untuk menjamin ketersediaan
air bersih kota Batu sendiri, kota dan kabupaten
Malang yang menggantungkan suplay air dari
kota Batu. Daerah resapan dan daerah tangkapan
yang ada di Kota Batu sangat terancam
keberadaannya karena rawan terkonversi dengan
lahan terbangun karena belum ada ketegasan
pengambil kebijakan dalam konservasi Sumber
Daya Air di daerah.
Daya Resap Air Hujan
Kecamatan Junrejo Daya resap air hujan di kecamatan Junrejo
kontribusi terbesar berasal dari desa
Tlekung karena satu-satunya desa di
kecamatan Junrejo yang masih memiliki
wilayah hutan, yakni seluas 9.527.074 Ha
dengan total infiltrasi desa Tlekung sebesar
13.855.404 m3/tahun atau 39% di tahun
2003 dan di tahun 2010 wilayah hutan desa
Tlekung tetap mendominasi daya resap
meski menurun 8%. Sedangkan lahan
terbangun di kecamatan Junrejo dari 304,5
Ha berkembang menjadi 604,3 Ha atau
naik 100% sehingga berakibat pada
penurunan nilai infiltrasi sebesar 2.185.033
m3/tahun atau menurun 47% pada kurun
waktu 7 tahun.
Kecamatan Batu Daya resap air hujan di kecamatan Batu
sebesar 39.622.373 m3/tahun dominasi
0
20000000
40000000
60000000
80000000
100000000
120000000
140000000
Be
sara
n I
nfi
ltra
si
Junrejo
Batu
Bumiaji
0
20000000
40000000
60000000
80000000
100000000
120000000
140000000
Bes
aran
In
filt
rasi
Junrejo
Batu
Bumiaji
Puspa Permanasari, M.Bisri, Agus Suharyanto
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
137
terbesar dari wilayah hutan yakni
10.953.514 m3/tahun menyumbang 28%
dari seluruh besaran infiltrasi pada tahun
2003. Kontribusi terbesar berasal dari
hutan di desa Oro oro Ombo sebesar 12.240.327 m
3/tahun atau menyumbang
33% daya resap air hujan di kecamatan
Batu. Pada tahun 2010 luas hutan di desa
Oro-oro Ombo terkonversi menjadi ladang
dan semak belukar, sehingga hutan tdk lagi
menyumbang nilai infiltrasi sebesar
7(tujuh) tahun yang lalu, pada tahun 2010
hutan di desa oro-oro ombo hanya
menyumbang 4.338.720 m3/tahun, ladang
sebesar 4.707.014 m3/tahun dan semak
belukar sebesar 2.706.026 m3/tahun. Dari
penambahan luasan terbangun dan
konversi hutan tersebut, daya resap air
hujan di kecamatan Batu tahun 2010
menurun menjadi 27.833.661 m3/tahun.
Kecamatan Bumiaji Penggunaan lahan hutan seluas 7.751,7 ha
atau sebesar 60,5% dengan kontribusi
terbesar berasal dari kawasan lindung
Tahura R. Soerjo Kota Batu yang disusul
dengan tanah ladang sebesar 3.287,3 ha
atau 25%. Pada tahun 2003 hutan di
Bumiaji menyumbang nilai infiltrasi
sebesar 129.024.144 m3/tahun dengan
persentase 77% dari total daya resap air
hujan di kecamatan Bumiaji sebesar
201.316.095 m3/tahun. Pada tahun 2010
karena pengurangan hutan di desa
Sumbergondo dan Tulungrejo serta
konversi hutan menjadi ladang dan senak
belukar pada desa Gunungsari, Pandanrejo,
Sumberbrantas.
Pengaruh Tata Ruang Terhadap Konservasi
Air
Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh penutup lahan terhadap konservasi air
digunakan dengan mengambil bentuk korelasi
dan analisa regresi antara penggunaan lahan
sebagai variabel bebas dan konservasi air sebagai
variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari
X1.Lahan terbangun; X2.Ladang; X3.Sawah;
X4.Semak Belukar; X5.RTH; X6.Hutan;
X7.Lahan Terbuka khusus di kecamatan Bumiaji.
Variabel terikat adalah konservasi air yang
melibatkan koefisien penggunaan lahan, curah
hujan rata-rata tahunan dan luas penutup lahan.
Analisa regresi yang dilakukan disetiap
kecamatan dapat diketahui penggunaan lahan apa
saja yang paling berpengaruh.
Kecamatan Junrejo
Pengaruh paling besar dalam penurunan
daya resap air hujan kedalam tanah di
kecamatan Junrejo adalah lahan terbangun,
hutan dan sawah. Setiap m lahan
terbangun berpengaruh pada penurunan
daya resap air hujan ke dalam tanah
sebesar 15.957 m/tahun. Setiap m hutan
meningkatkan besaran infiltrasi sebesar
74.736 m/tahun dan setiap m sawah
berpengaruh pada konservasi air sebesar
366 m/tahun.
Kecamatan Batu Pengaruh yang paling besar terhadap
konservasi sumber daya air di kecamatan
Batu adalah lahan terbangun yang
menurunkan nilai infiltrasi sebesar 22.388
m/tahun dan ladang di kecamatan Batu
menurunkan besaran infiltrasi sebesar
41.077 m/tahun. Hutan dan RTH di
kecamatan ini sangat kurang sehingga
tidak mampu berpengaruh pada
peningkatan daya serap air hujan ke dalam
tanah.
Kecamatan Bumiaji Hutan mempunyai pengaruh paling kuat
dalam konservasi sumber daya air di
kecamatan Bumiaji setiap m hutan
berpengaruh 184.603 m/tahun.
Penutup
Rekomendasi
Kecamatan Junrejo
Di kecamatan Junrejo lahan terbangun
mengalami peningkatan sebesar 299.8 ha
atau 98.45% hampir seratus persen dalam
kurun waktu tujuh tahun, jika hal ini
dibiarkan tanpa ada program untuk
penyelamatan ekologi lingkungan, maka
kota Batu tidak lama lagi akan mengalami
kenaikan suhu udara, kekurangan suplay
air bersih, kepadatan hunian yang
menyebabkan kemacetan dan
ketidaknyamanan. Rekomendasi untuk
kecamatan Junrejo adalah pengendalian
dan pengawasan ketat dalam pemberian
rekomendasi tata ruang, penerapan KDH
(koefisien dasar hijau) 30% dalam
pengendalian konversi lahan non
terbangun menjadi lahan terbangun.
Kecamatan Batu Penggunaan lahan dominan di desa
Pesanggrahan adalah tanah ladang dengan
luas sebesar 202,6 ha, luas hutan 214 ha
dan semak belukar yang masih perlu
penghijauan dan penanaman hutan
kembali. Peningkatan kelurahan Ngaglik
pada penggunaan lahan terbangun sebesar
PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA BATU
138 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
69,7 ha atau 71% dalam waktu tujuh tahun
hasil konversi RTH, Kelurahan Temas
konversi ladang, RTH, semak dan sawah
menjadi lahan terbangun sebesar 117,6 ha
atau bertambah 25% dari luas kelurahan,
dan penambahan lahan terbangun yang
semakin pesat mengurangi ruang terbuka
hijau yang ada, oleh karena itu pemerintah
harus tegas menetapkan kebijakan
pengembangan RTH kota demi pemenuhan
amanat 30% luas RTH kota diluar hutan
lindung dan Tahura.
Kecamatan Bumiaji Kecamatan Bumiaji dikembalikan menjadi
hutan perlu mendapat penanganan yang
serius berupa program dan kegiataan
berkelanjutan dan mempunyai keluaran
yang terukur dan pasti. Desa berpengaruh
terhadap konservasi air yang berbatasan
langsung dengan tanah hutan rakyat dan
hutan lindung adalah Sumberbrantas,
Tulungrejo, Sumbergondo dan Bumiaji
agar hutan di keempat desa tersebut tidak
lagi dikonversi dan mendesak untuk
reboisasi kembali. Desa Sumberbrantas,
Pandanrejo dan Punten samasekali tidak
memiliki hutan, sedangkan daerah ini dari
hasil analis kesesuaiana lahan dan peta
arahan RTRW 2003 adalah kawasn
peyangga oleh sebab itu perlu penanaman
hutan kembali.
Penghijauan di sumberbrantas sbg lokasi
mata air Arboretum, kenyataan desa ini
sendiri tidak memiliki wilayah hutan,
padahal desa-desa dibawahnya sangat
tergantung oleh persediaan air sumber dari
daerah resapan yakni hutan di desa
Sumberbrantas dan sekitar. Ladang sayur
yang mendominasi daerah ini berakibat
pada kualitas air bersih yang ada di kota
Batu, karena pestisida yang dipakai,
terserap kedalam tanah sehingga
kandungan besi air di kota Batu, sebagian
besar diatas rata-rata standart dan baku
mutu air.
Saran
Pengembalian semak belukar menjadi
hutan menjadi utama di kota Batu disebabkan
ketersediaan sumber daya air sangat bergantung
akan keberadaan hutan, karena kondisi hutan di
kota Batu 60% belum bisa mencukupi suplay air
bersih untuk jangka waktu yang panjang apalagi
ketergantungan kota lain terhadap Batu dalam hal
suplay air bersih dan air minum. RTH di semua
kecamatan kondisinya sangat kurang oleh karena
itu pengembangan, pembangunan dan pencarian
lokasi baru untuk dibangun sebagai ruang terbuka
hijau. Kecamatan Batu sebagai pusat pariwisata,
perdagangan dan perhotelan, selain RTH dan
Hutan Kota, diperlukan penambahan sumur
resapan secara tepat dan lubang bipori pada
setiap kawasan untuk menambah daya resap air
hujan ke dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press : Yogyakarta.
Bisri, Mohammad, 2008, Konservasi Air Dalam
Perencanaan Ruang, Malang :
Penerbit Tirta Media
Bisri, Mohammad, 2009, Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai, Malang : Penerbit
Asrori
Direktur Penatan Ruang wilayah Tengah, 2001
Pemanfaatan Sumber Daya Air
Melalui Pendekatan Penataan Ruang,
Ditjen Penatan Ruang Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah
J. Kodoatie Robert dan Sjarief Roestam, 2010,
Tata Ruang Air. Yogyakarta :
Penerbit Andi
Jayadinata, Johara .T. 1999. Tata Guna Tanah
dalam Pedesaan, Perkotaan dan
Wilayah. Institut Teknologi Bandung :
Bandung
Kobayashi, Kiyoshi, 2010, Water Supply
Management System and Social
Capital. Bandung : Publised by
Regional and Infrastructure System
Research Group ITB
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air
Saaty, L. Thomas.1998. Fundamental Of
Decision Making and Priority With
The Hierarchy Process. ISBN 0-
9620117-6-1.RWS
Sunaryo, M Trie, 2004 .Pengelolaan Sumber
Daya Air Konsep dan Penerapnnya.
Malang : Bayumedia Publishing
Suripin. 2003. Pelestarian Sumberdaya Tanah
dan Air. Andi : Jogjakarta
Undang undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Undang undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Recommended